7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
1/129
1
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA
SISWAKELAS V SEMESTER 1 SDN 140/II
TALANG SILUNGKO III
SKRIPSI
Oleh :
MESRY SARAGIH
GJA 10D109110
FAKULTASI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2012-2013
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
2/129
2
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA
SISWA KELAS V SEMESTER 1 SDN 140/II
TALANG SILUNGKO III
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Jambi
Untuk Memenuhi Sebagai Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
MESRY SARAGIH
GJA10D109110
FAKULTASI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS JAMBI
NOVEMBER 2012
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
3/129
3
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skrispsi dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Bahasa
Indonesia melalui Model Pembelajaran Konstektual Kelas V SD No. 140/II
Talang Silungko III
Nama : MESRY SARAGIH
NIM : GJA 10D109110
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah DasarJurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi
Telah disetujui Pembimbing I dan Pembimbing II untuk diseminarkan.
Pembimbing I,
Dr. EKA WARNA,M.Psi Tanggal. .Nip.19541207 1980 1 001
Pembimbing II,
Dr.ADE KUSMANA,M.Hum Tanggal. .Nip. 196504131993031002
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
4/129
4
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul "Penerapan Pembelajaran Metode Kontekstual untuk
Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan pada siswa kelas V SD NO
140/11 TL.Silungko III Muara Bungo" yang disusun oleh:
Nama : MESRY SARAGIH
NIM : GJA10D109110Program studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Pada Sidang Ujian Skripsi Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP Universitas Jambi tanggal 13 januari
2013
DEWAN PENGUJI
1. Dr.Ekawarna,M.Psi Ketua 1.NIP.195412071980011001
2. Drs.Ade Kusmana, M. HUMNIP. 196504131993941002 Sekertaris 2.
.
3. Penguji uatama 3..
4. Anggota 4..
5. Anggota 5..
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memenuhi gelar Sarjanapendidikan , tanggal
Dekan FKIP Universitas jambi,
Drs. AFFAN MALIK, MENIP 195807171984031003
Ketua jurusan Ilmu Pendidikan
Drs JONI AFRI, M.PdNIP 195503041985031003
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
5/129
5
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : MESRY SARAGIHNIM : GJA 10D109110
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan : Ilmu PendidikanFakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul Meningkatkan Kemampuan
Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas
V Semester I SDN 140/II Talang Silungko III benar-benar karya sendiri dan
bukan merupakan jiplakan dari hasil penelitian orang lain.
Bila dikemudian hari saya terbukti mengingkari pernyataan diatas, saya bersediakesarjanaan saya dan segala kewenangan yang melekat pada kesarjanaan tersebut
dibatalkan, dan menerima sanksi sesuai dengan ketentuan dan peraturan yangberlaku.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab
Muara Bungo, 2013
MESRY SARAGIH
NIM. GJA.10D19110
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
6/129
6
ABSTRAK
Mesry Saragih 2013, Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui ModelPembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas V SD NO 140/II
TL.Silungko III Muara Bungo. Skripsi. Prgram Studi PendidikanGuru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas
Jambi, Pembimbing: (I) Dr.Ekawarna,M.Psi dan (II) Drs.Ade
Kusmana, M.HUM.
Kata Kunci: Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa, Model Pembelajaran Kontekstual.
Kurangnya keterlibatan siswa di dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia diKelas V SD Negeri No. 140/II Talang Silungko disebabkan karena penyajian materi
pelajaran Bahasa Indonesia selama proses pembelajaran, guru belum memberdayakan
seluruh potensi dirinya sehingga sebagian pelajaran lanjutan, guru masih dominan
menggunakan metode ceramah dan penugasan, sehingga hasil belajar yang diperolehsiswa masih rendah yaitu tingkat keberhasilan yang hanya mencapai rata-rata 58%
siswa tuntas mencapai nilai minimum yang ditetapkan darisetiap evaluasi (KKMBahasa Indonesia Kelas V 67). Untuk mengatasi permasalahan diatas, maka
dilaksanakan Pembelajaran Konstekstual dengan tujuan meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri No. 140/II Talang Silungkopada semester I tahun ajaran 2012/2013 pada Pokok Bahasan Menulis Karangan.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan
dalam tiga siklus. Setiap siklus melalui tahan perencanaan tindakan, observasi,evaluasi dan refleksi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
ulangan formatif serta lembar pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran melalui
lembar observasi.Dari hasil ulangan formatif pada setiap akhir siklus menunjukkan bahwa
pelaksanaan tindakan dapat meningkatkan hasil belajar, dengan model pembelajaran
Kontestual siswa kelas V SD Negeri No. 140/II Talang Silungko meningkat dengan
nilai rata-rata hasil evaluasi 67,40 pada siklus I menjadi 71,40 pada siklus II,
meningkat menjadi 75,40 pada siklus III serta terjadi peningkatan ketuntasan belajardari 64,70% pada siklus I, 73,61% pada siklus II, dan 86,11% pada siklus III.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian, dapat disimpulkan bahwa
dengan menggunakan model Pembelajaran Kontesktual dapat meningkatkan aktivitasdan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pokok bahasan menulis
karangan.
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
7/129
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur terlibih dahulu penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
sebab atas berkat dan karunia Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan Proposal
Penelitian Tindakan Kelas Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam
melaksanakan Program S1 PGSD Universitas Jambi.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr.
Ekawarna, M.P.Si selaku pembimbing I dan Bapak Drs. Ade Kusmana, M.Hum
selaku pembimbing II yang penuh dengan kesabaran dan selalu mendorong penelitian
untuk menyusun proposal penelitian ini. Tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Drs. Affan Mali, SE sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Jamib.
2. Bapak Mursidi, MM, sebagai Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bungo
yang telah member izin kepada saya untuk mengikuti Program S-1 PGSD
FKIP Universitas Jambi.
3. Bapak Kepala Sekolah SDN 140/11 Talang Silungko III yang telah membantu
saya selama saya mengadakan penelitian.
4. Keluarga tercinta yang selalu mendampingi dan member motivasi dalam
mengikuti perkuliahan.
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
8/129
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... iPERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................................. iiPENGESAHAN ............................................................................................. iii
PERNYATAAN ............................................................................................. iv
ABSTARK .................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... viDAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ixBAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Tvlasalah ........................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 51.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
1.4. Manfaat Hasil Penelitian ........................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 9
2.1 Belajar dan Pembelejaran ............................................................. 92.1.1 Pembelajaran Menulis pada Kurikulum SD ....................... 9
2.1.2 Kemampuan Menulis Karangan ......................................... 10
2.1.3 Tinjauan Tentang Pembelajaran Kontekstual .................... 142.2 Penelitian yang Relevan ............................................................... 21
2.3 Kerangakl Berfikir ........................................................................ 22
2.4 Hipotesis Tindakan ....................................................................... 23
BAB III METODE PENE.LITIAN................................................................ 253.1. Rancangan Peneluitian Tindakan Kelas ...................................... 25
3.2 Latar Belakang dan Waktu ........................................................... 263.2.1 Tempat dan Waktu ............................................................. 26
3.3 Prosedur Penelitian ....................................................................... 27
3.4 Instrumen Penelitian ..................................................................... 35
3.5 Prosedur Pengumpulan Data ........................................................ 363.6 Prosedur Analisis Data ................................................................. 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ............................... 39
4.1. Hasil Penelitian ........................................................................ 394.1.1.Siklus 1 ............................................................................ 39
4.1.2.Siklus II ............................................................................ 414.1.3.Siklus III .......................................................................... 43
4.2. Pembahasan .............................................................................. 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 49
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 495.2. Saran ......................................................................................... 49
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
9/129
9
DAFTAR PLISTAKA ................................................................................... 50
DAFTAR TABEL
3.1. Pelaksanaan Pembelajaran ..................................................................... 31
3.2 Kisi Kisi Kemampuan tes Menulis Karangan .......................................... 36
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
10/129
10
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 10 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ................ 76
Lampiran 11 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ............... 77Lampiran 12 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ............. 79
Lampiran 13 Lembar Observasi Pelkasanaan Pembelajaran Siklus I ................ 79
Lampiran 14 Lembar Observasi Pelkasanaan Pembelajaran Siklus II ............... 80
Lampiran 15 Lembar Observasi Pelkasanaan Pembelajaran Siklus II ............... 81
Lampiran 16 Tabel Analisis Hewan Evaluasi I .................................................. 82
Lampiran 17 Tabel Analisis Hasuil Evaluasi II ................................................. 79
Lampiran 18 Tabel Analisis Hasil Evaluasi III .................................................. 84
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
11/129
11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keterampilan berbahasa khususnya mengarang merupakan keterampilan
yang sangat penting bagi setiap siswa. Keterampilan mengarang atau menulis
memerlukan latihan-latihan dan kecermatan yang menggunakan ejaan, tanda
baca, pembentukan kata, pemilihan kata dan penggunaan kalimat yang efektif.
Penguasaan keterampilan ini memungkinkan seseorang dapat menulis dengan
lancar.
Kemampuan mengarang seseorang bukan ditentukan oleh bakat saja,
melainkan dapat juga dipelajari. Kemauan merupakan modal yang sangat
menentukan keberhasilan seseorang dalam menulis. Dengan kemauan, seseorang
berlatih sampai berhasil. Oleh karena itu, kemampuan menulis harus dibina dan
ditingkatkan secara intensif.
Keterampilan mengarang perlu ditumbuhkan pada siswa sejak dini, agar
siswa terlatih dalam menuangkan buah pikirannya secara teratur, menuangkan
gagasannya secara teratur, baik itu menulis dalam wujud paragraf maupun dalam
wujud yang lebih besar dengan menyesuaikan ejaan serta tanda baca yang ada.
Di samping itu pula keterampilan menulis perlu diajarkan secara bertahap dalam
upaya membiasakan dan menumbuhkan kemampuan menulis pada siswa.
1
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
12/129
12
Bagi siswa keterampilan mengarang sudah menjadi kebutuhan sejak
pendidikan Sekolah Dasar, karena banyak kegiatan yang dilakukan menuntut
adanya kemampuan menyusun pikiran dalam sebuah paragraf maupun wacana
yang hates disesuaikan dengan ejaan dan tanda baca.
Keterampilan menulis merupakan satu komponen keterampidan
berbahasa yang paling penting dalam kehidupan anak. Dengan terampil menulis
mereka dapat menyampaikan pendapat dan gagasan secara jelas kepada orang
lain secara tertulis. Penguasaan tanda baca bagi siswa dalam menulis wacana
sangat penting peranannya. Dengan menguasai tanda baca siswa akan lebih cepat
mengerti dan dapat mengarahkan pikirannya. Menulis tanpa tanda baca akan
menyulitkan siswa dalam merangkai kalimatnya. Selain menyulitkan siswa,
penguasaan tanda baca dalam menulis wacana dapat menghindari siswa dalam
menulis kalimat panjang-panjang. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan keterampilan menulis adalah penguasaan tanda baca. Penguasaan
tanda baca itu dapat dilakukan dengan menggunakan teknik wacana. Dengan
memahami teknik wacana dalam penguasaan tanda baca pada sebuah wacana
memudahkan guru maupun siswa melaksanakan proses pembelajaran.
Mutu pendidikan sebagian besar ditentukan oleh mutu pembelajaran
(Wraag, 1996: vi). Sehubungan dengan itu, peningkatan mutu pembelajaran
bahasa Indonesia tergantung pada kemampuan guru menggunakan berbagai
pendekatan dalam pembelajaran. Melihat begitu pentingnya perm guru dalam
pembelajaran, namun kenyataannya yang terjadi di SDN 140/II Talang Silungko
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
13/129
13
III, guru bahasa Indonesia dominan menggunakan pendekatan konvensional,
yang lebih menitikberatkan pada materi yang ada path buku. Guru jarang
mengaitkan antara pembelajaran menulis dengan lingkungan sekitar siswa
sebagai cumber belajar. Dengan demikian pembelajaran menulis karangan
seolah-olah tidak bermanfaat bagi siswa dan jauh dari pengalaman anak sehari-
hari.
Dengan adanya kondisi seperti itu, berdampak pada kemampuan siswa
dalam menulis karangan. Berdasarkan pengamatan pendahuluan penulis, 58%
siswa belum mampu mengarang dengan baik dan lancar. Kondisi ini ditemui di
SDN 140/II Talang Silungko III. Beberapa fakta yang lain yang tampak di kelas
V' SDN 140/II Talang Silungko III adalah, minat siswa dalam pembelajaran
menulis karangan kurang mengembirakan atau rendah, indikatornya adalah: (1)
siswa tidak memberikan pehatian yang cukup dalam pembelajaran, (2) mengeluh,
(3) mengeljakan tugas menulis karangan seenaknya sambil bercakap-cakap
dengan temannya, dan (4) tidak mengumpulkan pekerjaan jika tidak diwajibkan.
Dengan adanya kondisi seperti itu, wajarlah kemampuan siswa dalam menulis
karangan mengkhawatirkan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu adanya langkah-langkah konkret
yang dilakukan guru bahasa Indonesia. Langkah yang dilakukan untuk
memecabkan masalah tersebut adalah menerapkan pembelajaran kontekstual
dalam pembelajaran menulis karangan. Pembelajaran kontekstual pada mulanya
dikenal ada istilah contextual learning yang dapat diindonesiakan menjadi belajar
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
14/129
14
yang kontekstual. Sebenarnya konsep pembelajaran kontekstual dengan prinsip-
prinsipnya bukan merupakan konsep baru. Konsep dasar pendekatan ini
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1916 oleh John Dewey, yang
mengetengahkan bahwa kurikulum dan metodologi pengajaran seharusnya erat
hubungannya dengan minat dan pengalaman siswa. Filosofi pembelajaran
kontekstual yang berakar dan paham progresivisme John Dewey
mengetengahkan bahwa proses belajar akan efektif bila pengetahuan bare
diberikan berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki siswa
sebelumnya. Pengetahuan yang diberikan hendaknya ada hubungan yang erat
dengan pengalaman siswa sesungguhnya atau merupakan pengalaman nyata.
Howey dan Zipher sebagaimana. dikutip Kasihani dan Nurhadi (2002:3)
menyatakan bahwa suatu program pembelajaran bukanlah sekedar merupakan
kumpulan mata pelajaran namun lebih dari itu. Banyak hal yang perlu
dipertimbangkan dalam menyusun suatu program pembelajaran.
Dalam kaitannya dengan pendekatan kontekstual, pembelajaran
mengandung dua segi kegiatan, yakni kegiatan guru "proses melakukan atau
menjadikan orang lain (siswa) belajar" dan kegiatan siswa "melakukan kegiatan
belajar". Dengan pengertian itu, pembelajaran dapat disepadankan dengan istilah
teaching-learning atau teaching and learning. Kedua istilah itu lazim
berdampingan dan beratribut Contextual dalam frasa istilah Contextual Teaching
and Learning yang dapat disepadankan dengan pembelajaran yang kontekstual.
Johnson (dalam Kasihani dan Nurhadi, 2002:25) menyatakan bahwa
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
15/129
15
pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan
membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang dipelajari dengan
cam menghubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari, seperti: konteks
lingkungan pribadi, sosial, dan budaya. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran
bermakna bagi siswa. Dari paparan di atas, tampak bahwa pembelajaran
kontekstual akan mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis
karangan pada siswa kelas V semester I SDN No. 140/II Talang Silungko III.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Penelitian, dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kemampuan menulis karangan siswa kelas V semester ISDN No. 140/II Talang Silungko III yang diajarkan dengan pendekatan
kontekstual tahun pelajaran 2012/2013.
2. Apakah melalui pendekatan kontekstual mampu meningkatkan kemampuanmenulis karangan siswa kelas V semester I SDN No. 140/II Talang
Silungko III tahun pelajaran 2012/2013.
3. Kendala-kendala apa yang dialami dalam penerapan pendekatankokntekstual dalam pebelajaran menulis karangan pada siswa kelas V
semester I SDN No. 140/II Talang Silungko III tahun pelajaran 2012/2013.
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
16/129
16
1.3. Tujuan Penelitian
Tidak ada suatu pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik tanpa tujuan
tertentu dan jelas. Setiap tindakan yang dilakukan oleh seorang umumnya
dilandasi oleh tujuan yang jelas. Tujuan yang jelas dapat mengarahkan tindakan
untuk mencapai hasil yang diharapkan. Sebaliknya kaburnya tujuan
mengakibatkan simpang tindakan yang dilakukan. Oleh karena itu, tindakan ini
dilandasi oleh beberapa tujuan. Secara garis besar ada dua tujuan yang ditetapkan
dalam penelitian ini, yaitu (1) tujuan umum dan (2) tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
membina dan mengembangkan bahasa Indonesia, terutama yang
menyangkut empat aspek keterampilan berbahasa berdasarkan kaidah-
kaidah yang berlaku baik di kalangan pendidikan maupun masyarakat
terutama dalam kaitannya dengan keterampilan menulis karangan .
1.3.2 Tujuan Khusus
Selain tujwui umum tersebut di atas, penelitian ini juga mempunyai
tujuan khusus, yaitu:
1. Untuk menkan kemampuan menulis karangan deskipsi siswa kelas Vsemester 1 SDN 140/II Talang Silungko III melalui penerapan
pendekatan kontekstual tahun pelajaran 2012/2013.
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
17/129
17
2. Untuk meningkatvqtt kemampuan menulis karangan siswa kelas Vsemester 1 SDN 140/II Talang Silungko III melalui penerapan
pendekatan kontekstual tahun pelajaran 2012/2013.
3. Untuk menkan kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapanpendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis karangan siswa
kelas V semester 1 SDN 140/II Talang Silungko III melalui penerapan
pendekatan kontekstual tahun pelajaran 2012/2013.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh melalui penelitian ini menyangkut dua aspek, yaitu:
(1) manfaat teoretis, dan (2) manfaat praktis
1.4.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis, manfaat yang diperoleh melalui penelitian tindakan
kelas ini adalah sebagai berikut.
1. Sumbangan terhadap ilmu pengetahuan dan pendidikan, khususnyadalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia.
2. Merangsang peneliti lain untuk meneliti lebih mendalam terhadap hal-hal yang belum tergambar dalam penelitian ini.
3. Sebagai bahan referensi dalam perpustakaan bagi mahasiswa yangmemer-lukan.
4. Sebagai dasar pengambilan kebijakan bagi kemajn pendidikan itusendiri.
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
18/129
18
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, manfaat yang diperoleh melalui penelitian tindakan
kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Guru
Guru akan dapat memilih pendekatan kontekstual sebagai salah satu
alternatif pendekatan pembelajaran dalam rangka meningkatkan
kemampuan menulis karangan siswa kelas V semester 1 SDN 140/II
Talang Silungko III . Disamping itu, hasil penelitian ini diharapkan
dapat memotivasi guru bahasa Indonesia yang lain dalam memanfaatkan
pendekatan-pendekatan lain dalam pembelajaran sehingga kegiatan
menulis merupaakn kegemaran siswa.
2. Siswa
Siswa akan tumbuh motivasinya untuk belajar, karena belajar melalui
pendekatan kontekstual pada dasamya adalah meningkatkan jalam
pikiran sesuai apa yang dilihat secara nyata. Disamping itu, dengan
mengamati lingkungan sekitarnya dan sesuai dengan apa yang mereka
alami maka suasana belajar mengasilkan dan menyenagkan
3. Sekolah
Dalam hal ini Dinas Pendidikan Perpustakaan dan Arsip Kabupaten
Bungo akan mendapat masukan dari hasil penelitian ini untuk
mengambil kebijakan barn dalam kemajuan pendidikan selanjutnya.
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
19/129
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Belajar
Hasil belajar yang sering disebut dengan istilah scholasticAchievement
atau ademic achievement adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai
melalui proses bel;ajar mengajar disekolah yang dinyatakan dengan angka-angka
atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar (Brigss, 1979). Menurut Gagne dan
Driscoll (1988;36) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan
siswa (Learners Performance) Gagne dan Brigss (1997) menyatakan bahwa
hasil belajar merupakan kemampuan internal (capability) yang meliputi
Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang
dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu.
Mulyana ( 1999) Menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melakukan kegiatan belajar mengajar. Belaajr itu sendiri
merupakan proses dari seseorang yang berusaha untuk mmperoleh suatu
perubahan perilaku yag relatif menetap . Dalam kegiatan belajar mengajar yang
terprogram dan terkontrol yang disebut dengan kegiatan pembelajaran atau
kegiatan instruksional. Tujuan pembelajaran ditetapkan terlebih dahulu oelh
guru. Anak yang berhasil mengajar ialah yang berhasil mencapai tujuan
pembelajaran atau tujuan instruksional.
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
20/129
20
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat
dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar.
Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar
merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar
akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi
dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.
Perinciannya adalah sebagai berikut: (a) Ranah Kognitif,Berkenaan dengan hasil
belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. (b) Ranah Afektif, Berkenaan dengan
sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima,
menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai
atau kompleks nilai.(c) Ranah Psikomotor, Meliputi keterampilan motorik,
manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan,
mengamati).
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
21/129
21
Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor
karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus
menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajarnya.
Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria
dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa
sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih
baik lagi.
Mudhofir (1996). Menyatakan bahwa secara garis besar yang
mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) Fktor
Internal yang bersumber dari luar manusia yang meliputi faktor Biologis dan
psikologis. (b) Faktor Internal yang bersumber dari luar manusia yang meliputi
faktor manusia dan faktor yang bersumber dari luar manusia meliputi alam,
hewan, benda dan lingkungan fisik. Ada dua cara mengukur pencapaian belajar
siswa yaitu : (a) Norm referenced evaluation (NRE) atau Penilaian Acuan Norma
(PAN), Dikategorikan cara lama kareana pencapaian siswaukuranmnya sangat
relatif. Cara ini tidak dpat dikategorikan baku karena hasil belajar siswa hanya
dibandingkan dengan hasil yang dicapai oleh teman sekelasnya, atau hasil rata-
rata pada sekolah dibandingkan dengan hasil rata-rata pada sekolah lain. (b)
Criterion Reference Evaluatio (CRE/ Penilaian Acuan Patokan) (PAP) adalah
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
22/129
22
cara yang dikehendaki dalam rangka Proses Belajar Mengajar dengan
mempergunakan system instruksi
Dick dan Reiser (1989;1!) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan
pembelajara, yang terdiri dari empat macam, yaitu : Pengetahuan, Keterampilan,
intelektual, ketrampilan motorik dan sikap. Sedangkan Bloom, et.al (1966: 7)
membedakan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif (p engetahu
an) , ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotorik (ketrampilan motorik)
Setiap ranah dikiasifikasikan lagi dalam beberapa tingkat atau tahap
kemampuan yang harus dicapai (level of competence). Untuk ranah
"pengetahuan" mulai dan tingkat paling ringan yaitu mengingat kembali (recall),
memahami (comprehension), penerap an (application), analisis (analysis),
sintesis (synthesis) sampai evaluasi (evaluation). Ranah sikap mulai dari
menangkap/merespon pasif, bereaksi dengan sukarela/merespon aktif,
mengapresiasi, men gh ayati / internalisasi, sampai akhirnya menjadi karakter
atau jiwa di alam dirinya (life style). Sedangkan ranah psikomotorik mulai dari
tingkat mengamati, selanjutnya membantu melakukan, melakukan sendiri,
melakukan dengan lancar sampai secara otomatis atau reflekstoris.
Menurut Arikunto (1990: 102) yang dimaksud dengan hasilbelajar adalah
suatu hasil yang cliperoleh siswa setelah mengikuti proses pengajaran yang
dilakukan oleh guru. Hasil belajar ini biasanya dinyatakan dalam benruk angka,
huruf, atau kata-kata baik, sedang, kurang, dan sebagainya.
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
23/129
23
Begitu pula menurut Hamalik (2003: 155) hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku pada did siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk
perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil belajar itu biasanya
dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kata-kata baik, sedang, kurang dan
sebagainya. Sedangkan menurut Djamarah (1997: 22) hasil belajar adalah hasil
yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan peru dari dalam diri
individu sebagai hasil dari proses belajar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk
atau huruf. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar juga dapat ditunjukkan
dalam bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah
laku, keterampilan, kecakapan, kebiasai. serta perubahan aspek-aspek lain yang
yang ada pada individu yang belajar.
Menurut Gagne (1977), Gagne dan Driscoll (1988) hasil belajar bukan
merupakan proses tunggal, melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh
pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku, dimana tingkah laku tersebut
merupakan hasil dari efek kumulatif belajar. Artinya banyak ketrampilan yang
telah dipelajari memberikan sumbangan bagi be ketrampilan yang lebih rumit.
Belajar merupakan suatu proses kompleks yang menghasilkan berbagai
macam tingkah laku yang berlainan yang di "kapasitas". Kapasitas itu diperoleh
orang
(1). Stimulus yang berasal dari lingkungan, dan
(2). Proses kognitif yang dilakukan si balajar
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
24/129
24
Berdasarkan pandangannya ini mendefinisikan secara formal bahwa
"be lajar adalah perubahan dalam disposisi kapabilitas manusia yang
berlangsung selama masa waktu dan tidak semata-mata diseba oleh proses
pertumbuhan. Perubahan terberbentuk perubahan tingkah laku, hal itu dapat
diketahui dengan jalan membandingkan tingkah laku sebelum belajar dan
tingkah laku yang diperoleh setelah belajar. Margaret G. Bell (dalam Panen,
2000) lebih lanjut mengemukakan bahwa perubahan tingkah laku dapat
berbentuk perubahan kapabilitas jenis kerja atau perubahan sikap, minat atau
nilai, perubahan itu harus bertahan selama beberapa periode waktu.
Menurut Gallowing (1976), belajar merupakan suatu proses internal
yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan factor-
faktor lain. Proses belajar disini antara lain mencakup pengaturan stimulus
yang diterima dan penyesuaian dengan struktur kognitif yang terbentuk dalam
pikiran seseorang berdasarkan pengalamanpengalaman sebelumnya.
Gagne (1977) menemukan lima ragam belajar yang terjadi pada
manusia, yaitu ; 1). Informasi verbal, 2). Ketrampilan intelek, 3). Ketrampilan
motorik, 4). Sikap, dan 5). Siasat kognitif.
Informasi verbal adalah kapabilitas yang dinyatakan dengan kategori
memperoleh label atau nama-nama, fakta dan bidang pengetahuan yang telah
tersusun. Menurut Sinambela (1977) kemampuan verbal ini sangat erat
hubungannya dengan hasil belajar. Hasil penelitian Rusiaman (1990) dan
Mukhayar (1991) menemukan bahwa proses menalar banyak tergantung dari
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
25/129
25
perpaduan antara intelegensi dan kemampuan verbal siswa. Kegiatan untuk
mengetahui kapabilitas informasi verbal ini dilakukan dengan mengatakan,
suatu faktor atau peristiwa, memberi nama lain yang hampir sama, membuat
ikhtisar dari informasi yang telah dipelajari.
Data informasi verbal menurut Huda (1997) pada umumnya diperoleh
dengan tiga teknik yaitu ; kuesioner, buku harian, dan wawancara Dari
kuesioner dan buku harian diperoleh informasi verbal tulis, namun kuesioner
lebih produktif daripada buku harian. Wawancara dapat menghasilkan
informasi verbal Jenisnya terdiri dari wawancara konvensi yang menanyakan
pengalaman, perasaan, dan pengamatan yang telah dilakukan oleh
pembelajar terhadap dirinya sendiri. Dan wawancara tentang apa yang
berlangsung dalam pikiran pembelajar. Teknik kedua ini disebut verbalisasi
pikiran aloud).
Keterampilan intelek adalah kapabilitas yang berupa keterampilan
membuat seseorang mampu dan berguna di masyarakat. Keterampilan
intelektual berhubungan dengan pendidikan formal mulal tingkat dasar dan
seterusnya. Keterampilan intelek ini terdiri atas empat ketrampilan yang
berhubungan dan bersifat sederhana sampai yang rumit yaitu belajar
diskriminasi (membedakan), belajar konsep konkrit konsep menurut definisi,
belajar kaidah belajar kaidah yang tarafnya lebih tinggi. Ketrampilan gerak
(motorik) adalah kapabilitas yang mendasari pelaksanaan perbuatan
jasmaniah. Ketrampilan ini bila dipraktekkan akan bertambah sempurna.
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
26/129
26
Untuk itu dalam mengajarkannya perlu banyak pengulangan atau latihan-
latihan di umpan balik dari lingkungan.
Sikap adalah kapabilitas yang mempengaruhi pilihan tentang
tindakan mana yang perlu diambil. Menurut Wrightsman (1988) sikap adalah
kesediaan untuk bertingkah laku terhadap objek di lingkungan. Karakteristik
dari sikap senantiasa mengikutsertakan segi evaluasi yang berasal dari
komponen afeksi. Komponen afeksi mengandung sistem penilaian emosional
yang dapat bersifat positif/negatif atau dapat menimbulkan perasaan
senang/tidak senang. Berdasarkan penilaian ini maka terjadilah
kecenderungan untuk bertingkah laku.
Krech dan Crutchfield (1962) dalam Zahera (1997) mengemukakan
bahwa sikap seseorang ditentukan oleh faktor kebutuhankebutuhan individu,
informasi yang diperoleh mengenai objek sikap, kelompok tempat individu
berafiliasi, dan kepribadian individu. Sedangkan Nimpoeno (1988)
menyebutkan bahwa sikap dan tingkah laku manusia sangat dipengaruhi oleh
nilai dan norma yang diba-wa sejak masa kecilnya. Ciri kapabilitas ini adalah
tidak menentukan tindakan khusus apa yang perlu diambil. Belajar
memperoleh sikap didasarkan pada informasi tentang tindakan apa yang perlu
dilakukan dan apa akibatnya.
Yang terakhir adalah siasat kognitif yaitu kapabilitas yang mengatur
bagaimana si belajar mengelola belajarnya, seperti mengingat atau berfikir
dalam rangka pengendalian sesuatu untuk mengatur suatu tindakan, hal ini
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
27/129
27
mempengaruhi dan perhatian si belajar dan informasi yang tersimpan dalam
ingatannya. Kapasitas ini mempengaruhi siasat si belajar dalam rangka
menemukan kembali hal-hal yang teiah tersimpan. Siasat kognitif ini
merupakan suatu proses inferensi atau induksi dimana seseorang mengingat
objek-objek dan kejadian-kejadian dalam rangka memperoleh suatu kejelasan
mengenai suatu gejala untuk menghasilkan induksi.
Jerome S. Bruner adalah seorang ahli Psikologi Kognitif, yang
memberi dorongan agar pendidikan memberi perhatian pada pentingnya
pengembangan berfikir. Bruner tidak mengembangkan teori belajar yang
sistematis, dasar pemikiran teorinya memandangbahwa manusia adalah
sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta informasi.
Oleh karenanya yang terpenting dalam belajar menurut Bruner
adalah cara-cara bagaimana seseorang mempertahankan dan
mentransformasikan informasi yang diterimanya secara aktif. Sehubungan
dengan itu Bruner sangat memberi perhatian pada masalah apa yang
dilakukan manusia dengan informasi yang diterima itu untuk mencapai
pemahaman dan membentuk kemampuan berfikir siswa.
Selanjutnya menurut Bruner (1962) agar proses belajar berjalan lancar
terdapat tiga faktor yang sangat ditekankan dan harus menjadi perhatian para
guru didalam menyelenggarakan pembelajaran yaitu :
1. Pentingnya memahami struktur pelaj aran.
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
28/129
28
2. Pentingnya belajar aktif supaya seseo dapat menemukan sendiri konsep-konsep
3. sebagai dasar untuk memahami de benar4. Pentingnya nilai dari berfikir induktif.
Berdasarkan pandangan Bruner ini, maka ada empat aspek utama yang
harus menjadi perhatian dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut:
a. Struktur Mata Pelajaran. Struktur mata pelajaran berisi ide-ide,
konsep-konsep dasar, hubungan antar konsep atau contoh-contoh dari
konsep tersebut yang dianggap penting. Menurut Bruner proses belajar
akan lebih bermakna, berguna dan mudah diingat oleh siswa bila
difokuskan pada memahami struktur mata pelajaran yang akan dipelajari,
sebab si belajar dapat menghubungkan antara pokok bahasan yang satu
dengan pokok bahasan yang lain, baik dalam mata pelajaran yang sama
atau dalam mata pelajaran yang berbeda.
b. Kesiapan Untuk Belajar. Dalam belajar guru harus memperhatikan
kesiapan si belajar untuk mempelajari materi baru atau yang bersifat
lanjutan. Kesiapan belajar dapat terdiri atas penguasaan
ketrampilanketrampilan yang lebih sederhana yang telah dikuasai
terlebih dahulu dan yang memungkinkan seseorang untuk memahami dan
mencapai ketrampilan yang lebih tinggi. Kesiapan untuk belajar ini
dipengaruhi oleh kematangan psikologi dan pengalaman si belajar. Untuk
mengetahui apakah si belajar telah memiliki kesiapan untuk belajar perlu
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
29/129
29
diberikan tes mengenai materi awal yang berhubungan dengan topik yang
akan diajarkan. Bila si belajar dapat mengerjakan tes dengan baik, berarti
ia telah siap. Bila ia tidak mampu mengerjakan sekalipun ia telah bekerja
keras, ia dinyatakan belum siap.
c. Institusi. Menurut Bruner motivasi adalah teknik-teknik intelektual analitis
untuk mengetahui apakah formasi-formasi itu merupakan kesimpulan
yang sahih atau tidak.
d. Motivasi . Menurut Bruner motivasi adalah kondisi khusus yang dapat
mempengarhui individu untuk belajar. Motivasi merupakan variabel
penting, oelh karena nya Bruner Percaya bahwa hampir semua anak
mempunyai masa-masa pertumbuhan akan Keinginan Untuk Belajar ,
ganjaran (reward) dan hukuman (punishment) mungkin penting untuk
meningkatkan perbuatan tertentu atau untuk membuat mereka yakin
hingga mau mengulanggi apa yang sudah dipelajari. Burner menekankan
pentingnya motivasi instrinsik dibandingkan motivasi ekstrinsik.
Dari uraian diatas tampak bahwa belajar merupakan rangkaian aktivitas
yang kompleks, tetapi dilakukan dengan sadar oleh seseorang yang
mengakibatkan terjadinya perbuahan tingkah laku. Kasiyanti (2000)
mengemukakan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Belajar adalah suatu proses dimana terjadi hubungan salingmempengarhui secara dinamis antara siswa dan lignkungan.
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
30/129
30
b. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah, dan jelas bagi siswa. Tujuanakan menentukan dalam belajar untuk mencapai harapan-harapannya.
c. Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yangmurni dan bersumber di dalam dirinya sendiri.
d. Senantiasa ada rintangan dan hambatan dalam belajar, karena itu Siswaharus sanggup mengatasinya secara tepat.
e. Belajar memerlukan bimbingan, bimbingan itu baik dari dosen atautuntutan dari buku pelajaran sendiri.
f. Jenis belajar yang paling utama ialah untuk berfikir kritis, lebih baikdaripada pembentukkan kebiasaan mekanis.
g. Cara belajar yang paling efektif adalah dalam bentuk pemecahan masalahmelalui kerja kelompok asalkan masalah-masalah tersebut telah disadari
bersama.
h.
Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga
diperoleh p en gertian-p en gertian .
i. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telahdipelajari dapat dikuasai.
j. Belajar harus di s ertai kein gin an dan kemauan yang kuat untukmencapai tujuan atau hasil.
k. Belajar dianggap berhasil apabila sipelajar telah sanggup mentransferkanatau menerapkannya ke dalam bidang praktek sehari-hari.
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
31/129
31
Sesuai dengan prinsip-prinsip belajar di atas, maka untuk memperoleh
hasil belajar yang optimal, dibutuhkan tiga tahap kegiatan yaitu ; 1). persiapan
belajar, 2). Pelaksanaan belajar, dan 3). pengendalian belajar. Pada tahap
persiapan yang harus dilakukan Siswa SMPN1 Tanah Tumbuh adalah
menyiapkan situasi dan kondisi belajar yang menyenangkan yaitu meliputi ;
menyiapkan ruang belajar yang bersih, pencahayaan dan ventilasi yang baik
memelihara kesehatan jasmani, emosional dan sosial, mengatur waktu belajar,
menyiapkan bahan ajar dan alat tulis yang dibutuhkan.
Pada tahap pelaksanaan belajar, yang harus dilakukan adalah membaca,
menghafal, membuat catatan kritis, menjawab pertanyaan, mengerjakan latihan,
berdiskusi atau bertanya jawab dengan teman sejawat (jika Sedangkan pada tahap
pengendalian belajar yang dilakukan adalah mengevaluasi efektivitas hasil belajar
dan menguji apakah hasil dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi bila ditinjau dari proses pengukuran dapat dikatakan bahwa hasil
belajar merupakan kecakapan nyata yang dapat diukur secara langsung dengan tes
dan dapat dihitung hasilnya dengan angka (Woodwort 86 Mar 1957). Hal ini
berarti bahwa hasil belajar seseorang dapat diperoleh melalui peringkat tes dan
dengan basil tes dapat memberikan informasi tentang seberapa jauh kemam
penyerapan materi oleh seseorang mengikuti proses pembelajaran.
Oleh karena itu basil belajar siswa cermin dari pengetahuan, ketrampilan
sikap yang diperoleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Prestasi
belajar merupakan hasil belajar yang telah diukur dan ditunjukkan dengan nilai.
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
32/129
32
Good (1959) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan pengetahuan
yang diperoleh atau ketrampilan yang dikembangkan dalam pelajaran di sekolah,
yang biasanya ditunjukkan dengan skor atau nilai atau pekerjaan yang
dikembangkan guru.
Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam
(faktor internal) maupun faktor dari luar (faktor eksternal). Menurut Suryabrata
(1982: 27) yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan faktor
psikologis (misalnya kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kemampuan kognitif),
sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan faktor
instrumental (misalnya guru, kurikulum, dan model pembelajaran).
Gagne (1985) menyebut dengan istilah kondisi internal (internal
conditions) dan kondisi eksternal (external condition). Faktor internal adalah
faktor yang berasal dalam diri individu yang mempengaruhi prestasi belajar
siswa. Faktor-faktor tersebut dibedakan menjadi tiga, yaitu : (1) faktor fisiologis,
(2) faktor psikologis, yang meliputi faktor intelektif (kecerdasan, minat,
kebutuhan, emosi dan motivasi), serta (3) faktor kematangan. Sedangkan faktor
eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu yang.mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Faktor-faktor tersebut dibedakan atas faktor : (1)
lingkungan budaya, (2) lingkungan fisik, (3) lingkungan spiritual, dan (4)
lingkungan Keagamaan (Rusyan dan Samsudin, 1989). Sedangkan Bloom
(1982:11) mengemukakan tiga faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar,
yaitu kemampuan kognitif, motivasi berprestasi, dan pembelajaran.
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
33/129
33
2.1.1 Motivasi Belajar
Kata motivasi berasal dari kata motiv yang pada hakekatnya
merupakan terminologi umum yang memberikan makna "daya dorong
"keinginan", "kebutuhan", dan "kemauan Motif yang telah aktif disebut
"motivasi".
Mc Donald (dalamSardiman, 2001:71) menyatakan bahwa motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
"perasaaan/feeling dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan. Elemen
pentingnya terdiri dari : (1) motivasi itu mengawali terjadinya beberapa perubahan
energi diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa
beberapa perubahan energi di dalam system "neurophysiological yang ada pada
manusia karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu
muncul dari dalam diri manusia ) penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik
manusia. (2) motivasi ditandai dengan munculnya perasaan (feeling) dan afeksi
seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,
afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. Dan (3) motivasi
akan terangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya
merupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan.
Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena
terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini
menyangkut soal kebutuhan. Marx (1976: 418) menyatakan bahwa motivasi
menentukan arah dan intensitas tingkah laku. Hudgin (1983: 390) mengemukakan
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
34/129
34
bahwa motivasi ini mengarahkan tingkah laku untuk mencapai pada tujuan/ ends.
Motivasi muncul sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi.
Kretct Ballachey (1962: 69) mengatakan bahwa motivasi didasari atas keinginan dan
tujuan. Brown (1980: 113), menjelaskan bahwa motivasi adalah dorongan atau
rangsangan yang bersifat menyeluruh, situasional, dan berorientasi pada tugas yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Sejak tahun 1940-an David McClelland memulai mengembangkan teori tentang
motivasi yang difokuskan pada personality, dan temuannya yang sangat terkenal
disebutkan bahwa kesuksesan seseorang ditentukan oleh perilaku khusus yang
bersumber dari trait psikologis (McClelland, 1961). Sebaliknya Maehr and Braskamp
(1986:35) mengemukakan bahwa motivasi merupakan respon terhadap berbagai
situasi. Menurutnya faktor-faktor situasi atau kontektual yang berpengaruh terhadap
motivasi meliputi; normative expectations, role-related expectations, incentives,
sociocultural definition, dan interpersonal demands.
Secara teoritis teori tentang motivasi dikelompokkan dalam dua kelompok teori
utama yaitu : (1) teori-teori isi (content theories) atau sering juga disebut teori
kebutuhan ( need theories) atau teori kepuasan, dan (2) teori-teori proses (process
theory). Teori-teori isi berkenaan dengan pertanyaan apa penyebab-penyebab perilaku
atau memusatkan pada pertanyaan "apa" dari motivasi. Teori-teori isi yang terkenal
dapat disebutkan antara teori hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow, teori
pemeliharaan atau Frederick Herzberg, teori Mc Gregor, dan prestasi dan teori David
McClelland. Teori- teori proses berkenaan dengan bagaimana perilaku dimulai dan
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
35/129
35
dilaksanakan atau menjelaskan aspek "bagaimana" dari motivasi. Teori-teori proses
antara lain adalah : teori pengharapan (Expectancy theory) dari Victor Vroom teori
pembentukan tingkah laku (operant conditioning), teori Porter-Lawler, dan keadilan.
Teori isi dari motivasi memutuskan perhatian pada pertanyaan : apa yang
menyebabkan perilaku terjadi dan berhenti? Jawabannya terpusat pada: kebutuhan-
kebutuhan, motif-motif, atau dorongan-dorongan yang mendorong, menekan, memicu
dan menguatkan dengan faktor-faktor eksternal yang menyebabkan, mendorong dan
mempengaruhi seseorang untuk berlaku.
Secara hierarkis, kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow terdiri dari lima,
yaitu ; physiology, safety, sosial, esteem dan self actualization. Frederick Herzberg
(teorunya disebut motivation maintenance theory) melihat kebutuhan manusia itu
menjadi dua kontinum yaitu motivation (satiesfiers) dan hygiene factors
(dissatisfiers). Satiesfier adalah faktor-faktor atau situasi yang merupakan sumber
kepuasan yang terdiri dari; achievement, recognation, work it self; responsibility, dan
advancement. Sedangkan dissatisfier ialah faktor-faktor yang menjadi sumber
ketidakpuasan yang terdiri dari ; company policy administration, supervision
technical, salary, interpersonal relations, working condition, job security, dan status
(Wexley 8s Yukl, 1977).
Menurut hasil penelitian Herzberg, motivation atau satisfiers yang disebut juga
intrinsic factors jika dipenuhi akan menimbulkan kepuasan, tetapi bila tidak dipenuhi
tidak terlalu mengakibatkan ketidakpuasan. Sedangkan hygiene factors atau disebut
extrinsic factors mempunyai kaitan erat dengan ketidakpuasan, artinya perbaikan
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
36/129
36
terhadap kondisi ini akan menghilangkan atau mengurangi ketidakpuasan, tetapi tidak
menimbulkan kepuasan.
Teori kebutuhan lain dikemukakan David Mc Clelland, yang melukiskan bahwa
kebutuhan manusia terdiri dari ; need for power (n/PWR), need for affiliation
(n/AFT), dan need for achievement (n/ACH). Mc Clelland (dalam Wahjosumidjo,
1984) m erekom en d asikan beberapa hal untuk memenuhi kebutuhan tersebut antara
lain ; memberikan sesuatu yang membuat mereka puas, memberikan mereka otonomi,
umpan balik terhadap sukses dan kegagalan, berikan mereka peluang untuk tumbuh,
dan berikan mereka tantangan.
Dari pengertian motivasi di atas, kemudian diaplikasikan dalam kegiatan belajar,
maka motivasi belajar pada hakekatnya adalah dorongan penggerak aktif dalam diri
siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Motivasi belajar bisa dikatakan sebagai
energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului
dengan tanggapan terhadap tujuan-tujuan belajar. Motivasi belajar menentukan secara
langsung terhadap intensitas belajar. Seseorang yang memiliki motivasi belajar tinggi
akan melakukan kegiatan belajar secara optimal (Wiyono,2003:28-34)
Motivasi belajar merupakan variabel yang paling penting, karena proses belajar
akan lebih efisien, jika warga belajar yang bersangkutan memiliki keinginan untuk
mempelajari sesuatu yang dipikirkannya (Kibler, et al, 1981: 122-183). Coffey et al
(1975:214) menyatakan bahwa, sifat keragamam dan kedinamisan manusia
menjadikan perbedaan serta perubahan kebutuhan secara
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
37/129
37
Individul sesuai dengan situasi dan kondisi, bagi individu hal ini merupakan
pendorong tumbuhnya motivasi memenuhi kebutuhan untuk mencapai kepuasan.
Seperti telah disebutkan di halaman depan Bloom (1982: 11) mengemukakan tiga
faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar kemampuan kognitif, motivasi
berprestasi, kualitas pembelajaran.
Kemampuan kognitif dapat diartikan sebagai kapasitas mental yang merupakan
pranata bagi manusia untuk menyadari atau memperoleh pengetahuan tentang
sesuatu objek. Kemampuan kognitif tersebut mencakup
proses seperti menyadari, mengorganisasikan, memahami, mempertimbangkan,
dan mengemukakan berbagai alas an (Molenda, 1981: 1). Selanjutnya proses kognitif
dapat juga diartikan sebagai operasi mental yang terjadi pada waktu manusia berfikir
yang meliputi adanya informasi, kejadian, objek, dan peristiwa yang ada (Glasser dan
Holyoak, 1986: 2) dan mengemukakan alas an-alasan sebagai basil dari proses
analisis, sintesis dan evaluasi (Davies, 1989: 151).
Operasi kognitif dipengaruhi oleh strategi kognitif yaitu cara-cara yang digunakan
individu dalam mengarahkan perhatian, belaj ar, mengingat dan berfikir. Semua hal
tersebut merupakan kemampuan yang dip erlukan dalam melakukan kegiatan
mengarahkan diri. Pada giliran berikutnya strategi kognitif merupakan pranata untuk
mengontrol dan memodifikasi proses belajar (Gagne dan Briggs, 1979: 71).
Strategi kognitif berbeda dengan ketrampilan intelektual karena ketrampilan
intelektual menyangkut orientasi individu terhadap aspek-aspek yang terdapat di
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
38/129
38
dalam lingkungan yang mempengaruhi individu dalam memecahkan masalah yang
berkaitan dengan
angka-angka, kata-kata, symbol-simbol. Strategi kognitif menyangkut
kemampuan individu mengendalikan kemampuannya di bidang ketrampilan
intelektual (Gagne, 1979: 60).
Kemampuan kognitif dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : faktor perhatian,
persepsi, struktur pengetahuan, formasi dan asimilasi konsep serta Bahasa. Gagne dan
Briggs (1979: 62) mengemukakan bahwa pengembangan kemampuan kognitif dapat
dilakukan dengan melatih berbagai keterampilan kognitif. Kegiatan ini dilakukan
secara hirarkhis yang dimulai dari pengembangan kemampuan melakukan
diskriminasi, secara konkrit, berpikir secara abstrak dengan memahami berbagai
hukum dan prinsip diikuti dengan pemecahan masalah.
Penerapan proses pembelajaran yang mengembangkan kemampuan aktualisasi
kognitif tingkat tinggi perlu mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan
strategi pembelajaran yang tersusun secara sistematis dimulai dari tahap awal, tahap
penyajian dan tahap penutup dan pemantapan dan ditekankan pada pengembangan
kemampuan dalam mempertentangkan atribut berbagai konsep, berbagai kondisi yang
berkaitan dengan hubungan sebab akibat sebagai prosedur yang menuju pada
pengembangan kemampuan. aktualisasi kognitif tingkat tinggi dalam bentuk berpikir
analisis kritis. penggunaankemampuan berpikir analisis sintesis menghasilkan
aktualisais kognitif tingkat tinggi dalam bentuk berpikir konstruktif, produktif dan
berpikir kreatif (Jamaris, 2004 67-101).
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
39/129
39
Selanjutnya mengenai motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi terkait erat
dengan prestasi belajar (Jegede, 1994), karena memberi arahan dan insensitas
terhadap perilaku berprestasi (Gagne, 1985).
Motivasi berprestasi menurut Hackhausen (1968:4-2) adalah dorongan pada
individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kecakapan setinggi mungkin
dalam segala aktivitas dimana suatu standar keunggulan digunakan sebagai
pembanding. Dalam melaksanakan aktivitas tersebut ada dua kemungkinan berhasil
atau gagal. Ia mengemukakan tiga standar keunggulan yang dapat digunakan, yaitu :
(1) task related standard of excellence (tugas, yang berhubungan dengan penyelesaian
tugas dengan sebaikbaiknya). (2) self related standard of excellence (diri, yang
berhubungan dengan pencapaian prestasi lebih tinggi dari sebelumnya), dan (3) Other
standard of excellence (orang lain, yang berhubungan dengan pencapaian prestasi
lebih tinggi daripada prestasi orang lain). Motivasi
berprestasi merupakan kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu
secepat dan sebaik mungkin. Kajian indikator yang digunakan adalah : harapan untuk
sukses, kekhawatiran akan gagal, berkompetisi dan bekerja keras (Robinson, 1961
dalam Cohen, 1976).
Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan berusaha menyelesaikan
tugas yang diberikan kepadanya dengan sebaik-baiknya, meraih prestasi yang lebih
balk daripada sebelumnya, melebihi prestasi rata-rata rekan-rekannya, bahkan
mungkin melampaui persyaratan maksimal yang ditetapkan.
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
40/129
40
Murray (1964) mengemukakan beberapa cirri individu yang bermotivasi
berprestasi tinggi, yaitu : memiliki sikap percaya diri, bertanggungjawab, aktif dalam
kegiatan masyarakat dan kampus, lebih memilih orang yang ahli sebagai mitra dari
pada orang yang simpatik, dan lebih tahan terhadap tekanan social. Haditono (1979:
29) mengemukakan enam ciri individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi
yaitu : (1) memiliki gambaran diri positif, optimis dan percaya diri, (2) lebih memilih
tugas yang tingkat kesukarann sedang-sedang raja daripada tugas yangtinkgat
kesukarannya sukar atau sangat mudah, (3) berorientasi ke masa depan, (4) sangat
menghargai waktu, (5) tabah, tekun dan gigih dalam mengerjakan tugas, (6) lebih
memilih seorang ahli sebagai mitra daripada orang yang simpatik.
Sedangkan menurut McClelland (dalamTaruh, 2003: 21) siswa yang memiliki
motivasi berprestasi tinggi biasanya mempunyai ciri-ciri ingin mengerjakan sesuatu
terbaik, selalu mempunyai harapan untuk sukses ingin berusaha sendiri, memiliki
semangat belajar yang tinggi dalam berkompetisi, tabah menghadapi rintangan,
mempunyai tanggungjawab pribadi dan berorientasi ke masa depan.
Motivasiberprestasi siswa merupakan aspek penting dalam pengajaran dan
sepenuhnya berhubungan dengan peran guru. Kegagalan dalam motivasi berprestasi,
seperti siswa merasa bosan, gelisah, tidak kooperatif tampak menjadi kendala utama
pengajaran (Gagne,1985). Kegagalan tersebut menimbulkan konsekuensi untuk
memodifikasi strategi pengajaran yang sesuai dengan motivasi berprestasi siswa.
Dalam pengajaran, motivasi berprestasi siswa merupakan variabel yang tidak
dapat dimanipulasi oleh perancang pengajaran (Degeng, 1991). Oleh karenanya
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
41/129
41
variabel ini hendaknya dijadikan pijakan dalam memilih dan mengambangkan
strategi pengajaran yang optimal. Dalam menciptakan situasi yang kondusif untuk
membangkitkan motivasi di lingkungan pendidikan, Ron Renchler (1992: 19)
memberikan tip sebagai berikut :
a. Pelihara komunikasi dan saling pengertian antara guru dengan siswa.
b. Tunjukkan kepada siswa bagaimana motivasi memiliki peranan yang penting
dalam kehidupan pribadi, pembentukan kema_mpu an profe sion al dan
pengembangan kepribadian.
c. Lakukan kerjasama antara siswa, guru, orang tua siswa dan yang lainnya untuk
membangun tantangan yang berkaitan dengan pencapaian prestasi sekolah dan
peningkatan prestasi akademik.
d. Upayakan kegiatan yang mendemonstrasikan bagaimana motivasi memiliki peran
penting dalam seting noneducational.
e. Susun program instruksional sebagai alternatif praktek pendidikan tradisional yang
efektif dapat menumbuhkan motivasi siswa.
f. Diskusikan topik motivasi se sering mungkin diantara siswa, guru dan staff yang
lain.
g. Tunjukkan kepada siswa-siswa bahwa sukses itu penting. Sarankan kepada siswa
bagaimana mencapai sukses, dan beri reward terhadap siswa yang sukses.
h. Kembangkan atau buat skedul tentang inservice programs dengan fokus motivasi,
dan ajak para administrator dalam program tersebut
i. Tunjukkan bahwa belajar dalam program tersebut
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
42/129
42
j. Pahami dan promosikan nilai-nilai motivasi instrinsik dan ekstrinsik.
Motivasi Hakekat motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan
seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang
menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam
dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasari atas motivasi tertentu
mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.
Motivasi terjadi apabila seseorang mempunyai keinginan dan kemauan untuk
melakukan suatu kegiatan atau tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu
Motivasi merupakan konsep hipotesis untuk suatu kegiatan yang dipengaruhi oleh
persepsi atau tingkah laku seseorang untuk mengubah situasi yang tidak memuaskan
atau tidak menyenangkan.
Motivasi dipengaruhi oleh keadaan emosi seseorang. Guru dapat memberikan
motivasi siswa dengan dengan melihat suasana emosional siswa tersebut.
Menurutnya, motivasi berprestasi dimiliki oleh setiap orang, sedangkan
intensitasnya tergantung pada kondisi mental orang tersebut.
Berdasarkan teori-teori motivasi yang telah dikemukakan diatas dapat
disimpulkan, motivasi adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang
untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang mempunyai indikator sebagai
berikut : (1) Adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan, (2) adanya
dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan, (3) Adanya harapan dan cita-cita, (4)
Penghargaan dan penghormatan atas diri sendiri, (5) Adanya lingkungan yang baik,
dan (5) Adanya kegiatan yang menarik.
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
43/129
43
Belajar Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan
latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap. Bahkan meliputi segenap
aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi
pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses hasil
belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi, hakikat
belajar adalah perubahan. (Djamarah, 2002:11). 19Pendapat Uno (2007) tentang
pengertian balajar : (1)
Memodifikasi atau memperteguh kelekuan melalui pengalaman, (2) suatu proses
perubahan tingkah laku individu dengan lingkunganya, (3) Perubahan tingkah laku
yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian, atau
mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar, yang terdapat
dalam berbagai bidang studi, atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan
atau pengalaman yang terorganisasi, (4) Belajar selalu menunjukkan suatu proses
perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman
tertentu (Uno, 2007:7-9).
Uno (2007) menjelaskan lebih jauh bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Uno, 2007:78-79).
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
44/129
44
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan llingkungannya (Slameto, 2003:2).
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan
pengalaman (Hamalik, 2004:154).
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Ngalim Purwanto dalam
bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan adalah : 20
a. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor
individual.
b. Faktor yang ada di luar individu yang kita faktor sebut faktor sosial. Yang
termasuk ke dalam faktor individual antara lain kematangan atau
pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga
atau keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan
dalam belajarnya, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.
Dari beberapa teori belajar yang dikemukakan diatas, dapat dirangkum bahwa
belajar merupakan suatu pengalaman yang diperoleh berkat adanya interaksi antara
individu dengan lingkunganya. Belajar menunjukkan suatu proses perubahan
perilaku atau pribadi seseorangberdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.
Sedangkan dari beberapa definisi tantang belajar, dapat dirumuskan bahwa belajar
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
45/129
45
adalah proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan interaksi
antara individu dan lingkungannya yang dilakukan secara formal, informal, dan non
formal.
Motivasi Belajar Siswa
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar
adalah perubahan tingkah laku secara relative permanen dan secara potensial terjadi
sebagai hasil dari praktik atau 21 penguatan (reinforced practice) yang dilandasi
tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan
berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan ciat-cita. Sedangkan faktor
ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan
kegiatan belajar ayang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut
disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk
melakukan aktifitas belajar yang lebih giat dan semangat.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-
siawa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada
umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator
motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : (1) Adanya hasrat dan
keinginan berhasil, (2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) Adanya
harapan dan cita-cita masa depan, (4) Adanya penghargaan dalam belajar, (5)
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
46/129
46
Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, (6)Adanya lingkungan bel;ajar yang
kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan
belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan bahan
pelajaran dan kegiatan pembelajaran siswa yang bersangkutan. Dengan kata lain,
kebermaknaan bahan pelajran dan 22 kegiatan pembelajaran memiliki peranan yang
amat penting dalam keberhasilan belajar siswa. (Djamarah, 2002:80).
Motivasi adalah pendorong suatu usaha yang didasari untuk mempengaruhi
tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu
sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu (Purwanto, 2006:71).
Tujuan motivasi bagi seorang guru adalah untuk menggerakan atau memacu para
siswanya agar timbul keinginan dan kemajuan untuk meningkatkan prestasi
belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan
ditetapakan di dalam kurikulum sekolah (Purwanto, 2006:73).
Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan
prilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar.
1). Peranan Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar. Motivasi dapat berperan
dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu
masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat
bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
47/129
47
2). Peranan Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar. Peran motivasi dalam
memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan
tertarik untuk belajar 23 sesuatu, jika yang dipelajari itu setidaknya sudah dapat
diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.
3). Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar. Seorang anak yang telah termotivasi
untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun,
dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa
motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.
Sebaliknya, apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk
belajar, maka dia tidak tahan lama belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan
hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motvasi sangat berpengaruh terhadap
ketahanan dan ketekunan belajar (Uno, 2007:27-28).
4). Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan
belajar yang akan dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf
maupun kalimat yang dapat me4ncerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap
anak dalam mperiode tertentu (Tirtonegoro, 2001:43).
Prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Adapun faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar siswa menurut Slameto (2003 : 54-60) adalah:
a.Faktor Intern
1). Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun dari pengalaman
siswa. Faktor ini diantaranya adalah panca indra 24 yang tidak berfungsi sebagai
mestinya, seperti cacat tubuh, mengalami sakit dan sebagainya
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
48/129
48
2). Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari
pengalaman, terdiri atas:
a) Faktor intelektif yang mempunyai potensial, yaitu kecerdasan
dan bakat serta faktor kecakapan nyata dan potensi yang
dimiliki oleh siswa.
b) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu
seperti sikap, motivasi, emosi dan penyesuaian materi.
b.Faktor ekstern
Faktor ekstern meliputi:
1). Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan seolah, lingkungan
masyarakat dan lingkungan kelompok;
2). Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, tegnologi dan kesenian;
3). Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim;
4). Faktor spiritual dan keagamaan;
2.1 Belajar dan Pembelajaran
Uraian bab ini mengenai teori yang mendukung penelitian terutama yang
bekaitan dengan variable penelitian, antara lain : (1) pembelajaran menulis pada
kurikulum Sekolah Menengah Pertama, (2) kemampuan menulis karangan, dan
(3) tinjauan tentang kontekstual. Disamping itu, pada bagian ini juga dipaparkan
tentang kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Untuk lebih jelas diuraikan
sebagai berikut :
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
49/129
49
2.1.1. Pembelajaran Menulis pada Kurikulum Sekolah Dasar
Dalam pembelajaran menulis guru menggunakan kegiatan menulis yang
bervariasi sehingga siswa tidak merasa jenuh atau bosan. Ramirez (1990;229)
mengemukakan bahwa "Kegiatan menulis dapat berupa melengkapi kalimat,
membuat catatan, menulis karangan dan laporan, membuat surat, dan
menciptakan puisi atau cerita. Kepala (dalam Ramirez, 1995;273) menyatakan
empat kegiatan menulis, yaitu : (1) writing without composing, yaitu mengisi
titik-titik dadlam lataihan menulis, melengkapi bentuk, dan transkip atau
daftar kata, (2) writing for informasi purposes, misalnya note taking, laporan,
ringkasan, (3) writing for persona/purposes, misalnya jurnal, buku harian,
memo, catatan, (4) writing for imaginative purposed, misalnya cerita fisik,
drama, dan puisi.
Jenis kegiatan menulis yang disampaikan oleh Ramirez dan Kaplan di
atas dibedakan menjadi dua, yaitu sastra dan nonsastra. Jenis kegiatan menulis
nonsastra meliputi membuat catatan, laporan, surat, buku harian, memo, dan
jurnal, sedangkan jenis sastra meliputi menulis puisi, drama, dan cerita. Jenis
kegiatan menulis tersebut seperti yang tertuang dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan.
Suyanto dan Hisyam (2000: 93) mengungkapkan bahwa "pembelajaran
menulis perlu diarahkan secara fungsional, komunikatif, dan kreatif'. Guru
hendaknya mengaitkan dengan mata pelajaran lain untuk peningkatan
9
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
50/129
50
pembelajaran menulis secara fungsional, misalnya menulis karya ilmiah
remaja (KIR) atau penelitian ilmiah remaja (PIR). Kedua jenis karya ilmiah
ini memang ada perbedaan. Pada KR, karya ilmiah ditekankan sebagai hasil
dari sebuah penelitian, sedangkan KIR tidak harus merupakan karya berupa
hasil penelitian. KIR dapat berupa sebuah karya hasil studi kepustakaan.
Kedua jenis ini melatih kemampuan siswa untuk berpikir kritis karena dalam
menulis keduanya harus memenuhi kriteria pendekatan ilmiah. Pendekatan
ilmiah adalah langkah-langirPh yang meliputi perumusan masalah, perumusan
hipotesis, penalaran deduktif, pengumpulan dan analisis data, serta pengujian
hipotesis.
2.1.2 Kemampuan Menulis Karangan
Kemampuan menulis merupakan salah satu dari empat kemampuan
berbahasa. Keempat kemampuan tersebut adalah kemampuan menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan menyimak dan membaca
termasuk keterampilan reseptif yang berkenaan dengan memahami bahasa,
sedangkan kemampuan berbicara dan menulis termasuk keterampilan
produktif yang berkenaan dengan kemampuan menggunakan bahasa.
Berdasarkan pemerolehannya, kemampuan menulis dikuasai setelah seseorang
menguasai kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca.
Badudu (2001: 1988) menyatakan bahwa "menulis melahirkan pikiran
atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan".
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
51/129
51
Nurgiyantoro (1995: 296) mengungkapkan dua pengertian menulis. Pertama,
pengertian menulis dilihat dan segi kemampuan berbahasa, menulis adalah
aktivitas produktif, dan aktivitas menghasilkan bahasa. Kedua, pengertian
menulis secara umum. Secara umum, menulis adalah aktivitas
mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. Pengertian pertama
menekankan pada aktivitas menggunakan bahasa, sedangkan pengertian kedua
menekankan pada aktivitas mengungkapkan gagasan. Menurut Supriadi
(dalam Kurniawan, 2000) "menulis merupakan proses kreatif yang banyak
melibatkan cara berpikir menyebar (divergen) daripada memusat
(konvergen)".
Ketiga pengertian menulis yang diuraikan di atas memiliki karateristik
yang sama, yaitu: (a) menulis merupakan aktivitas berpikir, (b) aktivitas
menulis memerlukan bahasa tulis sebagai media, (c) produk yang dihasilkan
Bari menulis adalah gagasan (isi tulisan) dan bahasa tulis (tulisan). Dalam
mengungkapkan pengertian menulis di atas, keduanya menekankan bahwa
menulis sebagai suatu aktivitas atau proses produktif gagasan dengan bahasa
tulis, namun Supriadi lebih menekankan bahwa proses tersebut merupakan
proses yang kompleks karena melibatkan aktivitas berpikir secara luas.
Berkaitan dengan pengertian menulis, Brown (2001: 335)
mengungkapkan bahwa secara sederhana menulis merupakan representasi
dari bahasa lisan. Pengertian ini menunjukkan bahwa kompetensi yang harus
dimiliki oleh seseorang dalam menulis berbeda dengan kompetensi yang
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
52/129
52
diperlukan untuk berbicara. Dengan demikian, pengertian Brown ini
melengkapi ketiga karakteristik menulis di atas, yaitu menulis sebagai suatu
aktivitas berpikir yang memerlukan kompetensi khusus, yaitu kompetensi
menggunakan bahasa tulis dengan baik yang tidak semua orang dapat
mengembangkannya.
Berdasarkan uraian keempat pengertian menulis di atas, dapat diketahui
bahwa menulis merupakan: (1) aktivitas berpikir dan bemalar; (2) aktivitas ini
memerlukan bahasa tulis sebagai medianya; (3) aktivitas ini menghasilan
gagasan (isi tulisan) dan bahasa tulis (tulisan) sebagai medianya; dan (4)
aktivitas ini memerlukan kompetensi khusus, yaitu kemampuan menggunakan
bahasa tulis yang tidak semua orang dapat mengembangkannya.
Menurut taksonomi Bloom (dalam Anderson dan Krathwohl, 1991: 149)
penerapan merupakan ranah kognitif yang setingkat lebih kompleks daripada
pemahaman. Secara hierarkis, ranah kognitif tersebut adalah pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kategori pemahaman
bersifat lebih kompleks daripada pengetahuan. Begitu pula penerapan lebih
bersifat kompleks daripada pemahaman. Berdasarkan taksonomi Bloom
tersebut, kemampuan menulis sebagai kemampuan produktif yang bersifat
menggunakan bahasa akan dirasakan lebih kompleks daripada kemampuan
menyimak dan membaca yang berupa keterampilan reseptif yang bersifat
memahami bahasa. Pendapat ini tepat karena seseorang dapat mengunakan
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
53/129
53
atau mengaplikasikan sesuatu setelah seseorang memahami konsep yang akan
diaplikasikan.
Untuk menulis dengan baik, seseorang dituntut menguasai berbagai
unsur kebahasaan, seperti: ejaan, tanda baca, kosakata, struktur kata, struktur
kalimat, paragraf, dan gaya bahasa. Selain unsur kebahasaan, seseorang hams
menguasai unsur di luar bahasa sebagai unsur isi tulisan. Unsur bahasa
maupun unsur isi haruslah teijalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan
karangan yang runtut dan padu (Nurgiyantoro, 1995: 294). Kurniawan (2000:
1) menegaskan bahwa sekurang-kurangnya ada tiga komponen dalam
menulis, yaitu: (1) penguasaan bahasa tulis, yang akan berfungsi sebagai
media tulisan, meliputi: kosakata, struktur kalimat, paragraf, ejaan, pragmatik,
dan sebagainya; (2) penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan
ditulis; dan (3) penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana
merangkai isi dengan tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga
membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita
pendek, makalah, dan sebagainya. Dan dua pendapat di atas, dapat dinyatakan
bahwa agar dapat menulis dengan baik, seseorang harus menguasai bahasa
tulis, isi tulisan yang sesuai dengan topik, dan jenis tulisan.
Menurut Supriadi (dalam Kurniawan, 2000: 4), "menulis merupakan
suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir menyebar
(divergen) daripada memusat (konvergen). Sebagai proses kreatif yang
berlangsung secara kognitif, penyusunan sebuah tulisan memuat empat tahap,
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
54/129
54
yaitu: (1) tahap persiapan (pramenulis), (2) tahap inkubasi, (3) tahap
ihmoinasi, dan (4) tahap verifikasi/ evaluasi. Keempat proses ini tidak selalu
disadari oleh penulis. Namun, jika dilacak lebih jauh semua proses menulis
melalui tahap-tahap Jadi, proses kreatif di sini lebih banyak merupakan proses
bernalar.
Pertama, tahap persiapan atau pramenulis adalah ketika seseorang
menyiapkan diri, mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, mengolah
informasi, menafsirkan, berdiskusi, membaca, mengamati, dan lain-lain yang
akan memperkaya kognitifnya yang diproses selanjutnya. Kedua, tahap
inkubasi adalah pada saat penulis memproses informasi yang dimilikinya
sedemikian rupa sehingga mengantarkannya pada ditemukannya pemecahan
masalah atau jalan keluar yang dicarinya. Ketiga, tahap iluminasi, yaitu ketika
datangnya inspirasi atau insight, yaitu gagasan datang seolah tiba-tiba
berloncatan pada pikiran kita. Pada saat ini apa yang kita pikirkan menemui
jalan keluar. Keempat, tahap verifikasi atau evaluasi, apa yang dituliskannya
sebagai tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai
dengan fokus tulisan.
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
55/129
55
2.1.3 Tinjauan Tentang Pembelajaran Kontekstual
1. Kontekstual dalam Belajar dan Pembelajaran
Aplikasi pembelajaran kontekstual bermula dari pengalaman
pembelajaran tradisional dari John Dewey yang pada tahun 1916
merumuskan suatu kurikulum dan metodologi pengajaran yang terkait
dengan pengalaman dan minat siswa. Definisi belajar dan mengajar
kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey yang
menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik apabila yang dipelajari
terkait dengan yang telah mereka ketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa
yang tedadi di sekelilinguya (Kitrikulum 2010 SD, 2008, 16). Prinsip dasar
mengajar belajar kontekstual adalah: (1) menekankan pada pemecahan
masalah, (2) mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks
seperti rumah, (3) masyarakat dan tempat kerja, (4) mengajar siswa untuk
memantau dan mengarahkan belajamya sehingga menjadi pembelajaran aktif
dan teikendali, (5) menekankan pengajaran dalam konteks kehidupan siswa,
(6) mendorong siswa belajar dan satu dengan yang lainnya dan belajar
bersama-sama, dan (7) menggunakan penilaian authentic
Jadi prinsip dasar mengajar kontekstual agar siswa mengembangkan
cara belajarnya sendiri dan selalu mengaitkan dengan apa yang telah
diketahui dan apa yang ada di masyarakat yaitu aplikasi dari konsep yang
dipelajari (Kurikulum 2004 SD 2005: 17).
7/23/2019 Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswakelas v Semest
56/129
56
Pendekatan kontekstual merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang banyak digunakan di