Download - Kti Fathia Mahmudah-libre

Transcript
Page 1: Kti Fathia Mahmudah-libre

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS PERTUMBUHAN

RAMBUT PADA KELINCI DARI SEDIAAN HAIR TONIC

EKSTRAK DAUN SELEDRI (Apium graveolens Linn)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

FATHIA MAHMUDAH

723901S.10.027

AKADEMI FARMASI SAMARINDA

SAMARINDA

2013

Page 2: Kti Fathia Mahmudah-libre

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS PERTUMBUHAN

RAMBUT PADA KELINCI DARI SEDIAAN HAIR TONIC

EKSTRAK DAUN SELEDRI (Apium graveolens Linn)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satusyarat dalam menyelesaikan pendidikan

Program D-III Farmasi pada Akademi Farmasi Samarinda

Oleh:

FATHIA MAHMUDAH

723901S.10.027

AKADEMI FARMASI SAMARINDA

SAMARINDA

2013

Page 3: Kti Fathia Mahmudah-libre

f,

PENGT,SAHAN KARYA TULIS ILMAH

FORMULASI DAh[ UJI AKTTVITAS PERTUMBUIIAN RAMBUT PADA

KELINCI DARI IAIR TONIC EKSTRAK DAT]N SELEDRI

(Apium graveolms Linn)

Oleh:

T.ATHIA MAHMUDAH

723901S.10.027

Diportahankan dihadapan Paniti"a Penguji Kerya Tulis Ilmia=h

Program D-III Farmasi AkademiFarmasiSamarindaPada T*nggal '. 22 Juli 2013

Penguji:

1. Husnul lYamida, S.Si., M.Si., AptIIIP: 1977A6072005120$2

2, Arsyilrlbrahiu, S,$i,, M,Si, AptIYIP : 197 40820200801 1010

3, Sapd, S-SiNIDN: 1111078503

Mengetahut,

Akademi Farmasi Samarinda

-1il-\

ffiqr103107701

Page 4: Kti Fathia Mahmudah-libre

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Barang siapa meniti satu jalan untuk mencari ilmu,

niscaya dengan hal itu Allah jalankan dia diantara

jalan-jalan surga” (Hadits Riwayat Abu Dawud)

Tak ada rahasia untuk menggapai sukses. Sukses itu dapat terjadi

karena persiapan, kerja keras dan mau belajar dari kegagalan

(Collin Powel).

Semakin sedikit memikirkan kegagalan, maka

semakin banyak peluang menuju keberhasilan,,.

Ku persembahkan untuk:

Kedua orang tuayang selalu memberi nasehat penuh makna dan juga adikku .

Kalian menjadi alasan dan semangat terbesar, serta keluarga kecil yang selalu bisa

membuatku tersenyum.

Sahabat-sahabatku, Ai, Dian, Lisa, Gusti, Dedi, Riswan, Sandy, Nata, Bagas, Yuda yang

selama 3 tahun terakhir menjadi rumah kedua bagiku, yang selalu bisa memberikan

kritik, saran dan juga pengalaman menyenangkan persahabatan yang penuh tawa.

Page 5: Kti Fathia Mahmudah-libre

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Fathia Mahmudah

NIM : 723901S.10.027

Judul Penelitian : Formulasi dan Uji Aktivitas Pertumbuhan

Rambut Pada Kelinci dari Sediaan Hair

Tonic Ekstrak Daun Seledri (Apium

graveolens L.)

menyatakan bahwa dalam KTI ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan tinggi

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali

yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam

daftar pustaka.

Samarinda, Juli 2013

Fathia Mahmudah

Page 6: Kti Fathia Mahmudah-libre

v

PRAKATA

Allhamdullilah Puji dan syukur kepada Allah SWT, karena dengan

bimbingan dan karunia-Nya Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul ”Formulasi

dan Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Pada Kelinci dari Sedian Hair Tonic

Ekstrak Daun Seledri (Apium graveolens Linn)” dapat diselesaikan tepat pada

waktunya. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini juga tidak lepas dari

bimbingan dan arahan dari berbagai pihak yang terkait. Sehubungan dengan hal

tersebut di atas, maka pada kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Supomo, S.Si., M.Si., Apt selaku Direktur Akademi Farmasi

Samarinda.

2. Bapak Sapri, S.Si., selaku Pembimbing I yang telah banyak mengarahkan dan

membimbing penulis dalam penelitian dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

Serta untuk semua saran dan masukan-masukan yang memotivasi.

3. Bapak Arsyik Ibrahim, S.Si., M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah

bersedian memberikan saran-saran membangun kepada penulis dalam

penelitian ini.

4. Ibu Husnul Warnida, S.Si., M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah

memberikan kritik dan saran membangun untuk penelitian ini.

5. Ibu Yullia Sukawaty, S.Far., Apt selaku Pembimbing II yang telah

mengarahkan, membimbing dan memotivasi penulis dalam penelitian dan

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Page 7: Kti Fathia Mahmudah-libre

vi

6. Kedua Orang tua dan Keluarga besar atas segala doa dan dukungannya.

7. Sahabat-sahabatku Ainur Risqi W.R.P, Dhian Maya Andhini, Lisa Apriyanti, I

Gusti Bagus, Riswan Takdir, Dedi Irawan, Sandy Pramana, Satrio Alam

Bagaskoro dan Pranata Atma Darma yang selalu memberikan dukungan,

saran, dan kritikan membangun pada berbagai hal.

8. Mas Ari Saptowo, Amd.Far selaku laboran Laboratorium Terpadu II.

9. Mba Santi, Amd.Far selaku laboran Laboratorium Terpadu I.

10. Bapak Idupiansyah yang telah membantu dalam penyediaan literatur.

11. Bapak dan Ibu dosen serta staf tata usaha kampus Akademi Farmasi

Samarinda.

12. Teman-teman Akademi Farmasi Samarinda angkatan 2010 yang telah melalui

semua hal bersama dari awal hingga akhir selama perkuliahan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini masih terdapat kekurangan ataupun kesalahan, untuk itu kritikan dan

saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan Karya

Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca khususnya mahasiswa Akademi Farmasi Samarinda.

Samarinda, Juli 2013

Penulis

Page 8: Kti Fathia Mahmudah-libre

vii

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai formulasi dan uji aktivitas pertumbuhan rambut pada kelinci dari sediaa hair tonic ekstrak daun seledri (Apium graveolens Linn). Secara turun temurun seledri telah digunakan sebagai penumbuh rambut.Pada penelitian ini ingin mengetahui apakah ekstrak daun seledri dapat diformulasikan menjadi sediaanhair tonic yang memenuhi persyaratan stabilitas fisik serta mengetahui konsentrasi yang optimum bagi pertumbuhan rambut kelinci.Uji aktivitas pertumbuhan rambut dilakukan dengan pengaplikasian hair tonic pada kelinci yang dicukur bulunya. Uji persyaratan fisik meliputi uji oganoleptis, uji pH dan uji viskositas.Pengamatan dilakukan selama 3 minggu, dan pengukuran pertumbuhan rambut dengan penimbangan rambut yang telah tumbuh dilakukan pada hari ke21. Data hasil pengukuran pertumbuhan rambut diuji statistik dengan metode uji ANOVA.

Sampel yang digunakan adalah daun seledri yang diperoleh dari petani seledri di Kelurahan Handil Bakti, Kecamatan Palaran, Samarinda. Simplisia daun seledri diekstraksi dengan campuran etanol 96% dan air (63:37) lalu ekstrak konsentrasi 5%, 10% dan 15% diformulasikan dalam bentuk sediaan hair tonic. Sediaan hair tonic ekstrak daun seledri mempunyai warna, bau dan kehomogenitasan yang stabil selama penyimpanan. pH sediaan hair tonic ekstrak daun seledri mengalami sedikit penurunan selama penyimpanan namun tetap memenuhi persyaratan pH kulit kepala. Viskositas sediaan hair tonic sebesar 3,54-4,60 cP. Rata-rata panjang rambut pada minggu ke3 adalah 0,867 cm (kontrol negatif); 1,196 cm (kontrol normal); 2,487 cm (kontrol positif); 1,621 cm (Formula A); 2,472 cm (Formula B) dan 1,738 cm (Formula C). Rata-rata berat rambut pada minggu ke3 adalah 0,1 g (kontrol normal); 0,143 g (kontrol negatif); 0,3 g (kontrol positif); 0,156 g (Formula A); 0,296 g (Formula B); 0,176 g (Formula C).

Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa hair tonic ekstrak daun seledri konsentrasi 5%, 10% dan 15% dapat menstimulasi aktivitas pertumbuhan rambut kelinci. Formulasi dengan konsentrasi ekstrak 10% (Formula B) mempunyai rata-rata panjang rambut 2,472 cm dan berat rambut 0,296 g merupakan konsentrasi optimum dalam menstimulasi aktivitas pertumbuhan rambut. Hasil analisa uji Mann-Whitney menunjukkan nilai p>0,05 sehingga formulasi dengan ekstrak 10% mempunyai aktivitas pertumbuhan yang sama dengan hair tonic Regrou®.

Kata kunci: daun seledri, hair tonic, rambut, formula, stabilitas fisik.

Page 9: Kti Fathia Mahmudah-libre

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iii

PERNYATAAN ..................................................................................................... iv

PRAKATA ............................................................................................................... v

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3

C. Hipotesis ..................................................................................................... 3

D. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4

E. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Seledri (Apium graveolens L.) .................................................... 5

1. Taksonomi Tanaman .............................................................................. 5

2. Nama Daerah .......................................................................................... 5

3. Nama Asing ............................................................................................ 6

4. Morfologi Tanaman ............................................................................... 6

5. Kandungan Kimia .................................................................................. 7

6. Kegunaan................................................................................................ 8

B. Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder .................................................. 8

1. Alakoid .................................................................................................. 8

2. Flavonoid ............................................................................................... 9

Page 10: Kti Fathia Mahmudah-libre

ix

3. Tanin...................................................................................................... 9

4. Saponin ................................................................................................ 10

C. Rambut ...................................................................................................... 10

D. Kerontokan Rambut .................................................................................. 15

E. Hair Tonic ................................................................................................. 18

F. Preformulasi Sediaan Hair Tonic.............................................................. 23

G. Stabilitas Sediaan ...................................................................................... 30

1. Definisi Stabilitas ................................................................................. 30

2. Parameter Uji ....................................................................................... 31

H. Ekstrak ..................................................................................................... 33

1. Definisi Ekstrak dan Ekstraksi ............................................................. 33

2. Pembagian Ekstrak ............................................................................... 33

3. Metode Pembuatan Ekstrak Secara Maserasi ...................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN

A. Obyek Penelitian ....................................................................................... 36

B. Sampel dan Teknik Sampling ................................................................... 36

C. Variabel Penelitian.................................................................................... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 38

1. Bahan, Alat dan Hewan Percobaan ..................................................... 38

2. Prosedur Penelitian .............................................................................. 39

a. Determinasi tanaman ..................................................................... 39

b. Penyiapan simplisia daun seledri .................................................. 39

c. Ekstraksi daun seledri.................................................................... 39

d. Karakterisasi ekstrak daun seledri ................................................. 40

e. Skrining fitokimia ekstrak daun seledri ........................................ 42

f. Penyiapan hewan uji...................................................................... 41

g. Formulasi sediaan hair tonic ......................................................... 42

h. Cara pembuatan hair tonic ............................................................ 42

i. Evaluasi sediaan hair tonic ........................................................... 46

j. Pengujian aktivitas pertumbuhan rambut ...................................... 47

E. Analisis Data ............................................................................................. 48

Page 11: Kti Fathia Mahmudah-libre

x

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman .............................................................................. 50

B. Penyiapan Simplisia Daun Seledri ........................................................... 50

C. Ekstraksi Simplisia Daun Seledri............................................................. 51

D. Karakterisasi Ekstrak Daun Seledri ......................................................... 52

E. Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Seledri ................................................ 54

F. Formulasi Sediaan Hair Tonic ................................................................ 55

G. Evaluasi Sediaan Hair Tonic ................................................................... 57

H. Uji Aktivitas Hair Tonic terhadap Pertumbuhan Rambut ...................... 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ................................................................................................... 68

B. Saran ......................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 70

LAMPIRAN ........................................................................................................... 74

RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. 117

Page 12: Kti Fathia Mahmudah-libre

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Formulasi sediaan Hair Tonic ....................................................... 45

Tabel 2 Kelompok perlakuan uji aktivitas pertumbuahan rambut ............. 48

Tabel 3 Persentase susut pengeringan daun dan rendemen ekstrak seledri 52

Tabel 4 Hasil karakterisasi ekstrak daun seledri ........................................ 52

Tabel 5 Hasil identifikasi metabolit sekunder ekstrak daun seledri ........... 54

Tabel 6 Hasil pengamatan organoleptis sediaan hair tonic selama 3 minggu penyimpanan ................................................................................. 57

Tabel 7 Hasil pengukuran pH sediaan hair tonic selama 3 minggu penyimpanan ................................................................................. 58

Tabel 8 Hasil pengukuran viskositas sediaan hair tonic setelah 3 minggu penyimpanan ................................................................................. 60

Tabel 9 Panjang dan berat rambut kelinci setelah pengolesan hair tonic ekstrak daun seledri pada minggu ketiga ................................................... 63

Page 13: Kti Fathia Mahmudah-libre

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Tanaman seledri ......................................................................... 5

Gambar 2 Struktur kimia apiin ................................................................... 7

Gambar 3 Struktur kimia apigenin ............................................................. 7

Gambar 4 Struktur kimia alkohol ................................................................ 23

Gambar 5 Struktur kimia propilen glikol .................................................... 24

Gambar 6 Stuktur kimia asam askorbat ..................................................... 25

Gambar 7 Struktur kimia metil paraben ...................................................... 26

Gambar 8 Struktur kimia menthol ............................................................. 27

Gambar 9Struktur kimia Minoxidil .................................................................. 28

Gambar 10 Viskometer Ostwald .................................................................. 32

Page 14: Kti Fathia Mahmudah-libre

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Determinasi tanaman seledri ....................................................... 74

Lampiran 2 Perhitungan kadar etanol pada campuran pelarut ......................... 75

Lampiran 3 Perhitungan susut pengeringan daun seledri ............................... 77

Lampiran 4 Perhitungan rendemen ekstrak daun seledri ................................ 78

Lampiran 5 Proses maserasi simplisia daun seledri ........................................ 79

Lampiran 6 Ekstrak kental daun seledri .......................................................... 80

Lampiran 7 Perhitungan susut pengeringan ekstrak daun seledri .................... 81

Lampiran 8 Perhitungan berat jenis ekstrak cair daun seledri ......................... 82

Lampiran 9 Perhitungan senyawa yang larut dalam air ................................... 83

Lampiran 10 Perhitungan senyawa yang larut dalam etanol ............................. 84

Lampiran 11 Hasil skrining fitokimia ekstrak daun seledri ............................... 85

Lampiran 12 Pengamatan organoleptis hair tonic minggu ke1 ........................ 86

Lampiran 13 Pengamatan organoleptis hair tonic minggu ke2 ........................ 87

Lampiran 14 Pengamatan organoleptis hair tonic minggu ke3 ........................ 88

Lampiran 15 Pengukuran pH sediaan hair tonic............................................... 89

Lampiran 16 Pengukuran viskositas sediaan hair tonic ..................................... 90

Lampiran 17 Perhitungan viskositas .................................................................. 91

Lampiran 18 Pertumbuhan rambut kelinci minggu ke1 ..................................... 95

Lampiran 19 Pertumbuhan rambut kelinci minggu ke2 ..................................... 97

Lampiran 20 Pertumbuhan rambut kelinci minggu ke3 ..................................... 99

Lampiran 21 Pengukuran panjang rambut kelinci ............................................. 101

Lampiran 22 Hasil perhitungan berat rambut kelinci ........................................ 102

Lampiran 23 Hasil perhitungan panjang rambut kelinci .................................... 103

Page 15: Kti Fathia Mahmudah-libre

xiv

Lampiran 24 Hasil analisa data pH sediaan hair tonic selama 3 minggu .......... 104

Lampiran 25 Hasil analisa data viskositas sediaan hair tonic setelah 3 minggu ......................................................................................... 106

Lampiran 26 Hasil analisa data panjang rambut kelinci minggu ke3 ................ 109

Lampiran 27 Hasil analisa data berat rambut kelinci minggu ke3 ..................... 113

Page 16: Kti Fathia Mahmudah-libre

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rambut yang terdapat pada hampir seluruh permukaan tubuh memiliki

peranan yang penting bagi manusia. Pada pria dan wanita rambut mempunyai

peran sangat penting bagi penampilan. Tidak jarang kepercayaan diri seseorang

dapat meningkat dengan rambut yang indah. Kerontokan rambut sampai

menimbulkan kebotakan menjadi masalah yang cukup mengkhawatirkan.

Kerontokan rambut yang abnormal dapat menyebabkan alopecia

(kebotakan). Hal yang mempengaruhi terjadinya kerontokan rambut

diantaranya adalah kurangnya nutrisi bagi pertumbuhan rambut seperti air,

protein, vitamin A, vitamin C, vitamin B, vitamin E dan zat besi (Priskila,

2012). Seledri mengandung semua nutrisi penting yang pertumbuhan rambut,

terutama protein dan air yang sangat dibutuhkan oleh rambut.

Pemecahan masalah kerontokan rambut ataupun masalah rambut lainnya

telah dilakukan dengan penggunaan berbagai produk kosmetika. Produk

kosmetika untuk mengatasi alopecia yang beredar di pasaran masih berasal

dari zat sintetis seperti Minoxidil. Namun, penggunaan Minoxidil

memungkinkan timbulnya efek samping seperti alergi kulit, sakit kepala,

vertigo, edema sampai hipotensi (Messenger dan Rundegen, 2004). Sejalan

dengan hal tersebut, konsep hidup back to nature mulai diminati dan didukung

pula dengan melimpahnya kekayaan alam di Indonesia. Pemanfaatan herba

Page 17: Kti Fathia Mahmudah-libre

2

alam sebagai penumbuh rambut telah turun temurun dilakukan di Indonesia,

salah satunya adalah penggunaan seledri (Dalimartha, 2000).

Apium graveolens L. atau lebih dikenal dengan seledri merupakan tanaman

yang telah banyak digunakan terutama sebagai bahan lalapan dan penyedap

masakan. Secara turun temurun, daun seledri telah banyak digunakan sebagai

obat reumatik, mata kering, hipertensi, bronchitis, batuk, menurunkan kadar

kolesterol serta menyuburkan rambut (Dalimartha, 2000). Pada penelitian

sebelumnya telah diketahui ekstrak daun seledri memiliki efek menyuburkan

rambut yang optimal pada konsentrasi 10% dalam sediaan krim (Juriana,

Yanti, 2009). Ekstrak daun seledri dengan konsentrasi 10% dalam sediaan

mikroemulsi ternyata juga mempunyai kemampuan menstimulasi pertumbuhan

rambut (Tambunan, 2012).

Pengembangan formulasi ekstrak daun seledri dalam bentuk sediaan sebagai

penumbuh rambut masih sangat terbatas, terutama pengembangan sediaan hair

tonic. Sediaan kosmetika berupa hair tonic merupakan sediaan yang mudah

digunakan serta tidak menimbulkan rasa lengket dan tidak membentuk lapisan

tipis yang dapat menimbulkan ketombe yang mungkin dapat diakibatkan oleh

penggunaan krim atau gel pada kulit kepala.

Berdasarkan latar belakang di atas, dilakukan penelitian formulasi dan uji

aktivitas pertumbuhan rambut pada kelinci dari sediaan hair tonic ekstrak daun

seledri (Apium graveolens L.). Fomulasi sediaan hair tonic ini menggunakan

konsentrasi ekstrak yang berbeda. Sediaan hair tonic dengan berbagai

Page 18: Kti Fathia Mahmudah-libre

3

konsentrasi ini akan diuji pula perbedaan aktivitasnya sebagai penumbuh

rambut untuk mengetahui formulasi yang aktivitasnya optimal.

A. Rumusan Masalah

1. Berapa persentase rendemen ekstrak daun seledri (Apium graveolens Linn.)?

2. Bagaimana karakterisasi ekstrak daun seledri (Apium graveolens Linn.)?

3. Apa saja metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak daun seledri

(Apium graveolens Linn)?

4. Apakah ekstrak daun seledri dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan

hair tonic?

5. Apakah sediaan hair tonic yang mengandung ekstrak daun seledri

konsentrasi 5%, 10% dan 15% memenuhi persyaratan stabilitas fisik?

6. Berapakah konsentrasi ekstrak daun seledri yang mempunyai aktivitas

optimum sebagai penumbuh rambut pada kelinci?

B. Hipotesis

Ekstrak daun seledri (Apium graveolens L.) dapat diformulasikan dalam

bentuk sediaan hair tonic dengan konsentrasi 5%, 10% dan 15% yang

memenuhi persyaratan stabilitas fisik serta konsentrasi ekstrak daun seledri

sebesar 10% pada sediaan hair tonic mempunyai aktivitas optimum sebagai

penumbuh rambut pada kelinci.

Page 19: Kti Fathia Mahmudah-libre

4

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui persentase rendemen ekstrak daun seledri (Apium graveolens

Linn.).

2. Mengetahui karakterisasi ekstrak daun seledri (Apium graveolens Linn.).

3. Mengetahui metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak daun seledri

(Apium graveolens Linn.).

4. Mengetahui cara memformulasi ekstrak daun seledri dalam bentuk sediaan

hair tonic.

5. Mengetahui stabilitas fisik dari sediaan hair tonic yang mengandung ekstrak

daun seledri konsentrasi 5%, 10% dan 15%.

6. Mengetahui konsentrasi ekstrak daun seledri yang mempunyai aktivitas

optimum sebagai penumbuh rambut pada kelinci.

D. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi

peneliti serta Mahasiswa/i Akademi Farmasi Samarinda mengenai aktivitas

pertumbuhan rambut serta formulasi sediaan hair tonic dari ekstrak daun

seledri.

2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dalam

pengembangan dan penggunaan daun seledri bagi penelitian selanjutnya.

Page 20: Kti Fathia Mahmudah-libre

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Seledri

1. Taksonomi Tanaman

Gambar 1. Tanaman Seledri

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Umbellales

Famili : Apiaceae

Genus : Apium

Spesies : Apium graveolens L.

2. Nama daerah

Jawa: Saladri; Sunda: seledri, selderi, seleri, sadri, saderi, daun sop, daun

soh (Dalimartha, 2000)

Page 21: Kti Fathia Mahmudah-libre

6

3. Nama Asing

Inggris: Celery fruit, apium, wild celery; Perancis: Cleri, fruto de celery;

Italia: selinon ; Jerman: Selleriefruchte, selleriesamen; Portugis: Aipo,

Salsao; Cina: Han qin, qin cai; Spanyol: Fruto de apio (BPOM RI, 2010).

4. Morfologi Tanaman

Seledri memerlukan cuaca yang lembap namun juga dapat ditanam di

dataran rendah. Hanya saja ukuran batangnya menjadi lebih kecil dan

digunakan untuk penyedap masakan. Seledri terdiri dari tiga jenis, yaitu

seledri daun, seledri potongan dan seledri berumbi. Seledri yang banyak

ditanam di Indonesia adalah seledri daun.

Seledri tumbuh tegak dengan tinggi sekitar 50 cm dengan bau aromatik

yang khas. Batang persegi, beralur, beruas, tidak berambut, bercabang

banyak, berwarna hijau pucat. Daun majemuk menyirip ganjil dengan anak

daun 3-7 helai. Anak daun bertangkai yang panjangnya 1-2,7 cm, helaian

daun tipis dan rapuh, pangkal daun dan ujung runcing, tepi beringgit,

panjang 2-7,5 cm, lebar 2-5 cm, pertulangan menyirip, berwarna hijau

keputih-putihan. Bunga majemuk berbentuk payung, 8-12 buah, kecil-kecil

berwarna putih, mekar secara bertahap. Buahnya buah kotak, berbentuk

kerucut, panjang 1-1,5 mm, berwarna hijau kekuningan (Budi, 2008).

Daun warna hijau, hijau kecoklatan sampai hijau kekuningan. Bau

aromatik khas, rasa agak asin, agak pedas dan menimbulkan rasa tebal di

lidah. Daun majemuk, bentuk belah ketupat miring, panjang 2-7,5 cm dan

lebar 2-5 cm, pangkal dan ujung anak daun runcing, panjang ibu tangkai

Page 22: Kti Fathia Mahmudah-libre

7

daun sampai 2,5 cm, terputar, beralur membujur, panjang tangkai anak daun

1-2,7 cm (BPOM RI, 2010)

5. Kandungan Kimia

Apium graveolens L. mengandung minyak atsiri, limonene, p-simol, α-

terpineol, α-santalol, α-pinen, α-kariofilen, flavonoid, apiin, apigenin,

isokuersitrin, kumarin, asparagin, bergapten, isopimpinelin, apiumetin,

santotoksin, saponin, tannin 1%, sedanolida, asam sedanoat, manitol,

kalsium, fosfor, besi, protein, glisidol, vitamin (A, B, C dan K) (BPOM RI,

2010). Apiin dan apigenin merupakan senyawa utama pada seledri.

Apigenin (4,5,7-trihidroksiflavon) bila terikat dengan gula dan menjadi

glikosida maka akan terbentuk apiin (apigenin-7-apioglikosid). Apigenin

termasuk golongan flavonoid dan apiin termasuk golongan glikosida

(Braun, 2007).

Gambar 2. Struktur kimia Apiin (Markham, 1988)

Gambar 3. Struktur kimia Apigenin (Markham, 1988)

Page 23: Kti Fathia Mahmudah-libre

8

Dalam 100 gram herba seledri mengandung air sebanyak 93 ml, protein

0,9 g, lemak 0,1 g, karbohidrat 4 g, serat 0,9 g, kalsium 50 mg, besi 1 mg,

fosfor 40 mg, yodium 150 mg, kalium 400 mg, magnesium 85 mg, vitamin

A 130 IU, vitamin C 15 mg, riboflavin 0,05 mg, tiamin 0,03 mg dan

nikotinamid 0,4 mg (Dalimartha, 2010)

6. Kegunaan

Apium graveolens L. secara turun temurun digunakan sebagai obat

reumatik gout, mata kering (xeroftalmia), tekanan darah tinggi (hipertensi),

bronchitis, batuk, kolik, psoriasis, menurunkan kadar kolesterol dan

menyuburkan rambut (Dalimartha, 2010)

A. Kandungan Senyawa Metabolit Sekunder

1. Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan utama tumbuhan sekunder yang

terbesar. Tidak ada satupun istilah “alkaloid” yang memuaskan tetapi

pada umumnya alkaloid mencakup senyawa yang bersifat basa yang

mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan,

sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid mempunyai kegiatan fisiologi

yang menonjol, jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan.

Alkaloid biasanya tak berwarna, sering kali bersifat optis aktif,

kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan

(misalnya nikotina) pada suhu kamar. Fungsi alkaloid dalam tumbuhan

masih sangat kabur, meski pun masing-masing senyawa telah dinyatakan

Page 24: Kti Fathia Mahmudah-libre

9

terlibat sebagai pengatur tumbuh, pengahalau atau penarik serangga

(Harborne, 1987).

2. Flavonoid

Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas

dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh tiga satuan karbon

(Markham, 1988). Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai

deretan senyawa C6-C3-C6. Artinya, kerangka karbonnya terdiri atas dua

gugus C6 disambungkan oleh rantai alifatik tiga-karbon (Markham,

1988).

Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula

sebagai glikosida. Aglikon flavonoid mungkin saja terdapat dalam

beberapa bentuk kombinasi glikosida dalam satu tumbuhan, sehingga

dalam menganalisis flavonoid biasanya lebih baik bila kita memeriksa

aglikon yang terdapat dalam ekstrak tumbuhan yang telah dihidrolisis dari

pada mengamati bentuk glikosidanya yang rumit (Harborne, 1987).

3. Tanin

Tanin terdapat luas pada tumbuhan berpembuluh, dalam

Angiospermae terdapat khusus di jaringan kayu. Tanin dapat bereaksi

dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air.

Dalam industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang

mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai

karena kemampuannya menyambung silang protein (Harbone, 1987).

Page 25: Kti Fathia Mahmudah-libre

10

Di dalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim

sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak, misalnya bila hewan memakannya

maka reaksi penyamakan dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein

lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan hewan. Pada kenyataannya,

sebagian besar tumbuhan yang banyak bertanin dihindari oleh hewan

pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat (Harborne, 1987).

4. Saponin

Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang khas

menyerupai sabun (bahasa latin sapo = sabun). Saponin adalah senyawa

aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam

air dan dapat menyebabakan hemolisis sel darah merah. Uji saponin yang

sederhana ialah dengan mengocok ekstrak alkohol-air dari tumbuhan

dalam tabung reaksi, maka akan terbentuk busa yang bertahan lama pada

permukaan cairan. Saponin juga dapat diperiksa dalam ekstrak kasar

berdasarkan kemampuannya menghemolisis sel darah (Harborne, 1987).

B. Rambut

Rambut mempunyai peran dalam proteksi terhadap lingkungan yang

merugikan, antara lain suhu dingin atau panas, dan sinar ultraviolet. Selain itu,

rambut juga berfungsi melindungi kulit terhadap pengaruh-pengaruh buruk;

misalnya alis mata melindungi mata agar keringat tidak mengalir ke mata,

sedangkan bulu hidung menyaring udara. Rambut juga berfungi sebagai

Page 26: Kti Fathia Mahmudah-libre

11

pengatur suhu, pendorong penguapan keringat, dan sebagai indra peraba yang

sensitif (Harahap, 2000).

Menurut ilmu yang mempelajari tentang rambut atau trichologi, ada dua

jenis rambut manusia, yaitu rambut terminal yang umumnya rambut kasar

(misalnya rambut kepala, alis, rambut ketiak, rambut kelamin) dan rambut

vellus yang berupa rambut halus pada pipi, dahi, punggung dan lengan.

Namun, pada dasarnya semua rambut tumbuh dari akar rambut yang jenisnya

sama, maka rambut vellus dapat menjadi rambut terminal (Mitsui, 1993)

Secara anatomi, rambut terdiri dari batang rambut yang merupakan bagian

yang berada di atas permukaan kulit dan akar rambut yang tertanam pada

dermis. Akar rambut terdiri dari dua bagian yaitu bulbus dan papil. Bulbus

disebut juga umbi rambut akan ikut bila dicabut, sedangkan papil atau bibit

rambut akan tertinggal bila rambut dicabut (Soedibyo dan Dalimartha, 1998).

Setiap akar rambut dikelilingi oleh pembuluh darah dan kelenjar lemak yang

dinamakan kelenjar sebasea. Darah yang berasal dari pembuluh darah secara

terus menerus akan mensuplai oksigen dan makanan seperti protein, vitamin

dan mineral. Setiap folikel rambut dilekatkan dengan otot penegak rambut

yang disebut musculus erector pili. Otot ini akan mengerut bila kedinginan atau

ketakutan sehingga dapat menyebabkan rambut bisa berdiri (Mitsui, 1993;

Soedibyo dan Dalimartha, 1998)

Batang rambut adalah bagian rambut yang berada di permukaan kulit. Setiap

batang rambut terdiri dari tiga lapisan yang masing-masing mempunyai fungsi

tersendiri yaitu:

Page 27: Kti Fathia Mahmudah-libre

12

a. Kutikula, merupakan lapisan paling luar yang keras karena mengandung

keratin. Lapisan ini berguna untuk melindungi rambut terhadap teriknya

matahari maupun pengaruh dari lain dari luar.

b. Korteks, merupakan lapisan kedua yang mengandung pigmen melanin

sehingga rambut mempunyai warna.

c. Medula atau sumsum rambut, merupakan lapisan ketiga dan paling

dalam. Lapisan ini terdiri dari lapisan sel kubus yang berisi keratohialin,

badan lemak dan rongga udara (Soedibyo dan Dalimartha, 1998).

Pertumbuhan rambut mengikuti suatu siklus yang meliputi:

a. Fase Anagenik

Fase anagenik adalah fase awal pertumbuhan aktif rambut. Rambut

yang terdapat dalam fase ini pada kulit kepala normal dengan rambut

sehat dapat mencapai usia 2-6 tahun. Lebih kurang 85% keseluruhan

rambut pada kulit kepala pada suatu saat akan terdapat dalam fase ini.

Kecepatan tumbuh dan lamanya fase ini menentukan panjangnya rambut

maksimum seseorang (Depkes RI, 1985b).

Pada fase ini terdapat beberapa tahap proses perkembangan. Tahap

I-V disebut tahap pronagen dan tahap VI disebut tahap metanagen. Pada

tahap I sel-sel dermal papilla bertambah besar dan menunjukkan

peningkatan sintesis RNA. Pada tahap II bagian folikel berkembang ke

bawah menutupi dermal papilla. Pada tahap III, folikel mencapai panjang

maksimum. Pada tahap IV, mulai terbentuk melanin dimana rambut

sudah mulai terbentuk tetapi belum disertai selubung akar internal. Pada

Page 28: Kti Fathia Mahmudah-libre

13

tahap V, ujung rambut telah muncul dari selubung internal. Pada tahap

VI dimulai segera setelah rambut muncul pada permukaan kulit dan

berlangsung hingga mencapai masa katagen. Kecepatan tumbuh dan

lamanya fase ini menentukan panjang maksimum rambut. berdasarkan

variasi kedua ciri ini rambut seseorang dapat tumbuh lebih lebat atau

lebih panjang dibandingkan dengan yang lain. (Rook and Dawber, 1991).

b. Fase Katagenik

Fase katagenik merupakan fase perkembangan/fase transisi rambut

yang kedua. Pertumbuhan rambut dalam folikel akan berhenti dan

sekelompok sel akan membentuk massa seperti tongkat dalam papila.

Rambut tidak mengalami pertumbuhan lebih lanjut. Lama masa katagen

normal adalah sekitar 2-3 minggu (Depkes RI, 1985b).

Fase katagenik diawali dengan berkurangnya mitosis hingga berhenti

dalam beberapa hari. Sejak mitosis berhenti, bagian yang terletak lebih

rendah dari folikel memendek dan selubung jaringan menjadi menebal

dan mengerut. Sel-sel pada selubung akar eksternal membentuk kantung

pada dasar akar rambut yang berfungsi sebagai tempat sel-sel benih

folikel (Rook and Dawber, 1991).

c. Fase Telogenik

Fase telogenik merupakan fase perkembangan rambut yang terakhir,

rambut mengalami istirahat. Folikel rambut akan mengkerut dan rambut

yang terbentuk akan tertahan di tempat oleh massa seperti tongkat.

Page 29: Kti Fathia Mahmudah-libre

14

Fase telogenik dapat berlangsung singkat atau lama tergantung dari

kondisi kesehatan seseorang. Setelah periode istirahat dalam fase ini,

folikel rambut mulai tumbuh lagi ke bawah yang akhirnya mencapai

panjang sebelumnya dan mendorong melintas melalui jaringan pembuluh

darah. Rambut baru mulai tumbuh yang akhirnya melampaui rambut

yang tua sehingga dalam beberapa hari Nampak dua rambut dalam

folikel yang sama. Setelah itu rambut tua akan rontok (Depkes RI,

1985b).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rambut adalah:

a. Hormon

Hormon yang berperan adalah androgen, estrogen dan tiroksin.

Hormon androgen mempercepat pertumbuhan rambut, tetapi pada

penderita alopecia androgenic hormone, androgen bahkan mempercepat

waktu pertumbuhan rambut anagen. Pada wanita hormon estrogen dapat

memperlambat pertumbuhan rambut tetapi mempercepat fase anagen.

Hormon tiroksin dapat mempercepat fase anagen (Djuanda dkk, 2010)

b. Nutrisi

Air merupakan nutrisi yang penting karena hampir seperempat dari

berat rambut terdiri dari air. Kelembaban akibat adanya air menyebabkan

rambut menjadi lembut. Selain itu ada juga beberapa zat yang penting

agar dapat memiliki rambut yang sehat bercahaya yaitu protein,

Page 30: Kti Fathia Mahmudah-libre

15

Vitamin A, Vitamin E, Vitamin B kompleks, Vitamin C , yodium, zat

besi dan sistein (Djuanda dkk, 2010).

c. Kehamilan

Pada kehamilan muda, yaitu tiga bulan pertama, jumlah rambut

telogen masih dalam batas normal, tetapi pada kehamilan tua menurun

sampai 10% (Djuanda dkk, 2010).

d. Masa balig

Pada masa ini terjadi peningkatan kadar hormon seks. Ini

berakibat pertumbuhan rambut ketiak dan rambut kemaluan, tetapi

rambut kepala justru akan rontok (Djuanda dkk, 2010).

e. Kelahiran

Dalam masa 3 bulan setelah melahirkan folikel-folikel rambut kepala

sang ibu dengan cepat beralih ke fase telogen, sehingga selama masa ini

dijumpai nilai telogen 35% (Djuanda dkk, 2010)

f. Vaskularisasi

Vaskularisasi dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut, namun

bukan merupakan penyebab primer dari gangguan pertumbuhan rambut,

karena destruksi bagian 2/3 bawah folikel sudah berlangsung sebelum

susunan pembuluh darah mengalami perubahan (Djuanda dkk, 2010)

C. Kerontokan Rambut

Kerontokan rambut adalah kehilangan rambut terminal dalam bentuk

apapun dan dimanapun asal mula terjadinya yang berkisar lebih dari 100 helai

Page 31: Kti Fathia Mahmudah-libre

16

per hari. Menurut beberapa buku, jumlah rambut yang rontok normalnya setiap

hari rata-rata 40-100 helai. Apabila jumlah rambut yang rontok setiap harinya

melebihi 100 helai, maka kerontokan itu sudah tidak normal (Retno dan Fatma,

2007). Dapat terjadi difus atau lokal. Kelainan setempat dapat berupa unifokal

atau multifokal. Bila kerontokan ini berlanjut dapat terjadi alopesia

(kebotakan).

Kerontokan rambut dapat terjadi normal atau tidak normal, tergantung dari

banyaknya helai rambut yang rontok setiap harinya. Angka yang menyatakan

banyaknya helai rambut yang rontok setiap hari disebut angka kerontokan

rambut disingkat angka kerontokan. Pada seseorang yang sehat dengan kulit

kepala bersih-sehat dan terawat, angka kerontokan berkisar 0-40 (Departemen

Kesehatan RI 1985b).

Kerontokan rambut sangat dipengaruhi oleh faal kulit kepala. Faal kulit

kepala dipengaruhi faal tubuh dan faktor lingkungan.

1. Faal tubuh

Gangguan faal tubuh yang kemungkinan besar dapat mempengaruhi

faal kulit kepala antara lain: penyakit infeksi seperti influenza, tifus,

berbagai penyakit demam, tuberculosis, setelah pneumonia atau sifilis

tingkat tertentu, gangguan saraf pusat, diabetes melitus, akibat

penggunaan obat atau keracunan logam tertentu seperti talium, arsen,

timbal atau raksa (Djuanda dkk, 2010)

Selain itu perlu juga diperhitungkan kemungkinan faktor genetik

yang merupakan bakat bawaan, yang melalui faal tubuh ikut

Page 32: Kti Fathia Mahmudah-libre

17

mempengaruhi faal kulit kepala sebagai unsur utama dalam kebotakan

tipe alopesia areata, terutama pada pria (Djuanda dkk, 2010).

2. Faktor lingkungan

Secara lokal topikal dapat mempengaruhi faal kulit kepala. Faktor

lingkungan meliputi: perubahan cuaca yang ekstrim, terlalu panas atau

terlalu dingin, sengatan surya, sinar-X dan radioaktif, pelekatan dan

infeksi jasadrenik, iritasi zat kimia, atau penutupan dan penekanan

rambut berikut kulit kepala seperti pemakaian kudung, topi dan helm.

Jika faktor lingkungan ini terjadi terus menerus, kulit kepala akan

mengalami degenerasi kronik pada sel-sel epidermis, kulit kepala akan

menjadi kasar, terjadi pigmenisasi dan gangguan keratinasi, akhirnya

terjadi kerontokan rambut (Depkes RI, 1985b)

Secara umum, kerontokan rambut atau alopesia yang disebabkan oleh trauma

mekanis dapat dibagi menjadi 3 tipe, yaitu trauma, tekanan, dan tarikan.

1. Alopesia traumatik

Kerontokan rambut sampai alopesia akibat trauma memilki daerah

yang berbatas tegas dan merupakan penyebab tersering alopesia

sikatrisial (Rosmailis dkk, 2008).

2. Alopesia karena tekanan

Tekanan yang lama, misalnya pada pasien yang berbaring lama

dapat menyebabkan iskemia, nekrosis, dan ulserasi di kulit kepala.

Keadaan ini mengakibatkan kerontokan rambut yang berkembang

Page 33: Kti Fathia Mahmudah-libre

18

menjadi alopesia sikatrisial yang umumnya bersifat irreversibel

(Rosmailis dkk, 2008).

3. Alopesia karena tarikan

Tarikan kronis dapat menyebabkan atrofi folikel rambut disertai

inflamasi folikular dan rambut yang patah mengakibatkan kerontokan

rambut sampai alopesia setempat. Keadaan ini dapat dijumpai pada

gadis-gadis remaja dengan kuncir ekor kuda yang kencang, pemuda-

pemuda sich dan anak-anak Afro-Karabia dengan kuncir-kuncir kecil di

rambut serta pada keadaan trikotilomania (Rosmailis dkk, 2008).

D. Hair Tonic

Kosmetika perawatan kulit kepala dan rambut yang digunakan setelah

keramas atau kulit kepala dalam keadaan bersih disebut hair tonic. Hair tonic

diharapkan dapat memperlancar sirkulasi darah pada daerah kulit kepala serta

memperbaiki sekresi kelenjar sebum sehingga dapat merangsang pertumbuhan

rambut. Hair tonic sebagian besar mengandung pengstimulan kelenjar sebum,

rubifasien dan antiseptik. Cara penggunaannya, hair tonic diteteskan pada kulit

kepala, kemudian dipijit-pijit sehingga cairan meresap dan merata. Manfaat

hair tonic, antara lain (Depkes RI, 1985b)

1. Merangsang pertumbuhan rambut

2. Mencegah kerontokan rambut

Bahan utama yang terdapat dalam sediaan hair tonic ada dua, yaitu zat

pelarut dan zat berkhasiat.

Page 34: Kti Fathia Mahmudah-libre

19

1. Zat pelarut yang umum digunakan untuk sediaan bentuk larutan adalah

air, alkohol dan gliserin. Kadar alkohol hendaknya serendah mungkin.

Kadar alkohol yang relatif tinggi dapat melarutkan kompleks protein-

asam lemak rambut, dapat menyebabkan terputusnya struktur protein.

Gliserin selain sebagai pelarut juga sebagai zat bermanfaat terutama

untuk pelicin dan emolien. Kadar gliserin 2-5% sudah dapat dianggap

cukup untuk memberikan efek pelicin dan emolien (Depkes RI, 1985b).

2. Zat manfaat berfungsi berkisar sesuai efek berikut : daya pembersih,

menghilangkan atau mencegah ketombe, memperbaiki sirkulasi darah

kulit kepala, memperbaiki dan memulihkan sekresi kelenjar sebum dan

“merangsang” pertumbuhan rambut. Berdasarkan efeknya, zat manfaat

diklasifikasikan menjadi :

a. Kounteriritan

Penggunaan kounteriritan dalam sediaan perangsang

pertumbuhan rambut didasarkan atas azas bahwa, pada tingkat

kemampuannya tubuh umumnya akan selalu berupaya dalam

perlindungan dirinya untuk menghilangkan iritasi yang ditimbulkan

oleh keaktifan kounteriritan dengan meningkat aktivitas faalnya

pada jaringan yang teriritasi. Akibatnya sirkulasi darah pada daerah

tersebut lancar, metabolisme menjadi lebih aktif dan pembelahan sel

dipercepat (Depkes RI, 1985b)

Yang patut diperhatikan adalah keaktifan kounteriritan dapat

terjadi bertingkat-tingkat sesuai dengan jenis dan kadarnya. Dalam

Page 35: Kti Fathia Mahmudah-libre

20

hal ini, yang diharapkan sediaan perangsang pertumbuhan rambut

hanya pada tingkat keefektifan ringan, terutama dibatasi hingga efek

hipertemia dan hyperplasia, hanya melecetkan sel epidermis. Jika

jenis dan kadar kounteriritan yang digunakan tidak sesuai,

kemungkinan besar dapat menyebabkan iritasi kulit yang lebih parah

(Depkes RI, 1985b).

Kounteriritan yang lazim digunakan meliputi : asam format, asam

salisilat, histamin, kantaridina, kapsikum (tingtur cabe), kimia-HCl,

pirogalol, dan resorcin (Depkes RI, 1985b).

Selain itu, beberapa kounteriritan yang tersebut di atas,

penggunaannya tidak boleh melebihi batas kadar yang telah

ditetapkan, asam salisilat 0,2%, pirogalol 5%, resorsin 5%, tingtur

kapsikum 1% (Depkes RI, 1985b)

b. Vasodilator

Vasodilator dapat melebarkan pembuluh darah, sehingga aliran

darah meningkat dan faal tubuh menjadi lebih aktif, metabolisme

meningkat dan pembelahan sel dapat dipercepat. Azas ini diharapkan

akan terjadi jika vasodilator digunakan topikal pada kulit kepala.

Pengaruh vasodilator dalam sediaan perangsang pertumbuhan

rambut untuk merangsang pertumbuhan rambut (Depkes RI, 1985b).

Sediaan yang mengandung vasodilator tidak termasuk sediaan

kosmetika; vasodilator yang lazim digunakan antara lain pilokarpina

(Depkes RI, 1985b).

Page 36: Kti Fathia Mahmudah-libre

21

c. Stimulan kelenjar sebum

Sekelompok zat, zat alam maupun zat sintetik, dengan aneka jenis

dan efek farmakologi dalam kosmetika dinyatakan sebagai zat yang

dapat mempengaruhi sekresi kelenjar sebum, dapat digunakan untuk

merangsang pertumbuhan rambut. Kelompok zat ini meliputi : asam

salisilat, belerang, etanol, garam kinina, garam pilokarpina,

kolesterol, lesitin, metil linoleat, resorsin, resorsin asetat, tingtur

jaborandus, dan tingtur kina (Depkes RI, 1985b).

Penggunaan zat tersebut di atas dalam sediaan perangsang

pertumbuhan rambut hendaknya dibatasi hanya pada zat yang

tergolong bahan kosmetika (Depkes RI, 1985b).

d. Zat kondisioner rambut

Manfaat zat ini untuk memperbaiki kondisi rambut, merangsang

pertumbuhan rambut dan mencegah kerontokan rambut. Kelompok

zat ini meliputi; alantoin, asam pantotenat, azulen, biotin, kamomil,

konfrei, minyak kecambah, pantotenol, polipeptida, vitamin E,

vitamin F (Depkes RI, 1985b).

Vitamin F adalah campuran beberapa jenis asam poli tak jenuh,

terutama asam linoleat, asam linolenat dan asam arakidonat.

Berdasarkan ikatan tak jenuhnya vitamin F bersifat oksidabel dan

mudah membentuk peoksida. Untuk menghindarinya, vitamin F

sering dikombinasikan dengan vitamin E.

Page 37: Kti Fathia Mahmudah-libre

22

Asam pantotenat umumnya digunakan dengan kadar hingga lebih

kurang 1% dan pH diatur antara 4-7, untuk menghindari terjadinya

hidrolisa yang tidak diinginkan (Depkes RI, 1985b).

Azulen dapat digunakan hingga batas kadar maksimum lebih

kurang 0,01-0,02%. Alantoin dapat digunakan dengan kadar

maksimum lebih kurang 0,2% (Depkes RI, 1985b).

e. Hormon

Dalam konteks mekanisme aktivitas hormon kelamin pada

jaringan aktivitas sistem endokrin dalam fungsi faal tubuh normal,

hormon kelamin dapat mempengaruhi aktivitas kelenjar sebum dan

keratinisasi, sedangkan hormon wanita (estrogen) menunjukkan efek

penghambat (Depkes RI, 1985b)

Di samping itu ada yang menyatakan bahwa hormon wanita

adalah yang memegang peranan dalam merangsang keratinisasi dan

meningkatkan aktivitas kelenjar sebum yang dapat menyebabkan

terangsangnya pertumbuhan rambut. Berdasarkan pendapat ini,

estradiol, stilbestrol, atau heksestrol acapkali dijumpai dalam sediaan

perangsang pertumbuhan rambut. Di Indonesia penggunaan hormon

dalam sediaan kosmetika dilarang (Depkes RI, 1985b)

f. Antiseptikum

Di antara antiseptikum yang paling lazim digunakan dalam

sediaan perangsang pertumbuhan rambut adalah derivat fenol atau

senyawa ammonium kwartener. Fenolnya sendiri tidak pernah

Page 38: Kti Fathia Mahmudah-libre

23

digunakan, karena terlalu toksik dan iritasinya nyata. Derivate fenol

yang lazim digunakan meliputi : p-amil fenol, asam salisilat, o-fenil

fenol, o-kloro-o-fenol, p-kloro-m-kresol, p-kloro-m-ksilenol,

klorotimol (Depkes RI, 1985b).

Senyawa ammonium kwartener umumnya lebih baik

dibandingkan dengan derivat fenol, karena spektrum aktivitasnya

lebih luas, yang meliputi bakteri dan jamur. Yang paling lazim

digunakan meliputi: alkidimetil benzilamonium klorida,

laurilisokuinolinum bromid, setilpiridimiun klorida,

setiltrimetilamonium bromid, N-soya-N-etilmorfolinum etosulfat.

Umumnya, antiseptikum digunakan dengan batas kadar

maksimum kurang dari 1%, kecuali resorcin batas kadar

maksimumnya 5%. Dalam kadar yang lebih tinggi, beberapa

antiseptikum dapat menyebabkan reaksi iritasi (Depkes RI, 1985b)

E. Preformulasi Sediaan Hair Tonic

1. Bahan tambahan

a. Etanol

Gambar 4. Struktur kimia alkohol (Rowe, 2006).

Pemerian etanol berupa cairan tidak berwarna, mudah menguap,

jernih, dan berbau khas. Etanol mudah campur dengan air dan praktis

bercampur dengan semua pelarut organik (Rowe, 2006). Sama seperti

Page 39: Kti Fathia Mahmudah-libre

24

air, etanol dengan cepat menyerap ke dalam kulit manusia dengan

kecepatan sekitar 1 mg/cm2/jam (William, 2003).

Etanol banyak digunakan pada formulasi farmasetik dan kosmetik,

meskipun etanol paling utama digunakan sebagai pelarut, etanol juga

dikembangkan sebagai antimikroba. Pada sediaan topikal, etanol juga

digunakan sebagai peningkat penetrasi dan desinfektan. Etanol sebagai

pelarut pada sediaan topikal adalah sebesar 60-90% (Rowe, 2006).

Etanol sebagai pelarut mempunyai kemampuan untuk mengekstraksi

lipid dari stratum korneum (Williams, 2003). Ekstraksi lipid

menyebabkan membran menjadi lebih permeabel dan memungkinkan

terjadinya peningkatan penetrasi (Lachenmeier, 2008).

Etanol sebagai pengawet direkomendasikan sebesar 15% pada

larutan asam dan 17,5% pada sediaan netral atau basa (Block, 2001).

Efek antimikroba dari etanol didasarkan atas proses denaturasi protein

(Lachenmeier, 2008).

b. Propilen glikol

Gambar 5. Struktur kimia propilen glikol (Rowe, 2006)

Pemerian propilen glikol berupa cairan jernih, tidak berwarna,

manis, kental, praktis tidak berbau dan bersifat higroskopis. Senyawa

ini dapat bercampur dengan air. Kegunaan propilen glikol adalah

sebagai kosolven dan stabilizer. Konsentrasi penggunaannya berkisar

Page 40: Kti Fathia Mahmudah-libre

25

antara 5-80% pada formulasi larutan topikal dengan kegunaan sebagai

pelarut (Rowe, 2006).

Penggunaan propilen glikol secara luas pada sediaan topikal,

kosmetik, dan berbagai jenis hand and body lotions. Pada sediaan

tertentu, jumlah propilen glikol yang digunakan dapat mencapai 70%.

Propilen glikol bahkan menjadi basis tunggal dalam pada beberapa

antiperspirant. Selain itu, propilen glikol juga mempunyai kemampuan

sebagai peningkat penetrasi (Fisher, 2008).

Propilen glikol lebih banyak digunakan dibandingkan gliserin pada

sediaan kosmetik karena propilen glikol mempunyai penetrasi yang

lebih baik terhadap stratum korneum. Hal tersebut mungkin

dikarenakan propilen glikol lebih larut dalam lemak dibandingkan

gliserin. Selain itu, propilen glikol lebih murah dibandingkan gliserin

dan juga lebih sedikit mengakibatkan iritasi (Fisher, 2008).

c. Asam askorbat

Gambar 6. Struktur kimia asam askorbat (Rowe, 2006)

Pemerian asam askorbat berupa hablur atau serbuk berwarna putih

atau putih kekuningan, non higrokopis, tidak berbau, berasa asam. Bila

terkena cahaya lambat laun menjadi berwarna gelap. Asam askorbat

larut dalam 3,5 bagian air, 25 bagian etanol 95%, tidak larut dalam

Page 41: Kti Fathia Mahmudah-libre

26

kloroform dan gliserin. Asam askorbat biasa digunakan sebagai

antioksidan dalam formulasi sediaan farmasi berair dengan konsentrasi

0,01-0,1% (Rowe, 2006).

Asam askorbat dalam sediaan farmasi biasa digunakan sebagai

antioksidan. Antioksidan yang paling sering digunakan dalam preparat

air adalah natrium sulfit, natrium bisulfit, asam hipofosforus dan asam

askorbat (Ansel, 1989). Kemampuan asam askorbat sebagai antioksidan

didasarkan pada kemampuannya untuk mendonorkan electron untuk

menetralisasi radikal bebas (Alam dkk, 2009). Antioksidan pada

sediaan topikal mencegah terjadinya oksidasi dari komponen lipid yang

memicu terjadinya bau tengik (Fisher, 2008).

d. Metil paraben

Gambar 7. Struktur kimia metil paraben (Rowe, 2006)

Nipagin atau metil paraben merupakan serbuk kristal putih atau tidak

berwarna dan tidak berbau. Larut dalam etanol dan propilen glikol,

sedikit larut dalam air. Memiliki aktivitas sebagai pengawet

antimikroba untuk sediaan kosmetik, makanan dan sediaan farmasi.

Campuran paraben digunakan untuk mendapatkan pengawet yang

efektif. Konsentrasi yang digunakan untuk sediaan topikal adalah 0,02-

0,3% (Rowe, 2006).

Page 42: Kti Fathia Mahmudah-libre

27

Metil paraben yang merupakan salah satu ester dari p-

hidroksibenzoat merupakan pengawet yang secara umum banyak

digunakan karena mendekati persyaratan ideal pengawet (Balsam,

1970). Metil paraben dari golongan paraben mempunyai kemampuan

sebagai antimikroba spektrum luas meskipun lebih efektif terhadap

jamur dan kapang. Selain itu, aman digunakan (relatif tidak mengiritasi

dan tidak beracun) dan stabil pada pH yang terdapat dalam kosmetik

(Fisher, 2008).

e. Menthol

Gambar 8. Struktur kimia menthol (Rowe, 2006)

Menthol digunakan pada makanan, sediaan topikal, larutan

pembersih mulut dan pasta gigi dengan memberikan rasa segar dan

sensasi dingin saat kontak dengan kulit atau membran mulut (Anonim,

2002). Pemerian menthol ialah serbuk kristal tidak berwarna dengan

bau dan rasa khas. Kegunaan menthol ialah sebagai pemberi sensasi

dingin pada sediaan topikal dan juga untuk memberi bau. Menthol

sangat mudah larut dalam etanol dan dapat juga digunakan sebagai

peningkat penetrasi ke kulit. Pada sediaan kosmetik, penggunaannya

berkisar 0,1-2,0 % (Rowe, 2006)

Page 43: Kti Fathia Mahmudah-libre

28

f. Air suling

Air murni yang diperoleh dengan cara penyulingan disebut air

suling, sehingga lebih bebas dari kotoran maupun mikroba. Air murni

digunakan dalam sediaan-sediaan yang membutuhkan air, terkecuali

untuk parenteral, air suling harus disterilkan terlebih dahulu (Rowe,

2006).

2. Bahan berkhasiat Minoxidil

Gambar 9. Struktur Kimia Minoxidil (Sweetman, 2009)

Pemerian dari minoxidil adalah kristal putih yang larut dalam alkohol

dan propilen glikol, sedikit larut dalam air, praktis tidak larut dalam

aseton, kloroform dan etil asetat (Sweetman, 2009). Minoxidil sebenarnya

merupakan vasodilator yang digunakan pada pengobatan hipertensi.

Penggunaan secara oral dalam jangka waktu 2 bulan atau lebih dapat

menyebabkan terjadi hipertrikosis. Larutan minoxidil 2% telah dipasarkan

pada tahun 1986 dan larutan minoxidil 5% tersedia pada tahun 1993

sebagai pengobatan untuk masalah kebotakan rambut. Topikal minoxidil

diketahui memperpendek masa telogen, memperpanjang masa anagen dan

menambah ukuran folikel rambut meskipun mekanismenya tidak diketahui

secara pasti (Messenger dan Rundegen, 2004).

Page 44: Kti Fathia Mahmudah-libre

29

Beberapa contoh formula standar hair tonic adalah:

1. Flick, W. E (2001)

Simplified Hair Tonic Preparation

Raw Materials: Wt% Mackpro WWP (Wheatgermamidopropyl) Dimethylamine 3,0 Hydroxymethylcellulose 0,4 Mackstat DM (DMDM Hydantoin) 0,3 Menthol crystal 0,2 Ethyl alcohol 14,0 PEG-8 4,0 Mackamide AME-75 (Acetamide MEA) 1,0 Water, Dye, Fragrance q.s to 100

2. Allen, L.V (2002)

R/ Minoxidil 5% and Finasteride 0,1% Topical Liquid

Minoxidil 5 g

Finasteride 100 mg

Propylen glycol 20 ml

Etanol 95% 70 ml

Purified water ad 100 ml

Page 45: Kti Fathia Mahmudah-libre

30

3. Williams, D.F and W.H Schmitt (1996)

A B C Panthotenol 1 1,5 0,25 ɒ-Biothin 0,02 - - Vitamin E nicotinate 0,2 - - Methyl nicotinate - - 0,05 Allantoin - - 0,05 Vitamin E Acetate - 0,4 - Camphor - - 0,01 Menthol - - 0,05 Α-Bisoprolol 0,1 - - Carbomer 940 0,4 - - Carbomer 934 - 0,3 - Polyquaternium-11 20% - 0,3 - Triethanolamine 0,45 0,25 - Oleth-20 - 1 - Nonoxynol-9 3 - - Capric/caprylic triglyceride - 3 - Propylene glycol 4 5 - Ethanol B96 25 - 50 Colour q.s q.s q.s Perfume q.s q.s q.s Methyl paraben - 0,1 - 2-bromo-2-nitro-1,3 propanadiol 0,03 0,04 - Deionised water to 100

F. Stabilitas Sediaan

1. Definisi Stabilitas

Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau

kosmetik untuk bertahan dalam spesifikasi yang diterapkan sepanjang

periosde penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan,

kualitas dan kemurnian produk. Sediaan kosmetik yang stabil didefinisikan

sebagai suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima

selama periode waktu penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan

karakteristik sama dengan yang dimilikinya selama dibuat.

Page 46: Kti Fathia Mahmudah-libre

31

Kestidakstabilan fisika dari sediaan ditandai dengan adanya pemucatan

warna atau munculnya warna, timbul bau, perubahan atau pemisahan fase,

pecahnya emulsi, pengendapan suspensi atau caking, perubahan konsistensi,

pertumbuhan kristal, terbentuknya gas dan perubahan fisik lainnya

(Djajadisastra, 2004).

2. Parameter Uji

Parameter-parameter yang digunakan dalam uji kestabilan fisik hair tonic

adalah:

a. Oganoleptis atau penampilan fisik

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengamati adanya perubahan fisik

pada sediaan, yaitu timbulnya bau, perubahan warna dan kemungkinan

timbulnya endapan.

b. Sifat aliran (viskositas)

Secara umum viskositas berpengaruh pada kestabilan sediaan.

Pengukuran viskositas sediaan menggunakan viskometer Ostwald.

Prinsip dari alat ini adalah sejumlah tertentu cairan dimasukkan melalui

tabung B kemudian dihisap hingga cairan melewati bagian A dan

melewati batas “a”. Cairan kemudian dibiarkan mengalir dari batas “a”

sampai batas “b” dan waktu yang diperlukan untuk mengalir dihitung

menggunakan stopwatch (Hadkar, 2008).

Page 47: Kti Fathia Mahmudah-libre

32

Gambar 10. Viskometer Ostwald (Hadkar, 2008)

Jika dua cairan berbeda dibandingkan dengan menggunakan

viskometer yang sama, volume dari cairan yang mengalir sepanjang

tanda “a” dan “b” adalah konstan. Bila volume kedua cairan yang masuk

ke dalam bagian C sama, maka secara praktis nilai “h” sama bagi kedua

cairan. Selain itu, nilai “l” juga konstan, sehingga dapat digunakan

persamaan:

dimana, η1 = viskositas air (cP)

η2 = viskositas zat cair yang dicari (cP)

ρ1 = massa jenis air (g/ml)

ρ2 = massa jenis zat cair yang dicari (g/ml)

t1 = waktu alir air (detik)

t2 = waktu alir zat yang dicari (detik)

c. Pemeriksaan pH

Sediaan sebaiknya memiliki pH yang sesuai dengan pH sediaan

kosmetik untuk kulit kepala yaitu sekitar 3,9-9,5 (Mita, 2009). pH

sediaan harus disesuaikan agar tidak mengiritasi kulit kepala.

Page 48: Kti Fathia Mahmudah-libre

33

G. Ekstrak

1. Definisi Ekstrak dan Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang

tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang disari mengandung zat

aktif yang dapat larut dan zat yang tidak dapat larut seperti serat,

karbohidrat, protein dan lain-lain. Secara umum penyarian akan bertambah

baik apabila simplisia yang bersentuhan semakin luas.

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh dengan

mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati ataupun hewani

menggunakan pelarut yang sesuai (Depkes RI, 1979a).

2. Pembagian Ekstrak

Menurut Voigt (1995) berdasarkan atas sifatnya, ekstrak dapat

dikelompokan menjadi 4 golongan yaitu:

a. Ekstrak encer (Extractum tennue)sediaan ini memiliki konsentrasi seperti

madu dan dapat dituang.

b. Ekstrak kental (Extractum spissum) sediaan ini dilihat dalam keadaan

dingin dan tidak dapat diulang, kandungan airnya berjumlah sampai 30%.

c. Ekstrak kering (Extractum siccum) sediaan ini memiliki konsentrasi

kering dan mudah digosokkan, melalui penguapan cairan pengekstraksi

dan pengeringan, sisanya akan terbentuk suatu produk yang sebaliknya

memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%.

d. Ekstrak cair (Extractum fluidum) adalah sediaan cair simplisia nabati,

yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet.

Page 49: Kti Fathia Mahmudah-libre

34

3. Metode Pembuatan Ekstraks secara Maserasi

Maserasi merupakan proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut

dengan beberapa kali pengocokan dan pengadukan pada temperatur ruangan

disebut maserasi. Jika dilakukan pengadukan kontinu disebut maserasi

kinetik, sedangkan remaserasi berarti dilakukan pengulangan atau

penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan

seterusnya (Depkes RIe, 2000). Cairan penyari akan menembus dinding sel

dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan

terlarutdan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di

dalam sel dengan di luar sel. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa

air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air

maka untuk mencegah timbulnya kapang dapat ditambahkan bahan

pengawet, yang diberikan pada awal penyarian (Depkes RIc, 1986).

Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat

aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang

mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin,

stirak dan lain-lain. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara

pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan.

Kerugian cara maserasi adalah pengerjaanya lama dan penyariannya kurang

sempurna (Depkes RIc, 1986)

Maserasi umumnya dilakukan dengan memasukkan satu bagian serbuk

kering simplisia ke dalam maserator, tambahkan 10 bagian pelarut. Rendam

selama 6 jam pertama sambil sesekali diaduk, kemudian didiamkan selama

Page 50: Kti Fathia Mahmudah-libre

35

18 jam. Pisahkan maserat dengan cara pengendapan, sentrifugasi, dekantasi

atau filtrasi. Proses penyarian diulangi sekurang-kurangnya dua kali dengan

jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan kemudian

diuapkan dengan vakum atau penguap tekanan rendah hingga diperoleh

ekstrak kental (Depkes RIf, 2008).

Page 51: Kti Fathia Mahmudah-libre

36

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental yaitu percobaan

yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul akibat

dari adanya perlakuan tertentu. Penelitian yang dilakukan mengenai pengujian

aktivitas penumbuh rambut dari ekstrak daun seledri dengan konsentrasi 5%, 10%

dan 15% dan diformulasikan dalam bentuk sediaan hair tonic. Tahap penelitian

ini dimulai dengan determinasi tanaman, pengumpulan dan pengolahan seledri,

pembuatan ekstrak,karakterisasi ekstrak, skrining fitokimia ekstrak, proses

adaptasi hewan uji, pembuatan sediaan dan pengujian sifat fisik hair tonic serta

pengujian aktivitas penumbuh rambut.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu I dan Laboratorium Terpadu

II Akademi Farmasi Samarinda.

A. Obyek Penelitian

Obyek yang diteliti adalah aktivitas ekstrak daun seledri dengan konsentrasi

5%, 10% dan 15% dalam sediaan hair tonic untuk menumbuhkan rambut.

Seledri yang digunakan adalah jenis seledri daun (Apium graveolens

L.var.secalinum Alef.). Bagian yang digunakan adalah daun seledri.

Pengujian dilakukan terhadap bagian punggung kelinci yang telah dicukur

bulunya.

Page 52: Kti Fathia Mahmudah-libre

37

B. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel yang digunakan adalah bagian daun segar dari seledri (Apium

graveolens L.) yang diperoleh dari petani seledri di Kelurahan Handil Bakti,

Kecamatan Palaran, Samarinda. Seledri yang sudah dipanen dibersihkan dan

diambil bagian daunnya untuk selanjutnya diolah menjadi ekstrak kental.

Berat kering sampel daun seledri yang digunakan 260,0 gram.

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu

pengambilan sampel sesuai dengan pertimbangan tertentu dari peneliti.

Pertimbangan tersebut adalah jenis seledri, daerah asal pengambilan seledri

serta umur seledri yang digunakan sebagai sampel.

C. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas pada penelitian ini adalah tiga konsentrasi berbeda dari

ekstrak daun seledri pada sediaan hair tonic. Tiga konsentrasi berbeda

tersebut adalah konsentrasi 5%, 10% dan 15% dari ekstrak kental daun

seledri yang kemudian dibuat ke dalam bentuk sediaan hair tonic.

2. Variabel terikat pada penelitian ini adalah pertumbuhan rambut pada

kelinci. Pertumbuhan rambut diketahui dengan menimbang berat rambut

dan mengukur panjang rambut kelinci hasil pencukuran pada hari ke21

sejak pemberian sediaan hair tonic.

3. Variabel yang perlu dikendalikan berupa variabel kontrol adalah jenis

seledri, tempat pengambilan seledri sebagai sampel dan jenis hewan uji.

Jenis seledri yang digunakan hanya terbatas pada jenis seledri daun (Apium

Page 53: Kti Fathia Mahmudah-libre

38

graveolens L.) yang diambil bagian daunnya sedangkan seledri yang

digunakan diambil dari satu petani pada satu daerah sehingga

meminimalisir kemungkinan terjadinya pengaruh pada variabel terikat.

Jenis hewan uji yang digunakan berasal dari satu jenis yang sama yaitu

kelinci jantan New Zealand dengan jenis kelamin, umur dan berat badan

yang sama.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Bahan, Alat dan Hewan Percobaan

a. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah daun seledri, hair tonic

Minoxidil 2% (Regrou®), krim depilatori (Veet®), kloroform, etanol 96%

(teknis), etanol 95%, propilen glikol, asam askorbat, metil paraben,

menthol, akuades, serbuk Mg, asam klorida, amil alkohol, besi (III)

klorida, kalium iodida, iodium, merkuri (II) klorida, bismuth nitrat dan

asam nitrat.

b. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah grinder

(Namyang King), pH meter (ATC), viskometer Ostwald (Pyrex), neraca

analitik (Ohaus), jangka sorong (Tricle Brand), alat-alat gelas (Pyrex,

Iwaki), penangas uap dan desikator.

Page 54: Kti Fathia Mahmudah-libre

39

c. Hewan Percobaan

Hewan uji yang digunakan adalah kelinci jenis New Zealand jantan

dengan umur 3,5 bulan dengan berat badan rata-rata 1,5 kg.

2. Prosedur Penelitian

a. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan

penelitian untuk memastikan jenis dan kebenaran simplisia. Determinasi

dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samarinda.

b. Penyiapan simplisia daun seledri

Dilakukan pengumpulan seledri, kemudian dipotong dan diambil

bagian daunnya. Daun dicuci kemudian ditempatkan pada nampan.

Pengeringan dilakukan dengan diangin-anginkan sampai kering. Setelah

simplisia dikeringkan, simplisia dihaluskan dengan menggunakan

grinder.

c. Ekstraksi daun seledri

Ekstraksi menggunakan cara maserasi. Cairan penyari yang digunakan

adalah campuran etanol 96% dan air (63:37) (Djatmiko, 2009). Sejumlah

260,0 gram serbuk kering daun seledri dimasukkan ke dalam maserator

lalu ditambahkan 2.600 ml campuran cairan penyari. Sampel direndam

selama 6 jam pertama sambil sesekali diaduk, kemudian didiamkan

selama 18 jam. Maserat dipisahkan dengan cara pengendapan. Proses

penyarian diulangi sekurang-kurangnya dua kali dengan jenis dan jumlah

Page 55: Kti Fathia Mahmudah-libre

40

pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan kemudian diuapkan

hingga diperoleh ekstrak kental.

d. Karakterisasi ekstrak daun seledri

1) Pemeriksaan organoleptis

Pemeriksaan organoleptis terhadap ekstrak meliputi pemeriksaan

bentuk, warna, bau dan rasa (Depkes RI, 2000e).

2) Pemeriksaan pH

Pemeriksaan pH dilakukan menggunakan kertas pH universal.

Kertas pH universal dimasukkan ke dalam ekstrak kental kemudian

didiamkan beberapa saat dan perubahan warna kertas pH yang

dihasilkan dibandingkan dengan warna indikator pH.

3) Penetapan susut pengeringan

Pengukuran susut pengeringan dilakukan dengan cara botol

timbang tertutup dipanaskan pada suhu 105ºC selama 30 menit,

didiamkan dalam desikator selama 10 menit dan ditimbang. Tahapan

tersebut diulangi hingga botol timbang bertutup tara. Kemudian, 1-2

gram ekstrak ditimbang seksama dalam botol timbang tertutup.

Ekstrak dalam botol timbang diratakan dengan menggoyangkan

botol. Botol dimasukkan ke dalam oven, tutupnya dibuka, ekstrak

dikeringkan pada suhu 105ºC hingga bobot tetap (Depkes RI, 2000e).

Page 56: Kti Fathia Mahmudah-libre

41

4) Penetapan berat jenis

Piknometer kosong dan bersih terlebih dahulu dikaliberasi dengan

menetapkan bobot piknometer dan bobot air pada suhu 25ºC. ekstrak

cair dimasukkan ke dalam piknometer kosong dan suhu diatur hingga

suhu 25ºC, kemudian piknometer ditimbang. Kurangkan bobot

piknometer kosong dari bobot piknometer yang telah diiisi. Berat

jenis ekstrak cair adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot

ekstrak dengan bobot air, dalam piknometer pada suhu 25ºC (Depkes

RI, 2000e).

5) Penetapan kadar senyawa yang larut dalam air

Maserasi sejumlah 5,0 gram ekstrak selama 24 jam dengan 100 ml

air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter),

menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6

jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring, uapkan

20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang

telah ditara. Panaskan residu pada suhu 105ºC hingga bobot tetap.

Hitung kadar dalam persen senyawa yang larut dalam air, dihitung

terhadap ekstrak awal (Depkes RI, 2000e).

6) Penetapan kadar senyawa yang larut dalam etanol

Maserasi sejumlah 5,0 gram ekstrak selama 24 jam dengan 100 ml

etanol 95%, menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali

dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18

jam. Saring cepat dengan menghindarkan penguapan etanol,

Page 57: Kti Fathia Mahmudah-libre

42

kemudian uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal

berdasar rata yang telah ditara. Panaskan residu pada suhu 105ºC

hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen senyawa yang larut

dalam etanol 95%, dihitung terhadap ekstrak awal (Depkes RI,

2000e).

e. Skrining fitokimia ekstrak daun seledri

1) Uji Alkaloid (Depkes RId, 1989)

Serbuk simplisia ditimbang 0,5 gram kemudian ditambahkan 1 ml

asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas tangas air

selama 2 menit, dinginkan dan disaring. Filtrat dipakai untuk

percobaan berikut:

a) Pereaksi Mayer

(1) Tiga tetes ekstrak daun seledri dimasukkan ke dalam tabung

reaksi.

(2) Ditambahkan dua tetes pereaksi Mayer.

(3) Bila terbentuk endapan putih atau kuning menunjukkan

adanya senyawa alkaloid.

b) Pereaksi Bouchardat

(1) Tiga tetes ekstrak daun seledri dimasukkan ke dalam tabung

reaksi.

(2) Ditambahkan dua tetes pereaksi Bouchardat.

(3) Bila terbentuk endapan coklat sampai hitam menunjukkan

adanya senyawa alkaloid.

Page 58: Kti Fathia Mahmudah-libre

43

c) Pereaksi Dragendrof

(1) Tiga tetes ekstrak daun seledri dimasukkan ke dalam tabung

reaksi.

(2) Ditambahkan dua tetes pereaksi Dragendrof.

(3) Bila terbentuk endapan jingga sampai merah coklat

menunjukkan adanya senyawa alkaloid.

Bila sedikitnya 2 dari 3 pereaksi di atas positif maka sampel

mengandung alkaloid.

2) Uji Flavonoid (Depkes RId, 1989)

Sebanyak 10 g serbuk simplisia kemudian ditambDFahkan 100

ml air panas, didihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan

panas. Filtrat yang diperoleh kemudian diambil 5 ml lalu tambahkan

0,1 g serbuk Mg dan 1 ml HCl pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok

dan dibiarkan memisah.

a) Sepuluh tetes ekstrak daun seledri dimasukkan ke dalam tabung

reaksi

b) Ditambahkan 2 tetes asam klorida pekat

c) Ditambahkan serbuk magnesium

d) Ditambahkan amil alkohol

e) Bila terbentuk warna kuning, orange, atau merah pada lapisan

amil alkohol memberikan indikasi adanya flavonoid.

Page 59: Kti Fathia Mahmudah-libre

44

3) Uji Saponin (Depkes RId, 1989)

a) Sebanyak 0,5 g ekstrak daun seledri dimasukkan ke dalam tabung

reaksi

b) Ditambahkan air panas secukupnya, dikocok selama 15 menit

c) Terbentuk busa, ditambahkan 1 tetes asam klorida 2N.

d) Bila terbentuk busa permanen memberikan indikasi adanya

saponin.

4) Uji Tanin (Depkes RId, 1989)

Sebanyak 0,5 g sampel disari dengan 10 ml air suling, disaring

lalu fitratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna.

Diambil 2 ml larutan lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi

besi (III) klorida .

a) Tiga tetes ekstrak daun seledri dimasukkan ke dalam tabung

reaksi

b) Ditambahkan 2 tetes larutan besi (III) klorida 1%

c) Bila terbentuk warna biru tua atau hijau kehitaman memberikan

indikasi adanya tanin.

f. Penyiapan hewan uji

Kelinci yang akan digunakan pada pengujian terlebih dahulu

disiapkan dan dikondisikan selama 2 minggu sebelum pengujian.

Penyiapan hewan uji ini dilakukan agar hewan uji dapat beradaptasi

dengan lingkungan baru, mengontrol kesehatan dan menyeragamkan

makanannya.

Page 60: Kti Fathia Mahmudah-libre

45

g. Formulasi sediaan hair tonic

Tabel 1. Formulasi Sediaan Hair Tonic

Bahan Konsentrasi (%) b/v

Kontrol Negatif

Formula A

Formula B

Formula C

Ekstrak daun seledri

- 5 10 15

Etanol 95% 14 14 14 14

Propilen glikol 30 30 30 30

Asam askorbat 0,1 0,1 0,1 0,1

Metil paraben 0,1 0,1 0,1 0,1

Menthol 0,2 0,2 0,2 0,2

Air suling 55,6 50,6 45,6 40,6

h. Cara Pembuatan hair tonic

1) Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan.

2) Dilarutkan 0,1 g asam askorbat di dalam beaker glass dengan

sejumlah air suling yang digunakan.

3) Dilarutkan 0,1 g metil paraben dengan 14 ml etanol 95% di dalam

beaker glass, diaduk hingga larut.

4) Dimasukkan 0,2 g menthol ke dalam campuran no.(3),diaduk hingga

homogen. Lalu ditambahkan propilen glikol 30 ml sedikit demi

sedikit. Diaduk homogen.

5) Dicampurkan ekstrak daun seledri ke dalam larutan no.(4). Diaduk

hingga homogen dengan menggunakan magnetic stirrer dengan

kecepatan 1500 rpm.

Page 61: Kti Fathia Mahmudah-libre

46

6) Larutan no.(2) dicampurkan ke dalam larutan no.(5) sedikit demi

sedikit. Diaduk hingga homogen menggunakan magnetic stirrer.

i. Evaluasi sediaan hair tonic

1) Pengamatan organoleptis

Sediaan diamati bau, warna dan kemungkinan timbulnya endapan

selama penyimpanan.

2) Pengukuran pH

Uji pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Pengukuran

dengan pH meter dimulai dengan kalibrasi alat. Kalibrasi

menggunakan dapar standar pH 4 dan 7. Kemudian elektroda

dicelupkan dalam sediaan dan dicatat nilai pH yang muncul di layar.

Pengukuran dilakukan pada suhu ruangan. pH sediaan hair tonic

sebaiknya berkisar antara 3,9-9,5 sesuai dengan pH untuk sediaan

yang digunakan pada kulit kepala.

3) Pengukuran viskositas

Pengukuran viskositas sediaan menggunakan viskometer

Ostwald. Sediaan sebanyak 50 ml dimasukkan melalui tabung B

kemudian dihisap hingga cairan melewati bagian A dan melewati

batas “a”. Cairan kemudian dibiarkan mengalir dari batas “a” sampai

batas “b”. Waktu yang diperlukan sediaan untuk mengalir dihitung

menggunakan stopwatch. Pengukuran viskositas diulang masing-

masing 3 kali untuk setiap sediaan.

Page 62: Kti Fathia Mahmudah-libre

47

Waktu yang diperlukan sediaan untuk mengalir kemudian dihitung

viskositasnya menggunakan rumus:

j. Pengujian aktivitas pertumbuhan rambut

Kelinci yang digunakan sebagai hewan uji sebanyak 3 ekor. Kelinci

yang akan digunakan sebagai hewan uji dicukur bulunya dengan

menggunakan alat cukur, setelah rambutnya agak pendek, kemudian

dioleskan dengan krim depilatori (krim Veet®) selama 3-5 menit. Setelah

itu, bilas dengan air hingga rambut rontok. Punggung kelinci yang telah

dihilangkan bulunya dibagi menjadi 4 daerah pengujian dengan luas

masing-masing 3x3 cm2 untuk tiap daerah uji dengan menggunakan

spidol. Jarak antara daerah uji sekitar 1 cm. Kelinci didiamkan selama

24 jam kemudian sediaan uji dioleskan. Sediaan uji dioleskan sebanyak 1

ml setiap pagi dan malam hari selama 3 minggu berturut-turut.

Kelinci I : Daerah pengujian kontrol normal, Formula A1, B1 dan

C1.

Kelinci II : Daerah pengujian kontrol negatif Formula A2, B2 dan

C2.

Kelinci III : Daerah pengujian kontrol positif Formula A3, B3 dan

C3.

Page 63: Kti Fathia Mahmudah-libre

48

Tabel 2. Kelompok perlakuan uji aktivitas pertumbuhan rambut

Daerah Pengujian Perlakuan Kontrol normal Tidak dioleskan sediaan hair tonic Kontrol negatif Dioleskan sediaan hair tonic yang tidak

mengandung zat berkhasiat Kontrol positif Dioleskan sediaan hair tonic Minoxidil

2% Formula A1, A2, A3 Dioleskan sediaan hair tonic ekstrak daun

seledri 5% Formula B1, B2, B3 Dioleskan sediaan hair tonic ekstrak daun

seledri 10% Formula C1, C2, C3 Dioleskan sediaan hair tonic ekstrak daun

seledri 15%

Pengamatan pertumbuhan rambut pada tiap daerah dilakukan setelah

21 hari. Kelinci terlebih dahulu dibius dengan menggunakan kloroform

sebelum rambut dicabut dan dicukur. Setelah kelinci kehilangan

kesadaran, bulu kelinci dicabut 3 helai dari tiap daerah uji lalu

pencukuran dilakukan menggunakan pisau khusus dengan hati-hati agar

tidak melukai kulit kelinci. Rambut yang dicabut kemudian diukur

dengan jangka sorong sedangkan rambut hasil pencukuran ditimbang

beratnya menggunakan neraca analitik.

E. Analisis Data

Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data

kuantitatif diperoleh dari hasil pengukuran panjang dan penimbangan berat

rambut dari hasil uji aktivitas pertumbuhan rambut, pengukuran pH sediaan

dan pengukuran viskositas. Sedangkan untuk data kualitatif diperoleh dari

pengamatan organoleptis sediaan. Hasil pengukuran panjang dan berat rambut,

Page 64: Kti Fathia Mahmudah-libre

49

serta hasil pengukuran viskositas diuji statistik dengan metode uji ANOVA

(jika distribusi data normal) atau uji Kruskal Wallis (jika distribusi data tidak

normal) yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil pengukuran pH

diuji statistik dengan metode uji Repeated ANOVA (jika data berdistribusi

normal) atau uji Friedman (jika distribusi data tidak normal). Uji statistik

menggunakan program SPSS versi 20.0.

Page 65: Kti Fathia Mahmudah-libre

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman

Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah Apium graveolens L.

yang telah dinyatakan berdasarkan hasil determinasi di Laboratorium

Fisiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Mulawarman Samarinda. Hasil determinasi tanaman menunjukkan bahwa

sampel yang digunakan adalah seledri (Apium graveolens L.) dari genus

Apium dan famili Apiaceae.

B. Penyiapan Simplisia Daun Seledri

Seledri diperoleh langsung dari petani seledri sehingga sampel yang

digunakan seragam dan mengurangi kemungkinan hasil yang bervariasi

akibat penggunaan sampel yang tidak seragam. Sampel daun seledri yang

digunakan adalah daun dari seledri yang segar serta pada umur tanaman yang

cukup untuk dipanen (1-2 bulan). Daun segar yang telah dicuci dan ditiriskan

kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan hingga kering. Daun

segar yang digunakan sebanyak 5.300 g kemudian saat kering menyusut

hingga menjadi 260,85 gram. Susut pengeringan pada simplisia daun seledri

sebesar 4,5% yang ditetapkan dengan metode gravimetri. Susut pengeringan

ini menyatakan bahwa sisa air yang terdapat pada simplisia kering hanya

4,5% sesuai dengan persyaratan yaitu <5%. Bila kandungan air dalam

simplisia masih besar, maka dapat mengakibatkan tumbuhnya jamur sehingga

mutu simplisia turun dan tidak memenuhi syarat.

Page 66: Kti Fathia Mahmudah-libre

51

C. Ekstraksi Simplisia Daun Seledri

Daun seledri yang telah menjadi simplisia kemudian diekstraksi secara

maserasi menggunakan pelarut campuran etanol 96% dan air (63:37).

Penggunaan campuran pelarut ini didasarkan oleh penelitian sebelumnya oleh

Mohammad Djatmiko (2009) mengenai optimasi pembuatan simplisia,

ekstrak dan granul herba seledri (Apium graveolens L.) sehingga diharapkan

proses ekstraksi pada penelitian ini akan memperoleh hasil yang maksimal.

Pelarut berupa campuran etanol 96% dan air dengan perbandingan 63:37

mempunyai kadar etanol sebesar 62,2%.

Proses ekstraksi yang digunakan adalah maserasi. Keuntungan proses

maserasi adalah cara dan peralatan mudah dilakukan dengan alat-alat

sederhana. Selain itu, maserasi memungkinkan semua simplisia kontak

dengan cairan penyari. Maserasi yang merupakan ekstraksi cara dingin cocok

untuk tekstur daun seledri yang lunak serta mempertahankan agar kandungan

dalam seledri tidak rusak oleh panas.

Simplisia daun seledri yang telah kering dihaluskan kemudian direndam

dengan cairan penyari selama 6 jam sambil sesekali diaduk kemudian

didiamkan selama 18 jam untuk diendapkan dan diambil maseratnya. Maserat

berupa ekstrak cair ini kemudian diuapkan cairan penyarinya hingga

diperoleh ekstrak kental daun seledri. Proses penghalusan simplisia kering

dilakukan untuk memperkecil ukuran simplisia sehingga luas permukaan

yang kontak dengan cairan penyari lebih luas dan proses penarikan

kandungan kimia yang terdapat di dalam simplisia lebih optimal. Pengadukan

Page 67: Kti Fathia Mahmudah-libre

52

yang dilakukan sesekali secara teratur juga membantu agar semua bagian

simplisia terendam dan kontak dengan cairan penyari merata. Ekstrak kental

yang diperoleh dari 260,0 g simplisia dengan 2.600 ml campuran cairan

penyari adalah sebesar 198,07 g, sehingga rendemen yang diperoleh sebesar

76,18%. Ekstrak kental daun seledri yang diperoleh berwarna hijau

kecoklatan dan agak berminyak. Ekstrak kental kemudian diformulasikan

menjadi sediaan hair tonic.

Tabel 3. Persentase susut pengeringan daun dan rendemen ekstrak seledri

No Sampel Berat (gram)

Susut pengeringan

daun (%)

Rendemen ekstrak (%)

1. Daun Segar 5.300 4,5

- 2. Daun Kering 260,85

76,18 3. Ekstrak Kental 198,07 -

D. Karakterisasi Ekstrak Daun Seledri

Penetapan karakterisasi pada ekstrak daun seledri perlu dilakukan untuk

memberikan informasi spesifikasi kimia (jenis dan kadar) sehingga dapat

menjamin mutu ekstrak yang digunakan.

Tabel 4. Hasil Karakterisasi Ekstrak Daun Seledri No Jenis Karakterisasi Hasil 1. Pengamatan Organoleptis a. Bentuk Kental berminyak b. Warna Hijau kecoklatan c. Bau Khas aromatik d. Rasa Pahit

2. Pengukuran pH 5 3. Penetapan berat jenis 1,047 g/ml 4. Penetapan susut pengeringan 31% 5. Penetapan kadar senyawa yang larut dalam air 42,5% 6. Penetapan kadar senyawa yang larut dalam

etanol 16,13%

Page 68: Kti Fathia Mahmudah-libre

53

Pengamatan organoleptis ekstrak daun seledri menunjukkan bahwa ekstrak

berbentuk kental berminyak, berwarna hijau kecoklatan dengan rasa pahit dan

aroma khas seledri. Ekstrak menjadi berminyak mengkilat kemungkinan

disebabkan adanya kandungan lemak pada seledri. Bau khas aromatik yang

timbul disebabkan banyaknya kandungan atsiri pada seledri. Rasa pahit serta

kelat ekstrak ditimbulkan oleh adanya kandungan alkaloid dan tanin yang

terkandung dalam seledri. Pengamatan organoleptis ini dapat memberikan

pengenalan awal yang sederhanan seobyektif mungkin.

Pengukuran pH dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat

keasaman ekstrak yang akan mempengaruhi nilai pH sediaan setelah ekstrak

dicampurkan. Pemeriksaan ekstrak menunjukkan bahwa pH ekstrak daun

seledri sebesar 5. Hasil pengukuran berat jenis ekstrak menunjukkan adalah

sebesar 1,047 g/ml. Berat jenis ekstrak perlu diketahui karena berkaitan

dengan berat jenis sediaan hair tonic yang dibuat dan mempengaruhi

viskositas sediaan.

Penetapan susut pengeringan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

senyawa yang hilang pada proses pemanasan. Ekstrak daun seledri

mempunyai susut pengeringan sebesar 31%. Semakin kecil susut

pengeringan, maka semakin sedikit senyawa yang hilang dan semakin baik

mutu ekstrak. Penetapan kadar senyawa yang larut dalam air dan dalam

etanol dilakukan untuk memberikan gambaran awal jumlah kandungan

senyawa. Hasil penetapan kadar senyawa yang larut dalam air sebesar 42,5%

sedangkan kadar senyawa yang larut dalam etanol sebesar 16,13%. Hal ini

Page 69: Kti Fathia Mahmudah-libre

54

menunjukkan bahwa senyawa yang larut dalam air lebih banyak bila

dibandingkan senyawa yang larut dalam etanol, karena senyawa yang

terdapat dalam seledri seperti alkaloid, flavanoid, tanin dan saponin melarut

dalam pelarut polar yaitu air.

E. Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Seledri

Pengujian golongan metabolit sekunder dilakukan untuk mengetahui

adanya kandungan metabolit sekunder pada sampel bahan alam.

Tabel 5. Hasil identifikasi metabolit sekunder ekstrak daun seledri

No Uji Warna

Pembanding Warna Hasil

Pengujian Kesimpulan

1 Alkaloid a. Mayer Endapan putih

atau kuning Endapan kehitaman

-

b. Bouchardat Endapan coklat sampai hitam

Endapan hitam +

c. Dragendorf Endapan jingga sampai merah coklat

Endapan jingga +

2 Flavonoid Lapisan kuning, orange atau merah pada amil alkohol

Lapisan orange pada amil alkohol

+

3 Saponin Berbusa Berbusa + 4 Tanin Warna biru tua

atau hijau kehitaman

Hijau kehitaman +

Keterangan : (+) = Ada

(-) = Tidak Ada

Hasil uji alkaloid pada ekstrak daun seledri dinyatakan positif karena dari

3 uji yang dilakukan untuk golongan alkaloid, 2 pengujian (uji Bouchardat

dan Dragendorf) dinyatakan positif. Hasil uji flavonid, saponin dan tanin pun

dinyatakan positif, sehingga pada ekstrak daun seledri diketahui mengandung

Page 70: Kti Fathia Mahmudah-libre

55

golongan alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. Hasil positif terhadap

alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin dari ekstrak daun seledri dipengaruhi

oleh kelarutan golongan metabolit sekunder tersebut pada pelarut yang

digunakan selama ekstraksi. Alkaloid, flavonoid tanin dan saponin terlarut

dalam pelarut polar. Hal ini sesuai dengan pelarut yang digunakan pada

ekstraksi daun seledri yaitu campuran etanol 96% dengan air (63:37).

Campuran etanol 96% dan air tersebut merupakan campuran pelarut yang

polar karena kadar etanol hanya sebesar 62,2% , sehingga metabolit sekunder

tersebut tersari dalam ekstrak dan teridentifikasi saat skrining fitokimia.

Hasil identifikasi golongan metabolit sekunder pada penelitian ini

mempunyai hasil yang sama dengan hasil uji metabolit sekunder pada

beberapa penelitian sebelumnya meskipun cairan penyari yang digunakan

berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan oleh Nadinah (2008) menggunakan

etanol 70% sebagai cairan penyari, Zamri (2008) menggunakan etanol 95%,

sedangkan Juriana dan Yanti (2009) menggunakan air sebagai penyari.

F. Formulasi Sediaan Hair Tonic

Sediaan hair tonic dipilih karena sediaan ini lebih mudah digunakan,tidak

lengket, proses penyerapan oleh kulit kepala baik serta tidak menimbulkan

bekas tipis seperti yang bisa timbul pada penggunaan krim ataupun gel.

Konsentrasi ekstrak daun seledri pada setiap formulasi dibuat bervariasi yaitu

5%, 10% dan 15%. Konsentrasi ini dipilih berdasarkan beberapa penelitian

sebelumnya oleh Jurianan dan Yanti (2009) pada sediaan krim dan penelitian

oleh Tambunan (2012) pada sediaan mikroemulsi. Hasil yang diperoleh dari

Page 71: Kti Fathia Mahmudah-libre

56

kedua penelitian tersebut membuktikan bahwa pada konsentrasi 10%

mempunyai kemampuan optimum menstimulasi pertumbuhan dan kesuburan

rambut.

Pada pembuatan sediaan hair tonic dari ekstrak daun seledri diperlukan

bahan-bahan tambahan yaitu etanol 95%, propilen glikol, metil paraben,

asam askorbat, menthol, serta akuades. Etanol 95% digunakan sebagai

pelarut metil paraben, menthol serta sebagai co-solvent bagi ekstrak seledri

yang sulit larut jika hanya menggunakan air. Etanol juga dapat meningkatkan

penetrasi ke dalam kulit. Propilen glikol terutama digunakan untuk

meningkatkan kelarutan dari bahan-bahan yang terdapat dalam formulasi.

Meskipun etanol 95% telah membantu kelarutan dari ekstrak kental yang

digunakan, propilen glikol juga digunakan untuk meningkatkan kelarutan

ekstrak kental agar terlarut sempurna. Selain itu, propilen glikol juga

membantu mengontrol viskositas sediaan dengan mempertahankan larutan

tetap di kulit kepala sehingga kontak dengan kulit kepala lebih lama dan

sediaan berpenetrasi lebih optimum. Metil paraben digunakan sebagai

pengawet karena kandungan air yang cukup besar dapat digunakan sebagai

media pertumbuhan mikroba. Asam askorbat sesuai digunakan sebagai

antioksidan pada sediaan berbasis air untuk mencegah proses oksidasi yang

mungkin terjadi pada sediaan. Menthol selain digunakan untuk memberikan

sensasi dingin pada kulit kepala juga digunakan untuk memberikan bau yang

segar serta dapat meningkatkan penetrasi ke kulit. Menthol meningkatkan

kelarutan dengan mengubah sifat penghalang dari stratum korneum. Menthol

Page 72: Kti Fathia Mahmudah-libre

57

lebih memudahkan pendistribusian ke dalam ruang interseluler dari stratum

korneum dan mungkin menyebabkan gangguan struktur lemak, sehingga

meningkatkan permeasi obat.

G. Evaluasi Sediaan Hair Tonic

1. Pengamatan organoleptis

Pengamatan organoleptis meliputi bau, warna dan kemungkinan

timbulnya endapan selama 3 minggu penyimpanan.

Tabel 6. Hasil pengamatan organoleptis sediaan hair tonic selama 3 minggu penyimpanan

Min

ggu

Sediaan Hair Tonic

Warna Bau Homogenitas

I

Kontrol negatif Jernih Aroma khas Homogen Formula A Coklat

keruh Aroma lemah khas seledri

Homogen

Formula B Coklat kekuningan

Aroma kuat khas ekstrak seledri

Homogen

Formula C Coklat pekat

Aroma kuat khas ekstrak seledri

Homogen

II

Kontrol negatif Jernih Aroma khas Homogen Formula A Coklat

keruh Aroma lemah khas seledri

Homogen

Formula B Coklat kekuningan

Aroma kuat khas ekstrak seledri

Homogen

Formula C Coklat pekat

Aroma kuat khas ekstrak seledri

Homogen

III

Kontrol negatif Jernih Aroma khas Homogen Formula A Coklat

keruh Aroma lemah khas seledri

Homogen

Formula B Coklat kekuningan

Aroma kuat khas ekstrak seledri

Homogen

Formula C Coklat pekat

Aroma kuat khas ekstrak seledri

Homogen

Page 73: Kti Fathia Mahmudah-libre

58

Dari hasil pengamatan keempat sediaan, terlihat bahwa sediaan stabil

dari segi warna, bau dan kehomogenitasan selama penyimpanan. Semakin

bsesar konsentrasi ekstrak yang terkandung dalam sediaan, maka warna

sediaan menjadi semakin pekat dan bau khas esktrak daun seledri pun akan

semakin kuat. Kestabilan warna, bau dan homogenitas sediaan dapat

dipengaruhi oleh penambahan asam askorbat sebagai antioksidan.

Antioksidan membantu mencegah terjadinya reaksi oksidasi pada sediaan

akibat paparan cahaya dan kemungkinan terdapatnya oksigen dalam cairan

pembawa. Oksidasi dapat menyebabkan terjadinya penambahan warna,

adanya endapan atau suatu perubahan bau (Ansel, 1989).

2. Pengukuran pH

Pengukuran pH dilakukan setiap satu minggu selama 3 minggu

berturut-turut.

Tabel 7. Hasil pengukuran pH sediaan hair tonic selama 3 minggu penyimpanan

Sediaan Hair tonic

pH Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3

Kontrol Negatif 4,0 3,8 3,0 Formula A 5,1 5,0 4,8 Formula B 5,1 5,0 4,8 Formula C 5,1 5,0 4,8

pH sediaan hair tonic disesuaikan dengan pH sediaan yang biasa

digunakan pada kepala yaitu berkisar 3,9-9,5 (Mita, 2009). pH yang terlalu

asam ataupun terlalu basa dapat mengakibatkan iritasi. pH sediaan setiap

minggu mengalami penurunan meskipun tidak terlalu signifikan.

Penurunan pH yang tidak signifikan setiap minggu diketahui dengan

Page 74: Kti Fathia Mahmudah-libre

59

menggunakan uji statistik Friedman. Hasil uji Friedman menunjukkan

nilai sig>0,05 yang berarti penurunan pH dari minggu 1 hingga minggu 3

tidak mempunyai perbedaan yang signifikan.

Penurunan pH yang terjadi kemungkinan disebabkan adanya hidrolisis

dari sediaan yang melepaskan sejumlah ion hidrogen. Ion hidrogen dapat

semakin menyebabkan penurunan pH. Pada proses penyimpanan,

hidrolisis yang berlebihan seharusnya bisa dikontrol dengan penggunaan

antioksidan dan pengawet. Pengawet yang dipilih harus mempunyai

aktivitas antibakteri optimum pada pH sediaan hair tonic. pH hair tonic

yang diperoleh pada awal pembuatan adalah antara 4,0-5,1. Pada formulasi

sediaan, digunakan metil paraben dengan pH optimum aktivitas antibakteri

sebesar 4-8. Pemilihan metil paraben kurang tepat bila didasarkan pada pH

sediaan sehingga seharusnya digunakan pengawet lain yang memenuhi

rentang pH sediaan contohnya natrium benzoat yang memiliki pH

optimum 2-5 (Rowe, 2006). Pemilihan pengawet seharusnya dilakukan

setelah pengukuran pH sediaan sehingga dapat diketahui pengawet yang

tepat. Penggunaan pengawet yang tidak sesuai dengan pH sediaan

mengakibatkan kurang optimalnya kemampuan untuk mempertahankan

pH sediaan sehingga mikroba dapat tumbuh. Pertumbuhan mikroba

menyebabkan penurunan pH karena selama perkembangbiakan mikroba

sering terjadi produksi asam (Radji, 2011).

Kontrol negatif, formula A, formula B dan formula C memiliki pH

yang sesuai dengan pH sediaan yang digunakan pada kepala, meskipun

Page 75: Kti Fathia Mahmudah-libre

60

sediaan kontrol negatif memiliki pH yang lebih asam bila dibandingkan

dengan ketiga formula lainnya. pH sediaan kontrol negatif yang lebih asam

ini mengakibatkan kulit kelinci menjadi kemerahan saat sediaan dioleskan

tetapi hanya terjadi sekitar 1-2 hari pengolesan. Kemerahan yang timbul

hilang setelah beberapa hari dan rambut tetap tumbuh.

3. Pengukuran viskositas

Tabel 8. Hasil pengukuran viskositas sediaan hair tonic setelah 3 minggu penyimpanan

Sediaan Hair Tonic

Massa Jenis rata-rata (g/ml)

Kecepatan Alir rata-rata

(detik)

Viskositas rata-rata

(cP) Kontrol Negatif 1,006±0,000 52,99±0,906 3,55±0,061* Formula A 1,013±0,000 55,30±0,220 3,73±0,015* Formula B 1,015±0,000 58,93±1,058 3,98±0,075* Formula C 1,020±0,000 67,66±0,148 4,60±0,010*

Keterangan : *= berbeda bermakna (p<0,05)

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa viskositas sediaan hair tonic

makin meningkat dengan bertambahnya konsentasi ekstrak daun seledri

yang digunakan. Meskipun konsentrasi etanol dan propilen glikol yang

digunakan sama pada masing-masing sediaan tetapi tidak sama pada

konsentrasi ekstrak daun seledri. Kenaikan viskositas seiring kenaikan

konsentrasi ekstrak karena kenaikan konsentrasi ekstrak menyebabkan

makin banyak partikel zat terlarut tiap satuan volume sehingga viskositas

meningkat. Ekstrak dengan bobot jenis 1,047 g/ml mempunyai nilai yang

lebih besar daripada bobot jenis kontrol negatif yaitu 1,006 g/ml sehingga

dengan penambahan ekstrak yang semakin besar, viskositas sediaan juga

akan semakin meningkat. Viskositas sediaan selain dipengaruhi oleh

Page 76: Kti Fathia Mahmudah-libre

61

konsentrasi ekstrak yang digunakan, juga dipengaruhi oleh viskositas dari

bahan tambahan seperti air, etanol dan propilen glikol.

Perhitungan data viskositas sediaan dengan menggunakan uji Kruskal-

Wallis menunjukkan perbedaan yang bermakna dari viskositas masing-

maing sediaan. Perbedaan bermakna tersebut diketahui dengan

menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan

bahwa setiap kelompok sediaan mempunyai perbedaan yang bermakna

terhadap kelompok lain yang berarti nilai viskositas masing-masing

sediaan berbeda signifikan.

Nilai viskositas etanol adalah 1,20 cP dan propilen glikol 58,1 cP.

Sedangkan viskositas air sebagai standar pada perhitungan viskositas

adalah 1 cP (Rowe, 2006). Hasil pengukuran viskositas sediaan hair tonic

menunjukkan nilai antara 3,54-4,60 cP. Viskositas sediaan yang dibuat

memiliki nilai yang lebih besar dari air dan etanol tetapi jauh lebih kecil

dari viskositas propilen glikol. Hal ini disebabkan bahan-bahan

tersebut telah dicampur sehingga terjadi perubahan viskositas

dibandingkan dengan viskositas masing-masing bahan.

H. Uji Aktivitas Sediaan Hair Tonic terhadap Pertumbuhan Rambut

Pengujian aktivitas pertumbuhan rambut ekstrak daun seledri dilakukan

terhadap kelinci dengan jenis, berat dan umur yang seragam. Pada penelitian

ini, metode yang digunakan untuk mengevaluasi keefektifan hair tonic

adalah modifikasi metode Tanaka et al (1980). Pengujian dilakukan selama 3

minggu dengan pemberian sediaan uji setiap hari berturut-turut pada pagi dan

Page 77: Kti Fathia Mahmudah-libre

62

malam hari. Sediaan uji yang dioleskan pada kelinci terdiri dari enam sediaan

berbeda yaitu kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif serta formulasi

A, formula B dan formula C. Khusus sediaan hair tonic formula A, B dan C

dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali sehingga untuk setiap formulasi

dilakukan pengolesan pada 3 daerah uji yang berbeda pada kelinci.

Pengulangan ini dilakukan untuk meningkatkan kepastian hasil yang akan

diperoleh dari pengujian.

Pengamatan hasil dilakukan setelah 3 minggu pengujian. Pengamatan

hanya dilakukan setelah 3 minggu pengujian karena pertumbuhan rambut

normal berkisar 1/3 milimeter perhari atau sekitar 1 cm perbulan, sehingga

sekitar 3 minggu panjang rambut yang tumbuh lebih mudah diamati dan

diukur (Rostamailis dkk, 2008). Selain itu, dari sisi kode etik hewan,

dikhawatirkan akan menimbulkan rasa sakit dan resiko yang besar bila

pengamatan dilakukan setiap minggu. Proses pencabutan rambut dan

pencukuran rambut diawali dengan pembiusan beresiko hewan mati sehingga

pengamatan dilakukan hanya pada akhir waktu pengujian.

Pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang rambut kelinci dan

menimbang berat rambut kelinci yang tumbuh pada setiap daerah uji.

Pengukuran panjang rambut dapat digunakan untuk menyatakan kemampuan

hair tonic ekstrak daun seledri dalam menstimulasi panjang rambut kelinci.

Penimbangan berat rambut dapat dijadikan parameter untuk mengetahui

pengaruh hair tonic ekstrak daun seledri terhadap kelebatan rambut pada

kelinci. Pengukuran panjang rambut dilakukan dengan mencabut 3 helai

Page 78: Kti Fathia Mahmudah-libre

63

rambut pada masing-masing daerah uji kemudian panjang rambut diukur

menggunakan jangka sorong.

Tabel 9. Panjang dan Berat Rambut Kelinci Setelah Pengolesan Hair Tonic Ekstrak Daun Seledri Pada Minggu Ketiga

Kelompok Uji

Panjang Rambut Kelinci (cm)

Berat Rambut Kelinci (gram)

Rata-rata Pengulangan

Rata-rata Akhir

Pengulangan Rata-rata

Kontrol normal

- 0,867 - 0,100

Kontrol negative

- 1,196 - 0,143

Kontrol positif - 2,487 - 0,300 Formula

A A1 1,617±0,015

1,621±0,005* 0,150

0,156±0,011* A2 1,626±0,005 0,170 A3 1,617±0,015 0,150

Formula B

B1 2,470±0,010 2,472±0,004

0,300 0,296±0,005 B2 2,470±0,010 0,300

B3 2,477±0,005 0,290 Formula

C C1 1,733±0,005

1,738±0,006* 0,180

0,176±0,005* C2 1,746±0,005 0,180 C3 1,740±0,010 0,170

Keterangan : *= berbeda bermakna dengan kontrol (p<0,05)

Pada minggu pertama pertumbuhan rambut kelinci belum jelas terlihat.

Hal ini diduga karena setiap kelompok uji masih melakukan adaptasi. Proses

adaptasi ini merupakan bagian dari beberapa tahap perkembangan rambut

(masa anagen) yang kemudian akan disusul dengan masa katagen. Rambut

mulai nampak tumbuh di permukaan kulit pada tahap VI masa anagen. Tahap

ini kemudian berlangsung sampai masa katagen, dimana masa katagen

berlangsung 2-3 minggu. Hal ini yang menyebabkan pada minggu kedua

pengujian, rambut yang tumbuh telah jelas terlihat dan perbedaan di antara

kelompok uji makin terlihat. Pada kontrol normal rambut yang tumbuh masih

Page 79: Kti Fathia Mahmudah-libre

64

sangat pendek dengan warna dan tekstur rambut sama dengan rambut kelinci

yang tidak dicukur. Sedangkan di daerah uji kontrol negatif, kontrol positif,

formulasi A, B dan C memperlihatkan warna yang lebih hitam dan tekstur

rambut lebih tebal dibandingkan rambut kelinci normal pada bagian lain

tubuh kelinci yang tidak dicukur.

Pada minggu ketiga, pertumbuhan panjang rambut terlihat sangat jelas

dengan warna rambut yang lebih hitam dan tebal dibandingkan dengan

rambut kelinci normal. Perhitungan statistik panjang dan berat rambut kelinci

pada minggu ketiga menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal dan

tidak homogen, sehingga perhitungan dengan uji ANOVA tidak dapat

dilanjutkan dan perhitungan harus dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis.

Pada uji Kruskal-Wallis menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna

(p<0,05). Untuk mengetahui perbedaan bermakna tersebut maka dilanjutkan

dengan uji Mann-Whitney. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa

kelompok yang mempunyai perbedaan bermakna adalah formula A dengan

kontrol normal, kontrol negatif dan kontrol positif, formula B dengan kontrol

normal dan kontrol negatif serta formula C dengan kontrol normal, kontrol

negatif dan kontrol positif. Hasil tersebut menunjukkan bahwa formula B

dengan kontrol positif tidak mempunyai perbedaan bermakna (p>0,05) yang

berarti kemampuan formula B sama dengan kontrol positif (Regrou®) dalam

aktivitas pertumbuhan rambut.

Berdasarkan hasil pengukuran panjang dan penimbangan berat rambut

kelinci pada minggu ketiga dapat terlihat jelas bahwa hair tonic ekstrak daun

Page 80: Kti Fathia Mahmudah-libre

65

seledri 5%, 10% dan 15% memiliki kemampuan menstimulasi pertumbuhan

rambut bila dibandingkan dengan kontrol normal. Meskipun berdasarkan

hasil perhitungan statistik hanya hair tonic ekstrak daun seledri konsentrasi

10% (formula B) yang mempunyai aktivitas sama dengan hair tonic Regrou®

(kontrol positif). Hasil pengamatan tersebut menunjukkan pula bahwa

konsentrasi ekstrak daun seledri pada sediaan hair tonic yang optimum

menstimulasi pertumbuhan rambut adalah konsentrasi 10%. Kenaikan

konsentrasi ekstrak daun seledri tidak berbanding lurus dengan hasil

pengukuran panjang dan penimbangan berat rambut kelinci. Hasil

pengukuran rambut terpanjang dan penimbangan berat rambut terberat tidak

terdapat pada hair tonic dengan konsentrasi tertinggi (formula C) tetapi

terdapat pada konsentrasi 10% (formula B). Hal ini dapat disebabkan dari

hasil sediaan yang dibuat dan diujikan ke kelinci. Hair tonic formula C terlalu

kental sehingga tidak dapat optimum terserap ke dalam kulit kelinci.

Kekentalan sediaan dipengaruhi oleh viskositas sediaan yang berbeda

signifikan dari masing-masing sediaan berdasarkan uji statistik. Kekentalan

ini disebabkan konsentrasi ekstrak daun seledri yang tinggi. Sedangkan hair

tonic formula B tidak terlalu kental sehingga cukup lama untuk bertahan di

kulit kelinci tetapi tetap dapat terserap seluruhnya ke dalam kulit.

Pada kontrol negatif, hasil pertumbuhan panjang dan berat rambut kelinci

lebih besar dibandingkan dengan kontrol normal. Hal ini dapat disebabkan

oleh bahan-bahan tambahan seperti alkohol, propilen glikol dan aquadest.

Alkohol dapat menstimulasi kelenjar sebum sehingga membantu

Page 81: Kti Fathia Mahmudah-libre

66

pembentukan folikel rambut. Selain itu alkohol juga membersihkan kulit

kepala dari kotoran lemak yang tidak dapat dihilangkan oleh air dan alkohol

dapat memperlebar pembuluh darah di kulit kepala sehingga mengantarkan

suplai oksigen yang cukup untuk pertumbuhan rambut. Alkohol dan propilen

glikol membantu meningkatkan permeabilitas kulit kepala terhadap air karena

air sulit untuk menembus stratum korneum. Air merupakan nutrisi yang

penting bagi pertumbuhan rambut karena ¼ berat rambut adalah air

(Soedibyo dan Dalimartha, 1998).

Panjang rambut dan berat rambut kelinci pada kontrol normal merupakan

yang terendah. Panjang rambut kelinci dengan kontrol normal sesuai dengan

panjang pertumbuhan rambut normal yaitu sekitar 1 cm setiap bulan. Panjang

rambut kelinci kontrol normal tidak diberikan perlakuan dan stimulansi

sehingga bila dibandingkan dengan kelompok uji lain akan menunjukkan

panjang rambut yang cukup berbeda. Pertumbuhan rambut normal sangat

dipengaruhi oleh lama dan kecepatan tumbuh rambut selama fase anagen dan

katagen. Perbedaan perlakuan selama fase ini dapat mengakibatkan perbedaan

panjang dan kelebatan rambut. Berdasarkan hal tersebut, maka diberikan

perlakuan dan stimulan kepada kelompok uji kontrol negatif, kontrol positif,

formula A, formula B dan formula C. Akibat dari perbedaan perlakuan

terhadap kelompok uji maka terlihat jelas perbedaan panjang dan berat

rambut dari kelompok uji kontrol normal dibandingkan kelompok uji lain.

Ekstrak daun seledri berdasarkan pengalaman di masyarakat memang telah

digunakan sebagai penumbuh dan penyubur rambut. Daun seledri memiliki

Page 82: Kti Fathia Mahmudah-libre

67

kandungan zat cukup lengkap yang dibutuhkan oleh rambut. Kandungan

apiin dan apigenin yang besar dalam daun seledri mengakibatkan vasodilatasi

pembuluh darah (Pramono, 2006). Apiin merupakan glikosida flavonoid yang

mengalami hidrolisis sehingga menjadi aglikon apigenin. Pelebaran

pembuluh darah di rambut memungkinkan tercukupinya suplai darah yang

lancar untuk proses pertumbuhan rambut. Kandungan asam aminonya

membantu dalam pembentukan protein. Protein merupakan zat utama

pembangun rambut dengan jumlah sekitar 98%, kemudian mineral dan air

sebagai penyusun rambut. Sedangkan perpaduan asam amino, vitamin,

mineral dan kandungan lainnya dalam daun seledri mendorong pertumbuhan

sel-sel rambut yang rusak (Juriana, 2009).

Kandungan metabolit sekunder dalam daun seledri juga berperan dalam

merangsang pertumbuhan rambut. Penelitian yang dilakukan oleh Pitman,

dilaporkan bahwa alkaloid merupakan senyawa yang mampu menstimulasi

pertumbuhan rambut pada kasus klinik alopecia (kebotakan) (Juriana, 2009).

Flavonoid mempunyai aktivitas sebagai bakterisid dan anti virus yang dapat

menekan pertumbuhan bakteri dan virus sehingga dapat mempercepat

pertumbuhan rambut dan mencegah kerontokan. Saponin mempunyai

kemampuan untuk membentuk busa yang berarti mampu membersihkan kulit

dari kotoran serta sifatmya sebagai kounteriritan akibatnya terjadi

peningkatan sirkulasi darah perifer sehingga meningkatkan pertumbuhan

rambut.

Page 83: Kti Fathia Mahmudah-libre

68

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang formulasi dan uji aktivitas

pertumbuhan rambut pada kelinci dari sediaan hair tonic ekstrak daun seledri,

maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Persentase rendemen ekstrak daun seledri adalah 76,18%.

2. Karakterisasi ekstrak daun seledri yaitu ekstrak kental berminyak

berwarna hijau kecoklatan, dengan bau khas aromatic dan rasa yang pahit.

pH ekstrak sebesar 5, berat jenis sebesar 1,047 g/ml, susut pengeringan

sebesar 31%, kadar senyawa yang larut dalam air sebesar 42,5% dan

kadar senyawa yang larut dalam etanol sebesar 16,13%.

3. Metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak daun seledri adalah

golongan alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin.

4. Ekstrak daun seledri (Apium graveolens L.) dapat diformulasikan dalam

bentuk sediaan hair tonic.

5. Sediaan hair tonic ekstrak daun seledri konsentrasi 5%, 10% dan 15%

memenuhi persyaratan stabilitas fisik meliputi pengamatan organoleptis,

pengukuran pH dan pengukuran viskositas.

6. Konsentrasi ekstrak daun seledri sebesar 10% memberikan aktivitas

pertumbuhan rambut kelinci yang optimum.

Page 84: Kti Fathia Mahmudah-libre

69

B. Saran

Pada penelitian dan pengembangan selanjutnya sebaiknya dilakukan

penelitian lebih lanjut yaitu:

1. Mengembangkan formulasi, cara penyimpanan hair tonic serta

memperpanjang lama pengujian stabilitas fisik untuk memperoleh sediaan

yang stabil pada penyimpanan jangka panjang.

2. Meneliti lebih lanjut mengenai tingkat iritasi dengan menggunakan uji

iritasi terhadap sediaan hair tonic sehingga dapat meningkatkan tingkat

keamanan pada kulit kepala.

Page 85: Kti Fathia Mahmudah-libre

70

DAFTAR PUSTAKA

Alam, M., Hayes B.G., Rebecca C.T. 2009. Cosmetic Dermatology. China: Saunders Elsivier. Hal. 13.

Allen, L.V. 2002. The Art, Science and Technology of Pharmaceutical Coumponding. Washington DC: American Pharmaceutical Association. Hal.261

Anonim. 2002. Menthol. North Carolina: Lorillard Tobacco Company Research Department.

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Penerbit UI. Hal.158

Badan POM RI. 2010. Acuan Sediaan Herbal. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Hal.37-38

Balsam, M.S., Edward S. 1970. Cosmetic Science and Technology Second Edition. USA: William Interscience. Hal. 393

Block, S.S. 2001. Disinfection, Sterilization and Preservation. USA: Lippincott Williams & Wilkins. Hal.1276.

Budi, S. 2008. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Braun,L., Marc C. 2007. Herbs and Natural Suplements: An Evidence-Based GuideI. Australia: Elsevier.

Departemen Kesehatan RI. 1979a. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI. 1985b. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal.252-259

Departemen Kesehatan RI. 1986c. Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal.10-11

Departemen Kesehatan RI. 1989d. Materia Medika Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 549-553.

Departemen Kesehatan RI. 2000e. Parameter Standar Umum Ekstrak Tanaman Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal.10-11

Departemen Kesehatan RI. 2008f. Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI . Hal.174

Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidya. Hal.171-177

Page 86: Kti Fathia Mahmudah-libre

71

Djajadisastra, J. 2004. Cosmetic Stability. Seminar Setengah Hari HIKI. Depok: Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.

Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed. Ke-5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Fisher, A., Joseph F. 2008. Contact Dermatitis Sixth Edition. Ontario: BC Dekker. Hal. 274-275, 288, 291.

Flick, E.W. 2001. Cosmetic and Toiletry Formulations Second Edition Vol. 8. New York: William Andrew Publishing. Hal. 172.

Hadkar, U.B. 2008. Physical Pharmacy. Mumbai: Nirali Prakhasan. Hal. 138-139

Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 94, 102, 155, 234-238.

Juriana dan Yanti. 2009. Pengaruh Pemberian Krim Ekstrak Air Daun Seledri (Apium graveolens Linn.) Sebagai Stimulan Pertumbuhan Rambut Tikus Putih (Rattus norvegius L.) Jantan Galur Sprague Dawley. Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2B55 Vol.7.

Lachenmeier, D.W. 2008. Safety Evaluation of Topical Applications of Ethanol On The Skin and Inside The oral Cavity. Journal of Occupational Medicine and Toxicology.

Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: Penerbit ITB. Hal.1

Martin, A., Swarbick, J., Cammarata, A. 1983. Farmasi Fisik. Jilid II edisi ke-3 terj. dari Physical Pharmacy oleh Joshita. Jakarta: UI Press. Hal. 786

Messenger, A.g., dan Rundegren,J. 2004. Minoxidil: Mechanism of Action on Hair Growth. British Journal of Dermatology.

Mita,S.R., Rusmiati,D., Kusuma, S.A.F. 2009. Pengembangan Ekstrak Etanol Kubis (Brassica oleracea var. Capitata l. ) Asal Kabupaten Bandung Barat dalam Bentuk Sampo Antiketombe terhadap Jamur Malassezia furfur. Laporan Akhir Penelitian Peneliti Muda. Bandung : Fakultas Farmasi UNPAD.

Mitsui, T. 1993. New Cosmetic Science. Amsterdam : Elsivier Science B.V.

Hal.615

Mursito,B. 2011. Ramuan Tradisional untuk Gangguan Ginjal. Penebar swadaya ; Jakarta.

Page 87: Kti Fathia Mahmudah-libre

72

Nadinah. 2008. Kinetika Inhibisi Ekstrak Etanol Seledri dan Fraksinya Terhadap Enzim Xantin Oksidase Serta Penentuan Senyawa Aktifnya. Tesis. Bogor: ITB

Priskila, V. 2012. Uji Stabilitas Fisik dan Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Tikus Putih Jantan dari Sediaan Hair Tonic yang Mengandung Ekstrak Air Bonggol Pisang Kepok (Musa balbisiana). Skripsi. Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.

Retno, I.T dan Fatma Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. 2007. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal.36

Rowe, R.C., Sheskey, P. J., Owen, S. C. 2006. Handbook of Pharmaceutical Exipiens 5th Edition. London: American Pharmaceutical Association. Hal.18, 48, 466, 459 624, 802.

Rosiana, H. 2009. Analisis Viskositas. Jakarta: Rineka Cipta. Rosmailis dkk. 2008. Tata Kecantikan Rambut. Jakarta: Direktorat Pembinaan

Sekolah Menengah Kejuruan. Hal. 21 Rook, A and R. Dawber. 1991. Disease of The Hair and Scalp. London:

Blackwell Scientific Pub. Hal.8-11, 14, 26-28. Rukmana, R. 1995. Bertanam Seledri. Yogyakarta: Kanisius. Hal.18

Soedibyo,M., Dalimartha., S. 1998. Perawatan Rambut dengan Tumbuhan Obat dan Diet Suplemen. Jakarta : Swadaya

Sweetman.S.C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference 36th Edition. London: Pharmaceutical Press. Hal.1342

Tambunan, L.R. 2012. Uji Stabilitas Mikroemulsi Ekstrak Daun Seledri dan Mikroemulsi Ekstrak Daun Urang Aring dan Efektivitasnya Terhadap Pertumbuhan Rambut Tikus Jantan Spraque Dawley. Skripsi. Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.

Tanaka., M. Saito., M. Tabata. 1980. Bioassay of Crude Drugs For Hair Tonic Promoting Activity in Mice by A New Simple Method. Journal of Medicinal Plant Research.

Tjitro, S., Adriana, A.G., Gatut, P. 2000. Studi Perilaku Korosi Tembaga dengan Variasi Konsentrasi Asam Askorbat dalam Lingkungan Air yang Mengandung Klorida dan Sulfat. Jurnal Teknik Mesin Vol.2 No.1

Voigt,R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press. Hal.577-578

Page 88: Kti Fathia Mahmudah-libre

73

Williams. D.F., W.H Schmitt. 1996. Cosmetic andTechnology of The Cosmetic and Toiletries Industry. UK: Chapman & Hall. Hal. 71.

Williams, A. 2003. Transdermal and Topical Drug Delivery. USA: Pharmaceutical Press. Hal. 94-95.

Zamri,R.J. 2008. Validasi Metode Penentuan Kadar Apigenin Dalam Ekstrak Seledri Dengan Kromatografi Cair Konerja Tinggi. Skripsi. Bogor: Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor.

Page 89: Kti Fathia Mahmudah-libre

74

Lampiran 1. Determinasi Tanaman Seledri

Page 90: Kti Fathia Mahmudah-libre

75

Lampiran 2. Perhitungan Kadar Etanol Pada Campuran Pelarut

Tabel etanol 96% pada FI Edisi IV:

%v/v %b/b BJ (g/ml) 96% 93,85% 0,8053

Bobot etanol 96% = 63 ml X 0,8053 g/ml = 50,73 g

Bobot alkohol absolute = 93,85% x 50,73 g = 47,61 g

Bobot campuran pelarut = 37 g (air) + 47,61 g (etanol 96%) = 87,73 g

Rumus yang digunakan untuk menghitung kadar etanol pada campuran etanol

96% dan air (63:37) adalah:

Keterangan :

B = bobot (g)

K = konsentrasi (%b/b)

K = (50,73 g X 93,85%b/b) + (37 g X 0%b/b) = (87,73 g X K)

K = (50,73 X 93,85%) / 87,73% b/b

K = 54,26% b/b

(B1 X K1) + (B2 X K2) = (B3 X K3)

Page 91: Kti Fathia Mahmudah-libre

76

Oleh karena 54,26% b/b tidak terdapat pada Farmakope Indonesia, maka dicari dahulu interpolasinya.

BJ % b/b % v/v 0,9050 54,5 62,5 - 0,24 - 0,5 54,26 + 0,40 - 0,16 0,9060 54,1 62

Perbandingan : 0,24/0,40 = 3/5

Bobot jenis etanol 54,26% b/b : 0,9050 + (3/5 x 0,0010) = 0,9056

% v/v etanol 54,26% b/b : 62,5 – (3/5 x 0,5) = 62,2% v/v

Jadi, bobot campuran etanol 96% dan air (63:37) adalah 62,2 % v/v

Page 92: Kti Fathia Mahmudah-libre

77

Lampiran 3. Perhitungan Susut Pengeringan Daun Seledri

Berat sebelum pemanasan = 2 g

Berat akhir = 1,91 g

Susut pengeringan (%) = �結堅欠建 嫌結決結健憲兼 喧結兼欠券欠嫌欠券 −�結堅欠建 欠倦ℎ�堅�結堅欠建 嫌結決結健憲兼 喧結兼欠券欠嫌欠券 X 100%

= 2 �−1,91 �

2 � X 100% = 4,5 %

Page 93: Kti Fathia Mahmudah-libre

78

Lampiran 4. Perhitungan Rendemen Ekstrak Daun Seledri

Berat simplisia yang diekstraksi = 260 g

Berat ekstrak yang diperoleh = 198,07 g

Rendemen (%) = �結堅欠建 結倦嫌建堅欠倦 �欠券� 穴�喧結堅剣健結 ℎ�結堅欠建 嫌�兼喧健�嫌�欠 �欠券� 穴�結倦嫌建堅欠倦嫌� X 100%

= 198,07 �

260 � X 100% = 76,18%

Page 94: Kti Fathia Mahmudah-libre

79

Lampiran 5. Proses Maserasi Simplisia Daun Seledri

Page 95: Kti Fathia Mahmudah-libre

80

Lampiran 6. Ekstrak Kental Daun Seledri

Page 96: Kti Fathia Mahmudah-libre

81

Lampiran 7. Perhitungan Susut Pengeringan Ekstrak Daun Seledri

Susut pengeringan (%) = �結堅欠建 嫌結決結健憲兼 喧結兼欠券欠嫌欠券 −�結堅欠建 欠倦ℎ�堅�結堅欠建 嫌結決結健憲兼 喧結兼欠券欠嫌欠券 X 100%

= 2 �−1,38 �

2 � X 100% = 31 %

Page 97: Kti Fathia Mahmudah-libre

82

Lampiran 8. Perhitungan Berat Jenis Ekstrak Cair Daun Seledri

Berat jenis (ρ) = �2−�0�1−�0

Keterangan : ρ= berat jenis (g/ml)

W2= berat piknometer dan cairan X (gram)

W1= berat piknometer dan air (gram)

W0= berat piknometer kosong (gram)

ρ = 48,16 � – 20,95 �

47,29 � – 20,95 �

= 27,57 �26,34 �

= 1,047 g/ml

Jadi, berat jenis ekstrak cair daun seledri adalah 1,047 g/ml.

Page 98: Kti Fathia Mahmudah-libre

83

Lampiran 9. Perhitungan Kadar Senyawa Yang Larut Dalam Air

Berat cawan kosong (W0) = 77,13 g

Berat cawan dan air (W1) = 95,49 g

Berat cawan dan residu (W2) = 84,95 g

Kadar senyawa larut dalam air (%) = �結堅欠建 堅結嫌�穴憲 結倦嫌建堅欠倦 �結堅欠建 結倦嫌建堅欠倦 欠�欠健 X 100%

= W2−W1�1−�0

X 100%

= 84,95 g−77,13 g

95,49 �−77,13 � X 100% = 42,5%

Page 99: Kti Fathia Mahmudah-libre

84

Lampiran 10. Perhitungan Kadar Senyawa Yang Larut Dalam Etanol

Berat cawan kosong (W0) = 89,76 g

Berat cawan dan air (W1) = 105,81 g

Berat cawan dan residu (W2) = 92,35 g

Kadar senyawa larut dalam air (%) = �結堅欠建 堅結嫌�穴憲 結倦嫌建堅欠倦 �結堅欠建 結倦嫌建堅欠倦 欠�欠健 X 100%

= W2−W1�1−�0

X 100%

= 92,35 g−89,76 g

105,81 �−89,76 � X 100% = 16,13%

Page 100: Kti Fathia Mahmudah-libre

85

Lampiran 11. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Seledri

A B C D E F

Keterangan : A = Hasil uji Mayer (Alkaloid)

B = Hasil uji Bouchardat (Alkaloid)

C = Hasil uji Dragendorf (Alkaloid)

D = Hasil uji Flavonoid

E = Hasil uji Saponin

F = Hasil uji Tanin

Page 101: Kti Fathia Mahmudah-libre

86

Lampiran 12. Pengamatan Organoleptis Hair Tonic Minggu ke1

Kontrol Negatif

Formula A

Formula B

Formula C

Page 102: Kti Fathia Mahmudah-libre

87

Lampiran 13. Pengamatan Organoleptis Hair Tonic Minggu ke2

Kontrol Negatif

Formula A

Formula B

Formula C

Page 103: Kti Fathia Mahmudah-libre

88

Lampiran 14.Pengamatan Organoleptis Hair Tonic Minggu ke3

Kontrol Negatif

Formula A

Formula B

Formula C

Page 104: Kti Fathia Mahmudah-libre

89

Lampiran 15. Pengukuran pH Sediaan Hair Tonic

Page 105: Kti Fathia Mahmudah-libre

90

Lampiran 16. Pengukuran Viskositas Sediaan Hair Tonic

Page 106: Kti Fathia Mahmudah-libre

91

Lampiran 17. Perhitungan Viskositas

1) Berat jenis sediaan

ρ= �2−�0�1−�0

Keterangan : ρ= berat jenis (g/ml)

W2= berat piknometer dan cairan X (gram)

W1= berat piknometer dan air (gram)

W0= berat piknometer kosong (gram)

a. Kontrol negatif

ρ= 48,45 � – 23,72 �

48,30 � – 23,72 � = 24,73

24,58 = 1,006 g/ml

b. Formula A

ρ= 48,65 � – 23,83 �

48,30 � – 23,83 � = 24,91

24,58 = 1,013 g/ml

c. Formula B

ρ= 44,17 � – 20,51 �

43,87 � – 20,51 � = 23,66

23,36 = 1,014 g/ml

d. Formula C

ρ= 46,03 � – 20,23 �

48,30 � – 20,23 � = 25,80

25,27 = 1,020 g/ml

Page 107: Kti Fathia Mahmudah-libre

92

2) Viskositas sediaan

Keterangan: η1 = viskositas air (cP)

η2 = viskositas zat cair yang dicari (cP)

ρ1 = massa jenis air (g/ml)

ρ2 = massa jenis zat cair yang dicari (g/ml)

t1 = waktu alir air (detik)

t2 = waktu alir zat yang dicari (detik)

a. Kontrol negatif

Pengulangan I : η2 = 1,006 g/ml x 52,83 detik

1 g/ml x 15 detik

= 3,54 cP

Pengulangan II: η2 = 1,006 g/ml x 53,97 detik

1 g/ml x 15 detik

= 3,62 cP

Pengulangan III : η2 = 1,006 g/ml x 52,18 detik

1 g/ml x 15 detik

= 3,50 cP

b. Formula A

Pengulangan I : η2 = 1,013 g/ml x 55,3 detik

1 g/ml x 15 detik

= 3,74 cP

Pengulangan II : η2 = 1,013 g/ml x 55,52 detik

1 g/ml x 15 detik

= 3,75 cP

x 1 cP

x 1 cP

x 1 cP

x 1 cP

x 1 cP

Page 108: Kti Fathia Mahmudah-libre

93

Pengulangan III : η2 = 1,013 g/ml x 55,08 detik

1 g/ml x 15 detik

= 3,72 cP

c. Formula B

Pengulangan I : η2 = 1,015 g/ml x 58,13 detik

1 g/ml x 15 detik

= 3,93 cP

Pengulangan II : η2 = 1,015 g/ml x 58,52 detik

1 g/ml x 15 detik

= 3,96 cP

Pengulangan III : η2 = 1,015 g/ml x 60,14 detik

1 g/ml x 15 detik

= 4,07 cP

d. Formula C

Pengulangan I : η2 = 1,020 g/ml x 67,70 detik

1 g/ml x 15 detik

= 4,60 cP

Pengulangan II : η2 = 1,020 g/ml x 67,50 detik

1 g/ml x 15 detik

= 4,59 cP

Pengulangan III : η2 = 1,020 g/ml x 67,79 detik

1 g/ml x 15 detik

= 4,61 cP

x 1 cP

x 1 cP

x 1 cP

x 1 cP

x 1 cP

x 1 cP

x 1 cP

Page 109: Kti Fathia Mahmudah-libre

94

(sambungan Perhitungan Viskositas)

Sediaan Hair Tonic Massa jenis

(g/ml) Kecepatan alir

(detik) Viskositas

(cP)

Kontrol Negatif

I 1,006 52,83 3,54 II 1,006 53,97 3,62 III 1,006 52,18 3,50

Rata-rata

1,006 52,99 3,55*

SD 0,00 0,906 0,061

Formula A

I 1,013 55,30 3,74 II 1,013 55,52 3,75 III 1,013 55,08 3,72

Rata-rata

1,013 55,30 3,73*

SD 0,00 0,220 0,015

Formula B

I 1,015 58,13 3,93 II 1,015 58,52 3,96 III 1,015 60,14 4,07

Rata-rata 1,015 58,93 3,98*

SD 0,00 1,058 0,075

Formula C

I 1,020 67,70 4,60 II 1,020 67,50 4,59 III 1,020 67,79 4,61

Rata-rata 1,020 67,66 4,60*

SD 0,00 0,148 0,010

Page 110: Kti Fathia Mahmudah-libre

95

Lampiran 18. Pertumbuhan Rambut Kelinci Minggu ke1

(-) (A)

(A) (N)

Page 111: Kti Fathia Mahmudah-libre

96

(Sambungan Lampiran Pertumbuhan Rambut Kelinci Minggu ke1)

Keterangan : (N) = Daerah Uji Kontrol Normal (-) = Daerah Uji Kontrol Negatif (+)= Daerah Uji Kontrol Positif (A)= Daerah Uji Formula A (B)= Daerah Uji Formula B (C)= Daerah Uji Formula C

(A) (+)

(C) (B)

Page 112: Kti Fathia Mahmudah-libre

97

Lampiran 19. Pertumbuhan Rambut Kelinci Minggu ke2

(A) (-)

(A) (N)

Page 113: Kti Fathia Mahmudah-libre

98

(Sambungan Lampiran Pertumbuhan Rambut Kelinci Minggu ke2)

Keterangan : (N) = Daerah Uji Kontrol Normal (-) = Daerah Uji Kontrol Negatif (+)= Daerah Uji Kontrol Positif (A)= Daerah Uji Formula A (B)= Daerah Uji Formula B (C)= Daerah Uji Formula C

(A)

(+)

(B) (C)

Page 114: Kti Fathia Mahmudah-libre

99

Lampiran 20. Pertumbuhan Rambut Kelinci Minggu ke3

(A) (-)

(A) (N)

Page 115: Kti Fathia Mahmudah-libre

100

(Sambungan Lampiran Pertumbuhan Rambut Kelinci Minggu ke3)

Keterangan : (N) = Daerah Uji Kontrol Normal (-) = Daerah Uji Kontrol Negatif (+)= Daerah Uji Kontrol Positif (A)= Daerah Uji Formula A (B)= Daerah Uji Formula B (C)= Daerah Uji Formula C

(A) (+)

(C)

(B)

Page 116: Kti Fathia Mahmudah-libre

101

Lampiran 21. Pengukuran Panjang Rambut Kelinci

Keterangan : Normal = Panjang Rambut Kelinci Kontrol Normal (-) = Panjang Rambut Kelinci Kontrol Negatif (+) = Panjang Rambut Kelinci Kontrol Positif (A) = Panjang Rambut Kelinci Formula A (B) = Panjang Rambut Kelinci Formula B (C) = Panjang Rambut Kelinci Formula C

Page 117: Kti Fathia Mahmudah-libre

102

Lampiran 22. Hasil Perhitungan Berat Rambut Kelinci

Kelompok Uji Berat Rambut (gram)

Rata-rata Berat Rambut (gram)

Kontrol normal 0,100 0,100 Kontrol negatif 0,143 0,143 Kontrol posiitif 0,300 0,300 Formula A A1 0,150

0,156 A2 0,170 A3 0,150 Formula B B1 0,300

0,296 B2 0,300 B3 0,290 Formula C C1 0,180

0,176 C2 0,180 C3 0,170

Page 118: Kti Fathia Mahmudah-libre

103

Lampiran 23. Hasil Perhitungan Panjang Rambut Kelinci

Kelompok Helaian Rambut

Panjang rambut (cm)

Rata-rata Panjang Rambut (cm)

Kontrol normal 1 0,9 0,867 2 0,9

3 0,8 Kontrol negatif 1 1,19

1,196 2 1,21 3 1,19

Kontrol positif 1 2,48 2,483 2 2,49

3 2,48 Formula A A1 1 1,63

1,621

2 1,62 3 1,60

A2 1 1,63 2 1,62 3 1,63

A3 1 1,60 2 1,62 3 1,63

Formula B B1 1 2,48

2,472

2 2,46 3 2,47

B2 1 2,46 2 2,48 3 2,47

B3 1 2,47 2 2,48 3 2,48

Formula C C1 1 1,73

1,738

2 1,74 3 1,73

C2 1 1,75 2 1,74 3 1,75

C3 1 1,74 2 1,73 3 1,75

Page 119: Kti Fathia Mahmudah-libre

104

Lampiran 24. Hasil Analisis Data pH Sediaan Hair Tonic Selama 3 Minggu

a. Uji distribusi normalitas data (uji Shapiro Wilk)

Tujuan : Mengetahui distribusi normalitas pH sediaan hair

tonic sebagai syarat uji Repeated ANOVA

Hipotesa : Ho = distribusi pH sediaan hair tonic normal

H1= distribusi pH sediaan hair tonic normal tidak

normal

Kriteria : Ho ditolak jika nila sigfinikansi (p) < 0,05

Hasil :

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

pH minggu 1 .441 4 . .630 4 .001

pH minggu 2 .441 4 . .630 4 .001

pH minggu 3 .441 4 . .630 4 .001

a. Lilliefors Significance Correction

Kesimpulan : Ho ditolak sehingga data pH sediaan hair tonic selama

3 minggu tidak berdistribusi normal

b. Uji Friedman Tujuan : Mengetahui adanya perbedaan bermakna dari pH

sediaan hair tonic selama 3 minggu

Hipotesa : Ho = tidak terdapat perbedaan bermakna dari pH

sediaan hair tonic selama 3 minggu

H1= terdapat perbedaan bermakna dari dari pH sediaan

hair tonic selama 3 minggu

Kriteria : Ho ditolak jika nila sigfinikansi (p) < 0,05

Hasil :

Page 120: Kti Fathia Mahmudah-libre

105

Test Statisticsa

N 4

Chi-Square 8.000

df 2

Asymp. Sig. .018

a. Friedman Test

Kesimpulan : Ho ditolak berarti terdapat perbedaan bermakna dari

pH sediaan hair tonic selama 3 minggu

c. Analisis Post Hoc

Hipotesa : Ho = tidak terdapat perbedaan bermakna dari pH

sediaan hair tonic selama 3 minggu

H1= terdapat perbedaan bermakna dari pH sediaan

hair tonic selama 3 minggu

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi <0,05 maka Ho ditolak

Test Statisticsa

pH minggu 2 -

pH minggu 1

pH minggu 3 -

pH minggu 1

pH minggu 3 -

pH minggu 2

Z -1.890b -1.890

b -1.890

b

Asymp. Sig. (2-tailed) .059 .059 .059

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on positive ranks.

Kesimpulan : Ho diterima berarti terdapat perbedaan bermakna dari

pH sediaan hair tonic selama 3 minggu

Page 121: Kti Fathia Mahmudah-libre

106

Lampiran 25. Hasil Analisis Data Viskositas Sediaan Hair Tonic setelah 3 minggu

a. Uji distribusi normalitas data (uji Shapiro Wilk)

Tujuan : Mengetahui distribusi normalitas rata-rata viskositas

sediaan hair tonic setelah 3 minggu sebagai syarat uji

ANOVA

Hipotesa : Ho = distribusi rata-rata viskositas sediaan hair tonic

normal

H1= distribusi rata-rata sediaan hair tonic normal

tidak normal

Kriteria : Ho ditolak jika nila sigfinikansi (p) < 0,05

Hasil :

Tests of Normality

Sediaan_hair_tonic Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Viskositas

(cP)

Kontrol negatif .253 3 . .964 3 .637

Formula A .253 3 . .964 3 .637

Formula B .308 3 . .902 3 .391

Formula C .175 3 . 1.000 3 1.000

a. Lilliefors Significance Correction

Kesimpulan : Ho diterima sehingga data rata-rata viskositas sediaan

hair tonic setelah 3 minggu normal

b. Uji homogenitas dan variansi data

Tujuan : Mengetahui homogenitas rata-rata viskositas sediaan

hair tonic setelah 3 minggu sebagai syarat uji

ANOVA

Hipotesa : Ho = distribusi rata-rata viskositas sediaan hair tonic

setelah 3 minggu homogen

Page 122: Kti Fathia Mahmudah-libre

107

H1= distribusi rata-rata viskositas sediaan hair tonic

setelah 3 minggu tidak homogen

Kriteria : Ho ditolak jika nila sigfinikansi (p) < 0,05

Hasil :

Test of Homogeneity of Variances

Viskositas (cP)

Levene Statistic df1 df2 Sig.

4.257 3 8 .045

Kesimpulan : Ho ditolak maka data viskositas sediaan hair tonic

setelah 3 minggu tidak homogen.

c. Uji Kruskall-Wallis

Tujuan : Mengetahui adanya perbedaan bermakna dari rata-rata

viskositas sediaan hair tonic setelah 3 minggu

Hipotesa : Ho = tidak terdapat perbedaan bermakna rata-rata

viskositas sediaan hair tonic setelah 3 minggu

H1= terdapat perbedaan bermakna dari rata-rata rata-

rata viskositas sediaan hair tonic setelah 3

minggu

Kriteria : Ho ditolak jika nila sigfinikansi (p) < 0,05

Hasil :

Test Statisticsa,b

Viskositas (cP)

Chi-Square 10.385

Df 3

Asymp. Sig. .016

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable:

Sediaan_hair_tonic

Page 123: Kti Fathia Mahmudah-libre

108

Kesimpulan : Ho ditolak berarti terdapat perbedaan bermakna dari

rata-rata viskositas sediaan hair tonic setelah 3

minggu

d. Uji Mann-Whitney

Hipotesa : Ho = tidak terdapat perbedaan bermakna dari rata-rata

viskositas sediaan hair tonic setelah 3 minggu

H1= terdapat perbedaan bermakna dari rata-rata

viskositas sediaan hair tonic setelah 3 minggu

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi <0,05 maka Ho ditolak

Kelompok Kelompok Asymp. Sig (2-tailed) Kontrol Negatif Formula A 0,050 Formula B 0,050 Formula C 0,050 Formula A Kontrol Negatif 0,050 Formula B 0,050 Formula C 0,050 Formula B Kontrol Negatif 0,050 Formula A 0,050 Formula C 0,050 Formula C Kontrol Negatif 0,050 Formula A 0,050 Formula B 0,050

Kesimpulan : Nilai sig = 0,05 yang berarti terdapat perbedaan

bermakna viskositas antara semua sediaan hair tonic

setelah 3 minggu.

Page 124: Kti Fathia Mahmudah-libre

109

Lampiran 26. Hasil Analisis Data Panjang Rambut Kelinci Minggu ke3

a. Uji distribusi normalitas data (uji Shapiro Wilk)

Tujuan : Mengetahui distribusi normalitas rata-rata panjang

rambut kelinci masing-masing kelompok uji pada

minggu ke3 sebagai syarat uji ANOVA

Hipotesa : Ho = distribusi rata-rata panjang rambut normal

H1= distribusi rata-rata panjang rambut tidak normal

Kriteria : Ho ditolak jika nila sigfinikansi (p) < 0,05

Hasil :

Tests of Normality

Kelompok_Uji Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

a

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Panjang rambut

kelinci(cm)

Kontrol normal .385 3 .000 .750 3 .000

Kontrol Negatif .385 3 .000 .750 3 .000

Kontrol Positif .385 3 .000 .750 3 .000

Formula A .245 9 .039 .825 9 .039

Formula B .269 9 .025 .808 9 .025

Formula C .209 9 .037 .823 9 .037

Kesimpulan : Ho ditolak sehingga data rata-tara panjang rambut

kelinci pada minggu ke3 tidak berdistribusi normal

Page 125: Kti Fathia Mahmudah-libre

110

b. Uji homogenitas dan variansi data

Tujuan : Mengetahui homogenitas rata-rata panjang rambut

kelinci masing-masing kelompok uji pada minggu

ke3 sebagai syarat uji ANOVA

Hipotesa : Ho = distribusi rata-rata panjang rambut homogen

H1= distribusi rata-rata panjang rambut tidak homogen

Kriteria : Ho ditolak jika nila sigfinikansi (p) < 0,05

Hasil :

Test of Homogeneity of Variances

Panjang rambut kelinci(cm)

Levene Statistic df1 df2 Sig.

16.276 5 30 .000

Kesimpulan : Ho ditolak maka data rata-rata panjang rambut kelinci

pada minggu ke3 tidak homogen.

c. Uji Kruskall-Wallis

Tujuan : Mengetahui adanya perbedaan bermakna dari rata-rata

panjang rambut kelinci masing-masing kelompok

minggu ke3

Hipotesa : Ho = tidak terdapat perbedaan bermakna dari rata-rata

panjang rambut kelinci masing-masing

kelompok minggu ke3

H1= terdapat perbedaan bermakna dari rata-rata

panjang rambut kelinci masing-masing

kelompok minggu ke3

Kriteria : Ho ditolak jika nila sigfinikansi (p) < 0,05

Page 126: Kti Fathia Mahmudah-libre

111

Hasil :

Test Statisticsa,b

Panjang rambut

kelinci(cm)

Chi-Square 33.247

Df 5

Asymp. Sig. .000

Kesimpulan : Ho ditolak berarti terdapat perbedaan bermakna dari

rata-rata panjang rambut kelinci masing-masing

kelompok minggu ke3

d. Uji Mann-Whitney

Hipotesa : Ho = tidak terdapat perbedaan bermakna dari rata-rata

panjang rambut kelinci masing-masing

kelompok minggu ke3

H1= terdapat perbedaan bermakna dari rata-rata

panjang rambut kelinci masing-masing

kelompok minggu ke3

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi <0,05 maka Ho ditolak

Page 127: Kti Fathia Mahmudah-libre

112

Kelompok Kelompok Asymp. Sig (2-tailed) Kontrol Normal Kontrol negatif 0,043 Kontrol Positif 0,043 Formula A 0,010 Formula B 0,010 Formula C 0,011 Kontrol Negatif Kontrol Normal 0,043 Kontrol Positif 0,043 Formula A 0,010 Formula B 0,010 Formula C 0,011 Kontrol Positif Kontrol Normal 0,043 Kontrol Negatif 0,043 Formula A 0,010 Formula B 0,058* Formula C 0,010 Formula A Kontrol Normal 0,010 Kontrol Negatif 0,010 Kontrol Positif 0,010 Formula B 0,000 Formula C 0,000 Formula B Kontrol Normal 0,010 Kontrol Negatif 0,010 Kontrol Positif 0,058* Formula A 0,000 Formula C 0,000 Formula C Kontrol Normal 0,011 Kontrol Negatif 0,011 Kontrol Positif 0,010 Formula A 0,000 Formula B 0,000

Kesimpulan : Tanda * menunjukkan nila sig ≥0,05 yang berarti tidak

terdapat perbedaan bermakna antara kelompok

tersebut.

Page 128: Kti Fathia Mahmudah-libre

113

Lampiran 27. Hasil Analisis Data Berat Rambut Kelinci Hari ke21

a. Uji distribusi normalitas data (uji Shapiro Wilk)

Tujuan : Mengetahui distribusi normalitas rata-rata berat

rambut kelinci masing-masing kelompok uji pada

minggu ke3 sebagai syarat uji ANOVA

Hipotesa : Ho = distribusi rata-rata berat rambut normal

H1= distribusi rata-rata berat rambut tidak normal

Kriteria : Ho ditolak jika nila sigfinikansi (p) < 0,05

Hasil :

Tests of Normalitya,b,c

Kelompok_uji Kolmogorov-Smirnovd Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Berat rambut

kelinci

Formulasi A .385 3 . .750 3 .000

Formulasi B .385 3 . .750 3 .000

Formulasi C .385 3 . .750 3 .000

a. Berat rambut kelinci is constant when Kelompok_uji = Kontrol normal. It has been omitted.

b. Berat rambut kelinci is constant when Kelompok_uji = Kontrol negatif. It has been omitted.

c. Berat rambut kelinci is constant when Kelompok_uji = Kontrol Positif. It has been omitted.

d. Lilliefors Significance Correction

Kesimpulan : Ho ditolak sehingga data rata-rata berat rambut kelinci

pada minggu ke3 tidak berdistribusi normal

Page 129: Kti Fathia Mahmudah-libre

114

b. Uji homogenitas dan variansi data

Tujuan : Mengetahui homogenitas rata-rata berat rambut

kelinci masing-masing kelompok uji pada minggu

ke3 sebagai syarat uji ANOVA

Hipotesa : Ho = distribusi rata-rata panjang rambut homogen

H1= distribusi rata-rata panjang rambut tidak homogen

Kriteria : Ho ditolak jika nila sigfinikansi (p) < 0,05

Hasil :

Test of Homogeneity of Variances

Berat rambut kelinci

Levene Statistic df1 df2 Sig.

10.667 5 12 .000

Kesimpulan : Ho ditolak maka data rata-rata berat rambut kelinci

pada minggu ke3 tidak homogen.

c. Uji Kruskall-Wallis

Tujuan : Mengetahui adanya perbedaan bermakna dari rata-rata

berat rambut kelinci masing-masing kelompok minggu

ke3

Hipotesa : Ho = tidak terdapat perbedaan bermakna dari rata-rata

berat rambut kelinci masing-masing kelompok

minggu ke3

H1= terdapat perbedaan bermakna dari rata-rata berat

rambut kelinci masing-masing kelompok

minggu ke3

Kriteria : Ho ditolak jika nila sigfinikansi (p) < 0,05

Page 130: Kti Fathia Mahmudah-libre

115

Hasil :

Test Statisticsa,b

Berat rambut

kelinci

Chi-Square 16.593

Df 5

Asymp. Sig. .005

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable:

Kelompok_uji

Kesimpulan : Ho ditolak berarti terdapat perbedaan bermakna dari

rata-rata berat rambut kelinci masing-masing

kelompok minggu ke3

d. Uji Mann-Whitney

Hipotesa : Ho = tidak terdapat perbedaan bermakna dari rata-rata

berat rambut kelinci masing-masing kelompok

minggu ke3

H1= terdapat perbedaan bermakna dari rata-rata berat

rambut kelinci masing-masing kelompok

minggu ke3

Pengambilan keputusan:

Jika nilai signifikansi ≥0,05 maka Ho diterima

Jika nilai signifikansi <0,05 maka Ho ditolak

Page 131: Kti Fathia Mahmudah-libre

116

Kelompok Kelompok Asymp. Sig (2-tailed) Kontrol Normal Kontrol negatif 0,025 Kontrol Positif 0,025 Formula A 0,034 Formula B 0,034 Formula C 0,034 Kontrol Negatif Kontrol Normal 0,025 Kontrol Positif 0,034 Formula A 0,034 Formula B 0,034 Formula C 0,034 Kontrol Positif Kontrol Normal 0,025 Kontrol Negatif 0,034 Formula A 0,034 Formula B 0,114* Formula C 0,034 Formula A Kontrol Normal 0,034 Kontrol Negatif 0,034 Kontrol Positif 0,034 Formula B 0,034 Formula C 0,043 Formula B Kontrol Normal 0,034 Kontrol Negatif 0,034 Kontrol Positif 0,114* Formula A 0,034 Formula C 0,043 Formula C Kontrol Normal 0,034 Kontrol Negatif 0,034 Kontrol Positif 0,034 Formula A 0,043 Formula B 0,043

Kesimpulan : Tanda * menunjukkan nila sig ≥0,05 yang berarti tidak

terdapat perbedaan bermakna antara kelompok

tersebut.

Page 132: Kti Fathia Mahmudah-libre

117

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Fathia Mahmudah yang dilahirkan di Negara tanggal 9

Februari 1992. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak As’ariusni dan Ibu

Orhani.

Penulis menempuh pendidikan resmi pertama di TK Enggang Putih pada tahun

1997 dan ditamatkan pada tahun 1998. Penulis melanjutkan pendidikan di SDN

033 Samarinda dan tamat pada tahun 2004. Selanjutnya penulis melanjutkan

pendidikan ke SMP N 4 Samarinda dan ditamatkan pada tahun 2007. Pendidikan

kefarmasian kemudian dimulai pada tahun yang sama di SMK Farmasi ISFI

Banjarmasin selama 3 tahun dan tamat pada tahun 2010. Penulis melanjutkan

jenjang pendidikan kefarmasian di Akademi Farmasi Samarinda dari tahun 2010

hingga 2013.

Penulis pernah melaksanakan praktek kerja lapangan di RS A.W Sjahrnie

Samarinda, Puskesmas Sempaja Samarinda dan Apotek Sentra Medika Samarinda

pada tahun 2013. Penulis menyelesaikan pendidikan di Akademi Farmasi

Samarinda dengan melaksanakan Tugas Akhir dengan Judul Karya Tulis Ilmiah

“Formulasi dan Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Pada Kelinci dari

Sediaan Hair Tonic Ekstrak Daun Seledri (Apium graveloens L.)”