PENYUSUNAN, SOSIALISASI, DAN EVALUASI
PROSEDUR TETAP PENGAMBILAN SAMPEL
DI PT JAMU JAGO SEMARANG
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat – syarat guna memperoleh gelar
Sarjana
Teknologi Pangan
Oleh :
SIIMON ARMANDO
12.70.0058
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2015
ii
PENYUSUNAN, SOSIALISASI, EVALUASI PROSEDUR
TETAP PENGAMBILAN SAMPEL DI PT JAMU JAGO
SEMARANG
Disusun Oleh :
Simon Armando
12.70.0058
Program Studi : Teknologi Pangan
Laporan kerja praktek ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan sidang
penguji pada tanggal 1 Mei 2015
Semarang, 10 Mei 2015
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Katolik Soegijapranata
Pembimbing Lapangan Dekan
Dra. Eva Retnowulan Soewito, Apt Dr. Victoria Kristina Ananingsih,
M.Sc.
Pembimbing Akademik
Ivone E. Fernandez, S.Si, M.Sc.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan bimbingan dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kerja praktek ini dengan baik. Laporan Kerja Praktek ini diajukan dengan
tujuan untuk memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi
Pangan. Selama kurang lebih satu bulan melaksanakan Kerja Praktek di PT. Jamu
Jago Semarang, penulis diharapkan dapat mengenal lebih jauh mengenai prosedur
tetap dalam pengambilan sampel, serta proses produksi secara langsung di perusahaan
yang bersangkutan.
Penulis menyadari bahwa bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak baik berupa
bimbingan, saran, petunjuk, data-data dan keterangan yang diberikan sangat penting
dan sangat penulis hargai. Karena itu, pada kesempatan ini penulis pengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Victoria Kristina A. ST. MSc. selaku dekan Fakultas Teknologi
Pertanian Program Studi Teknologi Pangan, Universitas Katolik
Soegijapranata yang telah membantu penulis untuk Kerja praktek di PT. Jamu
Jago Semarang.
2. Ibu Kartika Puspa Dwiana, STP. Msi. selaku koordinator Kerja Praktek
Fakultas Teknologi Pertanian Program Studi Teknologi Pangan, Universitas
Katolik Soegijapranata yang telah membantu penulis untuk Kerja Praktek di
PT. Jamu Jago Semarang.
3. Ibu Ivone E. Fernandez S.Si. MSc. selaku dosen pembimbing Kerja Praktek
Fakultas Teknologi Pertanian Program Studi Teknologi Pangan, Universitas
Katolik Soegijapranata yang telah membantu penulis atas kesabaranya
memberikan petunjuk, bimbingan, dan pengarahan dalam pembuatan laporan
Kerja Praktek ini.
4. Ibu Dra. Eva Retnowulan selaku kepala bagian produksi PT. Jamu Jago
Semarang dan pembimbing lapangan I Kerja Praktek yang telah mengizinkan
penulis melakukan Kerja Praktek di PT. Jamu Jago Semarang.
iv
5. Bapak Yehuda Rahmanu selaku pembimbing lapangan II Kerja Praktek PT.
Jamu Jago Semarang, yang telah banyak memberikan bimbingan dan
membantu selama pelaksanaan Kerja Praktek.
6. Sianly Kusuma Dewi dan Agnes Faradita selaku rekan seperjuangan yang
setia menemani dalam Kerja Praktek di PT. Jamu Jago Semarang.
7. Kedua orang tua dan keluarga yang telah mendukung, membantu, dan
memberi semangat selama pelaksaan serta pembuatan laporan Kerja Praktek
PT. Jamu Jago Semarang.
8. Segenap dosen dan karyawan fakultas Teknologi Pertanian yang telah
membantu dalam perizinan dan pemenuhan syarat untuk Kerja Praktek.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan Kerja
Praktek ini.
Akhir kata, penulis berharap bahwa laporan Kerja Praktek yang masih jauh dari
sempurna ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan
membutuhkannya.
Semarang, 10 Mei 2015
Penulis,
Simon Armando.
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
PEDAHULUAN ................................................................................................... 1
BAB 1 KEADAAN UMUM PERUSAHAAN ..................................................... 2
SEJARAH PERUSAHAAN ..................................................................... 2
VISI DAN MISI ........................................................................................ 3
LOKASI .................................................................................................... 3
KETENAGAKERJAAN ........................................................................... 3
STRUKTUR ORGANISASI .................................................................... 4
LABORATORIUM .................................................................................. 4
BAB 2 JENIS PRODUK ...................................................................................... 6
KLASIFIKASI PRODUK ......................................................................... 6
ORIENTASI PASAR ................................................................................ 7
BAB 3 PROSES PRODUKSI ............................................................................... 8
BAHAN BAKU ........................................................................................ 8
ALUR PROSES PRODUKSI ................................................................. 10
PROSES PENGEMASAN ...................................................................... 11
PENGAWASAN MUTU ........................................................................ 11
MESIN DAN PERALATAN .................................................................. 14
PENGGUDANGAN DAN PENYIMPANAN ....................................... 15
PEMASARAN PRODUK ....................................................................... 15
SANITASI .............................................................................................. 16
PENGOLAHAN LIMBAH ..................................................................... 17
BAB 4 PEMBAHASAN ..................................................................................... 18
PENYUSUNAN PROSEDUR TETAP PENGAMBILAN SAMPEL ... 18
SOSIALISASI PROSEDUR TETAP PENGAMBILAN SAMPEL ...... 27
EVALUASI PROSEDUR TETAP PENGAMBILAN SAMPEL .......... 28
BAB 5 KESIMPULAN....................................................................................... 32
BAB 6 SARAN ................................................................................................... 32
vi
BAB 7 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 34
BAB 8 LAMPIRAN ........................................................................................... 35
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Diagram Alir Penangan Bahan Baku ................................................... 9
Gambar 2 Diagram Alir Produksi ....................................................................... 10
Gambar 3 Label Sampel Telah Diambil ............................................................. 21
Gambar 4 Label Penanda Ditolak ....................................................................... 23
Gambar 5 Label Penandaan Wadah Sampel ....................................................... 24
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Periksa Bahan Baku ............................................................. 35
Lampiran 2 Foto Kerja Praktek........................................................................... 36
Lampiran 3 Prosedur Tetap Pengambilan Sampel .............................................. 36
Lampiran 4 Presensi Kerja Praktek..................................................................... 36
ix
1
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia pangan saat ini sangatlah berkembang pesat. Disamping itu
masyarakat juga mulai sadar akan pentinganya kesehatan, yang salah satu faktornya
adalaha adalah dari makanan yang mereka konsumsi. Maka dari itu penulis sebagai
mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang dituntut untuk memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas dalam
industri pangan. Pembelajaran yang diterima oleh penulis dari Program Studi
Teknologi Pangan berkaitan dengan teori dan ilmu mengenai dunia industri pangan
namu penulis sadar bahwa ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dan praktikum
belum mencakup semua bidang pada industri pangan yang ada di masyarakat. Ada
beberapa hal yang tidak dapat diperoleh hanya melalui perkuliahan dan praktikum
sehingga penulis memerlukan praktek yang sesungguhnya yaitu dengan melalui Kerja
Praktek (KP) yang dilakukan pada sebuah industri. Dengan terlaksananya KP ini
diharapkan penulis mengetahui kondisi sebenarnya di lapangan dan mendapat
tambahan pengetahuan baru. Pelaksanaan Kerja Praktek di Program Studi Teknologi
Pangan merupakan salah satu mata kuliah dalam Program Studi Teknologi Pangan
yang dilakukan mulai semester IV dengan minimal 20 hari kerja.
Penulis memilih PT Jamu Jago Semarang sebagai tempat Kerja Praktek karena PT
Jamu Jago Semarang merupakan salah satu industri skala besar yang bergerak dalam
bidang pangan kesehatan serta masih aktif memproduksi hingga saat ini dengan
perkembangan produk yang semakin bervariasi dari waktu ke waktu. Penulis juga
memiliki ketertarikan tersendiri dengan industri obat tradisional yang menggunakan
bahan baku asli bangsa Indonesia. Hal tersebut menjadi alasan utama bagi penulis
untuk memilih industri ini sebagai tempat untuk kerja praktek, akan memberikan
pengalaman baru mengenai industri pangan.
2
1. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
1.1. Sejarah Perusahaan
Berawal pada tahun 1918 di daerah Wonogiri PT Jamu jago merupakan usaha rumah
tangga yang memproduksi jamu secara tradisional. Usaha tersebut merupakan inisiatif
dari Bapak T.K. Suprana yang ingin mengembangkan usaha rumah tangga berbasis
jamu berbentuk serbuk. Ketika itu belum ada industri besar yang bergerak dalam
bidang industri jamu. Maka dari itu usaha dari Bapak T.K. Suprana ini merupakan
pelopor pembuatan jamu dalam bentuk serbuk. Jamu serbuk yang diproduksi oleh
Bapak T.K. Suprana dikemas dengan kemasan sachet. Untuk jamu pria digunakan
logo gambar jago, sedangkan untuk jamu wanita digunakan logo gambar babon.
Pada tahun 1936-1970 usaha Bapak T.K Suprana diteruskan kepada anak-anaknya
sebagai generasi kedua dari PT Jamu Jago antara lain adalah Anwar Suprana, Panji
Suprana, Lambang Suprana, Bambang Suprana. Pada generasi kedua usaha jamu
tersebut menjadi lebih maju dengan dilakukan beberapa perubahan dan
mengembangkan usahanya ke seluruh Indonesia. Selain itu perkembangan pada cara
produksi juga dilakukan dengan melakukan penambahan mesin-mesin baru.
Pada masa kepemimpinan generasi kedua tepatnya pada tahun 1949 terjadi
perpindahan pabrik ke Semarang. Kondisi geografis kota Semarang dianggap strategis
sehingga dapat menunjuang pengembangan Jamu Jago. Pabrik di Semarang pertama
kali didirikan di Jalan Mataram nomor 852. Sedangkan kegiatan administrasi yang
menunjang berlangsungnya perusahaan tersebut didirikan kantor Jamu Jago di Jalan
Kimangunsarkoro nomor 106.
Pada tahun 1960 seiring dengan perkembangan perusahaan Jamu Jago yang semakin
pesat, maka secara resmi status hukum dari perusahaan Jamu Jago berubah menjadi
bentuk Perseroan Terbatas. Dengan berubahnya perusahaan menjadi PT Jamu Jago
pada saat itu diharapkan perusahaan akan semakin berkembang. Pada tahun 1970
oleh saran dari Departemen Kesehatan dilakukan beberapa perubahan struktur teknis
dalam proses produksi. Hal yang dilakukan adalah memperbaharui alat-alat yang
3
masih tradisional dengan mesin-mesin yang lebih modern. Selain itu didirikan pabrik
baru dengan lokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan 275 Semarang.
Pada generasi selanjutnya yaitu generasi ketiga dipimpin oleh Sindu Anwar, Jaya
Suprana, Nugraha Suprana, Surya Hadi Winata, Sena Karyadi. Dari generasi
dilakukan pengembangan pasar hingga mancanegara. Dengan semangat dan kerja
keras yang tinggi maka pada generasi ketiga ini banyak diterima penghargaan seperti
International Asia Award hingga dua kali dan International Trophy for Quality.
Pada tahun 1979 didiriakn Pameran Jamu Jago yang terlerak di Srondol, didalamnya
diinfomasikan mengenai proses produksinya serta bahan-bahan yang digunakan.
Selain itu juga didirikan Kebun Jamu di Bandung serta Laboratorium Penelitian dan
Pengembangan. PT Jamu Jago kini berkembang terus menerus hingga generasi
keempat tepatnya dibawah pimpinan Bapak Vincent Suprana.
1.2. Visi dan Misi
Visi dari PT Jamu Jago adalah meningkatkan derajat masyarakat Indonesia dan dunia
dengan obat tradisional yang dibuat berdasarkan Cara Pembuatan Obat Tradisional
Yang Baik (CPOTB). Misi dari PT Jamu Jago adalah memproduksi obat tradisional
dengan bahan baku hasil alam Indonesia yang diproses sesuai CPOTB guna
meningkatkan kesehatan masyarakat sesuai dengan motto Jamu Jago “Rakyat Sehat,
Negara Kuat”
1.3. Lokasi
Lokasi dari pabrik PT Jamu Jago adalah terdapat di Jalan Perintis Kemerdekaan No
273-275 yang mengurus semua proses produksi. Sedangkan untuk kantor pemasaran
dan administrasi terletak di Jalan Kimangunsarkoro No 106. Didirikan pula depot
jamu dimana konsumen dapat memberli dan merasakan langsung jamu dari PT Jamu
jago tepatnya di Jalan MT Haryono
4
1.4. Ketenagakerjaan
Jumlah pegawai dari PT Jamu Jago adalah sebanyak 1200 orang. Jam kerja yang
berlaku adalah dari hari Senin-Jumat mulai pukul 07.30 hingga 16.00. Cuti yang
diberikan oleh PT Jamu Jago yaitu Sabtu, Minggu, hari besar, serta ditambah 12 hari
per tahun serta cuti hamil selama 3 bulan 10 hari dan cuti haid selama 2 hari. Secara
bidang pendidikan dari karyawan PT Jamu Jago berasalal dari bidang ekonomi, teknik
kimia, farmasi, teknik industri, teknik sipil, biologi, dan teknologi pangan. Selain
karyawan tetap tersebut direkrut pula beberapa tenaga ahli sebagai konsultan seperti
bidang riset, perpajakan, serta argonomi.
Terdapat dua kelompok karyawan yaitu karyawan tetap dan karyawan kontrak.
Karyawan tetap atau bisa disebut sebagai karyawan bulanan merupakan karyawan
yang sistem penggajiaannya dilakukan tiap bulan dan biasanya merupakan karyawan
bagian kantor dan produksi. Karyawan kontrak adalah karyawan yang menpunyai
masa kontrak, mereka akan diperlukan jika ingin mempenuhi target produksi
tambahan dan peluncuran produk baru.
1.5. Struktur Organisasi
Bentuk perusahaan dari PT Jamu Jago merupakan Perseroan Terbatas dimana
dipimpin oleh seorang Dewan Komisaris yang membawahi Presiden Direktur yang
bertanggung jawab atas jalannya perusahaan. Presiden Direktur membawahi Manager
Pemasaran, Manager Finansial, Manager Internal Audit, Manager Sumber Daya
Manusia. Direktur Pabrik membawahi tujuh manager, yaitu: Manager Produksi,
Manager Product Planning Inventory Control (PPIV), Manager QC (Pengawasan
Mutu), Manager R & D, manager Teknisi Penunjang, dan Manager Registrasi, Rumah
Tangga.
5
1.6. Laboratorium
Untuk menunjang berlangsungnya proses produksi di PT Jamu Jago maka disiapkan
empat Laboratorium yaitu :
1.6.1. Laboratorium Formulasi
Tempat dilakukannya pembuatan formulasi-formulasi baru yang akan
digunakan untuk produksi serta sekaligus berfungsi sebagai Laboratorium
Penelitian dan Pengembangan untuk diciptakannya produk baru.
1.6.2. Laboratorium Mikrobiologi
Tempat dilakukannya pengawasan mutu secara mikrobiologi tepatnya untuk
mengukur jumlah Angka Lempeng Total pada sampel
1.6.3. Laboratorium Kimia
Tempat dilakukannya pengawasan mutu secara kimiawi pengujian kadar air,
susut pengeringan, kadar abu, dll.
1.6.4. Laboratorium Uji Stabilitas
Tempat dilakukannya pengawasan mutu yang berhubungan dengan stabilitas
produk yang sudah jadi.
6
2. DESKRIPSI PRODUK
Produk yang diproduksi oleh PT Jamu Jago kurang lebih adalah sebanyak 200
jenis.PT Jamu Jago memproduksi berbagai obat tradisional, minuman kesehatan, serta
minuman berenergi. Minuman kesehatan merupakan minuman yang memiliki khasiat
untuk kesehatan tubuh meskipun sedang tidak terjangkit penyakit, sedangkan
minuman berenergi bermanfaat untuk menambah energi bagi yang meminumnya.
Produk unggulan dari PT Jamu Jago antara lain :
Buyung Upik
Menambah nafsu makan anak dan mengobati cacingan
Esha
Menjaga stamina pria.
Basmingin
Mencegah dan mengobati masuk angina
Anik
Merupakan produk jamu untuk membantu bagi orang yang ingin mengurangi
merokok.
2.1. Spesifikasi Produk
PT Jamu Jago memproduksi berbagai jenis produk jamu. Antara lain ada jamu khusus
pria atau khusus wanita dan jamu yang diperuntukan untuk anak-anak. Khasiat yang
dimiliki setiap jamu juga berbeda-beda, ada yang bisa menyembuhkan penyakit,
menambah nafsu makan anak, menciptakan suasana bahagia, serta untuk kesehatan
pria maupun wanita. Jamu serbuk biasanya dikemas dalam bentuk sachet berbeda-
beda setiap produk ada yang berisi 5 g, 7 g, dan 35 g. Setiap sachet tersebut dikemas
kembali dalam kemasan box sebagai kemasan sekunder yang berisi 10 sachet setiap
box nya. Setiap 20 box dikemas kembali dengan kemasan tersier berupa karton
dengan isi 20 box setiap kartonnya.
Dalam waktu satu bulan, PT. Jamu Jago mampu memproduksi sebanyak ± 1 ton
ekstrak kapsul dan ± 120 ton produk serbuk. Jumlah tersebut disesuaikan dengan
7
permintaan pasar yang ada. Produk yang diproduksi juga disesuaikan dengan
permintaan pasar dengan jadwal produksi bergantian.
2.2 Orientasi Pasar
Proses distribusi di PT Jamu dilakukan oleh tim pemasaran. Produk yang dihasilkan
dari pabrik akan disalurkan ke agen yang sudah bekerja sama terlebih dahulu. Dari
agen tersebut kemudia produk-produk dari PT Jamu Jago dipasarkan ke pedagang-
pedagang kecil atau ke konsumen langsung. Selain mengandalkan para agen, khusus
di kota besar seperti halnya Jakarta dengan melalui perwakilan seperti supermarket
dengan sistem titip jual. Sistem ini dilaksanakan untuk daerah pemasaran baik di
dalam maupun di luar negeri. Distribusi untuk di Pulau Jawa dilakukan menggunakan
bus sedangkan untuk di luar Jawa digunakan kapal atau pesawat.
Pemasaran dalam negeri dibagi menjadi empat daerah utama yaitu:
1. Jakarta dan Jawa Barat, meliputi: Jakarta, Bandung, Bogor, garut, bekasi,
Ciamis.
2. Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), meliputi: Semarang,
Solo, Yogyakarta, Kudus, Pati, Blora, dan Magelang.
3. Jawa Timur, meliputi: Surabaya, Malang, Madiun, Mojokerto, dan Blitar.
4. Daerah luar pulau Jawa, meliputi: Palembang, Pekan Baru, Padang, Pontianak,
Banjarmasin, Bali, Lombok, dan Papua.
Selain dalam negeri, produk PT Jamu Jago juga sudah dipasarkan ke luar Indonesia
seperti Malaysia, Taiwan, Korea Selatan, Jepang, Thailand, dan Vietnam.
8
3. PROSES PRODUKSI
PT Jamu Jago memproduksi berbagai macam produk yang berbeda satu sama lain.
Masing-masing produk memiliki spesifikasi khusus yang berbeda dari produk lain.
Proses produksi yang dilakukan juga beebeda-beda tergantung produk yang akan
dihasilkan. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai proses produksi minuman serbuk
Buyung Upik di PT Jamu Jago.
3.1. Bahan Baku
Dalam pembuatan jamu di PT Jamu Jago digunakan bahan utama berupa simplisia.
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang
dikeringkan (Depkes RI, 1995). Untuk menjaga kualitas dari bahan baku maka perlu
dilakukan tiga macam standardisasi bahan baku yaitu :
a. Kebenaran Bahan
Kebenaran bahan baku perlu diperhatikan dengan tujuan untuk menentukan
jenis dari bahan baku, seperti jenis dan varietas. Pengecekan dilakukan dengan
cara visual, fisik dan juga melalui laboratorium Quality Control.
b. Bahan yang digunakan harus dalam bentuk kering.
Bahan yang disimpan dalam kondisi kering akan, memperpanjang masa
simpan bahan baku sehingga dapat digunakan kapan saja. Kada air pada
simplisia diusahakn memiliki kadar air sebesar 10%. Jika dalam keadaan
basah maka akan menimbulkan kontaminasi dan umur simpan lebih singkat.
c. Kebersihan bahan.
Kebersihan dari bahan baku yang akan digunakan perlu diperhatikan, hal ini
dapat dilakukan dengan menghilangkan kotoran maupun cemaran
mikroorganisme yang berasal dari tanah tempat bahan baku dipanen.
Standarisasi untuk kebersihan bahan baku ditetapkan oleh perusahaan dan
pengecekan selalu dilakukan oleh Quality Control.
Produk unggulan yang dimiliki oleh PT Jamu Jago adalah Buyung Upik. Komposisi
Buyung Upik terdiri dari Curcumae Rhizoma, Zingeberis aromaticae Rhizoma,
9
Myristicae Semen, Burmanni Cortex, dan bahan-bahan lain. Proses dalam tahap awal
ini meliputi :
Sortasi
Proses ini bertujuan untuk membebaskan dari tanah, bahan asing, kotoran, dan
bagian-bagian tanaman yang tidak dikehendaki
Pencucian
Pencucian dilakukan dengan cara merendam dan mengaduk-aduk bahan baku
dalam bak berisi air bersih. Proses pencucian ini dilakukan pembilasan
sebanyak 3 hingga 4 kali lalu ditiriskan.
Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan dengan cara dimasukkan dalam oven pengering
dengan suhu 50OC. Dalam proses ini, dilakukan pemeriksaan setiap 2 jam
dengan tujuan untuk memastikan kadar air sudah mencapai 10%. Bahan baku
yang sudah memenuhi standar kekeringan dimasukkan dalam kantong plastik
dan dilakukan penimbangan.
Proses pengangan bahan baku pada produk Buyung Upik dapat dilihat pada Gambar 1
Gambar 1. Diagram Alir Penangan Bahan Baku
Karantina di gudang bahan baku
Sortasi
Pencucian
Pengeringan
Bahan baku disimpan di gudang bahan bersih
Penerimaan bahan baku dari pemasok
10
3.2. Alur Proses Produksi
Proses produksi dari Buyung Upik dapat dilihat pada diagram dibawah ini
Gambar 2. Diagram Alir Produksi
Bahan baku yang sudah siap digunakan dan tersimpat dalam gudang bahan baku
ditimbang dan diracik sesuai formulasi. Untuk bahan segar dan bahan kering yang
kering dipisahkan kemudian dilakukan ekstraksi masing-masing. Dalam proses
ektraksi terjadi proses maserasi dan evaporasi. Dari proses ekstraksi ini akan
didapatkan sari ekstrak dari bahan yang digunakan. Kemudian selanjutnya dilakukan
pencampuran kedua ekstrak dari bahan kering dan bahan segar. Ketika selesai proses
mixing I dilakukan pengujian oleh bagian QC berkatian dengan uji mirkobiologi serta
uji kadar air. Setelah itu proses mixing II dilakukan penambahan bahan lain dan
kemudian juga dilakukan dilakukan uji homogenitas oleh Quality Control.
Penerimaan bahan baku dari gudang bahan baku
Penimbangan Bahan Baku
Ekstraksi bahan segar Ekstraksi bahan kering
Mixing I
Mixing II
Pengisian
Pengemasan
Produk disimpan dalam gudang produk jadi
11
Proses selanjutnya yaitu pengisian buuyng upik ke dalam kemasan. Produk Buyung
Upik untuk tiap sachet dilakukan pengisian 7 gram. Setelah proses ini dilakukan
pengujian keseragaman bobot, kebocoran dan kerapian, serta mikrobiologi.
Selanjutnya dilakukan pengemasan dengan uji kontrol isi (kebenaran dan jumlah)
serta kebenaran dan kelengkapan penandaaan. Kemudian disimpan di gudang produk
jadi.
3.3. Proses Pengemasan
Buyung upik mempunyai sifat higroskopis. Hal terseebut perlu ditangani dengan baik
agar dapat menjaga kualitas dari Buyung upik. Salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk menjaga kualitas Buyung Upik dapat digunakan pembungkus yang memiliki
daya penahan uap air yang tinggi. Kemasa dari Buyung Upik menggunakan tiga jenis
pengemas yaitu kemasan primer, sekunder, dan tersier. Kemasan primer pada
umumnya langsung bersentuhan dengan produk. Kemasan primer Buyung Upik
terdiri dari tiga lapisan yaitu: plastik PP, aluminium foil, dan PE. Kemasan sekunder
berguna untuk lebih memantapkan barier dan membuat produk lebih menarik. Untuk
kemasan sekunder menggunakan plastik dan karton. Kemasan tersier berguna untuk
mempermudah dalam transportasi dan penyimpanan. Untuk kemasan tersier
digunakan karton.
Sebelum memulai proses pengemasan Buyung Upik, perlu dilakukan pengaturan pada
alat kemas agar dapat berjalan baik. Hal ini bertujuan supaya berat setiap sachet
selama pengisian sama. Pengisian dilakukan kontrol rutin setiap 1 jam agar berat tiap
sachet tetap sama dan mengontrol kemasan rusak atau tidak terisi. Sachet diisi 7 gram
untuk setiap kemasan. Sachet yang telah diisi lalu dimasukkan dalam kantong plastik
dan dimasukkan ke dalam kemasan sekunder yang berisi 10 kantong plastik dan
dimasukkan lagi dalam kemasan tersier/ dos berisi 200 secara manual. Selanjutnya
diberi tanggal pengemasan, kode produksi dan expired date. Kemudian produk
disimpan dalam gudang produk jadi dan menunggu untuk dipasarkan.
12
3.4. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu yang dilakukan oleh PT Jamu Jago dibedakan menjadi 3 kelompok
besar yaitu pengawasan mutu pada bahan baku, pengawasan mutu proses produksi,
dan pengawasan mutu produk jadi. Pengawasan mutu bertujuan untuk menghasilkan
produk yang tetap terjaga kualitasnya. Bagian yang bertanggung jawab pada
pengawasan mutu adalah bagian Quality Control.
3.4.1. Pengawasan Mutu Bahan Baku
Pengawasan mutu untuk bahan baku dimulai ketika barang sudah datang dari
pemasok. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahan baku sesuai dengan spesifikasi
bahan baku yang diperlukan. Bahan yang akan diuji adalah bahan baku simplisia,
bahan baku non simplisia, dan bahan kemas. Dalam penyiapan bahan baku perlu
diperhatikan kesesuaian bahan baku yang dipesan dan apakah ada bahan lain yang
tercampur.
Pengujian yang dilakukan meliputi uji kimia, uji mikrobiologis, dan uji fisik. Pada uji
kimia dilakukan pengujian kadar air, susut pengeringan, penetapan kadar sari, dan
penetapan kadar abu. Pada uji mikrobiologis dilakukan pengujian angka lempeng total
dan uji bakteri Escherichia coli. Pada uji fisik dilakukan pengujian bobot jenis.
3.4.2. Pengawasan Mutu Proses Produksi
Dalam pelaksaan proses produksi, pengawasan mutu diperlukan untuk memantau dan
mengetahui perubahan yang terjadi selama proses produksi berlangsung. Bagian QC
akan mengamati dan menganalisa sampel pada setiap tahap produksi dengan cara
mengambil sejumlah sampel pada setiap tahapan yang dilakukan pengawasan mutu
yang kemudian dilakukan pengujian.
Analisa sampel oleh bagian QC dilakukan ketika tahap pencampuran pertama,
pencampuran kedua, dan pengisian. Setelah tahap pencampuran pertama dilakukan uji
mikrobiologi dan uji kimia berupa kadar air. Setelah tahap pencampuran kedua
dilakukan uji fisik berupa uji homogenitas.
13
3.4.3. Pengawasan Mutu Produk Jadi
Pengawasan produk jadi dilakukan ketika melakukan pengisian ke kemasan, hal-hal
yang di perhatikan pada pengawan mutu produk jadi antara lain :
a. Kontrol isi (kebenaran dan jumlah)
Dicek isi tiap kemasan dan jumlahnya agar sesuai dengan jumlah yang diset
di mesin.
b. Kontrol kelengkapan penandaan
Dicek benar atau tidaknya suatu kelengkapan penandaan yaitu label kemasan
dan informasi yang tertera.
c. Kontrol bobot
Dicek keseragaman bobot antar satu sachet dengan sachet yang lainnya.
d. Kontrol kebocoran dan kerapian
Dicek apakah kemasan mengalami kebocoran atau tidak. Jika ditemui
kebocoran maka kemasan perlu diganti.
3.5. Mesin dan Peralatan
Mesin dan peralatan dalam proses pembuatan jamu harus diperhatikan dengan tujuan
didapatkan jumlah produk yang banyak dengan waktu yang singkat tanpa mengurangi
kualitas produk yang dihasilkan. Mesin yang digunakan dalam pembuatan produk
Buyung Upik antara lain adalah mesin pemeras simplisia segar, mesin ekstraksi,
mesin pencampur granulasi dan gula, mesin kristalisasi, mesin pencampur produk
antara dan rasa, dan mesin pengemas.
Pada awalnya pencucian bahan baku dilakukan secara manual. Kemudian dimasukkan
ke mesin pemeras yang akan menghasilkan simplisia bentuk cair. Kemudian
dimasukkan ke dalam mesin ekstraksi sehingga diperoleh ekstraknya. Hasil dari
ekstraksi bahan segar dan bahan kering kemudian dicampur dengan menggunakan
mesin pencampur granulasi. Kemudian dikristalisasi menggunakan mesin kristalisasi
dengan evaporasi dan pengadukan. Lalu dilakukan mixing yang selanjutnya
dimasukkan mesin pengemas.
14
Pembersihan mesin dilakukan secara rutin setelah proses produksi selesai pada hari
tersebut. Selain itu proses pembersihan juga dilakukan setiap pergantian bahan yang
akan diproses. Pembersihkan bahan cair dibantu dengan air bersih, sedangkan untuk
bahan padat digunakan tekanan blower sehingga dapat terhembus keluar dari bagian-
bagian mesin. Selain itu dilakukan perawatan mesin secara berkala agar mesin dapat
beroperasi secaraa optimal.
3.6. Penggudangan dan Penyimpanan
Gudang di PT Jamu Jago dipisahkan menurut kegunaannya masing-masing yaitu
meliputi gudang alat kemas, gudang bahan non simplisia, gudang hasil ayak, gudang
bahan baku, gudang bahan kemas, dan gudang produk jadi. Untuk semua gudang
diberlakukan sistem First In First Out (FIFO), dimana bahan yang pertama kali
masuk akan pertama kali dilakukan pemrosesan.
Sebelum disimpan dalam gudang, bahan-bahan tersebut telah mengalami pemrosesan
awal yaitu pencucian, sortasi, dan pengeringan baru kemudian disimpan dalam
gudang. Sedangkan untuk bahan non simplisia bahan-bahan tersebut terlebih dahulu
dilakukan pengujian mutu, setelah itu baru disiman dalam gudang non simplisia.
Penyimpanan bahan baku dalam gudang maksimal adalah 3 bulan supaya menjaga
kualitas dari produk yang akan dihasilkan.
Untuk produk jadi disimpan dalam gudang produk jadi. Produk jadi ini sudah siap
dipasarkan dengan kemasan kemasan primer dan sekunder yaitu di dalam plastik
kemudian dimasukkan dalam dos yang menjadi kemasan kemasan tersier. Masing-
masing barang diberi penanda kode produksi agar memudahkan dalam pengambilan
terutama dalam menentukan system FIFO.
3.7. Pemasaran Produk
Produk yang dihasilkan dari pabrik akan disalurkan ke agen yang sudah bekerja sama
terlebih dahulu. Dari agen tersebut kemudia produk-produk dari PT Jamu Jago
dipasarkan ke pedagang-pedagang kecil atau ke konsumen langsung. Selain
mengandalkan para agen, khusus di kota besar seperti halnya Jakarta dengan melalui
15
perwakilan seperti supermarket dengan sistem titip jual. Pengecekan tanggal
kadaluarsa tidak dilakukan oleh pihak penjual. Jika produk PT Jamu Jago ada yang
melewati tanggal kadaluarsa, maka penjual akan melakukan retur kepada produsen
Dari 10-20% hasil produk PT Jamu Jago telah berhasil menembus pasar internasional.
Produk dari Jamu Jago banyak di ekspor ke luar negeri antara lain negara-negara Asia
Tenggara seperti Filipina, Cina, dan sudah merambah ke Amerika dan Australia.
Pemasaran produk dari Jamu Jago ini dilakukan melalui:
1. Above the Line
Above the line merupakan strategi pemasaran yang dilakukan melalui
pemasangan iklan baik di televisi maupun di koran.
2. Below the Line
Below the line merupakan strategi pemasaran yang dilakukan dengan “gethok
tular”.
3.8. Sanitasi
Dari sisi konstruksi bangunan pabrik, bagunan dari PT Jamu Jago terdiri dari
beberapa bagian. gedung persiapan bahan baku, gedung pengolahan, laboratorium,
WC, dan juga gudang. Setiap bagian dalam pabrik dipisahkan oleh sekat, sehingga
tidak dapat berhubungan langsung. Semua lantai bangunan menggunakan semen
plester. Selain itu, semua bangunan telah dilengkapi dengan penerangan dan juga
ventilasi yang cukup, serta disediakan exhaust fan untuk memperlancar pertukaran
udara dalam gedung.
Gudang terdiri dari 3 gudang yaitu gudang bahan baku, gudang barang jadi, gudang
bahan kemas. Pemisahan gudang ini bermanfaat agar tidak terjadi kontaminasi silang
antar bahan. Gudang juga telah dilengkapi dengan pallet sehingga barang yang
bersentuhan dengan lantai tidak mengalami kerusakan. Untuk menghindari serangan
hama juga juga diberi perangkap tikus untuk meminimalkan hewan pengerat.
Dari sisi personal karyawan, karyawan PT Jamu Jago sudah menggunakan baju kerja
khusus, sarung tangan, penutup rambut, dan masker. Hal itu bertujuan untuk
16
menghindari kontaminasi produk dari karyawan. Dari sisi kebersihan alat-alat yang
digunakan, mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi mendapat
perlakuan pembersihan setiapnya harinya ketika selesai produksi. Sisa-sisa kotoran
dari hasil permbersihan tersebut dibuang sesuai prosedur pengolahan limbah.
3.9. Pengolahan Limbah
Dalam memproduksi jamu di PT Jamu Jago menghasilkan tiga jenis limbah yaitu
limbah padat, cair, dan gas. Pengolahan limbah bertujuan untuk dapat dibuang ke
lingkungan dengan aman dan tidak menimbulkan efek yang merugikan bagi
lingkungan. Dari proses pencucian bahan baku, mesin dan perlatan, serta sisa
produksi didapatkan limbah cair. Beberapa tahapan dalam proses pengolahan limbah
cair adalah sebagai berikut :
Filtrasi dan Pengendapan
Proses ini dilakukan dilakukan pada bak pertama dengan kapasitas 30 m3 dan
debit 3 m3
Hal ini bertujuan untuk menurunkan Total Suspended Solid (TSS).
Dengan perbedaan berat jenis, maka komponen yang meliki berat jenis lebih
besar akan tenggelam.
Aerasi Anaerob
Pada proses ini dilakukan penambahan isolat untuk mendegradasi bakteri.
Nilai COD maksimal 0,5 mg/l, nilai BOD maksimal 3 mg/l, pH 6-8, dan fenol.
Aerasi Aerob
Proses ini dilakukan pada bak terbuka serta ada penambahan aerasi dari
blower sehingga dapat menambah jumlah oksigen. Nilai BOD dan COD
diharapkan sudah memenuhi standar dengan pengaturan isolat, dan debit.
Bak Kimia
Dalam bak ini dilakukan penambahan kaporit. Jumlah kaporit yang diberikan
sebanyak 30% dari jumlah volume. Penambahan kaporit ini digunakan ketika
konsidi masih asam dengan pH sekitar 6 untuk membuat pH limbah menjadi
7-8.
17
Limbah yang telah melalui proses pengolahan terserbut dan telah melalui uji sesuai
standar maka limbah dapat dibuang ke lingkungan. Limbah tersebut dapat dipakai
kembali akan tetapi harus ada izin dari.
Limbah padat dari hasil produksi di PT.Jamu Jago terdiri dari 2 macam B3 dan non
B3. Limbah B3 terdiri dari oli bekas, baterai bekas, lampu, aki. Seluruh limbah akan
masuk ke TPS khusus B3 dengan izin Badan Pengendalian Lingkungan Hidup
(BPLH) kota Semarang. Sebelum diserahkan ke pihak ketiga PT.Jamu Jago
melakukan penyimpanan selama 6 bulan baru kemudian diserahkan ke pihak ketiga.
Pihak ketiga ini bertugas untuk mengumpulkan, membawa, dan memusnahkan limbah
padat. Pemusnahan tersebut menggunakan alat insenerator dengan tinggi 50 meter dan
suhu 1200oC. Sedangkan untuk limbah non B3 dapat langsung dibuang ke TPA
karena tidak membahayakan lingkungan.
Selain limbah padat dan cair dilakukan pula pengolahan limbah gas. Pada proses ini
digunakan dua macam alat yaitu cerobong genset dan cerobong boiler. Cara kerja
pada cerobong boiler dilakukan pengambilan sampel pada 3 titik dengan
memasukkan alat untuk menangkap CO2, H2S, CO. Sampel tersebut diuji dalam
laboratorium. Pembersihan cerobong dilakukan dengan penyemprotan blower pada
cerobong.
18
4. PEMBAHASAN
Dalam memproduksi sebuah produk tentunya diingkan produk yang terjamin
mutunya. Maka dari itu dalam memproduksi sebuah produk diperlukan pengawasan
mutu. Menurut Sofjan (1993), pengawasan mutu merupakan suatu tindakan atau
kegiatan untuk memastikan apakah mutu atau standar yang ditetapkan dapat terlihat
dalam hasil akhir. Pengawasan mutu bertujuan untuk menentukan komponen-
komponen mana yang tidak layak dan menjaga agar bahan-bahan untuk produksi
mendatang akan sesuai dengan standar. Pengawasan mutu yang dilakukan oleh
perusahan merupakan alat bagi untuk memperbaiki kualitas produk bila diperlukan,
mempertahankan kualitas yang, dan mengurangi jumlah bahan yang rusak (Sukanto
dan Indriyo,1995).
Salah satu sarana dalam mengawasi mutu produk adalah dengan dilakukannya proses
pengambilan sampel. Tujuan proses pengambilan sampel adalah untuk
memanfaartkan karakteristik individu yang dapat mewakili keseluruhan populasi
untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, yang nantinya informasi tersebut
akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan (Darmadi , 2011).
4.1. Penyusunan Prosedur Tetap Pengambilan Sampel
Dalam melakukan proses pengambilan sampel agar proses pengambilan sampel
dilakukan secara benar maka diperlukan suatu standar atau bisa disebut prosedur
tetap. Menurut Ali (2000) prosedur adalah tata cara kerja atau cara menjalankan suatu
pekerjaan. Dalam insdustri jamu digunakan standar berupa Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik (CPOTB). Penggunaan standar ini bertujuan agar didapatkan
hasil produk obat tradisional dengan kualitas yang baik.
Dalam CPOTB dijelaskan bahwa mutu produk bergantung pada pengujian sampel
yang diambil, maka dari proses dari pengambilan dari sampe yang akan diuji perlu
diperhatikan. Sampel yang perlu dilakukan pengujian dibagi menjadi 3 kelompok
besar yaitu untuk bahan baku, produk antara; produk ruahan; produk jadi, dan bahan
kemas.
19
Bahan baku merupakan semua bahan yang akan digunakan dalam pengolahan, baik
bahan yang sudah diolah terlebih dahulu maupun bahan yang belum mengalami
pengolahan sama sekali. Setelah bahan mengalami pwngolahan dalam proses
produksi maka bahan baku tersebut akan menjadi produk setengah jadi yang
dibedakan menjadi produk antara dan produk ruahan. Produk antara merupakan
campuran dari bahan yang masih memerlukan satu atau lebih tahap pengolahan untuk
menjadi produk ruahan. Produk ruahan sendiri merupakan bahan yang sudah selesai
diolah namun belum melalui proses pengemasan. Jika bahan yang sudah diproses
tersebut sudah diproses maka bisa disebut produk jadi.
4.1.1. Prosedur Tetap Pengambilan Sampel
Prosedur tetap bpengambilan sampel bahan baku disusun dengan tujuan memberi
petunjuk tentang cara pengambilan sampel bahan baku yang benar supaya terhindar
dari pencemaran mikroba dan pencemaran silang. Prosedur tetap ini berlaku untuk
pengambilan sampel bahan baku yang akan digunakan. Petugas yang
bertanggungjawab adalah petugas pengambil sampel dan analis bahan baku. Proses
pengambilan sampel bahan baku ini berlangsung di gudang bahan baku, ruang
timbang, dan ruang sampling.
Proses pengambilan sampel digunakan alat-alat khusus yang terpisah dari alat
laboratorium lain serta telah melalui proses pembersihan. Beberapa alat yang dapat
digunakan antara lain :
Pipet
Digunakan untuk bahan yang berwujud cair dalam botol.
Liquid Sampler
Digunakan untuk bahan yang berwujud cair dalam drum
Thief Sampler
Digunakan untuk bahan yang berwujud serbuk dalam drum atau kantong
besar.
Sendok
Digunakan untuk mengambil sampel (pada wadah besar maupun kecil)
20
Pompa Penyedot
Digunaan untuk mengaduk dan mengambil sampel pelarut organic dalam
drum.
Sedangkan untuk membawa sampel yang diambil digunakan wadah khusus. Wadah
Sampel yang dapat digunakan antara lain :
Kantong plastik
Digunakan untuk sampel padat atau setengah padat.
Botol
Digunakan untuk sampel cair
Labu Erlemenyer
Digunakan untuk sampel cair
Beker glas
Digunakan untuk sampel setengah padat.
Sebelum melakukan pengambilan sampel dilakukan persiapan pengambilan sampel.
Persiapan dilakukan dengan menyiapkan daftar periksa bahan baku (Lampiran 1).
Daftar periksa tersebut diisi berdasarkan label karantina berwarna kuning yang
tertempel pada wadah bahan baku. Label karantina ini ditempel oleh petugas gudang
dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa bahan baku tersebut masih belum bisa
digunakan karena harus diuji terlebih dahulu.
Kemudian wadah bahan baku dari supplier perlu di cek terlebih dahulu. Kondisi yang
perlu di cek adalah sebagai berikut :
- Wadah rusak / hampir rusak
- Tidak ada segel, rusak/bekas dibuka
- Wadah tidak asli
- Label pabrik pembuat tidak ada / tidak jelas
- Nomor Lot tidak ada, tidak jelas
- Tercium bau asing atau basah
21
Jika ada kondisi yang tidak sesuai maka dapat dicatat di daftar periksa pengambilan
bahan baku dan disebutkan kondisi dari wadah yang diterima. Jika pada wadah bahan
baku terdapat instruksi cara penyimpanan khusus pada bahan baku tersebut maka
petugas pengambil sampel segera melaporkan ke petugas gudang.
Petugas pengambil sampel perlu menyiapakan label yang menandakan bahwa sampel
telah diambil. Jumah dari label yang perlu disiapkan disesuaikan dengan jumlah
wadah bahan baku yang akan dibuka. Kemudian label tersebut ditempelkan pada
wadah yang akan digunakan sebagai wadah sampel. Dan pada persiapan yang
terakhir, untuk menjaga kebersihan maka sebelum dilakukan pengambilan sampel
tangan dari petugas pengambil sampel perlu dicuci dengan air dan sabun.
Gambar 3. Label Sampel Telah Diambil
Pada proses pengambilan sampel perlu diketahui terlebih dahulu pola untuk
pengambilan sampel tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jumlah wadah yang
akan dibuka. Tiga jenis pola yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
Pola N
Pola ini digunakan jika bahan baku yang diterima dari pemasok yang
disetujuai diperkirakan seragam. Sampel dapat diambil dari seluruh bagian
sampel.
n = 1 + √ N
n = jumlah wadah yang dibuka
N = jumlah wadah yang diterima
22
Pola P
Pola ini digunakan jika bahan baku yang diterima dari pemasok disetujui telah
seragam, dengan tujuan untuk pengujian identitas.
n = 0,4 + √ N
n = jumlah wadah yang dibuka
N = jumlah wadah yang diterima
Pola R
Pola ini digunakan jika bahan baku yang diterima dari pemasok yang belum
diketahui dan diperkirakan tidak seragam .
n = 1,5 + √ N
n = jumlah wadah yang dibuka
N = jumlah wadah yang diterima
Untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang, maka urutan pengambilan sampel
bahan disusun sebagai berikut :
Zat Cair
1. Tak berwarna, tak berbau, encer.
2. Berwarna lemah, sedikit berbau.
3. Zat cair kental, berwarna.
Zat setengah padat (Semi solid)
1. Berwarna putih.
2. Berwarna lemah.
3. Berwarna tua.
Zat padat / serbuk
1. Serbuk putih, tak berbau, bentuk kristal
2. Serbuk putih berbau lemah, bentuk kristal
3. Serbuk putih, berbau kuat.
4. Serbuk putih, partikel halus / lengket.
Untuk sampel berbentuk serbuk yang disimpan dalam drum, awalnya bagian penutup
dari drum dibersihkan menggunakan kain lap bersih. Penutup dari drum dibuka dan
penutupnya tersebut diletakkan secara terbalik pada alas yang bersih. Kemasan dalam
23
drum berupa kantong plastik dapat dicek terlebih dahulu apakah ada kebocoran. Jika
ada kebocoran maka perlu diinformasikan kepada petugas gudang agar dapat dipindah
ke kantong plastik lain. Jika tidak ada kebocoran maka kemasan plastik dapat dibuka
kemudian segera cek keadaan dari bubuk tersebut seperti bau, warna, bentuk kristal,
serta penggumpalan karena basah. Kondisi serbuk yang tidak sesuai tersebut dapat
ditolak dengan memberi penandaan label ditolak
Gambar 4. Label Penanda Ditolak
Setelah kantong plastik dibuka, maka sampel dapat diambil dalam posisi diagonal.
Kemudia dimasukan ke dalam wadah sampel yang sudah diberi label penanda sampel
yang diambil. Tutup dari drum dan tutup wadah ditutup rapat-rapat. Label pada wadah
sampel diisi sesuai dengan isi sampel. Sedangkan untuk wadah bahan baku diberi
penanda bahwa sampel telah diambil.
Untuk bahan serbuk yang terletak didalam kantung atau karung pertama-tama bagian
yang akan dibuka dibersihkan dengan lap bersih terlebih dahulu. Kemudian bagian
seal atau jahitan dari kantung atau karung bisa dibuka terlebih dahulu. Lalu segera cek
keadaan dari bubuk tersebut seperti bau, warna, bentuk kristal, serta penggumpalan
karena basah. Kondisi serbuk yang tidak sesuai tersebut dapat ditolak dengan
memberi penandaan label ditolak (Gambar 2).
Setelah kantong plastik dibuka, maka sampel dapat diambil dalam posisi diagonal.
Kemudia ndimasukan ke dalam wadah sampel yang sudah diberi label penanda
sampel yang diambil. Tutup dari drum dan tutup wadah ditutup rapat-rapat. Label
24
pada wadah sampel diisi sesuai dengan isi sampel. Sedangkan untuk wadah bahan
baku diberi penanda bahwa sampel telah diambil.
Untuk bahan berwujud cair, pertama-tama tutup dibersihkan menggunakan kain
basah dan kemudian digosok dengan kain kering. Sebelum sampel diambil seluruh
cairan perlu diaduk dengan cara menggoyangkan wadahnya atau bisa dengan pompa
penyedot yang cairannya dialirkan ke wadah kembali. Setelah itu penututup bisa
dibuka dan diletakkan terbalik. Perlu untuk diamati apakah tutup tersebut bekas
dibuka atau rusak.
Untuk sampel cair dengan kapasitar besar dapat digunakan alat liquid sampler,
sedangkan untuk kapasitas kecil dapat digunakan pipet untuk mengambil sampel. Alat
pengambil diusahakan agar bisa masuk sedalam mungkin ke wadah namun perlu
diperhatikan agar tangan tidak bersentuhan dengan bahan. Kemudian wadah bahan
dan wadah sampel bisa ditutup rapat-rapat. Untuk wadah bahan baku yang sudah
diambil dapat diberi penanda bahwa sampel telah diambil. Sedangkan untuk label
wadah sampel dapat diisi sesuai keterangan bahan baku yang diambil.
Gambar 5. Label Penandaan Wadah Sampel
4.1.2. Prosedur Pengambilan Sampel Produk Antara, Produk Ruahan, dan
Produk Jadi
Prosedur tetap bpengambilan sampel produk antara, produk ruahan, dan produk jadi
disusun dengan tujuan memberi petunjuk tentang cara pengambilan sampel produk
25
antara, produk ruahan, dan produk jadi yang benar. Prosedur tetap ini berlaku untuk
proses pengambilan sampel selama proses pengolahan dan pengemasan. Petugas yang
bertanggungjawab adalah petugas pengambil sampel dan analis bahan baku.
Proses pengambilan sampel digunakan alat-alat khusus yang terpisah dari alat
laboratorium lain serta telah melalui proses pembersihkan. Beberapa alat yang dapat
digunakan antara lain :
- Liquid Sampler Stainless Steel
- Sendok Stainless Steel
- Thief-Sampler Stainless Steel
- Kantong plastik
- Botol berwarna coklat ukuran 100 ml disertai tutup
- Masker merek
- Sarung tangan
Sedangkan bahan yang digunakan adalah Etanol 70%.
Masker dan sarung tangan digunakan sebelum memulai pengambilan sampel. Selain
itu tangan juga perlu dibersihkan menggunakan etanol agar terhindar dari
kontaminasi. Selain itu perlu juga dipastikan bahwa peralatan yang digunakan sudah
dibersihkan terlebih dahulu. Untuk wadah pengambilan sampel untuk uji mikrobiologi
dipastikan sudah disterilkan.
Pada produk antara dan produk ruahan berbentuk granul, tablet, kapsul, dan tablet
salur digunakan alat berupa sendok berbahan stainless steel. Pengambilan sampel
berbentuk granul dilakukan saat pencampuran bahan telah selesai. Untuk pengambilan
sampel berbentuk tablet dilakukan pada bagian awal, tengah, dan akhir pencetakan,
sedangkan kapsul dilakukan pada akhir pengisian kapsul. Untuk pengambilan sampel
tablet salut dapat dilakukan pengambilan sampel ketika penyalutan telah selesai. Jika
sampel padat yang diambil bersifat higroskopis dapat ditambahkan silika gel.
Pada produk antara dan produk ruahan berbentuk cair dan semi solid, pengambilan
sampel dilakukan ketika pencampuran telah selesai. Sedangkan untuk produk jadi
26
yang diisi dalam botol dilakukan pengambilan sampel dari awal, tengah, dan akhir
pengisian.
Pada pengambilan sampel produk jadi dilakukan pengambilan sampel pertinggal.
Sampel pertinggal merupakan sampel yang disimpan untuk jangka waktu tertentu
yang digunakaan oleh perusahaan sebagai data informasi produk yang mereka
hasilkan. Untuk sampel yang diambil diberi penandaan label sampel pertinggal.
Sampe pertinggal merupakan sampel Kemudian jumlah sampel yang diambil dicatat
dalam dokumen catatan bets dan buku log sampel pertinggal.
Gambar 6. Label Sampel Pertinggal
4.1.3. Prosedur Pengambilan Sampel Bahan Kemas
Prosedur tetap pengambilan sampel kemasan tentang cara pengambilan sampel bahan
pengemas primer dan sekunder untuk pengujian. Prosedur tetap ini berlaku untuk
proses pengambilan bahan kemasan primer dan sekunder yang diterima dari pemasok.
Petugas yang bertanggungjawab adalah petugas pengambil sampel dan analis bahan
baku.
Prosedur pengambilan sampel untuk bahan kemas hampir sama dengan pengambilan
sampel bahan baku. Awalnya petugas pengambil sampel menerima daftar periksa
penerimaan bahan kemas dari petugas gudang. Label karantina yang ditempel oleh
petugas gudang diperiksa oleh petugas pengambil sampel, apakah ada cara
penyimpanan khusus untuk bahan tersebut. Bila ada catat pada daftar periksa, segera
27
beritahu petugas gudang bila ada cara penyimpanan khusus tersebut. Label sampel
disiapkan sebanyak sampel yang akan dibuka.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak dari wadah kemasan. Untuk bahan
kemasan berupa gulungan dapat dipotong sebanyak 5 meter menggunakan gunting.
Wadah sampel diberi label yang menunjukkan bahwa sampel sudah diambil.
4.2. Sosialisasi Prosedur Tetap Pengambilan Sampel
Salah satu bentuk sosialisasi yang dilakukan dalam menyampaikan hasil penyusuanan
prosedur tetap pengambilan sampel adalah dengan memberikan pelatihan bagi para
pekerja. Pelatihan secara rutin setiap tahunnya diberikan oleh PT Jamu Jago kepada
pada pekerjanya. Namun pelatihan mengenai pengambilan sampel terakhir kali
diberikan pada tahun 2007. Maka dari itu diperlukan pelatihan ulang mengenai
prosedur tetap pengambilan sampel. Pemberian pelatihan ini bertujuan agar
pelaksanaan pengambilan sampel di PT Jamu Jago dapat sesuai dengan prosedur tetap
yang telah disusun menurut CPOTB.
Pelaksaan pelatihan dilakukan pada hari Selasa tanggal 24 Februari 2015 pukul
15.00 WIB. Pelatihan ini dihadiri oleh 14 orang sebagai perwakilan dari bagian
produksi dan bagian Quality Control. Pelatihan dibagi menjadi dua sesi utama yaitu
pre-test, penyampaian materi, serta post-test. Sebelum sesi penyampaian materi, para
peserta pelatihan dihadapkan pada soal pre-test. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
pengetahuan yang dimiliki peserta sebelum dilaksanakan pelatihan. Materi yang
disampaikan ditujukan untuk menjelaskan prosedur tetap yang sudah disusun
sebelumnya berdasarkan CPOTB Setelah penyampaian materi dilakukan post-test
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari penyampaian materi mengenai
prosedur tetap pengambilan sampel. Soal tes yang diberikan berbeda-beda menurut
bagiannya masing-masing. Soal dari pre-test dan post-test adalah sama dengan model
soal adalah pilihan ganda dan isian. Untuk standar kelulusan adalah diatas 70.
28
4.3. Evaluasi Pelatihan Prosedur Tetap Pengambilan Sampel
Bentuk evaluasi yang dapat diterapkan dalam pelatihan prosedur tetap kali ini adalah
dengan melihat hasil dari pre-test dan post-test. Hasil dari tes akan mencerminkan
apakah pelatihan yang diberikan bermanfaat atau tidak. Hasil dari tes dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pre-test dan Post-Test Pelatihan Prosedur Tetap Pengambilan Sampel
No Nama
Nilai
Prestest
Kelulusan
Pretest
Nilai
Posttest
Kelulusan
Postest Kenaikan (%)
1 Budiwati 33 TL 67 TL 103.03
2 Pramono 67 TL 67 TL 0.00
3 Christina 60 TL 80 L 33.33
4 Rimuryani 70 TL 80 L 14.29
5
Lie Rahmad
Adi 50 TL 90 L 80.00
6 Yani 70 TL 100 L 42.86
7 Rochayah 70 TL 70 TL 0.00
8 Suratmi 30 TL 50 TL 66.67
9 Analita 60 TL 100 L 66.67
10 Surihatin 33 TL 67 TL 103.03
11 Lidya 53 TL 50 TL -5.66
12 Sri Suratmi 67 TL 100 L 49.25
13 Renny 67 TL 100 L 49.25
14 Nanang 20 TL 80 L 300.00
Rata-rata 53.57 78.64 46.80
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada nilai pre-test didapatkan nilai rata-rata yaitu
53,57. Pada nilai post-test didapatkan nilai rata-rata 78,64. Dari hal tersebut dapat
dilihat bahwa terdapat kenaikan nilai sebanyak 46,80%.
Hasil tes yang telah dilakukan oleh para peserta ini menunjukkan pemberian materi
mengenai prosedur tetap pengambil sampel sudah dipahami oleh peserta. Jika
sebelumnya tidak mengetahui mengenai materi prosedur tetap pengambilan sampel,
setelah ada pemberian materi maka mereka bisa menjawab pertanyaan yang ada pada
soal post-test. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa metode pelatihan yang diberikan
cukup efektif dalam mengenalkan prosedur tetap pengambilan sampel. Namun perlu
diperhatikan lebih lanjut mengenai pelaksaannya di lapangan.
29
Bentuk evaluasi lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan observasi
mengenai jalannya proses pengambilan sampel di PT Jamu Jago. Proses pengambilan
sampel di PT Jamu Jago ditujukan untuk sampel bahan baku berupa simplisia dan
non-simplisia, produk ruahan, produk antara, produk jadi, dan kemasan. Sebagian
besar proses pengambilan sampel ini dilakukan oleh bagian Quality Control.
Sebelum bahan baku disimpan dalam gudang, terlebih dahulu dilakukan pengambilan
sampel. Hal ini bertujuan agar jika didapatkan bahan baku yang tidak sesuai maka
dapat dilakukan pengembalian ke supplier. Pada proses pengambilan sampel bahan
baku simplisia maupun non-simplisia dilakukan pengmabilan sampel ketika bahan
baku dari supplier datang. Petugas pengambil sampel yang melakukan pengambilan
sampel merupakan seseorang dari bagian Quality Control yang bertugas di
Laboratorium dan bukan merupakan seseorang yang khusus bertugas mengambil
sampel.
Petugas melakukan pengambilan sampel ketika mobil truk datang atau bisa dilakukan
ketika akan masuk ke gudang. Ketika ada bahan baku yang datang, maka bagian
petugas gudang akan memberikan info kepada bagian Quality Control untuk segera
melakukan pengambilan sampel. Petugas dari bagian Quality Control menggunakan
seragam khusus yang disiapkan PT Jamu Jago tanpa menggunakan penutup kepala,
jas laboratorium, ataupun sarung tangan. Jika sampel yang diambil berbentuk serbuk
dapat digunakan masker.
Ketika akan melakukan pengambilan sampel bahan baku, petugas menyiapkan alat
pengambil sampel dan wadah untuk sampel yang diambil. Alat yang digunakan untuk
sampel simplisia adalah dengan menggunakan sendok. Untuk wadah yang digunakan
untuk membawa sampel adalah berupa kantong plastik. Untuk sampel non simplisia
yang berbentuk padat digunakan alat dan wadah yang sama seperti sampel simplisia.
Sedangkan untuk sampel non simplisia berbentuk cari digunakan alat pengambil
khusus seperti sendok namun memiliki gagang yang panjang dan wadah berupa botol.
30
Setelah sampel diambil, sampel yang diambil tersebut diberi label yang berisi penanda
bahwa sampel tersebut sudah diambil. Wadah yang digunakan untuk mengambil
sampel juga diberi label informasi mengenai isi dari sampel yang telah diambil.
Kemudian sampel dibawa oleh petugas Quality Control untuk dibagi ke beberapa
laboratorium untuk dilakukan pengujian. Jika didapatkan ketidaksesuaian sampel
maka, bahan baku dapat ditahan untuk tidak diproses. Bahan baku yang ditolak
tersebut diberi label penanda bahwa ditolak. Kemudian bahan baku dapat diretur ke
supplier jika tidak sesuai.
Selain dilakukan pengambilan sampel untuk bahan baku dilakukan pula pengambilan
sampel untuk produk antara, produk ruahan, dan produk jadi. Produk antara
merupakan produk yang masih membutuhkan satu atau lebih tahap pengolahan lagi
untuk menjadi produk ruahan. Sedangkan produk ruahan adalah produk yang sudah
selesai diproses namum masih memerlukan proses pengemasan. Setelah melalui
proses pengemasan maka produk dapat disebut produk jadi. Pengujian pada produk
antara, produk jadi, dan produk jadi ini dilakukan dengan tujuan dapat mengkontrol
proses produksi yang berlangsung. Jika didapatkan produk yang tidak sesuai dengan
standar maka proses produksi dapat dihentikan dan dilakukan peninjauan ulang.
Secara umum proses yang dilakukan dalam pengambilan sampel untuk produk antara,
produk ruahan, dan produk jadi hampir sama. Petugas yang bertugas mengambil
sampel adalah orang dari bagian produksi yang tidak ditugaskan khusus untuk
mengambil sampel. Petugas tersebut menggunakan seragam kerja yang disiapkan PT
Jamu Jago tanpa menggunakan penutup kepala, jas laboratorium, ataupun sarung
tangan. Jika sampel yang diambil berbentuk serbuk dapat digunakan masker. Proses
pengambilan dilakukan langsung pada ruang produksi. Kemudian dilakukan
pengujian di laboratorium sesuai dengan kebutuhan masing-masing sampel.
Ketika akan melakukan pengambilan sampel bahan baku, petugas menyiapkan alat
pengambil sampel dan wadah untuk sampel yang diambil. Alat yang digunakan untuk
mengambil sampel produk antara maupun produk ruahan dapat digunakan sendok.
Sedangkan untuk sampel berupa produk jadi dapat langsung diambil berserta
31
kemasannya. Wadah yang digunakan untuk mengambil sampel berupa kantong
plastik. Setelah sampel diambil, sampel yang diambil tersebut diberi label yang berisi
penanda bahwa sampel tersebut sudah diambil. Wadah yang digunakan untuk
mengambil sampel juga diberi label informasi mengenai isi dari sampel yang telah
diambil. Kemudian sampel dibawa oleh petugas dari bagian produksi untuk dibagi ke
beberapa laboratorium untuk dilakukan pengujian.
Kemasan akan berpengaruh pada produk yang akan dihasilkan maka dari itu juga
diperlukan pengujian terhadap kemasan, maka dari itu dilakukan pengambilan sampel
untuk kemasan. Pada tahap ini akan dilihat apakah design kemasan, komponen-
komponen kemasan, dan warna dari kemasan sudah sesuai dari yang diinginkan.
Pengambilan sampel dilakukan oleh bagian Quality Control. Pengambilan sampel
langsung dilakukan di gudang penyimpanan kemasan ketika ada kemasan baru yang
datang dari supplier.
Pengambilan sampel kemasan dilakukan dengan mengambil beberapa potongan dari
sampel menggunakan gunting. Kemudian wadah sampel kemasan diberi penanda
bahwa kemasan tersebut sudah diambil sampelnya. Sedangkan sampel yang sudah
diambil dicatat pada buku khusus yang berisi pendataan kemasan.
Dari hasil observasi dapat dilihat bahwa masih banyak hal yang tidak sesuai dengan
prosedut tetap. Hal ini bisa disebabkan karena dalam melaksanakan prosedur tetap
tersebut memerlukan persiapan yang cukup banyak. Persiapan dimulai dari konstruksi
bangunan, peralatan yang digunakan, serta pelathihan secara langsung di lapangan
kepada para pegawai. Persiapan tidak harus dilakukan secara langsung semua namun
bertahap. Dengan mulai dilaksanakannya pengambilan sampel dengan acuan prosedur
tetap berdasarkan CPOTB maka tentunya akan meningkatkan hasil kualitas dari
produk yang dihasilkan.
32
5. KESIMPULAN
PT Jamu Jago merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang obat
tradisioal yang memiliki banyak varian produk dengan berbagai manfaat yaitu sebagai
obat tradisional, minuman kesehatan, serta minuman berenergi. Produk unggulan dari
PT Jamu Jago adalah Buyung Upik yang merupakan minuman serbuk bagi anak-anak.
Proses produksi yang dilakukan sudah terlaksana dengan baik mulai dari penerimaan
bahan baku hingga proses distribusi.
Kualitas dari produk yang diproduksi PT Jamu Jago sangat diperhatikan. Salah satu
bentuk pengawasan mutu yang dilakukan adalah dengan pengambilan sampel secara
rutin mulai dari bahan baku, produk antara, produk ruahan, produk jadi, dan bahan
kemas. Pengambilan sampel ini bertujuan agar menjaga kualitas produk yang
dihasilkan.
Dalam pengambilan sampel diperlukan sebuah prosedur tetap agar proses
pengambilan sampel dapat berjalan sesuai dengan prosedur, maka dari itu dilakukan
penyusunan prosedur tetap untuk pengambilan sampel bahan baku, produk antara,
produk ruahan, produk jadi, dan bahan kemas yang didasarkan pada CPOTB. Setelah
dilakukan maka dilakukan sosialisasi untuk prosedur tetap tersebut kepada para
karyawan. Dari hasil sosialiasi tersebut dapat dilihat bahwa para karyawan memahami
prosedur tetap yang sudah dijelaskan, hal ini terlihat dari hasil pre-test dan post-test
ketika sosialisasi. Sedangkan evaluasi yang dilakukan di lapangan secara langsung
dapat dilihat bahwa prosedur tetap belum dilaksanakan sepernuhnya karena dalam
melaksanakan prosedur tetap tersebut diperlukan persiapan yang cukup banyak.
6. SARAN
Sebaiknya bisa dilakukan pengkajian ulang mengenai prosedur tetap yang
telah dilakukan sekarang sehingga dapat lebih sesuai dengan CPOTB.
Sebaiknya dilakukan pelatihan rutin mengenai prosedur tetap pengambilan
sampel.
33
7. DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. (2000). Penelitian Pendidikan Prosedur Dan Strategi. Bandung :
Angkasa
Assauri, Sofyan. (1993). Manajemen Produksi, edisi ke-4. Lembaga Penerbitan
Fakultas. Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2013). Petunjuk Operasional Penerapan
Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia. Jakarta
Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Derektorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. Hal 7, 1221-1223.
Darmadi, Hamid. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
34
8. LAMPIRAN
8.1. Daftar Periksa Bahan Baku
DAFTAR PERIKSA
PENGAMBILAN SAMPEL BAHAN BAKU
Nama bahan baku :
Nomor kontrol :
Nama pemasok :
(lama ; baru sudah disetujui ; belum disetujui)
Sertifikat analisis :
No Lot pabrik pembuat :
Tanggal daluwarsa :
/ Expiry date
Pola : n
p
r
Jumlah wadah yang diterima :
Jumlah wadah yang dibuka :
Jumlah sampel yang diambil :
Wadah sampel :
Alat sampling :
Ruang pengambilan sampel : Nonbetalaktam / Penisilin / Suhu ruang :……. ° C
Sefalosporin Kelembaban :…….%
Tekanan :…… Pas
Kondisi Wadah / Label / Segel :
Sampling oleh :
Tanggal sampling :
INSTRUKSI KHUSUS :
35
8.2. Foto Kerja Praktek
8.3. Prosedur Tetap Pengambilan Sampel
8.4. Presensi Kerja Praktek
Top Related