1
NUSYUZ SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA
KELAS I/A KOTA JAMBI
Skripsi
Oleh :
Rizki Wulandari
NIM: SPM 152146
PEMBIMBING :
Dr. Illy Yanti, M.Ag
Drs. H. Usman. H. Idris, M. HI
JURUSAN PERBANDINGAN MAZHAB
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2
3
4
5
MOTTO
Artinya :” kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita),
dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab
itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara
diri1ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)
2.
wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya3, Maka nasehatilah mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika
mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya4. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.
1 Maksudnya: tidak Berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya
2 Maksudnya: Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan
baik. 3 Nusyuz: Yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri seperti
meninggalkan rumah tanpa izin suaminya 4 Maksudnya: untuk memberi peljaran kepada isteri yang dikhawatirkan pembangkangannya
haruslah mula-mula diberi nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat barulah dipisahkan dari tempat tidur
mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul mereka dengan pukulan yang tidak
meninggalkan bekas. bila cara pertama telah ada manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan
seterusnya.
6
ABSTRAK
Rizki Wulandari, SPM 152146, Nusyuz Sebagai Alasan Perceraian Di Pengadilan
Agama Kelas I/A Kota Jambi
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk: Untuk dapat mengetahui
dan memahami konsep nusyuz menurut perspektif hukum perkawinan Islam, Untuk
mengetahui factor penyebab istri melakukan nusyuz terhadap suami, Untuk
mengetahui pertimbangan hukum yang digunakan majelis hakim Penelitian ini adalah
penelitian kualitatif studi kasus dengan metode deskriptif kualitatif, dimana pada
penelitian ini merupakan jenis pendekatan yang digunakan untuk menyelidiki dan
memahami sebuah kejadian atau masalah yang telah terjadi dengan mengumpulkan
berbagai macam informasi yang kemudian diolah untuk mendapatkan sebuah solusi
agar masalah yang diungkapkan dapat terselesaikan. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan, di peroleh dasil dan kesimpulan sebagai berikut: Nusyuz yang dilakukan
isteri diselesaikan dengan tiga tahap, yaitu pengajaran (komunikasi intensif dan
persuasif), pisah tempat tidur dan terakhir dengan memukul yang tidak mencederai.
Nusyuz yang dilakukan suami diselesaikan dengan cara-cara damai dan dengan
mencari akar masalah kemudian mengajukan penyelesaian damai yang tepat dan
menguntungkan semua pihak. Factor penyebab nusyuz, yaitu : adanya Zina, Mabuk,
Madat, Judi, Meninggalkan Salah Satu Pihak, Dihukum, Poligami, KDRT, Cacat
Badan,Perselisihan dan Pertengkaran, Kawin Paksa, Murtad, Ekonomi. Pandangan
Hakim , yaitu: jika istri yang melakukan nusyuz maka istri tidak berhak akan nafkah
iddah, akan tetapi istri bisa mendapatkan uang mut‟ah dari suami boleh berbentuk
uang ataupun benda. Jika suami yang melakukan nusyuz maka gugurlah hak istri
terhadap suami dan kewajiban suami terhadap istri.
Kata Kunci : Perceraian, Nusyuz
7
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk Ayahanda dan Ibundaku yang telah sangat berjasa
dalam mendidik, membimbing dan mengasuh anaknya, serta telah melahirkan.
Memberikan semangat yang tidak pernah padam kepada penulis. Dan kepada
temanku miftakhul jannah,eli marlinda,fitri hidayati,delvira putri jannah, hengki adi
saputra, alpin deswandi, taufikurrahman,lipa adianursila. Serta Teman-temanku
seperjungan Yang telah memberi motivasi dan bantuan apapun kepada penulis. Dan
penulis tidak dapat menyebutkan lebih banyak lagi teman-teman yang telah
membantu penulis. Penulis tidak dapat membalas budi baik tersebut, hanya
kuserahkan kepada allah SWT , semoga amal perbuatan yang telah diberikan bernilai
pahala disisi allah SWT dan bermanfaat bagi pembaca,amin ya robbal alamin.
8
KATA PENGANTAR
بسم هلل الرا محن الرا حيم
Alhamdulillah,segala pujian serta syukur yang tak terhingga penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan limpahan rahmat dan kasih sayang
nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Shalawat teriring salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammdah SAW
yang telah menebarkan cahaya islam keseluruh penjuru dunia sehingga penulis
dapatmenikmati indahnya hidup dalam naungaaan cahaya islam.
Skripsi ini sebagai bentuk nyata dari perjuangan penulis dalam menuntut ilmu
di bangku kuliah universitas islam negri (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Berbagai hambatan dan kesulitan selama proses penulisan skripsi ini dapat penulis
lalui. Semua ini karna do‟a dan dukungan orang-orang yang ada disekitar penulis.
Oleh karna itu, penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada para pihak yang telah mendukung penulis dalam penulisan skripsi
ini terutama sekali yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan.,A, selaku Rektor UIN Sultan thaha
Saifuddin Jambi
2. Bapak Dr. A. A, Miftah, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak H. Hemanto Harun, Lc, M.HI, ph. D, selaku Wakil Dekan
Bidang Akaedemik Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi
4. Ibu Dr.Rahmi ,S. Ag,, M.HI, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi
Umum,Perencanaan Dan Keuangan Fakultas Syariah UIN Sulthan
Saifuddin Jambi.
9
5. Ibu Dr. Illy Yanti, M. Ag Dan Bapak Drs. H Usman H. Idris, M. HI,
selaku Pembimbing I Dan Pembimbing II Skripsi ini.
6. Bapak Alhuni, S. Ag., M. HI, selaku ketua jurusan PM dan Bapak
Yudi Armansyah, S. Th. I,. M. Hum, selaku sekretaris PM dan seluruh
staf PM
7. Bapak dan ibu dosen,asisten dosen,dan seluruh karyawan/karyawati
Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
8. Bapak Hakim Drs. H. Efrizal, S. H,. M. HI, selaku hakim yang telah
membantu saya dalam pencarian data skripsi ini dan seluruh staf yang
telah membantu.
9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini baik secara
langsung maupun tidak langsung
Disamping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan.oleh kernanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat
memberikan konstribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini.kepada Allah
SWT kita memohon ampunannya,semoga amal kebajikan kita bernilai pahala
di sisi allah swt.
10
DAFTAR ISI
HALAM AN JUDUL ...................................................................................................i
LEMBAR PENYATAAN...........................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................................................iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN...........................................................................iv
MOTTO........................................................................................................................v
ABSTRAK...................................................................................................................vi
PERSEMBAHAN......................................................................................................vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................viii
DAFTAR ISI................................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................8
C. Batasan Masalah..............................................................................8
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian....................................................8
E. Kerangka teori.................................................................................9
F. Tinjaun Pustaka.............................................................................18
G. Metode Penelitian..........................................................................21
H. Sistematika Penulisan....................................................................25
I. Jadwal Penelitian..........................................................................26
BAB II NUSYUZ SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN DALAM HUKUM
ISLAM................................................................................................29
11
A. Pengertian Perceraian....................................................................29
B. Dasar Hukum Perceraian...............................................................31
C. Macam-macam Perceraian............................................................35
D. Sebab-sebab Terjadinya Perceraian……………………………...45
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG NUSYUZ...............................49
A. Pengertian Nusyuz……………………………………………….49
B. Dasar Hukum Nusyuz……………………………………………51
C. Akibat Nusyuz…………………………………………………...54
D. Upaya Mengatasi Nusyuz………………………………………..55
E. Pandangan Hukum Islam Terhadap Nafkah Iddah Bagi Istri Yang
Nusyuz………………………………………………………...…59
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA HASIL PENELITIAN...................63
A. Pandamgan Hukum Islam Tentang Nusyuz..................................63
B. Faktor-faktor Penyebab Istri Nusyuz Nusyuz……......…………..67
C. Alasan Hakim Memutuskan Perkara Tentang Nusyuz….……....73
BAB V PENUTUP .........................................................................................77
A. Kesimpulan ...................................................................................77
B. Saran .............................................................................................78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Wawancara
2. Surat permohonan data/wawancara ke pengadilan agama jambi
3. Putusan pengadilan agama jambi
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan Allah SWT mempunyai naluri menusiawi yang perlu
mendapat pemenuhan.dalam pada itu manusia diciptakan oleh allah untuk
mengabdikan dirinya kepada khaliq penciptanya dengan segala aktivitas
hidupnya.pemenuhan naluri manusiawi, manusia yang antara lain keperluan
biologisnya termasuk aktivitas hidup, agar manusia menuruti tujuan kejadiannya,
allah mengatur hidup manusia dengan perkawinan. Jadi aturan perkawinan
menurut islam merupakan tuntunan agama yang perlu mendapat perhatian,
sehingga tujuan melangsungkan perkawinan ialah memnuhi nalurinya dan
petunjuk agama.5
Dan setiap manusia yang hidup dimuka bumi ini pasti mendambakan
kebahagiaan dan salah satunya jalan untuk mencapai kebahagiaan itu adalah
dengan jalan perkawinan.menurut undang-undang republic Indonesia No.1 tahun
1974 seperti yang termuat dalam pasal 1 ayat 2 perkawinan didefinisikan
sebagai”ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa”6dalam pencantuman berdasarkan
5 Abd Rahman Ghozaly,fiqih munakahat,(kencana prenada media 2003.hlm 22
6 Undang-undang republic Indonesia No.1 tahun 1974 tentang perkawinan (surabay arkola)
13
ketuhanan yang maha esa adalah karena Negara Indonesia berdasarkan kepada
pancasila yang sila pertamanya adalah ketuhanan yang maha esa bahwa
perkawinan mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama kerohanian
sehingga perkawinan mempunyai unsur lahir batin/jasmani tetapi juga memiliki
unsur batin/rohani7
Perkawinan dalam bahasa arab disebut dengan an-nikah yang artinya al-
wathi‟ dan al-dammu wal at-taddakhul terkadang juga disebut al-dammu wa-
jam‟u atau ibarat‟an al-wath‟ wal al-aqdu yang bernama bersetubuh, berkumpul
dan akad yang mana perkawinan secara etimologisnya para ulama fiqih
mendifinisikan oleh Wahba Zulaihi ialah:”akad yang membolehkan terjadinya
al-istinta‟(persetubuhan) dengan seorang wanita, atau melakukan wathi‟, dan
berkumpul selama wanita tersebut bukan wanita yang diharamkan baik sebab
keturunan,ataupun sepersusuan”defenisi Wahba Zulaihi adalah “akad yang
telah ditetapkan oleh syar‟i agar seorang laki-laki dapat mengambil manfaat
untuk melakukan istinta‟ dengan seorang wanita atau sebaliknya” kemudian
Abu Zahra mendifinisikan nikah sebgai akad yang menimbulkan akibat hukum
berupa halalnya melakukan persetubuhan antara laki-laki dengan perempuan,
saling tolong menolong serta menimbulkan hak dan kewajiban diantara
keduanya.8
7 Amiur Nuruddin,hukum perdata islam di Indonesia;study kritis perkembangan hukum islam
dan fiqih,UU No 1/1974 sampai KHI (Jakarta prenada group,2004 cet-3) hlm 43 8Ibid,hlm 39
14
Dalam Kompilasi Hukum Islam, seperti yang terdapat pasal 2 dinyatakan
bahwa perkawinan dalam Islam adalah:”pernikahan yaitu akad yang sangat kuat
atau mitsaqan gholozhan untuk mentaati perintah allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah”.9
Dan tujuan pernikahan sesungguhnya perintah suatu ikatan yang mulia dan
penuh kasih barakah. Allah SWT mensyari‟atkan untuk memberikan suatu
kemaslahatan dan manfaat kepada hambanya agar tercapai maksud-maksud yang
baik dan tujuan pernikahan ada dua: mendapatkan keturunan dan menjaga diri
dari zina 10
Dalam kehidupan rumah tanggga, meskipun pada mulanya suami-istri penuh
kasih sayang seolah-olah tidak akan menjadi pudar, namun pada kenyataan rasa
kasih sayang itu bila tidak dirawat bisa menjadi pudar bahkan bisa hilang
berganti dengan kebencian kalau kebencian sudah datang, dan suami istri tidak
sungguh hati mencari jalan keluar dan memulihkan kembali kasih sayangnya,
akan berakibat negative bagi anak keturunannya. Suami-istri dalam ajaran islam
tidak boleh terlalu cepat dalam mengambil keputusan bercerai, walaupun dalam
ajaran islam ada jalan penyelesaian terakhir yaitu perceraian, namun perceraian
adalah suatu hal yang meskipun boleh dilakukan tetapi di benci oleh nabi. Seperti
para sahabat yang ingin bercerai dengan istrinya, Rasulullah selalu menunjukkan
rasa tidak senangnya seraya berkata
9 Abdurrahman,komplikasi hukum islam (kajarta;pressindo,1992)cet-2 hlm.114
10 http:blog.re.or.id menikah sunnah word press,com.di akses pada tanggal 20 desember
2010
15
“ تٍ عًش سضٙ اهلل عُّ انُثٙ طهٗ اهلل عهّٛ ٔسهى لال :اتغض انحالل عُذ اهلل انطالق )سِٔ اتٕ عٍ ا
دأد(11
Artinya : Perbuatan yang paling dibenci allah adalah thalak
Untuk mencapai perdamain antara suami istri bilamana tidak dapat
diselesaikan oleh mereka, maka Islam mengajarkan agar diselesaikan melalui
hakam, Yaitu dengan mengutus satu orang yang mungkin untuk didamaikan.
Putusnya perkawinan dalam undang-undang No.1 tahun 1974 pasal 38 tentang
perkawinan ialah :
Perkawinan dapat putus karena :
1. Kematian
2. Perceraian
3. Keputusan pengadilan 12
Pasal tersebut menyatakan putusnya perkawinan yaitu karna
kematian,perceraian dan putusan pengadilan.dan tentunya ketentuan tersebut
dapat menjadikan media hukum bagi suami dan istri dalam dasar hukum
pengajuan perkara putusan perceraian dipengadilan khususnya hakim, yaitu
menerima, memeriksa, dan memutuskan perkara yang sesuai dengan UU No.4
Tahun 2004 pasal 28 ayat 1 yitu tentang asas-asas yang berkaitan dengan hakim
dan kewajibanya yaitu: hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-
nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.kita bisa
11
Abu Daud,sunan abu daud (Al-Qahirah,Dar-al-harin,1988/1409 H) juz ke-2 hlm 226. 12
Subekti,kitab undang-undang hukum perdata,PT Prenadya paramita 1999,hlm 549
16
menyimpulkan segala perkara yang diajukan hakim itu harus sesuai dengan
kewenangan dan kekuasaannya.13
Terkadang ada dari kalangan suami yang bertindak kasar, sewenang-
wenagnya dan tidak bertanggung jawab terhadap istrinya, yang pada akhirnya
sang istri berbuat serong kepada lelaki lain. Begitupun sebaliknya, tidak sedikit
para istri yang mengacukan suaminya, tidak mau melayani dan memnuhi hak-
haknya atau menyeleweng dari garis-garis suami istri, kesemua itu disebut
nusyuz.14
Kemudian didalam fikih juga dikenal adanya kewajiban bagi istri untuk
mentaati perintah suami, selama tidak bertentangan dengan syari‟at. Dan didalam
pandangan fikih dikenal nusyuz, yaitu wanita-wanita yang diduga meninggalkan
kewajiban suami istri. Ketika terjadi nusyuz tersebut maka suami mempunyai
hak pula untuk memperingatkan, dengan cara menasehatinya bahwa istri yang
tidak taat kepada suami akan mendapatkan siksaan Allah, dan perbuatan nusyuz
juga dapat menggugurkan nafkah dan giliran.
Ketika istri tidak mau untuk membenahi dirinya lagi dari perbuatan nusyuz
nya tersebut, maka suami dapat meninggalkan istri ditempat tidurnya, jika juga
tidak sadar, maka suami boleh memukul istri dengan pukulan yang tidak
membahayakan.
13
M.Fauzan,pokok-pokok hukum acara perdata peradilan agama dan mahkamah syar‟iyyah
di Indonesia (Jakarta ;kencana 2005 cet-1)hlm 7 14
Salih ibn ghanim,nusyuz;konflik suami-istri dan penyelesaiannya.hlm 12
17
Perbuatan istri yang nusyuz itu mengakibatkan gugurnya nafkah setelah
perceraian seperti didalam kompilasi hukum Islam akibat putusnya perkawinan
pasal 149 point b yaitu “para suami harus memberi nafkah, maskan dan kiswa
kepada bekas istri selama iddah, kecuali bekas istri dijatuhi talak bain atau
nusyuz, dan dalam keadaan tidak hamil”, ayat tersebut menjelaskan bahwa istri
yang nusyuz dan tidak taat pada suami itu tidak berhak mendapatkan nafkah
setelah perceraian seperti nafkah iddah, pada komplikasi hukum islam pasal 152
yang berbunyi “bekas istri berhak mendapatkan nafkah iddah dari bekas
suaminya, kecuali bila istri nusyuz tidak mendapatkan nafkah”.
Di Pengadilan Agama Kota Jambi berdasarkan data yang di update terbaru
terdapat pada tahun 2017/2018 yang berjumlah 909 perceraian yang terjadi pada
tahun 2017 dan 1.118 perceraian yang terjadi di tahun 2018 sesuai tabel dibawah
ini.15
TABEL. 1
NO JENIS PERKARA JUMLAH
1 CERAI GUGAT 658
2 CERAI TALAK 251
TOTAL 909
sumber data :pengadilan agama kota jambi
15
Pengadilan Agama Kota Jambi,Laporan Tahunan Pengadilan Agama Jambi 2017 dan
2018, 6 Februari 2019
18
TABEL. 2
N
NO JENIS PERKARA
JUMLAH
1 CERAI GUGAT 838
2 CERAI TALAK 280
TOTAL 1.118
sumber data :pengadilan agama kota jambi
Dari 2 tahun perkara yang masuk di Pengadilan Agama jambi penulis
kalkulasi jumlah perkara perceraian, baik cerai talak maupun cerai gugat terdapat
2.027 perceraian yang telah terjadi khususnya terhadap perkara nusyuz yang
terjadi pada tahun 2017 ada 383 perkara yang masuk dan pada tahun 2018 ada
602 perkara yang masuk16
. Perkara yang dikabulkan oleh hakim pada tahun 2017
adalah 896 perkara dan perkara yang ditolak ada 13 perkara dan pada tahun 2018
ada 1096 perkara yang dikabulkan dan 19 perkara yang ditolak oleh pengadilan
agama kota jambi.
Dari jumlah diatas terlihat bahwa tingkat perceraian di pengadilan agama kota
Jambi sangat tinggi, bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dari
permasalahan diatas penulis akan mencoba melakukan penelitian tentang perkara
perceraian akibat nusyuz dari salah satu pihak. Untuk pentingnya penelitian ini
penulis mengangkat judul tentang : Nusyuz Sebagai Alasan Perceraian Di
Pengadilan Agama Kelas I/A Kota Jambi
16
Pengadilan Agama Kota Jambi,Laporan Tahunan Pengadilan Agama Jambi 2017 dan
2018, 6 Februari 2019
19
B. Rumusan Masalah
Menururt peraturan yang berlaku yaitu fiqih dan kompilasi hukum Islam,
bahwa istri yang nusyuz tidak berhak dan gugur atas nafkah iddah tetapi didalam
pertimbangan putusan hakim tersebut, istri yang nusyuz tetap mendapatkan
nafkah iddah setelah perceraian untuk memudahkan masalah tersebut,penulis
rinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
a) Bagaimana Pandangan hukum islam tentang nusyuz?
b) Apa factor-faktor penyebab istri nusyuz terhadap suami?
c) Bagaimana pandangan hakim dalam menyelesaikan perkara nusyuz?
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah dan efesien dalam mencapai
pokok masalah,maka penulis merasa perlu untuk memberikan batasan dalam
masalah,untuk mempermudah pembahasan dan agar penelitian ini lebih akurat
dan terarah sehingga tidak menimbulkan masalah baru serta meluas maka penulis
membatasi pembahasan ini pada masalah seputar istri nusyuz menurut hukum
islam dan untuk pembatasan objek penelitian, maka penelitiannya difokuskan
pada putusan hakim di tahun 2017-2018
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk:
a) Untuk dapat mengetahui dan memahami konsep nusyuz menurut
perspektif hukum perkawinan Islam
20
b) Untuk mengetahui factor penyebab istri melakukan nusyuz terhadap
suami
c) Untuk mengetahui pertimbangan hukum yang digunakan majelis hakim
2. Kegunaan penelitian
Adapun kegunaan penelitian adalah :
a) Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya didalam hukum
perkawinan islam di Indonesia
b) Untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai ruang
lingkup penyelesain perkara istri yang nusyuz terhadap suami
c) Menambah wawasan keilmuan untuk khususnya Mahasiswa UIN STS
JAMBI Sulthan Thaha Saifuddin fakultas syari‟ah dan hukum dan
masyarakat pada umumnya.
E. Kerangka Teori
1. Konsep dan Bentuk Istri nusyuz menurut Mazhab Hanafi dan Mazhab
Syafi’i
Konsep nusyuz mengikut mazhab Hanafi ialah apabila seseorang istri
mengikatkan dirinya di rumah suaminya dan tidak keluar tanpa seizin suaminya17
sekalipun dia tidak bersedia dicampuri tanpa dasar syara‟ yang benar. Penolakan
seperti itu sekalipun haram, tetapi tidak menggugurkan haknya atas nafkah bagi
Iman Hanafi, yang menjadi sebab keharusan memberi nafkah adalah beradanya
17
Taqiyu Ad-Din Abi Bakr ibn Muhammad al-husni ad- Dimasqi Kifayat al-alkhyar. (Beirut , Dar al Fikr ,t t ) Tc. hlm-550
21
wanita tersebut di rumah suaminya. Persoalan ranjang dan hubungan seksual
tidak ada hubungan dengan kewajiban nafkah18
, maka istri dianggap taat. Tetapi
apabila istri keluar rumah tanpa dasar syara‟ maka ia dianggap nusyuz. Manakala
konsep nusyuz mengikut mazhab Syafi‟i ialah apabila istri tidak memberi
kesempatan kepada suami untuk menggauli dirinya dan berkhalwat dengannya
tanpa alasan berdasarkan syara‟ maupun rasio, maka dia dipandang sebagai istri
yang nusyuz. Bahkan menurut pandangan mazhab Syafi‟i menyatakan bahawa
sekadar kesediaan digauli dan berkhalwat sama sekali belum dipandang cukup
kalau istri tidak menawarkan dirinya kepada suami.
Hukum Islam tidak membatasi mengenai alasan-alasan perceraian. Apabila
masing-masing pihak sudah tidak saling mencintai lagi, maka sang suami dapat
menjatuhkan talak pada istrinya dan sebaliknya pihak istri dapat meminta untuk
diceraikan.19
Perceraian dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang bermacam-macam.
Bukanlah mudah untuk menyatukan dua pribadi yang berbeda antara suami dan
istri. Pribadi yang berbeda inilah yang kemudian memicu munculnya
pertengkaran kecil yang pada akhirnya tidak dapat diselesaikan dan kemudian
berlarut-larut.Pertengkaran yang terjadi dapat menyebabkan salah satu pihak
dalam perkawinan baik istri maupun suami untuk kemudian tidak
18
Muhammad Jawad Mugniyah, Fiqh lima mazhab., (Jakarta;lentera,2010), cet ke-2 .hlm 402 19
Lili Rasjidi,Alasan Perceraian Menurut UU.No 1 Tahun 1974 Tentang
Perceraian.Bandung. Alumni 1983 hlm 7
22
melaksananakan kewajibannya karena ego yang keras. Kondisi ketika suami atau
istri tidak melakukan kewajibannya lagi inilah yang disebut nusyuz dan dapat
berujung pada perceraian.
Nusyuz pada pihak istri terjadi apabila ia melalaikan kewajiban-kewajibannya
sebagai istri, tidak mau taat kepada suami, tidak mau bertempat tinggal bersama
suami, suka menerima tamu orang-orang yang tidak disukai suami, suka keluar
rumah tanpa izin suami, dan sebagainya. Suami dapat pula dikatakan nusyuz
apabila ia tidak mau memenuhi kewajiban-kewajibannya terhadap istri20
. Nusyuz
bukan hanya dapat berasal dari pihak istri, melainkan juga dapat berasal dari
pihak suami. Keduanya memiliki potensi yang sama untuk berbuat nusyuz karena
tidak ada yang membedakan kedua pihak tersebut dalam posisinya sebagai pihak
dalam sebuah rumah tangga.
2. Penyelesaian Istri nusyuz mengikut Mazhab Hanafi dan Mazhab Syafi’i
A. Pandangan mazhab Hanafi Terhadap Penyelesaian Istri Nusyuz
Ada empat tahap jalan keluar yang diajarkan Islam untuk mengatasi
nusyuz istri. Firman Allah dalam surah an-Nisaa‟ ayat 34.
Artinya:
”Dan perempuan-perempuan (para istri) yang kamu khawatirkan nusyuznya,
maka nasihatilah mereka, dan jauhilah mereka di tempat-tempat tidur
mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka
20
Ibid,hlm 89
23
janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya
Allah Maha Tinggi dan Maha Besar.”(an-Nisa‟:34)
Tahap pertama, Pemberian nasihat. Yaitu, dengan cara mengingatkan
istrinya secara sopan, lemah lembut dan jelas, agar bisa menyadari kesalahan-
kesalahan yang telah dilakukan. Juga dengan menasihatinya agar bertakwa
kepada Allah SWT dan belajar lebih baik mengenai apa yang menjadi
kewajiban istri kepada suami. Namun, sebelum melangkah ke tahap
pemberian nasihat ini, suami tentunya harus melakukan introspeksi terlebih
dahulu. Karena, bisa jadi nusyuznya istri tersebut adalah sebagai dampak atau
akibat dari kesalahan suami sendiri. Jika ini yang terjadi maka suamilah yang
harus berbenah. Tapi, jika memang terbukti istri yang bersalah, maka barulah
tahap pemberian nasihat ini bisa dilaksanakan. Saat memberikan nasihat, baik
juga dijelaskan kepada istri bahwa nusyuz secara hukum bisa menggugurkan
hak-hak istri atas suaminya.
Tahap kedua, berpisah ranjang dan tidak saling tegur sapa. Ini
merupakan tahap lanjutan, ketika tahap pertama tidak berhasil menyudahi
nusyuz istri. Khusus mengenai tidak bertegur sapa, batas waktu yang
diperbolehkan adalah maksimal tiga hari. Nabi bersabda:21
َِٕأِتٗ َأْعٍ َ( ُّ بَ ِسُّٚ ٌَُٕ ُسَّأضٗ هلُلَ ْعُ ًْسهٍٍِىل سهََّى َلَأَهلِلَ طهَّٗ هلُلَ عهََِّْٛ ل س َُٓجش أٌَْ ◌:َال ُِٚحُّم نُِ َُِٕ خاأَََْٚ ق فَْ
َِٛال، ٍَٛاَنث َثالَِ ََْٰـَفُِٛعُشٌ َْٚهَتِم ََْٰـُِْٚعُشاَ ٔزص َٔزص )يسهىو (سٔاِ ِتانَّسال َِأ ََْٚثذ٘ نَِّزاًا َُْْخُٛشاَ
21
Abu Husain Muslim bin Hajaj Muslim, sahih Muslim ., ( Beirut; Ad-Dar al-jamil, t t ), cet Ttc., Jilid 4 hlm-9
24
Artinya:
Daripada Abi Ayyub (ra) bahwa Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam)
bersabda: “Tidak halal bagi seorang muslim tidak bertegoran dengan
saudaranya (seagama) lebih dari tiga malam; mereka bertemu lalu yang ini
berpaling dan yang itu juga berpaling, dan yang paling baik di antara mereka
berdua ialah siapa yang memulai salam”. (HR. Muslim)
Tahap ketiga, memukul istri dengan pukulan yang ringan dan tidak
melukai. Dalam konteks ini, syariat memberikan kriteria sebatas apa
pemukulan boleh dilakukan, yaitu:
1. Tidak memukul bagian muka (wajah), karena muka adalah bagian tubuh
yang paling terhormat. Sebagaimana sabda Nabi SAW.22
ََّ ْاب َال تَِْضِشَٔ ْٕج ُْٓجش َٔال ُتَمثِّْحَ َٔن نثَِْٛتْاالَّ ِفٙ ِإَال تَْ
Artinya:
“Janganlah engkau memukul wajah (istrimu), jangan menjelekkannya, dan
jangan memboikotnya (mendiamkannya) kecuali di dalam rumah.” (HR. Abu
Dawud)
2. Tidak memukul perut atau bagian tubuh lain yang yang dapat menyebabkan
kematian atau kemudaratan, karena pemukulan ini tidak dimaksudkan untuk
mencenderai, melainkan untuk mengubah sikap nusyuz istri.
22
Abu Daud, Sulaiman bin al-Ash‟ath al sajistaniy, Sunan Abu Daud, ( Beirut dar al-kitb al-arabi t t ), cet. T.c Juz 4 hlm-358
25
3. Tidak memukul di satu tempat, karena akan menambah rasa sakit dan akan
memperbesar timbulnya bahaya.
4. Tidak memukul dengan alat yang bisa melukai. Dalam hal ini, mazhab
Hanafi menganjurkan penggunaan alat berupa sepuluh lidi atau kurang dari
itu, Dalam konteks ini, apabila pemukulan tenyata mengakibatkan wafatnya
istri, maka suami dikenai hukum qishash, karena ia telah mengabaikan syarat
pemukulan yang mengharuskan terpeliharanya keselamatan istri. Ini menurut
mazhab Hanafi dan Syafi‟i. Sedangkan menurut mazhab Maliki dan Hanbali,
suami tidak dikenai hukum qishash, karena pemukulan tersebut dibenarkan
oleh syariat, selama dilakukan sesuai kriteria yang berlaku. Yang perlu
dicatat, meski pemukulan terhadap istri yang nusyuz boleh dilakukan sesuai
kriteria di atas. Tahap keempat, Mengutus juru damai. Tahapan ini sebetulnya
merupakan salah satu langkah untuk mengatasi syiqaaq, bukan sekedar
nusyuz. Syiqaaq sendiri secara umum dapat dimengerti sebagai
”Persengketaan dan Permusuhan”, Perkataan Syiqaaq diturunkan dari
perkataan ” Syaqqun” berarti ”sebelah” kerana masing masing dari kedua
orang yang bertikai itu berada disebelah berlawanan arah dengan pihak yang
lain, lantaran itu adanya permusuhan dan pertikaian antara keduanya. 23
Tujuan utama pengutusan hakam atau juru damai adalah untuk
membuka peluang damai bagi suami-istri yang sedang berselisih. Ini
23
M.Ali ash- Shabuni. Tafsir Ayat-ayat Hukum Dalam a1-Quran. (Kuala Lumpur: Pustaka Antara, 2000), Cet. Ke- 3, jilid 1, hlm. 817
26
dilakukan selama jalan damai masih mungkin ditemukan dan akan berdampak
kebaikan bagi keduanya. Namun, jika ternyata damai tidak mungkin tercapai,
bahkan justru akan menimbulkan kemudaratan, sehingga suami-isteri yang
sedang berselisih tersebut lebih baik dipisahkan, maka yang menjadi tugas
hakam selanjutnya adalah mempersiapkan prosedur perceraian, agar dapat
dilaksanakan dengan sebaik baiknya menurut cara yang makruf (patut) dan
ihsan (budi dan tindakan yang baik). Keempat tahapan ini, menurut jumhur al-
‟ulama (mayoritas ulama), termasuk mazhab Hanbali, harus dilaksanakan
secara berjenjang dan disesuaikan dengan tingkat atau kadar nusyuz istri.
Dimulai dari yang teringan, yakni tahap pertama, hingga yang paling berat,
yakni tahap terakhir. Sedangkan menurut Imam Syafi‟I dan Imam Nawawi,
seorang ulama mazhab Syafi‟i, keempat tahapan itu tidak harus dilaksanakan
secara berjenjang. Artinya, suami boleh mengambil langkah dan tahapan yang
mana saja yang dianggapnya paling tepat untuk mengatasi masalah nusyuznya
istri, bahkan tahap yang terberat sekalipun. Pendapat ini kemunculannya
dilatarbelakangi oleh pemahaman bahwa kata sambung berupa huruf wau
(yang berarti: ”dan”) dalam surat an-Nisaa‟, 4: 34 di atas, fungsinya adalah li
at-tartiib (untuk menunjukkan makna berurutan atau berjenjang).
B. Pandangan Imam Syafi’i Terhadap Penyelesaian Istri Nusyuz
Mengenai tiga tindakan yang harus dilakukan suami terhadap istri
yang nusyuz berdasarkan pada surat an-Nisa' Ayat 34 di atas. Iman Syafi‟i,
termasuk Imam Nawawi, berpendapat bahwa kata sambung wau tersebut
27
adalah li muthlaq al-jam‟ (sekedar menunjukkan makna ketergabungan, yang
bukan berarti harus berurutan ataupun berjenjang), Partikel tersebut hanya
semata-mata untuk menghimpunkan beberapa tindakan. Maka seorang suami,
dalam hal nusyuz istrinya, boleh mengambil salah satu dari tindakan-tindakan
tersebut, mana saja yang ia kehendaki, dan bolehlah ia menggunakan
tindakan-tindakan semua sekaligus. 24
Imam Syafi‟i berkata: Bentuk nasihat itu ialah dengan suami berkata
kepada istrinya: “Bertaqwalah engkau kepada Allah (atau takutlah engkau
kepada Allah). Aku mempunyai hak terhadap kamu. Kembalilah ke pangkal
jalan. Engkau mesti mengetahui taatkan aku ini wajib‟ dan lain-lain bentuk
nasihat.
Ringkasnya, suami memulakan dengan nasihat dan peringatan. Lalu ia
jelaskan kepada istri haramnya nusyuz dan kesan buruknya kepada kehidupan
berumahtangga. Suami juga mesti bersedia mendengar pandangan istrinya
dalam isu berkaitan. Mazhab Syafi‟i berpendapat bahwa suami boleh
memukul istrinya, setelah terbukti dia benar-benar nusyuz. Tetapi segera
ditambahkannya, bahwa meskipun boleh tetapi hendaknya anda “tidak
memukul dengan pukulan yang melukai atau mengeluarkan darah, jangan
berulang-ulang dan hindarkan pemukulan pada wajah”. Pada tempat lain
dikatakan : “seyogyanya pemukulan itu dilakukan dengan sapu tangan,
dengan tangan dan jangan dengan cambuk atau tongkat”. (Nawawi, al
24
Ibid, h. 827
28
Majmu‟, XV/325). Imam al Syafi‟i juga mengatakan : “Aku lebih suka tidak
memukulnya, karena ada hadis Nabi saw : “lan yadhriba khiyarukum (orang
yang baik di antara kalian tidak akan memukul istri. Dalam kesempatan lain
sesudah Nabi saw. mendengar ada tujuh puluh orang perempuan yang
mengadukan perlakuan kasar suami mereka, beliau mengatakan :”wa ma
tajiduna ula-ika bikhiyarikum/kalian perlu ketahui bahwa mereka (para
suami yang berlaku kasar terhadap istri) bukan orang orang yang baik di
antara kalian”.
3. Menghantar dua orang pendamai
Sebagaimana penyelesaian terakhir ialah melalui perlantikan hakam
(pendamai). Firman Allah SWT dalam surat an-Nisa‟ ayat 3525
Artinya:
”Kemudian jika kamu menghawatirkan perselisihan antara keduanya,
hendaknya kamu mengutus hakam (juru damai) dari keluarga laki-laki dan
hakam dari keluarga perempuan. Jika keduanya menginginkan berdamai,
niscaya Allah akan memberi taufik di antara keduanya. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui dan Maha Mengenal ” ( an-Nisa‟: 35).
Perkara yang disunatkan ialah melantik 2 orang yang adil dan
menjadikan merekaberdua sebagai pendamai. Paling baik jika dipilih seorang
dari kalangan keluarga pihak suami dan seorang dari keluarga pihak istri. Ini
25
Al- Nawawi, al-Majmu‟ Syarah al-Muhazzab. (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyyah , 2007),
Cet. Ke-6, hlm-. 325.
29
kerana kaum keluarga mereka berdua lebih memahami dengan keadaan
keduanya dari orang lain dan lebih prihatin terhadap keinginan mahu
mendamaikan. Jika dua orang pendamai itu dari kalangan orang asing, ia juga
diharuskan. Matlamat pendamai ini ialah supaya masing-masing pendamai
duduk bersama suami dan seorang lagi bersama istri secara berasingan dan
cuba menyingkap dan menyelami isu sebenar yang berlaku di antara suami
istri tersebut dan mengetahui keinginan sebenar kedua-dua pasangan suami
isteri itu sama ada untuk terus bersama atau berpisah. Kedua-dua pendamai
kemudian bertemu dan melakukan perkara terbaik sama ada menjatuhkan
talak atau
khulu‟.
Mazhab Hanafi berpendapat bahwa hakam perlu melaporkan perkara
tersebut dan hakam mempunyai kuasa samada hendak mentalakkan ataupun
tidak. Manakala Mazhab Syafi‟i berpendapat hakam tidak ada kuasa mentalak
atau khulu‟ tanpa mendapat keizinan suami.26
C. Tinjauan Pustaka
Dalam kajian pustaka terdahulu ini, penulis berusaha mendata dan membaca
hasil penelitian yang ada hubungannya atau hampir sama dengan penelitian yang
penulis lakukan dalam bentuk skripsi maupun buku yang dibahas tentang Nusyuz
sebagai alasan perceraian:
26
Abdul Kadir Muhammad, Nusyuz Istri dan Suami Perspektif Hukum, (Kota Bharu: Kolej
Islam Antarabangsa Sultan Ismail Petra (KIAS), 2007), Cet. Pertama, hlm-. 69.
30
1. Intervensi Orang tua sebagai faktor pemicu perceraian (studi analisis
putusan pengadilan agama jakarta barat) Ahwa Al-Syakhsiyyah
peradilan agama universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta oleh
Eva Muslimah NIM 104044201463
2. Perselisihan terus menerus antara suami istri akibat turut campur orang
tua sebagai dasar alasan perceraian(kajian terhadap putusan pengadilan
agama jakarta timur no.1164/pdt.G/2008/PAJT)27
oleh AHMAD SAUQI
NIM 106044101386
3. Judul :Faktor ekonomi Sebagai Alasan Perceraian Ahwal Al-syakhsiyyah
Peradilan AgamaUniversitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Syari‟ah Dan Hukum) oleh Surya Parma Batu Bara NIM
10202214445
Dari ketiga penelitian diatas, maka yang menjadi subtansi dan perbedaan
adalah :
1. Subtansi dari Intervensi Orang tua sebagai faktor pemicu perceraian (studi
analisis putusan pengadilan agama jakarta barat) Ahwa Al-Syakhsiyyah
peradilan agama universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah Jakarta oleh Eva
Muslimah menjelaskan penyebab dan faktor-faktor yang menyebabkan
adanya pemicu perceraianyang menjadi akhir dari rumah tangga. Perbedaan
27
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5062/1/Ahmad%20Sauqi-
FSH_NoRestriction.pdf
31
menjelaskan perceraian yang diakibatkan karna perselisihan yang terjadi
antara suami istri
2. Subtansi dari Perselisihan terus menerus antara suami istri akibat turut campur
orang tua sebagai dasar alasan perceraian(kajian terhadap putusan pengadilan
agama jakarta timur no.1164/pdt.G/2008/PAJT)28
oleh AHMAD SAUQI
tentang perceraian yang diakibatkan perselisihan terus menerus karna campur
tangan orang tua dalam rumah tangga dan akibat kurang siapnya menjalin
sebuah keluarga sehingga adanya turut campur orang tua dan perbedaan
dengan penulis adalah perceraian yang diakibatkan karna perselisihan antara
suami istri karna tidak terpenuhinya nafkah dan tidak adanya rasa sayang
antara suami istri sehingga terjadi perceraian. Perbedaan perceraian yang
diakibatkan karna perselisihan antara suami istri karna tidak terpenuhi nafkah
jasmani.
3. Subtansi dari Faktor ekonomi Sebagai Alasan Perceraian Ahwal Al-
syakhsiyyah Peradilan AgamaUniversitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta Fakultas Syari‟ah Dan Hukum) oleh Surya Parma Batu Bara
menjelaskan faktor-faktor perceraian yang diakibatkan karna ekonomi
keluarga dan adanya pihak ketiga dalam penyesaian selain orang tua yang
membantu keluarga anaknya perbedaan dengan penulis yaitu tidak adanya
ikut serta ortu ataupun orang luar dalam permasalahan rumah tangga.
28
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5062/1/Ahmad%20Sauqi-
FSH_NoRestriction.pdf
32
Perbedaan menjelaskan faktor penyebab kandasnya rumah tangga/perceraian
akibat perselisihan dan pertengkaran yang secara khusus karna tidak
terpenuhinya nafkah bathin.
D. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data yang akan dibutuhkan untuk menyusun skripsi ini,
maka penulis mengunakan beberapa metode antara lain:
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana dilakukannya penelitian.
Dengan ditetapkannya lokasi, dalam penelitian akan dapat lebih mudah untuk
mengetahui tempat dimana suatu penelitian dilakukan. Lokasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah di Pengadilan Agama Jambi Kelas I/A Kota Jambi
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif studi kasus, dimana pada
penelitian ini merupakan jenis pendekatan yang digunakan untuk menyelidiki
dan memahami sebuah kejadian atau masalah yang telah terjadi dengan
mengumpulkan berbagai macam informasi yang kemudian diolah untuk
mendapatkan sebuah solusi agar masalah yang diungkapkan dapat
terselesaikan. Adapun yang membedakan penelitian dengan pendekatan studi
kasus dengan jenis pendekatan penelitian kualitatif yang lain terdapat pada
kedalaman analisisnya pada sebuah kasus tertentu yang lebih spesifik. Metode
33
ini sangat tepat untuk menganalisis kejadian tertentu disuatu tempat tertentu
dan waktu tertentu pula.29
3. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian setelah penulis melihat data yang dibutuhkan
dalam judul skripsi ini, maka termasuk dalam kategori penelitian kualitatif
lebih khususnya dengan mengunakan penelitian lapangan (field research)
yaitu penelitian yang mengharuskan peneliti untuk mencari data-data primer
ke lapangan dimana dalam hal ini penulis mencari data-data yang dibutuhkan
dari hasil wawancara majelis hakim yang memeriksa perkara ini.
4. Sumber Data
Dalam penelitian ini akan digunakan data primer dan data sekunder.
Dibawah ini akan dirinci satu persatu apa saja yang termasuk kedalam data
primer dan data sekunder
a. Data Primer
Data tersebut diambil dari beberapa data di pengadilan agama jambi
berupa putusan pengadilan agama tentang Nusyuz Sebagai Alasan Perceraian
Di Pengadilan Agama Kelas I/A Kota Jambi dengan menganalisa putusan
Hakim yang menjadi sumber data.
29
Sugiono,metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R&d,al-fabeta bandung 2007 hlm
147
34
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh peneliti melalui banyak
sumber yang sebelumnya sudah ada. Artinya peneliti berperan sebagai pihak
kedua karna tidak didapatkan secara langsung. Biasanya dapat diperoleh dari
buku, jurnal, laporan, dan sebagainya
5. Instrumen Pengumpulan Data
Adapun instrument pengumpulan data yaitu: instrument biasanya
digunakan oleh penelitian untuk menanyakan atau mengamati responden
sehingga diperoleh informasi yang dibutuhkan.instrumen penelitian antara
lain dapat berbentuk wawancara,angket,kuesioner,30
a) Observasi yaitu, instrument untuk mendapatkan data utama dalam skripsi
ini. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non
partisipasi. Kedudukan peneliti hanya sebagai pengamat dan selama proses
observasi akan dibuat catatan-catatan untuk keperluan analisis dan
pengecekan data kembali.31
b) Wawancara, yaitu digunakan untuk mendapatkan data mentah dari
informan (hakim), sehinggga dapat ditemukan data baru yang tidak
terdapat dalam dokumen. Data mentah ini adalah data utama dalam
30
Sugiono,metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R&d,al-fabeta bandung 2007
hlm.138 31
Ibid hlm .203
35
penelitian ini yang diperoleh oleh peneliti secara langsung dari informan
(hakim) .32
c) Dokumentasi, yaitu metode mencari data mengenai hal-hal atau variable-
variabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen,
dokumen rapat atau catatan harian. Metode ini dipergunakan dalam rangka
melakukan pencatatan dokumen, maupun monografi data yang memiliki
nilai historis yang terkait dengan permasalahan dalam pembahsan33
.
6. Analisis Data
Untuk mempermudah dalam menganalisa suatu data yang diperoleh di
perpustakaan, maka penulis mengadakan studi komparatif kualitatif dengan
cara :34
a) Display Data : Data Display berarti mendisplay data yaitu
menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, dsb. Menyajikan data yang sering digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah naratif. Ini dimaksudkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang dipahami.
32
Ibid hlm 194 33
Ibid hlm 117 34
Miles, B. M., & Huberman, M. (1992) Analisis Data Kualitatif Buku Sumber tentang
Metode-metode Baru. Jakarta ;UIP
36
b) Reduksi Data : Reduksi Data berarti merangkum, memilih hal
yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting, dicari pola dan
temanya.
c) Konklusi Data : Langkah Terakhir dari model ini adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian mungkin
dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal
namun juga tidak, karna masalah dan rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan berkembang
setelah peneliti ada dilapangan. Kesimpulan penelitian kualitatif
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada yang berupa
deskripsi atau gambaran yang sebelumnya belum jelas menjadi
jelas dapat berupa hubungan kasual/interaktif dan hipotesisi/teori.
E. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini tidak melebar dan menimbulkan banyak
kesalahpahaman, dan agar penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan setting
yang telah penulis tentukan sebelumnya, maka penulis menyusun sistematika
penulisan skripsi ini, yang dapat dijadikan rujukan untuk melihat secara garis
besar pembahasan-pembahasan yang ada dalam skripsi yang akan menjadi
panduan penulis dalam menyelesaikan peneltian ini.berikut sistematika penulisan
skripsi dengan judul : Nusyuz Sebagai Alasan Perceraian Di Pengadilan
Agama Kelas I/A Kota Jambi
37
BAB I Pendahuluan, pada bab ini berisi tentang beberapa sub bab seperti,
Latar Belakang, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan dan Kegunaan
Penelitian,Kerangka Teori dan Tinjauan Pustaka, metodologi penelitian,
sistematika penulisan, jadwal penelitian
BAB II Merupakan bab yang menerangkan nusyuz sebagai alasan perceraian
dalam hukum islam dengan rincian sebagai berikut: menjelaskan pengretian,
dasar hukum perceraian, sebab-sebab terjadi perceraian, macam-macam
perceraian.
BAB III Bab ini menerangkan sekilas tentang gambaran umum tentang
nusyuz dengan rincian sebagai berikut: pengertian nusyuz, dasar hukum nusyuz,
akibat nusyuz, upaya mengatasi nusyuz, pandangan hukum islam terhadap
nafkah iddah bagi istri yang nusyuz
BAB IV Pada bab ini menerangkan tentang deskripsi dan analisa hasil
penelitian yang menjelasakan tentang: pandangan hukum islam tentang nusyuz,
factor-faktor nusyuz, alasan hakim memutuskan perkara tentang nusyuz
BAB V Penutup bagi sistematika penulisan skripsi ini yang berisi sub-sub
judul yaitu: kesimpulan, saran-saran, serta akan dikengkapi dengan daftar
pustaka dan lampiran-lampiran yang dianggap penting.
F. Jadwal Penelitian
Penulisan ini dilakukan slama enam bulan, Penelitian dilakukan
dengan pembuatan proposal, kemudian dilanjutkan dengan perbaikan hasil
seminar skipsi. Setelah pengesahan judul dan izin riset, maka penulis
38
mengadakan pengumpulan data.Verifikasi dan analisis data dalam waktu yang
berurutan. Hasilnya penulis melakukan konsulasi dengan pembimbing
sebelum diajukan kesidang munaqasah. Adapun Jadwal Penelitian sebagai
berikut.
39
No Jenis Kegiatan
Penelitian
Bulan
April Mei Juni Juli Agustus Septemb
er
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul x
2 PenunjukkanDosen
Pembimbing
X
3 Pembuatan
Proposal
X X X
4 Seminar Proposal
danPerbaikanHasil
Seminar
X
5 Surat Izin Riset X
6 PengumpulandanPe
nyusunan Data
X
7 Pembuatan Skripsi X X
8 Bimbingan dan
Perbaikan
x X X
9 Agenda dan Ujian
Skripsi
X
10 Perbaikan dan
Penjilidan
x X
40
BAB II
NUSYUZ SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN DALAM HUKUM ISLAM
A. Pengertian Perceraian
Talak diambil dari kata ithlaq artinya “melepaskan” atau irsal
“memutuskan”atau tarkun “meninggalkan” firaaqun “perpisahan”.yang
dimaksud dengan talak adalah melepaskan ikatan perkawinan dengan lafaz
talak atau sebangsanya.35
Menurut hukum Islam talak merupakan ikrar dari suami yang
menyatakan perceraian atau talak dan ucapan talak tersebut dapat saja
diucapkan oleh suami kapan dan dimana saja. Hal ini sesuai dengan sebuah
hadist yang berbunyi sebagai berikut :36
ٖ ٔاتٍ ز ثالث جذ ٍْ جذ ْٔضنٍٓ جذ انُكاح ٔانطالق ٔانشجعح )سِٔ اتٕ دٔاد ٔانتشي
ياجّ(
Artinya :”tiga hal yang dapat terjadi baik dengan sungguh-sungguh atau
guraun, yaitu: nikah, talak, dan rujuk (H.R.Abu Daud ,Al-
Tarmidzi,Ibn Majah)
35
Drs.Baharuddin Ahmad,MHI,Dr.Illy Yanti,M.Ag Eksistensi dan implementasi hukum islam
di indonesia,cetakan I. Oktober 2015 celeben timur yogyakarta.hlm 159 36
Ibid.
41
Berdasarkan hadist tersebut, baik nikah, talak, maupun rujuk yang
diucapkan dengan sungguh-sungguh atau secara gurauan dapat saja terjadi
atau perbuatan tersebut menjdi sah.37
Ketentuan tersebut sangat berbeda dengan yang diatur didalam KHI.
KHI pasal 117 menetapkan “talak adalah ikrar suami dihadapan sidang
pengadilan agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan
degan cara sebagaimana dimaksud dalam pasal 129, 130 dan 131.” Jadi
menurut pasal 117 KHI ini, talak yang diucapkan oleh suami diluar sidang
PA, atau disebut juga talak liar tidak diakui keabsahannya.38
Subekti mengatakan bahwa perceraian adalah pengahpusan
perkawinan dengan putusan hakim atau tuntutan salah satu pihak dalam
perkawinan itu
Sayyid Sabiq39
dalam kitabnya “fiqih sunnah”memberikan defenisi
thalaq ialah :
ٛححم ساتطح انضٔاج ٔإَٓاء انعال لح انضٔ ج
Artinya :” thalaq ialah melepas ikatan perkawinan atau menyelesaikan
hubungan perkawinan “
Jadi dari beberapa pengertian diatas meskipun berbeda-beda
redaksinya, tetapi mempunyai subtansi yang sama dimana talak ialah salah
37
Ibid. 38
ibid 39
Sayyid Sabiq,Fikih Sunnah
42
satu bentuk putusnya perkawinan antara suami istri karna sebab-sebab tertentu
yang memang sudah tidak diteruskan lagi dalam ikatan pernikhan mereka
demi menghilangkan kesengsaraan yang diderita, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa talak merupakan pemutus hubungan suami dan istri serta
hilangnya pula hak dan kewajiban suami isrti. Meskipun dalam
pengucapannya talak menggunakan lafaz-lafaz tertentu, Namun penekananya
dimaksud dengan tujuan yang sama yaitu untuk berpisah antara suami dan
istri dalam artian putusnya perkawinan.40
B. Dasar Hukum Perceraian
Hidup dalam hubungan perkawinan itu merupakan sunnah Allah dan
Rasul. Itulah yang dikehendaki oleh islam. Sebaliknya melepaskan diri dari
kehidupan perkawinan itu menyalahi sunnah Allah dan sunnah Rasul tersebut
dan menyalahi kehendak allah menciptakan rumah tangga yang
sakinah,mawaddah dan warahmah. Dan pada prinsipnya suatu perkawinan itu
ditujukan untuk selama hidup dan kebahagiaan yang kekal abadi bagi
pasangan suami istri yang bersangkutan.41
Meskipun demikian, ketika hubungan pernikahan itu tidak dapat
dipertahankan dan kalau dilanjutkan juga akan menghadapi kemudharatan dan
kehancuran, maka Islam membuka pintu untuk terjadinya perceraian. Dengan
demikian, pada dasarnya perceraian atau talak itu adalah sesuatu yang tidak
40
ibid 41
Ibid.hlm 16-17
43
disenangi, memang tidak terdapat dalam Al-qur‟an menyuruh atau melarang
eksistensi perceraian itu.42
Sedangkan untuk perkawinan ditemukan beberapa
ayat yang menyuruh melakukannya. Walaupun banyak ayat al-qur‟an yang
mengatur perceraian atau talak mesti Terjadi,seperti dalam firman allah :43
Artinya : “ Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi
dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.
tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah
kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir
tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu
khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan
hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang
bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya44
. Itulah
hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya.
42
Moh. Idris Ramulyo,hukum perkawinan islam (jakarta,PT.Bumi Aksara,q996)cet-1 hlm 98 43
Q.S Al-Baqarah :229 44
Ayat Inilah yang menjadi dasar hukum khulu' dan penerimaan 'iwadh. Kulu' Yaitu
permintaan cerai kepada suami dengan pembayaran yang disebut 'iwadh
44
Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah
orang-orang yang zalim.”
Dan surat yang lainnya allah juga berfirman 45
:
Artinya :” apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya,
Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi
dengan bakal suaminya46
, apabila telah terdapat kerelaan di antara
mereka dengan cara yang ma'ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada
orang-orang yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari
kemudian. itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui.”
45
Q.S Al-baqarah :232 dan Q.S At-thalaq : 1 46
Kawin lagi dengan bekas suami atau dengan laki-laki yang lain
45
Artinya :”Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka
hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat
(menghadapi) iddahnya (yang wajar)47
dan hitunglah waktu iddah
itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamu
keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka
(diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji
yang terang48
. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya
Dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu tidak
mengetahui barangkali Allah Mengadakan sesudah itu sesuatu hal
yang baru49
.”
Adapun hadist nabi yang menyatakan nahwa ketidaksenangan Nabi
kepada perceraian yang diriwayatkan dari Ibnu Umar menurut riwayat Abu
Daud sabda nabi :
عٍ اتٍ عًش سضٙ اهلل عُّ انُثٙ طهٗ اهلل عهّٛ ٔسهى لال :اتغض انحالل عُذ اهلل انطالق )سِٔ اتٕ
دأد(50
Artinya : Perbuatan yang paling dibenci allah adalah thalak
47
Maksudnya: isteri-isteri itu hendaklah ditalak diwaktu suci sebelum dicampuri. tentang
masa iddah Lihat surat Al Baqarah ayat 228, 234 dan surat Ath Thalaaq ayat 4. 48
Yang dimaksud dengan perbuatan keji di sini ialah mengerjakan perbuatan-perbuatan
pidana, berkelakuan tidak sopan terhadap mertua, ipar, besan dan sebagainya. 49
Suatu hal yang baru Maksudnya ialah keinginan dari suami untuk rujuk kembali apabila
talaqnya baru dijatuhkan sekali atau dua kali. 50
Abu Daud,sunan abu daud (Al-Qahirah,Dar-al-harin,1988/1409 H) juz ke-2 hlm 226.
46
Walaupun hukum asal dari thalak itu adalah makruh, namun melihat
keadaan tertentu dalam situasi tertentu, maka hukum thalak itu adalah sebagai
berikut :
1. Wajib, yaitu seperti menalak istri yang disumpah (di-ila‟),yaitu si suami
bersumpah demi Allah bahwa dia tidak akan menjimainya selama 4 bulan
jika waktu telah berlalu melebihi 4 bulan si suami tidak menjimainya, istri
berhak mengadukan perkaranya ke pengadilan agama agar mendapat
penyelesaian sebagaimana mestinya, atas wewenang hukum untuk
menceraikan suami istri termasuk dengan sekalian talak.51
2. Nadab atau sunnah , yaitu dalam keadaan rumah tangga sudah tidak dapat
dilanjutkan dan seandainya dipertahankan juga kemudharatan yang lebih
banyak akan timbul.52
3. Mubah, atau boleh saja dilakukan bila memang perlu terjadi perceraian
dan tidak ada pihak-pihak yang dirugikan dengan perceraian itu
sedangkan manfaatnya juga ada kelihatannya.53
4. Haram, yaitu thalaq yang dilakukan tanpa alasan, sedangkan istri dalam
keadaan haid atau suci yang dalam masa itu ia telah digauli54
C. Macam-macam Perceraian
51
Dr. Muhmmad syaifuddin,S. H. ,M.Hum., Sri Turatmiyah, S. H., M,Hum.,Annalisa
yahanan, S.H., M.Hum hukum perceraian (sinar grafika,feruari 2014)hlm.118-119 52
Ibid .hlm 119 53
ibid 54
Ibid.
47
Pada dasarnya perkawinan itu dilakukan untuk waktu yang lama
sampai ajal menjemput salah satu dari mereka. Inilah sebenarnya yang
dikehendaki agama islam, namun dalam keadaan tertentu terdapat hal-hal
yang menghendaki putusnya perkawinan sebagai langkah terakhir dari usaha
melanjutkan rumah tangga. Putusnya perkawinan adalah suatu jalan keluar
yang baik, macam-macam perceraian dengan rincian sebagai berikut yaitu :
perceraian atau talak, khulu‟, zhihar, ila‟, syiqaq, dan li‟an.55
Berikut ini penjelasan dari masing-masing perceraian atau talak sudah
dibahas diawal :
1. Khulu‟
a. Khulu‟ dan hikmahnya
Menurut para fuqoha yang dimaksud dengan khulu‟ dalam arti
uumnya yaitu perceraian yang disertai dengan sejumlah harta
sebagian iwadh yang diberikan oleh istri kepada suami untuk
menebus diri agar terlepas dari ikatan perkawinan. Hukum islam
memberikan jalan kepada istri yang menghendaki percerain dengan
mengajukan khulu‟ sebagaimana Islam memberi jalan kepada suami
untuk menceraikan istrinya dengan jalan talak.56
55
Ibid hlm 130 56
ibid
48
Dasar hukum disyari‟atkan khulu‟ ialah firman allah didalam kitab al-
qur‟n:57
Artinya :” Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk
lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara
yang baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu
dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau
keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-
hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami
isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka
tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan
oleh isteri untuk menebus dirinya58
. Itulah hukum-hukum Allah,
Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang
57
Q.S Al-baqarah:229 58
Ayat Inilah yang menjadi dasar hukum khulu' dan penerimaan 'iwadh. Kulu' Yaitu
permintaan cerai kepada suami dengan pembayaran yang disebut 'iwadh.
49
melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang
yang zalim.”
Hikmahnya adalah menolak bahaya, maksudnya yaitu apabila
kebencian antara suami istri memuncak dan dikhawatirkan tidak dapat
menjalankan syarat-syarat dalam kehidupan suami istri, maka khulu‟
adalah cara-cara yang sudah ditetapkan oleh allah yang maha bijaksana,
menegaskan hukum-hukum alllah.
b. Syarat-syarat khulu‟
1) Kerelaan dan persetujuan, khulu‟ dilakuakan berdasarkan
kerelaan dan persetujuan suami dan istri, dengan maksud
kerelaan dan persetujuan itu tidak dapat berakibat kerugian
dipihak orang lain
2) Istri adalah seorang yang berada dlam wilayah sisuami dalam
artian istri atau yang telah diceraikan, namun masih berada
dalam iddah raj‟inya.
3) Khulu‟ Harus diridhoi oleh pihak yang memberikan ganti
materi
4) Khulu‟ dengan ganti materi yang sah sebagai mahar. Ganti
yang sah sebagai mahar adalah setiap yang sah dijadikan
sebagai harga dan imbalan.
c. Akibat Khulu‟ ini ialah sama dengan akibat talak bain shugra.
Yaitu suami tidak mempunyai hak untuk merujuk bekas istrinya
50
kecuali dengan perkawinan yang baru dan akad yang baru
berdasarkan persetujuan dari masing-masing pihak.
2. Zhihar
Zhihar adalah seorang laki-laki yang mengharamkan istrinya bagi
dirinya dengan menyerupakan keharaman seperti ibunya, saudara
perempuannya, atau salah satu mahramnya. Zihar dari segi bahasa arab,
zhihar berasal dari kata zahr (punggung) bukan dari kata yang berarti
pertolongan, dengan maksud suami mengatakan kepada istrinya :kamu
bagiku seperti punggung ibuku. Dalam istilah fiqh zihar diartikan sebagai
perkataan suami terhadap istrinya yang mengandung maksud
menyamakan istrinya dengan ibunya sendiri. Mislanya :”punggung kamu
seperti punggung ibuku” pengkhususan kata “punggung” dalam hal ini
disebabkan biasanya yang di tunggangi itu adalah punggung. Oleh karna
itu orang-orang arab menyebut binatang-binatang tunggangan dengan
kata az-zahr.59
Wanita yang di zihar memang diharamkan untuk digauli, tetapi hanya
bersifat sementara, yaitu sampai membayar”kafarat ziharnya, mengenai
hal ini allah berfirman dalam kitab al-qur‟an 60
:
59
Ibid.hlm 153-154 60
Q.S Al-Mujadalah:2
51
Artinya :” orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu,
(menganggap isterinya sebagai ibunya, padahal) Tiadalah
isteri mereka itu ibu mereka. ibu-ibu mereka tidak lain
hanyalah wanita yang melahirkan mereka. dan Sesungguhnya
mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu Perkataan
mungkar dan dusta. dan Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf
lagi Maha Pengampun.”
Adapun kafarat dari zihar yang ditunaikan oleh suami yang menzihar
istrinya,sesuai dengan bunyibunyi surat al-mujdilah ayat 3-4:
Artinya :” orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka
hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, Maka
52
(wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua
suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan
kepada kamu, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
Kemudian jumhur ulama‟ sepakat bahwa bentuk-bentauk kafarat
diberlakukan secara berturut, artinya tidak boleh yang kedua dijadikan
pilihan pertama. Dalam istilah mereka, hukuman itu dikenakan kepda
pelaku zihar sesuai dengan tertib hukuman yang terdapat dalam ayat
tersebut.61
3. Ila‟
a. Ila‟ dan hukumnya
Ila‟ menurut bahasa artinya menolak dengan bersumpah, jadi
ila‟ ialah berarti menolak untuk mengumpuli istrinya dengan
bersumpah. Dalam hal ini sumpahnya baik dengan nama allah ataupun
dengan berpuasa atau dengan bershadaqah atau dengan haji, atau
dengan bercerai sumpah suami tidak akan mencampuri istri masa lebih
dari empat bulan atau tidak menyebutkan jangka waktu62
Apabila seorang suami bersumpah sebagaimana sumpah tersebut,
hendaklah ditunggu selama empat bulan. Kalau dia kembali baik
kepada istrinya, sebelum sampai empat bulan, dia wajib membayar
61
ibid 62
Ibid,hlm 148
53
denda sumpah khafarat saja.tetapi sampai empat bulan dia tidak
kembali pada istrinya, hakim berhak menyuruhnya memilih dua
perkara,yaitu membayar kafarat sumpah serta berbuat baik kepada
istrinya atau menalak istrinya. Kalau suami itu tidak mau menjalani
salah satu dari kedua perkara tersebut,hakim berhak menceraikan
mereka secara terpaksa.63
Sebagian ulama berpendapat, apabila sampai empat bulan sumi
tidak kembali(tidak campur), maka dengan sendirinya kepada istri itu
jatuh talak bain, tidak perlu dikemukakan hakim.64
b. syarat-syarat ila‟
1) syarta-syarat yang berhubungan dengan suami istri sepakat para
fuqoha bahwa suami yang dibolehkan meng-ila‟ istrinya ialah
suami yang baligh, berakal, dan tidak gila
2) ila‟ hendaknya berupa sumpah
3) isi ila‟ hendaklah bahwa suami bersumpah tidak akan
mencampuri istrinya.
c. Kafarat Sumpah
Bagi suami yang meng-ila‟ istrinya lalu diwajibkan
menjauhinya selama empat bulan itu menimbulkan kerinduan terhadap
istri, lalu menyesali sikapnya yang sudah berlalu, memperbaiki diri
63
Ibid hlm 150-151 64
Sulaiman Rasyid 1996,fiqh islam (jakarta:sinar baru argensindo) hlm.410
54
sebagai bekal sikap yang lebih baik, ketimbang masa-masa
sebelumnya dalam hal ini jika kemudian suami berbaik kembali
kepada istrinya diwajibkan membayar kafarat sumpah karna telah
mempergunakan nama Allah untuk keperluan dirinya, kafarat itu
berupa memberi makan 10 orang miskin, memerdekan seorang
budak,puasa tiga hari.65
4. Syiqaq
Syiqaq berarti “perselisihan”, maksudnya perselisihan suami istri yang
diselesaikan oleh kedua orang hakam, yaitu hakam dari pihak suami dan
seorang dari pihak istri.66
Dasar hukumnya ialah firman allah dalam al-qur‟an:67
Artinya :” dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara
keduanya, Maka kirimlah seorang hakam68
dari keluarga
laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika
kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan,
65
Kamal Mukhtar,asas-asas hukum islam tentang perkawinan,(jakarta;bulan
bintang,1974)cet-2 hlm.191-192 66
Dr.Muhmmad syaifuddin,S.H.,M.Hum.,Sri Turatmiyah,S.H.,M,Hum.,Annalisa
yahanan,S.H.,M.Hum hukum perceraian (sinar grafika,feruari 2014)hlm.128 67
Q.S An-nisa‟ :35 68
Hakam ialah juru pendamai
55
niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.”
Menurut firman Allah tersebut jika terjadi kasus syiqaq antara suami
istri,maka diutus seorang hakam dari pihak suami dan seorang hakam dari
pihak istri untuk mengadakan penyelidikan sebab terjadinya syiqaq
tersebut serta berusaha mendamaikan kembali agar suami istri kembali
hidup bersama dengan sebaik-baiknya, kemudian jika jalan perdamaian
itu tidak mungkin ditempuh, maka kedua hakam berhak mengambil
inisiatif untuk menceraikan .
5. Lia‟an
Lian berasal dari kata Al-la‟anu yang artinya kutukan atau laknat
menurut istilah yaitu suami istri yang saling melaknat. Suami menuduh
istri berzina, Tetapi tidak mampu membuktikannya dengan menghadirkan
empat orang saksi, maka dia harus bersumpah empat kali sumpah
menyatakan bahwa kalau suami tersebut berbohong dengan tuduhannya
maka laknat allah untuk dirinya(suami).69
Kemudin istri menolak tuduhan
dengan empat kali bersumpah juga dengan ucapan penolakan tuduhan
suaminya tersebut dan ia siap dilaknat allah kalau ia melakukannya.
Dengan terjadi sumpah lian itu maka terjadilah perceraian antara suami
69
Dr.Muhmmad syaifuddin,S.H.,M.Hum.,Sri Turatmiyah,S.H.,M,Hum.,Annalisa
yahanan,S.H.,M.Hum hukum perceraian (sinar grafika,feruari 2014)hlm.157
56
istri tersebut dan antara keduanya tidak boleh terjadi perkawinan kembali
untuk selama-lamanya.70
D. Sebab-sebab Terjadinya Perceraian
Dalam kompilasi hukum Islam,pasal 2 dinyatakan bahwa perkawinan
dalam islam adalah :”pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau nitsaqan
gholozohan untuk mentaati perintah allah dan melaksanakannya merupakan
ibadah, dengan memahami keterangan pasal tersebut bahwa, sebenarnya Islam
mendorong terwujudnya perkawinan yang bahagia dan kekal tampak dan
menghindari terjadinya perceraian. Dapat dikatakan pada prinsipnya Islam
tidak memberi peluang untuk terjadinya perceraian kecuali pada hal-hal
darurat.71
Setidaknya ada empat kemungkinan yang dapat terjadi dalam
kehidupan rumah tangga yang dapat memicu terjadi penyebab perceraian;
nusyuz istri, nusyuz suami, syiqaq, salah satu berbuat zina.72
Dan sebab-sebab
perceraian akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Nusyuz dari pihak istri
Nusyuz dari pihak istri yaitu: istri mendurhakai, angkuh, sombong,
dan ingkar terhadap suami serta tidak melaksanakan tanggung jawab
70
Ibid. 71
Amir Nuruddin,dan Azhari Akmal Tarigan ,hukum perdata islam di indonesia(jakart
kencana 2004)cet-1 hlm 208 72
Dr.Muhmmad syaifuddin,S.H.,M.Hum.,Sri Turatmiyah,S.H.,M,Hum.,Annalisa
yahanan,S.H.,M.Hum hukum perceraian (sinar grafika,feruari 2014)hlm.117
57
sebagaimana yang telah diperintahkan oleh allah SWT kepada suami
mereka. Seorang istri boleh dikategorikan Nusyuz apabila menolak
ajakan suaminya untuk melakukan persetubuhan tanpa adanya keuzuran
syar‟i keluar rumah tanpa izin, tidak taat kepada suami seperti tidak
mencuci pakaian,memsak,dan menyiapkan minuman ketika suami pulang
kerja tanpa adanya keuzuran jasmani.73
2. Nusyuz suami kepada istri
Kemungkinan nusyuz ternyata tidak datang dari pihak istri tetapi dapat
juga datang dari pihak suami. Seperti, seorang suami tidak menjalankan
kewajiban yang menjadi hak-hak istri, seperti tidak memberikan nafkah
dan lain sebagainya74
.Allah berfirman didalam kitabnya :75
Artinya :” dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz76
atau sikap
tidak acuh dari suaminya, Maka tidak mengapa bagi keduanya
73
ibid 74
ibid 75
Q.S An-nisa‟:128 76
Nusyuz: Yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri seperti
meninggalkan rumah tanpa izin suaminya. nusyuz dari pihak suami ialah bersikap keras terhadap
isterinya; tidak mau menggaulinya dan tidak mau memberikan haknya.
58
Mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya77
, dan
perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu
menurut tabiatnya kikir78
. dan jika kamu bergaul dengan
isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan
sikap tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Kekhawatiran adalah dugaan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan
dengan terlihatnya sebagian tanda-tandanya atau indikasi-indikasinya.
Dalam kondisi semacam ini, maka ayat diatas mengarahkan kepada suami
istri untuk memlakukan islah/kesepakatan damai sekalipun salah satu
pihak harus mundur dari haknya dan pihak lain mendapatkan lebih, hal ini
demi keutuhan rumah tangga 79
3. Terjadinya Syiqaq
Jika dua kemungkinan yang telah disebutkan dimuka menggambarkan
satu pihak yang telah melakukan nusyuz sedang pihak yang lain dalam
kondisi normal, maka kemungkinan penyebab ketiga ini karna keduanya
terlibat dalam syiqaq (percekcokan), syiqaq menurut bahasa berarti
perselisihan, percecokan, dan permusuhan. Sedangkan menurut istilah
berarti perselisihan yang berkepanjangan dan meruncing antara suami
77
Seperti isteri bersedia beberapa haknya dikurangi Asal suaminya mau baik kembali 78
Maksudnya: tabi'at manusia itu tidak mau melepaskan sebahagian haknya kepada orang
lain dengan seikhlas hatinya, Kendatipun demikian jika isteri melepaskan sebahagian hak-haknya,
Maka boleh suami menerimanya. 79
Prof.Dr.Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Prof.Dr.Abdul Wahhab Sayyed Hawwas(guru
besar university Al-Azhar mesir)AMZAH cet-2 januari 2011 hlm.174
59
istri secara bersamaan mislanya disebbakan kesulitan ekonomi sehingga
keduanya sering bertengkar.80
4. Salah satu pihak melaukan perbuatan zina (Fahisyah), yang menimbulkan
saling tuduh menuduh antara keduanya. Li‟an yang dimaksud, sumpah
yang diucapkan suami ketika ia menuduh istrinya berbuat zina dengan
empat kali kesaksian bahwa ia bersedia menerima laknat allah jika ia
berdusta dalam tuduhannya. Li‟an sesungguhnya telah memasuki
“gerbang putsnya” perkawinan, dan bahkan untuk selama-lamanya. Karna
akibat lian adalah terjadinya talak ba‟in kubra.81
80
Dr.Muhmmad syaifuddin,S.H.,M.Hum.,Sri Turatmiyah,S.H.,M,Hum.,Annalisa
yahanan,S.H.,M.Hum hukum perceraian (sinar grafika,feruari 2014)hlm.128 81
ibid
60
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG NUSYUZ
A. Pengertian Nusyuz
Nusyuz secara bahasa berasal dari kata nasyaza-yansyuzu-nasyazan
wa nusyuzan yang berarti meninggi, menonjol, durhaka, menentang atau
bertindak kasar.82
Secara definitive nusyuz diartikan dengan :”kedurhakaan
istri terhadap suami dalam dalam hal menjalankan apa-apa yang diwajibkan
Allah atasnya”.
Nusyuz juga diartikan seagai kedurhakaan istri terhadap suami dan
pembangkanganya atas perintah Allah dalam ketaatan terhadap suami ataupun
penolakan istri atas ajakan suami untuk bersetubuh, ataupun keluarnya istri
dari rumah tanpa seizin dari suami. Dalam hal ini nusyuz ialah penolakan atau
pembangkangan istri terhadap suami terhadap hal-hal yang menjadikan
otoritas suami untuk mendidik istrinya, seperti keluar tanpa izin suami,
meninggalkan perintah allah, seperti shalat atau berkhianat terhadap suaminya
dalam urusan harta dan jiwa.
Kemudian nusyuz adalah tindakan istri yang dapat ditafsirkan
menentang atau membadel atas kehendak suami.tentu saja kehendak suami
yang tidak bertentangan dengan hukum agama, apabila kehendak suami
82
Prof. DR. H. Muhammad Yunus kamus Arab-Indonesia
61
bertentangan atau tidak dapat dibenarkan oleh agama,maka istri berhak
menolaknya dan penolakan itu bukanlah sifat nusyuz.(durhaka).
Adapun beberapa perbuatan yang dilakukan istri,yang termasuk
nusyuz antara lain:
a) Suami telah menyediakan rumah yang sesuai dengan keadaan
suami, tetapi istri tidak mau pindah ke rumah itu, atau istri
meninggalkan rumah tangga tanpa izin suami.
b) Apabila suami istri tingga dirumah kepunyaan istri dengan izin
istri,kemudian pada suatu waktu istri mengusir (melarang)suami
masuk rumah itu, dan bukan karna minta pindah kerumah yang
disediakan suami.
c) Istri menolak ajakan suaminya untuk menetap dirumah yang
disediakannya, tetapi istri berkeberatan dengan tidak ada lasan yang
pantas.
d) Apabila istri berpergian dengan tidak beserta suami atau
mahramnya, walaupun perjalanannya itu wajib, seperti pergi haji,
karna perjlalanan perempuan yang tidak beserta mahramnya itu
terhitung maksiat.
62
B. Dasar Hukum Nusyuz
Dalam firman Allah SWT:83
Artinya :”kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki)
atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-
laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab
itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah
lagi memelihara diri84
ketika suaminya tidak ada, oleh
karena Allah telah memelihara (mereka)85
. wanita-wanita
yang kamu khawatirkan nusyuznya86
, Maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan
83
Q.S An-Nisa‟:34 84
Maksudnya: tidak Berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya. 85
Maksudnya: Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan
baik. 86
Nusyuz: Yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri seperti
meninggalkan rumah tanpa izin suaminya
63
pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka
janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya87
.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.”
Kemudian ayat selanjutnya Allah berfirman :88
Artinya:”. Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz89
atau sikap
tidak acuh dari suaminya, Maka tidak mengapa bagi
keduanya Mengadakan perdamaian yang sebenar-
benarnya90
, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)
walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir91
. dan jika
kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara
87
Maksudnya: untuk memberi peljaran kepada isteri yang dikhawatirkan pembangkangannya
haruslah mula-mula diberi nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat barulah dipisahkan dari tempat tidur
mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul mereka dengan pukulan yang tidak
meninggalkan bekas. bila cara pertama telah ada manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan
seterusnya. 88
Q.S.An-nisa‟:128 89
Nusyuz: Yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri seperti
meninggalkan rumah tanpa izin suaminya. nusyuz dari pihak suami ialah bersikap keras terhadap
isterinya; tidak mau menggaulinya dan tidak mau memberikan haknya. 90
Seperti isteri bersedia beberapa haknya dikurangi Asal suaminya mau baik kembali 91
Maksudnya: tabi'at manusia itu tidak mau melepaskan sebahagian haknya kepada orang
lain dengan seikhlas hatinya, Kendatipun demikian jika isteri melepaskan sebahagian hak-haknya,
Maka boleh suami menerimanya.
64
dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), Maka Sesungguhnya
Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Didalam hadist disebutkan :
Berdasarkan kepada nash-nash al-qur‟an dan sunnah,jelas
menujukkan bahwa nusyuz berkemungkinan kepada pihak antar suami
istri atau kedua-duanya sekaligus.sebagai makhluk yang diciptakan
oleh allah SWT dia maha mengetahui setiap kelebihan dan kelemahan
yang ada pada manusia. Allah telah menggariskan panduan yang perlu
diikuti oleh setiap manusia bagi menghadapi pasangan nusyuz suapaya
tindakan yang diambil adalah tindakan yang bijaksana dan tidak
melampaui batasan-batasan yang ditetapkan oleh syara‟. Didalam
kompilasi hukum islam pasal 80 pada ayat ke-7 dijelaskan tentang
beberapa pasal yang berkenaaan dengan nusyuz yaitu:”kewajiban suami
sebagaimana yang dimaksud ayat (5) gugur apabila istri nusyuz”
Dan juga pada pasal 149 point (b) dijelaskan bahwa bilamana
perkawinan putus karna talak,maka bekas suami wajib memberi
nafkah,maskan dan kiswah kepada bekas istri selama dalam iddah,
kecuali bekas istri jatuhi talak bai‟in atau nusyuz dan dalam keadaan
tidak hamil.lalu KHI juga menyebutkan pada pasal 152 yang
65
berbunyi:”bekas istri berhak mendapatkan nafkah iddah dari bekas
suaminya kecuali ia nusyuz.”92
C. Akibat Nusyuz
Pada dasarnya nafkah itu diwajibkan sebagai penunjang kehidupan
suami istri. Bila kehidupan suami istri berada dalam keadaan yang biasa,
dimana suami maupun istri sama-sama melaksanakan kewajiban yang
ditetapkan agama tidak ada masalah. Namun bila salah satu pihak tidak
menjalankan kewajibanya, maka berhaklah ia menerima hak yang sudah
ditentukan, seperti istri tidak menjalankan kewajibannya berhaklah menerima
nafkah dari suaminya, sebaliknya suami tidak menjalankan kewajibannya,
berhaklah menerima pelayanan dasi istrinya.
Dalam hal istri tidak menjalankan kewajiban yang disebut dengan
nusyuz, menurut jumhurul ulama suami tidak wajib memberi nafkah dalam
masa nusyuznya itu. Alasan bagi jumhur itu adalah bahwa nafkah yang
diterima istri itu merupakan imbalan dari ketaatan yang diberikannya kepada
suami. Istri yang nusyuz hilang ketaantannya pada masa itu, oleh karna itu istri
tidak berhak atas nafkah selama masa nusyuz berlangsung dan kewajiban itu
kembali dilakukan setelah nusyuz istri berhenti.93
Dari uraian diatas bahwa istri
yang nusyuz dalam hal tidak taat, suka membantah, tidak menjalankan
92
Kompilasi Hukum Islam,
Top Related