111
KONSEP BELAJAR DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Mutia Institut Agama Islam Al-Aziziyah Samalanga Bireuen
Email: [email protected]
Abstrak Belajar adalah salah satu kunci utama untuk memperoleh pendidikan. Tanpa belajar pendidikan tidak akan perneh terwujud sebagai suatu proses. Dengan belajar manusia dapat mengerti akan dirinya, lingkungan dan juga penciptanya. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku manusia menuju arah yang lebih baik sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan ataupun pengalaman dan latihan. Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal yang asasi dalam kehidupannya. Belajar dalam pandangan Islam memiliki arti yang sangat penting sehingga manusia tidak pernah lepas dari aktifitas belajar dan al-Qur’an mengangkat derajat orang yang berilmu ke derajat yang luhur, sehingga mereka memiliki etos belajar yang tinggi dan penuh semangat serta mengharapkan janji luhur Allah Swt. Belajar dalam Islam adalah belajar dengan penuh petualangan yaitu pendidikan sepanjang hayat. Kata Kunci: Belajar, Perspektif Islam A. Pendahulan
Belajar merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari manusia yang memiliki
potensi. Untuk mengembangkan potensi diri manusia tersebut tidak ada cara lain yang
ditempuhnya kecuali dengan belajar. Potensi yang ada pada manusia terkait dengan
fasilitas alam yang disiapkan Allah untuk dikelola manusia sebagai makhluk yang
menduduki jabatan khalifah di muka bumi. Maka semakin banyak pengetahuan yang
dimiliki manusia akan memungkinkan dia untuk menyingkap rahasia Allah Swt. di bumi
ini dan kebesaran-Nya.
Dalam Islam belajar merupakan perintah substansial. Hal ini terbukti melalui
wahyu pertama dari Allah dalam surat al alaq ayat 1-5. ayat ini tidak hanya
memerintahkan untuk membaca aspek qauliyah semata akan tetapi menuntut
manusia untuk membaca aspek kauniyah juga. Sehingga ketika perintah membaca
(belajar) tidak hanya dituntut dari aspek qauliah membuktikan bahwa perintah belajar
dalam Islam meliputi berbagai bentuk dan proses belajar dan tidak mengenal batas-
batas, artinya segala media yang ada pada manusia dapat digunakan untuk
112
memperoleh pengetahuan sampai menembus alam transcendental sekalipun.
Menelaah konsep belajar dalam Islam memang sangat terikat dengan konsep al-
Qur’an yang normatif dan doktrinal. Hal ini juga menjadi pembeda pola pendekatan
yang dilakukan oleh barat yang tidak mau terikat dengan konsep normatif akan tetapi
menggunakan pendekatan ilmiah yang kongkrit. Maka setiap membandingkan konsep
barat dan Islam termasuk konsep belajar selalu terdapat perbedaan.
Tulisan mendiskripsikan konsep belajar secara umum dalam perspektif Islam
dengan melihat aspek-aspek penting yang terkait dengan belajar di antaranya adalah
pengertian belajar, potensi manusia dan pendidikan serta Islam dan konsep belajar.
B. Pembahasan
1. Pengertian Belajar
Untuk memahami arti belajar atau mendefinisikannya ke dalam sebuah
rangkaian kalimat tidak begitu sulit. Sebab banyak pengertian yang telah diberikan
oleh tokoh-tokoh pendidikan dengan bervariasi. Hal ini tergantung pada sudut
pandang dan tingkat pengetahuan masing-masing mereka serta tujuan belajar yang
mereka inginkan. Dalam bahasa arab belajar dikenal dengan يتعلم -ملتع (belajar),
sinonimnya adalah درس - يد رس yang juga mengandung arti yang sama.1
Selain itu belajar dalam Islam menurut Harun Nasution sebagaimana dikutip oleh
Ahmad Hanafi terkait dengan beberapa Istilah yaitu: Kata Nazara, dalam surat al
Ghasiyyah ayat 17: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia
diciptakan”, Kata Tadabbara dalam surat Muhammad ayat 24 “Maka apakah mereka
tidak memperhatikan al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?”, Kata Tafakkara,
dalam surat an Nahl ayat 68: “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “buatlah
sarang-sarang dibukit-bukit, dipohon- pohon kayu, dan ditempat-tempat yang dibikin
manusia”. Kata Faqiha, dalam surat at Taubah 122: “Tidak sepatutnya bagi orang-
orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari
tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya _____________
1 Ahmad Warsun Munawir, Kamus Al-Munawwir, Arab-Indonesia, cet. IV, (Bandung: Pustaka Progressif, 1997), h. 966.
113
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.
Kata Tadzakkara, dalam surat an Nahl ayat 17; “Maka apakah (Allah) yang
menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan apa-apa? Maka
mengapa kamu tidak mengambil pelajaran ”, Kata Fahima, dalam surat al Anbiya ayat
78 “Dan ingatlah kisah Daud dan Sulaiman, diwaktu keduanya memberikan keputusan
mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan
kaumnya. Dan adalah kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu”.
Kata ،Aqala, dalam surat al Anfaal ayat 22: “Sesungguhnya binatang (makhluk) yang
seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak
mengerti apa-apa-pun”.2
Pengertian lain menyebutkan bahwa belajar adalah kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan bentuk dan
tingkat atau jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian
tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar yang dilakukan siswa.3
Belajar dalam Islam juga diistilahkan dengan menuntut ilmu. Karena dengan
belajar, seseorang akan mendaptkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi dirinya,
ilmu yang diperoleh harus diaplikasikan sehingga memberikan perubahan dalam diri
baik kepribadian maupun perilakunya.
Untuk memperoleh suatu pengetahuan seseorang harus melalui proses belajar,
begitu juga dalam meningkatkan kemampuan memahami dan menganalisa
pengetahuan itu sendiri perlu kepada proses belajar. Selain itu belajar dapat
mengantarkan orang kepada martabat yang lebih tinggi, sebagai sosok yang lebih
dihormati dan disegani. Jadi belajar itu berarti proses untuk menperoleh pengetahuan
serta dapat memahami apa yang diperoleh tersebut dan dapat mewujudkannya dalam
pola tingkah laku sehingga seseorang dihormati dan ditinggikan posisinya dalam
lingkungan di mana ia hidup.4
Akal dan pengetahuan manusia yang dilalui dengan proses belajar sangat
berperan dalam hal mengaplikasikan nilai-nilai pendidikan dalam hidup dan kehidupan _____________
2 Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), h. 67. 3 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Cet. V, (Bandung: Remaja
Rosda Katya, 2000), h. 89. 4 Saiful Bahri, Rahasia Sukses Belajar, Cet. I, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. I.
114
manusia. Belajar untuk memperoleh pengetahuan akan mengantarkan manusia
menjadi hamba yang mensyukuri nikmat Allah dengan perbuatan baik yang pada
akhirnya akan meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt. dengan ilmu pengetahuan
juga manusia dapat menganalisa lebih jauh tentang ciptaan Allah Swt. di alam ini
sebagai karunia-Nya yang tak terhingga hikmahnya.
Dengan demikian belajar dalam Islam merupakan proses mendapat ilmu
pengetahuan dan pengembangan akal manusia dalam memahami nilai-nilai
pendidikan dalam Islam sehingga akan tercipta manusia-manusia yang berhubungan
baik dengan Allah (hubungan vertikal) dan dengan sesamanya (hubungan horizontal)
baik dengan manusia atau makhluk lainnya.
Setiap ilmu yang ditranformasikan kepada seseorang harus berkaitan antara nilai-
nilai aqidah, ibadah dan akhlak dengan akal dan pengetahuan. Sehingga dalam setiap
prilaku manusia akan mencerminkan prilaku yang sesuai dengan tuntunan yang
berlaku dalam Islam.
Kemampuan yang dimiliki manusia menurut Westy Soemanto menyatakan bahwa
Sifat intelektual manusia yang membedakannya dari makhluk-makhluk lain, memilih
tiga kekuatan; akal, kemauan dan emosi. Akal adalah kekuatan untuk menyebutkan
semua hal dan ciri-cirinya, serta menemukan hubungan atas hal yang disebutkan.
Kemauan adalah kekuatan yang bertindak dengan cara tertentu. Emosi adalah
kekuatan untuk menginginkan hal-hal tertentu.5
Dapat dipastikan bahwa proses belajar adalah menselaraskan antara kekuatan
akal, kemauan dan emosi, sehingga relasi antara satu dengan lainnya dapat berjalan
seimbang. Keseimbangan aspek tersebut dalam setiap pribadi akan membawa
kebaikan dalam hidup dan kehidupan. Terlepas dari itu semua, apabila terdapat
kesenjangan antara aspek-aspek tersebut, maka akan terjadi ketidak adilan, ketidak
jujuran, kekacauan dan hancurnya moral yang pada akhirnya akan menjadi kehancuran
segala kehidupan di alam ini.
Jadi nilai-nilai aqidah, ibadah dan akhlak dalam Islam berperan dalam
menyeimbangan kekuatan akal, kemauan dan emosi. Dengan demikian nilai-nilai _____________
5 Wasty Soemanto, Dasar dan Teori Pendidikan Dunia, Cet. I, (Surabaya: Usaha Nasional, 1987), h. 36.
115
pendidikan tidak terlepas dari proses yang berhubungan dengan akal, kemauan dan
emosi.
Belajar dengan segala nilai-nilai yang terkandung di dalamnya menurut Islam
harus mengacu kepada kehidupan akhirat kelak. Hal ini karena hidup di dunia ini
hanyalah sementara dan kehidupan di akhirat kelak adalah kehidupan yang
sebenarnya, firman Allah Swt.: Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda
gurau dan main-main. Dan sesungguhnya kehidupan akhirat itulah yang sebenarnya
kehidupan, kalau mereka mengetahui. (Q.S. Al-Ankabut: 64).
Ayat tersebut di atas menerangkan bahwa segala aktivitas manusia dipermukaan
bumi ini, dan segala situasi yang dialami manusia di bumi ini tidak berarti apa-apa bila
dibandingkan dengan kehidupan di akhirat kelak.
Belajar dengan segala faktor yang mendukungnya harus diarahkan untuk
menciptakan manusia agar mampu mengamalkan nilai-nilai aqidah, ibadah dan akhlak
serta nilai-nilai lainnya yang sesuai dengan tuntunan agama dalam setiap langkah
kehidupannya.
2. Potensi Manusia dan Pendidikan
Dalam teori pendidikan lama, yang dikembangkan di dunia barat, dikatakan
bahwa perkembangannya seseorang hanya dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme)
sebagai lawannya berkembang pula teori yang mengajarkan bahwa pcrkembangan
seseorang hanya ditentukan oleh lingkungannya (empirisme), sebagai sintesisnya
dikembangkan teori ketiga yang mengatakan bahwa perkembangan seseorang
ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya (konvergensi).
Dalam Islam, ada dua tujuan utama diciptannya manusia, sebagai khalifah dan
hamba yang mengabdi kepada Allah Swt.6 Allah menjadikan alam dan segala isinya
untuk keperluan dan kebutuhan manusia, ia diberi kebebasan untuk mengolah alam
sesuai dengan keperluan manusia sebagai peminpin di muka bumi. Karena manusia
mempunyai sifat-sifat kemanusiaan di samping sifat-sifat ketuhanan.7 Manusia juga
dibekali dengan sarana akal dan hati yang berperan mengolah potensi yang ada di
_____________
6 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. 1, ( Jakarta: Ciputat Press, 2000), h. 17.
7 Q.S. al-Mukminun: 115
116
dalam dirinya dengan tujuan memakmurkan bumi.8 Manusia juga diciptakan supaya
dapat mengabdi kepada Allah Swt., bahwa Dia tidak menjadikan jin dan manusia
kecuali hanya untuk mengabdi kepadanya.9
Manusia dibekali dengan kekuatan spiritual untuk mencapai tujuannya, kekuatan
spiritual ini juga yang menjadi alasan manusia diberi tanggung jawab memakmurkan
bumi. Kekuatan spiritual inilah yang dinamakan potensi. Potensi pada manusia adalah
sifat-sifat Tuhan seperti pengasih, penyayang, mengetahui sifat-sifat lainnya. Di
samping itu manusia juga memiliki kemampuan untuk berpikir, merasakan dan
melaksanakan sesuatu. Makanya manusia memiliki sifat- sifat ketuhanan.10
Secara umum manusia memiliki beberapa potensi, setidaknya menurut
Jalaluddin ada empat potensi yang dimiliki manusia yaitu potensi Hidayah al- Gharizah
yaitu potensi naluriah, Hidayah al-hisyiyah atau potensi inderawi, Hidayah al-Aqliyat
atau potensi akal dan Hidayah al-Diniyah atau potensi keagamaan.11
Pertama adalah potensi naluriah yang dimiliki manusia merupakan dorongan
primer yang berfungsi untuk memelihara keutuhan dan kelanjutan hidup manusia. Di
antara dorongan-dorongan tersebut berupa keinginan untuk menjaga diri, seperti
minum, makan, adaptasi dengan lingkungan dan bentuk insting lainnya.
Kemudian dorongan yang kedua adalah dorongan mempertahankan diri, yaitu
bentuk dorongan yang berbentuk nafsu, marah, bertahan atau menghindarkan diri dari
gangguan yang mengancam dirinya baik sesama manusia atau dengan makhluk lainnya
seperti gangguan binatang buas dan lain-lain. Dorongan mempertahankan diri
berfungsi untuk memelihara manusia dari luar dirinya, realisasinya berupa karya
busana, senjata, tempat tinggal dan lain-lain.
Dorongan yang ketiga adalah dorongan untuk pengembangan jenis, dorongan ini
merupakan nilai naluri seksual. Ketika manusia mencapai umur dewasa dan
mempunyai rasa suka kepada lawan jenisnya. Dengan insting atau dorongan yang
timbul pada dirinya maka manusia bisa mengadakan hubungan biologis untuk
_____________
8 Q.S. al-Baqarah:30, Rum: 72 dan Hud: 61 9 Q.S. ar-Rahman: 21 10 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisis Psikologis dan Pendidikan,
Cct. III, (Jakarta: Al Husna Zikra, 1995), h. 327, dan Q.S. 17:29,32:9. 11 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Cet. I, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2001), h. 32-33.
117
mengembangkan keturunan.
Kedua adalah potensi inderawi yaitu potensi yang mendorong manusia untuk
mengenal sesuatu di luar dirinya melalui alat indera yang dimilikinya. Manusia dapat
mengenal suara, cahaya, warna, rasa, bau, dan aroma maupun bentuk sesuatu. Jadi
indera berfungsi sebagai media yang menghubungkan manusia dengan dunia di luar
dirinya.
Potensi inderawi secara umum meliputi indera penglihatan, indera pendengaran,
penciuman, peraba, pendengar dan perasa. Namun di luar itu rnasih ada sejumlah alat
indera dalam tubuh manusia antara lain indera keseimbangan dan taktil. Potensi
tersebut difungsikan melaui pemanfaatan alat indera yang sudah siap pakai seperti
mata, telinga, hidung, kulit dan otak maupun fungsi syaraf.
Ketiga adalah potensi akal di mana akal pada manusia sangat berperan dalam
mengolah meningkatkan dirinya dari makhluk lain. Dengan adanya akal manusia dapat
mengetahui posisi dan eksistensinya sebagai khalifah di muka bumi.
Kemampuan yang dimiliki manusia (potensi intelektual) manusia dapat
membedakannya dari makhluk-makhluk lain. Manusia memiliki tiga kekuatan; akal,
kemauan dan emosi. Akal adalah kekuatan untuk menyebutkan semua hal dan ciri-
cirinya, serta menemukan hubungan antara hal tersebut. Kemauan adalah kekuatan
yang bertindak dengan cara tertentu, terarah dan terencana. Emosi adalah kekuatan
untuk menginginkan hal-hal tertentu.12
Sementara untuk mengembangkan potensi ini diperlukan proses pendidikan yang
berfungsi menselaraskan antara kekuatan akal, kemauan dan emosi, sehingga relasi
antara satu dengan lainnya dapat berjalan seimbang. Keseimbangan aspek tersebut
dalam setiap pribadi akan membawa kebaikan dalam hidup dan kehidupan. Terlepas
dari itu semua apabila terdapat kesenjangan antara aspek-aspek tersebut, maka akan
terjadi ketidak adilan, ketidak jujuran, kekacauan dan hancurnya moral yang pada
akhirya akan menjadi kehancuran segala kehidupan di alam ini.
Keempat adalah potensi agama, di mana pada jiwa manusia ada potensi
keagamaan, yaitu dorongan untuk mengabdikan diri pada sesuatu yang diyakini _____________
12 Wasty Soemanto, Dasar dan Teori Pendidikan Dunia, Cet. II, (Surabaya: Usaha Nasional, 1987) h. 36.
118
berkuasa atau maha kuasa dan memiliki kekuatan supranatural yang tidak dimiliki
manusia. Seperti orang Islam meyakini Allah maha kuasa, orang Kristen
membanggakan trinitasnya dan begitu juga dengan agama lain.
Dalam pendidikan Islam, potensi agama ini diarahkan pada pembentukan akhlak
mulia dan prilaku-prilaku yang baik. Sementara dalam muatan materinya diarahkan
pada nilai-nilai aqidah, ibadah dan akhlak. Dengan demikian nilai-nilai pendidikan tidak
terlepas dari proses yang berhubungan dengan akal, kemauan dan emosi.
Pendidikan dengan segala faktor yang mendukungnya harus diarahkan untuk
menciptakan manusia agar mampu mengamalkan nilai-nilai aqidah, ibadah dan akhlak
serta nilai-nilai lainnya yang sesuai dengan tuntunan agama dalam setiap langkah
kehidupannya.
3. Islam dan Konsep Belajar
Islam menurut Yusuf Qardhawi adalah aqidah yang berdasarkan ilmu
pengetahuan, bukan berdasarkan penyerahan diri secara membabi buta. Hal ini
tersirat dalam Firman Allah SWT, “Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Tuhan kecuali
Allah. (Surat Muhammad: 19).
Belajar dalam Islam menempati posisi penting dalam sejarah turunnya al-Qu’an.
Ayat yang pertama turun telah memberikan isyarat pentingnya belajar, menimba ilmu
sebanyak-banyaknya. Beban wajib belajar terkait dengan posisi manusia sebagai
khalifah di bumi serta sebagai hamba Allah yang mengabdi kepada-Nya. Khalifah
adalah pemimpin, raja, penguasa, maka sebagai peminpin manusia harus cerdas,
berpengetahuan dan lebih cerdas dari makhluk Allah lainnya sehingga manusia dapat
mengendalikan dirinya. Di samping itu dengan belajar manusia dapat mengelola alam
semesta, sumber daya alam yang disediakan Allah untuk kebutuhan manusia. Melalui
proses belajar juga manusia mengetahui posisinya sebagai hamba Allah, mengetahui
jati dirinya sebagai manusia dan mengakui kemahakuasaan Allah.
Dalil-dalil mengenai wajib belajar, baik dalam al-Qur’an maupun hadits banyak
sekali ditemukan, maka untuk memberikan pengertian tentang wajib belajar kita dapat
melihat satu per satu baik dalam al-Qur’an maupun hadits. Dal am al-Qur’an sendiri
119
ayat-ayat yang terkait dengan belajar atau pendidikan mencakup beberapa ayat dalam
berbagai surat. Di antaranya adalah ayat-ayat pendidikan dalam al-Qur’an seperti surat
al Baqarah: 31-33, 120, 1.32, 132-133 dan 204-205, surat ali Imran: 14,110,112, 159
dan 164, surat an-Nisa: 58-59 dan 135, surat al Maidah: 8 dan 15-16, surat at-Taubah:
105, hud: 9-10, surat an Nahl: 78, al-Isra’: 23-24 dan 70, surat al surat Muminun: 71,
surat an Nur: 21,32 dan 55, suarat al ahzab: 21, suart al jatsiyah: 23-24, ar-rahman: 1-4,
dan surat al Jumu’ah:2.13
Dari sekian banyak jumlah ayat al-Qur’an yang mensinyalir pentingnya belajar,
ada beberapa ayat yang dianggap paling penting untuk dijadikan dasar hukum wajib
belajar antara lain adalah:
1. Surat al ‘Alaq ayat 1-5
Artinya: “Bacalah dengan menyebut narna Tuhan mu yang menciptakan (1). Dia
menciptakan manusia dari segumpal darah (2), bacalah! dan Tuhan mu maha
mulia (3), Dia yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam (4),
mengajarkan manusia apayang tidak diketahuinya. (Q.S. al-‘Alaq: 1-5).
2. Surat al Mujadalah: 11
... ...
Artinya: ...Allah mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu di aniara kamu
beberapa derajat... (Q.S. al-Mujadalah: 11)
_____________
13 M. Darwis Hude Dkk, Cakrawala llmu dalam Al Qur'an, Cet. II, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), h. 427.
120
3. Q.S. ar-Rahman ayat 1-4
Artinya: (Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan al-Qur’an. Dia
menciptakan manusia, mengajarkan pandai berbicara. (Q.S. ar-Rahman: 1-4).
Dari beberapa ayat di atas dapat dirangkum bahwa pengertian belajar dalam
Islam merupakan perintah yang mulia dan penting, maka dapat disederhanakan ke
dalam beberapa pengertian, yaitu:
1. belajar adalah perintah Allah untuk menuntut ilmu, dengan adanya pengetahuan
manusia bisa mengenal dirinya dan mengenal Allah maha pencipta.
2. belajar adalah perintah Allah yang berkaitan erat dengan kualitas amal yang
dilakukan seseorang, dengan bekal ilmu amal yang dilakukan seseorang lebih
mengarah dan sempurna.
3. belajar merupakan perintah Allah untuk mengenal diri, Alam dan segala isinya,
mengetahui perintah dan larangan Allah serta memahami hubungan antar
sesama manusia.
4. Belajar dalam Islam meliputi aspek-aspek konkrit dan abstrak.
5. diarahkan kepada dua aspek yang tidak dipisahkan yaitu kompotensi keimanan
dan intelektual.
6. memprioritaskan pembentukan akhlak daripada kecerdasan, dalam arti bahwa
kecerdasan tidak berarti apabila tidak diikuti dengan nilai keimanan.
7. belajar merupakan bentuk pengabdian yang holistik oleh seorang hamba kepada
tuhannya, semua kompetensi pengetahuan manusia dengan bidangnya masing-
masing pada hakikatnya menjadi media pendekatan diri kepada Allah.
8. belajar dalam Islam adalah belajar bagaimana menemukan hakikat dan substansi
sesuatu yang dikaitkan dengan kebesaran Allah.
Tujuan yang akan dicapai manusia baik dunia maupun akhirat hanya dapat
dicapai melalui pengetahuan. Sedangkan untuk mendapat pengetahuan harus melalui
121
proses belajar. Allah sangat memuliakan orang-orang yang berpengetahuan, sehingga
Allah menganjurkan beberapa orang dari setiap komunitas (bangsa) untuk pergi
menuntut ilmu (maupun agama).
C. Penutup
Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah: Petama: belajar merupakan
perintah substansial yang dibuktikan melalui dalil pertama turun yaitu surat al-Alaq 1-
5. kedua, manusia dalam pandangan Islam adalah mahkluk yang memiliki potensi
rohani. Untuk mengembangkan potensi rohani tersebut maka manusia haras belajar
untuk memperoleh pengetahuan sebanyak-banyaknya sehingga potensi yang ada
dalam dirinya dapat direfleksikan dalam bentuk amal dan aktifitas. Ketiga, belajar
dalam Islam memiliki ciri khas di antaranya: (1) belajar untuk memperoleh
pengetahuan, (2) belajar untuk mengenal diri, Tuhan dan alam semesta. (3) belajar
dalam Islam bukan saja bersumber dari yang kongkrit saja akan tetapi juga bersumber
dari aspek abstrak. (4) belajar dalam Islam bersifat holistic. (5) belajar adalah
pengabdian (6) belajar adalah menemukan hakikat dan makna kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Jakarta: Bulan Bintang. 1990.
Ahmad Warson Munawir, Kanus Al-Munawwir, Arab-Indonesia, cet. IV, Bandung:
Pustaka Progress.1997.
Hasan Langgugung, Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisls Psikologis dan Pendidikan,
Cet. Ill, Jakarta: Al Husna Zikra, 1995.
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Cct. I, Jakarta: Raja Grafindo persada, 2001.
M. Darwis Hude Dkk, Cakrawala Ilmu Dalam Al-Qur’an, Cet. II, Jakarta: Pustaka Firdaus,
2002.
Mudjahid Adi Manaf, Sejarah Agama-agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Cet. V, Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2000.
Nurcholis Madjid, Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan, Cet. II, Bandung: Mizan,
Top Related