LAPORAN KARYA TULIS ILMIAHKULIAH KERJA NYATA PEMBELAJARAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT (KKN-PPM) PROFESI INTEGRAL TEMATIK POSDAYAANGKATAN 69 SEMESTER ANTARA TAHUN AKADEMIK 2014/2015
UNIVERSITAS TADULAKO
STUDY LITERATUR METODE PENANGGULANGAN BANJIR
DESA : SIDONDO IV
KECAMATAN : SIGI BIROMARU
KABUPATEN : SIGI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan masyarakat
(KKN-PPM) Profesi Integral Tematik Posdaya
Universitas Tadulako Angkatan 69 Semester Antara
Tahun Akademik 2014/2015
Disusun Oleh
PUTU AGUS PUTRA WIRAWAN
STB : G 101 11 020
PUSAT PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KULIAH KERJA NYATALEMBAGA PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKOTAHUN 2014
ii
Halaman Pengesahan
STUDY LITERATUR METODE PENANGGULANGAN BANJIR
LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH
MAHASISWA KULIAH KERJA NYATA PEMBELAJARAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT (KKN-PPM) PROFESI INTEGRAL
UNIVERSITAS TADULAKO ANGKATAN 69 SEMESTER ANTARA 2014/2015
NAMA : PUTU AGUS PUTRA WIRAWAN
STAMBUK : G 101 11 020
FAKULTAS : MIPA
JURUSAN : FISIKA
Laporan akhir ini telah disetujui setelah diperbaiki
Sesuai saran-saran dosen pembimbing
Mengetahui,
Plt.Kepala Pusat Pengembangan Wilayah dan
Kuliah Kerja Nyata Univ.Tadulako Palu, 15 Oktober 2014
Mangetahui Ketua P2WKKN
Dr.H.Sulbadana,SH,MH
NIP : 196205051988031002
MenyetujuiDosen Pembimibing
Sabhan, S.Si, M.SiNIP: 198010082006041003
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan karya tulis ini dapat
diselesaikankan tepat pada waktunya.
Penyusunan karya tulis ini disamping sebagai pemaparan kondisi Desa
sidondo iv dan merupakan pengembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa
juga merupakan persyaratan mutlak yang harus dipenuhi demi mempertanggung
jawabkan kelangsungan program Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran
Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Profesi Integral Tematik Posdaya yang
telah dilaksanakan di Desa sidondo, Kecamatan sigi-biromaru, Kabupaten Sigi.
Tak ada gading yang tak retak begitu pula dengan laporan ini, penulis
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini, masih banyak
terdapat kesalahan-kesalahan baik dari segi tata bahasa, cara penulisan,
maupun isinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat konstruktif dari segenap pihak demi kesempurnaan penyusunan
karya tulis selanjutnya.
Sebagai insan akademis yang telah sekian tahun menimba ilmu di
perguruan tinggi, selaku mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran
Pemberdayaan Masyarakat Profesi Integral Angkatan 69 Semester Antara
2014/2015 yang berlokasi di Desa Sidondo, Kecamatan Sigi-biromaru,
Kabupaten Sigi, menyampaikan terimakasih kepada:
1. Dekan FMIPA Universitas Tadulako Palu.
iv
2. Ketua Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Tadulako
Palu.
3. Pusat Pengembangan Wilayah dan Kuliah Kerja Nyata (P2WKKN)
Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Tadulako sebagai
lembaga penyelenggara Kuliah Kerja Nyata (KKN) Profesi Integral
Angkatan 69 Semester AntaraTahun 2014/2015.
4. Seluruh Panitia Pelaksana Kuliah Kerja Nyata Profesi Integral (KKNPI)
Universitas Tadulako Angkatan 69. Atas bimbingan dan ilmu yang telah
diberikan.
5. Seluruh Dosen Pembimbing Lapangan Kuliah Kerja Nyata Profesi Integral
(KKNPI) Universitas Tadulako Angkatan 69 Tahun Akademik 2014/2015.
6. Bapak Ir. Ridwan, MP selaku ketua P2WKKN yang membimbing serta
berperan penuh dalam penyusunan program kerja.
7. Bapak Drs. Jamiluddin, M.Hum dan Ibu Ir. Rukmi, M.P selaku dosen
pembimbing lapangan yang sangat berperan penuh dalam memberikan
bimbingan kepada penyusun program untuk menyelesaikan kegiatan
KKN dan penyusunan laporan akhir ini.
8. Bapak Sunardi selaku Kepala Desa Sidondo IV, kec. Sigi Biromaru, Kab.
Sigi bersama keluarga yang telah ikhlas memberikan bantuan, perhatian
dan kerjasama yang baik.
9. Seluruh aparat pemerintah Desa Sidondo IV, kec. Sigi Biromaru, Kab.
Sigi yang telah memberikan bantuan kerjasama dengan baik.
10. Seluruh pemuda dan masyarakat lingkungan Desa Sidondo IV, kec. Sigi
Biromaru, Kab. Sigi atas kekeluargaan, kasih sayang dan kekerabatannya
kepada mahasiswa KKN selama masa waktu KKN di Desa.
11. Kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa KKN terima kasih atas
kekompakannya.
v
Akhirnya tiada kata yang lebih pantas terucap selain tertitip doa dan salam
dari kami semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan mendapat
imbalan yang setimpal dari Allah SWT.
Palu, 15 Oktober 2014
Penyusun,
Putu Agus Putra WirawanG 101 11 020
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ ..i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ..ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ..iii
DAFTAR ISI...................................................................................................... ...vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………......1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Maksud dan Tujuan.................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian Bencana..................................................................................4
2.2 Bentuk-Bentuk Bencana Alam..................................................................11
2.3 Mitigasi Bencana Alam.............................................................................12
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1 Sejarah Singkat Desa Tatari………………………………………………..16
2.2 Kondisi Geografis.....................................................................................18
2.3 Kondisi Demografis............................................,,,,...................................19
2.4 Kondisi Sosial, Budaya, dan Ekonomi......................................................21
BAB IV METODE PENELITIAN……………………………………………………..24
BAB V PEMBAHASAN......................................................................................25
BAB VI PENUTUP
6.1 KESIMPULAN.........................................................................................29
6.2 SARAN.....................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................31
LAMPIRAN...........................................................................................................32
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Lapisan air menduduki 2/3 dari luas keseluruhan bumi kita ini,
sedangkan sisanya berupa daratan. Demikian pula halnya Indonesia dengan
luas perairan jauh lebih luas dari pada luas daratan. Sumber utama air di
bumi berasal dari hujan dan sebagian berasal dari gunung es atau salju.
Indonesia sebagai Negara tropis sebagian besar daerahnya mempunyai
intensitas curah hujan yang tinggi, yaitu sekitar 3500 – 4000 mm/tahun,
namun banyak daerah yang memiliki curah hujan cukup rendah, yaitu 800
mm/tahun.
Pada dasarnya, jumlah air yang terdapat di bumi tidak pernah habis
dan air mengalami daur (siklus) yang terus berlangsung secara periodik.
Sumber daya air merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia,
tanaman, dan hewan. Ketersediaan air sangat diperlukan namun harus
berada dalam jumlah yang cukup memadai, tidak berlebih atau kekurangan.
Apabila berlebih justru membahayakan bagi kehidupan demikian pula
halnya kekurangan sehingga akan mengakibatkan bencana.
Besaran bencana dan dampaknya bisa dalam berbagai tingkatan, mulai
dari tingkatan yang ringan tanpa menimbulkan kerusakan dan korban jiwa,
hingga tingkatan kuat yang mampu menimbulkan kerusakan harta benda
yang tak terhingga dan korban jiwa yang besar. Dengan adanya proses
tersebut kehidupan makhluk di atasnya mendapatkan ketergantungan
2
sekaligus kerugian dari bencana yang ditimbulkannya. Banjir adalah
peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan di
Sulawesi tengah khususnya di Kabupaten Sigi
1.2 RUMUSAN MASALAH
Penanggulangan bencana alam tentang Banjir, mengambil lokasi di
wilayah Sulawesi Tengah tepatnya di Desa Sidondo IV, Kec. Sigi-Biromaru,
Kab. Sigi. Sebagai mana telah kita ketahui bahwa daerah Sulawesi tengah
merupakan daerah rawan bencana. Hal ini tidak terlepas dari kompleksnya
struktur geologi yang dimiliki Sulawesi Tengah. Sehingga resiko untuk
menemui bencana banjir cukup besar, ditambah lagi jumlah peduduknya
semakin memadat, dan kurangnya kesadaran masyarakat atas bahaya
bencana banjir. Pada dasarnya diperlukan tindakan nyata dalam perlakuan
pencegahan dampak bencana alam, seperti pembuatan tanggul pemecah
ombak dipesisir sungai ataupun penanaman pohon ditepi sungai, yang
merupakan salah satu cara untuk meminimalisir dampak dari banjir,
gelombang pasang, ataupun misalnya tsunami, oleh karena itu perlu kiranya
adanya pemberitahuan kepada masyarakat tentang solusi mengenai dampak
dari bencana alam tersebut yang dapat menimbulkan banyak kerugian,
berupa kerugian harta benda maupun korban jiwa.
3
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi dan berbagi
kepada masyarakat di Desa Sidondo IV mengenai bagaimana metode
penanggulangan banjir, penyebab banjir, dan tindakan apa yang dapat
dilakukan untuk menghindari bencana tesebut.
4
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN BENCANA
Menurut UU RI No. 24 Tahun 2007,:
2.1.1 Bencana: peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.
2.1.2 Bencana alam: bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin
topan, dan tanah longsor.
http://id. Wikipedia.org/wiki/Fisika
4
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN BENCANA
Menurut UU RI No. 24 Tahun 2007,:
2.1.1 Bencana: peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.
2.1.2 Bencana alam: bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin
topan, dan tanah longsor.
http://id. Wikipedia.org/wiki/Fisika
4
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN BENCANA
Menurut UU RI No. 24 Tahun 2007,:
2.1.1 Bencana: peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.
2.1.2 Bencana alam: bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin
topan, dan tanah longsor.
http://id. Wikipedia.org/wiki/Fisika
5
2.1.3 Bencana non alam: bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
2.1.4 Bencana sosial: bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan
teror.
2.2 BENTUK - BENTUK BENCANA ALAM
2.2.1 Banjir dan Longsor
Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan
yang banyak di aliri oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir dapat
didefinisikan sebagainya hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga
menutupi permukaan bumi kawasan tersebut.
Dalam cakupan pembicaraan yang luas, biasa di lihat banjir sebagai
suatu bagian dari siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan Bumi
yang bergerak ke laut. Dalam siklus hidrologi kita dapat melihat bahwa
volume air yang mengalir di permukaan Bumi dominan ditentukan oleh
tingkat curah hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah.
Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam
tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah
hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat
yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air
sebanyak satu liter. Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan
6
persatuan jangka waktu tertentu. Apabila dikatakan intensitasnya besar
berarti hujan lebat dan kondisi ini sangat berbahaya karena berdampak
dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek negatif terhadap tanaman.
Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi
sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol
(seperti embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah
jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi
karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini
disebut sebagai virga.
Hujan memainkan peranan penting dalam siklus hidrologi.
Kelembaban dari laut menguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi
awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan akhirnya kembali ke laut
melalui sungai dan anak sungai untuk mengulangi daur ulang itu semula.
Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam
tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu
kurun waktu air hujan terkonsentrasi. Besarnya intensitas curah hujan
berbeda-beda tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi
kejadiannya.
Intensitas curah hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung
dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan yang
meliputi daerah luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat
berlangsung dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan
7
yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi
berarti sejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan dari langit. Adapun
jenis-jenis hujan berdasarkan besarnya curah hujan (definisi BMKG),
diantaranya yaitu hujan kecil antara 0 – 21 mm per hari, hujan sedang antara
21 – 50 mm per hari dan hujan besar atau lebat di atas 50 mm per hari.
Jumlah curah hujan yang terjadi disuatu tempat pada waktu tertentu
dalam setiap tahunnya sebenarnya tak banyak fluktuasinya, naik turunnya
semestinya tak akan besar variasinya. Namun, karena kondisi alam saat ini
banyak yang telah mengalami perubahan karena ulah manusia, maka tak
heran bila kemampuan lahan untuk mempertahankan kestabilannya sangat
berat sekali, sehingga bila ada gangguan yang muncul sebagai akibat adanya
fenomena alam akan mudah sekali terjadi bencana alam.
Endapan didefinisikan sebagai bentuk air cair dan padat yang jatuh
ke permukaan bumi. Hujan adalah bentuk endapan yang sering dijumpai,
dan di Indonesia yang dimaksud endapan adalah curah hujan. Curah hujan
dan suhu merupakan unsur iklim yang sangat penting bagi kehidupan di
bumi. Jumlah curah hujan dicatat dalam inci atau millimeter. Jumlah curah
hujan 1 mm, menunhukkan tinggi airhujan yang menutupi permukaan 1 mm,
jika air tersebut tidak meresap kedalam tanah atau menguap ke atmosfer.
Aliran Permukaan = Curah Hujan – (Resapan ke dalam tanah + Penguapan
ke udara)
8
Sebelum membahas terjadinya hujan, perlu diketahui bahwa terhadap 2
musim yaitu musim panas dan musim penghujan. Tetapi sebenarnya tidaklah
demikian apabila dikaji lebih mendalam,yaitu:
a. Musim hujan terjadi sekitar pertengahan November sampai dengan
pertengahan Maret.
b. Musim panas terjadi mulai dengan pertengahan Maret sampai dengan
pertengahan Juli. Musim panas dibagi dalam 2 tahap yaitu transisi ada hujan
serta panas silih berganti dan musim panas sebenarnya.
c. Musim pancaroba terjadi mulai pertengahan bulan Juli sampai dengan
pertengahan September. Pada bulan-bulan ini udara terasa panas dan terdapat
angin kencang yang berubah-ubah.
d. Musim dingin terjadi pertengahan bulan September sampai dengan
pertengahan bulan November. Pada saat ini siang hari cuaca panas sekali,
malam hari terasa dingin sekali.
Dengan mengetahui perubahan musim ini maka dapat ditelusuri terjadinya hujan.
Pada musim panas, matahari memanasi permukaan bumi seperti sungai, danau, air
laut sehingga terjadi evaporasi, tumbuh-tumbuhan, hewan, maupun manusia
terjadi proses transpirasi. Uap air ini akan naik ke atas sampai suatu titik dimana
suhu udara sekitarnya sama dengan suhu uap air yang menguap, selanjutnya
terjadi titik kondensasi dan terbentuk awan.
Air hujan memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah :
1. Air hujan mempengaruhi iklim/cuaca; cuaca panas akan berubah menjadi
cuaca dingin, kadar uap air di dalam atmosfer akan meningkat.
9
2. Member asupan nutrisi kepada tanaman, terutama tanaman berumbi, karena
air hujan mengandung nitrogen.
3. Merupakan salah satu alternatif dari sumber air minum.
4. Air hujan mengisi air sungai yang dangkal dan mengisi air sumur yang kering.
5. Mengurangi polusi udara oleh karena butir-butir materi yang ada di dalam
udara akan turun bersama hujan
Sedangkan dampak negatifnya adalah :
1. Air hujan menyebabkan korosif terhadap logam karena mengandung NH3.
2. Air hujan mengganggu penerbangan.
3. Air hujan membatasi gerakan nelayan, para nelayan tidak dapat melaut.
4. Air hujan dapat menyebabkan malapetaka terhadap pelayaran.
5. Air hujan dapat menyebabkan sungai meluap dan banjir.
Air hujan sampai di permukaan Bumi dan mengalir di permukaan Bumi,
bergerak menuju ke laut dengan membentuk alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini
di mulai di daerah yang tertinggi di suatu kawasan, bisa daerah pegunungan,
gunung atau perbukitan, dan berakhir di tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut.
Secara sederhana, segmen aliran sungai itu dapat kita bedakan menjadi daerah
hulu, tengah dan hilir.
1. Daerah hulu: terdapat di daerah pegunungan, gunung atau perbukitan.
Lembah sungai sempit dan potongan melintangnya berbentuk huruf “V”.
Di dalam alur sungai banyak batu yang berukuran besar (bongkah) dari
runtuhan tebing, dan aliran air sungai mengalir di sela-sela batu-batu
10
tersebut. Air sungai relatif sedikit. Tebing sungai sangat tinggi. Terjadi
erosi pada arah vertikal yang dominan oleh aliran air sungai.
2. Daerah tengah: umumnya merupakan daerah kaki pegunungan, kaki
gunung atau kaki bukit. Alur sungai melebar dan potongan melintangnya
berbentuk huruf “U”. Tebing sungai tinggi. Terjadi erosi pada arah
horizontal, mengerosi batuan induk. Dasar alur sungai melebar, dan di
dasar alur sungai terdapat endapan sungai yang berukuran butir kasar. Bila
debit air meningkat, aliran air dapat naik dan menutupi endapan sungai
yang di dalam alur, tetapi air sungai tidak melewati tebing sungai dan
keluar dari alur sungai.
3. Daerah hilir: umumnya merupakan daerah dataran. Alur sungai lebar dan
bisa sangat lebar dengan tebing sungai yang relatif sangat rendah
dibandingkan lebar alur. Alur sungai dapat berkelok-kelok seperti huruf
“S” yang dikenal sebagai “meander”. Di kiri dan kanan alur terdapat
dataran yang secara teratur akan tergenang oleh air sungai yang meluap,
sehingga dikenal sebagai “dataran banjir”. Di segmen ini terjadi
pengendapan di kiri dan kanan alur sungai pada saat banjir yang
menghasilkan dataran banjir. Terjadi erosi horizontal yang mengerosi
endapan sungai itu sendiri yang diendapkan sebelumnya.
Dari karakter segmen-segmen aliran sungai itu, maka dapat dikatakan
bahwa :
11
1. Banjir merupakan bagian proses pembentukan daratan oleh aliran sungai.
Dengan banjir, sedimen diendapkan di atas daratan. Bila muatan sedimen
sangat banyak, maka pembentukan daratan juga terjadi di laut di depan
muara sungai yang dikenal sebagai “delta sungai.”
2. Banjir yang meluas hanya terjadi di daerah hilir dari suatu aliran dan
melanda dataran di kiri dan kanan aliran sungai. Di daerah tengah, banjir
hanya terjadi di dalam alur sungai.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa banjir adalah peristiwa yang
terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir juga dapat
terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di
selokan sungai.
2.2.2 Gempa dan Tsunami
Posisi Indonesia yang terletak di atas wilayah pertemuan lempeng
bumi yang saling aktif bergerak, menyebabkan wilayah Indonesia sangat
rawan terkena bencana gempa. Goncangan dan getaran akibat gempa
memang dapat menimbulkan kerusakan yang sangat berarti, tergantung
seberapa jauh jarak tempat tersebut dengan pusat lokasi gempa serta
berapa besaran kekuatannya. Konstruksi bangunan yang kita tempati juga
sangat menentukan tingkat kerusakan yang akan terjadi. Semakin tidak
memenuhi persyaratan konstruksi anti gempa, maka akan semakin besar
kemungkinan akan rusak. Sebab, bangunan yang dibangun dengan
konstruksi anti gempa bukan berarti tidak akan rusak, namun tujuannya
12
yakni meminimalisir kerusakan dan memberi ruang waktu para
penghuninya untuk keluar untuk menyelamatkan diri. Dan yang lebih
penting lagi, yakni tidak mendirikan bangunan dan bertempat tinggal
dilahan yang berada dijalur gempa sesuai dengan peta rawan gempa yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
Sedangkan untuk mitigasi bencana tsunami, khususnya masyarakat
yang berada diwilayah yang berpotensi terkena terjangan gelombang
tsunami, dapat memperhatikan informasi peringatan dini yang dikeluarkan
oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) jika terjadi bencana gempa.
Dimana informasi ini akan disampaikan oleh BMG bekerjasama
dengan instansi terkait, misalkan Pemerintah Daerah, Kepolisian atau
melalui siaran televisi pemerintah dan suasta secara aktual dan dalam
waktu secepat-cepatnya.
2.3 MITIGASI BENCANA ALAM
Mitigasi bencana alam dapat diartikan merupakan berbagai bentuk
upaya-upaya melakukan manjemen bencana melalui pengenalan,
pencegahan serta penanganan dampak bencana alam. Berikut ulasan ringkas
mengenai bencana alam ;
Sepanjang sejarah, manusia selalu tertarik untuk mendiami tanah-tanah
subur di daerah luapan banjir atau dibantaran sungai, dimana
kehidupan akan lebih nyaman berkat kedekatan dengan sumber pangan
serta air. Ironisnya sungai atau aliran air yang menydiakan kemudahan
hidup bagi masyarakat manusia disekitarnya itu juga menjadikan
13
masyarakat tadi menghadapi risiko bencana tahunan akibat banjir.
Banjir dapat terjadi akibat naiknya permukaan air lantaran curah hujan
yang distas normal, bendungan yang bobol, pencairan salju yang cepat,
terhambatnya aliran air di tempat lain atau waduk yang jebol. Dalam
masalah jumlah korbannya, banjir menduduki peringkat kedua, hanya
dikalahkan oleh bencana kekeringan.
Tanah Longsor adalah salah satu bencana alam yang paling merusak
pemukiman serta prasarana manusia di seluruh dunia setiap tahunnya.
“Tanah Longsor” merupakan istilah umum, yang mencakup berbagai
corak gerakan tanah, longsoran batu, nendatan dan jatuhan batu, yang
meluncur ke bawah lantaran pengaruh gaya tarik bumi (gravitasi).
Meski bisa saja tanah longsor terjadi berantai dengan gempa
bumi,banjir dan letusan gunung berapi, namun tanah longsor secara
lokal dan terpisah banyak terjadi ketimbang bencana-bencana yang
telah disebutkan diatas. Bahkan dalam jangka waktu tertentu
menyebabkan lebih banyak kerugian dibanding bencana-bencana lain
itu.
Di antara sekian banyak jenis bencana alam, gempa bumi termasuk
yang paling dahsyat. Gempa bisa terjadi kapan saja sepanjang tahun,
siang atau malam, dengan dampak buruk yang terjadi secara mendadak
dan hanya memberikan sedikit isyarat bahaya. Gempa dapat
menghancurkan bangunan hanya dalam waktu beberapa detik saja,
menewaskan atau melukai orang-orang yang berada di dalamnya.
14
Gempa bumi bukan hanya mampu meluluh-lantakkan kota-kota
sampai hampir tak tersisa lagi, namun juga bisa menggoyahkan
kestabilan pemerintahan, perekonomian, dan struktur sosial suatu
negara.
Tsunami adalah sebuah kata yang diambil dari khasanah bahasa Jepang
yang artinya kira-kira ‘gelombang di pantai’. Banyak orang
menyebutnya tsunami ‘gelombang pasang’, padahal sesungguhnya
tsunami tidak ada hubungannya dengan pasang surut gelombang air
laut. Memang di permukaan laut sewaktu terjadi tsunami akan muncul
gelombang-gelombang besar yang seringkali sampai menyapu pantai-
pantai yang jauh, tetapi gelombang-gelombang itu tidak sama dengan
gelombang naik dan turun yang biasa datang dan pergi silih berganti.
Asal gelombang-gelombang tsunami adalah dari dasar laut atau sari
daerah pantai yang memiliki kegiatan-kegiatan seismik, kelongsoran
tanah dan letusan gunungapi. Apa pun penyebabnya yang jelas air laut
terdorong sehingga meluap, pecah menyapu dataran dengan daya rusak
luar biasa.
Upaya pencegahan dampak mengenai bencana alam mesti dimulai sejak dini
sebelum tanda-tanda bencana alam itu semakin nyata dan jelas di lingkungan
sekitar kita. Pencegahan yang dimaksud adalah bagaimana menjaga alam
lingkungan hidup terjaga dengan baik, dimana setiap pembangunan selalu
mengacu pada kelestarian lingkungan dengan memperhitungkan dampak
lingkungan yang mungkin ditimbulkan kedepannya. Sehingga diharapkan dapat
15
meminimalkan dampak bencana yang besar. Adapun upaya penanggulangan
bencana meliputi upaya rehabilitasi, dan berbagai tindakan lainnya menyangkut
penanganan dampak yang ditimbulkan bencana alam.
16
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1 Sejarah Singkat Desa Sidondo IV
Sidondo berasal dari nama sejenis pohon yang banyak tumbuh di daerah
Wisolo Sombo Kecamatan Dolo setelah terjadi suatu peristiwa yang terjadi
menimpa masyarakat yang mendiami wilayah tersebut yaitu penyakit yang
disebabkan oleh ulat (dalam bahasa kaili “Tantadu” wabah tersebut menimpa
semua jenis tanaman sampai bahan makanan dan peralatannya.
Karena peristiwa tersebut, maka masyarakat diwilayah itu mengungsi
baru tersebut yang sudah menjadi perkampungan dengan nama Sidondo.
Sidondo juga berarti gotong royong yang diambil dari kata
“Nosidondo” artinya bekerjasama. Sehingga sampai sekarang kata Sidondo
tetap dipertahankan warga masyarakat sebagai nama Desa.
Adapun awal terbentuknya Sidondo sekitar tahun 1990an yang dahulu
termasuk dalam wilayah yang paling luas diwilayah Kecamatan Sigi
Biromaru. Kerajaan Sigi mengangkat Latupa sebagai pemimpin di Sidondo
dengan sebutan “Galara”. Setelah Latupa Mangkat maka dia digantikan oleh
Sorea asal Kalukubula untuk memimpin Sidondo sampai dengan tahun 1917.
Setelah berakhirnya kepemimpinan Sorea, Sidondo dipimpin oleh
Latjali asal kampung Baru Palu dengan sebutan Kepala Kampung. Latjali
adalah pemimpin terlama di Sidondo yang melaksanakan tugas sebagai
Kepala Kampung (±35 tahun).
Sejak Latjali melepas kepemimpinan Kampung Sidondo, sampai
sekarang sudah 13 kali terjadi pergantian Kepala Desa yaitu:
1. Usman Lawira tahun 1953 – 1956
2. Ahmad Lawira tahun 1956 – 1958
3. Yusuf Laubora tahun 1958 – 1962
4. Anton Dibbetz tahun 1962 – 1967
5. Bidu Rumpu Pende tahun 1967 – 1969
17
6. Yusuf Laubora tahun 1969 – 1974
7. Anton Dibbetz tahun 1974 – 1978
8. Kasuli tahun 1978 – 1981
9. Andi Idrus Dg. Palisu tahun 1981 – 1983
10. Isdjamin Datu Rante tahun 1983 – 1987
11. Daniel Kindangen tahun 1987 – 1994
12. Isman Yalisingi tahun 1994 – 2003
13. Nasrun Abbas, SH tahun 2003 – 2009 dan tepilih
kembali untuk periode 2009 sampai 2015
Pada masa pemerintahan Nasrun Abbas, SH menjabat sebagai Kepala
Desa Sidondo I. Desa Sidondo I dimekarkan menjadi tiga Desa yaitu Desa
Sidondo I sebagai Desa Induk, Desa Sidondo III dibagian selatan dan Desa
Sidondo IV dibagian Utara. Karena mengingat Desa Sidondo I merupakan
Desa diwilayah kecamatan Sigi Biromaru demham luas sekitar 28,750 Ha.,
maka rentang kendali pemerintahan Desa dan pelayanan yang diberikan tidak
maksimal.
Melalui hasil musyawarah dan persetujuan Badan Permusyawaratan
Desa (BPD), lembaga perencanaan pelaksanan pembangunan desa, para
perangkat desa, tokoh adat dan semua elemen masyarakat yang ada di desa
sidondo I menyepakati untuk memekarkan desa sidondo I menjadi tiga desa
yakni desa sidondo III dan desa sidondo IV.
Pada tanggal 26 desember 2007 bupati donggala bapak Drs. Habir
Ponulele, MM meresmikan desa sidondo III dan desa sidondo IV sekaligus
melantik pejabat kepala desa sidondo III dan sidondo IV yang di angkat dari
pegawai kantor kecamatan sigi biromaru. Desa sidondo III di jabat oleh
saudara Muhammad zain, S. Sos dan Desa Sidondo IV di jabat oleh Saudara
Sahrur, S.Sos. selama masa bakti yang di tentukan yakni tiga bulan.
Tugas utama dari pejabata kepala desa tersebut adalah membentuk
lembaga-lembaga desa, apara pemerintah desa dan badan permusyawaratan
desa serta menfasilitasi pemilihan kepala desa. Setelah terbentuk dan di lantik
18
BPD sidondo IV maka di bentuklah panitia pemilihan kepala desa yang
kemudian menyaring dan menetapkan 3 (tiga) orang calon Kepala Desa
Sidondo IV yaitu masing-masing atas nama:
1. Suhardi Semmana, S.Sos
2. Margono
3. Rudin
Pada tanggal 28 april 2008 proses pemungutan dan pemungutan dan
perhitungan suara pada pemilihan kepala desa sidondo IV kecamatan Sigi
Biromaru Kabupaten Donggala dan yang memperoleh suara terbanyak yaitu
Suhardi Semmana, S.Sos. selanjutnya pada tanggal 11 juli 2008 bertempat
di desa sibowi kecamatan Tanah Mbulava Pejabat Bupati Donggala Bapak
Drs. Habir Ponulele,MM memutuskan memberhentikan dengan hormat
Saudara Sahrur,S.Sos dari jabatannya sebagai pejabat sementara Kepala
Desa Sidondo IV dan selanjutnya melantik dan mengesahkan Saudara
Suhardi Semmana,S.Sos sebagai Kepala Desa Sidondo IV yang pertama
untuk periode 2008-2014.
3.2 KONDISI GEOGRAFIS
1. Luas wilayah : 1,106,86 Ha
2. Jumlah Dusun : 2 (dua)
1) Dusun 1
2) Dusun 2
3. Batas wilayah:
a. Utara : Desa Maku
b. Selatan : Desa Sindondo I
c. Barat : DAS / Sidondo II
d. Timur : Desa Maranata / Desa Bora
4. Topografi
a. Luas kemiringan lahan (rata-rata) – 1
b. Ketinggian di atas permukaan laut (rata-rata) – m
19
5. Hidrologi
Irigasi berpergian tehnis
6. Klimatologi :
a. Suhu 27 – 30 oC
b. Curah Hujan 2000/3000 mm
c. Kelembaban udara
d. Kecepatan angin
7. Luas lahan pertanian
a. Sawah teririgasi : 180 Ha
b. Tanah kering : 12 Ha
c. Perkebunan : 170,4 Ha
d. Lain-lain : 1 ¾ Ha
8. Luas lahan pemukiman : 30,106 Ha
9. Kawasan rawan bencana
Banjir : - Ha
3.3 KONDISI DEMOGRAFIS
Penduduk merupakan sumber potensi untuk tenaga pembangunan, jadi
berhasil atau tidaknya suatu daerah dalam melaksanakan pembangunan
tergantung pada manusianya. Penduduk sebagai faktor utama yang
menentukan berhasil atau tidaknya suatu pembangunan harus dapat dibina
dan dikembangkan kemampuannya sesuai dengan bidang masing-masingagar
nantinya dapat menjadi tenaga kerja yang benar-benar nyata dan produktif
dalam melaksanakan pembangunan tersebut. Untuk keadaan penduduk di
desa Sidondo IV berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1 : Jumlah Penduduk Perjenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1
2
Laki-laki
Perempuan
463
533
46,49
53,51
Jumlah 996 100
Sumber : Profil Desa Sidondo IV, 2014
20
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk keseluruhan desa
Sidondo IV adalah sejumlah 996 jiwa yang terbagi 463 jiwa berjenis kelamin
laki-laki dan 533 jiwa berjenis kelamin perempuan, dengan kepala keluarga
berjumlah 252 kepala Keluarga.
Tabel 2 : Jumlah Penduduk Berdasar Usia
Usia Pria Perempuan
0 – 15 tahun
16 – 55 tahun
Diatas 55 tahun
157
238
68
137
289
107
Jumlah 463 533
Sumber : Profil Desa Sidondo IV, 2014
Tabel 3 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Jumlah
1
2
3
4
Islam
Kristen
Hindu
Budha
820
149
-
-
Sumber : Profil Desa Sidondo IV, 2014
Jumlah usia produktif lebih banyak dibanding dengan usia anak-anak dan
lansia. Perbandingan usia anak-anak, produktif, dan lansia adalah sebagai
berikut 61% : 21% : 18%. Dari 996 jumlah penduduk yang berada pada
kategori usia produktif laki-laki dan perempuan jumlahnya lebih
mendominasi perempuan dibanding laki-laki.
21
3.4 KONDISI SOSIAL BUDAYA DAN EKONOMI
Tabel 1 : Sosial Budaya
No Uraian Jumlah Keterangan
1 Kependudukan
A. Jumlah Penduduk (Jiwa)
B. Jumlah KK
C. Jumlah laki-laki
a. 0 – 15 tahun
b. 16 – 55 tahun
c. Diatas 55 tahun
D. Jumlah perempuan
a. 0 -15 tahun
b. 16 – 55 tahun
c. Diatas 55 tahun
996
252
157
238
68
137
289
107
2 Kesejahteraan Sosial
A. Jumlah KK Prasejahtera
B. Jumlah KK Sejahtera
C. Jumlah KK Kaya
D. Jumlah KK Sedang
E. Jumlah KK Miskin
115
70
67
3 Tingkat Pendidikan
A. Tidak tama SD
B. SD
C. SLTP
D. SLTA
E. Diplomat/sarjana
314
328
199
131
33
4
Mata Pencaharian
A. Buruh tani
B. Petani
60
333
22
C. Peternak
D. Pedagang/kios
E. Tukang kayu
F. Tukang batu
G. Penjahit
H. PNS
I. Pensiunan
J. TNI/POLRI
K. Perangkat desa
L. Pengrajin
M. Industry kecil
N. Buruh industry
O. Lain-lain
1
12
3
1
7
4
7
7
7
575
5 Agama
A. Islam
B. Kristen
C. Protestan
D. Katolik
E. Hindu
F. Budha
820
149
-
-
-
-
Dari table 1 di atas dapat di simpulkan bahwa:
1. Kependudukan
Jumlah usia produktif lebih banyak di banding dengan usia anak-
anak dan lansia. Perbandingan usia anak-anak, produktif, dan lansia
adalah sebagai berikut: 69 %: 21%: 18%. Dari jumlah penduduk yang
berada pada kategori usia produktif laki-laki dan perempuan jumlahnya
lebih mendominasi perempuan di banding laki-laki.
2. Kesejahteraan
Jumlah KK sedang yaitu 29,2% dari total KK, KK pra sejahtera
0%, KK sejahtera sedang mendominasi yaitu 17,9 % KK kaya 0%. Dan
23
KK miskin 12,5%. Dengan banyak KK sedang inilah, maka desa sidondo
IV termasuk dalam DESA yang sedikit mendominasi tentang
kemiskinan.
3. Tingkat pendidikn
Kesadaran tentang pentingnya pendidikan terutama pendidikan 9
tahun baru terjadi beberapa tahun ini sehingga jumlah lulusan SD dan
SLTP mendominasi peringkat pertama.
4. Mata pencaharian
Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah petani dan buruh
tani. Hal ini di sebabkan karena sudah turun temurun sejak dulu bahwa
masyarakat adalah petani dan juga minimnya tingkat pendidikan
menyebabkan masyarakat tidak punya keahlian lain dan akhirnya tidak
punya pilihan lain selain menjadi buruh tani dan buruh pabrik.
5. Agama
Seluruh warga masyarakat Desa Sidondo IV adalah Islam dan
Kristen.
A. Perekonomian Desa
Tabel 2 : Sumber Penerimaan Desa
No. Sumber Penerimaan
Desa
Tahun
2008 2009 2010
Pajak 4.318.897 6.424.036
Pendpatan tanah Kas - - -
DPDK / ADD 30.000.000 51.593.000 55.998.000
Dari tabel 2 diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerimaan Pajak, mulai tahun 2007 s/d 2010 Belum ada Penetapan
dikarenakan masih menyatu dengan Desa Sidonso I.
2. DPDK adalah Dana pembangunan Desa yang bersumber dari pemerintah,
besaran Dana tiap tahun bias berubah ssuai dengan kebijakan PEMKAB.
3. ADD atau Alokasi Dana Desa adalah Dana APBD Kabupaten besaran
Dana tiap tahun bias berubah sesuai dengan kebijakan PEMKAB.
24
BAB IV
METODE PENELITIAN
Secara geografis, daerah Sulawesi Tengah khususnya Desa Sidondo IV
Kec. Sigi-Biromaru, Kab. Sigi, memiliki struktur geologi yang kompleks dan
termasuk salah satu daerah rawan bencana alam.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah yang yang mengambil lokasi
penelitian di Desa Sidondo IV, metode yang digunakan yaitu wawancara
langsung. Mahasiswa dalam hal ini saya sendiri berdiskusi dan bertanya langsung
kepada masyarakat di Desa Sidondo IV. Dimana metode ini melibatkan
masyarakat. wawancara tersebut memungkinkan masyarakat saling membagi,
menambah dan menganalisis pengetahuan tentang kondisi lingkungannya dalam
rangka membuat perencanaan dan tindakan yang dilakukan untuk perencanaan
tersebut. Adapun teknik wawancara langsung yang di gunakan yaitu:
1. Peninjauan lokasi Penelitian
2. Wawancara atau Tanya jawab dengan masyarakat
3. Pendokumentasian
4. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
25
BAB VPEMBAHASAN
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan
merendam daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi
kapasitas saluran air, terutama di selokan sungai. Endapan didefinisikan sebagai
bentuk air cair dan padat yang jatuh ke permukaan bumi. Hujan adalah bentuk
endapan yang sering dijumpai, dan di Indonesia yang dimaksud endapan adalah
curah hujan. Curah hujan dan suhu merupakan unsur iklim yang sangat penting
bagi kehidupan di bumi. Jumlah curah hujan dicatat dalam inci atau millimeter.
Jumlah curah hujan 1 mm, menunjukkan tinggi air hujan yang menutupi
permukaan 1 mm, jika air tersebut tidak meresap kedalam tanah atau menguap ke
atmosfer.
Desa Sidondo IV termasuk kedalam golongan dengan daerah yang curah
hujannya sekitar 7 bulan atau bulan panasnya lebih sedikit, sehingga desa ini
termasuk daerah beriklim dingin dengan suhu rata-rata 300C. Curah hujan yang
tinggi di desa Sidondo IV merupakan faktor utama penyebab terjadinya banjir.
Dimana air hujan tersebut sebagian besar tidak meresap ke dalam tanah. Air akan
terkumpul dan menggenangi rumah warga. Hal ini disebabkan karena tidak
terdapatnya saluran air maupun tanggul untuk mengaliri air hujan dan air yang
mengalir dari gunung. Sebagaimana diketahui bencana alam tidak dapat dihindari
namun dampaknya dapat di minimalisir dengan adanya manajemen bencana yang
baik. Manajemen bencana dapat dimulai dengan melakukan upaya pencegahan
dini bencana melalui pola pelestarian lingkungan hidup. Berkenaan dengan hal
26
ini, keberadaan kami, sebagai Mahasiswa KKN Profesi Integral di desa Sidondo
IV, dengan salah satu profesi displin keilmuan fisika memberikan informasi dan
pemahaman walaupun tidak secara keseluruhan.
Secara geografis, daerah Sulawesi Tengah khususnya desa Sidondo IV Kec.
Sigi-Biromaru Kab. Sigi, memiliki struktur geologi yang kompleks dan termasuk
salah satu daerah rawan bencana alam. Dimana desa Sidondo IV ini merupakan
daerah dengan luas wilayah terkecil di Kecamatan Sigi-Biromaru. Intensitas curah
hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi
daerah yang tidak luas. Hujan yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan
intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang.
Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi,
tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan
dari langit. Melalui Karya Tulis Ilmiah ini kiranya dapat membantu khalayak
tentang bagaimana mengatasi bencana banjir. Hal ini juga merupakan salah satu
program pemerintah yang kedepannya akan diajukan ketingkat Pusat, dimana hal
ini sudah di atur dalam peraturan pemerintah pada masing-masing daerah, yang
menyatakan “maka Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas
dalam mengatur daerahnya sendiri, termasuk kewenangan bagaimana mengelolah
berbagai sumber daya yang di miliki, untuk melestarikan hasil-hasil pembangunan
dan fungsi lingkungan hidup di daerahnya masing-masing, menjaga keselamatan
masyarakatnya dari bencana, dan lain-lain”. Khusus untuk masalah bencana yang
dampaknya bisa berskala lokal, regional bahkan nasional dan internasional, telah
dikeluarkan regulasi yang mengatur penanggulangannya, atau biasa disebut
27
sebagai Penanggulangan Bencana. Dengan seiring tumbuh berkembangnya
pembangunan di desa, tentunya akan banyak menyentuh dan merubah
lingkungannya dari yang ada sekarang. Olehnya kesadaran akan lingkungan hidup
dapat dimiliki oleh masyarakat, guna mengontrol adanya perubahan yang buruk
pada lingkungan.
Berdasarkan data lapangan dalam hal ini saya mewawancarai beberapa
orang, mereka menyebutkan bahwa banjir yang terjadi setiap tahunnya rata-rata
tiga kali dalam kurun waktu satu tahun. Jika banjir tersebut terjadi rumah warga
akan tergenang. Rata-rata ketinggian banjir ini sekitar 30 cm. menurut
masyarakat, banjir yang menggenangi rumah mereka disebabkan karena hujan
yang deras, dimana saluran air kurang maksimal. Bencana ini sangat berdampak
pada masyarakat, yaitu merusak harta benda masyarakat. Dampak pasca banjir
akan menimbulkan lingkungan yang tercemar. Parahnya lagi air konsumsi
masyarakat sehari-hari ikut tercemar hal ini dibuktikan dengan keruhnya air yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Belum ada tindakan yang signifikan yang
dilakukan pemerintah desa saat ini untuk mengatasi banjir tersebut. Namun dalam
kurun waktu dekat ini akan ada pembuatan tanggul yang akan dikelola oleh pihak
PNPM.
Mencegah dan menanggulangi banjir tak dapat dilakukan oleh pemerintah
saja atau orang perorang saja. Dibutuhkan komitmen dan kerjasama berbagai
pihak untuk menghindarkan desa Sidondo IV dari banjir besar. Tindakan-tindakan
yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya banjir, antara lain:
28
1. Meresapkan air hujan sebanyak mungkin ke dalam tanah dengan sumur
resapan atau rorak dan menyediakan daerah terbuka hijau.
2. Membangun sungai alur banjir (flood way).
3. Membuat bendungan air ; dan
4. Menjaga kebersihan lingkungan.
Mengubah perilaku masyarakat agar tidak lagi menjadikan sungai sebagai
tempat sampah raksasa, Meninggikan bangunan rumah memang dapat
menyelamatkan harta benda kita ketika banjir terjadi, namun kita tidak
mencegah terjadinya banjir lagi. Manusia yang mengakibatkan banjir,
manusia pula yang harus bersama-sama menyelamatkan kota Palu dari banjir
besar bukan hanya karena berarti menyelamatkan harta benda pribadi, namun
juga menyelamatkan lingkungan dari bahaya banjir. Partisipasi seluruh
elemen masyarakat harus dilakukan secara terorganisasi dan terkoordinasi
agar dapat terlaksana secara efektif. Sebuah organisasi masyarakat sebaiknya
dibentuk untuk mengambil tindakan-tindakan awal dan mengatur peran
masyarakat dalam penanggulangan banjir. Penanggulangan banjir dilakukan
secara bertahap, dari pencegahan sebelum banjir penanganan saat banjir , dan
pemulihan setelah banjir. Tahapan tersebut berada dalam suatu siklus
kegiatan penanggulangan banjir yang berkesinambungan, Kegiatan
penanggulangan banjir mengikuti suatu siklus (life cycle), yang dimulai dari
banjir, kemudian mengkajinya sebagai masukan untuk pencegahan sebelum
bencana banjir terjadi kembali.
29
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Melalui kegiatan penaggulangan banjir ini, dapat disimpulkan bahwa:
a. Bencana Banjir dapat di minimalisir dengan berbagai cara, antara lain:
1. Meresapkan air hujan sebanyak mungkin ke dalam tanah dengan
sumur resapan atau rorak dan menyediakan daerah terbuka hijau.
2. Membangun sungai alur banjir (flood way)
3. Membuat bendungan air ; dan
4. Menjaga kebersihan lingkungan
b. Bencana alam yang sering terjadi di desa Sidondo IV yaitu bencana
Banjir, ini diakibatkan tingginya curah hujan sehingga desa Sidondo IV
termasuk daerah beriklim dingin dengan suhu rata-rata 300C.
6.2 SARAN
Hendaknya kegiatan yang mengingatkan akan pentingnya Mitigasi
Bencana Alam seperti dapat terus dilakukan secara terjadwal, dan kiranya
dapat mendatangi langsung tempat-tempat yang rawan akan bencana alam,
sehingga tidak hanya memberi pengetahuan bagi masyarakat dalam bentuk
teori, tetapi juga dalam bentuk praktek tentang bagaimana cara
menanggulanginya dan hal-hal apa saja yang dapat kita lakukan jika
sewaktu-waktu Bencana Alam datang melanda wilayah kita. Disamping
itu, diperlukan pentingnya kesadaran masyarakat akan kebersihan
30
lingkungan sekitar. Karena mencintai kebersihan adalah bukti bahwa kita
ikut melestarikan lingkungan sekitar.
31
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Bentuk-Bentuk Bencana Alam(http://id.wikipedia.org/wiki/Fisika). Di akses pada September 2013.
Gabriel. 2001. Fisika Lingkungan. Hipokrates. Jakarta.
Munir, Moch. 2003. Geologi Lingkungan. Bayumedia Publishing. Malang.
Tim Penyusun. 2012. Profil Sidondo IV. Desa Sidondo IV.
Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. ITB. Bandung.
32
LAMPIRAN
Gambar 1. Saluran air yang tersumbat oleh sampah rumah tangga
Gambar 2. Selokan di depan salah satu rumah warga
Top Related