BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Masa nifas adalah masa setelah ibu melahirkan. Dalam kalangan medis, masa
nifas dimulai setelah plasenta (bahasa jawa : ari-ari) lahir, sampai 6 minggu (42 hari)
pasca kelahiran. Pada masa ini, seorang wanita yang telah melahirkan merasakan
kelegaan karena keberhasilannya dalam bersalin, sekaligus perasaan was-was akan
perubahan pada tubuh atau bayinya. Namun demikian, secara umum masyarakat tidak
terlalu memerhatikan keadaan ibu.
Karena perhatian penuh biasanya di curahkan kepada bayi yang baru lahir.
Sebagai anggota keluarga terbaru yang membutuhkan banyak penyesuaian dan perhatian.
Padahal baik ibu atau bayi memerlukan perhatian yang sama dalam perawatan pasca
kelahiran (masa nifas) agar tidak terjadi infeksi (sepsis puerperalis). Pada masa nifas
dapat terjadi rasa sakit yang disebut after pain, (meriang atau mules-mules) disebabkan
kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan
pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat-
obat anti sakit. Kaki bengkak (ankle edema) adalah pembengkakan pada tungkai bawah
yang disebabkan oleh penumpukan cairan pada kaki tersebut.
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengetian dari Rasa Sakit, Merah, Nyeri Tekan dan
Pembengkakan kaki pada ibu nifas
2. Untuk Mengetahui Pencegahan dan Penanganan pada Ibu Nifas apabila
mengalami Rasa sakit,Merah, Tekan dan Pembengkakan kaki.
3. Penatalaksanaan pada Ibu Nifas apabila mengalami Rasa sakit,Merah, Nyeri
Tekan dan Pembengkakan kaki
BAB II
PEMBAHASAN
1. Cara Deteksi Komplikasi Pada Masa Nifas Dan Penanganannya
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi
masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat genitalia pada waktu persalinan dan nifas.
Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi
setelah melahirkan dan hamper 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam
pertama setelah melahirkan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas.
Selama ini perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun
dengan meningkatnya persediaan darah dan system rujukan, maka infeksi menjadi lebih
menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.
A. SAKIT KEPALA, NYERI EPIGASTRIK DAN PENGLIHATAN KABUR
Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau penglihatan
kabur.Penanganan :
Jika ibu sadar periksa nadi, tekanan darah, pernafasan.
Jika ibu tidak bernafas periksa lakukan ventilasi dengan masker dan balon.
Lakukan intubasi jika perlu dan jika pernafasan dangkal periksa dan
bebaskan jalan nafas dan beri oksigen 4-6 liter per menit.
Jika pasien tidak sadar/ koma bebaskan jalan nafas, baringkan pada sisi kiri,
ukur suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk.
Patologi yang sering terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut.
1. Infeksi nifas
2. Perdarahan dalam masa nifas
3. Infeksi saluran kemih
4. Patologi menyusui
1. INFEKSI MASA NIFAS
Infeksi puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia setelah persalinan, biasanya
dari endometrium bekas insersi plasenta. Pada umumnya disebabkan oleh bakteri aerob
dan anaerob, yaitu:
Streptococcus haemolyticus aerobicus
Staphylococcus aereus
Escherichia coli
Clostridium welchii
Setelah kala III daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan
permukaan yang tidak rata, daerah ini merupakan tempat yang baik uuntuk
berkembangnya bakteri. Begitu juga serviks, vulva, vagina dan perineum yang sering
mengalami perlukaan pada persalinan. Semua ini merupakan tempat
masuk/berkembangnya kuman pathogen.
a. Gejala klinis
Infeksi puerperalis di bagi dalam dua golongan yaitu sebagai berikut
1) Infeksi terbatas
Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva , vagina, serviks, dan endometrium.
Vulvitis→Pada infeksi bekas sayatan episiotomy atau luka perineum jaringan
sekitarnya membengkak, tapi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah lepas,
serta luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan pus.
vaginitis→infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui
perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus, serta
getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus. penyebaran dapat terjadi,
tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas.
servisitis→infeksi serviks sering juga terjadi, tetapi biasanya tidak menimbulkan
banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dapat langsung ke dasar
ligamentum latum sehingga menyebabakan infeksi menjalar ke parametrium. Gejala
klinis yang dirasakan pada servisitis adalah sebagai berikut.
Nyeri dan rasa panas pada daerah infeksi
Kadang perih bila BAK
Demam dengan suhu badan 39 oC-40 oC
2) Infeksi yang menyebar
Penyebaran infeksi ini dapat melalui pembuluh darah, limfe, dan permukaan endometrium
(tromboflebitis, parametritis, salpingitis, dan peritonitis)
Tromboflebitis→Penjalaran infeksi melalui vena sering terjadi dan merupakan
penyebab terpenting dari kematian karena infeksi puerperalis. Radang vena
golongan 1 disebut tromboflebitis pelvis dan infeksi vena-vena golongan 2 disebut
tromboflebitis femoralis.
Tromboflebitis pelvis. Yang sering meradang adalah vena ovarika karena
mengalirkan darah dan luka bekas plasenta di daerah fundus uteri. Penjalaran
tromboflebitis pada vena ovarika kiri adalah ke vena renalis dan dari vena ovarika
kanan ke vena kava inferior.
Tromboflebitis femoralis. Dapat menjadi tromboflebitis vena safena magna atau
peradangan vena femoralis sendiri, penjalaran tromboflebitis vena uterin, dan
akibat parametritis. Tromboflebitis vena femoralis mungkin terjadi karena aliran
darah lambat di daerah lipat paha karena vena tersebut yang tertekan oleh
ligamentum inguinale, juga karena dalam masa nifas kadar fibrinogen meningkat.
Peritonitis. Infeksi puerperalis melalui saluran getah bening dapat menjalar ke
peritoneum hingga terjadi peritonis atau ke parametrium menyebabkan parametritis
Parametritis (cellulitis pelvic). Parametritis dapat terjadi dengan tiga cara berikut ini.
Melalui robekan serviks yang dalam
Penjalaran endometritis atau luka serviks yang terinfeksi melalui saluran getah
bening
Sebagai lanjutan tromboflebitis pelvis
Jika terjadi infeksi parametrium, timbullah pembengkakan yang mula-mula lunak, tetapi
kemudian menjadi keras kembali dengan gejala klinis sebagai berikut:
Uterus agak membesar dan lembek
Nyeri pada perabaan
Suhu tubuh 39 oC-40 0C
Nadi cepat dan menggigil
Lochea banyak dan berbau
b. Penatalaksanaan
Di samping pemberian antibiotic dalam pengobatan infeksi puerperalis masih diperlukan
beberapa tindakan khususuntuk mempercepat penyembuhan infeksi tersebut.
1. Penatalaksanaan luka perineum, vulva, dan vagina
Luka menjadi nyeri, merah, dan bengkak. Jika terjadi infeksi luka luar, maka biasanya
jahitan diangkat supaya ada drainase getah-getah luka atau lakukan kompres.
2. Penatalaksanaan endometrisis
Pasien sebisa mungkin di isolasi, tapi bayi boleh terus menyusu pada ibunya. Untuk
kelancaran pengeluaran lochea, pasien boleh diletakakan dalam posisi fowler dan di beri
uterostonica serta di anjurkan banyak minum.
3. Penatalaksanaan tromboflebitis pelvis dan femoralis
Tujuan terapi pada tromboflebitis adalah sebagai berikut.
Mencegah emboli
Mengurangi akibat-akibat tromboflebitis (edema kaki yang lama, perasaan nyeri
ditungkai)
Pengobatan dengan antikoagulan (heparin, dicumarol) bermaksud untuk
mengurangi terjadinya thrombus dan mengurangi bahaya emboli.
4. Penatalaksanaan peritonitis
Antibiotic di berikan dengan dosis yang tinggi. Untuk menghilangkan gembung perut di beri
obat miller tube. Cairan di beri perinfus, transfusi darah, dan oksigen juga baik. Pasien
diberi obat sedative untuk menghilangkan rasa nyeri. Makanan dan minuman di berikan
setelah ada flatus.
5. Penatalaksanaan parametritis
Pasien di beri antibiotic dan jika terdapat fluktuasi perlu dilakukan incise di atas lipat paha
atau pada cavum dauglasi.
2. PERDARAHAN DALAM MASA NIFAS
Penyebab perdarahan dalam masa nifas adalah sebagai berikut.
1. Sisa plasenta dan polip plasenta
Sisa plasenta dalam nifas menyebabakan perdarahan dan infeksi. Perdarahan yang
banyak dalam nifas hampir selalu di sebabkan oleh sisa plasenta. Jika pada pemeriksaan
plasenta ternyata jaringan plasenta tidak lengkap, maka harus dilakukan eksplorasi dari
cavum uteri.
Potongan-potongan plasenta yang ketinggalan tanpa diketahui biasanya menimbulkan
perdarahan postpartum lambat.
o Terapi
Dengan perlindungan antibiotic sisa plasenta di keluarkan secara digital atau dengan kuret
besar. Jika ada demam ditunggu dulu sampai suhu turun dengan pemberian antibiotic dan
3-4 hari kemudian rahim di bersihkan, namun jika perdarahan banyak, maka rahim segera
di bersihkan walaupun ada demam.
2. Endometritis puerperalis
Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen, radang terbatas pada
endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrosis
dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas keeping-keping nekrosis serta cairan.
Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah sehat terdapat lapisan yang banyak
terdapat leukosit-leukosit.perdarahan biasanya tidak banyak,pengobatannya di beri obat
antibiotic.
3. Perdarahan oleh sebab-sebab fungsional
Hal yang termasuk perdarahan oleh sebab-sebab fungsional antara lain sebagai berikut.
Perdarahan karena hyperplasia glandularis yang dapat terjadi yang berhubungan
dengansiklus anovulatoris dalam nifas
Perubahan dinding pembuluh darah. Pada golongan ini tidak ditemukan sisa plasenta,
endometritis, ataupun luka.
4. Perdarahan karena luka
Kadang-kadang robekan serviks atau robekan rahim tidak didiagnosis sewaktu persalinan,
karena perdarahan pada waktu itu tidak menonjol. Beberapa hari setelah postpartum dapat
terjadi perdarahan yang banyak.
3. INFEKSI SALURAN KEMIH
Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relative tinggi dan hal ini di
hubungkan dengan hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih waktu
persalinan, pemeriksaan dalam yang terlalu sering, kontaminasi kuman dan perineum,
atau kateterisasi yang sering.
Sistitis biasanya memberikan gejala berupa nyeri berkemih (disuria), sering berkemih, dan
tak dapat menahan untuk berkemih. Demam biasanya jarang terjadi. Adanya retensi urine
pascapersalinan umumnya merupakan tanda adanya infeksi.
Pielonefritis memberikan gejala yang lebih berat, demam, menggigil, serta perasaan mual
dan muntah. Selain disuria, dapat juga terjadi piuria dan hematuria.
Pengobatan
Antibiotik yang terpilih meliputi golongan nitrofurantoin, sulfonamide,
trimetoprim, sulfametoksazol, atau sefalosporin. Banyak penelitian yang
emlaporkan resistensi mikrobakterial terhadap golongan penisilin
Pielonefritis membutuhkan penanganan yang lebih awal, pemberian dosis
awal antibiotic yang tinggi secara intravena, misalnya sefalosporin 3-6 gram/hari
dengan atau tanpa aminoglikosida. Sebaiknya juga dilakukan kultur urine.
4. PATOLOGI MENYUSUI
Masalah menyusui pada umumnya terjadi dalam dua minggu pertama masa nifas.
Pada masa ini, pengawasan dan perhatian petugas kesehatan sangat diperlukan agar
masalah menyusui dapat segera ditanggulangi, sehingga tidak menjadi penyulit atau
menyebabkan kegagalan menyusui.
5. MASALAH DALAM PEMBERIAN ASI
Berikut ini adalah masalah-masalah yang biasanya terjadi dalam pemberian ASI.
1. Puting susu lecet
Sebanyak 57% ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada
puting.
a) Penyebab lecet tersebut adalah sebagai berikut.
Kesalahan dalam tekhnik menyusui, bayi tidak menyusui sampai areola tertutup
oleh mulut bayi. Bila bayi hanya menyusu pada puting susu, maka bayi akan
mendapat ASI sedikit, karena gusi bayi tidak menekan pada sinus laktiferus,
sedangkan pada ibunya akan menjadi nyeri/kelecetan pada putting susu.
Monoliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.
Akibat dari pemakaian sabun, olkohol,krim,atau zat iritan lainnya untuk mencuci
putting susu.
Bayi dengan tali lidah yang pendek (frenulum lingue), sehingga menyebabkan bayi
sulit menghisap sampai ke kalang payudara dan isapan hanya pada puting susu
saja.
Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui dengan kurang
hati-hati.
b) Penatalaksanaan
Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada puting yang normal yang lecetnya lebih
sedikit. Untuk menghindari tekanan lokal pada puting, maka posisi menyusu harus
sering di ubah. Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan
lamanya menyusui. Di samping itu, kita harus yakin bahwa tekhnik menyusui yang
digunakan bayi benar, yaitu harus menyusu sampai ke kalang payudara. Untuk
menghindari payudara yang bengkak, ASI dikeluarkan dengan tangan pompa,
kemudian diberikan dengan sendok, gelas, dan pipet.
Setiap kali selesai menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi di angin-
anginkan sebentar agar melembutkan puting sekaligus sebagai anti infeksi.
Jangan menggunakan sabun, alkohol, atau zat iritan lainnya untuk membersihkan
payudara.
Pada puting susu bisa di bubuhkan minyak lanolin atau minyak kelapa yang telah
dimasak terlebih dahulu.
Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara tidak sampai
terlalu penuh dan bayi tidak begitu lapar juga tidak menyusu terlalu rakus.
Periksakanlah apakah bayi tidak menderita moniliasis yang dapat menyebabkan
lecet pada puting susu ibu. Jika ditemukan gejala moniliasis dapat diberikan nistatin.
c) Pencegahan
Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, krim, atau zat-zat iritan
lainnya.
Sebaiknya untuk melepaskan puting dari isapan bayi pada saat bayi selesai
menyusu, tidak dengan memaksamenarik puting, tetapi dengan menekan dagu atau
dengan memasukkan jari kelingking yang bersih ke mulut bayi.
Posisi menyusu harus benar, yaitu bayi harus menyusu sampai kekalang payudara
dan menggunakan kedua payudara.
2. Payudara bengkak
Berikut ini akan dijelaskan mengenai terjadinya pembengkakan payudara pada ibu di masa
nifas.
a) Penyebab
Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusui dengan adekuat, sehingga
sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.
Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau ke empat sesudah melahirkan.
Statia pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya tekanan
intrakaudal, yang akan memengaruhi segmen pada payudara, sehingga tekanan pada
seluruh payudara meningkat. Akibatnya, payudara sering terasa penuh, tegang, serta
nyeri. Kemudian di ikuti oleh penurunan produksi ASI dan penurunan let down.
Penggunaan bra yang ketat juga bisa menyebabkan segmental engorgement, demikian
pula putinh yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus.
b) Gejala
Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sulit di susui oleh bayi,
karena kalang payudara lebih menonjol, puting lebih datar dan sulit di hisap oleh bayi, kulit
pada payudara nampak lebih mengkilap, ibu merasa demam, dan payudara terasa nyeri.
Oleh karena itu, sebelum di susukan pada bayi, ASI harus diperas dengan tangan atau
pompa terlebih dahulu agar payudara lebih lunak, sehingga bayi lebih mudah menyusu.
c) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu yang payudara nya bengkak adalah sebagai
berikut.
Masase payudara dan ASI di peras dengan tangan sebelum menyusui.
Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan mengurangi rasa
nyeri. Bisa dilakukan selang-seling dengan kompres panas untuk melancarkan
pembuluh darah.
Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena untuk melancarkan
aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara.
d) Pencegahan
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pembengkakan pada payudara
adalah sebagai berikut.
Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir.
Susukan bayi tanpa jadwal.
Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi ASI melebihi kebutuhan
bayi.
Melakukan perawatan pasca persalinan secara teratur.
3. Saluran susu tersumbat
Berikut ini akan dijelaskan mengenai penyebab, gejala, penatalaksanaan, dan pencegahan
saluran susu yang tersumbat.
a) Penyebab
Hal-hal yang menjadi penyebab saluran susu tersumbat adalah sebagai berikut.
Tekanan jari ibu yang terlalu kuat pada waktu menyusui.
Pemakaian bra yang terlalu ketat.
Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu terkumpul tidak segera dikeluarkan,
sehingga terbentuklah sumbatan.
b) Gejala
Gejala yang dirasakan adalah sebagai berikut.
Pada wanita yang kurus, gejalanya terlihat dengan jelas dan lunak pada perabaan.
Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa nyeri dan bengkak yang
terlokalisir.
c) Penatalaksanaan
Saluran susu yang tersumbat ini harus dirawat, sehingga benar-benar sembuh, untuk
menghindari terjadinya radang payudara (mastitis).
Adapun cara untuk merawat payudara adalah sebagai berikut.
Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak, dapat dilakukan masase serta kompres
panas dan dingin secara bergantian.
Bila payudara masih terasa penuh, ibu dianjurkan untuk mengeluarkan ASI dengan
tangan atau dengan pompa setiap kali selesai menyusui.
Ubah-ubah posisi menyusui untuk melancarkan aliran ASI.
d) Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan agar payudara tidak tersumbat adalah sebagai berikut.
Perawatan payudara pasca persalinan secara teratur, untuk menghindari
terjadinya statis aliran ASI.
Posisi menyusui yang diubah-ubah.
Mengenakan bra yang menyangga, bukan yang menekan.
4. Mastitis
Mastitis adalah radang pada payudara.
a) Penyebab
Penyebab terjadinya mastitis adalah sebagai berikut.
Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis.
Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara
bengkak.
Bra yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement, jika tidak disusui
dengan adekuat, maka bisa terjadi mastitis.
Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia akan mudah terkena infeksi.
b) Gejala
Gejala-gejala yang dirasakan adalah sebagai berikut.
Bengkak, nyeri pada seluruh payudara/nyeri lokal.
Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal.
Payudara keras dan berbenjol-benjol.
Panas badan dan rasa sakit umum.
5. Abses payudara
Harus dibedakan antara mastitis dan abses. Abses payudara merupakan
kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini di sebabkan karena meluasnya peradangan
dalam payudara tersebut.
a) Gejala
Gejala yang dirasakan oleh ibu dengan abses payudara adalah sebagai berikut.
Ibu tampak lebih parah sakitnya.
Payudara lebih merah dan mengkilap.
Benjolan lebh lunak karena berisi nanah, sehingga perlu di inisiasi untuk
mengeluarkan nanah tersebut.
b) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien dengan abses payudara adalah sebagai berikut.
Tekhnik menyusui yang benar.
Kompresi air hangat dan dingin.
Terus menyusui pada mastitis.
Susukan dari yang sehat.
Senam laktasi.
Rujuk.
Pengeluaran nanah dan pemberian antibiotik bila abses bertambah.
Bila terjadi abses, menyusui dihentikan, tetapi ASI tetap dikeluarkan.
B. PEMBENGKAKAN DI WAJAH/EKSTREMITAS
Periksa adanya varises
Periksa kemerahan pada betis
Periksa apakah tulang kering,pergelangan kaki, kaki oedema (perhatikan
adanya oedema pitting)
DEMAM, MUNTAH, RASA SAKIT WAKTU BERKEMIH
Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari flora
normalperineum. Sekarang terdapat bukti bahwa beberapa galur E. Coli memiliki pilih
yang meningkatkan virulensinya (Svanborg-eden, 1982). Pada masa nifas dini, sensitivitas
kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat
trauma persalinan serta analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung
kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi
yang lebar, laserasi periuretra atau hematoma dinding vagina. Setelah melahirkan
terutama saat infuse oksitosin dihentikan terjadi diuresis yang disertai peningkatan
produksi urine dan distensi kandung kemih. Overdistensi yang disertai kateterisasi untuk
mengeluarkan air yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih.
B. Payudara Yang Berubah Menjadi Merah, Panas Dan Terasa Sakit
Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat dapat menyebabkan payudara
menjadi merah, panas, terasa sakit, akhirnya terjadi mastitis. Puting lecet akan
memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak. B.H yang terlalu ketat,
mengakibatkan segmental engorgement.
Kalau tidak disusu dengan adekuat, bisa terjadi mastitis.Ibu yang diit jelek, kurang
istirahat, anemia akan mudah terkena infeksi.
Gejala :
Bengkak, nyeri seluruh payudara/ nyeri lokal.
Kemerahan pada seluruh payudara atau anya lokal
Payudara keras berbenjol-benjol (merongkol)
Panas badan dan rasa sakit umum.
Penatalaksanaan :
o Menyusui diteruskan. Pertama bayi disusukan pada payudara yang terkena
edema dan sesering mungkin, agar payudara kosong kemudian pada payudara
yang normal.
o Berilah kompres panas, bisa menggunakan shower hangat atau lap basah panas
pada payudara yang terkena.
o Ubahlah posisi menyusui dari waktu ke waktu, yaitu dengan posisi tiduran, duduk
atau posisi memegang bola (football position)
o Pakailah baju B. H yang longgar.
o Istirahat yang cukup, makanan yang bergizi
o Banyak minum sekitar 2 liter per hari
o Dengan cara-cara seperti tersebut di atas biasanya peradangan akan menghilang
setelah 48 jam, jarang sekali yang menjadi abses. Tetapi apabila dengan cara-
cara seperti tersebut di atas tidaka da perbaikan setelah 12 jam, maka diberikan
antibiotik selama 5-10 hari dan analgesia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa nifas adalah masa setelah ibu melahirkan. Dalam kalangan medis, masa nifas
dimulai setelah plasenta(bahasa jawa:ari-ari) lahir, sampai 6minggu (42hari) pasca
kelahiran. Pada masa nifasdapat terjadi rasa sakit yang disebut after pain, (meriang atau
mules-mules) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca
persalinan.
Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu
dapat diberikan obat-obat anti sakit Kaki bengkak (ankle edema) adalah pembengkakan
pada tungkai bawah yang disebabkan oleh penumpukan cairan pada kaki tersebut.Faktor
yang berperan adalah kadar protein (albumin) dalam darah yang rendah, fungsi pompa
jantung menurun, sumbatan pembuluh darah atau pembuluh limfe, penyakit liver dan ginjal
kronis, posisi tungkai terlalu lama tergantung(gravitasi).
3.2. Saran
Kunjungan masa nifas harus dilakukan sesuai jadwal dengan tujuan agar ibu
mendapat asuhan sesuai yang dibutuhkan pada masa nifas. Ibu post partum diberi
penyuluhan mengenai apa yang harus ibu lakukan pada masa nifas tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun. 2009.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC.
Ambarwati,Eny .R.2010.AsuhanKebidanaMasa Nifas.Yogyakarta:Nuha Medika.
Ari Sulistyawati, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, konsep dasar nifas, Yogyakarta :
Andi Jogjakarta.
Ns. Anik Maryuni, S.kep, ETN, 2010. Asuhan pada ibu dalam masa nifas, Jakarta :
TransInfo Media, Jakarta
Suherni.2008.Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta.Fitramaya
Top Related