Download - Model Kirkpatrick Dan Aplikasinya

Transcript
Page 1: Model Kirkpatrick Dan Aplikasinya

MODEL KIRKPATRICK DAN APLIKASINYA

(Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dari Mata Kuliah:

Dasar-Dasar Evaluasi Kebijakan)

Dosen Pengampu: Mami Hajaroh, M. Pd.

Disusun Oleh:

1.      Ali S. T.           10110241004

2.      Dita P.             10110241018

3.      Rini S.              10110241019

4.      Hanif H.           10110241020

KEBIJAKAN PENDIDIKAN

FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2011

BAB I

PENDAHULUAN

Mutu pendidikan dipengaruhi banyak faktor, yaitu siswa, pengelola sekolah (kepala

sekolah, guru, staf, dan dewan/komite sekolah), lingkungan (orangtua, masyarakat, dan sekolah),

kualitas pembelajaran, dan kurikulum (Suhartoyo, 2005:2). Hal senada juga dikemukakan oleh

Mardapi (2003:8) bahwa usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui

peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaian. Keduanya saling terkait, sistem

pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Selanjutnya sistem

penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan

memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik.

Salah satu faktor yang penting untuk mencapai tujuan pendidikan dengan demikian

adalah proses pembelajaran yang dilakukan, sedangkan salah satu faktor penting untuk

efektivitas pembelajaran adalah faktor evaluasi baik terhadap proses maupun hasil pembelajaran.

Page 2: Model Kirkpatrick Dan Aplikasinya

Evaluasi dapat mendorong siswa untuk lebih giat belajar secara terus menerus dan juga

mendorong guru untuk lebih meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta mendorong

sekolah untuk lebih meningkatkan fasilitas dan kualitas manajemen sekolah.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang

tidak hanya mampu mengajar dengan baik tetapi juga mampu melakukan evaluasi dengan baik.

Kegiatan evaluasi sebagai bagian dari program pembelajaran perlu lebih dioptimalkan. Evaluasi

tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar, tetapi juga perlu penilaian terhadap input,

output, maupun kualitas proses pembelajaran itu sendiri. Optimalisasi sistem evaluasi menurut

Mardapi (2003:12) memiliki dua makna, yaitu 1) sistem evaluasi yang memberikan informasi

yang optimal dan 2) manfaat yang dicapai dari evaluasi. Manfaat yang utama dari evaluasi

adalah meningkatkan kualitas pembelajaran dan selanjutnya akan terjadi peningkatan kualitas

pendidikan.

Bidang pendidikan ditinjau dari sasarannya, evaluasi ada yang bersifat makro dan ada

yang mikro. Evaluasi yang bersifat makro sasarannya adalah program pendidikan, yaitu program

yang direncanakan untuk memperbaiki bidang pendidikan. Evaluasi mikro sering digunakan di

tingkat kelas, khususnya untuk mengetahui pencapaian belajar peserta didik. Pencapaian belajar

ini bukan hanya yang bersifat kognitif saja, tetapi juga mencakup semua potensi yang ada pada

peserta didik. Jadi sasaran evaluasi mikro adalah program pembelajaran di kelas dan yang

menjadi penanggungjawabnya adalah guru (Mardapi, 2000:2).

Konteks program pembelajaran di sekolah menurut Mardapi (2003:8) bahwa

keberhasilan program pembelajaran selalu dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa. Di sisi

lain evaluasi pada program pembelajaran membutuhkan data tentang pelaksanaan pembelajaran

dan tingkat ketercapaian tujuannya. Keberhasilan program pembelajaran selalu dilihat dari aspek

hasil belajar, sementara implementasi program pembelajaran di kelas atau kualitas proses

pembelajaran itu berlangsung jarang tersentuh kegiatan penilaian.

Perkembangan bisnis dan persaingan antar organisasi dewasa ini bergerak dengan cepat

dan dinamis. Program pelatihan dan pengembangan (training and development) sebagai bagian

integral dari proses pengembangan SDM menjadi penting dan strategis dalam mendukung visi

dan misi organisasi. Untuk menjamin kualitas penyelenggaraan program pelatihan, maka

diperlukan suatu fungsi kontrol yang dikenal dengan evaluasi. Evaluasi pelatihan memiliki

fungsi sebagai pengendali proses dan hasil program pelatihan sehingga akan dapat dijamin suatu

program pelatihan yang sistematis, efektif dan efisien. Evaluasi pelatihan merupakan suatu

proses untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam program pelatihan.

Evaluasi pelatihan lebih difokuskan pada peninjauan kembali proses pelatihan dan menilai hasil

pelatihan serta dampak pelatihan yang dikaitkan dengan kinerja SDM.

Page 3: Model Kirkpatrick Dan Aplikasinya

Stufflebeam dan Guba (1974) mengemukakan bahwa “The purpose of evaluation is to

provide information to aid decision making at several levels in the implementation of a

program”.

Djuju Sudjana (2006) menyatakan berbagai macam tujuan evaluasi, yaitu:

1.      Memberikan masukan untuk perencanaan program.

2.      Memberikan masukan untuk kelanjutan, perluasan, dan penghentian program.

3.      Memberi masukan untuk memodifikasi program.

4.      Memperoleh informasi tentang faktor pendukung dan penghambat program.

5.      Memberi masukan untuk motivasi dan Pembina pengelola dan pelaksana program.

6.      Memberi masukan untuk memahami landasan keilmuan lagi evaluasi program.

Page 4: Model Kirkpatrick Dan Aplikasinya

BAB II

ISI

A.    Model Evaluasi Kirkpatrick

Model evaluasi Kirkpatrick merupakan model evaluasi pelatihan yang dikembangkan

pertama kali oleh Donald L. Kirkpatrick (1959) dengan menggunakan empat level dalam

mengkategorikan hasil-hasil pelatihan. Empat level tersebut adalah level reaksi, pembelajaran,

perilaku dan hasil.

Keempat level dapat dirinci sebagai berikut:

         Reaksi dilakukan untuk mengukur tingkat reaksi yang didisain agar mengetahui opini dari para

peserta pelatihan mengenai program pelatihan.

         Pembelajaran mengetahui sejauh mana daya serap peserta program pelatihan pada materi

pelatihan yang telah diberikan.

         Perilaku diharapkan setelah mengikuti pelatihan terjadi perubahan tingkah laku peserta

(karyawan) dalam melakukan pekerjaan.

         Hasil untuk menguji dampak pelatihan terhadap kelompok kerja atau organisasi secara

keseluruha.

         Penerapan model evaluasi empat level dari Kirkpatrick dalam pelatihan dapat diuraikan dengan

persyaratan yang diperlukan sebagai berikut.

1.      Level 1: Reaksi

Evaluasi reaksi ini sama halnya dengan mengukur tingkat kepuasan peserta pelatihan.

Komponen-komponen yang termasuk dalam level reaksi ini yang merupakan acuan untuk

dijadikan ukuran. Berikut indikator-indikator dari komponen-komponen tersebut:

1.      Instruktur/ pelatih

Dalam komponen ini terdapat hal yang lebih spesifik lagi yang dapat diukur yang disebut juga

dengan indikator. Indikator-indikatornya adalah kesesuaian keahlian pelatih dengan bidang

materi, kemampuan komunikasi dan ketermapilan pelatih dalam mengikut sertakan peserta

pelatihan untuk berpartisipasi.

2.      Fasilitas pelatihan

Dalam komponen ini, yang termasuk dalam indikator-indikatornya adalah ruang kelas,

pengaturan suhu di dalam ruangan dan bahan dan alat yang digunakan.

3.      Jadwal pelatihan

Yang termasuk indikator-indikator dalam komponen ini adalah ketepatan waktu dan kesesuaian

waktu dengan peserta pelatihan, atasan para peserta dan kondisi belajar.

4.      Media pelatihan

Page 5: Model Kirkpatrick Dan Aplikasinya

Dalam komponen ini, indikator-indikatornya adalah kesesuaian media dengan bidang materi

yang akan diajarkan yang mampu berkomunikasi dengan peserta dan menyokong instruktur/

pelatihan dalam memberikan materi pelatihan.

5.      Materi Pelatihan

Yang termasuk indikator dalam komponen ini adalah kesesuaian materi dengan tujuan pelatihan,

kesesuaian materi dengan topik pelatihan yang diselenggarakan.

6.      Konsumsi selama pelatihan berlangsung

Yang termasuk indikator di dalamnya adalah jumlah dan kualitas dari makanan tersebut.

7.      Pemberian latihan atau tugas

Indikatornya adalah peserta diberikan soal.

8.      Studi kasus

Indikatornya adalah memberikan kasus kepada peserta untuk dipecahkan.

9.      Handouts

Dalam komponen ini indikatornya adalah berapa jumlah handouts yang diperoleh, apakah

membantu atau tidak.

2.      Level 2: Pembelajaran

Pada level evaluasi ini untuk mengetahui sejauh mana daya serap peserta program pelatihan pada

materi pelatihan yang telah diberikan, dan juga dapat mengetahui dampak dari program pelatihan

yang diikuti para peserta dalam hal peningkatan knowledge, skill dan attitude mengenai suatu hal

yang dipelajari dalam pelatihan. Pandangan yang sama menurut Kirkpatrick, bahwa evaluasi

pembelajaran ini untuk mengetahui peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

diperoleh dari materi pelatihan. Oleh karena itu diperlukan tes guna utnuk mengetahui

kesungguhan apakah para peserta megikuti dan memperhatikan materi pelatihan yang diberikan.

Dan biasanya data evaluasi diperoleh dengan membandingkan hasil dari pengukuran sebelum

pelatihan atau tes awal (pre-test) dan sesudah pelatihan atau tes akhir (post-test) dari setiap

peserta. Pertanyaan-pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga mencakup semua isi materi

dari pelatihan.

3.      Level 3: Perilaku

Pada level ini, diharapkan setelah mengikuti pelatihan terjadi perubahan tingkah laku peserta

(karyawan) dalam melakukan pekerjaan. Dan juga untuk mengetahui apakah pengetahuan,

keahlian dan sikap yang baru sebagai dampak dari program pelatihan, benar-benar dimanfaatkan

dan diaplikasikan di dalam perilaku kerja sehari-hari dan berpengaruh secara signifikan terhadap

peningkatan kinerja/ kompetensi di unit kerjanya masing-masing.

Page 6: Model Kirkpatrick Dan Aplikasinya

4.      Level 4: Hasil

Hasil akhir tersebut meliputi, peningkatan hasil produksi dan kualitas, penurunan harga,

peningkatan penjualan. Tujuan dari pengumpulan informasi pada level ini adalah untuk menguji

dampak pelatihan terhadap kelompok kerja atau organisasi secara keseluruhan. Sasaran

pelaksanaan program pelatihan adalah hasil yang nyata yang akan disumbangkan kepada

perusahaan sebagai pihak yang berkepentingan. Walaupun tidak memberikan hasil yang nyata

bagi perusahan dalam jangka pendek, bukan berarti program pelatihan tersebut tidak berhasil.

Ada kemungkinan berbagai faktor yang mempengaruhi hal tersebut, dan sesungguhnya hal

tersebut dapat dengan segera diketahui penyebabnya, sehingga dapat pula sesegera mungkin

diperbaiki.

Proses pengukuran dan pengumpulan data evaluasi yang lebih rinci dapat dilihat dari tabel 1

berikut:

  Tabel 1

Proses Pengukuran dan Pengumpulan Data

Level Evaluasi Deskripsi Metode Pengumpulan Data

1.      Reaksi Mengukur tingkat kepuasan peserta pelatihan terhadap program pelatihan yang diikuti.

Survai dengan skala pengukuran yaitu skala Likert.

2.      Pembelajaran Mengukur tingkat pembelajaran yang dialami oleh peserta pelatihan. Formal tes

(tertulis)

3.      Perilaku Mengukur implementasi hasil pelatihan di tempat kerja. Action Plan, observasi.

4.      Hasil Mengukur keberhasilan pelatihan dari sudut pandang bisnis dan organisasi yang

disebabkan adanya peningkatan kinerja/komtenesi peserta pelatihan. Evaluasi action plan dan

data laporan hasil kerja.

Pengukuran dan evaluasi adalah instrumen yang berguna untuk membantu menginternalisasi

hasil pelatihan. Uraian secara rinci tentang bidang kerja evaluasi yang mencakup level data,

fokus data dan kegunaan data dapat dilihat pada tabel-2 berikut ini.

  Tabel 2

Bidang Kerja Evaluasi

Bidang Evaluasi

Level Data Fokus Data Kegunaan Data

Level 1:

Page 7: Model Kirkpatrick Dan Aplikasinya

Reaksi dan atau kepuasan dan rencana tindakan Fokus pada program pelatihan, fasilitator dan

bagaimana aplikasinya. Untuk mengungkap apa yang dipikirkan peserta terhadap program –

kepuasan terhadap program pelatihan dan pelatih. Mengukur dimensi lain: rencana tindakan

peserta sebagai hasil pelatihan, bagaimana implementasi kebutuhan, program, atau proses yang

baru, bagaimana mengguna kan kapabilitas baru. Digunakan untuk menyesuaikan atau

memperbaharui isi, desain, atau pelaksanaan pelatihan. Proses dari pengembangan rencana

tindakan, mempertinggi transfer dari pelatihan tempat kerja. Data rencana tindakan dapat

digunakan untuk menentukan poin fokus untuk tindak lanjut evaluasi serta membandingkan hasil

yang ada dengan standar. Temuan ini dapat ditujukan untuk peningkatan mutu program.

Level 2:

Belajar Fokusnya adalah pada partisipan serta berbagai dukungan mekanik untuk belajar.

Mengukur pengetahuan, fakta, proses, prosedur, teknik atau keterampilan yang telah diperoleh

dari pelatihan. Mengukur hasil belajar harus objektif, dengan indikator kuantitatif mengenai

pengetahuan serta pengertian yang telah dimiliki. Data ini digunakan untuk membuat pengaturan

program, isi, desain dan pelaksanaan.

Level 3:

Aplikasi dan atau implementasi pekerjaan Fokusnya adalah pada partisipan, tempat kerja, dan

dukungan mekanis untuk mengaplikasikan hasil belajar. Mengukur perubahan perilaku pada

pekerjaan. Ini juga meliputi aplikasi spesifik dari keterampil an, pengetahuan khusus yang telah

dipelajari dalam pelatihan. Ini diukur setelah hasil pelatihan di implementasi kan di tempat kerja.

Menghasilkan data yang mengindikasikan frekuensi dan efektifitas aplikasi pekerjaan. Jika

berhasil perlu diketahui kenapa, agar dapat adaptasi pengaruh yang mendukung dalam situasi

lain. Jika tidak berhasil, perlu diketahui penyebabnya, agar dapat mengkoreksi situasi untuk mem

fasilitasi implementasi yang lain.

Level 4:

Dampak Fokus pada akibat dari proses pelatihan dalam hasil spesifik organisasi. Menentukan

pengaruh pelatihan dalam meningkatkan kinerja organisasi. Menyangkut data seperti

penghematan biaya, peningkatan hasil, penghematan waktu atau peningkaan kualitas.

Menyangkut data subjektif, seperti: kepuasan konsumen atau karyawan, penguatan pelanggan,

peningkatan dalam waktu merespon konsumen. generalisasi data ini meliputi: pengumpulan data

sebelum dan sesudah pelatihan dan penghubungannya kepada hasil dari pelatihan dan

pengukuran bisnis dengan menganalisa perhitungan peningkatan kinerja bisnis.

Page 8: Model Kirkpatrick Dan Aplikasinya

Level 5:

ROI Fokusnya ada pada keuntungan finansial sebagai hasil dari pelatihan. Merupakan hasil

evaluasi nilai finansial akibat bisnis pada pelatihan, dibandingkan dengan biaya pelatihan. Data

akibat bisnis dikonversi ke nilai finansial untuk aplikasi dalam rumus untuk menghitung Return

on investment. Ini menunjukkan hasil sesungguhnya dari program dalam batasan kontribusinya

ke tujuan perusahaan. Ini direpresentasikan sebagai nilai ROI atau Cost-Benefit Ratio, biasanya

dalam persen (%) .

Benefit Fokus pada nilai tambahan dari pelatihan dalam batasan non finansial Data yang tidak

terukur ini adalah data yang tidak perlu dikonversi dalam nilai moneter. Ini disebabkan kurang

objektifnya data sehingga sulit untuk dikonversi kedalam nilai moneter. Terkadang terlalu mahal

untuk mengkonversi data tertentu kedalam nilai moneter. Data subjektif yang timbul dalam

evaluasi akibat bisnis mungkin masuk dalam kategori ini (peningkatan kepuasan konsumen atau

karyawan, penguatan pelanggan, peningkatan dalam waktu merespon konsumen). Keuntungan

lain yang tidak terukur diantaranya: peningkatan komitmen organisasi, peningkatan kerja tim,

peningkatan pelayanan costumer, pengurangan konflik dan pengurangan stres. Seringkali data ini

berupa hal sebagai hasil postif dari pelatihan, tetapi organisasi tidak memiliki cara moneter untuk

mengukurnya. Data yang tidak terukur dalam batasan moneter tidak bisa dibandingkan dengan

biaya pelatihan, sehingga ROI pun tidak bisa ditentukan, ini menempatkan data dalam kategori

yang tidak bisa diukur.

B.     Kriteria/Standar objektif dalam evaluasi Model Kirkpatrick

1.      Masukan (anttecedents):

a.       Perekrutan siswa baru dilakukan dengan melalui seleksi one line dan harus memenuhi

persyaratan. Hasil seleksi menunjukkan rata –rata siswa yang diterima adalah siswa yang

mendapat nilai yang baik yaitu skor akademis diperoleh dengan rata – rata nilai hasil ujian

nasional atau nilai SKHU 6,0 dan seleksi tes kemampuan atau tes penerimaan siswa baru dengan

rata – rata 5,0.

b.      Guru dan instruktur

Guru memiliki latar belakang pendidikan minimal S1 atau D4 dan berpengalaman mengajar

minimal 2 tahun serta telah mengalami pengalaman diklat atau on the job training, sedangkan

instruktur minimal D3 berpengalaman dibidangnya mempunyai pengalaman membimbing

minimal 1 tahun menguasai materi latihan kerja dan strategi pembimbingan.

c.       Sarana dan prasarana

Keberadaan fasilitas dan bahan praktek harus layak antara lain:

Page 9: Model Kirkpatrick Dan Aplikasinya

  Prasarana yaitu tersedianya ruang belajar, ruang praktik, aula, lapangan olah raga, kantin, toilet.

  Sarana pendukung belajar meliputi sumber belajar (buku/ modul), media belajar (radio/ tape, TV,

OHP, LCD, Komputer) dan teknologi informasi. Bahan praktek antara lain format tiket, format

laporan, ATK, dan sebagainya.

  Pembiayaan. Sumber biaya didapat dari dana rutin, dana penunjang pendidikan, dana bantuan

oang tua, unit produksi, sharing institusi pasangan.

2.      Proses (transactions)

a.       Kegiatan pembelajaran disekolah:

Guru produktif dalam penyiapan administrasi/ bahan pembelajaran mencakup pembuatan

program pembelajaran (silabus/ RPP) berdasarkan kompetensi, penyusunan modul pembelajaran

berdasarkan kompetensi, penyusunan penilaian/ Uji kompetensi.

Guru produktif dalam kegiatanpembelajaran antaralain penguasaan materi, pendekatan

pembelajaran berbasis kompetensi (competensi based training) dengan system blok,

keterampilan menggunakan media/ metode yang bervariasi, penggunaan modul pembelajaran

berdasarkan kompetensi, penggunaan bahan/ peralatan praktek terutama computer/ software,

pemberian uji kompetensi setiap akhir pembelajaran dari setiap unit kompetensi, dan pemberian

materi remedial tes bagi siswa yang belum kompeten.

Interaksi dengan siswa, memberikan perhatian kepada siswa, memberikan umpan balik,

intensitas umpan balik.Pengelolaan praktek kerja siswa dalam hal naskah kerjasama dengan

industry penempata kerja siswa dan seminar hasil praktek kerja siswa.

b.      Kegiatan pelatihan siswa di industri (institusi pasangan).

Identitas industry tempat praktek kerja siswa dan pengalaman industry (institusi pasangan) yang

menerima siswa praktek selama 1 tahun.

c.       Latar belakang pendidikan instruktur minimal D3 atau setara, pengalaman kerja minimal 1

tahun, penguasaan materi dengan praktek kerja siswa strategi/ metode pembimbingan yang

bervariasi.

d.      Proses pelatihan kerja siswa di industri (institusi pasangan) yaitu pelaksanaan praktek kerja di

industry berdasarkan program keahlian siswa minimal empat bulan, keahlian siswa dalam

menggunakan peralatan/ bahan praktek kerja, pengisian jurnal oleh siswa dengan lengkap dari

pekerjaan yang dilatihkan sebanyak 90%dari jumlah siswa dan monitoring minimal 1x sebulan.

Page 10: Model Kirkpatrick Dan Aplikasinya

3.      Hasil (outcomes/output) antaralain:

a.       Prestasi akademik berdasarkan hasil skor Ujian Nasional (UN) yang terdiri dari tiga mata

pelajaran yaitu Bahasa Indonesia minimal 50% jumlah tamatan memperoleh nilai ≥ 7.0, Bahasa

Inggris minimal 50% jumlah tamatan memperoleh nilai ≥ 7.01, dan Matematika minimal 50%

jumlah tamatan memperoleh nilai ≥ 5. 6

b.      Ujian Nasional Komponen Produktif dengan pendekatan project work untuk mata pelajaran

produktif minimal 90% jumlah tamatan memperoleh nilai ≥ 7.0 dan mendapat sertifikat.

c.       Keterserapan tamatan di dunia kerja minimal ≥ 50% dari jumlah tamatan yang lulus uji

kompetensi sesuai dengan program keahliannya dengan tenggang waktu enam bulan.

Dilihat dari penilaian objektif tersebut maka focus dari evaluasi ini adalah:Berdasarkan

Kriteria/Standar

1.      Pada tahapan masukan (anttecedents) yang akan di evaluasi antara lain adalah prosedur

perekrutan siswa, persyaratan administrasi guru produktif, pengembangan kurikulum dengan

keterlibatan industri/ asosiasi, kalender pendidikan, ketersediaan sarana dan prasarana di sekolah

dan di industry (institusi pasangan) yang mendukung ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan

dan biaya pelaksanaan program system ganda.

2.      Pada tahapan proses (transactions) yang akan dievaluasi antaralain adalah kegiatan proses

belajar mengajar yang terdiri dari: penguasaan guru dalam penyiapan adminstrasi/ bahan

pembelajaran, penguasaan guru dalam kegiatan pembelajaran interaksi guru dan siswa,

pengelolaan praktek kerja siswa dan kegiatan pelatihan kerja di industry (institusi pasangan)

yang terdiri dari identitas, kompetensi instruktur, dan proses praktek kerja di industry (institusi

pasangan) pelaksanaan program pendidikan system ganda.

3.      Hasil (outcomes/output) yang akan dievaluasi antaralain adalah hasil ujian nasional, hasil ujian

nasional komponen produktif dengan pendekatan project work; sertifikasi dan keterserapan

tamatan di dunia kerja.

C.    Hasil Penelitian

1.      Masukan (antecedents)

Hasil-hasil analisis evaluative selanjutnya dirangkum pada case-order effect matrix menunjukkan

bahwa berdasarkan evaluasi masukan terdapat 6 aspek dan 12 sub aspek, yang telah memenuhi

standar objektif yakni 5 aspek dan 9 sub aspek, 1 sub aspek dan 1 aspek yang tidak memenuhi

standar objektif yaitu pembiayaan, 1 sub aspek yang bisa ditolerir yaitu pendidikan minimal guru

Page 11: Model Kirkpatrick Dan Aplikasinya

produtif dan 2 sub aspek yang perlu perbaikan yaitu tes wawancara dan keterlibatan industri

dalam rekruitmen siswa.

2.      Proses (transaction)

Hasil-hasil analisis evaluative selanjutnya dirangkum pada case-order effect matrix menunjukkan

bahwa berdasarkan sub evaluasi proses, 7 aspek dan 30 sub aspek. Dari 30 sub aspek ada 27 sub

aspek yang memenuhi standar objektif, 1 aspek yang tidak terpenuhi standar objektif tetapi dapat

ditolerir yaitu pengisian jurnal siswa dan 2 sub aspek yang perlu perbaikan yaitu penyusunan

naskah kerjasama dengan industry (institusi pasangan) dan penilaian praktek kerja siswa.

3.      Hasil (outcomes)

Hasil-hasil analisis evaluative selanjutnya dirangkum pada case-order effect matrix menunjukkan

bahwa berdasarkan sub evaluasi hasil, terdapat 2 aspek telah memenuhi standar objektif, 1 aspek

yang dapat ditolerir yaitu keterserapan tamatan di dunia kerja.

Page 12: Model Kirkpatrick Dan Aplikasinya

BAB III

PENUTUP

1.      Kesimpulan

a.       Antecedents (Masukan)

Pembiayaan system ganda tidak tercapai karena beban pendidikan sebesar 80% persen

diambil dari iuran pendidikan. Seharusnya sekolah mencari sumber pendanaan dari lainnya dan

tidak mengikat. Salah satunya mengembangkan unit produksi mencari sponsor baik dari alumni

ataupun dari masyarakat pada umumnya.

Perekrutan siswa perlu diperbaikikarena pada prosedur/ system seleksi masih ada yang

diterima siswa nilai ujian nasionalnya dibawah standar yang telah ditentukan dan pada tes

wawancara tidak melibatkan pihak industri untuk menentukan kelulusan seleksi untuk memberi

gambaran profil siswa yang dikehendaki oleh industry baik dari segi kognitif, efektif dan

psikomotorik.

Persyaratan administrasi guru mencapai kriteria atau standar objektif terlihat dari

latarbelakang pendidikan guru dan pengalaman guru mengajar.

Kurikulum pendidikan sistem ganda dikembangkan berdasarkan kebutuhan industry melalui

sinkronasi atau maping kurikulum.

Kalender pendidikan sistem ganda dibuat selama tiga tahun. Kalender pendidikan dibuat

sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan belajar mangajar sehingga pembelajaran berjalan

secara efektif.

Sarana dan prasarana belajar sebagai bagian pendukung yang berpengaruh baik yang

langsung maupun tidak langsung terhadap keberhasilan program pendidikan sistem ganda.

b.      Transaction (Proses)

Penguasaan guru dalam penyiapan administrasi/ bahan pembelajaran membantu siswa

sehingga menjadi lebih mudah belajar.

Ketercapaian guru dalam penguasaan kegiatan pembelajaran karena adanya dukungan yang

kuat dari Kepala Sekolah, ketersediaan fasilitas yang baik di sekolah, pengalaman diklat guru-

guru produktif terutama tentang pembelajaran competency based training (CBT) dan

competency based assessment (CBA) yang diselenggarakan oleh Makassar tourism Training

Project (MTTP) for Tourism and Travel Department-SMKN 4.

Interaksiguru dengan siswa dalam pembelajaran mencapai kriteria atau standar objektif

terlihat dari guru yang selalu memberikan perhatian dan membantu siswa ketika menghadapi

kesulitan dalam belajar.

Page 13: Model Kirkpatrick Dan Aplikasinya

Pengelolaan praktek kerja siswa mencapai kriteria atau standar objektif dalam hal

penempatan praktek kerja siswa, tetapi dalam hal naskah administrasi tidak tercapai karena ada

industry yang mau bekerja sama dengan sekolah tanpa diberikan naskah admininstrasi oleh pihak

sekolah.

Idenstitas industry mencakuptempatpraktekkerjasiswadanpengalaman industry

menerimapraktekkerjamencapaikriteriakarenasudah lama membangunkerjasamadengansekolah.

Kompetensiinstrukturmencapaikriteriaataustandarobjektifkarenahanyasatu yang

memilikilatarbelakang SMK,

tetapipadaumumnyainstruktursudahmembimbinglebihdarisatutahundanmenguasaimaterisecarapr

ofesionalsertapenguasaanstrategi yang baik.

Proses praktekkerjasiswa diindustri (institusipasangan) yang

tidakmencapaikriteriadanperludiperbaikiadalahpenilaianhasilpraktekkerja industry

karenaprosedurpenilaiantidaktepat. Hal inidisebabkanolehtidakadanyapedomanpenilain di

industri.

c.       Outcome (hasil)

Dalamketerserapanduniakerjadapatditolerirkarena industry

tidakmengenalsekolahsecaradekatdengansegalakompetensi yang dimilikisiswa.

2.      Saran

Berdasarkankesimpulandiatasdapatdikemukakanbeberapa saran sebagaiberikut:

a.       Umum, banyaknyaaspek yang mencapaikategoritinggipadasetiaptahapanevaluasi,

inimenunjukkanbahwa program PendidikanSistemGanda (PSG) pada SMKN 4 Kota Bengkulu

berhasil. Walaupunmasihterdapatbeberapa sub aspek yang perluperbaikan. Artinya,

keberhasilantersebutdapatdijadikanacuansedang yang

belumberhasildijadikanbahanpertimbanganuntukmengoptimalisasikanpelaksanaan PSG.

b.      Khusus, beberaparekomendasi yang perludiperhatikanuntukpenyempurnaan program

pendidikansistemgandasebagaiberikut:

SMKN 4 Kota Bengkulu antaralainadalah:

Sekolahperlumelibatkansecaralangsungindustridalampenerimaansiswabaru,

membuatnaskahkerjasama/ Momorandum of Undersatanding (MOU) denganindustri,

meningkatkankualifikasipendidikan guru produktif UJP, menyusun program diklat yang

dilatihkan di industri (institusipasangan), menyusunpedomanpenilaianpraktekkerja, penilaian di

industisepenuhnyadilakukanolehinstrukturdanmeningkatkanintensitas monitoring sehingga guru

secaratidaklangsungakanmendapatpengalamantentangkesesuaiankompetensisiswadengankebutuh

Page 14: Model Kirkpatrick Dan Aplikasinya

ankerja yang ada di industri. Pembiayaanpendidikan yang

banyakdibebankankepadasiswakiranyadapatdikurangidenganmemberdayakansumberdaya yang

dimilikisekolah.Bahkan, kalaumemungkinkan gratis melalui program pendidikanwajibbelajar 12

tahun.

Untukmeningkatkancapaianketerserapantamatandapatdilakukanberbagaikegiatanyaitulebihmenin

gkatkanpendekatanpembelajaranberbasiskompetensi (competency based training),

lebihmeningkatkanperan Bursa KerjaKhusus (BKK) yang ada di sekolah,

meningkatkandanmengembangkankerjasamadengan Association of Indonesia Tours and Travel

Agency (ASITA) terutamadalampenyalurantenagakerja, Membuat program

pendidikandanpelatihandenganMitraInternasional (MI).

DinasPendidikanProvinsi Bengkulu Dan DinasPendidikan Kota Bengkulu; (1)

Untukmeningkatkanefektifitaspelaksanaan PSG di SMKN 4 Kota Bengkulu,

makasebaiknyamemperhatikanhasilpenelitianevaluasiiniterutamatemuan yang

masihmemerlukanpenyempurnaan, (2) Khususuntukbiayapendidikan yang

banyakdibebankankepadasekolahsudahsaatnyamendapatperhatiankhususdariPemerintahProvinsi

Bengkulu danataupemerintah Kota Bengkulu untukmeningkatkanjumlahbiayapendidikanantara

lain melalui program pendidikanwajibbelajar 12 tahun. Bilamemungkinkan,

masukbagiandaripendidikan gratis.

SekolahMenengahDirektoratPembinaanKejuruan (PSMK)

DirektoratJenderalManajemenPendidikanDasardanMenengahDepartemanPendidikanNasional;

(1) MelaluiPendidikanSistemGanda (PSG) sebagaigabungansubsistempendidikan di

sekolahdansubsistempendidikan di duniakerjamerupakansisitempendidikankejuruan yang efektif

yang dapatmeningkatkankompetensisiswasesuaidengankebutuhankerja. Olehkarenaitu,

perlumengintensifkan monitoring, evaluasidansupervisisertapembinaanketerlaksanaan program

PendidikanSistemGanda (PSG). Bilamemungkinkanadasebuahlembaga yang

menanganisecarakhusus. (2)

memanfaatkanhasilpenelitiansebagaisalahsatubahankajianuntukpengembangan program

PendidikanSistenGanda (PSG).

Para Peneliti Lain: Perludilakukanpenelitianlanjutantemuan-temuan yang

diperolehdalampenelitianevaluasi program inibaiksecara terminal maupun longitudinal tentang

program PendidikanSistemGanda (PSG).

Khususnyamenyangkutefektifitasketerlibatanindusridalampelaksanaanpelatihankerjasiswa.