PENCAPAIAN PROGRAM PEMBERANTASAN
PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
DI PUSKESMAS SUKARAMI PALEMBANG
Disusun oleh:
Satih Komala Sari, S.Ked
Harry Wahyudhy Utama, S.ked
Irma Yanti, S.ked
Meita Ranika, S.Ked
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYAPALEMBANG
2007
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Puskesmas Sukarami dengan judul:
Pencapaian Program Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
di Puskesmas Sukarami Palembang
Disusun oleh:
Satih Komala Sari, S.Ked
Harry Wahyudi, S.ked
Irma Yanti, S.ked
Meita Ranika, S.Ked
Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat mengikuti kepaniteraan klinik
IKM/IKK periode 27 Nopember 2006 s.d 3 Februari 2007
Palembang, Februari 2007
Kepala Puskesmas Sukarami
Dr. Hj. Nitra Dewi
140 255 352
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Puskesmas
Sukarami tepat pada waktunya.
Kami menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangan dalam penyusunan laporan, baik dari isi maupun penulisannya. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun senantiasa kami
harapkan demi penyempurnaan tugas-tugas yang akan datang.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
atas segala bantuan dan bimbingan yang telah kami dapatkan sehingga laporan ini
dapat terselesaikan, terutama kepada yang terhormat :
1. Bapak Kepala Dinas Kesehatan Kota Palembang
2. Ibu dr. Hj. Nitra Dewi, selaku Pimpinan Puskesmas Sukarami Palembang
3. Seluruh staf dan karyawan Puskesmas Sukarami yang telah memberikan
bimbingan
4. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan ini
Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca baik mahasiswa FK UNSRI
maupun staf dan karyawan Puskesmas Sukarami.
Palembang , Februari 2007
Penulis
DAFTAR ISI
Judul....................................................................................... i
Halaman Pengesahan........................................................................
Kata Pengantar..................................................................................
Daftar isi............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................
Latar Belakang.............................................................................
Strategi, Kebijakan dan Pokok-pokok Kegiatan Program
P2DBD..........................................................................................
Rumusan Masalah........................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................
Definisi.........................................................................................
Etiologi.........................................................................................
Patogenesa....................................................................................
Klasifikasi.....................................................................................
Langkah Diagnosis.......................................................................
Komplikasi...................................................................................
Prognosis......................................................................................
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD..........................
Larvasiding...................................................................................
Pemberantasan Sarang Nyamuk...................................................
BAB III PROFIL PUSKESMAS SUKARAMI ..........................
Gambaran Umum Puskesmas.......................................................
ii
iii
iv
1
1
3
4
4
4
5
6
7
7
7
10
13
15
Letak Geografi.............................................................................
Wilayah Kerja..............................................................................
Ketenagaan.................................................................................
Visi dan Misi Puskesmas...........................................................
Tujuan Pokok Puskesmas.............................................................
Indikator Keberhasilan.................................................................
Sarana Prasarana..........................................................................
Kegiatan dan Program.................................................................
Alur Pelayanan Pengobatan dan Rujukan...................................
BAB IV PEMBAHASAN………………………………………….
Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Jenis Kelamin ..............
Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Penatalaksanaan...........
Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Umur............. ..............
Distribusi Musim Penularan DBD..............................................
Pencapaian Program P2 DBD.....................................................
BAB V PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................
Saran............................................................................................
15
16
16
17
18
18
18
19
24
25
25
26
27
27
30
30
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus yang dibawa
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Biasanya ditandai dengan demam yang
bersifat bifasik selama 2-7 hari, ptechia dan adanya manifestasi perdarahan.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita
dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya
mobilitas dan kepadatan penduduk.
Di Indonesia, jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) dari 1 Januari
-10 Agustus 2005 di seluruh Indonesia mencapai 38.635 orang, sebanyak 539
penderita diantaranya meninggal dunia. Menurut catatan Dinas Kesehatan Sumsel,
jumlah kasus DBD di Sumsel sebanyak 286 kasus pada Januari, dan 159 kasus pada
awal sampai pertengahan Februari 2005. Jumlah penderita sejak Januari 2005
mencapai 445 kasus. Palembang merupakan kota dengan jumlah penderita DBD
terbanyak, yaitu 192 orang pada Januari, dan 57 orang pada Februari 2005.
Di Puskemas Sukarami didapatkan angka kejadian DBD pada tahun 2004
sebanyak 47 kasus, tahun 2005 sebanyak 57 kasus dan tahun 2006 sebanyak 57 kasus.
Oleh karena itu, perlu tindak lanjut untuk menangani permasalahan ini sehingga
angka penderita DBD dapat dikurangi.
II. Strategi, Kebijakan dan Pokok-pokok Kegiatan Program P2 DBD
II.1. Strategi:
A. Pemberdayaan Masyarakat
Meningkatnya peran aktif masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan
penyakit DBD merupakan kunci keberhasilan upaya pemeberantasan penyakit
DBD. Untuk mendorong meningkatnya peran aktif masyarakat, maka upaya-
upaya KIE, social marketing, advokasi dan berbagai penyuluhan dilaksanakan
secara intensif dan berkesinambungan melalui berbagai media massa dan sarana.
B. Peningkatan Kemitraan Berwawasan Bebas Penyakit DBD
Peran sektor terkait sangat menentukan sekali dalam pemberantasan penyakit
DBD. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi stakeholder baik sebagai mitra
maupun pelaku merupakan langkah awal dalam menggalang, meningkatkan dan
mewujudakan kemitraan. Jejaring kemitraan dilaksanakan melalui pertemuan
berkala guna memadukan berbagai sumber daya masing-masing mitra. Pertemuan
berkala dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program.
C. Peningkatan Profesionalisme Pengelola Program
Pengetahuan mengenai bionomic vektor, virologi, faktor perubahan iklim,
penatalaksaan kasus harus dikuasai oleh pengelola program sebagai landasan
dalam menyusun program pemberantasan DBD, sehingga diperlukan adanya
peningkatan SDM misal : pelatihan, sekolah dan sebagainya.
D. Desentralisasi
Optimalisasi pendelegasian wewenang pengelolaan program kepada
kabupaten/kota.
E. Pembangunan Berwawasan Kesehatan Lingkungan
Lingkungan hidup yang sehat akan mengurangi angka kesakitan penyakit
DBD, sehingga diperlukan adanya peningkatan mutu dari lingkungan itu sendiri
melalui orientasi, advokasi, sosialisasi tentang pemberantasan penyakit DBD
yang berwawasan lingkungan kepada semua pihak terkait.
II.2. Kebijakan
a) Meningkatkan perilaku hidup sehat dan kemandirian terhadap P2 DBD
b) Meningkatkan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap penyakit DBD
c) Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi program P2 DBD
d) Memantapkan kemitraan baik lintas sektor/program, LSM, organisasi
profesional dan dunia usaha
II.3. Pokok-Pokok Kegiatan
Melakukan surveilans epidemiologi dimana dilakukan kewaspadaan dini
penyakit DBD melalui kegiatan penemuan dan pelaporan penderita baik dari
RS, Puskemas, Pemantauan Jentik Berkala.
Tatalaksana kasus
Pemberantasan vektor melalui program pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
Penanggulangan kejadian luar biasa (KLB)
Penggerakan peran serta masyarakat
Pelatihan guna meningkatkan SDM yang profesional terhadap petugas
kesehatan, petugas laboratorium, pelaksana program, petugas lapangan
penyemprot, dokter puskesmas, dokter swasta, dan dokter RS
Promosi DBD yaitu melalui penyuluhan media massa, pengadaan leaflet,
poster dan seminar.
III. Rumusan Masalah
1. Bagaimana distribusi penderita DBD berdasarkan jenis kelamin di
wilayah kerja Puskesmas Sukarami dari tahun 2004-2006 ?
2. Bagaimana distribusi penderita DBD berdasarkan penatalaksanaan
yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sukarami dari tahun 2004-
2006?
3. Bagaimana distribusi penderita DBD berdasarkan umur di wilayah
kerja Puskesmas Sukarami dari tahun 2004-2006 ?
4. Bagaimana distribusi musim penyebaran DBD di wilayah kerja
Puskesmas Sukarami dari tahun 2004-2006?
5. Bagaimana pencapaian program P2DBD tentang ABJ, apakah telah
mencapai angka ≥ 95% di wilayah kerja Puskesmas Sukarami dari tahun
2004-2006 ?
6. Bagaimana pencapaian program P2DBD tentang abatisasi,
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan penyuluhan di wilayah kerja
Puskesmas Sukarami dari tahun 2004-2006?
IV. Tujuan
1. Untuk mengetahui distribusi penderita DBD berdasarkan jenis kelamin
di wilayah kerja Puskesmas Sukarami dari tahun 2004-2006
2. Untuk mengetahui distribusi penderita DBD berdasarkan
penatalaksanaan yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sukarami
dari tahun 2004-2006
3. Untuk mengetahui distribusi penderita DBD berdasarkan umur di
wilayah kerja Puskesmas Sukarami dari tahun 2004-2006
4. Untuk mengetahui distribusi musim penyebaran DBD di wilayah kerja
Puskesmas Sukarami dari tahun 2004-2006
5. Untuk mengetahui pencapaian program P2DBD tentang ABJ, apakah
telah mencapai angka ≥ 95% di wilayah kerja Puskesmas Sukarami dari
tahun 2004-2006.
6. Untuk mengetahui pencapaian program P2DBD tentang abatisasi,
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan penyuluhan di wilayah kerja
Puskesmas Sukarami dari tahun 2004-2006
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditandai dengan demam tinggi mendadak disertai manifestasi
perdarahan dan bertendensi menimbulkan renjatan dan kematian.
II. Etiologi
Virus Dengue Tipe I, II, III, IV
III. Patogenesa
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi
yang memberikan gejala demam dengue. Bila mendapat infeksi virus dengue
berulang, maka akan terjadi reaksi yang berbeda, disebut secondary autologous
infection.
Hal ini menimbulkan komplek Ag-Ab yang mengakibatkan:
Aktivasi komplemen C3a, C5a sehingga permeabilitas kapiler meningkat.
Timbulnya agregasi trombosit
Aktivasi faktor XII sehingga terjadi pembekuan intravaskuler yang meluas
Kerusakan sel endotel, ekstravasi plasma, hemokonsentrasi, renjatan, efusi
cairan, ensefalopati, hipoksia jaringan.
IV. Klasifikasi
Berdasarkan kapasitas diagnosis
Tersangka Demam Berdarah (TDBD)
Panas tinggi akut, perdarahan pada uji torniquet, tidak disertai gejala lain.
Demam dengue
Panas akut 2-7 hari, dengan manifestasi seperti adanya sakit kepala, sakit
belakang bola mata, mialgia, atralgia, rash, manifestasi perdarahan dan
leukopenia. Tidak terbukti adanya kebocoran plasma dan tidak terbukti
diagnosis klinis yang lain.
Demam Berdarah Dengue
Minimal kriteria yang harus dipenuhi:
a. Panas dan riwayat demam akut berlangsung 2-7 hari, kadang bifasik.
b. Tendensi perdarahan dibuktikan dengan paling sedikit satu dari uji
torniquet, adanya ptekie, purpura, perdarahan gastrointestinal,
perdarahan pada tempat injeksi atau tempat lain, hematemesis, dan
atau melena.
c. Trombositopenia (< 100.000/mm3)
d. Adanya bukti kebocoran plasma yang terjadi karena kenaikan
permeabilitas kapiler dengan manifestasi sebagai berikut:
Peningkatan Ht > 20% di atas rata-rata umur, seks, dan populasi
Turunnya hematokrit setelah dilakukan volume replacement terapi
> 20% dari data dasar.
Bukti kebocoran plasma misalnya: efusi pleura, ascites dan
hipoproteinemia.
Menurut derajat penyakitnya
Derajat I
Demam, uji torniquet positif dengan gejala yang tidak spesifik.
Derajat II
Derajat I + perdarahan spontan di kulit atau perdarahan lainnya.
Derajat III
Kegagalan sirkulasi ditandai dengan nadi lembut, hipotensi, takikardia, kulit
dingin dan lembab, anak gelisah.
Derajat IV (Dengue Shock Syndrome)
Renjatan berat, nadi tidak teraba, tensi tidak terukur
V. Langkah diagnosis
Pemeriksaan klinis : Badan panas, adanya manifestasi perdarahan,
ditemukan adanya tanda efusi, hepatomegali, kegagalan sirkulasi.
Pemeriksaan laboratorium : Uji torniquet, hematokrit dan hitung trombosit secara
berkala, serta pemeriksaan serologi, pemeriksaan LPB, albumin darah, CT, BT, PT,
dan PTT serta gambaran darah tepi
Pemeriksaan Penunjang : foto thoraks pada dispnu untuk menelusuri penyebab
lain disamping efusi pleura, USG bila ada dapat dipakai untuk memeriksa efusi pleura
minimal.
Indikasi rawat bila:
Penderita tersangka demam berdarah derajat I dengan panas 3 hari atau lebih
sangat dianjurkan untuk dirawat.
Tersangka demam berdarah derajat I disertai dengan hiperpireksia atau tidak
mau makan atau muntah-muntah atau kejang atau Ht cenderung meningkat
dan trombosi cenderung menurun.
Penderita tersankat demam berdarah derajat I yang tampak gelisah, nadi cepat
dan kecil, tangan dingin, tekanan darah dan oliguria
Seluruh penderita demam berdarah derajat II, III, dan IV.
VI. Komplikasi
Perdarahan masif, ensefalopati, edema paru, DIC dan efusi pluera.
VII. Prognosis
Angka kematian di Indonesia secara keseluruhan < 3%. Angka kematian DSS
di Rumah Sakit 5-10%. Kematian meningkat jika disertai komplikasi. DBD yang
berlanjut pada syok atau penderita dengan komplikasi sulit diramalkan, sehingga
harus berhati-hati dalam melakukan penyuluhan.
VIII. Uraian Pencegahan dan Pemberantasan penyakit DBD
Pendekatan terpadu terhadap pengendalian nyamuk sekarang ini adalah
dengan menggunakan metode yang tepat (lingkungan, biologi dan kimiawi) yang
aman, murah dan ramah lingkungan.
Kegiatan pemberantasan vektor penular penyakit DBD meliputi:
penyelidikan epidemiologi,
penanggulangan fokus,
larvasiding,
pemeriksaan jentik berkala,
pemberantasan sarang nyamuk.
VIII.1.Penyelidikan Epidemiologi
Penyelidikan Epidemiologi (PE) adalah kegiatan pencarian
penderita/tersangka DBD lainnya serta pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di
rumah penderita/tersangka dan rumah-rumah sekitarnya dengan radius sekurang-
Penyelidikan epidemiologi
Ada penderita DBD lain atau 3 kasus penderita panas tanpa jelas penyebabnya dan ada jentik
Penderita/tersangka DBD
YA TIDAK
kurang 100 meter (± 20 rumah), serta tempat umum yang diperkirakan menjadi
sumber penularan penyakit lebih lanjut. Kegiatan PE dilakukan oleh petugas
Puskesmas.
Maksud dari PE adalah:
Mengetahui ada/tidaknya kasus DBD tambahan dan luas penyebaran.
Mengetahui kemungkinan terjadinya penyebarluasan penyakit DBD lebih
lanjut di lokasi tersebut.
VIII.2. Penanggulangan Fokus
Penanggulangan fokus adalah kegiatan penyemprotan insektisida dan PSN-
DBD serta penyuluhan pada masyarakat sekitar kasus dengan radius 200 meter,
dilaksanakan 2 siklus dengan interval 7 hari oleh petugas. Penanggulangan fokus ini
dilakukan dengan meksud untuk mencegah/membatasi penularan penyakit.
BAGAN PENANGGULANGAN FOKUS
Penyuluhan PSN-DBD fogging radius 200 meter
Penyuluhan PSN-DBD
Langkah-langkah pelaksanaannya:
1. Membuat peta (mapping) daerah yang akan ditanggulangi
2. Membuat tabel rumah per RT.
3. Hitung kebutuhan insektisida, bahan pelarut, peralatannya dan biaya
operasional.
VIII.3.Larvasiding
Larvasiding adalah pemberantasan jentik dengan bahan kimia dengan
menaburkan bubuk larvasida. Pemberantasan jentik Aedes aegypti dengan bahan
kimia terbatas untuk wadah (peralatan) rumah tangga yang tidak dapat dimusnahkan,
dibersihkan,dikurangi atau diatur. Dalam jangka panjang penerapan kegiatan
larvasiding sulit dilakukan dan mahal. Kegiatan ini tepat digunakan apabila survelans
penyakit dan vector menunjukkan adanya periode berisiko tinggi dan di lokasi
dimana wabah mungkin timbul. Menentukan waktu dan tempat yang tepat untuk
pelaksanaan larvasiding sangat penting untuk memaksimalkan efektifitasnya.
Terdapat 2 jenis larvasida yang dapat digunakan pada wadah yang dipakai
untuk menampung air minum (TPA) yakni: temephos (Abate 1%) dan Insect growth
regulators (pengatur pertumbuhan serangga)
Kegiatan larvasiding meliputi:
Abatisasi selektif
Abatisasi selektif adalah kegiatan pemeriksaan tempat penampungan
air (TPA) baik didalam maupun diluar rumah pada seluruh rumah dan
bangunan di desa/kelurahan endemis dan sporadik dan penaburan bubuk abate
(larvasida) pada TPA yang ditemukan jentik dan dilaksanakan 4 kali setahun.
Pelaksana abatisasi adalah kader yang telah dilatih oleh petugas Puskesnas.
Tujuan pelaksanaan abatisasi selektif adalah sebagai tindakan sweeping hasil
penggerakan masyarakat dalam PSN-DBD.
Abatisasi massal
Abatisasi massal adalah penaburan abate atau altosid (larvasida)secara
serentak diseluruh wilayah/daerah tertentu disemua TPA baik terdapat jentik
maupun tidak ada jentik di seluruh rumah/bangunan. Kegiatan abatisasi
massal ini dilaksanakan dilokasi terjadinya KLB DBD. Dalam kegiatan
abatisasi massal masyarakat diminta partisipasinya untuk melaksanakan
pemberantasan Aedes aegypti di wilayah masing-masing. Tenaga di beri
latihan sebelum melaksanakan abatisasi.
VIII.4 Pemeriksaan Jentik Berkala
Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) merupakan kegiatan pengamatan
dan pemberantasan terhadap vector penular DBD. Definisi operasional PJB adalah
kegiatan pemeriksaan pada tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti untuk mengetahui adanya jentik nyamuk tersebut yang
dilakukan secara teratur 3 bulan sekali. Sasaran wilayah kegiatan PJB adalah rumah
dan tempat umum.
VIII.6.Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD
Cara memberantas nyamuk Aedes aegypti yang tepat guna ialah dengan
melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yaitu kegiatan memberantas jentik
di tempat berkembangbiaknya baik dengan cara kimia, yaitu dengan larvasida,
biologi dengan cara memelihara ikan pemakan jentik atau dengan bakteri ataupun
dengan cara fisik yang kita kenal dengan kegiatan 3M (Menguras, Menutup,
Mengubur) yakni menguras bak mandi, bak WC; menutup TPA rumah tangga
(tempayan, drum dll) serta mengubur atau memusnahkan barang-barang bekas
(kaleng, ban dll).
BAB III
PROFIL PUSKESMAS
I. Gambaran Umum Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah satuan organisasi
fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,
terpadu merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta
aktif masyarakat dang menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan
masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan
kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang
optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan perorangan.
Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan menyeluruh adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi promotif (penyuluhan kesehatan), preventif (pencegahan),
kuratif (penyembuhan penyakit) maupun rehabilitatif (pemulihan kesehatan) dan
ditujukan untuk semua golongan umur dan jenis kelamin.
II. Letak Geografi
Puskesmas Sukarami berdiri tahun 1990 dengan luas bangunan kurang lebih
200 m2, ditambah enam unit rumah dinas untuk dokter dan paramedis sehingga luas
seluruhnya mencakup kurang lebih 450 m2. Lokasi Puskesmas Sukarami berada di
Jalan Kebun Bunga Kelurahan Kebun Bunga Kecamatan Sukarami, berdekatan
dengan beberapa instansi seperti kantor kecamatan sukarami, kantor Kelurahan
Kebun Bunga, Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan kantor KUA
kecamatan Sukarami. Berjarak ± 1 km dari Jalan Kolonel H. Burlian Km 9.
Puskesmas Sukarami dapat ditempuh dengan kendaraan umum, baik roda dua
maupun kendaraan roda empat.
Wilayah kerja Puskesmas meliputi tiga kelurahan :
1. Kelurahan Kebun Bunga
2. Kelurahan Sukarami
3. Kelurahan Karya Baru
Luas keseluruhan wilayah tersebut adalah 2.510 km2 yang sebagian besar
hanya dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua ataupun belum ada kendaraan
umum dengan kondisi tanah perbukitan dan dataran rendah serta jumlah penduduk
78.328 jiwa.
Luas wilayah kerja Puskesmas ditetapkan berdasarkan faktor-faktor :
1. Jumlah penduduk
2. Keadaan geografis
3. Keadaan sarana perhubungan
4. Keadaan infastruktur masyarakat lainnya
III. Wilayah Kerja Puskesmas Sukarami
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Alang-alang Lebar dan
Kelurahan Talang Betutu
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sako
3. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Talang Kelapa
4. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Srijaya
IV. Ketenagaan
Sejak tahun 1990 sampai sekarang ini Puskesmas Sukarami telah dipimpin
oleh tiga orang kepala Puskesmas, yaitu :
1. dr. Alfa Siti Azizah : tahun 1990 – 2000
2. dr. Anton Suwindro : tahun 2000 – 2002
3. dr. Nitra Dewi : tahun 2002 – sekarang
Adapun pegawai yang bertugas dilingkungan Puskesmas Sukarami saat ini
berjumlah 32 orang termasuk yang ditugaskan di Pustu (Puskemas Pembantu) dengan
berbagai jenjang pendidikan dari SLTA sampai perguruan tinggi, baik yang berlatar
belakang kesehatan maupun umum, bahkan saat ini ada beberapa orang yang sedang
menempuh pendidikan pada program diploma 3 dan strata 1.
Tenaga pelaksana di Puskesmas Sukarami sebagai berikut:
- Dokter umum : 2 orang
- Dokter gigi : 1 orang
- Sajana Kesehatan Masyarakat : 2 orang
- Akper : 6 orang
- Perawat : 4 orang
- Perawat gigi : 3 orang
- Bidan : 8 orang
- Petugas Gizi (SPAG) : 1 orang
- Sanitarian (SpPH) : 2 orang
- Analis Kesehatan : 1 orang
- Asisten Apoteker : 1 orang
- SLTA (LOPK) : 2 orang
- SMEA : 1 orang
-Akbid : 1 orang
V. Visi dan Misi Puskesmas
Visi
Tercapainya wilayah kerja puskesmas Sukarami yang sehat optimal tahun
2007
Misi
Meningkatkan sarana dan prasarana dan pelayanan bermutu prima
Meningkatkan kemitraan pada semua pihak
Meningkatkan sumber daya manusia di Puskesmas Sukarami
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat
Menciptakan suasana nyaman dilingkungan kerja
VI. Tujuan Pokok Puskesmas
1. Menyelenggarakan segala urusan rumah tangga daerah dalam bidang
kesehetan yang menjadi tanggunh jawabnya dan tugas pembantuan yang
diberikan oleh pemerintah tingkat I dan pemerintah kota.
2. Pembinaan umum bidang kesehatan meliputi pendekatan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif berdasarkan kebijaksanaan yang
ditetapkan oleh Gubernur
3. Pembinaan teknis upaya kesehatan dasar dan upaya pelayanan kesehatan
rujukan berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh menteri
kesehatan.
4. Pembinaan operasional sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh
Bupati / Walikota Kepala Daerah Tingkat I.
VII. Indikator Keberhasilan
1. Turunnya angka kesakitan dan kematian
2. Tercapainya target pencapaian kegiatan
3. Tercapainya pemberdayan masyarakat dalam bidang kesehatan
4. Terwujudnya kerja sama terpadu lintas sektoral
VIII. Sarana dan Prasarana
a. Sumber dana
Retribusi 40%
ASKES
APBD
JPS BK
b. Sarana transportasi
Mobil ambulance pusling 1 unit
Sepeda motor 2 unit
c. Sarana administrasi
Sampai saat ini Puskesmas Sukarami memiliki satu unit komputer
yang digunakan semaksimal mungkin untuk pembuatan pelaporan dan
pembukuan di Puskesmas.
VII. Kegiatan dan Program
1. Kesehatan Ibu dan Anak
Pemeriksaan antenatal, buteki, nifas
Pemeriksaan MTBS
Keluarga berencana
Pembinaan posyandu
Pembinan TK
Pemberian kapsul vitamin A
pem berian tablet penambah darah
Penyuluhan pemanfaatna pekarangan
Penyuluhan PMT
Pemberian makanan tambahan untuk anak sekolah
Penyuluhan gilingan emas
2. Kesehatan lingkungan
Penyuluhan kesehatan lingkungan sekolah, posyandu, dan pemukiman
Pendataan rumah sehat
PHBS
Pendataan TPM-TPU
Penyuluhan gilingan emas
3. P2P
P2 ISPA
Penyuluhan penyakit ISPA
Penemuan penderita ISPA
Pengobatan penderita ISPA
P2 Diare
Penyuluhan penyakit diare
Pengobatan penderita diare
Rehidrasi rumah tangga
P2 TB paru
Penyuluhan penyakit TB paru
Pengobatan penderita TB paru
Pemeriksaan dahak dirujuk ke puskesmas Dempo karena
puskesmas Ariodillah merupakan puskesmas satelit
DHF
Penyuluhan penyakit DHF
Pengobatan penderita DHF
Imunisasi
Penyuluhan imunisasi
Pelayanan imunisasi bayi, bumil, dan caten
Pelayanan imunisasi anak SD
4. Pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan
Pengobatan umum
Penyuluhan peserta dan keluarga Askes
Pengobatan keluarga miskin dan JPS-BK
Rujukan
5. Penyuluhan keseatan masyarakat
Didalam gedung puskesmas
Diluar gedung puskesmas
6. Usaha kesehatan sekolah (UKS)
Pendataan dan penimbangan anak TK
Pendataan dan skrining anak SD kelas I
Imunisasi (Bias)
7. Perawatan kesehatan masyarakat
Rujukan kasus risiko tinggi
Kunjungan rumah penderita TB paru dan lain-lain
Kunjungan rumah bumil, bayi, balita berisiko tinggi
8. Kesehatan gigi dan mulut
Pengelolaan penyakit gigi dan mulut
Penyuluhan penyakit gigi dan mulut di Posyandu
Penyuluhan dan pemeriksan gigi di TK dan SD
9. Laboratorium sederhana
Untuk bumil, pemeriksaan Hb
Pemeriksaan kehamilan dengan gravindica stick secara sederhana
Sputum BTA
Pemeriksaan widal
10. Kesehatan mata
Penyuluhan penyakit mata
Pencarian penderita penyakit mata
Pengobatan penderita penyakit mata
Merujuk penderita kelainan mata
11. Pencatatan dan pelaporan
Laporan bulanan
Laporan mingguan
Laporan PWS KIA, Gizi, Imunisasi
Laporan KB
Laporan P2M
Laporan tahunan
Laporan stratifikasi
Laporan keuangan
12. Kesehatan usia lanjut
Pendataan usia lanjut
Pengobatan usia lanjut
BAB IV
PEMBAHASAN
I. Distribusi Penderita DBD Berdasarkan jenis kelamin
Dari data penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di puskesmas Sukarami
didapatkan angka kejadian lebih banyak pada wanita.
Tabel 1. Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Umur dari Tahun 2004 - 2006
Tahun
Umur2004 2005 2006
Laki-laki 20 28 26
Perempuan 27 29 31
Jumlah 47 57 57
II. Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Penatalaksanaan yang Dilakukan
Penatalaksanaan penderita DBD di Puskesmas Sukarami meliputi dua hal
yaitu dirawat di Rumah sakit dan tidak dirawat (perawatan dirumah). Dari data yang
ada sebbagian besar penderita DBD di Puskesmas Sukarami memerlukan perawatan
di rumah sakit.
Tabel 2.Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Penatalaksanaan yang Dilakukan
Tahun
Penatalaksanaan2004 2005 2006
Dirawat 44 55 54
Tidak dirawat 3 1 3
Dirawat dan meninggal - 1 -
Jumlah 47 57 57
III. Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Umur
Penderita DBD terbanyak di Puskesmas Sukarami dari tahun 2004-2006
aadalah anak-anak berusia 6-8 tahun. Distribusi lengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Distribusi penderita DBD berdasarkan umur penderita
TahunUmur (tahun)
2004 2005 2006
0-2 1 2 12-4 10 4 64-6 5 7 56-8 7 11 98-10 2 2 610-12 3 4 612-14 0 6 114-16 1 4 216-18 3 3 118-20 1 1 120-22 4 2 222-24 0 2 324-26 2 3 226-28 1 0 128-30 0 2 330-32 1 1 132-34 1 0 134-36 1 0 036-38 0 0 138-40 1 1 0>40 3 2 5
Jumlah 47 57 57
Kasus DBD yang banyak menyerang anak usia 0-10 tahun ini mungkin dapat
disebabkan karena faktor status imun anak yang masih rendah. Status imun yang
rendah ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor-faktor lain seperti faktor gizi, faktor
hiegene anak dan faktor perilaku atau kebiasaan dalam keluarga. Selain itu, faktor
lain yang mungkin mengakibatkan anak dengan mudah tertular penyakit ini adalah
faktor lingkungan seperti rumah yang tidak bersih dari jentik, lingkungan sekolah
maupun taman bermain anak.
IV. Distribusi Musim Penularan DBD
Diagram 1. Distribusi musim penularan DBD
Dari diagram 1 dapat dilihat bahwa DBD sebagian besar terjadi pada musim
penghujan yaitu Desember sampai Februari. Hal ini sangat wajar karena wilayah
kerja Puskesmas Sukarami yang sebagian berupa rawa dan sering terjadi banjir
memungkinkan jentik-jentik nyamuk untuk berkembang biak dengan baik.
V. Pencapaian program P2DBD
Dalam mengatasi penyakit demam berdarah dengue (DBD) ini puskesmas
sukarami telah mengadakan program-program sesuai dengan pokok-pokok program
pemberantasan penyakit DBD antara lain :
1. Larvasiding
Kegiatan Abatisasi, baik selektif maupun massal dilakukan secara
rutin di wilayah kerja Puskesmas Sukarami. Kegitan abatisasi dilakukan setiap
empat kali dalam setahun. Pada kegiatan ini dilakukan pemberian bubuk abate
secara gratis pada kelurahan wilayah kerja puskesmas sukarami. Selain itu di
puskesmas sendiri disediakan bubuk abate sehingga hal ini memudahkan bagi
masyarakat untuk menggunakannya.
2. Pemeriksaan jentik nyamuk berkala
Kegiatan pemberantasan jentik nyamuk di puskesmas sukarami
dilaksanakan secara berkala yaitu setiap 3 bulan sekali. Pemeriksaan
dilakukan di 2 kelurahan yaitu kelurahan kebun bunga dan kelurahan
sukarami. Setiap kelurahan diambil masing-masing 10 rumah dari 10 RT
sebagai sampel. Hasil pemeriksaan jentik nyamuk dan angka bebas jentik
(ABJ) dapat dilihat pada tabel 4. dari tabel dapat dilihat bahwa ABJ pada
wilayah kerja puskesmas sukarami mencapai angka > 90%. Angka ini hampir
mendekati target standar ABJ yaitu sebesar 95%.
Tabel 4. Angka Bebas Jentik
Tahun
Trimester
2004 2005 2006Jentik
(+)Jentik
(-)ABJ(%)
Jentik(+)
Jentik(-)
ABJ(%)
Jentik(+)
Jentik(-)
ABJ(%)
TM I 17 183 91.5 20 180 90 15 185 92.5TM II 15 185 92.5 16 184 92 26 374 93.5TM III 14 186 93 14 186 93 17 383 95.75TM IV 15 185 92.5 19 181 90.5 25 375 93.75
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa ABJ pada TM III tahun 2006 pernah
melampaui target yaitu sebesar 95,75%, tetapi mengalami penurunan kembali
pada TM IV tahun yang sama, yaitu 93,75%. Hal ini kemungkinan dapat
disebabkan karena masih kurangnya kepatuhan keluarga untuk melakukan
pemberantasan nyamuk, seperti kurangnya kepatuhan untuk menjaga
kebersihan tempat penampungan air maupun membersihkan tempat tinggal
mereka dari barang-barang bekas yang dapat digenangi air.
3. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dilakukan dengan cara
fogging. Puskesmas bekerja sama dengan kelurahan untuk mengadakan
fogging pada daerah-daerah dimana ABJ yang didapatkan < 90%
4. Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan tentang DBD merupakan salah satu program
promosi kesehatan yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sukarami.
Penyuluhan tidak hanya dilakukan saat penyakit tersebut mewabah. Khusus
untuk penyakit DBD program penyuluhan berkala dilakukan antara bulan
Desember sampai Februari, mengingat pada bulan-bulan tersebut curah hujan
cukup tinggi dan memungkinkan bertambahnya tempat-tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti. Penyuluhan biasanya dilakukan di
sekolah, kelurahan dan kecamatan, Posyandu. Selain itu juga dilakukan
penyuluhan kepada kader-kader puskesmas di wilayah kerja puskesmas
Sukarami.
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Distribusi penderita DBD berdasarkan jenis kelamin dalam tahun 2004-2006
di Puskesmas Sukarami tidak menunjukkan perbedaan antara laki-laki dan
perempuan.
Hampir sebagian besar penderita DBD di Puskesmas Sukarami dirawat dan
pada tahun 2005 didapatkan 1 orang yang dirawat yang kemudian meninggal.
Kasus DBD di Puskesmas Sukarami pada tahun 2004-2005 mengenai hampir
seluruh golongan umur, tetapi frekuensi terbanyak ditemukan pada usia 0-10
tahun.
Distribusi musim penularan DBD adalah pada bulan Desember, Januari dan
Februari.
Program pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Puskesmas Sukarami terdiri dari kegiatan pemeriksaan jentik nyamuk berkala,
abatisasi massal, pemberantasan sarang nyamuk dengan cara foging dan
penyuluhan.
Angka Bebas Jentik (ABJ) di wilayah kerja Puskesmas Sukarami dari tahun
2004 sampai 2006 rata-rata 92,4%. Angka ini tidak mencapai target standar
ABJ yaitu ≥ 95%.
Angka kematian karena DBD di wilayah kerja Puskesmas Sukarami dari
tahun 2004 - 2006 adalah sebesar 0,62%.
SARAN
1. Meningkatkan status imun anak usia 0-10 tahun dengan cara pemberian gizi
yang cukup serta meningkatkan hiegene perorangan untuk mengurangi angka
kejadian DBD.
2. Meningkatkan penyuluhan mengenai pemberantasan sarang nyamuk terutama
di tingkat RT dan kelurahan dan sekolah-sekolah sehingga nilai ABJ dapat
lebih ditingkatkan sampai angka ≥ 95%.
3. Mengadakan kerjasama dengan praktek dokter swasta atau tempat pelayanan
kesehatan lainnya yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sukarami dalam
pendataan penderita DBD.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Selatan. Modul Pelatihan Pengelola
Program DBD Kab,/ Kota dan Puskesmas. Dinas Kesehatan Propinsi
Sumatera Selatan. Palembang; 2005
2. Bagian Penyakit Dalam UNSRI. Standar Profesi Ilmu Penyakit Dalam.
Lembaga Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya. Palembang; 2002
3. Anonymus. Preventative Measures against Dengue Fever. Available from:
http://www.expat.co.id/medical/denguefeverindonesia.html. Access on:
september 14; 2005
4. Hendarwanto. Dengue. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 3rd ed. Balai
Penerbit FK UI. Jakarta; 1999
5. Pratiknya, AW. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta; 2003
Lampiran I. Tatalaksana Kasus Tersangka DBD di Puskesmas Sukarami
Lampiran II. Alur Pengobatan dan Rujukan PKM Sukarami
Lampiran III. Struktur Organisasi Puskesmas Sukarami
Lampiran IV. Lokasi Penderita DBD di Wilayah Puskesmas Sukarami tahun 2005
Lampiran V. Lokasi Penderita DBD di Wilayah Puskesmas Sukarami tahun 2006
Top Related