LAPORAN PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM
GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI FOTOACARA : BENTANG ALAM VULKANIK
Disusun oleh:
Annita Kusuma Wardhani
21100111140100
LABORATORIUM GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI FOTO
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
APRIL 2012
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto Acara : Bentang Alam Vulkanik yang disusun oleh praktikan bernama Annita Kusuma Wardhani telah dilaksanakan pada
Hari:Kamis
Tanggal:2 Mei 2012
Waktu:
BAB I
PENDAHULUAN1.1Maksud
1.1.1Memahami tentang bentang alam fluvial1.1.2Membuat deliniasi bentang alam fluvial pada peta topografi.
1.1.3Menghitung persentase kelerengan yang ada padabentang alam fluvial danmengelompokkannya berdasarkanklasifikasi Van Zuidam.
1.1.4Mengetahui interpretasi peta topografi pada bentang alam fluvial.1.1.5Mempelajari bentang alam fluvial di lapangan.
1.2Tujuan
1.2.1Dapat memahami tentang bentang alam vulkanik.
1.2.2Dapat membuat deliniasi bentang alamvulkanik pada peta topografi.
1.2.3Dapat menghitung persentase kelerengan yang terdapat pada bentang alam vulkanik dan mengelompokkannya berdasarkan klasifikasi Van Zuidam.
1.2.4Dapat mengetahui interpretasi peta topografi pada bentang alam vulkanik.
1.2.5Dapat mengetahui bentang alam vulkanik di lapangan setelah didapatkannya ilmu di laboratorium.
1.3 Waktu Pelaksanaan Praktikum
1.3.1 Praktikum Geomorfologi Acara : Bentang Alam Vulkanik
Lokasi: Laboratorium Geomorfologi dan Geologi Foto, Ruang GS 202, Gd. Sukowati, Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Tembalang. Semarang, Jawa Tengah.
Hari:Jumat
Tanggal: 20 April 2012
Waktu :18.30 21.30 WIB
1.3.2 Praktikum Geomorfologi Lapangan Acara : Bentang Alam Vulkanik
Lokasi:Gunung Kedalisasada, Ungaran, Kab. Semarang, Jawa Tengah
Hari:Minggu
Tanggal: 22 April 2012
Waktu :08.00 11.00 WIB
Kesampaian:1 jam dari Gd. Sukowati, UNDIP, Tembalang. Semarang, Jawa Tengah
BAB II
METODOLOGI
2.1 Praktikum Laboratorium
2.1.1 Alat dan Bahan
a. Pensil 24 warna
b. Pensil
c. Penggaris
d. Penghapus
e. Peta topografi Gn. Ungaran
f. Kertas Kalkir
g. Milimeter block
h. Kalkulator
i. Kertas HVS
j. Isolasi
2.2Praktikum Lapangan
2.1.2 Alat dan Bahan
a. Peta topografi Gunung Kendalisada
b. Clipboard
c. Pensil
d. Penghapus
e. Busur
f. Buku catatan lapangan
g. Palu chisel point
h. Palu pick point
i. Kompas
2.3 Diagram Alir
2.3.1 Praktikum Laboratorium
2.3.2 Praktikum Laboratorium
BAB III
PERHITUNGAN MORFOMETRI
3.1 Satuan A Kontur Sangat Rapat
3.1.1 Persen Kelerengan
Diketahui :
d1= 0,3 cm x 25000 = 7500 cm = 75 m
d2= 0,4 cm x 25000 = 10000 cm = 100 m
d3= 0,5 cm x 25000 = 12500 cm = 125 m
d4= 0,3 cm x 25000 = 7500 cm = 75 m
d5= 0,7 cm x 25000 = 17500 cm = 175 m
skala peta= 1 : 25.000
n= 5 buah
Jawab :
IK= 1/2000 x skala peta
= 1/2000 x 25.000
= 12,5
h= n kontur x IK
= 5 x 12,5
= 62,5
%lereng= h/d x 100%
a.%lereng d1= h/d1 x 100%
= 62,5/75 x 100 %
= 83,3 %
b.%lerengd2= h/d2 x 100%
= 62,5/100 x 100 %
= 62,5 %
c.%lerengd3= h/d3 x 100%
= 62,5/125 x 100 %
= 50 %
d. %lerengd4= h/d4 x 100%
= 62,5/75 x 100%
= 83,3 %
e.%lerengd5= h/d5 x 100%
= 62,5/175 x 100%
= 35,7 %
f. Persen lereng total=83,3% + 62,5% + 50% + 83,3% + 35,7%
=314,8%
g.Rata-rata persen lereng= Persen lereng total : jumlah delinasi
= 314,8% : 5
= 62,96%
Berdasarkan rata-rata persen lereng diperoleh yaitu 62,96%, hal ini berarti satuan A termasuk kedalam klasifikasi relief pegunungan sangat terjal dengan jangkauan persen lereng 56-140% (van Zuidam, 1983).
3.1.2 Beda Tinggi
Diketahui :
Top hill = 2050 m
Down hill= 1515 m
Jawab:
Beda tinggi= top hill down hill
= 2050 1515
= 535 m
Berdasarkan beda tinggi yang diperoleh dari perhitungan didapatkan delinasi ini termasuk klasifikasi relief pegunungan sangat terjal dengan jangkauan beda tinggi 500-1000 m (van Zuidam, 1983).
Tabel 3.1 Persen Lereng Kontur Sangat Rapat
NoPanjang garis(cm)d(cm)d(m)%Lereng
10,30,3 x 25.000= 750075(62,5:75)x100%= 83,3 %
20,40,4 x 25.000= 10000100(62,5:100)x100%= 62,5 %
30,50,5 x 25.000= 12500125(62,5:125)x100%= 50 %
40,30,3 x 25.000= 750075(62,5:75)x100%= 83,3 %
50,70,7 x 25.000= 17500175(62,5:175)x100%= 35,7 %
RATA-RATA314,8% : 5 = 62,96 %
3.2 Satuan B Kontur Agak Rapat
3.2.1 Persen Kelerengan
Diketahui :
d1= 0,6 cm x 25000 = 15000 cm = 150 m
d2= 0,6 cm x 25000 = 15000 cm = 150 m
d3= 0,5 cm x 25000 = 12500 cm = 125 m
d4= 0,7 cm x 25000 = 17500 cm = 175 m
d5= 0,5 cm x 25000 = 12500 cm = 125 m
skala peta= 1 : 25.000
n= 5 buah
Jawab :
IK= 1/2000 x skala peta
= 1/2000 x 25.000
= 12,5
h= n kontur x IK
= 5 x 12,5
= 62,5
%lereng= h/d x 100%
a.%lereng d1= h/d1 x 100%
= 62,5/150 x 100 %
= 41,6 %
b.%lerengd2= h/d2 x 100%
= 62,5/150 x 100 %
= 41,6 %
c.%lerengd3= h/d3 x 100%
= 62,5/125 x 100 %
= 50 %
d. %lerengd4= h/d4 x 100%
= 62,5/175 x 100%
= 35,7 %
e.%lerengd5= h/d5 x 100%
= 62,5/125 x 100%
= 50 %
g. Persen lereng total=41,6% + 41,6% + 50% + 35,7% + 50%
=218,9 %
g.Rata-rata persen lereng= Persen lereng total : jumlah delinasi
= 218,9% : 5
= 43,78 %
Berdasarkan rata-rata persen lereng diperoleh yaitu 43,78%, hal ini berarti satuan B termasuk kedalam klasifikasi relief berbukit terjal dengan jangkauan persen lereng 21-55 % (van Zuidam, 1983).
3.2.2 Beda Tinggi
Diketahui :
Top hill = 2002 m
Down hill= 1392 m
Jawab:
Beda tinggi= top hill down hill
= 2002 1392
= 610 m
Berdasarkan beda tinggi yang diperoleh dari perhitungan didapatkan delinasi ini termasuk klasifikasi relief pegunungan sangat terjal dengan jangkauan beda tinggi 500-1000 m (van Zuidam, 1983)
Tabel 3.2 Persen Lereng Kontur Rapat (sedang)
NoPanjang garis(cm)d(cm)d(m)%Lereng
10,60,6 x 25.000= 15000150(62,5:150)x100%= 41,6 %
20,60,6 x 25.000= 15000150(62,5:150)x100%= 41,6 %
30,50,5 x 25.000= 12.500125(62,5:125)x100%= 50 %
40,70,7 x 25.000= 17500175(62,5:175)x100%= 35,7 %
50,50,5 x 25.000= 12500125(62,5:125)x100%= 50 %
RATA-RATA218,9% : 5 = 43,78 %
3.3 Satuan C Kontur Renggang3.3.1 Persen Kelerengan
Diketahui :
d1= 1,1 cm x 25000 = 27500 cm = 275 m
d2= 2 cm x 25000 = 50000 cm = 500 m
d3= 1,3 cm x 25000 = 32500 cm = 325 m
d4= 1,7 cm x 25000 = 42500 cm = 425 m
d5= 1,8 cm x 25000 = 45000 cm = 450 m
skala peta= 1 : 25.000
n= 5 buah
Jawab :
IK= 1/2000 x skala peta
= 1/2000 x 25.000
= 12,5
h= n kontur x IK
= 5 x 12,5
= 62,5
%lereng= h/d x 100%
a.%lereng d1= h/d1 x 100%
= 62,5/275 x 100 %
= 22,7 %
b.%lerengd2= h/d2 x 100%
= 62,5/500 x 100 %
= 12,5 %
c.%lerengd3= h/d3 x 100%
= 62,5/325 x 100 %
= 19,2%
d. %lerengd4= h/d4 x 100%
= 62,5/425 x 100%
= 14,7 %
e.%lerengd5= h/d5 x 100%
= 62,5/450 x 100%
= 13,8 %
h. Persen lereng total=22,7% + 12,5% + 19,2% + 14,7% + 13,8%
=82,9 %
g.Rata-rata persen lereng= Persen lereng total : jumlah delinasi
= 82,9 % : 5
= 16,58 %
Berdasarkan rata-rata persen lereng diperoleh yaitu 16,58 %, hal ini berarti satuan C termasuk kedalam klasifikasi relief berbukit bergelombang dengan jangkauan persen lereng 14-20 % (van Zuidam, 1983).
3.3.2 Beda Tinggi
Diketahui :
Top hill = 1166 m
Down hill= 913 m
Jawab:
Beda tinggi= top hill down hill
= 1166 913
= 253 m
Berdasarkan beda tinggi yang diperoleh dari perhitungan didapatkan delinasi ini termasuk klasifikasi relief berbukit terjal dengan jangkauan beda tinggi 200-500 m (van Zuidam, 1983)
Tabel 3.3 Persen Lereng Kontur Renggang
NoPanjang garis(cm)d(cm)d(m)%Lereng
11,11,1 x 25.000= 27500275(62,5:275)x100%= 22,7 %
222 x 25.000= 50000500(62,5:500)x100%= 12,5 %
31,31,3 x 25.000= 32500325(62,5:325)x100%= 19,2 %
41,71,7 x 25.000= 42500425(62,5:425)x100%= 14,7 %
51,81,8 x 25.000= 45000450(62,5:450)x100%= 13,8 %
RATA-RATA82,9 % : 5 = 16,58 %
3.4 Tabel Klasifikasi Relief Van Zuidam
Tabel 3.4 Klasifikasi van Zuidam
Klasifikasi Relief% ReliefBeda Tinggi
Datar / hampir datar0 2< 50
Bergelombang landai3 7550
Bergelombang curam8 1325 75
Berbukit bergelombang14 2050 200
Berbukit terjal21 55200 500
Pegunungan terjal56 140500 1000
Pegunungan sangat terjal> 140>1000
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum bentang alam vulkanik ini telah dilaksanakan dua kali praktikum yaitu praktikum laboratorium dan lapangan. Dalam praktikum laboratorium, kami mempelajari mengenai bentuk lahan dan proses pembentuknya yang terdapat dalam bentang alam vulkanik secara teori. Untuk memperdalam ilmu yang telah didapatkan dalam praktikum laboratorium, kami mengadakan praktikum lapangan ke Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang pada hari Minggu, 21 April 2012.
4.1Fisiografi dan Tektonik Pembentukan Gunung Ungaran
Gambar 4.1 Gunung Ungaran
Gunung Ungaran yang berada pada ketinggian 2050 m dari permukaan air laut ini merupakan tipe Gunungapi strato. Gunung api strato ini merupakan hasil dari tipe vulkanisme campuran yang dipengaruhi oleh magma intermediet yang agak kental. Gunung Ungaran merupakan gunung api kuarter yang menjadi bagian paling timur dari Pegunungan Serayu Utara. Daerah Gunung Ungaran ini memili batas-batas antara lain :
Di sebelah utara berbatasan dengan dataran aluvial Jawa bagian utara
Di bagian selatan berupa jalur gunung api Kuarter (Sindoro, Sumbing, Telomoyo, Merbabu
Di bagian timur berbatasan dengan Pegunungan Kendeng
Terbentuknya Gunung Ungaran erat sekali kaitannya dengan proses terbentuknya pulau Jawa. Secara geologi, pulau Jawa merupakan suatu komplek penurunan basin, pensesaran, perlipatan dan vulkanisme di bawah pengaruh stress regime yang berbeda-beda dari waktu ke waktu. Terdapat tiga arah pola umum struktur yaitu arah Timur Laut Barat Daya (NE SW) yang disebut pola Meratus, arah Utara Selatan (N-S) atau pola Sunda dan arah Timur Barat (E-W). Pola inilah yang nantinya akan berperan terhadap tumbukan antara lempeng Asia dan lempeng Australia. Inilah yang menjadi tanda terbentuknya gunungapi. Gunung Ungaran sendiri saat ini sedang mengalami dormant (masa istirahat) maka kemungkinan dapat erupsi sewaktu-waktu.
Cara terbentuknya Gunung Ungaran sama dengan gunungapi lainnya yaitu berasal dari tabrakan antara lempeng Asia dan lempeng Australia. Selanjutnya, lempeng samudra mengalami partial melting menjadi magma. Hal ini lah yang membuat magma semakin banyak jumlahnya dalam wilayah tersebut sehingga magma-magma semakin memiliki menekan ke atas dan kemudian mencari rekahan dan menerobos lapisan batuan yang berada di atasnya. Hal ini dikarenakan sifat magma yang selalu mencari tekanan lebih rendah. Maka pada akhirnya magma keluar dan menimbulkan aktivitas vulkanisme.
Gunung Ungaran selama perkembangannya telah mengalami ambrolan-tektonik yang diakibatkan gaya berat karena dasarnya yang lemah. Gunung Ungaran tersebut memperlihatkan dua angkatan pertumbuhan yang dipisahkan oleh dua kali robohan (Zen, dkk., 1983). Ungaran pertama pada kala pleistosen bawah menghasilkan batuan andesite. Pada kala ini material-material yang dikeluarkan terlalu berat sehingga menyebabkan amblasan pada kala pleistosen tengah karena struktur dasar Ungaran yang tak kuat menopang material tersebut. Hal itu juga dikarenakan sesar cincin pada Gunung Ungaran.
Gambar 4.2 Penampang gunung ungaran yang mengalami ambrolan-tektonik
4.2 Praktikum Laboratorium
Pada praktikum laboratorium bentang alam vulkanik ini meliputi membedakan ketinggian berdasarkan warna, mendelinasi beberapa kontur, dan membuat profil eksagrasi melewati puncak Gunung Ungaran.
4.2.1 Satuan A
Pada daerah satuan A, memiliki warna merah yang lebih tua dibandingkan dengan satuan yang lainnya. Warna yang lebih tua ini menunjukkan bahwa ketinggian lerengnya yang sangat curam dan memiliki kontur yang sangat rapat. Hal ini juga dibuktikan melalui hasil perhitungan persen lereng dan beda tinggi dari delinasi pada daerah satuan A.
Rata-rata persen lereng yang didapatkan adalah 62,96 %. Berdasarkan hasil tersebut, satuan A termasuk ke dalam klasifikasi relief pegunungan sangat terjal dengan jangkauan persen lereng yaitu 56-140 %. Klasifikasi ini juga didukung oleh perolehan hasil beda tinggi yang didapatkan pada daerah satuan A yaitu 535 m dari jangkauan beda tinggi 500 -1400 m yang termasuk ke dalam klasifikasi relief pegunungan sangat terjal.
Daerah yang terjal dalam satuan A ini menunjukkan bahwa daerah ini merupakan hasil dari proses tektonik pembentukan Gunung Ungaran yang berasal dari tabrakan lempeng samudra dan benua, sehingga membuat daratan Ungaran menjadi tinggi menjulang ke atas sehingga membentuk gunung seperti sekarang ini. Selain itu, pada daerah satuan A ini, merupakan daerah yang termasuk ke dalam fasies pusat karena termasuk kedalam zona terdekat dengan tempat erupsi material vulkanik dari Gunungapi Ungaran.
Potensi positif dari daerah satuan A adalah sebagai tempat penelitian lebih lanjut mengenai bentang alam vulkanik. Sedangkan potensi negatif daerah ini adalah zona paling berbahaya apabila Gunung Ungaran mengeluarkan material vulkanik. Kemudian tata guna lahan yang terdapat dalam daerah ini adalah masih digunakan sebagai tempat penelitian mengenai klasifikasi dari fasies pusat gunung api pada daerah satuan A.
4.2.2 Satuan B
Pada daerah satuan B, memiliki warna merah yang lebih muda dibandingkan dengan satuan A. Warna ini menunjukkan bahwa ketinggian lerengnya yang cukup terjal dan memiliki kontur yang agak rapat. Hal ini juga dibuktikan melalui hasil perhitungan persen lereng dan beda tinggi dari delinasi pada daerah satuan B.
Rata-rata persen lereng yang didapatkan adalah 43,78 %. Berdasarkan hasil tersebut, satuan B termasuk ke dalam klasifikasi relief berbukit terjal dengan jangkauan persen lereng yaitu 21-55 %. Klasifikasi ini berbeda bila diperoleh dari hasil perhitungan beda tinggi. Beda tinggi yang didapatkan adalah 610 m dan termasuk ke dalam klasifikasi relief pegunungan sangat terjal (van Zuidam, 1983). Klasifikasi yang berbeda dengan ini dapat dikarenakan kurangnya ketelitian dalam perhitungan delinasi atau kesalahan dalam penarikan sayatan kontur pada zona B.
Daerah satuan B ini berada pada fasies proximal yang letaknya berada di bawah daerah satuan A. Pada daerah ini dapat ditemukan, sill atau dike dan material-material piroklastik yang lebih halus dibandingkan pada zona satuan A.
Potensi positif dari daerah satuan B adalah sebagai tempat penelitian lebih lanjut mengenai bentang alam vulkanik dan fasies yang terdapat pada zona B dan juga sebagai tempat manifestasi geotermal dalam wujud pembangkit listrik tenaga uap. Sedangkan potensi negatif daerah ini adalah zona berbahaya saat terjadinya tanah longsor ataupun erupsi dari gunungapi Ungaran. Kemudian tata guna lahan yang terdapat dalam daerah ini adalah digunakan sebagai tempat berpariwisata dengan dapat dilihatnya banyak tempat penginapan atau villa yang disewakan. Selain itu, terdapat tempat pemandian air panas pada Gedung Sanga yang termasuk kedalam daerah satuan B.
4.2.3 Satuan C
Pada daerah satuan C, memiliki warna merah yang paling muda dibandingkan dengan satuan yang lainnya. Warna ini menunjukkan bahwa ketinggian lerengnya yang lebih landai daripada satuan A ataupun B dengan kenampakan kontur lebih renggang. Hal ini juga dibuktikan melalui hasil perhitungan persen lereng dan beda tinggi dari delinasi pada daerah satuan C.
Rata-rata persen lereng yang didapatkan adalah 16,58 %. Berdasarkan hasil tersebut, satuan C termasuk ke dalam klasifikasi berbukit bergelombang dengan jangkauan persen lereng yaitu 14-20 %. Klasifikasi ini tidak sama dengan perolehan hasil beda tinggi yang didapatkan pada daerah satuan C yaitu 253 m dari jangkauan beda tinggi 200-500 m yang termasuk ke dalam klasifikasi relief berbukit terjal. Hal ini dimungkinkan karena penyayatan peta kontur yang belum tepat pada zona C sehingga terdapat kesalahan perhitungan.
Daerah satuan C ini berada pada fasies proximal sama dengan zona satuan B yang letaknya dibawah Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya kerucut parasit pada bagian daerah ini sebagai ciri-ciri fasies proximal.
Potensi positif dari daerah satuan C sama dengan daerah satuan B karena masih terdapat dalam satu fasies yaitu proximal. Sedangkan potensi negatif daerah ini adalah tertimbun tanah longsoran dari tanah atau material lainnya yang berada di ketinggian yang lebih tinggi. Kemudian tata guna lahan yang terdapat dalam daerah ini adalah digunakan sebagai lahan perkebunan, pertanian dan tempat pariwisata serta tempat penambangan batuan beku sebagai bahan bangunan.
4.3 Praktikum Lapangan
Gambar 4.3 Gunung Ungaran dan Gunung Kedalisada dalam Google Map
Praktikum lapangan dilaksanakan di Gunung Kendalisada, berada di lereng Gunung Ungaran. Pada saat melakukan praktikum lapangan kami menganalisis dua STA pada gunung kendalisada ini. Gunung kendalisada sendiri merupakan salah satu parasitic cone (kerucut parasit) dari Gunung Ungaran yang berada di sebelah tenggara puncak Gunung Ungaran. Parasitic cone terbentuk akibat intrusi magma yang keluar melalui dike yang berada pada fasies proximal karena saluran utama magma tersumbat oleh magma yang cenderung membeku terlebih dahulu. Oleh karena itu magma, mencari celah atau rekahan lain untuk mencari tekanan yang lebih rendah dibandingkan di dalam dapur magma. Sehingga terbentuklah beberapa parasitic cone yang berasal dari material vulkanik yang dikeluarkan semakin menumpuk dan akhirnya menimbulkan suatu bentukan seperti gunung. Parasitic cone sendiri dapat berasal dari satu dapur magma yang sama atau tidak, bergantung pada proses yang terjadi dari magma itu sendiri. Parasitic cone Gunung Ungaran lainnya antara lain Gunung Turun, Gunung Mergi dan Gunung Kendalisada. Sampai sekarang aktivitas vulkanik masih berlangsung ditandai dengan bau belerang yang tercium di lapangan.
Gunung Ungaran dapat diketahui merupakan tipe vulkanisme campuran diketahui dari batu andesite yang terdapat dalam litologi Gunung Kendalisada. Litologi tersebut secara jelas terdapat dalam STA 1 di gunung tersebut. Batu andesite ini memiliki kandungan mineral antara lain pirit, hornblende dan plagioklas. Selain itu batu andesite pada STA 1 terjadi pelapukan sehingga warna batu andesite semakin atas semakin tua, karena semakin ke atas pembekuan terjadi lebih dahulu. Batu andesite ini juga mengalam proses oksidasi dengan kenampakan di lapangan berwarna coklat. Selain itu pada STA 1 ini terdapat kekar kolom pada batuan yang merupakan hasil intrusi magma dari Gunung Kendalisada yang memiliki strike/dip N 800 E/45. Kekar kolom terjadi karena proses pergerakan tektonik pada daerah sekitar gunungapi.
Sedangkan pada STA 2, mineral yang lebih terlihat adalah mineral lempung yang merupakan hasil dari alterasi hidrothermal batu andesite. Namun, alterasi tidak terjadi pada STA 1. Hal tersebut dimungkinkan karena aliran panas tidak terubung sistemnya pada STA 1, sehingga tidak dihasilkan energi panas untuk mengalterasi suatu mineral alterasi. Namun pada mineral lempung di STA 2 ini banyak yang telah mengalami pelapukan dengan kenampakan di lapangan berwarna coklat. Telah disebutkan sebelumnya bahwa sebagian besar litologi di Gunung Kendalisada ini merupakan batu andesite yang merupakan batu yang berasal dari proses pembekuan magma intermediet sesuai dengan magma yang mengisi dapur magma Gunung Ungaran.
Plotting area yang didapatkan pada area STA 1 dan 2 adalah untuk mengetahui lokasi Gunung Kendalisada. Hasil yang didapatkan adalah N 85 dan N 206 terhadap Bukit Jankang. Dalam melakukan plotting area sulit untuk dilakukan karena sebagian daerah yang utama tidak terdapat dalam peta yang dibawa ke lapangan. BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Gunung Ungaran adalah Gunung yang bertipe strato dengan ciri magma yang bersifat intermediet dan termasuk kedalam vulkanisme campuran.
5.1.2 Gunung Ungaran mengalami proses ambrolan-tektonik sehingga mengakibatkan pengurangan ketinggian gunung ini.
5.1.3 Gunung Ungaran memiliki 3 kerucut parasit yaitu Gunung Mergi, Kendalisada, Dan Gunung Turun.
5.1.4 Gunung Ungaran memiliki relief daratan yang cukup terjal dengan kontur yang rapat dan hal ini dibuktikan dengan satuan deliniasi yang diklasifikasikan dalam klasifikasi van Zuidam, 1983.
5.1.5 Tata guna lahan yang terdapat pada Gunung Ungaran adalah ekowisata, pengolahan air minum, dan lahan pertanian.
5.1.6 Potensi positif yang terdapat dalam Gunung Ungaran adalah pembangkit listrik tenaga uap.
5.1.7 Potensi negatif yang dimungkinkan akan terjadi di tempat ini adalah longsor dan erupsi gunung berapi.
5.2 Saran5.2.1 Mempelajari materi sebelum melakukan praktikum agar di praktikum menjadi lebih mudah di pahami.
5.2.2 Praktikan memeriksa kembali peralatan yang digunakan untuk praktikum.
5.2.3 Ketelitian dalam membuat delinasi.
5.2.4 Praktikan diharapkan agar datang tepat waktu untuk ketertiban.
5.2.5 Dalam melakukan praktikum lapangan harus mementingkan safety first.5.2.6 Lebih terlatih lagi dalam menggunakan kompas.
5.2.7 Apabila ada beberapa hal yang kurang dipahami dapat ditanyakan pada asisten.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Ungaran (diakses pada tanggal 22 April 2012 pukul 03.57)
http://ptbudie.wordpress.com/2009/01/25/21/ (diakses pada tanggal 22 April 2012 pukul 03.48)
http://en.wikipedia.org/wiki/Parasitic_cone (diakses pada tanggal 26 April 2012 pukul 14.16)
Asisten Geomorfologi dan Geologi Foto. 2010. Buku Panduan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto. Universitas Diponegoro: SemarangLABORATORIUM GEOLOGI FISIK DAN DINAMIK, HIDROGEOLOGI DAN PLANOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Jl.Prof.H.Soedarto S.H. Gedung Pertamina Sukowati ,Tembalang,Semarang 50275
LEMBAR ASISTENSI
Nama
: Annita Kusuma Wardhani
NIM
: 21100111140100
Praktikum
: Geomorfologi dan Geologi Foto
Acara
: Bentang alam vulkanik
Semester
: Dua (Genap)
Tahun Akademik: 2011/2012
Asisten
: Zendi Agista
NoTanggalKeteranganParaf
FOTO KELOMPOK
Asisten Acara
Welli Riza F.
L2L009078
Semarang, 2 Mei 2012
Praktikan
Annita Kusuma Wardhani
21100111140100
Mulai
Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
Letakkan kertas kalkir di atas lembar peta topografi, rekatkan dengan isolasi
Tandai daerah yang berkontur rapat dengan pensil, kemudian warnai dengan warna merah yang sangat tua dan untuk daerah berkontur renggang diwarnai dengan warna merah lebih muda.
Selanjutnya, buatlah satuan deliniasi kontur sangat rapat, rapat (sedang), dan renggang. Masing-masing 5 satuan deliniasi
Hitung persen lereng dan beda tinggi kemudian klasifikasikan menurut van Zuidamm, 1983.
Selanjutnya, buatlah sayatan yang melintasi puncak Gunung Ungaran sepanjang 25 30 cm
Buatlah profil eksagrasi pada milimeter block.
Analisis ketinggian dari daerah di Gunung Ungaran berdasarkan hasil yang diperoleh.
Selesai
Mulai
Persiapkan peralatan yang akan digunakan di lapangan, selain itu persiapkan alat-alat tambahan untuk keamanan.
Setibanya di lapangan, deskripsikan singkapan dengan sistem jauh-dekat-jauh. Pertama dengan mendeskripsi lapangan dari kejauhan kemudian mencatatnya dalam BCL, dan gambar sketsanya
Kemudian, kedua mendekati. Perhatikan litologi dan struktur geologi yang ada.
Ambil sampel batuan menggunakan palu sesuai dengan masing-masing fungsi palu. Bila terdapat sesar atau kekar, hitung strike-dip dengan kompas.
Selanjutnya, amati lagi dari kejauhan secara keseluruhan dan analisa proses pembentukannya.
Catat semua data yang dapat diperoleh di lapangan dalam BCL.
Selesai
Gn Kedalisada
andesit
Andesit yang berwarna lebih tua
Andesit yang teroksidasi
PAGE 3
Top Related