Tes Kompatibilitas dan Pemeriksaan Laboratorium
Pada Reaksi Transfusi
Efrida 19 Maret 2015
WHO : Blood is R E D
R
E
D
are
expensive
angerous
Transfusi Darah• Penggunaan darah atau komponen darah →
pengobatan dan pencegahan gejala penyakit• Diberikan bila ada indikasi dan evaluasi
keadaan klinis (umur, derajat anemia, dll)• Konsensus NIH (National Institute of Health):
Transfusi bila Ht < 21% atau Hb≤7g/dL (muda, fungsi jantung dan paru bagus)
Transfusi darah banyak digunakan sejak ditemukan:
- antigen golongan darah- Metode penentuan golongan darah- Tes kesesuaian darah donor terhadap resipienKonsep terapi komponen darah meningkat:- Seiring perkembangan pengawet darah- Sistem kantong biokompatibel- Perkembangan uji saring utk mencegah
transmisi penyakit (infeksi)
Faktor-faktor yg perlu dipertimbangkan:- Umur penderita- Keadaan umum, tanda-tanda vital- Etiologi dan derajat anemia- Kecepatan/onset anemia- Perkiraan banyak kehilangan darah- Derajat beratnya penyakit jantung/paru- Jenis pengobatan lainnya
Perlu pertimbangan:- Keuntungan yang didapat dibandingkan
dengan risiko transfusi Penularan infeksi Reaksi transfusi sensitisasi
Pemeriksaan laboratorium untuk Persiapan Transfusi
GETTING THE RIGHT BLOOD TO THE RIGHT PATIENT AT
THE RIGHT TIME
Tes Kompatibilitas• Rangkaian pemeriksaan/prosedur yang
dilakukan sebelum darah diberikan untuk memastikan bahwa unit darah donor cocok (kompatibel) dengan resipien
• Walaupun darah donor memiliki gol darah ABO dan Rh yang sama dengan resipien, dapat terjadi inkompatibilitas kr antibodi non-ABO dan non Rh seperti anti-Kell, anti-Duffy, anti-Kidd (delayed hemolytic transfusion reaction)
Tes KompatibilitasTujuan:1.Unit darah donor cocok dg resipien2.Tidak ada reaksi pada pasien3.Eritrosit donor mencapai usia maksimum setelah
diberikanMeliputi: Prosedur preserologis, serologis, dan
pasca serologis1.Prosedur preserologis
- pengumpulan spesimen, misal pelabelan- meneliti catatan medis pasien
2. Pemeriksaan serologis (gol darah ABO & Rh, skrining antibodi, cross match)
- golongan darah ABO dan Rhgolongan ABO penting kr selalu ada antibodi natural dalam serum resipiengol Rh penting kr antigen D imunodominan
- skrining antibodi deteksi antibodi yg secara klinis bermakna yg bereaksi pada suhu 370C, dapat menghancurkan eritrosit donor (misal Ab Rh, Duffy, Kell, Kidd).
Pemeriksaan serologis…..
3 fase pemeriksaan pada skrining antibodi:- immediate spin- inkubasi 370C- fase antiglobulin
Jika terdeteksi deteksi antibodi tsb dengan berbagai jenis antigen eritrosit yang sdh dityping (panel identifikasi)
Misal: anti-K +, maka harus diberikan darah tanpa antigen K
Pemeriksaan serologis….
- Cross match/reaksi (uji) silangmemastikan tidak ada antibodi pada darah resipien yg akan bereaksi dg darah donor bila ditransfusikan dan sebaliknya.
3. prosedur pasca serologis- pelabelan unit darah yg tepat- pemberian unit darah yg tepat
Crossmatch (uji silang)Terdiri atas: crossmatch mayor dan minorTujuan:• Memastikan kompatibilitas ABO antara darah
donor dengan resipien• Mendeteksi adanya reaksi antara antibodi
dalam plasma pasien dengan antigen pada darah donor yang tidak terdeteksi dalam skrining/typing (antigen irreguler)
Crossmatch mayor: uji antara serum resipien dengan eritrosit
donor utk mengetahui ada tidaknya antibodi dalam
serum resipien yg dpt merusak eritrosit donorCrossmatch minor:
• uji eritrosit resipien dengan serum donor• utk mengetahui ada tidaknya antibodi dalam
serum donor yg dpt merusak eritrosit resipienGol darah ABO dan Rhesus resipien dengan donor harus sama
Crossmatch dilakukan melalui 3 tahap:1.Tahap 1: fase suhu kamar (Immediate spin)2.tahap 2: fase inkubasi 370C3.Antiglobulin (tes Coomb)Bila skrining antibodi belum lengkap dilakukan atau
bila dalam serum terdapat antibodi yang bermakna secara klinisseluruh fase dilakukan
Bila sebelumnya telah dilakukan skrining antibodi dan tidak ditemukan antibodifase antiglobulin tidak dilakukan (immediate spin saja untuk memastikan kompatibilitas ABO)
Cross match
• Dalam keadaan darurat, jika hasil pemeriksaan tahap 1 tdk ada aglutinasi atau hemolisis, darah dpt ditransfusikan kpd pasien sementara pemeriksaan tahap 2 dan 3 dilakukan
• Bila reaksi silang selanjutnya tdk cocok, dokter yg merawat segera diberitahukan dan transfusi segera dihentikan
- Crossmatch yang kompatibel tidak menjamin bebas reaksi transfusi
- Sebagian besar mengurangi kemungkinan terjadinya reaksi transfusi akut akibat antibodi ABO dan mencegah reaksi yang disebabkan antibodi non-ABO terhadap eritrosit resipien
- Crossmatch tidak mencegah terjadinya delayed hemolytic transfusion reaction.
ABO incompatible:- Terbanyak karena kesalahan prosedur
persiapan transfusi darah, paling sering adalah kesalahan pemberian label pada contoh darah pasien yang akan diuji gol darah dan uji silang, kesalahan mencocokkan unit transfusi yang seharusnya diberikan kepada pasien
- Kesalahan prosedur (proses uji silang)
Uji Saring Terhadap InfeksiTujuan : memastikan supaya darah yang tersedia sedapat
mungkin bebas dari infeksi
Penyebab : HIV, Hepatitis B dan C, Malaria, AIDS, dan Sifilis (berbeda di tiap negara: penyebab infeksi terbanyak dan dana)
Metode pemeriksaan :• ELISA• Aglutinasi partikel• Uji cepat (imunokromatografi)• Deteksi asam nukleat (NAT=nucleic acid test)
Istilah untuk penilaian uji saring:• Positif/negatif → digunakan setelah hasil awal
dikonfirmasi dengan satu/lebih pengujian • Reaktif/non reaktif → digunakan bila hasil
awal belum dikonfirmasi• Samar-samar → hasil meragukan
(positif/negatif ?)
Terhadap donor:- Anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
mengetahui riwayat infeksi, keluhan dan gejala penyakit
- Uji saring secara laboratoris untuk memastikan bahwa darah donor tersebut tidak mengandung agen penyebab infeksi
Uji saring terhadap infeksi- Hepatitis virus B dan C: hati-hati window
period- Malaria: parasit malaria dalam darah
donor/karier tetap hidup dalam penyimpanan 4oC sampai 7 hari
- Preventif: seleksi donor berdasarkan anamnesis yang teliti
- Sifilis: Treponema pallidum bertahan hidup dalam darah suhu 4oC atau plasma -20oC selama 48-72 jam
Uji saring terhadap infeksi
HIV/AIDSPencegahan:
• seleksi donor dengan seksama (pengguna narkoba, sex bebas (homo/hetero seksual)
• tes penyaring HIV (bisa deteksi dini)
Komplikasi Transfusi
Kejadian yg timbul selama /setelah dan memang ada hubungannya dg transfusi yg diberikan meliputi:
1.Reaksi transfusi cepat (timbul selama transfusi sampai 48 jam sesudahnya). Reaksi ini tdd: panas, alergi, hemolitik, bakteriemia/sepsis
2.Reaksi transfusi lambat (>48 jam setelah transfusi)
Komplikasi transfusi
3. Circulatory overload4. Transmisi infeksi
- hepatitis pasca transfusi- malaria- sifilis- HIV/AIDS
Pemeriksaan Laboratorium pada Reaksi Transfusi
1. Reaksi Transfusi:- Reaksi Transfusi Hemolitik- Reaksi Transfusi Non hemolitik2. Transimisi Infeksi3. dll: Hipokalsemia dan toksisitas sitrat
Reaksi Transfusi Hemolitik• Terjadi lisis eritrosit donor oleh antibodi dalam
plasma resipien• Etio: - Inkompatibilitas ABO atau Rh
- Penanganan unit darah yang tdk baik (misal:pemanasan > suhu tubuh) - Tercampur cairan infus/transfusi
bersamaan dg lar. Hipotonik) - Kontaminasi oleh agen infeksi/bakterilisis - tetesan cepat dg jarum infus yg kecillisis
Lab: Ulang uji kompatibilitas ABO dan Rh terhadap darah donor dan resipien
Reaksi transfusi hemolitik
Reaksi transfusi hemolitik lambat:• Reaksi antibodi dg antigen minor/irreguler eritrosit
donor
• Harus dicurigai bila:- Tjd penurunan Hb yang tidak dapat dijelaskan- ikterik, gagal ginjal dan perub. Biokimiawi- Tes antiglobulin langsung (direct antiglobulin test) (+) atau ditemukan alloantibodi pada sampel darah resipien
Reaksi Transfusi Non-Hemolitik
• Tidak menyebabkan kerusakan eritrosit• Reaksi Antibodi plasma resipien dengan
antigen yg berasal dari komposisi darah donor (leukosit/plasma protein)
• Sering pada pasien dengan multiple transfusion
• Manifestasi: urtikaria, reaksi febris, serum sickness, oedem paru dan anafilaksis
Transmisi Infeksi• HIV, Hepatitis B&C, malaria, sifilis, CMV• Lab: uji saring terhadap infeksi
Hipokalsemia dan toksisitas sitratLab: - Kalsium <0,8 mmol/L
- Alkalosis (pH >7,45) - Bikarbonat plasma meningkat
Trombositopenia• sering terjadi pada transfusi tukar• Menggunakan darah simpan• Lab:↓ jumlah trombosit (50-70%) dari sebelumnya
→ kegagalan hemostasis dan DIC
Contoh DarahContoh Darah
• Dalam spuitDalam spuit• Minimal 2 ml/ kantong darahMinimal 2 ml/ kantong darah• Identitas pasien (lengkap) ditempel Identitas pasien (lengkap) ditempel
pada spuit tsbpada spuit tsb• Berlaku 24 jam Berlaku 24 jam setelah 24 jam setelah 24 jam
harus dikirim contoh darah yg baru.harus dikirim contoh darah yg baru.
Formulir Permintaan DarahFormulir Permintaan Darah
Diisi lengkapDiisi lengkap Ditanda-tangani Ditanda-tangani
oleh dokter yang oleh dokter yang merawat pasien merawat pasien berkekuatan berkekuatan hukumhukum
LABORATORY EXAMINATION ON DIFFICULTY WHILE / AFTER
TRANSFUSION AND THE MEASURE TO HANDLE IT
1. LABLE & ETIQUTTE Comparison yes/not be
mistaken ?
2. SAMPLE :
- After transfusion of patient’s blood
- Before transfusion of patient’s erythrocyte & serum
- Blood residue in bottle
- First 24 hours urine after the reaction of transfusion
2. SEROLOGIC TEST :
- Blood grouping test again (ABO & Rh)
- Patient’s blood grouping test before and after (ABO & Rh)
- Compatibility test of donor’s erythrocyte & patient’s serum
before and after transfusion
3. BIOCHEMISTRY TEST :
- After transfusion serum : • free Hb
• Bilirubine
- After transfusion urine : • Free Hb
• Bilirubine
4. BACTERIOLOGIC TEST :
- Donor’s blood bottle
- Blood residue bacteriologic test
Bakteriemia
• kontaminasi bakteri yg mampu hidup pd suhu 40C (E. coli, Proteus, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumonia)
• Endotoksin kuman• Darah keruh, plasma abu-abu/coklat
kehitaman, gumpalan kecil• Diagnosis pasti: biakan darah penderita dan sisa
darah dlm kantung positif dg kuman yg sama>
Sekian dan terima kasih
Top Related