NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM
KISAH UMAR BIN KHATTAB
NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Disusun oleh:
EKA FATIMAH ALVIANITA
NIM: G000100122
NIRM: 10/X/02.2.1/T/4435
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ABSTRAK
Islam merupakan ajaran agama yang sempurna. Dalam agama Islam terdapat tiga ajaran yang sangat ditekankan oleh Allah dan Rasul-Nya, yaitu aqidah, syariat/ibadah dan akhlak. Ketiganya pun diamalkan dengan seimbang. Sesungguhnya aqidah yang kokoh senantiasa menghasilkan amalan ibadah dan ibadah pun akan menciptakan akhlakul karimah.
Umar merupakan satu diantara empat orang khalifah yang digolongkan sebagai khalifah yang diberi petunjuk (khulafaur Rasyidin). Saat menjadi khalifah, Umar berperan penting dalam pemerintahannya dengan memperluas wilayah dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam politik. Umar bin Khattab disebut juga sebagai seorang mujtahid yang ahli dalam membangun negara yang ditegakkan atas prinsip-prinsip keadilan, persamaan dan persaudaraan seperti yang diajarkan oleh nabi Muhammad.
Rumusan masalah dalam penelitian ini, nilai-nilai pendidikan Islam apa yang terkandung dalam kisah Umar bin Khattab. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung di dalam kisah Umar bin Khattab. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan khususnya pendidikan Islam. Serta dapat memberi manfaat bagi pembaca dalam memahami makna dalam suatu kisah pemimpin umat.
Jenis penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (library research) dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data penulis menggunakan metode dokumentasi. Data primer dalam penelitian ini adalah dokumen mengenai kisah Umar Bin Khattab yaitu buku yang berjudul Umar Bin Khattab karangan Muhammad Husein Haekal. Selain pengumpulan data penulis juga menggunakan metode deskriptif kualitatif yang terdiri dari tiga kegiatan, yaitu: pengumpulan data sekaligus reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam kisah Umar bin Khattab terdapat nilai-nilai pendidikan Islam sebagai berikut: Pertama, nilai pendidikan aqidah yaitu fitrah manusia untuk bertuhan. Dalam mengenal tuhannya manusia tidak hanya membutuhkan fitrah tetapi juga wahyu Allah. Selain itu menanamkan kalimat syahadat untuk memperoleh kemantapan aqidah. Kedua, nilai pendidikan ibadah yaitu seorang muslim mempunyai kewajiban dengan melaksanakan perintah Allah dengan tidak menyimpang dari kaidah-kaidah agama seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Ketiga, nilai pendidikan akhlak yaitu perbuatan dan tingkah laku manusia yang berkaitan dengan Allah, sesama manusia dan alam sekitar seperti, berdoa kepada Allah, hidup sederhana, adil, mendidik anak, musyawarah dan sayang terhadap hewan.
Kata kunci : Nilai Pendidikan Islam, Umar bin Khattab
1
PENDAHULUAN
Pendidikan Islam adalah
sistem pengajaran yang didasarkan
pada ajaran agama Islam. Sumber
ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan as-
Sunnah. Al-Qur’an dijadikan sumber
pendidikan Islam yang pertama
sebab memiliki nilai absolut yang
diturunkan oleh Allah. Nilai dalam
al-Qur’an bersifat abadi dan relevan
dalam setiap zaman, sehingga
pendidikan Islam yang ideal harus
sepenuhnya mengacu pada nilai
dasar al-Qur’an1.
Al-Qur’an berisi tentang
nilai-nilai pendidikan Islam terdiri
dari tiga pilar utama yaitu: Pertama,
I’tiqādiyyah, yang berkaitan dengan
nilai pendidikan keimanan atau
aqidah. Kedua, Khuluqiyyah, yang
berkaitan dengan nilai pendidikan
etika atau akhlak. Ketiga,
1 Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam
(Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 33.
‘Amaliyyah, yang berkaitan dengan
nilai pendidikan ibadah2.
Umar bin Khattab adalah
salah seorang sahabat nabi
Muhammad saw, yang juga menjadi
khalifah kedua dalam Islam. Umar
memiliki kedudukan yang tinggi di
sisi Rasulullah. Rasulullah bersabda,
“Seandainya setelah aku ada nabi,
maka itu adalah Umar bin Khattab.”
(HR. Tirmidzi dan Hakim). Allah
telah memberikan Umar sifat-sifat
para nabi dan kedudukan para rasul
sehingga menjadikannya sebagai
orang yang layak memperoleh posisi
kenabian. Selain itu, Umar juga
memperoleh muḥaddiṡin atau ilham
dari Allah3. Allah meletakkan
kebenaran pada lidah dan hati Umar,
sehingga Rasulullah memberikan
Umar dengan gelar al-Farūq yaitu
2 Ibid,. hlm. 37. 3 Ibnu Katsir, Al-Bidayah Wan Nihayah
(Jakarta: Darul Haq, 2004), hlm. 175.
2
orang yang memisahkan antara
kebenaran dan kebathilan4.
Berdasarkan latar belakang di
atas, maka penulis tertarik untuk
meneliti nilai pendidikan Islam yang
terdapat dalam kisah Umar Bin
Khattab dengan judul “Nilai-Nilai
Pendidikan Islam dalam Kisah
Umar Bin Khattab”.
Rumusan masalah dalam
penelitian ini, nilai-nilai pendidikan
Islam apa yang terkandung dalam
kisah Umar bin Khattab. Tujuan
penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan mendeskripsikan
nilai-nilai pendidikan Islam yang
terkandung di dalam kisah Umar bin
Khattab.
Tinjauan pustaka yang
dijadikan sebagai rujukan di
antaranya sebagaimana yang telah
dilakukan oleh:
4 Muhammad Husein Haekal, Umar bin
Khattab (Jakarta: PT Pustaka Litera Antar
Nusa, 2013), hlm. 59.
1. Bustomi Amiri dalam karya
Skripsi yang berjudul Nilai-
Nilai Pendidikan Islam
Dalam Al-Qur’an Surat Al-
Kahfi Ayat 60-82
menyimpulkan bahwa
terdapat empat nilai
pendidikan. Pertama, nilai
pendidikan aqidah yang
ditunjukkan oleh sikap nabi
Musa ketika mendengar
kabar dari Allah swt. Kedua,
nilai pendidikan ibadah yang
ditunjukkan oleh nabi Musa
yang mencari ilmu kepada
nabi Khidir. Ketiga, nilai
pendidikan muamalah yang
diperlihatkan nabi Musa
dalam berinteraksi dengan
masyarakat. Nilai yang
terakhir nilai pendidikan
akhlak yang ditunjukkan oleh
nabi Musa dan nabi Khidir
3
terhadap Allah swt, sesama
manusia dan lingkungan5.
2. Burhanuddin Asy-Syifa’
dalam karya Skripsi yang
berjudul Nilai- Nilai
Pendidikan Islam Dalam
Novel Sang Pemimpi Karya
Andrea Hirata
menyimpulkan dalam
perspektif pendidikan Islam
dengan memberikan banyak
gambaran dari nilai-nilai
pendidikan Islam yaitu nilai
keikhlasan, nilai taubat, nilai
kesabaran, nilai kejujuran,
nilai berbakti kepada orang
tua, nilai rendah hati, nilai
kesederhanaan, nilai
ketaqwaan dan nilai kasih
sayang6.
5 Bustomi Amiri, Nilai-Nilai Pendidikan
Islam Dalam Al-Qur’an Surat Al-Kahfi Ayat
60-82 (Surakarta: UMS, 2008), unpublished. 6 Burhanuddin Asy-Syifa’, Nilai- Nilai
Pendidikan Islam Dalam Novel Sang
3. Rofi Nurrohmah dalam karya
Skripsi yang berjudul Nilai-
Nilai Pendidikan Islam
Dalam Lirik Lagu Religi
Karya Bimbo menyimpulkan
bahwa terdapat tiga nilai
pendidikan yaitu nilai
pendidikan aqidah, nilai
pendidikan akhlak dan nilai
pendidikan ibadah. Nilai
pendidikan aqidah yang
terdapat dalam lagu Tuhan
dan Rindu Rasul yang
mencakup keimanan kepada
Allah dan keimanan kepada
Rasul. Nilai pendidikan
akhlak yang terdapat dalam
lagu Rasul menyuruh Kita
Mencintai Anak Yatim dan
Aisyah Adinda Kita yang
mencakup mencintai anak
yatim dan mengasihi orang
Pemimpi Karya Andrea Hirata (Surakarta:
UMS, 2008), unpublished.
4
miskin. Nilai pendidikan
ibadah yang terdapat dalam
lagu Sajadah Panjang dan
Ada Anak Bertanya Pada
Bapaknya yang terkandung
didalamnya mengabdi kepada
Allah dengan mentaati
kewajiban untuk beribadah
kepada-Nya7.
4. Zen Abdurrahman dalam
bukunya yang berjudul Ilham
Keberanian Umar bin
Khattab menyimpulkan
bahwa sejak usia muda, Umar
pandai dalam memanah,
memacu kuda, bergulat dan
terkenal cerdas. Sebelum
masuk Islam, Umar bin
Khattab merupakan salah satu
orang kafir yang sangat keras
menentang ajaran Nabi.
7 Rofi Nurrohmah, Nilai-Nilai
Pendidikan Islam Dalam Lirik Lagu Religi
Karya Bimbo (Surakarta: UMS, 2009),
unpublished.
Namun, setelah masuk Islam
Umar pun menjelma sebagai
lelaki gagah dengan
membawa angin segar bagi
Islam. Umar yang dahulu
sangat menentang Islam kini
berbalik selalu berada di
barisan terdepan. Dengan
keberaniannya, Islam pun
mampu menaklukkan Persia
dan Byzantium. Walaupun
kekuasaan Umar saat itu
begitu besar tetapi Umar tetap
hidup sederhana8.
Pendidikan Islam adalah
pengubahan tingkah laku dalam
diri manusia baik jasmani
maupun rohani melalui proses
pendidikan dengan dilandasi
nilai-nilai Islam sehingga
terbentuk kepribadian manusia
yang utama.
8 Zen Abdurrahman, Ilham Keberanian
Umar bin Khathab (Yogyakarta: Diva Press,
2014), hlm. 73.
5
Sumber pendidikan Islam
ada tiga yaitu al-Qur’an, as-
Sunnah dan Ijtihad. Menurut
H.M. Arifin, faktor-faktor
pendidikan Islam dibagi menjadi
lima yaitu: pendidik, peserta
didik, alat-alat pendidikan Islam,
lingkungan sekitar dan tujuan
pendidikan Islam9.
Nilai-nilai pendidikan
Islam mencakup nilai akhlak,
nilai aqidah dan nilai ibadah.
Aqidah adalah sejumlah
kebenaran yang secara fitrah
dapat diterima secara umum oleh
manusia, dan tidak akan
bercampur dengan keraguan
sehingga mendatangkan
ketenteraman jiwa10.
Allah menciptakan
manusia dengan fitrah bertuhan.
9 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam
(Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 109. 10 Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam
(Yogyakarta, Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam, 2000), hlm. 1-2.
Apabila menghadapi suatu
kejadian yang luar biasa atau
sudah kehilangan segala daya
untuk menghadapinya, maka lalu
secara spontan fitrah tersebut
muncul kembali. Secara esensi
tidak ada manusia yang tidak
bertuhan, yang ada hanyalah
mempertuhankan sesuatu yang
bukan Allah11.
Selain itu, manusia juga
memerlukan dalil naqli (al-
Qur’an dan as-Sunnah) untuk
membimbing manusia mengenal
kebenaran tersebut. Sebab fitrah
dan akal manusia tidak selalu
dapat menjelaskan Tuhan yang
sebenarnya yaitu Allah12.
Kemantapan aqidah dapat
diperoleh dengan menanamkan
La Ilāha illa al-Allah (Tiada
11 Ibid., hlm. 11-12. 12 Ibid., hlm. 17.
6
tuhan selain Allah) dan
Muḥammad Rasūlullah13.
Ibadah merupakan tata
cara manusia berhubungan
dengan Allah secara langsung
yang dalam pelaksananaannya
tidak boleh menambahkan atau
mengurangi kaidah-kaidah yang
telah diatur oleh Allah dan
Rasul-Nya. Kaidah-kaidah
tersebut tercantum dalam al-
Qur’an dan as-Sunnah. Ibadah
yang termasuk didalamnya
adalah yang berkaitan dengan
salat, puasa, zakat dan haji14.
Akhlak adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa manusia,
sehingga akan muncul secara
spontan apabila dibutuhkan,
tanpa memerlukan pemikiran
terlebih dahulu dan tidak
13 Ibid., hlm. 34 14 Muhammad Daud Ali, Pendidikan
Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2001),
hlm. 235.
membutuhkan dorongan dari
luar15.
Akhlak merupakan sikap
yang melahirkan perbuatan dan
tingkah laku manusia. Akhlak
dibagi menjadi tiga yaitu akhlak
terhadap Allah, akhlak terhadap
makhluk dan akhlak terhadap
alam16.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini
digolongkan ke dalam penelitian
kepustakaan (library research), yaitu
penelitian yang dilakukan di ruang
perpustakaan untuk menghimpun dan
menganalisis data yang bersumber
dari perpustakaan, baik berupa buku-
buku, kisah-kisah sejarah, dokumen-
dokumen dan materi perpustakaan
lainnya yang dapat dijadikan sumber
15 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq
(Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam, 1999), hlm. 1-2 16 Sudarno Shobron, Studi Islam 1
(Surakarta: Lembaga Pengembangan Al-
Islam dan Kemuhammadiyahan, 2013), hlm.
92.
7
rujukan untuk menyusun suatu
laporan ilmiah17.
Pendekatan penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif
karena menekankan analisis pada
proses penyimpulan deduktif dan
induktif dengan menggunakan logika
ilmiah. Penelitian ini menghasilkan
data yang berupa data deskriptif.
Pendekatan ini menganalisis dan
menyajikan fakta secara sistematis
sehingga mudah dipahami18.
Metode pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan
metode dokumentasi yaitu teknik
untuk memperoleh informasi dari
dokumen. Dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu
17 Abdurrahmat Fathoni, Metodologi
Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi
(Jakarta:PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 95. 18 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian
(Jakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 6.
yang dinyatakan dalam bentuk
tulisan maupun lisan19.
Sumber data dalam penelitian
ini diperoleh dari data primer dan
data sekunder. Data Primer adalah
dokumen mengenai kisah Umar Bin
Khattab yaitu buku yang berjudul
Umar Bin Khattab karangan
Muhammad Husein Haekal”. Data
Sekunder dari penelitian ini adalah
buku-buku yang berkaitan dengan
penelitian ini.
Untuk menganalisis nilai-
nilai pendidikan Islam dalam kisah
Umar bin Khattab, penulis
menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Metode ini terdiri dari tiga
kegiatan, yaitu: pengumpulan data
sekaligus reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan20.
19 Djam’an Satori, Metodologi Penelitian
Kualitatif (Bandung: CV Alfabeta, 2013),
hlm. 148. 20 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan
Metode dan Paradigma Baru (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 171-173.
8
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Nilai Pendidikan Aqidah
Nilai pendidikan Aqidah
yang terdapat dalam kisah Umar
bin Khattab ialah mengenai
fitrah manusia. Apabila fitrah
tersebut tertutup oleh faktor-
faktor luar, maka manusia akan
menentang fitrahnya sendiri.
Apabila menghadapi suatu
kejadian yang luar biasa dan
sudah kehilangan segala daya
untuk menghadapinya, maka
secara spontan fitrah tersebut
muncul kembali.
Umar berasal dari
keturunan kaum Quraisy. Suatu
ketika Umar sudah begitu muak
dengan perkembangan Islam.
Dengan pedangnya, beliau
berniat membunuh Rasulullah.
Di jalan beliau berjumpa dengan
Nuaim bin Abdullah yang
memberitahukan bahwa adiknya
yang bernama Fatimah dan
suaminya Sa’id bin Zaid telah
memeluk Islam.
Umar yang masih dipenuhi
dengan kemarahan lalu
menghantam Said bin Zaid
dengan keras. Saat itu Fatimah
yang melindungi suaminya pun
mendapat pukulan keras dari
Umar. Melihat darah di muka
Fatimah, Umar merasa
menyesal.
Selain fitrahnya, manusia
juga memerlukan al-Qur’an dan
as-Sunnah untuk membimbing
dirinya mengenal kebenaran
bertuhan. Sebab fitrah dan akal
manusia tidak selalu dapat
menjelaskan Tuhan yang
sebenarnya.
9
Setelah menyesal, Umar
kemudian mengambil dan
membaca lembaran yang
bertuliskan ayat-ayat al-Qur’an.
Setelah membaca ayat-ayat itu,
beliau kagum dengan kata-kata
dalam lembaran-lembaran
tersebut. Umar pun menemui
Rasulullah untuk memeluk
Islam.
Kemantapan aqidah dapat
diperoleh dengan menanamkan
kalimat tauhid La Ilāha illa al-
Allah dan Muḥammad
Rasūlullah.
Saat Umar masuk Islam,
beliau lalu mengucapkan kalimat
syahadat “Asyhadu allā ilāha
illallāh wa asyhadu anna
muḥammadar rasūlullāh”
Berdasarkan teori-teori
yang dikemukakan di atas, nilai
aqidah dalam kisah Umar bin
Khattab sudah sesuai dengan
teori-teori yang ada. Hal ini
dikarenakan Umar dapat
menerima fitrah bertuhan
dengan diperkuat wahyu Allah
dan kemantapan dari kalimat
syahadat.
B. Nilai Pendidikan Ibadah
Nilai pendidikan Ibadah
yang menyangkut kisah Umar
bin Khattab mengenai kewajiban
manusia. Kewajiban seorang
muslim dengan melaksanakan
perintah Allah yaitu salat, puasa,
zakat dan haji.
Salat terdiri dari shalat
wajib/fardu dan salat sunah.
Salat sunnah biasanya dilakukan
sendiri-sendiri. Berbeda dengan
salat sunah yang lainnya, salat
tarawih dilakukan dengan
berjamaah.
10
Saat Umar menjadi
khalifah, beliau melihat kaum
muslimin mengerjakan salat
tarawih dengan sendiri-sendiri.
Kemudian beliau pun
mengumpulkan kaum muslimin
untuk mengerjakan salat tarawih
secara berjamaah dengan hanya
satu imam.
Puasa sepanjang tahun
tidak diperkenankan dalam
Islam karena akan menyiksa
dirinya sendiri. Apabila ingin
puasa terus menerus dalam Islam
terdapat puasa dāwūd, yaitu
puasa sehari dan berbuka sehari.
Suatu ketika Umar
mendapat informasi bahwa ada
seorang laki-laki yang berpuasa
sepanjang satu tahun. Umar pun
menemui laki-laki tersebut dan
memukul kepalanya sambil
berkata, “Makanlah, hai orang
yang berpuasa!”
Zakat merupakan sebagian
harta yang diwajibkan Allah dan
diberikan kepada orang-orang
yang berhak menerimanya.
Orang-orang yang berhak
menerimanya adalah fakir,
miskin, amil, mualaf, riqāb,
ghārim, sabilillah dan
ibnussabīl.
Rasulullah memberikan
harta rampasan perang dan zakat
kepada para muallaf seperti
Uyainah bin Hisn, Aqra’ bin
Habis, Abbas bin Mirdas dan
lain-lain. Saat Umar menjadi
khalifah, mereka datang
menemui Umar untuk
mendapatkan haknya. Namun
Umar menolaknya, mereka
dahulu merupakan golongan
yang mendapatkan zakat dan
11
sekarang dihentikan sebab
mereka sudah seperti kaum
muslimin lainnya.
Salah satu ketentuan haji
adalah tawaf. Tawaf merupakan
ibadah yang mengelilingi
Ka’bah dalam tujuh putaran. Di
sekitar Ka’bah juga terdapat
maqam Ibrahim yang biasanya
digunakan untuk melaksanakan
salat.
Suatu ketika Umar melihat
Ka’bah semakin banyak orang,
Umar berinisiatif untuk
membuat jarak antara maqam
Ibrahim dengan Ka’bah.
Awalnya maqam tersebut
menempel pada Ka’bah.
Akibatnya jika kaum muslimin
hendak melakukan tawaf,
mereka menjauh dari Ka’bah.
Berdasarkan teori-teori
yang dikemukakan di atas, nilai
ibadah dalam kisah Umar bin
Khattab belum sesuai dengan
teori-teori yang ada. Hal ini
dikarenakan Umar dalam
melaksanakan ibadah dengan
menggunakan ijtihad, sehingga
menyimpang dari al-Qur’an dan
as-Sunnah.
C. Nilai Pendidikan Akhlak
Nilai pendidikan Akhlak
yang menyangkut kisah Umar
bin Khattab mengenai perbuatan
dan tingkah laku manusia, yaitu
Akhlak terhadap Allah, akhlak
terhadap makhluk dan akhlak
terhadap alam.
1. Akhlak terhadap Allah :
perbuatan yang dilakukan
oleh manusia terhadap Allah,
seperti berdoa kepada Allah.
Saat Umar dilantik
menjadi khalifah, Umar pun
berdoa kepada Allah,
12
“Allahumma ya Allah, aku ini
sungguh keras dan kasar,
maka lunakkanlah hatiku!
Allahumma ya Allah, aku ini
sangat lemah maka berilah
saya kekuatan! Allahumma ya
Allah, aku ini kikir,
jadikanlah aku orang
dermawan bermurah hati!”
2. Akhlak terhadap Rasulullah:
perbuatan yang dilakukan
oleh manusia terhadap
Rasulullah, seperti mencintai
Rasulullah.
Umar teringat saat
berada dalam kesesatan dan
Allah menjadikan Rasulullah
sebagai datangnya hidayah.
Selain itu juga teringat bahwa
pada hari kiamat beliau tidak
akan mampu masuk surga
kecuali dengan kecintaannya
kepada Rasulullah.
3. Akhlak terhadap diri sendiri:
perbuatan yang dilakukan
oleh manusia terhadap diri
sendiri, seperti hidup
sederhana.
Seseorang berkata
kepada Umar, “Anda
mendapat bagian sehelai burd
Yaman dan badan anda tinggi
tetapi mengapa anda potong
menjadi kemeja?” Umar pun
menoleh kepada Abdullah.
Abdullah pun menjawab,
“Burd saya kuberikan
kepadanya supaya cukup
untuk kemejanya itu.
4. Akhlak terhadap keluarga:
perbuatan yang dilakukan
oleh manusia terhadap sanak
keluarga, seperti mendidik
anak.
Abdurrahman Anak
Umar bin Khattab yang
13
berada di Mesir minum-
minum sampai mabuk.
Gubernur Mesir pun
menghukumnya. Seketikanya
di Madinah, Umar
memberikan hukuman
kembali kepadanya dengan
menjalani pukulan dan
dipenjarakan sampai
meninggal.
5. Akhlak terhadap masyarakat:
perbuatan yang dilakukan
oleh manusia terhadap
masyarakat, seperti tanggung
jawab.
Suatu ketika, terdapat
seorang perempuan dengan
anak–anaknya yang
kelaparan. Melihat itu, Umar
lalu mengambil sekantong
gandum di gudang dan
memasaknya.
6. Akhlak terhadap negara:
perbuatan yang dilakukan
oleh manusia terhadap
negara, seperti mengambil
keputusan dengan
musyawarah
Sebelum meninggal
Umar memilih enam tokoh
untuk musyawarah dalam
memilih khalifah berikutnya.
Umar menunjuk Abdullah bin
Umar untuk mengawasi
jalannya musyawarah.
7. Akhlak terhadap alam:
perbuatan yang dilakukan
oleh manusia terhadap alam
(hewan), seperti sayang
terhadap hewan
Umar mengatakan
kepada Al-Ahnaf bin Qais,
“Mengapa kalian tidak takut
kepada Allah atas tindakan
kalian terhadap hewan-hewan
14
tunggangan kalian ini?
Bukankah lebih baik bila
kalian melepaskan ikatannya
agar hewan-hewan itu
memakan rumput?”.
Berdasarkan teori-teori
yang dikemukakan di atas,
nilai akhlak dalam kisah
Umar bin Khattab sudah
sesuai dengan teori-teori yang
ada. Hal ini dikarenakan
Umar mempunyai akhlak
yang baik dan akan muncul
secara spontan apabila
dibutuhkan.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah penulis
mendeskripsikan tentang
kandungan nilai-nilai pendidikan
Islam dalam kisah Umar bin
Khattab. Sebagaimana telah
disebutkan dalam pembahasan
bab-bab sebelumnya, akhirnya
dapat ditarik kesimpulan bahwa
ditemukan tiga nilai pendidikan
Islam dalam kisah Umar bin
Khattab yaitu: nilai pendidikan
aqidah, nilai pendidikan ibadah
dan nilai pendidikan akhlak.
B. SARAN
Sebagai saran dalam
penyusunan skripsi ini, penulis
akan mengemukakan beberapa
saran atau himbauan terhadap
pihak-pihak yang terlibat:
1. Bagi pembaca, dapat
memahami makna dan dari
nilai-nilai pendidikan Islam
yang dilakukan oleh Umar
bin Khattab dalam kisah
tersebut.
2. Bagi pendidik, dapat
mengajarkan nilai-nilai
pendidikan Islam yang
terkandung dalam kisah
15
Umar bin Khattab dan
mengimplementasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Bagi peneliti yang akan
datang, penelitian ini dapat
dijadikan sebagai acuan bagi
peneliti lain yang akan
melakukan penelitian yang
sejenis.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Zen. 2014. Ilham
Keberanian Umar bin
Khathab. Yogyakarta: Diva
Press
Amiri, Bustomi. 2012. Nilai-Nilai
Pendidikan Islam Dalam Al-
Qur’an Surat Al-Kahfi Ayat
60-82. Surakarta: UMS.
unpublised
Arifin, Zainal. 2011. Penelitian
Pendidikan Metode dan
Paradigma Baru Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Asy-Syifa’, Burhanuddin. 2012.
Nilai- Nilai Pendidikan Islam
Dalam Novel Sang Pemimpi
Karya Andrea Hirata.
Surakarta: UMS. unpublised
Azwar, Saifuddin. 2006. Metode
Penelitian. Jakarta: Pustaka
Pelajar
Arifin, Muhammad. 2006. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta:
Bumi Aksara
Fathoni, Abdurrahmat. 2006.
Metodologi Penelitian dan
Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Daud Ali, Muhammad. 2001.
Pendidikan Agama Islam
Jakarta: Bumi Aksara
Haekal, Muhammad Husain. 2013.
Umar Bin Khattab. Jakarta:
PT Pustaka Litera AntarNusa
Ilyas, Yunahar. 2000. Kuliah
Akhlak. Yogyakarta:
Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam
____________. 2000. Kuliah
Aqidah Islam. Yogyakarta:
Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam
Katsir, Ibnu. 2004. Al-Bidayah Wan
Nihayah. Jakarta: Darul Haq
Nurrohmah, Rofi. 2013. Nilai-Nilai
Pendidikan Islam Dalam
Lirik Lagu Religi Karya
Bimbo. Surakarta: UMS.
unpublised
Satori, Djam’an. 2013. Metodologi
Penelitian Kualitatif.
Bandung: CV Alfabeta
Shobron, Sudarno,dkk. 2010. Studi
Islam 1. Surakarta: Lembaga
Pengembangan Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan
Umar, Bukhari. 2010. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta:
AMZAH
Top Related