Pendidikan atau Edukasi Klien dalam Pelayanan Kesehatan serta Discharge Planning
KELAS C
FOCUS GROUP 2
1. Fitrotul Aeni (1106005616)
2. Ira Rahmawati (1106023070)
3. Mutiara Ayu Larasati (1106053205)
4. Ratna Susiyanti (1106053363)
5. Shifa Sahidatulwafa (1106008776)
6. Yusnita Chandra Oktafiyani (1106002375)
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan petunjuk-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pendidikan atau Edukasi Klien
dalam Pelayanan Kesehatan serta Discharge Plannig. Makalah ini disusun berdasarkan data-data
yang telah kami kumpulkan dari berbagai sumber. Makalah ini juga disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Promosi Kesehatan.
Makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung, untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Murtiwi, SKP., MSBiomed
2. Orang tua kami yang senantiasa memotivasi dan mendoakan kami
3. Seluruh teman-teman yang telah membantu
4. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyelesaian karya tulis ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan makalah ini sangat penulis
harapkan. Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Depok, 08 September 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan / Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang
melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau
kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self direction), aktif
memberikan informasi-informasi atau ide baru (Suliha, 2002). Pendidikan kesehatan
merupakan bagian dari keseluruhan upaya kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif) yang menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan perilaku hidup sehat.
Pendidikan kesehatan terhadap klien tidak hanya membuat klien tetapi juga keluarga klien
untuk berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat informasi dalam
mengambil keputusan tentang asuhan yang diterimanya. Pendidikan klien dapat mencakup
informasi sumber-sumber di komunitas untuk tambahan pelayanan dan tindak lanjut
pelayanan apabila diperlukan, serta bagaimana akses ke pelayanan emergensi bila
dibutuhkan.
Pendidikan kesehatan merupakan tindakan mandiri perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan untuk meningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui kegiatan pembelajaran
sehingga dari yang tidak tahu jadi tahu, yang tidak mau jadi mau dan yang tidak mampu
menjadi mampu untuk menjaga dan mempertahankan kesehatannya atau mencegah
terjadinya penyakit dan tingkat keparahan sakit pada dirinya dan proses pemulihan kesehatan
dari sakit untuk mencapai kesehatan yang optimal. Secara operasional, tujuan pendidikan /
edukasi kesehatan yaitu agar klien memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada kesehatan
(dirinya), keselamatan lingkungan, dan masyarakatnya. Kedua, agar klien melakukan
langkah-langkah positif dalam mencegah terjadinya sakit menjadi lebih parah dan mencegah
keadaan ketergantungan melalui rehabilitasi cacat yang disebabkan oleh penyakit. Ketiga,
agar klien memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi dan perubahan-perubahan
sistem dan cara memanfaatkannya dengan efesien dan efektif. Keempat, agar klien
mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan bagaimana caranya, tanpa selalu
meminta pertolongan kepada sistem pelayanan formal.
Discharge planning atau pendidikan menjelang kepulangan klien juga menjadi sangat
penting karena ketika klien sudah tidak lagi berada di lingkungan rumah sakit, klien tidak
akan selalu tergantung dengan perawat, atau tenaga kesehatan lainnya. Dengan kata lain klien
itu dapat memandirikan dirinya sendiri tanpa tergantung orang lain. Di sini peran perawat
dalam memberikan edukasi / pendidikan kesehatan harus sesuai dan tepat sesuai dengan porsi
masing-masing klien dan tentunya sesuai keadaan klien itu sendiri.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu mendefinisikan pengertian pendidikan/edukasi kesehatan klien
dalam pelayanan kesehatan.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan peran pendidikan/edukasi klien dalam pelayanan
kesehatan.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai discharge planning.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan antara pendidikan/edukasi klien dan
discharge planning.
1.3 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan edukasi kesehatan klien?
2. Bagaimana peran edukasi klien dalam pelayanan kesehatan?
3. Apakah yang dimaksud dengan discharge planning?
4. Apa saja manfaat discharge planning?
5. Apa saja prinsip-prinsip discharge planning?
6. Bagaimana hubungan antara edukasi klien dan discharge planning?
1.4 Metode Penulisan
Makalah ini dibuat menggunakan metode study literature dari berbagai sumber terpercaya.
Sumber-sumber yang digunakan yakni buku-buku tentang keperawatan atau komunikasi,
situs yang terpercaya, serta berbagai referensi lain.
A. Peran Pendidikan / Edukasi Klien Dalam Pelayanan Kesehatan
Selain sebagai pemberi asuhan keperawatan, seorang perawat professional juga
mempunyai peran-peran yang lain dalam tugas sehari-harinya yaitu, sebagai pendidik
(edukator), advokasi, dan masih banyak lagi. Dalam hal pemberian edukasi tentang kesehatan
tentunya, seorang perawat dapat memberikan pendidikan atau edukasi kepada klien, baik
kepada klien individual ataupun kepada klien kelompok. Perawat memberikan pendidikan
atau edukasi dalam rangka pelayanan kesehatan dengan berbagai tujuan dan manfaat.
Sebelum membahas tujuan dan manfaat pendidikan atau edukasi kesehatan dalam pelayanan
kesehatan kepada klien atau masyarakat, sebaiknya mengetahui dahulu tentang pendidikan /
edukasi kesehatan. Pendidikan adalah usaha dasar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang
(UU RI No 2 Th. 1989). Sedangkan pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha atau
kegiatan untuk membantu individu, keluarga dan masyarakat dalam meningkatkan
kemampuannya untuk mencapai kesehatan secara optimal.
Pada dasarnya, edukasi kesehatan bertujuan untuk mengubah perilaku individu, keluarga
dan masyarakat yang merupakan cara berfikir, bersikap, dan berbuat dengan tujuan
membantu pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan promosi hidup sehat. Tujuan
lain yaitu tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam
memelihara perilaku sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Terdapat pula tujuan lain dari edukasi klien berupa (Potter&Perry, 2009) :
1. Pemeliharaan dan promosi kesehatan serta pencegahan penyakit
Perawat merupakan sumber informasi yang tampak dan berkompeten bagi klien yang
ingin meningkatkan kondisi fisik dan psikologisnya. Perawat memberikan informasi
dan keterampilan yang dapat mengubah perilaku klien menjadi lebih sehat. Promosi
perilaku sehat melalu edukasi memungkinkan klien mengambil tanggungjawab yang
lebih besar terhadap kesehatannya. Pengetahuan yang lebih banyak akan
menghasilkan kebiasaan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik pula.
2. Pemulihan kesehatan
Klien yang sakit atau cedera membutuhkan informasi dan keterampilan yang dapat
membantu mereka mencapai atau memelihara kembali tingkat kesehatannya, karena
klien yang sedang menjalani pemulihan dan sedang beradaptasi dari perubahan akibat
penyakit biasanya mencari informasi tentang kondisinya.
3. Beradaptasi dengan gangguan fungsi
Tidak seluruh klien akan pulih dari penyakit atau cederanya. Banyak dari mereka
yang harus beradaaptasi dengan perubahan dari kesehatan mereka yang permanen, hal
itu karena klien membutuhkan pengetahuan dan keterampilan baru agar dapat
meneruskan aktifitasnya.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan pendidikan dalam
pelayanan kesehatan, antara lain tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat,
kepercayaan masyarakat, dan ketersediaan waktu dari masyarakat. Pendidikan dalam
pelayanan kesehatan mengacu juga pada edukasi pada klien. Klien semakin menyadari
kesehatan dan ingin dilibatkan dalam pemeliharaan kesehatan. Perawat atau tim kesehatan
harus memeberikan edukasi kesehatan pada tempat yang nyaman dan dikenal oleh klien
(Potter&Perry, 2009).
Pelayanan kesehatan preventif dapat mengurangi biaya kesehatan dan menurunkan beban
bagi individu, keluarga, dan komunitas. Yang terpenting, hasil yang diharapkan dalam
edukasi kesehatan adalah terjadinya perubahan sikap dan perilaku individu, keluarga, dan
masyarakat untuk dapat menanamkan prinsip-prinsip hidup sehat dalam kehidupan sehari-
hari demi mencapai derajat kesehatan yang optimal. Perawat juga bertanggung jawab
mengajarkan informasi yang dibutuhkan klien dan keluarganya. Klien diberitahu bahwa
mereka berhak mendapatkan informasi tentang pelayanan yang akan diterima, menerima
informasi tentang pelayanan yang akan diterima, menerima informasi tentang pelayanan
dalam bahasa yang mereka inginkan, dan mengharapkan bahwa mereka akan didengar dan
diperlakukan dengan hormat (Potter&Perry, 2009).
Suatu tujuan pembelajaran akan mendeskripsikan hal yang akan mampu dilakukan
pelajar setelah berhasil menerima intruksi. Oleh karena itu, perawat membutuhkan
komunikasi yang baik agar dalam penyampaian informasi pendidikan kepada klien dapat
tersampaikan dengan baik. Selain itu materi yang disampikan hendaknya disesuaikan dengan
tingkat kebutuhan kesehatan klien sendiri atau dari tingkat individu, kelompok, ataupun
masyarakat. Komunikasi yang efektif serta adanya umpan balik (feedback) antara pemberi
informasi dengan penerima informasi membuat mekanisme evaluasi keberhasilan rencana
pengajaran dan memberikan dorongan yang positif. Komuniaksi dua arah membantu
keberhasilan edukasi kesehatan kepada klien. Tujuan dan manfaat akan tercapai apabila
komunikasi yang baik dan bagus antara pemberi edukasi dengan penerima edukasi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa edukasi atau pendidikan merupakan proses pemberian
informasi yang bertujuan untuk merubah perilaku individu, kelompok, atau masyarakat
dalam memelihara perilaku sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal. Perawat professional ataupun tim kesehatan lainnya harus dapat memberikan
edukasi kesehatan dimanapun dan dengan teknik komunikasi baik sehingga tujuan dari
edukasi itu sendiri tercapai dan terlaksana.
B. Hubungan Antara Edukasi Klien dan Discharge Planning
Seluruh asuhan keperawatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada klien harus
dikomunikasikan terlebih dahulu kepada klien. Dalam hal ini diperlukan peran perawat dalam
melaksanakan seluruh tindakan asuhan keperawatan. Perawat berperan dalam membantu klien
menghadapi kondisi sakitnya baik secara fisik maupun psikis.
Hal diatas membuktikan bahwa sangat diperlukannya pemberian informasi dan edukasi
kepada klien dan orang-orang didekatnya tentang sakit yang dialami oleh klien. Hal itu juga
penting dilakukan sebelum pemulangan. Klien dan keluarganya harus mengetahui bagaimana
cara memanajemen pemberian perawatan di rumah dan apa yang diharapkan di dalam
memperhatikan masalah fisik yang berkelanjutan karena ketidaksiapan menghadapi
pemulangan dapat meningkatkan risiko komplikasi (Perry & Potter, 2006).
Perencanaan pulang (discharge planning) akan menghasilkan sebuah hubungan yang
terintegrasi yaitu antara perawatan yang diterima pada waktu di rumah sakit dengan
perawatan yang diberikan setelah klien pulang karena discharge planning keperawatan
merupakan komponen yang terkait dengan rentang keperawatan atau perawatan berkelanjutan.
Artinya, dibutuhkan klien dimana pun klien berada (Nursalam, 2011). Namun sampai dengan
saat ini perencanaan pulang bagi klien yang dirawat di rumah sakit belum optimal
dilaksanakan, dimana peran perawat terbatas pada kegiatan rutinitas saja, yaitu hanya berupa
informasi kontrol ulang.
1. Pengertian Discharge Planning
Hal yang ditekankan di sini adalah saat pemulangan klien. Untuk mengerti lebih jauh
tentang pemulangan klien dapat ditinjau dari kutipan berikut ini: We are in the
information age and providing patient and family education is the essence of our
practice. As nurse, we have been taught by our discipline and throughout our education
the importance of teaching (Stallings, 2006). Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa
tugas perawat tidak hanya berorientasi pada rumah sakit, namun tugas pokok perawat
adalah memberikan edukasi kepada klien berupa pelayanan kesehatan yang spesifik
sesuai kebutuhan klien mulai dari ia masuk rumah sakit hingga ia keluar dan melanjutkan
perawatan di rumah.
Proses dimana klien mulai mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan
kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam
mempertahankan derajat kesehatannya sampai klien merasa siap untuk kembali ke
lingkungannya itulah yang disebut dengan discharge planning (RCP, 2001).
Definisi discharge planning yang dikemukakan oleh tokoh lain, antara lain: Kozier
(2004) mendefinisikan discharge planning sebagai proses mempersiapkan klien untuk
meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain didalam atau diluar suatu agen
pelayanan kesehatan umum. Rindhianto (2008) mendefinisikan discharge planning
sebagai perencanaan kepulangan klien dan memberikan informasi kepada klien dan
keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan
kondisi penyakitnya. Menurut (Kozier, 2004) discharge planning yang efektif seharusnya
mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif
tentang kebutuhan klien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan,
perencanaan untuk memastikan kebutuhan klien sesuai dengan apa yang dilakukan oleh
pemberi layanan kesehatan.
Pemberian edukasi dalam discharge planning sangat dibutuhkan bagi setiap klien
karena discharge planning merupakan suatu proses yang keefektifannya sangat
bergantung pada intervensi edukasi klien, dimana tim perawatan kesehatan (yang
seringkali beranggotakan para perawat) merencanakan dan mengkoordinasikan pelayanan
dengan tujuan untuk memberikan kesinambungan perawatan bagi klien dan keluarga
mereka di dalam berbagai lingkungan perawatan (Susan Bastable, 2002).
2. Tujuan Discharge Planning
a. Meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang masalah kesehatan,
kemungkinan komplikasi dan pembatasan yang diberlakukan pada pasien di rumah.
b. Mengembangkan kemampuan merawat pasien dan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan pasien dan memberikan lingkungan yang aman untuk pasien di rumah.
c. Meyakinkan bahwa rujukan yang diperlukan untuk perawatan selanjutnya dibuat
dengan tepat. (Ester, 2005)
3. Manfaat Discharge Planning
Spath (2003) memaparkan bahwa pada hakikatnya discharge planning memiliki
manfaat sebagai berikut.
a. Memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada klien yang telah
dimulai sejak klien masuk rumah sakit.
Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga maupun klien itu sendiri
dapat menggunakan metode ceramah atau demonstrasi. Sebelum pulang, klien harus
mengetahui beberapa hal, yaitu instruksi tentang penyakit yang ia derita, pengobatan
yang harus dijalankan, serta masalah atau komplikasi yang dapat terjadi. Klien juga
sebaiknya diberikan informasi tertulis tentang perawatan yang harus dilakukan di
rumah. Selain itu, perawat diminta menjelaskan masalah yang mungkin muncul dan
cara mengantisipasinya.
b. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan klien agar
kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru dapat segera teridentifikasi.
Salah satu tindakan keperawatan yang seharusnya diberikan oleh perawat kepada
klien sebelum klien diperbolehkan pulang adalah edukasi kesehatan. Secara
sederhana, pemberian edukasi kesehatan diharapkan dapat mengurangi angka kambuh
atau komplikasi dan meningkatkan pengetahuan klien tentang perawatan penyakit.
c. Membantu kemandirian dan kesiapan klien dalam melakukan perawatan di rumah.
Edukasi klien merupakan suatu proses pembelajaran menyeluruh yang terjadi
sepanjang waktu. Proses ini memerlukan pengkajian tanpa henti atas pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki klien. Diharapkan perawat dapat memainkan perannya
sebagai motivator untuk menolong klien agar dapat menolong dirinya sendiri. Hal ini
dapat membuat klien merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan
sebagai bagian yang aktif dan bukan objek yang tidak berdaya. Ia akan menyadari
haknya untuk mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan dapat memilih prosedur
perawatan yang membuatnya nyaman.
d. Membantu klien memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam memperbaiki
serta mempertahankan status kesehatannya.
Proses ini dapat dimulai dengan memberikan informasi, namun nantinya akan
dilengkapi dengan interpretasi dan integrasi dari informasi tersebut dengan perbuatan
dan tindakan yang bermanfaat bagi kesehatan seseorang.
e. Membantu mengembalikan kontrol klien dengan mengurangi perasaan khawatir serta
membangkitkan kemampuan klien untuk mengambil keputusan dalam menata
kesehatannya.
Discharge planning juga bermanfaat bagi perawat. Dengan membuat
perencanaan pemulangan, perawat akan merasakan bahwa keahliannya diterima dan
dapat digunakan. Dengan kata lain, perawat akan menerima informasi setiap waktu.
Pada akhirnya, ia diharapkan mampu memahami perannya dalam sistem. Manfaat
lain yang akan didapatkan oleh perawat adalah kesempatan untuk mengembangkan
keterampilan dalam prosedur baru dan bekerja dalam setting yang berbeda dan cara
yang berbeda, serta bekerja dalam suatu sistem dengan efektif.
4. Prinsip-prinsip Discharge Planning
Prinsip-prinsip yang diterapkan dalam perencanaan pulang adalah sebagai berikut.
a. Klien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan kebutuhan
dari klien perlu dikaji dan dievaluasi.
b. Kebutuhan dari klien diidentifikasi. Kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang
mungkin muncul pada saat klien pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah yang
muncul di rumah dapat segera diantisipasi.
c. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang merupakan
pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.
d. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada.
Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaiakan dengan
pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun fasilitas yang tersedia di masyarakat.
e. Prosedur discharge planning harus dilakukan secara konsisten dengan kualitas tinggi
pada semua klien.
f. Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus dipertimbangkan ketika
menyusun discharge planning.
Sedangkan menurut Anne. M, Angela. D (2000), prinsip dari discharge planning terdiri dari:
a. Penemuan kasus: Kegiatan yang dilakukan dengan kerja sama antar profesi kesehatan
yang meliputi profesi keperawatan, medis, dan profesi lain untuk mengidentifikasi
faktor resiko yang akan dapat diatasi oleh pasien selama perawatan di rumah.
b. Pengkajian: dimulainya mencari dan mengidentifikasi kebutuhan dari pasien dan
keluarga, serta pemeriksaan fisik dan lingkungan yang dapat membantu untuk
menentukan tingkat ketergantungan dari pasien.
c. Koordinasi: komunikasi dan kerja sama antar tim dari multidisiplin profesi dan ilmu
termasuk kerjasama dengan pasien dan keluarga dalam menyusun dan melaksanakan
discharge planning.
d. Implementasi: pelaksanaan dari rencana pemlangan yang berisi rujukan, pelaksanaan
dan evaluasi diri dari perencanaan pemulangan yang dikerjakan sesuai bidang ilmu
keperawatan.
5. Struktur Discharge Planning:
Menurut Mc. Kecnan dan Coulton (1970) yang dikutip oleh Jackson (1994) mengatakan bahwa struktur dari discharge planning terdiri dari struktur formal dan informal. Model informal adalah model tradisional dimana perawat harus berkonsultasi dengan dokter atau pekerja sosial lain dalam menyusun sebuah perencanaan pemulangan dan belum adanya suatu dokumentasi tertulis dalam pelaksanaannya. Model formal dimana perencanaan pemulangan dibuat secara tertulis yang berisikan tentang uraian peran, proses seleksi, penilaian sistem dokumentasi serta metode evaluasi yang berkelanjutan.
6. Hal-hal yang Harus Diketahui Klien Sebelum Pulang
Hal-hal yang harus diketahui sebelum klien pulang adalah sebagai berikut.
a. Instruksi tentang penyakit yang diderita, pengobatan yang harus dijalankan, serta
masalah-masalah atau komplikasi yang dapat terjadi.
b. Informasi tertulis tentang perawatan yang harus dilakukan di rumah.
c. Masalah yang mungkin muncul dan cara mengantisipasi.
d. Edukasi kesehatan yang ditujukan kepada keluarga maupun klien sendiri. Diharapkan
dapat mengurangi angka kambuh atau komplikasi dan meningkatkan pengetahuan
klien serta keluarga.
7. Pemberi Discharge Planning
Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan melibatkan
multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang terlibat dalam memberi
layanan kesehatan kepada klien (Perry & Potter, 2006). Discharge planning tidak hanya
melibatkan pasien tapi juga keluarga, teman-teman, serta pemberi layanan kesehatan
dengan catatan bahwa pelayanan kesehatan dan sosial bekerja sama (Nixon et al, 1998 dalam
The Royal Marsden Hospital, 2004)
Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan berkelanjutan
(continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit yang berfungsi sebagai konsultan
untuk proses discharge planning bersamaan dengan fasilitas kesehatan, menyediakan
edukasi kesehatan, dan memotivasi staf rumah sakit untuk merencanakan dan
mengimplementasikan discharge planning (Discharge Planning Association, 2008). Hanya
dokter yang mempunyai kuasa untuk memulangkan klien dari rumah sakit, namun pada kenyataannya
proses discharge planning dapat dilengkapi oleh pekerja sosial, perawat, manajer, atau orang lain.
8. Penerima Discharge Planning
Semua klien memerlukan discharge planning (Discharge Planning Association,
2008). Namun ada beberapa kondisi yang menyebabkan klien beresiko tidak dapat
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan setelah klien pulang,
seperti klien yang menderita penyakit terminal atau klien dengan kecacatan permanen
(Rice, 1992 dalam Perry & Potter, 2005). Pasien dan seluruh anggota keluarga harus
mendapatkan informasi tentang semua rencana pemulangan (Medical Mutual of Ohio,
2008).
9. Proses Discharge Planning
Proses perencanaan pemlangan mengikuti struktur yang sama dengan proses
perawatan yang meliputi:
a. Pengkajian
Pengkajian perencanaan pemulangan (discharge planning) terdiri dari “apa dan
kapan”. Maksud dari apa adalah apa yang harus dikaji dalam perencanaan pemulangan
dan kapan yang berarti kapan pengkajian tersebut dilaksanakan (Bull & Robert, 2001).
Pengkajian tentang apa meliputi lima area yaitu pengkajian area kognitif,
psikologis, status ekonomi atau financial, akses dan dukungan lingkungan, baik formal
maupun informal, sedangkan untuk mengetahui kapan pengkajian perencanaan
pemulangan dilakukan adalah sejak pasien masuk ke rumah sakit atau pada saat
screening atau control kesehatan. Pada tahap ini diharapkan discharge planning
mengetahui semua kebutuhan pasien (bull & Robert, 2001).
b. Perencanaan
Penyusunan sebuah rencana pemulangan perlu dibentuk sebuah tim dari berbagai
disiplin ilmu yang melibatkan keluarga, sebab keluarga akan membantu proses
pelaksanaan dari perencanaan pemulangan setelah pasien dipulangkan dari rumah
sakit.
c. Implementasi
Hubungan yang aktif dan baik antar tim pelaksana dan tersedianya lingkungan
dari semua pihak serta adanya fleksibilitas dari organisasi pelayanan yaitu rumah sakit
dan puskesmas. Hal ini adalah faktor yang berpengaruh pada keberhasilan dalam
rencana pemulangan.
d. Out Come
Evaluasi secara kualitatif akan memberikan gambaran adanya hubungan antara
lamanya hari perawatan dengan besarnya biaya pelayanan yang dikeluarkan dan proses
kepuasan klien terhadap hal tersebut.
e. Dokumentasi
Discharge planning dalam pelaksanaannya perlu adanya standar dalam
dokumentasi. Dokumentasi keperawatan merupakan catatan klien pada proses
keperawatan dan pencatatan ini merupakan tanggung jawab dan tanggung gugat dari
pelaksana perawatan.
10. Alur Discharge Planning
Menurut Nursalam dan Efendi dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Dalam
Keperawatan” menggambarkan alur discharge planning adalah sebagai berikut.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa discharge
planning penting untuk dilakukan agar klien memiliki
kepastian tindakan selanjutnya. Klien dan keluarga dapat
mengerti apa yang harus mereka lakukan saat nanti menjalani perawatan di rumah. Dengan hal
itu klien tetap mendapatkan perawatan meskipun sudah tidak berada di rumah sakit. Discharge
planning dapat membantu klien dan keluarga mempersiapkan perawatan secara mandiri.
Perawat
Keadaan klien
1. Klinis dan pemeriksaan penunjang
2. Tingkat ketergantungan klien
Perencanaan pulang
Penyelesaian administrasi Program health education
- Kontrol dan obat/perawatan- Nutrisi- Aktivasi dan istirahat- Perawatan diri
Monitor (sebagai program service safety)
Oleh: keluarga dan petugas