KATA PENGANTARDIREKTUR KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA
i
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmatNya, sehingga Konsensus Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja di
Indonesia dapat diselesaikan. Konsensus Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja
ditujukan untuk mendukung pelayanan kesehatan bagi pekerja, khususnya
pada penetapan Penyakit Akibat Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama maupun Rujukan.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) merupakan penyakit yang terjadi pada
pekerja, akibat resiko pekerjaan dan atau lingkungan kerjanya. Penetapan
diagnosis PAK memerlukan beberapa langkah terkait dengan pajanan yang
dialami dan hubungan pajanan dengan penyakit yang diderita. Untuk
membuktikan hal tersebut diperlukan pemeriksaan khusus yang
membutuhkan waktu dan biaya.
Pelaksanaan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) telah meningkatkan
cakupan kepesertaan pada pekerja sektor informal, untuk itu diperlukan
upaya penetapan diagnosis PAK yang dapat dilaksanakan dengan lebih
cepat, tepat dan sesuai standar. Konsensus Tatalaksana Penyakit Akibat
Kerja yang disepakati oleh Perhimpunan Dokter di bawah Ikatan Dokter
Indonesia, menjadi acuan bagi Dokter dalam mendiagnosis PAK.
Konsensus ini merupakan satu langkah untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan pada pekerja. Penghargaan dan ucapan terimakasih kami
sampaikan kepada Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI),
PERDOKI, PERDOKLA, PERDOSPI, PERHATI, PDPI, PERDAMI, PAPDI,
PERDOSSI, PERDOSKI, PDSKJI, PDUI, IDKI, serta para pakar dan praktisi
kesehatan kerja, atas dukungan dan kontribusi sehingga dikeluarkannya
konsensus ini. Semoga upaya yang kita lakukan dapat meningkatkan upaya
kesehatan kerja di Indonesia.
ii
Jakarta, 14 Desember 2018 Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga
drg. Kartini Rustandi, M.Kes NIP. 196304071987122001
Kata Pengantar .....................................................................................................................
Daftar Isi ...................................................................................................................................
Sambutan Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia .......... Sambutan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat .......................................
Lembar Pengesahan Konsensus Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja ...... Lembar Penyerahan Konsensus pada Kementerian Kesehatan ................ Lembar Penyerahan Konsensus pada Badan Penyelenggara ..................... BAB I Pendahuluan ........................................................................................................
BAB II Aspek Medikolegal Dan Etik Kedokteran Dalam Pelayanan Penyakit Akibat Kerja ...................................................................................... BAB III Konsensus Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja ................................... BAB IV Penutup .................................................................................................................. Lampiran ..................................................................................................................................
i
iii
vi
viii
ix
x
1
5
7
19
21
iv
iii
DAF TAR ISI
SAMBUTANKETUA UMUM PB IDI
iv
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang maha Esa atas Rahmat dan Karunianya
Buku Konsensus Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja di lndonesia telah
dirampungkan oleh Tim Penyusun. Buku ini sangat dibutuhkan mengingat
Penyakit Akibat Kerja (PAK) bukan penyakit yang umum terjadi. Penyakit
tersebut terjadi karena adanya pengaruh faktor risiko yang disebabkan oleh
pekerja dan/atau lingkungan kerja. lkatan Dokter lndonesia bertujuan
memadukan segenap potensi dokter di lndonesia dalam rangka mening-
katkan derajat kesehatan rakyat lndonesia menuju masyarakat sehat dan
sejahtera.
lkatan Dokter lndonesia berperan dalam mengadvokasi dan bekerja
sama dengan Pemerintah dan Pihak-pihak lainnya dalam penentuan
kebijakan kesehatan. Dokter memiliki kewenangan menegakkan Diagnosis
Penyakit Akibat Kerja dalam rangka perlindungan kepada pekerja. Kami
sangat mengapresiasi atas terbitnya buku ini dan menyampaikan peng-
hargaan setinggi-tingginya kepada Tim Penyusun Buku dan MPPK PB lDl
beserta seluruh Perhimpunan Dokter Spesialis (PERDOKI, PERDOKLA,
PERDOSPI, PERHATI, PDPI, PERDAMI, PAPDI, PERDOSSI, PERDOSKI,
PDSKJI), Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI), Perhimpunan
Keseminatan Kesehatan Kerja (lDKl) serta para narasumber atas kontribusi
dan dedikasinya dalam penyusunan buku ini.
v
Kami mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada Kementerian
Kesehatan Rl khususnya Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga,
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat yang telah memfasilitasi
sehingga buku ini dapat diterbitkan. Semoga kerjasama yang baik dari
semua pihak yang terkait dapat berlanjut di masa mendatang. Semoga
dengan terbitnya buku ini dapat menjadi penuntun bagi dokter dalam
menatalaksana penyakit-penyakit akibat kerja sehingga pekerja dapat
terlindungi, hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta
pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Semua ini diharapkan
dapat meningkatkan upaya kesehatan kerja dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
Ketua Umum
Dr. Daeng M. Faqih, SH, MH
vi
Jumlah usia kerja yang terus meningkat merupakan tantangan sekaligus
peluang dalam terwujudnya keberhasilan pembangunan bangsa. Pekerja
yang sehat merupakan aset bangsa. Tempat kerja memiliki berbagai risiko
yang dapat menimbulkan penyakit baik disebabkan oleh proses kerja,
lingkungan kerja maupun perilaku bekerja. Untuk itu pekerja sebagai bagian
dari masyarakat perlu mendapatkan pelayanan kesehatan yang kompre-
hensif baik sebagai anggota masyarakat dan saat berada di tempat kerja
melalui Jaminan Kesehatan Nasional dan Jaminan Kecelakaan Kerja.
Penyakit akibat kerja merupakan gangguan kesehatan yang dapat
dicegah, sehingga upaya perlindungan kesehatan dan deteksi dini penyakit
akibat kerja sangat penting dilakukan untuk membatasi keparahan penyakit
dan menghindari kecacatan yang mungkin timbul dimana pada akhirnya
meningkatkan produktifitas. Masih terbatasnya identifikasi Penyakit Akibat
Kerja oleh tenaga medis di fasilitas pelayanan kesehatan perlu mendapatkan
perhatian agar upaya pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan
masyarakat pekerja dapat dilaksanakan dengan optimal.
Kami mengucapkan selamat dan menyampaikan apresiasi setinggi-
tingginya kepada Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan jajarannya atas
kontribusinya dalam menjawab salah satu permasalahan yang ada,
khususnya terkait pelayanan Penyakit Akibat Kerja di Indonesia. Semoga
Konsensus Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja ini dapat menjadi langkah
Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
SAMBUTANDIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT
vii
yang strategis dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan bagi pekerja yang selanjutnya mewujudkan masyarakat yang sehat dan produktif.
Jakarta, 14 Desember 2018 Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
dr. Kirana Pritasari, MQIH
Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
dr. Soekirman Soekin, Sp.THTKL(K), M.Kes
Perhimpunan Telinga HidungTenggorokan Bedah KepalaLeher Indonesia
dr. H. Adi Riyono, Sp.KL DR. dr. M. Yulianto Listiawan,Sp.KK(K) FINSDV FAADV
DR.dr. Wawan Mulyawan, Sp, Bs.Sp.KP
Perhimpunan DokterSpesialis KedokteranKelautan Indonesia
Perhimpunan DokterKulit dan KelaminIndonesia
Perhimpunan DokterAhli Mata Indonesia
viii
KONSENSUS TENTANG TATALAKSANA PENYAKIT AKIBAT KERJA DI INDONESIA
disahkan di Jakarta, 14 Desember 2018
Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia
Perhimpunan SpesialisKedokteran Okupasi Indonesia (PERDOKI)
Perhimpunan DokterSpesialis Saraf Indonesia
Perhimpunan DokterParu Indonesia
Perhimpunan DokterSpesialis Dalam Indonesia
Perhimpunan DokterUmum Indonesia
Perhimpunan DokterSpesialis KedokteranJiwa Indonesia
Perhimpunan DokterKesehatan Kerja Indonesia
Perhimpunan DokterSpesialis KedokteranPenerbangan Indonesia
dr. Nusye E Zamsiar, MS.Sp.OK
dr. M. Sidik, Sp.M(K) DR. dr. Agus Dwi SusantoSp.P(K) FAPSR, FISR
dr. Sally Aman NasutionSp.PD-KKV, FINASIM, FACP
dr. Istiati Suraningsih, MKKdr. Abraham Andi PadlanPatarai, M.Kes
Prof. DR. dr. Moh. HasanMachfoed, Sp.S(K), M.S
dr. Daeng M. Faqih, SH, MH
dr. Eka Viora, Sp.KJ
ix
LEMBAR PENYERAHAN KONSENSUS TATALAKSANA PENYAKIT AKIBAT KERJA DI INDONESIA
Jakarta, 14 Desember 2018
Oleh,
KETUA UMUM PENGURUS BESAR IKATAN DOKTER INDONESIA
(dr. Daeng M Faqih, SH, MH)
Kepada,
DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERIAN KESEHATAN
(dr. Kirana Pritasari, MQIH)
x
LEMBAR PENYERAHAN KONSENSUS TATALAKSANA PENYAKIT AKIBAT KERJA DI INDONESIA
Jakarta, 14 Desember 2018
Oleh,
KETUA UMUM PENGURUS BESAR IKATAN DOKTER INDONESIA
(dr. Daeng M Faqih, SH, MH)
Kepada,
1. BPJS KESEHATAN
3. PT. TASPEN
2. BPJS KETENAGAKERJAAN
4. PT. ASABRI
(Budi Mohamad Arief)
(T a w a b)
(Endro Sucahyono)
(Rina Mutiara)
1
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Setiap pekerjaan memiliki potensi untuk menimbulkan masalah kesehatan yang disebabkan oleh proses kerja, lingkungan kerja serta perilaku kerja. Hal ini menyebabkan pekerja tidak hanya berisiko menderita penyakit menular dan tidak menular sebagaimana yang dialami masyarakat luas tetapi pekerja juga dapat menderita penyakit akibat kerja dan/atau penyakit terkait kerja. Penyakit Akibat Kerja (PAK) bukan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat karena Penyakit Akibat Kerja terjadi akibat adanya pengaruh faktor risiko yang disebabkan oleh pekerjaan dan/atau lingkungan kerja. Berdasarkan data BPS tahun 2018 menyatakan bahwa sekitar 54% penduduk Indonesia berada pada usia kerja dan sebagian besarnya merupakan pekerja. International Labour Organization (ILO) tahun 2013 menyebutkan bahwa setiap tahun ditemukan 2,34 juta orang meninggal terkait pekerjaan baik penyakit maupun kecelakaan dan sekitar 2,02 juta kasus meninggal terkait Penyakit Akibat Kerja. Menurut kajian WHO menunjukkan bahaya di tempat kerja merupakan penyebab atau memberikan kontribusi bagi kematian dini jutaan orang di seluruh dunia dan mengakibatkan penyakit serta kecacatan bagi lebih dari ratusan orang setiap tahunnya. Dari 2,2 juta kematian/tahun, 800.000 diantaranya disebabkan faktor risiko di tempat kerja, seperti bahan kimia karsinogenik, partikulat yang ada di udara, risiko ergonomik, penyakit infeksi HIV/AIDS dan TBC. Besarnya jumlah pekerja di Indonesia dan masih tingginya risiko kesehatan di tempat kerja membawa konsekuensi kemungkinan tingginya gangguan kesehatan yang disebabkan/terkait dengan aktifitas dan lingkungan kerja. Namun di Indonesia gambaran penyakit akibat kerja saat ini seperti fenomena “Puncak Gunung Es”, dimana penyakit akibat kerja yang dilaporkan masih sangat kecil. Pada tahun 2017, kasus PAK yang dilaporkan
2
ke BPJS Ketenagakerjaan hanya berjumlah 107 kasus per tahun. Bila dibandingkan dengan pekerja Indonesia yang berjumlah 121,02 juta orang maka jumlah kasus PAK yang dilaporkan masih sangat rendah. Hal ini diantaranya disebabkan karena kompetensi tenaga kesehatan yang belum optimal dalam mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja. Minimnya identifikasi Penyakit Akibat Kerja oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan menyebabkan tempat kerja kurang mendapatkan “feed back” dalam upaya pencegahan dan pengendalian hazard di lingkungan kerja. Selain itu deteksi dini Penyakit Akibat Kerja seharusnya dapat membatasi timbulnya keparahan penyakit dan mencegah terjadinya kecacatan. Selama berjalannya SJSN sejak tahun 2015, telah terjadi ketidak seimbangan pemanfaatan jaminan pelayanan kesehatan antar berbagai badan penyelenggara, dimana Penyakit Akibat Kerja yang seharusnya ditanggung penjamin bidang Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan, PT. TASPEN, PT. ASABRI), maka menjadi tanggungan BPJS lain, karena tidak teridentifikasi oleh fasilitas pelayanan kesehatan. Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan penguatan fasilitas pelayanan kesehatan dalam mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja. Sehingga Organisasi Profesi Kedokteran perlu menyusun konsensus Penyakit Akibat Kerja di Indonesia yang dapat menjadi acuan bagi dokter untuk melakukan pelayanan Penyakit Akibat Kerja di semua fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia.
A. TUJUAN Adanya kesepakatan Organisasi Profesi tentang Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja di Indonesia.
B. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. 4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
3
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 6. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 9. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang Penyeleng- garaan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian. 10. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2015 tentang Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara. 11. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan 12. Peraturan Presiden tentang Penyakit Akibat Kerja. 13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan. 14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat Kerja. 15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141 Tahun 2018 tentang Koordinasi Antar Penyelenggara Jaminan dalam Pemberian Manfaat Pelayanan Kesehatan.
A. PENGERTIAN : 1. FKTP atau Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama adalah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan perorangan yang bersifat nonspesialistik untuk keperluan observasi, promotif, preventif, diagnosis, perawatan, pengobatan dan/atau pelayanan kesehatan lainnya. 2. FKRTL atau Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan adalah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan perorangan yang bersifat spesialistik atau subspesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan rawat inap di ruang perawatan khusus.
4
3. Organisasi profesi dalam hal ini adalah Ikatan Dokter Indonesia yang menjadi induk dari organisasi profesi dan meliputi Perhimpunan Spesialis, Perhimpunan Dokter Umum Indonesia dan Perhimpunan Keseminatan Kesehatan Kerja. 4. Kompetensi adalah kemampuan seorang dokter untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi. 5. Kompetensi dalam diagnosis Penyakit Akibat Kerja adalah kompetensi dokter terkait Penyakit Akibat Kerja yang diperoleh melalui pendidikan formal atau pelatihan yang terstandar. 6. Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan/atau lingkungan kerja. 7. Diagnosis Klinis adalah penentuan jenis penyakit oleh dokter berdasarkan tanda dan gejala serta pemeriksaan fisik dan laboratorium dengan menggunakan metode, alat dan pemeriksaan penunjang lainnya. 8. Diagnosis Okupasi adalah penegakan diagnosis Penyakit Akibat Kerja yang dilakukan melalui pendekatan 7 langkah diagnosa. 9. Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja adalah rangkaian pelayanan kesehatan yang komprehensif pada pekerja yang terdiagnosa Penyakit Akibat Kerja, meliputi preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. 10. Konsensus adalah kesepakatan atau permufakatan bersama yang dicapai melalui kebulatan suara.
B. RUANG LINGKUP Ruang lingkup dalam konsensus ini adalah penapisan, prinsip 7 langkah diagnosis Penyakit Akibat Kerja, kategori penetapan diagnosis Penyakit Akibat Kerja, daftar penyakit akibat kerja berdasarkan kategori penetapan, tatalaksana Penyakit Akibat Kerja, rujuk dan rujuk balik serta preventif Penyakit Akibat Kerja.
5
Sehat dan bekerja merupakan hak azasi manusia, namun tempat kerja dapat berisiko terhadap kesehatan pekerja. Untuk itu Pekerja, Pemberi kerja dan Pemerintah memiliki peran dan tanggung jawab untuk mewujudkan tempat kerja yang sehat dan terbebas dari pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang dapat ditimbulkan oleh proses, bahan, alat dan perilaku serta lingkungan kerja, dimana kondisi tersebut dapat dilakukan upaya pengendalian sehingga Penyakit Akibat Kerja dapat dicegah. Regulasi di Indonesia telah mewajibkan pemberi kerja dan pekerja untuk mengikuti program jaminan kesehatan nasional dan jaminan kecelakaan kerja. Fasilitas pelayanan kesehatan dan pemberi kerja wajib untuk melaporkan Penyakit Akibat Kerja, sebagai salah satu upaya perlindungan terhadap kesehatan pekerja. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja memiliki aspek legal dimana pemberi kerja/pimpinan tempat kerja juga mempunyai tanggung jawab terhadap pencegahan terjadinya Penyakit Akibat Kerja. Berdasarkan regulasi yang ada pekerja berhak mendapat upaya pencegahan dan perlindungan terhadap Penyakit Akibat Kerja serta memiliki kepesertaan jaminan kecelakaan kerja. Pada pelayanan kesehatan terhadap pekerja, dokter memiliki hak dan kewajiban melakukan diagnosis Penyakit Akibat Kerja dalam rangka perlindungan kesehatan dan kesembuhan pasien (pekerja). Diagnosis Penyakit Akibat Kerja memiliki konsekuensi aspek legal terhadap kewajiban pihak pemberi kerja dan di sisi lain pekerja berhak memperolah manfaat berupa pelayanan kesehatan dan manfaat santunan bila terdapat kecacatan. Hal ini memerlukan profesionalisme dokter dalam menjalankan tugasnya. Dokter sebagai profesional mempunyai pengetahuan, keterampilan khusus serta tanggung jawab dan tugas spesifik dalam memberikan pelayananterhadap kesehatan pasien. Dalam menjalankan tugasnya seorang dokter
BAB IIASPEK MEDIKOLEGAL DAN ETIK KEDOKTERANDALAM PELAYANAN PENYAKIT AKIBAT KERJA
6
terikat sumpah profesi dimana terdapat kode etik dalam organisasi profesinya. Dokter harus bekerja berdasarkan kompetensi dan kewenangannya serta kode etik profesi kedokteran yang dilindungi oleh Undang-Undang tentang Praktik Kedokteran, Undang- Undang tentang Tenaga Kesehatan serta standar kompetensi masing-masing profesi.
7
(1) PENAPISAN Setiap dokter yang memberikan pelayanan kesehatan di FKTP dan FKRTL pada pasien yang bekerja harus mempertimbangkan adanya pengaruh pekerjaan dan lingkungan kerja sebagai penyebab terjadinya penyakit.
(2) DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA DILAKUKAN DENGAN PRINSIP 7 LANGKAH DIAGNOSIS Penegakan diagnosis Penyakit Akibat Kerja dilakukan dengan menggunakan pendekatan Prinsip 7 Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja agar dapat memastikan penyebab penyakit berasal dari pekerjaan baik dari proses, bahan, alat dan perilaku maupun lingkungan kerja. Adapun Prinsip 7 Langkah Diagnosis Penyakit Akibat Kerja adalah sebagai berikut :
1. Penentuan diagnosis Klinis Langkah ini dilakukan oleh dokter dan/atau dokter spesialis klinis terkait penyakitnya. Diagnosis klinis harus ditegakkan terlebih dahulu dengan melakukan: a. anamnesa; b. pemeriksaan fisik; c. bila diperlukan dilakukan pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan khusus. Setelah diagnosis klinis tegak kemudian dilakukan langkah selanjutnya.
2. Penentuan Pajanan yang dialami Pekerja di Tempat Kerja Diagnosis klinis dapat disebabkan oleh satu atau beberapa pajanan
BAB IIIKONSENSUS TENTANG PENYAKIT AKIBAT KERJA
8
yang dialami oleh seorang pekerja, sehingga perlu dicari semua pajanannya. l Penentuan pajanan yang dialami pekerja di tempat kerja dilakukan dengan anamnesa yang lengkap mengenai pekerjaan pasien, mencakup: a. Deskripsi semua pekerjaan secara kronologis dan pajanan yang dialami (pekerjaan terdahulu sampai saat ini). b. Periode waktu melakukan masing-masing pekerjaan. c. Produk yang dihasilkan. d. Bahan yang digunakan. e. Cara bekerja. f. Proses kerja. g. Riwayat kecelakaan kerja. h. Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan atau upaya perlin- dungan lain yang telah dilakukan. l Anamnesa tersebut dapat ditunjang dengan data yang objektif, seperti informasi bahan dan alat yang digunakan saat bekerja, catatan perusahaan mengenai informasi pajanan atau kunjungan ke tempat kerja.
3. Penentuan hubungan antara pajanan dengan diagnosis klinis Langkah selanjutnya menentukan apakah ada hubungan antara diagnosis klinis dan pajanan yang dialami pasien.
l Identifikasi hubungan penyakit yang dialami (diagnosis klinis) dengan pajanan yang ada didasarkan pada evidence based, yang mana dapat mengacu pada List ILO Occupational Dieases dan ICD Occupational Health (OH) atau data evidence based lainnya.
l Hubungan pajanan dengan diagnosis klinis dipengaruhi oleh waktu timbulnya gejala setelah terpajan oleh bahan tertentu.
l Umumnya penyakit lebih sering timbul apabila berada di tempat kerja dan berkurang saat libur atau cuti.
l Umumnya terdapat pekerja dengan pajanan yang sama
9
menderita penyakit yang serupa.l Hasil pemeriksaan kesehatan pra-kerja, berkala dan purna kerja
dapat digunakan sebagai salah satu data untuk menentukan penyakit berhubungan dengan pekerjaannya.
4. Penentuan besarnya pajanan Langkah selanjutnya menentukan besarnya pajanan, apakah cukup untuk menimbulkan penyakit tersebut.
l Penentuan besarnya pajanan dilakukan melalui anamnesis tentang pekerjaan yang lengkap, mencakup: a. Jumlah jam terpajan per hari. b. Masa kerja. c. Pemakaian APD. d. Besarnya pajanan secara kualitatif dan/atau kuantitatif. e. Ada kecukupan besar pajanan yang menyebabkan adanya diagnosa klinis (kecukupan dosis).
l Anamnesa tersebut dapat ditunjang dengan data yang objektif, seperti catatan perusahaan mengenai informasi tersebut di atas dan hasil biomonitoring.
l Penentuan besarnya pajanan juga dapat dilakukan dengan melihat referensi karakteristik besar pajanan pada industri atau pekerjaan tertentu, dosis minimal dan masa kerja minimal.
l Apabila penyakit yang dialami pekerja disebabkan oleh beberapa pajanan sekaligus, maka besarnya pajanan tidak bisa dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) saja, tetapi perlu juga melihat efek saling menguatkan beberapa pajanan dalam menimbulkan penyakit.
5 B. Penentuan Faktor Individu yang erperan Langkah selanjutnya menentukan adanya faktor individu yang dapat menjadi perancu.
l Faktor individu yang berperan terhadap timbulnya penyakit
10
antara lain: jenis kelamin, usia, kebiasaan, riwayat penyakit keluarga (genetik), riwayat atopi, penyakit penyerta.
l Adanya faktor individu dapat menjadi perancu diagnosis Penyakit Akibat Kerja, namun belum tentu meniadakan adanya Penyakit Akibat Kerja. Sehingga interpretasi langkah ini harus dilakukan secara hati-hati oleh dokter yang memiliki kompetensi dalam diagnosis Penyakit Akibat Kerja. 6. Penentuan Faktor Lain di Luar Tempat Kerja Langkah selanjutnya menentukan adanya faktor lain di luar tempat kerja yang dapat menjadi perancu.
l Faktor lain di luar tempat kerja yang dapat menjadi perancu, diantaranya seperti hobi dan kegiatan lain yang dilakukan di luar pekerjaan.
l Adanya faktor lain di luar tempat kerja dapat menjadi perancu diagnosis Penyakit Akibat Kerja, namun belum tentu meniadakan adanya Penyakit Akibat Kerja. Sehingga interpretasi langkah ini harus dilakukan secara hati-hati oleh dokter yang memiliki kompetensi dalam diagnosis Penyakit Akibat Kerja.
7. Penentuan Diagnosis Okupasi Setelah melakukan analisis 6 langkah di atas, maka dapat disimpulkan penyakit yang diderita oleh pekerja adalah Penyakit Akibat Kerja atau bukan Penyakit Akibat Kerja.
(3) KATEGORI PENETAPAN DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA Berdasarkan jenis pekerjaan dan tingkat kesulitan dalam mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja serta ketersediaan fasilitas dan sumber daya di layanan kesehatan, maka proses diagnosis Penyakit Akibat Kerja dibagi menjadi 3 (tiga) kategori :
A. Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Jenis Pekerjaan Tertentu
11
1. Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Jenis Pekerjaan Tertentu yang dapat ditegakkan di FKTP (A1). Kriteria : l Diagnosis klinis dapat ditegakkan di FKTP. l Penyakit yang memiliki penyebab yang jelas dan spesifik. l Memiliki hubungan waktu antara pajanan dan timbulnya penyakit yang jelas. l Besar pajanan dapat diakui/diterima secara umum. l Pengaruh faktor individu dan faktor lain di luar tempat kerja dapat disingkirkan dengan sederhana. l Untuk penentuan diagnosa Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Jenis Pekerjaan Tertentu yang dapat ditegakkan di FKTP (A1) dilakukan oleh dokter yang memiliki kompetensi diagnosis Penyakit Akibat Kerja di FKTP. l Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Jenis Pekerjaan Tertentu yang dapat ditegakkan di FKTP (A1) dan kriterianya, tercantum dalam lampiran. l Penyakit Akibat Kerja di luar yang tercantum dalam lampiran Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Jenis Pekerjaan Tertentu yang dapat ditegakkan di FKTP (A1) dan kriterianya, masuk dalam kategori Dugaan Penyakit Akibat Kerja (B). l Dalam hal dokter yang memiliki kompetensi dalam diagnosis Penyakit Akibat Kerja atas dasar pertimbangan medis yang kuat berdasarkan pendekatan 7 (tujuh) langkah diagnosa dan disertai data dukung yang lengkap seperti hasil pemeriksaan kesehatan pra kerja, data lingkungan kerja, data riwayat penyakit dan lain-lain, maka dokter tersebut dapat menetapkan Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Jenis Pekerjaan Tertentu yang dapat ditegakkan di FKTP.
l Termasuk dalam kelompok Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Jenis Pekerjaan Tertentu yang dapat ditegakkan di FKTP
12
adalah gangguan atau penyakit yang disebabkan langsung oleh kecelakaan kerja.
2. Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Jenis Pekerjaan tertentu yang dapat ditegakkan di FKRTL (A2) Kriteria : l Diagnosis klinis membutuhkan fasilitas pemeriksaan penunjang atau dokter spesialis terkait di FKRTL. l Penyakit yang memiliki penyebab yang jelas dan spesifik. l Memiliki hubungan waktu antara pajanan dan timbulnya penyakit yang jelas. l Besaran pajanan dapat diakui/diterima secara umum. l Pengaruh faktor individu dan faktor lain di luar tempat kerja dapat disingkirkan dengan sederhana. l Untuk penentuan diagnosis Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Jenis Pekerjaan Tertentu yang dapat ditegakkan di FKRTL (A2) dilakukan oleh dokter spesialis yang memiliki kompetensi diagnosis Penyakit Akibat Kerja di FKRTL. l Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Jenis Pekerjaan Tertentu yang dapat ditegakkan di FKRTL (A2) dan kriterianya, tercantum dalam lampiran. Penyakit Akibat Kerja di luar yang tercantum dalam lampiran l
Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Jenis Pekerjaan Tertentu yang dapat ditegakkan di FKRTL (A2) dan kriterianya, masuk dalam kategori Dugaan Penyakit Akibat Kerja (B).
B. Dugaan Penyakit Akibat Kerja (B) Semua penyakit di luar kriteria A1 dan A2, masuk dalam Dugaan Penyakit Akibat Kerja, dimana memiliki kriteria sebagai berikut :
l Diagnosis klinis membutuhkan pemeriksaan spesialistik di FKRTL atau bekerjasama antar dokter spesialis. l Penyakit memiliki satu atau lebih agen penyebab.
13
l Membutuhkan keahlian khusus untuk menginterpretasikan hubungan waktu dan besarnya pajanan yang dapat menimbulkan Penyakit Akibat Kerja. l Membutuhkan keahlian khusus untuk menginterpretasikan pengaruh faktor individu dan faktor lain di luar tempat kerja yang dapat menjadi perancu. l Penentuan diagnosis Penyakit Akibat Kerja dilakukan oleh Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi, dan dapat oleh Dokter Spesialis Kedokteran Kelautan, Dokter Spesialis Kedokteran Penerbangan sesuai dengan kompetensi masing-masing.
C. Penyakit Akibat Kerja yang Kompleks (C) Kriteria: l Memiliki beberapa kemungkinan pajanan yang kompleks sebagai penyebab penyakit. l Penyakit baru yang diduga Penyakit Akibat Kerja (penyakit baru dan/atau disebabkan pajanan baru). l Membutuhkan peran lintas profesi dalam menegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja. l Adanya keraguan dan atau ketidakpuasan pihak tertentu tentang diagnosis Penyakit Akibat Kerja. l Penentuan akhir diagnosa Penyakit Akibat Kerja ditetapkan oleh Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi, dan dapat oleh Dokter Spesialis Kedokteran Kelautan, Dokter Spesialis Kedokteran Penerbangan sesuai dengan kompetensi masing-masing.
(4) DAFTAR PENYAKIT AKIBAT KERJA BERDASARKAN KATEGORI PENETAPAN (terlampir)
(5) TATALAKSANA PENYAKIT AKIBAT KERJA Tata laksana Penyakit Akibat Kerja secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu tata laksana medis dan tata laksana okupasi.
14
a. Tata Laksana Medis l Tata laksana medis dilakukan sesuai diagnosis klinik. l Tata laksana medis berupa rawat jalan dan/atau rawat inap yang dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan oleh dokter sesuai dengan kompetensinya. l Terapi yang diberikan berupa medikamentosa dan/atau non medikamentosa seperti edukasi, latihan fisik, fisioterapi, konseling, psikoterapi dan nutrisi.
b. Tata Laksana Okupasi l Tata laksana okupasi diberikan setelah diagnosis Penyakit Akibat Kerja ditegakkan. l Tata laksana okupasi dilakukan oleh dokter sesuai kompetensi dan kewenangannya. Sasaran tata laksana okupasi adalah individu pekerja dan komunitas pekerja yang sama. l Tata laksana okupasi pada individu pekerja terdiri dari penetapan kelaikan kerja, program kembali bekerja dan penentuan kecacatan.
l Tata laksana okupasi pada komunitas pekerja terdiri dari pelayanan pencegahan Penyakit Akibat Kerja dan penemuan dini Penyakit Akibat Kerja. l Apabila Penyakit Akibat Kerja yang telah ditatalaksana secara tuntas masih terdapat sequele berupa gangguan fungsi permanen (kecacatan), maka dokter dapat melakukan perhitungan prosentase kecacatan atas permintaan pasien atau pemberi kerja sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.
15
(6) RUJUK DAN RUJUK BALIK a. Rujukan klinis dilakukan apabila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan karena ada keraguan dari dokter yang melakukan pemeriksaan, sumber daya manusia, sarana, dan prasarana yang tidak memadai. b. Rujukan okupasi diperlukan jika: - Status kesehatan pasien kompleks (melibatkan lebih dari 1 (satu) sistem organ atau melibatkan hanya 1 (satu) sistem organ tetapi sistem organ yang vital). - Pajanan faktor risiko yang ada di tempat kerja kompleks dan saling berkaitan. - Terdapat keraguan dalam menentukan besaran risiko yang ada dan risiko yang dapat diterima (acceptable risk). - SDM dan sarana prasarana di fasilitas pelayanan kesehatan tidak memadai. - Diperlukan penetapan kelaikan kerja dan perhitungan persentase kecacatan pada kondisi yang tidak dapat dilakukan di FKTP - Perhitungan kecacatan dimana jenis kecacatan belum ada dalam pedoman penentuan kecacatan. c. Pasien yang didiagnosis Penyakit Akibat Kerja di FKRTL atau dirujuk dari FKTP dapat dirujuk balik ke FKTP sesuai pertimbangan dokter di FKRTL. d. Rujukan horizontal antar fasilitas kesehatan yang setara dimungkinkan (kepada faskes yang memiliki dokter yang kompeten dalam diagnosis Penyakit Akibat Kerja), apabila dalam satu wilayah belum terdapat sumber daya yang dapat memenuhi layanan yang dibutuhkan untuk tatalaksana Penyakit Akibat Kerja. e. Dalam hal suatu wilayah belum memiliki Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi, Dokter Spesialis Kedokteran Penerbangan dan Dokter Spesialis Kedokteran Kelautan maka Organisasi Profesi dapat menunjuk salah satu anggotanya sebagai pengampu di wilayah tersebut.
16
(7) LAIN-LAIN l Penyakit yang merupakan kelanjutan dari kecelakaan kerja (Penyakit Akibat Kecelakaan Kerja) merupakan Penyakit Akibat Kerja yang spesifik pada pekerjaan tertentu, seperti Hepatitis B, Hepatitis C dan HIV pasca kecelakaan kerja tertusuk jarum suntik terkontaminasi pajanan biologi. Untuk Low back pain dan HNP pasca cedera vertebra di tempat kerja juga termasuk dalam kecelakaan kerja. l Pencegahan penyakit akibat kecelakaan kerja yang memerlukan tatalaksana profilaksis dikategorikan sebagai Penyakit Akibat Kerja yang spesifik pada pekerjaan tertentu, seperti Needle Stick Injury, luka akibat terkena benda tajam terkontaminasi pajanan biologis dan penekanan pada vetebra.
17
Pasien pekerja
Tidak
Tidak
Rujuk SpOk/SpKI/SpKpRujuk SpOk/SpKI/SpKp
Pajanan yang komplekssebagai penyebab penyakitPenyakit akibat kerja barudan/atau pajanan baruPeran lintas profesiAdanya keraguan dan atauketidakpuasan pihak tertentu
Tidak
Penyakit Akibat Kerja
Penyakit Akibat Kerja
Penyakit Akibat Kerja
Penyakit Akibat Kerja
Rujuk Sp. terkait
Ya
Ya
DiagnosisKlinis
DiagnosisOkupasi
DiagnosisOkupasi
B
B
A1 A2
C
Diagnosis klinis tegak
Diagnosis klinis tegak
ALUR PENETAPAN KATEGORI PENYAKIT AKIBAT KERJA
FKTP FKTRL
18
(8) PREVENTIF PENYAKIT AKIBAT KERJA l Pada umumnya Penyakit Akibat Kerja bersifat irreversible sehingga tindakan pencegahan sangat diperlukan, bila tidak dilakukan akan menimbulkan Penyakit Akibat Kerja pada pekerja lain dengan risiko pekerjaan yang sama. l Upaya pencegahan Penyakit Akibat Kerja antara lain: a. Melakukan promosi kesehatan untuk upaya pencegahan pada pekerja lainnya, seperti penggunaan Alat Pelindung Diri, melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja. b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk deteksi dini. c. Mendorong pasien dan pemberi kerja untuk menjadi agen perubahan untuk pencegahan penyakit pada pekerja lainnya.
19
Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Sasaran upaya kesehatan kerja adalah seluruh pekerja baik sektor formal dan informal, termasuk ASN, TNI/POLRI. Deteksi dini dan pengelolaan Penyakit Akibat Kerja merupakan bagian dari upaya kesehatan kerja. Dengan peningkatan kompetensi dokter dalam diagnosis Penyakit Akibat Kerja melalui penetapan Konsensus Organisasi Profesi tentang Penyakit Akibat Kerja di Indonesia ini, diharapkan dapat meningkatkan upaya kesehatan kerja yang pada akhirnya meningkatkan derajat kesehatan pekerja dan produktifitas nasional.
BAB IVP E N U T U P
No. 1 2 3
Tube
rkul
osis
Kan
ker d
iseb
ab-
kan
oleh
asb
esto
s
Pneu
mok
onio
sis
yang
dis
ebab
kan
oleh
asb
esto
s
TB P
aru
Aki
bat K
erja
Mes
othe
lio-
ma
Aki
bat
Ker
ja
Asb
esto
sis
Aki
bat K
erja
Tube
r-ku
losi
s Pa
ru(A
15.0
)
Mes
othe
-lio
ma
pleu
ra(C
45.0
)
Pneu
mo-
coni
osis
ka
rena
as
bes
dan
sera
t mi-
nera
l lai
n-ny
a/A
sbes
-to
sis
(J61
)
Tida
k A
da
Tida
k A
da
Pleu
ral
plaq
ue
Myc
obac
-te
rium
Tu
berc
ulo-
sis
dari
man
usia
yang
te
rinfe
ksi
Asb
es
Asb
es
Tena
ga k
eseh
atan
ya
ng m
elay
ani p
asie
n TB
, Pet
ugas
labo
rato
-riu
m m
emer
iksa
spe
-si
men
pas
ien
TB,
Te
naga
non
kes
ehat
an
di fa
silit
as k
eseh
atan
ya
ng k
onta
k de
ngan
pa
sien
/spe
sim
en T
B
Peke
rja p
ada
indu
stri
asbe
s, p
eker
ja k
ons-
truk
si, p
eker
ja b
engk
el
otom
otif,
Peke
rja p
ada
indu
stri
asbe
s, p
eker
ja k
onst
ruk-
si, p
eker
ja b
engk
el
auto
mot
if,
Min
imal
1 bul
an
mas
a la
ten
> 15
ta
hun,
du
rasi
pa
jana
n tid
ak b
er-
peng
aruh
mas
a la
ten
> 15
ta
hun,
du
rasi
pa
jana
n m
inim
al
15 ta
hun
Tida
k A
da
Tida
k A
da
Tida
k A
da
A1 d
an A
2
A2
A2
Tida
k ad
a ko
ntak
de
ngan
pe
nder
ita T
B
di lu
ar
tem
pat k
erja
.
Tida
k ad
a riw
ayat
m
engg
una-
kan
atap
as
bes
di lu
ar
tem
pat k
erja
, Ti
dak
tingg
al
di a
rea
seki
tar i
ndus
-tr
i asb
es
Tida
k ad
a riw
ayat
m
engg
una-
kan
atap
as
bes
di lu
ar
tem
pat k
erja
, Ti
dak
tingg
al
di a
rea
seki
tar
indu
stri
asbe
s
A. D
AFT
AR
PEN
YAK
IT A
KIB
AT K
ERJA
YA
NG
SP
ESIF
IK P
AD
A P
EKER
JAA
N T
ERTE
NTU
LAM
PIR
AN
I
JEN
IS P
ENYA
KIT
A
KIB
AT K
ERJA
(P
erpr
es P
AK
)
DIA
GN
OSA
O
KU
PASI
(P
erm
enke
s N
o.56
)
ICD
XTA
ND
A
PATO
GN
O-
MO
NIK
AGEN
/PA
JAN
AN
PEK
ERJA
AN
LAM
APA
JAN
AN
FAK
TOR
IND
IVID
U
FAK
TOR
LAIN
DI L
UA
RPE
KER
JAA
N
KAT
EGO
RI
PEN
ETA
PAN
DIA
GN
OSA
21
22
Tida
kbe
r-pe
ngar
uh
Dur
asi
Tida
kbe
r-pe
ngar
uh
Tida
k ad
a riw
ayat
as
ma
atau
al
ergi
se
belu
m-
nya
Tida
k ad
a
A1 d
an A
2
A1 d
an A
2
Tida
k ad
a al
erge
n di
luar
pe
kerja
an
yang
dap
at
men
yeba
bkan
tim
buln
ya
asm
a
tidak
ada
ko
ntak
de
ngan
ba
han
irita
n ya
ng b
erad
a di
luar
tem
pat
kerja
FAK
TOR
IND
IVID
U
FAK
TOR
LAIN
DI L
UA
RPE
KER
JAA
N
KAT
EGO
RI
PEN
ETA
PAN
DIA
GN
OSA
No. 4 5
Asm
a ya
ng d
ise-
babk
an o
leh
peny
ebab
sen
si-
tisas
i ata
u za
t iri
tan
yang
dik
e-na
l dal
am p
rose
s pe
kerja
an
Der
mat
itis
kont
akiri
tan
yang
dis
e-ba
bkan
ole
h za
t iri
tan
yang
tim
bul
dari
aktiv
itas
peke
rjaan
, tid
ak
term
asuk
dal
am
peny
ebab
lain
; da
n
Asm
a A
kiba
t Ker
ja
Der
mat
itis
kont
ak
irita
n ak
ibat
ke
rja
Asm
a, ti
dak
dite
ntuk
an(J
45.9
)
Der
mat
itis
kont
ak ir
itan
kelo
mpo
k ag
en p
enye
bab
utam
a:
Sabu
n /
Det
erje
n,
Pela
rut,
Min
yak
dan
pelu
mas
, pr
oduk
m
inya
k bu
mi, A
sam
,al
kali,
Sem
en,
gara
m lo
gam
, te
rak
dan
kaca
wol
(L.2
4)
Gej
ala
timbu
l se
tela
h te
r-pa
jan
dan
berk
uran
g ap
abila
m
engh
inda
ripa
jana
n .
Gej
ala
ber-
kura
ng a
pa-
bila
men
g-hi
ndar
i age
n pe
nyeb
ab,
mor
folo
gi
lesi
ses
uai
deng
an
paja
nan
pada
are
a ko
ntak
,
Deb
u Te
pung
,D
eter
gen
bubu
k ya
ngm
enga
n-du
ng e
nzym
, Se
rbuk
sar
i,
D
ebu
Sem
en,
Sabu
n /
Det
erje
n,
Pela
rut,
Min
yak
dan
pelu
mas
, pr
oduk
m
inya
k bu
mi,
Asa
m,a
lkal
i, Se
men
, ga
ram
loga
m,
tera
k da
n ka
ca w
ol
atau
bah
an
irita
n la
inny
a.
Pem
buat
roti,
kue
da
n m
akan
an la
in
yang
men
gand
ung
tepu
ng, p
eker
ja
peru
saha
an p
embu
at
dete
rjen
bubu
k,Pe
kerja
laun
dy,
Peda
gang
bun
ga,
Peke
rja m
eube
l,
Peke
rjaan
yan
g m
engg
unak
an b
ahan
pa
jana
n ya
ng b
ersi
fat
irita
n. P
eker
ja d
i lin
g-ku
ngan
bas
ah
(wet
wor
kers
sep
erti
nela
yan,
pem
bant
u ru
mah
tang
ga,
penj
ual i
kan,
dll)
,
Pe
kerja
sem
en,
Pena
ta ra
mbu
t,
JEN
IS P
ENYA
KIT
A
KIB
AT K
ERJA
(P
erpr
es P
AK
)
DIA
GN
OSA
O
KU
PASI
(P
erm
enke
s N
o.56
)
ICD
XTA
ND
A
PATO
GN
O-
MO
NIK
AGEN
/PA
JAN
AN
PEK
ERJA
AN
LAM
APA
JAN
AN
No. 6 7
Der
mat
itis
kont
ak
aler
gika
dan
ur
tikar
ia y
ang
dise
babk
an o
leh
fakt
or p
enye
bab
aler
gi la
in y
ang
timbu
l dar
i ak
tivita
s pe
kerja
-an
yan
g tid
ak
term
asuk
dal
am
peny
ebab
lain
Peny
akit
yang
di
seba
bkan
ole
h fa
ktor
bio
logi
lain
di
tem
pat k
erja
Der
mat
itis
kont
ak
aler
gi
akib
at k
erja
Varic
ella
A
kiba
t Ker
ja
Der
mat
itis
kont
ak
aler
gi
kelo
mpo
k ag
en
peny
ebab
ut
ama:
an
tibio
tik,
peng
awet
, ta
nam
an
dan
poho
n,
antis
eptik
, pr
oduk
ka
ret,
pew
arna
, pe
reka
t dan
ag
en
bond
ing,
lo
gam
(L23
)
Varic
ella
zo
ster
viru
s da
ri m
anu-
sia
(B01
)
Are
a ko
ntak
se
suai
de
ngan
pa
jana
n,
tidak
lang
-su
ng ti
mbu
l se
tela
h ko
ntak
Tida
k A
da
Prod
uk
kare
t, pe
-w
arna
, pe
reka
t dan
ag
en
bond
ing,
lo
gam
Viru
s Va
ricel
la
zost
er
Peke
rja lo
gam
, pen
ya-
dap
kare
t, Pe
kerja
ke
bun
yang
men
ggu-
naka
n sa
rung
tang
an
kare
t, Pe
nyam
ak k
ulit,
pe
kerja
pem
buat
se
patu
, pe
kerja
te
kstil
di b
agia
n pe
war
naan
, pen
ata
ram
but,
Tena
ga k
eseh
atan
ya
ng m
elay
ani
pasi
en v
aric
ella
-
min
imal
14
har
i se
tela
h ko
ntak
Tida
k ad
a
Tida
k ad
a
A2
A1 d
an A
2
Tida
k ad
a ko
ntak
de
ngan
bah
an
paja
nan
di lu
ar te
mpa
t ke
rja
Tida
k ko
ntak
de
ngan
pe
nder
ita
varic
ella
di
luar
tem
pat
kerja
.
JEN
IS P
ENYA
KIT
A
KIB
AT K
ERJA
(P
erpr
es P
AK
)
DIA
GN
OSA
O
KU
PASI
(P
erm
enke
s N
o.56
)
ICD
XTA
ND
A
PATO
GN
O-
MO
NIK
AGEN
/PA
JAN
AN
PEK
ERJA
AN
LAM
APA
JAN
AN
FAK
TOR
IND
IVID
U
FAK
TOR
LAIN
DI L
UA
RPE
KER
JAA
N
KAT
EGO
RI
PEN
ETA
PAN
DIA
GN
OSA
23
No. 8 9
Car
pal t
unne
l sy
ndro
me
kare
na
perio
de b
erke
-pa
njan
gan
deng
an g
erak
re
petit
if ya
ng
men
gera
hkan
te
naga
, pek
erja
an
yang
mel
ibat
kan
geta
ran,
pos
isi
ekst
rim p
ada
perg
elan
gan
tang
an,
Peny
akit
otot
da
n ke
rang
ka la
in
Car
pal
Tunn
el
Synd
rom
A
kiba
t Ker
ja
Nye
ri Pu
nggu
ng
Baw
ah
Sede
rhan
a A
kiba
t Ker
ja
Car
pal
Tunn
el
Synd
rom
(G.5
6.0)
Sim
ple
LBP
(M54
.5)
Tida
k A
da
Kelu
han
ter-
jadi
seg
era
sete
lah
angk
at
angk
ut s
aat
beke
rja
Man
ual
hand
ling,
w
hole
bod
y vi
brat
ion
Ger
akan
be
rula
ng-
ulan
g (g
erak
re
petit
if),
peke
rjaan
ya
ng m
eli-
batk
an g
e-ta
ran,
Pos
isi
ekst
rim
pada
per
-ge
lang
an
tang
an
teru
tam
a ko
mbi
nasi
da
ri ris
iko
ters
ebut
Pera
wat
yan
g an
gkat
an
gkut
pas
ien,
Pe
ngen
dara
ala
t be
rat,
Peke
rja k
uli
pang
gul,
pene
rban
g he
likop
ter,
pram
u-ga
ri/pr
amug
ara
mek
anik
pes
awat
, A
nak
Bua
h K
apal
ba
gian
mes
in
Dok
ter g
igi,
Peke
rja
deng
an a
lat J
ack
Ham
mer
, Pek
erja
m
enge
tik, T
ukan
g po
tong
dag
ing
(but
cher
), p
eker
ja
gerg
aji (
saw
mill
),
peke
rja p
erak
itan
(man
ufac
ture
), pe
kerja
pel
intin
g ro
kok
deng
an ta
ngan
, pe
mai
n m
usik
dru
m
dan
peke
rja la
inny
a ya
ng te
rpaj
an g
erak
an
beru
lang
(ger
ak
repe
titif)
, get
aran
, po
sisi
eks
trim
pad
a pe
rgel
anga
n ta
ngan
Min
imal
8
bula
n
Ber
sifa
t ak
ut
sege
ra
sete
lah
terp
aja-
nan
Tida
k ad
a ob
esita
s,
tidak
ada
ke
ham
ilan,
tid
ak a
da
riway
at
disl
ipid
e-m
ia, h
iper
-te
nsi,
DM
, R
heum
a-th
oid
Art
hriti
s da
n tid
ak
ada
riwa-
yat c
ider
a pa
da p
er-
gela
ngan
ta
ngan
Tida
k ad
a riw
ayat
tr
aum
a tu
lang
pu
nggu
ng
sebe
lum
-ny
a, ti
dak
ada
riwa-
yat R
A/O
A
pada
tu-
lang
pun
g-gu
ng s
e-be
lum
nya.
A1 d
an A
2
A1
Tida
k ad
a ak
tifita
s la
in
di lu
ar p
eker
-ja
an y
ang
dapa
t m
enye
babk
an
CTS
sep
erti
ge
raka
n re
petit
if,
peke
rjaan
ya
ng m
elib
at-
kan
geta
ran,
po
sisi
eks
trim
pa
da p
erge
-la
ngan
tang
an
Tida
k ad
a ak
tivita
s m
anua
l ha
ndlin
g da
n w
hole
bo
dy v
ibra
tion
di lu
ar
peke
rjaan
.
JEN
IS P
ENYA
KIT
A
KIB
AT K
ERJA
(P
erpr
es P
AK
)
DIA
GN
OSA
O
KU
PASI
(P
erm
enke
s N
o.56
)
ICD
XTA
ND
A
PATO
GN
O-
MO
NIK
AGEN
/PA
JAN
AN
PEK
ERJA
AN
LAM
APA
JAN
AN
FAK
TOR
IND
IVID
U
FAK
TOR
LAIN
DI L
UA
RPE
KER
JAA
N
KAT
EGO
RI
PEN
ETA
PAN
DIA
GN
OSA
24
25
No. 10 11 12
Peny
akit
otot
dan
ke
rang
ka la
in
Peny
akit
yang
di
seba
bkan
ole
h ra
dias
i opt
ik,
mel
iput
i ultr
avi
olet
, rad
iasi
el
ektr
omag
netik
(v
isib
le li
ght)
, in
fra m
erah
, te
rmas
uk la
ser
Peny
akit
yang
di
seba
bkan
ole
h ra
dias
iopt
ik,
mel
iput
i ultr
avi
olet
, rad
iasi
el
ektr
omag
netik
(v
isib
le li
ght)
, in
fra m
erah
, te
rmas
uk la
ser
HN
P A
kiba
t K
erja
Kat
arak
Ju
veni
lis
Aki
bat
Ker
ja
Kera
titis
Ex
posu
re
Kel
aina
n Lu
mba
l dan
D
isku
s In
terv
erte
-br
alis
lain
-ny
a de
ngan
ra
diku
lopa
ti(M
51.1)
Kat
arak
la
inny
a(H
.26.
8)
Phot
oker
a-tit
is(H
16.1)
Has
il ro
ntge
n Le
si d
i L3,
L4
, L5
Terja
di
sege
ra s
ete-
lah
posi
si
angk
at a
ng-
kut s
aat
beke
rja
Tida
k ad
a
Gej
ala
tim-
bul s
eger
a se
tela
h te
rpap
ar
expo
sure
la
s
Ultr
a Vi
olet
, In
frare
d,
Mic
row
ave,
Pe
ngio
n Ra
dias
i
UV,
infra
red
Man
ual
hand
ling,
w
hole
bod
y vi
brat
ion
Peng
elas
, Pek
erja
an
deng
an p
apar
an
radi
asi p
engi
on d
ari
mes
in x
-ray
, rea
ktor
nu
klir,
pan
dai b
esi,
blow
er k
aca,
pen
er-
bang
dan
pek
erja
di
land
asan
pes
awat
.
Wel
ders
, Pek
erja
pe
lebu
ran
loga
m,
Peke
rja g
lass
blo
wer
, Pe
kerja
yan
g te
r-pa
par U
V, la
ser g
rade
3-
4 (p
anja
ng g
elom
-ba
ng 5
32 -
1064
nm
)
Pera
wat
yan
g an
gkat
an
gkut
pas
ien,
Pe
ngen
dara
ala
t be
rat,
Peke
rja k
uli
pang
gul,
pene
rban
g he
likop
ter,
pram
ugar
i/pr
amug
ara,
mek
anik
pe
saw
at, A
nak
Bua
h K
apal
bag
ian
mes
in
Ber
sifa
t ak
ut
sege
ra
sete
lah
terp
aja-
nan
Min
imal
6 B
ulan
Tim
bul
< 24
jam
se
tela
h te
rpap
ar
Tida
k ad
a riw
ayat
tr
aum
a tu
lang
pu
nggu
ng
sebe
lum
-ny
a, ti
dak
ada
riwa-
yat R
A/O
A
pada
tu-
lang
pun
g-gu
ng s
e-be
lum
nya.
Tida
k ad
a riw
ayat
tr
aum
a m
ata
sebe
lum
-ny
a, T
idak
ad
a riw
a-ya
t DM
se
belu
m-
nya
Tida
k ad
a
A2
A1 d
an A
2
A1
Tida
k ad
a ak
tivita
s m
anua
l ha
ndlin
g da
n w
hole
bo
dy v
ibra
tion
di lu
ar
peke
rjaan -
Tida
k ad
a
JEN
IS P
ENYA
KIT
A
KIB
AT K
ERJA
(P
erpr
es P
AK
)
DIA
GN
OSA
O
KU
PASI
(P
erm
enke
s N
o.56
)
ICD
XTA
ND
A
PATO
GN
O-
MO
NIK
AGEN
/PA
JAN
AN
PEK
ERJA
AN
LAM
APA
JAN
AN
FAK
TOR
IND
IVID
U
FAK
TOR
LAIN
DI L
UA
RPE
KER
JAA
N
KAT
EGO
RI
PEN
ETA
PAN
DIA
GN
OSA
No. 13 14
Ker
usak
an p
en-
deng
aran
yan
g di
seba
bkan
ole
h ke
bisi
ngan
Peny
akit
yang
di
seba
bkan
ole
h ud
ara
bert
ekan
an
atau
uda
ra y
ang
dide
kom
pres
i;
Tuli
sens
ori
neur
al a
ki-
bat b
isin
g di
tem
pat
kerja
(Noi
se
Indu
ced
Hea
ring
Loss
)
Otit
ic
baro
trau
ma
akib
at k
erja
Efek
keb
i-si
ngan
pad
a te
linga
ba
gian
da
lam
(H83
.3)
Aer
o ot
itic
baro
trau
ma
(T70
.0)
Sens
oryn
e-ur
al H
earin
g Lo
ss.
Pem
erik
sa-
an a
udio
-m
etri
nada
m
urni
did
a-pa
tkan
tuli
sens
orin
e-ur
al p
ada
freku
ensi
an
tara
300
0 –
6000
Hz
Tida
k ad
a
Bis
ing
berle
bih
Peru
baha
nTe
kana
n
Peke
rja d
rillin
g,Pe
kerja
ben
gkel
,Pe
ngem
udi a
lat b
erat
,
Peke
rja k
amar
mes
in
kapa
l, Pe
kerja
ruan
g m
esin
kom
pres
or
hipe
rbar
ik, T
ekni
si
pesa
wat
, Pen
erba
ng
helik
opte
r Pek
erja
di
land
asan
pes
awat
, te
naga
kes
ehat
an
evak
uasi
med
is u
dara
Pa
ndai
bes
i, Pe
rson
il m
ilite
r dan
kep
olis
ian
yang
men
ggun
akan
se
njat
a ap
i. Pe
kerja
an
lain
nya
yang
terp
apar
bi
sing
ting
gi.
Pene
rban
g, A
wak
ka-
bin
dan
atle
t dirg
an-
tara
, pen
yela
m, t
ena-
ga k
eseh
atan
pen
-da
mpi
ng ru
ang
udar
a H
ypob
arik
dan
Hyp
erba
rik (
TOH
B),
Peke
rja d
i baw
ah
tana
h (C
ompr
esse
d A
ir W
orke
r (C
AW))
, te
naga
kes
ehat
an
evak
uasi
med
is u
dara
A1 d
an A
2
A2
Tida
k ad
a ho
bi m
en-
deng
arka
n m
usik
ker
as,
men
emba
k,
dan
lain
lain
Tida
k ad
a
Tida
k di
tem
ukan
riw
ayat
ge
netik
pa
da te
-lin
ga, r
i-w
ayat
m
inum
ob
at
(oto
toks
ik),
infe
ksi
telin
ga
kron
ik),
trau
ma
kepa
la,
trau
ma
telin
ga
Tida
k ad
a
-
Ber
sifa
t ak
ut
sege
ra
sete
lah
terp
aja-
nan
JEN
IS P
ENYA
KIT
A
KIB
AT K
ERJA
(P
erpr
es P
AK
)
DIA
GN
OSA
O
KU
PASI
(P
erm
enke
s N
o.56
)
ICD
XTA
ND
A
PATO
GN
O-
MO
NIK
AGEN
/PA
JAN
AN
PEK
ERJA
AN
LAM
APA
JAN
AN
FAK
TOR
IND
IVID
U
FAK
TOR
LAIN
DI L
UA
RPE
KER
JAA
N
KAT
EGO
RI
PEN
ETA
PAN
DIA
GN
OSA
26
No. 1615
Peny
akit
yang
di
seba
bkan
ole
h ud
ara
bert
ekan
an
atau
uda
ra y
ang
dide
kom
pres
i
Peny
akit
yang
di
seba
bkan
ole
h ud
ara
bert
ekan
an
atau
uda
ra y
ang
dide
kom
pres
i;
Bar
otra
uma
(Mat
a, S
alu-
ran
Cer
na
Salu
ran
Na-
pas,
Kul
it,
Gig
i) A
kiba
t K
erja
Sinu
s ba
rotr
aum
a ak
ibat
ker
ja
Efek
dar
i te
kana
n ud
ara
dan
teka
nan
air,
tidak
spe
-si
fik (
T70.
9)
Sinu
s ba
rotr
aum
a(T
70.1)
Tida
k ad
a
Tida
k ad
a
Peru
baha
nTe
kana
n
Peru
baha
nTe
kana
n
Pene
rban
g, A
wak
ka
bin
dan
atle
t dir-
gant
ara,
pen
yela
m,
tena
ga k
eseh
atan
pe
ndam
ping
ruan
g ud
ara
Hyp
obar
ik d
an
Hyp
erba
rik (
TOH
B),
Peke
rja d
i baw
ah
tana
h (C
ompr
esse
d A
ir W
orke
r (C
AW),
tena
ga k
eseh
atan
ev
akua
si m
edis
uda
ra
Pene
rban
g, A
wak
ka-
bin
dan
atle
t dirg
an-
tara
, pen
yela
m, t
ena-
ga k
eseh
atan
pen
-da
mpi
ng ru
ang
udar
a H
ypob
arik
dan
Hyp
erba
rik (
TOH
B),
Peke
rja d
i baw
ah
tana
h (C
ompr
esse
d A
ir W
orke
r (C
AW))
, te
naga
kes
ehat
an
evak
uasi
med
is u
dara
A2A2
Tida
k ad
a
Tida
k ad
a
Tida
k ad
a
Tida
k ad
a
Ber
sifa
t ak
ut s
e-ge
ra
sete
lah
terp
ajan
an
Ber
sifa
t ak
ut
sege
ra
sete
lah
terp
aja-
nan
JEN
IS P
ENYA
KIT
A
KIB
AT K
ERJA
(P
erpr
es P
AK
)
DIA
GN
OSA
O
KU
PASI
(P
erm
enke
s N
o.56
)
ICD
XTA
ND
A
PATO
GN
O-
MO
NIK
AGEN
/PA
JAN
AN
PEK
ERJA
AN
LAM
APA
JAN
AN
FAK
TOR
IND
IVID
U
FAK
TOR
LAIN
DI L
UA
RPE
KER
JAA
N
KAT
EGO
RI
PEN
ETA
PAN
DIA
GN
OSA
27
No. 17 18 19
Peny
akit
yang
di
seba
bkan
ole
h ud
ara
bert
ekan
an
atau
uda
ra y
ang
dide
kom
pres
i
Viru
s H
epat
itis
Viru
s H
epat
itis
Peny
akit
Dek
ompr
esi
Aki
bat K
erja
(C
aiss
on
Dis
ease
)
Hep
atiti
s B
A
kiba
t ker
ja
Hep
atiti
s C
A
kiba
t ker
ja
Cai
sson
di
seas
e/de
com
pres
-si
on
sick
ness
(T70
.3)
Hep
atiti
s B
A
kut (
B16
)
Hep
atiti
s C
A
kut
(B17
.0)
Tida
k ad
a
Pern
ah
men
gala
mi
need
le s
tick
inju
ry d
ari
pasi
en
Hep
atiti
s B
Pern
ah
men
gala
mi
need
le s
tick
inju
ry d
ari
pasi
en
Hep
atiti
s C
Peru
baha
nTe
kana
n
Viru
s H
epa-
titis
B d
ari
dara
h da
n/ca
iran
tubu
h ya
ng te
rin-
feks
i
Viru
s H
epa-
titis
C d
ari
dara
h da
n/ca
iran
tubu
h ya
ng te
rin-
feks
i
Pene
rban
g, A
wak
ka-
bin
dan
atle
t dirg
an-
tara
, pen
yela
m, t
ena-
ga k
eseh
atan
pen
-da
mpi
ng ru
ang
udar
a H
ypob
arik
dan
Hyp
erba
rik (
TOH
B),
Peke
rja d
i baw
ah
tana
h (C
ompr
esse
d A
ir W
orke
r (C
AW))
, te
naga
kes
ehat
an
evak
uasi
med
is u
dara
Tena
ga k
eseh
atan
ya
ng m
eraw
at p
asie
n,
tena
ga la
bora
toriu
m,
Tena
ga k
eseh
atan
ya
ng m
eraw
at p
asie
n,
tena
ga la
bora
toriu
m,
A2
A2
A2
Tida
k ad
a
Tida
k ad
a riw
ayat
tr
ansf
usi
dara
h
Tida
k ad
a riw
ayat
tr
ansf
usi
dara
h
Tida
k ad
a
Tida
k ad
a riw
ayat
H
epat
itis
B
sebe
lum
-ny
a (P
eme-
riksa
an s
e-be
lum
nya
nega
tif)
Tida
k ad
a riw
ayat
H
epat
itis
C
sebe
lum
-ny
a (P
eme-
riksa
an s
e-be
lum
nya
nega
tif)
Ber
sifa
t ak
ut
sege
ra
sete
lah
terp
aja-
nan
kura
ng
dari
6 bu
lan
kura
ng
dari
6 bu
lan
JEN
IS P
ENYA
KIT
A
KIB
AT K
ERJA
(P
erpr
es P
AK
)
DIA
GN
OSA
O
KU
PASI
(P
erm
enke
s N
o.56
)
ICD
XTA
ND
A
PATO
GN
O-
MO
NIK
AGEN
/PA
JAN
AN
PEK
ERJA
AN
LAM
APA
JAN
AN
FAK
TOR
IND
IVID
U
FAK
TOR
LAIN
DI L
UA
RPE
KER
JAA
N
KAT
EGO
RI
PEN
ETA
PAN
DIA
GN
OSA
28
No. 20 21
Kel
aina
n sa
lura
n pe
rnaf
asan
ata
s ya
ng d
iseb
abka
n ol
eh s
ensi
tisas
i at
au ir
itasi
zat
ya
ng a
da d
alam
pr
oses
pek
erja
an
Peny
akit
salu
ran
pern
afas
an la
in
di m
ana
ada
hu-
bung
an la
ngsu
ng
anta
ra p
apar
an
fakt
or ri
siko
yan
g m
uncu
l aki
bat
aktiv
itas
peke
rja-
an d
enga
n pe
nya-
kit y
ang
dial
ami
oleh
pek
erja
yan
g di
bukt
ikan
sec
ara
ilmia
h de
ngan
m
engg
unak
an
met
ode
yang
te
pat
Rhi
nitis
dan
R
hino
sinu
-si
tis A
kiba
t K
erja
Lary
ngiti
s A
kut A
kiba
t K
erja
Rhi
nitis
A
kut (
J00)
Lary
ngiti
s A
kut (
J04.
0)
-
Suar
a se
rak
sete
lah
peng
guna
-an
sua
ra
berle
biha
n sa
at b
eker
ja
Deb
u
Peng
guna
anpi
ta s
uara
be
rlebi
han
Peke
rja d
i pab
rik
sem
en, p
abrik
text
ile,
pert
amba
ngan
ba
tuba
ra, p
eker
ja
di p
abrik
asb
es,
Peny
anyi
, pre
sent
er,
pem
baca
ber
ita, g
uru,
do
sen,
pek
erja
an la
in
yang
men
ggun
akan
su
ara
berle
biha
n.
A1
A1 d
an A
2
Tida
k ad
a pa
jana
n /d
ebu
lain
di
luar
pe
kerja
n.
-
Tida
k ad
a riw
ayat
al
ergi
se-
belu
mny
a
Tida
k ad
a
Sege
ra
sete
lah
terp
ajan
Sege
ra
sete
lah
peng
gu-
naan
su
ara
berle
bih-
an
JEN
IS P
ENYA
KIT
A
KIB
AT K
ERJA
(P
erpr
es P
AK
)
DIA
GN
OSA
O
KU
PASI
(P
erm
enke
s N
o.56
)
ICD
XTA
ND
A
PATO
GN
O-
MO
NIK
AGEN
/PA
JAN
AN
PEK
ERJA
AN
LAM
APA
JAN
AN
FAK
TOR
IND
IVID
U
FAK
TOR
LAIN
DI L
UA
RPE
KER
JAA
N
KAT
EGO
RI
PEN
ETA
PAN
DIA
GN
OSA
29
KODE
B. DAFTAR BEBERAPA PENYAKIT YANG DAPAT MENJADI DUGAAN PENYAKIT AKIBAT KERJA
LAMPIRAN II
PENYAKIT AGEN PEKERJAAN / INDUSTRI
A15.-toA19.-
A21.-
A22.-
A23.-
A26.-
A27.-
A35
A69.2
A70
J16.0
A15-16 tuberkulosisA17 pernapasan Nervous A18 organ lain A19 milier tuber-kulosistularemia
Anthrax
brucellosis
Erysipeloid A26.0 Cutaneouserysipeloid
leptospirosis
Tetanus
Penyakit Lyme
Chlamydia psittaci infeksi(Ornithosis)
Pneumonia klamidia (Perhatikan juga pneumonia lainnya di J10-J18)
Mycobacterium tuberculosis dari manusia yang terinfeksiMycobacterium bovis dari hewan yang terinfeksi
Francisella tularensis dari berba-gai hewan, terutama kelinci, kelinci, tupai, tikus, tikus dan hewan pengerat lainnya
Bacillus anthracis dari produk hewani
Brucella spesies dari ternak
Erysipelothrix rhusiopathiae dari hewan yang terinfeksi
interrogans Leptospira dari hewan (terutama tikus), urin hewan atau tanah yang tercemar
Clostridium tetani dari tanah, limbah atau hewan melalui luka yang mendalam uncleaned
Borrelia burgdorferi dari gigitan kutu yang terinfeksiChlamydia psittaci dari burung
Chlamydia pneumoniae dari manusia
Pekerjaan perawatan kesehatan, laboratorium medis Pekerjaan rumah potong hewan, pekerjaan hewan
Pertanian dan peternakan kerja, kehutanan, perburuan, kerja hewan, pekerjaan laboratorium dan pekerjaan lain dengan binatang kecil berbulu
Pertanian dan peternakan bekerja, bekerja rumah potong hewan, pekerjaan kedokteran hewan, pekerjaan laborato-rium, bekerja dengan wol, rambut dan kulitPertanian dan peternakan bekerja, bekerja hewan, pekerjaan rumah potong hewan, pekerjaan laboratorium
Pertanian dan hewan kerja peternakan, bekerja hewan, pekerjaan rumah potong hewan, pekerjaan pengolahan daging dan pekerjaan lain yang melibatkan kontakdengan babi, sapi, unggas atau ikan
Pertanian dan hewan kerja peternakan, bekerja hewan, pekerjaan rumah potong hewan, pekerjaan susu, pekerjaan pengolahan daging, bekerja dengan kontak dengan tanah yang terkontami-nasi (misalnya tebu dan pekerja lapangan), nelayan air tawar dan penangan ikan, pekerjaan limbah, pengumpul sampah
Pertanian dan kerja militer, pekerjaan konstruksi, pekerjaan limbah, bekerja dengan kontak dengan tanah yang terkontaminasi
Pekerjaan luar, misalnya pertanian dan kehutananPekerjaan yang melibatkan kontak dengan unggas, unggas atau kotoran mereka
Pekerjaan perawatan kesehatan
30
KODE PENYAKIT AGEN PEKERJAAN / INDUSTRI
A77.-
A78
A82.-
A84.-
A98.-
B01.-
B05.-
B39.-
B42.-
B58.-
B65.-
B67.-
B16.-
B17.-
B20.-toB24.-
B38.-
Demam Spotted (tick-borne rickettsioses)Demam Q
penyakit anjing gila
Tick-Bome ensefalitis viral
Demam berdarah virus lainnya, tidak diklasifikasikan di tempat lain
varicella
Campak
histoplasmosis
sporotrichosis
toksoplasmosis
schistosomiasis
Ecchinococcosis
Hepatitis B akut
Lainnya akut virus hepatitis B17.0 akut hepatitis C
Human immunodefi-ciency virus penyakit(HIV)coccidioidomycosis
rickettsii rickettsia dan Rickettsia jenis lainnya
Coxiella burnetii dari hewan domestik (sapi, domba, kambing) atau lebihjarang melalui gigitan kutu
Virus biasanya dari gigitanterinfeksihewan liar atau domestik
Virus dari kutu
Virus dari hewan pengerat
Varicella zoster virus dari manusiaVirus dari manusia
Histoplasma capsulatum dari tanah;burung atau kelelawar kotoran (endemik Amerika Utara bagian timur)
Schenkii Sporothrix dari sisa-sisa tanaman, pohon dan tanaman kebun kulit
Toxoplasma gondii dari kucing (atau burung, domba, kambing, babi, sapi, dan lain-lain)
Schistosoma spesies dari kontak dengan air yang terkon-taminasiEcchinococcus spesies dari anjing dan hewan ternak dalam negeri
Virus hepatitis B dari darah yang terinfeksi
Virus hepatitis C dari darah yang terinfeksi
Virus HI dari darah yang terinfeksi
Coccidioides immitis dari tanah (endemik barat Amerika Utara)
Kerja laboratorium, pekerjaan luar
Domba dan sapi pertanian, pekerjaan laboratorium, kerja tekstil, pekerjaan rumah potong hewan, pekerjaan hewan
Pertanian dan peternakan bekerja, bekerja hewan, pekerjaan laboratorium hewan, personel kontrol hewan, pekerja satwa liar
Pekerjaan luar, misalnya pemburu, petani, tukang kebun, ahli geologi
Pekerja pertanian, penggembala, pekerja kontrol hewan pengerat
Perawatan kesehatan dan pekerjaan laboratoriumPerawatan kesehatan dan pekerjaan laboratorium
kerja pertanian, bekerja dengan unggas, pekerjaan laboratorium
Pertanian kerja, tukang kebun, toko bunga
kerja pertanian, pekerjaan hewan, pekerjaan rumah potong hewan, toko hewan peliharaan kerja
kerja pertanian, pengairan apapun (misalnya pembangunan bendungan, bekerja dengan kolam irigasi dan kanal)
gembala
Perawatan kesehatan dan pekerjaan laboratorium, staf penjara, polisi dan personil ambulans
Perawatan kesehatan dan pekerjaan laboratorium, staf penjara, polisi dan personil ambulans
Perawatan kesehatan dan pekerjaan laboratorium
kerja pertanian, pekerjaan laboratorium, pekerjaan militer
31
KODE PENYAKIT AGEN PEKERJAAN / INDUSTRI
C22.-
C30.-
C32.-
C34.-
C40.-toC41.-
C44
C67.-
D59.-
D61.-
C91.- ke C95.-
C45.-
neoplasma ganas hati dan duktus empedu intrahepatikGanas neoplasma dari rongga hidung dan telinga tengahneoplasma ganas laring
neoplasma ganas bronkus dan paru-paru
Neoplasma ganas tulang dan tulang rawan artikular
neoplasma ganas kulit lainnya
neoplasma ganas kandung kemih
Mengakuisisi hemo-litik anemia
anemia aplastik lainnya D61.2 anemia aplastik karena lainnya.agen eksternal
leukemiaC91 limfoid leukemia C92 myeloid leuke-mia C94 lain dari jenis sel tertentu
mesotheliomaC45.0 Mesothelioma pleura C45.1 Mesothelioma dari peritoneum C45.7 Mesothelioma dari situs lain C45.9 Mesothelioma, ditentukan
vinil klorida
debu kayu
Asbes
Asbes
radiasi pengion
arsenikum
amina aromatik
Arsenik hidrida (arsine)NaftalinTributyl timahBensol
Radiasi pengion
radiasi pengion
Benzene
Asbes
Pembuatan vinil klorida, vinil
Kayu, lemari dan furniture pembuatprodusen kromium, pelapisan logam,
industri asbes dan pemanfaat (lihat C45)
industri asbes dan pemanfaat (lihat C45)
Pekerjaan dengan paparan radiasi pengion dari mesin x-ray, reaktor nuklir dll, pekerjaan yang melibatkan isotop
pertambangan arsenik, peleburan tembaga, produksi dan penggunaan pestisida arsenik, herbisida dan insekti-sida, tanning, pembuatan kaca
Karet dan pewarna pekerja
Proses elektrolisis, mineral arsenikpengolahan
Pekerjaan dengan paparan benzena misalnya penggunaan benzenamengandung pelarut, industri minyak bumi, coke oven.pekerjaan dengan paparan radiasi pengion dari mesin x-ray, reaktor nuklir dan lain-lain, pekerjaan yang melibat-kan isotop
Pekerjaan dengan paparan radiasi pengion dari mesin x-ray, reaktor nuklir dll, pekerjaan yang melibatkan isotopPekerjaan dengan paparan benzena, misalnya coke oven, penggunaan benzena mengandung pelarut
Industri asbes dan pemanfaat (tambang misalnya asbes dan pertambangan, industri produk asbes, pekerjaan isolasi, pekerjaan konstruksi, kerja galangan kapal, kerja garasi, pekerjaan yang melibatkan pemindahanbahan asbes yang mengandung)
32
KODE PENYAKIT AGEN PEKERJAAN / INDUSTRI
D64.-
D70
D74.-
G25.-
G62.-
G56.-
G21.-
anemia lainnyaD64.2 anemia sidero-plastic sekunder akibat obat dan racun
agranulositosis
Methaemoglobinaemias D74.8 methaemo-globinaemias Lainnya
ekstrapiramidal lainnya dan gang-guan gerak
Polineuropati karena agen beracun lainnya agen beracun
G62.2 Polineuropati karena lainnya
Polineuropati diten-tukan G62.8 Lainnya
Mononeuropati ekstremitas atasG56.0 Carpal tunnel syndrome G56.2 Lesi dari saraf ulnaris G56.3 Lesi saraf radial G56.8 mononeuropati lain ekstremitas atas
parkinson sekunder G21.2 parkinson sekunder karena penyebab eksternal lainnya
Lead
Bensol
Radiasi pengion
amino aromatik dan nitrocompounds
Merkuri dan senyawanya
Arsen dan yang Senyawa Acrylamide, karbon disulfida, etilen oksida, N-Hexane dan Metil n, butil keton, lead, Air raksa, Organophosphorous.Radiasi
Getaran (misalnya tangan)
Untuk G56.0: kuat pekerjaan berulang-ulang, getaran dan postur ekstrim pergelangan tangan. terutama kombinasi dari risiko tersebut
Mangan
Timah dan seng pertambangan dan metalurgi, industri konstruksi, pipa, tanaman akumulator, pembuatan amunisi, pembuatan keramik atau kristal, pembuatan baterai penyimpanan timbal, pengelasan dan pemotongan
Pekerjaan dengan paparan benzena misalnya penggunaan benzena mengandung pelarut, industri minyak bumi, coke ovenPekerjaan dengan paparan radiasi pengion dari mesin x-ray, reaktor nuklir dll, pekerjaan yang melibatkan isotop
Bahan peledak dan industri pewarna
produksi, baterai produksi, pembuatan fungisida, metalurgi merkuri, pembuatan peralatan yang mengandung merkuri (misalnya termometer)
Arsenik pertambangan, tembaga peleburan, produksi dan penggunaan pestisida arsenik, herbisida dan insektisida, tanning, pembuatan kaca, industri plastik Rayon manufaktur, karet dan pekerjaan laboratorium, Etilena operator sterilisasi oksida, Penggunaan n-heksana atau metil,pelarut butil keton lihat G92 halaman berikutnya melihat G25 di atasPenggunaan alat getar
Untuk G56.0: Pekerjaan yang melibatkan gerakan berulang kuat, bekerja dengan alat getar, pekerjaan melibatkan postur ekstrim pergelangan tangan, misalnya daging, unggas dan pengolah ikan, sawmill dan creamery pekerja, pekerja konstruksi
Mangan pertambangan dan pengolahan, metalurgi, pembuatan baterai, pengelasan
33
KODE PENYAKIT AGEN PEKERJAAN / INDUSTRI
G92
H10.-
H16.-
H55
H83.3
I73.0
J60
J61
J62.-
J63.-
H26.-
ensefalopati toksik
konjungtivitiskonjungtivitis H10.8 Lainnya
keratitisH16.1 lain keratitis superfisia
Nistagmus dan gerakan mata yang tidak teratur lainnya
efek kebisingan pada telinga bagian dalam
Raynaud ' sindrom s
Coalworker ' s pneumoconiosis
Pneumoconiosis karena asbes dan serat mineral lainnya (Asbestosis)
Pneumoconiosis akibat debu yang mengandung silika (Silikosis)
Pneumoconiosis karena lainnya
katarak lainnya H26.8 lainnya katarak ditentukan
Lead, Air raksa, Pelarut misalnya: ToluenaXylene, styrene, pentanawhite spirit1,1,2, trichlorethane
Banyak alergen yang disebutkan dalam asma kerja (J45) dan rhinitis kerja (J30.3) juga dapat menyebabkan konjungtivitis kerja (lihat bagian A.9.2)
Radiasi UV
Sinar petir
kebisingan yang berlebihan
Getaran
debu batu bara
Asbes
Talk silica
AluminiumBauksit
Ultra Violet, Infrared, Microwave, Pengion Radiasi
Timah dan seng pertambangan dan metalurgi, industri konstruksi, pipa, akumulator tanaman, pembuatan amunisi, pembuatan keramik atau kristal, pembuatan baterai penyimpanan timbal, pengelasan dan pemotongan produksi elektrolit klorin, produksi baterai, pembuatan fungisida, merkuri industri metalurgi Pekerjaan dengan paparan pelarut.
Lihat J45
Pekerjaan dengan paparan radiasi UV, misalnya pengelasan, pekerjaan luar.
Penambang
Berbagai industri dan pekerjaan
Lumberjacks, rantai sawyers, penggiling, chipper, pengebor batu, pemotong batu, operator bor, riveters
Penambang batubara
Industri asbes dan pemanfaat (tambang misalnya asbes dan pertambangan, industri produk asbes, insulasi peker-jaan, pekerjaan konstruksi, kerja
Prosesor bedak, pertambangan soapstonepenggilingan, polishing, Pertambangan industri kosmetik, penggalian, pengecoran,
Pembuatan dan pemanfaatan aluminium Ekstraksi bauksit dan pengolahan
Teknisi microwave dan radar, pekerjaan dengan paparan radiasi pengion dari mesin x-ray, reaktor nuklir, pekerjaan yang melibatkan isotop Pandai Besi, blower kaca, petani, nelayan
34
KODE PENYAKIT AGEN PEKERJAAN / INDUSTRI
J65
J92.-
J84.-
J94.-
J3 0,3
J66.-
J45.-
J90
J63.2 BerylliosisJ63.3 Graphite fibrosis (paru-paru)
J63.5 Stannosis
J63.8 Pneumokoni-osis karena debu anorganik lainnya ditentukan
Pneumoconiosis terkait dengan tuberkulosis
plak pleura J92.0 pleura plak dengan kehadiran asbes
Interstitial penyakit paru J84.1 Lain penyakit paru inter-stitial dengan fibrosis
Kondisi pleura lainnya J94.8 kondisi pleura ditentukan lain
rhinitis alergi lainnya
Airway penyakit akibat tertentu J66.0 debu organik Bisino-sis J66.1 Flax-dresser ' penyakit s Penyakit J66.8 Airway akibat debu organik spesifik lainnya
AsmaJ45.0 asma Terutama alergiJ45.1 Non-alergi J45.8 asma Campur J45.9 asma Asma, tidak ditentukan
Efusi pleura, tidak diklasifikasikan di tempat lain
Berilium Graphite debu debu Iron
Tim Debu dan Asap
Misalnya campuran pneumoconiosis debu
Salah satu kondisi di J60-J64 ketika rumit dengan TB harus dikodekan sebagai J65 menurut ICD-10.
Asbes
Logam keras (cobalt)Catatan: Selain pneumokoni-osis, penyakit logam keras- mungkin memiliki manifestasi
Yang berhubungan dengan asbes penebalan pleura difus
Banyak agen yang menyebab-kan asma pekerjaan, juga dapat menginduksi rhinitis alergi asal kerja (lihat J45)
Kapas, rami, rami, dan debu sintetis cotton- debu rami, debu organik, seperti debu gandum, hewan yang berasal debu, jamur atau debu mikroba lainnya.
Berbagai macam zat kimia dan biologi. contoh isosianat, tepung dan biji-bijian debu Epitel hewan dan ekskresi, debu kayu, Tanaman debu pewarna reaktif, Persulfates, Lateks (karet alam),
Asbes
Ekstraksi berilium dan metalurgi, industri kedirgantaraan, Produksi industri nuklir dari artikel grafit, produksi grafit buatandari minyak batubarapertambangan timah dan metalurgi
peleburan
Lihat resiko pekerjaan / industri J60-J63 atas
industri asbes dan pemanfaat (lihat J61, halaman sebelumnya)
Sintering, pekerja yang terpapar debu dari logam sinter (misalnya penggilingan alat logam keras)
industri asbes dan pemanfaat (lihat J61, halaman sebelumnya)
Lihat J45
pekerja industri kapas, bekerja dengan paparan debu organik (misalnya kerja pertanian)
pekerjaan kimia, semprot lukisan, pembuatan busa poliuretan, penggunaan polyurethane- perekat berbasis Baking, pertanian kerja laboratorium, pertanian, kayu bekerja, tukang kayu, Pekerjaan dengan paparan debu dari tanaman pencelup Tekstil penata rambut, pekerjaan perawatan kesehatan
industri asbes dan pemanfaat (lihat J61, halaman sebelumnya)
35
KODE PENYAKIT AGEN PEKERJAAN / INDUSTRI
J67.-
L50.-
L58.-
L23.-
L24.-
L25.-
L70.-
M65.-
K71.-
Pneumonitis hiper-sensitif akibat debu organikJ67.0 Farmer'paru-paru’sJ67.1 BagassosisJ67.2 Bird pelamun’paru-paru’sJ67.3 SuberosisJ67.4 Maltworker’paru-paru’sJ67.5 Jamur-pekerja’s paru
urtikariaL50.6 Kontak urtikaria
radiodermatitisradiodermatitis L58.0 akutradiodermatitis kronis L58.1
dermatitis kontak alergi kelompok agen penyebab utama
dermatitis kontak iritan kelompok agen penyebab utama:
dermatitis kontak yang tidak ditentukan
jerawatjerawat L70.8 Lainnya
Sinovitis dan teno-sinovitis M65.4 Radial styloid teno-synovitis (de Quer-vain)
penyakit hati beracun
Pneumonitis hipersensitif dapat disebabkan jamur dari sumber yang berbeda atau debu organik lainnya
Lateks (karet alam)produk makanan (tepung, buah-buahan, sayuran, dll)
Radiasi pengion
chloracne: hidrokarbon aromatik terhalogenasi (misalnya Polychlorinated biphenyls, PCB) Lainnya kimia diinduksi jerawat: Aspal, Creosote, Minyak, Grease, pitch, Tar
gerakan berulang, pengerahan tenaga kuat dan postur ekstrim pergelangan tangan. Terutama kombinasi faktor-faktor
Berbagai bahan kimia dapat menyebabkan kerusakan hati beracun.Contoh: Carbon tetra chloride, vinyl chloride, herbi-side paraquat, PCB, KhloroformKuning (putih) fosfor
Pekerjaan yang melibatkan paparan jamur atau spora jamur (lihat pembagian J67 untuk beberapa pekerjaan risiko)
pekerjaan perawatan kesehatanMakanan dan pembuatan produk makanan, pekerjaan laboratorium Pertanian Agriculture Animal
Pekerjaan dengan paparan radiasi pengion dari mesin x-ray, reaktor nuklir dll, pekerjaan yang melibatkan isotop
Berbagai pekerjaan dalam pembuatan dan penggunaan dari masing-masing agen penyebab
Berbagai pekerjaan dalam pembuatan dan penggunaan dari masing-masing agen penyebab
Seperti di L23 dan L24
Pestisida dan herbisida industri, bekerja dengan kondensor dan transformer, Penyulingan minyak, pekerjaan aspal
Pekerjaan yang melibatkan gerakan berulang, pengerahan tenaga kuat dan postur ekstrim pergelangan tangan.Misalnya daging, ikan dan
Pajanan pada pekerja Dry cleaning, industry plastic, pertanian dan pekerja lain yang terpapar bahan tersebut. Pembuatan bahan peledak, rodentisida dan pupuk
36
KODE PENYAKIT AGEN PEKERJAAN / INDUSTRI
M70.-
N14.-
T75.3
H04.1
F43.1
L92
M90.3
T59.7
T58
T41.5
T59.0
Z58.3
Z73.0
M77.-
gangguan jaringan lunak terkait dengan menggunakan, berlebihan dan tekanan
Obat dan berat-logam yang disebab-kan kondisi tubulo-interstitial dan tubu-lar N14.3 Nefropati disebabkan oleh berat logam N14.4 Toxic nefropati, tidak di tempat lain
Mabuk perjalanan
Sindrom mata kering
Post traumatic stress disorder
Granuloma disorder of skin and subcu-taneus tissue (swimmer elbow)
Osteonecrosis in caisson disease
Toxic effect of carbon dioxide
Toxic effect of carbon monoxide
Toxic effect of oxigen
Toxic effect of nitrogen
Kelembaban, suhu
Trauma
Mycobacterium marinum
Tekanan udara tinggi
Udara tekanan tinggi
Udara tekanan tinggi
Oksigen tekanan tinggi
Udara tekanan tinggi
Stressful work schedule
Burn-Out
Lainnya enthesopa-thies M77.0 Medial epicondylitis M77.1 Lateral epicondylitis
gerakan berulang, pengerahan tenaga kuat dan postur ekstrim pergelangan tangan. Terutama kombinasi faktor-faktor risiko.
Logam berat: misalnya kadmium, Dye dan pigmen Halogenasi hidrokarbon: misalnya karbon tetraklorida, trichloroethylene
Jadwal kerja, beban kerja fisik dan mental
Kerja kuat berulang-ulang
Sama seperti di atas karpet dan lapisan lantai
manufaktur, manufaktur baterai nikel-kadmium, elektro plating, Pekerjaan industri plastik dengan eksposur, pelarut yang mengandung hidrokarbon terhalogenasi
Penerbang, pramugari/a, atlet dirgantara,tenaga kesehatan evakuasi medis udara, anak buah kapal, pekerja anjungan lepas pantai, tenaga penunjang
Percepatan atau gerakan lain yang disebabkan oleh perja-lanan menggunakan pesawat, transportasi laut
Penerbang, pemandu lalu lintas udara
Penerbang, pramugari/a, pengatur lalu lintas udara, pekerja di landasan pesawat udara
Nelayan penyelam
Penyelam, compressed air worker, attendance terapi oksigen hiperbarik.
Nelayan penyelam tradisional, penyelam sircuit tertutup.
Nelayan penyelam tradisional
Pekerja attendant terapi oksigen hiperbarik, penyelam sirkuit tertutup.
Penyelam, compressed air worker, pekerja attendant terapi oksigen hiperbarik
Jadwal kerja, beban kerja Penerbang, pramugari/a, pengatur lalu lintas udara, pekerja di landasan pesawat udara, anak buah kapal.
Penerbang, pramugari/a, pengatur lalu lintas udara
pekerja konstruksi, seperti installators papan dinding, tukang atap dan tukang batu, pemotong daging, pengepakan, pekerjaan lain yang melibatkan gerakan berulang dan kuat
37
KODE PENYAKIT AGEN PEKERJAAN / INDUSTRI
C43
R.41.8
T65.8
C92.0
Malignan melanoma of skin
Spatial disorientation
Aerotoksik syndrome
Akut mieloblastik leukemia
UV
Lingkungan dan faktor lain yang mempengaruhi fungsi penglihatan, vestibuler dan propioseptif
Hidrocarbon aromatic
Nelayan
Penerbang
Penerbang, pramugari dan pramugaraBahan kimia di pesawat antara lain: minyak sintetik mesin jet, cairan hidrolik dan de-icing, gol. TAP (Triacryl Phosphate), gol. Organofosfat, amine oxidants, TCP
Anak buah kapal, nelayan, pekerja anjungan lepas kapal.
38
39
KONTRIBUTOR
Aditya Handoko H, dr, MKK P ERDOKLAAgus Dwi Susanto, DR, dr, SpP (K), FAPSR, FISR PDPIAgustina Puspitasari, dr, SpOk PERDOKIAmir Syafruddin, dr, MMed.ed PDUIAmyta Miranti, dr, SpM, M PH PERDAMI Anna Suraya, dr, MKK, SpOk PERDOKIArief S. Kartasasmita, Prof, dr, SpM (K)m M.Kes, PhD PERDAMIAstrid B Sulistomo, DR, dr, MPH, SpOk PERDOKIAstuti, dr, MKKK Kementerian KesehatanBinar Sasono, dr BPJS KesehatanBudi Mohammad Arief, Dr, MM BPJS KesehatanDevi Dwi Rantih, dr, MKKK IDKIDewi S Soemarko, DR, dr, MS, SpOk PERDOKI Dyah Agustina Waluyo, dr PB IDIDyah Erti Mustikawati, drg, MPH Kementerian KesehatanEka Ginanjar, dr, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP, FICA PAPDIEndro Sucahyono, drg, MM BPJS Ketenagakerjaan Erlang Samoedro, dr, SpP, FISR PDPIFani Syafani, dr, MKK BPJS Ketenagakerjaan Farid W, dr, MS, SpKL PERDOKLA Febriansyah Budi Pratama, SKM Kementerian Kesehatan Feni Fitriani Taufik, dr, SpP (K), MPd. Ked PDPIFitri Wulandari, SH Kementerian KesehatanHartati B. Bangsa, dr PDUIHaswan, dr PDUIIndah Febrianti, SH, MH Kementerian Kesehatan Inne Nutfiliana, dr, MKK Kementerian Kesehatan Istiati Suraningsih, dr, MKK IDKI Jenny Bashiruddin, Prof, DR, dr, SpTHT-KL (K) PERHATIKadwirini Lestari, dr, MSc IDKI
40
Kartini Rustandi, drg M.Kes Kementerian Kesehatan Kasyunnil Kamal, DR, dr, MS, SpOk PERDOKI Kayun Kasmidi, SKM Kementerian KesehatanLiem Jen Fuk, dr, MKK, SpOk PERDOKIM. Hidayat, Dr, SpM (K) PERDAMIM. Sidik, dr, SpM (K) PERDAMIManfaluthy Hakim, dr, SpS (K) PERDOSSIMardiati Ganjardani, dr, SpKK PERDOSKIMaulana Anshari, dr, MKM BPJS KetenagakerjaanMedianti Ellya Permatasari, dr, AAK BPJS Kesehatan Muchtaruddin Mansyur, DR, dr, MS, PhD, SpOk PERDOKINelly Hutagaol, SH, MH Kementerian KesehatanNia Widyanti, dr, SpOk Kementerian KesehatanNita Mardiah, dr, MKM Kementerian KesehatanNusye E Zamsiar, dr, MS, SpOk PERDOKIPuspita Sampekalo, dr, SpOk PERDOKI Putri Ayu Hartini, dr Kementerian KesehatanRakhmad Hidayat, dr, SpS PERDOSSIRetno Wibawanti, dr, SpKP PERDOSPI Rima Melati, dr, MKK, SpAk, SpOk PERDOKI Rusmiyati, dr, MQIH Kementerian KesehatanSally Aman Nasution, dr, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP PAPDI Suci Rahmad, dr, Mkes BPJS KetenagakerjaanSukirman Soekin, Dr, SpTHT-KL (K), Mkes PERHATI Suryo Wibowo, dr, MKK, SpOk PERDOKI Susan H Manungkalit, dr, MS, SpKL PERDOKLASyougie, dr, SpKP PERDOSPI Taolin Agustinus, dr, SpPD, K-GEH, FINASIM PAPDI Tarra, dr, SpKJ PDSKJITeguh Riwayadi, SH TASPENRina Mutiara, dr, M.A ASABRIWindy Keumala Budianti, Dr, dr, SpKK PERDOSKIYuana Sondang Risria Marpaung, dr TASPENYunus Sanggaoli, SKM, SH, MKKK Kementerian Kesehatan
Top Related