KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN (2006)
“Mata Pelajaran Matematika”
(disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan dan Telaah
Kurikulum Sekolah)
Oleh
Kelompok 10:
1. Diana Mutdaifa Osy S. (120210101100)
2. Yoyok Yuda Wijaya (120210101101)
3. Rori Azizah (120210101102)
4. Silvia Umala (120210101114)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) khusunya pada pembelajaran matematika dengan tepat
pada waktunya. Tak lupa sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini kami susun sebagai bentuk untuk memenuhi syarat
pembelajaran mata kuliah Pengembangan dan Telaah Kurikulum Sekolah. Dalam
kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak Erfan Yudianto,
S.Pd., M.Pd. selaku dosen mata kuliah Pengembangan dan Telaah Kurikulum
Sekolah yang telah membimbing serta membantu kami untuk menyelesaikan
makalah ini. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami hingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga makalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini dapat
bermanfaat untuk pembaca, tetapi kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari
pembaca sangat diharapkan untuk kesempurnaan tugas selanjutnya.
Jember, November 2014
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................iKATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................3
1.4 Manfaat..................................................................................................4
BAB 2. PEMBAHASAN....................................................................................5
2.1 Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)..................5
2.2 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Pembelajaran
Matematika.......................................................................................................8
2.3 Tujuan Pembelajaan Matematika pada Kurikulum Tingkat Satuan
pendidikan (KTSP)...........................................................................................9
2.4 Alokasi Waktu.....................................................................................11
2.5 Pelaksanaan Pembelajaran Matematika pada KTSP...........................20
2.6 Perbandingan Pembelajaran Matematika pada KBK dan KTSP.........23
2.7 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Matematika pada KTSP. . .25
BAB 3. PENUTUP...........................................................................................26
3.1 Kesimpulan..........................................................................................26
3.2 Saran....................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam proses
pendidikan di sekolah, salah satunya yaitu pembelajaran matematika, dimana
pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang
terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu belajar yang dilakukan oleh siswa dan
mengajar yang dilakukan oleh guru sebagai pengajar (pendidik). Belajar
tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai subjek yang
menerima pelajaran, sedangkan mengajar berorientasi pada apa yang harus
dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan
berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi
interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa di saat
pembelajaran matematika sedang berlangsung.
Proses pembelajaran matematika bukan hanya sekedar transfer ilmu dari
guru kepada siswa, melainkan suatu proses yang dikondisikan atau
diupayakan oleh guru, sehingga siswa aktif dengan berbagai cara untuk
mengkontruksi atau membangun sendiri pengetahuannya, serta terjadi
interaksi dan negosiasi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan
siswa.
Agar tercipta suau proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan bagi siswa diperlukan suatu rencana yang memberikan
pedoman dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini disebut dengan
kurikulum, dimana kurikulum merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi pendidikan
nasional serta kesesuaian dengan kondisi dan potensi daerah serta satuan
pendidikan dan peserta didik (UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003).
Kurikulum yang disusun oleh satuan pendidikan disesuaikan untuk
memungkinkan antara penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan
1
potensi yang ada di daerah. Sehingga kurikulum dapat dilaksanakan disetiap
sekolah. Kurikulum juga dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman
yang senantiasa cenderung berubah. Oleh sebab itu, pembaharuan kurikulum
harus segera dilakukan sebab tidak ada kurikulum yang sesuai sepanjang
masa.
Perubahan kurikulum biasanya di mulai dari perubahan konseptual hingga
perubahan struktural sehingga perubahan kurikulum dapat bersifat
keseluruhan yang menyangkut semua komponen-komponen baik orang yang
terlibat dalam pendidikan maupun faktor-faktor penunjang dalam
melaksanakan kurikulum. Sejak tahun 1945 kurikulum pendidikan nasional
telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975,
1984, 1994, 2004 dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis
dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi dan iptek,
sebab kurikulum merupakan seperangkat rencana pendidikan yang perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai tuntutan dan perubahan yang terjadi di
masyarakat.
Pada tahun 2006, pemerintah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dimana pada kurikulum ini merupakan penyempurnaan
dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) diberlakukan di Indonesia mulai tahun ajaran 2006/2007,
dimana kurikulum ini merupakan sebuah kurikulum operasional pendidikan
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di
Indonesia.
Berdasakan uraian diatas, kami menyusun makalah Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) khususnya pada pmbelajaran matematika, agar
kami dapat mengetahui isi mengenai pembelajaran matematika pada
kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tersebut serta persamaan dan perbedaan
dari kurikulum-kurikulum sebelumnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:
1.1.1 Apakah pengertian dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)?
2
1.1.2 Apakah pengertian dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dalam pembelajaran matematika?
1.2.3 Apa tujuan pembelajaran matematika dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)?
1.2.4 Bagaimana alokasi waktu pembelajaran matematika pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)?
1.2.5 Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP)?
1.2.6 Bagaimana perbandingan pembelajaran matematika pada Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)?
1.2.7 Apa saja kelebihan dan kekurangan pembelajaran matematika pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, tujuan yang
ingin dicapai dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.1.3 Untuk mengetahui pengertian dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).
1.1.4 Untuk mengetahui pengertian dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dalam pembelajaran matematika.
1.3.3 Untuk mengetahui tujuan pembelajaran matematika dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
1.3.4 Untuk mengetahui alokasi waktu pembelajaran matematika pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
1.3.5 Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran matematika pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
1.3.6 Untuk mengetahui perbandingan pembelajaran matematika pada Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
1.3.7 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran matematika
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
3
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.1.5 Bagi Guru
Dapat dijadikan bahan bacaan serta tolok ukur dalam pelaksanaan
kurikulum sekarang, sehigga dalam pelaksanaan kurikulum sekarang dapat
menjadi lebih baik.
1.4.2 Bagi Siwa
Dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), siswa
dapat menerapkan kegiatan belajar yang baru, sehingga mereka dapat
melaksanakan kegatan belajar dengan baik.
1.4.2 Bagi Penulis
Makalah ini merupakan pengalaman berharga dalam rangka menambah
wawasan pengetahuan serta dapat dijadikan modal untuk memasuki dunia
pendidikan yang sebenarnya.
4
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Secara etimologis kurikulum berasal dari bahasaYunani, yaitu carier yang
artinya pelari dan curare yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum
berasal dari dunia olah raga pada zaman Romawi Kuno di Yunani, yang
mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari
garis start sampai garis finish. Setelah ditransfer ke dunia pendidikan,
kurikulum berarti sejumlah mata pelajaran yang harus diselesaikan peserta
didik.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional
serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan
pendidikan dan peserta didik.
Kurikulum yang disusun oleh satuan pendidikan disesuaikan untuk
memungkinkan antara penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan
potensi yang ada di daerah. Sehingga kurikulum dapat dilaksanakan disetiap
sekolah. Kurikulum juga menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang
senantiasa cenderung berubah sehingga kurikulum harus berubah sesuai
perubahan yang berlaku pada tatanan nilai kehidupan yang ada pada setiap
zaman tersebut. Oleh sebab itu, pembaharuan kurikulum harus segera
dilakukan sebab tidak ada kurikulum yang sesuai sepanjang masa.
Perubahan kurikulum tidaklah dapat dirumuskan secara cepat dan tepat,
namun memerlukan waktu yang terus berubah dalam penyempurnaan
kurikulum tersebut, yang mana komponen-komponen dari kurikulum tersebut
berubah dengan suatu upaya yang disengaja. Oleh karena itu, perubahan
kurikulum dapat berupa perubahan sebagian dan berupa perubahan total.
5
Perubahan kurikulum biasanya di mulai dari perubahan konseptual hingga
perubahan struktural sehingga perubahan kurikulum dapat bersifat
keseluruhan yang menyangkut semua komponen-komponen baik orang yang
terlibat dalam pendidikan maupun faktor-faktor penunjang dalam
melaksanakan kurikulum. Sejak tahun 1945 kurikulum pendidikan nasional
telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975,
1984, 1994, 2004 dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis
dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi dan iptek
dalam masyarakat berbangsa dan bernegara, sebab kurikulum sebagai
seperangkat rencana pendidikan yang perlu dikembangkan secara dinamis
sesuai tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum
nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan
UUD 1945, perbedaannya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta
pendekatan dalam merealisasikannya.
Pada tahun 2006, pemerintah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dimana pada kurikulum ini merupakan penyempurnaan
dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) diberlakukan di Indonesia mulai tahun ajaran 2006/2007,
dimana kurikulum ini merupakan sebuah kurikulum operasional pendidikan
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di
Indonesia. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini muncul
dikarenakan beberapa faktor diantaranya yaitu, bergulirnya otonomi daerah
dan desentralisasi pendidikan, kebijakan-kebijakan yang mendukung, serta
teori pengembangan kurikulum.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) mempunyai kesamaan yakni pembelajaran dan penilaian
menggunakan pembelajaran berbasis kompetensi dan penilaian berbasis
kelas. Selain persamaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) juga
mempunyai perbedaan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yakni Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dikembangkan oleh
tim pusat kurikulum departemen pendidikan nasional, sedangkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan oleh masing-masing
6
satuan pendidikan sesuai dengan potensi dan kebutuhan sekolah dengan tetap
berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ditandatangani pada
tanggal 23 Mei 2006 dan diberlakukan di Indonesia mulai tahun ajaran
2006/2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum
2006 adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara
yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan
mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk
pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun
2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang
dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Standar Isi (SI) merupakan ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi
bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang
harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Sedangkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pendidikan adalah kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan keterampilan dan sikap
yang digunakan sebagai pedoman penilaian dan penentuan kelulusan peserta
didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata
pelajaran atau kelompok mata pelajaran (Mulyasa, 2006).
2.2 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Pembelajaran
Matematika
Pembelajaran merupakan proses interaksi siswa dengan guru dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran juga dapat diartikan
sebagai upaya pembelajaran siswa, yang secara implisit dalam pengertian ini
7
terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk
mencapai hasil pembelajan yang diinginkan. Salah satu pembelajaran di
sekolah yaitu pembelajaran matematika, dimana pembelajaran matematika
merupakan suatu proses belajar mengajar yang terdiri dari kombinasi dua
aspek, yaitu belajar yang dilakukan oleh siswa dan mengajar yang dilakukan
oleh guru sebagai pengajar (pendidik). Belajar tertuju kepada apa yang harus
dilakukan oleh seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangkan
mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai
pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu
menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa,
serta antara siswa dengan siswa di saat pembelajaran matematika sedang
berlangsung.
Keterlaksanaan pembelajaran matematika dalam KTSP dapat diartikan
sebagai penerapan pembelajaran matematika yang berpedoman pada KTSP.
Mulyasa (2006) berpendapat bahwa secara garis besar keterlaksanaan KTSP
mencakup empat kegiatan pokok, yaitu:
a. Pengembangan Strategi Pelaksanaan
Pengembangan strategi penerapan meliputi diskusi profesi, seminar,
penataran, lokakarya, penyediaan buku kurikulum, dan kegiatan-kegiatan
yang mendorong pelaksanaan kurikulum di lapangan.
b. Pengembangan Program
Pengembangan KTSP mencakup pengembangan program tahunan,
program semester, program modul (pokok bahasan), program mingguan
dan harian, program pengayaan dan remidial, serta program bimbingan
dan konseling.
c. Pelaksanaan pembelajaran
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kea rah yang
lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak faktor yang
mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam individu,
maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Dalam
8
pembelajaran, pendidikan yang paling utama adalah mengkondisikan
lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku peseta didik.
d. Evaluasi
The evaluation system for determining the degree to which student
achieve the specified outcomes (Winecoff Larry, 1988: 1), sistem evaluasi/
penilaian digunakan untuk menentukan tingkat pencapaian hasil belajar
peserta didik. Penilaian hasil belajar pada KTSP dapat dilakukan dengan
penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan
dan sertifikasi, serta penilaian program.
2.3 Tujuan Pembelajaan Matematika pada Kurikulum Tingkat Satuan
pendidikan (KTSP)
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk mendirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan
(otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk
melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan
kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkanya KTSP adalah untuk :
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan
sumber daya yang tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
c. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai.
Berdasarkan PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006, tujuan pembelajaran
matematika yang dirumuskan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
menyatakan bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan berikut :
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah. Objek dalam pembelajaran
9
matematika adalah : fakta, konsep, prinsip, dan skills. Objek tersebut
menjadi perantara bagi siswa dalam menguasai kompetensi-kompetensi
dasar (KD) yang dimuat dalam SI mata pelajaran matematika.
Fakta adalah sebarang kemufakatan dalam matematika. Fakta matematika
meliputi istilah (nama), notasi (lambang), dan kemufakatan (konvensi).
Contoh fakta : Kaitan kata “lima” dan simbol “5”.
Konsep adalah ide (abstrak) yang dapat digunakan atau memungkinkan
seseorang untuk mengelompokkan/menggolongkan sesuatu objek. Suatu
konsep biasa dibatasi dalam suatu ungkapan yang disebut definisi.
“Segitiga” adalah suatu konsep yang dapat digunakan untuk
mengelompokkan bangun datar, yaitu yang masuk dalam pengertian
“segitiga” dan “yang tidak termasuk dalam pengertian segitiga”. Beberapa
konsep merupakan pengertian dasar yang dapat ditangkap secara alami
(tanpa didefinisikan). Contoh konsep: konsep himpunan. Prinsip adalah
rangkaian konsep-konsep beserta hubungannya. Umumnya prinsip berupa
pernyataan. Beberapa prinsip merupakan prinsip dasar yang dapat diterima
kebenarannya secara alami tanpa pembuktian. Prinsip dasar ini disebut
aksioma atau postulat. Contoh Prinsip : Dua segitiga dikatakan kongruen
jika dua pasang sisinya sama panjang dan sudut yang diapit kedua sisi itu
sama besar. Skill atau keterampilan dalam matematika adalah
kemampuan pengerjaan (operasi) dan prosedur yang harus dikuasai oleh
siswa dengan kecepatan dan ketepatan yang tinggi
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Penalaran adalah suatu
proses atau suatu aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau
proses berpikir dalam rangka membuat suatu pernyataan baru yang benar
berdasar pada beberapa pernyataan yang kebenarannya telah dibuktikan
atau diasumsikan sebelumnya.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh. Salah satu kemampuan yang diharapkan dikuasai
10
siswa dalam belajar matematika adalah kemampuan memecahkan masalah
atau problem solving. Pemecahan masalah adalah proses menerapkan
pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang
belum dikenal. Dengan demikian ciri dari pertanyaan atau penugasan
berbentuk pemecahan masalah adalah :
Ada tantangan Dalam materi tugas atau soal
Masalah tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan prosedur rutin
yang sudah diketahui penjawab. Pada intinya tujuan ketigaitu tercapai
bila siswa mampu memecahkan masalah atau melakukan problem
solving. Mencermati tujuan ketiga dari mata pelajaran matematika
maka siswa dikatakan mampu memecahkan masalah bila ia memiliki
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
2.4 Alokasi Waktu
Perkembangan pembelajaran matematika pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan di bagi menjadi beberapa tingkatan yaitu :
Sekolah Dasar (SD)
Pada Sekolah Dasar (SD) terdapat perbedaan antara kurikulum
sebelumnya dengan KTSP yakni dalam KTSP pembelajaran pada kelas I
sampai kelas III menggunakan pendekatan tematik. Sedangkan
pembelajaran pada kelas IV samapai kelas VI menggunakan pendekatan
mata pelajaran. Standar kompetensi yang harus dicapai untuk kelas IV,
V, dan kelas VI adalah sebagai berikut.
Kelas IV
Semester 1
Memahami Dan Menggunakan Sifta-Sifat Operasi Hitungan
11
Bilangan Dalam Pemecahan Masalah
Memahami Dan Menggunakan Faktor Dan Kelipatan Dalam Pemecahan
Masalah
Semester 2 Menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat
Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Menggunakan lambang bilangan Romawi
Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar
bangun datar
Kelas V
Semester 1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan
masalah
Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak, dan kecepatan
dalam pemecahan masalah
Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya
dalam pemecahan masalah
Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam
pemecahan masalah
Semester 2 Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah
Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun
Kelas VI
Semester 1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan
masalah
Menggunakan pengukuran volume per waktu dalam pemecahan
masalah
Menghitung luas segi banyak sederhana, luas lingkaran, dan
volume prisma segitiga
Mengumpulkan dan mengolah data
Semester 2
12
Melakukan operasi hitung pecahan dalam pemecahan masalah
Menggunakan sistem koordinat dalam pemecahan masalah
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan data
Tabel
Struktur Kurikulum 2006 Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar
KOMPONENKELAS DAN ALOKASI WAKTU
I II III IV V VI
A. Mata Pelajaran
P T
E e
N m
D a
E t
K i
A k
T .
A .
N .
1. Pendidikan Agama 3 3 3
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 5 5 5
4. Matematika 5 5 5
5. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3 3 3
7. Seni Budaya dan Keterampilan 4 4 4
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 4 4 4
B. Muatan Lokal
9. Bahasa Daerah 2 2 2
10. Bahasa Inggris - - -
C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*)
Jumlah 32 32 32
Keterangan : dapat ditambah maksimal 4 jam pelajaran*) = setara dengan 2 jam pelajaran
13
Tabel
Pengaturan Beban Belajar Siswa
Kelas1 Jam Pembelajaran Tatap Muka/ Menit
Jumlah Jam Pelajaran Per
Minggu
Minggu Efektif
Pertahun Ajaran
Waktu Pembelajaran/ Jam Pertahun
I 35 26+4 34-38
884-1064 jpII 35 27+4 34-38
III 35 28+4 34-38
IV
V
VI
@35 32+4 34-38 1088-1216
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SMP/MTs
meliputi aspek-aspeksebagai berikut.
1. Bilangan
2. Aljabar
3. Geometri dan Pengukuran
4. Statistika dan Peluang.
Tabel Struktur Kurikulum 2006 SMP
Komponen Kelas dan Alokasi Waktu
VII VIII IX
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Bahasa Inggris 4 + 1* 4 + 1* 4 + 1*
5. Matematika 4 + 1* 4 + 1* 4 + 1*
14
6. Ilmu Pengetahuan Alam 4 + 1* 4 + 1* 4 + 1*
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 + 1* 4 + 1* 4 + 1*
8. Seni Budaya 2 2 2
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 2 2 2
10.
Teknologi Informasi dan Komunikasi** 2 2 2
B. Muatan Lokal
1. Teknologi Informasi dan Komunikasi
C. Pengembangan Diri 2*** 2*** 2***
J u m l a h 36 36 36
Keterangan:
(*) tambahan alokasi jam pelajaran
(**) merupakan mata pelajaran pilihan
(***) ekuivalen 2 jam pelajaran.
Sekolah Menengah Atas (SMA)
Standar Kompetensi yang harus dicapai sebagai berikut.
Kelas X
Semeter 1 Memecahkan masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat, akar,
dan logaritma.
Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi, persamaan
dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan kuadrat.
Memecahkan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan
linear dan pertidaksamaan satu variabel
Semester 2
Menggunakan logika matematika dalam pemecahan masalah yang
berkaitan dengan pernyataan majemuk dan pernyataan berkuantor.
15
Menggunakan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas
trigonometri dalam pemecahan masalah.
Menentukan kedudukan, jarak, dan besar sudut yang melibatkan
titik, garis, dan bidang dalam ruang dimensi tiga.
Kelas XI / IPA
Semester 1
Menggunakan aturan statistika, kaidah pencacahan, dan sifat-sifat
peluang dalam pemecahan masalah.
Menurunkan rumus trigonometri dan penggunaannya.
Menyusun persamaan lingkaran dan garis singgungnya.
Semester 2
Menggunakan aturan suku banyak dalam penyelesaian masalah.
Menentukan komposisi dua fungsi dan invers suatu fungsi.
Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan fungsi dalam
pemecahan masalah.
Kelas XII/IPA
Semester 1
Menggunakan konsep integral dalam pemecahan masalah.
Menyelesaikan masalah program linear.
Menggunakan konsep matriks, vektor, dan transformasi dalam
pemecahan masalah.
Semester 2
Menggunakan konsep barisan dan deret dalam pemecahan
masalah.
Menggunakan aturan yang berkaitan dengan fungsi eksponen dan
logaritma dalam pemecahan masalah
Kelas XI/IPS
Semester 1
Menggunakan aturan statistika, kaidah pencacahan, dan sifat-sifat
peluang dalam pemecahan masalah.
Semester 2
Menentukan komposisi dua fungsi dan invers suatu fungsi.
16
Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan fungsi dalam
pemecahan masalah.
Kelas XII/IPS
Semester 1
Menggunakan konsep integral dalam pemecahan masalah
sederhana.
Menyelesaikan masalah program linear
Menggunakan matriks dalam pemecahan masalah.
Semester 2
Menggunakan konsep barisan dan deret dalam pemecahan
masalah.
Kelas XI/Bahasa
Semester 1
Melakukan pengolahan, penyajian dan penafsiran data.
Semester 2
Menggunakan kaidah pencacahan untuk menentukan peluang suatu
kejadian dan penafsirannya.
Kelas XII/Bahasa
Semester 1
Menyelesaikan masalah program linear
Menggunakan matriks dalam pemecahan masalah.
Semester 2
Menggunakan konsep barisan dan deret dalam pemecahan
masalah.
Beban belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada masing-
masing satuan pendidikan (SMA/MA) ditetapkan berlangsung selama 45
menit.
17
18
19
2.5 Pelaksanaan Pembelajaran Matematika pada KTSPPeran Guru dalam Pelaksanaan KTSP di sekolah
Pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tidak terlepas
dari peran seorang guru. Guru harus memiliki kepekaan terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan, seperti adanya perubahan
kurikulum. Guru diminta untuk dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut,
dengan cara mengikuti penataran, workshop, dan belajar dari teman lainnya.
Seorang guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas harus
memahami kurikulum yang berlaku, jangan sampai ketika pelaksanaannya di
lapangan, guru tidak mengetahui perangkat yang digunakan. Oemar Hamalik
(2008: 53) menyatakan bahwa setiap guru perlu dan harus memahami
kurikulum tempatnya bertugas dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, agar
pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berjalan efektif,
guru perlu memahami Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Tugas utama guru dalam pelaksanaan KTSP adalah menjabarkan,
menganalisis, mengembangkan indikator dan menyesuaikan standar
kompetensi dasar (SKKD) dengan karakteristik dan perkembangan peserta
didik, situasi dan kondisi sekolah (Mulyasa, 2006: 109). Selain itu, dalam
pelaksanaan pembelajaran berbasis KTSP, guru tidak hanya sebagai pengajar
tetapi juga sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan belajar kepada
seluruh siswa. Guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya
terhadap proses dan hasil belajar bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya
siswa dalam belajar. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bertujuan untuk
memberdayakan para siswa agar memiliki kecakapan hidup sehingga guru
20
harus mengembangkan kreativitas para siswa melalui kecakapan, memotivasi
dengan iklim belajar yang kondusif.
Pembelajaran Matematika Berbasis KTSP
Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 dijelaskan bahwa
proses pembelajaran harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, memberi ruang yang cukup untuk pengembangan
kreativitas sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologi peserta didik. Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis
KTSP, keaktifan siswa sangat diprioritaskan. Guru matematika menerapkan
metode ceramah bervariasi, diskusi, tanya jawab, dan pemberian latihan
soal, dalam proses pembelajaran matematika. Guru juga menyampaikan
materi secara kontekstual. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan
dengan kompetensi atau materi yang harus dikuasai siswa dan waktu
yang tersedia. Interaksi guru dan siswa juga berjalan dengan baik. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan
pendapatnya. Siswa juga aktif dalam mengikuti pembelajaran matematika.
Sebelum pembelajaran, guru m a t e m a t i k a menyusun perangkat
pembelajaran berupa silabus dan RPP terlebih dahulu. Silabus disusun
melalui MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) matematika
berdasarkan panduan dari Departemen Pendidikan Nasional. Hal ini
sesuai dengan pedoman pengembangan silabus berbasis KTSP bahwa
pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau
berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah,
kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat
Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Silabus yang disusun
guru-guru matematika sudah sesuai dengan pedoman pengembangan
silabus berbasis KTSP yaitu mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar.
Implementasi KTSP akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran, yakni
bagaimana agar isi atau pesan-pesan kurikulum (SK-KD) dapat dicerna oleh
peserta didik secara tepat dan optimal. Guru harus berupaya agar peserta
21
didik dapat membentuk kompetensi dirinya sesuai dengan apa yang
digariskan dalam kurikulum (SK-KD), sebagaimana dijabarkan dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tugas guru yang paling utama
adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan
perilaku tersebut. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga
kegiatan, yakni pembukaan, pembentukan kompetensi, dan penutup
(Mulyasa, 2009: 180).
Pembukaan adalah kegiatan awal yang harus dilaksanakan guru untuk
memulai atau membuka pembelajaran. Membuka pembelajaran merupakan
suatu kegiatan untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian
peserta didik secara optimal, agar mereka memusatkan diri sepenuhnya untuk
belajar. Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk memulai atau
membuka pembelajaran, antara lain melalui pembinaan keakraban, dan
pretest. Pembinaan keakraban merupakan upaya yang harus dilakukan guru
untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mempersiapkan
peserta didik memasuki proses pembelajaran. Pembinaan keakraban
sebaiknya dilakukan guru untuk memperhatikan perbedaan individual dan
karakteristik peserta didik. Terbinanya suasana yang akrab amat penting
untuk mengembangkan sikap terbuka dalam kegiatan belajar dan
pembentukan kompetensi peserta didik. Pretest (tes awal) adalah kegiatan
yang dilakukan setelah pembinaan keakraban. Pretest memegang peranan
yang cukup penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Pretest adalah tes yang
dilaksanakan sebelum kegiatan inti pembelajaran dan pembentukan
kompetensi dimulai, sebagai penjajagan terhadap kemampuan peserta didik.
Pembentukan kompetensi mencakup berbagai langkah yang perlu
ditempuh oleh peserta didik dan guru sebagai fasilitator untuk mewujudkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditempuh melalui berbagai
cara, bergantung pada situasi, kondisi, kebutuhan serta peserta didik.
Penutup merupakan kegiatan akhir yang dilakukan guru untuk mengakhiri
pembelajaran. Dalam implementasi KTSP, kegiatan menutup pelajaran
(penutup) perlu dilakukan secara professional, agar mendapatkan hasil yang
memuaskan dan menimbulkan kesan yang menyenangkan. Beberapa kegiatan
22
yang dapat dilakukan guru untuk menutup pelajaran antara lain, pertama,
meninjau kembali yakni dapat dilakukan dengan cara merangkum materi
pokok atau menarik suatu kesimpulan yang mengacu pada kompetensi dasar
dan tujuan yang telah dirumuskan. Kegiatan merangkum dan menarik
kesimpulan dapat dilakukan peserta didik di bawah bimbingan guru, oleh
guru, atau oleh peserta didik bersama guru. Kedua, mengevaluasi yakni untuk
mengetahui keefektifan pembelajaran dan pembentukan kompetensi yang
dilakukan, serta untuk mengetahui apakah kompetensi dasar dan tujuan-
tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai oleh peserta didik melalui
pembelajaran. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk berbagai kepentingan,
memberikan penilaian terhadap peserta didik dan juga sebagai balikan untuk
memperbaiki program pembelajaran. Ketiga, tindak lanjut yakni kegiatan
yang harus dilakukan peserta didik setelah pembelajaran dan pembentukan
kompetensi, kegiatan ini perlu diberikan agar terjadi pemantapan pada diri
peserta didik terhadap pembentukan kompetensi dasar dan pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan.
2.6 Perbandingan Pembelajaran Matematika pada KBK dan KTSP
Dalam perkembangan kurikulum di Indonesia terjadi banyak perubahan
dalam sistem pendidikan di Indonesia. Antara kurikulum yang satu dengan
lainnya terdapat perbedaan, tetapi juga masih ada persamaan di antara
kurikulum itu.
Persamaan dan Perbedaan Kurikulum KBK dengan Kurikulum KTSP
a. Persamaan.
Sama sama menekankan pada aspek kompetensi yang harus dimiliki
oleh siswa
Sama sama merupakan kurikulum yang bersifat otonomi daerah dimana
setiap daerah diberikan kesempatan yng seluas-luasnya untuk
mengembangkanya.
Adanya persamaan dalam perancangan pembelajaran berupa adanya
standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pencapaian.
23
Sama sama adanya sistem evaluasi dalam penenentuan hasil belajar
siswa.
Adanya kebebasan dalam pengembangan yang dilakukan oleh guru
waluapun di KTSP itu guru diberikan kebebasan yang lebih.
Sama -sama berorientasi pada prinsip pendidikan sepanjang hayat.
Sama- sama memerlukan sarana dan prasarana yang memadai.
b. Perbedaan
Perbedaan pembelajaran mateatika pada Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) adalah sebagai berikut:
KBK KTSP
Kurang operasional Lebih operasional
Guru cenderung tidak kreatif Guru lebih kreatif
Guru menjabarkan kurikulum yang dibuat
Depdiknas
Guru membuat kurikulum sendiri
Sekolah kurang diberi kewenangan untuk
mengembangkan kurikulum
Sekolah diberi keleluasaan untuk
mengembangkan kurikulum
Kurang relevan dengan otonomi daerah Lebih relevan
No Aspek Kurikulum 2004/KBK Kurikulum KTSP1. Filosofis Struktur keilmuan dan
perkembangan psikologis siswa. Sehingga berdasar pada kompetensi lulusannya
Struktur keilmuan dan perkembangan psikologis siswa dan Standar Kompetensi Lulusan
2. Tujuan Semua siswa memiliki kompetensi yang ditetapkan
Semua siswa berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya berdasarkan kompetensi yang ditetapkan.
3 Sifat Cenderung Sentralisme Pendidikan : Kurikulum disusun oleh Tim Pusat secara rinci; Daerah/Sekolah hanya melaksanakan
Cenderung Desentralisme Pendidikan : Kerangka Dasar Kurikulum disusun oleh Tim Pusat; Daerah dan Sekolah dapat mengembangkan lebih lanjut.
4 Subtansi Pemerintan menetapkan Pemerintah menetapkan
24
materi kompetensi yang berlaku secara nasional dan daerah/sekolah berhak menetapkan standar yang lebih tinggi sesuai kemampuan daerah/sekolah
kompetensi yang berlaku secara nasional dan semua sekolah /satuan pendidikan wajib membuat KTSP. Dimana silabus merupakan bagian tidak terpisahkan dari KTSP dan guru harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
5 Cara Pembelajaran
Siswa aktifMengembangkan berbagai metode pembelajaran Guru sebagai fasilitator
Siswa aktifMengembangkan berbagai metode dan model pembelajaranMenggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan meman-faatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
2.7 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Matematika pada KTSPa. Kelebihan KTSP
Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah
untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan
program-program pendidikan.
KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah
untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.
b. Kekurangan KTSP
Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada
kebanyakan satuan pendidikan yang ada.
Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai
kelengkapan dari pelaksanaan KTSP.
Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara Komprehensif
baik konsepnya, penyusunanya maupun prakteknya di lapangan.
Penerapan KTSP yang merokomendasikan pengurangan jam pelajaran
akan berdampak berkurangnya pendapatan guru.
25
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat dikemukakan beberapa simpulan
sebagai berikut:
3.1.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan sebuah
kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan di Indonesia.
3.1.2 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam pembelajaran
matematika dapat diartikan sebagai penerapan pembelajaran matematika
yang berpedoman pada KTSP.
3.1.3 Tujuan pembelajaran matematika yang dirumuskan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa mata pelajaran
matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berikut :
memahami konsep matematika, menggunakan penalaran, memecahkan
masalah, mengkomunikasikan gagasan, memiliki sikap mengahargai
kegunaan matematika dalam kehidupan.
3.1.4 Alokasi waktu pembelajaran matematika pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan berbeda-beda setiap tingkatan. Pada Sekolah Dasar
pembelajaran matematika sebanyak 35 menit setiap 1 jam pelajaran, untuk
Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 40 menit setiap 1 jam
pelajaran, dan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 45 menit
setiap 1 jam pelajaran.
3.1.5 Pelaksanaan pembelajaran matematika pada Kurikulum Tingkat Satuan
pendidikan (KTSP) harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, memberi ruang yang cukup untuk pengembangan
kreativitas sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologi peserta didik. Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis
KTSP, keaktifan siswa sangat diprioritaskan.
3.1.6 Pembelajaran matematika pada Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan
(KTSP) tidak banyak berbeda dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) karena KTSP merupakan kurikulum penyempurna dari KBK,
26
hanya saja pada KTSP lebih menekankan pada Standar isi (SI) dan Standar
Kompetensi Kelulusan (SKL). Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mempunyai kesamaan
yakni pembelajaran dan penilaian menggunakan pembelajaran berbasis
kompetensi dan penilaian berbasis kelas.
3.1.7 Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) lebih di
sesuaikan dengan kondisi setiap sekolah sehingga mempermudah sekolah
untuk menerapkan kurikulum ini, tetapi sebagian guru banyak yang masih
belum mengerti mengenai pelaksanaan kurikulum ini sehingga mereka
sulit untuk menerapkannya.
3.2 SaranAdapun saran yang kami berikan dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
3.2.1 Bagi setiap guru dan calon guru sebaiknya banyak mempeajari mengenai
kurkulum-kurikulum sebelum kurikulum yang di terapkan sekarang, agar
dapat dijadikan tolok ukur dalam kegiatan pembelajaran.
3.2.2 Kami mengharapkan kritik atau saran dari pembaca makalah ini, agar
makalah selanjutnya lebih baik dari makalah ini.
27
DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian
Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Oemar Hamalik. 2008. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya.
Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang standar isi.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan.
UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang kurikulum tingkat
satuan pendidikan.
Winecoff, Larry. (1988). Curriculum Development & Intrutional Planing. Jakarta:
Depdikbud.
28