i
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
PEMANFAATAN TANAMAN BIDURI (Calothropis gigantea) SEBAGAI ALTERNATIF PEMBASMI JENTIK NYAMUK
BIDANG KEGIATAN: PKMGT
Diusulkan oleh:
1. TISMI DIPALAYA (NIM 081404166, ANGKATAN 2008)
2. MUH. NURQADRI S. (NIM 081404189, ANGKATAN 2008)
3. AHMAD FUDHAIL MAJID (NIM 061304031, ANGKATAN 2006)
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR MAKASSAR
2009
ii
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK
1. Ketua Kelompok
a. Nama Lengkap : Tismi Dipalaya
b. NIM : 081404166 c. Jurusan : Pendidikan Biologi
d. Universitas : Universitas Negeri Makassar
e. Angkatan : 2008
f. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Daeng Tata I Blok A5 No.16 Makassar,
085255826281
2. Anggota I
a. Nama Lengkap : Muh. Nur Qadri S
b. NIM : 081404189
c. Jurusan : Pendidikan Biologi
d. Universitas : Universitas Negeri Makassar
e. Angkatan : 2008
f. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Sultan Alauddin III No. 36 Makassar
081342301551
3. Anggota II
a. Nama Lengkap : Ahmad Fudhail Majid
b. NIM : 061304031
c. Jurusan : Pendidikan Kimia
d. Universitas : Universitas Negeri Makassar
e. Angkatan : 2006
f. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Sultan Alauddin III No. 36 Makassar
081342301551
iii
HALAMAN PENGESAHAN USUL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA GAGASAN TERTULIS
1. Judul Kegiatan : Pemanfaatan Tanaman Biduri (Calothropis gigantea) sebagai Pembasmi Jentik Nyamuk
2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI () PKM-GT
3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Tismi Dipalaya b. NIM : 081404166 c. Jurusan : Pendidikan Biologi d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Negeri Makassar e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Daeng Tata 1 Blok A5 No. 16 Makassar / 085255826281 f. Alamat email : [email protected]
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 2(dua) orang
5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar : Rahmawati S.Si,M.Si b. NIP : 132 310 720 c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Emmy Saelan Komp. P&K M.1/3
0411-860595
Makassar, 31 Maret 2009 Menyetujui Ketua Jurusan Ketua Pelaksana Kegiatan (Drs. Abd.Muis MS) NIP. 131 925 967 NIM. 081404166
( Tismi Dipalaya )
Pembantu Rektor Bidang Dosen Pendamping Kemahasiswaan, (Prof. Dr. H. Hamsu Abdul Gani, M.Pd) NIP. 131 459 944 NIP. 132 310 720
(Rahmawati S.Si., M.Si)
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusunan karya tulis ini dapat diselesaikan. Tak lupa
pula shalawat dan salam terkirim atas junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai
teladan bagi seluruh umat manusia.
Penulisan karya tulis PEMANFAATAN TANAMAN BIDURI (Calothropis
gigantea) SEBAGAI ALTERNATIF PEMBASMI JENTIK NYAMUK
diharapkan dapat memberi informasi kepada pemerintah dan masyarakat sebagai
salah satu solusi.
Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ini masih terdapat kekurangan-
kekurangan sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat Penulis harapkan demi kesempurnaan penyusunan
di masa yang akan datang.
Selanjutnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibunda Rahmawati
S.Si,M.Si sebagai dosen pembimbing yang tak hentinya memberikan arahan,
kepada LPM Penalaran Universitas Negeri Makassar yang telah memberikan ilmu
dan pengalaman yang tidak terhingga nilainya, serta pihak-pihak yang banyak
membantu dalam penyusunan karya tulis ini baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Akhirnya, semoga karya tulis ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Amin.
Makassar, 31 Maret 2009
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK .............................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
RINGKASAN .................................................................................................. vii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 3
D. Manfaat Penulisan .......................................................................... 3
BAB II. KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 5
A. Tanaman Biduri (Calothropis gigantea) ........................................ 5
B. Saponin sebagai Toxic pada Biduri ................................................ 7
C. Nyamuk .......................................................................................... 8
BAB III. METODE PENULISAN ................................................................... 10
A. Jenis Penulisan ............................................................................... 10
B. Objek Penulisan ............................................................................. 10
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 10
D. Prosedur Penulisan ......................................................................... 10
BAB IV. ANALISIS DAN SINTESIS ............................................................ 11
A. Analisis ........................................................................................... 11
vi
B. Sintesis ........................................................................................... 12
BAB V. PENUTUP .......................................................................................... 15
A. Simpulan ........................................................................................ 15
B. Saran ............................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... x
CURRICULUM VITAE .................................................................................. xi
vii
RINGKASAN
Beredar wacana bahwa peradaban manusia semakin maju namun berbagai
penyakit masih saja bermunculan dan belum mampu diatasi secara maksimal.
Beberapa penyakit berbahaya dengan nyamuk sebagai perantara, misalnya demam
berdarah atau yang biasa disebut DBD (Demam Berdarah Dengue) merupakan
salah satu penyakit yang sangat akrab dikalangan masyarakat. Berbagai usaha
telah dilakukan untuk mengatasi dan meminimalisasi merebaknya demam
berdarah. Dinas Kesehatan sebagai instansi terkait dan masyarakat telah
melakukan berbagai upaya, misalnya pengasapan (fogging), pembagian bubuk
abate, dan sosialisasi program 3M (Menutup, Menguras, dan Mengubur).
Masyarakat juga menggunakan anti nyamuk sebagai upaya pencegahan. Semua
upaya-upaya ini ternyata belum efektif karena berpotensi untuk menimbulkan
berbagai dampak yang merugikan. Pengasapan atau fogging hanya mematikan
nyamuk yang berada di wilayah yang disemprot. Sedangkan jentiknya, sama
sekali tidak atau belum tersentuh. Pengasapan atau fogging nyamuk juga bisa
memperburuk keadaan dan meningkatkan populasi nyamuk dalam jangka panjang
karena penyemprotan itu menyebabkan populasi capung dan pemangsa alami
yang lain menurun. Penggunaan anti nyamuk tentunya akan memberikan efek
samping yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Hal tersebut disebabkan
karena anti nyamuk mangandung berbagai macam bahan kimiawi yang apabila
digunakan secara intensif akan mengganggu kinerja organ-organ tubuh.
Insektisida atau anti nyamuk tersebut juga dapat menyebabkan resisten apabila
digunakan dalam jangka waktu tertentu.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, kini masyarakat mengharapkan solusi yang
terbaik untuk menangani masalah tersebut. Memutus daur hidup merupakan salah
satu cara untuk membasmi nyamuk. Hal ini dapat mencegah terjadinya resisten
pada nyamuk. Untuk menghindari efek samping dari bahan-bahan kimia, maka
penggunaan bahan-bahan alami merupakan salah alternatifnya. Berbagai
penelitian telah dilakukan untuk memanfaatkan tanaman sebagai insektisida, salah
viii
satunya adalah tomat. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa ekstrak tomat yang
mengandung alkoloida dan saponin memiliki potensi untuk membasmi nyamuk
DBD. Tanaman Biduri (Calotropis gigantea) yang merupakan tanaman liar yang
sangat sulit untuk dibasmi karena perkembangbiakannya yang cepat memiliki
kandungan zat racun yang sama dengan tomat yaitu saponin. Berangkat dari
pemikiran-pemikiran inilah penulis mencoba mengkaji tanaman biduri
(Calothropis gigantea) sebagai alternatif pembasmi jentik nyamuk dengan tujuan
untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan tanaman biduri sebagai alternatif
pembasmi jentik nyamuk.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), biduri adalah pohon yang
seratnya dapat dijadikan pakaian; Calotropis gigantea. Tanaman .ini tersebar di
seluruh Asia Tenggara, biasanya tumbuh di tanah yang kurang subur, padang
rumput kering dari lereng-lereng gunung yang rendah, serta di pantai.
Tulisan ini bersifat studi kepustakaan (Library Research) yang disajikan secara
deskriptif dengan objek tanaman biduri sebagai alternatif pembasmi jentik
nyamuk. Data dalam karya tulis ini diperoleh dari berbagi literatur yang relevan
dan observasi terhadap tanaman biduri. Penulisan ini dimulai dengan
mengumpulkan data. Setelah pengumpulan data dan informasi, semua hasil
diseleksi dan direduksi kerelevanan dengan masalah yang dikaji. Proses penyajian
masalah yang akan dibahas yaitu mengkaji pemanfaatan tanaman biduri menjadi
alternatif pembasmi jentik nyamuk.
Tanaman biduri mengandung berbagai macam zat. Salah satunya adalah saponin.
Saponin adalah suatu glikosida yang ada pada berbagai macam tanaman.
Toksisitasnya disebabkan karena dapat merendahkan tegangan permukaan
(surface tension) namun, saponin tidak toksik untuk manusia bila dikonsumsi
(Nio, 1989).
Jentik nyamuk sangat susah untuk dibasmi karena jentik bernafas melalui saluran
udara yang terdapat pada ujung ekor. Bentuk morfologi yang demikian sangat
mendukung pada proses respirasinya sehingga meskipun diberi reaktan
ix
pembasmi, jentik nyamuk akan tetap memiliki ketahanan untuk hidup yang lebih
lama. Selain dari segi respirasi, yang memiliki kesesuaian antara bentuk morfologi
tubuh dengan proses respirasinya, sistem digestinya pun sangatlah unik dimana
kebanyakan jentik memakan mikroorganisme melalui aliran air yang diakibatkan
oleh adanya kontraksi aktin dan miosin atau biasa juga disebut dengan protein
kontraktil. Karena jentik nyamuk memiliki keunggulan dari segi respirasi dan
digesti dimana kedua sistem ini merupakan media utama untuk pemutusan daur
hidup, maka dibutuhkan zat toksin yang reaktif misalnya saponin yang terdapat
pada tanaman biduri (Calothropis gigantea).
Berdasarkan analisis dan sintesis dalam penulisan karya tulis ini dapat
disimpulkan bahwa tanaman biduri dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
alternatif pembasmi jentik nyamuk karena mengandung zat racun yaitu saponin.
Pemanfaatannya dilakukan dengan cara mengekstrak seluruh bagian tanaman ini
sehingga diperoleh saponin dalam konsentrasi pekat.
Pemerintah diharapkan memberikan dukungan penuh terhadap hasil kajian ini
untuk memfasilitasi penelitian selanjutnya yang bebasis teknologi. Masyarakat
juga diharapkan agar mengurangi penggunaan bahan kimia dalam membasmi
nyamuk. Bagi para peneliti diharapkan agar melakukan penelitian lanjutan dengan
metode eksperimen.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Beredar wacana bahwa peradaban manusia semakin maju namun berbagai
penyakit masih saja bermunculan dan belum mampu diatasi secara maksimal.
Beberapa penyakit berbahaya dengan nyamuk sebagai perantara, misalnya demam
berdarah atau yang biasa disebut DBD (Demam Berdarah Dengue) merupakan
salah satu penyakit yang sangat akrab dikalangan masyarakat. Menjelang musim
hujan masyarakat dihimbau untuk mewaspadai Demam Berdarah Dengue (DBD)
karena penyakit ini sudah menjadi tradisi saat musim penghujan tiba. Hal tersebut
disebabkan karena perkembangbiakan nyamuk pada musim hujan sangat cepat.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengatasi dan meminimalisasi merebaknya
demam berdarah. Dinas Kesehatan sebagai instansi terkait dan masyarakat telah
melakukan berbagai upaya misalnya pengasapan atau yang biasa disebut fogging,
kerja bakti membersihkan lingkungan, dan sosialisasi kepada masyarakat tentang
tips aman dari serangan demam berdarah. Tips aman terhindar demam berdarah
yakni menutup, menguras dan mengubur peralatan serta barang bekas yang bisa
menjadi sarang nyamuk atau biasanya disebut Program 3M. Selain itu, salah satu
materi kampanye pemberantasan demam berdarah adalah penaburan bubuk abate
ke tempat-tempat penampungan air bersih. Abate adalah nama dagang dari
temephos, yaitu insektisida golongan organofosfat yang digunakan untuk
memberantas jentik nyamuk.
Saat ini masyarakat sering terjebak fogging minded. Masyarakat selalu
beranggapan bahwa pengasapan (fogging) adalah satu-satunya cara untuk
mencegah demam berdarah. Jika belum dilakukan pengasapan, masyarakat
merasa belum aman dari bahaya demam berdarah dan penyakit lainnya. Padahal,
pengasapan bukan satu-satunya cara memberantas demam berdarah. Pengasapan
atau fogging hanya mematikan nyamuk yang berada di wilayah yang disemprot.
Sedangkan jentiknya, sama sekali tidak atau belum tersentuh. Salah satu insekta
2
yang dikenal sebagai elang nyamuk (organisme yang memangsa nyamuk) yaitu
capung. Larva capung (naiads) memakan jentik-jentik dalam penampungan air
sementara capung dewasa juga memburu dan memakan nyamuk dewasa, terutama
nyamuk harimau asia yang terbang pada waktu siang. Pengasapan atau fogging
nyamuk bisa memperburuk keadaan dan meningkatkan populasi nyamuk dalam
jangka panjang karena penyemprotan itu menyebabkan populasi capung dan
pemangsa alami yang lain menurun (Anonim1, 2009)
Pemerintah berupaya untuk meminimalisir pengasapan karena tindakan ini
memiliki beberapa kelemahan. Penyemprotannya membutuhkan orang-orang
khusus dan biaya relatif mahal. Biaya fogging tidak sedikit, anggarannya sampai
ke angka ratusan juta. Bahan insektisida yang digunakan dapat membunuh biota
lainnya selain nyamuk, dan bahan kimia tersebut tidak baik bagi kesehatan
manusia. Pengasapan atau fogging hanya dilakukan bila ditemukan kasus demam
berdarah di suatu daerah.
Masyarakat juga menggunakan anti nyamuk sebagai upaya pencegahan. Namun,
penggunaan anti nyamuk tentunya akan memberikan efek samping yang dapat
membahayakan kesehatan manusia. Hal tersebut disebabkan karena anti nyamuk
mangandung berbagai macam bahan kimiawi yang apabila digunakan secara
intensif akan mengganggu kinerja organ-organ tubuh. Insektisida atau anti
nyamuk tersebut juga dapat menyebabkan resisten apabila digunakan dalam
jangka waktu tertentu.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, kini masyarakat mengharapkan solusi yang
terbaik untuk menangani masalah tersebut. Memutus daur hidup merupakan salah
satu cara untuk membasmi nyamuk. Hal ini dapat mencegah terjadinya resisten
pada nyamuk. Untuk menghindari efek samping dari bahan-bahan kimia, maka
penggunaan bahan-bahan alami merupakan salah alternatifnya. Berbagai
penelitian telah dilakukan untuk memanfaatkan tanaman sebagai insektisida, salah
satunya adalah tomat. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa ekstrak tomat yang
3
mengandung alkoloida dan saponin memiliki poptensi untuk membasmi nyamuk
DBD dalam waktu 24 jam.
Tanaman Biduri (Calotropis gigantea) merupakan tanaman liar yang sangat sulit
untuk dibasmi karena perkembangbiakannya yang cepat. Selain itu, juga
mengandung berbagai zat toxic yang biasa disebut zat alelopati. Zat inilah yang
melindunginya dari insekta pengganggu. Zat alelopati pada tanaman merupakan
bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai insektisida alami. Salah satu racun yang
terkandung dalam biduri adalah saponin. Oleh karena itu tanaman Biduri sangat
baik untuk dimanfaatkan sebagai pembasmi jentik nyamuk (Anonim2, 2009).
Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas, penulis merasa pantas untuk membahas
lebih jauh mengenai Pemanfaatan Tanaman Biduri (Calotropis giganthea)
sebagai Alternatif Pembasmi Jentik Nyamuk.
B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalahnya adalah bagaimana pemanfaatan tanaman biduri
sebagai alternatif pembasmi jentik nyamuk?
C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pemanfaatan tanaman biduri sebagai alternatif pembasmi jentik
nyamuk.
D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari penulisan ini adalah :
1. Manfaat
Memberikan kontribusi bagi Ilmu Pengetahuan Alam khususnya dalam
memperkaya khasanah di bidang kesehatan.
Teoritis:
2. Manfaat
a. Bagi pemerintah
Praktis:
1) Memberikan alternatif dalam upaya pencegahan penyakit demam
berdarah.
4
2) Memberikan alternatif dalam upaya penanggulangan nyamuk
sebagai perantara berbagai penyakit.
b. Bagi masyarakat
1) Memberikan informasi tentang alternatif pembasmi jentik
nyamuk.
2) Memberikan informasi tentang salah satu solusi pencegahan
penyakit Demam Berdarah.
c. Bagi penulis
1) Menambah wawasan penulis dalam ilmu penetahuan alam
khususnya dalam bidang kesehatan.
2) Menambah pengetahuan penulis mengenai tanaman yang bisa
digunakan sebagai alternatif pembasmi jentik nyamuk.
3) Menambah daya kritis penulis dalam menanggapi problematika
masyarakat.
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Biduri (Calotropis gigantea) 1. Tinjauan Umum Tanaman
Tanaman Biduri (Calotropis gigantea) merupakan tanaman liar yang sangat
sulit untuk dibasmi karena perkembangbiakannya yang cepat. Selain itu,
juga mengandung berbagai zat toxic yang biasa disebut zat alelopati. Zat
inilah yang melindunginya dari insekta pengganggu. Zat alelopati pada
tanaman merupakan bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai insektisida
alami.
Biduri
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), biduri adalah pohon yang
seratnya dapat dijadikan pakaian; Calotropis gigantea. Tanaman .ini
tersebar di seluruh Asia Tenggara, biasanya tumbuh di tanah yang kurang
subur, padang rumput kering dari lereng-lereng gunung yang rendah, serta
di pantai. Tanaman ini juga tersebar diberbagai daerah di Indonesia dengan
nama-nama yang berbeda pula. Misalnya di Sumatera, tanaman biduri
dikenal dengan nama rubik, biduri, lembega, rembega, rumbigo, di Jawa:
babakoan, badori, biduri, widuri, saduri, sidoguri, bidhuri, burigha, di Bali:
Manori, maduri. Nusa Tenggara: muduri, rembiga, kore, krokoh, kolonsusu,
modo kapauk, modo kampauk. Sulawesi: rambega. Sedangkan nama asing
dari tanaman ini adalah Giant milk weed, mudar plant, oscherstrauch dan
nama simplisianya adalah Calotropidis Cortex Radicis (kulit akar biduri)
(Anonim2, 2009).
2.
Taksonomi dari tanaman biduri (Calotropis gigantea) adalah sebagai
berikut:
Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
6
Ordo : Asclepiadeales
Genus : Asclepiadaceae
Species : Calotropis gigantean
3.
Tanaman biduri adalah tanaman yang berupa semak tegak, tinggi 0,5 - 3 m.
Batangnya bulat, tebal, ranting muda berambut tebal berwarna putih. Daun
biduri merupakan daun tunggal, bertangkai pendek, letaknya berhadapan.
Helaian daun berbentuk bulat telur atau bulat panjang, ujung tumpul,
pangkal berbentuk jantung, tepi rata, pertulangan menyirip, panjangnya 8-30
cm, lebar 4-15 cm, berwarna hijau muda. Permukaan atas helaian daun muda
berambut rapat berwarna putih (lambat laun menghilang), sedangkan
permukaan bawah tetap berambut tebal berwarna putih. Bunga majemuk
dalam anak payung, di ujung atau ketiak daun. Tangkai bunga berambut
rapat, mahkota bunga berbentuk kemudi kapal, berwarna lila, kadang-
kadang putih. Buahnya buah bumbung, berbentuk bulat telur atau bulat
panjang, pangkal buah berupa kaitan, panjang 9-10 cm, berwarna hijau.
Bijinya kecil, lonjong, pipih, berwarna cokelat, berambut pendek dan tebal,
umbai rambut serupa sutera panjang. Jika salah satu bagian tumbuhan
dilukai, akan mengeluarkan getah berwarna putih, encer, rasanya pahit dan
kelat, lama-kelamaan terasa manis, baunya sangat menyengat, dan beracun.
Kulit batang biduri mengandung bahan serat yang dapat digunakan untuk
membuat jala. Biduri dapat diperbanyak dengan biji (Anonim2, 2009).
Morfologi
4. Kandungan Zat
Tanaman biduri memiliki zat alelopati yang merupakan zat yang digunakan
untuk melindungi dirinya dari gangguan serangga. Hal ini terlihat dari
sebagian besar daun tanaman ini terlihat utuh. Sangat jarang ditemukan
daun tanaman ini mengalami kerusakan. Artinya, tanaman ini memiliki zat
yang berguna sebagai pestisida. Menurut Nio (1989),
Kimia
Akar mengandung saponin, sapogenin, kalotropin, kalotoksin, uskarin, kalaktin, gigantin, dan harsa. Daun mengandung
7
saponin, flavonoida, polifenol, tanin, dan kalsium oksalat. Batang mengandung tanin, saponin, dan kalsium oksalat. Getah mengandung racun jantung yang menyerupai digitalis.
B. Saponin sebagai Toxic pada Biduri Tanaman biduri mengandung berbagai macam zat. Salah satunya adalah saponin.
Saponin adalah suatu glikosida yang ada pada berbagai macam tanaman. Saponin
ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-bagian tertentu,
dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Fungsi dalam
tumbuh-tumbuhan tidak diketahui, mungkin sebagai bentuk penyimpanan
karbohidrat, atau merupakan waste product (produk buangan) dari metabolisme
tumbuh-tumbuhan. Kemungkinan lain adalah sebagai pelindung terhadap
serangan serangga.
1.
Menurut Nio (1989), sifat-sifat Saponin adalah:
2.
Mempunyai rasa pahit.
3.
Dalam larutan air membentuk busa yang stabil.
4.
Menghemolisa eritrosit.
5.
Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi.
6.
Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksisteroid lainnya.
7.
Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi.
Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula empiris
yang mendekati.
Toksisitasnya disebabkan karena dapat merendahkan tegangan permukaan
(surface tension). Dengan hidrolisa lengkap akan dihasilkan sapogenin (aglikon)
dan karbohidrat (hexose, pentose dan saccharic acid). Saponin tidak toksik untuk
manusia bila dikonsumsi. Hal tersebut dapat diketahui dari minuman seperti bir
yang busanya disebabkan oleh saponin. Contoh glikosida lain adalah tioglikosida
dan bensiltioglikosida. Bila dihidrolisa dengan enzim menghasilkan tiosianat,
isotiosianat dan bensilsianat yang merupakan racun dan mempunyai sifat
antitiroid
(Nio, 1989).
8
C. Nyamuk 1. Tinjauan Umum
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), nyamuk adalah serangga
kecil bersayap, yang betina memiliki sepasang sungut yang dipakai sebagai
pengisap darah (manusia dan binatang) bertelur di air yang tergenang.
Nyamuk termasuk dalam kelas Insecta dan ordo Diptera famili Culicidae
yang memiliki ciri-ciri umum tubuh langsing, proboscis panjang, dan pada
hewan betina menusuk. Sayap memiliki rumbai sisik. Larva mempunyai
kepala besar dan abdomen panjang. Bernafas dengan siphon dan hidup pada
berbagai air. Hewan dewasa jantan menghisap darah burung, mamalia dan
manusia. Jumlah hewan ini sangat besar dan menyebarkan penyakit
mamalia pada burung. Contohnya, Culex pipiens menyebarkan beberapa
jenis penyakit malaria pada burung. Anopheles menyebarkan plasmodium
(malaria pada manusia). Aedes merupakan suatu genus dengan berbagai
spesies yang larvanya hidup diberbagai macam air (air rawa, air berbuih, air
dingin dan sebagainya). Aedes (Stegomyia) aegypti menyebarkan demam
kuning (Jasin, 1992).
Nyamuk
Anggapan masyarakat bahwa nyamuk adalah penghisap dan pemakan darah
tidaklah sepenuhnya benar. Hanya nyamuk betina yang menghisap darah
dan bukan yang jantan. Di samping itu, nyamuk betina menghisap darah
bukan untuk kebutuhan makan mereka. Sebab baik nyamuk jantan maupun
betina, keduanya hidup dengan memakan "nectar", yakni cairan manis yang
disekresikan oleh bunga tanaman (sari madu bunga). Nyamuk betina
menghisap darah karena darah mengandung protein yang dibutuhkan untuk
perkembangan dan pertumbuhan telur nyamuk. Dengan kata lain, nyamuk
betina menghisap darah untuk mempertahankan kelangsungan hidup
spesiesnya.
9
2. Metamorfosis
Proses perkembangbiakan nyamuk merupakan peristiwa yang paling
menakjubkan. Nyamuk melalui empat tahap yang jelas dalam siklus
hidupnya: telur, larva, pupa, dan dewasa.
Nyamuk
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), jentik-jentik adalah anak
nyamuk yang masih seperti ulat kecil hidup di air. Jentik nyamuk
mendapatkan makanan dengan cara yang menakjubkan. Mereka membuat
pusaran air kecil dalam air dengan menggunakan bagian ujung dari tubuh
mereka yang ditumbuhi bulu sehingga mirip kipas. Pusaran air tersebut
menyebabkan bakteri dan mikro-organisme lainnya tersedot dan masuk ke
dalam mulut larva nyamuk. Proses pernapasan jentik nyamuk yang
posisinya terbalik di bawah permukaan air, terjadi melalui sebuah pipa udara
yang mirip dengan "snorkel" (pipa saluran pernapasan) yang biasa
digunakan oleh para penyelam. Tubuh jentik mengeluarkan cairan yang
kental yang mampu mencegah air untuk memasuki lubang tempat
berlangsungnya pernapasan (Yahya, 1999).
10
BAB III METODE PENULISAN
A. Jenis Tulisan Tulisan ini bersifat studi kepustakaan (Library Research) yang disajikan secara
deskriptif sehingga menunjukkan kajian ilmiah yang dapat dikembangkan dan
diterapkan lebih lanjut.
B. Objek Tulisan Objek dalam penulisan karya ilmiah ini adalah tanaman biduri sebagai alternatif
pembasmi jentik nyamuk. Penulis mengkaji tentang kandungan zat kimia pada
tanaman biduri serta cara pengolahannya sebagai alternatif pembasmi jentik
nyamuk.
C. Teknik Pengumpulan Data Data dalam karya tulis ini diperoleh melalui:
1. Berbagai literatur yang relevan dengan masalah yang diangkat, yaitu Kamus
Besar Bahasa Indonesia, buku-buku serta artikel-artikel yang diperoleh
melalui media internet.
2. Penulis melakukan observasi terhadap tanaman biduri (Calotropis
gigantea).
D. Prosedur Penulisan Penulisan ini dimulai dengan mengumpulkan data. Setelah pengumpulan data dan
informasi, semua hasil diseleksi dan direduksi kerelevanan dengan masalah yang
dikaji. Proses penyajian masalah yang akan dibahas yaitu mengkaji pemanfaatan
tanaman biduri menjadi alternatif pembasmi jentik nyamuk.
11
BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS
A. Analisis Sebenarnya masalah penyakit yang diakibatkan oleh jentik nyamuk dapat dicegah
dari awal terutama dari tempat hidup nyamuk itu sendiri. Karena kalau kita tidak
mencegahnya dari dini maka semakin lama akan semakin berkembang. Apabila
hanya dilakukan penyemprotan saja untuk menghilangkan jentik nyamuk maka itu
tidak akan bertahan cukup lama hanya dapat bertahan selama beberapa jam
setelah diadakan penyemprotan. Jentik dapat dihilangkan dengan membasminya
dari asal berkembangnya yaitu dari tempat dia hidup dan berkembang biak.
Dengan membasmi dari tempat tinggalnya maka perkembangbiakan jentik
nyamuk sudah dapat dikurangi.
Salah satu alternatif untuk membasmi jentik nyamuk adalah dengan menggunakan
ekstrak tanaman biduri (Colatropis gigantea). Biduri merupakan tanaman liar
yang sulit untuk diberantas karena perkembangbiakan tanaman ini sangat cepat.
Selain itu, tanaman ini juga memiliki zat alelopati yang digunakan untuk
mempertahankan diri dari serangan hama. Tanaman biduri mengandung saponin
yang terdapat di seluruh bagian tubuhnya mulai dari akar, batang, sampai daun.
Zat inilah yang dapat membunuh jentik nyamuk karena merupakan racun kuat.
Jentik nyamuk sangat susah untuk dibasmi karena jentik bernafas melalui saluran
udara yang terdapat pada ujung ekor. Bentuk morfologi yang demikian sangat
mendukung pada proses respirasinya sehingga meskipun diberi reaktan pembasmi,
jentik nyamuk akan tetap memiliki ketahanan untuk hidup yang lebih lama. Selain
dari segi respirasi, yang memiliki kesesuaian antara bentuk morfologi tubuh
dengan proses respirasinya, sistem digestinya pun sangatlah unik dimana
kebanyakan jentik memakan mikroorganisme melalui aliran air yang diakibatkan
Toksisitasnya disebabkan karena dapat merendahkan tegangan permukaan
(surface tension). Dengan hidrolisa lengkap akan dihasilkan sapogenin (aglikon)
dan karbohidrat (hexose, pentose dan saccharic acid).
12
oleh adanya kontraksi aktin dan miosin atau biasa juga disebut dengan protein
kontraktil. Karena jentik nyamuk memiliki keunggulan dari segi respirasi dan
digesti dimana kedua sistem ini merupakan media utama untuk pemutusan daur
hidup, maka dibutuhkan zat toksin yang reaktif misalnya saponin yang terdapat
pada tanaman biduri (Calothropis gigantea). Saponin merupakan racun kuat yang
membentuk persyewaan dengan kolestrol dan hidroksisteroid lainnya.
B. Sintesis Salah satu solusi untuk menanggulangi perkembangbiakan nyamuk yaitu dengan
memutus daur hidupnya. Genangan-genangan air terutama pada penampung air
bersih diberikan zat insektisida yang bersifat racun atau toxic. Bahan yang
digunakan sebaiknya bahan alami. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
timbulnya efek samping yang akan berdampak pada kesehatan manusia. Tanaman
biduri yang memiliki zat saponin merupakan salah satu alternatif yang dapat
dimanfaatkan untuk memecahkan masalah ini.
Pemanfaatan tanaman biduri yang mengandung saponin dapat dilakukan dengan
cara mengekstrak tanaman biduri. Proses pengolahannya yaitu sebagai berikut:
1. Mencuci dan membersihkan tanaman biduri.
2. Memisahkan bagian-bagian tanaman; akar, batang, dan daun. Semua bagian
tanaman dapat dimanfaatkan karena saponin terdapat hampir di seluruh
bagian tanaman.
3. Memotong-motong bagian tanaman biduri. Akar dan batang dicincang,
sedangkan daun diris-iris.
4. Potongan-potongan tanaman biduri kemudian diangin-anginkan untuk
menguapkan air yang ada. Hindarkan dari sinar matahari karena saponin
bersifat polar yang sangat sensitif dengan sinar matahari.
5. Diekstraksi continue dengan alat yang disebut soxhlet dengan menggunakan
pelarut etanol.
6. Ekstraksi sampai 20 kali sirkulasi (kurang lebih 30-60 menit) untuk
memperoleh saponin pekat.
7. Mengumpulkan hasil ekstraksi.
13
8. Mengisatkan hingga setengah volume awal dengan menggunakan cawan petri
yang dipanaskan.
9. Didiamkan dan didinginkan hingga terbentuk kristal saponin.
10. Kristal saponin dicuci dengan menggunakan campuran aquades dan etanol.
Perbandingan yang digunakan yaitu 1 : 2 artinya, 1 untuk aquades yang
dimasukkan terlebih dahulu kemudian memasukkan 2 untuk etanol.
Proses pemanfaatan tanaman biduri dapat dijelaskan secara singkat melalui bagan
berikut:
Pemotongan
Dianginkan
Diekstrak
Dikisatkan
Didiamkan dan didinginkan
Dicuci
Tanaman Biduri
Potongan-potongan Tanaman Biduri
Ekstrak Saponin yang pekat
Kristal Saponin
Kristal siap digunakan
14
Dilihat dari sistem respirasi dan digestinya, jentik nyamuk dapat dengan mudah
dibasmi dengan menggunakan saponin yang terkandung di dalam tanaman biduri
(Calothropis gigantea). Melalui penambahan kristal biduri pada genangan air
sebagai habitat jentik nyamuk, maka saponin akan membentuk busa stabil yang
akan menghalangi proses respirasi karena busa tersebut menutupi saluran
pernapasan jentik nyamuk. Selain itu, jika ditinjau dari sistem digesti dimana
masuknya mikroorganisme (makanan jentik nyamuk) yang melalui aliran partikel
air sehingga toksin saponin juga akan ikut masuk ke dalam sistem digesti jentik
nyamuk dan akan beredar ke seluruh tubuh.
Penggunakan tanaman biduri sebagai alternatif pembasmi jentik nyamuk memiliki
keunggulan dibandingkan dengan anti jentik yang lain yaitu:
1. Bersifat alami.
2. Tanaman biduri mudah ditemukan diberbagai tempat.
3. Mampu membunuh jentik nyamuk dengan cepat.
4. Mengandung saponin yang merupakan racun kuat.
5. Cara pengolahannya mudah.
6. Tidak bersifat racun bagi manusia.
15
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan analisis dan sintesis dalam penulisan karya tulis ini dapat
disimpulkan bahwa tanaman biduri dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
alternatif pembasmi jentik nyamuk karena mengandung zat racun yaitu saponin.
Pemanfaatannya dilakukan dengan cara mengekstrak seluruh bagian tanaman ini
sehingga diperoleh saponin dalam konsentrasi pekat.
B. Saran Diharapkan pada penulisan selanjutnya agar:
1. Melengkapi referensi yang relevan dengan permasalahan yang dikaji agar
memperoleh hasil yang lebih maksimal.
2. Melakukan penelitian yang lebih lanjut dengan metode eksperimen.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Ekstrak Tomat Bisa Memberantas Jentik Nyamuk DBD.
http://www.warintek.com [20 Januari 2009].
Anonim1. 2009. Nyamuk. http://www.wikipedia.org [20 Januari 2009].
Anonim2. 2009. Tanaman Obat Indonesia. http://www.tanaman-obat-
indonesia.com [20 Januari 2009].
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Nio, Oey Kam. 1989. Zat-Zat Toksik yang Secara Alamiah Ada pada Bahan Makanan
Nabati. Cermin Dunia Kedokteran: Vol. 58: 24.
Yahya, Harun. 1999. Nyamuk: Pemakan Darah?. http://www.harun-yahya.com
[21 Januari 2009].
CURRICULUM VITAE
Tismi Dipalaya Alamat : Jl Dg. Tata 1 Blok A5 No 16 Makassar
Hp. 085255826281
Tempat dan Tanggal Lahir : Bulukumba, 11 Maret 1990 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Suku : Bugis Nama Orang Tua
- Ayah : Ir. Jafar Saimi, M.Si - Ibu : Rosma D., S.Pd
Jurusan/Fakultas : Pendidikan Biologi/MIPA Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Makassar SD Negeri 2 Terang-Terang, Bulukumba tamat tahun 2002 SMP Negeri 2 Bulukumba, Bulukumba tamat tahun 2005 SMA Negeri 1 Bulukumba, Bulukumba tamat tahun 2008 S1 Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Makassar, 2008- Sekarang
Anggota Lembaga Penelitian Mahasiswa (LPM) Penalaran Universitas Negeri Makassar Periode 2008-2009.
Anggota Perhimpunan Insan Mahasiswa Bulukumba (Phinisi Bulukumba) Periode 2008-2009.
D A T A P R I B A D I
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
ORGANISASI KEMAHASISWAAN
Peserta Orientasi Metodologi Penelitian (OMP) oleh Lembaga Penelitian Mahasiswa (LPM) Penalaran Universitas Negeri Makassar Tahun 2008.
Peserta Pelatihan Metodologi Penelitian dan Orientasi Anggota Baru (PMP-OAB) oleh Lembaga Penelitian Mahasiswa (LPM) Penalaran Universitas
Negeri Makassar Tahun 2009. Tim Kerja pada Workshop Pembuatan PKM GT-AI oleh Lembaga Penelitian
Mahasiswa (LPM) Penalaran Universitas Negeri Makassar Tahun 2009.
Panitia Seminar Lingkungan Hidup oleh Perhimpunan Insan Mahasiswa Bulukumba (Phinisi Bulukumba) Tahun 2009.
Selamatkan Rumah Cina ku dari Terpaan Gelombang Zaman.
Analisis Tingkat Kekeruhan Air Minum Depot Isi Ulang (AMDIU) di Kota Makassar.
KEGIATAN ILMIAH
KARYA TULIS ILMIAH/ARTIKEL YANG PERNAH DIBUAT
CURRICULUM VITAE
Muh. Nur Qadri S. Alamat : Jl Ance Dg Ngoyo IV/4 Makassar
Hp. 085796969969
Tempat dan Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 31 Maret 1990 Jenis Kelamin : Laki-Laki Agama : Islam Suku : Bugis Nama Orang Tua
- Ayah : H. Drs. Sulaiman Husain, MM - Ibu : Hj. Dra. Emmy Amin
Jurusan/Fakultas : Pendidikan Biologi/MIPA Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Makassar SD Inpres Negeri Tamamaung IV, Ujung Pandang tamat tahun 2002 SMP Swasta Rahmatul Asri, Enrekang tamat tahun 2005 SMA Negeri 17, Makassar tamat tahun 2008 S1 Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Makassar, 2008 - Sekarang
Peserta Workshop Pembuatan PKM AI-GT oleh LPM Penalaran Universitas Negeri Makassar tahun 2009.
Panitia Biology Open Day 09 oleh BEMJ Biologi Universitas Negeri Makassar tahun 2008.
Peserta Seminar Nasional Kimia oleh Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Makassar Tahun 2008.
D A T A P R I B A D I
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
KEGIATAN ILMIAH
Analisis Kualitas Madu di Kota Makassar.
KARYA TULIS ILMIAH/ARTIKEL YANG PERNAH DIBUAT
CURRICULUM VITAE
Ahmad Fudhail Majid Alamat : Jl A.P. Pettarani 7/20 Makassar
Telepon : 0411- 438202, Hp. 085 255 251 500
Tempat dan Tanggal Lahir : Bulukumba, 12 oktober 1988 Jenis Kelamin : Laki-Laki Agama : Islam Suku : Bugis Nama Orang Tua
- Ayah : H. ABD. Majid, BA - Ibu : Hj. Hartatiah H, BA
Jurusan/Fakultas : Kimia/MIPA Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Makassar SD Negeri No.171 Loka, Bulukumba tamat tahun 2000 SMP Negeri 2 Bulukumba, Bulukumba tamat tahun 2003 SMA Negeri 1 Bulukumba, Bulukumba tamat tahun 2006 S1 Kimia FMIPA Universitas Negeri Makassar, 2006- Sekarang
Pengurus Departemen Informasi dan Komunikasi, SCMM Badan Esekutif Mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Makassar Periode 2008-2009.
Anggota Bidang II Perhimpunan Insan Mahasiswa Bulukumba (Phinisi Bulukumba) Periode 2008-2009.
D A T A P R I B A D I
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
ORGANISASI KEMAHASISWAAN
Peserta Seminar Nasional Kimia oleh Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Makassar Tahun 2007.
Panitia MIPA Syariah EXPO 07 oleh Study Club MAIPA Muslim (SCMM) BEM FMIPA Universitas Negeri Makassar Tahun 2007.
Peserta Seminar Nasional Kimia oleh Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Makassar Tahun 2008.
Peserta Pelatihan Metodologi Penelitian dan Orientasi Anggota Baru (PMP-OAB) oleh Lembaga Penelitian Mahasiswa (LPM) Penalaran Universitas Negeri Makassar
Tahun 2009.
Tim Kerja pada Workshop Pembuatan PKM GT-AI oleh Lembaga Penelitian Mahasiswa (LPM) Penalaran Universitas Negeri Makassar Tahun 2009.
Kaktus Sebagai Alternatif Bahan Pembuatan Kertas pada Industri Kertas.
Penanganan Sampah Kota Makassar (Studi Kasus Pasar PaBaeng-baeng Makassar.
KARYA TULIS ILMIAH/ARTIKEL YANG PERNAH DIBUAT
KEGIATAN ILMIAH
kelengkapan AdministrasiISILAMPIRAND A T A P R I B A D ID A T A P R I B A D ID A T A P R I B A D I
Top Related