BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada dasarnya pengolahan bahan galian merupakan proses mengolah
kembali material yang baru yang didapat dari kegiatan penambangan. Bahan galian
menurut UU No 11/1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan
diartiakan sebagai unsur-unsur kimia mineral-mineral, bijih-bijih dan segala macam
batuan yang termasuk batu mulia yang merupakan endapan-endapan alam.
Sedangkan pada kamus pertambangan dinyatakan bahwa, bahan galian adalah
sinonim dari mineral, yang di mana mineral merupakan sebagai suatu ikatan kimia
padat yang terbentuk secara alamiah dan termasuk di dalamnya materi geologi
padat yang menjadi penyusun terkecil dari batuan (Klein & Hurlbut 1993). Ada lagi
dalam pertambangan istilah bahan galian industry yaitu bahan galian tambang
bukan bijih yang pada umumnya digunakan sebagai bahan baku industri yang
penggunaannya dalam industri banyak ditentukan oleh sifat fisika seperti warna,
ukuran partikel kekerasan, plastisitas, daya serap, dan lain sebagainya
Natrium bentonit dan kalsium bentonit adalah bahan galian yang sangat
dibutuhkan terutama dalam sector industri,Indonesia merupakan salah satu Negara
yang mempunyai cadangan bentonit yang cukup besar akan tetapi pemanfaatannya
masih belum optimal dan Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar dan
sangat membutuhkan bentonit untuk mendapatkan produk minyak goreng yang
sangat berkualitas.
Bentonit merupakan. sumber daya alam yang melimpah di Indonesia. Terdiri
dari dua tipe yaitu Na bentonit dan Ca bentonit. Sebagai negeri yang kaya akan
tambang dan mineral merupakan potensi bagi kita untuk menggalinya.
Permasalahannya adalah bahwa potensi ini belum dikelola secara maksimal
sehingga kebutuhan bentonit nasional hingga saat ini masih defisit ± 20 %.
Kajian ini tentang aplikasi bentonit yang saat ini banyak dilakukan oleh institusi
1
2
penelitian internasional dan nasional yang berbagai pemanfaatannya pada industri
baik sebagai filler yang berukuran nano maupun sebagai penjernih (bleaching agent)
pada industri minyak dan pada industri yang lain. Pada penelitian yang telah
dilakukan, bentonit maupun modifikasi bentonit telah banyak digunakan pada
industri-industri, tapi kualitas bahan bentonit yang digunakan belum dianalisa bila
dibandingkan dengan bentonit import. Maka perlu diupayakan dalam setiap
penelitian penggunaan bahan lokal dan import untuk mengetahui mutu produknya.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari pembuatan makalah ini adalah agar mengetahui tentang
bentonit, mulai dari ganesa keterbentukan bentonit tersebut hingga sampai
pemanfaatan yang dapat dilakukan dari bentonit itu sendiri.
1.2.2 Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui genesa dari bentonit
Agar mahasiswa mengetahui pengolahan dari bentonit
Agar mahasiswa mengetahui manfaat yang dapat diambil dari bentonit atau
biasa disebut pemanfaatan bentonitnya
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Bentonit
Bentonit adalah clay yang sebagian besar terdiri dari montmorillonit dengan
mineral-mineral seperti kwarsa, kalsit, dolomit, feldspars, dan mineral lainnya.
Montmorillonitmerupakan bagian dari kelompok smectit dengan komposisi kimia
secara umum(Mg,Ca)O.Al2O3.5SiO2.nH2O. Nama monmorilonit itu sendiri berasal
dari Perancispada tahun 1847 untuk penamaan sejenis lempung yang terdapat di
MonmorilonPrancis yang dipublikasikan pada tahun 1853 – 1856
(www.dim.esdm.go.id). Bentonit berbeda dari clay lainnya karena hampir seluruhnya
(75%)merupakan mineral monmorillonit. Mineral monmorillonit terdiri dari partikel
yangsangat kecil sehingga hanya dapat diketahui melalui studi mengunakan XRD
(X-RayDifraction). Berdasarkan kandungan alumino silikat hidrat yang terdapat
dalambentonit, maka bentonit tersebut dapat dibagi menjadi dua golongan :
Activated clay, merupakan lempung yang mempunyai daya pemucatan yang
rendah
.b. Fuller’s earth, merupakan lempung yang secara alami mempunyai sifat
dayaserap terhadap zat warna pada minyak, lemak, dan pelumas.
Gambar 2.1Bentonit
3
4
2.2 Genesa
Bentonit terbentuk dari abu vulkanik, yang sifat materialnya tidak
menyerap terhadap air. Secara umum terjadinya endapan bentonit dialam
terbagi menjadi empat yaitu :
Terjadi karena pelapukan batuan
Faktor yang mempengaruhi pelapukan batuan adalah komposisi kimiawi
mineral batuan induk, dan kelarutannya dalam air. Mineral-mineral utama
dalam pembentukan bentonit adalah plagioklas, kalium-feldspar, biotit,
muskovit, serta sedikit kandungan senyawa alumina dan ferromagnesia.
Secara umum, faktor yang mempengaruhi pelapukan batuan ini adalah iklim,
jenis batuan, relief, dan tumbuh-tumbuhan yang berada di atas bantuan
tersebut. Pembentukan bentonit sebagai hasil pelapukan batuan dapat juga
disebabkan oleh adanya reaksi antara ion-ion hidrogen yang terdapat di
dalam air, dan di dalam tanah dengan persenyawaan silikat yang terdapat di
dalam air dan batuan
Terjadi karena proses Hidrotermal
Proses batuan mempengaruhi alternasi yang sangat lemah, sehingga
mineral-mineral yang kaya akan magnesium, seperti biotit cenderung
membentuk mineral klorit. Kehadiran unsur-unsur logam alkali dan alkali
tanah (kecuali kalium), mineral mika, ferromagnesia, feldspar, dan plagioklas
pada umumnya akan membentuk monmorilonit, terutama disebabkan karena
adanya unsur magnesium. Larutan hidrotermal merupakan larutan yang
bersifat asam dengan kandungan klorida, sulfur, karbon dioksida, dan silika.
Larutan alkali ini selanjutnya akan terbawa keluar dan bersifat basa, dan
akan tetap bertahan selama unsur alkali tanah tetap terbentuk sebagai akibat
penguraian batuan asal dan adanya unsur alakali tanah akan membentuk
bentonit
Terjadi karena proses transformasi
Proses transformasi (pengabuan) abu vulkanis yang mempunyai komposisi
gelas akan menjadi mineral lempung yang lebih sempurna, terutama pada
daerah danau, lautan, dan cekungan sedimentasi. Transformasi dari gunung
5
berapi yang sempurna akan terjadi apabila debu gunung berapi diendapkan
dalam cekungan seperti danau dan air. Bentonit yang terjadi akibat proses
transformasi pada umumnya bercampur dengan sedimen laut lainnya yang
berasal dari daratan, seperti batu pasir dan danau.
Terjadi karena proses pengendapan batuan
Proses pengendapan bentonit secara kimiawi dapat terjadi sebagai endapan
sedimen dalam suasana basa (alkali), dan terbentuk pada cekungan
sedimen yang bersifat basa, dimana unsur pembentuknya antara lain:
kabonat, silika, fosfat, dan unsur lainnya yang bersenyawa dengan unsur
alumunium dan magnesium
Sedangkan berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi dua, yaitu :
Tipe Wyoming
Na bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila
dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air.
Dalam keadaan kering berwarna putih atau cream, pada keadaan basah dan
terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap. Perbandingan soda dan
kapur tinggi, suspensi koloidal mempunyai pH: 8,5-9,8, tidak dapat diaktifkan,
posisi pertukaran diduduki oleh ion-ion sodium (Na+).
Mg
Tipe bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air, dan
tetap terdispersi di dalam air, tetapi secara alami atau setelah diaktifkan
mempunyai sifat menghisap yang baik. Perbandingan kandungan Na dan Ca
rendah, suspensi koloidal memiliki pH: 4-7. Posisi pertukaran ion lebih
banyak diduduki oleh ion-ion kalsium dan magnesium. Dalam keadaan kering
bersifat rapid slaking, berwarna abu-abu, biru, kuning, merah dan coklat.
Penggunaan bentonit dalam proses pemurnian minyak goreng perlu aktivasi
terlebih dahulu.
6
2.3 Struktur Bentonit
Struktur monmorillonit memiliki konfigurasi 2:1 yang terdiri dari dua
silikon oksida tetrahedral dan satu alumunium oksida oktahedral. Pada
tetrahedral, 4 atom oksigen berikatan dengan atom silikon di ujung struktur.
Empat ikatan silikon terkadang disubtitusi oleh tiga ikatan alumunium. Pada
oktahedral atom alumunium berkoordinasi dengan enam atom oksigen atau
gugus-gugus hidroksil yang berlokasi pada ujung oktahedron. Al3+ dapat
digantikan oleh Mg2+, Fe2+, Zn2+, Ni2+, Li+ dan kation lainnya. Subtitusi
isomorphous dari Al3+ untuk Si4+ pada tetrahedral dan Mg2+ atau Zn2+
untuk Al3+ pada oktahedral menghasilkan muatan negatif pada permukaan
clay, hal ini diimbangi dengan adsorpsi kation di lapisan interlayer.
Adanya atom-atom yang terikat pada masing-masing lapisan struktur
montmorillonit memungkinkan air atau molekul lain masuk di antara unit
lapisan. Akibatnya kisi akan membesar pada arah vertikal. Selain itu karena
adanya pergantian atom Si oleh Al menyebabkan terjadinya penyebaran
muatan negatif pada permukaan bentonit. Bagian inilah yang disebut sisi aktif
(active site) dari bentonit dimana bagian ini dapat menyerap kation dari
senyawa-senyawa organik atau dari ion-ion senyawa logam.
Gambar 2.2Struktur endapan bentonit
7
2.4 Sifat Fisik dan Kimia Bentonit
Dalam keadaan kering bentonit mempunyai sifat fisik berupa partikel butiran
yang halus berbentuk rekahan-rekahan atau serpihan yang khas seperti tekstur
pecah kaca (concoidal fracture), kilap lilin, lunak, plastis, berwarna kuning muda
hingga abu-abu, bila lapuk berwarna coklat kekuningan, kuning merah atau coklat,
bila diraba terasa licin, dan bila dimasukan ke dalam air akan menghisap air,dan
adapun komposisi dari bentonit sendiri bias dilihat sebagai berikut :
Tabel 2.1Komposisi Bentonit
Komposisi kimia Na Bentonit Ca BentonitSiO2 61,3-61,4 62,12
Al2O3 19,8 17,33
Fe2O3 3,9 5,30
CaO 0,6 3,68
MgO 1,3 3,30
Na2O 2,2 0,50
K2O 0,4 0,55
2.5 Aktifasi Bentonit
Sebelum dimanfaatkan dan di aplikasikan bentonit harus diaktifkan dan
diolah terlebih dahulu dan dalam pengolahan bentonit terdapat dua cara yaitu :
Pengolahan secara pemanasan, proses ini bentonit dipanaskan pada
temperatur 300-350oC untuk memperluas permukaan butiran bentonit.
Pengolahan secara kontak asam, tujuan dari aktivasi kontak asam adalah
untuk menukar kation Ca+ yang ada dalam Ca-bentonit menjadi ion H+ dan
melepaskan ion Al, Fe, dan Mg dan pengotor-pengotor lainnya pada kisi-kisi
struktur, sehingga secara fisik bentonit tersebut menjadi aktif. Untuk
keperluan tersebut asam sulfat dan asam klorida adalah zat kimia yang
umum digunakan. Selama proses bleaching tersebut, Al, Fe, dan Mg larut
dalam larutan, kemudian terjadi penyerapan asam ke dalam struktur bentonit,
sehingga rangkaian struktur mempunyai area yang lebih luas
8
2.6 Penambangan Bentonit
Kebanyakan endapan bentonit terdapat dekat dengan permukaan tanah atau
ada yang sudah tersingkap akibat proses pelapukan, oleh karena itu penambangan
dilakukan dengan cara penambangan terbuka sistim jenjang
Berdasarkan kondisi geologi pada daerah potensial mengandung
endapan bentonit yang umumnya berada pada daerah perbukitan sedang
dengan variasi daerah daratan rendah maka metode Penambangan yang
dapat diterapkan adalah Tambang terbuka. Hal ini didasarkan atas
pertimbangan teknis dan ekonomis sesuai dengan daerah setempat. Prinsip
penambangan tambang terbuka ini adalah mengupas lapisan tanah penutup
yang dimulai dari bagian atas perbukitan menuju daerah lereng perbukitan
tersebut terutama sampai endapan bentonit tersingkap dan muncul
dipermukaan bumi. Adapun tahap kegiatan penambangan menggunakan
metode tambang terbuka ini adalah :
Tahap Pembabatan (Clearing)
Pada tahap ini pekerjaan yang dilakukan adalah pembersihan lahan yang
merintangi pekerjaan selanjutnya. Hal ini misalnya pembuatan jalan masuk
tambang, pembuatan parit air untuk menyalurkan air yang akan keluar dari
tambang, menuju daerah yang relatif rendah, penebangan pohon-pohon
besar dan kecil, semak-semak dan pembuatan lahan sebagai tempat
penumpukan ataupun tempat pembuangan tanah penutup. Lahan yang
dipilih umumnya tidak jauh dari kegiatan penambangan.
Tahap Perintisan (Pioneering)
Pada tahap ini pekerjaan yang umumnya dilakukan adalah kelanjutan dari
pekerjan pembabatan. Dalam pekerjaan ini hal yang penting adalah
pembuatan dan perencanaan jalan masuk dan jalan keluar tambang.
Tujuannya adalah untuk memperlancar kegiatan penambangan terutama
kelancaran alat mekanis yang akan bekerja secara optimal.
Tahap Pengupasan Tanah Penutup (Stripping)
9
Pada tahap ini perkerjaan yang dilakukan adalah pengupasan lapisan tanah
penutup dan langsung memindahkan pada tempat yang telah disediakan.
Pekerjaan ini harus dilakukan secara optimal sehingga tidak mengganggu
aktifitas penambangan selanjutnya. Hasil pengupasan tanah penutup ini jika
diperlukan dapat dibuang pada daerah bekas penambangan sebagai upaya
menjaga lahan agar tetap seimbang demi kelestarian lingkungan. Pada akhir
penambangan nanti, dapat dilakukan upaya reklamasi berupa penanaman
pohon.
Tahap pembongkaran (Loosening)
Pada tahap ini dapat juga dikatakan sebagai tahap kegiatan penambangan
dimana endapan bahan galian bentonit yang telah muncul ke permukaan
bumi digali oleh alat mekanis maupun alat tradisional. Jika diperlukan
produksi besar maka alat mekanis dapat dipertimbangkan pemakaiannya
sesuai dengan kebutuhan pasar. Selain mudah dan praktis pemakaiannya,
pemakaian alat mekanis secara ekonomis dapat memberikan keuntungan
secara tepat. Peralatan mekanis yang dapat dipakai untuk menunjang
kegiatan penambangan bentonit antara lain adalah Back Hoe, Power Shovel,
Bulldozer dan Claim Shell. Sedangkan pemakaian alat tradisional adalah
sekop dan cangkul.
Tahap Pembuatan (Loading)
Pada tahap ini perkerjaan yang dilakukan adalah pemuatan hasil penggalian
yang telah dilakukan oleh peralatan mekanis dan tradisional. Bentonit yang
telah digali dan dimuat selanjutnya diangkut dengan Dump Truck menuju ke
tempat penampungan sementara (Stock Pile) maupun langsung menuju
gudang yang telah disediakan. Pekerjaan pemuatan dan penggalian
diusahakan sinkron untuk mencapai hasil yang optimal. Peralatan mekanis
yang umumnya dipakai adalah Bulldozer dengan berbagai tipe dan kapasitas
daya angkutnya. Pemilihan alat angkut disesuaikan dengan kondisi lapangan
dan produksi yang akan dihasilkan oleh perusahaan tambang
Tahap Pengangkutan
10
Pada tahap ini pekerjaan yang dilakukan adalah mengangkut bahan galian
ke tempat yang telah disediakan baik stock pile maupun gudang. Peralatan
mekanis yang lazim dipakai adalah Dump Truck dengan berbagai variasi
daya angkutnya.
2.7 Proses pengolahan Bentonit
Hasil bentonit dari tambang yang berupa bongkahan diangkut dengan truk
menuju pabrik pengolahan dengan melalui beberapa proses yaitu penghancuran,
pemanasan, penggilingan dan pengayakan. Untuk pengecilan ukuran, digunakan
temperatur 480 F. tujuan pengeringan adalah mengurangi kadar air rata-rata 30%
menjadi kadar air rata-rata sebesaar 8%. sedangkan penggerusan dan
pengemasan, umumnya bentonit digerus sampai 200 mesh dengan micro grider dan
untuk mendapatkan - 200 mesh digunakan classifier.Teknik pengolahan bentonit
untuk keperluan sebagai berikut :A. Pembuatan Urea Molasses Block (Makanan
Tambahan Untuk Ternak)bahan utama yang diperlukan antara lain mollasses (tetes
tebu) sebagai sumber energi, pupuk urea sebagai sumber nitrogen (protein) dan
bahan pengisi berupa dedak padi, dedak gandum, bungkil kelapa, bungkil biji kapuk,
sebagai bahan pengeras dipakai bentonit, tepung batugamping dan sebagai bahan
tambahan dipakai garam dapur dan mineral campuran.Proses pengolahan adalah
sebagai berikut :
Cara Dingin
Cara ini hanya digunakan dengan mencampur mollasses dan urea dengan
bahan lain sebagai bahan pengisi, pengeras dan bahan tambahan lainnya
sampai adonan menjadi merata kemudian dipadatkan dengan cetakan. Cara
ini digunakan apabila mollasses yang diolah relatif sedikit.
Cara Hangat
Mula-mula mollasses dipanaskan sampai suhu antara 400 C dan 500
Setelah tercapai kondisi suhu tersebut maka dicampur dengan urea, bahan
pengisi pengeras dan bahan tambahan lainnya. Setelah adonan menjadi rata
kemudian dicetak dan dipadatkan sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan.
Cara Panas
11
Pembuatan makanan ternak dengan cara panas dilakukan apabila jumlah
mollasses (tetes tebu) dan bahan pengisi dipanaskan sampai suhu 1000 C -
1200 C selama 10 menit. Setelah adonan didinginkan sampai suhu 700 C
maka adonan dicampur dengan urea dan bahan pengeras lainnya kemudian
dituangkan ketempat percetakannya dan adonan tersebut diaduk terus agar
tidak mengeras. Jumlah bentonit yang dicampurkan ke dalam adonan adalah
sebanyak 2 - 6 % dari jumlah adonan.
Chard pengolahan Bentonit Pengolahan bentonit :
Bongkahan Bentonit dari tambang
Penimbunan
Preparasi Ukuran
Pengayakan 10 mm
+10mm –10mm
Pengeringan 1,5 jam pengayakan 5mm
Penggilingan pengeringan 1 jam pengeringan 1 jam
+200mesh pengayakan #200mesh -200 mesh
Penggilingan Produk
+200mesh Pemisahan -200mesh
12
2.7 Pemanfaatan Bentonit
Bentonit banyak sekali bermanfaat bagi kebutuhan manusia terutama dalam
kebutuhan dunia industri, adapun pemanfaatan bentonit antara lain :
Cara pengolahan bentonit sebagai penjernih minyak kelapa
Bahan baku bentonit alam dikeringkan dengan cara dijemur untuk
mengurangi kandungan airnya.
Proses pemecahan dan penggerusan dimana bentonit dipecah menjadi
dua ukuran, masing-masing sebesar biji kacang tanah dan setengah dari
ukuran biji kacang tanah. Hasil pecahan bentonit dicuci sampai bersih,
lalu dikeringkan (dijemur atau di oven).
Bentonit kering masing-masing dimasukkan ke dalam tabung penyaring
untuk ukuran besar dan tabung penyaring untuk ukuran kecil, dengan
jumlah masing-masing sebanyak ½ kg (dapat digunakan untuk 20 liter
minyak goreng).
Masukkan minyak goreng ke dalam tabung penyaring,tahan beberapa
menit, buka kran dan dialirkan ke tabung penyaring(2), tahan beberapa
menit, lalu ditampung di ember. Lakukan proses ini 3 kali.
Minyak yang sudah disaring, dicampur dengan larutan soda api (1 sendok
the soda api ditambah 1 l air) dengan perbandingan 2 :1 ( 2 bagian
minyak, 1 bagian larutan soda api). Aduk sampai merata sampai cairan
agak mengental berwarna keputih-putihan.
Campuran (e) dimasukkan ke dalam tabung pemisah sabun, biarkan
beberapa menit sampai air berpisah dengan minyak (air di bagian bawah
dan minyak di bagian atas). Kemudian bagian air (bawah) di buang.
Cuci bagian minyak dengan air panas dengan perbandingan 1: 1 bagian
air panas, 1 bagian minyak. Aduk merata dan lakukan pemisahan pada
tabung pemisah sabun (3) seperti pada cara (e). Lakukan pencucian 3
kali.
13
Minyak yang sudah dicuci, dipanaskan secara perlahan api kecil selama 3
– 4 jam, untuk menghilangkan kadar air dalam minyak.
Minyak yang telah dipanaskan disaring dengan kain, dinginkan dan
masukkan ke dalam botol atau jerigen. Minyak siap digunakan.
Bentonit sebagai Bahan penyerap
Proses penyerapan zat warna (pigmen) merupakan proses yang sering
digunakan, seperti penyerapan zat warna pada minyak hewani, minyak
nabati, minyak bumi, dan lain-lain
Bentonit sebagai katalis
Penggunaan lempung sebagai katalis telah lama diperkenalkan, yaitu pada
proses perengkahan minyak bumi dengan menggunakan mineral
monmorillonit yang telah diasamkan. Namun, penggunaan lempung sebagai
katalis memiliki kelemahan, yaitu tidak tahan terhadap suhu tinggi.
Bentonit sebagai bahan penukar ion
Pemanfaatan bentonit sebagai penukar ion didasarkan pada sifat permukaan
bentonit yang bermuatan negatif, sehingga ion-ion dapat terikat secara
elektrostatik pada permukaan bentonit.
Penggunaan Bentonit untuk lumpur bor
Penggunaan utama bentonit adalah pada industri lumpur bor, yaitu sebagai
lumpur terpilar dalam pengeboran minyak bumi, gas bumi serta panas bumi,
Aktivasi bentonit untuk lumpur bor adalah merupakan suatu perlakuan untuk
mengubah Ca-bentonit menjadi Na-bentonit dengan penambahan bahan
alkali. Bahan alkali yang umum digunakan adalah Natrium karbonat dan
natrium hidroksida.
Bentonit sebagai tambahan pembuatan makanan ternak
Untuk dapat digunakan dalam pembuatan tambahan makanan ternak,
bentonit harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Kandungan bentonit < 30 %
Ukuran butiran bentonit adalah 200 mesh
Memiliki daya serap > 60 %
Memiliki kandungan mineral monmorilonit sebesar 70 %
14
Bentonit untuk industri kosmetik
Untuk dapat digunakan dalam industri kosmetik, bentonit harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
Mengandung mineral magnesium silikat (Ca-bentonit)
Mempunyai pH netral
Kandungan air dalam bentonit adalah < 5 %
Ukuran buturin adalah 325 mesh
2.7 Keterdapatan Bentonit di Indonesia
1.Jawa barat :karangnunggal, manonjaya, kowalu (tasikmalaya). Sukabumi,
subang, bojong manik
2. Jawa tengah : sangiran, sragen, wonosegoro, smg
3. Daerah istimewa Yogyakarta : Manggulan
4. Jawa timur : Pacitan, trenggalek, mlg, ponorogo, tulungagung
5. Sumatra utara : pangkalan brandan, sumalungun
6. Sumatra selatan : Muara Tiga
7. Sulawesi utara : Manado
8. Kalimantan tengah : Barito putera
15
BAB III
KESIMPULAN
Bentonit adalah clay yang sebagian besar terdiri dari montmorillonit
dengan mineral-mineral seperti kwarsa, kalsit, dolomit, feldspars, dan mineral
lainnya, bentonit terjadi karena empat factor yaitu karena proses pelapukan
batuan, proses Hidrotermal, proses transformasi dank arena proses
pengendapan batuan, dan pemanfaatan bentonit sendiri sangatlah banyak
sekali antara lain sebagai bahan penyerap,untuk bahan katalis, sebagai
penukar ion, untuk bahan tambahan makanan ternak dan untuk
kosmetik,cara penambangan bentonit sendiri yang dilakukan adalah system
penambangan terbuka karena dilihat dari factor geologi daerah yang
mengandung endapan bentonit adalah daerah perbukitan dan dataran
rendah karena penambangan ini dipertimbangkan karena factor teknis dan
ekonomis, adapun tahapan kegiatan penambangan dari bentonit sendiri yaitu
:tahap pembabatan, tahap, penirisan, tahap pengupasan tanah penutup,
tahap pembongkaran, tahap pembuatan dan tahap pengangkutan.
DAFATAR PUSTAKA
Supeno, M dan Sembiring, S. B,APLIKASI BENTONIT
SILISTIJO,genesa bentonit
http://id.wikipedia.org/wiki/Bentonite
http://surabaya.bpkimi.kemenperin.go.id/kajian-penggunaan-bentonit-dalam-
industri.html
http://www.genborneo.com/2011/12/pengolahan-bentonit.html
16
Top Related