MANAJEMEN PELATIHAN TERJEMAH AL-QURAN
LEMBAGA TERJEMAH AL-QURAN MANDIRI (TAQUMA)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
MOCHAMMAD ZAINAL MUTTAQIN NIM : 108053000018
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1234 H / 2013 M
i
ABSTRAK
MOCHAMMAD ZAINAL MUTTAQIN
MANAJEMEN PELATIHAN TERJEMAH AL-QURAN LEMBAGA
TERJEMAH AL-QURAN MANDIRI
Setiap proses pelatihan, tentunya memiliki peran, cara atau sistem khusus
bagaimana sebuah pelatihan bisa tersampaikan dengan sebaik-baiknya. Ada objek
sasaran pelatihan, ada pula subyek pelatihan. Akan tetapi, sebuah proses pelatihan tentu
saja tidak akan bisa melepaskan dari konteks kultur ruang lingkup yang dimilikinya.
Lembaga apapun ketika memberikan sebuah pelatihan, diasumsikan tidak bisa
melepaskan diri dari konteks background dari mana dia berasal. Termasuk lembaga
Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA) sebagai bagian dari wadah pengembangan
terjemah Al-Quran secara per kata (Lafzhiah), tentunya memiliki andil besar di dalam
melestarikan terjemah Al-Quran Islam di Indonesia. Setidaknya ada konsep, cara dan
persepsi bagaimana pelatihan terjemah Al-Quran pada lembaga TAQUMA
mengkomunikasikan dalam menyampainkan visi dan misinya, tentunya membutuhkan
pengelolaan manajemen yang jelas dan terarah dengan benar, sehingga penyampain
pada pelatihan terjemah Al-Quran dapat dikelola secara maksimal dan memperoleh
hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana penerapan manajemen
pelatihan terjemah Al-Quran pada lembaga TAQUMA mulai dari fungsi dan unsur-
unsur manajemennya. Penelitian yang termasuk jenis lapangan (field research) ini,
dalam metode penelitiannya memakai model kualitatif dan mengumpulkan datanya,
menggunakan metode interview, observasi, dokumentasi. Melalui metode penelitian
deskriptif-analisis, Berlokasi di Jl. Swadaya II Bintaro 9, RT.004/003 Kel. Pondok
pucung Kec. Pondok Aren Kota Tangerang Selatan. Pelatihan yang dilakukan
TAQUMA ini seringkali merupakan bentuk pembelajaran yang mengedepankan nilai-
nilai Al-Quran dan sunnah dalam bingkai masyarakat yang plural. Semangat persatuan,
menebar kasih sayang dan kedamaian, menjadi bagian dari uraian pelatihan terjemah
Al-Quran TAQUMA yang dikemas dengan balutan metode pelatihan terjemahnya.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah penerapan manjemen pelatihan terjemah
Al-Quran yang dilakukan oleh lembaga TAQUMA telah menggunakan fungsi
manajemen, mulai dari penerapan berupa perencanaan yang cukup baik dari segi
penentuan pelatih, maupun dalam segi proses menentukan tahapan-tahapan
perencanaan dalam pelatihan terjemah Al-Quran, kemudian dari segi organisasi yang
dilakukan yaitu antara manajer TAQUMA dan para anggotanya, serta pengorganisasian
bagi para pelatih beserta peserta pelatihan yang cukup terkordinir dengan baik
meskipun belum maksimal. Jika dilihat dari segi penggerakan, maka manajer
TAQUMA telah menentukan tugas-tugas kepada para anggotanya untuk melakukan
tugas-tugasnya dengan baik secara maksimal. Dan terakhir adalah evaluasi baik yang
dilakukan oleh manajer TAQUMA kepada para anggotanya maupun bagi para pelatih
kepada para pesertanya dalam tahap ini lembaga TAQUMA sudah bisa melaksanakan
pengontrolan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan apa yang diharapkan. Begitu pula
dengan unsur-unsur manajemen yang cukup memadai sehingga mendukung kinerja
TAQUMA dalam kegiatan pelatihan terjemah Al-Quran. Sehingga seluruh penerapan
manejemen pelatihan terjemah Al-Quran yang dilakukan lembaga TAQUMA bisa
berjalan sesuai dengan tujuan serta visi misi yang diharapkan.
ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah yang telah diberikan, sehingga penulisan ini dapat
terselesaikan. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan selalu kepada
Kanjeng Nabi Muhammad SAW keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya.
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, merupakansuatu tanda bahwa
usaha dan do’a adalah kunci penetuan sebuah keberhasilan Penulisan skripsi ini
tidak akan dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak. Oleh karna itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan
dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi
dan Para jajarannya, kepada Drs. Cecep Cactrawijaya, MM selaku ketua
jurusan Manajemen Dakwah dan kepada H. Mulkannasir, BA, S.Pd, MM,
selaku Sekertaris Jurusan Manajemen Dakwah.
2. Dr. Wahib Mu”thi. MA selaku dosen pembimbing. Terimakasih atas semua
ilmu yang telah bapak berikan kepada penulis.
3. Kedua orang tua penulis, Cucu Santana dan Rohimah Sintiawati, kasih
sayangmu tak dapat penulis ungkapkan melalui kata-kata dalam skripsi ini,
tak terhitung berapa banyak kalori yang kau bakar demi untuk memberikan
yang terbaik untuk penulis
4. Segenap Bapak dan Ibu dosen pembimbing. Terimakasih atas semua ilmu
yang telah bapak berikan.
5. Staf Perpustakaan FIDKOM dan Perpustakaan Utama yang telah
memberikan kemudahan dalam bertransaksi buku yang selama ini penulis
butuhkan dan tentunya atas koneksi WiFi-nya yang selalu penulis gunakan.
ii
6. Bapak H. Syarifuddin Radin, Lc. MEI Selaku Direktur Utama beserta Staf
Lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA). Terimakasih atas waktu
dan peluang serta bantuan yang bapak berikan sehingga penulis mendapatkan
data dan dokumen tentang Lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri
(TAQUMA).
7. Kedua adik, paman serta bibi penulis tercinta, yang selalu memberikan warna
dan motivasi kepada penulis, semoga Allah selalu menjaga kalian semua
dalam ridho-Nya.
8. Semua pihak: para tokoh masyarakat, dan tokoh agama atas doa dan
dukungannya kepada penuliis. Barokallahulana.
9. Segenap kawan-kawan seperjuangan dari manajemen dakwah 2008 yang
telah memberikan doa dan motivasinya kepada penulis.
Semoga Allah SWT, memberikan balasan atas segala amal baik anda yang
telah membantu demi kelancaran menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu
penulis mengahrapkan kritik dan saran yang membangun untuk penulis. Akhir
kata, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Atas segala
kekurangan dan kekhilafan dalam Skripsi ini, penyusun mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Jakarta, 22 Mei 2013
Penulis
Mochammad Zainal Muttaqin
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……………………………………………………………………... i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………... v
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………… 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………….. 7
D. Metodologi Penelitian ……………………………………… 8
E. Tinjauan Pustaka …………………………………………… 11
F. Sistematika Penulisan ……………………………………… 12
BAB II. LANDASAN TEORITIS......…………………………………... 13
A. Manajemen...........………………………….......................... 13
1. Pengertian Manajemen.………...................………….…. 13
2. Fungsi Manajemen........................................................... 16
3. Tujuan dan Manfaat Manajemen...................................... 18
B. Pelatihan................................................................................. 20
1. Pengertian Pelatihan.......................................................... 20
2. Fungsi dan Tujuan Pelatihan............................................. 22
3. Rancangan Pelatihan......................................................... 23
C. Manajemen Pelatihan............................................................. 24
1. Pengertian Manajemen Pelatihan...................................... 24
2. Unsur-unsur Manajemen Pelatihan................................... 26
3. Langkah – langkah Manajemen Pelatihan........................ 31
D. Terjemah Al-Quran................................................................ 34
1. Pengertian Terjemah......................................................... 34
2. Pengertian Al-Quran......................................................... 36
3. Pengertian Terjemah Al-Quran......................................... 39
BAB III. GAMBARAN UMUM TENTANG LEMBAGA
TERJEMAH AL-QURAN MANDIRI (TAQUMA)................ 40
A. Sejarah Berdirinya …………………………………………. 40
B. Fungsi dan Tujuan ……….......………………..................... 43
C. Visi dan Misi.......................................................................... 44
D. Susunan Pengurus TAQUMA.....…….……………..........… 45
E. Sarana dan Prasarana ………………………......……….….. 46
BAB IV. HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN …………………... 47
A. Penerapan fungsi manajemen pelatihan terjemah
Al-Quran pada lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri
(TAQUMA) .......................................................................... 47
1. Planning (Perencanaan) .................................................... 48
2. Organizing (Pengorganisasian)......................................... 52
3. Actuating (Penggerakan) ................................................. 55
4. Controling (Pengawasan) ................................................. 66
B. Penerapan unsur-unsur dalam pelaksanaan pelatihan
terjemah Al-Quran pada lembaga Terjemah Al-Quran
Mandiri (TAQUMA)............................................................. 68
1. Men (Pelatih)..................................................................... 68
2. Material (Bahan Pelatihan)............................................... 69
3. Machines (Mesin) ............................................................. 69
4. Methods (Metode) ........................................................... 70
5. Money (Uang) .................................................................. 71
6. Market (Peserta) ............................................................... 71
BAB V. PENUTUP …………………………………………………….. 74
A. Kesimpulan ……………………………………………….... 74
B. Saran-Saran ………………………………………………... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengelolaan manajemen menjadi sebuah keharusan dalam memajukan
sebuah pelaksanaan organisasi, tatanan strategi yang tepat dan lengkap akan
mengarahkan kepada suatu pencapaian tujuan yang baik sesuai dengan apa
yang diinginkan.
Banyak ditemukan definisi tentang manajemen mulai dari manajemen
sebagai ilmu, proses, seni dan profesi. Adapun manajemen yang dimaksud
dalam manajemen disini adalah manajemen sebagai proses. Maka manajemen
berarti proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan
mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan sumber daya
organisasi untuk mencapaisasaran organisasi yang telah ditetapkan.1
Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
penggerakkan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan tenaga manusia
dan sumber daya lainnya.
Manajemen sudah semakin dirasakan sebagai suatu kebutuhan pokok,
baik oleh sekumpulan individu, kelompok, maupun organisasi untuk
mencapai tujuan tertentu. Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan
bersama maka dari pada itu untuk mencapai tujuan secara efektif diperlukan
manajemen yang baik dan benar.
1 James A.F, Stoner, Manajemen, terj. Alexander Sindoro, (Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Popular, 1996), hlm.7
2
Pada hakikatnya manajemen adalah serangkaian pengelolaan
perencanaan (planing) atau suatu keputusan manajerial yang strategis untuk
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu lembaga maupun
organisasi manajemen mempunyai peranan yang sangat penting bagi
pererakan kegiatan positif.
Sedangkan pelatihan adalah suatu pembinaan terhadap tenaga kerja
disamping adanya upaya lain. Pelatihan merupakan proses belajar mengajar
dalam rangka meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia melaksanakan
tugasnya. Pelatihan juga merupakan upayauntuk mentransper keterampilan
dan pengetahuan kepada para peserta pelatihan sedemikian rupa sehingga
para peserta menerima dan melakukan pelatihan pada saat melaksanakan
pekerjaan.2
Pelatihan juga akan berhasil jika identifikasi kebutuhan pelatihan
dilakukan dengan benar. Pada dasarnya kebutuhan pelatihan itu adalah untuk
memenuhi kekurangan pengetahuan, meningkatkan keterampilan atau sikap
dengan masing-masing kadar kemampuannya. Yang dimaksud dengan
pelatihan ialah “Upaya mengembangkan kemampuan intelektual dan
kepribadian manusia.3
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka efektifitas dan efisiensi
dalam menyelenggarakan manajemen pelatihan merupakan suatu hal yang
2 Abdurahman Fathoni, Organisasi dan manajemen sumberdaya manusia, (Jakarta :
rineka Cipta), cet ke 1 H.147 3 Soekidjo Notatmojo, pengembangan sumberdaya manusia, (jakarta ; PT. Rineka Cipta,
2004), h.25
3
harus mendapat perhatian dengan diproses melalui metode pelaksanaan
manajemen yang baik dan mapan.
Dalam manajemen pelatihan tidak hanya sebatas manajemennya saja
yang harus diperhatikan dalam pelatihan terjemah Al-Quran, ada beberapa
unsur-unsur manajemen yang perlu dikelola dengan sebaik=baikny agar suatu
organisasi maupun lembaga bisa dilaksanakan dengan benar sesuai dengana
tujuannya agar kualitas dan kuantitasnya berjalan secara maksimal.
Dalam manajemen pelatihan khususnya pelatihan terjemah Al-Quran
pada dasarnya harus berpegangan teguh terhadah sunnah dan Al-Quran agar
tidak keluar dari ketentuan hukum islam karenanya Al-Quran merupakan
pedoman umat manusia yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw
memiliki bahasa yang indah, makna serta arti yang jelas, mudah dipahami,
dan masih banyak lagi kesempurnaan yang tidak dapat ditandingi oleh
bahasa lain atau bahkan oleh orang terhebat di dunia ini.
Al-Quran adalah petunjuk bagi setiap manusia dalam segala kehidupan
di sepanjang zaman. Al-Quran merupakan kitab yang diturunkan dengan
memakai bahasa Arab. Oleh karena itu, pelatihan terjemah Al-Quran menjadi
sangat penting dilakukan bagi setiap orang Islam non Arab, sebagai langkah
awal untuk dapat mengetahui kandungan makna Al-Quran.
Al-Quran juga memiliki bahasa yang santun, sehingga apabila
didengarkan terasa sangat indah. Hal ini karena Al-Quran merupakan firman
Allah SWT yang ditujukan kepada manusia agar manusia tidak tersesat di
dunia. Al-quran yang berisi petunjuk-petunjuk supaya manusia sadar
4
terhadap siapa hakikatnya mereka, untuk apa mereka hidup, kewajiban dan
hak yang harus dipenuhi sebagai makhluk ciptaan Allah SWT.
Al-Quran sebagai sumber pertama haruslah mendapat prioritas utama
dan peringkat teratas untuk dipelajari dengan sungguh-sungguh. Al-quran
yang diturunkan dengan bahasa Arab mengondisikan pemeluk Islam mau
tidak mau untuk berusaha menguasai bahasa Al-quran ini. Memang telah
diterbitkan terjemahan Alquran dalam berbagai ragam bahasa lain yang ada di
dunia namun terjemahan itu bagaimana pun tidak akan pernah
menggambarkan secara utuh makna aslinya.
Dengan menggabungkan antara arti bacaan dan himpunan atau
kumpulan, dalam menelusuri makna kalimat Al-Quran, bisa dapatakan titik
temu, bahwa ketika seorang membaca Al-Quran, ia telah mengumpulkan
huruf-huruf kalimat dalam suatu rangkaian yang utuh, lalu melafalkannya
dengan lisanya, dalam bentuk kalimat atau kata yang sempurna, sehingga
enak didengarnya, nampak menjadi sebuah bangunan yang kuat saling
mendukung, tak tergoyahkan. Dari membaca akan lahir pemahaman. Dari
pemahaman akan lahir amal. Dengan demikian peranan nampak bahwa
membaca merupakan urutan pertama dalam membangun ilmu pengetahuan,
dan selanjutnya untuk membangun sebuah peradaban.
Di lain sisi, seringkali tatkala membaca Al-Quran diperoleh sepintas
pemahaman akan suatu topik tertentu. Ini sama sekali tidak salah. Bahkan,
begitulah semestinya, apa yang dibaca itu hendaknya memberikan semacam
ide di dalam pikiran. Ini menandakan keberhasilan dalam membaca. Tidak
5
seperti membaca sekadar saja yang hanya melewati huruf demi huruf, tetapi
kosong dari makna yang dapat dipetik.
Memahami bahasa Al-Quran tanpa perangkat ilmunya merupakan
tindakan berbahaya yang akan mengantarkan pelakunya kepada kekeliruan,
kesalahan, dan kesesatan. Si pelaku akan semena-mena berbicara,
memahami, memaknai, serta menafsirkan tentang Al-Quran tanpa bimbingan
dari ilmu tadi dan tentu saja mengabaikan tanggung jawab ilmiah. Parahnya,
Islamlah yang akan mendapat citra buruk atas kelakuannya ini, karena ia
secara serampangan menisbatkan tindakannya itu kepada Alquran, kitab suci
umat Islam.
Terjemahan-terjemahan Al-Quran sudah ada dalam berbagai macam
bahasa yang digunakan oleh umat muslim di seluruh dunia. Usaha
menerjemahkan Al-Quran ini dilakukan oleh umat Islam di seluruh dunia
agar mudah memahami dan mempelajari isi dari Al-Quran. Hal ini terjadi
karena tidak semua umat Islam mampu memahami bahasa arab. Maka,
melalui kegiatan pelatihan menterjemahkan Al-Quran ini akan membantu
umat Islam dalam mempelajari, memahami, dan menyebarkan ajaran tentang
Islam kepada seluruh umat manusia melaui kegiatan pelatihan terjemah Al-
Quran maupun kegiatan lain.
Seiring perjalanan waktu, dunia syi’ar Islam di Indonesia semakin hari
semakin berkembang dalam pengelolaan manajemen baik dari sisi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan serta ruang
6
lingkupnya. Hal ini tentu sangat menggembirakan dan patut di syukuri serta
di dukung dengan segenap kemampuan yang ada.
Dalam ruang lingkup wilayah, khususnya di lingkup Kecamatan
Pondok Aren hingga kota Tangerang Selatan, kini semakin di rasakan
perlunya semakin banyak wadah untuk melaksanakan kegiatan dakwah,
tarbiyah dan syi’ar Islam yang lebih serius dan tertata rapi dalam suatu
organisasi formal, dengan tetap mengedepankan pijakan kepada Al-Quran
dan As-Sunnah. Kebutuhan pegiat dakwah untuk bertaktifitas dan kebutuhan
obyek dakwah untuk menerima masukan ilmu dan informasi sudah waktunya
di layani dengan lebih baik lagi.
Di sisi lain, keprihatinan akan masih kurangnya pemahaman dan
penguasaan umat Islam terhadap Al-Quran harus segera direspon. Kondisi
bangsa yang belum juga berubah banyak ke arah kemajuan diyakini salah satu
penyebabnya rendahnya penguasaan umat Islam terhadap Al-Quran yang
berakibat kepada mentalitas, akhlak, tata nilai, hukum dan kepribadian umat
yang jauh dari nilai-nilai Al-Quran. Dari hal itu, sekitar 4 tahun yang lalu
muncullah pemikiran H.Syarifudin untuk merealisasikan terbentuknya sebuah
lembaga yang mempunyai fokus pada pembelajaran dan pemahaman Al-
Quran, yang diberi nama TAQUMA (Terjemah Al-quran Mandiri).
Alasan penulis memilih Lembaga TAQUMA (Terjemah Al-Quran
Mandiri) sebagai obyek penelitian adalah karena lembaga ini merupakan satu-
satunya lembaga dibidang pelatihan menerjemahkan Al-Quran secara lafziah
(per kata) di kawasan Pondok Aren. Selain itu, untuk mengetahui penerapan
7
manajemen dalm pengelolaan yang di terapkan oleh lembaga tersebut dalam
menjalankan aktifitas pelatihan terjemah Al-Quran.
Berdasarkan pada latar belakang tersebut maka penulis mengajukan
skripsi atau karya tulis ilmiah dengan judul “Manajemen Pelatihan
Terjemah Al-Quran Lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri
(TAQUMA)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak meluas maka penulis membatasi
masalahnya pada fungsi dan unsur manajemen pelatihan terjemah Al-
Quran pada lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA).
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana pelaksanaan manajemen pelatihan terjemah Al-Quran pada
lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA) ?
b. Apa unsur-unsur manajemen yang mendukung pelaksanaan terjemah
Al-Quran?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
A. Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengelolaan manajemen yang dilakukan oleh
Lembaga TAQUMA (Terjemah Al-Quran Mandiri).
2. Untuk mengetahui unsur-unsur manajemen yang dilakukan lembaga
Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA).
8
B. Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan awal bagi peminat
mauapun peneliti lainnya untuk meneliti lebih lanjut tentang peranan
suatu lembaga sebagai media dakwah.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan panduan
terhadap Lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri dan sebagai
kontribusi pemikiran bagi lembaga pembelajaran terjemah Al-Quran
lainnya.
D. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan strategi umum yang dipakai dalam
pengumpulan dan menganalisis data yang diperlukan, guna menjawab
permasalahan yang diselidiki. Pada penyusunan skripsi ini digunakan metode
penelitian kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang atau perilaku yang
diminati.4
Dengan menggunakan metode deskripsi kualitatif penulis
mengharapkan kegiatan penelitian dalam pencarian faktanya dengan
pengamatan secara langsung di lapangan. Dan kemudian mendeskripsikan
atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fenomena yang diteliti serta menganalisisnya.
4 Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (bandung:Rosdakarya,2002)
9
1. Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian ini adalah dengan menggunakan data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data lapangan yang didapat
dari sumber pertama, seperti hasil wawancara dan observasi. Dalam data
primer peneliti atau observer melakukan sendiri observasi di lapangan,
pelaksanaanya berupa survey. Data sekunder adalah data yang tersusun
dalam bentuk dokumen-dokumen yang menjadi data sekunder dalam
penelitian ini adalah buku, brosur, majalah dan bahan informasi lainnya
yang memiliki relevansi dengan masalah penelitian sebagai penunjang
penelitian.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah pelatihan terjemah
Al-Quran, sedangkan objek penelitiannya adalah Lembaga Terjemah Al-
Quran Mandiri (TAQUMA).
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data tersebut, penulis mengadakan penelitian
dengan menggunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut:
A. Observasi.
Observasi merupakan pengamatan dan penelitian dengan
sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki.5 Sutrisno
mengungkapkan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dalam dari berbagai proses
5 Sutrisno Hadi, Metodelogi Riset II, (Yogyakarta: yayasan Penerbitan fakultas Psikologi
UGM, 1984), h. 141
10
biologis dan psikologis. Dan diantara yang paling penting adalah
proses-proses pengamatan dan ingatan.6 Dalam melakukan observasi
penulis mendatangi langsung ke Lembaga TAQUMA (Terjemah Al-
quran Mandiri) yang beralamat di Jl. Swadaya 2, Kampung Utan,
Rt.04 Rw.03 Desa Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren,
Tangerang Selatan, Banten. Tujuannya adalah untuk mendapat data
konkrit tentang hal-hal yang menjadi objek penelitina.
B. Wawancara (Interview).
Wawancara adalah percakapan langsung dengan maksud
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan, dan yang di
wawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
itu.7 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi arus informasi dalam
wawancara, yaitu: wawancara (interviewer), reponden (interviewee),
pedoman wawancara, dan situasi wawancara.8 Pada interview ini
penulis mengadakan komunikasi langsung dan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada beberapa pihak yang bersangkutan.
C. Dokumentasi.
Dokumentasi dipakai guna untuk melengkapi data-data yang
telah terkumpul, juga untuk getahui segala sesuatu yang berkaitan
6 Sugiono, Metodelogi Penulisan Administrasi, (Bandung: penerbit al-fabeta 2005), cet
ke-12, h.166 6 Dr. Lexy J Moleong, Metodelogi penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya), Cet. Ke-11, h. 135 8 Drs. Hermanwan Wasito, Pengantar metodelogi Penelitian, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1995), h.71
11
dengan permasalahan yang diteliti antara lain mencari data berupa
buku, catatan-catatan, file, transkip, bulletin, majalah maupun foto-
foto.
4. Teknik Analisis Data
Setelah data yang diperoleh terkumpul melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi, maka langkah selanjutnya adalah data-data
tersebut disusun secara sistematis itu diklasifikasi untuk kemudian
dianalisis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian itu
disajikan dalam bentuk laporan ilmiyah.
Dalam analisis data, penulis menggunakan analisis deskriptif,
yakni penulis berusaha mengembangkan objek penelitian apa adanya
sesuai dengan kenyataan berdasarkan teori yang ada.
5. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penulis melakukan penelitian di Lembaga TAQUMA (Terjemah
Al-quran Mandiri) yang beralamat di Jl. Swadaya 2, Kampung Utan, Rt.04
Rw.03 Desa Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang
Selatan, Banten. Adapun waktu yang ditentukan dari penelitian ini
dilakukan dari bulan Februari 2012 - Mei 2012.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengadakan penelitian lebih lanjut
kemudian menyusunnya menjadi satu karya ilmiah, maka langkah awal yang
penulis teliti adalah menelaah terlebih dahulu terhadap skripsi-skripsi terdahulu
yang mempunyai judul yang hampir sama dengan yang akan penulis teliti.
12
Adapun setelah penulis mengadakan suatu kajian kepustakaan, akhirnya
penulis menemukan beberapa skripsi yang memiliki judul yang hampir sama
dengan yang akan penulis teliti yaitu:
Nama : Siti Masyitoh (1070553001492) judul skripsi “ Program Pelatihan
Terapi Dalam Pengobatan Alternatif di Bengkel Rohani Ciputat. Skripsi ini
menerangkan tentang program pelatihan dan pelaksanaa terapis dalam
pengobatan alternatif di bengkel rohani Ciputat, sedangkan yang membedakan
dalam pembahasan skripsi penulis adalah penulis menuangkan tentang fungsi
dan unsur-unsur manajemen dalam penerapan pelatihan terjemah Al-Quran
pada lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA).
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, penulis akan menggunakan
sistematika pembahasan yang terdiri dari lima bab, dengan susunan sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORITIS
Pada bab ini meliputi pengertian manajemen, fungsi manajemen,
tujuan dan manfaat manajemen, pengertian pelatihan, fungsi dan
tujuan pelatihan, rancangan pelatihan, manajemen pelatihan
pengertian manajemen pelatihan, unsur-unsur manajemen pelatihan,
13
langkah – langkah manajemen pelatihan, pengertian terjemah,
pengertian Al-Quran, Pengertian terjemah Al-Quran.
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA TERJEMAH AL-QURAN
MANDIRI (TAQUMA)
Dalam bab ini penulis menerangkan sejarah didirikannya Terjemah
Al-Quran Mandiri (TAQUMA), Visi dan Misi TAQUMA, Fungsi
dan Tujuan didirikannya TAQUMA, susunan pengurus TAQUMA,
Sarana dan Prasarana.
BAB IV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis menerangkan penerapan fungsi manajemen
pelatihan terjemah Al-Quran pada lembaga Terjemah Al-Quran
Mandiri (TAQUMA) meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan, penerapan unsur-unsur dalam
pelaksanaan pelathan terjemah Al-Quran pada lembaga Terjemah
Al-Quran (TAQUMA) meliputi men (pelatih) material (bahan
pelatihan), methods (metode), money (uang), dan market (peserta).
BAB V PENUTUP
Penutup berisi Kesimpulan dan Saran-saran.
14
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. MANAJEMEN
1. Pengertian Manajemen
Banyak ditemukan definisi tentang manajemen mulai dari
manajemen sebagai ilmu, proses, seni dan profesi. Adapun manajemen
yang dimaksud dalam manajemen disini adalah manajemen sebagai
proses. Maka manajemen berarti proses merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan pekerjaan anggota
organisasi dan menggunakan sumber daya organisasi untuk mencapai
sasaran organisasi yang telah ditetapkan.1
Dari segi etimologi, kata manajemen berasal dari bahasa inggris
yang diambil dari kata to manage yang sinonimnya antara lain to hand
berarti mengurus, to control berarti memeriksa, to quide berarti memimpin
atau membimbing, jadi apabila dilihat dari asal katanya, manajemen
berarti mengurus, mengendalikan memimpin, dan membimbing.2
Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,
penggerakkan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan tenaga
manusia dan sumber daya lainnya.
1 James A.F, Stoner, Manajemen, terj. Alexander Sindoro, (Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Popular, 1996), hlm.7 2 E.K.Mochtar Effendi, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam,
(Jakarta : Bharata Karya Aksara, 1996), cet ke-2, h. 6
15
Manajemen sudah semakin dirasakan sebagai suatu kebutuhan
pokok, baik oleh sekumpulan individu, kelompok, maupun organisasi
untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai
tujuan bersama maka dari pada itu untuk mencapai tujuan secara efektif
diperlukan manajemen yang baik dan benar.
Selanjutnya untuk lebih mengetahui dan memahami mengenai
pengertian manajemen yang lebih luas, maka berikut ini akan diuraikan
beberapa definisi yang dikemukakan para ahli manajemen berdasarkan
sudut pandang mereka masing-masing yaitu :
Josephl Massie, manajemen adalah sebagai kelompok khusus
orang-orang yang tugasnya mengarahkan daya dan upaya serta
aktivitasnya orang lain pada sasaran yang sama. Juga diartikan sebagai
proses yang mengarahkan langkah-langkah kelompok manunggal menuju
tujuan yang sama.3 Dan Menurut J. Panglaykin dan Tanzil, manajemen
adalah seni kemahiran untuk mencapai hasil yang sebesar-besarnya
dengan usaha yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh kemakmuran dan
kebahagiaaan yang setinggi-tingginya serta memberi serius pelayanan
yang baik kepada khalayak ramai.4
Manajemen sangat dibutuhkan dimana saja oleh orang-orang yang
bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Manajemen diperlukan
33
Josephl Massie, dasar-dasar manajemen, (jakarta : Erlangga, 1985), Edisi ke-3. H. 4 4 J.Panglaykin dan Tahzil, Manajemen Suatu pengantar, (Jakarta : Ghalia
Indonesia,1999), cet ke-15. H.27
16
untuk mencapai tujuan, menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan
yang bertentangan, serta mencapai Efisiensi dan efektifitas.5
2. Fungsi Manajemen
Proses-proses manajemen terdiri dari kegiatan-kegiatan fungsional
yaitu6:
a. Perencanaan (Planning)
Yaitu proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu untuk
mencapai sasaran. Dengan perencanaan maka sebelum kegiatan-
kegiatan dilaksanakan dipikirkan terlebih dahulu. Jadi, perencanaan
adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa
yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa. Perencanaan
harus mempertimbangkan fleksibilitas, agar mampu menyesuaikan diri
dengan situasi dankondisi baru secepat mungkin.7
Empat tahap dasar perencanaan8:
Tahap 1: Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan.
Tahap 2: Merumuskan keadaan saat ini.
Tahap 3: Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan.
Tahap 4: Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk
mencapai tujuan.
5 T.Hani Handoko,Manajemen,(Yogyakarta: BPFE. 2003), hlm. 6-7.
6 Ibid, hlm.79.
7 Ibid, hlm. 78.
8 Ibid, hlm.79
17
b. Pengorganisasian (Organizing),
Yaitu proses memperkerjakan dua orang atau lebih untuk bekerja
sama mencapai sasaran spesifik atau beberapa sasaran. Kekuatan suatu
organisasi terletak pada kemampuannya untuk menyusun berbagai
sumber dayanya dalam mencapai tujuan. Semakin terkoordinasi dan
terintegrasi kerja organisasi semakin efektif dan efisien.
c. Pengarahan/Memimpin (Actuating/Leading)
Yaitu suatu proses mengarahkan dan mempengaruhi aktifitas yang
berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau seluruh
organisasi.
Sesudah rencana tersebut dibuat, organisasi dibentuk dan disusun
personalianya, langkah berikutnya adalah menugaskan karyawan untuk
bergerak menuju tujuan yang telah ditentukan. Fungsi ini melibatkan
kualitas gaya, dan kekuasaan pemimpin serta kegiatan-kegiatan
kepemimpinan seperti komunikasi, motivasi dan disiplin. Jadi kegiatan
pengarahan langsung menyangkut orang-orang dalam organisasi.9
d. Pengawasan/Pengendalian(Controlling)
Yaitu proses untuk memastikan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai
dengan aktifitas yang direncanakan. Semua fungsi terdahulu tidak akan
efektif tanpa fungsi pengawasan (Controling). Pengawasan positif
mencoba untukmengetahui apakah tujuan organisasi dicapai dengan
efisien danefektif. Pengawasan negatif mencoba untuk menjamin
9 T.Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE. 2003), hlm. 25
18
bahwa kegiatan yang tidak diinginkan atau tidak dibutuhkan tidak
terjadiatau terjadi kembali.
Fungsi pengawasan pada dasarnya mencakup empat unsur, yaitu :
1) Penetapan standar pelaksanaan.
2) Penentuan ukuran-Ukuran pelaksanaan
3) Pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingkannya dengan
standar yang telah ditetapkan.
4) Pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan
menyimpang dari standar.10
3. Tujuan dan manfaat manajemen
Tujuan Manajemen yaitu :
a. Melaksanakan dan mengevaluasi strategi yang kita pilih secara efektif
dan efisien
b. Mengevaluasi kinerja, meninjau, dan mengkaji ulang situasi serta
melakukan berbagai penyesuaian dan koreksi jika terdapat
penyimpangan di dalam pelaksanaan strategi.
c. Senantiasa memperbaharui strategi yang kita rumuskan agar sesuai
dengan perkembangan lingkungan eksternal.
d. Senantiasa meninjau kembali kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman peluang yang ada
e. Senantiasa melakukan inovasi atas kegiatan sehingga kita hidup kita
lebih teratur.
10
Ibid, hlm 25-26
19
Adapun manfaat mempelajari dan memahami manajemen dapat
diketahui dari uraian di bawah ini:
a. Membantu dalam membuat strategi yang lebih baik dengan
menggunakan pendekatan yang lebih sistematis, logis, rasional pada
pilihan strategis.
b. Merupakan sebuah proses bukan keputusan atau dokumen. Tujuan
utama dari proses adalah mencapai pengertian dan komitmen dari apa
yang kita rencanakan.
c. Proses yang kita laksanakan menyediakan pemberdayaan individual.
Pemberdayaan adalah tindakan memperkuat pengertian diri sendiri
mengenai efektivitas dengan mendorong dan menghargai usaha kita
untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan latihan inisiatif
serta imajinasi.
d. Meningkatkan kesadaran kita akan ancaman eksternal sehingga kita
akan terbiasa mempersiapkan rencana lain atas kejadian yang tidak
diinginkan dari factor luar.
e. Dapat mengetahui dengan lebih baik mengenai strategi pesaing
sehingga kita akan lebih mudah menghadapinya.
f. Berkurangnya penolakan kita terhadap perubahan karena kita telah
mempersiapkan rencana atas perubahan tersebut.
g. Memungkinkan kita untuk identifikasi, penentuan prioritas, dan
eksploitasi peluang yang terbaik atas permasalahan dan pilihan
keputusan.
20
h. Kita dapat merepresentasikan kerangka kerja untuk aktivitas kontrol
dalam kehidupan sehari-hari dengan lebih baik yang dapat mengatur
rencana kegiatan kita.
i. Memungkinkan alokasi sumber daya dan waktu yang lebih sedikit bagi
kita untuk mengoreksi keputusan yang salah atau tidak terencana.
j. Menciptakan kerangka kerja komunikasi internal dengan orang lain.
k. Membantu mengintegrasikan perilaku individu kita kedalam kelompok
atau golongan.
l. Mendorong pemikiran ke masa depan, sebab dengan mempelajari
manajemen kita telah belajar menganalisa rencana.
m. Menjadikan kita kooperatif, terintegrasi, dan antusias untuk
menghadapi masalahdan peluang.
n. Mendorong terciptanya sikap positif akan perubahan dalam diri kita
o. Memberikan tingkat kedisiplinan dan formalitas kepada manajemen
kegiatan kita.11
B. PELATIHAN
1. Pengertian Pelatihan
Pelatihan adalah suatu pembinaan terhadap tenaga kerja disamping
adanya upaya lain. Pelatihan merupakan proses belajar mengajar dalam
rangka meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia melaksanakan
tugasnya. Pelatihan juga merupakan upayauntuk mentransper keterampilan
dan pengetahuan kepada para peserta pelatihan sedemikian rupa sehingga
11
http://bintangkecil44.blogspot.com/2012/10/manfaat-dan-tujuan-manajemen.html
21
para peserta menerima dan melakukan pelatihan pada saat melaksanakan
pekerjaan.12
Pelatihan juga akan berhasil jika identifikasi kebutuhan pelatihan
dilakukan dengan benar. Pada dasarnya kebutuhan pelatihan itu adalah
untuk memenuhi kekurangan pengetahuan, meningkatkan keterampilan
atau sikap dengan masing-masing kadar kemampuannya. Yang dimaksud
dengan pelatihan ialah “Upaya mengembangkan kemampuan intelektual
dan kepribadian manusia.13
Penggunaan istilah pelatihan (traning) dikemukakan para ahli seperti
D Ale Yorder yang dikutip oleh mangkunegara, menggunakan istilah
pelatihan untuk pegawai pelaksanaan dan pengawas, sedangkan Wekley
dan Yukl lebih memperjelas mengenai penggunaan istilah pelatihan.
Mereka berpendapat bahwa : “pelatihan merupakan istilah-istilah yang
berhubungan dengan usaha-usaha bencana yang diselenggarakan untk
mencapai penguasaan skill, pengetahuan dan sikap-sikap pegawai atau
anggota organisasi.14
Menurut Oemar Hamalik, melihat dari segi operasional pelatihan
diartikan sebagai suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan (upaya)
yang dilaksanakan secara sengaja dalam bentuk kepribadian kepada tenaga
kerja oleh tenaga profesional kepelatihannya dalam satuan waktu yang
12
Abdurahman Fathoni, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, (jakarta :
Rineka Cipta), cet ke 1 h.147 13
Soekidjo Notatmojo, pengembangan sumberdaya manusia, (jakarta ; PT. Rineka Cipta,
2004), h.25 14
AA.Anwar Prabu Mangku Negara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan
(Bandung: Rosda Karya, 2000), h.44
22
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang
pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektifitas dan produktifitas dalam
suatu organisasi.15
Dari beberapa definisi menurut para ahli diatas maka penulis
menyimpulkan bahwa pelatihan merupakan kegiatan proses belajar atau
proses latihan yang memiliki tujuan yang jelas dan menggunakan beragam
cara penyampaian serta melibatkan keaktifan peserta. Dan pencapaian
tujuan harus mengenai tiga aspek diantaranya adalah aspek perasaan,
aspek tingkah laku, dan aspek pikiran.
2. Fungsi dan Tujuan Pelatihan
Hamalik mengatakan bahwa fungsi pelatihan adalah memperbaiki
kinerja (performance) para peserta. Selain itu pelatihan juga bermanfaat
untuk mempersiapkan promosi ketenagakerjaan pada jabatan yang lebih
rumit dan sulit, serta mempersiapkan tenaga kerja pada jabatan yang lebih
tinggi yaitu tingkatan kepengawasan atau manajerial. Pelatihan dapat
membantu karyawan membuat keputusan yang lebih baik, meningkatkan
kemampuan di bidang kerjanya sehingga dapat mengurangi stres dan
menambah rasa percaya diri. Adanya tambahan informasi tentang program
yang diperoleh dari pelatihan dapat dimanfaatkan sebagai proses
penumbuhan intelektualitas sehingga kecemasan menghadapi perubahan di
masa-masa mendatang dapat dikurangi.
15
Oemar Hamalik, Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan
Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2005) h.10
23
Tujuan dari pelatihan adalah suatu pernyataan tentang pengetahuan,
keterampilan dan attitude yang diharapkan dapat dicapai atau dikuasai oleh
peserta pelatihan telah selesai.
Pada saat ini umumnya tujuan pelatihan dibuat dalam standard
kompetensi, karena biasanya pelatihan bertujuan untuk pemenuhan suatu
kompetensi tertentu. Kadangkala suatu pelatihan disiapkan untuk
pemenuhan suatu jenis.
Tujuan pelatihan merupakan standard kualifikasi bagi pencapaian
kemampuan atau kompetensi dari suatu proses pelatihan dan belajar-
mengajar. Umumnya tujuan pelatihan dirumuskan dalam dua jenis ; yaitu :
Tujuan Umum (Goals) dan Tujuan Khusus (Objectives).
Ketika proses pelatihan selesai atau berakhir maka sebaiknya
dilakukan post test dan evaluasi. Post tes dilakukan dengan cara menguji
kemampuan atau kompetensi yang diharapkan terhadap peserta pelatihan,
sehingga dapat diketahui pencapaian atau perkembangannya akibat proses
belajar-mengajar. Sedangkan evaluasi biasanya dilakukan untuk menilai
seberapa jauh kesesuaian antara pelaksanaan proses pelatihan dengan
rencana yang telah ditetapkan, sehingga tujuan dari pelatihan itu sesuai
dengan yang diharapkan.
3. Rancangan Pelatihan
Rancangan pelatihan (Traning Design) adalah rancangan yang akan
dijadikan pegangan, pedoman atau acuan pada waktu melaksanakan
training, penyusunan rancangan pelatihan harus memperlihatkan pihak-
24
pihak yang akan terlibat dalam pelatihan (peserta, penyelenggara, dan
trainer) tujuann yang akan dicapai, materi yang akan diolah metode dan
peralatan yang hendak dipakai, tempat pelaksanaan, jadwal kegiatan untuk
setiap sesi ataupun secara keseluruhan.16
Berdasarkan penjabaran yang penulis paparkan, maka penulis
menyimpulkan bahwa rancangan pelatihan merupakan rencana kegiatan
pelatihan yang dibuat oleh seseorang maupun kelompok, untuk
menghaslkan sebuah tujuan program pelatihan tersebut.
C. MANAJEMEN PELATIHAN
1. Pengertian Manajemen Pelatihan
Dari segi etimologi, kata manajemen berasal dari bahasa inggris
yang diambil dari kata to manage yang sinonimnya antara lain to hand
berarti mengurus, to control berarti memeriksa, to quide berarti memimpin
atau membimbing, jadi apabila dilihat dari asal katanya, manajemen
berarti mengurus, mengendalikan memimpin, dan membimbing.17
Dalam bahasa Arab istilah manajemen diartikan sebagai an-nizam
atau at-tanzhim yang berarti suatu tempat untuk menyimpan segala
sesuatu dan menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.18
Sedangkan secara istilah banyak sekali pendapat para ahli yang
mengartikan istilah manajemen. Diantaranya sebagai berikut:
16
Agus M, Hardjana, Training SDM yang efektif, (yogyakarta : Kanisius, 2001) cet, ke 1,
H.35 17
E.K.Mochtar Effendi, Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam,
(Jakarta : Bharata Karya Aksara, 1996), cet ke-2, h. 6 18
M. Munir, dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, ( Jakarta: kencana prenada Medi
Group, 2009), cet. 2, h. 9
25
a. Menurut George R. Terry, manajemen adalah suatu proses yang
membeda-bedakan atas perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan
baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
b. Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, manajemen adalah ilmu
dan seni mengatur proses pemanfaatan SDM dan sumber-sumber
lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
Sedangkan pelatihan adalah suatu pembinaan terhadap tenaga kerja
disamping adanya upaya lain. Pelatihan merupakan proses belajar
mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia
melaksanakan tugasnya. Pelatihan juga merupakan upayauntuk
mentransper keterampilan dan pengetahuan kepada para peserta pelatihan
sedemikian rupa sehingga para peserta menerima dan melakukan pelatihan
pada saat melaksanakan pekerjaan.19
pelatihan dapat didefinisikan sebagai suatu cara yang digunakan
untuk memberikan atau meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan
dalam melaksanakan pakerjannya sekarang.20
Sedangkan dalam sumber
lain, mendefinisikan pelatihan sebagai proses sistematik perubahan
19
Abdurahman Fathoni, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta :
Rineka Cipta), cet ke 1 h.147 20
Mutiara S. Pangabean, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bogor: Ghalia Indonnesia,
2004), cet. 2, h. 41.
26
perilaku para pegawai dalam suatu arah guna meningkatkan tujuan-tujuan
organisasional.21
Pelatihan juga akan berhasil jika identifikasi kebutuhan pelatihan
dilakukan dengan benar. Pada dasarnya kebutuhan pelatihan itu adalah
untuk memenuhi kekurangan pengetahuan, meningkatkan keterampilan
atau sikap dengan masing-masing kadar kemampuannya. Yang dimaksud
dengan pelatihan ialah “Upaya mengembangkan kemampuan intelektual
dan kepribadian manusia.22
Dari pengertian manajemen dan pelatihan di atas, dapat penulis
simpulkan bahwa : Manajemen pelatihan adalah suatu proses pengelolaan
kerja yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, kemampuan, dan
kualitas pegawai (peserta pelatihan) dengan merubah prilaku pegawai
(peserta pelatihan) dalam satu arah untuk dapat meningkatkan pekerjannya
yang melibatkan sumberdaya manusia maupun sumber-sumber lain
dengan proses kerja yang meliputi : perancanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengawasan beserta unsur-unsur manajemen untuk
mencapai tujuan organisasional.
2. Unsur-Unsur Manajemen Pelatihan
Unsur- unsur dalam manjemen pelatihan sama halnya dengan unsur-
unsur manajemen tidak adanya perbedan diantara keduanya karena
pelatihan pasti membutuhkan unsur-unsur manajemen agar suatu
21
Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosidah, Manajemen Sumber Daya Manusia (konsep,
teori dan pengembangan dalam konteks organisasi publik, (yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 219. 22
Soekidjo Notatmojo, Pengembangan Sumberdaya Manusia, jakarta ; PT. Rineka Cipta,
2004, h.25
27
pelaksanaan pelatihan bisa berjalan dengan maksimal sesuai dengan apa
yang di harapan.
Berdasarkan pendapat Drs. H. Ibrahim Lubis, unsur-unsur
manajemen ada enam yang dapat pula dikatakan bahwa ke enam unsur ini
merupakan gabungan dari unsur-unsur majemen yang di kemukakan oleh
M. Manulang dan George R. Terry. Keenam unsur tersebut meliputi : 1)
Men (orang), 2) Material (bahan), 3) Machines (mesin), 4) Methods
(metode), 5) Money (uang), dan 6) Markets (pasar)23
a. Men (Pelatih)
Men adalah tenaga (orang) yang terlibat dalam sebuah kegiatan.
Dalam manajemen pelatihan, Men dapat diaplikasikan pada pelatih,
karena pelatih merupakan orang yang terlibat dalam kegiatan pelatihan
ini. Dimana Pelatih memegang peran yang cukup penting terhadap
kelancaran dan keberhasilan program pelatihan. Itu sebabnya perlu
dipilih pelatih yang ahli, dan berkualifikasi profesional. Berikut ini
beberapa syarat seorang penatar atau pelatih yang baik, sebagai
berikut:24
1) Teaching Skills : Seorang pelatih harus mempunyai kecakapan
untuk mendidik atau mengajarkan, membimbing, memberikan
petunjuk, dan mentransfer pengetahuannya kepada peserta. Ia harus
dapat memberikan semangat, membina dan mengembangkan agar
23
Panji Anoraga, Manajemen Bisnis, cet. 3, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), h. 110-
111. 24
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumberdaya Manusia, (Jakarta : Bumi Aksara,
2007), cet. 10, h. 74-75.
28
peserta mampu untuk bekerja mandiri serta dapat menumbuhkan
kepercayaan pada dirinnya.
2) Communication Skills : Seorang pelatih harus mempunyai
kecakapan berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tulisan
Jadi suaranya jelas, tulisannya baik, dan kata-katannya mudah
dipahami peserta.
3) Personality Authority : Seorang pelatih harus memiliki kewibawaan
terhadap peserta. Ia harus berprilaku baik, sifat dan kepribadiannya
disenangi, kemampuan dan kecakapannya diakui.
4) Social Skills : Seorang pelatih harus mempunyai kemahiran dalam
bidang sosial agar terjamin kepercayaan dari para peserta. Ia harus
suka menolong, objektif, dan senang jika anak didiknya maju serta
dapat menghargai pendapat orang lain.
5) Technical Competent : Seorang pelatih harus berkemampuan teknis,
kecakapan teoritis, dan tangkas dalam mengambil keputusan.
Stabilitas Emosi : Seorang pelatih tidak boleh berprasangka jelek
terhadap anak didiknya, tidak boleh cepat marah, mempunyai sifat
kebapakkan/keibuan, keterbukaan, tidak pendendam, serta mampu
memberikan penilaian yang objektif.
b. Material (Bahan Pelatihan)
Bahan pelatihan sebaiknya disiapkan secara tertulis agar mudah
dipelajari oleh para peserta. Penulisan bahan dapat ditulis dalam bentuk
buku paket yang berisi materi pelatihan dengan memperhatikan faktor-
29
faktor : tujuan pelatihan, tingkatan peserta pelatihan, harapan lembaga
penyelenggara pelatihan, dan lamanya latihan.25
c. Machines (Mesin)
Machines adalah alat yang yang di pergunakan dalam produksi ataupun
kegiata, karena dalam hal ini adalah kegiatan pelatihan maka alat yang
di pergunakan dalam kegiatan ini adalah : meja, kursi, papan tulis, dll.
d. Methods (Metode)
Metode manajemen pelatihan terbagi dua, yaitu berdasarkan bentuk dan
berdasarkan jenis metode yang di lakukan. Berdasarkan bentuk, metode
manajemen pelatihan meliputi :26
1) Belajar sambil bekerja (learning on the job).
2) Belajar melalui observasi (asisten yang diperbantukan).
3) Kuliah (lectures).
4) Pemecahan masalah (problem solving).
5) Bacan-bacan khusus yang direncanakan.
6) Kursus studi (studi course).
7) Konferensi dan seminar.
8) Pengajaran dengan mesin (teaching machine). Kepanitiaan
(committee).
9) Pertemuan-pertemuan khusus.
10) Rotasi jabatan.
11) Keanggotaan dalam asosiasi profesional, dll.
25
Oemar Hamalik, Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu,(
jakarta: Bumi Aksara, 2007), cet 4, h. 36. 26
Ibid, h. 36-37.
30
e. Money (Uang)
Money adalah unsur yang penting dalam sebuah kegiatan, begitu pula
dengan manajemen pelatihan yang memerlukan anggaran yang pastinya
lumayan besar. Karena dengan adannya money aspek-aspek yang
dibutuhkan dalam kegiatan pelatihan, seperti : tenaga pelatih, bahan,
dan alat-alat dapat terpenuhi sebagai syarat tercapainya tujuan yang
diinginkan.
f. Market (Peserta)
Dalam aplikasi manajemen pelatihan market dapat di aplikasikan
pada peserta, karena peserta merupakan sasaran yang telah dirancang
dalam sebuah pelatihan. Sehingga dalam merancang sebuah program
pelatihan harus sesuai dengan market (peserta), dengan
mempertimbangkan : 27
1) Akademik : ialah jenjeng pendidikan dan keahlian.
2) Jabatan : apakah yang bersangkutan telah menempati pekerjaan
tertentu, akau akan ditempatkan pada pekerjaan tertentu.
3) Pengalaman kerja : ialah pengalaman yang telah diperoleh dalam
pekerjaan.
4) Motivasi dan minat yang bersangkutan terhadap pekerjaannya.
5) Pribadi : menyangkut aspek moral, moril, dan sifat-sifat yang
diperlukan untuk pekerjaan tersebut.
27
Oemar Hamalik, ,Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu, h.35
31
6) Intelektual, tingkat berfikir, dan pengetahuan yang diketahui
melalui tes seleksi.
3. Langkah-Langkah Manajemen Pelatihan
Manajemen pelatihan memiliki beberapa langkah-langkah
Sebagaimana halnya dengan setiap pelaksanaan dalam sebuah kegiatan
yang dilakukan dengan tahap-tahap tertentu untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, maka dalam manajemen pelatihan pula perlu tahapan
kegiatan yang memang sesuai dengan tujuan pelatihan itu sendiri, tahap-
tahap manajemen pelatihann terdiri atas:28
a. Analisis Kebutuhan
Menganalisis kebutuhan pelatihan maka perlu di perhatikan tujuan
dari analisis kebutuhan adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi keterampilan perstasi kerja khusus yang
dibutuhkan untuk memperbaiki kinerja dan produktivitas.
2) Menganalisis karakteristik peserta untuk menjamin bahwa program
persebut cocok untuk tingkat pendidikan, pengalaman, dan
keterampilan, begitu juga sikap dan motivasi seseorang.
3) Mengembangkan pengetahuan khusus yang dapat diukur dan
objektif. Dalam tahap ini harus ada keyakinan bahwa penurunan
kinerja dapat ditingkatkan melalui pelatihan dan bukan disebabkan
ketidak puasan terhadap kompensasi.
28
Ibid., h. 42-51. 24
32
b. Rancangan Instruksional
Dalam tahapan ini, isi dari yang sebenarnya dari pelatihan harus
disiapkan yang meliputi:
1) Kumpulkan sasaran instruksional, motode, media, latihan, dan
kegiatan. Organisasikanlah semua itu kedalam sebuah kurikulum
yang natinya akan dijadikan cetak biru untuk pengembangan
program.
2) Pastikanlah semua bahan, seperti naskah video dan buku kerja
peserta saling melengkapi dan ditulis secara jelas yang kemudian
dicocokkan langsung dengan sasaran belajar yang ditetapkan.
c. Validasi
Dalam tahap ini pelatihan diperkenalkan dan divalidasi sebelum
disajikan kepada peserta. Revisi akhir ini perlu dilakukan untuk
menjamin bahwa program ini dapat berhasil.
d. Implementasi
Pada tahapan implementasi pelatihan terbagi menjadi tiga tahap,
yaitu tahap awal yang mencakup : pengumpulan peserta, penyediaan
fasilitas dan logistik, orientasi, dan tes awal (persepsi peserta terhadap
pelatihan), tahap kedua, yang mencakup : penyampaian materi
pelatihan, dan tahap ketiga, yang merupakan pelaksanaan test terhadap
hasil pelatihan.
33
e. Evaluasi
Evaluasi pelatihan membandingkan hasil-hasil sesudah pelatihan
dengan tujuan-tujuan yang diharapkan oleh pihak penyelenggara.
Donald L. Kirkpatrick mengidentifikasi empat tingkatan di mana
pelatihan dapat dievaluasi, meliputi :29
1) Reaksi: Organisasi mengevaluasi tingkat reaksi peserta pelatihan
dengan melakukan wawancara atau dengan memberikan kuesioner
kepada mereka.
2) Pembelajaran: Tingkat-tingkat pembelajaran dapat dievaluasi
dengan mengukur seberapa baik peserta pelatihan telah
mempelajari ide, konsep, teori, dan sikap. Ujian-ujian pada materi
pelatihan secara umum digunakan untuk mengevaluasi
pembelajaran dan dapat diberikan pada saat sebelum atau sesudah
pelatihan untuk membandingkan hasilnya.
3) Prilaku: Mengevaluasi pelatihan pada tingkat prilaku berarti : 1.
mengukur pengaruh pelatihan terhadap kinerja pekerjaan melalui
wawancara kepada peserta pelatihan dan rekan kerja mereka, dan 2.
mengamati kinerja pada pekerjaan.
29
Robert L. Mathis dan John H. Jackson, Human Resource Managemen: Manajemen
Sumber Daya Manusia, ( Jakarta : Salemba Empat, 2006), h. 330-331.
34
4) Hasil: Para pemberi kerja mengevaluasi hasil-hasil dengan
mengukur pengaruh dari pelatihan pada pencapaian tujuan
organisasional. Karena hasil-hasil seperti produktivitas, kualitas,
waktu, penjualan, dan biaya secara relatif konkret, jenis evaluasi ini
dapat dilakukan dengan membandingkan data-data sebelum dan
setalah pelatihan.
D. TERJEMAH AL-QURAN
1. Pengertian Terjemah
Secara etimologis istilah terjemah itu diambil dari bahasa arab,
tarjamah. Menurut didawi, bahasa arab sendiri memungut kata tersebut
dari bahasa Armenia, Tarjuman. Kata turuman sebentuk dengan tarjaman
dan tarjuman yang berarti orang yang mengalihkan tuturan dari satu
bahasa kebahasa yang lain30
. Memasuki dunia penerjemahan sama artinya
dengan mengenal sesuatu yang unik atau menarik. Unik karena sampai
saat ini peminat terjemah masih bisa dikatakan sedikit. Dalam
menerjemahkan dibutuhkan kerja keras, teliti dan kesabaran untuk
mendapatkan hasil yang maksimal karena yang dihadapi adalah naskah
berbahasa asing. Menariknya, akan banyak hal-hal baru yang ditemui
untuk menambah wawasan serta informasi. Lewat terjemahan, segala
sesuatu yang tadinya belum dikenal dan tersingkap bisa segera terungkap
jelas. Menerjemahkan sebagai suatu proses akan membedah misteri
30
Syhabudin, Penerjemahan Arab-Indonesia, (Bandung : Humaniora, 2005), h. 7.
35
tersebut guna diambil manfaatnya oleh setiap individu, masyarakat dan
bangsa.
Berbicara tentang penerjemahan ada baiknya dimulai dari
perumusan penerjemahan itu. Sekilas translation dengan interpratetion
terlihat sama, nyatanya keduanya sangat berbeda. Biasanya translation
mengacu pada peralihan pesan tertulis. Sedangkan interpretation mengacu
pada pesan lisan saja. Kata penerjemahan dengan terjemahan pun perlu
juga dibedakan. Kata penerjemahan mengandung pengertian proses alih
pesan, sedangkan kata terjemahan artinya hasil dari suatu penerjemahan.
Dalam pengertian yang luas penerjemahan adalah istilah umum
yang mengacu pada proses pengalihan buah pikiran dan gagasan dari satu
bahasa (sumber) kedalam bahasa lain (sasaran), baik dalam bentuk tulisan
maupun lisan; baik kedua bahasa tersebut telah mempunyai sistem
penulisan yang telah baku ataupun belum, baik salah atau keduanya
didasarkan pada isyarat sebagaimana bahasa isyarat orang tunarungu31
.
Seorang teknisi yang sedang memesan instrumen tertentu seperti apa yang
tertera didalam skema pemasangannya adalah salah satu contoh kegiatan
atau proses penerjemahan. Salah seorang yang sedang merumuskan
gagasan-gagasan yang ada dalam benaknya kedalam bahasa matematika
merupakan contoh terjemah. Jadi kegiatan terjemahan didalam pengertian
yang luas adalah semua kegiatan manusia dalam mengalihkan makna ata
31
Zuchrudin Suryanwinata dan Sugeng Hariyanto, Translation Bahasa Teori dan
Penuntun Praktis, (Jakarta : Kanisus, tth), h. 13
36
pesan, baik verbal maupun nonverbal dari satu bentuk kedalam bentuk
lainnya.
Sedangkan dalam pengertian yang lebih sempit, terjemah
(translation) biasa diartikan sebagai suatu proses pengalihan pesan yang
terdapat didalam teks bahasa pertama atau bahasa sumber (source
language) dengan padanannya di dalam bahasa kedua atau bahasa sasaran
(target language).32
Penerjemahan merupakan suatu tindakan komunikasi. Sebagai
tindakan komunikasi kegiatan tersebut tidak terlepas dari bahasa. Dengan
demikian, penerjemahan merupakan kegiatan yang melibatkan bahasa, dan
dalam pembahasannya tidak dapat mengabaikan pemahaman tentang
konsep-konsep kebahasan itu sendiri.33
Mengalihkan bahasa atau menyampaikan berita yang terkandung
dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, dilakukan untuk
mengetahui makna yang digunakan oleh bahasa sumber secara tepat agar
isinya mendekati asli dan ketika membaca seperti bukan hasil
penerjemahan dan dapat dipahami oleh pembaca
2. Pengertian Al-Quran
Para ulama tafsir al-Qur’an dalam berbagai kitab “ulumul qur’an,
ditinjau dari segi bahasa (lughowi atau etimologis) bahwa kata Al-Qur’an
merupakan bentuk mashdar dari kata qoro’a – yaqro’uu – qiroo’an – wa
qur’aanan. Makna ini bisa dipadukan menjadi satu, menjadi “al-Qur’an
32
Suhendra Yususf, Teori Terjemahan, Pengantar ke arah pendekatan Linguistik dan
sosiolinguistik, (Bandung: Mandar Maju, 1994), cet. ke-1. h.8 33
Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah, (Jakarta: Gramedia, 2002), h.17
37
itu merupakan himpunan huruf-furuf dan kata-kata yang dapat dibaca”.
Sedangkan makna al-Qur’an secara istilaahi ialah “Firman Allah SWT
yang menjadi mukjizat abadi kepada Rasulullah SAW, yang tidak
mungkin ditandingi oleh manusia, diturunkan kedalam hati Rasulullah
SAW, diturunkan kegenerasi berikutnya secara mutawattir, ketika dibaca
bernilai ibadah dan berpahala besar “Dari definisi diatas terdapat lima
bagian penting :
a. Al-Quran adalah firman Allah SWT serta wahyu yang datang dari
Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung. Maka firman-Nya (Al-
Qur’an) pun menjadi mulia dan agung juga, yang harus diperlakukan
dengan layak, pantas, dimuliakan dan dihormati.
b. Al-Quran adalah mu’jizat. Manusia tak akan sanggup membuat yang
senilai dengan Al-Quran baik satu mushaf maupun hanya satu ayat.
c. Al-Quran itu diturunkan kepada Nabi SAW melalui malaikat Jibril AS
(QS.26 : 192 ) hikmahnya kepada kita adalah khendakny Al-Quran
masuk kepada hati kita. Perubahan prilaku manusia sangat ditentukan
oleh hatinya. Jika hati terisi dengan Al-Quran, maka Al-Quran akan
mendorong kita untuk menerapkannya dan memasyarakatkanya. Hal
tersebut terjadi pada diri Rasulallah SAW, ketia Al-Qur’an diturunkan
kepada beliau. Ketika Aisyah ditanya tentang ahlak Nabi SAW, beliau
menjawab: Kaana Khuluquhul Quraan; akhlak Nabi adalah Al-
Quraan.
38
d. Al-Quran disampaikan secara mutawattir. Al- Qur’an dihafalkan dan
dituliskan oleh para sahabat. Secara turun temurun Al-Quran itu
diajarkan kepada generasi berikutnya, dari orang banyak keorang
banyak. Dengan cara seperti itu, keaslian Al-Qur’an terpelihara
sebagai wujud jaminan Allah terhadap keabadian Al-Quran (QS.
15:9).
e. Membaca Al-Quran bernilai ibadah, berpahala besar disisi Allah
SWT. Nabi bersabda : “Aku tidak menga alif laam miim satu huruf,
tetapi alif satu huruf, laam satu huruf, miim satu huruf dan skebakan
nilainy 10 kali lipat” (Al-Hadist).34
Dari pengertian diatas bahwa Al-Qur’an dalah kitab suci yang
dialamnya terdapat ilmu pengetahuan. Al-Quran diturunakan dengan
menggunakan bahasa arab dengan bahasa yang indah. namun, itu semua
hanya dilakukan oleh beberapa orang saja. Sebab adanya perbedaan
bahasapun sangat mempengaruhi. Telah kita keta ketahui Al-Quran
menggunakan bahasa arab sedangkan kita menggunakan bahasa indonesia.
Inilah salah satu faktor yang membuat kebanyakan orang menjadi sulit
mengerti apalaigi memahami isi kandungan dalam Al-Quran.
Padahal, pada saat yang bersamaan, Al-Quran sebagai kitab
petunjuk atau hidayah yang harus difahami dengan baik dan benar oleh
umat muslim. Dari permasalahan diatas terlihat jelas bahwa harus ada
yang dapat menghubungkannya. Disinilah betapa pentingnya
34
http:bloger.re.or.id/definisi-alquraan.htm
39
penerjemahan Al-Quran. Para alim ulama dan cendikiawan selalu berusaha
menerjemahkan serta menafsirkan Al-Quran. karena menerjemahkan Al-
Quran tidak semudah menerjemahkan teks selainnya. Penerjemahpun
bukan sembarang orang dan harus memiliki kriteria khusus seperti yang
disebutkan pada syarat penerjemah.
3. Pengertian Terjemah Al-Quran
Secara harfiah, terjemah berarti meindahkan suatu pembicaraan
dari satu bahasa ke bahasa lain atau mengalih bahasakan. Sedangkan
terjemahan berarti salinan bahasa atau alih bahasa dari suatu bahasa ke
bahasa lain.35
Muhammad Ali Ash-Shobuni menyatakan bahwa menerjemahkan
Al-Quran berarti menukilkan Al-Quran ke dalam bahasa lain selain bahas
arab.36
Seorang pakar ulama Al-Quran dari universitas Al-Azhar Mesir,
Muhammad Husayn Al-Dzahabi memberikan definisi tersendiri mengenai
penerjemahan Al-Quran. Pertama, mengalihkan atau memindahkan suatu
pembicaraan dari suatu bahasa kebahasa lain tanpa menerangkan makna
dari bahasa asal yang diterjemahkan. Kedua, menafsirkan suatu
pembicaraan dengan menerangkan maksud yang terkandung didalamnya
dengan menggunakan bahasa lain.37
Dari definisi tersebut, dapat di
simpulkan bahwa terjemah Al-Quran adalah menyalin atau
35
Moch Syarif Hidayatullah, Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah, (Jakarta:2007),
h.15 36
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1997), h.1047. 37
Muhammad Husayn Al-Dzahabi, Al-Tafsir Wa al-Mufassirin,(tt;tpn,1976),h.23
40
mengalihbahasakan serangkaian pembicaraan dari bahasa Arab kebahasa
lain, agar inti pembicaraan bahasa asal yang diterjemahkan dapat dipahami
oleh orang awam atau orang-orang yang tidak mampu memahami
langsung bahasa asal yang diterjemahkan.
40
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA TERJEMAH AL-QURAN MANDIRI
(TAQUMA)
A. Sejarah didirikannya Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA),
Tentang Terjemah Al-Qur’an Mandiri (TAQUMA) adalah Lembaga
yang berdiri pada tahun 2009, yang lebih khusus membidangi masalah
pengkajian guna meningkatkan mutu pendidikan Al-Qur’an dan Sunnah.
Dalam tahapan awalnya lebih terfokus dalam memahami terjemah al-Qur’an
secara mandiri dengan tujuan “Santri baca dan santri paham”.1
H. Syarifuddin Radin, Lc. MEI berperan sebagai ketua sekaligus
pendiri Lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA) beliau lulusan Lc.
M.E.I, setelah menyelesaikan studinya maka munculah di benak pemikiran
beliau dengan membuat inovasi tersendiri dan terbaru dalam penyampaian
materi terjemah Al-Quran hingga akhirnya beliaulah yang pertama kali
mencetuskan dan melahirkan inovasi terbaru dalam berdakwah dengan
menggunakan media terjemah Al-Quran perkata secara mandiri dengan
membuat metode, merangkai, serta mengelolanya dengan beberapa rumus
yang dibuatnya, beliau membuat media dakwah terjemah Al-Quran sebagai
sarana untuk menyampaikan pesan dakwahnya terhadap masyarakat luas
khususnya masyarakat di kecamatan Pondok Aren.
1Hasil wawancara penulis dengan H. Syarifuddin Radin, Lc. MEI.pada
tanggal 18 Juni 2012
41
Metode terjemah Al-Quran sengaja dimasyarakatkan sebagai upaya
untuk memberikan solusi atas kondisi umat Islam yang sebagai besar belum
mengerti arti dari kata-kata maupun makna Al-Quran itu sendiri. Terbukti
dengan program ini sesuai dengan kurikulum yang ada mayoritas para peserta
kajian mampu memahami Al-Quran, bahkan menguasai tata bahasa Al-quran
dengan mudah.
Dalam rangka merintis gerakan pemahaman dan pengamalan Al-
Quran, maka H. Syarifuddin Radin, Lc. MEI membuat suatu lembaga yang
bernama lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA) sebagai media
pelatihan terjemah Al-Quran berdiri diatas tanah seluas 2000 m2 dan luas
bangunan 1000 m2. Berawal dari rencana dibangun dari dana kas TAQUMA
yang saat itu pendirian gedung TAQUMA tahun 2009 hanya memiliki dana
Rp 3.000.000,- padahal lembaga tersebut membutuhkan dana yang lebih
banyak sekitar Rp 800.000.000,- untuk pembangunan, namun tak disangka
ada pemberian bantuan dari seorang dermawan sebesar Rp 2.000.000.000,-
untuk pembangunan gedung TAQUMA, himgga akhirnya lembaga
TAQUMA pun berdiri sampai saat ini.
TAQUMA ini Didirikan sebagai lembaga khusus yang independen
non-profit bergerak dalam bidang pendidikan dan pengajaran terjemah Al-
quran yang menangani masalah Al-Quran dan Sunnah, agar para santri
maupun masyarakat yang belajar di dalam lembaga TAQUMA dapat
memahaminya dengan mudah, baik, dan benar. Dikembangkan tidak hanya
pada lembaga formal pondok pesantren YatimKu tetapi membuka cabang
42
dibeberapa daerah seperti jakarta Selatan, Cilegon dan negara tetangga
Malaysia, guna peningkatan pelayanan kepada masyarakat mengenai Al-
Quran dan Sunnah.
Keberadaan TAQUMA diharapkan dapat memberikan sumbangsih
tersendri kepada santri guna meningkatkan kualitas pendidikannya dan
mampu memberikan jawaban kepada masyarakat umum yang merasa sulit
belajar Al-Quran dan terjemahnya sehingga mengantarkan mereka kepada
pemahaman al-quran secara sempurna. Dan berpartisipasi didalam usaha
peningkatan kepedulian terhadap pendidikan Al-Quran guna menggapai ridha
Allah SWT.
Lembaga TAQUMA membawahi dua struktur lembaga yang dikelola
oleh orang-orang yang ada di struktur kepengurusan yayasan. Pertama adalah
Pondok Pesantren Laa Tahzan yang dikepalain oleh Ustadz Syamsudin
Kisam, yang mengurus seluruh kegiatan dan aktifitas para santriawan dan
santriawati yatim piatu dan segala yang berhubungan dengan pesantren.
Kemudian yang Kedua adalah Lembaga Terjemah Quran Mandiri
(TAQUMA) yang fokus pada pembelajaran terjemah Al-Quran kepada para
calon guru dari masyarakat dan untuk para santri.
Program pendidikan di TAQUMA ini ada dua fokus yang dijalankan
oleh pengurusnya, yang pertama adalah fokus pada pendidikan pembentukan
guru (perkaderan guru) untuk di TPA/TPQ yang dilaksanakan oleh ketua
Yayasan TAQUMA YatimKU, H. Syarifudin Radin, Lc., M.E.I. Fokus kedua
yakni pada tujuan utama didirikannya Yayasan TAQUMA YatimKu, yakni
43
untuk pendidikan santri dalam pembelajaran terjemah Al-Quran, yang
dilaksanakan oleh Syamsudin Kisam selaku Kepala Pesantren Laa Tahzan
TAQUMA.2
B. Fungsi dan Tujuan didirikannya Terjemah Al-Quran Mandiri
(TAQUMA)
1. Fungsi TAQUMA
a) Untuk memberikan pencerahan dan pencerdasan kepada umat islam
terhadap kitab suci Al-Quran.
b) Untuk memperkuat keimanan dan kecintaan kaum muslimin terhadap
kitab suci Al-Quran.
c) Untuk mempersiapkan insan-insan Qurani yang mampu memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran agama islam dalam segala
aspek kehidupan.
d) Untuk meningkatkan etos kerja umat islam sebagai Khairah Ummah (
umat yang terbaik).
e) Untuk memberikan pembekalan terhadap umat islam dalam
menghadapi dampak negatif dari era globalisasi.
f) Untuk engaktualisasikan nilai-nilai Al-Quran dalam kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara.
g) Untuk menyemarakan syiar islam dalam masyarakat yang merupakan
kewajiban kaum muslimin.
2 Hasil wawancara penulis dengan H. Syarifuddin Radin, Lc. MEI.pada
tanggal 18 Juni 2012
44
2. Tujuan TAQUMA
a. Tujuannya agar para peserta dapat Memahami bacaan-bacaan dalam
sholat.
b. Peserta pelatihan dapat Memahami Al-Quran dan mampu
menerjemahkannya secara bahasa.
c. Mampu menerjemahkan kata-kata didalam Al-Quran dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan kaidah yang sebenarnya.
d. Mampu menggunakan kamus Arab-Indonesia, karena bisa mengetahui
akar kata bahasa arab.
e. Dapat Memahami karakter bahasa Arab secara umum, yang
bermanfaat bagipeserta yang ingin mempelajari arab gundul ataupun
belajar dialog dengan bahasa arab.
f. Mampu mencetak kader muslimin yang bisa menerjemahkan Al-
Quran kedalam bahasa indonesia dengan sebenar-benarnya dan
mampu juga mengajarkan kepada muslimin yang lainnya.
C. Visi dan Misi
Visi Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA) meningkatkan
kepedulian kepada Al-Qur’an, dari melafadkan menjadi membaca, dari
tidak mengerti menjadi faham. serta merubah image di masyarakat bahwa
belajar Al-Qur’an itu sulit adalah sebaliknya.
45
Misi Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA) menjadikan Al-
Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman dalam hidup dan peningkatan dalam
bidang pendidikan.3
D. Susunan Pengurus TAQUMA
SUSUNAN PENGURUS TERJEMAH AL-QURAN MANDIRI
(TAQUMA)
Direktur Pusat : H. Syarifuddin Radin, Lc. MEI.
Wakil Direktur : Ust. A. Yahya Sopandi
Sekretaris : Ust. Rahmat Setiawan
Bendahara : Hj. Naily Maimanah
Kantor cabang :
1. Jakarta Selatan
Direktur. Ust Drs. H. Mohammad Saman
Sekretariat: Komplek Jurangmangu Permai Jl. Permai Raya Blok G4 No.2
telp: 021734578822.
2. Cilegon.
Direktur. Ust. H. Inas Nasrullah, LC. Jl. Lada no:12 Kav Blok G RT.06/07
Ciwaduk, Cilegon kota. Cilegon-Banten post 42415. Hp:0815746936823.
3. Malaysia
Direktur: Ust. Zaky Zakaria, LC. MA
3 Hasil wawancara penulis dengan H. Syarifuddin Radin, Lc. MEI.pada
tanggal 18 Juni 2012
46
Sekretariat: Jl. Impian Murni No.7 1/10 Saujana Impian, 43000 Kajang
Selangor Malaysia Hp: +60163440597
Tangerang Selatan, 01,10,2012
Direktur Pusat TAQUMAH. Syarifuddin Radin, Lc. MEI 4
E. Sarana dan Prasarana.
1. Gedung Pembelajaran
Gedung pembelajaran di Lembaga Tarjamah Quran Mandiri (TAQUMA)
memiliki luas 5x15 meter2 dengan fasilitas sound system, pendingin
ruangan, audiovisual dan fasilitas internet. Gedung pembelajaran di
TAQUMA dapat menampung santri sebanyak 50 orang dalam satu kali
pertemuan.
2. Asrama Santri
Asrama santri TAQUMA dibangun dengan desain minimalis 10x15 meter2
untuk menampung sekitar 80 orang dengan jumlah total 2 kamar untuk
anak yatim piatu, sehingga di setiap kamarnya dapat menampung 30-35
anak.
3. Ruang Praktikum
Ruang praktikum di TAQUMA dibangun seluas 10x10 meter2 dengan
fasilitas pendingin ruangan, meja belajar, rak buku dan white board.
4 Hasil wawancara penulis dengan H. Syarifuddin Radin, Lc. MEI.pada
tanggal 18 Juni 2012
47
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Penerapan Fungsi Manajemen Pelatihan Terjemah Al-Quran pada
lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA)
Manajemen pelatihan terjemah Al-Quran yang dilakukan oleh
lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA), baik dari pengelolaan
pernencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan agar suatu
tujuan pelatihan dapat berjalan dengan baik dan maksimal sesuai dengan yang
di inginkan dan diharapkan.
Dalam mencapai tujuan yang diinginkan, perlu adanya upaya
pelatihan yang terarah dan terpadu. Oleh karena itu, diperlukanlah sebuah
manajemen yang baik dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan terjemah Al-
Quran pada pesertanya. Di mana manajemen inilah yang akan mengatur
seluruh proses kegiatan pelatihan, dari mulai perencanaan, pengorganisasian
sampai dengan pengontrollan dan evaluasi.
Pelatihan terjemah Al-Quran merupakan program yang dilakukan oleh
lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA). Program ini bertujuan
untuk mendidik para peserta pelatihan agar bisa mengartikan dan memahami
arti dari bacaan Al-Quran kedalam bahasa indonesia secara Lafhzhiah
(perkata) sesuai dengan kaidah tatanan bahasa yang sebenar-benarnya.
Selanjutnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka dibuatlah
program pelatihan terjemah Al-Quran ini, yang diharapkan bisa menjadi
48
bekal bagi para peserta pelatihan untuk mendapatkan ilmu yang lebih banyak
lagi dalam pemahaman menerjemahkan Al-Quran dengan sebaik-baiknya.
Maka untuk merealisasikan program pelatihan TAQUMA, maka perlu
diterapkan manajemen yang baik. Di mana dalam manajemen terdapat fungsi
manajemen yang menurut pendapat George R. Terry terdapat empat fungsi
manajemen, yaitu :
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan awal dari setiap kegiatan, karena perencanaan
adalah proses peramalan di masa yang akan datang. Baik penerapan
perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.
Dalam merencanakan sebuah kegiatan ada beberapa hal yang harus
dilakukan, yaitu :
a. Establishis objectives (penetapan tujuan)
Dalam rangka meramalkan maka seorang pengelola atau
manajer harus menentukan dengan tegas hasil akhir yang
diinginkan. Disinilah pentingnya tujuan, di mana tujuan
merupakan gambaran mengenai hal-hal yang ingin dicapai.
Menetapkan tujuan ini merupakan tugas perencana. Penetapan
tujuan (Establishis objectives) yang diinginkan harus dirumuskan
dengan sejelas-jelasnya, agar dapat dipahami oleh orang lain.
Adapun tujuan dari pelatihan terjemah Al-Quran adalah untuk
memfasilitasi dan mengajarkan pelatihan menterjemahkan Al-
Quran secara Lafhzhiah (perkata) kepada para peserta khususnya
49
peserta yang sudah bisa membaca Al-Quran dengan baik dan
benar dan bisa pula mengartikan Al-Quran dalam bahasa Arab
kedalam bahasa indonesia dengan sebaik-baiknya.
Kemudian lembaga TAQUMA ini juga memiliki tujuan
untuk mencetak kader-kader Islam yang bisa memaknai dan
mengartikan Al-Quran dengan baik dan benar sesuai dengan
kaidah tatanan bahasa arab kedalam bahasa indonesia, sehingga
ketika para peserta sudah bisa mengartikan dan memaknai Al-
Quran dengan benar dan dinyatakan lulus oleh lembaga
TAQUMA, maka para peserta ini bisa mengajarkannya lagi
kepada peserta yang lain atau kepada peserta yang baru.
b. Programming (pemrograman)
Dalam sebuah program perencanaan harus menetapkan
kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan demi tercapainya tujuan yang
diinginkan.
Adapun program pelatihan terjemah Al-Quran yaitu :
program pelatihan pembelajaran yang berupa materi-materi yang
sudah tertulis didalam buku latihan peserta, berupa buku latihan
Juz I, Juz II, dan Juz III yang kemudian diajarkan oleh pelatih
(ustadz) kepada para peserta sampai mereka memahami dan benar-
benar bisa mengartikan Al-Quran dengan sebaik-baiknya.
Pengajaran ini berurutan dalam arti bertahap jika sudah
memahami dan bisa mengartikan Juz I maka akan beranjak naik ke
50
tahap pelatihan selanjutnya yaitu Juz II dan begitu seterusnya
sampai pelatihan Juz III dengan pemahaan lebih dalam mengenai
tatanan bahasa Arab atau nahwu dan shorofnya.
Sedangkan untuk menentukan pelatih (ustadz) dilakukan
berdasarkah pendidikan dan keahlian menerjemahkan Al-Quran
dengan baik dan benar yang di tentukan oleh lembaga TAQUMA.
c. Schedilung (penjadwalan)
Penjadwalan merupakan hal yang cukup penting dalam setiap
kegiatan, yang dalam hal ini adalah kegiatan pelatihan.
Penjadwalan ini berguna baik dalam penentuan lokasi maupun
waktu yang dipergunanakan yang dirasa cocok.
Lokasi dan tempat yang dipergunakan dalam aktivitas
program pelatihan ini berada di beberapa tempat yang berbeda,
yaitu : pertama di Jalan Swadaya 2, Kampung Utan, Rt.04 Rw.03
Desa Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang
Selatan, Banten. Dan lokasi ini merupakan lokasi dimana lembaga
TAQUMA berada. Sedangkan tempat pelaksanaannya di ruang
aula yang berada didalam lembaga tersebut. Kemudian waktunya
di tentukan oleh pengajar atau pelatih (ustadz), dan biasanya di
lakukan setiap hari selasa ba’da ashar pada pukul 16 : 00 Wib –
pukul 17:00.
Sedangkan lokasi yang ke dua berada di luar daerah seperti
surabaya dan madura, untuk tempat pelatihan serta
51
penjadwalannya ditentukan oleh kedua belah pihak antara calon
peserta yang ingin mendapatkan pelatihan di lembaga TAQUMA
dengan pelatih atau pengajar (pelatih) sebelum pelatihan dimulai,
dan biasanya penjadwalan ini hanya dikenakan bagi para peserta
dari guru TPA/TPQ yang ingin mempelajari pelatihan terjemah
Al-Quran.
d. Budgeting (penganggaran)
Dalam setiap kegiatan anggaran merupakan yang tidak boleh
dilupakan. Karenanya penyusunan anggaran harus di lakukan pada
saat perencanaan, agar dalam pelaksanaannya seorang manajer
sudah mengetahui pos-pos pemasukan dan pos-pos pengeluaran
yang nantinnya akan terjadi, sehingga apabila anggaran yang
nantinya diterima atau dikeluarkan tidak kurang atau tidak
melebihi anggaran yang talah ditetapkan sebelumnya.
Asal pendanaan program ini berasal dari para peserta yang
melaksanakan pelatihan di lembaga TAQUMA, namun pemberian
dana yang diberikan oleh peserta terhadap para pengajar atau
pelatih tidak dipatok harga harus sekian dan sekian namun lebih
bersifat sukarela, terkecuali pembelian buku latihan terjemah Al-
Quran yaitu sebesar Rp 25.000,- untuk harga satu paket juz I,
begitu juga dengan buku paket panduan latihan Juz II dan Juz III
sebesar Rp 25.000,- perpaket. Jadi totalnya jika ingin mempelajari
52
dan membeli buku latihan juz I, II, dan III maka dikenakan tarif
harga buku latihan sebesar Rp 75.000,- .
Maka dari pendanaan inilah yang akhirnya lembaga ini bisa
melaksanakan kegiatannya dengan mengelola keuangan yang ada
dengan sebaik-baiknya.
2. Pengorganisasian (Organizing)
pengorganisasian merupakan penentuan, pengelompokan, dan
pengaturan berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk menunjukkan
hubungan kewenangan setiap individu.
Adapun langkah-langkah pengorganisasian adalah sebagai berikut :
a. Menerapkan tujuan organisasi yang ingin dicapai.
Sebelum seorang manajer melakukan pengorganisasian, maka dia
harus terlebih dahulu mengetahui tujuan orgasisasi yang dipimpinnya
yang dalam hal ini dengan tujuan memberikan sumbangsih nilai positif
bagi anggota (pelatih) terjemah Al-Quran TAQUMA maupun kepada
peserta didik pelatihan dan memberi kontribusi nilai-nilai Islami dalam
pelaksanaan kegiatan terjemah Al-Quran sehingga baik anggota
(pelatih) maupun pesertanya bisa mengerti dan bahkan mengartikan
akan tulisan bahasa Arab Al-Quran kedalam bahasa indonesia dengan
sebaik-baiknya. Maka ini lah penerapan yang dilakukan oleh lembaga
TAQUMA dalam tujuan organisasinya dan dilaksanakan sesuai
dengan apa yang diharapkan.
53
b. Penentuan kegiatan-kegiatan.
Pada langkah ini seorang manajer harus mengetahui, merumuskan,
dan menspesifikasikan kegiatan-kegiatan dalam pelatihan terjemah Al-
Quran yang akan dilakukan.
Adapun kegiatan yang dilakukan oleh lembaga TAQUMA hanya
sebatas mengajarkan pelatihan terjemah Al-Quran dengan kompetensi
yang ditentukan oleh lembaga dan kemudian diajarkan oleh pelatih
kepada para pesertanya sampai peserta tersebut benar-benar
memahami dan bisa mengartikan Al-Quran kedalam bahasa indonesia.
c. Pendelegasian wewenang.
Dalam wewenang terhadap pelatih dan peserta pelatihan pada
lembaga TAQUMA dalam pelaksanaaannya menetapkan tiga tahapan
yaitu pelatihan Juz I, II dan III pada setiap mata kurikulum yang
ditentukan sesuai standarisasi yang diharapkan oleh lembaga
TAQUMA yaitu peserta bisa mengartikan Al-Quran dengan benar.
Namun ketika ada pelatih yang tidak bisa hadir dalam pelatihan
terjemah Al-Quran yang disampaikan kepada para peserta didiknya
maka H. Syarifudin Radin,Lc.MEI. Sebagai ketua sekaligus manajer,
mendelegasikan kepada anggota pelatih yang lain untuk menggantikan
pelaih yang tidak bisa hadir tersebut , sehingga proses pelaksanaan
pelatihan terjemah Al-Quran teteap terlaksana sebagaimana mestinya.
Namun itu pun sanagat jarang sekali dilakukan karna para anggota
pelatih telah diberikan wewenang sesuai dengan
54
Berikut ini akan penulis jelaskan tentang beberapa kewenangan
lembaga TAQUMA terhadap pesertanya begitu juga sebaliknya
kewenangan peserta terhadap lembaga TAQUMA karna pelatih dan
peserta sama-sama memiliki wewenang yang jelas, yaitu :
1. Kewenangan pelatih terhadap pesertanya
Peserta wajib mengikuti proses pelatihan yang dilakukan oleh
lembaga TAQUMA melalui pelatih atau ustadz dari awal sampai
akhir pelatihan, pelatih memiliki wewenang untuk menjelaskan
dengan baik, benar dan semaksimal mungkin kepada para peserta
tentang pelatihan yang diterangkan dan diajarkan sampai peserta
benar-benar mengerti dan paham betul tentang pembelajaran yang
dilatihnya, pelatih berhak mengevaluasi pelatihan terjemah Al-
Quran yang sudah diberikan kepada peserta sehingga pelatih
mengetahui sejauh mana kemampuan yang telah dimiliki dalam
menyerap pembelajaran pelatihan terjemah Al-Quran.
2. Kewenangan peserta terhadap pelatih
Peserta pelatihan berkewenangan menanyakan tentang proses
pelatihan jika peserta belum mengerti tentang pelatihan yang
disampaikan oleh pelatih. Peserta juga memiliki kewenangan untuk
mengajukan kritik dan saran kepada pelatih pembelajaran terjemah
Al-Quran, sehingga dengan adanya kritik dan saran ini lembaga
TAQUMA khususnya terhadap pelatih pembelajaran lebih
meningkatkan mutu pelayanan pelatihan terhadap pesertanya.
55
3. Penggerakan (Actuating)
Pada fungsi ini, seorang manajer tidak dapat bekerja sendiri. Karena
pada fungsi ini, semua yang telah dilakukan pada fungsi perencanaan dan
pengorganisasian dilakukan sehingga seorang manajer memerlukan cukup
banyak orang terutama bila ingin mencapai tujuan yang diingunkan.
Karena ini merupakan program pelatihan terjemah Al-Quran, maka pada
penggerakannya bukan hanya pihak penyelenggara saja yang terlibat, akan
tetapi juga para pelatih dan peserta pelatihan. Di mana tentunya pelatih
dilibatkan dalam proses pentransferan ilmu yang dalam hal ini adalah
ilmu-ilmu yang berkaitan dengan penerjemahan Al-Quran kedalam bahasa
indonesia, sedangkan untuk peserta pelatihan merupakan penerima
pentransferan tersebut.
Adapun penggerakan yang dilakukan oleh manajer adalah
memberikan penugasan kepada para pelatih untuk memberikan materi
dalam pelatihan kepada peserta didiknya sesuai dengan tugasnya masing-
masing, kemudian penerapan tugasnya berupa pada program pelatihan
terjemah Al-Quran di lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri TAQUMA
ini, yaitu dalam pemberian materi dengan menggunakan media inovasi
metode pembelajaran terjemah Al-Quran mandiri di lembaga TAQUMA
tersebut dengan melalui usaha yang perlu dilakukan pertama tama para
peserta yang hendak mengikuti terjemah ini diwajibkan sudah bisa dan
lancar membaca Al-Quran dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah
bacaan Al-Quran yang sebenarnya, kemudian setelah itu barulah suatu
56
inovasi metode terjemah Al-Quran diberikan dan diajarkan kepada
pesertanya, yang diawali dengan cara yang sederhana dan mudah,
kemudian semakin meningkat, yang diharapkan bisa diikuti oleh semua
lapisan masyarakat, dengan berbagai variasi usia dan latar belakang
pendidikannya.1
Metode tersebut mencakup cara belajar, jenjang, materi panduan
dan latihannya. Berikut penjelasan tentang pelaksanana pelatihan terjemah
Al-Quran pada lembaga TAQUMA dalam pelaksanaan metode
terjemahnya :
a. Metode belajar
Dalam sehari santri mempelajari minimal setengah lembar atau
satu lembar buku panduan (buku yang sudah dilengkapi dengan, kotak
merah, rumus merah dan terjemah per ayat dan per komponen) plus
buku latihan (buku yang masih kosong tanpa terjemah). Atau peserta
pembelajaran dapat belajar sesuai kondisi, tetapi jangan sampai tidak
dikondisikan. Prinsipnya peserta harus membuat janji dengan Al-
Quran untuk bertemu.
Dengan pendekatan, mula-mula membaca satu ayat, lalu
mengartikan kata demi kata dalam ayat tersebut. Secara mandiri
diawali dengan mempelajari buku panduan peserta, setelah dirasa
menguasai terjemahnya pindah kebuku latihan peserta.
1 Hasil wawancara penulis dengan ketua TAQUMA, H. Syarifuddin Radin, Lc. MEI.pada
tanggal 18 Juni 2012
57
Prakteknya dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:2
1) Tahap Analitik, terdiri dari:
a) Tahap membaca
Memulai dengan membacakan satu ayat, para peserta
pembelajaran tersebut harus mmerhatikan setiap kotak merah
yang terdapat pada ayat tersebut, dan wajib berlatih
menterjemahkan setiap kata yang baru diketemukan dengan
mengulang-ulanginya, peserta melihat pada buku panduan
peserta untuk terjemahnya. Kemudian peserta menyelesaikan
terlebih dahulu membacanya sampai ayat yang ingin peserta
pahami terjemahnya. Hal ini harus selalu dilakukan memahami
setiap kata yang baru ketemu dengan selalu berlatih.
b) Tahap mengartikan kata demi kata
Mengartikan kata adalah hal yang penting dalam
pembelajaran ini, setelah peserta perhatikan dibuku panduan
setiap artinya, hal yang harus peserta lakukan adalah setiap yang
berkotak merah adalah kata yang baru dijumpai maka diulang-
ulang sebanyak 10x atau lebih. seperti “bi” dengan 10x, “ismi”
nama 10x, ar-Rahmani” Yang Maha Pengasih 10x, ar-rahimi”
Yang Maha Penyayang 10x, ini sebagai cara anda untuk
mengingat setiap kata yang baru, begitu seterusnya sampai
selesai ayat terakhir surat al-Fatihah, jikalau sudah selesai
2 Hasil wawancara penulis dengan ketua TAQUMA, H. Syarifuddin Radin, Lc. MEI.pada
tanggal 18 Juni 2012
58
peserta menunjuk secara acak setiap kosa kata yang ada dan
anda terjemahkan langsung. Contoh: “yaumi” hari, “ghairi”
bukan, “rabbi’ Tuhan, begitu seterusnya peserta acak kata-kata
tersebut dan peserta terjemahkan langsung.
Maka dengan seperti itu kemampuan santri akan teruji
ketika mendeteksi sejauh mana kemampuan menterjemahkan di
dalam buku latihan santri, yang kosong dari terjemah sebagai
media menguatkan hafalan yang telah dipelajari dibuku panduan
santri (peserta).
c) Tahap memahami rumus merah
Memahami rumus merah menghantarkan peserta lebih
mudah mengartikan setiap katanya, contoh ketika santri
menterjemahkan “na‟budu” (kami menyembah) dari mana
peserta mendapatkan kata “kami”? Dan peserta cukup bilang
“Nun” di depan. “qablika” (sebelum kamu) dari mana anda
dapat kamu? “ka” dibelakang. Maka santripun memperhatikan
didalam buku panduan setiap huruf awalan, juga awalan dan
akhiran yang berwarna merah.
Setelah memahami rumus merah, maka peserta
membuang setiap rumus merah yang ada untuk menentukan asal
kata yang hanya berjumlah tiga huruf. Nun didepan anda buang
sisa tinggal ain,ba dan dal. Lalu anda fathahkan semua menjadi
“„abada” yang merupakan asal kata.
59
Memulai dengan membacakan satu ayat, para peserta
pembelajaran tersebut harus memperhatikan setiap kotak merah
yang terdapat pada ayat tersebut, dan wajib berlatih
menterjemahkan setiap kata yang baru diketemukan dengan
mengulang-ulanginya, peserta melihat pada buku panduan
peserta untuk terjemahnya. Kemudian peserta menyelesaikan
terlebih dahulu membacanya sampai ayat yang ingin santri
pahami terjemahnya. Hal ini harus selalu dilakukan memahami
setiap kata yang baru ditemukan dengan selalu berlatih.
2) Tahap Sintetik.
Sesudah memahami setiap kata, dilanjutkan dengan
merangkaikan antara kata tersebut dalam bentuk per komponen
ayat. Guna menghantarkan kepada pemahaman terjemah karena
kalau hanya mengandalkan perkata kita belum mendapat
pemahaman yang baik, dengan bantuan komponen ayat mulai
terbuka pintu pemahaman santri terhadap ayat yang sedang santri
terjemahkan. Dan memahami satu ayat penuh, juga dihubungkan
dengan ayat sebelum atau sesudahnya guna mendapatkan
pemahaman yang lengkap.
60
b. Jenjang Pendidikan
Materi kajian terjemah Al-Quran mandiri Juz 1 (Dasar)
Pembelajaran diatur sebagaimana tingkatan pendidikan pada
umumnya, yang meliputi tingkat dasar, menengah dan atas sehingga
menghantarkan kepada kemampuan yang mupuni.3
Tingkatan Dasar
Pembelajaran materi dasar, dengan rincian:
1) Separuh Juz 1 bagian pertama (mulai surat al-Fatihan dan ayat 1
s/d ayat 74 surat al-Baqarah) mengartikan kata demi kata yakni
pemahaman kata baru yang terdapat dalam kotak merah, dengan
bantuan buku saku terjemah yang telah diartikan setiap kata
dalam kotak merahnya santri dapat belajar mandiri, atau dengan
buku panduan juz 1. Diiringi dengan pemahaman rumus merah
terjemah (memperhatikan setiap huruf awalan atau awalan dan
akhiran yang berwarna merah) dengan bantuan panduan rumus
merah terjemah.
Diharapkan pada bagian ini santri telah memahami kata-kata baru
(kotak merah), kata yang sudah tidak berkotak, kata yang sudah
menjadi bahasa Indonesia, rumus merah terjemah dan asal kata
dalam bahasa Arab.
2) Separuh juz 1 bagian kedua (ayat 75 sampai 141) tetap
memahami arti kata demi kata, dengan tambahan mengartikan per
3 Hasil wawancara penulis dengan ketua TAQUMA, H. Syarifuddin Radin, Lc. MEI.pada
tanggal 18 Juni 2012
61
komponen ayat, agar lebih mudah untuk dapat memahami
kandungan yang terdapat dalam ayat tersebut.
Pemahaman materi dasar ini meliputi kajian:
a) Kandungan juz 1
b) Kotak merah
c) Pemisahan kalimat
d) Terjemah perkata
e) Yang sudah menjadi bahasa Indonesia
f) Rumus merah terjemah
g) Asal kata
h) Piano terjemah
i) Terjemah per komponen ayat
j) Sinonim juz 1
Diharapkan pada kajian juz 1 ini santri sudah dapat
mengartikan kata demi kata, dengan komponen ayatnya, rumus
merah dengan asal katanya, sehingga santri dapat memahami
kandungan yang terdapat didalamnya.
Materi kajian terjemah Al-Quran mandiri Juz II (Menengah)
Untuk peserta yang telah menyelesaikan kajian tingkat dasar,
maka pada bagian ini santri memasuki kajian tingkat menengah,
tetapi harus tetap dijaga kajian dasar santri karena kaitannya begitu
erat dengan kajian menengah ini. peserta tetap mengartikan kata yang
terdapat dalam kotak merah (peserta memperhatikan baik-baik dalam
62
setiap lembarnya kotak merah sudah berkurang, karena peserta tetap
mengartikan per komponen ayat karena santri sudah menguasai
terjemah perkata.
Tingkat Menengah
Santri pembelajaran terjemah Al-Quran tetap mempelajari teknik
mengartikan kata demi kata yang terdapat dalam kotak merah atau
yang sudah tidak berkotak (porsi ini yang lebih banyak dalam juz 2),
mengartikan per komponen ayat, kajian kajian ini meliputi : 4
a) Juz 2 (surat al-Baqarah ayat 141 sampai 202) mengartikan kata
demi kata masih tetap agar pemahaman terjemah perkatanya
terjaga, penguasaan terjemah per komponen tetap diperdalam
dalam kajian ini. Kemudian memahami jenis kalimahnya, yaitu
Isim, Fi’il dan Huruf. Dengan mengingat tiap warnanya, hitam
untuk isim, hijau untuk fi’il dan merah untuk huruf. Santri juga
mengenal setiap ciri masing-masing agar mudah menentukannya.
b) Pada bagian juz 2 (surat al-Baqarah ayat 203 sampai 252) Santri
belajar pengertian nama-nama dari isim, Begitu juga dengan fi’il
dan huruf.
Materi tambahan dalam juz 2 ini adalah:
Mengenal jenis-jenis isim
Mengenal jenis-jenis fi’il
Mengenal jenis-jenis huruf
4 Hasil wawancara penulis dengan ketua TAQUMA, H. Syarifuddin Radin, Lc. MEI.pada
tanggal 18 Juni 2012
63
Santri telah masuk pada tingkat menengah tidak dituntut
bisa semuanya tetapi yang diharapkan lembaga TAQUMA ini
adalah santri mau mempelajarinya. Dengan pemahaman kaidah-
kaidah menengah diatas akan menghantarkan santri lebih mudah
untuk menterjemah perkata dan memahami per komponen ayat,
sehingga menghantarkan kepada “santri Baca santri Faham”.
Materi kajian terjemah Al-Quran mandiri Juz III (Atas)
Kemauan belajar yang luar biasa, mencurahkan segenap
perhatian kepada Al-Quran menghantarka kepada hudan Allah,
pengamalan nilai-nilainya dan kebarokahan hidup. Kajian pada tingkat
atas ini berarti peserta sudah masuk 69% menguasai kosa kata dalam
Al-Qur’an karena di dalam juz 3 ini hanya dapat ditemukan 68 kosa
kata yang baru karena kosa kata yang lain sudah ditemukan di dalam
juz-juz sebelumnya.
Tingkat Atas
mulai mengenali susunan kalimat, perinciannya:5
a) Juz III bagian pertama mengartikan kata-kata dan komponen ayat,
ditambah pemahaman struktur kalimat utama dalam bahasa Arab
yakni mengenalkan ma’na kalimah yang Mabni dan Mu’rab, baik
Isim maupun Fi’ilnya, pemahaman jumlah ismiyah dan fi’liyahnya.
Diharapkan santri dapat memahami setiap kalimat yang dijumpai
5 Hasil wawancara penulis dengan ketua TAQUMA, H. Syarifuddin Radin, Lc. MEI.pada
tanggal 18 Juni 2012
64
sehingga menghantarkan kepada pemahaman yang syumul terhadap
kalimat-kaliamat dalam al-Quran.
b) Juz III bagian kedua mengartikan kata-kata, dan komponen ayat,
ditambah dengan metode listening “Santri Dengar Santri Paham”.
Diharapkan dalam kajian ini santri ketika mendengar bacaan ayat-
ayat suci akan langsung dapat memetik kandungan yang terdapat
didalamnya, seumpama dalam shalat mendengarkan bacaan iman
mengerti artinya semoga menghantarkan kepada kekhusuan dalam
shalat tersebut.
Pada langkah ini peserta didik sudah pandai mengartikan
kata demi kata beserta komponen ayatnya, kemudian dilanjutkan
dengan mulai belajar mengenali macam-macam susunan kalimat
(Jumlah). Dalam mengembangkan keterampilan, maka diajak
berlatih untuk mengkaji model susunan kalimat itu pada ayat-ayat
yang sudah mereka kaji sebelumnya. Dan untuk meningkatkan
kualitas diajak mendengarkan bacaan ayat dan memahami yang
didengar.
Diharapkan selesai mengikuti kajian materi juz 3 ini para
santri yang budiman sudah mampu mengkaji juz-juz berikutnya
walau tanpa panduan khusus karena secara umum kosa kata sudah
didapati sebanyak 69% sehingga dalam meniti jejak juz berikutnya
sudah sedikit mendapati kosa kata yang baru. Anda bisa mendalami
65
materi dalam buku pelengkap TAQUMA YatimKU turunan kata,
hanya satu kali dan pemahaman makna.6
c. Buku Pendamping TAQUMA
Untuk menunjang proses belajar-mengajar, perlu dibuatkan
buku panduan yang bertingkat-tingkat sesuai dengan pokok bahasan
dan jenjangnnya, fungsinya sebagai buku panduan dan latihan waktu
belajar. Karena itu dibagi-bagi per-juz, yang setiap juznya merangkum
muatan yang berbeda, model kedalaman air laut, semakin ke tengah
semakin dalam dan luas.
Dengan rincian seperti ini, maka diharapkan peserta didik bisa
mempelajari ayat-ayat al-Qur’an langkah demi langkah secara
mandiri. sehingga masalahnya terpulang pada kemauan dan kesiapan
masing-masing.
Sebagai upaya peningkatan kwalitas dan “Peserta Baca Peserta
Paham, maka lembaga TAQUMA menyediakan sarana penunjang
berupa materi buku panduan belajar dan buku pelengkap lainnya.
1) Juz 1 – Panduan & Latihan santri
2) Juz 2 – Panduan & Latihan santri
3) Juz 3 – Panduan & Latihan santri
4) Materi pelajaran TAQUMA YatimKU
5) Lembar peraga juz 1
6) Buku turunan kata surat al-Fatihah
6 Hasil wawancara penulis dengan ketua TAQUMA, H. Syarifuddin Radin, Lc. MEI.pada
tanggal 18 Juni 2012
66
7) Buku turunan kata surat al-Baqarah
8) Hanya satu kali
9) Hanya dua kali
10) Hanya 3 dan 4 kali
11) Kata yang sudah menjadi bahasa. Indonesia
12) Buku saku bayan, sinonim dan asal kata
13) Pemahaman kata
14) Struktur kalimat dalam bahasa Arab
4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan merupakan proses penentuan yang harus diselesaikan
yaitu pelaksanaan dan penilaian pelaksanaan, bila perlu melakukan
tindakan korektif agar supaya pelaksanaannya tetap sesuai dengan rencana.
Sedangkan pengawasan yang dilakukan pada program pelatihan
terjemah Al-Quran pada lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri
(TAQUMA) ini dilakukan langsung oleh lembaga TAQUMA itu sendiri,
sebagai pihak penyelenggara dan penanggung jawab program pelatihan
terjemah Al-Quran ini.
dalam tahapan evaluasi kinerja belajar mengajar yang sudah di
ajarkan maka lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA) ini
mengevaluasi secara klasikal atau individual, secara sporadis dan
spontanitas, dari awal hingga akhir materi yang sudah dipelajari. Dengan
cara para pengajar menyuruh peserta untuk meminta bantuan temannya
untuk memegang buku panduan peserta dan peserta memegang buku
67
latihan pserta lainnya, kemudian peserta membaca terjemahnya tanpa ada
teks terjemah dan diteliti oleh teman peserta yang melihat buku dengan
terjemahnya. Hal ini penting dilakukan untuk mendeteksi sejauh mana
keberhasilan pesetta dalam mengingat kata yang sudah peserta pelajari
tanpa melihat teks terjemahan.7
Maka ketika para peserta yang sudah mempelajari tehnik dan
metode pembelajaran terjemah ini baik dari tahapan awal sampai dengan
tahap akhir akan diuji kemampuannya dan kelayakannya lulus atau
tidaknya, bisa dan paham atau tidaknya belajar di Lembaga Terjemah Al-
Quran Mandiri dengan mengevaluasinya sebagai pengetahuan dan tolak
ukur bagi para pengajar bahwasanya para pengajar di TAQUMA ini sudah
benar-benar berhasil menjalankan kegiatannya dengan baik dan benar
sesuai prosedur yang telah ditentukan sebelumnya.
Maka dari seluruh uraian diatas penulis kemukakan terhadap
pelaksanaan fungsi manajemen yang dilakukan oleh lembaga Terjemah
Al-Quran Mandiri (TAQUMA), berdasarkan beberapa temuan yeng
selama ini penulis kumpulkan bahwa penerapan fungsi manajemen yang
dilaksanakan sudah cukup baik dan bagus. Terbukti dengan diadakannya
beberapa langkah atau kegiatan yang dapat mendukung keberhasilan
program pelatihan terjemah Al-Quran ini
7 Hasil wawancara penulis dengan ketua TAQUMA, H. Syarifuddin Radin, Lc. MEI.pada
tanggal 18 Juni 2012
68
B. Penerapan Unsur Manajemen Pelatihan Terjemah Al-Quran pada
lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri
Unsur manajemen merupaka suatu hal yang mutlak ada, khususnya
dalam manajemen pelatihan terjemah Al-Quran pada lembaga Terjemah Al-
Quran (TAQUMA) di mana unsur manajemen pelatihan terjemah Al-Quran
meliputi:8
1. Men (Pelatih/Ustadz)
Unsur men (pelatih/ustadz) merupakan unscur yang sangat penting
dalam sebuah kegiatan, khususnya kegiatan pelatihan terjemah Al-Quran
karna tidak mudah dan tidak semua orang mampu menjadi pelatih apalagi
dalam hal menerjemahkan Al-Quran dengan kaidah tatanan bahasa yang
sebenarnya. Di mana men (pelatih) adalah pentransfer ilmu/pengetahuan
kepada peserta latihan yang memang harus terjadi pada kegiatan ini.
Maka dari pada itu dalam melatih peserta agar bisa memahami dan
mengartikan Al-Quran kedalam bahasa Indonesia lembaga TAQUMA
tidak bisa sembarangan memilih pelatih, maka harus benar-benar tenaga
pelatih yang berkompeten, berintelektual dan berkualitas khususnya dalam
pemahaman bahasa arab baik nahwu dan shorofnya sehingga tujuan dari
visi misi pelatihan terjemah Al-Quran berjalan sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Sedangkan tenaga pelatih yang berada di lembaga TAQUMA saat ini
sudah ada tiga orang termasuk ketua lembaga TAQUMA itu sendiri yaitu
8 Hasil wawancara penulis dengan ketua TAQUMA, H. Syarifuddin Radin, Lc. MEI.pada
tanggal 07 Mei 2013
69
H. Syarifuddin Radin, Lc. MEI beserta ke dua rekannya yaitu Ustadz
Syamsudin Kisam, dan Ustadz Rahmat Wahyudin.
2. Material (Bahan Pelatihan)
Bahan pelatihan pada pelatihan terjemah Al-Quran ini secara garis
besarnya telah ditentukan oleh lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri
(TAQUMA) yaitu berupa buku panduan pelatihan terjemah Al-Quran dari
juz I, II, dan III, yang pada tahap selanjutnya buku panduan peserta ini
akan diterangkan dan diajarkan oleh pelatih kepada peserta sehingga
akhirnya peserta memahami betul tentang buku panduannya baik dalam
tahap awal proses pelatihan hingga tahap akhir pelatihan terjemah Al-
Quran. Dan buku panduan ini juga diadakan dan diberikan kepada peserta
agar mempermudah para pelatih dan peserta dalam proses pelatihan
terjemah Al-Quran dilembaga TAQUMA.
3. Machines (Mesin)
Mesin adalah alat yang dipergunakan dalam proses manajemen
pelatihan yang dalam hal ini adalah manajemen pelatihan terjemah Al-
Quran pada lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA), adapun
mesin yang di pergunakan dalam proses pelatihan ini adalah leptop,
microfone, speker (pengerras suara), infokus beserta layar infokus Di
mana alat-alat ini merupakan alat pembantu yang dipergunakan oleh
pelatih untuk menerangkan dan menjelaskan materi pembelajaran
terhadap kegiatan pelatihan terjemah Al-Quran kepada para peserta yang
mengikuti pelatihan tersebut.
70
Sehingga dengan adanya mesin ini pelatih dan peserta lebih cepat,
mudah dan lebih efektif dalam melaksanakan proses kegiatan pelatihan
terjemah Al-Quran di lembaga TAQUMA.
4. Methods (Metode)
Metode merupakan cara yang dipergunakan oleh pelatih dalam
melakukan proses belajar-mengajar. Dalam program pelatihan terjemah
Al-Quran di lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA) ini metode
dalam pengajaran Instruktur berusaha menggabungkan metode pengajaran
dari ceramah lalu diskusi dan metode-metode yang lain yang disenangi santri,
Metode ini menggunakan bahasa Indonesia dan kedudukan tiap-tiap
kalimat tidak dibaca secara bersamaan tetapi dibahas sesudah atau sebelum
menerjemahkannya, selain itu metode ini juga telah dilengkapi dengan
buku pegangan atau panduan untuk peserta berupa buku paket yang dapat
dipelajari dan dibaca dan dipelajari sendiri oleh para santri.
Keunggulan lain dari metode ini yaitu waktu pelatihan dan evaluasi
lebih panjang dan evaluasi dilaksanakan terhadap semua peserta dimulai dari
yang lebih pandai sehingga lebih memungkinkan untuk dilaksanakan metode
pembelajaran secara tuntas dan pengajar tidak memberikan penjelasan yang
panjang lebar tentang maksud dan kandungan ayat, tetapi lebih ditekankan
kepada kemampuan peserta untuk menterjemahkan ayat-ayat tersebut.
Dengan metode pengajaran seperti ini maka akan diperoleh dua
keuntungan, yaitu pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Quran dan yang kedua
pengetahuan tentang tata bahasa Arab termasuk nahwu dan sharafnya yang
merupakan bahasa Al-Quran. Metode ini dengan sampul dan lebel yang
71
baru ini telah banyak membawa perubahan yang besar terhadap minat
masyarakat (umat Islam) untuk mempelajari dan memahami Al-Qur’an
khususnya masyarakat pondok aren, bahkan program ini telah masuk ke
perkantoran dan telah banyak diminati oleh orang-orang berdasi (umat
Islam golongan ekonomi menengah keatas).
5. Money (Uang)
Uang adalah unsur yang sangat penting dalam setiap kegiatan, tanpa
unsur ini maka kemungkinan besar sebuah kegiatan tidak akan berjalan
dengan maksimal. Uang merupakan alat yang menentukan ada tidaknya
sebuah kegiatan maupun barang yang akan berlangsung dan akan
dipergunakan. Karena dengan uang maka program pelatihan terjemah Al-
Quran pada lembaga terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA) yang
memang rutin dilakukan pada setiap pesertanya, seperti mengajarkan
pelatihan terjemah dengan media buku panduan, alat-alat peraga pelatihan.
Maka uang ini bisa didapat dari sumbangan sukarela masyarakat,
kemudian dari pembelian buku panduan oleh peserta, dan pemberian uang
sukarela terhadap pengajar karna tidak dikenakan biaya dalam arti di
kenakan tarif harga, dan ada juga uang yang berasal dari donatur untuk
menunjang biaya oprasional pelatihan.
6. Market (Peserta/mahasiswa)
Market/pasar merupakan sasaran bagi sebuah produk atau jasa.
Begitu juga pada program pelatihan terjemah Al-Quran di lembaga
Terjemah Al-Quran (TAQUMA) ini, merket yang penulis maksud adalah
72
peserta pelatihan. Hal ini karena, peserta merupakan sasaran dari tujuan
diadakannya program pelatihan terjemah ini. Di mana bagi setiap peserta
diharuskan memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi, seperti bisa
membaca Al-Quran dengan baik dan benar sesuai kaidah tajwidnya, benar-
benar serius dalam mempelajari pelatihan terjemah Al-Quran, memiliki
mental dan keyakinan yang kuat dalam mengikuti pelatihan ini, kemudian
juga memiliki wawasan keagamaan (Islam) yang memadai.
Maka peserta pelatihan terjemah Al-Quran binaan lembaga
TAQUMA sebanyak 600 orang yang terdiri dari 500 orang dari peserta
kalangan guru TPA dan TPQ, 31 orang peserta dari kalangan santri
yatimQu binaan TAQUMA, dan 69 orang dari kalangan majlis taklim
Dari data yang telah penulis dapatkan dan paparkan diatas mengenai
unsur-unsur manajemen pelatihan terjemah Al-Quran, maka penulis dapat
menganalisis bahwa unsur-unsur manajemen pelatihan yang diterapkan oleh
lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA) ini saling berkaitan erat
dalam menciptakan dan mencetak manusia muslimin dan muslimat yang
benar-benar bisa memahami dan mengartikan bahasa Al-Quran yang
termasuk bahasa Arab kedalam bahasa indonesia dengan sebenar-benarnya
sesuai dengan kaidah bahasa yang sesungguhnya, sehingga apa yang di
ajarkan dalam pelatihan terjemah Al-Quran dapat dirasakan sepenuhnya
sesuai dengan tujuan yang diharapkan baik bagi pelatih maupun peserta.
Pengelolaan manajemen pelatihan terjemah Al-Quran ini sudah terlihat
cukup baik, bisa dilihat dari segi men; (yang dalam hal ini adalah
73
pelatih/pengajar) yang dapat dikatakan sebagai subjek dari program ini,
karena pelatih/pengajar yang melakukan dan membimbing dengan baik
selama pelatihan sehingga pelaksanaan kegiatan pelatihan berjalan secara
efektif, kemudian jika dilihat dari segi material (bahan pelatihan) dan
machines; yang merupakan alat bantu pendukung yang di pergunakan
sebagai media dalam proses belajar mengajar peltahihan terjemah Al-Quran,
kemudian dari sisi metode; yang merupakan hal yang dipergunakan
pelatih/pengajar dalam proses belajar/berlatih, sehingga metode ini dapat
terealisasikan dengan baik sesuai pengaplikasian dan pengimplementasian
terhadap peserta pelatihan terjemah Al-Quran, kemudian uang; yang
merupakan penentu mengenai aktifitas proses dalam kegiatan pelaihan, dan
terakhir adalah market/pasar (yang dalam hal ini adalah peserta) dapat
dikatakan sebagai objek pelatihan, karena peserta yang dijadikan sasaran
pelatihan terjemah Al-Quran pada lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan manajemen pelatian terjemah Al-Quran
Dari hasil pembahasan dan teori yang sudah penulis kemukakan di
pembahasan sebelumnya, tentang penerapan manajemen pelatihan
terjemah Al-Quran maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
hasil temuan penulis tentang penerapan pengelolaan manajemen dalam
pelatihan terjemah Al-Quran di lembaga terjemah Al-Quran mandiri
(TAQUMA) sudah cukup dirasakan terorganisir dengan baik. Bisa dilihat
dari proses perencanaan dengan penerapan yang cukup baik seperti dalam
proses rekrutmen staf pengajar yang di proses dengan serangkaian tes
kompetensi sebagai salah satu langkah untuk menghasilkan peserta yang
mahir dalam menerjemahkan Al-Quran dengan baik dan benar, kemudian
tahapan membuat metode praktis dalam inovasi pelatihan pengajaran
terhadap pesertanya, sehingga dalam perencanaannya ini bisa berjalan
dengan sebaik-baiknya.
Jika dilihat dari segi penerapan pengorganisasian, TAQUMA
sendiri melaksanakan kegiatan keorganisasiannya dengan dua hal yang
pertama organisasi lembaganya antara ketua, manajer, beserta anggota
sudah tersusun dan terjalin dengan cukup baik meski dirasakan belum
maksimal. Kemudian yang kedua yaitu penerapan organisasi bagi para
75
pelatih terhadap peserta pelatihannya yang dapat dirasakan dengan baik
dan benar sesuai yang diharapkan.
Sedangkan dari segi pelaksanaan (penggerakan), lembaga
TAQUMA ini mnerapkan sistem yang cukup terkordinir, baik pemberian
tugas-tugas kepada anggotanya atau pelatih pengajaran terjemah Al-Quran
serta pemberian materi kepada para esertanya sehingga peserta dapat
merasakan manfaatnya dari pelaksanaan pelatihan terjemah Al-Quran itu
sendiri.
Dan terakhir dari segi pengawasan penulis berpendapat bahwa
pengelolaan manajemen dalam penerapan pengawasan pelatihan terjemah
Al-Quran yang ada sudah cukup bervariatif dan pengajarnya sesuai dengan
kemampuan yang mereka bisa dan bertindak profesional sehingga tidak
adanya kesalahan dalam menerjemahkan tulisan dan lafadz Arab dalam
Al-Quran kedalam bahasa Indonesia sesuai tatanan kaidah yang sebenar-
benarnya, sehingga proses pelaksanaan pembelajaranpun berlangsung
efektif dan efisien dan pesertapun bisa memahami pelajaran tentang
Terjemah Al-Quran yang telah di ajarkan oleh lembaga TAQUMA. Dari
hasil penerapan evaluasi pelatihan terhadap pesertanya, ketika belajar
maupun sesudah belajar di lembaga TAQUMA ini maka para peserta
sudah mulai bisa mengartikan baik kata per kata (Lafzhiyah) dalam bahasa
arab Al-Quran di terjemahkan secara mandiri kedalam bahasa indonesia
dengan baik dan benar sesuai kaidah dan tatanan bahasa, tanpa didampingi
pembimbing atau pengajar yang ada di lembaga TAQUMA tersebut.
76
2. Unsur-unsur manajemen yang mendukung
Penerapan unsur-unsur manajemen yang dilakukan oleh lembaga
TAQUMA ini, maka penulis menyimpulkan bahwasanya pelaksanaan
dalam kegiatan pelatihan terjemah Al-Quran dari segi men (pelatih) yang
cukup memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya, meskipun
lembaga ini hanya memiliki sedikit pelatih namun apa yang dihasilkannya
dapat dirasakan dengan baik oleh para peserta pelatihan terjemah Al-
Quran tersebut, kemudian dari segi material (bahan pelatihan) yang cukup
memadai dan cukup modern sehingga proses pembelajaran dalam
pelatihan terjemah Al-Quran dapat disampaikan dengan sebaik-baiknya.
Sedangkan penggunaan methods (metode) inovasi yang dilakukan
oleh lembaga ini cukup bisa dirasakan manfaatnya bagi para pelatih
maupun peserta terjemah Al-Quran, karna dengan adanya metode ini para
peserta bisa lebih cepat mengartikan lafadz yang terdapat didalam Al-
Quran kedalam bahasa indonesia sesuai dengan kaidah yang sebenarnya.
Sedangkan mesin yang digudakan dalam proses penyampaian pelatihan
kepada para peserta menggunakan mesin-mesin yang modern simpel dan
mudah digunakan, sehingga mesin ini sanagat mendukung sekalai dari segi
penyampaian materi pelatihannya.
Sedangkan yang terakhir adalah penerapan money (uang) dan market
(peserta), uang sebagai modal awal yang dilakukan untuk menunjang
kegiatan tersebut, dana tersebut dihasilkan dari kas TAQUMA maupun
pemberian Infak yang bersifat sukarela yang diberikan peserta kepada
77
pelatihnya. kemudian market disini adalah sasaran dari pada pelatihan
terjemah Al-Quran itu sendiri yang penulis simpulkan bahwasanya
pesertanya cukup banyak peminatnya meski penerapan pemasarannya
tidak terlalu banyak.
Dari penerapan manajemen pelatihan terjemah Al-Quran yang
telah dilakukan lembaga TAQUMA ini maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa Lembaga TAQUMA ini bisa menghasilkan atau mencetak peserta
dan pelatih (pengajar) yang benar-benar menguasai Al-Quran baik dari
segi bacaan (lafadznya), nahwu shorofnya. dan bukan hanya itu saja, para
pesertapun sudah bisa mengartikan ayat demi ayat dengan sendirinya, dan
bahkan ketika para peserta sudah selesai dinyatakan lulus oleh lembaga
TAQUMA maka para peserta ini pun bisa mengajarkan kepada para
peserta yang baru atau masyarakat yang ingin mempelajari terjemah Al-
Quran.
Maka dari pada itu penulis menyatakan bahwasanya lembaga
Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA) dalam kegiatan pelatihan
terjemah Al-Quran telah menjalankan dan melaksanakan pengelolaan
manajemen pelatihan dengan cukup baik sesuai dengan visi dan misi yang
telah ditentukan sebelumnya, karna lembaga ini sangat menunjang demi
kepentingan umat islam.
78
B. Saran
1. Kepada pihak Lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri penulis menyarankan
untuk menambah pengajar (pelatih) untuk menghindari tumpang tindih
tugas atau wewenang, dan untuk peningkatan kualitas SDM agar
diadakannya pelatihan-pelatihan kepada para calon pengajar (pelatih)
terjemah Al-Quran mandiri sehingga kemampuan para pengajar (pelatih)
dalam menterterjemahkan Al-Quran semakin bertambah baik dari segi
penerjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, agar bisa lebih
paham betul dengan tatanan nahwu shorofnya, sekaligus makna dari ayat
dan isi kandungan surat yang tedapat di dalam Al-Quran sendiri.
2. Karena banyaknya kompetitor yang ada, maka Lembaga Terjemah Al-
Quran Mandiri harus lebih meningkatkan program-program yang sudah
ada dan mencari serta membuat program-program baru sebagai daya tarik
bagi para calon peserta yang ingin belajar di lembaga TAQUMA.
3. Harus lebih baik lagi dalam memberikan palayanan kepada para pesetta,
baik dari segi metode pengajaran, tahapan-tahapannya maupun sarana dan
prasarana dalam pencapain tujuan dakwahnya.
4. Hendaknya agar selalau menjaga konsistensinya dalam memberikan
pemahaman tentang Al-Quran dan pemberian motivasi baik kepada para
pengajar, anggota organisasinya, maupun pemberian motivasi kepada para
peserta agar mereka lebih bersemangat dalam menyampaikan pelatihan
terjemah Al-Quran.
79
5. Penulis menyarankan dalam penyampaian materi kepada para santri
setidaknya lembaga TAQUMA harus benar-benar berperan umtuk meneliti
atau meninjau kembali evaluasi belajar kepada santrinya sehingga mereka
benar-benar bisa, paham , dan mengerti tentang apa yang telah di ajarkan
sehingga manfaat dan tujuan dakwahnya benar-benar telrealisasikan
dengan baik dan benar.
6. Dari segi pemasarannya penulis menyarankan untuk lebih giat lagi dalam
memasarkan produk metode terjemah Al-Quran yang berada di lembaga
terjemah Al-Quran Mandiri kepada seluruh lapisan masyarakat islam
khususnya, baik pemasaran melalui media elektronik maupun cetak,
seperti iklan di televisi, radio, koran, majalah, pamplet, spanduk-spanduk,
dan brosur sehingga masyarakat lebih mengetahui tujuan dan manfaat dari
pada lembaga TAQUMA ini, hingga akhirnya bisa mendorong dan
menggugah minat para calon santri yang ingin menimba ilmu di lembaga
TAQUMA.
7. Kepada pihak Lembaga Terjemah Al-Quran (TAQUMA) penulis
menyarankan untuk bekerjasama dengan pemerintah setempat agar
peranan dalam penyampaian media dakwahnya benar-benar
terealisasiakan dengan baik karna dengan adanya dukungan dari
pemerintah maka akan lebih menunjang tujuan dakwahnya baik dari segi
dukungan moral maupun materil, sehingga bukan hanya kalangan
masyarakat yang mampu maupun perkantoran kelas menengah keatas atas
saja yang dapat merasakan manfaat dan hasil dari proses pelaksanaan
80
terjemah Al-Quran ini akan tetapi golongan kelas menengah kebawahpun
bisa merasakannya sehingga lembaga terjemah Al-Quran ini bisa
mensosialisasikan visi dan misi secara menyeluruh baik kepada lapisan
strata sosial atas maupun bawah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Amrullah, Dakwah Islam Sebagai Ilmu: Sebuah Kajian Epistemologi dan
Struktur Keilmuan Dakwah, (Medan: Makalah, 1999).
Anoraga, Panji, Manajemen Bisnis (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), Cet. ke-2.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1994), Cet. ke-2.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka 1997).
Efffendi Mochtar, E.K., Manajemen Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran
Agama Islam, (Jakarta: Bharata Karya Aksara, 1996).
Fathoni, Abdurahman, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta), cet ke-1
Hamalik, Omar, Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan
Ketenagakerjaan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005).
Handoko, T.Hani, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 2003).
Handropuspito, D., OC., Sosiologi Sitematik, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
1989).
Hardjana, Agus M, Training SDM yang Efektif, (Yogyakarta: Kanisius, 2001),
Cet. ke-1.
Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Jakarta:
Bumi Aksara, 2007).
Hidayatulloh, Moch Syarif, Diktat Teori dan Permasalahan Terjemah, (Jakarta:
2007).
http://bintangkecil44.blogspot.com/2012/10/manfaat-dan-tujuan-manajemen.html
http; bloger.re.or.id/definisi-alquran.htm
Ilaihi wahyu, dan M. Munir, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencanna Prenada
Medi Grup, 2009), Cet. ke-2.
John H. Jackson, dan Robert L. Mathis, Human Resource Managemen: Majaemen
Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Salemba Empat, 2006).
Kamus Besar Bahasa indonesia, Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. ke-1.
Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2002).
Machali, Rochayah, Pedoman Bagi Penerjemah, (Jakarta: Gramedia, 2002).
Mangku Negara, AA.Anwar Prabu, Manajemen Sumber Daya Perusahaan
(Bandung: Rosda Karya, 2000).
Massie, Josephl, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Erlangga, 1985), Cet. ke-3.
N. Grooss, W.S Mason, and A.W. Mc Eachern. Ex ploritations In Role Analiysis,
dalam david Barry, Pokok-pokok dalam sosiologi, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada).
Notatmojo, Soekidjo Man, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2004).
Pangabean, Mutiara S. Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bogor: Ghalia
Indonesia,2004), cet. ke-2.
Rosidah, dan Ambar Teguh Sulistiyani, Manajemen SDM Konsep, Teori dan
Pengembangan dalam Konteks organisasi public, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2009).
Sarwono, Sarlito Wirawan, Teori Psikologi Sosial (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), Cet. ke-8.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), Cet. ke-8.
Stoner James A.F, Sindoro Alexander, Manajemen, (Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Popular, 1996).
Sugeng Hariyanto, dan Zuchrudin Suryanwinata, Translation Bahasa Teori dan
Penuntun Praktis, (Jakarta:Kanisus).
Sugiono, Metodologi Penulisan Administrasi, (Bandung; Penerbit Al-fabeta,
2005).
Sutrisno, Hadi, Metodologi Riset II, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi UGM, 1984).
Syihabudin, Penerjemahan Arab-Indonesia, (Bandung: Humaniora,2005).
Tahzil dan J.Panglaykin, Manajemen Suatu Pengantar, (Jakarta, Ghalia Indonesia,
1999), cet. ke-15.
Wasito, Drs. Hermawan, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta. Gramedia
Pustaka Utama,1995).
WJS, Poerwadarmita, Kamus Modrn, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003),
Cet. ke-8.
Yusuf, Suhendra, Teori Terjemahan, Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik
dan Sosiolinguistik, (Bandung: Mandar Maju, 1994), Cet. 1.
BUKTI WAWANCARA
Nama : H. Syarifudin Radin, Lc., M.E.I.
Jabatan : Ketua Lembaga TAQUMA
Tanggal : 7 Mei 2013
Tempat : Lembaga TAQUMA, Kecamatan Pondok Aren
1. Bagaimana proses terbentuknya Lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA)
Laa Tahzan?
Jawab : Awal terbentuknya Lembaga TAQUMA Laa Tahzan adalah dilatarbelakangi
oleh kondisi masyarakat yang masih belum lancar membaca Al-Quran, khususnya
untuk metode penerjemahan agar masyarakat memahami esensi nilai-nilai yang ada di
dalam Al-Quran. Mulai didirikan sekitar 4 tahun lalu, yakni berkisar tahun 2009
sebagai salah satu wadah untuk mengadakan kegiatan belajar mengajar dan juga
membantu para anak yatim piatu dengan menyediakan tempat tinggal atau pesantren.
2. Apa tujuan didirikannya Lembaga TAQUMA?
Jawab : Lembaga TAQUMA Laa Tahzan memiliki beberapa tujuan, yang pertama
untuk memberikan pencerahan dan pencerdasan kepada umat islam terhadap kitab
suci Al-Quran. Kedua untuk memperkuat keimanan dan kecintaan kaum muslimin
terhadap kitab suci Al-Quran. Ketiga untuk mempersiapkan insan-insan Qurani yang
mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama islam dalam segala
aspek untuk meningkatkan etos kerja umat islam sebagai Khairah Ummah (umat yang
terbaik). Untuk memberikan pembekalan terhadap umat islam dalam menghadapi
dampak negatif dari era globalisasi. Untuk engaktualisasikan nilai-nilai Al-quran
dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Untuk menyemarakan syiar islam
dalam masyarakat yang merupakan kewajiban kaum muslimin.
3. Bagaimana proses penerapan fungsi manajemen dari segi perencanaan (planning),
organisasi (organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan (controlling) yang
dilakukan oleh Lembaga TAQUMA dalam penerapan pelatihan terjemah Al-Quran?
Jawab : pengelolaan manajemen secara spesifik Lembaga TAQUMA dalam
penerapan fungsi manajemen terhadap proses terjemah Al-Quran di lembaga Taquma
dapat dilihat dari segi perancanaan yang cukup jelas dari mulai memilih para pelatih
atau pembimbing pembelajaran terjemah Al-Quran yang cukup memenuhi pesyaratan
seperti sudah menguasi ilmu terjemah bahasa arab kedalam bahasa Indonesia,
kemudian segi pengajarannyapun cukup baik sehingga para peserta dapat merasakan
manfaatnya, kemudian segi perencanaan terhadap peserrta harus sudah bisa membaca
Al-Quran dengan cukup baik dan benar dari segi tajwid dan mmakhrojul khurufnya,
sehingga proses penerjemahan kepadanya berjalan secara efektik dan cukup
maksimal. Jika dilihat dari segi pengorganisasian yang kami lakukan adalah terhadap
anggota pelatih TAQUMA dengan para pengajar, karena kami mengelola organisasi
hanya sebatas adanya ketua dan staf-staf dengan kegiatan-kegiatan mengajarkan
terjemah Al-Quran kepada peserta yang ingin belajar di lembaga TAQUMA,
menyambung kebagian pelaksanaan yang kami lakukan menerapkan system “ Peserta
Baca dan peserta Paham” dalam arti pelaksanaannya dengan menggunakan metode-
metode terjemah Al-Quran yang kami rangkai sebaik-baiknya dan diajarkan kepada
peserta maka peserta harus bisa, paham dan mengerti apa yang diajarkan, sehingga
fungsi dan tujuan TAQUMA dapat terealisasikan dengan baik. Kemudian dari segi
akhir pengawasan tentunya kami para pelatih mengawasi peserta didik yang kami
latih dengan sejauh mana mereka menguasai pelatihan terjemah Al-Quran yang telah
kami ajarkan dengan cara mengetesnya satu persatu dan peserta membaca lafadz
arabnya serta langsung diartikan kedalam bahasa Indonesia dengan sebaik-baiknya,
dan jika masih ada yang belum mengerti dan belum bisa kami pun akan terus
mengontrolnya sampai mereka benar-bisa dan menguasai pelatihan yang telah kami
ajarkan sebelumnya.
4. Apa saja unsur-unsur manajemen yang diterapkan oleh lembaga TAQUMA?
Jawab : unsurnya yang pertama seperti pelatih (men) yang cukup memadai meskipun
hanya sedikit tapi cukup berkualitas baik dari segi penguasaan bahasa arab,
penguasaan Al-Quran, penguasaan bahasa Indonesia, dan segi pengajarannya terhadap
peserta pelatihan terjemah Al-Quran. Kedua adalah mesin (mesin peraga) yang cukup
modern dan canggih sehingga peserta pelatihan dapat disampaikan dengan sebenar-
benarnya, seperti microphone, speker, dan lain-lain yang bisa anda liat dalam proses
pelatihan, ketiga dari segi money (uang) disini kami memiliki cukup dana meskipun
tidak besar untuk menunjang kegiatan pelatihan terjemah Al-Quran, baik dari dan
pribadi, pemberian sukarela (sumbangan dari seorang dermawan), maupun
pembayaran dari peserta yang memang bersifat sukarela dan tidak dipatoki harganya
sekian dan sekian. yang ke empat yaitu market (peserta), market disini yaitu peserta,
karna peserta merupakan sasaran dari pada pelatihan terjemah Al-Quran, maka sudah
pasti tanpa adanya peserta maka pelatihanpun tidak akan berjalan. Kemudian yang ke
lima yaitu metode pelatihan terjemah yang sebelumnya sudah dijelaskan sebelumnya.
Lantas yang ke lima yaitu yang telah dijelaskan sebelumnya. Dan yang terakhir
adalah material (bahan peraga), kami membuat dan menggunakan buku panduan
peserta dan pelatih untuk menunjang kegiatan pelatihan terjemah Al-Quran baik
berupa buku panduan juz satu, dua, dan tiga. Dan nantinya akan dijelaskan kepada
peserta pelatihan.
5. Bagaimana bentuk sosialisasi Lembaga TAQUMA Laa Tahzan kepada masyarakat?
Jawab : Bentuk sosialisasi pengenalan Lembaga TAQUMA Laa Tahzan adalah
antara lain melalui internet dan mengandalkan kepercayaan masyarakat setempat
untuk mempromosikan Lembaga TAQUMA Laa Tahzan kepada kerabat dan
kenalannya.
6. Bagaimana metode pembelajaran di Lembaga TAQUMA Laa Tahzan?
Jawab : Ada beberapa tahapan pembelajaran untuk program terjemah Al-Quran,
antara lain dengan tahap membaca Al-Quran seperti biasa, kemudian baru
melanjutkan ke tahapan mengartikan kata demi kata (harfiah), selanjutnya melalui
tahapan rumus merah, yakni memahami kata yang mengandung unsur nahwu dan
shorofnya, kemudian yang terakhir adalah tahap sintetik, yakni menerjemahkan
rangkaian kata demi kata agar bisa lebih memahami terjemahan Al-Quran secara utuh.
7. Dilihat dari sisi apa metode pembelajaran terjemah di Lembaga TAQUMA bisa
disebut sebagai lembaga khusus dalam bidang pelatihan terjemah Al-Quran?
Jawab : Nilai pemahaman dalam program terjemah Al-Quran ini bisa dilihat dari
segi penerjemahan kata per kata yang sarat akan nilai-nilai keislaman, dengan santri
(peserta) memahami arti kata demi kata di dalam Al-Quran, maka santri akan bisa
memahami lebih dalam tentang nilai-nilai Al-Quran yang diajarkan dalam kitab
terakhir umat islam ini, meskipun membutuhkan waktu yang agak lama untuk
memahami makna Al-Quran secara keseluruhan, namun program ini cukup membantu
melestarikan pemahaman tentang Al-Quran seutuhnya..
H. Syarifudin Radin, Lc., M.E.I
Ketua TAQUMA
PROSES PELATIHAN TERJEMAH AL-QURAN BAGI PESERTA (SANTRI)
YATIMKU BINAAN LEMBAGA TERJEMAH ALQURAN MANDIRI
(TAQUMA)
Almost Paradise achimboda deo nunbusin
Nal hyanghan neoui sarangi onsesang da
gajindeutae
In my life nae jichin sarme kkumcheoreom
Dagawajun ni moseubeul eonje kkajina
saranghal su itdamyeon
Neoui soneul japgoseo sesangeul hyanghae
himkkeot sorichyeo
Haneureul georeo yaksokhae yeongwonhi ojik
neomaneul saranghae
Bamhaneul byeolbitgateun uri dulmanui
areumdaun kkum Paradise
Neowa hamkkehandamyeon eodideun gal su
isseo to the my Paradise
Neoreul irheotdeon sigangwa geuapeum modu
daijeobwa
Ijebuteo sijagiya neowa hamkke
Tteonaboneun geoya dallyeoganeun geoya
loving you forever
Almost Paradise taeyangboda deo ttaseuhan
Nal boneun neoui nunbicheun onsesang da
gajindeutae
In my life nae jichin sarme biccheoreom
Dagawajun ni sarangeul eonje kkajina
ganjikhal su itdamyeon
You are All of my love!
You are All of my life!
lyricsalls.blogspot.com
Nae modeungeol georeoseo naneunneoreul
saranghae!
Jeo pureunbada gateun uri dulmanui
areumdaun got Paradise
Neowa hamkkehandamyeon eodideun gal su
isseo to the my Paradise
Neoreul irheotdeon sigangwa geuapeum modu
daijeobwa
Ijebuteo sijagiya neowa hamkke
Tteonaboneun geoya dallyeoganeun geoya
loving you forever
Almost Paradise achimboda deo nunbusin
Nal hyanghan neoui sarangi onsesang da
gajindeutae
In my life nae jichin sarme kkumcheoreom
Dagawajun ni moseubeul eonje kkajina
saranghal su itdamyeon
Cheonsagateun ne misoga gadeukhan uri
nagwone
Neomaneul wihan kkotteullo yeongwonhi
chaewo dulkkeoya
Almost Paradise taeyangboda deo ttaseuhan
Nal boneun neoui nunbicheun onsesang da
gajindeutae
In my life nae jichin sarme biccheoreom
Dagawajun ni sarangeul eonje kkajina
ganjikhal su itdamyeon
Eonjekkajina saranghal su itdamyeon
*.#
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat1,s41,zlndonesia
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASITelepon/Fax : (021,) 7 a327'28 / 74703580
Website : ww.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail : dakwah@fdk-uinjakarta ac.id
Nomor : Un.01/F5/KM.01 3la9 I 1 nonLamp :1(satubundel)Hal : Bimbingan Skripsi
NamaNomor PokokJurusan /SemesterJudul Skripsi
Jakarta, LLMei2\I2
Kepada Yth.Dr. Wahib Mu'thi, MADosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Assalamu' alaikum Wn Wb.
Bersama ini kami sampaikan sebuah out line skipsi yang diajukan oleh mahasiswaFakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakaft sebagaiberikut,
Mochamm ad Zainal Muttaqin10805300001 8Manajemen Dakwah (MD) / VIIIPeranan Lembaga Terjemah Al-Qur'an Mandiri (TAQUMA)sebagai Media Dakwah di Kecamatan Pondok Aren,
Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalampenyusunall dan penyelesaian skripsinya dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terirria kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
an.Dekan Bid\png Akademik
\.. 6
5
dti: ahidin Sapu MAS
'{mban
@t
Tembusan:1. Dekan2. Ketua Jurusan Manajemen Dakwah (MD)
lltcuttas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
97409031996031 001
w wwwb4wwww
tsr/
NamaNomor PokokJurusan/Semester
Tembusan:. l. Pembantu Dekan Bidang Akademik
2. Ketua Jurusan Manajemen Dakwah (MD)Fakultas Ilmu Dakwatr dan Ilmu Kornunikasi
-^-- . ." ' -i io='
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAK TAH DAN ILI\{U KON'{UNIKASI
ll. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 IndonesiaTeleponT'Fax : (021) 7132728 / 7470-1580
l \ ' ebs i te : rwr rv . fdku in jakar ia .ac id , E-ma j l : dakr " 'ah0f . l k .u in iakar la .ac . id
Nomor : Un.01/F5/KM.01 .3dqq D012Lamp. : l (Satu)bundelHal : PenelitianAilaryancara
Jakarta.?V\ le i 1012
Kepada Yth.PimpinanLembaga Terjemah Alqur6n Mandir i(TAQUMA)
Ass al antu' al ai kunt IVr. lI/b.
Dengan hormat bersama ini kami sampaikan bahrva mahasisrva Fakultas llmuDakwah dan llmu Kornunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di barvah ini,
: Moch. Zainal Muttaqin: 108053000018: Manajemen Dakrvah (MD) / VIII
bermaksud melaksanakan penelitiarVqawancara untuk bahan penulisan skripsi yang
berjudul Peranan Lembaga Terjemah\,Al-Qurdn Mandiri (|AQUMA) sebagai MediaDakwah di Kecamatan Pondok Aren.
Sehubungan dengan itu, kami memohon kepada Bapak/Ibu/Sdr. kiranya berkenanmenerima mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan penelitiany'wawancara dimaksud.
Atas perhatian dan perkenannya kami ucapkan terima kasih.
l(as s al amu' alaikum W, .Wb.Dekan,
bhan, MA 'I,l0 199303 i off'
'*Gf
YAYASANr! Yatlm K U
Nomor . 135/PAYKU/V/2013 Pondok Aren,26 Mei 2013
Lampiran : I lembarPrihal : SURAT PERNYATAAN
Kepada yang terhormatFAKTILTAS DAICWATI DAN KOMUNIKASIJUR[ISAN MANAJEIVTEN DAKWAHDi-
Tempat
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dengan berdasarkan surat keterangan Dekan F'akultas Dakwah dan Komunikasi UINSyarif Hidayatullah Nomor: Un.0 I /F5lK M.0 | .3 /2499 l2A 12 " Kami selaku lembaga TAQUMAmenerima dan mengizinkan kepada mahasiswa:
NanuNIMJurusan / SemesterFakultasUniversities
: Mochammad Zairla,l Muttaqin: 108053000018: Manajemen Dakwah / X: Dakwah dan Komunikasi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Untuk melakukan penelitian atau observasi di lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri(TAQUMA) sebagai bahan penulisan skripsi dengan judul *Manajemen PelatihanTerjemeh Al-Quran l,embegr Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA)'yang dimulaipada tanggal 24 Mei 2A12,.
Demikian surat ini kami buat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagaimanamestinya.
Mengetahui
Sekertaris lembaga TAQLJMA
3r*Ketua Lembaga TAQUMA
Syarifudin Kisanl Lc., M.E.I.Rahmat Wahytdin
h,.1
YAYASAN
l1
!! Yatlm K U
NomorLampiranPrihal
: 136/PAYKU/V n0l3: I lembar: SURAT PERNYATAAN
Pondok Aren, 26 Mei2013
Kepada yang terhorrnatFAKULTAS DAICWAII DAN KOMUNIKASIJURUSAN MANAJf,MEN DAKWAHDi-
Tempat
Assalamualaikum Wr- Wb.
Dengan datangnya surat ini kami selaku lembaga Terjemah Al-Quran Mandiri(TAQ U MA ) menyatakan bahwasanya :
NamaNIMJurusan / SemesterFakultasUniversities
: Mochammad Zaiml Muttaqin: 108053000018: Manajemen Dakwah / X: Dakwah dan Komunikasi: UIN Syarif Hidayatullah lakarta
Mahasiswa tersebut benar adanya telah melaksanakan penelitiannya/observasi dilembaga Terjemah Al-Quran Mandiri (TAQUMA) yang beralamat di Jl. Swadaya [I Bintaro9, Rt.004/003, Kel. Pondok Pucung, Kec. Pondok Aren. Kota Tangerang Selatan. Yangdigunakan sebagni bahan penllisan skripsi dengnn jrdul *Manajemen Pelatihan TerjemahAl-Quran Lembaga Terjemah AlQuran Mandiri (TAQUMA)' yang dimulai pada
tanggal 24lvlei 2012.Demikian surat pernyataffi ini kami buat dengan sebenar-henar-Nva, dan dapat
digunakan sebagaimana mestinya.Wassalamualaikum Wr.Wb.
Sekertaris lembaga TAQ{JMA
Rahmat Wahyrdin
Mengetahui
PEMBRINTAH KOTA TAI{GERANG SELATANDINAS SOSIAL, KETENAGAKERJAAN DAN TRANSMIGRASI
SURAT TANDA DAFTAR YAYASAN/ORSOSNomor :46o/ 9\9 - la/BANJAMSos/i l /2013
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5l Tahun 2008 terbentuknya Kota Tangerang Selatan.Provinsi Banten dan Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor I I Tahun 201 Itentang Tugas Pokok, Fungsi Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi.Sesuai dengan :
l . [Jndang-undang No.28 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-undang No. l6 Tahun 2001tentang Yayasan; dan
2. Undang-undang RI No. I I Tahun 2009 tentarrg Kesejahteraan Sosial , Bab Vl l l , Pcndafrarandan Perijinan Lembaga Kesejahteraan Sosial Pasal 46 avar il), sebagaimanadiatur Caiam siii-atKeputusan Meitteri Sosial RI Nomor : 40/H[JVKEPIX/1980 tanggal I Uktober 1980.
3. Perda Provinsi No. 8 Tahun 2010 tentang Penyelengaraan Kesejahteraan Sosial
Dengan ini Kepala Dinas Sosial. Keterragakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatanmenerangkan Yayasan/Organisasi Sosial Tersebut diba',vah ini :
faqwna latimJ{u ^C.aa lafizan tsinta:ro3{. Syarifudin ?.adh" -tc., JI4.T.L
I'funvahiden ZaLar;a Isnaini. SJ{.l l l
zo Desem.Oer 2oit
Jt Syadaya II tsintaro g, ti(.ooa/ooE K.e[. "on^dot.
"unnq }Qc. ?on^doft Aren K.oialangerang Sefatan
t ,C.emhaga Sosiafz. SCeagamc.e:n :
Telah terdaftar pada Dinas Sosial, Ketenagakedaan dan Transmigrasi Kota 1'angerang Setatandengan Nomcr Register: It /BANJA"VISOSIM0I3Berlaku terhitung mulai tanggal :
27 - 02 - 2O1A _ $ampai dengan
Nama Yayasan / ORSOS
Nama Pimpinan
Akte Notaris- Notaris- Nomor- T'anggal
Alamat
Jenis Kegiatan
27-02-20 t5
Dikeluarkan diPada tanggal
Tangerang Selatan27 -02, -20t3
la Dinas'qiaan dan Transmigrasi
ina,lYl an t a r ) t l n n l r \ ? I n n z
DAF'TAR RIWAYAT HIDUP PENDIRI LEMBAGA TERJBMAHALQURAN MANDIRI (TAQUMA)
Nama : H. Syarifuddin Radin, Lc., M.E.I.TempaVtgl lahir : Tangerang,0g Juni 1978Alamat : Pondok Pesanfen YatimKU & Dhu'afa LaaTahr.anBintaro
Bintaro Jaya sektor IX, Kp. Utan 03/04 Pd. Pucung, Pd. Aren,Tangerang Selatan - Banten
Hp :08175130569Riwavat PendidikaaYa I n :No. PENDIDIKAN TEMPAT TAHUN
LTJLUSI SDN. Sawah Baru - Tangeranq Banten 19902 MTs. Baitissalmah - Tangerang Banten 1994J . MAK. Al-Masturiyah - Sukabumi Jawa Barat 1997A+ . Universitas Al-Azhar - Kairo Mesir 20035 . PPS IAIN Sunan Ampel - Surabaya Jawa Timur 2005
Pengala man Organisasi dan Pelatiha
Demikian daftar riwayat hidupini dibuat dengan sebenarnya.Tangsel,09-01- 201I
H. Svarifudin Radin.. Lc.. M.E.I.
man an anhan:No. Organisasi dan Pelatihan Tempat Periodel . Redaktur Buletin Risalah Forum Studi
Sumatra-Mesir (FSSMKairo 1999 -2002
2 . Staf Adminishasi Kelompok BimbinganBelajar Al-Syatibi Center
Kairo 200t -2002
aJ . Redakhr Buletin Fajar, Keluarga Pelajar
Jakarta (KPJ)Kairo 2001 -2a02
4 , Pelatihan Jurnalistik Republika dan ICMI Kairo 20015 . Pelatiha:r Mana geme n Zakat Kairo 20016 . Ketua Bimbingan Bhs. Arab Al-Svatibi Center Kairo 2002 -20031 Pelatihan Kaiian Keislaman Jerrnan OnW\ Jawa Barat 2A05 -20078.,, Pelatihan Terjemah Lafdziyah Al-Qur'an LPIQ
dan MAS Al-AkbarJawa Timur 2007
9. Pelatihan Tahqiq al-Kutub DEPAG Jakarta 200710, Devisi Dakwah Al-Masri Jawa Timur Jawa Timur 2007 -20081 i Direktur Pusat TAQUN4A Terjamah al-Qur'an
MandiriTangsel 2008-
12. Pengasuh Pondok Pesantren al-BarkahKu tawarin gin-Mande-Cian i ur
Jawa Barat 2008-2009
l3 Pengasuh Pondok Pesanffen YatimKU &Dhu' afa Laa T ahzan Bintaro -Tangsel
Banten 2009-
t4 Team asatidz Maitis Dhuha nasional (MDN) Banten 2010-l5 Dosen STAISA (S€kolah Tinggi Agama Islan
Shalahuddin al-Awubi)Jakarta 2010-
Top Related