TUGAS KELOMPOK MAKALAH FARMAKOTERAPI TERAPAN
LANJUT
‘ Lung Cancer / Kanker Paru ‘
OLEH KELOMPOK VIII :
Amicelia Oryza, S.Farm (12340063)Astri Rustianti, S.Farm (12340073)
Clorida Shintanoferi, S.Farm (12340100)Eti Kris PWW, S.Si (12340097)
Noor Hotimah, S.Farm (12340065)Rochaeti, S.Farm (12340105)
Rizky Winarty (12340115)Wiwin Dwi Hariyanti, S.Si (12340111)
Dosen Pengajar:Drs. Tahoma Siregar, M.Si.,Apt
APOTEKER ANGKATAN XXIV
PROGRAM STUDI APOTEKER
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Teriring rasa syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya yang
tiada batas sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah Farmakoterapi Terapan
Lanjutan dengan judul “Kanker Paru” yang membahas mengenai definisi kanker paru-paru,
penyebab dan gejala kanker paru-paru, diagnosa dan cara penanganan kanker paru-paru.
Dalam penyusunan hingga penyelesaian tugas makalah ini, penulis banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis ucapkan, khususnya kepada Drs.
Tahoma Siregar,M.Si.,Apt dan Dra. Sulina Kristiono, MS.,Apt selaku dosen pengajar
untuk mata kuliah farmakoterapi terapan lanjutan dan rekan-rekan yang telah memberi
dukungan dan motivasi.
Penulis berharap tugas ini dapat memberikan manfaat besar bagi pembacanya. Dan
penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai koreksi untuk tugas
mendatang.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, Januari 2013
Tim Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
I.2 Tujuan.............................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Kanker Paru-paru .............................................................................
II.2 Jenis dan Tahapan Kanker Paru-Paru.............................................................
II.3 Penyebab Kanker Paru-Paru ..........................................................................
II.4 Gejala Kanker Paru-Paru................................................................................
II.5 Tekhnik Pemeriksaan Kanker Paru-Paru …………………………………………. II.6 Pengobatan Kanker Paru-Paru ……………………………………………… II. 7 Pencegahan Kanker Paru
……………………………………………………
BAB IV KESIMPULAN ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................
BAB IPENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kedokteran dan merupakan
salah satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia serta merupakan penyakit keganasan
yang bisa mengakibatkan kematian pada penderitanya karena sel kanker merusak sel lain.
Sel kanker adalah sel normal yang mengalami mutasi/perubahan genetik dan tumbuh
tanpa terkoordinasi dengan sel-sel tubuh lain. Proses pembentukan kanker (karsinogenesis)
merupakan kejadian somatik dan sejak lama diduga disebabkan karena akumulasi perubahan
genetik dan epigenetik yang menyebabkan perubahan pengaturan normal kontrol molekuler
perkembang biakan sel. Perubahan genetik tersebut dapat berupa aktivasi proto-onkogen dan
atau inaktivasi gen penekan tumor yang dapat memicu tumorigenesis dan memperbesar
progresinya.
Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan
tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan
dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran.
Di negara maju, prevalensi kanker paru sangat tinggi, seperti di USA tahun 2002
dengan 154.900 kematian akibat kanker, Inggris dengan prevalensi kejadian mencapai 40.000
per tahun. Bahkan, di Indonesia sebagai negara berkembang telah menduduki peringkat 4
akibat kanker paru.
Belakangan ini, kanker paru telah melebihi penyakit jantung sebagai penyebab utama
mortalitas oleh akibat merokok. Kebanyakan kanker paru didiagnosa pada stadium lanjut
sehingga memperburuk prognosisnya. Kanker paru menjadi penyebab utama kematian dalam
penyakit-penyakit golongan kanker.
Menurut WHO, merokok merupakan salah satu ancaman paling besar bagi kesehatan
masyarakat yang dihadapi oleh dunia. Ada lebih dari satu miliar orang yang merokok di
dunia dan sekitar setengah anak-anak dunia menghirup udara yang telah dicemari oleh asap
rokok. Lebih dari 80% perokok dunia adalah yang berada di Negara dengan pendapatan
rendah sampai menengah. Merokok sendiri telah menyebabkan kematian 5,4 juta orang
dalam setahun dan 100 juta kematian telah disebabkan oleh merokok dalam abad ke-20. Jika
hal ini berlanjut, maka kematian akan mencapai satu miliar dalam abad ke-21.
Seperti umumnya kanker lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui,
tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan
faktor penyebab utama di samping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan
lain – lain. Dari beberapa kepustakaan, telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat
berhubungan dengan kebiasaan merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok
yang dihisap per hari dengan tingginya insisden kanker paru.
Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat bergantung pada kecekatan ahli
paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker paru pada stadium dini akan
sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat
memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan
penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya. Pilihan terapi harus dapat segera
dilakukan, mengingat buruknya respons kanker paru terhadap berbagai jenis pengobatan.
Bahkan dalam beberapa kasus penderita kanker paru membutuhkan penangan sesegera
mungkin meski diagnosis pasti belum dapat ditegakkan. Kanker paru dalam arti luas adalah
semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri
maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru). Dalam pedoman
penatalaksanaan ini yang dimaksud dengan kanker paru ialah kanker paru primer, yakni
tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus (bronchogenic
carcinoma). Menurut konsep masa kini kanker adalah penyakit gen. Sebuah sel normal dapat
menjadi sel kanker apabila oleh berbagai sebab terjadi ketidak seimbangan antara fungsi
onkogen dengan gen tumor suppresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel.
Perubahan atau mutasi gen yang menyebabkan terjadinya hiperekspresi onkogen dan/atau
kurang/hilangnya fungsi gen tumor suppresor menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak
terkendali. Perubahan ini berjalan dalam beberapa tahap atau yang dikenal dengan proses
multistep carcinogenesis. Perubahan pada kromosom, misalnya hilangnya heterogeniti
kromosom juga diduga sebagai mekanisme ketidak normalan pertumbuhan sel pada sel
kanker. Dari berbagai penelitian telah dapat dikenal beberapa onkogen yang berperan dalam
proses karsinogenesis kanker paru.
I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan terapi pada pasien kanker paru, diantaranya :
1. Menyembuhkan atau memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan
harapan hidup pasien.
2. Mengurangi dampak kanker
3. Pada pasien rawat jalan, mengurangi dampak fisik atau psikis kanker pada pasien atau
keluarga.
4. Menunjang pengobatan kuratif seperti pemberian nutrisi, dan transfusi darah.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Kanker paru atau karsinoma bronkogenik adalah semua penyakit keganasan di paru,
mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) atau penyebaran (metastasis)
tumor dari organ lain. Definisi khusus untuk kanker paru primer yakni tumor ganas yang
berasal dari epitel (jaringan sel) saluran napas atau bronkus. Gejala awal kanker paru-paru
biasanya tidak terlalu jelas sehingga sering diabaikan dan ditunda pengobatannya.
Patofisiologi
a. Paru-paru karsinoma / kanker paru berasal dari sel epitel pluripoten setelah terpapar
karsinogen yang menyebabkan peradangan kronis dan akhirnya menyebabkan perubahan
genetik dan sitologi yang berkembang menjadi karsinoma atau kanker.
b. Aktivasi protooncogeneses, penghambatan atau mutasi gen supresor tumor dan produksi
faktor pertumbuhan autokrin juga berkontribusi terhadap proliferasi sel dan transformasi
maligna.
c. Tipe sel utama adalah sel kanker squamous, adenokarsinoma, sel kanker luas, sel kanker
kecil (SCLC)
d. Perokok kretek adalah alasan yang menyebabkan kanker paru. Paparan kerja dan
lingkungan seperti asbestos sering menimbulkan mesotelioma, radiasi ion pada pekerja
tambang uranium, radon, arsen, kromium, nikel, dan polisiklik hidrokarbon
Faktor Risiko Kanker Paru
Laki-laki
Usia lebih dari 40 tahun
Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)
Hidup dengan lingkungan asap tembakau (perokok pasif)
Radon dan asbes
Lingkungan industri tertentu
Zat kimia, seperti arsenik
Beberapa zat kimia organik
Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan
Polusi udara
Seseorang yang termasuk golongan risiko tinggi, jika mempunyai keluhan napas
(gangguan respirasi) seperti batuk, sesak napas, nyeri dada, sebaiknya segera meneriksakan
diri dan dirujuk ke dokter spesialis paru.
Tanda dan gejala
Pada fase awal, kanker paru tidak menunjukkan gejala klinis sehingga jika sudah
menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut. Tanda dan gejala kanker paru
membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dapat diketahui.
• Lokal : Batuk pada perokok yang terus menerus atau menjadi lebih parah daripada
batuk kronis, batuk pada bukan perokok yang menetap sampai dengan lebih dari dua
minggu, mengi pada penderita bukan asma, terdapat kavitas (abses paru), hemoptisis
• Invasi lokal : nyeri dada, suara serak, sindrom horner, sindrom vena cava superior,
perubahan warna dahak, meningkatnya jumlah dahak, dahak berdarah.
• Gejala metastasis à otak, tulang, hati, adrenal
• Sindrom paraneoplastik : sistemik, hematologi, neurologik, endokrin, dll.
• Asimtomatik dengan kelainan radiologis : Kelainan berupa nodul soliter.
Selain itu, disebabkan oleh penyebaran kanker paru pada bagian tubuh lainnya.
Tergantung pada organ-organ yang dirusak, meliputi dengan gejala :
Kelelahan kronis
Kehilangan nafsu makan
Sakit kepala, nyeri tulang, sakit yang menyertainya
Retak tulang yang tidak berhubungan dengan luka akibat kecelakaan
Gejala-gejala pada saraf (seperti: cara berjalan yang goyah dan atau kehilangan
ingatan sebagian)
Bengkak pada leher dan wajah
Kehilangan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya.
Manisfestasi Klinis
• Mulai secara tersembunyi selama berpuluh-puluh tahun dan tanpa gejala
• Tanda dan gejala tergantung lokasi, ukuran tumor, derajat obstruksi, dan keberadaan
metastatis.
• Gejala yang paling sering dirasakan adalah batuk kering. Pada tahap akhir, batuk
menghasilkan darah kental yang harus dicurigai terhadap adanya kanker paru.
• Nyeri dada, suara serak, edema pada leher terlihat jika tumor menyebar pada struktur
yang berdekatan dan pada nodus limfe
• Anoreksia, demam, lemah, penurunan BB, dan anemia terjadi pada tahap akhir.
Tempat metastasis yang umum yaitu, nodus limfe, tulang, otak, paru kolateral, dan
kelenjar adrenal.
Diagnosis
Seseorang dapat didiagnosis karena ada gejala atau tanda, tetapi jika kanker masih
terlalu kecil sering belum menimbulkan gejala dan tanda. Kebanyakan penderita kanker paru
datang setelah staging atau tingkatan penyakit sudah lanjut. Kasus kasus staging awal (dini)
sering ditemukan tanpa sengaja ketika seseorang melakukan pemeriksaan kesehatan rutin
(check-up kesehatan). Setelah datang ke dokter akan dicari kelainan pada seluruh tubuh atau
fisik diagnostik dan selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan tambahan agar didapat
kepastian tentang penyakit.
Langkah pertama secara radiologis dengan menentukan lesi intra torakal sebagai
tumor jinak atau ganas dapat ditambah dengan teknik Positron Emission Tomography untuk
menentukan staging penyakit. Lalu, tentukan apakah letak lesi sentral atau perifer untuk
menentukan pengambilan jaringan tumor. Untuk lesi yang letaknya perifer, kombinasi
bronkoskopi dengan biopsi dan tuntunan USG atau CT Scan untuk memberikan hasil lebih
baik. Untuk staging kanker paru sedikitnya diperlukan pemeriksaan CT Scan Torak, USG
Abdomen, CT Scan Otak, dan bone scanning.
Staging kanker paru dilakukan secara :
a. Diagnosis klinis (c TNM), b. Reaksi Surgikal Patologis (p TNM),
c. Evaluasi surgikal (s TNM), d. Retreatment (r TNM), e. Autopsi (a TNM).
Staging (tingkatan) kanker paru
Staging kanker paru ditentukan oleh tumor (T), keterlibatan kelenjar getah bening (N) dan
penyebaran jauh (M). Beberapa pemeriksaan tambahan harus dilakukan dokter spesialis paru
untuk menentukan staging penyakit. Pada pertemuan pertama dokter akan melakukan foto
toraks (foto polos dada). Foto toraks hanya dapat menentukan lokasi tumor, ukuran tumor,
dan ada tidaknya cairan. Foto toraks belum cukup karena tidak dapat menentukan
keterlibatan kelenjar getah bening dan metastasis luar paru. Bahkan pada beberapa kondisi
misalnya volume cairan yang banyak, paru kolaps luas menutup tumor sehingga tidak
terlihat. Sama perti pencarian jenis histologis kanker, pemeriksaan untuk menetukan staging
juga tidak mesti sama pada semua pasien tetapi masing masing pasien mempunyai prioriti
pemeriksaan yang harus segera dilakukan tergantung kondisinya pada saat datang.
Bronkoskopi adalah tehnik pemeriksaan yang menggunakan alat bronkoskop yang
dimasukkan ke dalam saluran napas sehingga dapat menilai keaadan saluran napas,
dan sekaligus dapat mengambil spesimen untuk pemeriksaan sel kanker dengan cara
bilasan, sikat, atau biopsi. Bronkoskopi diperlukan untuk menlai apakah akan timbul
kegawatan misalnya sumbatan pada saluran napas akibat tumor dalam saluran napas
atau penekanan dari luar.
CT-scan toraks : Dapat melihat karakteristik tumor lebih jelas termasuk menentukan
ukuran, lokasi dan apakah sudah terjadi keterlibatan kelenjar getah bening di dada
serta ada tidaknya penyebaran di paru.
USG abdomen: Dilakukan jika pada pemeriksaan fisik ditemukan pembengkakan hati
tetapi dengan CT tehniknya lebih sederhana dan hasilnya lebih informatif.
Pemeriksaan lain, antara lain MRI toraks kurang bermanfaat untuk menentukan
staging kanker paru. Pemeriksaan lain lebih ditujuan untuk melihat apakah telah
terjadi penyebaran (metastasis) jauh :. CT/MRI kepala untuk menilai metastasis di
otak. Bone scan /MRI untuk menilai metastasis di tulang. Pemeriksaan tambaban ini
dilakukan jika ada keluhan atau pasien dengan staging awal dan akan dioperasi.
Staging kanker paru dibagi berdasarkan jenis histologis kanker paru, terdiri dari NSCLC
(Non Small Cell Lung Cancer) dan SCLC (Small Cell Lung Cancer). Staging ini penting
untuk menentukan pilihan terapi yang harus segera diberikan pada pasien. Staging
berdasarkan ukuran dan lokasi tumor primer, keterlibatan organ dalam dada/dinding dada (T),
penyebaran kelenjar getah bening (N), atau penyebaran jauh (M).
Kanker Paru Jenis SCLC
Staging/Tingkatan Terbatas
Tumor ditemukan didalam satu paru dan penjelaran ke kelenjar getah bening dalam
paru yang sama
Staging/Tingkatan Luas
Tumor telah menyebar keluar dari satu paru atau ke organ lain diluar paru.
Kanker Paru Jenis NSCLC
Staging/Tingkat I A/B, satu tumor ukuran kurang atau lebih dari 3 cm pada satu lobus
paru
Staging/Tingkat II A/B, satu tumor dalam lobus paru melekat ke dinding dada atau
menyebar ke kelenjar getah bening di dalam paru yang sama
Staging/Tingkat III A, tumor yang menyebar ke kelenjar getah bening didalam area
trakeal memasuki dinding dada dan diaphragma
Staging/Tingkat III B, tumor yang menyebar ke nodes getah bening pada lawan paru,
atau di dalam leher.
Staging/Tingkat IV, tumor yang menyebar kebagian lain paru atau organ lain di luar
paru.
Terapi
Berikut adalah perbedaan pengobatan dari sel kanker tidak kecil (NSCLC) dengan sel
kanker kecil (SCLC) :
NSCLC (Non small cell lung cancer)
Hasil yang diinginkan : sasaran pengobatan tergantung pada tingkatan penyakit.
Tingkatan I,II, dan kemungkinan III dapat diobati dengan terapi yang sesuai. Tetapi penyakit
tipe IV tidak bisa disembuhkan sehingga kemoterapi adalah satu-satunya pengobatan yang
dapat menurunkan gejala dan memperpanjang kelangsungan hidup.
Prinsip : a. Pembedahan adalah terapi pilihan untuk mengetahui lokasi penyakit
(Tingkatan I atau II). Jika tumor tidak dapat dibedah, terapi radiasi dapat digunakan, b.
Meskipun NSCLC sudah dianggap tidak sensitif pada kemoterapi sitotoksik, kombinasi baru
dapat memperbaiki respon. Pasien lebih banyak menyukai kemoterapi yang dianggapnya
memiliki status kondisi yang baik atau meminimalkan kehilangan berat badan, dan penyakit
yang kurang ekstensif, c. Tidak ada rejimen tunggal yang dianggap standar jadi seleksi
kemampuan pasien untuk toleransi yang diharapkan toksik dari terapi radiasi, d. Kombinasi
modalitas lebih menguntungkan pada penyakit tingkatan III.
Bukti terbaru menyatakan bahwa kemoterapi (terapi neoadjuvan) dengan atau tanpa
terapi radiasi diikuti pembedahan. Untuk penyakit tingkat III tidak dioperasi, penambahan
kemoterapi sampai radioterapi dapat memperbaiki kelangsungan hidup dibandingkan dengan
radioterapi tunggal.
Kemoterapi :
Sisplatin. Golongan terbaru dari sisplatin adalah carboplatin yang dievaluasi dalam
upaya mengidentifikasi rejimen toleransi yang lebih baik.
Kombinasi vinorelbin dan sisplatin sering menjadi standar untuk tes kombinasi
terbaru dalam meningkatkan kualitas hidup dan meminimalkan toksisitas kombinasi
dibandingkan dengan sisplatin tunggal.
Banyak penelitian menyebutkan untuk obat paclitaxel yang dikombinasi dengan obat
golongan lain. Infus selama 1 jam adalah pemberian yang mudah untuk pasien rawat
jalan dan meminimalkan mielosupresan tetapi dapat meningkatkan neropati sensorik
perifer.
Docetaxel merupakan terapi kedua yang memperbaiki kelangsungan hidup
dibandingkan dengan terapi pendukung dan pengukuran respon lain dibandingkan
dengan ifosfamid yang merupakan terapi kedua. Docetaxel dapat juga sebagai terapi
pertama pada rejimen kombinasi dengan obat lain.
Gemcitabin adalah terapi pertama ketika dikombinasikan dengan sisplatin dan
sisplatin dikombinasikan dengan etoposid. Kurangnya trombositopenia adalah tampak
dari pemberian hari ke 1 dan 8 dari 21 hari daripada pemberian pada hari ke 1, 8, dan
15 dari 28 hari.
Irinotecan. Dapat diberikan secara tunggal atau kombinasi. Namun jika diberikan
tunggal lebih rendah dalam pengobatan pasien sebelumnya. Irinotecan dievaluasi
dengan radioterapi dada pada dosis selektif untuk mencegah esofagistis, diare, dan
pneumonitis.
Obat kombinasi kemoterapi NSCLC
a. Double combination : Sisplatin dengan dosis 60-100 mg/m2 IV pada hari
pertama ditambah obat etoposide dengan dosis 80-120 mg/m2 IV pada hari ke
satu sampai hari ke 3. Obat kombinasi tersebut dengan jadwal pemberian
setiap 3-4 minggu.
b. Double Combination : Sisplatin dengan dosis 120 mg/m2 IV pada hari ke 1 dan
hari ke 29 tiap 6 minggu ditambah obat vindesine dengan dosis 3 mg/m2 IV 6
kali tiap minggu kemudian interval waktu menjadi tiap 2 minggu.
c. Multiple Combination : Mitomisin dengan dosis 8 mg/m2 IV pada hari ke 1
dan 29 ditambah obat vindesine dengan dosis 3 mg/m2 IV pada hari 1, 8, 29,
dan 36 lalu ditambah lagi dengan obat sisplatin pada dosis 80 mg/m2 IV pada
hari ke 1 dan 29 dengan jadwal pemberian setiap 6 minggu
d. Multiple Combination : Ifosfamide dengan dosis 1.5 g/m2 IV pada hari ke 1
sampai hari ke 3, ditambah Karboplatin dengan dosis 300-350 mg/m2 pada
hari ke 1 dan ditambah dengan etoposide dengan dosis 60-100 mg/m2 pada
hari ke 1 sampai hari ke 3 dengan jadwal pemberian setiap 3 minggu.
SCLC (Small cell lung cancer)
Hasil yang dicapai : Sasaran terapi diobati atau pada berkurangnya kelangsungan
hidup yang membutuhkan kecepatan kemoterapi kombinasi.
Prinsip umum : Kecepatan kemoterapi kombinasi menghasilkan 4 sampai 5 kali lipat
dapat meningkatkan median untuk pasien SCLC.
Kemoterapi :
Kombinasi kemoterapi lebih jelas unggul untuk golongan terapi tunggal
Sisplatin merupakan rejimen yang menghasilkan ketahanan dan kurangnya terapi
dalam mielosupresan daripada rejimen tanpa sisplatin. Carboplatin yang merupakan
golongan baru dari sisplatin juga dapat digunakan karena mempunyai khasiat yang
sama dan kurangnya toksisitas.
Intensitas dosis belum dapat memperbaiki ketahanan dan meningkatkan toksisitas
seperti granulositopenia, mukositis, dan kehilangan berat badan.
Dosis tinggi kemoterapi dan transplantasi sel stem darah perifer yang memiliki resiko
baik untuk pasien
Obat kombinasi SCLC :
a. Double Combination : Sisplatin dengan dosis 60 mg/m2 IV pada hari pertama
dikombinasi dengan etoposide pada dosis 100 mg/m2 IV pada hari pertama
sampai hari ke 3 dengan jadwal pemberian obat kombinasi tiap 3 minggu x 4
b. Multiple Combination : Siklofosfamid dengan dosis 1000 mg/m2 IV hari
pertama ditambah doksorubisin dengan dosis 40 mg/m2 IV hari pertama dan
ditambah lagi dengan vinkristin dengan dosis 1 mg/m2 IV hari pertama dengan
jadwal pemberian obat kombinasi tiap 3 minggu x 6.
c. Double Combination : Karboplatin dengan dosis 300 mg/m2 IV hari pertama
dikombinasi dengan etoposide pada dosis 100 mg/m2 IV pada hari pertama
sampai hari ke 3 dengan jadwal pemberian obat kombinasi tiap 3 sampai 4
minggu.
d. Multiple Combination : Siklofosfamid dengan dosis 1000 mg/m2 IV hari
pertama ditambah doksorubisin dengan dosis 45 mg/m2 IV hari pertama dan
ditambah lagi etoposid dengan dosis 50 mg/m2 IV hari pertama sampai hari ke
5 atau 80 mg/m2 IV pada hari pertama sampai hari ke 3, dengan jadwal
pemberian obat kombinasi tiap 3 minggu.
e. Multiple Combination : Ifosfamid dengan dosis 1.5 g/m2 IV dikali 3 hari
ditambah dengan karboplatin dengan dosis 300 mg/m2 hari pertama dan
ditambah lagi dengan etoposid pada dosis 60-100 mg/m2 dikali 3 hari dengan
jadwal pemberian obat kombinasi tiap 3 atau 4 minggu.
Radiasi terapi dan metastatis otak :
Radioterapi dikombinasi dengan kemoterapi untuk pengobatan tumor secara terbatas
pada kavitas torak. Terapi kombinasi modalitas dapat menurunkan kejadian dan
menunda onset tumor lokal yang kembali dapat diobati tetapi hanya memperbaiki
ketahanan lebih pada kemoterapi tunggal.
Karena SSP bermetastase sering diobati pada iradiasi kranial profilaksis yang
mencapai respon lengkap pada kemoterapi. Namun neurologik dan kognitif
memperbaiki caranya pada beberapa ahli bahwa radiasi kranial sampai otak
bermetastase.
Seperti topotekan, sebuah golongan pembawa otak darah menjadi lebih baik
digunakan untuk mengevaluasi dampak pada frekuensi metastase otak.
Evaluasi Terapi
Kemoterapi dilanjutkan jika ada respon meski durasi optimal tidak jelas karena biaya
yang efektif untuk melanjutkan kemoterapi selama 4 sampai 6 lingkaran jika pasien
SCLC mencapai semua atau sebagian respon dari awal kemoterapi
Jika tidak ada respon atau penyakit menjadi progresif, sebuah alternatif atau rejimen
investigasi seharusnya dilaksanakan
Pasien yang menerima radiasi terapi menyebabkan kelelahan, esofagistis, pneumonitis
radiasi, dan toksisitas kardiak
Pasien dengan kanker paru menderita dari masalah medis konkomitan termasuk
penyakit paru obstruksi kronik, dan gangguan kardiovaskuler yang membutuhkan
interfensi farmakologis dan dimonitor.
Rejimen farmakologi yang kompleks seperti golongan kemoterapi, antiemetik,
antibiotik, analgesik, bronkodilator, glukokortikoid, antikonvulsan, dan golongan
kardiovaskuler yang mengharuskan memonitor terapi intensif untuk mencegah efek
toksik antar obat dan mengoptimalkan pasien.
Pencegahan Kanker Paru
Penelitian telah membuktikan bahwa lebih dari 80 % kanker paru berhubungan
dengan merokok. Berhenti merokok akan mengurangi dengan sangat berarti risiko seseorang
terkena kanker paru. Risiko pada bekas perokok lebih besar daripada orang-orang yang tidak
pernah merokok. Usaha pencegahan kanker yang lain dikenal dengan istilah kemopreventif
(Chemoprevention). Kemopreventif adalah penggunaan bahan alami, metode diet tertentu
dan zat kimia sintetis untuk mencegah perkembangan penyakit. Misalnya vitamin, diet, dan
terapi hormone. Banyak cara dan bahan yang sedang diuji cobakan dengan tujuan bukan
hanya mengurangi resiko kanker, tetapi juga untuk mengurangi kesempatan akan
berulangnya kanker (relapps).
Penatalaksanaan
Memberi kemungkinan kesembuhan maksimum. Pengobatan tergantung pada tipe sel,
tahap penyakit, dan status psikologik. Pengobatan termasuk pembedahan, terapi radiasi,
kemoterapi, immunoterapi secara terpisah atau kombinasi.
Pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi potensial
a. Pembedahan : Gagal pernapasan
b. Radiasi : Hilangnya fungsi kardiopulmonal
c. Kemoterapi : Toksisitas pulmonal, leukemia, pneumonitis, jika dikombinasi antara
kemoterapi dengan radiasi.
BAB III
PEMBAHASAN
Gejala awal sering tidak dirasakan sehingga tidak mendapatkan kelainan pada
pemeriksaan fisis penderita kanker paru staging awal penyakitnya. Hal itu disebabkan tumor
masih dengan volume kecil dan belum menyebar sehingga tidak menimbulkan gangguan di
tempat lain. Pada kasus dengan staging lanjut akan dapat ditemukan kelainan tergantung pada
gangguan yang ditimbulkan oleh tumor primer atau penyebarannya. Kelainan yang didapat
tergantung letak dan besar tumor sehingga menimbulkan gangguan. Kanker paru juga dapat
menyebabkan timbulnya tumpukan cairan di rongga pleura atau menekan pembuluh darah
balik (vena), dll. Kelainan yang dapat ditemukan berkaitan penyebaran kanker, misalnya
benjolan di leher dan ketiak. Tidak jarang juga pasien datang dengan kelumpuhan akibat
penyebaran di otak atau tulang belakang.
Pemeriksaan
Ditemukannya jenis sel (histologis) kanker adalah syarat utama untuk mengatakan
seseorang menderita kanker dan selanjutnya dapat ditentukannya staging (tingkatan)
penyakitnya secepat mungkin untuk menentukan pengobatan terbaik.
Jenis sel kanker paru
Dua jenis utama kanker ini adalah kanker paru-paru sel kecil dan kanker paru-paru
bukan sel kecil. Jenis kanker ini didiagnosis berdasarkan bentuk sel di bawah mikroskop.
Lebih dari 80% dari semua kanker paru-paru termasuk dalam jenis kanker bukan sel kecil.
Ada 3 subtipe utama dari kanker paru-paru bukan sel kecil, yaitu adenocarcinoma, carcinoma
sel squamosa dan carcinoma sel besar.
Jenis sel kanker paru secara garis besar dibagi atas 2 kelompok :
1. Kanker Paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK / Non Small Cell Lung Cancer = NSCLC)
Jenis NSCLC ini terbagi lagi menjadi :
Karsinoma epidermoid atau karsinoma sel skuamosa. Jenis ini
adalah jenis kanker paru paling umum. Hal ini berkembang dalam
sel yang menggarisi saluran udara. Jenis kanker ini seringkali
disebabkan karena rokok.
Adenokarsinoma: jenis ini berkembang dari sel-sel yang
memproduksi lendir (dahak) pada permukaan saluran udara
(airways). Jenis ini adalah jenis sel kanker terbanyak dan terutama
pada perokok.
Karsinoma sel besar: Bentuk sel kanker ini dibawah mikroskop
sesuai namanya: sel sel bundar besar. Sering disebut juga
undifferentiated carcinoma. Lebih dari 80% kasus kanker paru
merupakan jenis NSCLC.
Beberapa pemeriksaan yang dilakukan dokter spesialis paru untuk mendapatkan jenis sel
kanker paru antara lain :
Sitologi sputum: menemukan sel kanker pada sputum atau dahak penderita, hasil
positif biasanya ditemukan jika kanker ada di dalam saluran napas. Kepositfan
pemeriksaan ini < 10% dan sangat bergantung pada tehnik pasien membantukkan
dahak yang akan diperiksa. Dahak yang diperiksa harus dahak segar pagi hari dan
segera dibawa ke laboratorium patologi anatomi untuk diproses.
Biopsi jarum halus: yaitu mengambil spesimen jaringan dari tumor yang superfisial
menggunakan jarum halus. Misalnya untuk tumor yang ditemukan di leher, ketiak
atau dinding dada yang dapat diraba. Tehnik ini sangan sederhana dan jarang
menimbulkan komplikasi berat. Pada saat melakukan terkadang dibutuhkan anestesi
(bius) lokal saja. Bahan hasil pemeriksaan ini akan diletakkan dalam gelas objek
dansegera direndam dalam alkohol 98% dan dikirim ke patologi anatomi untuk di
proses. Dokter paru biasanya dapat melakukan dengan cepat dan hasil kepositifannya
cukup tinggi. Tetapi perlu diingat terkadang hasilnya meski positif tapi bukan berupa
sebaran kanker paru, misalnya tuberkulosis(TBC), kanker kelenjar getah bening, dll.
Punksi pleura yaitu mengambil cairan dari rongga pleura (lapisan paru) jika
ditemukan cairan akibat kanker paru. Punksi ini menggunakan jarum infus ukuran 14,
jika volume cairan dikit dokter paru akan melacak lokasi yang tepat dengan bantuan
USG toraks. hasil punksiini akan dianalisa dan dikirim ke laboratorium patologi
anatomi untuk di proses. Hasil positif tidak selalu didapt dengan tehnik ini tetapi
harus dilakukan. Jika volume cairan cukup banyak dokter spesialis paru akan
sekaligus mengeluarkan sampai 1.500 cc tergantung toleransi pasien. Jika pasien
merasa tidak enak, sesak atau batuk batuk maka aliran cairan harus segera dihentikan.
Pada kasus dengan jumlah cairan yang terus banyak, maka dokter spesialis paru akan
mengalirkan dengan cara memasang selang dada (WSD) sebagai usaha mengurangi
keluhan dan paru dapat mengembang maksimal. Punksi pleura dan pemasangan
selang dada kebanyakan dilakukan dokter spesialis paru dengan bius lokal. Tetapi
pada kondisi berat harus dilakukan di kamar operasi dengan bius umum.
Biopsi pleura yaitu mengambil sedikit jaringan pleura jika didapat rongga pleura
akibat penumpukan cairan. Cara ini biasanya dilakukan bersamaan dengan punksi
pleura. Kepositifnya juga tidak terlalu besar.
TTNA ( Transthoracal needle aspiration): yaitu mengambil spesimen jaringan dengan
menggunakan jarum halus menembus dinding dada. Dapat dilakukan dengan
berpedoman pada foto toraks atau dengan tuntutan CT-scan dll.Dokter spesialis paru
biasa melakukan ini dengan bius lokal dengan tingkat kepositifan yang besar.
Jenis sel kanker paru secara garis besar dibagi atas 2 kelompok
1. Kanker paru jenis karsinoma sel kecil (SCLC) merupakan 20% dari seluruh kanker paru,
bersifat lebih agresif tetapi sangat responsif dengan pengobatan.
2. Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (NSCLC) yang terbanyak yaitu sekitar 80%
dari kanker paru-paru. Ada beberapa jenis KPKBSK yang dapat dikenali diantaranya:
Karsinoma epidermoid (disebut juga karsinoma sel skuamosa)
Adenokarsinoma, adalah jenis sel kanker terbanyak dan terutama pada
perokok
Karsinoma sel besar
Lain-lain:merupakan jenis yang jarang ditemukan misalnya karsinoid,
karsinoma bronkoalveolar.
Targeted therapy
Pada banyak kondisi pasien tidak dapat memenuhi syarat untuk dilakukan
pembedahan, radioterapi atau kemoterapi maka dapat ditawarkan pemberian obat golongan
baru dengan mekanisme kerja yang telah teruji dikenal dengan istilah targeted therapy. Obat
golongan ini diberikan 1x perhari dengan cara diminum. Sampai saat ini anjuran penggunaan
targeted therapy untuk kanker paru adalah sebaiknya setelah kemoterapi diberikan kecuali
pada kasus kasus pilihan terapi utama tidak dapat dilakukan. Penerapan target terapi
biasa dilakukan untuk pengobatan kanker paru-paru pada stadium 3 dan
4 yang tidak berespons terhadap pengobatan lain.
Ada dua macam target terapi yang paling umum digunakan, yaitu.
1. Erlotinib (Tarceva)
Sel-sel kanker ditutupi oleh protein yang disebut EGFR (Epidermal
Growth Factor Receptor) yang membantu sel-sel kanker untuk membelah.
Tarceva bekerja dengan tidak mengizinkan EGFR untuk menginstruksikan
sel-sel kanker untuk tumbuh. Tarceva dapat diberikan pada pasien NSCLC
untuk memperpanjang harapan hidupnya. Tarceva bekerja lebih baik pada
pasien bukan perokok atau wanita usia lebih muda (sebelum menopause).
Dan mudah dikonsumsi setiap hari karena berbentuk pil.
2. Bevacizumab (Avastin)
Bevacizumad merupakan antibodi yang ditujukan untuk melawan
protein untuk membantu sel tumor membentuk pembuluh darah baru.
Obat ini mampu memperpanjang kelangsungan hidup pasien NSCLC
stadium lanjut, dan biasanya diberikan sebagai kombinasi dengan
kemoterapi kombinasi carboplatin & paclitaxel. Bevacizumab biasa
diberikan melalui intravena infuse dan umumnya dapat memiliki efek
samping berupa perdarahan pada paruparu.
Terapi lain
Dengan berbagai alasan banyak pasien kanker paru memilih obat alternatif yang
belum teruji dan bukan standar untuk pengobatan kanker paru. Jika diputuskan itu pilihan
pasien dan keluarga anjurannya adalah pasien tetap kontrol ke dokter spesialis paru agar
dapat dipantau efek samping obat obatan yang digunakan dan dapat memutuskan kapan obat
obat alternatif itu tidak bermanfaat dan sebaiknya dihentikan.
Tahapan perkembangan kanker paru dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Sel Kecil (SLCC)
• Tahap terbatas, yaitu kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian paru-paru saja dan
pada jaringan disekitarnya.
• Tahap ekstensif, yaitu kanker yang ditemukan pada jaringan dada di luar paru-paru tempat
asalnya, atau kanker ditemukan pada organ-organ tubuh yang jauh.
b. Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (NSLCC)
• Tahap tersembunyi
Merupakan tahap ditemukannya sel kanker pada dahak (sputum) pasien di dalam
sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor di paru-paru.
• Stadium 0
Merupakan tahap ditemukannya sel-sel kanker hanya pada lapisan terdalam paru-
paru dan tidak bersifat invasif.
• Stadium I
Merupakan tahap kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan belum menyebar
ke kelenjar getah bening sekitarnya.
• Stadium II
Merupakan tahap kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kelenjar getah bening di
dekatnya.
• Stadium III
Merupakan tahap kanker yang telah menyebar ke daerah di sekitarnya, seperti
dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kelenjar getah bening di sisi yang sama atau
pun sisi berlawanan dari tumor tersebut.
• Stadium IV
Merupakan tahap kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru-paru yang sama,
atau di paru-paru yang lain. Sel-sel kanker telah menyebar juga ke organ tubuh lainnya,
misalnya ke otak, kelenjar adrenalin, hati, dan tulang.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. Merokok menjadi penyebab lebih dari 80% kanker paru-paru di seluruh dunia. Bahan-
bahan berbahaya di dalam rokok bisa merusak sel paru-paru. Seiring berjalannya waktu, sel-
sel yang rusak ini bisa berubah menjadi kanker.
2. Kanker paru merupakan salah satu penyebab kematian didunia selain kanker payudara,
kanker prostate dan kanker kolorektal.
3. Dua tipe utama kanker paru adalah :
Kanker paru bukan sel kecil (NSCLC) adalah jenis paling umum dari kanker paru.
Kanker paru sel kecil membentuk sekitar 10% dari semua kasus kanker paru. Jenis ini
didiagnosis berdasarkan bagaimana sel-sel tersebut tampak di bawah mikroskop
Merokok adalah faktor risiko utama yang paling penting untuk kanker paru-paru.
4. Saat ini terdapat beberapa cara pemberian kemoterapi, kemoterapi diberikan sebagai terapi
yang bertujuan untuk memperpanjang harapan hidup dan menghilangkan gejala. Obat
kemoterapi terdiri dari alkilasi agen, anti metabolit, anthracycline, topoisomerase inhibitor,
vinca alkaloid.
5. Terapi target telah memberikan harapan dan era baru terhadap pengobatan kanker di masa
depan.
6. Adapun Tekhnik untuk mendiagnosa paparan Kanker Paru-Paru adalah:
1. Bronkoskopi
2. SC- scan
3. USG Abdomen
4. Pemeriksaan Lain
DAFTAR PUSTAKA
1. Gofar,Abdul.(2009). Cara Mudah Mengenal dan Mengobati Kanker. Jakarta : Flamingo.
2. Sudoyo Aru, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata Marcelius. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran UI
3. Dipiro, Joseph T. et all. 2006. Pharmacotheraphy Handbook, Sixth Edittion. Mc Graw Hill Companies Inc : New York, USA.
4. Kamus Saku Kedokteran Dorland. 1998. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Top Related