Download - makalah ascariasis

Transcript
Page 1: makalah ascariasis

PRAKTEK INFEKSI TUMOR

ASCARIASIS

Oleh:

P. DWI S 16102953A

REXIANO N 16102962A

RISKY H S 16102967A

SUSI YANTI 16102981A

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2013

Page 2: makalah ascariasis

ASCARIASIS

1. PENDAHULUAN

Infeksi cacing usus masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

berkembang termasuk Indonesia. Dikatakan pula bahwa masyarakat pedesaan atau

daerah perkotaan yang sangat padat dan kumuh merupakan sasaran yang mudah terkena

infeksi cacing (Moersintowarti, 1992).

Penyakit karena protozoa dan cacing mengenai jutaan masyarakat. Antibodi

biasanya efektif terhadap bentuk yang ditularkan melalui darah. Produksi IgE sangat

meningkat pada infestasi cacing dan dapat menyebabkan masuknya Ig dan eosinofil yang

diperantarai oleh sel mastoid (Roitt, 2002).

Kebanyakan parasit cenderung menyebabkan supresi imunologik nonspesifik

pejamu. Antigen parasit yang bertahan menahun menyebabkan kerusakan jaringan

imunopatologik seperti kompleks imun pada sindroma nefrotik, granulomatosa hati dan

lesi autoimun pada jantung. Imunosupresi umum meningkatkan kepekaan terhadap

infeksi bakteri dan virus (Roitt, 2002).

Salah satu penyebab infeksi cacing usus adalah Ascaris lumbricoides atau lebih

dikenal dengan cacing gelang yang penularannya dengan perantaraan tanah (“Soil

Transmited Helminths”). Dalam tubuh sendiri, infeksi cacing Ascaris menimbulkan

banyak gejala klinik, dimulai dengan rasa mual pada saluran pencernaan sampai

ditemukan gejala diare.

Ascaris lumbricoides merupakan cacing bulat besar yang biasanya bersarang

dalam usus halus. Adanya cacing didalam usus penderita akan mengadakan gangguan

keseimbangan fisiologi yang normal dalam usus, mengadakan iritasi setempat sehingga

mengganggu gerakan peristaltik dan penyerapan makanan.

Cacing ini merupakan parasit yang kosmopolit yaitu tersebar diseluruh dunia,

lebih banyak di temukan di daerah beriklim panas dan lembab. Di beberapa daerah tropik

derajat infeksi dapat mencapai 100% dari penduduk. Pada umumnya lebih banyak

ditemukan pada anak-anak berusia 5 – 10 tahun sebagai host (penjamu) yang juga

menunjukkan beban cacing yang lebih tinggi.

Page 3: makalah ascariasis

Cacing dapat mempertahankan posisinya didalam usus halus karena aktivitas

otot-otot ini. Jika otot-otot somatik di lumpuhkan dengan obat-obat antelmintik, cacing

akan dikeluarkan dengan pergerakan peristaltik normal. Tantular, K (1980) yang dikutip

oleh Moersintowarti. (1992) mengemukakan bahwa 20 ekor cacing Ascaris lumbricoides

dewasa didalam usus manusia mampu mengkonsumsi hidrat arang sebanyak 2,8 gram

dan 0,7 gram protein setiap hari.

Dari hal tersebut dapat diperkirakan besarnya kerugian yang disebabkan oleh

infestasi cacing dalam jumlah yang cukup banyak sehingga menimbulkan keadaan

kurang gizi (malnutrisi).

Penularan Ascariasis dapat terjadi melalui beberapa jalan yaitu masuknya telur

yang infektif kedalammulut bersama makanan atau minuman yang tercemar, tertelan

telur melalui tangan yang kotor dan t erhirupnya telur infektif bersama debu udara

dimana telur infektif tersebut akan menetas pada saluran pernapasan bagian atas, untuk

kemudian menembus pembuluh darah dan memasuki aliran darah.

EPIDEMIOLOGI

Pada umumnya frekuensi tertingi penyakit ini diderita oleh anak-anak sedangkan

orang dewasa frekuensinya rendah. Hal ini disebabkan oleh karena kesadaran anak-anak

akan kebersihan dan kesehatan masih rendah ataupun mereka tidak berpikir sampai ke

tahap itu. Sehinga anak-anak lebih mudah diinfeksi oleh larva cacing Ascaris misalnya

melalui makanan, ataupun infeksi melalui kulit akibat kontak langsung dengan tanah

yang mengandung telur Ascaris lumbricoides.

Faktor host merupakan salah satu hal yang penting karena manusia sebagai

sumber infeksi dapat mengurangi kontaminasi ataupun pencemaran tanah oleh telur dan

larva cacing, selain itu manusia justru akan menambah polusi lingkungan sekitarnya.

Di pedesan kasus ini lebih tinggi prevalensinya, hal ini terjadi karena buruknya

sistem sanitasi lingkungan di pedesaan, tidak adanya jamban sehingga tinja manusia

tidak terisolasi sehingga larva cacing mudah menyebar. Hal ini juga terjadi pada

golongan masyarakat yang memiliki tingkat social ekonomi yang rendah, sehingga

memiliki kebiasaan membuang hajat (defekasi) ditanah, yang kemudian tanah akan

terkontaminasi dengan telur cacing yang infektif dan larva cacing yang seterusnya akan

terjadi reinfeksi secara terus menerus pada daerah endemik.

Page 4: makalah ascariasis

Perkembangan telur dan larva cacing sangat cocok pada iklim tropik dengan

suhu optimal adalah 23o C sampai 30o C. Jenis tanah liat merupakan tanah yang sangat

cocok untuk perkembangan telur cacing, sementara dengan bantuan angin maka telur

cacing yang infektif bersama dengan debu dapat menyebar ke lingkungan.

FAKTOR RESIKO

Faktor resiko ascariasis meliputi:

1. Usia

Ascariasis kebanyakan menginfeksi anak berusia 10 tahun atau lebih muda.

Anak-anak dalam kelompok usia ini berada pada resiko yang lebih tinggi karena mereka

lebih sering bermain di tanah.

2. Iklim hangat

Ascariasis lebih banyak berkembang di wilayah beriklim hangat seperti di Indonesia.

3. Sanitasi yang buruk

Ascariasis tersebar luas di negara-negara berkembang atau wilayah kumuh di mana

kotoran manusia mungkin bercampur dengan tanah di sekitar lingkungan tempat tinggal.

2. PATOFISIOLOGI

Page 5: makalah ascariasis
Page 6: makalah ascariasis

Etiologi Ascariasis

•      Penyebab: Ascaris lumbricoides

•      ♀ panjang 20 cm – 35 cm

•      ♂ panjang 3 mm – 6 mm

•      ♀ bertelur ± 200.000 butir/ hari

•      Telur ini keluar dari tubuh manusia melalui faeces, ukuran telur : 35 μ - 50μ

•      Ascaris lumbricoides tersebar luas di daerah tropis

Page 7: makalah ascariasis

•      Infeksi ascaris pada anak < 10 tahun = 60% - 100

Gejala Klinik

•      Biasanya tanpa gejala.

•      Enek, muntah, sakit perut, tidak ada nafsu makan, kurus, sukar tidur, cengeng, sedikit

panas, kolik.

•      Massa dari cacing dapat menyebabkan obstruksi usus.

•      Dapat juga menyebabkan perforasi usus, intususepsi, paralitic ileus.

Pada kasus infeksi berat mungkin menimbulkan gejala yang bervariasi, tergantung

bagian tubuh yang terpengaruh. Berikut adalah diantaranya:

1. Paru-paru

Setelah tertelan, telur ascariasis akan menetas dalam usus kecil dan larva bermigrasi

melalui aliran darah atau sistem limfatik ke paru-paru.

Pada tahap ini, penderita mungkin mengalami tanda-tanda dan gejala yang mirip dengan

asma atau pneumonia, termasuk:

Batuk terus-menerus

Sesak napas

Mengi

Setelah 6 hingga 10 hari di paru-paru, larva kemudian melanjutkan perjalanan ke

tenggorokan untuk kemudian dibatukkan dan tertelan.

2. Usus

Larva tumbuh menjadi cacing dewasa di usus kecil dan terus hidup disana hingga mati.

Dalam kasus ascariasis ringan hingga sedang, infeksi pada usus akan menimbulkan

gejala berikut:

Nyeri perut samar

Mual dan muntah

Diare atau tinja berdarah

Infeksi berat ascariasis akan menimbulkan gejala:

Sakit perut parah

Page 8: makalah ascariasis

Kelelahan

Muntah

Berat badan turun

Terdapat cacing pada muntahan atau tinja

Diagnosis

•      Ditemukan telur ascaris dalam faeces

•      Keluar cacing ascaris bersama faeces/ muntah

3. SASARAN TERAPI

Penyakit ascariasis

4. TUJUAN TERAPI

5. STRATEGI TERAPI

Terapi non farmakologi

1. Pencegahan yang teliti harus dilakukan untuk memastikan bahwa semua makanan

dibersihkan dengan baik dan disterilkan dengan memasaknya sebelum dimakan.

2. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman.

3. Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci

terlebih dahulu dengan menggunkan sabun.

4. Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan, hendaklah

dicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat.

Terapi farmakologi

1. Mebendazol.

Obat ini adalah obat cacing berspektrum luas dengan toleransi hospes yang baik. Diberikan

satu tablet (100 mg) dua kali sehari selama tiga hari, tanpa melihat umur, dengan

menggunakan obat ini sudah dilaporkan beberapa kasus terjadi migrasi ektopik.

2. Pirantel Pamoat.

Dosis tunggal sebesar 10 mg/kg berat badan adalah efektif untuk menyembuhkan kasus lebih

dari 90 %. Gejala sampingan, bila ada adalah ringan dan obat ini biasanya dapat diterima

(“welltolerated”). Obat ini mempunyai keunggulan karena efektif terhadap cacing kremi dan

cacing tambang. Obat berspekturm luas ini berguna di daerah endemik dimana infeksi

multipel berbagai cacing Nematoda merupakan hal yang biasa.

3. Levamisol Hidroklorida.

Page 9: makalah ascariasis

Obat ini agaknya merupakan obat anti-askaris yang paling efektif yang menyebabkan

kelumpuhan cacing dengan cepat. Obat ini diberikan dalam dosis tunggal yaitu 150 mg untuk

orang dewasa dan 50 mg untuk orang dengan berat badan <10 kg. Efek sampingan lebih

banyak dari pada pirantel pamoat dan mebendazol.

4. Garam Piperazin.

Obat ini dipakai secara luas, karena murah dan efektif, juga untuk Enterobius vermicularis,

tetapi tidak terhadap cacing tambang. Piperazin sitrat diberikan dalam dosis tunggal sebesar

30 ml (5 ml adalah ekuivalen dengan 750 mg piperazin). Reaksi sampingan lebih sering

daripada pirantel pamoat dan mebendazol. Ada kalanya dilaporkan gejala susunan syaraf

pusat seperti berjalan tidak tetap (unsteadiness) dan vertigo.

5. PENYELESAIAN KASUS

Kasus 2

Anak A, berumur 8 tahun, BB sekarang 15 kg, mengalami penurunan berat badan

sejak 6 bulan yang lalu, tidak mau makan, dan sering mengeluh sakit perut, dan sering

mual muntah. Jika malam demam dan berkeringat serta muntah-muntah. Dokter

mendiagnosa anak tersebut menderita ascariasis dan diberi obat:

a. Pirantel Pamoat 100 mg tab, dosis tunggal.

b. Metoklopramid syrup 8 mg tiap kali minum sebanyak 3x sehari ½ jam sebelum

makan.

c. Multivitamin syrup 3x sehari ½ sendok teh.

Analisalah peresepan diatas berdasar prinsip farmakoterapi yang benar, tentukan

sasaran, strategi, dan tatalaksana penyakit tersebut.

- Analisa SOAP

S : mengalami penurunan berat badan sejak 6 bulan yang lalu,

tidak mau makan, dan sering mengeluh sakit perut, dan sering mual muntah.

Jika malam demam dan berkeringat. Serta muntah-muntah.

O : Infeksi parasit Ascaris lumbricoides

A :

1. Pirantel pamoat 100mg tab, dosis tunggal

2. Metoklopramid sirup 8 mg S3dd1ac

3. Multivitamin syrup S3dd1cth

P :

Page 10: makalah ascariasis

1. Pirantel pamoat

2. Paracetamol

3. Multivitamin

- TERAPI NON-FARMAKOLOGIPembedahan

- TERAPI FARMAKOLOGI

Adapun obat yang sekarang ini dipakai dalam pengobatan adalah :

1. Mebendazol.

Obat ini adalah obat cacing berspektrum luas dengan toleransi hospes yang baik. Diberikan satu tablet (100 mg) dua kali sehari selama tiga hari, tanpa melihat umur, dengan menggunakan obat ini sudah dilaporkan beberapa kasus terjadi migrasi ektopik.

2. Pirantel Pamoat.

Dosis tunggal sebesar 10 mg/kg berat badan adalah efektif untuk menyembuhkan kasus lebih dari 90 %. Gejala sampingan, bila ada adalah ringan dan obat ini biasanya dapat diterima (“welltolerated”). Obat ini mempunyai keunggulan karena efektif terhadap cacing kremi dan cacing tambang. Obat berspekturm luas ini berguna di daerah endemik dimana infeksi multipel berbagai cacing Nematoda merupakan hal yang biasa.

3. Levamisol Hidroklorida.

Obat ini agaknya merupakan obat anti-askaris yang paling efektif yang menyebabkan kelumpuhan cacing dengan cepat. Obat ini diberikan dalam dosis tunggal yaitu 150 mg untuk orang dewasa dan 50 mg untuk orang dengan berat badan <10 kg. Efek sampingan lebih banyak dari pada pirantel pamoat dan mebendazol.

4. Garam Piperazin.

Obat ini dipakai secara luas, karena murah dan efektif, juga untuk Enterobius vermicularis, tetapi tidak terhadap cacing tambang. Piperazin sitrat diberikan dalam dosis tunggal sebesar 30 ml (5 ml adalah ekuivalen dengan 750 mg piperazin). Reaksi sampingan lebih sering daripada pirantel pamoat dan mebendazol. Ada kalanya dilaporkan gejala susunan syaraf pusat seperti berjalan tidak tetap (unsteadiness) dan vertigo

- Obat terpilih

Pirantel Pamoat

I: Ascariasis, Ankilostomiasis, Enterobiasis, Trikinelosis

KI: Ibu menyusui, kehamilan trimester I, turunkan dosis pada gangguan hati.

Dosis: Anak dan dewasa 10 mg/kg BB, dosis tunggal

ES: Gangguan saluran cerna, sakit kepala, pusing, mengantuk dan ruam kulit.

Page 11: makalah ascariasis

Mekanisme: Pirantel pamoat merupakan turunan tetra hidroprimidin. Obat ini merupakan

agen penyekat neuromuskular yang menyebabkan pelepasan asetilkolin dan inhibisi

kolinesterase dimana hal ini akan menyebabkan paralisis yang diikuti dengan pengeluaran

cacing.

- KIE (KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI)

Pencegahan yang teliti harus dilakukan untuk memastikan bahwa semua makanan

dibersihkan dengan baik dan disterilkan dengan memasaknya sebelum dimakan.

Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci dengan

menggunkan sabun.

Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan, hendaklah dicuci

bersih dan disiram lagi dengan air hangat.

- MONITORING

1. Monitoring farmakologi masing-masing obat terapi.

2. Pantau kondisi fisiologis saluran cerna.

3. Pantau adanya alergi atau hipersensitivitas dan ES obat.

4. Pantau cara penggunaan obat.

5. Rentang kadar terapetik secara perseorangan harus ditetapkan untuk masing-masing

pasien

6. Pasien harus segera terus menerus dipantau mengenai kontrol terhadap saluran cerna,

kemungkinan ES obat, pranata sosial, IO, kepatuhan, kualitas obat, dan toksisitas

obat.

6. PERTANYAAN DAN DISKUSI

Page 12: makalah ascariasis

7. KESIMPULAN

Berdasarkan kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien dengan penyakit

ascariasis diberikan pirantel pamoat untuk mengatasi cacing nya, paracetamol untuk

menurunkan demam nya, dan multivitamin. Alasan tdiberikan paracetamol karen pada

anak-anak rentan terjadinya step sehingga, diberikan obat penurun panas.

Menghindari terjadinya step tersebut.

8. DAFTAR PUSTAKA

http://www.amazine.co/26218/ascariasis-gejala-penyebab-faktor-resikonya/

http://septinas.blogspot.com/2012/11/ascaris-lumbricoides.html

http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-pada-ascariasis.html