Download - Lupa Dan Tranfer Dalam Belajar

Transcript
Page 1: Lupa Dan Tranfer Dalam Belajar

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ingatan memberikan bermacam-macam arti bagi para ahli. Pada

umumnya memandang ingatan sebagai hubungan pengalaman dengan masa

lampau. Dengan adanya kemampuan untuk mengingat pada manusia,

menunjukkan bahwa manusia mampu untuk menyimpan dan menimbulkan

kembali apa yang pernah dialaminya. Apa yang telah pernah dialami oleh

manusia tidak seluruhnya hilang, tetapi disimpan dalam jiwanya; dan bila

suatu waktu dibutuhkan hal-hal yang disimpan itu dapat ditimbulkan kembali.

Tetapi ini pun tidak berarti bahwa semua yang telah pernah dialami itu akan

tetap tinggal seluruhnya dalam ingatan dan dapat seluruhnya ditimbulkan

kembali atau dengan kata lain ada yang dilupakan.

Istilah Transfer belajar berarti pemindahan atau pengalihan hasil

belajar dari mata pelajaran yang satu ke mata pelajaran yang lain atau ke

kehidupan sehari-hari diluar lingkungan sekolah. Adanya pemindahan atau

pengalihan ini menunjukkan bahwa ada hasil belajar yang bermanfaat dalam

kehidupan sehari-hari maupun dalam memahami materi pelajaran yang lain.

Hasil belajar yang diperoleh dan dapat dipindahkan tersebut dapat berupa

pengetahuan,kemahiran intelektual, keterampilan motorik atau afektif dan

sebagainya. Sehubungan dengan pentingnya transfer belajar maka guru dalam

proses pembelajaran harus membekali si pelajar dengan kemampuan-

kemampuan yang nantinya akan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Peristiwa kelupaan ini dapat terjadi karena kemampuan ingatan yang

terbatas, cepat lambat orang dalam memasukkan (mendispersi) apa yang ia

pelajari, ataupun karena problem psikologis yang ada pada dirinya. Sehingga

diperlukan teknik-teknik tertentu untuk mengatasi kelupaan yang terjadi pada

diri siswa. Banyak kiat-kiat yang dapat dicoba untuk meningkatkan

kemampuan siswa untuk mengingat, seperti yang dikemukakan oleh Barlow,

Page 2: Lupa Dan Tranfer Dalam Belajar

Reber, dan Anderson yang akan Penulis bahas dalam makalah ini. Selain

megenai lupa, penulis juga akan membahas tentang transfer dalam belajar

(trasfer of learning) yang merupakan pemindahan keterampilan hasil belajar

dari satu situasi ke situasi lainnya. Hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam

makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah definisi lupa dan hilang ingatan?

2. Apakah faktor yang menyebabkan lupa?

3. Bagaimanakah kiat-kiat megurangi lupa?

4. Apakah transfer belajar itu?

5. Apa saja teori-teori mengenai trasfer belajar?

6. Apa saja ragam dalam transfer belajar?

7. Faktor-faktor apa sajakah penyebab trasfer belajar?

Page 3: Lupa Dan Tranfer Dalam Belajar

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI LUPA DAN HILANG INGATAN

Ingatan memberikan kemampuan manusia untuk dapat mengingat

suatu hal. Hal tersebut juga menunjukan bahwa manusia mampu untuk

menyimpan dan menimbulkan kembali apa yang telah pernah dialaminya. Hal

yang pernah dialaminya tersebut tidak sepenuhnya hilang, tetapi tetap

tersimpan dalam jiwanya dan pada suatu waktu tertentu jika dibutuhkan dapat

ditimbulkan kembali. Tetapi bukan berarti semua yang telah pernah

dialaminya itu akan tetap tersimpan seutuhnya dalam ingatan kita dan dapat

ditimbulkan kembali saat dibutuhkan.

Terkadang ada hal-hal yang tidak dapat ditimbulkan kembali atau

yang dilupakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lupa merupakan

ketidakmampuan untuk mengingat atau menimbulkan kembali hal-hal

tertentu yang telah pernah dialaminya. Lupa (forgetting) ialah hilangnya

kemampuan untuk menyebut atau mereproduksi kembali apa-apa yang

sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber

(1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau

mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami.

Sedangkan hilang ingatan adalah hilangnya kemampuan untuk

mengingat atau menimbulkan kembali yang disebabkan oleh hilangnya item

informasi dan pengetahuan dari akal kita. Dibandingkan dengan hilang

ingatan, lupa memiliki cakupan yang lebih sempit yaitu hanya pada hal-hal

tertentu saja. Dalam hal lupa, item informasi dan pengetahuan yang tersimpan

di dalam ingatan tidak hilang (masih ada) tetapi hanya disebabkan lemahnya

item tersebut untuk ditimbulkan kembali. Sedangkan dalam hal hilang

ingatan, item tersebut hilang dari ingatan kita.

Lupa tidak dapat diukur secara langsung (Wittig: 1981). Sering

terjadi, apa yang dinyatakan telah terlupakan oleh seseorang siswa justru ia

Page 4: Lupa Dan Tranfer Dalam Belajar

katakan. Sebagai contoh, ketika seorang pengajar menanyakan kepada anak

didiknya tetang hal-hal apa yang telah mereka lupakan mengenai materi yang

telah ia berikan. Salah seorang peserta didik menjawabnya dengan

mengatakan sebagian besar materi yang telah diajarkan kepadanya. Apakah

peserta didik tersebut juga masih dikatakan lupa? Tentu, tidak. Materi-materi

yang dikatakannya tersebut merupakan hal-hal yang mereka ingat dan hanya

sebagian kecil yang tidak dikatakannya merupakan yang dilupakan. Sehingga

dapat disimpulkan lupa merupakan kegagalan untuk mereproduksi kembali

hal-hal yang sebelumnya telah terjadi yang disebabkan oleh lemahnya item

informasi untuk ditimbulkan ulang saat informasi tersebut dibutuhkan.

B. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB LUPA

Seseorang dapat mengingat suatu kejadian, berarti kejadian yang

diingat tersebut pernah dialami atau dengan kata lain pernah dimasukkan

dalam kesadaran, kemudian disimpan dan pada suatu ketika kejadian itu

ditimbulkan kembali diatas kesadaran. Dengan demikian ingatan itu

merupakan kemampuan jiwa untuk menerima dan memasukkan (learning),

menyimpan (retention) dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal

yang sudah lampau. Yang secara skematis dapat dikemukakan sebagai

berikut: Sehingga dapat dikatakan ketiga faktor utama diataslah yang menjadi

penyebab lupa. Ketidakmampuan individu (siawa) untuk mengingat

disebabkan oleh beberapa hal diantaranya:

1. Gangguan Konflik Antara Item-Item Informasi

Dalam interference theory (teoti mengenai gangguan),

gangguan konflik terbagi menjadi dua yaitu proactive interverence dan

retroactive interverence (Reber 1988; Best 1989; Anderson 1990).

Gangguan proaktif terjadi jika materi pelajaran lama yang sudah

tersimpan dalam subsistem akal permanen mengganggu masuknya

materi pelajaran baru. Hal ini bisa terjadi apabila seorang siswa

mempelajari materi baru yang hampir mirip dengan materi yang sudah

dikuasainya dalam waktu yang singkat. Hal ini akan membuat materi

Page 5: Lupa Dan Tranfer Dalam Belajar

baru akan sulit diingat kembali. Sedangkan gangguan retroaktif terjadi

apabila masuknya materi baru membuat konflik dan gangguan terhadap

pemanggilan materi lama yang tersimpan di subsistem akal permanen

siswa tersebut. Dalam hal ini materi pelajara lama akan sulit sekali

untuk diingat dan akan terlupakan.

2. Tekanan Terhadap Item-Item Yang Sudah Ada, Baik Disengaja

Atupun Tidak

Berdasarkan repression theory (teori represi / penekanan) oleh

Reber dan Sigmund Freud, penekanan ini terjadi karena beberapa

kemungkinan seperti:

a. Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan, dan

sebagainya) yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga

ia dengan sengaja menekannya hingga kealam ketidaksadarannya.

b. Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item

informasi yang sudah ada.

c. Karena item informasi yang akan direproduksi itu tertekan kealam

bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah dipergunakan.

3. Perubahan Situasi Lingkungan Antara Waktu Belajar Dengan

Waktu Mengingat Kembali

Perubahan situasi lingkungan yang dimaksud adalah perubahan

keadaaan obyek belajar saat dipelajari dengan lama waktu belajar

terhadap keadaan realnya. Sebagai contoh, ketika seorang guru

mengajarkan tentang pengenalan nama-nama hewan melalui gambar

yang ada disekolah, maka kemungkinan, ia akan lupa menyebutkan

nama hewan tadi saat ia melihatnya dikebun binatang.

4. Perubahan Sikap dan Minat Siswa Terhadap Proses Dan Situasi

Belajar Tertentu

Minat dan sikap siswa dalam mengikuti proses belajar akan

sangat mempengaruhi besarnya pemahaman siswa terhadap materi yang

disampaikan. Ketika sikap dan minat siswa sudah tidak ada, misal

Page 6: Lupa Dan Tranfer Dalam Belajar

karena tidak senang terhadap guru, maka materi yang diajarkan akan

mudah dilupakan.

5. Tidak Pernah Digunakannya Materi Pelajaran Yang Sudah

Dikuasai

Menurut buku “Law Of Disuse” oleh Hilgard dan Bower

(1975), lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai

tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Para ahli

mengasumsikan, materi yang diperlakukan demikian dengan sendirinya

akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk

dengan materi pelajaran baru.

6. Perubahan Urat Syaraf Otak

Perubahan urat syaraf otak tersebut dapat disebabakan oleh

penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, dan gegar otak

sehingga kita mengalami kehilangan ingatan yang ada dalam memori

permanennya. Meskipun faktor penyebab lupa banyak sekali seperti

kekurangan asupan makanan, terlalu fokusnya perhatian dan pemikiran

seperti memforsirkan diri, dan kurangnya olahraga, tetapi yang paling

penting untuk diperhatikan adalah faktor pertama yang meliputi

gangguan proaktif dan retroaktif. Kecuali hal tesebut, lupa dapat

dikarenakan item informasi yang mereka serap rusak sebelum masuk ke

memori permanennya.

Item yang rusak (decay) itu tidak hilang dan tetap terproses

oleh memori siswa, tetapi terlalu lemah untuk dipanggil kembali.

Kerusakan item informasi tersebut disebabkan karena tenggang waktu

antara saat diserapnya item informasi dengan saat proses pengkodean

dan transformasi dalam memori jangka pendek. Kemampuan cepat atau

tidaknya setiap siswa dalam memasukkan apa yang dipelajarinya

berbeda-beda. Semakin cepat ia memasukkan materi yang

dipelajarinya, makin besar kemungkinan ia akan mengingatnya. Materi

yang lemah itu dapat diperkuat lagi dengan melakukan relearning

(belajar lagi) atau mengikuti remidial teaching (pengajaran perbaikan)

Page 7: Lupa Dan Tranfer Dalam Belajar

ternyata dapat menunjukan kinerja akademik yang lebih memuaskan

dari pada kinerja akademik sebelumnya. Hal ini bermakna bahwa

relearning dan remidial teaching berfungsi memperbaiki atau

menguatkan item-item informasi yang rusak dalam memori siswa.

C. KIAT-KIAT MENGURANGI LUPA

Sebagai seorang pengajar yang profesional, seorang guru harus dapat

mencegah peristiwa lupa yang sering dialami oleh siswa. Pada dasarnya lupa

dapat ditangani dengan berbagai cara. Apabila materi yang disajikan kepada

siswa dapat diserap, diproses, dan disimpan dengan baik oleh sistem memori

siswa, maka peristiwa lupa tidak terjadi, atau terjadi namun tidak total. Jadi

yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kiat pengjar membuat sistem

memori atau akal siswa agar berfungsi secara optimal untuk memproses

materi yang akan disampaikan. Kiat terbaik yang dapat dilakukan untuk

mengurangi lupa adalah dengan meningkatkan daya ingat akal siswa.

Menurut Barlow, Reber, dan Anderson, kiat-kiat tersebut adalah sebagai

berikut.

1. Overlearning Overlearning

Artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar

atas materi pelajaran tertentu. Overlearning dapat terjadi apabila respon

atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas

respon tersebut dengan cara diluar kebiasaan. Sebagai contoh

pembacaan Pancasila setiap hari Senin pada Upacara Bendera

memungkinkan siswa memiliki pemahanan lebih mengenai materi

Pendidikan Pancasila.

2. Extra Study Time Extra Study Time

Adalah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau

penambahan frekuensi (kekerapan) waktu aktivitas belajar.

Penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu, berarti siswa

menambah jam belajarnya. Misalnya, dengan menambah 30 menit

waktu belajar siswa. Sedangkan penambahan frekuensi belajar berarti

Page 8: Lupa Dan Tranfer Dalam Belajar

meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu, misalnya dari sekali

sehari menjadi dua kali sehari.

3. Mnemonic Device

Muslihat memori atau mnemonic device yang lebih sering

disebut mnemonic saja berarti kiat-kiat khusus yang biasa dijadikan

“alat pengait” mental untuk memasukkan item-item informasi kedalam

memori siswa. Ragam mnemonic ini banyak ragamnya tetapi yang

paling menonjol adalah sebagai berikut.

a. Rima (Rhyme), yaitu sajak yang dibuat sedemikian rupa yang

isinya terdiri atas kata dan istilah yang harus diingat siswa. Sajak

ini akan lebih baik pengaruhnya apabila diberi not-not sehingga

dapat dinyanyikan. Contohnya seperti nyanyian anak-anak TK

yang berisi pesan-pesan moral.

b. Singkatan, yakni terdiri dari huruf-huruf awal nama atau istilah

yang harus diingat siswa. Contoh jika seorang siswa hendak

mengingat nama Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim dan Nabi

Musa, mereka dapat menyingkatnya menjadi ANIM. Pembuatan

singkatan seyogyanya dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat

menarik dan memberi kesan tersendiri.

c. Sistem kata pasak (Peg Word System), yakni sejenis teknik

mnemonik yang menggunakan komponen-komponen yang

sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak (paku) pengait memeori

baru. Kata komponen pasak ini dibentuk berpasangan seperti

merah-saga, panas-api. Kata-kata ini berguna untuk mengingat kata

dan istilah yang memiliki watak yang sama seperti darah, lipstik,

pasangan langit dan bumi; neraka dan kata atau istilah lain yang

memiliki kesamaan watak (warna, rasa, dan seterusnya).

d. Model Losai (Method of Loci), yaitu kiat mnemonik yang

menggunakan tempat-tempat khusus dan terkenal sebagai sarana

penempatan kata dan istilah tertentu yang harus diingat siswa. Kata

“Loci” sendiri adalah jamak dari kata “lokus” yang artinya tempat.

Page 9: Lupa Dan Tranfer Dalam Belajar

Dalam hal ini nama-nama kota, jalan, dan gedung yang terkenal

dapat dipakai untuk menempatkan kata dan istilah yang kurang

lebih relevan, dalam arti memiliki kemiripan ciri dan keadaan.

Contoh: nama ibukota Amerika Serikat untuk mengingat nama

presiden pertama negara itu (George Washington).

e. Sistem Kata Kunci (Key Word System), kiat yang satu ini masih

tergolong baru dibandingkan kiat-kiat yang lainnya. Kiat ini

dikembangkan oleh Raugh dan Atkinsen. Sistem ini biasanya

direkayasa secara khusus untuk mempelajari kata dan istilah asing,

Inggris misalnya. Sistem ini berbentuk daftar kata yang terdiri atas

unsur-unsur sebagai berikut:

Kata-kata asing.

Kata-kata kunci, yakni kata-kata bahasa lokal yang paling

kurang suku pertamanya memiliki suara atau lafal yang mirip

dengan kata yang dipelajari.

Arti kata asing yang dipelajari. Contoh: kata inggris kata kunci

arti dari astute butterfly challenge domination eyesight fussy,

astuti baterai celeng domino aisyah fauzy artinya cerdik, lihai,

kupu-kupu, tantangan, penguasaan, penglihatan, cerewet.

4. Pengelompokan Maksud

Kiat pengelompokan (Clustering) adalah menata ulang item-

item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih

logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikasi dan lafal

yang sama atau sangat mirip. Penataan atau pengelompokan ini

direkayasa sedemikian rupa dalam bentuk daftar-daftar item seperti:

a. Daftar I, terdiri atas nama-nama negara serumpun, seperti:

Indonesia, Malaysia, Brunai dan seterusnya.

b. Daftar II, terdiri atas singkatan-singkatan lembaga negara, seperti

MPR, DPR, dan seterusnya.

c. Daftar III, terdiri dari singkatan-singkatan nama-nama badan

internasional, seperti: WHO, ILO, dan sebagainya.

Page 10: Lupa Dan Tranfer Dalam Belajar

5. Latihan Terbagi

Latihan terbagi atau distributed practice adalah latihan

terkumpul (massed pratice), yang sudah dianggap tidak efektif lagi

karena mendorong siswa membuat cramming, yakni belajar banyak

materi dengan tergesa-gesa dalam waktu yang singkat. Dalam

melaksanakan distributed practice, siswa dapat menggunakan berbagai

metode dan strategi belajar yang efisien.

6. Pengaruh Letak Bersambung

Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak

bersambung (the serial position effect), siswa dianjurkan menyusun

daftar kata-kata (nama, istilah, dan sebagainya) yang diawali dan

diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus

diingat oleh siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan menggunakan

huruf dan warna yang mencolok agar tampak sangat berbeda dari kata-

kata lainnya yang tidak perlu diingat. Dengan demikian kata yang

ditulis pada awal dan akhir daftar tersebut memberi kesan tersendiri dan

diharapkan melekat erat dalam subsistem akal permanen siswa.

Selain ke enam kiat-kiat diatas, Seorang guru dapat mengurangi lupa

dengan berbagai cara lain seperti berikut ini.

1. Mencoba menimbulkan atau meningkatkan memotivasi belajar siswa

dengan menyadarkan mereka akan tujuan instruksional yang harus

mereka capai. Hal ini dapat dilakukan, misalnya dengan menjelaskan

manfaat materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari, dan masa depan

mereka.

2. Mencoba selalu menjelaskan unsur-unsur pokok sebelum menunjukkan

unsur-unsur penunjang yang relevan dalam materi pelajaran yang

disajikan. Dalam hal ini seorang guru direkomendasikan untuk

mendemonstrasikan dengan alat-alat peraga yang tersedia atau memberi

tanda-tanda khusus pada kata atau istilah pokok.

3. Mencoba untuk selalu menghubungkan materi yang akan diajarkan

dengan materi yang telah diajarkan pada sesi yang lalu. Keempat, ketika

Page 11: Lupa Dan Tranfer Dalam Belajar

seorang guru bertanya kepada anak didiknya mengenai materi yang

telah diajarkan, dengan memperhatikan:

a. Seyogyanya pertanyaan itu disampaikan dengan cara yang akrab

dan tidak menegangkan, tetapi wibawa tetap dijaga.

b. Pertanyaan harus jelas dan tidak mengandung banyak tafsiran.

c. Pertanyaan hendaknya mengandung suatu masalah agar siswa

dapat memusatkan proses sistem akalnya untuk mencari respon.

d. Pertanyaan tidak hanya untuk mendorong siswa menjawab “ya”

atau “tidak” sebab hal ini akan menghambat kreativitasnya.

e. Jika siswa tidak mampu menjawab, Pendidik tidak perlu

mendesaknya.

f. Segera tawarkan pertanyaan yang tidak terjawab tersebut ke teman

lain agar teman yang tidak bisa menjawab dapat menggambil

pelajaran dari teman lainnya.

g. Berilah pujian terhadap anak didik ketika ia bisa menjawab

pertanyaan tersebut.

D. PENGERTIAN TRANFER BELAJAR

Menurut L.D. Crow dan A. Crow, transfer belajar adalah

pemindahan-pemindahan kebiasaan berfikir, perasaan atau pekerjaan, ilmu

pengetahuan atau keterampilan, dari suatu keadaan ke keadaan belajar yang

lain. Pengetahuan dan keterampilan siswa sebagai hasi belajar pada masa lalu

seringkali mempengaruhi proses belajar yang sedang dialaminya sekarang.

Tranfer dalam belajar yang biasa disebut dengan tranfer belajar

(tranfer of learning) itu mengandung arti pemindahan keterampilan hasil

belajar dari suatu situasi ke situasi berikutnya (Reber: 1988). Kata

“pemindahan keterampilan” tidak berkonotasi hilangnya keterampilan

melakukan sesuatu pada masa lalu karena digantikan dengan keterampilan

baru pada masa sekarang. Oleh sebab itu, definisi diatas harus dipahami

sebagai pemindahan pengaruh atau pengaruh keterampilan melakukan sesuatu

terhadap tercapainya keterampilan melakukan sesuatu lainnya. Setiap

Page 12: Lupa Dan Tranfer Dalam Belajar

pemindahan pengaruh (tranfers) seperti yang disebut diatas pada umumnya

selalu membawa dampak baik itu positif ataupun negatif terhadap aktifitas

dan hasil pembelajaran materi pelajaran lain atau keterampilan lain.

Transfer belajar akan mudah terjadi pada diri seseorang siswa

apabila situasi belajarnya dibuat sama atau mirip dengan situsi yang sehari-

hari yang akan ditempati siswa tersebut kelak dalam mengaplikasikan

pengetahuan dan keterampilan yang akan dia pelajari di sekolah. Transfer

positif dalam pengertian seperti inilah sebenarnya secara umum adalah

terciptanya sumberdaya manusia berkualitas yang edukatif.

Sementara itu Gagne seorang ahli psikologi pendidikan mengatakan

bahwa transfer dapat digolongkan dalam empat kategori yaitu:

1. Transfer Positif dapat terjadi dalam diri seseorang apabila guru

membantu si belajar untuk belajar dalam situasi tertentu dan akan

memudahkan siswa untuk belajar dalam situasi-situasi lainnya. Transfer

positif mempunyai pengaruh yang baik bagi siswa untuk mempelajari

materi yang lain.

2. Transfer Negatif dialami seseorang apabila si belajar dalam situasi

tertentu memiliki pengaruh merusak terhadap ketrampilan/pengetahuan

yang dipelajari dalam situasi yang lain. Sehubungan dengan ini guru

berupaya untuk menyadari dan menghindarkan siswa-siswanya dari

situasi belajar tertentu yang dapat berpengaruh negatif terhadap

kegiatan belajar dimasa depan.

3. Transfer Vertikal (Tegak) terjadi dalam diri seseorang apabila pelajaran

yang telah dipelajari dalam situasi tertentu membantu siswa tsb. dalam

menguasai pengetahuan atau ketrampilan yang lebih tinggi atau rumit.

Misalnya dengan menguasai materi tentang pembagian atau perkalian

maka siswa akan lebih mudah mempelajari materi tentang pangkat.

Agar memperoleh transfer vertikal ini guru dianjurkan untuk

menjelaskan kepada siswa secara eksplisit mengenai manfaat materi

yang diajarkan dan hubungannya dengan materi yang lain. Dengan

mengetahui manfaat dari materi yang akan dipelajari dengan materi lain

Page 13: Lupa Dan Tranfer Dalam Belajar

yang akan dipelajari dikelas yang lebih tinggi diharapkan ia akan

mengikuti pelajaran ini dengan lebih serius.

4. Transfer Lateral (Ke Arah Samping) terjadi pada siswa bila ia mampu

menggunakan materi yang telah dipelajari untuk mempelajari materi

yang memiliki tingkat kesulitan yang sama dalam situasi lain. Dalam

hal ini perubahan waktu dan tempat tidak mempengaruhi mutu hasil

belajar siswa. Misalnya siswa telah mempelajari materi tentang

tambahan, dengan menguasai materi tambahan maka siswa akan lebih

mudah mempelajari materi yang lebih tinggi tingkat kesilitannya

misalnya materi tentang pembagian. Contoh lainnya seorang siswa

STM telah mempelajari tentang mesin, maka ia akan dengan mudah

mempelajari teknologi mesin lain yang memiliki elemen dan tingkat

kerumitan yang hampir sama.

E. TEORO-TEORI TRASFER BELAJAR

Secara umum para ahli berpendapat bahwa trasfer dalam belajar itu

bisa terjadi, akan tetapi, apa yang sebenarnya hakekat trasfer itu dan

bagaimana dalam belajar, Para ahli berbeda pendirian. Yang secara garis

besar dapat dibedakan menjadi tiga teori yaitu:

1. Teori Disiplin Formal/Ilmu Jiwa Daya

Pandangan ini bertitik tolak pada pandangan aliran psikologis,

daya tentang psike/kejiwaan manusia, psike itu dipandang sebagai

kumpulan dari sejumlah bagian/daya-daya yang berdiri sendiri. Seperti

daya berfikir, daya mengingat, daya kemauan, daya merasa, dan lain-

lain.

Menurut Teori Daya (Formal Disiplin) daya-daya jiwa yang

ada pada manusia itu dapat dilatih. Dan setelah berlatih dengan baik,

daya-daya itu dapat digunakan pula untuk pekerjaan yang lain yang

menggunakan daya tersebut dengan demikian terjdilah transfer belajar.

Misalnya seorang anak yang semenjak kecil melatih diri cara-cara

melempar dengan tepat, mula-mula ia melempar-melempar dengan

Page 14: Lupa Dan Tranfer Dalam Belajar

batu, kemudian disekolah ia sering bermain kasti sehingga terlatih pula

melempar dengan bola. Menurut teori daya, anak yang telah melatih

daya melemparnya dengan baik, nantinya jika ia telah dewasa dan

menjadi dewasa dapat menjadi pelempar granat yang baik. Contoh lain

murid-murid dilatih belajar sejarah. Dengan mempelajari pelajaran

sejarah tidak boleh tidak daya ingatannya sering digunakan untuk

mengingat-ingat bermacam-macam peristiwa, ingatan anak itu makin

terlatih dan makin baik terhadap pelajaran itu. Maka pendapat menurut

teori daya daya ingatan yang telah terlatih baik bagi pelajaran itu dapat

digunakan pula (ditransferkan) kepada pekerjaan lain.

Demikian, menurut teori daya pada tiap mata pelajaran

disekolah pendidik perlu melatih daya-daya itu (daya ingatan, berpikir,

merasakan, dan sebagainya) sehingga daya-daya yang sudah terlatih itu

akan dapat digunakan dalam mata pelajaran yang lain dan bagi

pekerjaan pekerjaan lain diluar sekolah. Sekolah yang menganut teori

daya ini, sudah tentu mengutamakan terlatihnya semua daya-daya jiwa

anak, dari pada nilai atau kegunaan mata pelajaran. Berguna atau

tidaknya materi/isi mata pelajaran itu dalam praktek dikemudian hari,

tidak menjadi soal. Yang penting, apapun yang diajarkan asal dapat

melatih daya-daya jiwa adalah baik. Penganut teori daya beranggapan

bahwa anak-anak yang pandai di sekolah suadah tentu akan pandai pula

dimasyarakat.

2. Teori Elemen Identik/Ilmu Jiwa Asosiasi

Pandangan ini dipelopori oleh edward thorndike, yang

berpendapat bahwa transfer belajar dari satu bidang studi kebidang

studi yang lain atau idang studi sekolah ke kehidupan sehari-hari,

terjadi berdasarkan adanya unsur-unsur yang sama dalam kedua bidang

studi atau antara bidang studi di sekolah ke kehidupan sehari-hari.

Makin banyak unsur yang sama makin besar kemungkinan terjadi

tarnsfer belajar.Dengan kata lain terjadinya transfer belajar sangat

Page 15: Lupa Dan Tranfer Dalam Belajar

tergantung dari banyak sedikitnya kesamaan unsur-unsur. Misalnya

antara bidang studi aljabar dan ilmu ukur dll.

Mula-mula thorndike mengartikan “elemen identik” sebagai

unsur yang sungguh-sungguh sama (identik) kemudian pengertian

identik diartikan sebagai “ada kesamaan, sejenis” perubahan pandangan

ini membuat teorinya tentang transfer belajar lebih mudah dapat

diterima. Menurut teori ini hakekat transfer belajar adalah pengalihan

dari penguasaan suatu unsur tertentu pada bidang studi yang lain, makin

banyak adanya unsur-unsur yang sama akan semakin besar terjadinya

transfer belajar positif.

3. Teori Generalisasi

Pandangan ini dikemukakan oleh Charles Judd yang

berpendapat bahwa Menurut teori ini transfer belajar lebih berkaitan

dengan kemampuan seseorang untuk menangkap struktur pokok, pola

dan prinsip umum . Bila seorang siswa mampu menangkap konsep,

kaidah dan prinsip untuk memecahkan persoalan maka siswa itu

mempunyai bekal yang dapat ditransferkan ke bidang-bidang lain diluar

bidang studi dimana konsep, kaidah dan prinsip itu mula-mula

diperoleh. Maka siswa itu dikatakan mampu mengadakan “generalisasi”

yaitu mampu menangkap ciri-ciri atau sifat-sifat umum yang terdapat

dalam sejumlah hal yang khusus. Generalisasi semacam itu sudah

terjadi bila siswa membentuk konsep, kaidah, prinsip dan siasat-siasat

pemecahan problem. Jadi kesamaan antara dua bidang studi tsb. tidak

terdapat dalam unsur-unsur khusus melainkan dalam pola, dalam

struktur dasar dan dalam prinsip.

F. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TRANSFER BELAJAR

1. Intelegensi

Individu yang lancar dan pandai biasanya segera mampu

menganalisa dan dapat melihat hubungan logis, ia segera melihat unsur-

Page 16: Lupa Dan Tranfer Dalam Belajar

unsur yang sama serta pola dasar atau kaidah hukum, sehingga sangat

mudah terjadi transfer.

2. Sikap

Meskipun orang mengerti dan memahami sesuatu serta

hubungannya dengan yang lain, tetapi pendirian/kecenderungannya

menolak/sikap negatif, maka transfer tidak akan terjadi, dan demikian

sebaliknya.

3. Materi Pelajaran

Biasanya mata pelajaran yang mempunyai daerah

berdekatan akan mudah terjadi transfer. Contohnya: Matematika dengan

Statistika, Ilmu Jiwa Daya dengan Sosiologi akan lebih mudah terjadi

transfer.

4. Sistem Penyampaian Guru

Pendidik yang senantiasa menunjukkan hubungan antara suatu

pelajaran yang sedang dipelajari dengan mata pelajaran yang lain atau

dengan menunjuk kehidupan nyata yang dialami anak, biasanya akan

mudah terjadi transfer.

Page 17: Lupa Dan Tranfer Dalam Belajar

BAB III

PENUTUP KESIMPULAN

Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau

mereproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari.

Hilang ingatan adalah hilangnya kemampuan untuk mengingat atau

menimbulkan kembali yang disebabkan oleh hilangnya item informasi dan

pengetahuan dari akal kita.

Lupa disebabkan oleh gangguan konflik antara item-item informasi, tekanan

terhadap item-item yang sudah ada baik disengaja atupun tidak, perubahan

situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali,

perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu,

tidak pernah digunakannya materi pelajaran yang sudah dikuasai, dan

perubahan urat syaraf otak.

Lupa dapat ditangani dengan berbagai cara seperti overlearning, extra study

time, mnemonic device, pengelompokan, latihan terbagi, dan pengaruh letak

bersambung.

Transfer belajar adalah pemindahan-pemindahan kebiasaan berfikir, perasaan

atau pekerjaan, ilmu pengetahuan atau keterampilan, dari suatu keadaan ke

keadaan belajar yang lain.

Dalam teori disiplin formal, transfer belajar hanya dapat terjadi bila

“diperkuat” dan “didisiplinkan” dengan latihan-latihan yang keras dan terus

menerus.

Dalam teori elemen identik, transfer hanya akan terjadi bila dalam situasi

yang baru terdapat unsur-unsur yang sama (identical elements) dengan situasi

terdahulu yang telah dipelajari.

Dalam teori generalisasi, transfer bisa terjadi bila situasi baru dan situasi lama

telah dipelajari mempunyai kesamaan prinsip, pola atau struktur, tidak

kesamaan unsur-unsur.

Page 18: Lupa Dan Tranfer Dalam Belajar

Gagne, membedakan transfer belajar menjadi empat kategori yaitu transfer

positif, transfer negatif, transfer vertikal, dan transfer lateral.

Transfer positif yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar

selanjutnya.

Transfer negatif yaitu transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar

selanjutnya.

Transfer vertikal, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar

pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi.

Transfer lateral, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar

pengetahuan/keterampilan yang sederajat.

Faktor-faktor penyebab transfer belajar seperti intelegensi, sikap, materi

pelajaran, dan sistem penyampaian guru.

Page 19: Lupa Dan Tranfer Dalam Belajar

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar Anak. Jakarta. PT. Rineka

Cipta.

Mustaqim. 2004. Psikologi Pendidikan. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar Offset

Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. ed. rev.

Cetakan keempaat belas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Walgito, Bimo. 1990. Pengantar Psikologi Umum. ed. rev. Cetakan Kedua.

Yogyakarta: Andi Offset