USULAN PENELITIAN
I. JUDUL PENELITIAN
OPTIMASI PELAKSANAAN MANAJEMEN WAKTU TERHADAP FAKTOR-
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PEKERJAAN
KONSTRUKSI PONDASI BORED PILE
II. LATAR BELAKANG
Seiring perkembangan jaman, pembangunan di Indonesia telah menyebar, tidak hanya
terpusat di kota-kota besar saja, tapi telah merambah ke daerah-daerah, di seluruh
pelosok tanah air. Dalam pembangunan tersebut banyak bangunan besar seperti
gedung, jembatan, menara dan bangunan lain didirikan. Untuk menahan beban
bangunan yang berat tersebut tentunya diperlukan pondasi yang kokoh. Apabila
kondisi tanah di permukaan tidak mampu menahan bangunan tersebut, maka beban
bangunan harus diteruskan ke lapisan tanah keras di bawahnya. Untuk itu sering
dipakai konstruksi pondasi dalam berupa tiang pancang atau bored pile.
Pondasi tiang pancang sering dipakai pada lahan yang masih luas dan kosong, dimana
getaran yang ditimbulkan pada saat aktifitas pemancangan berlangsung tidak
mengganggu lingkungan sekitarnya. Namun jika bangunan tersebut didirikan di lokasi
yang telah padat penduduknya, maka getaran yang ditimbulkan akan menimbulkan
masalah karena sangat mengganggu dan dapat merusak bangunan di sekitarnya. Dalam
hal ini pemakaian pondasi bored pile merupakan pilihan pondasi yang tepat.
Pondasi merupakan tahap awal dari suatu proyek. Bila terjadi keterlambatan pada
tahap ini, maka akan mempengaruhi jangka waktu penyelesaian suatu proyek. Oleh
kerena itu sangat diperlukan suatu manajemen waktu (time management) untuk
mengusahakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan paket pekerjaan pondasi yang
maksimal agar dicapai hasil yang maksimal dari sumber daya yang tersedia.
Menurut Mingus (2002), waktu (Time) adalah salah satu constraint dalam Project
Management di samping biaya (Cost), dan kualitas (Quality). Keterlambatan proyek
P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 1
akan berdampak pada aspek lain dalam proyek. Sebagai contoh, meningkatnya biaya
untuk effort mempercepat pekerjaan dan bertambahnya biaya overhead proyek.
Dampak lain yang juga sering terjadi adalah penurunan kualitas karena pekerjaan
“terpaksa” dilakukan lebih cepat dari yang seharusnya sehingga memungkinkan
beberapa hal teknis “dilanggar” demi mengurangi keterlambatan proyek.
Menurut Association of Researchers in Construction Management pada Twenty-Third
Annual Conference 2007, beberapa pengalaman menyatakan sejumlah proyek
mengalami peningkatan biaya konstruksi akibat penambahan waktu pelaksanaan
hingga sebesar 40%. Jadi, dengan manajemen waktu, resiko sebuah proyek mengalami
keterlambatan menjadi kecil. Secara langsung hal tersebut akan mengurangi
pembekakan biaya proyek, serta pada akhirnya akan memberikan keuntungan bagi
para kontraktor, sebagai penanggungjawab pelaksanaan proyek.
III. PERUMUSAN MASALAH
Hingga saat ini banyak dijumpai proyek-proyek yang mempunyai performa yang
kurang baik, maka diperlukan suatu analisa tentang pelaksanaan manajemen waktu.
Dalam hal ini, ditekankan pada optimasi manajemen waktu terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi keterlambatan pekerjaan konstruksi pondasi bored pile.
Pertanyaan Penelitian :
1. Bagaimana pelaksanaan manajemen waktu pada konstruksi pondasi bored pile?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konstruksi pondasi bored pile?
3. Bagaimana cara mengoptimasi pelaksanaan manajemen waktu terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi konstruksi pondasi bored pile?
IV. TUJUAN DAN SASARAN PENELITIAN
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mangetahui cara mengoptimasi
pelaksanaan manajemen waktu terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
keterlambatan pekerjaan konstruksi pondasi bored pile. Adapun sasaran penelitian ini
adalah sebagai berikut:
P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 2
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen waktu pada konstruksi
pondasi bored pile.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pekerjaan
konstruksi pondasi bored pile.
3. Untuk mengetahui cara mengoptimasi pelaksanaan managemen waktu terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pekerjaan konstruksi pondasi
bored pile.
V. BATASAN PENELITIAN
Keterlambatan proyek akan berdampak pada aspek lain dalam proyek. Dengan
manajemen waktu, resiko sebuah proyek mengalami keterlambatan menjadi kecil.
Dalam hal ini, penelitian hanya ditekankan pada optimasi pelaksanaan manajemen
waktu terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan pekerjaan konstruksi
pondasi bored pile dari sudut pandang perusahaan “PT X”
“PT X” merupakan suatu perusahaan konstruksi yang khusus menangani pekerjaan
pondasi bored pile sejak tahun 1972. Pada penelitian ini, lokasi proyek tidak dibatasi.
Responden yang akan diwawancarai yaitu orang yang mengerti dan berperan dalam
perusahan kontraktor spesialis pondasi bored pile tersebut.
VI. MANFAAT PENELITIAN
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :
1. Memperluas wawasan ilmu manajemen konstruksi khususnya manajemen waktu
pada konstruksi pondasi bored pile, sehingga dapat dijadikan bahan rujukan bagi
penelitian yang akan datang.
2. Menambah konsep baru yang dapat dijadikan bahan rujukan bahan penelitian lebih
lanjut bagi pengembangan ilmu managemen kostruksi.
3. Dijadikan acuan dalam usaha mengurangi keterlambatan proses konstruksi,
khususnya konstruksi pondasi bored pile.
4. Memberikan rekomendasi pada kontraktor, pentingnya manajemen waktu dalam
pelaksanaan konstruksi pondasi bored pile.
P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 3
VII. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Secara garis besar sistematika pembahasan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bab I – PENDAHULUAN
Berisi berbagai hal yang melatarbelakangi diadakannya penelitian ini, masalah
penelitian, tujuan dan sasaran penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika pembahasan.
Bab II – KAJIAN PUSTAKA
Berisi sumber-sumber yang digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian,
diantaranya mengenai berbagai sistem manajemen waktu, aspek manajemen waktu,
kendala pelaksanaan manajemen waktu, dan faktor-faktor penyebab keterlambatan
proyek.
Bab III – METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini, akan dipaparkan mengenai metode penelitian, populasi dan sampel
penelitian, variable penelitian, jenis dan teknik pengumpulan data, teknik pengolahan
dan analisis data.
Bab IV – ANALISA HASIL PENELITIAN
Berisi analisa dari berbagai data hasil survey, disesuaikan dengan teori yang didapat
dari studi literatur dan berbagai kenyataan di lapangan sehingga didapatkan jawaban
dari permasalahan yang ada.
Bab V – KESIMPULAN DAN SARAN
Membahas hasil penelitian berupa kesimpulan yang diperolah dari pengolahan dan
analisis data. Selain itu, kesimpulan dan saran juga berisi jawaban atas tujuan dan
manfaat penelitian ini sendiri, dan ditutup dengan saran untuk perbaikan di masa
depan.
P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 4
VIII. TINJAUAN TEORI
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau
pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau
maksud-maksud yang nyata. Manajemen sebagai proses yang khas yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakan dan pengawasan
yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lain.
(George R. Terry, Ph.D)
George R. Terry memberikan pengertian bahwa manajemen adalah suatu proses yang
berbeda, terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controling yang dilakukan
untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan manusia dan sumber
daya lainnya. Dengan kata lain, berbagai jenis kegiatan yang berbeda itulah yang
membentuk manajemen sebagai suatu proses yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan
sangat erat hubungannya. (Yayat M. Herujito , 2001: 3)
Sebenarnya teori G.R. Terry inilah yang paling mudah diingat. P O A C : Planning,
Organizing, Actuating, Controlling.
o Planning → Perencanaan
o Organizing → Pengorganisasian atau Pembagian Tugas
o Actuating → Pelaksanaan
o Controlling → Pengontrolan / Pengawasan
Menurut G.R. Terry dalam bukunya, Prinsip-prinsip Manajemen (Principle of
Management), diperlukan suatu usaha yang sinkron / teratur untuk menyediakan
jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan
suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.
1. Teori Manajemen Waktu
1.1. Sistem Manajemen Waktu
1.2. Aspek-aspek Manajemen Waktu
1.2.1. Menentukan Penjadwalan Proyek
1.2.2. Mengukur dan Membuat Laporan Kemajuan Proyek (Monitoring)
P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 5
1.2.3. Membandingkan Jadwal dengan Kemajuan (Analysis)
1.2.4. Merencanakan dan Menerapkan Tindakan Pembetulan (Corrective
Action)
1.2.5. Memperbaharui Penjadwalan Proyek (Update Operational
Schedule)
1.3. Kendala-Kendala Pelaksanaan Manajemen Waktu
2. Kajian Studi Terdahulu
2.1. Analisa Aspek-aspek yang Menyebabkan Keterlambatan Pelaksanaan
Proyek (Prajogo dan Klemens, 1996)
Pada penelitian sebelumnya yang berjudul “Analisa Aspek-aspek yang
Menyebabkan Keterlambatan Pelaksanaan Proyek” (Prajogo dan Klemens,
1996) merupakan studi kasus pada proyek The Paragon Luxury Apartment.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 4 faktor utama
penyebab keterlambatan suatu proyek, yaitu: (1) keterlambatan pengiriman
material ke lokasi, (2) tingkat pekerjaan ulang dan pembongkaran, (3)
perubahan desain konstruksi, dan (4) keterlambatan pengiriman peralatan.
2.2. Keterlambatan Waktu Pelaksanaan Proyek Klasifikasi dan Peringkat dari
Penyebab-penyebabnya (Praboyo, 1988)
Penelitian lain dengan judul “Keterlambatan Waktu Pelaksanaan Proyek
Klasifikasi dan Peringkat dari Penyebab-penyebabnya” (Praboyo, 1988)
juga membahas tentang keterlambatan proyek. Hasil dari penelitian ini juga
menunjukan 4 faktor utama penyebab keterlambatan proyek, yaitu: (1)
adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai, (2)
kualifikasi teknis dan manajerial yang buruk dari personil-personil dalam
organisasi kerja kontraktor; rencana urutan kerja yang tidak tersusun
dengan baik, (3) perencanaan (gambar/spesifikasi) yang salah/tidak
lengkap, dan (4) kegagalan kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan.
P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 6
3. Kajian Prosedur Standar
Manajemen waktu dikatakan berhasil ketika berhasil bila kontraktor mampu
melaksanakan seluruh aspek manajemen waktu, yaitu :
a) Menentukan Penjadwalan Proyek
b) Mengukur dan Membuat Laporan Kemajuan Proyek (Monitoring)
c) Membandingkan Jadwal dengan Kemajuan (Analysis)
d) Merencanakan dan Menerapkan Tindakan Pembetulan (Corrective Action)
e) Memperbaharui Penjadwalan Proyek (Update Operational Schedule)
IX. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif dan analisa non statistik. Analisa
deskriptif ditujukan untuk memberikan gambaran mengenai manajemen waktu dan
aspek-aspek yang mempengaruhinya. Analisa non statistik digunakan untuk mencari
faktor-faktor dominan yang mempengaruhi keterlambatan pekerjaan pondasi bored
pile dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process).
1. Kerangka Penelitian
P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 7
Keterlambatan Pekerjaan Pondasi
Estimasi Waktu Penyelesaian
Seluruh Proyek
OPTIMASI
Manajemen Waktu
Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan
2. Kerangka Pemikiran
P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 8
TOPIK
Optimasi Manajemen Waktu Terhadap
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterlambatan
Pekerjaan Konstruksi Pondasi Bored Pile
Pengertian mengenai manajemen waktu dan faktor penyebab keterlambatan proyek.
Pelaksanaan manajemen waktu
Faktor-faktor penyebab keterlambatan pekerjaan pondasi bored pile
Landasan teori : Sistem manajemen waktu Aspek manajemen waktu Kendala manajemen waktu Faktor-faktor penyebab
keterlambatan proyek
STUDI LITERATUR
ANALISA (1)
Metode Analytical Hierarchy Process
(AHP)
LATAR BELAKANG
Pembangunan pada suatu lingkungan padat penduduk memilih menggunakan struktur pondasi dalam berupa bored pile. Pondasi
merupakan tahap awal dari suatu proyek. Bila terjadi keterlambatan pada tahap ini, maka akan mempengaruhi jangka waktu
penyelesaian suatu proyek. Oleh kerena itu sangat diperlukan suatu manajemen waktu (time management).
Kajian Studi Terdahulu
Kajian Prosedur Standar
Wawancara Observasi / Pengamatan
Faktor dominan penyebab keterlambatan pekerjaan pondasi bored pile
SURVEY
ANALISA (2)
Pelaksanaan manajemen waktu pada pekerjaan pondasi bored pile.
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
3. Tahapan Penelitian
P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 9
METODE PENELITIAN
OBSERVASI OBJEK.
PENETAPAN OBJEK
HIPOTESA
KESIMPULAN
Manajemen Waktu
Aspek-Aspek Manajemen Waktu pada
Pekerjaan Pondasi Bored Pile
Kinerja Waktu
Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan
Pekerjaan Pondasi Bored Pile
4. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah perusahan kontraktor spesialis pondasi bored
pile “PT. X”. “PT. X” merupakan suatu perusahaan konstruksi yang khusus
menangani pekerjaan pondasi bored pile sejak tahun 1972. Pada penelitian ini,
lokasi proyek tidak dibatasi.
Penentuan sample menggunakan teknik random sampling methods yang bertipe
Stratified Sampling, yaitu pengisian survey berdasarkan strata/tingkatan dan setiap
tingkatan memiliki karakteristik sendiri. Hal ini dikarenakan responden yang akan
diwawancarai adalah orang yang mengerti dan berperan perusahan kontraktor
spesialis pondasi bored pile “PT. X”.
5. Variabel Penelitian
Pengertian variabel penelitian menurut F Sugiyono ( 1999 ) adalah sesuatu hal
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel yaitu:
Variabel pada Analisa tahap 1 :
Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pusat perhatian utama
peneliti.
Variabel dependen : Kinerja Waktu (Y).
Apabila Y<1 maka pekerjaan pondasi bored pile berjalan dengan pelaksanaan
kinerja waktu yang baik.
Apabila Y>1 maka pekerjaan pondasi bored pile berjalan dengan pelaksanaan
kinerja waktu yang buruk.
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen.
Variabel independen : Faktor-faktor penyebab keterlambatan pada pekerjaan
pondasi bored pile ( X ).
P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 10
X1 = Proses Kontrak
X2 = Proses Pembayaran
X3 = Jumlah Titik
X4 = Perubahan Desain Konstruksi
X5 = Pengiriman Material
X6 = Kinerja Manajer Proyek
X7 = Kinerja Tim Kerja pada Proyek
X8 = Komunikasi Kontraktor pada Owner
X9 = Pengawasan Proyek
Variabel pada Analisa tahap 2 :
Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pusat perhatian utama
peneliti.
Variabel dependen : Manajemen Waktu (Y).
Apabila Y<1 maka pekerjaan pondasi bored pile berjalan dengan pelaksanaan
manajemen waktu yang baik.
Apabila Y>1 maka pekerjaan pondasi bored pile berjalan dengan pelaksanaan
manajemen waktu yang buruk.
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen.
Variabel independen : Aspek-Aspek Manajemen Waktu pada pekerjaan
pondasi bored pile ( X ).
X1 = Menentukan Penjadwalan Proyek
X2 = Mengukur dan Membuat Laporan Kemajuan Proyek (Monitoring)
X3 = Membandingkan Jadwal dengan Kemajuan (Analysis)
X4 = Merencanakan dan Menerapkan Tindakan Pembetulan (CorrectiveAction)
X5 = Memperbaharui Penjadwalan Proyek (Update Operational Schedule)
P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 11
6. Instrumen Penelitian
a. Studi Literatur
Pengumpulan data mengenai teori yang berhubungan dengan variabel-
variabel yang diteliti.
b. Observasi
Pengambilan data – data mengenai objek yang diteliti berupa foto, gambar
kerja, data lainnya yang mendukung.
c. Wawancara
Pengumpulan data mengenai presepsi responden yang menjadi objek studi
mengenai kasus tersebut.
7. Proses Pengumpulan Data
Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini digunakan dua jenis data yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dan segera dapat diperoleh dari
sumbernya, diamati, dan dicatat pertama kalinya. Dalam penelitian ini data
primer yang digunakan bersumber dari responden yang mengerti dan berperan
perusahan kontraktor spesialis pondasi bored pile “PT. X”. yang terdiri dari
tanggapan responden terhadap manajemen waktu dan faktor-faktor yang
mempengaruhi keterlambatan pekerjaan pondasi bored pile.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung diperoleh dari sumbernya,
namun sumber yang didapat dari studi literatur, kajian studi terdahulu, kajian
prosedur standar, maupun internet.
P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 12
Kedua data tersebut sangat penting atau diperlukan untuk ketepatan sejumlah
informasi yang relevan dengan data tentang variabel-variabel penelitian dan
untuk menyederhanakan data yang akan dikumpulkan, agar dalam penelitian
dapat membuat kesimpulan-kesimpulan dari data yang dikumpulkan tersebut.
Cara Pengumpulan Data
Observasi dimulai dengan pengumpulan data objektif melalui narasumber di
“PT.X”. Untuk memperoleh data-data mentah melalui pertanyaan-pertanyaan
yang bersifat terbuka.
Dilakukan pula studi literatur, dimana teori dipilah sesuai dengan
hubungannya terhadap variable-variable penelitian. Dari data-data yang
diperoleh, akan dilakukan analisis untuk proses pengumpulan data lanjutan.
Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu data
yang berkaitan dengan kinerja waktu terhadap faktor-faktor penyebab
keterlambatan pekerjaan pondasi bored pile dan manajemen waktu terhadap
aspek-aspek yang mempengaruhinya.
Data yang telah terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data. Analisa
deskriptif ditujukan untuk memberikan gambaran mengenai manajemen waktu
dan aspek-aspek yang mempengaruhinya. Analisa non statistik digunakan
untuk mencari faktor-faktor dominan yang mempengaruhi keterlambatan
pekerjaan pondasi bored pile dengan menggunakan metode AHP (Analytical
Hierarchy Process). Dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy
Process). Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli
matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan
dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan
mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan
tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam
P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 13
suatu susunan hirarki, member nilai numerik pada pertimbangan subjektif
tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini
untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi
dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode AHP
ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur
suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik
berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini
juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan
pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang
beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif
sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat.
(Saaty, 1993).
Menurut Saaty, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan AHP,
yaitu prinsip menyusun hirarki. Hirarki yang dimaksud adalah hirarki dari
permasalahan yang akan dipecahkan untuk mempertimbangkan kriteria-
kriteria atau komponen komponen yang mendukung pencapaian tujuan. Dalam
proses menentukan tujuan dan hirarki tujuan, perlu diperhatikan apakah
kumpulan tujuan beserta kriteria-kriteria yang bersangkutan tepat untuk
persoalan yang dihadapi. Dalam memilih kriteria-kriteria pada setiap masalah
pengambilan keputusan perlu memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Lengkap
Kriteria harus lengkap sehingga mencakup semua aspek yang penting, yang
digunakan dalam mengambil keputusan untuk pencapaian tujuan.
b. Operasional
Operasional dalam artian bahwa setiap kriteria ini harus mempunyai arti
bagi pengambil keputusan, sehingga benar-benar dapat menghayati
terhadap alternatif yang ada, disamping terhadap sarana untuk membantu
penjelasan alat untuk berkomunikasi.
c. Tidak berlebihan
Menghindari adanya kriteria yang pada dasarnya mengandung pengertian
yang sama.
P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 14
d. Minimum
Diusahakan agar jumlah kriteria seminimal mungkin untuk mempermudah
pemahaman terhadap persoalan, serta menyederhanakan persoalan dalam
analisis.
Tiga prinsip menyusun hirarki dalam memecahkan persoalan dengan AHP,
yaitu :
1. Decomposition
Setelah persoalan didefinisikan maka perlu dilakukan decomposition,
yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika
ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan
terhadap unsur-unsurnya sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari
persoalan tadi. Karena alasan ini maka proses analisis ini dinamai
hirarki (Hierarchy). Pembuatan hirarki tersebut tidak memerlukan
pedoman yang pasti berapa banyak hirarki tersebut dibuat, tergantung
dari pengambil keputusan-lah yang menentukan dengan
memperhatikan keuntungan dan kerugian yang diperoleh jika keadaan
tersebut diperinci lebih lanjut. Ada dua jenis hirarki, yaitu hirarki
lengkap dan hirarki tidak lengkap. Dalam hirarki lengkap, semua
elemen pada semua tingkat memiliki semua elemen yang ada pada
tingkat berikutnya. Jika tidak demikian maka dinamakan hirarki tidak
lengkap.
2. Prinsip Menentukan Prioritas (Comparative Judgement)
Comparatif Judgement Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang
kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam
kaitannya dengan tingkat yang diatasnya. Penilaian ini merupakan inti
dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen.
Hasil dari penilaian ini akan ditempatkan dalam bentuk matriks yang
dinamakan matriks pairwise comparison.
P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 15
Dalam melakukan penialaian terhadap elemen-elemen yang
diperbandingkan terdapat tahapan-tahapan, yakni:
a. Elemen mana yang lebih (penting/disukai/berpengaruh/lainnya)
b. Berapa kali sering (penting/disukai/berpengaruh/lainnya)
Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua
elemen, perlu dipahami tujuan yang diambil secara umum. Dalam
penyusunan skala kepentingan, Saaty menggunakan patokan pada tabel
berikut.
Dalam penilaian kepentingan relative dua elemen berlaku aksioma
reciprocal, artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting dibanding j,
maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding
elemen i. Disamping itu, perbandingan dua elemen yang sama akan
menghasilkan angka 1, artinya sama penting. Dua elemen yang
berlainan dapat saja dinilai sama penting. Jika terdapat m elemen,
P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 16
maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran m x n.
Banyaknya penilaian yang diperlukan dalam menyusun matriks ini
adalah n(n-1)/2 karena matriks reciprocal dan elemen-elemen
diagonalnya sama dengan 1. Synthesis of Priority Dari setiap matriks
pairwise comparison kemudian dicari nilai eigen vectornya untuk
mendapatkan local priority. Karena matriks-matriks pairwise
comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan
global priority harus dilakukan sintesis antara local priority.
Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui
prosedur sintesis dinamakan priority setting.
3. Prinsip Konsistensi Logis (Logical Consistency).
Logical Consistency Konsistensi memiliki dua makna, pertama adalah
objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan
keseragaman dan relevansi. Arti kedua adalah menyangkut tingkat
hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
Penggunaan Metode AHP
AHP dapat digunakan dalam memecahkan berbagai masalah diantaranya
untuk mengalokasikan sumber daya, analisis keputusan manfaat atau biaya,
menentukan peringkat beberapa alternatif, melaksanakan perencanaan ke masa
depan yang diproyeksikan dan menetapkan prioritas pengembangan suatu unit
usaha dan permasalahan kompleks lainnya.
P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 17
Secara umum, langkah-langkah dasar dari AHP dapat diringkas dalam
penjelasan berikut ini:
1. Mendefinisikan masalah dan menetapkan tujuan.
Bila AHP digunakan untuk memilih alternatif atau penyusunan prioritas
alternatif, maka pada tahap ini dilakukan pengembangan alternatif.
2. Menyusun masalah dalam struktur hirarki.
Setiap permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail
dan terstruktur.
3. Menyusun prioritas untuk tiap elemen masalah pada tingkat
hirarki.
Proses ini menghasilkan bobot elemen terhadap pencapaian tujuan,
sehingga elemen dengan bobot tertinggi memiliki prioritas penanganan.
Langkah pertama pada tahap ini adalah menyusun perbandingan
berpasangan yang ditransformasikan dalam bentuk matriks, sehingga
matriks ini disebut matriks perbandingan berpasangan.
8. Penarikan Kesimpulan
Setelah proses analisa selesai dilakukan, terbentuklah sebuah kesimpulan yang didapat
dari seluruh proses penelitian.
P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 18
DAFTAR PUSTAKA
Kezner, Harold. (2000), Project Management a System Approach to Planning, Scheduling,
and Controlling, Seventh Edition, Singapore.
Mingus, Nancy, 2002, Alpa Teach Yourself Project Management dalam 24 Jam, Prenada
Media, Jakarta.
Praboyo, B. (1998), Keterlambatan Waktu Pelaksanaan Proyek Klasifikasi dan Peringkan
dari Penyebab-penyebabnya, Magister Teknik Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Prajogo, F dan Klemens, S.C. (1996), Analisa Aspek-aspek yang Menyebabkan
Keterlambatan Pelaksanaan Proyek (Studi Kasus : Proyek The Paragon Luxury
Apartment), Universitas Kristen Petra, Surabaya.
PMBOK. (2000), A Guide to the Project Management Body of Knowledge,USA.
Soeharto, Imam. (1999), Manajemen Proyek : Dari konseptual Sampai Operasional.
Edisi 2. Cetakan 1, Erlangga, Jakarta.
Sugiono. (2007), Statistika untuk Penelitian, CV. Alfabeta, Bandung.
Terry, George R. (2000), Prinsip-Prinsip Manajemen. (edisi bahasa Indonesia).
PT. Bumi Aksara, Bandung.
P A S C A S A R J A N A T E K N I K S I P I L V i r g i n i a A u r e l i a –1 5 1 . 1 3 1 . 0 0 3 | 19
Top Related