BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
BMKG Jl. Sisingamangaraja No. 1 Nabire Telp. (0984) 22559,26169 Fax (0984) 22559
ANALISIS CUACA EKSTRIM ANGIN KENCANG (22 Knot) DI NABIRE
TANGGAL 18 FEBRUARI 2017
OLEH :
EUSEBIO ANDRONIKOS SAMPE, S.Tr
NABIRE
2017
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
I. PENDAHULUAN
NABIRE – Telah terjadi angin kencang dengan kecepatan angin maksimum mencapai 22 Knot (44
km/jam) yang berhembus dari arah utara sekitar pukul 14.45 WIT pada tanggal 18 Februari 2017.
Gambar 1. Lokasi Peta Nabire
(Sumber : google maps)
II. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Satelit Cuaca
Berdasarkan gambar satelit Himawari 8 EH pada tanggal 18 Februari 2017 yang diambil mulai pukul
06.00 UTC (15.00 WIT) memperlihatkan terdapatnya awan konvektif tunggal tebal diatas wilayah Nabire.
Terlihat kumpulan awan konvektif tunggal tebal tersebut bergerak masuk ke wilayah Nabire berasal dari arah
timur daerah pergunungan perbukitan. Dari klasifikasi jenis awan diketahui awan yang terbentuk adalah awan
Cumulonimbus (Cb) yang dapat diketahui berdasarkan suhu puncak awan pada counter line satelit Himawari 8
EH yaitu (-56) s/d (-62) 0C, yang berpotensi menimbulkan hujan dan angin kencang. Kumpulan awan
Cumulunimbus tersebut bergerak menuju wilayah Nabire pada jam 06.00 UTC.
Gambar 2. Citra satelit Himawari 8 EH pukul 06.00 UTC tanggal 18 Februari 2017
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
B. Analisis Dinamika Atmosfer
B.1 Suhu Muka Laut
Nilai analisis suhu muka laut di perairan dekat wilayah Nabire, tanggal 18 Februari 2017 berkisar 27 s/d
31 0C dengan anomaly (+1) s/d (+2). Nilai positif ini menunjukkan kondisi laut lebih hangat dan dapat menambah
peluang penguapan yang tinggi sehingga menambah pasokan bagi terbentuknya awan-awan hujan di sekitar
wilayah kejadian wilayah Nabire.
Gambar 3. SST dan anomaly perairan Indonesia tanggal 18 Februari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
B.2 ENSO (El Nino – South Osciilation)
Berdasarkan data indeks Nino 3.4 tanggal 18 Februari 2017 yang bernilai – 0.11 dan data SOI tanggal 18
Februari 2017 yang bernilai - 1.5, maka dapat dikatakan bahwa pada tanggal 18 Februari 2017, menunjukkan
potensi penguapan dan perawanan di wilayah benua maritim Indonesia cukup rendah dan potensi hujan cukup
rendah di wilayah Indonesia terutama di bagian timur.
Gambar 4. Grafik Indeks Nino 3.4 dan SOI Tanggal 18 Februari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
B.3 MJO (Madden – Julian Oscillation)
Berdasarkan data diagram fase MJO pada tanggal 18 Februari 2017 yang berada di kuadran I, sehingga
tidak mempengaruhi kondisi curah hujan di sekitar wilayah Indonesia.
Gambar 5. Track MJO tanggal 18 Februari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
B.4 Outgoing Longwave Radiation (OLR)
Berdasarkan hasil analisis Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 20 Agustus 2016 s/d 18 Februari
2017 nilai anomali OLR disekitar wilayah Nabire : -10 W/m2 s/d -30 W/m2. Anomali OLR bernilai negatif
menandakan tutupan awan cenderung cukup tebal dari rata-rata klimatologisnya
Gambar 6. Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 20 Agustus 2016 s/d 18 Februari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
B.5 Analisa Isobar
Berdasarkan gambar isobar dari tanggal 18 Februari 2017 terlihat bahwa secara umum wilayah Indonesia
bagian selatan terdapat beberapa pola gangguan cuaca yakni 3 (tiga) daerah tekanan rendah (Low Pressure). Hal
tersebut menandakan bahwa kondisi yang mendukung aktifnya pergerakan massa udara dari wilayah Indonesia
bagian utara menuju wilayah Indonesia bagian selatan.
Gambar 7. Analisa Isobar Jam 00.00 tanggal 18 Februari 2017
(Sumber : www.bom.gov.au)
B.6 Angin Streamline
Dari peta streamline, pola angin dengan ketinggian 3000 feet menunjukkan diatas terlihat adanya
pergerakan angin yang membawa massa udara dari samudera Pasifik yang melewati tepat diatas wilayah Nabire.
Selain itu adanya pola konvergensi dan shearline, yang dapat berperan untuk pembentukan awan – awan konvektif
penghasil hujan lebat serta angin kencang.
Gambar 8. Analisa Streamline Jam 00.00 UTC tanggal 18 Februari 2017
(Sumber : www.bmkg.go.id/ & www.bom.gov.au)
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
B.7 Kelembaban Relatif
Berdasarkan data kelembaban relatif pada lapisan 850, 700 & 500 mb jam 06.00 UTC, kelembaban relatif
berkisar antara 70 - 90%. Hal ini menunjukkan potensi pertumbuhan awan di level rendah sampai level menengah
cukup tinggi sedangkan kelembaban relatif pada lapisan 200 mb jam 06.00 UTC, kelembaban relatif berkisar
antara 40 – 50%. Hal ini menunjukkan potensi pertumbuhan awan di level tinggi sangat rendah. Dapat
disimpulkan bahwa pada saat kejadian angin kencang kondisi udara basah hingga lapisan 500 mb, sangat
berpotensi untuk perbentukan awan-awan konvektif di sekitar wilayah Nabire.
Gambar 9. Kelembaban Udara Lapisan 850, 700, 500 & 200 mb pada jam 06.00 UTC
tanggal 18 Februari 2017
B.8 Indeks Labilitas Udara
Nilai K.Indeks yaitu 35 - 40 yang mengindikasikan potensi pembentukan awan konvektif sedang hingga
kuat.
Gambar 10. K.Indeks jam 06.00 UTC tanggal 18 Februari 2017
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V
STASIUN METEOROLOGI NABIRE
Nilai Lifted Indeks berkisar antara -2 s/d -3 yang mengindikasikan udara labil dan kemungkinan potensi
badai guntur yang kuat.
Gambar 11. Lifted Indeks jam 06.00 UTC tanggal 18 Februari 2017
Nilai Showalter Indeks yaitu -1 yang mengindikasikan kemungkinan terjadi badai guntur.
Gambar 12. Showalter Indeks jam 06.00 UTC tanggal 18 Februari 2017
III. KESIMPULAN
1. Berdasarkan analisa dinamika atmosfer secara global diatas menunjukkan bahwa ENSO, MJO tidak
berpengaruh pada kejadian angin kencang di wilayah Nabire namun terdapat pengaruh OLR serta Suhu
Muka laut yang memanas yang memicu pertumbuhan awan-awan konvektif di Nabire pada pertengahan
Februari.
2. Kelembaban relatif (RH) pada lapisan 850, 700 & 500 mb bernilai 70 - 90%. Hal ini menunjukkan bahwa
pada saat kejadian angin kencang kondisi udara basah sangat berpotensi untuk perbentukan awan-awan
konvektif di sekitar wilayah Nabire.
3. Analisa pola angin gradient terlihat adanya pergerakan angin yang membawa massa udara dari samudera
Pasifik yang melewati tepat diatas wilayah Nabire. Selain itu adanya pola konvergensi dan shearline, yang
dapat berperan untuk pembentukan awan – awan konvektif penghasil hujan lebat serta angin kencang.
Top Related