Laporan Praktium Ke-2 Tanggal Mulai : 19 September 2012MK . Pengantar Biokimia Gizi Tanggal Selesai : 26 September 2012
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA ENZIM
Oleh :
Kelompok 1 P1
Al Muklas Fikri I14110002Natasha Fredlina Ginting I14110051Vieta Annisa N I14110084Yuda Pramadhan I14110100Annisa Khairunika I14110122
Asisten Praktikum:
Desy Dwi AprilliaIbnu Malkan Bakhrul Ilmi
Koordinator Mata Kuliah:
Dr. Rimbawan
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKATFAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Enzim adalah protein yang dapat mempercepat reaksi metabolisme.
Enzim bekerja dalam tubuh makhluk hidup dengan mempercepat reaksi tetapi
tidak ikut bereaksi sehingga pada akhir rekasi akan terbentuk seperti semula.
Oleh karena itu, enzim juga disebut sebagai biokatalisator (Abdurahaman 2008).
Enzim merupakan zat yang sangat necessery dalam tubuh manusia. Enzim
dihasilkan oleh kelenjar eksokrin, sangat diperlukan untuk mempercepat reaksi
kimia dalam sistem tubuh. Tanpa adanya enzim, reaksi biologik dalam tubuh
akan berlangsung sangat lambat.
Salah satu enzim yang sangat penting dalam sistem tubuh yaitu amilase.
Proses-proses pencernaan dalam gastrointestinal tract sangat tergantung pada
amilase. Saat makanan berada di mulut, reaksi enzimatis terhadap pati telah
dimulai. Amilase merupakan enzim yang diperlukan untuk memecah ikatan α-1,4
pada pati menjadi molekuk-molekul maltosa (Sebayang 2005). Amilase di dalam
tubuh dihasilkan di kelenjar saliva di mulut dan di pankreas yang bekerja di usus
halus. Jika produksi amilase terganggu maka penyerapan terhadap glukosa akan
terganggu pula. Hal ini mengakibat penurunan kuantitas pati yang dapat dicerna
sehingga hanya sedikit yang bisa diserap oleh tubuh.
Enzim bekerja secara spesfik. Artinya, satu enzim akan mempercepat
reaksi-reaksi tertentu saja. Kerja enzim sangat bergantung pada kondisi
lingkungannya. Enzim hanya akan bekerja optimal pada kondisi yang
comfortable. Kerja enzim dipengaruhi oleh pH, suhu, konsentrasi enzim, produk
akhir, inhibitor, kadar air dan substrat serta sinar x, α,β dan Ɣ. Enzim di dalam
tubuh manusia akan bekerja optimal pada titik-titik tertentu yang disebut dengan
titik optimum. Suhu optimum kerja enzim pada tubuh yaitu 37˚C dan pH berkisar
4-9 kecuali pepsin yang bekerja pada pH 2. Karakteristik enzim tidak terlalu
berbeda jauh dengan senyawa penyusun utamanya yaitu protein. Enzim akan
terdenaturasi pada suhu 60˚C (Abdurahman 2005).
Oleh karena itu, mahasiswa mayor ilmu gizi perlu mempelajari faktor-
faktor yang mempengaruhi kerja enzim. Hal ini akan sangat membantu untuk
menunjang dasar-dasar mata kuliah yang lain seperti metabolisme zat gizi dan
fisiologi manusia. Selain itu, praktikum ini juga diperlukan dalam meningkatkan
pemahaman konsep kerja enzim dalam tubuh agar nantinya mampu mendukung
penelitian-penelitian khususnya dalam bidang basic nutrition.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik sampai suhu tertentu
sebanding dengan kenaikan suhu.
2. Reaksi enzimatik mempunyai suhu optimum.
3. Membuktikan bahwa keasaman mempengaruhi kecepatan reaksi enzimatik.
4. Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik berbanding lurus dengan
konsentrasi enzim.
TINJAUAN PUSTAKA
Enzim
Enzim adalah protein yang mengkatalisis reaksi-reaksi biokimia. Enzim
meningkatkan laju reaksi tanpa mengubah posisi kesetimbangan dan tanpa ikut
bereaksi. Enzim dihasilkan oleh organ-organ hewan atau tanaman dan terdapat
dalam organ dalam bentuk larutan koloidal (Sumardjo 2009).
Enzim memiliki bagian aktif yang mengikat substrat dan mengubahnya
menjadi produk. Bagian aktif ini disusun oleh asam amino tertentu yang
menentukan jenis molekul apa yang dapat diikat dan bereaksi dalam bagian
tersebut. Kebanyakan enzim juga memiliki molekul non protein kecil yang
tergabung atau berada di sekitar bagian aktif yang menentukan spesifisitas
substrat. Molekul ini dinamakan koenzim jika terikat secara nonkovalen dengan
protein dan dinamakan gugus prostetik jika terikat secara kovalen. Beberapa
enzim juga memiliki spesifisitas stereokimia, artinya suatu enzim hanya dapat
mengatalisis salah satu bentuk stereoisomer tunggal. Spesifitas stereokimia
kemudian dibedakan menjadi spesifisitas optik dan spesifisitas geometrik. Selain
spesifisitas stereokimia, beberapa enzim juga memiliki spesifisitas gugus
fungsional, yaitu enzim yang mengatalisis substrat dengan gugus fungsional
tertentu (Schaum 2002).
Enzim bekerja dalam dua tahap. Tahap pertama, enzim bergabung
dengan substrat membentuk kompleks enzim-substrat. Tahap kedua, kompleks
enzim-substrat terurai menjadi produk dan enzim bebas (Sumardjo 2009).
Berdasarkan jenis reaksi yang dikatalisisnya, enzim dibedakan menjadi:
- Oksidoreduktase yang mengkatalisis reaksi reduksi oksidasi
- Transferase yang mengkatalisis reaksi transfer gugus kimia
- Hidrolase yang mengkatalisis reaksi pemutusan secara hidrolitik
- Liase yang mengkatalisis reaksi pemutusan non hidrolitik
- Isomerase yang mengkatalisis reaksi perubahan susunan geometris
- Ligase yang mengkatalisis reaksi pengikatan dua molekul (Schaum 2002)
Faktor yang Memengaruhi Kerja Enzim
Kerja enzim dipengaruhi oleh laju reaksi enzimatik. Laju reaksi enzimatik
ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pH, suhu, konsentrasi enzim, dan
konsentrasi substrat.
- pH
Setiap enzim memiliki pH optimal yang membuat laju reaksi katalisisnya
menjadi maksimum. Ketika terjadi sedikit penyimpangan dari pH optimal,
laju reaksi katalisis akan berkurang karena adanya ionisasi pada bagian
aktif enzim. Ketika penyimpangan terhadap pH optimalnya besar, maka
enzim akan terdenaturasi karena adanya interferensi dari ikatan non
kovalen yang lemah dalam mempertahankan strukturnya. Kebanyakan
enzim memiliki pH optimal sekitar 6.8, tetapi ada juga enzim yang
memiliki pH optimal yang jauh berbeda. Hal ini disebabkan oleh
berbedanya lingkungan kerja dari masing-masing enzim, contohnya
pepsin yang terbiasa bekerja dalam pH asam lambung memiliki ph
optimal 2 (Hames & Hooper 2005).
- Suhu
Setiap enzim memiliki suhu optimal, yaitu suhu dimana enzim dapat
bekerja dengan baik. Semakin jauh dari suhu optimalnya, kerja enzim
semakin tidak baik. Enzim akan ternonaktifkan pada suhu rendah.
Peningkatan suhu sampai suhu optimalnya akan mengakibatkan
peningkatan kerja enzim. Umumnya setelah melewati suhu optimalnya
dan mengalami pemanasan tinggi, enzim akan mengalami denaturasi
sehingga kehilangan sifat katalisatornya (Sumardjo 2009). Kebanyakan
enzim pada mamalia memiliki suhu optimal sekitar 370C, tetapi ada juga
organisme yang enzimnya teradaptasi untuk bekerja pada suhu ekstrim
tinggi ataupun rendah seperti pada bakteri yang hidup pada sumber air
panas (Hames & Hooper 2005).
- Konsentrasi enzim
Konsentrasi enzim menentukan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai keseimbangan. Konsentrasi enzim berbanding lurus dengan
aktifitas enzimnya, artinya ketika konsentrasi enzim ditambahkan, maka
laju reaksi katalisis enzim akan menjadi semakin cepat (Hames & Hooper
2005)
- Konsentrasi substrat
Ketika konsentrasi substrat rendah, maka laju reaksi katalisis akan
bertambah. Namun ketika konsentrasi substrat yang telah bereaksi
bertambah, maka penambahan konsentrasi substrat akan mengakibatkan
penambahan laju reaksi yang sangat kecil. Hal ini disebabkan oleh
penurunan konsentrasi enzim akibat reaksi dengan substrat. Saat enzim
telah habis bereaksi dengan substrat, maka penambahan substrat akan
menurunkan laju reaksi katalisis oleh enzim (Hames & Hooper 2005)
Enzim Amilase
Enzim amilase merupakan enzim yang berperan dalam proses hidrolisis
amilum. Amilum sendiri adalah suatu polisakarida yang terdiri dari amilopektin
dan amilosa. Enzim amilase dibedakan menjadi endoamilase dan eksoamilase.
Endoamilase dikenal sebagai α -amilase yang mengkatalisis pemutusan glikosida
amilum secara acak dari dalam. Hasil hidrolisanya adalah dekstrin. Eksoamilase
dikenal sebagai β-amilase yang mengkatalisis pemutusan glikosida amilum dari
ujung molekul yang tidak tereduksi, sehingga pemutusannya dari arah luar
(Sumardjo 2009)
Amilum
Amilum (pati) merupakan polimer glukosa yang mengandung 20%
amilosa dan 80% amilopektin. Hidrolisis amilum oleh enzim amilase dapat
menghasilkan dekstrin. Amilum menghasilkan warna ungu pekat pada tes iodin.
Amilum terdapat dalam biji-bijian dan umbi-umbian, seperti beras, jagung,
gandum, singkong, dan ubi jalar (Sutresna 2007).
Larutan Iodin
Larutan iodin (lugol) adalah campuran dari senyawa iodin dan kalium
iodida dalam air. Larutan iodin sering digunakan sebagai antiseptik dan
disinfektan serta sebagai pereaksi dalam uji kandungan amilum. Jika senyawa
yang memiliki kandungan amilum ditetesi dengan larutan iodin, maka senyawa
tersebut akan menghitam. Semakin hitam warna yang dihasilkan, maka
kandungan amilumnya semakin besar (Anonim 2010).
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum pengantar biokimia gizi dilakukan pada hari Rabu, 19
September 2012 pukul 9.00-12.00 WIB dan dilanjutkan pada hari Rabu 26
September 2012 pukul 9.00-12.00 WIB. Praktikum dilakukan di Laboratorium
Pengantar Biokimia Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Praktikum pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim, pengaruh ph
terhadap aktivitas enzim dan pengaruh kadar enzim terhadap aktivitas enzim
menggunakan alat-alat sebagai berikut: gelas kimia, gelas ukur, tabung reaksi,
rak tabung reaksi, pipet Mohr, pipet tetes, penangas air, termometer,
spektofotometer, dan kuvet. Bahan-bahan yang digunakan pada ketiga praktikum
sebagian besar sama, yakni menggunakan air liur yang telah diencerkan, larutan
pati 0.4 mg/ml, larutan iodium, aquades dan air es.
Prosedur Kerja
1. Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Enzim
Alat dan bahan yang dipersiapkan sebelum praktikum dalam keadaan
bersih dan kering. Berikut adalah prosedur percobaan pengaruh suhu
terhadap aktivitas enzim:
Diencerkan 10x air liur 2 mL dengan menambahkan 20 mL aquades
↓
Enam pasang tabung reaksi disiapkan dan diberitanda B untuk blanko dan U untuk uji
↓
Pasangan tabung pertama (tabung B dan U) diberi 1 mL larutan patidan ditempatkan pada suhu 0º C selama 5 menit
↓
Pasangan tabung kedua (tabung B dan U) diberi 1 mL larutan patidan ditempatkan pada suhu 25º C selama 5 menit
↓
Pasangan tabung ketiga (tabung B dan U) diberi 1 mL larutan patidan ditempatkan pada suhu ruang selama 5 menit
↓
Pasangan tabung keempat (tabung B dan U) diberi 1 mL larutan patidan ditempatkan pada suhu 37º C selama 5 menit
X↓
Pasangan tabung kelima (tabung B dan U) diberi 1 mL larutan patidan ditempatkan pada suhu 60º C selama 5 menit
↓Pasangan tabung keenam (tabung B dan U) diberi 1 mL larutan pati
dan ditempatkan pada suhu 100º C selama 5 menit↓
Dipipetkan liur yang telah diencerkan pada tabung U dalam tiap suhu,dicampur dan dikeram selama 1 menit
↓Dipipetkan 1 mL larutan iodium pada tabung B dan tabung U dalam tiap suhu
↓Ditambahkan air suling 9 mL pada tabung B dan 8 mL pada tabung U dalam tiap
suhu↓
Dibaca segera serapan (A) pada panjang gelombang 680 nm↓
Dihitung selisih serapan (∆A) antara tabung B dan tabung U dari tiap suhuBagan 1 Prosedur Percobaan Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Enzim
2. Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim
Alat dan bahan dipersiapkan dalam keadaan bersih dan kering sebelum
percobaan. Berikut adalah prosedur percobaan pengaruh pH terhadap
aktivitas enzim:
Diencerkan 10x 2 mL air liur dengan menambahkan 20 mL aquades
↓
Enam pasang tabung reaksi disiapkan dan diberi
tanda B untuk blanko dan U untuk uji
↓
Pasangan tabung pertama (tabung B dan U) diberi 1 mL larutan pati
dengan pH 1 dan ditempatkan pada suhu 37º C selama 5 menit
↓
Pasangan tabung kedua (tabung B dan U) diberi 1 mL larutan pati
dengan pH 3 dan ditempatkan pada suhu 37º C selama 5 menit
↓
Pasangan tabung ketiga (tabung B dan U) diberi 1 mL larutan pati
dengan pH 5 dan ditempatkan pada suhu 37º C selama 5 menit
↓
Pasangan tabung keempat (tabung B dan U) diberi 1 mL larutan pati
dengan pH 7 dan ditempatkan pada suhu 37º C selama 5 menit
X
↓
Pasangan tabung kelima (tabung B dan U) diberi 1 mL larutan pati
dengan pH 9 dan ditempatkan pada suhu 37º C selama 5 menit
↓
Pasangan tabung keenam (tabung B dan U) diberi 1 mL larutan pati
dengan pH 11 dan ditempatkan pada suhu 100º C selama 5 menit
↓
Dipipetkan liur yang telah diencerkan pada tabung U dalam tiap pH,
dicampur dan dikeram selama 1 menit
↓
Dipipetkan 1 mL larutan iodium pada tabung B
dan tabung U dalam tiap pH
↓
Ditambahkan air suling 9 mL pada tabung B dan
8 mL pada tabung U dalam tiap pH
↓
Dibaca segera serapan (A) pada panjang gelombang 680 nm
↓
Dihitung selisih serapan (∆A) antara tabung B dan tabung U dari tiap pHBagan 2 Prosedur Percobaan Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim
3. Pengaruh Kadar Enzim terhadap Aktivitas
Alat dan bahan dipersiapkan sebelum dilakukan percobaan dalam
keadaan bersih dan kering. Berikut adalah prosedur percobaan pengaruh
kadar enzim terhadap aktivitas enzim:
Diencerkan 10x, 20x, 30x, 40x, 50x, dan 60x 2 mL air liur dengan aquades
↓
Enam pasang tabung reaksi telah dipersiapkan dan diberitanda B untuk blanko dan U untuk uji
↓
Pasangan tabung pertama (tabung B dan U) diberi 1 mL larutan patikemudian dipipetkan liur yang diencerkan 10x pada tabung U
↓
Pasangan tabung kedua (tabung B dan U) diberi 1 mL larutan patikemudian dipipetkan liur yang diencerkan 20x pada tabung U
↓
X
X↓
Pasangan tabung ketiga (tabung B dan U) diberi 1 mL larutan patikemudian dipipetkan liur yang diencerkan 30x pada tabung U
↓
Pasangan tabung keempat (tabung B dan U) diberi 1 mL larutan patikemudian dipipetkan liur yang diencerkan 40x pada tabung U
↓
Pasangan tabung kelima (tabung B dan U) diberi 1 mL larutan patikemudian dipipetkan liur yang diencerkan 50x pada tabung U
↓Pasangan tabung keenam (tabung B dan U) diberi 1 mL larutan pati
kemudian dipipetkan liur yang diencerkan 60x pada tabung U↓
Dipipetkan 1 mL larutan iodium pada tabung Bdan tabung U dalam tiap perlakuan
↓Ditambahkan air suling 9 mL pada tabung B dan
8 mL pada tabung U dalam tiap perlakuan↓
Dibaca segera serapan (A) pada panjang gelombang 680 nm↓
Dihitung selisih serapan (∆A) antara tabung B dan tabung U dari tiap pHBagan 3 Prosedur Percobaan Pengaruh Kadar Enzim terhadap Aktivitas Enzim
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setiap enzim memiliki suhu optimum, yaitu suhu di mana enzim memiliki
aktvitas maksimal. Enzim di dalam tubuh manusia mempunyai suhu optimal
370C. Suhu di bawah atau di atas suhu optimum akan menyebabkan aktivitas
enzim menurun. Enzim amilase merupakan salah satu enzim dalam tubuh
manusia (Nurwati 2006). Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, pengaruh
suhu terhadap enzim amilase dapat dilihat melalui grafik:
0°C 25°C Suhu Ruang
36°C 60°C 100°C0
0.20.40.60.8
11.21.41.61.8
2
∆ A/menit (v)
Suhu
A
=A
U -
AB
Grafik 1 Pengaruh Suhu terhadap Kerja Enzim Amilase
Berdasarkan grafik pengaruh suhu terhadap kerja enzim amilase terlihat
bahwa kerja enzim pada suhu 00C tidak optimal dengan nilai absorbansi 0.727.
Hal ini disebabkan oleh enzim amilase merupakan enzim dalam tubuh manusia
yang bekerja optimal pada suhu 350C-400C (Gaman & Sherrington 1994). Kerja
enzim yang tidak optimal pada suhu 00C sesuai dengan Martoharsono (1994)
yang menyatakan bahwa pada suhu yang sangat rendah enzim akan mengalami
denaturasi sementara dan kerja enzim dapat kembali optimal apabila suhu terus
dinaikkan.
Kerja enzim amilase mulai terlihat meningkat ketika suhu dinaikkan
menjadi 250C dan terus mengalami kenaikan dengan nilai absorbansi 1.806,
sedangkan pada suhu ruang kerja enzim mulai menurun dengan nilai absorbansi
1.667. Namun, kerja enzim kembali membaik pada suhu 36OC dengan nilai
absorbansi tertinggi, yakni 1.891. Setelah mencapai suhu 360C kerja enzim
cenderung menurun drastis, terlihat pada suhu 600C nilai absorbansi enzim
hanya bernilai 0.282. Kerja enzim amilase pun terus menurun sehingga pada
saat suhu mencapai 1000C kerja enzim menjadi tidak optimal dan sudah rusak.
Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat beberapa hal yang tidak sesuai
dengan teori. Pertama, kerja enzim meningkat pada suhu 250C yang kemudian
turun pada suhu ruang dan mengalami kenaikan tertinggi pada suhu 360C.
Menurut Girindra (1993), enzim akan mengalami denaturasi apabila suhu
dinaikkan dan kerja enzim akan mulai menurun pada suhu 450C kemudian fungsi
katalitik enzim akan hilang pada suhu 550C. Hasil yang tidak sesuai disebabkan
oleh proses pengeraman tidak dilakukan tepat selama 5 menit dan setelah
penetesan iod ke dalam larutan, larutan tidak langsung diperiksa nilai
absorbansinya. Kedua, nilai absorbansi yang didapatkan menurun pada suhu
ruang kemudian naik kembali pada suhu 360C. Berdasarkan Gaman &
Sherrington (1994), seharusnya nilai absorbansi akan terus meningkat sampai
enzim mencapai suhu optimum kemudian nilai absorbansi akan menurun seiring
dilakukannya pemanasan enzim.
Selain suhu, pH juga berpengaruh terhadap kerja enzim, karena gugus
ionik karboksil dan gugus amino pada enzim mudah dipengaruhi oleh pH
(Girindra 1993). Tingkat keasaman optimal enzim adalah sekitar pH 7 (netral)
dan jika medium menjadi sangat asam atau sangat alkalis enzim mengalami
inaktivasi (Gaman & Sherrington 1994). Hasil percobaan pengaruh pH terhadap
kerja enzim dapat dilihat melalui grafik:
10X 20X 30X 40X 50X 60X0.00.10.20.30.40.50.60.70.80.9
∆ A/menit (v)
pH
A
=A
B-A
U
Grafik 2 Pengaruh pH terhadap Kerja Enzim Amilase
Berdasarkan grafik pengaruh pH terhadap kerja enzim terlihat bahwa
pada pH 1 enzim mengalami denaturasi atau kerja enzim tidak optimal. Nilai
absorbansi pada pH 1 adalah 0.144. Nilai absorbansi terus meningkat sampai
pada pH 7 nilainya akan menurun,yakni 1.262, sedangkan nilai absorbansi pada
pH 5 ialah 1.898 dan pH 3 ialah 0.169. Penurunan nilai absorbansi secara drastis
terlihat pada saat pH meningkat dari pH 9 ke pH 11. Nilai absorbansi pada pH 9
adalah 1.851 sedangkan nilai absorbansi pada pH 11 adalah 0.147. Berdasarkan
grafik, enzim mengalami kerja optimal pada pH 5.
Hasil percobaan ini bertentangan dengan pernyataan Gaman &
Sherrington (1994) yang menyatakan semakin besar atau basa pH yang
digunakan maka semakin rendah nilai OD-nya dikarenakan enzim mengalami
denaturasi. Suhu yang tinggi akan menaikkan aktivitas enzim tapi suhu yang
terlalu tinggi pun dapat mendenaturasi enzim. Ketika temperatur meningkat, pH
optimal enzim adalah sekitar pH 7 (netral) dan jika medium menjadi sangat asam
atau sangat alkalis enzim mengalami inaktivasi. Hasil yang tidak sesuai
disebabkan oleh peralatan, seperti pipet, sudah terkontaminasi oleh enzim
dengan pH lainnya sebelum dilakukannya percobaan. Selain itu, kebersihan dari
tabung reaksi pun menjadi penyebab hasil yang tidak sesuai.
Hal lain yang memiliki pengaruh terhadap kerja enzim ialah konsentrasi
enzim. Konsentrasi enzim yang semakin pekat, akan membentuk produk lebih
cepat dalam jumlah banyak. Hal ini disebabkan oleh lebih banyak substrat yangg
dapat membentuk kompleks enzim-substrat sehingga produk yang dihasilkan
pun meningkatkan. Namun, pada kondisi konsentrasi tidak pekat, kerja enzim
akan semakin melambat dan produk yang dihasilkan pun menjadi lebih sedikit
(Williamson & Fieser 1992). Hasil percobaan pengaruh kadar konsentrasi enzim
terhadap kerja enzim dapat dilihat melalui grafik:
10X 20X 30X 40X 50X 60X0.00.10.20.30.40.50.60.70.80.9
∆ A/menit (v)
Pengenceran
A
=A
B-A
U
Grafik 3 Pengaruh Kadar Konsentrasi Enzim terhadap Kerja Enzim
Jika pH dan suhu dalam kondisi konstan serta substrat maka laju reaksi
dipengaruhi oleh konsentrasi enzim. Semakin banyak enzim maka akan semakin
cepat laju reaksinya (UPI 2010). Pada pengenceran 10X, 30X, dan 40X
memberikan hasil yang sesuai yaitu terdapat penurunan laju reaksi yang di
tandai dengan turunnya ∆A namun pada hasil yang lainnya tidak terdapat
kesesuaian dengan literatur. Ketidaksesuaian hasil dapat dpengaruhi oleh
beberapa faktor seperti kontaminasi alat, kurangnya ketelitian saat pengenceran,
kurangnya ketelitian saat titrasi, serta pengadukan yang kurang tepat. Pada
percobaan ini fungsi penambahan amilum adalah sebagai pengikat enzim
amylase yang terdapat pada liur. Penambahan amilum dapat membuktikan
kecepatan laju reaksi karena amilum sebagai substrat yang akan diikat oleh
enzim amylase yang terdapat pada liur. Hasil dari reaksi tergantung pada
pengenceran konsentrasi enzim dengan cara menambahkan aquades ke dalam
larutan enzim amilase.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kenaikan suhu pada reaksi enzimatik akan mempengaruhi kerja enzim
tersebut. Enzim akan bekerja secara optimal pada suhu 350C-400C, di bawah
suhu optimum enzim akan mengalami inaktivasi sedangkan jika melebihi suhu
optimum enzim akan mengalami kerusakan permanen (denaturasi).
Pertambahan suhu pada dasarnya dapat meningkatkan kecepatan reaksi namun
hal ini terjadi apabila reaksi tidak melebihi suhu optimum.
Selain suhu, tingkat keasaman (pH) juga mempengaruhi kecepatan
reaksi. Secara umum, reaksi enzimatik bekerja pada pH normal yakni 7. Apabila
pH melebihi atau kurang dari normal maka enzim akan mengalami denaturasi.
Faktor lainnya yang mempengaruhi reaksi enzimatik adalah konsentrasi enzim.
Konsentrasi enzim yang semakin tinggi akan meningkatkan kecepatan reaksi
enzimatik dan menghasilkan produk yang lebih banyak.
Saran
Secara umum, metode praktikum sudah dijalankan dengan baik oleh
praktikan dan asisten. Namu terdapat beberapa kekurangan yang harus
dikurangi seperti lebih memperhatikan ke sterilan alat sehingga kontaminasi alat
dapat diminimalisir. Serta praktikan dapat memperhatikan ketelitian sehingga
dalam penambahan atau titrasi dapat menambah ketepatan reaksi.
DAFTAR PUSTAKA
David Hames, Nigel Hooper. 2005. Biochemistry. New York: Taylor & Francis
Group.
Dawn Marks et al. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC
Deden, Abdurahman. 2008.Biologi Kelompok Pertanian dan Kesehatan. Bandung: Grafindo Media Pratama
Gaman, P.M & K.B. Sherrington. 1994. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada press.
Girindra, Aisjah. 1993. Biokimia I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Martoharsono, S. 1994. Biokimia jilid 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nurwati, Linda. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa Analis. Yogyakarta: ANDI
Philip Kuchel, Gregory Ralston. 2006. Schaum’s: Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Sebayang, Firman. 2005. Isolasi dan Pengujian α Amylase dari Aspergirus Niger dengan Menggunakan Media Campuran Onggok dan Dedak. [Jurnal]. Medan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara.
Sumardjo, Damin. 2009.Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran & Program Strata. Jakarta: EGC
Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Bandung: Grafindo.
Williamson,K.L & L.F.Fieser. 1992. Organic Experiment 7th Edition. United States of America: D C Health ang Company.
[Anonim]. 2010. Pengaruh Konsentrasi Enzim. www.forum.upi.edu [29 September 2012]
LAMPIRAN
Lampiran Tabel
Lampiran 1 Tabel Pengaruh pH terhadap Kerja Enzim pH AB AU ∆ A/menit (v)
1 0,102 0,246 0,1443 0,276 0,107 0,1695 1,999 0,101 1,8987 1,383 0,121 1,2629 1,999 0,148 1,851
11 1,999 1,852 0,147
Lampiran 2 Tabel Pengaruh Suhu terhadap Kerja EnzimSuhu AB AU ∆ A/menit (v)
0°C 0,789 0,062 0,72725°C 1,999 0,193 1,806Suhu Ruang 1,851 0,184 1,66736°C 1,999 0,103 1,89160°C 0,388 0,106 0,282100°C 1,204 1,11 0,094
Lampiran 3 Tabel Pengaruh Kadar Konsentrasi Enzim terhadap Kerja EnzimPengenceran AB AU ∆ A/menit (v)
10X 0,806 0,013 0,79320X 0,602 0,584 0,01830X 0,783 0,017 0,76640X 0,636 0,002 0,63450X 0,802 0,818 0,01660X 0,712 0,684 0,028
Lampiran Gambar
Gambar 1. Tabung blanko (B) pada percobaan Gambar 2. Tabung uji (U) pada
Pengaruh pH terhadap kerja enzim percobaan pengaruh pH terhadap kerja enzim
Gambar 3. Pengeraman tabung B dan Upada suhu 37o C