Volume 17, Nomor 1, Juni 2013: 75-88 75Metode Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
BENEFIT Jurnal Manajemen dan BisnisVolume 17, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 75-88
METODE PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIRMELALUI PENGUATAN KELEMBAGAAN DI WILAYAH PESISIR
KOTA SEMARANG
Iin Indarti, Dwiyadi Surya Wardana
STIE Widya Manggala No 32 & 36, Semarang 50242Email: [email protected] dan [email protected]
Abstract: The general purpose of these paper is to improve the welfare of fishing society throughthe strengthening of fisher koperasi as one of the breakthroughs of capital needs to increasingrevenue for the break cycle of poor. Model of institutional strengthening directed to revitalizedorganization and business which has been there. The respondent of these research are people ofsemarang coast. Primer data was collected in Participatory Rural Appraisal (PRA) method whichquestionnaire and interview. A data analysis used descriptive analysis anda SWOT matrix. Thisstudy identified some of the benefits if fisher join with koperasi are 1. To bulid economies of scalein any transaction in input markets and output markets. So that will achieve efficiency and improvedbargaining power to higher prices in the output market and reduce price in input markets. 2. To getexternal economics that can be encrease productivity because.
Keywords: Empowerment, Fisherman, Coast, Koperasi.
Abstrak: Penelitian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnelayan melalui penguatan kelembagaan koperasi nelayan, sebagai salah satu terobosanpemenuhan kebutuhan modal untuk meningkatakan pendapatan, yang akhirnya lingkarankemiskian dapat terurai. Model penguatan kelembagaan koperasi nelayan yang disusundiarahkan untuk merevitalisasi organisasi dan usaha koperasi nelayan yang telah ada.Masyarakat pesisir kota semarang menjadi responden pada penelitian ini. Pengumpulan dataprimer dilakukan dengan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) dengan menggunakankuesioner dan wawancara. Analaisis data menggunakan análisis deskriptif dan SWOT matrix.Beberapa manfaat yang diperoleh nelayan jika melakukan kerja sama melalui koperasi, antaralain: 1. Membangun economies of scale dalam setiap transaksi di pasar input maupun pasaroutput. Dengan demikian akan tercapai efisiensi dan peningkatan daya tawar yang mendorongkenaikan harga di pasar output dan penurunan harga di pasar input. 2. Memperoleh externaleconomies yaitu meningkatnya produktivitas karena peluang kemitraan atau kerjasama denganberbagai pihak eksternal semakin terbuka. 3. Memperoleh manfaat-manfaat non-ekonomis karenaadanya penyatuan individu ke dalam kelompok. Dengan demikian, keputusan nelayan untukbergabung ke dalam suatu koperasi merupakan keputusan strategis dan relevan untuk penguatandaya tawar di pasar input dan output, serta penguatan daya kerjasama dalam menjalin kemitraandengan pihak eksternal lainnya.
Kata Kunci: Pemberdayaan, Nelayan, Pesisir, Koperasi
76 BENEFIT Jurnal Manajemen dan BisnisIin Indarti dan Dwiyadi Surya Wardana
PENDAHULUAN
Wilayah pesisir dan laut merupakan sebuahkawasan dinamis yang strategis untuk pengem-bangan berbagai sektor usaha. Berkembangnyasejumlah sektor usaha, dengan sejumlah stake-holder dalam pembangunan wilayah pesisir danlaut, tanpa adanya keterpaduan dalam pengem-bangannya justru akan menciptakan konflik-konflik baru. Untuk memecahkan permasalahankonflik antar kepentingan dalam pembangunankawasan pesisir dan laut, The World Commissionon Environment and Development (WCED) padatahun 1987 memberikan batasan dalam pemba-ngunan suatu kawasan, termasuk pesisir danlaut. Batasan tersebut meliputi 3 dimensi utama,yaitu dimensi ekonomi (efisien serta layak), sosi-al (berkeadilan) dan ekologis (ramah lingkung-an).
Menurut Fedriansyah (2008) dalam peneli-tiannya yang berjudul “Evaluasi Program Pem-berdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir di Kabu-paten Muna, mengatakan bahwa masyarakatpesisir identik dengan individu yang hidup diareal sekitar pantai yang terkadang terlupakanoleh pembangunan sebab kebijakan pemerintahyang hanya terfokus pada pembangunan wila-yah pesisir. Hal ini juga didukung oleh Utami(2010) bahwa kehidupan nelayan masih meng-gantungkan nasib kepada hasil laut, yang sema-kin sulit sebagai sarana para nelayan memper-baiki kualitas hidupnya. Di sisi lain hasil tangka-pan yang merupakan sumber utama dijual bukankepada konsumen langsung tapi kepada tengku-lak atau kepada nelayan lain yang kondisi ekono-minya lebih baik (bakul ikan atau pedagangikan), yang mempunyai 2 fungsi yaitu sebagaipedagang ikan dan rentenir. Nelayan harusmenjual ikannya dengan harga yang sangatmurah sebagai kompensasi pinjaman yang telahdiberikan. Kondisi ini yang menjerat leher nela-yan, yang mau tidak mau harus dijalani demikehidupan dan di sisi lain mereka harus mem-bayar bunga yang cukup tinggi. (Fedriansyah,2008)
Apabila generasi baru nelayan dilahirkankembali, tentu generasi ini memilih untuk tidakberayah bunda nelayan. Kondisi komunitasnelayan dari dulu hingga sekarang status eko-nominya lebih terpuruk dibandingkan profesi
lainnya. Kesejahteraan para nelayan semakintahun semakin memprihatinkan karena semakinberkurangnya target fishing bahkan sudah sam-pai pada titik over fishing, selain itu semakinmenyempitnya fishing ground, dan kebutuhanhidup yang semakin membumbung tinggi, di-tambah lagi lingkungan perairan serta ekosis-temnya rusak baik ulah manusia maupun ben-cana alam.(Hidayat,2012).
Peranan KOPERASI pada hakekatnyasangat dibutuhkan sekali bagi nelayan diwilayah pesisir Semarang, dengan sasaran bagiorang-orang yang mempunyai kepentingan samadan untuk berjuang secara bersama pula. Tapipada kenyataannya koperasi banyak yangvakum atau tidak aktif hanya menunggu danmenunggu pemberian bantuan dari pemerintahatau pihak lain.
Penelitian ini akan memberikan ModelPemberdayaan Masyarakat Pesisir sebagai salahsatu pengembangan dari Program Pengembang-an Masyarakat Pesisir yang kurang maksimalberjalan dan kurang menyentuh masyarakatwilayah paling ujung. Selain itu, penelitian inimempunyai tujuan khusus untuk:1) Meningkatkan soft skill meliputi motivasi
untuk bekerja keras, disiplin, mandiri danbertanggngjawab.
2) Mengidentifikasi kelembagaan lokal kope-rasi nelayan
3) Menganalisis faktor-faktor yang mempe-ngaruhi kelembagaan koperasi nelayan
4) Menyusun model penguatan kelembagaankoperasi nelayan.
5) Membentuk kelembagaan PemberdayaanMasyarakat Pesisir yang dilandasi budayalocal dalam rangka pembangunan wilayahpesisir.
6) Penguatan permodalan dalam rangka pe-ningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir.
7) Meningkatkan peran dan partisipasi genderdalam rangka peningkatan ekonomi rumahtangga.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada tahun 2012, de-ngan pengambilan data dilakukan selama 5
Volume 17, Nomor 1, Juni 2013: 75-88 77Metode Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
bulan ( Bulan Maret sampai dengan Bulan Juli2012), dengan lokasi pengambilan data diwilayah pesisir Kota Semarang yang meliputi 4kecamatan yaitu Kecamatan Tugu, KecamatanSemarang Barat, Kecamatan Semarang Utara danKecamatan Genuk, dan tersebar dalam 11Kelurahan, yaitu kelurahan Mangunhardjo,Kelurahan Mangkang wetan, Kelurahan Randu-garut, Kelurahan Karanganyar, KelurahanTugurejo, Kelurahan Tambakhardjo, KelurahanTanjungMas, Kelurahan bandarhardjo, Kelu-rahan Terboyo Kulon, Kelurahan Terboyo Wetandan Kelurahan Trimulyo. Berdasarkan studilapangan terdapat 9 kelurahan yang dihilangkandari lokasi penelitian dengan alasan :a) Kecamatan Tugu yang terdiri dari Kelu-
rahan Tugu, Kelurahan Mangkang Wetan,kelurahan Randugarut, Kelurahan Karang-anyar, dan kelurahan Mangunhardjo karenajumlah nelayan sangat sedikit, pekerjaansudah bergeser jadi buruh pabrik danpedagang, kalaupun ada Cuma nelayan kecil“nelayan blanak” yang mengambil di tepipesisir dan cukup untuk makan sehari. Selainitu terdapat 1 koperasi tapi sudah bergeserbukan lagi menjadi koperasi nelayan tapikoperasi pegawai dan pedagang.
b) Kecamatan Semarang Barat, yaitu kelurahanTambakhardjo sudah bergeser jadi kulibangunan, pedagang dan wilayahnya sudahberubah menjadi rumah-rumah penduduk.Selain itu wilayahnya juga bergeser karenapembangunan penyedot banjir.
c) Kecamatan Genuk, yang terdiri dari ke-lurahan Terboyo Wetan, Kelurahan Ter-boyo Wetan dan Kelurahan Trimulyo, sudahbergeser menjadi buruh pabrik karenawilayah rumahnya sudah bergeser menjadiwilayah industri.Oleh karena keadaan dilapangan seperti di-atas maka peneliti memutuskan beberapakecamatan dibawah ini menjadi lokasi peng-ambilan data. Lokasi tersebut adalahKecamatan Semarang Utara dengan kelu-rahan Tanjung Mas dan Kelurahan Bandar-hardjo, dengan jumlah sampel menggunakanrumus SLOVIN. Pemakain rumus inimempunyai asumsi bahwa populasiberdistribusi normal, dengan kelonggaranketidaktelitian yang dipakai sebesar 5 %.
N = ukuran populasin = Jumlah sampele = % kelonggaran ketidaktelitian
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primerdan data sekunder. Data primer yang dikumpul-kan meliputi :1) Peranan lembaga koperasi nelayan di wila-
yah pesisir Kota Semarang yang dikaitkandengan program Pemberdayaan MasyarakatPesisir melalui Program PEMP.
2) Potensi dan permasalahan yang dihadapailembaga koperasi nelayan sejak dicanangkanPEMP samapi sekarang yang berkaitan de-ngan peningkatan kesejahteraan masyarakatpesisir.
3) Pencanangan dan pelaksanaan PEPM diwilayah pesisir kota Semarang
4) Pengetahuan masyarakat pesisir tentangperkopersian.
Sedangkan data sekunder yang dikumpulkanantara lain :1) Demografi 4 kecamatan yang tersebar dalam
11 kelurahan wilayah pesisir kota Semarang.2) Laporan pelaksanaan PEPM melalui laporan
kegiatan.Pengumpulan data primer dilakukan denganmetode Participatory Rural Appraisal (PRA) de-ngan menggunakan kuesioner dan wawancara.Responden ditentukan secara purposive Sam-pling (pemilihan disengaja) yaitu stakeholderyang terlibat langsung dengan kegiatan rutinitasnelayan untuk menangkap ikan, yaitu juragankapal, Bakul ikan dan nelayan itu sendiri.
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan análisis diskrip-tif untuk menilai implikasi dari Koperasi nelayanterhadap peningkatan pendapatan nelayan sertamenggunakan juga Analisis Kondisi Internal danEksternal Kelembagaan.
Analisis kondisi internal dan eksternalkelembagaan Koperasi di wilayah pesisir KotaSemarang yang meliputi 4 Kecamatan dan ter-
78 BENEFIT Jurnal Manajemen dan BisnisIin Indarti dan Dwiyadi Surya Wardana
sebar dalam 11 kelurahan menggunakan metodeInternal Factors Analysisi Summary (IFAS) daneksternal Factor Analysis Summary (EFAS). AnalisisIFAS untuk mengidentifikasi strategi-strategialternatif kelembagaan yang bisa dikembang-kan sehingga program pemberdayaan masya-rakat pesisir dapat berjalan dengan maksimal.Penilaian dengan metode ini didasarkan padanilai penting suatu atribut dan pengaruh atributtersebut terhadap atribut yang lainnya dalam satufaktor ( Marimin, 2008). Proses penilaiannnyadikelompokkan dalam 4 kelompok besar, yaitu:> Pengelompokkan atribut ke dalam 4 faktor,
yaitu kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman. Pengelompokkan atribut yang ter-masuk dalam faktor kekuatan adan kele-mahan berdasarkan pada kondisi lapangan,yaitu atribut yang kondisinya sangat burukatau kurang baik masuk dalam faktor kele-mahan sedangkan yang optimal sampaisangat baik masuk dalam faktor kekuatan.
PEMBAHASAN
Identifikasi permasalahan masyarakat pesisir
Hasil identifikasi permasalahan masyarakatpesisir di Kota Semarang, antara lain:
Gambar 1. Perubahan MainstreamPembangunan Masyarakat
Sumber: Hikijuluw:2001
Keterbatasan Pemanfaatan Sumberdaya Laut
Sumberdaya wilayah pesisir Semarangsecara potensial bisa dikatakan luas. Tetapi padasaat ini telah mengalami fenomena over fishing(tangkap lebih) yang menjadikan hasil laut yangdidapat oleh para nelayan semakin berkurang.
Hal ini disebabkan oleh makin bertambahnyajumlah/kepadatan nelayan namun tidak diim-bangi oleh pencarian fishing ground baru yanglebih Iuas. Daerah penangkapan ikan (fishingground) nelayan wilayah pesisir kota Semaranghanya terbatas di sekitar Laut Jawa.
Tabel 1. Ilustrasi Penangkapan Ikan Oleh Nelayan
Potensi ikan lestari sebesar 6,18 juta ton/thn Jumlah seluruh KK nelayan tahun 1998 4 juta orang
Jumlah tangkapan yang diperbolehkan 5,0 juta ton/tahun Pendapatan kotor per KK per tahun Rp 4.750.000
Produksi tahun 1998 = 3,8 juta ton Pendapatan kotor per KK per bulan Rp 395.383
Nilai produksi tahun 1998 = Rp 19 trilyun
Volume 17, Nomor 1, Juni 2013: 75-88 79Metode Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
Sumber Daya Manusia (Nelayan) MasihRendah
Ketrampilan nelayan diperoleh secaraturun-temurun. Nelayan cenderung bersikapapatis dan tidak ada keinginan untuk mening-katkan ketrampilannya. Hal ini menyebabkantidak ada peningkatan produksi yang signifikan.Nelayan tradisional di wilayah pesisir kotaSemarang belum bisa melihat adanya insentif(keuntungan) dari peningkatan ketrampilan.
Teknologi Penangkapan Sederhana
Teknologi penangkapan ikan yang dipakaioleh nelayan wilayah pesisir kota Semarangsebagian besar masih bersifat tradisional. Halini dapat dilihat dari jenis perahu dan jenis alattangkap yang digunakan. Perahu yang dipakai
oleh nelayan wilayah pesisir Semarang untukmelaut umumnya berskala kecil dengan tonasetidak lebih dari 5-10 GT (bobot mati). Sedangkanalat tangkapnya terdiri dari pancing dan jaringinsang. Kondisi ini membuat para nelayan tidakdapat melakukan penangkapan ikan di lautlepas bahkan sampai zone ZEE. Kecuali untukkapal-kapal induk yang sekarang sudah tidakada lagi di wilayah pesisir Semarang, bergeserke wilayah pantai Jepara dan pantai pekalonganyang telah memiliki perlengkapan kapal yangcukup memadai. Kesulitan lain yang berkaitandengan teknologi adalah kurangnya bahkan ti-dak adanya penyuluh atau fasilitator dan katali-sator. Pada awalnya emang ada tapi belum ber-jalan dengan baik hanya bertahan pada tahunpertama.
Tabel 2. Sifat teknilogi Nelayan Industri Dan Tradisional
VARIABEL INDUSTRI TRADISIONALUnit penangkapan Stabil, pembagian kerja, prospek karier Tenaga keluarga, tdk ada
pembagian kerjaKepemilikan Non nelayan, modal besar, perbankan Nelayan senior, milik kelKomitmen Waktu Penuh waktu Umumnya separuh waktuKapal Bermesin dalam Motor tempelPeralatan Mekanis ManualInvestasi Besar, Dukungan perbankan Kecil, dukungan tengkulakProduktivitas Tinggi RendahPenjualan hasil Pasar yang terorganisir Pedagang lokalPengolahan hasil Umumnya segar Diolah tradisionalKondisi Sosial Terasimilasi Sering terisolasiDaerah penangkapan Jauh dari pantai Dekat pantai, terkonsentrasiPenggunaan Es Banyak Sedikit atau tidakLama Trip Lebih dari sehari Kurang dari sehari
Upaya peningkatan akses masyarakat ter-hadap teknologi belum banyak dilakukan, kare-na kesulitan untuk mengidentifikasi jenis dantipe teknologi yang dibutuhkan, seringkali jus-tru masyarakat lebih maju dalam mencari danmengadopsi teknologi yang diinginkan, bahkankadang-kadang pemerintah malah tertinggal,dapat dikatakan hal teknologi masyarakat lebihmaju dibanding pemerintah.
Teknologi Pengolahan Ikan (Pasca Panen)yang Tradisional
Industri pengolahan ikan di wilayah pesisirSemarang masih terbatas produksinya untukproduk-produk sederhana saja seperti: ikan asin,ikan kering, petis dan terasi. Belum adanyainvestasi dalam bidang pengolahan ikan secaramodern seperti industri pengalengan ikan, ikan
80 BENEFIT Jurnal Manajemen dan BisnisIin Indarti dan Dwiyadi Surya Wardana
beku atau industri kerupuk dan tepung ikan,membuat nelayan cenderung menjual ikan segaratau hasil olahan sederhananya saja. Hal ini jelasberdampak pada penghasilan nelayan, karenaproduk-produk tradisional tersebut hanya me-miliki nilai ekonomis yang rendah
Kelembagaan Ekonomi Nelayan dan Permo-dalan yang Lemah
Nelayan sangat sulit untuk mendapatkanmodal, karena sifat bisnis perikanan yang musi-man, ketidakpastian serta resiko tinggi sering-nya menjadi alasan dari pihak pemilik modal.Ditambah lagi status pendidikan nelayan yangumumnya rendah membuat sulit untuk meme-nuhi persyaratan perolehan modal, misalnyacollateral, insurance dan equity.
Masalah klasik inilah yang membuat kelom-pok nelayan sulit untuk mengembangkan usaha-nya masalah permodalan yang tidak mencukupi.Hal ini sebabkan oleh rendahnya kredibilitasnelayan untuk mengakses modal di lembaga ke-uangan formal dan tidak berfungsinya KoperasiNelayan untuk menjadi organisasi ekonominelayan.
Akses terhadap Pasar
Pasar adalah salah satu faktor terpentingdan akan menjadi kendala utama apabila pasartidak berkembang, oleh sebab itu membuat ak-ses pasar adalah salah satu cara mengembang-kan usaha. Pada dasarnya yang dihadapi masya-rakat adalah pasar yang tidak sempurna struk-turnya, monopoli pada saat nelayan membelifaktor produksi dan monopsoni pada saat nela-yan menjual produknya. Struktur pasa yang ti-dak menguntungkan petani ini karena informasiyang kurang mengenai harga, komoditas,kualitas, kuantitas serta kontinuetas produk.Hal ini disebabkan umumnya nelayan meng-hasilkan hasil tangkapan yang serupa, akhirnyamembuat kelebihan pemasokan dan kejatuhanharga. Penyebab utamanya adalah TPI yangdiharapkan dapat menciptakan mekanisme pasardengan sehat tidak berfungsi.
Akses Permodalan
Masyarakat pesisir sering diidentikkandengan masyarakat miskin. Permasalahan utama
masyarakat pesisir Kota Semarang adalah masa-lah permodalan, terutama pada saat merekaakan melaut, para nelayan membutuhkan modalawal kurang lebih sebesar Rp 400.000 untuksekali melaut dengan jumlah nelayan 4-5 orang.Didukung lagi waktu kerja nelayan tidak dapatpenuh sepanjang tahun, karena sangat dipenga-ruhi oleh musim. Dalam setahun operasi penang-kapan ikan hanya 8 bulan, sisanya 4 bulan nela-yan tidak melaut, karena bulan November sam-pai Februari sering terjadi badai besar dan ge-lombang besar, melaut nyawa taruhannya, tapipada musim kemarau panjang jumlah ikan di lautjuga sedikit. Akses permodalan ini yang kurangtersentuh dati program PEMP (Nurani:2003).Pergantian musim kemarau yang panjang me-rupakan masa kesulitan pula bagi nelayan, yangdikenal dengan sistem paceklik (Kusnadi,2007)
Akses Kelembagaan masyarakat pesisir
Koperasi SWAMITRA-MINA, KoperasiUsaha Mina dan Koperasi Serba Usaha Bina UsahaMandiri yang ada di wilayah pesisir KotaSemarang juga terbentuknya Kedai Pesisir diKecamatan Tugu. Tapi pada kenyataannya 3koperasi yang terbentuk tidak sesuai dengan tujuanawal pembentukan terutama untuk membantubidang permodalan nelayan. Koperasi-koperasi inibergeser menjadi koperasi yang membantu parapedagang, karyawan dsb, hampir sama denganpembentukan usaha keuangan lainnya. KoperasiSerba Usaha Bina Usaha Mina Mandiri yang masihsedikit bertahan itupun tidak mengalamiperkembangan yang signifikan karena lokasinyatidak berdekatan dengan nelayan dan kurangnyasosialisasi ke masyarakat nelayan.
Kegiatan penguatan kelembagaan masya-rakat merupakan bagian tugas dari pemerintahdalam memberikan pelayanan dalam rangkapeningkatan wawasan, pengetahuan dan ke-trampilan masyarakat pesisir. Pembinaan danpelatihan diharapakan menjadi tigger (pemicu)tumbuh kembangkan inovasi usaha perikananyang tidak hanya mengandalkan bantuan daripemerintah semata.
Aspek sarana prasarana penunjang
Sarana prasarana penunjang usaha merupa-kan urat nadi dari kegiatan nelayan yang sangat
Volume 17, Nomor 1, Juni 2013: 75-88 81Metode Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
mempengaruhi berkembangnya usaha nelayan.Hal ini ditandai dengan standar dermaga belummemadai, TPI yang belum bisa bermanfaat seca-ra maksimal malah terkesan tidak bisa ber-fungsi, keterbatasan fungsi pabrik es, langkanyaBBM, terbatasnya energi listrik. Kondisi ini akanmenyebabkan tingginya biaya operasional, kua-litas rendah karena terbatasnya es batu danakhirnya harga ikan menjadi rendah, ujung-ujungnya rendahnya pendapatan nelayan Halyang segera bisa dilakukan adalah pembangunaSPDN khusus memenuhi kebutuhan nelayanyang ada di sentra-sentra kampung nelayanyang produktif juga pembangunan cold storageserta TPI yang dekat dengan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelem-bagaan koperasi nelayan
Terkait dengan pelaksanaan PEMP yang te-rus berlanjut hingga sekarang dan kegiatan pene-litian yang berjudul Pemberdayaan EkonomiMasyarakat Nelayan Melalui Penguatan Kelem-bagaan Koperasi Nelayan di Wilayah PesisirSemarang, maka Kecamatan Semarang Utara ter-utama di Kelurahan Tambakhardjo dan Kelurah-an Tanjung Mas atau lebih dikenal denganTambak Lorok ditetapkan sebagai lokasi peneli-tian. Beberapa alasan yang mendasari pemilihanlokasi penelitian, antara lain:1) Diantara 4 kecamatan penghasil ikan di
wilayah pesisir Semarang, yang mempunyaikontribusi terbesar adalah Kecamatan Sema-rang Utara yaitu Kelurahan Bandarhardjodan Kelurahan Tanjung Mas, dan yangmenjadi jantung penghasil ikan di wilayahTambaklorok.
2) Masyarakat nelayan di Tambaklorok mem-punyai produktifitas yang tinggi dan masihmenjadi nelayan yang murni, jika dibanding-kan dengan nelayan di wilayah lain yangtelah bergeser dalam diversifikasi pekerjaan.
3) Wilayah Kecamatan Tugu yang meliputi ke-lurahan Mangunhardjo, Kelurahan Mang-kang wetan, Kelurahan Randugarut, Kelura-han Karanganyar, dan Kelurahan Tugurejo,matapencahariannya sudah bergeser menjadiburuh pabrik, tukang batu, tukang panggul,pedagang, terdapat nelayan tapi termasuknelayan kecil yang menggunakan perahu
kecil mencari ikan di pinggir laut sekedarmencari ikan blanak cukup untuk biayamakan sehari.
4) Wilayah Kecamatan Semarang Barat, kelura-han Tambakhardjo, Kelurahan Tanjung Massudah beralih fungsi menjadi perumahan danwilayah pinggir laut sudah bergeser untukpembangunan penyedot air rob kota sertapembangunan bendungan sehingga jarakkapal kecil minimal 1 km sehingga banyakkapal yang hilang terbawa ombak.
5) Wilayah Kecamatan Genuk, yang terdiridari kelurahan Terboyo Kulon, KelurahanTerboyo Wetan dan Kelurahan Trimulyo,perkampungan nelayan sudah tergeserdengan pembangunan industri-industri.
6) Koperasi Serba Usaha yang notabene masihmembela kepentingan nelayan, banyak ang-gotanya yang berasal dari wilayah Tambak-lorok.
Dengan alasan-alasan tersebut WilayahTambaklorok di Kecamatan Semarang Utara di-anggap sangat tepat untuk dipilih sebagai lokasipenelitian. Selain itu, koperasi serba usaha diang-gap sangat potensial untuk dijadikan saranaimplementasi model penguatan kelembagaankoperasi nelayan. Hasil survey merupakan ba-han analisis untuk menyusun model penguatankelembagaan koperasi nelayan.
Jumlah nelayan di Tambaklorok sebanyak423 orang,berdasarkan rumus Slovin dengan ni-lai kritis sebesar 5% maka jumlah respondennyasebanyak 203 orang atau dijadikan 200 orang .Keseluruhan responden adalah sebanyak 281responden meliputi : 3 responden (1,07%) jura-gan nelayan, 200 responden (71%) nelayan pe-kerja, dan 78 responden (27,76%) bakul ikan dari97 keseluruhan bakul ikan di pasar dan bakulikan sebayak 14 orang dari wilayah tambak lo-rok atau sebesar 5% dan 64 yang tidak berasaldari tambak lorok atau sebesar 22,8%. Padaumumnya setiap nelayan mempunyai anggotakeluarga/istri yang tidak bekerja, terdapat seba-gian kecil sebagai penjual ikan hasil tangkapan-nya. Oleh karena itu, pemilihan responden bakulikan adalah orang yang suaminya atau anggotakeluarganya (nelayan) belum terpilih sebagairesponden. Hal tersebut untuk menghindarijawaban yang sama.
82 BENEFIT Jurnal Manajemen dan BisnisIin Indarti dan Dwiyadi Surya Wardana
Analisis SWOT
Berdasarkan analisis SWOT, strategi pe-nguatan kelembagaan Koperasi di wilayah pesi-sir Semarang, meliputi :a. Optimalisasi peranan dan kinerja kelem-
bagaan koperasib. Memperluas jaringan kelembagaan dan
usaha
c. Diversifikasi system kelembagaan dan usahasesuai dengan potensi dan permasalahankoperasi
d. Peningkatan usaha pengelolaan koperasibaik dari sisi anggota, usaha maupun ke-uangannya.
e. Meningkatkan komunikasi internal daneksternal lembaga
Gambar 2: Fungsi dan Hubungan Lembaga PEMP dan Koperasi Wilayah PesisirSumber : Koperasi LEPP-M3
BANK PELAKSANA
TINGKAT PUSAT
KM
KANTOR CABANGBANK PELAKSANA
KOPERASI
DINAS KELAUTAN DANPERIKANAN KAB / KOTA
DINAS KELAUTAN DANPERIKANAN PROPINSI
TPD
dkp
MASYARAKAT PESISIR
Berdasarkan gambar di atas mengenaifungsi dan kelembagaan koperasi dan PEMPmaka dapat dilakukan analisa SWOT.
Berdasarkan hasil evaluasi internal dan eks-ternal keberadaan dan peranan koperasi nelayandi wilayah pesisir Semarang memiliki potensisebagai kekuatan dan peluang serta memilikikendala sebagai kelemahan dan ancaman. Ber-dasarkan perkembangan dan keadaan koperasinelayan mulai berdiri samapi sekarang, maka :1. Kekuatannya meliputi tenaga kerja cukup
tersedia, usia potensial, motivasi untuk men-dirikan koperasi serta dorongan pemenuhankebutuhan modal untuk menjalankan hidup.
2. Peluang, meliputi potensi sumber daya ikanyang masih tersedia, kesempatan kerja di bi-dang perikanan, keberadaan perkumpulan-
perkumpulan keagamaan, serta dukunganpemerintah.
3. Kelemahannya, meliputi rendahnya tarafpendidikan, rendahnya sumber daya manu-sia, keterbatasan akses permodalan, keter-batasan akses pemasaran, keterbatasan akseshubungan dengan pihak luar, ketergantung-an dengan rentenir, keterbatasan jiwa wira-usaha, belum maksimalnya peranan kelom-pok masyarakat pesisir serta keterbatasanfasilitas penunjang.
4. Ancamannya, meliputi tidak ada daya tawarhasil ikan, harga ikan rendah, harga BBMtinggi, pekerjaan yang menanggung resiko,cuaca dan musim buruk, illegal fishing,manajemen keuangan keluarga, tdk ada di-versifikasi pekerjaan
Volume 17, Nomor 1, Juni 2013: 75-88 83Metode Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
Berdasarkan penilaian internal dan ekster-nal diatas maka dirumuskan strategi perbaikankelembagaan koperasi dengan mengembangkankekuatan dan peluang yang dimiliki, memini-malkan kelemahan dan ancaman yang dihadapi,yang dirumuskan dalam matriks SWOT. Hasilanalisis SWOT dirumuskan alternative perbaikanstrategi sebagai berikut :1. Pengembangan pengetahuan tentang per-
koperasian2. Pengembangan jiwa motivasi untuk men-
dirikan koperasi3. Pengembangan ketrampilan nelayan teru-
tama tentang perkoperasian.4. Pengembangan perkoperasian yang berjiwa
koperasi dan padat karya5. Pengembangan akses permodalan6. Pengembangan akses pemasaran7. Penguatan Kelembangan informal dalam
masyarakat8. Pembangunan sarana penunjang usaha peri-
kanan9. Pengelolaan sumber daya perikanan berbasis
masyarakat.Dengan demikian, keseriusan dan ketulus-
an untuk berpihak kepad kepentingan nelayanmerupakan syarat mutlak untuk bias meningkat-
kan kesejahteraan dan kemandirian sehinggaakan menimbulkan kebanggaan sebagai nelayan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bah-wa faktor-faktor yang menjadi penyebab lemah-nya kelembagaan koperasi nelayan, antara lain:1. Belum adanya komitmen dari pihak terkait
untuk penguatan kelembagaan koperasinelayan, khususnya tentang minimnya pen-didikan dan pelatihan perkoperasian bagipara pengurus dan anggota koperasi nela-yan.
2. Belum adanya komitmen dari pihak terkaituntuk memberikan kesempatan sepenuhnyakepada koperasi nelayan untuk mengelolaprogram pemerintah secara mandiri. Pro-gram pemerintah yang ada justru semakinmelemahkan kelembagaan koperasi nelayandengan indikasi semakin meningkatnyaketergantungan koperasi nelayan terhadapbantuan dana pemerintah.
3. Pengurus dan anggota koperasi nelayan be-lum mempunyai pengetahuan yang memadaitentang perkoperasian yang benar
4. Rendahnya kesadaran nelayan terhadappentingnya pendidikan sehingga menimbul-kan perilaku yang negatif dan kredibilitasyang rendah
Kekuatan (Strengths) Kelemahan(Weakness)
FaktorInternal
FaktorEksternal
1. Tenaga Kerja cukup tersedia2. Usia Potensial3. Motivasi mendirikan koperasi4. Dorongan alternative sumber
pendanaan
1. Pengetahun nelayan ttgkoperasi masih sgt rendah
2. Lemahnya sumber modal3. Akses pemasaran terbatas4 . Keterbatasan fasilitas
penunjangPeluang(Opportunities) Strategi S-O Strategi W-O1. Potensi SDI masih bisa
dimanfaatkan maksimal2. Peluang kesempatan kerja
sampingan3. Mendirikan koperasi4. Dukungan Pemerintah,
1. Pengembangan pengetahuan danketrampilan nelayan
2. Pengembangan perkoperasian diwilayah pesisir untuk akses modalkerja
1. Pengembangan teknologi2. Pengembangan akses
permodalan.3. Pengembangan akses
pemasaran4. Penguatan kelembangaan
koperasi nelayan5. Pembangunan sarana dan
prasaranaAncaman (Threats) Strategi S-T Strategi W-T
1. Harga ikan rendah2. Daya tawar nelayan
rendah3. harga BBM tinggi4. Kerusakan sunber daya
alam
Pengolahan koperasi berbasismasyarakt, pengembanganpegetahun dan ketrampilanmanajerial
1. Pengembangan aksespemasaran
2. Pengembanganpengetahuan danketrampilan nelayan
3. Pengembangn sumber dayaperikanan berbasis nelayan
Gambar 3. Matrik SWOT Strategi Perbaikan Kelembagaan KoperasiSumber: Olah Data,2012
84 BENEFIT Jurnal Manajemen dan BisnisIin Indarti dan Dwiyadi Surya Wardana
Gambar 4: Lingkaran Kemiskinan Nelayan Pesisir Kota SemarangSumber: Analisis Situasi Wilayah Kampung Nelayan di pesisir Semarang
Pendapatan nelayanrendah
Koperasi macet / tidakada
Kemiskinan Nelayan
Karakte negative nelayan :a. Kesadaran Pendidikan rendah.b.Kesadaran kesehatan rendah.c. Sifat konsumtif rumah tangga nelayand.Suka menunda pembayaran pinjamane. Manajemen Keuangan Rumah tangga
kacauf. Perempuan nelayan tidak optimal
Tingkat kesejahteraan nelayan
Kebutuhan Modal
Tidak ada alternativepermodalan
Masa Paceklik (4 bulan krnmusim hujan) dan 2 bulan
kemarau panjang
Tidak ada alternative matapencaharian /Differensiasi pekerjaan
Lembaga keuangan formal tidakterjangkau oleh nelayan
1. Ketidakpastian pendapatan.2. Tidak mempunyai jaminan3. Prosedur rumit4, Kemampuan menulis dan
membaca5. Bunga tinggi6. Kredibitas diragukan
a. Koperasi nelayan tidak berfungsikarena kelembagaan koperasi nelayanlemah.
b.Tidak ada motivasi dari nelayan untukberkoperasi
c. Pendampingan hanya berlaku setahund.Pembinaan menjelang ada tamu
penting
Ketergantungan pada rentenir
Kredibilitas & daya kerjasamanelayan g pihak eksterenrendah
Daya tawar nelayan di pasarinput rendah
Daya tawar nelayandi pasar out putrendah
Kelembagaan koperasitdk efisien
Biaya Produksi nelayantinggi
Perkembangan usaha nelayanrendahg pihak eksteren rendah
Volume 17, Nomor 1, Juni 2013: 75-88 85Metode Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
Model Penguatan Kelembagaan KoperasiNelayan
Pemberdayaan ekonomi nelayan melaluipenguatan kelembagaan koperasi nelayan meru-pakan solusi yang sangat strategis dan relevan.Secara individu nelayan sangat sulit berkembang
karena lemahnya kekuatan pasar yang dimiliki.Tetapi secara kolektif melalui manajemen kope-rasi yang profesional, kekuatan pasar nelayandi pasar input dan output akan meningkat.Dengan demikian kesejahteraan nelayan jugameningkat.
Gambar 5. Alur Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir melaluiPenguatan Kelembagaan Koperasi Nelayan
Sumber: Analisa data, 2012
Peningkatan Kredibilitas & dayakerjasama nelayan dengan pihakeksteren
Daya tawar nelayan di pasarinput rendah
g pihak eksteren rendah
Peningkatan Daya tawarnelayan di pasar input
Peningkatan Dayatawar nelayan di pasarout put
PengembanganKelembagaan koperasiefisien
a. Penurunan Biaya produksinelayan
b.Sistem rantai dingin
c. Program motorisasi
d.Sarana dan prasarana perikanan
Peningkatan Perkembanganusaha nelayan danpemberdayaan perempuanpesisirg pihak eksteren rendah
a. PeningkatanPendapatan nelayan
b. Manajemen Ekonomirumah tangga
a. Peningkatan Sumberpermodalan
b.Koperasi motor penggerakekonomi
c. Pemanfaatan kelompokkelompok masyarakat
Peningkatan KesejahteraanEkonomi Rakyat
Revitalisasi fungsi koperasi nelayanmelalui Model Penguatan KelembagaanKoperasi Nelayan
Model penguatan kelembagaan koperasitidak bisa berjalan dengan maksimal apabilalembaga yang mempelopori juga tidak dilaku-kan perubahan, dibawah ini ada strategi yangharus dilakukan sehinggan Pemberdayaan ma-syarakat pesisir melalui penguatan kelembagaandapat maksimal dalam pencapaian kesejahteraannelayan di wilayah pesisir kota Semarang.
Berdasarkan hasil analisa implikasi pro-gram PEMP terhadap aspek sumberdaya per-ikanan, sosial budaya, teknologi,ekonomi dankelembagaan masyarakat pesisir kota Semarang,maka diperoleh potensi, kekuatan, kelemahandan ancaman. Potensi dan kekuatan harus tetapdipertahankan dan dimanfaatkan secara optimaluntuk mengatasi kelemahan dan ancaman.
Program PEMP merupakan program nasio-nal, tentunya implementasi di daerah meng-
hadapi kendala aspek lokalitas dan tipologi, se-hingga program ini perlu mengakomodasi inisi-atif-inisiatif bersifat lokalitas, agar dalam trans-formasi nilai-nilai pemberdayaan pada nelayandapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan.
Model PEMP mengedepankan pendekatankelembagaan sosial, tetapi justru aspek kelem-bagaan menjadi kelemahan, teerutama kelom-pok-kelompok masyarakat dan koperasi yangtelah terbentuk kurang mendapat perhatian pas-ca program, sehingga koperasi-koperasi nelayansulit untuk mandiri atau bahkan bergeser daritujuan awal untuk menyejahterakan nelayan.Berdasarkan hal inilah maka perlu adanya pro-gram atau model untuk penguatan kapasitaskelembagaan agar bisa tumbuh dan berkembangsecara mandiri dan berkelanjutan.
86 BENEFIT Jurnal Manajemen dan BisnisIin Indarti dan Dwiyadi Surya Wardana
SIMPULAN
Berdasarkan uraian sebelumnya, makabeberapa kesimpulan yang dapat dikemukakanadalah sebagai berikut:1. Tugas pokok perusahaan koperasi adalah
menyelenggarakan pelayanan-pelayananbarang dan jasa yang menunjang perbaikanekonomi rumah tangga anggota. Tugaskoperasi untuk mempromosikan anggotaperlu diformulasikan ke dalam ukuran-ukuran yang realistik dan operasional yangdisebut sebagai cooperative effects. Tugas ter-sebut hanya dapat dilakukan apabila kope-rasi mampu bekerja dengan efisien.
2. Nelayan memutuskan untuk bergabung de-ngan nelayan lain dan mendirikan koperasididasarkan kepada keyakinan akan mem-peroleh manfaat ekonomis yang lebih besardibanding dengan bekerja sendiri.
3. Apabila sekelompok nelayan bergabungmembentuk kerjasama koperasi, maka mere-ka dapat meraih manfaat dari pencapaianskala ekonomi dan penguatan daya tawardi pasar input dan output. Manfaat-manfaatdari skala ekonomi tersebut diperoleh mela-lui economies of materials, economies of machinery,economies of highly organized buying and sellingdan economies of skill.
BudidayaIkan
Nelayan Pedagang Ikan LembagaPemberdayaan
BIOLOGI TEKNOLOGI EKONOMI SOSIAL KELEMBAGAAN
Model Strategi PemberdayaanMasyarakat Pesisir
PemerintahKota
a. Potensi SumberDaya Ikan
b. Ukuran Ikanc. Illegal Fishing
a. Ukuran Kapalb. Jumlah kapalc. Produktivitas
a. Harga Ikanb. Akses
Pemasaranc.Peningkatan
pendapatan
a. Usia Potensialb. Pendidikanc. Motivasi kerja
a. Kelompokmasyarakat pesisir
b. Koperasi Nelayan
PAPM TSUPM PAPS PSPB PSPP
Keterangan :1. PAPM = Pengembangan Akses Permodalan.2. TSUPM = Pengembangan Teknologi dan Skala Usaha Perikanan3. PAPS = Pengembangan Akses Pemasaran4. PSPB = Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berbasis Masyarakat5. PSPP = Pembangunan Sarana Prasarana Penunjang Usaha Perikanan
Gambar 6: Strategi Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat PesisirSumber: Olah Data, 2012
Volume 17, Nomor 1, Juni 2013: 75-88 87Metode Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
4. Nelayan dalam kedudukannya sebagai ang-gota koperasi, berperan ganda yaitu sebagaipelanggan sekaligus pemilik koperasi. Nela-yan sebagai pelanggan memperoleh manfaatharga koperasi sebagai hasil efisiensi daripencapaian skala ekonomi melalui koperasi.Tetapi di dalam kedudukan nelayan sebagaipemilik koperasi, maka ia harus menang-gung beban biaya organisasi koperasi.
5. Manfaat koperasi merupakan output daripelaksanaan fungsi-fungsi kegiatan koperasidi dalam melayani anggota. Koperasi melak-sanakan kegiatan produksi yang menekan-kan kepada entrepreneurial-organisationalaspects (aspek kewirausahaan dan pengorga-nisasian).
6. Sebagai perusahaan yang bermain di dalampasar yang bersaing, maka koperasi perlumenerapkan strategi biaya rendah sebagaistrategi dasar untuk menghasilkan keunggul-an kompetitif bagi anggota. Karena itu dalamjangka panjang koperasi harus selalu mena-warkan harga beli dan harga jual yang pa-ling menguntungkan anggota. Hal ini berartikoperasi harus mampu bekerja pada skalayang ekonomis dan efisien di dalam menge-luarkan biaya-biaya organisasinya.
7. Skala kegiatan ekonomis tercapai melaluikoperasi karena koperasi merupakan kerja-sama kegiatan ekonomi yang sama dari selu-ruh anggota yang tergabung di dalamnya.Karena itu pembentukan suatu koperasi me-rupakan keputusan untuk membangun suatualiansi strategis atau intercompany cooperationdi antara nelayan guna mencapai keunggul-an kompetitif.
8. Dengan demikian, keputusan nelayan untukbergabung ke dalam suatu koperasi merupa-kan keputusan strategis untuk penguatandaya tawar di pasar input dan output, sertapenguatan daya kerjasama dalam menjalinkemitraan dengan pihak eksternal lainnya.
SARAN
Berdasarkan uraian sebelumnya, makabeberapa saran yang dapat dikemukakan adalahsebagai berikut:
1. Setiap program pemerintah hendaknya ber-sifat terpadu antar instansi terkait, sehinggatidak menimbulkan kesalahpahaman dianta-ra para pelaksana program serta mendorongkemandirian dan partisipasi masyarakatsecara optimal.
2. Penguatan kelembagaan koperasi nelayansebaiknya diawali dengan mengorganisirnelayan yang mempunyai kepentingan eko-nomi dan komitmen yang sama untuk ber-gabung dalam organisasi koperasi
3. Pengurus dan anggota koperasi sebaiknyadiberi bekal pendidikan dan pelatihan ten-tang perkoperasian yang memadai
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S, 2000, Manajemen Penelitian, Edisibaru, Jakarta, Rieneka Cipta
Bapermas, Jateng, 2012, Pemberdayaan MasyarakatPesisir Pantai
Bayu Krisnamurthi, 2007, Koperasi Indonesia: Tidakaka nada tanpa Semangat Kerjasama, MakalahSeminar Nasional yang diselenggarakanoleh Assosiasi Dosen dan PenelitiPerkoperasian Indonesia (ADOPKOP),berjudul Perkoperasian Indonesia yangberjatidiri, Refleksi Pemikiran KoperasiMasa Depan, Malang
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir,2003, Pedoman Umum PemberdayaanEkonomi Ekonomi masyarakat Pesisir PEMP,Departemen Kelautan dan Perikanan
Dwi, 2009, Program Pemberdayaan EkonomiMasyarakat Pesisisr (PEMP) di PropinsiDaerah Istemewa Yogyakarta Tahun 2008,Kompas, 18 Februari 2009
Efrizal Syarief, 2009, Pembangunan Kelautan dalamKonteks Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
Fajar Mukti ND, 2011, Kebijakan pemberdayaanMasyarakt Pesisir Hendaknya PertimbangkanNilai Masyarakat, UMY
Fedriansyah, Andi Muhammad, 2008, EvaluasiKinerja Program Pemberdayaan EkonomiMasyarakat Pesisir (PEMP) di KecamatanTugu, Semarang, UNDIP
88 BENEFIT Jurnal Manajemen dan BisnisIin Indarti dan Dwiyadi Surya Wardana
Grass Root Community (Kelompok AkarRumput), 2011, Membangun Desa Pesisir
Hidayat Syamsul, 2012, Koperasi Nelayan danPelestarian Lingkungan, Kompasiana
Joenita JD, 2012, “Evaluasi Program PemberdayaanEkonomi Masyarakat Pesisir (PEPM) diKabupaten Muna”, S2PPUNS
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.18 Tahun 2004, tentang Pedoman UmumPelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat Pesisir(PEMP), 2009
Kusnadi, 2007, Jaminan Sosial Nelayan ,Yogyakarta, Lkis Pelangi Aksara,Yogyakarta
Mubyarto, 1992, Strategi PengembanganKelembagaan Koperasi
Nikijuluw Victor P.H., 2001, Populasi dan SosialEkonomi Masyarakat Pesisir serta StrategiPemberdayaan Mereka dalam KonteksPengelolaan Sumberdaya Pesisir SecaraTerpadu, Makalah Pelatihan PengelolaanPesisir Terpadu, Proyek Pesisir, PusatKajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan,IPB
Nurani TW, 2003, Proses Hierarki Analitik(Analytical Hierarchy Process), Suatu Metodauntuk Analisis Kebijakan Pengelolaan SumberDaya Perikanan dan Kelautan, KonsepPengembangan Sektor Perikanan dan Kelautandi Indonesia , Bogor, DepartemenPemanfaatan Sumberdaya Perikanan,Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan, IPB
Ranupandojo, Heiddjirachman, 1992, AspekKelembagaan Koperasi, Makalah Seminar,FE-UGM, Yogyakarta
Rangkuti R, 2002, Analisis SWOT, Teknikmembedakan Kasus Bisnis, Jakarta, PT.Gramedia Pustaka Utama
Satria A, 2001, Dinamika Modernisasi Perikanan :Formasi Sosial dan Mobilitas Nelayan ,Humaniora Utama Press, Bandung
Soedjono Ibnoe, 2003, Hubungan Gerakan Koperasidengan Pemerintah ditinjau dari PandanganInternasional, Penerbit Lembaga StudiPengembangan Perkoperasian Indonesia(LSP2I), Jakarta
—————, 2003, Instrumen-InstrumenPengembangan Koperasi, LSP2I, ISBN:979-95918-5-6, Jakarta
—————, 2002, Manajemen ProfesionalBerdasarkan Nilai-NIlai dalam Koperasi ,Penerbit LSP2I, Jakarta
Subyantoro Arief, 2008, Strategi PengembanganKoperasi dalam Upaya MeningkatkanKetahanan Ekonomi Bangsa, UPN Veteran,Yogyakarta
Suyanto Igit, 2012, Studi Implementasi ProgramPemberdayaan Masyarakat Pesisir (PEMP)
UU No. 25/1999 tentang Perimbangan SumberDaya Alam antara Pusat dan Daerah
UU Otonomi Daerah No. 22/1999 tentangKewenangan yang lebih Luas antara Pusat danDaerah
UU No. 25/ 1999 tentang “Perimbangan SumberDaya Alam antara Pusat dan Daerah
Umar Husein, Metode Penelitian Sosial, 2004, PT.Grafindo Persada, Jakarta
Utami, Muji Santi, 2010, Kebutuhan Dasar danPerilaku Masyarakat (Studi sosisal MasyarakatPesisir Kota Semarang), Eksplanasi Volume5 Nomor 1 Edisi Maret
Badan Pusat Statistik, Semarang dalam Angka 2009/2010, Semarang
Badan Pusat Statistik, Semarang dalam Angka 211/2012, Semarang
Top Related