LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. F
Jenis kelamin : Laki - laki
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : jawa/Indonesia
Pekerjaan : Buruh
Alamat : JL. KH Dewantoro, Bantaeng
No. Register : 040206
Tanggal pemeriksaan : 15 MEI 2015
Tempat pemeriksaan : RSP
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Benjolan pada kelopak mata kanan.
Anamnesis terpimpin :
Benjolan pada kelopak mata kanan dialami sejak 1 tahun yang lalu
dan memberat sejak 1 minggu terakhir. Benjolan awalnya kecil dan dirasakan
semakin lama semakin membesar namun lambat. Benjolan dirasa mengganjal dan
kadang-kadang mata menjadi gatal dan berair namun tidak ada kotorannya.
Benjolan awalnya terasa perih, tetapi sekarang sudah tidak terasa nyeri. Tidak ada
mata merah sebelumnya dan tidak didapatkan keluhan penglihatan kabur, maupun
penurunan daya pengelihatan. Riwayat sering terpapar debu (+). Riwayat penyakit
serupa (-), riwayat menggunakan kacamata sebelumnya (-),riwayat trauma (-),
riwayat alergi (-), riwayat penyakit gula (-), riwayat tekanan darah tinggi (-),
riwayat berobat di Rumah Sakit sebelumnya (+) 2 bulan yang lalu dan diberi obat
tetes mata menurut pasien setelah pemakaian obat tersebut benjolannya mulai
mengecil, riwayat penyakit yang sama dalam keluarga (-).
1
III. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Sakit sedang, Gizi cukup, Composmentis
Tanda vital : Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi: 84 x/menit
Pernafasan: 20 x/menit
Suhu : 36,5 C
IV. FOTO KLINIS
2
Oculus Dextra Oculus Sinista
V. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
Inspeksi
Pemeriksaan OD OS
Palpebra edema (-).
-Tampak benjolan inferior
lateral, dengan ukuran
2,5x1.5 mm, warna sama
dengan sekitar.
-Tampak benjolan
superior media ±
0,5x0,5mm
edema (-).
Tidak tampak benjolan
Apparatus lakrimalis hiperlakrimasi (-) hiperlakrimasi (-)
Silia sekret (+) sekret (-)
Konjungtiva hiperemis (+) hiperemis (-)
Bola Mata Kesan intak Kesan intak
Mekanisme muscular
Kesegala arah Kesegala arah
Kornea Jernih Jernih
Bilik Mata Depan Kesan Normal Kesan Normal
Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)
Pupil Bulat, sentral, Refleks Bulat, sentral, Refleks
3
Cahaya (+) Cahaya (+)
Lensa Jernih Jernih
Palpasi
Palpasi OD OS
Tensi Okuler Kesan Tn Kesan Tn
Nyeri Tekan (-) (-)
Massa Tumor -Tampak benjolan inferior
lateral, dengan ukuran
2,5x1.5 mm, berwarna
merah, berbatas tegas,
terfiksir, permukaan rata.
-Tampak benjolan
superiormedia ±
0,5x0,5mm
berwarna merah, berbatas
tegas,terfiksir, permukaan
rata.
Tidak tampak massa
tumor
Glandula Preaurikuler Pembesaran (-) Pembesaran (-)
VI. Non- Contact Tonometri (NCT):
TOD : 12 mmHg
TOS : 12 mmHg
4
VII. Pemeriksaan Visus :
VOD : 20/20 F
VOS : 20/20 F
VIII. Penyinaran Oblik
Pemeriksaan OD OS
Konjungtiva Hiperemis (+) Hiperemis (-)
Kornea Jernih Jernih
Bilik Mata Depan Normal Normal
Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)
Pupil Bulat, sentral, RC (+) Bulat, sentral, RC (+)
Lensa jernih Jernih
IX. Color Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
X. Light Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan
XI. Campus visual
Tidak dilakukan pemeriksaan.
XII. Slit Lamp
SLOD : Palpebra edema (-).Tampak benjolan palpebra inferior bagian
lateral, dengan ukuran 2,5x1,5 mm, berwarna merah, konsistensi lunak
berbatas tegas, terfiksir, permukaan rata.Tampak benjolan palpebra inferior
bagian lateral, dengan ukuran 0,5x0,5 mm, berwarna merah, konsistensi
lunak berbatas tegas, terfiksir, permukaan rata konjungtiva hiperemis (+),
kornea jernih, BMD kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat,
5
sentral, RC (+), lensa jernih.
SLOS : Palpebra edema, tidak tampak benjolan, konjungtiva hiperemis (-),
kornea jernih, BMD kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat,
sentral, RC (+), lensa jernih.
XIII. Funduskopi :
Tidak dilakukan pemeriksaan.
XIV. Resume :
Seorang laki-laki berumur 24 tahun datang berobat ke poli mata dengan
keluhan massa tumor pada palpebra dextra. Massa tumor pada palpebra inferior
dan superior dextra dialami sejak 1 tahun yang lalu. Massa tumor awalnya kecil
kemudian semakin membesar dan menetap. Tidak ada riwayat mata merah, tidak
ada nyeri, tidak ada gatal, ada rasa mengganjal, ada banyak keluar air mata, ada
kotoran mata berlebih, tidak ada penglihatan menurun, ada riwayat sering terpapar
debu.
Dari pemeriksaan oftalmologi, VOD : 20/20 F, VOS : 20/20 F. Pada
pemeriksaan tonometri non kontak, didapatkan TOD = 12 mmHg TOS = 12
mmHg. Pada pemeriksaan slit lamp, SLOD: Palpebra edema (-).Tampak massa
tumor palpebra inferior bagian lateral, dengan ukuran 2,5x1,5 mm dan pada
palpebral superior bagian media dengan ukuran 0,5x0,5mm, warna sama dengan
sekitar, konsistensi lunak berbatas tegas, terfiksir, permukaan rata, konjungtiva
hiperemis (+), kornea jernih, BMD kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil
bulat, sentral, RC (+), lensa jernih. SLOS : Palpebra edema (-). Tidak tampak
massa tumor, konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD kesan normal, iris
coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC (+), lensa jernih.
XV. Diagnosis kerja
OD Kalazion
XVI. Diagnosis Banding
6
Hordeolum
Tumor palpebra
Karsinoma sel squamouse
XVII. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
XVIII. Penatalaksanaan :
Kompres air hangat
Surgery → insisi dan OS Eskokleasi Kalazion
XIX. Prognosis
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Visam : Bonam
Quo ad Sanationam : Bonam
Quo ad Comesticam : Bonam
XX. Diskusi
Kalazion merupakan peradangan kelenjar Meibom yang tersumbat. Pada
kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang
mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut. Kalazion akan memberikan
gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan dan
adanya pseudoptosis. Kelenjar preurikel tidak membesar. Kadang-kadang
mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi
kelainan refraksi pada mata tersebut. Kadang-kadang kalazion sembuh atau hilang
dengan sendirinya akibat diabsorpsi.
Kalazion biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga
terjadi pada semua umur, terutama orang-orang dengan kesehatan yang kurang
baik. Pada awalnya, kalazion tampak dan terasa seperti hordeolum, kelopak mata
7
membengkak, nyeri dan mengalami iritasi. Beberapa hari kemudian gejala
tersebut menghilang dan meninggalkan pembengkakan bundar tanpa rasa nyeri
pada kelopak mata dan tumbuh secara perlahan. Di bawah kelopak mata terbentuk
daerah kemerahan atau abu-abu.
Gejala utama pada Kalazion yaitu bengkak pada kelopak, tidak hiperemis,
tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kalenjar preaurikel tidak
membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat
tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut. Diagnosis
Kalazion ditegakkan berdasarkan gejala dan klinis yang mucul pada pasien dan
pemeriksaan mata yang sederhana. Pemeriksaan penunjang tidak diperlukan
dalam mendiagnosis hordeolum.
Dari anamnesis pada pasien ini didapatkan data berupa adanya benjolan
pada kelopak mata kanan bawah dan pada kelopak mata kanan atas. Benjolan ini
awalnya kecil berwarna kemerahan dan bengkak pada kelopak mata serta nyeri.
Lama-kelamaan benjolan ini kemudian semakin membesar dan tidak ada nyeri
bila disentuh. Keadaan ini sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan bahwa
kalazion awalnya hanya berupa benjolan kecil yang berwarna kemerahan yang
makin lama makin membesar dan tidak disertai nyeri bila tertekan. Benjolan ini
menjadi besar dan mengalami reaksi radang akibat infeksi kuman stafilokokus
atau streptokokus pada kelenjar Meibom.
Dari pemeriksaan oftalmologi didapatkan benjolan pada palpebra inferior
dan superior okulus dextra. Benjolan menonjol ke arah kulit konjungtiva tarsal
tanpa pergerakan kulit. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan
bahwa Kalezion merupakan infeksi pada kelenjar Meibom sehingga ia bertumbuh
ke arah konjungtiva tarsal dan tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit.
Berdasarkan gejala dan tanda yang didapat pada pasien ini disimpulkan
bahwa pasien ini mengalami kalazion pada mata kanan. Ada beberapa penyakit
yang menyerupai penyakit kalazion, seperti hordeolum dan karsinoma sel
squamous.
Penanganan pada pasien yaitu dengan kompres hangat yang dilanjutkan
dengan pemberian antibiotik oral dan natrium diclofenak. Maksud pemberian
8
kompres hangat yaitu untuk mempermudah ekskresi sekret pada kelenjar meibom
yang terinfeksi. Ciprofloxacin merupakan antibiotik spektrum luas yang diberikan
untuk mengobati infeksi baik dari bakteri gram positif atau negatif.
Apabila dengan terapi konservatif tidak ada perbaikan atau nanah tidak
dapat keluar maka dapat dilakukan tindakan operatif berupa insisi untuk
mengeluarkan nanah pada benjolan, diteruskan kuretase seluruh isi jaringan
meradang di dalam kantongnya.
9
BAB I
PENDAHULUAN
Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata
melindungi kornea dan berfungsi dalam pendisribusian dan eliminasi air mata.
Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan air mata ke seluruh
permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum lakrimalis.(1)
Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari
yang jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi mau pun masalah struktur
seperti hordeolum, ektropion, entropion dan blepharoptosis. Kebanyakan dari
kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun mengancam penglihatan.(1)
Hordeolum dan kalazion adalah beberapa penyakit inflamasi dikelopak
mata yang paling umum ditemui dalam praktek Optometric. Banyak pasien
mencoba mengobati lesi ini konservatif menggunakan pengobatan rumah.
Seringkali, pengobatan tersebut bermanfaat. Namun pada kondisi yang menetap,
beberapa individu untuk penanganan lebih lanjut ke doker mata.(2)
Kalazion umumnya nodul yang berkembang perlahan dan tidak nyeri pada
palpebral yang disebabkan oleh inflamasi (kalazion dalam) atau kelenjar sebaseus
zeis (kalazion superficial) kalazion sering kronik, tanpa tanda-tanda peradangan
akut seperti yang ditemukan pada hordeolum. Hordeolum biasanya nyeri,
melibatkan kelenjar pilosebaceus palpebral, dan infeksinya karena staphiloococci,
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Palpebra
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang
dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip
melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior
berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi. (1)
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke
dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan
areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva
pelpebrae). Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena
tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak
subkutan. Muskulus orbikularis okuli berfungsi untuk munutup palpebra.
Serat ototnya mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas
sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi.
Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian
pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen
luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh
nervus facialis.(1,2(8)
Jaringan Areolar terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli,
berhubungan degan lapis subaponeurotik dari kulit kepala. Tarsus
merupakan struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan
fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas
jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di
kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah). (2)
11
Konjungtiva Palpebra, bagian posterior palpebrae dilapisi
selapismembran mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada
tarsus. Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan)
menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu
mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar
sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke
dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola
mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar
sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal). (1,2)
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior
palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis. (1,2)(4)
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang
dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus
lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut
tajam. Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis
orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi
sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu
dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum
orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior. (1)
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,
bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari
apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah
aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat
otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior,
retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan
jaringan fibrosa untuk membungkus meuskulus obliqus inferior dan
berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli.
Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator
dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris. (1,2)
12
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal
nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V. (2)
Gambar1. Anatomi kelopak mata potongan sagital
2.2 Definisi
Kalazion, lokasi kelenjar meibom
13
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom atau
kelenjar Zeiss yang tersumbat.1,2 Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar
Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis
tersebut.1,4 Biasanya kelainan ini dimulai dengan penyumbatan kelenjar oleh
infeksi dan jaringan parut lainnya.1,5
2.3 Etiologi
Kalazion juga disebut sebagai lipogranulomatosa kelenjar Meibom.1
Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran
kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion dihubungkan
dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea.7
2.4 Epidemiologi
Kalazion terjadi pada semua umur; sementara pada umur yang ekstrim
sangat jarang, kasus pediatrik mungkin dapat dijumpai. Pengaruh hormonal
terhadap sekresi sabaseous dan viskositas mungkin menjelaskan terjadinya
penumpukan pada masa pubertas dan selama kehamilan.9
2.5 Patofisiologi
Kalazion merupakan radang granulomatosa kelenjar Meibom.2 Di dalam
nodul terdapat sel imun yang responsif terhadap steroid termasuk jaringan
ikat makrofag seperti histiosit, sel raksasa multinucleate plasma, sel
polimorfonuklear, leukosit dan eosinofil.1,6
Kalazion akan memberi gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak
hiperemik, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar
preaurikuler tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan
bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada
mata tersebut.2
14
Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar,
kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan
mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang membedakan antara
kalazion dengan hordeolum internal atau eksternal (terutama proses piogenik
yang menimbulkan pustul), walaupun kalazion dapat menyebabkan
hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul tunggal (jarang
multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal.
Eversi palpebra mungkin menampakkan kelenjar meibom yang berdilatasi.1,6
2.6 Manifestasi Klinis
1. Benjolan pada kelopak mata, tidak hiperemis dan tidak ada nyeri tekan.
2. Pseudoptosis
3. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat
tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut.
4. Pada anak muda dapat diabsobsi spontan.2
2.7 Diagnosis Banding
2.6 Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari kalazion, yaitu: hordeolum, tumor
palpebra, dan selulitis preseptal. Kalazion merupakan suatu peradangan
granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat. Kalazion memberikan
gejala benjolan pada kelopak mata, tidak hiperemi, dan tidak ada nyeri
tekan, serta adanya pseudoptosis. Hal yang membedakan antara kalazion
dan hordeolum adalah pada hordeolum terdapat hiperemi palpebra dan
nyeri tekan. (1,6)
Hordeolum merupakan infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi
kelopak mata bagian atas maupun bawah yang disebabkan oleh bakteri.
Hordeolum dapat timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar
15
kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis, dan Moll.(1,2)
Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
hordeolum interna terjadi peradangan pada kelenjar Meibom. Pada
hordeolum interna ini benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak
mata bagian dalam). Hordeolum eksterna terjadi peradangan pada kelenjar
Zies dan kelenjar Moll. Benjolan ini Nampak dari luar pada kulit kelopak
mata (palpebra). (2,4)
Gambar 2. Hordeolum Interna Gambar 3. Hordeolum Eksterna
Selulitis preseptal merupakan infeksi umum pada kelopak mata dan
jaringan lunak periorbital yang dikarakteristikkan denan adanya eritema
pada kelopak mata yang akut dan edema. Yang membedakan selulitis
preseptal dengan hodeolum adalah perjalanan penyakitnya, yang ditandai
dengan adanya demam yang diikuti oleh pembengkakan. (5)
Gambar 4. Selulitis preseptal
Tumor palpebra merupakan suatu pertumbuhan sel yang abnormal
pada kelopak mata. Adapun gejala yang membedakan antara tumor
palpebra dengan hordeolum adalah tidak adanya tanda-tanda peradangan
16
seperti hiperemi dan hangat. Tumor palpebra harus ditegakkan
diagnosisnya dengan pemeriksaan biopsy. (5)
Gambar 5. Karsinoma sel basal Gambar 6. Karsinoma sel squamou
2.8 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan kelopak
mata. Kadang saluran kelenjar Meibom bisa tersumbat oleh suatu kanker
kulit, untuk memastikan hal ini maka perlu dilakukan pemeriksaan biopsi.7,9
2.9 Penatalaksanaan
Kadang-kadang kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat
diabsorbsi (diserap) setelah beberapa bulan atau beberapa tahun.2,8
Tatalaksana yang dapat diberikan yaitu:
1. Kompres hangat 10-20 menit 4 kali sehari.
2. Antibiotika topikal dan steroid disertai kompres panas dan bila tidak
berhasil dalam waktu 2 minggu maka dilakukan pembedahan.
3. Bila kecil dapat disuntik steroid dan yang besar dapat dilakukan
pengeluaran isinya.
4. Bila terdapat sisa bisa dilakukan kompres panas.
Untuk mengurangi gejala
1. Dilakukan ekskokleasi isi abses dari dalamnya atau dilakukan ekstirpasi
kalazion tersebut. Insisi dilakukan seperti insisi pada hordeolum internum.
17
2. Bila terjadi kalazion yang berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan
pemeriksaan histopatologik untuk menghindarkan kesalahan diagnosis
dengan kemungkinan adanya suatu keganasan.
Ekskokleasi Kalazion2
Terlebih dahulu mata ditetesi dengan anastesi topikal pantokain. Obat
anestesia infiltratif disuntikan dibawah kulit di depan kalazion. Kalazion
dijepit dengan klem kalazion kemudian klem dibalik sehingga konjungtiva
tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra dan
kemudian isi kalazion dikuret sampai bersih. Klem kalazion dilepas dan
diberi salep mata.
Pada abses palpebra pengobatan dilakukan dengan insisi dan pemasangan
drain kalau perlu diberi antibiotik, lokal dan sistemik. Analgetika dan sedatif
diberikan bila sangat diperlukan untuk rasa sakit.
Dalam menangani hordeolum dan kalazion, kemungkinan keganasan jangan
dilupakan. Apabila peradangan tidak mereda perlu dilakukan pemeriksaan uji
resistensi dan dicari underlying cause. Kalazion besar dapat mengakibatkan
astigmat. Hati-hati kemungkinan karsinoma sel sebasea.5
2.10 Prognosis
Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik.
Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang sama
18
akibat drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh
perawatan dapat mengering dengan sendirinya, namun sering terjadi
peradangan akut intermiten.6,9
2.11 Komplikasi
Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis,
dan kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampak atipik perlu
dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat terjadi
jika massa pada palpebra sudah mengubah kontur kornea. Kalazion yang
drainasenya hanya sebagian dapat menyebabkan massa jaringan granulasi
prolapsus diatas konjungtiva atau kulit.7,9
19
DAFTAR PUSTAKA
1. khurana A. comprehensive opthalmology. fourth ed. New Dehli2007. 350-
8 p.
2. skorin l. hordeolum and chalazion treatment. skorin l, editor.
newyork2002.
3. lang gK. opthalmology. j aman og, editor. Newyork2000. 38-40 p.
4. Newyork; Available from: www.FHSHealth.org/HealthEducation.aspx.
5. joanne car Ff. Opthalmology Referral Guidelines. NHS oxfordshire.
2012:19-20.
6. vaughan As. General Opthalmology. 17th ed. Newyork.
7. MD D. health guidelines pinkeye and styes2013:[1-3 pp.].
8. James C. tsai ea. Oxford American Handbook of Opthalmology. first ed.
New York2011. 103-13 p.
9. Amoaku NRGWMK. Common Eye Diseases and their Management. Third
ed. New York2006.
10. Khaw PT. et al. ABC Of Eyes. Fourth Edition. 2004. London: BMJ
Publishing Group Ltd.
11. llyas Sidarta H: Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta.2009. Hal 96-97.
20
21