NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA KARYA ANGGIE D. WIDOWATI
MORAL VALUES IN NOVEL “IBUKU TIDAK GILA” WRITTEN BY
ANGGIE D WIDOWATI
TESIS
WAHYUNI HASBUL 04.08.889.2013
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUKU TIDAK GILA KARYA ANGGIE D WIDIWATI
TESIS
Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Yang disusun oleh
WAHYUNI HASBUL NIM.04.08.886.2013
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan Allah atas berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang
berjudul “Ibuku Tidak Gila karya Anggie D widawati” Tesis ini diajukan guna
memenuhi salah satu persyaratan akademi untuk memperoleh gelar Megister
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Program
Pascasarjana Universitas Muhammadiayah Makassar.
Penyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan, saran, dan
dorongan dari berbagai pihak. Hal ini yang mendukung terwujudnya tesis ini.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada yang telah
membantu penulis terutama kepada Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M., M.Pd.
pembimbing I dan Dr. Sitti Aida Azis, M.Pd. Pembimbing II. yang telah
membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis dalam
menyelesaikan tesis.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor Universitas
muhammadiyah Makassar, Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. dan Direktur Program
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar,
Prof. Dr. H. M. Ide Said D.M., M.Pd. beserta semua dosen dan staf administrasi
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
member kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi pada Program
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada penguji yang memberi
banyak masukan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.
Ucapan terima kasih yang tulus dan penghargaan kepada orang tua
penulis. Ayahanda Bullah dan Ibunda Sitti Hawiyah tercinta yang senantiasa
mendoakan dan mencurahkan kasih sayang kepada penulis. serta keluarga dan
teman-teman yang senantiasa setia mendoakan penulis agar dapat meraih
kesuksesan.
Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat terhadap
pengembangan pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Semoga bantuan
yang penulis terima dari berbagai pihak mendapatkan pahala dari Allah Swt.
Makassar, Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................... ii
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI ............................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ................................................. iv
MOTO .............. ............................................................................ v
KATA PENGANTAR....................................................................... vi
ABSTRAK ........ ............................................................................ x
ABSTRACT ....... ............................................................................ xi
DAFTAR ISI ...... ............................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Fokus Penelitian ................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 6
E. Definisi Istilah .................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ................... 9
A. Kajian Pustaka ..................................................................... 9
B. Penelitian yang Relevan ...................................................... 38
C. Kerangka Pikir ..................................................................... 40
BAB III METODE PENELITIAN .................................................... 43
A. Jenis Penelitian.................................................................... 43
B. Pendekatan Penelitian ......................................................... 43
C. Data dan Sumber................................................................. 44
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 45
E. Teknik Analisis Data ............................................................ 45
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................... 47
A. Hasil penelitian ............................................................... 47
1. Nilai Moral Baik .................................................... 47
2. Nilai Moral Buruk ................................................. 69
B. Pembahasan………………………………………………… 80
BAB V SIMPULAN DAN SARAN................................................... 87
A. Simpulan .............................................................................. 87
B. Saran ................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
MOTO
Berjuang dengan penuh
Kesabaran dan keikhlasan
Adalah salah satu kunci keberhasilan.
Tiada kata henti dalam belajar
kecuali saat nafas telah berhenti
ABSTRAK
WAHYUNI HASBUL, 2013. Nilai Moral dalam Novel Ibuku Tidak Gila karya Anggie D Widowati, Tesis. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Program pascasarjana Universitas Muhammadiayah Makassar, di bombing oleh H. M. ide Said, D.M. dan Sitti Aida Azis,
Fokus utama dalam penelitian ini adalah mengkaji 1). Nilai Moral baik, 2) Nilai Moral Buruk. Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif yang menggunakan sumber data yang berupa dokumen, yaitu novel Ibuku Tidak Gila karya Anggie D Widowati.
Hasil analisis data adalah dapat diketahui bahwa novel Ibuku Tidak Gila mengandung nilai moral yang diklasifikasikan menjadi dua yaitu moral baik yakni kejujuran, kesabaran, kepercayaan, kesetian, pengendalian diri, dan penyesalan. moral tidak baik/buruk yakni bohong, fitnah, dan dendam.
Berdasarkan simpulan diketahui bahwa moral adalah suatu bagian dari nilai yang menangani kelakuan baik dan buruk dari manusia. Nilai moral yang benar tidak sekedar mengamati perilaku moral yang tampak. Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang harus di kerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lahirnya suatu karya sastra tidak bisa lepas dari keadaan lingkungan
sosial pengarangnya. Selebihnya suatu karya selalu ditempatkan pada posisi
seimbang antara teks dan penciptanya. Karya sastra diciptakan oleh
sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Dan
sastrawan sendiri adalah anggota masyarakat yang terikat oleh status sosial
tertentu (Damono, 1984: 01).
Karya sastra pada dasarnya merupakan cerminan perasaan,
pengalaman dan pemikiran dalam hubungannya dengan kehidupan. Melalui
karya sastra dapat disampaikan berbagai kemungkinan pengajaran moral,
sosial, dan psikologi. (Sayuti, 1993: 119-121). Adapun menurut Soemardjo
(1982: 12) karya sastra adalah produk masyarakat, sebab karya sastra lahir
dan berkembang dalam masyarakat serta dibentuk oleh masyarakat
berdasarkan desakan emosional atau rasional dari masyarakat. Berarti karya
sastra bukan kenyataan hidup sosial, tetapi merupakan gambaran sosial
suatu masyarakat yang dituangkan dalam cerita.
Pradopo (1994: 94) mengungkapkan bahwa suatu karya sastra yang
baik adalah yang langsung memberi didikan kepada pembaca tentang budi
pekerti dan nilai-nilai moral, sesungguhnya hal ini telah menyimpang dari
hukum-hukum karya sastra sebagai karya seni dan menjadikan karya sastra
sebagai alat pendidikan yang langsung sedangkan nilai seninya dijadikan atau
1
2
dijatuhkan nomor dua. Begitulah paham pertama dalam penilaian karya sastra
yang secara tidak langsung disimpulkan dari corak-corak roman Indonesia
yang mula-mula, ialah memberi pendidikan dan nasihat kepada pembaca.
Menurut Ratna (2004: 336) di antara genre karya sastra yaitu prosa,
puisi, dan drama, genre prosalah khususnya novel yang dianggap paling
dominan dalam menampilkan unsur-unsur sosial. Karena novel menampilkan
unsur cerita paling lengkap, memiliki media paling luas, menyajikan masalah-
masalah kemasyarakatan pun paling luas dan bahasa novel cenderung
bahasa sehari-hari yang paling umum digunakan dalam masyarakat.
Selain itu menurut Soemardjo (1982:250) di dalam novel juga memiliki
struktur atau unsur-unsur pembangun cerita seperti alur, tema, tokoh, setting,
dan gaya bahasa. Melalui.
Unsur pembangun tersebut peristiwa-peristiwa kemasyarakatan
dihadirkan oleh pengarang dengan gaya berbeda. Perbedaan tersebut berasal
dari budaya suatu masyarakat yang sangat mungkin mepengaruhi terciptanya
karya sastra (Soemardjo, 1982:12).
Ajaran moral dalam karya sastra seringkali tidak secara langsung
disampaikan, tetapi melalui hal-hal yang sifatnya amoral dulu. Hal ini sesuai
apa yang dikenal dengan tahap katarsis pada pembaca karya sastra.
Meskipun sebelum mengalami katartis, pembaca atau penonton dipersilahkan
untuk menikmati dan menyaksikan peristiwa-peristiwa yang sebetulnya tidak
dibenarkan secara moral, yaitu adegan semacam pembunuhan atau banjir
darah yang menyebabkan penonton atau pembaca senang tetapi juga muak.
Jadi untuk menuju moral, seringkali penonton harus melalui proses
3
menyaksikan adegan yang tidak sejalan dengan kepentingan moral (Azis,
2011: 143).
Moral menurut Salam (2000):12) “adalah ilmu yang mencari
keselerasan perbuatan-perbuatan manusia (tindakan insani) dengan dasar-
dasar yang sedalam-dalamnya yang di peroleh dengan akal budi manusia”.
Kata moral selalu mengacu kepada baik buruk manusia. Sikap moral
disebut moralitas yaitu sikap hati seseorang yang terungkap dalam tindakan ,
Adapun moral secara umum mengarah pada pengertian ajaran tentang
baik buruknya yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban,
budi pekerti dan sebagainya. Menurut KBBI Bahwa moral merujuk pada
pengertian tentang akhlak, budi pekerti, dan susila (Alwi, 1994:969).
Nilai moral yang terdapat dalam Novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D
Widowati yaitu moral baik dan moral tidak, didalam novel tersebut terdapat
beberapa moral seperti moral baik yaitu kejujuran, kejujuran yang selalu
ditanamkan dalam diri. sedangkan moral buruknya adalah bohong. keb
ohongan tidak membuat hidup bahagia malah dari kebohongan tersebut
banyak masalah yang akan kita dapat.
Seirama dengan uraian tersebut, diketahui bahwa semakin banyak
fenomena-fenomena yang terjadi sekarang di tengah masyarakat yang
terkadang tidak mengindahkan tentang perilaku-perilaku menyimpang.
Ambillah misalnya novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D Widowati kisah di
dalam novel ini merupakan potret hidup manusia dimana seorang ibu memiliki
ikatan batin yang abstrak dengan putra putrinya. Biarpun ada pisau yang
menyakitkan mengiris temali itu, tetapi ikatan itu tak akan pernah terputus,
Selamanya. Tokoh utama dalam novel itu adalah Dewa.
4
Tokoh Dewa, seorang anak laki yang kuliah diperguruan tinggi Fakultas
Ekonomi Manajemen. Dewa adalah anak dari pasangan Gandi dan Ginawati
tetapi pada usia Dewa yang empat tahun orang tuanya tidak tinggal bersama
lagi karena ibunya defresi suka mengamuk, sampai-sampai Dewa pernah
dicekik oleh ibunya sendiri. Ayah semakin khewatir dengan kondisi ibu dan
keselamatan saya, akhirnya ayah memutuskan untuk pindah dirumah baru
dan ibu di tinggal di rumah lama dengan seorang pembantu bernama Marni
yang biasa dipanggil dengan Yuk Sum.
Kepindahan di rumah baru itu didahului dengan pesta. Ayah duduk
berdampingan dengan seorang perempuan cantik yang tak lain adalah
sekretaris di kantor ayah yang berstatus janda dengan seorang anak yang
bernama Danu. Beberapa tahun kemudian mama panggilan untuk ibu tiri
hamil dan memiliki anak kembar, yang diberi nama Fauzy dan Fauzan. Maka
jadilah kami keluarga besar, Ayah, Mama yang baik dan cantik, aku, Danu,
Fauzan dan Fauzy. kami hidup bahagia.
Dewa baru mengetahui ibu kandungnya dirawat di rumah sakit jiwa
pada saat dia sudah duduk di bangku perkuliahan. Hati Dewa jadi gelisa
karena malu mempunyai ibu yang di rawat di rumah sakit jiwa. Dan di rumah
sakit itu pun Dewa ketemu dengan seorang gadis yang sederhana dan cantik.
Gadis itu bernama Maharani yang biasa di panggil Arra, di rumah sakit itu
awal pertemuan Dewa dengan Arra. Beberapa hari kemudian Dewa dan Arra
selalu ketemu dan Dewa pun tidak pernah malu untuk menceritakan kondisi
ibunya kepada Arra, padahal Arra ini gadis baru yang dia kenal tetapi Dewa
merasa nyaman bersama Arra sampai-sampai cerita tentang ibunya pun yang
di anggap aib langsung saja dia ceritakan. Mereka pun semakin akrab,
5
sampai-sampai Arra menjadi tempat curhat Dewa tentang kendisi ibunya,
suatu hari Dewa penasaran dengan sikap ibunya yang selalu kasar pada saat
ketemu.
Dewa pun mengajak Arra untuk memecahkan teka-teki kehidupan
ibunya di masa lalu. Mereka berdua tidak pernah menyerah untuk
menyelesaikan masalah ini, sampai-sampai mereka berdua pergi kerumah tua
yang sudah lama tidak ditinggali dan juga mendatangi keluarga ibunya di
jogya. Dengan perjuangan Arra dan Dewa, mereka akhirnya menemukan titik
terang dari apa yang dia cari selama ini. Dengan mimpi-mimpi dan bukti-bukti
yang dia dapat akhirnya Dewa mengetahui rahasia semuanya yang telah di
sembunyikan ayahnya selama puluhan tahun.
Novel Ibuku Tidak Gila merupakan salah satu karya satra yang
dihasilkan oleh Anggie D. Widowati, lahir di kota Ambarawa, 14 juli. Lulusan
fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Memulai kariernya
sebagai penulis ketika masih usia delapan tahun dengan karya-karya puisi.
Menginjak usia remaja, Anggie, memulai menulis cerita pendek dan novelette.
Kesukaannya menulis terus membawanya pada dunia penulis, dengan
membuat novel.
Novel pertamanya Langit Merah Jakarta telah terbit ditahun 2003.
Disusul novel keduanya yang ber judul Laras yang menceritakan tentang
birokrasi pemerintah yang sarat dengan korupsi dan konpirasi politik, di tahun
2004. Berbeda dengan novel sebelumnya yang lebih banyak berbicara
mengenai masalah social dan politik, kali ini, Anggie menampilkan kisah yang
sifatnya psikologi, kisah ini terinspirasi dari kisah nyata. Didalam tulisannya ini,
Anggie berharap agar karyanya bias menjadi pandangan baru masyarakat,
6
betapa seorang ibu memiliki ikatan batin yang abstrak dengan putra putrinya.
Biarpun ada pisau yang menyakitkan yang mengiris temali itu, tetapi ikatan itu
tak akan pernah terputus, selamanya.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji nilai
moral dalam novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D.Widowati. sebagai
anterapan judul Nilai Moral dalam Novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D.
Widowati. Alasan peneliti mengangkat novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D
Widowati sebagai bahan kajian karena sebagaimana kita ketahui bersama
bahwa semakin banyaknya fenomena yang terjadi sekarang ini ditengah
lapisan masyarakat itu terkadang tidak mengindahkan yang namanya perilaku
yang sifatnya menyimpan sehingga nilai moral itu tidak dapat dijadikan
sebagai landasan utama dalam hidup bermasyarakat.
B. Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Moral baik yakni (a) kejujuran, (b) kesabaran, (c) kepercayaan, (d)
kesetian, (f) pengendalian diri, (g) penyesalan.
2. Moral buruk yakni (a) bohong, (b) fitnah, (c) dendam.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan nilai moral yang
terdapat dalam novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D. Widowati, yang terdiri
atas moral baik dan moral buruk.
a. Mendeskripsikan moral baik yang terdapat dalam novel Ibuku Tidak Gila
Karya Anggie D. Widowati seperti (a) kejujuran, (b) kesabaran, (c)
kepercayaan, (d) kesetian, (f) pengendalian diri, (g) penyesalan.
7
b. Mendeskripsikan moral buruk/tidak baik seperti: (a) bohong, (b) fitnah, (c)
dendam.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuan secara optimal,
menghasilkan laporan yang sistematis dan dapat bermanfaat secara umum.
Adapun manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan terutama
jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Di samping itu,
bermanfaat dalam upaya pengembangan mutu dan hasil pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pembaca
Penelitian novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D. Widowati ini
dapat digunakan sebagai bahan bacaan perbandingan dengan
penelitian-penelitian lain yang telah ada sebelumnya dalam
menganalisis nilai moral.
b. Bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan mahasiswa untuk
memotivasi ide atau gagasan baru yang lebih kreatif dan inovatif di
masa yang akan datang, demi kemajuan diri dan mahasiswa.
c. Bagi peneliti
Diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dalam
manganalisis sebuah karya sastra dan memberi dorongan kepada
peneliti lain untuk melaksanakan penelitian sejenis.
8
E. Definisi Istilah
Definisi istilah dimaksudkan untuk merumuskan, mengenal, dan
memahami suatu objek yang dapat dirumuskan lebih dari satu definisi istilah.
Hal tersebut perlu didefinisikan secara operasional agar tidak menimbulkan
penafsiran yang salah mengenai istilah yang digunakan dalam penelitian ini,
maka penulis perlu mengemukakan definisi istilah tersebut.
1. Moral yang baik adalah tingkah yang baik dimiliki tokoh dalam novel Ibuku
Tidak Gila Karya Anggie D Widowati seperti kejujuran adalah sikap
dimana orang tersebut berkata benar, kesabaran merupakan
pengendalian diri dalam mengahadapi semua masalah-masalah,
kepercayaan adalah orang di berikan tanggung jawab atau orang yang
sudah diyakini dapat melaksanakan semuanya, kesetian merupakan
sebuah persaan yang tetap mencintai sesosok wanita yang disayangi,
pengendalian diri merupakan sikap dalam mengendalikan perasaan yang
bersifat negatif, penyesalan merupakan suatu perasaan diamana
seseorang merasa bersalah atau melakukan kesalahan akan sesuatu dan
ingin kembali kemasa saat melakukan kesalahan tersebut untuk
memperbaikinya,
2. Moral tidak baik adalah tingkah yang buruk tokoh dari novel Ibuku Tidak
Gila Karya Anggie D Widowati yang dianggap menyimpan dari etika/
perilaku yang menyimpan seperti bohong adalah mengatakan sesuatu
yang tidak benar kepada orang lain, fitnah adalah perkataan bohong atau
tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan, dendam yaitu keinginan
keras untuk membalas.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Karya Sastra
Sastra merupakan bagian dari karya seni, yang keduanya
merupakan unsur integral dari kebudayaan, dan usianya sudah sangat tua.
Kehadiran dari kedua unsur tersebut hamper bersamaan dengan kehadiran
manusia. Sastra telah menjadi bagian dari pengalaman hidup manusia dari
segi aspek penciptanya yang mengepresikan pengalaman batinnya ke
dalam karya sastra (Zulfahnur dkk., 1996: 64). Dan Sastra adalah suatu
hasil karya seni yang muncul dari imajinatif atau rekaan para sastrawan.
Sastra bersifat otonom. Di katakan otonom, karena karya sastra memiliki
dunia tersendiri dengan di bandingkan dengan bidang-bidang kehidupan
lainnya.
Karya sastra dapat di definisikan berdasarkan berbagai pandangan,
misalnya Semi (1988: 23) menyatakan bahwa sastra merupakan suatu
bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya adalah manusia dan
kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.
Berdasarkan definisi tersebut sastra adalah seni, bukan ilmu pengetahuan.
Sastra memiliki jiwa dan badan, jiwa satra berupa pikiran, persaan, dan
pengalaman manusia, sedangkan badannya adalah ungkapan bahasa yang
indah sehingga mampu memberikan hiburan bagi pembacanya.
Kehidupan di dalam karya sastra adalah kehidupan yang telah
diwarnai dengan sikap penulisnya. Latar belakang moral, keyakinan dan
10
10
sebagainya. Sedangkan di dalam karya sastra terkandung suatu kebenaran
yang membentuk keyakinan dan kebenaran indrawi seperti yang telah
terbukti dalam kehidupan sehari-hari.
Sastra seperti halnya karya seni lainnya, hampir setiap zaman
memegang peranan penting, karena sastra dapat mengepresikan nilai-nilai
kemanusian yang berfungsi sebagai alat untuk meneruskan tradisi suatu
bangsa dalam arti positif, baik masa sekarang maupun masa yang akan
dating (Burnet dalam Semi 1988:20).
Menurut Bharata Kalbuaji(2009). Bentuk dan isi sastra harus saling
mengisi, yaitu dapat menimbulkan kesan yang mendalam di para
pembacanya sebagai perwujudan nilai-nilai karya seni. Sedangkan menurut
Sudjiman (1984: 14) mengemukakan bahwa sastra adalah refleksitas
persoalan manusia sebagai hasil renungan pengarang terhadap kehidupan
alam sekitarnya. Sastra adalah alat untuk menyampaikan ajaran, nasehat
atau agama.
Realitas bagi sastrawan hanyalah bahan mentah. Ia hanyalah
sumber pengambilan ilham. Untuk menjadi karya sastra masih di perlukan
pengolahan dalam angan sastrawan. Bukan hanya sekedar pengolahan
dalam arti cara penyampaiannya, melainkan menyangkut pada pemberian
nilai-nilai yang lebih tinggi dan lebih agung.
Oleh karena itu seorang pengarang jika menciptakan karya sastra
bukan hanya sekedar memindahkan apa yang disaksikan dalam kehidupan
dalam karyanya melainkan pengarang mempunyai tugas yang lebih berat.
Pengarang harus memberi kontribusi dan tujuan, serta penafsiran tentang
alam dan kehidupan itu.
11
Di tinjau dari segi dari segi penciptanya, karya sastra merupakan
pengalaman batin penciptanya mengenai kehidupan masyarakat dalam
suatu kurun waktu dan situasi budaya tertentu. Di dalam suatu karya sastra
dilukiskan keadaan kehidupan sosial suatu masyarakat, peristiwa, ide, dan
gagasan serta nilai-nilai yang diamanatkan pencipta lewat tokoh cerita.
Sastra mempersoalkan manusia dalam berbagai aspek kehidupan
sehingga karya sastra berguna untuk mengenal manusia, kebudayaan,
serta zamannya ( Aminuddin: 1910: 90).
Dari uraian tersebut dapat dirumuskan pengertian sastra sebagai
berikut:
1. Sastra adalah kegiatan kreatif sebuah karya seni yang bentuk dan
ekspresinya imajinatif.
2. Sastra adalah tulisan bernilai seni mengenai subjek khusus
kehidupan manusia dalam suatu negeri pada suatu masa.
3. Sastra adalah ekspresi kehidupan dengan media bahasa yang khas.
4. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi yang berunsur
fiksionalitas yang merupakan luapan emosi spontan.
5. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa
pengalaman pikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam
suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona
dengan alat bahasa.
2. Pengertian Novel
Kata novel berasal dari bahasa Itali novella yang secara harfiah
berarti „sebuah barang baru yang kecil , dan kemudian diartikan sebagai
„cerita pendek dalam bentuk prosa . Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005:
12
9). Dalam bahasa Latin kata novel berasal novellus yang diturunkan pula
dari kata noveis yang berarti baru. Dikatakan baru karena dibandingkan
dengan jenis-jenis lain, novel ini baru muncul kemudian (Tarigan, 1995:
164).
Pendapat Tarigan diperkuat dengan pendapat Semi (1993: 32)
bahwa novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek
kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus. Novel
yang diartikan sebagai memberikan konsentrasi kehidupan yang lebih
tegas, dengan roman yang diartikan rancangannya lebih luas
mengandung sejarah perkembagan yang biasanya terdiri dari beberapa
fragmen dan patut ditinjau kembali.
Sudjiman (1998: 53) mengatakan bahwa novel adalah prosa rekaan
yang menyuguhkan tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa serta
latar secara tersusun. Novel sebagai karya imajinatif mengugkapkan
aspek-aspek kemanusiaan yang mendalam dan menyajikannya secara
halus. Novel tidak hanya sebagai alat hiburan, tetapi juga sebagai
bentuk seni yang mempelajari dan meneliti segi-segi kehidupan dan nilai-
nilai baik buruk (moral) dalam kehidupan ini dan mengarahkan pada
pembaca tentang budi pekerti yang luhur.
Saad (dalam Badudu, 1984 :51) menyatakan nama cerita
rekaan untuk cerita-cerita dalam bentuk prosa seperti: roman, novel, dan
cerpen. Ketiganya dibedakan bukan pada panjang pendeknya cerita, yaitu
dalam arti jumlah halaman karangan, melainkan yang paling utama
ialah digresi, yaitu sebuah peristiwa-peristiwa yang secara tidak langsung
berhubungan dengan cerita peristiwa yang secara tidak langsung
13
berhubungan dengan cerita yang dimasukkan ke dalam cerita ini. Makin
banyak digresi, makin menjadi luas ceritanya.
Batos (dalam Tarigan, 1995: 164) menyatakan bahwa novel
merupakan sebuah roman, pelaku-pelaku mulai dengan waktu muda,
menjadi tua, bergerak dari sebuah adegan yang lain dari suatu tempat ke
tempat yang lain.
Nurgiyantoro (2005: 15) menyatakan, novel merupakan karya yang
bersifat realistis dan mengandung nilai psikologi yang mendalam, sehingga
novel dapat berkembang dari sejarah, surat-surat, bentuk-bentuk nonfiksi
atau dokumen-dokumen, sedangkan roman atau romansa lebih bersifat
puitis. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa novel dan
romansa berada dalam kedudukan yang berbeda.
Jassin (dalam Nurgiyantoro, 2005: 16) membatasi novel sebagai
suatu cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang di sekitar
kita, tidak mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan
seseorang dan lebih mengenai sesuatu episode. Mencermati pernyataan
tersebut, pada kenyataannya banyak novel Indonesia yang digarap
secara mendalam, baik itu penokohan maupun unsur-unsur intrinsik lain.
Sejalan dengan Nurgiyantoro, Hendy (1993: 225) mengemukakan
bahwa novel merupakan prosa yang terdiri dari serangkaian peristiwa dan
latar. Ia juga menyatakan, novel tidaklah sama dengan roman. Sebagai
karya sastra yang termasuk ke dalam karya sastra modern, penyajian
cerita dalam novel dirasa lebih baik.
Novel biasanya memungkinkan adanya penyajian secara meluas
(expands) tentang tempat atau ruang, sehingga tidak
14
mengherankan jika keberadaan manusia dalam masyarakat selalu
menjadi topik utama (Sayuti, 1993: 6-7).
Masyarakat tentunya berkaitan dengan dimensi ruang atau
tempat, sedangkan tokoh dalam masyarakat berkembang dalam dimensi
waktu semua itu membutuhkan deskripsi yang mendetail supaya diperoleh
suatu keutuhan yang berkesinambungan. Perkembangan dan perjalanan
tokoh untuk menemukan karakternya, akan membutuhkan waktu yang
lama, apalagi jika penulis menceritakan tokoh mulai dari masa kanak-kanak
hingga dewasa. Novel memungkinkan untuk menampung keseluruhan
detail untuk perkembangkan tokoh dan pendeskripsian ruang.
Novel oleh Sayuti (1993: 7) dikategorikan dalam bentuk karya fiksi
yang bersifat formal. Bagi pembaca umum, pengategorian ini dapat
menyadarka bahwa sebuah fiksi apapun bentuknya diciptakan dengan
tujuan tertentu.
Dengan demikian, pembaca dalam mengapresiasi sastra akan lebih
baik. Pengategorian ini berarti juga bahwa novel yang kita anggap sulit
dipahami, tidak berarti bahwa novel tersebut memang sulit. Pembaca
tidak mungkin meminta penulis untuk menulis novel dengan gaya yang
menurut anggapan pembaca luwes dan dapat dicerna dengan mudah,
karena setiap novel yang diciptakan dengan suatu cara tertentu mempunyai
tujuan tertentu pula. Penciptaan karya sastra memerlukan daya
imajinasi yang tinggi.
Menurut Yunus (1989: 91), mendefinisikan novel adalah meniru
”dunia kemungkinan”. Semua yang diuraikan di dalamnya bukanlah dunia
sesungguhnya, tetapi kemungkinan-kemungkinan yang secara imajinasi
15
dapat diperkirakan bisa diwujudkan. Tidak semua hasil karya sastra arus
ada dalam dunia nyata , namun harus dapat juga diterima oleh nalar.
Dalam sebuah novel, si pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk
mengarahkan pembaca kepada gambaran-gambaran realita kehidupan
melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut Sebagian besar orang
membaca sebuah novel hanya ingin menikmati cerita yang disajikan oleh
pengarang. Pembaca hanya akan mendapatkan kesan secara umum dan
bagian cerita tertentu yang menarik. Membaca sebuah novel yang terlalu
panjang yang dapat diselesaikan setelah berulang kali membaca dan setiap
kali membaca hanya dapat menyelesaikan beberapa episode akan
memaksa pembaca untuk mengingat kembali cerita yang telah dibaca
sebelumnya. Hal ini menyebabkan pemahaman keseluruhan cerita dari
episode ke episode berikutnya akan terputus.
Novel sebagai karya sastra prosa merupakan sastra yang berbentuk
penceritaan terhadap sebuah masalah yang dihadapi oleh pelaku dalam
cerita. Prosa sebagai hasil karya sastra menitik beratkan metodenya pada
penceritaannya. Prosa yang unsure dasarnya menyampaikan isi karangan
dengan jalan penceritaan membeberkan secara terang-terang sesuatu hal
yang hendak disampaikan pengarang yakni mengungkapkan secara bebas
sesuatu yang dirasakan. Dipikirkan atau dialami(Nensilianti, 2004: 87).
Seperti yang telah disebut diatas bahwa salah satu jenis prosa
adalah novel. Sebagai sastra yang berbentuk prosa bila dilihat berdasarkan
isinya merupakan cerita rekaan atau prosa rekaan yang bersifat sastra dan
merupakan hasil ciptaan imajinasi rekaan dan pengarangnya (Firdaus,
1885: 12).
16
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa novel
adalah sebuah cerita fiktif yang berusaha menggambarkan atau melukiskan
kehidupan tokoh-tokohnya dengan menggunakan alur. Cerita fiktif tidak
hanya sebagai cerita khayalan semata, tetapi sebuah imajinasi yang
dihasilkan oleh pengarang adalah realitas atau fenomena yang dilihat dan
dirasakan.
a. Ciri-ciri Novel
Hendy (1993: 225) menyebutkan ciri-ciri novel sebagai berikut:
a) Sajian cerita lebih panjang dari cerita pendek dan lebih pendek dari
roman.Biasanya cerita dalam novel dibagi atas beberapa bagian.
b) Bahan cerita diangkat dari keadaan yang ada dalam masyarakat
dengan ramuan fiksi pengarang.
c) Penyajian berita berlandas pada alur pokok atau alur utama yang
batang tubuh cerita, dan dirangkai dengan beberapa alur penunjang
yang bersifat otonom (mempunyai latar tersendiri).
d) Tema sebuah novel terdiri atas tema pokok (tema utama) dan tema
bawahan yang berfungsi mendukung tema pokok tersebut.
e) Karakter tokoh-tokoh utama dalam novel berbeda-beda. Demikian
juga karakter tokoh lainnya. Selain itu, dalam novel dijumpai pula
tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh statis adalah tokoh yang
digambarkan berwatak tetap sejak awal hingga akhir. Tokoh
dinamis sebaliknya, ia bisa mempunyai beberapa karakter yang
berbeda atau tidak tetap.
Pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri novel
adalah cerita yang lebih panjang dari cerita pendek, diambil dari cerita
17
masyarakat yang diolah secara fiksi, serta mempunyai unsur intrinsik
dan ekstrinsik. Ciri-ciri novel tersebut dapat menarik pembaca atau
penikmat karya sastra karena cerita yang terdapat di dalamnya akan
menjadikan lebih hidup.
b. Macam-macam Novel
Ada beberapa jenis novel dalam sastra. Jenis novel
mencerminkan keragaman tema dan kreativitas dari sastrawan yang tak
lain adalah pengarang novel. Nurgiyantoro (2005: 16) membedakan
novel menjadi novel serius dan novel popular.
1) Novel Populer
Sastra populer adalah perekam kehidupan dan tidak banyak
memperbincangkan kembali kehidupan dalam serba kemungkinan.
Sastra popular menyajikan kembali rekaman-rekaman kehidupan
dengan tujuan. pembaca akan mengenali kembali pengalamannya.
Oleh karena itu, sastra populer yang baik banyak mengundang
pembaca untuk mengidentifikasikan dirinya Kayam (dalam
Nurgiyantoro, 2005: 18).
Berbicara tentang sastra populer, Kayam dalam Nurgiyantoro
(2005: 18) menyebutkan bahwa sastra populer adalah perekam
kehidupan dan tak banyak memperbincangkan kembali kehidupan
dalam serba kemungkinan . ia menyajikan kembali rekaan-rekaan
kehidupan itu dengan harapan pembaca akan mengenal kembali
pengalaman-pengalamannya sehingga merasa terhibur karena
seseorang telah menceritakan pengalamannya dan bukan penafsiran
tentang emosi itu. Oleh karena itu, sastra populer yang
18
baik banyak mengundang pembaca untuk mengidentifikasikan
dirinya.
Hal seperti itu dapat dilihat dari fenomena yang terjadi pada
novel Cintapucino karya Icha Rahmanti yang tahun lalu sempat
diliris ke dalam bentuk film. Banyak remaja khsusnya remaja puti
yang mengungkapkan kesamaan kejadian di masa SMA yang mirip
dengan yang digambarkan oleh Icha Rahmanti dalam novelnya.
Adapun pengkategorian novel sebagai novel serius atau novel
populer bukanlah menjadi hal baru dalam dunia sastra. Usaha
ini tidak mudah dilakukan karena bersifat riskan. Selain dipengaruhi
oleh hal subjektif yang muncul dari pengamat, juga banyak faktor
dari luar yang menentukan. Misalnya, sebuah novel yang diterbitkan
oleh penerbit yang biasa menerbitkan karya sastra yang telah mapan,
karya tersebut akan dikategorikan sebagai karya yang serius, karya
yang bernilai tinggi, padahal pengamat belum membaca isi novel.
Kayam dalam Nurgiyantoro (2005: 17) menyebutkan kata
”pop” erat diasosiasikan dengan kata ”populer”, mungkin karena
novel-novel itu sengaja ditulis untuk ”selera populer” yang
kemudian dikenal sebagai ”bacaan populer”. Jadilah istilah pop
sebagai istilah baru dalam dunia sastra kita.
Nurgiyantoro juga menjelaskan bahwa novel populer
adalah novel yang populer pada masanya dan banyak
penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Novel jenis
19
ini menampilkan masalah yang aktual pada saat novel itu muncul.
Pada umumnya, novel populer bersifat artifisial, hanya bersifat
sementara, cepet ketinggalan zaman, dan tidak memaksa orang
untuk membacanyasekali lagi seiring dengan munculnya novel-novel
baru yang lebih populer pada masa sesudahnya (2005: 18). Di sisi
lain, novel populer lebih mudah dibaca dan lebih mudah dinikmati
karena semata-mata menyampaikan cerita Stanton (dalam
Nurgiyantoro 2005: 19). Novel populer tidak mengejar efek estetis
seperti yang terdapat dalam novel serius.
Beracuan dari beberapa pendapat di atas, ditarik sebuah
simpulan bahwa novel popular adalah cerita yang bisa dibilang tidak
terlalu rumit. Alur cerita yang mudah ditelusuri, gaya bahasa yang
sangat mengena, fenomena yang diangkat terkesan sangat dekat.
Hal ini pulalah yang menjadi daya tarik bagi kalangan remaja sebagai
kalangan yang paling menggemari novel populer. Novel populer juga
mempunyai jalan cerita yang menarik, mudah diikuti, dan mengikuti
selera pembaca. Selera pembaca yang dimaksudkan adalah hal-hal
yang berkaitan dengan kegemaran naluriah pembaca, seperti
motif-motif humor dan heroisme sehingga pembaca merasa tertarik
untuk selalu mengikuti kisah ceritanya.
2) Novel Serius
Novel serius atau yang lebih dikenal dengan sebutan novel
sastra merupakan jenis karya sastra yang dianggap pantas
dibicarakan dalam sejarah sastra yang bermunculan cenderung
mengacu pada novel serius. Novel serius harus sanggup memberikan
20
segala sesuatu yang serba mungkin, hal itu yang disebut makna
sastra yang sastra. Novel serius yang bertujuan untuk memberikan
hiburan kepada pembaca, juga mempunyai tujuan memberikan
pengalaman yang berharga dan mengajak pembaca untuk meresapi
lebih sungguh-sungguh tentang masalah yang dikemukakan.
Berbeda dengan novel populer yang selalu mengikuti selera
pasar, novel sastra tidak bersifat mengabdi pada pembaca. Novel
sastra cenderung menampilkan tema-tema yang lebih serius. Teks
sastra sering mengemukakan sesuatu secara implisit sehingga hal ini
bisa dianggap menyibukkan pembaca. Nurgiyantoro (2005: 18)
mengungkapkan bahwa dalam membaca novel serius, jika ingin
memahaminya dengan baik diperlukan daya konsentrasi yang tinggi
disertai dengan kemauan untuk itu. Novel jenis ini, di samping
memberikan hiburan juga terimplisit tujuan memberikan pengalaman
yang berharga kepada pembaca atau paling tidak mengajak
pembaca untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh-
sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan.
Kecenderungan yang muncul pada novel serius memicu
sedikitnya pembaca yang berminat pada novel sastra ini. Meskipun
demikian, hal ini tidak menyebabkan popularitas novel serius
menurun. Justru novel ini mampu bertahan dari waktu ke waktu.
Misalnya, roman Romeo Juliet Karya William Shakespeare atau karya
Sutan Takdir, Armin Pane, Sanusi Pane yang memunculkan polemik
yang muncul pada dekade 30-an yang hingga saat ini masih
dianggap relevan dan belum ketinggalan zaman
21
(Nurgiyantoro,2005:21).
Berdasarkan strukturnya novel dapat dibagi menjadi :
a. Novel plot atau novel kejadian
Novel plot, struktur ceritanya amat dipentingkan pengarang.
Novel ini menitikberatkan pada perkembangan kejadian yang
biasanya penuh ketegasan dan kejutan. Contoh : Hulubalang Raja
Karya Nur Sutan Iskandar.
b. Novel tematis
Novel yang menekankan pada unsur tema atau persoalan.
Karena tema begitu banyak, maka muncullah beberapa kategori
novel dari jenis ini, misalnya novel politik, novel sosial, dan novel
pendidikan. Contoh : Negeri di Uujung Tanduk. Karya Tere-Liye
c. Watak novel
Novel janis ini menekankan unsur karakter atau watak
pelakunya. Pengarang menggambarkan watak seseorang atau
tokoh, sehingga seluruh kejadian, atau cerita dalam novel sangat
ditentukan oleh watak tokohnya.
d. Novel romantis
Novel ini menekankan kisah percintaan antara para remaja,
penuh intrik cinta yang manis. Tema-tema lebih mengedepankan
romantisme. Contoh : Percobaan Seta Karya Suman Hasibuan
e. Novel detektif/ Novel kriminal
Novel yang isinya menceritakan tokoh yang berusaha untuk
mengungkapkan rahasia kejahatan. Biasanya mengungkapkan teka-
22
teki sebuah kasus hingga pengungkapan apa dan siapa yang ada
dibalik semuanya. Contoh : Cincin Stempel Karya Ardi Soma.
Sedangkan jenis novel menurut Sumardjo (dalam, Reskiawati
2010: 29) dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu novel percintaan,
novel petualangan, dan novel fantasi. Uraian ketiga golongan tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Novel percintaan
Novel percintaan melibatkan peranan tokoh wanita dan pria
secara berimbang, bahkan kadang peranan wanita lebih dominan.
Dalam golongan novel ini digarap hampir semua tema dan sebagian
besar novel termasuk jenis novel percintaan.
b. Novel petualangan
Novel petualangan sedikit sekali memasukan peranan wanita.
Golongan jenis petualangan adalah bacaan kaum pria karena tokoh
didalamnya pria dan banyak masalah pria yang tidak ada
hubungannya dengan wanita. Meskipun golongan novel ini sering
ada percintaan juga, namun hanya bersifat sampingan belaka.
Artinya, novel ini tidak semata-mata berbicara persoalan cinta.
c. Novel fantasi
Novel fantasi bercerita tentang hal-hal yang tidak realistis dan
serba tidak mungkin dilihat dari pengalaman sehari-hari. Jenis novel
ini mementingkan ide, konsep, dan gagasan sastrawan yang hanya
dapat jelas kalau diutarakan dalam bentuk cerita fantasik. Artinya
menyalahi hukum empiris.
Sedangkan ahli lain yang bernama Goldmann (Faruk, 2010: 92)
23
membedakan novel menjadi tiga jenis, yaitu novel idealisme abstrak,
novel psikologis, dan novel pendidikan.
Beracuan dari pendapat di atas, ditarik sebuah simpulan bahwa
novel serius adalah novel yang mengungkapkan sesuatu yang baru
dengan cara penyajian yang baru pula. Secara singkat disimpulkan
bahwa unsur kebaruan sangat diutamakan dalam novel serius. Di
dalam novel serius, gagasan diolah dengan cara yang khas. Hal ini
penting mengingat novel serius membutuhkan sesuatu yang baru
dan memiliki ciri khas daripada novel-novel yang telah dianggap
biasa. Sebuah novel diharapkan memberi kesan yang mendalam
kepada pembacanya dengan teknik yang khas ini. sangat diutamakan
dalam novel serius. Di dalam novel serius, gagasan diolah dengan
cara yang khas. Hal ini penting mengingat novel serius membutuhkan
sesuatu yang baru dan memiliki ciri khas daripada novel-novel
yang telah dianggap biasa. Sebuah novel diharapkan memberi kesan
yang mendalam kepada pembacanya dengan teknik yang khas ini.
c. Unsur-unsur Novel
Unsur-unsur yang ada dalam novel yaitu :
a. Unsur Intrinsik
Unsur Intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya
sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya satra
hadir sebagi karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan
dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah
novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta
membangun cerita. Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah
24
yang membuat sebuah novel berwujud atau sebaliknya, jika dilihat
dari sudut kita pembaca, unsur-unsur (Cerita) inilah yang akan
dijumpai jika kita membaca sebuah novel.
b. Unsur Ekstrinsik
Unsur Ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada diluar karya
sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan
atau sistem organisme karya sastra. Atau, secara lebih khusus ia
dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun
cerita sebuah karya sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian
didalamnya. Walau demikian, unsur ektrinsik cukup berpengaruh
(untuk tidak dikatakan : Cukup menentukan) terhadap totalitas
bangun cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu, unsur Ekstrinsik
sebuah novel haruslah tetap dipandang sebagai sesuatu yang
penting.
d. Penokohan
Menurut Abrams (dalam siswantoro, 2010:165) tokoh certa
(character) adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif,atau
drama, yang oleh pembaca di tafsirkan memiliki kualitas moral dan
kecendrungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan yang
dilakukan dalam tindakan.
Peristiwa dalam karya fiksi seperti halnya dalam kehidupan sehari-
hari, selalu diemban oleh tokoh atau pelaku tertentu. Pelaku yang
menggambrkan peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu
menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh, sedangkan pengarang
25
menampilkan tokoh atau pelaku disebut dengan penokohan (Aminuddin,
2010:79).
Aminuddin (2010:79) juga membedakan tokoh dari segi peranan dan
tingkat pentingnya menjadi dua, yaitu (1) tokoh utama atau tokoh inti, tokoh
yang memiliki peranan penting, dan (2) tokoh tambahan atau tokoh
pembantu, tokoh yang mempunyai peranan kurang penting karena
kemunculannya hanya melengkapi, melayani, dan mendukung tokoh
utama.
Siswantoro (2010:194-198) juga membedakan teknik pelukisan
tokoh mejadi dua bagian yaitu, (1) teknik ekspositori atau teknik analitik
adalah teknik pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan
deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung tentang tokoh yang
mungkin berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku, dan juga ciri fisiknya,
sedangkan, (2) teknik dramatik adalah teknik pelukisan tokoh yang
dilakukan secara tidak langsung. Artinya pengarang tidak mendeskripsikan
secara eksplisit,sifat, sikap dan tingkah laku tokoh melainkan memberikan
tokoh cerita menunjukkan dirinya sendiri melalui berbagai aktivitas yang
dilakukannya, baik secara verbal lewat kata maupun non-verbal lewat
tindakan dan juga melalui peristiwa yang terjadi.
Watak, perwatakan dan karakter menunjukkan pada sifat dan sikap
para tokoh yang ditapsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas
pribadi seorang tokoh. Sehubungan dengan watak ini pelaku dibagi menjadi
pelaku protagonis dan pelaku antagonis. Pelaku protagonis adalah pelaku
yang mempunyai watak yang baik sehingga disenangi oleh pembaca,
26
sedangkan pelaku antagonis adalah pelaku yang memiliki watak yang tidak
sesuai dengan apa yang diinginkan pembaca (Aminuddin, 2010:80).
Selanjutnya ia menerangkan bahwa upaya memahami watak pelaku,
pembaca bisa menelusuri lewat (1) tuturan pengarang terhadap
kerakteristik pelaku, (2) gambaran yang diberikan pengarang lewat
gambaran lingkungan kehidupan maupun caranya berpakaian, (3)
menunjukkan bagaimana pelakunya, (4) melihat bagaimana tokoh itu
berbicara tentang dirinya sendiri, (5) memahami bagaimana jalan
pikirannya, (6) melihat bagaiman tokoh lain berbicara tentang dirinya, (7)
melihat bagaimana tokoh lain berbicara dengannya, (8) bagaimana tokoh-
tokoh lain memberi reaksi terhadapnya, dan (9) melihat tokoh itu dalam
tokoh lain (Aminuddin, 2010:80-81).
Berdasarkan keterangan di atas peneliti mengambil kesimpulan
bahwa penokohan adalah penciptaan sebuah karakter atau tokoh dalam
sebuah cerita. Pengarang akan menciptakan sebuah karakter atau tokoh
dengan sangat nyata, hal ini bertujuan agar para pembaca merasa bahwa
tokoh karakter itu benar-benar ada dan tokoh fiksi semata.
3. Pengertian Nilai
Nilai adalah gambaran mengenai apapun yang diinginkan, yang
pantas yang berharga yang mempengaruhi perilaku social dari pengarang
yang memiliki nilai itu. Purwandarminta (1992: 65) berpendapat bahwa “nilai
adalah banyak sedikitnya mutu atau sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau
berguna bagi kemanusian”. Nilai erat hubungannya dengan kebudayaan
dan masyarakat. Setiap masyarakat atau setiap kebudayan memiliki nilai-
27
nilai tertentu. Antara kebudayaan dan masyarakat itu sendiri merupakan
nilai yang tidak terhingga bagi orang yang memilikinya.
Dapat diartikan bahwa nilai adalah suatu yang merupakan ukuran
masyarakat untuk menentukan sikap seseorang terhadap sesuatu hal yang
dianggap baik dan benar. Nilai yang dijunjung tinggi di jadikan norma untuk
menentukan ciri-ciri manusia yang ingin dicapai dalam praktik pendidikan.
Nilai dapat di peroleh secara nnormative bersumber dari norma
masyarakat, norma filsafat, dan pandangan hidup, bahkan juga dari
keyakinan keagamaan yang di anut oleh seseorang ( Munib, 2004:34).
Sastra dan tata nilai merupakan dua fenomena sosial yang saling
melengkapi dalam hakikat mereka sebagai sesuatu yang eksistensial.
Sastra sebagai produk kehidupan., mengandung nilai-nilai sosial, filsafat,
religi, dan sebagainya baik yang bertolak dari pengungkapan kembali
maupun yang mempeunyai penyodoran konsep baru (Suyitno, 1986: 3).
Sastra tidak hanya memasuki ruang serta nilai-nilai kehidupan personal,
tetapi juga nilai-nilai kehidupan manusia dalam arti total.
Menilai oleh Setiadi (2006: 110) dikatakan sebagai kegiatan
menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain sehingga diperoleh
menjadi suatu keputusan yang menyatakan sesuatu itu berguna atau tidak
berguna, benar atau tidak benar, baik, atau buruk, manusiawi atau tidak
manusiawi, religius atau tidak religius, berdasarkan jenis tersebutlah nilai
ada. Lasyo (Setiadi 2006: 117) menyatakan, nilai manusia merupakan
landasan atau motivasi dalam segala tingkah laku atau perbuatannya.
Sejalan dengan Lasyo, Darmodiharjo (dalam Setiadi, 2006: 117)
mengungkapkan nilai merupakan sesuatu yang berguna bagi manusia baik
28
jasmani maupun rohani. Sedangkan Soekanto (1983: 161) menyatakan,
nilai-nilai merupakan abstraksi daripada pengalaman-pengalaman pribadi
seseorang dengan sesamanya. Pada hakikatnya, nilai yang tertinggi selalu
berujung pada nilai yang terdalam dan terabstrak bagi manusia, yaitu
menyangkut tentang hal-hal yang bersifat hakki. Dari beberapa pendapat
tersebut di atas pengertian nilai dapat disimpulkan sebagai sesuatu
yang bernilai, berharga, bermutu, akan menunjukkan suatu kualitas
dan akan berguna bagi kehidupan manusia.
Menyangkut masalah seleksi dan preferensi diantara banyak pilihan
yang ada. Nilai adalah hal-hal yang dianggap benar dan di junjung tinggi
oleh masyarakat, serta secara sadar ataupun tidak sadar dijadikan
pedoman, tolak ukur dan orientasi oleh anggota-anggota masyarakat dalam
bersikap dan berprilaku.
4. Pengertian Moral
Moral secara logawi berasal dari bahasa latin “mares” kata jamak
darai kata “mos” yang berarti adat kebiasaan susila. Yang dimaksud adat
kebiasaan dalam hal ini adalah tindakan yang sesuai dengan ide-ide umum
yang di terima oleh masyarakat mana yang baik dan mana yang
wajar.(Suprojo:2003:26). Sedangkan moral menurut istilah adalah
perbuatan atau tindakan yang dilakukan sesuai dengan ide-ide atau
pendapat-pendapat yang umum diterima yang meliputi kesatuan social
atau lingkungan- lingkungan tertentu (Amien, 1996:193).
Moral menurut Salam (2000:12) “adalah ilmu yang mencari
keselerasan perbuatan-perbuatan manusia (tindakan Insani) dengan dasar-
dasar yang sedalam-dalamnya yang di peroleh dengan akal budi manusia”.
29
Moral merupakan sesuatu yang igin disampaikan pengarang
kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam karya sastra,
makna yang disaratkan lewat cerita. Moral dapat dipandang sebagai tema
dalam bentuk yang sederhana, tetapi tidak semua tema merupaka moral
(Kenny dalam Nurgiyantoro, 2005: 320).
Moral merupakan pandangan pengarang tentang nilai-nilai
kebenaran dan pandangan itu yang ingin disampaikan kepada
pembaca.
Hasbullah (2005:194). menyatakan bahwa, moral merupakan
kemampuan seseorang membedakan antara yang baik dan yang buruk.
Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk
mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik
buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang
harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia
dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi
orang itu , masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar.
Uzey (2009: 2) berpendapat bahwa nilai moral adalah suatu bagian
dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk dari
manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai
adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan
manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku
kehidupan kita sehari-hari.
Dapat disimpulkan bahwa nilai moral menunjukkan peraturan-
peraturan tingkah laku dan adat istiadat dari seorang individu dari suatu
kelompok yang meliputi perilaku. Untuk karya menjunjung tinggi budi
30
pekerti dan nilai susila.
Demoralisasi kerusakan moral. Meral juga dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu:
a. Moral murni yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia,
sebagai suatu pengejawantahan dari pancaran ilahi. Moral murni
disebut juga hati murni.
b. Moral terapan adalah moral yang didapat dari ajaran berbagai
ajaran filosofis, agama, adat yang menguasai pemutaran
manusia (Agus, 2011).
Kata moral selalu mengacu kepada baik buruknya manusia.
Sikap moral tersebut juga moralitas yaitu sikap hati seseorang yang
terungkap dalam tindakan lahiriah. Moralitas adalah sikap dan
perbuatan baik yang betul-betul tanpa pamrih dan hanya
moralitaslah yang dapat bernilai secara moral.
Menurut Kohlberg (1977: 5) “penalaran atau pemikiran moral
merupakan faktor penentu yang melahirkan perilaku moral. Oleh
karena itu untuk menentukan perilaku moral yang sebanarnya dapat
ditelusuri melalui penalarannya. Artinya pengukuran moral yang
benar tidak sekedar mengamati perilaku moral yang tampak, tetapi
harus melihat pada penalaran moral yang mendasari keputusan
perilaku tersebut.
Dengan demikian aspek moral yang dimaksud adalah segala
aspek yang menyangkut baik buruknya suatu perbuatan. Dalam hal
ini mengenai sikap kewajiban, akhlak, budi pekerti, dan susila
(sugirah, 1997: 147).
31
Dalam penelitian ini dibahas bentuk moral sebagai berikut:
1. Sosial
Sosial adalah berkenaan dengan masyarakat perlu adanya
komunikasi dalam usaha menunjang pembangunan ini, suka
memperhatikan kepentingan umum, suka menolong dan sebagainya
(Alwi, 1990: 885).
Al-Ghazalih ( dalam Zainuddin, 1991, 122) mengatakan
bahwa manusia dijadikan Allah Swt dalam bentuk yang tidak hidup
sendirian, karena tidak dapat mengusahakan sendiri seluruh
keperluan hidupnya baik untuk memperoleh makan dan bertani
diladang, memperoleh roti dan nasi, memperoleh pakaian
semuanya. Dengan demikian manusia memerlukan pergaulan dan
saling membantu.
Manusia hidup bermasyarakat artinya ia tidak lepas dari
bantuan dan pertolongan orang lain. Hidup menyendiri
membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekitarnya. Hidup
bermasyarakat membagi suka dan duka dengan teman sejawat
adalah kemajuan dan kebahagian. Pergaulan baik dapat dibina
dengan berbagai cara:
1) Dengan Ramah Tama
Ramah tama menimbulkan rasa simpati orang lain yang
dapat mempererat tali persaudaraan.
2) Keadilan
Keadilan berarti yang salah dikatakan salah, yang
benar dikatakan benar.
32
3) Bertanggung Jawab kepada Masyarakat
Setiap orang bertanggung jawab untuk menciptakan
masyarakat yang baik
Tanggung jawab seseorang akan dinilai sesuai dengan sejauh
mana tanggung jawabnya terhadap setiap ucapan, perilaku dan
janjinya. Tanggung jawab sebagai nilai memeng menjadi sangat
penting akan pribadi seseorang.
Berjiwa sosial atau kepekaan sosial( sense of social) dapat
dilihat dalam perilaku seseorang yang dermawan, peduli kepada
mereka yang kecil dan mau menerima orang-orang lemah. Jiwa
social atau kepekaan social menjadi hal yang sangat langkah dalam
kehidupan dan budaya kita sekarng.
2. Agama
Dalam kamus besar Besar Bahasa Indonesia, agama
adalah kepercayaan kepada Tuhan dengan segala kebaktian
dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercyaan
diri. Dalam istilah arab dan Al-quran, kata agama berasal dari
kata addin. Apabila kata addin dirangkai dengan Allah dinullah
atau dinulhaq yaitu agama yang dating dari Allah atau agama
yang hak.
Dalam agama terdapat aturan-aturan yaitu:
1) Mangatur hubungan manusia dengan Tuhan, meliputi
kepercayaan dan penyembahan.
2) Ajaran yang mengatur manusia dengan sesamanya
dan hubungannya dengan dengan alam.
33
Model penciptaan manusia yang beraneka ragam oleh
tuhan, jelas sekali tidak dimaksudkan untuk memecah belah
manusia atau menjadikan mereka saling bermusuhan satu sama
lain. Sebaliknya, berdasarkan pernedaan-perbedaan yang ada
manusia didorong untuk saling bekerja sama berlandaskan
kesadaran bahwa sesungguhnya mereka adalah umat yang
satu.
Manusia, apapun tradisi dan agamanya, apapun bahasa
dan warna kulitnya , adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa.
3. Kesusilaan
Dalam kamus besar Bahsa Indonesia kesusilaan adalah
perilaku susila, yang berkaitan dengan adab dan sopan santun.
(Alwi, 1990: 854).
Dalam ajaran susila, berbuat baik adalah memberikan
pengorbanan untuk keselamatan umat manusia. Pengorbanan
dapat berupa: menyumbang harta benda, memelihara yatin
piatu atau sebagainya.
Secara kebahasaan perkataan susila merupakan istilah yang
berasal dari bahasa Sansekerta. Su berarti baik atau bagus,
sedangkan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma.
Jadi, susila berarti dasar, prinsip, peraturan atau norma hidup yang
baik atau bagus.
Selain itu, istilah susila pun mengandung pengertian peraturan
hidup yang lebih baik. Istilah susila dapat pula berarti sopan, beradab,
34
dan baik budi bahasanya. Dengan demikian, kesusilaan dengan
penambahan awalan ke dan akhiran an sama artinya dengan
kesopanan.
5. Bentuk-bentuk Moral Baik dan Moral Tidak baik dalam Novel Ibuku
Tidak Gila karya Anggie D Widowati
Bentuk-bentuk moral baik dalam Novel Ibuku Tidak Gila adalah
sebagai berikut:
a. Kejujuran
Kejujuran merupakan perbuatan terpuji yang semakin jarang di
lakukan oleh umat manusia, jujur memang susah untuk di jalankan
tetapi kita hanya perlu melawan kesusahan itu dengan keberanian
berbuat benar dan tidak berbohong saat melakukan apapun. Jujur
merupakan hal yang mempunyai banyak pahala tetapi susah kalau kita
hanya memikirkannya tetapi kita bisa mencobanya untuk tidak
berbohong dan tidak mementingkan perkataan yang baik tapi tidak
menepatinya.
Jujur adalah sebuah kata yang indah didengar, tetapi tidak
seindah mengaplikasikan dalam keseharian. Tidak pula berlebihan, bila
ada yang mengatakan “jujur” semakin langka dan terkubur, bahkan tidak
lagi menarik bagi kebanyakan orang. Semua orang paham akan
maknanya, tetapi begitu mudah mengabaikannya. Yang lebih berbahaya
lagi adalah ada orang yang ingin dan selalu bersikap jujur, tapi mereka
belum sepenuhnya tahu apa saja sikap yang termasuk kategori
jujur.(Dede: 2014).
35
b. Kesabaran
Sabar menahan cobaan memang bukan hal yang mudah, tapi
itu juga bukan sebuah hal yang mustahil. Kedudukan orang-orang
yang sabar di mata Allah SWT sangat tinggi.
sabar adalah menahan diri dari kesusahan dan menyikapinya
sesuai syariah dan akal, menjaga lisan dari celaan, dan menahan
anggota badan dari berbuat dosa dan sebagainya. Itulah pengertian
sabar yang harus kita tanamkan dalam diri kita. Dan sabar ini tidak
identik dengan cobaan saja. Karena menahan diri untuk tidak
bersikap berlebihan, atau menahan diri dari pemborosan harta bagi
yang mampu juga merupakan bagian dari sabar. Sabar harus kita
terapkan dalam setiap aspek kehidupan kita. Bukan hanya ketika kita
dalam kesulitan, tapi ketika dalam kemudahaan dan kesenangan
juga kita harus tetap menjadikan sabar sebagai aspek kehidupan
kita. (Brief: 2014).
Macam-macam sabar
Sabar itu ada berbagai macam, antara lain :
a) Sabar dalam menjalankan perintah Allah.
b) Sabar dari apa yang dilarang Allah.
c) Sabar terhadap apa yang telah ditakdirkan Allah.
c. kepercayaan
Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat
seseorang menganggap suatu premis yang benar.
36
d. Kesetian
kesetiaan adalah ketulusan, tidak melanggar janji atau
berkhianat, perjuangan dan anugerah, serta mempertahankan cinta
dan menjaga janji bersama.
Kesetiaan berarti perjuangan, anugerah, pengorbanan, dan
kesabaran. Caranya adalah dengan :
a) memberinya perhatian
b) menjaganya, dan tidak meniggalkannya sendiri.
c) mengkhawatirkannya dari segala hal yang mungkin bisa
menyakitinya.
d) menjaga perasaannya, menghargai perjuangannya,
e) mengucapkan terima kasih atas apa yang dia kerjakan.
f) tidak mengumbar kekurangan, dan menjaga rahasia-rahasianya.
g) berusaha untuk membahagiakan,dan memuji kelebihan.
h) mengingat kebaikan, dan melupakan kesalahannya.
i) setelah berpisah, mengingat kenangan-kenangan dan saat-saat
bersamanya yang penuh keindahan.
Sifat setia tidak akan berkumpul dengan perasaan curiga,
cemburu, merendahkan, mendzalimi, mengingkari, menyakiti,
menuduh dan lain sebagainya. Bila ada pasangan berbuat salah,
maka tak ada yang dilakukan oleh seorang yang setia melainkan
segera melupakannya, memaafkan, dan tidak mengumbarnya
kepada orang lain, sembari mengingat kembali kebaikan dan
kelebihannya.
37
e. Pengendalian diri
Di dalam kehidupan bermasyarakat. Sehari-hari terdapat nilai
norma yang berlaku secara umum serta harus dihormati dan
dijalankan sebagai warha masyarakat yang baik. Hokum pun ada
untuk mengatur warga masyarakat secara paksa untuk
mengendalikan setiap manusia yang ada di masyarakat tersebut.
Dengan pengendalian diri, tidak hanya pahala yang kelak dapat
diraih. Pengendalian diri membuat seseorang terbiasa menikmati
keteraturan hidup, terbiasa taat, dan meradsa bahagia ketika mampu
menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah subuhana
wataala (Abatasa:2011)
f. Penyesalan
Penyesalan adalah suatu perasaan di mana seseorang
merasa bersalah/melakukan kesalahan akan sesuatu dan ingin
kembali ke masa saat melakukan kesalahan tersebut, dan
memperbaikinya pada masa yang telah lalu (Wulandari, 2011).
Penyesalan adalah perasaan yang harus dirasakan dalam hidup.
Karena dengan menyesal (bagi yang berfikir), seseorang akan
berusaha menjadi lebih baik lagi, dan meminimalisasi kesalahan
dalam hidupnya. Belajar dari kesalahan, itulah yang akan
seseorang perbuat, setelah merasa menyesal.
Menyesal juga jangan terlalu berlarut-larut. Jangan jadikan
kesalahan itu beban yang sulit, tapi jadikan itu tantangan serta uji
kesabaran agar diri menjadi lebih baik lagi. Seseorang akan
berpikir, lalu melakukan perenungan, kemudian timbullah tekad
38
untuk menjadi lebih baik lagi. Insya Allah, jika tekad dan usaha itu
baik, maka orang tersebut akan bisa mendapatkan kebaikan
yang haqiqi.
g. Bohong
Bohong adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada
orang lain atau tidak cocok dengan keadaan yang sebenarnya,
seperti dusta dan palsu (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2009: 92).
Jadi apabila tidak berkata jujur kepada orang lain, maka orang itu
dikatakan orang yang munafik. Contoh bohong dalam keseharian
yaitu seperti menerima telepon dan mengatakan bahwa orang yang
dituju tidak ada tetapi pada kenyataannya orang itu ada. Contoh
lainnya seperti ada anak ditanya dari mana oleh orang tuanya dan
anak kecil itu mengatakan tempat yang tidak habis dikunjunginya.
h. Fitnah
Fitnah adalah perkataan bohong atau tanpa berdasarkan
kebenaran yg disebarkan dng maksud menjelekkan orang (spt
menodai nama baik, merugikan kehormatan orang): -- adalah
perbuatan yg tidak terpuji; mem·fit·nah yaitu menjelekkan nama
orang (menodai nama baik, merugikan kehormatan, dsb)
Fitnah adalah menghalang-halangi dari jalan Allah.
Dalam islam Fitnah artinya diantaranya :
a) Fitnah adalah kekufuran.
b) Fitnah adalah menyesatkan.
c) Fitnah adalah wanita, harta dan anak.
d) Fitnah adalah ujian.
39
e) Fitnah adalah azab.
f) Fitnah adalah dibakar dengan api.
g) Fitnah adalah alasan.
h) Fitnah adalah perubahan keadaan menjadi semakin buruk.
i) Fitnah adalah pembunuhan atau peperangan
i. Dendam
Dendam adalah sifat marah yang tidak terlampiaskan atau
tersalurkan sehingga di dalam hatinya selalu berkeinginan untuk
membalas perbuatan orang lain tersebut. Sifat pendendam sangat
dibenci oleh Allah. Dendam juga bisa diartikan Dendam berarti
berkeinginan keras untuk membalas kesalahan atau kejahatan.
Orang yang berkeinginan untuk membalas kesalahan atau kejahatan
orang lain terhadap dirinya disebut pendendam. Dendam merupakan
sifat yang berbahaya dan merugikan diri sendiri, keluarga maupun
orang lain (Alvina, 2012).
Ciri-ciri orang pendendam :
1. Bila bertemu menunjukkan sifat kurang simpatik.
2. Selalu mengadu domba.
3. Selalu membuat hal yang kurang baik
4. Selalu memojokkan dalam segala hal.
5. Tidak suka bila orang lain mendapatkan kebahaggiaan.
6. Selalu mendoakan pada kejelekan
40
B. Penelitian yang relevan
a. Analisis Moral dalam penelitian sebelumnya
Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya. Hal itu dapat dijadikan sebagai
titik tolak dalam melakukan penelitian. Oleh sebab itu, tinjauan
terhadap penelitian terdahulu sangat penting untuk mengetahui
relevansinya.
Penelitian Kamaruddin (2007) yang berjudul Analisis NIlai
Moral Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur Karya Muhidin M.
Dahlan, yaitu menggambarkan tenstang seorang muslimah yang
sedang frustasi akibat tidak tercapainya cita-cita yang di inginkan
yakni menegakkan syariah Islam di Indonesia, bahkan pelampiasan
frustasinya itu ke hal-hal yang sifatnya melanggar norma atau ajaran
agama.
Mengenai nilai moral juga pernah dilakukan oleh Baharuddin
(2008) yang berjudul Analisi Nilai Moral dalam Novel Ibuku Tidak
Gila Karya Sujani, yaitu menggambarkan tentang hakikat hidup yang
sebenarnya. Tokoh fikri mencerminkan seorang Penelitian muslimah
yang sangat baik. Sederhana, dan bersahaja, baik nilai moral yang
dapat diambil oleh tokoh Fikri mau pun sebagai peristiwa dalam
novel ini. Kasih sayang terhadap istrinya maupun rekan-rekannya,
ketekunan bekerja dan belajar, kejujuran, tanggung jawab yang di
miliki serta nilai-nilainya.
Penelitian juga pernah dilakukan oleh (Biyantari:2011) yang
berjudul Aspek Moral dalam Novel Harimau! Harimau! Karya
41
Mochtar Lubis. Novel ini menggambarkan petualangan di rimba raya
oleh sekolompok pengumpul dammar yang di buru oleh seekor
harimau yang kelaparan. Berhari-hari mereka mencoba
menyelamatkan diri mereka. Dan seorang demi seorang di antara
mereka jatuh korban terkaman harimau. Di sisi lain juga terjadi
petualang dalam diri masing-masing anggota kelompok
pengumpulkan dammar. Di bawah tekaman ancaman harimau yang
harus memburu mereka dalam diri masing-masing, terjadi pula
proses refleksi mengenai diri mereka yang mempertinggi kesadaran
mereka tentang kekuatan dan kelemahan anggota-anggota
kelompok mereka yang lain. Di antara mereka malahan sampai
kesadaran bahwa sebelum membunuh harimau-harimau yang
memburu mereka, tak kalah pentingnya adalah untuk memburu
terlebih dahulu harimau-harimau yang berada dalam diri setiap anak
manusia.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, penelitian ini tidak
mengembangkan penelitian sebelumnya. Namun, penelitian
sebelumnya dengan penelitian ini ada persamaan yaitu sama-sama
mengkaji aspek moral. Sementara perbedaannya yaitu Novel yang dikaji
berberbeda.
C. Kerangka Pikir
Dengan memperhatikan uraian pada tinjauan pustaka, maka
pada bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang dijadikan penulis
sebagai landasan berpikir selanjutnya. Landasan berpikir yang
dimaksud tersebut akan mengarahkan penulis untuk menemukan data
42
dan informasi dalam penelitian ini guna memecahkan masalah yang
telah dipaparkan untuk itu akan menguraikan secara rinci landasan
berpikir yang dijadikan pegangan dalam penelitian ini:
Karya prosa adalah karangan yang bersifat menerang jelaskan
secara terurai mengenai sesuatu masalah atau hal perostiwa dan lain-
lain. Dengan demikian, karangan bentuk ini jelas tidak bisa disingkat
dan pendek karena harus menerangkan secara panjang lebar dan
sejelas-jelasnya akan sesuatu. Itulah sebabnya ketetapan dan kejelasan
kalimat menjadi sangat penting.
Karya sastra bentuk prosa pada dasarnya dibangun oleh unsur
instinsik; yaitu tema, amanah, plot, perwatakan atau penokohan, latar,
dan karakter, titik pengisahan serta gaya bahasa. Selah satu bagian
unsur instrinsik adalah karakter perwatakan yang mempunyai peranan
sangat penting, karena tanpa karakter/perwatakan suatu cerita tidak
akan tercipta.
43
Bagan Kerangka Pikir
Eksistensi tokoh
Moral Tidak Baik Bohong Fitnah Dendam
Moral Baik: Kejujuran Kesabaran Kepercayaan Kesetiaan pengendalian diri penyesalan
Kajian
Temuan
Novel Ibuku Tidak Gila
Karya Anggie D Widowati
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan penelitian deskripsi kualitatif. Penelitian
kualitatif dipergunakan untuk memperoleh gambaran empiris mengenai
moralitas dalam novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D. Widowati. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah Moleong (2006 : 06)
B. Pendekatan Penelitian
Untuk memudahkan memperoleh data dan kesimpulan secara objektif
tentang nilai-nilai moral dalam novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D.
Widowati, maka langkah yang ditempuh penulis adalah mengadakan studi
kepustakaan yang mengidentifkasi pemilihan dan perumusan masalah,
menyelidiki variabel-variabel yang relevan melalui telaah kepustakaan.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Metode deskriptif adalah proses pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan atau menuliskan keadaan subyek atau non-objek
penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain).
Pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan moral. Langkah
yang dilakukan adalah menganalisis teks sastra (novel) untuk menemukan
44
45
permasalahan yang berhubungan dengan nilai moral yang terdapat dalam
novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D. Widowati.
C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data dalam penelitian ini adalah nilai moral yang terdapat dalam
novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D. Widowati, yaitu nilai moral yang
baik dan nilai moral yang buruk/tidak baik. Moral baik yaitu: (a)kejujuran,
(b)kesabaran, (c)kepercayaan, (d)kesetian, (f)pengendalian diri,
(g)penyesalan. Moral buruk yakni (a)bohong, (b)fitnah, (c)dendam.
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah novel Ibuku
Tidak Gila Karya Anggie D. Widowati Penerbit penerbit PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia 2014. dengan jumlah halaman 312, dan tempat
terbitnya di Jakarta.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan untuk memperoleh
data dan informasi mengenai nilai-nilai moral yaitu dengan melakukan
penulisan pustaka (percetakan). Adapun langkah-langkah yang ditempuh
penulis dalam teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a. Membaca novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D. Widowati secara
keseluruhan.
b. Memahami isi novel yang telah dibaca dan berkaitan erat dengan
masalah moral.
c. Menganalisis paragraf demi paragraf, bab demi bab, dan melakukan
pengklasifikasian.
46
d. Mengelompokkan data yang di dalamnya mengandung nilai-nilai moral.
E. Teknik Analisis Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data yang dipergunakan maka data
dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan nilai moral
yang dijadikan acuan penelitian meliputi sebagai berikut:
a. Menelaah seluruh data yang telah diperoleh berupa nilai Moral dalam
Novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D. Widowati.
b. Mereduksi dan mengaitkan data tertulis berupa nilai moral, selanjutnya
dikutip untuk memperkuat analisis data.
c. Apabila hasil penelitian ini sudah akurat serta data yang dibutuhkan telah
lengkap maka penelitian ini telah dianggap berakhir.
47
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan secara rinci hasil penelitian terhadap
novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D. Widowati, dengan menggunakan
pendekatan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini akan dikemukakan
beberapa data yang diperoleh sebagai bukti hasil penelitian. Data yang
akan disajikan pada bagian ini adalah data yang memuat aspek-aspek
moral sebagai salah satu unsur pembentuk novel tersebut. Berdasarkan
pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis novel Ibuku
Tidak Gila, maka diharapkan dapat mengungkapkan aspek moral secara
terperinci dan jelas. Aspek moral yang dimaksud yaitu aspek moral baik
yang terdiri dari kejujuran, kesabaran, kepercayaan, kesetiaan,
pengendalian diri, penyesalan. Sedangkan moral buruk yang dikaji terdiri
dari bohong, fitnah, dendam. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat
analisis, berikut akan dikutipkan beberapa isi novel.
1. Nilai Moral baik
Moral yang baik adalah sikap atau tingkah laku terpuji yang
merupakan tanda keimanan seseorang. Adapun moral baik dalam novel
Ibuku Tidak Gila yaitu kejujuran, kesabaran, kepercayaan, kesetiaan,
pengendalian diri, penyesalan..
48
a. Kejujuran
Kejujuran merupakan perbuatan terpuji yang semakin jarang di
lakukan oleh umat manusia, jujur memang susah untuk di jalankan
tetapi kita hanya perlu melawan kesusahan itu dengan keberanian
berbuat benar dan tidak berbohong saat melakukan apapun.
Data I “Dewa, kamu sudah dewasa sekarng, saatnya Ayah ceritakan sesuatu yang menjadi rahasia kita,” pinta Ayah.
“Rahasia apa Yah, kupikir kita tak punya rahsia,” ucapku. “sebetulnya punya, dan maafkan Ayah sudah memotong cerita dibagian itu,” ujar Ayah. “baik, sekarng ceritakan padaku..” “ingat kamu tentang seseorang perempuan, yang tinggal dirumah lama kita?” kata ayah Perempuan?” “Ya, dia tinggal disebuah kamar, ingatkah kamu pada sumaiyah, pembantu kita dan dia biasa kamu panggil Yuk Sum?” jelas ayah. “sebentar, Yah, mungkin aku agak lupa, tetapi wajah perempuan itu…” “aku ingat sedikit ,Ayah” kataku. Yuk Sum itulah yang bertahun-tahun merawat ibumu,” ucap Ayah dengan nada berat. “Ibuku?” “Iya, Ibumu…” suara Ayah bergetar. “ibu kandungku?” “iya…” “lalu mama?” “Dia bukan Ibu kandungmu, Nak….” “Lalu ada apa dengan Ibuku?” “Terpaksa kita meninggalkannya disana…” “Kenapa kita meninggalkannya, dirumah lama kita?” tanyaku. “Ibumu….Ibumu….Ibumu hilang ingatan,” keluh Ayah. (Ibuku Tidak Gila hal 7-8) Data 2 “Dewa,…” “ibumu kenapa?” Tanya lembut. “aku nggak tahu, bertahun-tahun aku terpisah dengannya, dan baru beberapa bulan ini, aku bertemu dengannya. Ayahku sengaja
49
memisahkanku darinya, karena sering bersikap agresif padaku.” Ceritaku. “baik,” jawabnya. “Tetapi kenapa aku ceritakan kekamu ya, kita ‘kan baru kenal,”kataku. (Ibuku Tidak Gila hal 17) Data 3 “Kalau begitu jawab dengan jujur, dari mana kamu barusan, kupikir, zaman sekarang, orang tak perlu ke bank untuk mengambil uang karena mesin ATM ada dimana-mana.” Tuturnya panjang lebar. “aku kerumah sakit jiwa,” jawabku kemudian. “ nagapain kerumah sakit jiwa?” Tanya agak kaget, matanya tajam kearahku. “Ibuku, Ibuku kandungku, dirawat disana,” kataku. “ooh…” “kaget?” tanyaku. “terus Mama?” “Dia Ibu tiriku,” kataku. (Ibuku Tidak Gila hal 83)
Pada data 1 dapat dilihat di penggalan dalam kalimat “Yuk Sum
itulah yang bertahun-tahun merawat ibumu,” ucap Ayah. dengan nada
berat. “Ibuku?” “Iya, Ibumu…” suara Ayah bergetar. “iya…”
“lalu mama?”
“Dia bukan Ibu kandungmu, Nak….”.
Pada data 2 dapat dilihat penggalan dalam kalimat ““ibumu kenapa?”
Tanya lembut.“aku nggak tahu, bertahun-tahun aku terpisah dengannya,
dan baru beberapa bulan ini, aku bertemu dengannya. Ayahku sengaja”.
Pada data 3 dapat diliahat penggalan dalam kalimat ““ nagapain kerumah
sakit jiwa?” Tanya agak kaget, matanya tajam kearahku. “Ibuku, Ibuku
kandungku, dirawat disana,” kataku. “ooh…” “kaget?” tanyaku. “terus
Mama?” “Dia Ibu tiriku,” kataku.
Data 1,2, dan 3 menggambarkan sebuah kejujuran. Di mana
semua cerita yang terjadi di kehidupan Dewa, Dewa yang sudah
beranjak dewasa baru mengetahui ternyata dia mempunyai ibu
50
kandung. Dan yang membuat dia kanget pada saat dia mengetahui
ternyata ibu kandungnya mengalami kelainan jiwa sehingga harus di
rawat di rumah sakit jiwa. Kejujuran itu muncul pada saat Dewa
beranjak dewasa karena Ayah Dewa baru berani mengungkapkan
semua kejujuran itu pada saat Dewa dewasa. Kedewasaan Dewa
dianggap bahwa dengan sifat kedewasaan Dewa maka Dewa bisa
meneria semua apa yang telah terjadi di masa kecilnya.
Kejujuran di dalam kehidupan itu sulit, di kehidupan nyata banyak
yang menganggap kejujuran membuat hancur dan juga banyak yang
menganggap kalau kejujuran adalah modal untuk mendapatkan
kepercayaan. Jujur bukan hanya pada orang lain tapi jujur terhadap diri
sendiri. Contoh lain didalam kehidupan sehari-hari, banyak orang sulit
untuk jujur baik jujur dalam berbisnis atau pun didalam hubungan
berumah tangga. Banyak hal yang menganggap kalau berbisnis kita
terlalu jujur akan mendapat omset pemasukan berkurang, tetapi didalam
ajaran Allah bersikap jujur didalam berbisnis akan mendapatkan berkah
yang banyak.
Data 4 “setelah tahu, bahwa Mama bukan ibuku, pernah aku tanyakan, apakah mama pernah cemburu kepada Ibu. Mama bilang, dia cemburu seumur hidupnya, karena Ayah sanngat mencintai Ibu. Tetapi Ayah sama sekali tidak bisa mengubah situasi dan cintanya tak bisa bertumbuh dengan semestinya. (Ibuku Tidak Gila hal 91) Data 5 Mama sudah jujur mengatakan bahwa dia cemburu pada ibu. Mama juga perempuan yang ingin dicintai secara utuh. (Ibuku Tidak Gila hal 256)
51
Pada data 4 dapat diliahat di penggalan pada kalimat “Mama bilang,
dia cemburu seumur hidupnya, karena Ayah sanngat mencintai Ibu”. Pada
data 5 dapat dilihat di penggalan pada kalimat “Mama sudah jujur
mengatakan bahwa dia cemburu pada ibu. Mama juga perempuan yang
ingin dicintai secara utuh”.
Data 4 dan 5 menggambarkan kejujuran yang mengatakan bahwa
dirinya cemburu karena Ayah sangat mencintai ibu kandung Dewa. Dan dia
ingin dicintai secara utuh tanpa ada perempuan lain lagi. Mama Gina
mengatakan jujur kepada Dewa karena tidak mau menyimpan dan
membohongi perasaannya sendiri. Perasaan cemburu seorang wanita yang
hidup didalam keluarga yang masih mencintai perempuan lain.
Perasaan cemburu adalah perasaan yang dirasakan ketika
mengalami rasa yang berbeda, sifat cemburu timbul pada saat kita
menyayangi seseorang. Sedangkan Ibu kandung dan ibu tiri mempunyai
persamaan dan perbedaan. Perbedaan Ibu kandung adalah orang yang
mengandung dan yang melahirkan. Sedangkan ibu tiri adalah ibu yang
tidak pernah mengandung kita tetapi dia yang merawat kita. Persamaannya
adalah sama-sama memiliki jiwa ke ibuan.
Data 6 “Dewinta adalah adik perempuanmu.” Kata Ayah “ Di mana sekarang dia?” tanyaku. “Dia sudah meninggal,” jawab Ayah. “Kenapa ayah tidak mengatakan itu padaku?” “Kupikir, kau tak akan mempedulikan itu, toh kamu adik-adik yang lain,” terang Ayah. (Ibuku Tidak Gila hal 296) Data 7 Aku melihat Ayah tak pernah setegang itu. Mama menggenggam tangannya untuk menenangkannya.
52
“Apakah dia boleh yang sebenarnya?” Ayah berbisik kepada Mama. Mama tak menjawab. Air mata bergulir dipipinya. “Katakan saja , saying, biar beban pikiranmu berkurang…” “Aku takut kehilngan dia, Ma…” “Dia sudah dewasa, pasti dia kuat.” “Ada apa ini?!”aku setengah marah. Ayah mendekat kepadaku. Lalu dengan bergetar dia bicara. “karena kamu yang membuat Dewinta meninggal, Nak..” “Benarkah, Yah?” “Ya, tetapi Ayah tahu, kamu melakukan tidak sengaja, karena kamu masih kecil dan belum mengerti, karena itu, ibu tak berhenti menyalakan dirinya sendiri. (Ibuku Tidak Gila hal 302)
Pada data 6 dapat dilihat di penggalan pada kalimat ““Dewinta
adalah adik perempuanmu.” Kata Ayah”. Pada data 7 dapat di lihat di
penggalan pada kalimat ““karena kamu yang membuat Dewinta meninggal,
Nak..”.
Data 6 dan 7 menggambarkan bahwa dewa mempunyai seorang
adik perempuan, adiknya bernama Dewinta, dewinta adalah anak yang
cantik dan lucu. Tetapi dewinta meninggal pada usia 2 tahun penyebab
kematiannya adalah Dewa. Dewa menanam besi ketelinga adiknya
sehingga menyebabkan pendarahan yang berujung nyawa adiknya tidak
tertolong lagi. Dengan kejujuran ini maka Dewa sangat terpukul dan merasa
bersalah.
Semua yang Dewa lakukan dilakukan tidak sengaja. Dan pada saat
kejadian Dewa masih anak-anak belum tahu tentang mana yang benar dan
mana yang salah. Masa anak-anak belum banyak yang kita tahu apa
kegunaan barang yang ada disekitar kita yang dapat membahayakan atau
tidak. Dengan itu pengawasan seorang orang tua memang penting, anak-
anak harus di awasi setiap saat. Jangan lalai dalam mengawasi anak
53
karena banyak kejadian gara-gara kelalaian orang tua maka akan
kehilangan anak yang disayangi.
b. Kesabaran
Kesabaran adalah sebuah keutamaan yang menghiasi diri seorang
mukmin, di mana seseorang mampu mengatasi berbagai kesusahan dan
tetap berada dalam ketaatan kepada Allah meskipun kesusahan dan
cobaan itu begitu dahsyat.
Data 1 Aku meikmati kopiku dengan perasaan serba tak menentu. Memang itu yang terjadi setiap harus menengok Ibu. Keadaan ini, seperti memaksaku untuk menelan kepahitan ini begitu saja. Siapa di dunia yang mau, ketika orang yang menjadi bagian hidup terdekatnya, harus dirawat dirumah sakit ini. Aku memandangi tanaman di jendela dengan perasaan sedih. (Ibuku Tidak Gila hal 11) Data 2 Aku melangkah dengan persaan seperti biasanya, sedih, takut, dan enggan. Aku duduk dikursi pertemuan, lalu seorang perawat menuntun Ibu padaku. Aku memandanginya, tersenyum. Tetapi sekali lagi sia-sia. Dia memandangku, tetapi itu tak focus kearahku. Jiwanya entah ke mana. Aku ingin menjerit… (Ibuku Tidak Gila hal 13) Data 3 “Aku sudah bertemu ibu, dia tidak mengenaliku.” “Mungkin dia lupa, sudah bertahun-tahun dia sakit.” Ujarnya. “Bahkan tak mau menatap mataku,” “Sabar nak, tidak ada Ibu yang melupakan anaknya sendiri, hanya saja ada pagar tembok kuat yangmemisahkanmu dengannya,” ungkapnya. “Aku sangat merindukannya, aku menemuinya dirumah sakit jiwa, tetapi tidak mengenaliku, mungkin kalau dulu Ayah tak memisahkan kami , mungkin tidak ada jeda seperti ini, antara aku dan dia.” (Ibuku Tidak Gila hal 50)
Pada data 1 dapat dilihat di penggalan pada kalimat “Keadaan ini,
seperti memaksaku untuk menelan kepahitan ini begitu saja. Siapa di dunia
54
yang mau, ketika orang yang menjadi bagian hidup terdekatnya, harus
dirawat dirumah sakit ini”. Pada data 2 dapat dilihat di penggalan pada
kalimat “Dia memandangku, tetapi itu tak focus kearahku. Jiwanya entah ke
mana. Aku ingin menjerit…”. Pada data 3 dapat dilihat di penggalan pada
kalimat “Sabar nak, tidak ada Ibu yang melupakan anaknya sendiri, hanya
saja ada pagar tembok kuat yangmemisahkanmu dengannya,”
Data 1,2, dan 3 diatas menggambarkan sebuah perjuangan seorang
anak untuk kembali kepelukan ibu kandungnya. Perasaan gelisa pun di
alami Dewa pada saat bertemu dengan ibunya karena sikap ibunya yang
begitu dingin dan berubah-rubah pada saat bertemu dengan Dewa, kadang
dia mendapatkan perlakuan kasar terhadap ibu kandungnya sendiri tetapi
Dewa dengan sabarnya menerima semua perlakuan Ibu kandungnya
terhadapnya. Dewa sangat rindu dengan Ibunya dari kecil dia tidak
mengenal ibu kandungnya, dia di besarkan oleh Ibu tirinya.
Kasih sayang ibu tirinya hampir sepenuhnya dia miliki, beda halnya
dengan tanggapan orang kalau ibu tiri itu jahat. Ibu tiri selalu
memperlakukan anaknya dengan kejam, menyiksanya dan membuat anak
tirinya seperti babu. Anaknya disayang di kala ayahnya ada tapi kalau
ayahnya sudah pergi ibu tiri menyiksa anak tirinya. Dewa memiliki ibu tiri
yang begitu menyayanginya seperti anak kandungnya sendiri, kesabaran
mama gina merawat Dewa padahal Dewa bukan anak kandungnya tetapi
mama Gina tidak pernah membedakan Dewa dan Danu.
Data 5 Aku memandangi Ayah mencium Mama dengan lembut. Laki-laki tua itu, tampaknya menyerahkan hidupnya pada perempuan ini. Seringkali aku melihat dia seperti laki-laki tertekan yang terbelit oleh suatu masalah yang tanpa ujung. Apakah itu karena kehilangan Ibu. Lalu muncul Mama yang menjadi sandaran hidupnya. Kalau memang
55
begitu, bagaimana perasaan Mama dengan semua itu. Perempuan kan tidak mau diduakan, biarpun dengan orang yang sudah mati, atau hidup dengan terganggu jiwanya. (Ibuku Tidak Gila hal 90)
Data 6 “Mama tahu Ayah sangat mencintai Ibu. Mama sebagai manusia biasanya tentunya cemburu. Tetapi kita hidup direalistis. Toh kita tidak pernah tahu, apakah Ibu akan kembali sehat seperti dulu atau tidak. Ini sudah bertahun-tahun. Tahun-tahun awal, mama tahu bahwa Ayah masih berharap. Dan itu adalah masa-masa tersulit bagi Mama. Tetapi setelah bertahun-tahun berjalan, tidak ada lagi perasaan di hati selain pasrah.” (Ibuku Tidak Gila hal 91) Data 7 “Dewa melihat semua terus berjalan, dan ibu telah terkurung dalam kehidupan yang telah terputus dengan sekitarnya. Barang kali saja sudah tak tahu siapa dirinya sendiri, tak tahu punya keluarga, dan tak tahu punya anak laki-laki…” “Sabar, saying, pasti Ibumu akan sembuh, Mama yakin itu, dan aku akan berkumpul lagi dengannya,” bisik Mama. (Ibuku Tidak Gila hal 96)
Data 8 “Ayahmu sangat mencintai Ibu, bahkan sampai hampir satu tahun kami menikah. Mama sering cemburu pada Ibumu, tetapi mama pendam, toh Ibumu sudah seperti itu.” (Ibuku tidak gila hal 246) Data 9 Ayah hanya diam membisu. Sesekali mengeratkan pelukannya kepada Ibu. Ayah terlihat lebih tenang, tetapi sebetulnya dia hancur. Lelaki tidak bias menangis. Hanya bias menahan kesakitan di dalam dadanya. (Ibuku Tidak Gila hal 286)
Pada data 5 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat “Aku
memandangi Ayah mencium Mama dengan lembut. Laki-laki tua itu,
tampaknya menyerahkan hidupnya pada perempuan ini. Seringkali aku
melihat dia seperti laki-laki tertekan yang terbelit oleh suatu masalah yang
tanpa ujung”. Pada data 6 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat “mama
tahu bahwa Ayah masih berharap. Dan itu adalah masa-masa tersulit bagi
56
Mama. Tetapi setelah bertahun-tahun berjalan, tidak ada lagi perasaan di
hati selain pasrah.”. pada data 7 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat
““Sabar, saying, pasti Ibumu akan sembuh, Mama yakin itu, dan aku akan
berkumpul lagi dengannya,” bisik Mama”. Pada data 8 dapat dilihat
dipenggalan pada kalimat “Mama sering cemburu pada Ibumu, tetapi mama
pendam, toh Ibumu sudah seperti itu”. Pada data 9 dapat dilihat
dipenggalan pada kalimat “Ayah terlihat lebih tenang, tetapi sebetulnya dia
hancur. Lelaki tidak bias menangis. Hanya bias menahan kesakitan di
dalam dadanya”.
Data 5,6,7,8,9 diatas menggambarkan seorang perempuan dengan
sabar menjalani hidupnya dengan laki-laki yang masih mencintai
perempuan lain yang tidak lain adalah istri pertamanya. Walaupun persaan
cemburu selalu ada dalam hatinya, perempuan mana yang tidak cemburu
kalau orang yang disayangi masih mencintai orang lain. Tetapi mama Gina
selalu sabar menghadapi ini semua dan tetap setia mendampingi Gandi
dan merawat Dewa dengan kasih sayang. Sifat cemburu pasti selalu ada,
Mama Gina hanya pasrah dan ikhlas dalam menjalani kehidupannya.
Sifat sabar seseorang akan mendapatkan hikma yang baik, sabar
dalam menjalani semua cobaan dikalah cobaan itu datang. Allah tidak
pernah diam dan melihat, sabar danikhlas dalam menjalani semua coban
maka Allah selalu meridhoi orang-orang yang sabar dalam menjalani
semua permasalahan yang di berikan..
Data 10 Aku terus memeluk baju itu. Aku berharap dan membayangkan sedang memeluk Ibu. Lalu aku duduk bersandar disebuah kursi tua di salah satu ujung ruangan. Aku peluk baju-baju dan tanpa terasa air mata meleleh, jurang pemisah antara aku dan Ibu begitu dalam. Sangat dalam.
57
(Ibuku Tidak Gila hal 102) Data 11 Dan sekarang, aku sudah meraskan langsung. Di perlakukan dengan tidak adil oleh masyarakat. Tetapi aku tidak boleh menyerah. Ibu masih ada, dia hidup dan dia ada didepan mataku. Aku akan semaksimal mungkin untuk menyembuhkannya. Meskipun aku harus kehilngan kekasih hati yang selalu kucintai selama ini. Baru terasa sekarang bagaimana sakitnya semua ini. Betapa sakitnya dicampakkan oleh seorang kekasih, setelah sekian lama bersama. (Ibuku Tidak Gila hal 113)
Pada data 10 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat “Aku peluk
baju-baju dan tanpa terasa air mata meleleh, jurang pemisah antara aku
dan Ibu begitu dalam. Sangat dalam”. Pada data 11 dapat dilihat
dipenggalan pada kalimat “Dan sekarang, aku sudah meraskan langsung.
Di perlakukan dengan tidak adil oleh masyarakat”.
Data 10 dan 11 menggambarkan seseorang anak yang rindu akan
pelukan Ibu kandungnya,. Walau pun masyarakat memperlakukan ibu
kandungnya tidak adil, dia tetap bersemangat untuk menyembuhkan
ibunya. Dengan kesabarannya dia tidak menyerah dan selalu berusaha
agar bisa berkumpul kembali. Dewa rela berkorban demi mendapatkan
kasih saying seorang ibu kandung. Dewa memng sudah mendapatkan
kasih sayang dari Gina seperti ibu kandung tetapi Dewa berharap kasih
sayang itu di berikan oleh ibu kandungnya. Cinta yangsudah dijalani sekian
lama harus Dewa korbankan. Kehilangan seorang kekasih yang sangat
dicintai memng sakit tapi yang Dewa paling harapkan sekarng adalah
berkumpul dengan ibu kandungnya. Tidak peduli apa yang terjadi dengan
kehidupan asmaranya yang sudah dijalani sekian lama. Dewa
mengorbankan smuanya hanya untuk mendapatkan kasih sayang seorang
ibu kandung.
58
Orang tua adalah segalanya didunia ini. Tanpa orang tua kita tidak
akan seperti ini. Terutama ibu, ibu adalah surga seorang anak.
Data 12 Setelah kejadian, Nani meminta Rina untuk bersabar, Nani mengaku bahwa orang tua mereka memang bersikap tak adil kepada Rina. Rina menurut, Rina sekarang memilih untuk diam, dan memendam kesidihan itu. Dia juga tak pernah lagi melawan. Sri semakin naik daun di mata kedua orang tuanya. Prestasinya semakin menonjol. Semakin tidak peduli dengan dua adiknya, dan hanya memikirkan kesenangan dirinya. Dan hanya kepada Nanilah, Rina mengeluarkan penderitaan batinnya. (Ibuku Tidak Gila hal 197)
Pada data 12 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat “Rina sekarang
memilih untuk diam, dan memendam kesidihan itu”.
Data ini mengngambar sikap sabar seseorang dalam menghadapi
hidup persaudaraannya, orang tua membeda-bedakan anak kandungnya
sendiri. Didalam cerita ini Nani dan Rina sangat sabar menghadapi sikap
Sri dan orang tuanya. Sri yang selalu dimanja dan dipenuhi keinginanx,,
beda halnya dengan Rina dan Nani mereka diperlakukan seperti anak yang
tidak disayangi.
Anak adalah anugrah yang di berikan Allah, anak wajib untuk
disayang tanpa ada membedakan. Membeda-bedakan anak itu akan
menimbulkan masalah dan tidak pantas seorang orang tua membedakan
anaknya satu sama lain. Semua anak membutuhkan kasih sayang seorang
orang tua.
c. Kepercayaan
Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat
seseorang menganggap suatu premis yang benar.
59
Data 1 Aku gelagapan. Tak menyangka akan keluar pertanyaan seperti itu. Aku emang belum cerita tentang ibu dan rumah sakit jiwa kepada Bila. Belum saatnya. Melihat sifatnya yang keras dan rasional, membuat aku ragu untuk berterus terang kepadanya. (Ibuku Tidak Gila 21) Data 2 Aku mencari Arra. Jujur saja aku sangat memikirkannya semalaman. Seorang gadis yang polos. Biarpun tak mengenalku, dia bersikap baik, tanpa terlihat ada prasangka. Semua bicara terlihat tulus. Tidak curiga atau merasa terancam. Hanya orang tertentu yang begitu. (Ibuku Tidak Gila hal 25) Data 3 “apakah kamu selalu dekat dengan orang seperti ini, Arra?” Dia tidak menjawab. Menggeleng. “tentu tidak…” “Lalu kenapa langsung akrab denganku? Apakah kamu anggap aku ini pasien yang nanti akan jadi bahan percobaanmu?” “Jangan prasangka…” “Jawab pertanyaanku, kenapa dengan mudahnya kau percaya padaku, padahal kamu tahu ‘kan, ada gen orang gila di tubuhku…” “Aku tidak tahu jawabannya.” “Di dunia ini banyak orang jahat, kamu tidak takut?” “Aku hanya bias merasakan, kamu orang baik, Dewa,” katanya kemudian. “ooh.. jawaban itu sudah cukup, terima kasih untuk ketulusanmu,” ujarku. (Ibuku Tidak Gila hal 29) Data 4 Dia diam saja. Entah mengapa aku ingin menyembunyikan rahasia ini pada Bila. Padahal kami dekat, kami sudah pacaran sejak semester satu. Aku ragu, aku tak ingin dia tahu. Beda dengan Arra, gadis itu sangat tulus, sehingga tak ada sesuatu pun yang ingin aku tutupi darinya. Nabila, selalu memikirkan secara logika. (Ibuku Tidak Gila hal 54). Pada data 1 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat “Melihat sifatnya
yang keras dan rasional, membuat aku ragu untuk berterus terang
kepadanya”. Pada data 2 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat “Biarpun
tak mengenalku, dia bersikap baik, tanpa terlihat ada prasangka. Semua
bicara terlihat tulus. Tidak curiga atau merasa terancam. Hanya orang
tertentu yang begitu”. Pada data 3 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat
60
““Di dunia ini banyak orang jahat, kamu tidak takut?” “Aku hanya bias
merasakan, kamu orang baik, Dewa,” katanya kemudian”. Pada data 4
dapat dilihat dipenggalan pada kalimat “Entah mengapa aku ingin
menyembunyikan rahasia ini pada Bila. Padahal kami dekat, kami sudah
pacaran sejak semester satu. Aku ragu, aku tak ingin dia tahu”.
Data 1,2,3, dan 4 menggambarkan kepercayaan terhadap seseorang
itu bukan saja dilihat dari berapa lama kita kenal tetapi dillihat juga dari
sikap kepribadiannya. Dewa masih ragu terhadap Bila padahal Bila adalah
gadis yang sudah dia kenal 2 tahun yang lalu. Tetapi Dewa masih kurang
percaya terhadap Bila di sebabkan sikapnya yang keras dan rasional.
Beda halnya dengan Arra, Arra adalah gadis yang dia kenal di rumah
sakit jiwa berapa hari yang lalu tetapi Dewa begitu percaya terhadapnya.
Kepercayaan seseorang juga diliat dari kepribadian seseorang
bukan hanya dilihat dari luar karena kepercayaan terhadap seseorang
hanya di berikan sekali. Kepercayaan adalah bagian dari amanah, apabila
orang telah memberikan kepercayaan terhadap kita dan di kemudian hari
kita mengecewakan kepercayaannya maka kepercayaan itu akan hilang.
Sampai kapan pun orang tersebut tidak akan mempecayai lagi. Dengan itu
jagalah kepercayaan yang telah orang berikan kerena kepercayaan hanya
datang sekali.
d. Kesetiaan
kesetiaan adalah ketulusan, tidak melanggar janji atau
berkhianat, perjuangan dan anugerah, serta mempertahankan cinta
dan menjaga janji bersama.
61
Kesetiaan berarti perjuangan, anugerah, pengorbanan, dan
kesabaran.
Data 1 Tidak ada yang menyangka, kalau perempuan secantik Bila, biasa berbicara panjang lebar mengenai karya seni. Bahkan saat dia berbicara, siapapun akan menatapnya tanpa berkedip, yang kadang kala membuatku cemburu. Tetapi Bila merupakan tipe perempuan setia. Selama menjadi pacarku, tidak pernah sedikit pun dia berpaling, meskipun banyak yang menaksir dirinya. Ketika kami sekelas ada seseorang yang sempat mendekati Bila, dan membuatku bersitegag dengannya. Tetapi bila bersikap tenang, dan menenangkan aku. (Ibuku Tidak Gila hal 116)
Pada data 1 dapat dilihat dipenggalang pada kalimat “tidak pernah
sedikit pun dia berpaling, meskipun banyak yang menaksir dirinya”.
Data tersebut menggambarka seorang gadis yang tetap setia
dengan kekasihnya walau pun banya pemuda yang mendekatinya.
Kesetian seoarng perempuan dilihat dari kelakuannya. Sifat perempuan
setia yaitu menghargai pasangannya, jujur, dan penyayang. Kesetian bukan
hanya didalam kehidupan percintaan tetapi dalam agama juga, kesetian
terhadap Allah, tidak menduakan Allah. Kehidupan sekarang bnyak
manusia yang memiliki agama tetapi masih percaya yang namax
sembahan-sembahan, itu menandakan menduakan Allah. Tidak setia
terhadap ajaran agama.
e. Pengendalian Diri
Di dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari terdapat nilai dan
norma yang berlaku secara umum serta harus dihormati dan dijalankan
sebagai warga masyarakat yang baik. Hukum pun ada untuk mengatur
62
warga masyarakatnya secara paksa untuk mengendalikan setiap manusia
yang ada di masyarakat tersebut.
Data 1 Ibu berdiri dan berjalan kearah Arra. Tanpa bisa dicegah, Ibu memeluk Arra,. Arra pucat ketakutan. Tetapi berusaha tenang. Begitu memeluk Arra, Ibu tanpak tersenyum senam. Seperti mengingat sesuatu dan membuat gembira. Di belainnya rambut Arra. Arra diam saja. Lalu, diciuminya Arra, Arra tetap menyerah saja. Kalau bukan Arra, pasti dia sudah berteriak histeris. (Ibuku Tidak Gila hal 31) Data 2 Ah jadi, abaikan saja cerita perempuan warung itu, tentang ibu, rumah berhantu, dan penghianatan Ayah. Aku lebih mempercayai Ayah dan Yuk Sum, mengenai kondisi yang sebenarnya terjadi pada Ayah. (Ibuku Tidak Gila hal 77) Data 3 “Ibuuuu….!!!” Jerit dalam hati Lalu perawat membawanya masuk. Sia-sia sudah semuanya. Kupikir setelah beberapa kali pertemuan, Ibu sudah mengenaliku. Ternyata semua sia-sia. Terkadang tak sanggup menerima kenyataan semacam ini, alangkah menyedihkan, memiliki Ibu tetapi dia salah satu pasien rumah sakit jiwa. Tetapi dia Ibuku, yang selama ini mengandungku. Aku hanya Ibuku mengenaliku, tahu bahwa aku putra satu-satunya. (Ibuku Tidak Gila hal 81) Data 4 Aku ingin lepas dan bebas, bebas dari semuanya ini, tetapi masalh ini seperti mengikatku, dan membuat aku tak berkutik. Apa sebetulnya dibalik semua ini, kenapa Tuhan tak mengizinkan Ibu mengenalku, padahal aku anaknya. (Ibuku Tidak Gila hal 85) Data 5 Mengikatku pada perempuan-perempuan yang mencintai dan menyayangiku. Dan sekarang, ada Ibu, perempuan yang asing yang tak mengenalku, tetapi sebetulnya dialah yang mengenalku pada kehidupan. Beliulah yang mengandungku selama Sembilan bulan, menyusuiku, mengasuhku. Biar pun ibu tidak mengingatku, aku akan berusaha agar Ibu bias kembali mengenalku. (Ibuku Tidak Gila hal 89)
63
Data 6 “Baiklah, Ma, Dewa ngerti…” Dan aku pun tak pernah berusaha membicarakannya lagi. Kami masih terus makan. Biarpun tidak ada nafsu makan, aku paksakan diri untuk makan. Aku kasihan Mama. Aku tidak mau membuat Mama cemas. Dia sudah terlalu baik dan Ayah. Merawat kami dengan sepenuh hatinya. Bahkan sampai meninggalkan kariernya sebagai sekretaris, untuk menikah dengan ayah dan merawat aku yang masih kecil. (Ibuku Tidak Gila hal 97) Data 7 Ibu tiriku ini, berusaha tetap tenang dan menunggu apa yang terjadi. Untungnya aku termasuk orang yang suka menjaga persaan orang lain. Biarpun perasaanku pada Mama sudah aggak karuan, kasarnya tidak percaya lagi, aku tak membuka font secara terbuka padanya. Aku memilih menghindar, pasti aku sudah memaki-maki bahkan mungkin menikamnya. (Ibuku Tidak Gila hal 172) Data 8 Aku biarkan apa pun yang di pikirkan Ayah. Sebenarnya aku hanya menganggap pendapat Bude Nani itu sebagai masukan saja. aku lebih percaya pada Yuk Sum, yang sudah merawat Ibu selama bertahun-tahun. Aku menjaga hati dan pikiran untuk tetap jernih, dalam menghadapi masalah ini. Anak perempuan kecil dari surge itu, juga kuanggap petunjuk dari Tuhan. Aku meyakini bahwa aku akan bias mengungkapkan misteri ini. Anak kecil itu, terbukti telah membawaku pada beberapa petunjuk. (Ibuku Tidak Gila hal 182)
Pada data 1 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat “Kalau bukan
Arra, pasti dia sudah berteriak histeris”. Pada data 2 dapat dilihat
dipenggalan pada kalimat “Aku lebih mempercayai Ayah dan Yuk Sum,
mengenai kondisi yang sebenarnya terjadi pada Ayah”. Pada data 3 dapat
dilihat dipenggalan pada kalimat “alangkah menyedihkan, memiliki Ibu
tetapi dia salah satu pasien rumah sakit jiwa. Tetapi dia Ibuku, yang selama
ini mengandungku. Aku hanya Ibuku mengenaliku, tahu bahwa aku putra
satu-satunya”. Pada data 4 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat “Aku
ingin lepas dan bebas, bebas dari semuanya ini, tetapi masalh ini seperti
64
mengikatku, dan membuat aku tak berkutik”. Pada data 5 dapat dilihat
dipenggalan pada kalimat “Biar pun ibu tidak mengingatku, aku akan
berusaha agar Ibu bias kembali mengenalku”. Pada data 7 dapat dilihat
dipenggalan pada kalimat “Biarpun perasaanku pada Mama sudah aggak
karuan, kasarnya tidak percaya lagi, aku tak membuka font secara terbuka
padanya. Aku memilih menghindar, pasti aku sudah memaki-maki bahkan
mungkin menikamnya”. Pada data 8 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat
“Aku menjaga hati dan pikiran untuk tetap jernih, dalam menghadapi
masalah ini. Anak perempuan kecil dari surge itu, juga kuanggap petunjuk
dari Tuhan. Aku meyakini bahwa aku akan bias mengungkapkan misteri
ini.”
Dari beberapa data diatas, Data tersebut menggambarkan tentang
sikap pengendalian diri Dewa dalam keluarganya dan masyarakat. Perlu
adanya sifat pengendalian diri yang dimiliki oleh setiap individu.
Dimaksudkan agar setiap masalah yang terjadi dapat terselesaikan dengan
baik. Seperti sikap yang dilakukan Dewa terhadap permasalahan yang
menimpa Ibu kandungnya. Walaupun hatinya ingin memberonta tetapi
Dewa tetap bisa menenangkan perasaannya.
Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dapat memberikan
jalan keluar dari permasalahan tersebut. Mengendalikan diri dalam
kehidupan memang sulit, apalagi permasalahan yang di hadapi sangat sulit.
Banyak orang tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri sehingga merugikan
diri sendiri. Contohnya yaitu banyak kejadian bunuh diri, bunuh diri bukan
hal yang dapat menyelesaikan masalah tetapi akan menambah masalah
dengan memunculkan masalah baru. Keputusasaan seseorang akan
65
memicu segalanya. Semua terjadi karena tidak adanya sikap pengendalian
diri yang ada di dirinya yang ada hanya keputus asaan . maka itu
pengendalian diri didalam menghadapi masalah itu sangat penting karena
apa bila tidak ada pengendalian diri maka akan terjadi di diri kita sendiri
yang dapa merugikan diri sendiri dan juga orang lain.
f. Penyesalan
Penyesalan adalah perasaan yang harus dirasakan dalam hidup.
Karena dengan menyesal (bagi yang berfikir), seseorang akan berusaha
menjadi lebh baik lagi dan meminimalisasi dalam hidupnya. Belajar dari
kesalahan, itulah yang akan seseorang perbuat setelah menyesal. Rasa
menyesal adalah rasa yang wajib dirasakan.
Menyesal juga jangan berlarut-larut. Jangan dijadikan kesalahan
itu beban yang sulit, tapi jadikanlah tantangan serta uji kesabaran agar
diri menjadi lebih baik lagi. seorang akan berfikir, lalu melakukan
perenungan, kemudian timbullah tekat untuk menjadi lebih baik lagi.
Insya Allah, jika tekat dan usaha itu baik, maka orang tersebut akan bisa
mendapatkan kebaikan yang haqiqi.
Data 1 “Itu kenyataan Ra, aku sedih liat kenyataan itu, rasanya aku sudah kehilangan muka dihadapan teman-temanku, bayangkan apa yang akan terjadi kalau mereka tahu, bahwa Ibuku, gila, dan dirawat di RSJ,” aku berkata sedih. “Tak ada kata menyesal, tak ada kata ,menyerah,masih ada nyawa di raga Ibumu, pasti masih ada harapan untuk sembuh dan kembali kepadamu,” ujar Arra. (Ibuku Tidak Gila hal 28)
Pada data 1 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat ““Itu kenyataan
Ra, aku sedih liat kenyataan itu, rasanya aku sudah kehilangan muka
66
dihadapan teman-temanku, bayangkan apa yang akan terjadi kalau
mereka tahu, bahwa Ibuku, gila, dan dirawat di RSJ,” aku berkata sedih”.
Data ini menggambarkan keputusasaan seorang Dewa terhadap
kondisi ibunya, Dewa merasa malu terhadap teman-temannya kalau
ibunya dirawat di rumah sakit jiwa.
Rumah sakit jiwa adalah tempat dimana orang-orang yang
mengalami gangguan jiwa di rawat. Perawat dan dokter memang harus
memiliki jiwa mental kuat dan cerdas. Karena pasien yang mereka rawat
bukan orang normal seperti rumah sakit umum lainnya, di rumah sakit
jiwa terdapat berbagai karakter yang berbeda yang harus dihadapi setiap
harinya.
Data 2 Sekarng aku merasakan bahwa sebenarnya aku mencintainya. Aku sadar bahwa cinta begitu terasa, setelah orang kita cintai pergi. Semua kesalahan dimasa lalu baru terungkap kembali oleh memori. Coba kalau aku tidak cerita tentang ibu. Coba kalau dia tak tahu kondisi yang sebenarnya pada Ibu, pasti situasinyya menjadi lain. (Ibuku Tidak Gila hal 117)
Pada data 2 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat “Coba kalau aku
tidak cerita tentang ibu. Coba kalau dia tak tahu kondisi yang sebenarnya
pada Ibu, pasti situasinyya menjadi lain”.
Data ini menggambarkan penyesalan telah mengunggkapkan
sebuah kejujuran tentang kondisi ibu kandungnya. Dewa merasa menyesal
telah berkata jujur terhadap kekasihhnya tentang kondisi Ibu kandungnya,
ternyata kejujuran Dewa membuat orang yang dia cintai menjauh darinya.
Menyesal atas kata-kata yang di ucapkan yang membuat kehilangan
seseorang yang di sayanginya selama ini. Tetapi penyesalan didalam hidup
67
jangan sampai membuat pekerjaan berantakan karena banyak kejadian
kalau penyesalan banyak membuat seseorang semakin tidak bersemangat,
dan selalu merenung. Penyesalan jangan sampai berlarut-larut karena hal
seperti itu juga tidak baik.
Data 3 “Sebetulnya saya tak mampu mengatakan ini, tetapi harus diakui, paling kesal kalau masalah obat. Kalau orang sakit fisik, minum obat tinggal bilng, ambilkan air, diminum selesai. Tetapi Ibu, obat yang saya berikan kadang dibuang sampai marah-marah. Sering kali diterima tetapi hanya dimasukkan kedalam sakunya, lalu pergi. “jadi minum tak teratur ya?” tanyaku lagi “Maafkan saya, Nak Dewa, saya sudah berusaha.” “Anggak apa-apa, sudah terjadi kan, memang berat ya mengurus orang sakit jiwa,” Aku menenangkan Yuk Sum yang terlihat sedih dan menyesal. (Ibuku Tidak Gila hal 263)
Pada data 3 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat ““Maafkan saya,
Nak Dewa, saya sudah berusaha.”
Data ini menggambarkan sikap menyesal Yuk Sum saat merawat ibu
kandung Dewa. Yuk Sum merasa menyesal karena tidak bisa mengatur
obat yang harus di minum Ibu Dewa selama di rawat di rumah. Obat yang
harus di minum betul-betul harus teratur karena obat yang disiapkan Yuk
Sum memang untuk menenangkan orang yang kelainan jiwa dan juga
mengobati. Merawat orang yang memiliki kelainan jiwa memang harus
memiliki hati yang sabar. Menyesali semua yang pernah dilakukan yang
tidak membuahkan hasil itu tidak baik, hal yang sudah di lakukan biarkan
saja menjadi pelajaran hidup.
Data 4 “Seandainya saja saya tidak meninggalkan mereka berdua dengan bunga kertas itu, tentu semua ini tak akan terjadi. Aku tak bias memaafkan diriku sendiri untuk semua kejadian ini.” (Ibuku Tidak Gila hal 289)
68
Pada data 4 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat ““Seandainya
saja saya tidak meninggalkan mereka berdua dengan bunga kertas itu,
tentu semua ini tak akan terjadi”.
Data tersebut menggambarkan penyesalan seorang ibu yang telah
meninggalkan kedua anaknya dengan tumpukan bunga dan kawat yang
berbahaya. Disitulah Rina menyalahkan dirinya sendiri. Menyesali semua
yang telah terjadi, penyesalan memang datng dibelakangan karena
penyesalan memang selalu ada pada saat semua telah terjadi . menyesali
semua yang telah terjadi bukan hal yang dapat menyelesaikan masalah.
Dalam menyelesaikan masalah harus berfikir secara rasional.
Data 6 Aku dijatuhi batu besar yang kemudian membenamkanku sampai hancur. Jadi itulah sebabnya kenapa mereka menyumbunyikan semuanya. Akulah pemicu dari kegilaan Ibu. Akulah si pembunuh. Aku telah membunuh adikku sendiri. (Ibuku Tidak Gila hal 302) Data 7 “Aku juga membuat Ibuku sendiri gila.” “Jangan menyalakan dirimu, waktu itu kan masih kanak-kanak.” “Lalu siapa anak kecil yang dimimpiku itu?” Dia menggeleng. “Apakah dia adikku yang sudah beraada di surga, apakah dia keluar disurga untuk memberikan aku isyarat-isyarat?” Dia menggeleng lagi. “Aku tahu itu adikku.” “Anak kecil yang meninggal, semua masuk surge, karena belum berdosa.” “Ustaz, apa yang harus kulakukan?” “Jangan mennyalahkan dirimu, untuk sesuatu yang tidak sengaja kau lakukan, lanjutkan saja hidupmu, kamu masih muda.” (Ibuku Tidak Gila hal 305)
Pada data 6 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat ” Akulah pemicu
dari kegilaan Ibu. Akulah si pembunuh. Aku telah membunuh adikku
69
sendiri”. Pada data 7 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat ““Aku juga
membuat Ibuku sendiri gila.”.
Data 6 dan 7 menggambarkan sifat menyesal Dewa terhadap
kejadian yang telah terjadi. Dewa merasa dirinya yang menyebabkan
semua yang terjadi di kehidupan keluarganya, dewa menyalahkan dirinya
sendiri dan selalu ingin mengulang kembali waktu. Menyalahkan diri sendiri
tidak akan menyelesaikan masalah. Semua yang telah terjadi sudah di atur
oleh sang maha kuasa. Kita semua hanya bisa menjalaninya. Sifat
menyesal tidak akan menyelesaikan semuanya. Sedangkan waktu tidak
bisa di putar kembali, semua manusia memiliki kesalahan, sama halnya
dengan kesalahan yang telah di perbuat Dewa. Semua yang terjadi tanpa
ketidak sengajaan. Penyesalan jangan sampai berlarut-larut.
2. Moral Tidak Baik
Moral buruk merupakan segala sikap atau tingkah laku tercela yang
dapat merusak iman seseorang serta menjatuhkan martabat manusia.
Adapun moral buruk dalam novel Ibuku Tidak Gila yaitu bohong, fitnah,
dendam.
a. Bohong
Bohong adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada
orang lain. Jadi apabila tidak berkata jujur kepada orang lain, maka orang
itu dikatakan orang yang munafik.
Data 1 “Dari man?” bila mengulangi pertanyaannya. “Dari bank,” kataku bohong. “sabtu kan tutup,” katanya.
70
“Ups….” “Maksudku ke ATM,” ralatku. “Lama sekali…,” ujar masih kesal. “Kan mesti ngantri,” kataku, ;lalu duduk teras depan kamar kost. (Ibuku Tidak Gila hal 20) Data 2 “kadang-kadang Ayah berimprovisasi,” jawabku kesal. Sialan, anak ini sudah hafal semua kebiasaanku. Biasanya aku ke ATM memang tanggal-tanggal muda. Maklum Ayah kan pegawai negeri. Biarpun punya jabatan, Ayah tidak punya Sembilan lain. Aku belum siap bercerita tetang Ibu pada Bila.masih ada sisi lain dankehidupan dan sifat Bila yang belum aku pahami, makanya aku kadang membohonginya. (Ibuku Tidak Gila hal 22) Data 3 “Dewa, ada apa?” Rupanya Bila mendengarkan aku bergumang. Dia mendekatiku, dan mengajakku bicara. “oh, anggak papa,” jawabku terkejut. Lalu aku mencoba memiringkan layar laptopku ke kanan, agar Bila tidak tahu apa yang sedang aku lihat. “Ada apa?” tanyanya lagi. “Enggak, nggak ada apa-apa,”jawabku. “Bohong, apa yang kamu sembunyikan di laptopmu?” Tanya Bila lagi. “Nggak ada,” kataku. “Aku melihat ada gambar anak-anak,” katanya. “oh, itu hanya gambar hasil browser, lalu aku paku untuk wallpaper-ku..” (Ibuku Tidak Gila hal 53) Data 4 “Ada apa dengan tanganmu?” Tanya Bila. “Entah, seperti tertusuk sesuatu, mungkin pas aku mencari sesuatu dilaci dan ada yang menusukku,” ujarku berbohong. “Laci mana?” Tanya Bila menoleh ke lemari. “Oh, kukira kau benar, Bila, tidak ada laci di sini, mungkin pas di warung makan tadi,” kataku tanbah berbohong. (Ibuku tidak Gila hal 69)
Pada data 1 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat ““Dari bank,”
kataku bohong”. Pada data 2 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat “Aku
belum siap bercerita tetang Ibu pada Bila.masih ada sisi lain dankehidupan
dan sifat Bila yang belum aku pahami, makanya aku kadang
71
membohonginya”. Pada data 3 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat ““oh,
itu hanya gambar hasil browser, lalu aku paku untuk wallpaper-ku”. Pada
data 4 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat ““Entah, seperti tertusuk
sesuatu, mungkin pas aku mencari sesuatu dilaci dan ada yang
menusukku,” ujarku berbohong”.
Data 1,2,3,dan 4 menggambarkan tentang Dewa yang selalu saja
berbohong terhadap Bila, Dewa takut kalau dirinya akan ditinggalkan oleh
Bila kalau dia jujur tentang kondisi Ibu kandungnya. Itulah alasan Dewa
selalu membohongi Bila saat dari menjenguk Ibu kandungnya di rumah
sakit jiwa. Menutupi kebohongan yang ini di sembunyikan membuat Bila
bertanya-tanya, dari tingkah laku seseorang dapat di perhatikan, apakah
dia berkata bohong atau jujur.
Orang yang berbohong selalu melakukan tingkah laku yang aneh
seperti mimik yang grogi, tidak mau bertatap mata. Ekspresi Mata tidak bisa
berbohong dan sepintar-pintarnya kebohongan di sembunyikan pasti akan
ketahuannya juga, seperti pribahasa berikut “sepintar-pintarnya kita
menyembunyikan yang namanya durian matang pasti baunya akan tercium
juga”.
b. Fitnah
Fitnah adalah perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran
yg disebarkan dng maksud menjelekkan orang (spt menodai nama baik,
merugikan kehormatan orang): -- adalah perbuatan yg tidak terpuji;
72
mem·fit·nah yaitu menjelekkan nama orang (menodai nama baik,
merugikan kehormatan, dsb).
Data 1 “Pasti perempuan itu copetnya, atau seeorang di dekatmu yang bersekongkol dengannya,” aku berteori. (Ibuku Tidak Gila hal 71)
Pada data 1 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat ” “Pasti
perempuan itu copetnya, atau seeorang di dekatmu yang bersekongkol
dengannya”.
Data diatas menggambarkan seseorang yang langsung saja
menuduh seseorang tanpa melihat bukti. Jangan berprasangka buruk
terhadap sesama umat manusia karena memfitnah sesorang tanpa ada
bukti merupakan perbuatan dosa.
Data 2 “Lihat-lihat rumah, Mas, ditawarin berapa?” Tanya perempuan gemuk pemilik warung itu. “Selama ini ditawarin berapa, Bu?” jawabku malas. “Ditawarin, murah juga nggak ada yang mau, ada hantunya,” kata perempuan itu. “Hantu?” tanyaku. “Iyaa… dulu istri pemilik gila, apa lagi yang bikin gila kalau bukan hantu jin,” jelas perempuan itu. “kata orang kampung , suaminya kawin lagi, terus dia gila, orang sini, mana ada yang mau membelirumah itu, biar pun dijual dengan harga murah.” (Ibuku Tidak Gila hal 76)
Pada data 2 dapat dilihat dipengalang pada kalimat ““Iyaa… dulu istri
pemilik gila, apa lagi yang bikin gila kalau bukan hantu jin,” jelas perempuan
itu. “kata orang kampung , suaminya kawin lagi, terus dia gila, orang sini,
mana ada yang mau membelirumah itu, biar pun dijual dengan harga
murah”.
73
Data diatas menggambarkan seseorang yang hanya melihat dari luar
permasalahan, ibu tersebut hanya bercerita tentang apa yang mereka
dengar dari tetangga tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Cerita
yang tidak benar pun terjadi terutama cerita tetang Jin dan perselingkuhan.
Hal ini banyak terjadi di kehidupan sekarang, banyak orang selalu
memfitnah seseorang tanpa tanpa melihat hal yang sebenarnya. Contoh
kecil ibu yang ada di sekitar lingkungan kita, banyak ibu-ibu memfitnah
tetangganya. Selalu bercerita tanpa ada bukti.
Data 3 “Maaf sebelumnya , Wa. Menurutku, semua masalah ini berkaitan dengan Mama. Ibu tahu kalau Ayah menjalin hubungan dekat dengan sekretarisnya, yaitu Mama. Pasti saat itu, saat yang amat menekan perasaannya, apalagi dia sedang mengandung anak perempuannya, dan kemudian kehilangan dia. Karena itulah Ibu sangat terikat dengan adikmu itu, dia muncul didunia saat hidupnya sedang tertekan dan penuh penderitaan batin. Sebetulnya pasti Ibu ingat kalau punya anak laki-laki, tetapi karena kamu lahir pada masa-masa penuh kebahagian, jadi tidak ada kesan istimewa terhadapmu.” (Ibuku Tidak Gila hal 130) Data 4 Ayah benar-benar bungkam. Pikiranku semakin liar. Atau mungkin kegilaan Ibu ini karena Ayah berselingkuh dengan Mama? Ibu tidak tahan dengan apa dilakukan Ayah sehingga stress berkepanjangan. Kalau memang demikian, ayalah yang harus dipersalahkan untuk semua kondisi ibu. Mungkin itu yang menjadi penyebab karena Ayah tidak mau menengok Ibu. Karena rasa bersalah Ayah terlalu besar. (Ibuku Tidak Gila hal 132). Data 5 “Semenjak Ayah menikah lagi, dan Ibu menjadi gila, pasti keluarga Ibu marah, dan menganggap Ayah berhianat…..” (Ibuku Tidak Gila hal 145) Data 6 “Kalau perempuan sundel itu tidak mmerebut Ayahmu, kejadiannya pasti tak akan seperti ini,” katanya lagi. Aku kanget. Dan berpandangan dengan Arra yang sejak tadi hanya diam saja. “Maksudnya?” “Ya Ibu tirimu itu…”
74
“Mama Gina?” “iya siapa lagi…” “Apakah menurut Bude, Ibu seperti sekarang, karena Mama Gina?” tanyaku. “Apalagi, tak ada yang lebih menyakitkan bagi seorang perempuan selain perselingkuhan,” gerutu Bude bercucuran air mata. (Ibuku Tidak Gila hal 155) Data 7 Aku segera masuk ke kamar dan mencoba menghindari Mama. Hatiku tidak karuan, dan aku terus kepikiran kalau mama adalah salah satu sumber yang membuat aku harus kehilangan Ibuku. Jadi buat apa dia merayuku lagi. Aku tak tahu apa yang sebenarnya di pikiran perempuan ini. Dia begitu bagus memerankan sebagai my step mom, tetapi dia sebetulnya tak lebih busuk dari sampah. (Ibuku Tidak Gila hal 161) Data 8 “Peernah Ibu bercerita tentang perempuan itu?” ulangku. “Pernah, hanya di telpon,” katanya pendek. “Apa yang dikatakan Ibu?” “Dia cemburu pada seorang perempuan yang dekat dengan Gandi…” “Siapa perempuan itu?” “Pastilah Mamamu,” “Oh… Bude betul, siapa lagi kalau bukan Mama Gina?1” (Ibuku Tidak Gila hal 214) Data 9 Aku memandangi wajah cantik yang mulai menua itu. Sesederhana itu dia menimpali nilai burukku. Apaka mereka tidak punya hati, di piker semua nilai buruk ini karena aku tak mampu. Semua ini karena perselingkuhan dengan Ayah, yang membuat Ibuku kehilngan pegangan. Dan sekarang setelah berhasil merebut hati Ayah, sudah bahagia bersama Ayah, seakan menutup mata pada kekecewaan yang menimpaku, karena keadaan Ibu. (Ibuku Tidak Gila hal 238).
Pada data 3 dapat dilihat di penggalan pada kalimat “Ibu tahu kalau
Ayah menjalin hubungan dekat dengan sekretarisnya, yaitu Mama”. Pada
data 4 dapat dilihat dari penggalan pada kalimat “Atau mungkin kegilaan
Ibu ini karena Ayah berselingkuh dengan Mama? Ibu tidak tahan dengan
apa dilakukan Ayah sehingga stress berkepanjangan”. Pada data 5 dapat
dilihat dipenggalan pada kalimat ““Semenjak Ayah menikah lagi, dan Ibu
75
menjadi gila, pasti keluarga Ibu marah, dan menganggap Ayah berhianat”.
Pada data 6 dapat di lihat dipenggalan pada kalimat “Apalagi, tak ada yang
lebih menyakitkan bagi seorang perempuan selain perselingkuhan,” gerutu
Bude bercucuran air mata”. Pada data 7 dapat dilihat dari penggalan pada
kalimat “mama adalah salah satu sumber yang membuat aku harus
kehilangan Ibuku”. Pada data 8 dapat dilihat dari penggalan pada kalimat
““Dia cemburu pada seorang perempuan yang dekat dengan Gandi…”
“Siapa perempuan itu?” “Pastilah Mamamu,”. Pada data 9 dapat dilihat dari
penggalan pada kalimat “Dan sekarang setelah berhasil merebut hati Ayah,
sudah bahagia bersama Ayah, seakan menutup mata pada kekecewaan
yang menimpaku, karena keadaan Ibu”.
Data 3,4,5,6,7,8, dan 9 menggambarkan bahwa penyebab kegilaan
Ibu Dewa semua kesalahan mengarah kepada Gina yang sekarang
sebagai Ibu tiri Dewa. Gina yang dulunya bekerja dikantor Ayah sebagai
sekretaris. Dengan status janda dan menikah dengan Ayah Dewa , Gina
semakin disudutkan dengan tuduhan perebut suami orang dan juga
penyebab kegilaan ibu Dewa. Semua orang telah menganggap Gina
penyebab dari semua kejadian yang telah terjadi.
Di dalam rumah tangga terdapat berbagai cobaan, salah satu
cobaan yang biasa terjadi di dalam rumah tangga adalah hadirnya orang
ketiga, kedekatan seseorang belum tentu jadi selingkuhan seperti
kedekatan Gandi dengan Gina hanya sebatas rekan kerja. Gina adalah
sekretaris Gandi, tugas sekretaris adalah mengurus semua berkas yang
bersangkutan dengan pimpinan, kedekatan Gina dan Gandi hanya sekedar
rekan kerja tetapi kedekatan itu memunculkan fitnah diantara mereka.
76
Dengan kedekatan itu tuduhan perselingkuhan pun antara Gandi dan Gina.
Orang-orang semakin menyudutkan Gina pada saat Gina dan Gandi
melangsungkan pernikahan, padahal cerita yang sebenarnya tidak seperti
itu, pernikahan mereka terlaksanakan karena rasa kasihan Gandi terhadap
Dewa.
c. Dendam
Dendam adalah sifat marah yang tidak terlampiaskan atau
tersalurkan sehingga di dalam hatinya selalu berkeinginan untuk
membalas perbuatan orang lain tersebut. Sifat pendendam sangat dibenci
oleh Allah. Dendam juga bisa diartikan Dendam berarti berkeinginan keras
untuk membalas kesalahan atau kejahatan. Orang yang berkeinginan
untuk membalas kesalahan atau kejahatan orang lain terhadap dirinya
disebut pendendam. Dendam merupakan sifat yang berbahaya dan
merugikan diri sendiri, keluarga maupun orang lain (Alvina, 2012).
Data 1 Sekarang pelukan itu melemah. Dan ibu berganti menatap dengan tajam. Aku menggeser dudukku. Dia kemudian beralih mengejarku dengan geram. Saat ibu bergerak kearahku, perwat itu menangkapnya. Lalu membekapnya, dan membawanya masuk kamar. Dalam seretan itu, Ibu tak berhenti memandangku dengan sorot mata amarah. (Ibuku Tidak Gila hal 32). Data 2 Tetapi kemudian diletakkannya sepasang sepatu itu diatas meja. Dan mengejarku dengan berani. Dia memukuli aku dan terus marah-marah meraung-raung tidak karuan. Aku meringkuk, dan berdiam
77
ditempat. Menutupi kepalaku dengan dua tanganku. Ibu terus memukuli aku dengan liar. dan dua perawat itu segera menariknya dariku. Dia mundur dan memungut dua sepatu kecil itu lagi. (Ibuku TIdak Gila hal 108) Data 3 “Aku sangat membenci Dewa, karena Dewa telah membunuh Dewi, Dewi putriku yang sangat cantik seperti boneka” (Ibuku tidak Gila hal 279). Data 4 Setelah pemakaman usai, Ibu tak pernah berani bertemu Dewa. Setiap bertemu DEwa, hatinya terbakar dan ingin memalingkan diri darinya. Anak itu telah menghilangkan nyawa adiknya, anak perempuan kesayangannya. (Ibuku Tidak Gila hal 287). Data 5 “Ya, aku berusaha berfikir seperti itu, untuk menyenangkanku, tetapi tak sanggup untuk membunuh rasa kesedihan yang ada di dalam hatiku, aku benar-benar kehilngan, sedih, dan tak tahu harus bagaimana,” kata Ibu. “Lalu kenapa Ibu menyerangnya?” “Waktu itu hanya berfikir, kematian harus dib alas kematian”. (Ibuku Tidak Gila hal 288). Data 6 “Ibu membenciku?” “Ya, setelah kematian Dewinta, Ibu berubah sikapnya terhadapmu. Bila melihatmu, dia seperti menjadi monster yang menakutkan. Kayaknya tinggal menelanmu saja, mungkin karena persaan terlalu kehilangan. (Ibuku Tidak Gila hal 300). Data 7 “Ibu siuman dari pingsannya. Kamu sedang berceloteh sambil bemain dengan mobil-mobilmu. Tiba-tiba Ibu mendatangimu dan mendorongmu kuat-kuat. Semua diruangan itu kaget. Ayah langsung ke arahmu, mengangkat tubuhmu yang tergeletak dilantai. Lalu secepatnya Ayah keluar kamar bersamamu. Pak Roso dan Yuk Sum, menghalangi Ibumu ketika terus berusaha mengejarmu. Sejak saat itu, Ibu selalu menyerangmu dan menyakitimu. (Ibuku Tidak Gila hal301-302).
Pada data 1 dapat dilihat di penggalan pada kalimat “Dalam seretan
itu, Ibu tak berhenti memandangku dengan sorot mata amarah”. Data 2
dapat dilihat dari penggalan pada kalimat “Dia memukuli aku dan terus
marah-marah meraung-raung tidak karuan. Aku meringkuk, dan berdiam
78
ditempat. Menutupi kepalaku dengan dua tanganku. Ibu terus memukuli aku
dengan liar”. pada data 3 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat ““Aku
sangat membenci Dewa, karena Dewa telah membunuh Dewi”. Pada data
4 dapat dilihat dipenggalan pada kalimat “Setiap bertemu DEwa, hatinya
terbakar dan ingin memalingkan diri darinya”. Pada data 5 dapat dilihat dari
penggalan pada kalimat “Waktu itu hanya berfikir, kematian harus dib alas
kematian”. Pada data 6 dapat di lihat dari penggalan pada kalimat “dia
seperti menjadi monster yang menakutkan. Kayaknya tinggal menelanmu
saja, mungkin karena persaan terlalu kehilangan”. Pada data 7 dapat dilihat
dari penggalan pada kalimat “Tiba-tiba Ibu mendatangimu dan
mendorongmu kuat-kuat”.
Data 1,2,3,4,5,6, dan 7 menggambarkan seorang ibu yang dendam
terhadap anak kandungnya sendiri. Dendam terhadap Dewa selalu timbul
setiap melihat muka Dewa. Dewa dianggap telah membunuh putri
kesyangannya. Dari kejadian itu, ibu Dewa selalu menyalahkan Dewa dan
menaruh dendam terhadap Dewa. Ibu Rina tidak menerima putri
kesayangannya di bunuh dan dia berfikir kalau nyawa harus dibalas dengan
nyawa. Rasa sakit hati dan kesal yang terpendam sehingga dendam itu
masih tersimpan didalam hati sampai bertahun-tahun. Dendanya terhadap
anaknya sendiri. Dendam itu muncul pada saat Dewa membunuh adiknya
sendiri.
Membunuh adalah menghilangkan nyawa seseorang, melakukan
pembunuhan baik yang tidak disengaja atau pun yang disengaja selalu
mendapatkan hukuman di mata hukum. Dendam tidak akan
menyelesaikan masalah, malah masalah akan selalu datang apa bila kita
79
menaruh dendam, sifat dendam adalah sifat yang di miliki setan dengan itu
perasaan dendam tidak usah di tanamkan didiri kita karena sifat dendam
akan menimbulkan masalah baru. Semua kejadian harus kita petik
hikmanya saja dan harus ada rasa ikhlas agar perasaan dendam itu tidak
muncul didiri kita. semua kejadian sudah di atur oleh Allah. Umatnya hanya
bisa menjalankan.
Data 8 Rina disidang. Kemudian dihukum, tidak boleh keluar dari kamar mandi sampai beberapa jam. Entah mengapa ada semacam dendam Rina terhadap kakanya Sri. Bukan hanya karena telah mengadukan semua kesenangannya kepada bapak dan ibu, tetapi mereka memang tak saling cocok. (Ibuku Tidak Gila hal 192-193). Data 9 Rasanya tidak tahan berada di rumah Eyang Kakung, yang penuh dengan misteri dan hawa kurang enak. Suami istri yang sudah tua yang sudah pikun, dan merepotkan itu, mungkin sedang harus menerima karma-nya. Hanya bisa duduk dan memandangi sekitar, tanpa bisa apa-apa. Bahkan bicara pun sudah tidak mampu. (Ibuku Tidak Gila hal 214) . Data 10 Ibu menoleh padaku. Matanya tajam kearahku. Aku mundur ketakutan. Dua perawat yang menemani segera bersiaga. Tetapi kemudian dia menoleh kearah lain lagi. Aku melihat ada amarah. Mungkin karena mendengar nama-nama itu. Aku membuka tasku , dan mengeluarkan foto tiga bersaudara itu. Aku berdiri kearah Ibu memandang, dan menunjukkan foto itu kepadanya. Sekilas dia melihat, lalu menoleh kearah yang lain. Aku mengikutinya. Dan dia terus berpaling dari foto itu. “Ibu ingat mereka?” tanyaku. “Ini foto tiga serangkai, putri Eyang Harlan…” Dia tak bergeming. Lalu aku letakkan foto itu di atas meja. Tiba-tiba Ibu mengarahkan pandangannya ke meja. Lalu tanpa terduga, dia menuding salah satu gadis di foto itu dengan marah. Telunjuknya diacukan ke foto Bude Sri. “jahat…jahat…jahat…” (Ibuku Tidak Gila hal 223-224).
80
Pada data 8 dapat dilihat penggalan pada kalimat “Entah mengapa
ada semacam dendam Rina terhadap kakaknya Sri”. Pada data 9 dapat di
lihat penggalan pada kalimat “Suami istri yang sudah tua yang sudah pikun,
dan merepotkan itu, mungkin sedang harus menerima karma-nya. Hanya
bisa duduk dan memandangi sekitar, tanpa bisa apa-apa. Bahkan bicara
pun sudah tidak mampu.”. pada data 10 dapat dilihat penggalan pada
kalimat “Ibu mengarahkan pandangannya ke meja. Lalu tanpa terduga, dia
menuding salah satu gadis di foto itu dengan marah. Telunjuknya diacukan
ke foto Bude Sri. “jahat…jahat…jahat…”.
Data 8,9, dan 10 menggambarkan Rina juga menaruh dendam
terhadap Sri, Sri adalah kaka kandung Rina. Rina sangat membenci Sri
karena Sri adalah gadis yang membuatnya di pukuli oleh Ayahnya. Dendam
terhadap Sri masih tersimpan di hatinya walaupun sudah berpuluh-puluh
tahun tidak bertemu. Dengan melihat foto Sri saja, Rina mencaci maki foto
tersebut dengan jari telunjuk mengarah kepada foto Sri.
Kebencian seseorang bisa menimbulkan perasaan dendam. Jangan
berlarut-larut dalam sifat seperti itu karena bisa menjerumuskan kejalan
sesat seperti melakukan apa saja agar perasaan dendamnya itu terbalas.
Kejadian seperti ini banyak terjadi, sehingga banyak terjadi pembunuhkan
di sebabkan sifat dendam.
B. Pembahasan
Sastra merupakan bagian dari karya seni. Keduanya merupakan
unsur integral dari kebudayaan, dan usianya sudah sangat tua. Kehadiran
kedua unsur tersebut hampir bersamaan dengan kehadiran manusia di
muka bumi ini, karena karya sastra diciptakan dan dinikmati oleh manusia.
81
Sastra telah menjadi bagian dari pengalaman hidup manusia dari segi
aspek penciptaannya yang mengekspresikan pengalaman batinnya ke
dalam karya sastra. Dalam sebuah karya sastra seperti novel Ibuku tidak
Gila Karya Anggie D Widowati terkandung nilai moral.
Hasbullah (2005:194). menyatakan bahwa, moral merupakan
kemampuan seseorang membedakan antara yang baik dan yang buruk.
Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk
mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik
buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, dan apa yang harus
dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam
masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi orang itu ,
masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar.
Uzey (2009: 2) berpendapat bahwa nilai moral adalah suatu bagian
dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk dari
manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai
adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan
manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan
kita sehari-hari. Dalam menganalisis novel tersebut peneliti menggunakan
teori hermeneutik. Hermenetik menurut pandangan kritik sastra ialah
sebuah metode untuk memahami teks yang diuraikan dan diperuntukkan
bagi penelaah teks karya sastra. Hermenetik cocok untuk membaca karya
sastra karena dalam kajian sastra apa pun bentuknya berkaitan dengan
suatu aktivitas yakni interpretasi (penafsiran), kegiatan aspresiasi sastra
dan kritik sastra , pada awal dan akhir nya.bersangkutpaut dengan karya
sastra yang harus diinterpretasi dan dimaknai. Semua kegiatan kajian
82
sastra-terutama dalam prosesnya pasti melibatkan peranan konsep
hermeneutic. Oleh karena itu, hermeunetik menjadi hal yang prinsip dan
tidak mungkin diabaikan. Atas dasar itulah hermeneutic perlu
diperbincangkan secara konprehensif guna memperoleh pemahaman yang
memadai.
Kajian sastra, apapun bentuknya, berkaitan dengan suatu aktivitas
yakni interpretasi (penafsiran). Kegiatan aspresiasi sastra dan kritik sastra,
pada awal dan akhirnya, bersangkutpaut dengan karya sastra yang harus
diinterpretasi dan dimaknai. Semua kegiatan kajian sastra terutama dalam
prosesnya pasti melibatkan peranankonsep hermeneutic. Oleh karena itu,
hermeneutik menjadi hal yang prinsip dan tidak mungkin diabaikan. Atas
dasar itulah hermeneutik perlu diperbincangkan secara konprehensif guna
memperoleh pemahaman yang memadai.
Berdasarkan hasil analisis pada novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie
D Widowati ditemukan penggambaran nilai moral seperti moral baik dan
moral buruk/tidak baik.
Nilai moral baik pertama dalam novel Ibuku Tidak Gila yaitu
kejujuran. Jujur adalah sebuah kata yang indah didengar, tetapi tidak
seindah mengaplikasikan dalam keseharian. Tidak pula berlebihan, bila ada
yang mengatakan “jujur” semakin langka dan terkubur, bahkan tidak lagi
menarik bagi kebanyakan orang. Semua orang paham akan maknanya,
tetapi begitu mudah mengabaikannya. Yang lebih berbahaya lagi adalah
ada orang yang ingin dan selalu bersikap jujur, tapi mereka belum
sepenuhnya tahu apa saja sikap yang termasuk kategori jujur.(Dede: 2014).
Jujur memng sulit karena banyak menyakitkan tetapi jujur adalah tiang dari
83
sebuah kepercayaan, didalam cerita novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D
Widowati menceritakan kejujuran seorang ayah terhadap anaknya,
kejujuran itu di ungkapkan pada saat Dewa beranjak Dewasa. Orang tua
Dewa beranggapan kalau Dewa bisa menerima kenyataan yang telah
terjadi di masa lalunya.
Nilai moral baik kedua dalam novel Ibuku Tidak Gila yaitu kesabaran,
kesabaran dalam novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D Widowati adalah
seorang anak yang selalu sabar dalam menghadapi masalah yang terjadi di
keluarganya. Dengan kesabaran Dewa dalam menjalani kehidupan orang
tua kandungnya yang di rawat di Rumah Sakit Jiwa. Walau pun ibu
kandung Dewa tidak pernah mengingat tentang dirinya tapi Dewa tetap
sabar menghadapi kenyataan hidupnya yang sudah terjadi. Seperti halnya
dengan menempuh pendidikan di bangku perkuliahan, mahasiswa harus
berjuang dalam menempuh pendidikan karena sebagai Sarjana Strata Satu
memang harus-harus belajar untuk mendapatkan hasil yang baik.
Nilai moral baik ketiga dalam novel Ibuku Tidak Gila yaitu
kepercayan, Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat
seseorang menganggap suatu premis yang benar. Kepercayaan terhadap
seseorang bukan dilihat dari luar pribadinya tetapi kepercayaan juga dilihat
dari kepribadian seseorang, seseorang biasanya mempercayai karena
kedekatan seseorang. Tetapi itu semua bukan jaminan seseorang untuk
mempercayai karena banyak terjadi dikehidupan seseorang sudah dekat
tetapi kepercayaan itu belum tumbul dihatinya. Seperti cerita dalam novel
Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D Widowati, Dewa mempunyai kekasih yang
bernama Bila, tetapi Dewa tidak pernah percaya kepada Bila, Dewa tidak
84
berani untuk menceritakan kondisi Ibu kandungnya. Walaupun Dewa sudah
mengenal Bila sudah lama tetapi Dewa belum mempercayai Bila
sepenuhnya. Beda halnya dengan Arra, Arra adalah gadis yang dia kenal
sewaktu di Rumah Sakit jiwa saat menjenguk Ibu kandungnya, Arrang
memng gadis baru yang Dewa kenal tetapi Dewa sudah menceritakan
tentang kondisi Ibu kandungnya, semua cerita tentang Ibu kandungnya
diceritakan ke Arra. Pertemuan Dewa dengan Arra memang baru tetapi
Dewa sudah mempercayai Arra sepenuhnya tanpa ada perasaan ragu.
Nilai moral baik ke empat yang terdapat dalam novel Ibuku tidak Gila
yaitu kesetian. kesetiaan adalah ketulusan, tidak melanggar janji atau
berkhianat, perjuangan dan anugerah, serta mempertahankan cinta dan
menjaga janji bersama. Kesetian seseorang muncul pada saat seseorang
saling mencintai. Dewa mencintai seseorang yang bernama Bila, mereka
menjalani hubungan sudah lama. Bila adalah gadis yang cantik dan cerdas,
banyak laki-laki yang meliriknya dan mengodanya tetapi Bila hanya
mencintai Dewa dan selalu acuh terhadap lelaki lain. Kesetian Bila terlihat
pada saat Bila di goda oleh lelaki lain tetapi Bila selalu setia terhadap
Dewa. Sama halnya dengan Ayah Dewa, walau pun dia sudah menikah
tetai dia masih mencintai istrinya yang mempunyai kalainan jiwa.
Nilai moral baik yang kelima yang terdapat di dalam novel Ibuku
Tidak Gila yaitu pengendalian diri, Di dalam kehidupan bermasyarakat.
Sehari-hari terdapat nilai norma yang berlaku secara umum serta harus
dihormati dan dijalankan sebagai warha masyarakat yang baik. Hokum pun
ada untuk mengatur warga masyarakat secara paksa untuk mengendalikan
setiap manusia yang ada di masyarakat tersebut. Dengan pengendalian
85
diri, tidak hanya pahala yang kelak dapat diraih. Pengendalian diri membuat
seseorang terbiasa menikmati keteraturan hidup, terbiasa taat, dan
meradsa bahagia ketika mampu menjalankan perintah dan menjauhi
larangan Allah subuhana wataala (Abatasa:2011). Dewa dapat
mengendalikan dirinya dalam menghadapi masalah yang terjadi di
keluarganya, walaupun Dewa harus kehilangan orang yang dia sayang
selama kuliah. Setiap permasalahn yang dihadapi selalu dia hadapi dengan
perasaan tenang. Permasalahn akan terselesaikan dengan baik kalau
permasalahan di selesaikan dengan pengendalian diri.
Nilai moral baik yang keenam yang terdapat dalam novel Ibuku Tidak
Gila yaitu penyesalan, Penyesalan adalah suatu perasaan di mana
seseorang merasa bersalah/melakukan kesalahan akan sesuatu dan ingin
kembali ke masa saat melakukan kesalahan tersebut, dan memperbaikinya
pada masa yang telah lalu (Wulandari, 2011). Penyesalan adalah perasaan
yang harus dirasakan dalam hidup. Karena dengan menyesal (bagi yang
berfikir), seseorang akan berusaha menjadi lebih baik lagi, dan
meminimalisasi kesalahan dalam hidupnya. Belajar dari kesalahan, itulah
yang akan seseorang perbuat, setelah merasa menyesal.
Dalam novel Ibuku Tidak Gila, Dewa menyesali perbuatan yang telah
dilakukan sewaktu usianya masih anak-anak, Dewi adik dari Dewa
meninggal pada usia dua tahun. Penyebab kematiannya adalah Dewa.
Setelah Dewa mengetahui kejadian tersebut, Dewa merasa menyesal dan
selalu menyalahkan diri. Sama halnya dengan Ibu kandung Dewa, Ibu
selalu menyesali keadaan yang sudah terjadi dan selalu menyalahkan diri
sendiri. Menyesal juga jangan terlalu berlarut-larut. Jangan jadikan
86
kesalahan itu beban yang sulit, tapi jadikan itu tantangan serta uji
kesabaran agar diri menjadi lebih baik lagi.
Selain menggambarkan nilai moral baik terdapat pula gambaran nilai
moral buruk/tidak baik. Nilai moral buruk/tidak baik yang terdapat dalam
novel Ibuku Tidak Gila yaitu bohong, Bohong adalah mengatakan sesuatu
yang tidak benar kepada orang lain atau tidak cocok dengan keadaan yang
sebenarnya, seperti dusta dan palsu (Suharso dan Ana Retnoningsih, 2009:
92). Jadi apabila tidak berkata jujur kepada orang lain, maka orang itu
dikatakan orang yang munafik. Didalam novel Ibuku Tidak Gila, Dewa
selalu berbohong kepada Bila setiap habis menjenguk Ibunya di rumah
sakit.
Nilai moral buruk/tidak baik yang kedua yang terdapat dalam novel
Ibuku Tidak Gila yaitu fitnah. Perkataan bohong atau mnyebarkan cerita
tanpa melihat kebenaran yang terjadi. Mama Gina di tuduh menjadi
penyebab kegilaan Ibu kandung Dewa, semua orang menyudutkan Gina
dengan tuduhan perselingkuhan selama kerja, pernikahan Gina dengan
ayah Dewa awalnya hanya dasar kasihan kepada Dewa. Tidak seperti
cerita orang-orang selama ini. Gina hanya merasa kasihan kepada Gandi
dan Dewa makanya Mama Gina menerima lamaran Ayah.
Nilai moral buruk/tidak baik yang ketiga yang terdapat dalam novel
Ibuku Tidak Gila yaitu dendam, Dendam adalah sifat marah yang tidak
terlampiaskan atau tersalurkan sehingga di dalam hatinya selalu
berkeinginan untuk membalas perbuatan orang lain tersebut. Ibu kandung
Dewa selalu menaruh dendam terhadap Dewa, setiap melihat Dewa ibu
selalu memukulinya dan tatapan matanya yang tajam seperti ingin
87
menerjam. Dendam terhadap Dewa terjadi saat Dewa melukai adik
kandungnya yang bernama Dewinta. Dewinta meninggal dengan telinga
yang pendarahan. Semenjak kejadian tersebut Ibu kandung Dewa selalu
menaruh dendam terhadap Dewa.
88
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dalam pembahasan bahwa nilai moral meliputi
nilai moral baik yaitu:
a. Kejujuran merupakan perbuatan terpuji yang semakin jarang dilakukan
oleh umat manusia, jujur memang susah untuk dijalankan tetapi kita
hanya perlu melawan kesusahan itu dengan keberanian berbuat benar
dan tidak berbohong saat melakukan apa pun.
b. Kesabaran adalah sebuah keutamaan yang menghiasi diri seorang
mukmin, karena seseorang mampu mengatasi berbagai kesusahan dan
tetap berada dalam ketaatan kepada Allah meskipun kesusahan dan
cobaan itu begitu dahsyat.
c. Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat seseorang
menganggap suatu premis yang benar.
d. Kesetiaan adalah ketulusan, tidak melanggar janji atau berkhianat,
perjuangan dan anugerah, serta mempertahankan cinta dan menjaga
janji bersama.
e. Pengendalian diri di dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari
terdapat nilai dan norma yang berlaku secara umum serta harus
dihormati dan dijalankan sebagai warga masyarakat yang baik. Hukum
pun ada untuk mengatur warga masyarakatnya secara paksa untuk
mengendalikan setiap manusia yang ada di masyarakat tersebut.
89
f. Penyesalan adalah perasaan yang harus dirasakan dalam hidup. karena
dengan menyesal (bagi yang berfikir), seseorang akan berusaha
menjadi lebh baik lagi dan meminimalisasi dalam hidupnya. Belajar dari
kesalahan, itulah yang akan diperbuat seseorang setelah menyesal.
Rasa menyesal adalah rasa yang wajib dirasakan.
Nilai moral buruk/tidak baik meliputi yaitu:
a. Bohong adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang
lain. Jadi apabila tidak berkata jujur kepada orang lain, maka orang itu
dikatakan orang yang munafik.
b. Fitnah adalah menuduh seseorang tanpa melihat bukti.
c. Dendam adalah perasaan amarah untuk membalas.
B. Saran
Berdasarkan hasil yang telah dicapai dalam penelitian ini, maka
penulis menganggap perlu untuk menyampaikan beberapa saran. Saran
tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan pembaca dalam
mengapresiasi novel pada masa yang akan datang. Adapun saran tersebut
sebagai berikut:
a. Penelitian ini merupakan penelitian yang pertama terhadap novel Ibuku
Tidak Gila Karya Anggie D Widowati. Oleh karena itu, Peneliti
mengharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk mengkaji novel ini dari
pendekatan lain sehingga mampu menonjolkan keunggulan novel ini
dari segi yang lain.
b. Bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
hendaknya melestarikan sastra dan mengembangkannya melalui
pendekatan moral maupun pendekatan lainnya.
90
c. Bagi penikmat sastra, bacalah sastra dengan menghayati dan
memahami apa yang ingin disampaikan pengarang dalam karyanya.
91
DAFTAR PUSTAKA
Abatasa, 2011. “Tips Pengendalian Diri”. Http://com/pustaka/detail/tips/529/. Rabu 21 januari 2015.
Admin. 2014. “Kesetian dan Renungan”. Http://www.jasadesainwebsit.net. Rabu 21 Januari 2015.
Alvina, 2012. “Pengertian Dendam”. Http://www.abna24.com. Rabu 21 januari 2015.
Alwi, Hasan. dkk. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Amin, Machamad. 1996. Dasar-dasar PAI. Semarang: IKIP Semarang Press.
Aminuddin. 2010. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru Algensindo
Azis, S.A.2011. a. Apresiasi Sastra dan Kajian Prosa Fiksi.. Surabaya. Bintang
Azis, S.A. 2011. b. Kritik Sastra. Surabaya: Bintang.
Badudu, J. S. 1984. Sari Kasusastraan Indonesia 2. Bandung: Pustaka Prima
Baharuddin. 2008. Analisis Nilai Moral dalam Novel Ibuku Tidak Gila Karya Anggie D. Widowati. Skripsi: FKIP: Unismuh.
Biyantari. A.L. 2011.” Aspek Moral dalam Novel Harimau! Harimau! Karya Mochtar Lubis”: http://etd.eprints.ums.ac.id. Rabu 21 Januari 2015.
Brief. 2014. “Pemaaf dan Sabar”. http://www.abna.facebook.com. Diakses tanggal 21 Januari 2015.
Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Dede. 2014. Kejujuran. http://tentangpr.blogspot.com. Rabu 21 Januari 2015.
Faruk. 1994. Pengantar Sosiologi Sastra: Dari Struktur Genetik ke Post Modernisme. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
92
Firdaus, Zulfahtur, Z. 1985. Analisis dan Rangkuman Bacaan Sastra. Jakarta: Universitas Terbuka.
Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hendy, Zaidan. 1993. Kasusastraan Indonesia Warisan yang Perlu Diwariskan 2.Bandung: Angkasa.
Kamaruddin. 2007. Analisi Nilai Moral Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur. Skripsi. FKIP: Unismuh
Kalbuaji, Bharata. 2009. Catatan Sastra. http://www.catatan-sastra.110mb.com . Rabu 21 Januari 2015.
Kohlberg, L. 1977. The Cognitive-Developmental Approach to Moral Education. Dalam Hass Gilen (ed). Curiculum Planning: A New Approach (2 nd ed) Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Moleong, Lexy, J. 1984. Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Remaja karya.
Munib, Achmad., dkk. 2004. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT UNNES Press.
Nensilianti, 2004. Teori Sastra Sebuah Konsep Dasar dalam Mempelajari Sastra. Makassar: UNM FBS
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Oktava. 2011. “Bentuk-bentuk Moral”. http://re-searchenines.com. Rabu 21 Januari 2015.
Poerwadarminta, W. J. S. 1992. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Pradopo, Rachmad Djoko. 1994. Beberapa Teori Sastra, Metode, Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ramambay, 2011. “Pengertian Sabar dan Macam-macamnya”. Http://rumambay.com. Rabu 21 januari 2015.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Penelitian Sastra, Teori, Metode, dan Teknik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Salam, B.2000. Etika Individual. Jakarta: Rineka Cipta
Sayuti, Sri. dkk. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media.
93
Semi, M .Atar. 1988. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.
Semi, M Atar. 1993. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Setiadi, M. Elly. 2006..Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.
Siswantoro. 2010. Analisis Pisikologis. Surakarta : Muhammadiyah University Press.
Soekanto, Soerjono. 1983. Pribadi dan Masyarakat (Suatu Tujuan dan Sosilogis).Bandung: Alumni.
Soemardjo, Jakob. 1982. Masyarakat dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: CV. Nur Cahaya
Soemardjo, Jakob. dkk. 1988. Apresiasi Kesastraan. Jakarta: Gramedia.
Sudjiman, Panuti. 1998. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sudjiman, Panuti. 1984. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Suyitno. 1986. Sastra, Tata Nilai, dan Eksegesis. Yogyakarta: Anindita.
Suyuti, A Suminto. 1993. Dasar-dasar Analisis Fiksi. Yogyakarta: LP3ES.
Tarigan, Henry Guntur. 1995. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung:Angkasa.
Uzey. 2009. “Macam-macam Nilai”. http://uzey.blogspot.com. Tanggal 21 Januari 2015.
Wulandari, Amira. 2011. “Pengertian Ibadah dalam Islam”. Http://abuafif.wordpress.com. Rabu 21 januari 2015.
Yunus, Umar. 1989. Stilistik: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik, dan Kiat.
Yogyakarta: Unit Penerbitan Sastra Asia Barat Zulfahnur, Z.F. dkk. 1996. Teori Sastra. Jakarta: PT. Gramedia.
94
RIWAYAT HIDUP
WAHYUNI HASBUL, dilahirkan di Bone Sulawesi
Selatan, pada tanggal 04 Desember 1990. Penulis
merupakan anak kedua dari dua orang bersaudara
dari pasangan Ayahanda Bullah dan Ibunda Sitti
Hawiyah.
Pada tahun 1996 penulis mulai menginjakkan kaki di dunia
persekolahan tepatnya di SD Inpres Tanapangkaya Kecamatan
Bontolempangan Kabupaten Gowa dan tamat tahun 2001, kemudian
penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Sungguminasa
Kabupaten Gowa dan tamat pada tahun 2004, kemudian melanjutkan
kejenjang pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1
Sungguminasa Kabupaten Gowa dan tamat 2007. Tahun 2007 penulis
melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi untuk meraih gelar sarjana di
Universitas Muhammadiyah Makassar mengambil jurusan PGSD.
Tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi
untuk meraih gelar Magister Pendidikan di Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Top Related