1
KASUS 1
PENURUNAN KESADARAN
Seorang laki-laki usia 25 tahun datang ke IGD rumah sakit dengan
penurunan kesadaran. Pasien terlibat dalam kecelakaanlalu lintas 2 jam sebelum
masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik GCS 9, tekanan darah 80/50 mmhg,
denyut nadi radialis tidak teraba, denyut nadi brachialis 120 x/menit, tampak
tonjolan tulang dan perdarahan aktif pada region femur dekstra, akral teraba
dingin.
STEP 1
1. Penurunan kesadaran :
Keadaan GCS <15
Pasien tidak merespon atau berkurang terhadap stimulus
Tidak sadar penuh
2. GCS : Glasglow coma scale, yaitu skala yang digunakan untuk menilai
kesadaran secara kuantitatif, yang meliputi pemeriksaan mata, verbal, motorik.
3. Akral dingin : distal ekstremitas yang teraba dingin karena adanya gangguan
perfusi.
STEP 2
1. Bagaimana penyebab dan mekanisme penurunan kesadaran?
2. Macam-macam penurunan kesadaran?
3. Cara menilai GCS dan interprestasi?
4. Bagaimana mekanisme kompensasi terhadap kondisi pasien?
5. Tanda syok dan klasifikasinya?
6. Mengapa denyut nadi teraba pada brachialis dan tidak pada radialis?
7. Mengapa akral dingin?
8. Apa hubungan tekanan darah dengan penurunan kesadran?
2
9. Bagaimana penatalaksanaan awal terhadap syok, penurunan kesadaran,
fraktur, perdarahan?
10. Bagaimana assessment kegawatdaruratan?
STEP 3
1. Penyebab :
Perdarahan
Trauma
Infeksi sistemik
Alergi
Metabolic
Toxin
kardiogenik
2. – kuantitatif : compos mentis, somnolen, sopor, coma
- kualitatif :
3. – eye
- verbal
- motorik
4. – kompensasi :
Peningkatan curah jantung
Peningkatan frekuensi napas
Retensi air dan garam
5. – tanda syok :
Akral dingin, pucat, basah
CRT > 2 detik
Kesadaran gelisah, koma
3
Urin < ½ ml/kgBB/jam
Napas dan nadi cepat
- jenis syok : hipovolemikperdarahan GIT
Nomo :
Kardiogenik
Neurogenik
Anafilaktik
sepsis
6. karena perfusi jaringan distal menurun
7. karena perfusi jaringan berkurang
8. sistol dan diastole penurunan aliran darah keotak tak adekuat
penurunan kesadaran
9. – A,B,C,D
- tekan, balut, jahit
- pembidaian
10. penanganan umum : jaga jalan napas, bantuan napas, hilangkan penyebab
syok
STEP 4
1. – perdarahan tekanan darah menurun
darah tubuh menurun suplai darah otak menurun
hipoksia otakpenurunan kesadaran
- trauma perdarahan penurunan volume darah syok hipovolemik
- trauma medispin trombolumbal penurunan sistol dan diastolesyok pusat
kesadaranmedula oblongatatrauma
- kardiogenikSTEMI perfusi jaringan menurunkesadaran menurun
4
- alergisel Beta immunoglobulinkeluar histaminevasokontriksi
P.D penurunan perfusi jar.sekitar
- hub TD penurunan kesadaran
2. Sudah jelas
3. – eye :
4 : spontan
3 : membuka mata dengan perintah
2 : membuka mata terhadap rangsangan nyeri
1 : tidak ada respon
- verbal :
5 : baik
4 : meracau
3 : tidak jelas
2 : merintih
1 : tak ada respon
- motorik :
6 : baik
5 : nyeri
4 : stimulus
3 : flexi abnormal
2 : ekstensi abnormal
1 : tak ada respon
Interprestasi :
14-15 : cedera kepala ringan
9-13 : cedera kepala sedang
3-8 : cedera kepala berat
4. kompensasi takikardi
retensi air dengan garam darah pekatsulit distribusi
5
5. klasifikasi syok :
Syok hipovolemik : luka bakar
Syok anafilaktik : alergen
Syok neurogenik : kegagalan pusat vasomotor
Syok kardiogenik : STEMI
Syok sepsis : infeksi sistemik
6. sudah jelas
7. sudah jelas
8. ?
9. penatalaksanaan :
Teknik penghentian perdarahan :
Penekanan langsung
Penekanan pada P.D
Penekanan dengan tourniquet
Penekanan teknik elevasi
Posisi leg up 30 derajat
Hentikan perdarahan
Pasang infuse besar RL 20 ml/kgbb
10. SB
SYOK kriteria pasien kegawatdarurat
Penyebab klasifikasi
Patofisiologi
Tanda penurunan kesadaran (penyebab,mekanisme,macam)
tatalaksana
6
STEP 5
1. Fisiologi kesadaran ?
2. Mekanisme penurunan kesadaran menurut penyebab ?
3. Syok :
Klasifikasi
Patofisiologi
Manifestasi
Penatalaksanaan
4. kriteria pasien kegawatdaruratan
STEP 6
Belajar Mandiri
7
STEP 7
1. Fisiologi Kesadaran
Reticular Activating System atau Sistem aktivasi reticuler merupakan
bagian dari Formasio Retikularis. Formasio Retikularis menghubungkan semua
jenis informasi neuronal melalui kolateralnya. Disini berbagai masukan diterima
dan kemudian disebarluarkan serta dilakukan organisasi respon nya. Penerimaan
informasi yang luas, baik sumbernya yang berasal dari bagian sensoris yang
melalui saraf tulang belakang dan dari seluruh bagian sensoris di batang otak, di
kirim melalui bagian tepi dari formasio retikularis.
Input yang berasal dari hidung (olfactory) melalui sistem saraf hidung masuk
kebagian otak depan. Struktur yang berasal dari hipotalamus dan sistem limbic
juga memberikan input ke formasio retikularis, beberapa bagian dari fungsi
viseral dan fungsi saraf otonom, dan serebelum juga turut memberikan input ke
bagian medial formasio retikularis untuk diaturnya.
Gambar 1. Letak reticular formation
Ascending Reticular Activating system (ARAS) dari formasio retikularis
bertanggungjawab untuk kesadaran dan bangun. Perjalanan nya melalui nuclei tak
8
spesifik dari talamus hingga ke korteks otak; kerusakan pada bagian ini dapat
menyebabkan koma. Formasio Retikularis mengirimkan impuls kebagian
sensorik, motorik dan bagian autonom dari sistem saraf ditulang belakang yang
menerima masukan dari bagian sensoris yang ada disana, keluar dari masing-
masing preganglion saraf autonom, dan keluar dari sistem saraf motorik bagian
tepi (LMN).
Formasio Reticularis mengirimkan secara luas hubungan dengan inti yang ada
dibatang otak (seperti nucleus tractus solitarius) dan pusat regulator autonom dan
nukleus yang memodulasi fungsi viseral.
Proyeksi bagian Efferen formasio retikularis ke hipotalamus, nukleus di
septum dan area limbic di otak depan membantu untuk memodulasi fungsi
autonom bagian visceral, pengeluaran sistem saraf endokrin dan
bertanggungjawab pada emosi dan perilaku. Sedangkan proyeksi Bagian efferent
formasio reticularis ke serebelum bersama dengan ganglia basalis untuk
memodulasi sistem motorik bagian atas (UMN) dan sistem motorik bagian bawah
(LMN)
RAS terdiri dari beberapa sirkuit saraf yang menghubungkan otak ke
korteks. Jalur ini berasal di inti batang otak reticular bagian atas dan proyeksi
sirkuitnya melalui riley sinaptik dalam rostral intralaminar dan inti talamus ke
korteks serebri. Akibatnya, Individu dengan lesi/ kerusakan kedua belah inti
intralaminar talamus berakibat menjadi lesu atau mengantuk, bahkan dapat
menyebabkan penurunan kesadaran atau koma.
Batas RAS ini tidak jelas dan cenderung merupakan suatu kesatuan istilah
fisiologi daripada anatomi. Beberapa daerah yang termasuk dalam RAS adalah :
1. Formasio Reticularis di Otak tengah
2. Inti mesencephalon di Mesencephalon
3. Nukleus Intralaminar di talamus
4. Hipotalamus bagian belakang
5. Tegmentum
Sirkuit saraf RAS dimodulasi oleh interaksi kompleks neurotransmitter
utama. RAS mengandung komponen kolinergik dan adrenergik yang
9
memperlihatkan sinergi serta tindakan kompetitif untuk mengatur aktivitas
talamus dan korteks (talamokortikal) dan kondisi perilaku yang sesuai.
Fungsi RAS
RAS juga turut mengatur perubahan fisiologi dari keadaan tidur nyenyak
hingga terjaga dan bersifat reversible untuk hal ini. Selama tidur, neuron di RAS
akan memiliki aktifitas yang jauh lebih rendah sebaliknya, RAS memiliki tingkat
aktivitas yang lebih tinggi selama keadaan sadar. Agar otak dapat tidur, harus ada
pengurangan aktivitas ascending aferen mencapai korteks dengan penekanan
aktivitas RAS.
Sistem retikuler juga membantu mediasi transisi dari terjaga santai hingga
periode Perhatian tinggi. Ada peningkatan aliran daerah di daerah ini
(menunjukan peingkatan aktivitas saraf) dalam formasio retikularis otak tengah
dan inti intralaminar thalamic selama kegiatan yang memerlukan kewaspadan dan
perhatian.
Mengingat pentingnya RAS untuk perubahan modulasi Korteks, gangguan RAS
menghasilkan perubahan dari siklus tidur-bangun dan ganguan kesadaran.
Beberapa kondisi patologi RAS dapat dikaitkan dengan usia, nampak
adanya penurunan reaktivitas dari RAS dari waktu ke waktu.
10
Gambar 2. Fisiologi kesadaran
2. Penurunan kesadaran
Patofisiologi Penurunan Kesadaran
Penurunan kesadaran disebabkan oleh gangguan pada korteks secara
menyeluruh misalnya pada gangguan metabolik, dan dapat pula disebabkan oleh
gangguan ARAS di batang otak, terhadap formasio retikularis di thalamus,
hipotalamus, maupun mesensefalon.
Pada penurunan kesadaran, gangguan terbagi menjadi dua, yakni
gangguan derajat (kuantitas, arousal, wakefulness) kesadaran dan gangguan isi
11
(kualitas, awareness, alertness) kesadaran. Adanya lesi yang dapat mengganggu
interaksi ARAS dengan korteks serebri, apakah lesi supratentorial, subtentorial,
infratentorial, dan metabolik akan mengakibatkan menurunnya kesadaran.
Gambar 1. Patofisiologi penurunan kesadaran
Sebelum membahas lebih lanjut bagaimana terjadinya penurunan
kesadaran, ada baiknya mengetahui RAS yang mempengaruhi kesadaran itu
sendiri. RAS (reticular activating system) adalah merupakan suatu sistem yang
mengatur beberapa fungsi penting seperti, tidur dan bangun, perhatian/fokus,
kelakuan seseorang, pernapasan dan detak jantung. Sistem ini berada pada batang
otak, dibagia menjadi ascending (yang menerima impuls/rangsangan) dan
descending (yang memberi respon terhadap impuls/rangsangan yang diberikan).
Area yang mengatur ARAS (ascending) adalah formation reticularis,
mesencephalon, thalamic intralaminar nucleus, dorsal hipotalamus, dan
tegmentum. Pada DRAS (descending), impuls diteruskan ke saraf-saraf perifer
yang berakhir pada motor end plate dan cerebellum. Neurotransmitter yang
berperan dalam jalur RAS adalah kolinergik dan adrenergik, kadang GABA juga
berperan dalam rangsangan nyeri yang diberikan untuk menilai kesadaran
seseorang.
12
Lesi Supratentorial
Pada lesi supratentorial, gangguan kesadaran akan terjadi baik oleh
kerusakan langsung pada jaringan otak atau akibat penggeseran dan
kompresi pada ARAS karena proses tersebut maupun oleh gangguan
vaskularisasi dan edema yang diakibatkannya. Proses ini menjalar secara
radial dari lokasi lesi kemudian ke arah rostro kaudal sepanjang batang
otak.
Lesi infratentorial
Pada lesi infratentorial, gangguan kesadaran dapat terjadi kerusakan
ARAS baik oleh proses intrinsik pada batang otak maupun oleh proses
ekstrinsik.
Gangguan difus (gangguan metabolik)
Pada penyakit metabolik, gangguan neurologik umumnya bilateral dan
hampir selalu simetrik. Selain itu gejala neurologiknya tidak dapat
dilokalisir pada suatu susunan anatomic tertentu pada susunan saraf pusat.
Kekurangan 02
Otak yang normal memerlukan 3.3 cc 02 /100 gr otak/menit yang disebut
Cerebral Metabolic Rate for Oxygen (CMR 02). CMR 02 ini pada berbagai
kondisi normal tidak banyak berubah. Hanya pada kejang-kejang CMR 02
13
meningkat dan jika timbul gangguan fungsi otak, CMR 02 menurun. Pada
CMR 02 kurang dari 2.5 cc/100 gram otak/menit akan mulai terjadi
gangguan mental dan umumnya bila kurang dari 2 cc 02/100 gram
otak/menit terjadi koma.
Glukosa
Energi otak hanya diperoleh dari glukosa. Tiap 100 gram otak
memerlukan 5.5 mgr glukosa/menit. Menurut Hinwich pada hipoglikemi,
gangguan pertama terjadi pada serebrum dan kemudian progresif ke
batang otak yang letaknya lebih kaudal. Menurut Arduini hipoglikemi
menyebabkan depresi selektif pada susunan saraf pusat yang dimulai pada
formasio reti-kularis dan kemudian menjalar ke bagian-bagian lain.Pada
hipoglikemi, penurunan atau gangguan kesadaran merupakan gejala dini.
Gangguan sirkulasi darah
Untuk mencukupi keperluan 02 dan glukosa, aliran darah ke otak
memegang peranan penting. Bila aliran darah ke otak berkurang, 02 dan
glukosa darah juga akan berkurang
Toksin
Gangguan kesadaran dapat terjadi oleh toksin yang berasal dari
penyakit metabolic dalam tubuh sendiri atau toksin yang berasal dari
luar/akibat infeksi
Gangguan metabolik toksik
Fungsi dan metabolisme otak sangat bergantung pada tercukupinya
penyediaan oksigen. Adanya penurunan aliran darah otak (ADO), akan
menyebabkan terjadinya kompensasi dengan menaikkan ekstraksi oksigen
(O2) dari aliran darah. Apabila ADO turun lebih rendah lagi, maka akan
terjadi penurunan konsumsi oksigen secara proporsional.
Glukosa merupakan satu-satunya substrat yang digunakan otak dan
teroksidasi menjadi karbondioksida (CO2) dan air. Untuk memelihara
14
integritas neuronal, diperlukan penyediaan ATP yang konstan untuk
menjaga keseimbangan elektrolit.
O2 dan glukosa memegang peranan penting dalam memelihara
keutuhan kesadaran. Namun, penyediaan O2 dan glukosa tidak terganggu,
kesadaran individu dapat terganggu oleh adanya gangguan asam basa
darah, elektrolit, osmolalitas, ataupun defisiensi vitamin.
Proses metabolik melibatkan batang otak dan kedua hemisfer
serebri. Koma disebabkan kegagalan difus dari metabolisme saraf.
1. Ensefalopati metabolik primer
Penyakit degenerasi serebri yang menyebabkan terganggunya
metabolisme sel saraf dan glia. Misalnya penyakit Alzheimer.
2. Ensefalopati metabolik sekunder
Koma terjadi bila penyakit ekstraserebral melibatkan metabolisme
otak, yang mengakibatkan kekurangan nutrisi, gangguan
keseimbangan elektrolit ataupun keracunan. Pada koma metabolik ini
biasanya ditandai dengan gangguan sistem motorik simetris dan
utuhnya refleks pupil (kecuali pasien mempergunakan glutethmide
atau atropin), juga utuhnya gerakan-gerakan ekstraokuler (kecuali
pasien mempergunakan barbiturat).
Tes darah biasanya abnormal, lesi otak unilateral tidak
menyebabkan stupor dan koma. Jika tidak ada kompresi ke sisi
kontralateral batang otak lesi setempat pada otak menimbulkan koma
karena terputusnya ARAS. Sedangkan koma pada gangguan metabolik
terjadi karena pengaruh difus terhadap ARAS dan korteks serebri.
Tabel 1. Penyebab Metabolik atau Toksik pada Kasus Penurunan Kesadaran
No Penyebab metabolik atau sistemik
Keterangan
1 Elektrolit imbalans Hipo- atau hipernatremia, hiperkalsemia, gagal ginjal dan gagal hati.
2 Endokrin Hipoglikemia, ketoasidosis diabetic3 Vaskular Ensefalopati hipertensif4 Toksik Overdosis obat, gas karbonmonoksida (CO)
15
5 Nutrisi Defisiensi vitamin B12
6 Gangguan metabolik Asidosis laktat7 Gagal organ Uremia, hipoksemia, ensefalopati hepatic
Gangguan Struktur Intrakranial
Penurunan kesadaran akibat gangguan fungsi atau lesi struktural
formasio retikularis di daerah mesensefalon dan diensefalon (pusat
penggalak kesadaran) disebut koma diensefalik. Secara anatomik, koma
diensefalik dibagi menjadi dua bagian utama, ialah koma akibat lesi
supratentorial dan lesi infratentorial.
1. Koma supratentorial
1) Lesi mengakibatkan kerusakan difus kedua hemisfer serebri,
sedangkan batang otak tetap normal.
2) Lesi struktural supratentorial (hemisfer).
Adanya massa yang mengambil tempat di dalam kranium
(hemisfer serebri) beserta edema sekitarnya misalnya tumor otak,
abses dan hematom mengakibatkan dorongan dan pergeseran
struktur di sekitarnya, terjadilah herniasi girus singuli, herniasi
transtentorial sentral dan herniasi unkus.
a. Herniasi girus singuli
Herniasi girus singuli di bawah falx serebri ke arah
kontralateral menyebabkan tekanan pada pembuluh darah serta
jaringan otak, mengakibatkan iskemi dan edema.
b. Herniasi transtentorial/sentral
Herniasi transtentorial atau sentral adalah hasil akhir dari
proses desak ruang rostrokaudal dari kedua hemisfer serebri
dan nukli basalis; secara berurutan menekan disensefalon,
mesensefalon, pons dan medulla oblongata melalui celah
tentorium.
c. Herniasi unkus
Herniasi unkus terjadi bila lesi menempati sisi lateral fossa
kranii media atau lobus temporalis; lobus temporalis mendesak
16
unkus dan girus hipokampus ke arah garis tengah dan ke atas
tepi bebas tentorium yang akhirnya menekan mesensefalon.
2. Koma infratentorial
Ada dua macam lesi infratentorial yang menyebabkan koma.
1) Proses di dalam batang otak sendiri yang merusak ARAS atau/
serta merusak pembuluh darah yang mendarahinya dengan akibat
iskemi, perdarahan dan nekrosis. Misalnya pada stroke, tumor,
cedera kepala dan sebagainya.
2) Proses di luar batang otak yang menekan ARAS
a. Langsung menekan pons
b. Herniasi ke atas dari serebelum dan mesensefalon melalui celah
tentorium dan menekan tegmentum mesensefalon.
c. Herniasi ke bawah dari serebelum melalui foramen magnum
dan menekan medulla oblongata.
Dapat disebabkan oleh tumor serebelum, perdarahan serebelum
dan sebagainya.
Ditemukan lateralisasi (pupil anisokor, hemiparesis) pada kelainan
struktural yang menyebabkan penurunan kesadaran dan dapat dibantu
dengan pemeriksaan penunjang (CT-Scan) untuk menentukan lokasi
terjadinya lesi/kerusakan.
Tabel 2. Penyebab Struktural pada Kasus Penurunan Kesadaran
No Penyebab struktural Keterangan
1 Vaskular Perdarahan subarakhnoid, infark batang kortikal bilateral
2 Infeksi Abses, ensefalitis, meningitis3 Neoplasma Primer atau metastasis4 Trauma Hematoma, edema, kontusi hemoragik5 Herniasi Herniasi sentral, herniasi unkus, herniasi singuli6 Peningkatan tekanan
intrakranialProses desak ruang
17
3. Syok
A. Etiologi
a. Syok hipovolemik
Syok hipovolemik adalah terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume
darah dalam pembuluh darah yang berkurang. Hal ini bisa terjadi akibat dari
volume darah yang berkurang. Hal ini bisa terjadi akibat pendarahan yang masif
atau kehilangan plasma darah.
Penyebab syok hipovolemik dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yang
terdiri dari:
Perdarahan:
• Hematom subkapsular hati
• Aneurisma aorta pecah
• Pendarahan gastrointestinal
• Perlukaan berganda
Kehilangan plasma:
• Luka bakar yang luas
• Pankreatitis
• Deskuamasi kulit
• Sindrom Dumping
Kehilangan cairan ekstraselular:
• Muntah (vomitus)
• Dehidrasi
• Diare
• Terapi diuretik yang sangat agresif
• Diabetes insipidus
• Insufisiensi renal
18
b. syok kardiogenik
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang
mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme. Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan
fungsi ventrikel, yang mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan
penghantaran oksigen ke jaringan.
Etiologi Syok Kardiogenik
Gangguan kontraktilitas miokardium.
Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti paru
dan/atau hipoperfusi iskemik.
Infark miokard akut ( AMI),
Komplikasi dari infark miokard akut, seperti: ruptur otot papillary, ruptur
septum, atau infark ventrikel kanan, dapat mempresipitasi
(menimbulkan/mempercepat) syok kardiogenik pada pasien dengan infark-
infark yang lebih kecil.
Valvular stenosis.
Myocarditis ( inflamasi miokardium, peradangan otot jantung).
Cardiomyopathy ( myocardiopathy, gangguan otot jantung yang tidak
diketahui penyebabnya ).
Acute mitral regurgitation.
Valvular heart disease.
Hypertrophic obstructive cardiomyopathy.
c. Syok neurogenik
Syok neurogenik merupakan kegagalan pusat vasomotor sehingga terjadi
hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance vessels).
Syok neurogenik terjadi karena hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak
di seluruh tubuh
Syok neurogenik juga dikenal sebagai syok spinal. Bentuk dari syok distributif,
hasil dari perubahan resistensi pembuluh darah sistemik yang diakibatkan oleh
19
cidera pada sistem saraf (seperti: trauma kepala, cidera spinal, atau anestesi umum
yang dalam).
Penyebabnya antara lain :
Trauma medula spinalis dengan quadriplegia atau paraplegia (syok spinal).
Rangsangan hebat yang kurang menyenangkan seperti rasa nyeri hebat
pada fraktur tulang.
Rangsangan pada medula spinalis seperti penggunaan obat anestesi
spinal/lumbal.
Trauma kepala (terdapat gangguan pada pusat otonom).
Suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut.
d. Syok anafilatik
Syok anafilaktik adalah reaksi anafilaksis yang disertai hipotensi dengan
atau tanpa penurunan kesadaran. Anafilaksis adalah reaksi alergi umum dengan
efek pada beberapa sistem organ terutama kardiovaskular, respirasi, kutan dan
gastro intestinal yang merupakan reaksi imunologis yang didahului dengan
terpaparnya alergen yang sebelumnya sudah tersensitisasi.
Reaksi Anafilaktoid adalah suatu reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa melibatkan
antigen-antibodi kompleks. Karena kemiripan gejala dan tanda biasanya diterapi
sebagai anafilaksis. Anafilaksis dikelompokkan dalam hipersensitivitas tipe 1 atau
reaksi tipe segera (Immediate type reaction).
e. Syok septik
Sepsis adalah suatu keadaan ketika mikroorganisme menginvasi tubuh dan
menyebabkan respon inflamasi sitemik. Respon yang ditimbulkan sering
menyebabkan penurunan perfusi organ dan disfungsi organ. Jika disertai dengan
hipotensi maka dinamakan Syok sepsis. ( Linda D.U, 2006)
Syok septik adalah syok yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas
yang merupakan bentuk paling umum syok distributif. Pada kasus trauma, syok
septik dapat terjadi bila pasien datang terlambat beberapa jam ke rumah sakit.
20
Syok septik terutama terjadi pada pasien-pasien dengan luka tembus abdomen dan
kontaminasi rongga peritonium dengan isi usus.
Mikroorganisme penyebab syok septik adalah bakteri gram negatif. Ketika
mikroorganisme menyerang jaringan tubuh, pasien akan menunjukkan suatu
respon imun. Respon imun ini membangkitkan aktivasi berbagai mediator
kimiawi yang mempunyai berbagai efek yang mengarah pada syok, yaitu
peningkatan permeabilitas kapiler, yang mengarah pada perembesan cairan dari
kapiler dan vasodilatasi.
Bakteri gram negatif menyebabkan infeksi sistemik yang mengakibatkan kolaps
kardiovaskuler. Endotoksin basil gram negatif ini menyebabkan vasodilatasi
kapiler dan terbukanya hubungan pintas arteriovena perifer. Selain itu, terjadi
peningkatan permeabilitas kapiler. Peningkatan kapasitas vaskuler karena
vasodilatasi perifer menyebabkan terjadinya hipovolemia relatif, sedangkan
peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan kehilangan cairan intravaskuler
ke intertisial yang terlihat sebagai udem. Pada syok septik hipoksia, sel yang
terjadi tidak disebabkan oleh penurunan perfusi jaringan melainkan karena
ketidakmampuan sel untuk menggunakan oksigen karena toksin bakteri.
B. Patofisiologi
1. Syok hipovolumik
Syok jenis ini dikenal pula sebagai syok preload yang ditandai denga
menurunnya volume inravaskular karena perdarahan, dehidrasi, dan lain-
lain. Menurunnya volume intravascular menyebabkan penurunan
intraventrikel kiri pada akhir diastole yang akan diikuti oleh menurunnya
curah jantung.
Kondisi ini secara fisiologis akan menimbulkan mekanisme
kompensasi berupa vasokontriksi pembuluh darah oleh kotekolamin
sehingga makin memperburuk perfusi ke jaringan tubuh.
Ketika curah jantung turun, tahanan vaskular sistemik akan berusaha
untuk meningkatkan tekanan sistemik guna menyediakan perfusi yang
cukup bagi jantung dan otak melebihi jaringan lain seperti otot, kulit dan
khususnya gastrointestinal. Kebutuhan energy untuk penalaksanaan
21
metabolisme di jantung dan otak sangat tinggi tetapi kedua sel organ
tersebut tidak mampu menyimpan cadangan energy. Sehingga keduanya
sangat bergantung akan kesediaan oksigen dan nutrisi tetapi sangat rentan
bila terjadi iskemia yang berat untuk waktu yang melebihi kemampuan
toleransi jantung dan otak. Ketika tekanan arterial rata-rata (mean arterial
pressure/MAP) jatuh hingga < 60 mmHg, maka aliran ke organ akan turun
drastis dan fungsi sel di semua organ akan terganggu.
2. Syok anafilaktik
Ketika terjadi kontak dengan antigen makan akan terjadi reaksi
enzim pada sel mast dan sel basophil sehingga menyebabkan lepasnya
berbagai mediator seperti histamine, slo reacting substance of anaphylaxis,
serotonin, dan kinin.
Pelepasan mediator-mediator tersebut menyebabkan dilatasi
pembuluh darah, peningkatan permebilitas, perangsanga sekresi mucus,
dan kontraksi otot bronkus. Oleh karena itulah disamping mengalami
penurunan darah yang cepat, juga disertai dengan gangguan pada sistem
pernafasan
3. Syok neurogenik
Cedera pada tulang belakang atau medulla spinalis menyebabkan
kegagalan pada pusat vasomotor sehingga terjadi hipotensi dan
penimbunan darah pada vena perifer. Gagalnya pusat vasomotor akan
diikuti dengan hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak
diseluruh tubuh sehingga terjadi penurunan darah sistemik akibat
vasodilatasi pembuluh darah perifer dan penurunan curah jantung
Selain karena cedera, rangsangan pada medulla spinalis juga bisa
disebabkan oleh penggunaan obat ansestesi spinal. Sedangkan letupan
rangang parasimpatis ke jantung dapat memperlambat denyut jantung dan
menurunkan rangsangan simpatis pada pembuluh darah. Proses ini terjadi
katika seseorang mendapatkan rangsangan emosional yang sangat kuat,
misal mendengar/menyaksikan sesuatu yang membuatnya sangat marah
atau sedih.
22
4. Syok sepsis
Syok ini disebabkan karena adanya sumber infeksi dalam tubuh
terutama bakteri gram negatif. Endotoksin basil gram negative dapat
menyebabkan beberapa hal yaitu:
a. vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas arteriovena
perifer
b. peningkatan permeabilitas kapiler.
Vasodilatasi perifer akan meningkatkan kapasitas vaskuler sehingga
menyebabkan hipovolumia relative, sedangkan peningkatan
permeabilitas kapiler menyebabkan hilangnya cairan intravascular ke
interstitial dan menyebabkan udem. Kondisi ini pada akhirnya
menyebabkan syok
Pada syok sepsis hipoksia sel, tidak terjadi karena adanya penurunan
perfusi jaringan, melainkan karena ketidakmampuan sel menggunakan
oksigen karena toksin kuman.
5. Syok kardiogenik
Respon neurohormonal dan reflex adanya hipoksia akan menaikan
frekuensi denyut nadi, tekanan darah, serta kontraktilitas miokard.
Kondisis diatas akan meningkatkan kebutuhan oksigen miokard,
sehingga makin memperburuk keadaan dimana sebelumnya perfusi
miokard telah menurun.
Efek selanjutnya adalah penurunan curah jantung, penurunan
tekanan darah, dan jika indeks jantung telah kurang dari 1,8 L/menit/m2
maka terjadilah syok kardiogenik tersebut.
C. Manifestasi Klinis
1. Syok Hipovolemik
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia,
kondisi premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan
lamanya berlangsung. Kecepatan kehilangan cairan tubuh
merupakan faktor kritis respons kompensasi. Pasien muda dapat
23
dengan mudah mengkompensasi kehilangan cairan dengan jumlah
sedang dengan vasokonstriksi dan takhikardia. Kehilangan volume
yang cukp besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada pasien
usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan
dalam waktu yang cepat atau singkat.
Gejala dan tanda yang disebabkan oleh syok hipovolemik akibat
non-perdarahan serta perdarahan adalah sama meski ada sedikit
perbedaan dalam kecepatan timbulnya syok. Respon fisiologi yang
normal adalah mempertahankan perfusi terhadap otak dan jantung
sambil memperbaiki volume darah dalam sirkulasi efektif. Di sini
akan terjadi peningkatan kerja simpatis, hiperventilasi, pembuluh
vena yang kolaps, pelepasan hormon stress serta ekspansi besar
guna pengisian volume pembuluh darah dengan menggunakan
cairan interstisial, interselular dan menurunkan produksi urin.
Pada pasien dengan kemungkinan syok akibat hipovolemik,
riwayat penyakit penting untuk menentukan penyebab yang
mungkin dan untuk penanganan langsung. Syok hipovolemik
akibat kehilangan darah dari luar biasanya nyata dan mudah
didiagnosis. Perdarahan dalam kemungkinan tidak nyata, seperti
pasien hanya mengeluhkan kelemahan, letargi, atau perubahan
status mental. Gejala-gejala syok seperti kelemahan, penglihatan
kabur, dan kebingungan, sebaiknya dinilai pada semua pasien.
Pada pasien trauma, menentukan mekanisme cedera dan beberapa
informasi lain akan memperkuat kecurigaan terhadap cedera
tertentu (misalnya, cedera akibat tertumbuk kemudi kendaraan,
gangguan kompartemen pada pengemudi akibat kecelakaan
kendaraan bermotor).
Apabila syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada
keadaan hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan
tidak segera kembali dalam beberapa menit. Adalah penting untuk
mengenali tanda-tanda syok, yaitu:
24
1. Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan
pengisian kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi
jaringan.
2. Takikardia: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah
respons homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan
kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi
asidosis jaringan.
3. Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi
pembuluh darah sistemik dan curah jantung, vasokonstriksi perifer
adalah faktor yang esensial dalam mempertahankan tekanan darah.
Autoregulasi aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan
arteri turun tidak di bawah 70 mmHg.
4. Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok
hipovolemik. Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin
kurang dari 30 ml/jam.
Tanda-tanda vital ortostatik mungkin normal pada individu
hipovolemik, atau individu normal dapat memperlihatkan
perubahan-perubahan ortostatik yaitu hipotensi. Jadi, gunakan
pertimbangan klinis. Sebagai tambahan, ingesti alkohol, makan
atau usia lanjut dapat menyebabkan perubahan-perubahan
ortostatik dalam tekanan darah dan nadi. Penurunan diastolik
ortostatik sebesar 10-20 mmHg atau peningkatan nadi sebesar 15
detak/detik dianggap bermakna.periksa tanda-tanda vital ortostatik,
berbaring dan setelah berdiri selama 1 sampai 2 menit. Takikardia
biasanya tetap ada tetapi mungkin tidak didapatkan bila ada iritasi
diafragma, yang menyebabkan stimulasi vagal. Hipoperfusi
ditandai oleh berkurangnya jumlah urin, daya pikir menurun,
ekstremitas dingin, bercak-bercak, dll.
Pada penderita yang mengalami hipovolemia selama beberapa saat,
dia akan menunjukkan adanya tanda-tanda dehidrasi seperti:
(1) Turunnya turgor jaringan
25
(2) Mengentalnya sekresi oral dan trakhea, bibir dan lidah menjadi
kering; serta
(3) Bola mata cekung.
Dehidrasi dapat timbul pada diare berat dan asupan oral terbatas
karena nausea dan muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut
usia. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat,
berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urine gelap,
tidak mampu berkeringat, dan perubahan ortostatik. Pada keadaan
berat dapat mengarah ke gagal ginjal akut dan perubahan status
jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala.
Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi 3 tingkatan,
yaitu :
1. Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5 % BB) : gambaran klinisnya
turgor kurang, suara serak (vox cholerica), pasien belum jatuh
dalam presyok.
2. Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8 % BB) : turgor buruk, suara
serak, pasien jatuh dalam presyok atau syok, nadi cepat, nafas
cepat dan dalam.
3. Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10 % BB) : tanda dehidrasi
sedang ditambah kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot-
otot kaku, sianosis
2. Syok Anafilaktik
Gejala dan tanda reaksi anafilaksis termasuk timbul rasa
kecemasan, urtikaria, angiodema, nyeri punggung, rasa tercekik,
batuk, bronkospasme atau edema laryng.
Pada beberapa kasus, terjadi hipotensi, hilang kesadaran, dilatasi
pupil, kejang hingga “sudden death”.
Syok terjadi akibat sekunder dari hipoksia yang berat, vasodilatasi
perifer atau adanya hipovolemia relative akibat adanya ektravasasi
26
cairan dari pembuluh darah. Namun demikian vascular kolaps
dapat terjadi tanpa didahului gejala gangguan respirasi dan dalam
hal ini kematian dapat terjadi dalam beberapa menit.
Jadi gejala syok anfilaktif adalah gabungan gejala anafilaksis
dengan adanya tanda-tanda syok yang secara sistimatis dapat
dikelompokan dengan gejala prodromal, kardiovaskuler, pulmonal,
gastrointestinal dan reaksi kulit.
Gejala prodromal pada umumnya adalah perasaan tidak enak,
lemah, gatal dihidung atau di palatum, bersin atau rasa tidak enak
didada. Gejala ini merupakan permulaan dari gejala lainnya.
Gejala pulmoner didahului dengan rhinitis, bersin diikuti dengan
spasme bronkus dengan atau tanpa batuk lalu berlanjut dengan
sesak anoksia sampai apneu.
Gejala gastrointestinal berupa mual, muntah, rasa kram diperut
sampai diare. Sedangkan gejala pada kulit berupa gatal-gatal,
urtikaria dan angioedema.
3. Syok neurogenik
Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok
neurogenik terdapat tanda tekanan darah turun, nadi tidak
bertambah cepat, bahkan dapat lebih lambat (bradikardi) kadang
disertai dengan adanya defisit neurologis berupa quadriplegia atau
paraplegia . Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah pasien
menjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat. Karena
terjadinya pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler dan vena,
maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna kemerahan.
27
4. Syok sepsis
Manifestasi spesifik akan bergantung pada penyebab syok, kecuali
syok neurogenik akan mencakup :
Kulit yang dingin dan lembab
Pucat
Peningkatan kecepatan denyut jantung dan pernapasan
Penurunan drastis tekanan darah
Sedangkan individu dengan syok neurogenik akan
memperlihatkan kecepatan denyut jantung yang normal atau
melambat tetapi akan hangat dan kering apabila kulitnya diraba.
Gejala khas sepsis Dikatakan sepsis jika mengalami dua atau lebih
gejala di bawah ini:
Suhu badan> 380 C atau <360 C
Heart Rate >9O;/menit
RR >20 x/menit atau PaCO2 < 32 mmHg
WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau 10% bentuk
immature
Tanda – tanda Syok Spesis ( Linda D.U, 2006) :
Peningkatan HR
Penurunan TD
Flushed Skin (kemerahan sebagai akibat vasodilatasi)
Peningkatan RR kemudian kelamaan menjadi penurunan
RR
Crakles
Perubahan sensori
Penurunan urine output
Peningkatan temperature
Penurunan PaO2
Penurunan PaCO2 kemudian lama kelamaan berubah
menjadi peningkatan PaCO2
Penurunan HCO3
28
5. Syok Kardiogenik
Keluhan Utama Syok Kardiogenik
Sesak napas dyspnea on effert, paroxymal nocturnal
dyspnea
Pernapasan cheyne stokes
Batuk-batuk
Sianosis
Suara serak
Ronchi basah, halus tidak nyaring di daerah basal paru
hydrothorax
Kelainan jantung seperti pembesaran jantung, irama gallop,
tachycardia
Kelainan pada foto rontgen
Oliguri (urin < 20 mL/jam).
Nyeri substernal seperti IMA.
Tanda Penting Syok Kardiogenik
Tensi turun < 80-90 mmHg.
Takipneu dan dalam.
Takikardi.
Nadi cepat, kecuali ada blok A-V.
Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal
paru.
Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering
terdengar.
Sianosis.
Diaforesis (mandi keringat).
Ekstremitas dingin.
Perubahan mental.
D. Penatalaksanaan
Syok hipovolemik :
1.Pastikan jalan nafas baik
29
2.Nilai Ventilasi
3.Bila perlu berikan bantuan nafas
4.Bila perlu intubasi
5.Ganti kehilangan Volume Intravaskular
◦ Kristaloid
◦ Colloid
◦ PRC
6.TD, N, Perfusi organ
7.Cari penyebab
8.Hentikan perdarahan
Syok kardiogenik :
1.Pastikan Jalan Nafas Bebas
2.Pertahankan Oksigenasi
3.Hati-hati pemberian cairan
4.Tergantung penyebabnya
Extrinsic :
◦ Tension Pneumothorax
Chest tube
◦ Pericardial Tamponade
Pericardiocentesis
Pericardial window
Thoracotomy
◦ Positive Pressure Ventilation
Turunkan Pressure
◦ Emboli Paru
Anticoagulant
Embolectomy
Intrinsic :
◦ Koreksi gangguan Elektrolit
30
◦ Atasi nyeri
Morfin, Fentanyl
◦ Disritmia
Cardioversi, pacemaker
Anti aritmia
◦ Inotropik
Dopamine
Dobutamine
◦ Revascularisasi Myocard Infark
Syok septik :
1.Pastikan jalan nafas baik
2.Volume resusitasi
◦ Kristaloid
◦ Albumin iso-oncotic
3.Antibiotika
4.Evakuasi sumber infeksi
◦ CVP
◦ Abses intra abdominal
◦ Dll
5.Vasopresor
Syok neurogenik :
1.Pastikan Jalan Nafas adequat
2.Resusitasi Volume Intravaskular
3.Vasopresor
◦ Dopamine
◦ Alpha agonist
Syok anafilaktik :
1.Hentikan penyebab
2.Pastikan jalan nafas adekuat
3.Baringkan penderita dengan tungkai lebih
tinggi dari jantung
4.Berikan Epinephrine 1:1000, 0.3 cc-0.5 cc
31
SC, dapat diulang tiap 5 menit
5.Pasang infus, beri oksigen
4. Gawat Darurat Dan Darurat Tidak Gawat (Triage)
Triage berasal dari bahasa Perancis yang berarti pemilahan. Dalam
dunia medis istilah ini dipergunakan untuk tindakan pemilahan korban
berdasarkan prioritas pertolongan atau transportasinya. Prinsip utama dari
triage adalah menolong para penderita yang mengalami cedera atau keadaan
yang berat namun memiliki harapan hidup. Salah satu metode yang paling
sederhana dan umum digunakan adalah metode S.T.A.R.T atau Simple
Triage and Rapid Treatment. Metode ini membagi penderita menjadi 4
kategori (Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118, 2011):
1. Prioritas 1 – Merah
Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para penderita yang
kritis keadaannya seperti gangguan jalan napas, gangguan pernapasan,
perdarahan berat atau perdarahan tidak terkontrol, penurunan status
mental.
2. Prioritas 2 – Kuning
Merupakan prioritas berikutnya diberikan kepada para penderita
yang mengalami keadaan seperti luka bakar tanpa gangguan saluran
napas atau kerusakan alat gerak, patah tulang tertutup yang tidak dapat
berjalan, cedera punggung.
3. Prioritas 3 – Hijau
Merupakan kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal juga
sebagai ‘Walking Wounded” atau orang cedera yang dapat berjalan
sendiri.
4. Prioritas 0 – Hitam
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami cedera
yang mematikan.
Pelaksanaan triage dilakukan dengan memberikan tanda sesuai dengan
warna prioritas. Tanda triage dapat bervariasi mulai dari suatu kartu khusus
sampai hanya suatu ikatan dengan bahan yang warnanya sesuai dengan
32
prioritasnya. Jangan mengganti tanda triage yang sudah ditentukan. Bila
keadaan penderita berubah sebelum memperoleh perawatan maka label
lama jangan dilepas tetapi diberi tanda, waktu dan pasang yang baru. Untuk
memudahkan pelaksanaan triage maka dapat dilakukan suatu pemeriksaan
sebagai berikut (Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118, 2011):
1. Kumpulkan semua penderita yang dapat/mampu berjalan sendiri ke area
yang telah ditentukan, dan beri label HIJAU.
2. Setelah itu alihkan kepada penderita yang tersisa periksa:
a. Pernapasan:
1) Bila pernapasan lebih dari 30 kali / menit beri label MERAH.
2) Bila penderita tidak bernapas maka upayakan membuka jalan napas
dan bersihkan jalan napas satu kali, bila pernapasan spontan mulai
maka beri label MERAH, bila tidak beri HITAM.
3) Bila pernapasan kurang dari 30 kali/menit nilai waktu pengisian
kapiler.
b. Waktu pengisian kapiler :
1) Lebih dari 2 detik berarti kurang baik, beri MERAH, hentikan
perdarahan besar bila ada.
2) Bila kurang dari 2 detik maka nilai status mentalnya.
3) Bila penerangan kurang maka periksa nadi radial penderita. Bila
tidak ada maka ini berarti bahwa tekanan darah penderita sudah
rendah dan perfusi jaringan sudah menurun.
c. Pemeriksaan status mental :
1) Pemeriksaan untuk mengikuti perintah-perintah sederhana
2) Bila penderita tidak mampu mengikuti suatu perintah sederhana
maka beri MERAH.
3) Bila mampu beri KUNING.
3. Setelah memberikan label kepada penderita maka segera lanjutkan ke
penderita lain.
HIJAUPenderita dapat berjalan ?
Penderita bernapas ?
Penderita bernapas setelah jalan napas dibuka
HITAM MERAH
Frekuensi pernapasan
Waktu pengisian kapiler
Status mental perintah sederhana ?
YaTidak
30 xTidak Ya
< 30 x
2 detik
< 2 detik
Tidak
Ya
KUNING
Ya
Tidak
33
Gambar. Bagan Pelaksanaan START
34
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo, Aru. W, Bambang Setyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simabrata
K. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, Edisi IV. Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
Corwin, Elizabeth J. 2001. Patofisiologi. EGC. Jakarta
Sherwood, L. 2001.Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta;
EGC.
Guyton, AC, Hall JE. 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11.
Jakarta; EGC.
Despopoulos. Agamemnon. Stefan Sibernagl. 2003. Color atlas of
physiology. 5th Edition. New York; Thieme Stuttgart.
Top Related