Download - MATERI PTM

Transcript
Page 1: MATERI  PTM

ALAT BERAT

UMUM

Analisa harga satuan pekerjaan (jalan) terlihat banyak terkait dengan alat berat, dan alat berat merupakan analisis yang cukup kompleks, sehingga perlu dikaji khusus tentang alat berat.

Alat berat hubungannya sangat erat sekali dan tidak terpisahkan dengan pelaksanaan fisik proyek (jalan) secara mekanis.

Hal-hal pokok yang berhubungan dengan alat berat, yaitu :

a. Volume pekerjaan yang harus diselesaikan dalam batas waktu tertentu.b. Dengan volume pekerjaan tersebut dan waktu yang telah ditentukan berarti kita harus

menetapkan jenis dan jumlah alat untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Dari butir a dan b diatas dapat diprogramkan suatu penanganan proyek yang konseptional, diharapkan target volume pekerjaan dan waktu pelaksanaan tidak meleset dari perkiraan. Ini bisa terjadi bila didukung dengan pemilihan dan analisa kapasitas alat berat dengan cermat.

Dengan adanya analisa yang baik dalam Construction Method diharapkan peralatan yang dioperasikan dapat tepat waktu dan tepat guna untuk menangani proyek tersebut.

Evaluasi dapat dikembangkan lebih jauh, yaitu dengan menempatkan peralatan tersebut pada tiap-tiap aktivitas pekerjaan dengan jenis dan jumlah sesuai kebutuhan. Misalnya untuk aktivitas : Pengangkutan raw material dari quarry dibawa ke Crushing Plant, Pekerjaan overlay hot-mix, Pekerjaan excavation dan embankment. Aktivitas-aktivitas pekerjaan ini membutuhkan jenis dan jumlah alat yang berbeda-beda.

Berikut ini diberikan kajian secara khusus dan mendetail tentang alat berat yang terkait dengan pekerjaan jalan khususnya untuk peralatan pekerjaan utama (major work), formula produksi alat, penentuan kombinasi dan jumlah alat, serta pendekatan site output alat.

Dengan hasil pendekatan site output (produksi alat) tersebut beserta analisisnya, maka hasil analisis alat berat yang handal akan membantu / bermanfaat dalam penyiapan analisa harga satuan dan biaya proyek.

Perhitungan-perhitungan yang terkait dengan alat berat dalam tulisan ini dilakukan secara computerized program.

Dalam pelaksanaan proyek (jalan), ada 3 hal utama yang harus ada, yaitu :

Bagan alir manajemen operasi alat berat.

1

Jenis Pekerjaan

Volume pekerjaan Lokasi pekerjaan Waktu perkiraan awal

Pemilihan alat berat

Manajemen operasi alat berat

Jenis alat Jumlah alatKapasitas alat Jarak / lokasi

Otimal & Efisien

Produksi alatWaktu Biaya

ManMoney

MaterialMachine

Method Construction

Page 2: MATERI  PTM

Tidak

Ya

Bagan alir hubungan alat berat dengan harga satuan pekerjaan.

SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI ALAT BERAT BULLDOZER

Alat ini hanya dimungkinkan untuk diberikan kedudukan untuk mendorong lurus kedepan. Bulldozer merupakan alat khusus untuk keperluan pekerjaan-pekerjaan mendorong yang menggunakan traktor sebagai tempat kedudukan dan tenaga geraknya.

Bagian-bagian terpenting bulldozer ini adalah (lihat Gambar.) :

Dozer blade (pisau dozer), yang terdiri dari molboard yang berbentuk lengkung dan mata pisau (cutting edge), cutting edge ini biasanya terdiri dari 3 bagian, sebuah ditengah yang panjang dan 2 buah tepian masing-masing di-baut (bolted) pada molboard.

2

Page 3: MATERI  PTM

PemilihanPeralatan

Owning &Operating Cost

Produksialat

Biaya pemilikanBiaya operasiBiaya umum dan keuntunganBiaya mobilisasi dan demobilisasi

Jenis alatKapasitas alatKecepatan kerjaLebar efektif alatTebal lapisanJumlah lintasanCycle timeJob efisiensiKonversi volume tanahKondisi / jumlah jam dan hari kerjaJarak kerjaBerat satuan bahan

Kuantitasperalatan

Harga satuanperalatan

Jumlah hargaperalatan

Jumlah hargabahan

Jumlah hargatenaga

Harga satuanpekerjaan

New construction

Pemeliharaan

HUBUNGAN ALAT BERAT DENGAN HARGA SATUAN PEKERJAAN

3

Page 4: MATERI  PTM

Push-arm (batang pendorong), yang terdiri dari push-arm nya sendiri, dan pitch-arm untuk mengatur tegak dan condongnya kedudukan dozer blade.

Control device (kendali blade), yang terdiri dari satu atau dua buah hydraulic rams pada hydraulic controlled dozers.

Bulldozer ini untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi (terutama jalan-jalan raya) bersifat serba-guna, dapat berfungsi antara lain :

Pembersihan lapangan pekerjaan dari pepohonan, kayu-kayu dan bonggol-bonggolnya, puing-puing bekas bangunan, dsb.

Pemindahan / penggusuran tanah jarak dekat (maximum 100 meter). Meratakan timbunan tanah pada daerah fill, mengisi kembali galian-galian tanah, dsb. Pembukaan jalan-jalan kerja / darurat. Memelihara jalan kerja, jalan angkut, dll.

Gambar Bulldozer.

Tabel Data / spesifikasi Bulldozer Komatsu.

No. Merk / Lebar Tinggi Kecepatan KecepatanModel blade (m) blade (m) maju (km/jam) mundur (km/jam)

1. D40A 3,180 0,750 3,2 5,32. D60A 3,970 1,050 3,7 4,93. D65E 3,970 1,050 3,9 5,04. D65P 4,475 0,960 3,5 4,44. D75A 4,250 1,050 3,7 4,85. D85A 4,365 1,130 3,8 4,96. D155A 4,850 1,140 3,7 4,57. D355A 5,230 1,350 3,3 5,0

Tabel Blade factor.

Dozing conditions Blade factor

Easy dozing 1,1 – 0,9Average dozing 0,9 – 0,7Rather difficult dozing 0,7 – 0,6Difficult dozing 0,6 – 0,4

Tabel Waktu pindah gigi.

Machine Time required for gear shifting (menit)

4

Page 5: MATERI  PTM

Direct drive 0,10Torqflow 0,05

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel Data / spesifikasi Bulldozer Caterpillar.

No. Merk / Lebar Tinggi Kecepatan KecepatanModel blade (m) blade (m) maju (km/jam) mundur (km/jam)

1. D5B 3,630 0,857 3,5 4,22. D6D 3,880 0,930 4,0 4,83. D7G 4,270 0,960 3,7 4,54. D8K 4,620 1,120 4,0 5,0

Sumber : Caterpillar performance handbook.

Perhitungan hasil guna atau produksi bulldozer dengan menggunakan formula sebagai berikut :

Dimana :

Q : Produksi per jam (m3/jam)q : Produksi per cycle (m3)Cm : Cycle time (menit)E : Job efficiencyL : Lebar blade (m)H : Tinggi blade (m)a : Faktor bladeD : Jarak kerja (m)F : Kecepatan maju (m/menit)R : Kecepatan mundur (m/menit)Z : Waktu untuk ganti gigi (menit)

Untuk memperjelas dan kepraktisan dalam menghitung produksi alat bulldozer, disajikan bagan alir seperti Gambar berikut :

5

Page 6: MATERI  PTM

Formulasi perhitungan produksi alat bulldozer

SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI ALAT BERAT WHEEL LOADER

Alat ini baik sekali untuk pekerjaan-pekerjaan menggali tanah (tetapi masih lebih baik Excavator untuk alat menggali tanah) dan sekaligus memuatnya kedalam truck-truck, juga untuk membuat timbunan bahan persediaan (stockpiling). Batu-batuan lepas seperti yang terdapat disungai-sungai atau ditempat pengambilan batu dari gunung (stone quarry) bisa juga dimuat oleh alat ini kedalam alat-alat angkut atau sekaligus kedalam alat pemecah batu (stone crusher) yang dipasang disekitar tempat pengambilan tersebut. Wheel Loader ini juga dapat di-operasikan untuk alat pemuat agregat kedalam hoper cold bin pada Asphalt Mixing Plant (AMP).

Bagian-bagian terpenting wheel loader ini adalah (lihat Gambar.) :

Bucket. Dumping angles facilitate load / carry. Steering control, short turning radius control. Bucket & boom actions control.

Tabel : Kapasitas bucket.

No. Merk / Model Kapasitas bucket (m3)

6

DATA ALAT : Lebar blade Tinggi blade Faktor blade Jarak kerja Kecepatan maju Kecepatan mundur Waktu untuk pindah gigi

SUPPLEMENTARY DATA : Job efficiency Jumlah jam kerja per

hari Faktor konversi volume

aHLq 2

ZR

D

F

DCm

Cm

E60qQ

Produksi Alat

INPUT DATA FORMULA OUTPUT

BULLDOZER

Gambar Wheel Loader

Page 7: MATERI  PTM

1. W20 0,602. W30 0,803. W40 1,204. W60 1,405. W70 1.706. W90 2,307. W120 3,308. W170 3,50

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel : Bucket factor.

Loading conditions Bucket factor (k)

Easy loading 1,00 – 1,10Average loading 0,85 – 0,95Rather difficult loading 0,80 – 0,85Difficult loading 0,75 – 0,80

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel : Travel speed.

Operating conditions Loaded (km/jam) Empty (km/jam)

Good 10 – 23 11 – 24Average 10 – 18 11 – 19Rather poor 10 – 15 10 – 16Poor 9 – 12 9 – 14

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel : Fixed time.

Fixed time (Z) (menit)

Z 0,60 – 0,75

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Perhitungan produksi wheel loader dengan menggunakan formula sebagai berikut :

Dimana :

Q : Produksi per jam (m3/jam)q1 : Kapasitas munjung (m3)

7

Page 8: MATERI  PTM

k : Faktor bucketCm : Cycle time (menit)E : Job efficiencyD : Jarak kerja (m)F : Kecepatan maju (m/menit)R : Kecepatan mundur (m/menit)Z : Waktu untuk ganti gigi (menit)

Untuk memperjelas dan kepraktisan dalam menghitung produksi alat wheel loader, disajikan bagan alir seperti Gambar berikut :

Formulasi perhitungan produksi alat wheel loader.

SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI ALAT BERAT DOZER SHOVEL

Dozer shovel / Tractor loader, peralatan yang kegunaannya seperti halnya Wheel loader, dengan roda baja (track).

Kecepatan kerja alat ini tidak secepat Wheel loader, sehingga produksi alat umumnya lebih kecil dari pada Wheel loader.

Namun alat ini dapat di-operasikan pada kondisi tanah yang kurang baik, kalau Wheel loader dapat di-operasikan pada kondisi tanah keras / kering.

8

DATA ALAT : Kapasitas bucket Faktor bucket Jarak kerja Kecepatan maju Kecepatan mundur Fixed time

SUPPLEMENTARY DATA : Job efficiency Jumlah jam kerja per

hari Faktor konversi volume

ZR

D2

F

D2Cms

Cms

E60kqQ 1

Produksi Alat

INPUT DATA FORMULA OUTPUT

WHEEL LOADER

Page 9: MATERI  PTM

Gambar : Dozer shovel.Tabel : Kapasitas bucket.

No. Merk / Model Kapasitas bucket (m3)

1. D205 0,402. D215-6A 0,573. D315 0,804. D415 1,205. D535 1,506. D575 1,807. D665 2,008. D755 2,209. D955 3,20

10. D1555 4,50

Tabel : Bucket factor.

Loading conditions Bucket factor (k)

Easy loading 1,00 – 1,10Average loading 0,95 – 1,00Rather difficult loading 0,90 – 0,95Difficult loading 0,85 – 0,90

Tabel : Fixed time.

Fixed time (Z) (menit)

Z 0,60 – 0,75

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel : Travel speed.

No. Merk / Model Kecepatan maju (km/jam) Kecepatan mundur (km/jam)

1. D205 4,0 6,52. D215-6A 4,1 4,53. D315 3,9 4,34. D415 4,4 5,55. D535 5,4 6,5

9

Page 10: MATERI  PTM

6. D575 5,7 6,97. D665 10,2 10,28. D755 5,8 7,59. D955 5,8 6,9

10. D1555 5,9 7,1

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Perhitungan produksi dozer shovel dengan menggunakan formula sebagai berikut :

Dimana :

Q : Produksi per jam (m3/jam)q1 : Kapasitas munjung (m3)k : Faktor bucketCm : Cycle time (menit)E : Job efficiencyD : Jarak kerja (m)F : Kecepatan maju (m/menit)R : Kecepatan mundur (m/menit)Z : Fixed time (menit)

SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI ALAT BERAT EXCAVATOR

Excavator merupakan alat untuk pengangkat, menggali, mengisi/membuang (dumping).

Bagian-bagian utama excavator ini adalah (lihat gambar.) :

Bagian atas yang dapat berputar (revolving unit). Bagian bawah untuk berpindah tempat (travel unit). Bagian tambahan (attachments).

Gambar : Excavator

10

Page 11: MATERI  PTM

Tabel : Bucket factor.

Excavating conditions Bucket factor

Easy 1,1 – 1,2Average 1,0 – 1,1Rather difficult 0,8 – 0,9Difficult 0,7 – 0,8

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel : Kapasitas bucket.

No. Merk / Model Kapasitas bucket (m3)

1. PC100 0,18 – 0,552. PC120 0,18 – 0,603. PC150 0,57 – 0,754. PC180 0,57 – 1,005. PC200 0,36 – 1,176. PC210 0,36 – 1,407. PC220, PC240 0,44 – 1,268. PC280 0,44 – 1,409. PC300 0,52 – 1,80

10. PC400 1,30 – 2,20

Tabel : Conversion factor.

Digging conditionDumping condition

Easy Normal Rather difficult Difficult

Below

40 % 0,7 0,9 1,1 1,4

40 – 75 % 0,8 1,0 1,3 1,6Over 75 % 0,9 1,1 1,5 1,8

Tabel : Standard cycle time (detik).

ModelSwing angle

45 - 90 90 - 180

PC60, PW 60 10 – 13 13 – 16PC80, PC100, PW100, PC120 11 – 14 14 – 17PC150, PW150, PC180, PC200 13 – 16 16 – 19PC210, PW210, PC220 14 – 17 17 – 20PC240, PC280, PC300 15 – 18 18 – 21PC360, PC400 16 – 19 19 – 22

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

11

Page 12: MATERI  PTM

Perhitungan produksi excavator dengan menggunakan formula sebagai berikut :

Cm = (Standard cycle time) x (Faktor konversi)

Dimana :

Q : Produksi per jam (m3/jam)q1 : Kapasitas munjung (m3)k : Faktor bucketCm : Cycle time (menit)E : Job efficiency

Untuk memperjelas dan kepraktisan dalam menghitung produksi alat excavator, disajikan bagan alir seperti Gambar berikut :

Formulasi perhitungan produksi alat excavator.

SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI DUMP TRUCK

Dump truck adalah alat yang khusus dipergunakan sebagai alat pengangkutan. Oleh karena kemampuannya untuk bergerak dengan cepat, truck ini dapat dikatakan mempunyai kapasitas yang tinggi dan biaya operasi yang relatif murah.

Bagian-bagian terpenting dari dump truck adalah (lihat Gambar ) :

Badan (body) yang terdiri dari bak muatan dengan sistem pengangkatnya (hidrolis). Chassis, meliputi frame, bumper, pegas serta roda dan ban. Cabine, untuk tempat sopir. Power train, terdiri dari mesin, clutch (kopling), transmisi, sumbu gerak.

Daya muat truck, dapat dinyatakan dalam :

Berat muatan (ton) Isi peres (m3) Isi munjung (m3)

12

DATA ALAT : Kapasitas bucket Faktor bucket Standard cycle time Faktor konversi cycle

time SUPPLEMENTARY DATA :

Job efficiency Jumlah jam kerja per

hari Faktor konversi volume

Cms = (Standard cycle time) x (Faktor konversi)

Cms

E60kqQ 1

Produksi Alat

INPUT DATA FORMULA OUTPUT

EXCAVATOR

Page 13: MATERI  PTM

Gambar 3.7. : Dump truck.

Tabel : Speed factor.

Distance of each section When making When runningof haul road a standing start into each section

500 – 750 0,60 – 0,70 0,75 – 0,80750 – 1.000 0,65 – 0,75 0,80 – 0,85

> 1.000 0,70 – 0,85 0,80 – 0,90

Tabel : Waktu dumping.

Operating conditions t1 (menit)

Favorable 0,5 – 0,7Average 1,0 – 1,3Unfavorable 1,5 – 2,0

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel : Waktu tunggu untuk pengisian kembali.

Operating conditions t2 (menit)

Favorable 0,10 – 0,20Average 0,25 – 0,35Unfavorable 0,40 – 0,50

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Perhitungan produksi dump truck dengan menggunakan formula sebagai berikut :

13

Page 14: MATERI  PTM

C = n x q

Dimana :

P : Produksi per jam (m3/jam, ton/jam)C : Produksi per cycle (m3, ton)E : Job efficiencyCmt : Cycle time (menit)M : Jumlah Dump Truckn.Cm : Waktu muat (menit)D/V1 : Waktu angkut (menit)t1 : Waktu dumping (menit)D/V2 : Waktu kembali (menit)t2 : Waktu tunggu untuk pengisian kembali (menit)n : Jumlah siklus pengisianCm : Cycle time mesin pengisi (menit)D : Jarak angkut (m)V1 : Kecepatan rata-rata truck bermuatan (m/menit)V2 : Kecepatan rata-rata truck kosong (m/menit)q : Produksi per cycle mesin pengisi (m3, ton)

Untuk memperjelas dan kepraktisan dalam menghitung produksi dump truck, disajikan bagan alir seperti Gambar berikut :

14

Page 15: MATERI  PTM

Formulasi perhitungan produksi alat dump truck.

SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI ALAT BERAT MOTOR GRADER

Satu-satunya alat yang paling cocok untuk keperluan perataan atau pembentukan kemiringan (grade) tanah, sirtu, agregat batu pecah lepas didalam rangka membentuk permukaan secara mekanis, adalah motor grader.

Dapat pula dipergunakan untuk keperluan lain, seperti untuk penggusuran tanah, penyampuran bahan-bahan (blending), menggali saluran samping jalan, menggaruk lepas permukaan tanah yang keras, perataan tanggul-tanggul, backfill, dsb.

Bagian-bagian penting motor grader adalah (lihat Gambar.) :

Grader blade yang terpasang pada circle. Scarifier (ripper), yang dipasang didepan blade. Circle sebagai kedudukan blade digantungkan pada drawbar, yaitu sebuah frame yang

berbentuk segitiga. Kendali blade (control levers). Kendaraan sebagai mounting dari blade.

Gerakan-gerakan blade terdiri dari 3 gerakan pokok, yaitu :

Angling : adalah gerakan memberikan kedudukan serong kepada blade terhadap arah gerak motor grader.

Side shift : untuk memberikan blade suatu kedudukan disamping poros motor grader, yaitu untuk mengerjakan permukaan yang oleh sesuatu sebab, tidak boleh di-injak oleh roda motor grader.

Circle lift : adalah gerakan naik turun circle (berikut blade) dalam arah vertikal.

15

DATA ALAT : Kapasitas truck Kecepatan pada kondisi isi Kecepatan pada kondisi

kosong Faktor kecepatan Waktu dumping Waktu tunggu untuk isi

kembali SUPPLEMENTARY DATA :

Kapasitas alat pengisi Cycle time alat pengisi Jarak angkut Job efficiency Jumlah jam kerja per hari Faktor konversi volume

Pengisi sinMe Cycle Per oduksiPrTruck Dump Capasitas

n

C = n x q

22

11

tV

Dt

V

DCms.nCmt

Cmt

ME60CP

Produksi Alat

INPUT DATA FORMULA OUTPUT

DUMP TRUCK

Page 16: MATERI  PTM

Gambar : Motor grader

Tabel : Data / spesifikasi.

No. Merk / Lebar Lebar blade effective (m)Model blade (m) blade angle 60o Blade angle 45o

1. GD313A, GD461A 3,125 2,7 2,22. GD510R - GD661A 3,710 3,2 2,63. GD705A, GD705R, GD725A 4,320 3,7 3,04. GD825A 4,928 4,2 3,5

Tabel : Kecepatan kerja.

No. Operation Working speed(km/jam)

1. Road repair 2,0 – 6,02. Trenching 1,6 – 4,03. Bank finishing 1,6 – 2,64. Field grading 1,6 – 4,05. Leveling 2,0 – 8,0

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Perhitungan produksi motor grader dengan menggunakan formula sebagai berikut :

Dimana :

Q : Produksi per jam (m3/jam)V : Kecepatan kerja (m/jam)Le : Lebar blade efektif (m)Lo : Lebar overlap (m)E : Job efficiencyH : Tebal layer (m)N : Jumlah pass

Untuk memperjelas dan kepraktisan dalam menghitung produksi alat motor grader, disajikan bagan alir seperti Gambar berikut :

16

DATA ALAT : Lebar efektif Kecepatan kerja Tebal lapisan Jumlah pass

SUPPLEMENTARY DATA : Job efficiency Jumlah jam kerja per

hari Faktor konversi volume

N

HELLVQ oe

Produksi Alat

INPUT DATA FORMULA OUTPUT

MOTOR GRADER

Page 17: MATERI  PTM

Formulasi perhitungan produksi alat motor grader.

SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI ALAT BERAT COMPACTOR

1. Three Wheel Roller

Alat pemadat ini adalah type yang tertua, yang hingga kini masih dipergunakan pada pekerjaan-pekerjaan pembuatan jalan di Indonesia.

Roller ini, pada hakekatnya dipergunakan untuk pemadatan lapisan yang terdiri dari bahan-bahan yang berbutir kasar, misalnya untuk pembuatan jalan macadam. Meskipun demikian, cukup baik juga untuk pemadatan tanah sebagai subgrade, base course.

Roller ini umumnya digunakan klas 8 – 10 ton, artinya berat roller dengan roda kosong adalah 8 ton, sedangkan kalau roda di-isi, beratnya menjadi 10 ton.

Gambar Three Wheel Roller.

Tabel : Data / spesifikasi alat.

No. Uraian Data

1. Type / merk Barata2. Lebar efektif = Driving wheel width – 0,20 m 1,00 m3. Kecepatan kerja 4 – 10 km/jam4. Jumlah pass 4 – 12

Sumber : Semarang Surakarta Urban Development Project, 1995 – 2001.

2. Vibratory Roller

17

Page 18: MATERI  PTM

Vibratory roller mempergunakan pukulan getar untuk menambah pengaruh tekanan oleh roda gilasnya. Dengan pukulan-pukulan getar (vibrating) ini dapat dicapai pengaruh pemadatan yang besarnya 2 sampai 5 kali berat asli (berat statis) roller tersebut.

Vibratory roller baik sekali untuk memadatkan bahan-bahan berbutir kasar.

Berat compaction effect vibratory roller : 10 – 16 ton.

Gambar Vibratory Roller.

Data / spesifikasi alat BOMAG

Vibratory roller : BOMAG BW 216 D-3 Berat : 15,580 ton Lebar drum : 2,130 m

Tabel Data / spesifikasi KOMATSU

No. Model Operating weight (kg) Drum width (m)

1. JV80A 8.000 1,6502. JV100A 9.600 2,1303. JV100WA 10.590 2,1304. JV100WP 11.490 2,1305. JV140WA 13.600 2,1006. JV140WAP 13.900 2,1007. JV180WA 17.500 2,1008. JV180WAP 17.800 2,100

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel Kecepatan kerja (KOMATSU)

No. Roller Operating speed

1. Vibration roller 1,5 km/jam

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel : Jumlah lintasan pemadatan (KOMATSU)

No. Roller Number of compaction passes

1. Vibration roller 4 – 12

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Tabel : Lebar effective pemadatan (KOMATSU)

No. Type Effective compaction width

18

Page 19: MATERI  PTM

1. Vibration roller Lebar roller – 0,20 m

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

3. Sheep foot roller

Sheep foot roller sangat cocok untuk pemadatan timbunan tanah berskala besar dan timbunan yang tinggi, alat ini mempunyai tingkat pemadatan yang tinggi.

Data / spesifikasi alat :

Sheep foot roller : BOMAG Model : BW 216 PDH Berat : 16,130 ton Lebar drum : 2,130 m

Gambar Sheep Foot Roller.

4. Tandem Roller

Hasil pemadatan yang dipentingkan adalah permukaan yang halus, seperti pemadatan pekerjaan hotmix.

Three Axle Tandem Roller, pada hakekatnya adalah suatu 2 Axle Tandem Roller yang ditambah 1 lagi roda depannya (guide roll). Three Axle Tandem Roller ini dapat menghasilkan pemadatan yang memenuhi persyaratan yang lebih tinggi.

Klasifikasi berdasar berat roller yang biasa digunakan adalah 8 – 10 ton.

Gambar Tandem Roller (2 axle).

Tabel : Data / spesifikasi alat BOMAG

No. Uraian Data

1. Type / merk BOMAG BW 151 1D-22. Berat 6,80 ton3. Lebar drum 1,68 m4. Lebar efektif 1,00 m

19

Page 20: MATERI  PTM

5. Kecepatan kerja 6,00 km/jam6. Jumlah pass 4 – 8

Sumber : BOMAG Heavy Equipment, 2004

Tabel : Data / spesifikasi alat SAKAI

No. Uraian Data

1. Type / merk Sakai2. Lebar efektif 1,00 m3. Kecepatan kerja 6,00 km/jam4. Jumlah pass 4 – 8

Sumber : Semarang Surakarta Urban Development Project, 1995 – 2001.

5. Pneumatic Tire Roller (PTR)

Roda gilas roller jenis ini terdiri dari roda-roda ban karet dengan permukaan ban rata / halus.

Pneumatic Tire Roller (PTR) cocok untuk pemadatan :

Pekerjaan pengaspalan/hotmix, pada secondary / intermediate rolling. Pekerjaan tanah.

Klas roller ini umumnya digunakan : 10 – 16 ton.

Gambar : Pneumatic Tire Roller.

Tabel : Data / spesifikasi alat BOMAG

No. Uraian Data

1. Type / merk BOMAG BW 24 R2. Berat 24,000 ton3. Lebar roda 1,986 m4. Lebar efektif 1,300 m5. Kecepatan kerja 8,00 km/jam6. Jumlah pass 4 – 6

Sumber : BOMAG Heavy Equipment, 2004

Tabel : Data / spesifikasi alat SAKAI

No. Uraian Data

1. Type / merk Sakai

20

Page 21: MATERI  PTM

2. Lebar efektif 1,30 m3. Kecepatan kerja 8,00 km/jam4. Jumlah pass 4 – 6

Sumber : Semarang Surakarta Urban Development Project, 1995 – 2001.

Perhitungan produksi roller-roller tersebut diatas dengan menggunakan formula sebagai berikut

Dimana :

Q : Produksi per jam (m3/jam)W : Lebar efektif pemadatan (m)V : Kecepatan kerja (m/jam)H : Tebal padat satu lapis (m)N : Jumlah passE : Job efficiency

Untuk memperjelas dan kepraktisan dalam menghitung produksi compactor, disajikan bagan alir seperti Gambar berikut :

Gambar 3.13.a. : Formulasi perhitungan produksi alat three wheel roller, vibratory roller, tandem, PTR.

SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI ALAT BERAT ASPHALT FINISHER

Asphalt finisher digunakan untuk menghampar hotmix pada permukaan jalan sehingga merupakan lapisan yang rata.

Bagian-bagian utama dari alat ini adalah (lihat Gambar.) :

Hopper dengan feed conveyor, untuk menerima hotmix dari dump truck. Screw, untuk mengalirkan hotmix kesebelah luar secara merata pada seluruh lebar finisher.

21

DATA ALAT : Lebar efektif Kecepatan kerja Tebal lapisan Jumlah pass

SUPPLEMENTARY DATA : Job efficiency Jumlah jam kerja per

hari Faktor konversi volume

N

EHVWQ

Produksi Alat

INPUT DATA FORMULA OUTPUT

THREE WHEEL ROLLER, VIBRATORY ROLLER, TANDEM, PTR

Page 22: MATERI  PTM

Cover plate, untuk menahan hotmix supaya tidak tercecer keluar batas jalur lapisan aspal, pada bagian luar / ujung screw ditempatkan penutup (cover plate) yang menggantung pada supporting frame.

Screed, papan baja yang berfungsi sebagai pisau pemotong dan sebagai setrika. Screed control, untuk mengatur ketinggian screed atau ketebalan hamparan Prime mover.

Gambar : Asphalt Finisher

Tabel : Data / spesifikasi alat.

No. Uraian Data

1. Type / merk Niigata2. Model NF 45 W (wheel type)3. Output engine 50 PS4. Paving width 2,5 – 4,5 m5. Paving thickness 1 – 15 cm6. Hopper capacity 8 ton7. Kecepatan kerja 250 m/jam

Sumber : Semarang Surakarta Urban Development Project, 1995 – 2001.

Perhitungan produksi asphalt finisher dengan menggunakan formula sebagai berikut :

Q = W x V x H x E

Dimana :

Q : Produksi per jam (m3/jam)W : Lebar penghamparan (m)V : Kecepatan kerja (m/jam)H : Tebal lapisan (m)E : Job efficiency

Untuk memperjelas dan kepraktisan dalam menghitung produksi alat asphalt finisher disajikan bagan alir seperti Gambar berikut :

22

DATA ALAT : Lebar penghamparan Kecepatan kerja Tebal lapisan

SUPPLEMENTARY DATA : Job efficiency Jumlah jam kerja per

hari Specific weight hotmix

Q = W x V x H x E

Produksi Alat

INPUT DATA FORMULA OUTPUT

ASPHALT FINISHER

Page 23: MATERI  PTM

Formulasi perhitungan produksi alat asphalt finisher.

SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI ALAT BERAT ASPHALT MIXING PLANT (AMP)

Secara garis besar, seluruh perlengkapan yang rumit dari AMP ini dapat dibagi dalam bagian-bagian pokok sebagai berikut :

Cold bin : untuk penimbunan agregat pada tahap pertama. Dryer : untuk mengeringkan dan atau memanasi agregat sebelum diaduk. Asphalt heater & storage tank : untuk memanasi aspal sampai pada suhu yang ditetapkan

dan menyimpannya sebelum dipompakan kedalam mixer untuk diaduk dengan agregat. Mixer : untuk mengaduk agregat dengan aspal menurut ketentuan-ketentuan laboratorium

(job mix formula).

1). Cold bin

Cold bin biasanya terdiri dari 3 atau 4 bins, tergantung dari jumlah fraksi agregat yang ditentukan.

Pembagian bin umumnya sebagai berikut :

Bin ke 1 : untuk penimbunan coarse aggregate (crushed stone). Bin ke 2 : untuk penimbunan medium aggregate (crushed stone). Bin ke 3 : untuk penimbunan fine aggregate (abu batu). Bin ke 4 : untuk penimbunan pasir (jika digunakan).

Cold bin ini, sebaiknya diberi atap pelindung, dan antara bins-bins diberi sekat pembatas agar agregat tidak tercampur dengan bins sebelahnya.

Bagian bawah bin terdapat lubang yang dapat diatur besarnya keluaran agregat dengan sebuah pintu (gate).

Agar material yang ada didalam bin dapat mengalir dengan baik, dibawah bin juga diberi conveyor yang membawanya lebih lanjut kearah dryer.

2). Dryer

Dari cold bin, agregat dimasukkan kedalam suatu sistem pemanas bahan, dengan tujuan untuk mengeringkan dan memberikan agregat suatu suhu yang diperlukan untuk pengadukan nanti.

Bagian terpenting dari dryer ini terdiri dari :

Cylinder besar (dryer). Burner. Corong.

23

Page 24: MATERI  PTM

1. Bin dingin2. Cold feed gate3. Elevator dingin4. Pengering5. Kolektor debu6. Cerobong asap7. Elevator panas

8. Pengendali gradasi9. Bin panas10. Hopper penakar11. Pugmill12. Penyimpan mineral13. Penyimpan aspal panas14. Tempat penimbang aspal

Dust collector.

Didalam dryer, agregat disembur panas api dari sebuah burner yang dipasang pada ujung dari dryer ini. Pada ujung lainnya dari dryer ini terdapat sebuah corong untuk memasukkan agregat dari cold bin. Cylinder dryer ini bergerak berputar selama pemanasan agregat.

Agar memudahkan perjalanan agregat didalam cylinder, maka dryer diberikan kedudukan agak miring, kemiringan ini dapat diatur.

Dust collector merupakan alat berupa tabung menyerupai corong yang ditempatkan di ujung dryer, sebagai alat untuk pengumpul butir-butir halus (debu) yang beterbangan di sekeliling plant, sehingga diharapkan tidak mengganggu lingkungan.

3). Asphalt heater & storage tank

Aspal disimpan didalam storage tank sebelum dipompa masuk kedalam mixer.

Storage tank biasanya berupa tanki untuk menampung sementara aspal yang dihasilkan didalam heater (atau dinamakan melting tank).

Setelah mencapai temperatur yang dikehendaki, aspal yang telah dipanasi dalam asphalt heater kemudian dipompakan kedalam storage tank.

4). Mixer

Mixer dibedakan menjadi 2 golongan :

Batch type mixing plant. Continuous mixing plant.

5). Batch type plant

Sebelum dimasukkan kedalam mixer (batch type), fraksi-fraksi agregat ditimbang terlebih dahulu, dan harus memenuhi syarat-syarat gradasi.

Bagian-bagian terpenting sebuah Batch Type Mixing Plant adalah (lihat Gambar .) :

Screen. Hot bins. Weight hopper. Pugmill & discharge. Asphalt measuring & spraying system. Mineral filler feeder.

24

Page 25: MATERI  PTM

Gambar AMP type Batching Plant.

Pada prinsipnya, cara kerja plant ini sebagai berikut :

Agregat panas dari hot elevator masuk kedalam screen (multiple deck) dan dalam keadaan terpisah sesuai fraksi-fraksi yang telah ditentukan, dimasukkan kedalam hot bins.

Melalui pintu-pintu dibawah masing-masing bin, agregat dimasukkan kedalam masing-masing kompartimen weight hopper dalam jumlah yang ditentukan, kemudian seluruh pintu dari hopper ini dibuka untuk memasukkan agregat kedalam pugmill.

Aspal yang telah ditimbang kemudian dimasukkan juga kedalam pugmill, untuk dicampur dengan agregat dari weight hopper tersebut. Setelah adukan tercampur dengan baik (homogeen), maka pintu discharge dibawah mill dibuka, dan hotmix jatuh kedalam dump truck dibawah pintu discharge sebagai alat angkut hotmix.

Jumlah mix yang sekali aduk didalam pugmill ini disebut 1 batch.

Pada batch plant ini perlu diperhatikan faktor plant balance, yaitu bahwa masing-masing bin harus diisi dengan kecepatan yang sebanding dengan penggunaan agregat dalam tiap bin tersebut. Apabila salah satu bin terlambat mengisi, maka akan terjadi kondisi mixing harus menunggu sampai cukup tersedia fraksi yang ter-ayak untuk ditimbang, berarti juga akan terjadi overflow pada bin lainnya, yang perlu disalurkan keluar.

Pugmill menentukan kapasitas dari seluruh mixing plant, dan semua peralatan lainnya disesuaikan dengan kapasitas mill ini.

Didalam pugmill ini pula ditambahkan aspal panas cair, jumlahnya ditimbang didalam weight bucket tersendiri yang dapat dibaca pada scale tersendiri pula. Aspal yang telah ditentukan jumlah beratnya tersebut disemprotkan melalui spray bar.

Waktu yang diperlukan untuk mengaduk agregat dengan aspal disebut mixing time. Mixing time ini sekitar 45 – 90 detik, mixing time 0,80 - 1 menit adalah yang biasa kita jumpai pada kebanyakan pugmill.

25

Page 26: MATERI  PTM

Tabel : Data / spesifikasi alat AMP type Batching Plant.

No. Uraian Data

1. Type / merk Batch, Taesung2. Kapasitas batch 1,00 ton3. Mixing time 0,80 menit

Sumber : Semarang Surakarta Urban Development Project, 1995 – 2001.

6). Continuous type plant

Continuous plant ini mendasarkan pengukuran perbandingan agregat dan aspal atas volume dari masing-masing bahan, jadi bukan timbangan melainkan takaran.

Gambar 3.16. menunjukkan contoh AMP Continuous Type.

Prinsip pengukuran jumlah agregat yang secara terus menerus dimasukkan dari hot bin kedalam pugmill sebagai berikut :

Dasar bin yang berupa apron feeder berjalan oleh putaran drive shaft dengan RPM tertentu, apabila tiap putaran drive shaft menggerakkan maju feeder sejauh y meter, sedang gate dibuka setinggi z meter, maka jumlah agregat yang dimasukkan kedalam pugmill per menit adalah = z.y.RPM (m3), dikalikan dengan berat jenisnya maka didapat jumlah ton yang dihasilkan per satu satuan waktu.

Gambar : AMP type Continuous Plant.

Dengan prinsip serupa, aspal diukur jumlahnya berdasarkan kecepatan putaran drive shaft dari pompa aspal. Apabila y adalah displacement aspal per putaran pompa, dan f adalah luas potongan pipa penyalur aspal, maka jumlah aspal yang yang dipompakan masuk kedalam pugmill adalah = f.y.RPM (kg/menit).

Perbandingan jumlah aspal dan agregat dapat diatur dengan perbandingan putaran drive shaft masing-masing penggerak, ditambah dengan mengatur lebar bukaan gate dari bin.

Mixing time adalah waktu yang diperlukan untuk mengaduk campuran. Kalau pada batch type mill pengaturan mixing time ini dilakukan dengan menentukan saat membuka

26

Page 27: MATERI  PTM

discharge gate dari pugmill. Pada continuous type, dilakukan dengan cara mengatur kecepatan dari perjalanan campuran sepanjang mill tersebut.

Dari pugmill, hasil adukan langsung dapat dituangkan kedalam dump truck dibawah discharge. Atau yang lebih lazim dilakukan ialah menampung dulu mix didalam sebuah discharge hoper sampai cukup terkumpul bahan mix untuk memenuhi 1 dump truck.

Perhitungan produksi AMP dengan menggunakan formula sebagai berikut :

Dimana :

Q : Produksi per jam (ton/jam)C : Capasitas batch (ton)Cms : Mixing time batch (menit)E : Job efficiency

Untuk memperjelas dan kepraktisan dalam menghitung produksi alat AMP disajikan bagan alir seperti Gambar berikut :

Formulasi perhitungan produksi alat asphalt mixing plant.

27

DATA ALAT : Kapasitas batch Mixing time

SUPPLEMENTARY DATA : Job efficiency Jumlah jam kerja per

hari Specific weight hotmix

Cms

E60CQ

Produksi Alat

INPUT DATA FORMULA OUTPUT

AMP

Page 28: MATERI  PTM

SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI ALAT BERAT STONE CRUSHER

Stone crusher digunakan untuk memecah batu. Tujuan dari memecah batu didalam pekerjaan konstruksi adalah untuk mendapatkan butiran batu dalam jumlah serta gradasi yang direncanakan.

Proses pemecahan dilakukan dengan bertahap, sebagai berikut :

Pemecahan tahap pertama (primary crushers). Pemecahan tahap kedua (secondary crushers).

Primary crusher dipergunakan :

Jaw crusher

Secondary crusher dipergunakan :

Roll crusher Impact crusher Cone crusher

1). Jaw crusher

Jaw crusher adalah jenis yang paling populer dipergunakan sebagai primary crusher. Yang bertujuan untuk mengurangi besar ukuran batu-batu pada tingkat pertama, sebelum dipecah lebih lanjut untuk mendapatkan gradasi yang dikehendaki.

Bagian-bagian jaw crusher terdiri (lihat Gambar.) :

2 buah jaw, yang pertama tetap (fixed jaw), yang lain dapat digerakkan (movable jaw).

Feed opening : corong bagian atas. Discharge opening : corong pada dasar untuk keluaran batu pecah.

Penyetelan lebar rahang crusher bagian bawah disebut jaw setting, dan lebar opening tersebut merupakan ukuran batu pecah yang kita kehendaki.

Gambar : Jaw crusher.

2). Roll crusher

Roll crusher dipergunakan untuk pemecahan tahap terakhir (secondary crushing).

28

Page 29: MATERI  PTM

Roll crusher terdiri dari 2 buah roll. Batu dimasukkan kedalam crusher lewat corong, batu terlindas pecah oleh putaran kedua roll tersebut.

Gambar 3.18. menunjukkan contoh Roll Crusher.

Gambar : Roll Crusher.

3). Impact crusher

Bagian-bagian terpenting dari impact crusher ini serta cara bekerjanya, sebagai berikut :

Rotor yang dapat berputar cepat, diberikan lengan-lengan yang ujungnya terdiri baja keras.

Batu yang masuk terpukul pecah oleh kepala lengan-lengan rotor dan terlemparkan pada dinding.

Pada dinding dipasang pelat pemecah (breaker plates). Oleh gaya berat, batu dapat keluar dari ruangan crusher lewat discharge opening

dibawah rotor.

Gambar . : Impact Crusher.

4). Cone crusher

Bagian pemecah yang bergerak berupa kerucut (cone). Bagian-bagian pemecah (crushing members) terdiri dari crushing cone dan dinding dalam dari frame yang disebut concaves. Batu-batu yang terdapat didalam ruangan cone akan tergerus pecah oleh putaran cone.

Setting dapat diatur dengan menurunkan/menaikkan concaves dengan menyetel baut-baut adjustment.

29

Page 30: MATERI  PTM

Gambar : Cone Crusher.

5). Ayakan (screen)

Screen sebagai alat pelengkap stone crusher, dimaksudkan untuk memisahkan butir-butir besar dan yang lebih kecil. Pengayakan hasil crusher ini perlu dilakukan untuk memenuhi spesifikasi agregat yang diperlukan.

Material yang lolos saringan tersebut dapat dipisahkan menjadi beberapa fraksi sesuai dengan besar butir (size) agregat tertentu sesuai dengan yang diinginkan dan sesuai dengan ukuran saringan yang dipasang.

6). Crushing & screening plant

Unit peralatan ini untuk memecah batu dan menyaringnya hingga mendapatkan agregat dengan fraksi-fraksi yang dikehendaki.

Unit crushing & screening plant umumnya terdiri dari komponen utama sebagai berikut :

Primary crushing : jaw crusher Secondary crushing : roll crusher atau cone crusher atau impact crusher Ayakan (screen) : vibrating screen Belt conveyor : sesuai dengan kebutuhan output jumlah fraksi agregat yang akan

dipecah.

Open circuit

Setelah melewati secondary crusher, agregat langsung ditampung, atau langsung diangkut ketempat yang disiapkan.

Sistem ini umumnya :

Menghasilkan produksi yang tinggi. Kualitas agregat pecah tidak cukup baik. Terdapat cukup banyak butir-butir yang oversize.

Close circuit

Material oversize dialirkan kembali kedalam secondary crusher untuk dipecah ulang.

Tabel : Data / spesifikasi alat.

No. Uraian Data

1. Type / merk Telsmith2. Kapasitas stone crusher 30 m3/jam

Sumber : Semarang Surakarta Urban Development Project, 1995 – 2001.

7). Mobile crusher

30

Page 31: MATERI  PTM

Contoh alat ini seperti produk KOMATSU, mobile crusher model BR 350 JG-1 dan BR 500 JG-1.

Gambar : Mobile Crusher.

Tabel : Data / spesifikasi Mobile Crusher KOMATSU

No. Model Opr. weight Flywheel Crusher output Capacity(ton) (HP) (cm) (ton/jam)

1. BR 350 JG-1 30,0 158 0 – 12 54 – 1602. BR 500 JG-1 53,5 306 0 – 17 85 – 240

Sumber : Komatsu 2004

Pendekatan perhitungan produksi stone crusher dengan menggunakan formula sebagai berikut

Q = C x E

Dimana :

Q : Produksi per jam (ton/jam, m3/jam)C : Capasitas stone crusher (ton/jam, m3/jam)E : Job efficiency

Berdasarkan kenyataan bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi produksi stone crusher cukup banyak sehingga pendekatan formula tersebut kurang menghasilkan nilai yang memuaskan, maka akan lebih baik jika untuk mendapatkan produksi stone crusher dilakukan langsung dengan pengukuran di lapangan (tentunya setelah stone crusher nanti ber-operasi, untuk check / koreksi produksi stone crusher sebenarnya) dengan cara sebagai berikut :

Siapkan bak / kotak kayu ukuran 1 x 1 x 1 m dengan konstruksi yang kuat, sisi atas dan bawah / dasar terbuka, jumlah kotak sesuai dengan jumlah fraksi agregat yang keluar dari stone crusher.

Siapkan stop-watch (pengukur waktu), jumlah stop-watch sesuai dengan jumlah fraksi agregat yang keluar dari stone crusher.

Ukur volume agregat produksi stone crusher yang masuk kedalam kotak untuk masing-masing fraksi, untuk per satu satuan waktu yang sama.

Tetapkan waktu yang sama untuk pengisian kotak tersebut. Isian agregat pada kotak tidak harus penuh, sebagian saja sudah cukup.

Dari hasil pengukuran produksi langsung dilapangan seperti tersebut diatas, akan didapat site output stone crusher yang lebih mewakili. Dengan cara ini akan didapat hasil antara lain sebagai berikut :

Volume total agregat per jam dari produksi stone crusher.

31

Page 32: MATERI  PTM

Volume setiap fraksi, sehingga dapat diketahui komposisi berapa persen perbandingan produksi course aggregate, medium aggregate, fine aggregate dari stone crusher tersebut.

Selanjutnya dengan faktor job efficiency, akan didapat produksi (site output) dari stone crusher tersebut.

Untuk memperjelas dan kepraktisan dalam menghitung produksi alat Stone Crusher disajikan bagan alir seperti Gambar berikut :

Gambar : Formulasi perhitungan produksi alat stone crusher.

SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI WATER TANK TRUCK

Dioperasikan untuk :

Pemberi air sesuai dengan kadar air yang diperlukan pada waktu pemadatan. Untuk supply air kebutuhan pembasahan roda Tandem Roller dan PTR. Untuk supply air kebutuhan proyek lainnya.

Gambar : Water tank truck.

Tabel : Data / spesifikasi.

32

STONE CRUSHER

Page 33: MATERI  PTM

No. Uraian Data

1. Type / merk Hino2. Kapasitas 8.000 liter3. Kecepatan pada kondisi isi 50 km/jam4. Kecepatan pada kondisi kosong 60 km/jam5. Faktor kecepatan 0,856. Waktu watering 5,00 menit7. Waktu tunggu untuk isi kembali 0,30 menit

Sumber : Semarang Surakarta Urban Development Project, 1995 – 2001.

Pendekatan perhitungan produksi water tank truck dengan menggunakan formula :

Dimana :

P : Produksi per jam (Ltr/jam)C : Kapasitas water tank truck (Ltr)E : Job efficiencyCmt : Cycle time (menit)M : Jumlah Water Tank TruckCms : Waktu muat (menit)D/V1 : Waktu angkut (menit)t1 : Waktu transfer air (menit)D/V2 : Waktu kembali (menit)t2 : Waktu tunggu untuk pengisian kembali (menit)D : Jarak angkut (m)V1 : Kecepatan rata-rata water tank truck bermuatan (m/menit)V2 : Kecepatan rata-rata water tank truck kosong (m/menit)

SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI ASPHALT DISTRIBUTOR

Asphalt distributor dipergunakan untuk penyemprotan aspal guna lapisan prime coat dan tack coat.

Pada hakekatnya, alat ini terdiri dari (lihat Gambar 3.23.) :

Sebuah tanki aspal (storage tank) diatas sebuah truck Dilengkapi dengan burner Pompa aspal dan spray bar dengan nozles

33

Page 34: MATERI  PTM

Gambar : Asphalt distributor.

Pendekatan perhitungan produksi asphalt distributor dengan menggunakan formula sebagai berikut :

Q = C x V x W x E

Dimana :

Q : Produksi per jam (Ltr/jam)C : Kapasitas asphalt distributor (Ltr/m2)V : Kecepatan kerja (m/jam)W : Lebar penyemprotan (m)E : Job efficiency

Untuk memperjelas dan kepraktisan dalam menghitung produksi alat asphalt distributor disajikan bagan alir seperti Gambar berikut :

34

Page 35: MATERI  PTM

Gambar : Formulasi perhitungan produksi alat asphalt distributor.

3.14. SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI ASPHALT SPRAYER

Asphalt sprayer digunakan juga untuk menyemprotkan aspal sebagai lapisan prime coat dan tack coat, hanya pengoperasian penyemprotan dengan tenaga manusia.

Asphalt sprayer ini terdiri dari :

Sebuah tanki aspal diatas roda yang ditarik. Burner. Pompa aspal dan spray bar, tangkai semprot aspal ini digerakkan oleh tenaga manusia.

Aplikasi aspal ke permukaan jalan sangat tergantung sekali kepada cara kerja operator penyemprot aspal.

Tabel 3.36. : Data / spesifikasi.

No. Uraian Data

1. Type / merk Bukaka2. Kapasitas tanki 850 liter3. Kecepatan kerja 150 m/jam

Sumber : Semarang Surakarta Urban Development Project, 1995 – 2001.

Pendekatan perhitungan produksi asphalt sprayer dengan menggunakan formula :

Dimana :

Q : Produksi per jam (Ltr/jam)C : Kapasitas tanki asphalt sprayer (Ltr)V : Kecepatan kerja (m/jam)W : Lebar penyemprotan (m)E : Job efficiency

35

DATA ALAT : Kapasitas alat Kecepatan kerja Lebar penyemprotan

SUPPLEMENTARY DATA : Job efficiency Jumlah jam kerja per

hari

Q = C x V x W x E

Produksi Alat

INPUT DATA FORMULA OUTPUT

ASPHALT DISTRIBUTOR

Page 36: MATERI  PTM

Untuk memperjelas dan kepraktisan dalam menghitung produksi alat asphalt sprayer disajikan bagan alir seperti Gambar berikut :

Gambar : Formulasi perhitungan produksi alat asphalt sprayer.

SPESIFIKASI DAN FORMULASI PRODUKSI AIR COMPRESSOR

Air compressor yang dimaksud untuk peralatan jalan dalam hal ini, adalah yang dioperasikan untuk membersihkan permukaan jalan yang akan dilapisi prime coat atau tack coat dari kotoran dan debu.

Bagian terpenting dari air compressor adalah (lihat Gambar.) :

Mesin penggeraknya. Tanki udara.

Tabel : Data / spesifikasi.

No. Merk / Model Actual free air Rated operating Capacity of airdelivery (m3/min) pressure (kg/cm2) receiver (ltr)

1. EC35Z 3,70 7,00 39,002. EC50Z 5,00 7,00 39,003. EC75Z 7,50 7,00 110,004. EC105Z 11,00 7,00 200,00

36

DATA ALAT : Kapasitas tanki Kecepatan kerja Lebar penyemprotan

SUPPLEMENTARY DATA : Job efficiency Jumlah jam kerja per

hari

W

EVCQ

Produksi Alat

INPUT DATA FORMULA OUTPUT

ASPHALT SPRAYER

Gambar Air Compressor

Page 37: MATERI  PTM

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

Pendekatan perhitungan produksi air compressor dengan menggunakan formula sebagai berikut :

Q = C x E

Dimana :

Q : Produksi per menit (m3/menit, cu.ft/min)C : Kapasitas alat dalam cubic feet per minute (cfm) atau dalam m3/menitE : Job efficiency

JOB EFFICIENCY

Job efficiency alat mengacu pada Tabel Pendekatan dapat dilakukan untuk alat lain.

Tabel : Job efficiency.

Operating conditions Excavator Dump truck Bulldozer Motor grader Wheel Loader / Dozer Shovel

Good 0,83 0,83 0,83 0,80 0,83Average 0,75 0,80 0,75 0,70 0,75Rather poor 0,67 0,75 0,67 0,60 0,67Poor 0,58 0,70 0,58 0,50 0,58

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

37

Page 38: MATERI  PTM

KONVERSI VOLUME TANAH

Faktor konversi volume tanah mengacu pada Tabel.

Tabel : Faktor konversi volume tanah.

Nature of earth Initial conditionConditions of earth to be moved

Bank Condition Loosened Condition Compacted Condition

Bank Condition 1,00 1,11 0,95Pasir Loosened Condition 0,90 1,00 0,86

Compacted Condition 1,05 1,17 1,00

Bank Condition 1,00 1,25 0,90Sandy clay Loosened Condition 0,80 1,00 0,72

Compacted Condition 1,11 1,39 1,00

Bank Condition 1,00 1,43 0,90Clay Loosened Condition 0,70 1,00 0,63

Compacted Condition 1,11 1,59 1,00

Bank Condition 1,00 1,18 1,08Gravelly soil Loosened Condition 0,85 1,00 0,91

Compacted Condition 0,93 1,09 1,00

Bank Condition 1,00 1,13 1,03Gravels Loosened Condition 0,88 1,00 0,91

Compacted Condition 0,97 1,10 1,00

Solid or rugged Bank Condition 1,00 1,42 1,29gravels Loosened Condition 0,70 1,00 0,91

Compacted Condition 0,77 1,10 1,00

Broken limestone,

Bank Condition 1,00 1,65 1,22

sandstones & Loosened Condition 0,61 1,00 0,74other soft rocks Compacted Condition 0,82 1,35 1,00

Broken granite, Bank Condition 1,00 1,70 1,31basalt & other Loosened Condition 0,59 1,00 0,77hard rocks Compacted Condition 0,76 1,30 1,00

Bank Condition 1,00 1,75 1,40Broken rocks Loosened Condition 0,57 1,00 0,80

Compacted Condition 0,71 1,24 1,00

Blasted bulky Bank Condition 1,00 1,80 1,30rocks Loosened Condition 0,56 1,00 0,72

Compacted Condition 0,77 1,38 1,00

Sumber : Specifications and application handbook, Komatsu.

38

Page 39: MATERI  PTM

PENDEKATAN KONDISI KERJA

Hari dan jam kerja yang direncanakan untuk pelaksanaan konstruksi berdasarkan asumsi / estimit sebagai berikut :

a. Hari minggu dan hari libur resmi nasional tidak ada jam kerja, kecuali mengejar target penyelesaian atau kondisi khusus.

b. Setiap bulan tidak ada hari kerja selama 1 hari untuk maintenance peralatan.

c. Anggapan jam kerja harian sebagai berikut :

Dibagi kedalam 2 kondisi sebagai berikut :

Untuk kondisi proyek jalan baru, proyek pemeliharaan jalan lokasi diluar kota, tidak mengakibatkan kemacetan lalu-lintas umum :

Pengangkutan raw material = 7 jam kerja Crushing plant = 10 jam kerja Pekerjaan tanah = 7 jam kerja Aggregate base coarse = 7 jam kerja Pekerjaan pengaspalan = 7 jam kerja Pekerjaan rigid pavement = 7 jam kerja

Untuk kondisi proyek pemeliharaan / peningkatan jalan lokasi didalam kota besar yang mengakibatkan kemacetan lalu-lintas umum :

Pengangkutan raw material = 7 jam kerja Crushing plant = 10 jam kerja Pekerjaan tanah = 5 jam kerja Aggregate base coarse = 5 jam kerja Pekerjaan pengaspalan = 5 jam kerja Pekerjaan rigid pavement = 5 jam kerja

5 jam kerja per hari tersebut dilaksanakan antara jam 23.00 s/d 04.00 dimana lalu-lintas tidak begitu padat dibandingkan pada siang hari. Sedangkan pengangkutan raw material dan crushing plant diasumsikan untuk pelaksanaan diluar kota sehingga jam kerja standar / normal tersebut dapat tercapai.

d. Hari kerja efektip dalam setahun diperkirakan sebagai berikut :

Hari minggu dalam setahun = 52 hari Hari libur resmi nasional = 11 hari Maintenance peralatan = 12 hari Hari hujan dalam setahun = 100 hari (jika diperoleh data jumlah hari hujan yang lebih

akurat gunakan data tersebut).

Jumlah hari kerja effective = 365 – 100 - ( 52 + 11 + 12 ) = 210 hari

Prosen hari kerja efektip = = 57,68 %

Angka ini mempunyai nilai variabel sesuai dengan kajian secara khusus, dan angka prosen hari kerja sebesar 0,60 (dengan ditambah kerja overtime) dapat digunakan untuk pendekatan sebagai hari kerja efektip untuk kondisi proyek dengan waktu pelaksanaan yang berada pada periode musim hujan dan musim kemarau.

39

Page 40: MATERI  PTM

Sedangkan, proyek dengan waktu pelaksanaan berada pada periode musim hujan saja atau pada musim kemarau saja, perhitungan hari kerja efektip harus di-analisis secara khusus.

40

Page 41: MATERI  PTM

MATA KULIAH PTM / ALAT BERAT

UNIVERSITAS LAKIDENDEUNAAHA 2009

41