KREDIT TANPA JAMINAN
UNTUK PENGEMBANGAN EKONOMI UMAT:
TELAAH ATAS PEMIKIRAN MUHAMMAD YUNUS
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI)
Oleh:
Ahmad Majdi Tsabit NIM: 204046102887
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1430 H/2009 M
KREDIT TANPA JAMINAN
UNTUK PENGEMBANGAN EKONOMI UMAT:
TELAAH ATAS PEMIKIRAN MUHAMMAD YUNUS
Oleh:
Ahmad Majdi Tsabit NIM: 204046102887
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1430 H/2009 M
KREDIT TANPA JAMINAN
UNTUK PENGEMBANGAN EKONOMI UMAT:
TELAAH ATAS PEMIKIRAN MUHAMMAD YUNUS
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI)
Oleh:
Ahmad Majdi Tsabit NIM: 204046102887
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag. Dr. K.H.A. Juaini Syukri, LCS. MA NIP. 150 275 509 NIP. 150 256 969
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1430 H/2009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul KREDIT TANPA JAMINAN UNTUK PENGEMBANGAN
EKONOMI UMAT: TELAAH ATAS PEMIKIRAN MUHAMMAD YUNUS telah
diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 04 Maret 2009. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 04 Maret 2009
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof.DR.H.Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN
1. Ketua : Prof.DR.H.M. Amin Suma, SH, MA, MM. (...........................) NIP. 150 210 422
2. Sekretaris : Drs. H. A. Yani, MA. (...........................) NIP. 150 269 678
3. Pembimbing I : Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag. (...........................) NIP. 150 275 509
4. Pembimbing II : Dr. K.H.A. Juaini Syukri, LCS. MA. (...........................) NIP. 150 256 969
5. Penguji I : Drs. H. Afifi Fauzi Abbas, MA. (...........................) NIP. 150 210 421
6. Penguji II : Drs. H. Zainul Arifin Yusuf, MPd. (...........................) NIP. 150 204 484
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
Atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 4 Maret 2009
Ahmad Majdi Tsabit
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI) pada pogram studi Muamalat,
konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dalam upaya memenuhi persyaratan tersebut, maka skripsi ini ditulis dengan
judul “Kredit Tanpa Jaminan Untuk Pengembangan Ekonomi Umat: Telaah
Atas Pemikiran Muhammad Yunus”.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini terdapat banyak kesalahan,
kekurangan dan kekhilafan didalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa
tanpa kontribusi pemikiran, gagasan serta dorongan berbagai pihak, sulit dibayangkan
skripsi ini akan terselesaikan. Berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,
maka sebagai ungkapan rasa hormat yang dalam, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Ummi dan Aba, yang tidak pernah berhenti mencintai dan mendoakan
penulis di sepanjang siang dan malam. Semoga penulis masih diberi
kesempatan dan kekuatan untuk berbakti.
v
2. Bapak Prof. Dr .Drs. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM. selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum; Ibu Dr.Euis Amalia, M.Ag Selaku ketua
Jurusan PS/ Perbankan Syariah dan Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif,
M.Ag. sebagai sekretaris jurusan Perbankan Syariah. Beserta seluruh staf
pengajar di jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. H.Mujar Ibnu Syarif, M.Ag dan Dr. K.H.A. Juaini Syukri, LCS. M.A.
Selaku pembimbing skripsi, yang dengan sabar dan bijak terus
membimbing, menasehati dan mengarahkan penulis untuk menghasilkan
karya terbaik yang penulis miliki.
4. Prof. Dr. H. Hasanuddin AF, MA., sebagai dosen pembimbing akademik
yang senantiasa sabar menyemangati penulis dan memberi perspektif
metodologis yang mencerahkan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Penguji Skripsi: Bapak Drs. H. Afifi Fauzi Abbas, MA., dan Drs. H.
Zainul Arifin Yusuf, MPd., atas pertanyaan kritis, masukan dan arahannya
yang sangat berharga.
6. Para petugas di Bagian Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Syariah
dan Hukum yang telah memberikan layanan selama penulis menempuh
studi.
7. Semua guru penulis, mulai dari guru ngaji, guru di Madrasah Ibtidaiyah,
sampai perguruan tinggi. Juga mereka yang, tanpa terasa, menjadi guru
vi
tanpa sikap menggurui. Ucapan terima kasih jelas tidak cukup imbang
dengan jasa-jasa yang sudah mereka berikan.
8. Sudara-Saudariku; Fairuzah Tsabit, Ubaidillah Tsabit, Kak Hazim, Mbak
Rahma, dan Adikku tercinta Ahmad Hassan Tsabit yang senantiasa
memberikan semangat dan dorongan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
9. Lailatul Faizah atas dorongan, doa serta kesediaannya menemani penulis
di setiap waktu tanpa mengenal lelah. Engkau adalah yang spesial dalam
hidupku.
10. Sejumlah sahabat yang inspiratif dan mencerahkan serta banyak berjasa
dalam proses penulisan skripsi ini: kak Musthafa dan bang Nabil yang
telah membantu membenahi judul dan skripsi ini. Juga kepada bang Idris
yang telah sudi meminjamkan skripsinya kepada saya, Ustd. Habibullah
dan kak Yazid yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
mengoreksi skripsi ini dan membantu menerjemahkan beberapa teks
Inggris.
11. Kawan-kawan yang senasib seperjuangan, Team Bero, Team Ganteng,
Kholil, Faiq, Wasil, Kholili, Mahalli, Subairi, Imron, Joe, Robert, Basit,
Rafi’i dan semua kawan-kawan yang tidak bisa penulis sebutkan satu-
persatu. Semoga kalian tetap semangat. Terimakasih atas dukungannya
dan selamat berjuang menghadapi keterancaman.
vii
12. Semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung turut
membantu dalam penulisan skripsi ini.
Kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat penulis harapkan. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya, dan bagi masyarakat
pada umumnya. Akhirnya hanya do’a jualah yang dapat penulis mohonkan kepada
Allah SWT. semoga senantiasa membimbing langkah kita menuju masa depan yang
lebih baik. Amin.
Jakarta, 4 Maret 2009
Penulis
viii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 7
D. Review Studi Terdahulu ........................................................... 7
E. Metode Penelitian ..................................................................... 15
F. Sistematika Penulisan ................................................................ 15
BAB II SEKILAS TENTANG ENTREPRENEURSHIP
A. Pengertian, Falsafah dan Sejarah Entrepreneurship .................. 17
B. Ciri-ciri Entrepreneurship......................................................... 27
C. Peran Entrepreneurship.............................................................. 30
D. Pengertian Bisnis Sosial ............................................................ 32
BAB III BIOGRAFI MUHAMMAD YUNUS
A. Riwayat Hidup Muhammad Yunus .......................................... 37
B. Karya-karya Muhammad Yunus................................................ 49
C. Pokok-pokok pikiran Muhammad Yunus.................................. 55
BAB IV PEMIKIRAN MUHAMMAD YUNUS TENTANG KREDIT TANPA
JAMINAN
A. Konsep Kredit Tanpa Jaminan Menurut Muhammad Yunus.... 66
B. Kendala-kendala Yang Dihadapi dalam Pemberian Kredit
Tanpa Jaminan........................................................................... 71
C. Manfaat Pemberian Kredit Tanpa Jaminan Terhadap
ix
Pengembangan Ekonomi Umat ................................................. 75
D. Kemungkinan Penerapan Konsep Kredit Tanpa Jaminan
Dalam Konteks Indonesia ......................................................... 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 101
B. Saran-Saran................................................................................ 102
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 103
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sudah begitu banyak analisa yang selalu menampilkan kesimpulan bahwa
perekonomian kontemporer memiliki banyak kelemahan, bahkan ada yang
mengkategorikan bahwa perekonomian kontemporer cenderung berbahaya secara
jangka panjang bagi kehidupan manusia.1
Dari analisa yang bersifat kritis pada kebijakan-kebijakan yang di ambil
oleh perekonomian dunia kontemporer (kapitalis), hasil pembangunan semu yang
memanjakan sekelompok kecil manusia di dunia sampai pada sistem ekonomi
dunia yang bukan hanya memporak-porandakan kehidupan ekonomi tapi juga
merusak tatanan sosial-budaya dalam pergaulan umat manusia, telah menjadi
hangat dalam diskusi-diskusi ekonomi saat ini.2
Sistem kapitalis memandang bahwa manusia adalah pemilik satu-satunya
terhadap harta yang telah diusahakan. Tidak terdapat hak orang lain di dalamnya.
Ia memiliki hak mutlak untuk membelanjakan sesuai dengan keinginannya.3
Sosok pribadi dipandang memiliki hak untuk memonopoli sarana-sarana produksi
1 Ali Sakti, Analisis Teoritis : Ekonomi Islam Jawaban atas kekacauan Ekonomi Modern,
(Jakarta: Paradigma dan AQSA Publishing, 2007), Cet I, h. 22. 2 Ali Sakti, Analisis Teoritis, h. 22. 3 Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam; Prinsip, Dasar, dan Tujuan,
(Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004), Cet I, h. 41.
2
sesuai kekuasaannya. Ia akan mengalokasikan hartanya hanya pada bidang yang
memiliki nilai guna materi (profit oriented).
Konsep kapitalisme terutama dapat ditelusuri dari tulisan para ahli teori
sosialis. Karya Sombart adalah konsep kapitalisme yang secara pasti diakui
sebagai dasar bagi sistem pemikiran ekonomi. Konsep ini menunjukkan bahwa
kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang secara jelas ditandai oleh
berkuasanya kapital. Seperti sistem ekonomi lainnya, kapitalisme juga
mengandung unsur pokok yang merupakan semangat atau pandangan ekonomi –
jumlah dari keseluruhan tujuan, motif dan prinsip. Motif dan prinsip ini
didominasi oleh tiga gagasan: perolehan, persaingan dan rasionalitas.4
Sistem kapitalisme dinilai hanya semakin melahirkan ketimpangan sosial
dan ekonomi antara negara-negara maju dengan negara berkembang dan
terkebelakang.5 Hal ini dapat dilihat dari kegagalan menyelaraskan kepentingan-
kepentingan individu dan masyarakat.6
Selain itu, sistem kapitalis juga dinilai hanya menghasilkan kecenderungan
konsumeristik, materialistik dan individualistik dalam masyarakat dunia yang
kemudian menggerogoti perekonomian, terlihat dari variabel-variabel seperti
corak konsumsi, jenis dan variasi produk, tingkat kemiskinan dan pengangguran.7
4 M. Abdul Mannan, Toeri dan Praktek; Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti
Wakaf, t.th.), Edisi Lisensi, h. 311. 5 Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam, h. 49. 6 M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), Cet I,
h. 20. 7 Ali Sakti, Analisis Teoritis, h. 23.
3
Hingga kini kapitalisme belum mampu mengatasi masalah tersebut.
Dapatkah sistem ekonomi yang kapitalistik menyelamatkan masyarakat dunia
dari himpitan kemiskinan? Pertanyaan inilah yang terus mengusik Yunus dalam
upayanya membangun sistem usaha alternatif yang diharapkan mampu
menghapus kemiskinan yang kini telah mengglobal.
Sistem kapitalis, menurut Yunus, bukan sebuah sistem yang dapat
menyelamatkan manusia dari 'ancaman kemiskinan'.
Dengan berbagai bencana dunia saat ini, seperti AIDS/HIV, flu burung,
maupun bencana alam seperti banjir, tsunami, tanah longsor, dan kebakaran,
mereka yang telah menjadi korban kemiskinan akan semakin miskin. Lalu apakah
mempercayakan diri pada institusi-institusi keuangan dunia akan mampu
meringankan beban mereka?
Dengan sistem baku sekarang ini, nampaknya harapan itu sangatlah tidak
mungkin. Sebab sistem bisnis sekarang ini memiliki prinsip profit maximizing
business (PMB). Manusia menjadi mesin uang (money machine), tak lebih!
Sehingga tujuan bisnis dalam sistem kapitalis adalah mendapatkan
keuntungan sebanyak-banyaknya, tanpa ingin tahu apakah itu masih mengikuti
hati naluri manusia atau justeru sebenarnya telah mengorbankan harkat
(kehormatan) manusia.
Dari sinilah kemudian Yunus mulai membangun sebuah sistem bisnis yang
dinamai 'Social Business'. Sebuah sistem bisnis yang tidak saja bertujuan
4
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Tapi lebih dari itu, juga merupakan
suatu rangkaian upaya untuk mengangkat martabat manusia.8
Yunus juga membongkar kepalsuan kapitalisme yang jelas-jelas
diskriminatif terhadap orang miskin (khususnya kaum perempuan) seperti yang
terlihat dari praktik perbankan, mulai dari bank lokal sampai bank-bank
internasional. Apartheid (yaitu pembedaan ras. Apartheid tersebut merupakan
kebijakan suatu bank yang digunakan di Afrika pada masa lalu) finansial adalah
konsep yang cocok menggambarkan diskriminasi institusional yang dilakukan
oleh sistem perbankan di mana-mana di dunia ini. Rasionalisme berlandaskan
logika kapitalisme menjadi bagian dalam melaksanakan dan mempertahankan
“politik apartheid” ini. Rasionalisme mungkin mencerahkan, tetapi logika
tersebut belum pasti. Silogisme (yaitu bentuk, cara berpikir atau menarik
kesimpulan yang terdiri atas premis umum, premis khusus, dan kesimpulan)
kapitalisme perbankan mempunyai premis-premis yang sangat ketat: (i) Bank
harus untung dari usaha deposito dan kredit, tanpa membedakan apakah uang itu
didepositokan dan dipinjam oleh orang kaya atau orang miskin, pokoknya
memenuhi prinsip-prinsip ekonomi yang sangat rasional. (ii) Dengan premis ini
maka kredit yang dikucurkan adalah kredit dalam jumlah besar yang
menguntungkan bank, yang hanya dapat dilakukan oleh orang-orang kaya saja.
(iii) Oleh karena itu, adalah tidak rasional dan tidak ekonomis jika bank
8 M. Syamsi Ali, Galeri Opini: Kiat Yunus Hapus Kemiskinan, dalam http://www.inilah. Com. 16/02/2008. Diakses pada tanggal 05/08/2008.
5
meminjamkan uangnya dalam jumlah kecil. Kesimpulannya, karena alasan
rasional dan ekonomis, tidak mungkin bank memihak kepada orang miskin.9
Kesalahan terbesar yang dilakukan bank-bank selama ini karena mereka
hanya mau meminjamkan uang atau membuka kran kredit kepada orang yang
sudah punya "uang" dalam arti penghasilan dan aset. Coba kita datang ke bank
meminjam uang, mana mereka mau tanpa jaminan. Entah berupa surat motor,
surat mobil, surat rumah atau tanah, dan lainnya.
Pendeknya kita harus punya penghasilan dulu baru bisa dipinjami uang.
Artinya, hanya orang yang punya uang bisa meminjam. Muncullah istilah
"bankable" (dapat diterima bank), sebuah kata yang sangat menyesakkan bagi
mereka yang tak punya uang, tak punya aset untuk dijadikan jaminan (kolateral)
kepada bank agar bisa memiliki akses untuk meminjam.
Pikiran bankir, pasti hanya orang yang sudah punya penghasilan yang bisa
mengembalikan pinjamannya. Kalau pun ada penghasilan, namun pinjaman
tersebut tidak dikembalikan, bank bisa menyita aset jaminan kita. Lalu siapa lagi
yang mau meminjamkan orang yang belum punya penghasilan, orang yang
miskin, orang yang tak punya aset untuk dijaminkan?10
Kesalahan cara pandang dan pola berpikir itulah yang hendak "diputar" oleh
Yunus, yang meraih Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2006. Ia memang bukan
9 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin; Kisah Yunus dan Grameen Bank Memerangi Kemiskinan, Diterjemahkan oleh Irfan Nasution, (Jakarta: Margin Kiri, 2007), Cet III, h. XI.
10 “Sosok dan Bisnis: Muhammad Yunus, Pengemis pun Dipinjami”, Dalam http://kompas.com/kcm/, Senin, 30 Oktober 2006. Diakses pada tanggal 12/08/2008.
6
bankir, tetapi seorang profesor ekonomi, yang sesak melihat kemiskinan di
negerinya.
Memperhatikan uniknya pemikiran Yunus dalam pengembangan ekonomi
umat adalah penting bagi kita untuk mengkaji pemikirannya. Penulis berharap,
pembahasan ini dapat memberi kontribusi bagi studi-studi ekonomi Islam yang
telah ada. Studi ini juga perlu mengingat pentingnya pengaruh dari pemikiran
Yunus bagi perkembangan ekonomi. Apalagi hingga kini belum ada yang
membahas secara mendalam pemikiran-pemikiran Yunus menyangkut
pengembangan ekonomi umat. Oleh karena itu, penulis mencoba untuk menulis
skripsi ini dengan judul “Kredit Tanpa Jaminan Untuk Pengembangan Ekonomi
Umat: Telaah Atas Pemikiran Muhammad Yunus”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari pandangan di atas, maka penulis berusaha membatasi
penulisan skripsi ini pada pemikiran Yunus tentang kredit tanpa jaminan. Untuk
tidak terlalu menyimpang dari tujuan pokok dalam penulisan skripsi ini, masalah
yang hendak difokuskan hanyalah dalam ruang lingkup seputar konsep dan
pemikiran Yunus mengenai kredit tanpa jaminan.
Adapun perumusan masalah yang akan dikaji dalam penulisan skripsi ini
adalah :
1. Apa yang disebut kredit tanpa jaminan?
2. Dimana konsep tersebut diterapkan?
7
3. Siapa yang menerapkannya?
4. Bagaimana penerapan konsep kredit tanpa jaminan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berusaha memotret dan mengkaji profil
Yunus serta pemikirannya tentang Perbankan, terutama kontribusinya terhadap
perkembangan ekonomi.
Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan
praktis. Secara teoritis penulisan ini diharapkan memberi sumbangsih bagi
pengembangan ekonomi Islam secara umum. Adapun secara praktis penulisan
skripsi ini diharapkan menambah khazanah kepustakaan, khususnya mengenai
pemikiran Yunus tentang Perbankan.
D. Review Studi Terdahulu/Tinjauan Pustaka
Penelitian ini dapat dikatakan minimal membahas tentang pemikiran
ekonomi Yunus, konsep kredit tanpa jaminan, serta kemungkinan penerapannya
dalam konteks indonesia.
Untuk persoalan kredit tanpa jaminan, dengan berbagai konteks dan
perspektif kajian, telah cukup banyak literatur dan penelitian yang telah
diterbitkan. Akan tetapi yang berkaitan dengan pemikiran Yunus, sejauh yang
penulis dapatkan, tak banyak penelitian yang bisa dibaca. Dalam konteks
pemikiran Yunus pula, yang menaruh perhatian begitu besar terhadap persoalan
8
kredit tanpa jaminan, tak banyak pula ekonom ataupun praktisi yang secara
intensif mendiskusikan soal ini dalam karyanya. Dalam hal ini, penulis hanya
menemukan beberapa karya tulis yang berbentuk artikel yang menjelaskan
tentang pemikiran Yunus.
Uraian berikut ini akan mencoba menjelaskan mengenai bahasan-bahasan
tersebut, dengan memaparkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan,
termasuk ruang dan celah yang ditinggalkan sehingga kemudian menjadi jelas
bagaimana penelitian ini relevan dan penting dilakukan.
Di antara beberapa artikel yang mencoba memperkenalkan sosok Yunus dan
pemikirannya ke publik Indonesia antara lain adalah sebagai berikut:
Artikel yang ditulis oleh Diannika D. Wardhani dengan tema Dari
Muhammad Yunus Buat kaum Miskin, (http://www.halamansatu.net, 14-10-06).
Menjelaskan tentang bagimana proses Yunus dalam menjalankan program
kreditnya serta proses pendirian Grameen Bank.
Selain itu, artikel yang ditulis oleh Prof. Dr. Mubyarto dengan tema
Tantangan Ilmu Ekonomi Dalam Menanggulangi Kemiskinan (http://www.
indonesia.com/, 2 Maret 2004) lebih banyak membahas mengenai kondisi
Bangladesh daripada konsep yang diterapkan oleh Yunus. Namun tidak hanya itu
saja, Prof. Dr. Mubyarto juga menjelaskan mengenai konsep social enterpreneur
yang diterapkan Yunus serta menjelaskan beberapa kebijakan yang diterapkan
oleh Grameen Bank.
9
Selanjutnya, artikel yang ditulis oleh Erwin dengan tema Nobel Perdamaian
Jatuh ke Muhammad Yunus (http://www.Tempointeraktif.com. Jum'at, 13
Oktober 2006) lebih membahas tentang penghargaan nobel perdamaian yang
diperoleh Yunus.
Artikel yang ditulis oleh Mukhijab dengan tema Tidak Makan Bunga Bank
dari Muhammad Yunus (Pikiran Rakyat, 18 Mei 2007, http://marjinkiri.com/).
Membahas tentang perkembangan dan sistem yang diterapkan Grameen Bank.
Yaitu mengenai kredit yang disalurkan oleh Grameen Bank serta menjelaskan
tentang riba atau bunga.
Artikel yang ditulis oleh Didit Ernanto dan Dina Sasti Damayanti dengan
tema Konsep Muhammad Yunus Cocok Diterapkan di Indonesia
(http://www.sinarharapan.co.id/, rabu 08 agustus 2007). Menjelaskan bahwa
konsep Yunus sangat potensial diterpkan di Indonesia. Selain itu, artikel ini juga
menjelaskan tentang pentingnya peran pemerintah dalam penerapan konsep kredit
tersebu serta menjelaskan mengenai pentingnya pemberdayaan SME, yaitu Small
and Medium-sized Enterprises yang merupakan kunci untuk mencapai
kesejahteraan atau mengurangi kemiskinan.
Artikel yang ditulis oleh Aris heru Utomo dengan tema Nobel Muhammad
Yunus, (http://arishu.blogspot.com/, 16.10.06). Menjelaskan tentang hadiah nobel
yang diterima Yunus. Komite Nobel memilih Muhammad Yunus dengan
pertimbangan bahwa yang bersangkutan banyak membantu memberdayakan
kemiskinan penduduk di negerinya dengan memberikan pinjaman lunak bagi
10
penduduk miskin. Hal tersebut tampaknya dinilai oleh Komite Nobel sebagai
langkah yang lebih konkrit mengingat kemiskinan merupakan sumber dari banyak
perselisihan. Sebagai orang awam, keputusan Komite Nobel tentu saja layak
diamini. Apalagi ternyata berbagai kekerasan yang terjadi di berbagai kawasan
dunia memang disebabkan oleh kemiskinan dan (juga) ketidakadilan.
Aartikel yang ditullis oleh Safak Muhammad dengan tema Bertambah Kaya
dengan Menyejahterakan Orang Lain, (diambil dari Majalah Nurul Hayat,
Surabaya. http://bukubagus.com/, 09 Aug 07). Artikel ini lebih mellihat dari segi
agama bahwa apa yang telah dilakukan Yunus sesuai dengan apa yang tertera
dalam al-qur’an. Yaitu mengenai Hakikat orang memberi makan orang lain
adalah memberi makan dirinya sendiri, karena pemberian itu merupakan amal
yang akan bermanfaat di akhirat. Sedangkan manfaat di dunia, kita akan
mendapatkan imbalan rejeki, karena orang yang kita beri makan biasanya akan
mendo’akan kelancaran rejeki kita. Hakikat orang mengajar ilmu pengetahuan
adalah mengajar dirinya sendiri karena dengan mengajar, ilmu yang diajarkan
tidak akan lupa, malah semakin diingat dan berkembang. Hakikat orang
membantu mencarikan pekerjaan bagi orang lain adalah meringankan pekerjaan
bagi diri sendiri karena dengan kebaikan tersebut orang yang kita bantu biasanya
balik membantu, memberikan peluang bisnis lain, dan sebagainya. Kalau pun
tidak, Allah sendiri yang akan membantu dari jalan yang tidak disangka - sangka.
Selain itu, artikel yang ditulis oleh Nurul Qomariyah yang bertema
Muhammad Yunus: Program Kemiskinanan Bank Dunia Basi,(http://www.
11
detikfinance.com/index.php/detik.nakanal/idkanal/,Senin,05/11/07) menjelaskan
bahwa program kemiskinan dunia sudah tidak berlaku.
Sejak dibentuk 60 tahun silam, Bank Dunia sama sekali tidak memperbarui
program kemiskinannya. Tak heran, program-program kemiskinan Bank Dunia
kini terasa basi.
Dalam artikel ini dijelaskan bahwwa ritikan tersebut disampaikan peraih
Nobel perdamaian asal Bangladesh, Muhammad Yunus usai pertemuan dengan
Presiden Bank Dunia Robert Zoellick.
"Bank Dunia dibentuk hampir 60 tahun yang lalu. Dan sejak 60 tahun itu,
dunia sudah banyak berubah, namun Bank Dunia sama sekali tidak mengubah
gayanya," kritik Yunus seperti dikutip dari AFP, Senin (5/11/2007).
Menurut Yunus, Bank Dunia sama sekali tidak melibatkan masyarakat
untuk menghapus kemiskinan. Padahal bank tersebut diciptakan dengan tujuan
untuk mengakhiri kemiskinan di berbagai belahan dunia
Artikel yang ditulis oleh Bachtiar Hassan Miraza dengan tema Beda
Bangladesh dengan Indonesia (http://www.waspada.co.id, 28 agustus 2007.
selasa). Menjelaskan mengenai tanggapan pemerintah Indonesia berkaitan dengan
pesan Yunus sewaktu berkunjung ke Indonesia. Indonesia yang selama kurang
lebih 30 tahun mencoba menanggulangi kemiskinan dengan idenya, namun
hingga saat ini belum nampak hasilnya. Indonesia selama ini hanya bisa
menghasilkan ide namun tidak bisa menerapkannya.
12
Artikel yang ditulis oleh G. Budiwaluyo dengan tema Option For The Poor
Versi Muhammad Yunus (http://gbudiwaluyo.wordpress.com/, Maret 4, 2008).
Menjelaskan tentang kemiskinan secara umum. Dalam artikel ini dijelaskan
bahwa masalah kemiskinan bukan masalah yang ringan yang hanya difokuskan
pada data-data, tetapi masalah riil yang harus segera ditindak lanjuti.
Selain itu juga menjelaskan mengenai pola yang digunakan untuk
mengatasai kemiskinan di negara Indonesia. Pola yang digunakan bisa dilakukan
dengan berbagai versi. Belajar dari pengetasan kemiskinan di Kalkuta India dan
di Bangladesh sangat cocok dengan kondisi kemiskinan di Indonesia. Yang satu
dengan pendekatan sosial dan yang satu lagi dengan pendekatan ekonomi.
Lebih lanjut, G. Budiwaluyo dalam artikel ini menjelaskan mengenai kredit
mikro. Dijelaskan bahwa kunci keberhasilan Muhammad Yunus dalam mengatasi
kemiskinan di Bangladesh adalah dengan mengembangkan Kredit Mikro bagi
masyarakat miskin Bangladesh dan menciptakan kerangka kerja yang secara
hukum membawa pelayanan keuangan pada orang miskin.
Selain itu, dalam artikel ini juga dijelaskan mengenai pandangan Yunus
tentang kaum miskin. Pandangan Muhammad Yunus tentang orang miskin sangat
perbeda dengan pandangan orang pada umumnya. Ada pendapat dikalangan
teknik, intelektual dan politik, bahwa kaum miskin di dunia harus menunggu
dengan sabar sampai kemajuan teknik, ekonomi, ilmu pengetahuan, perdagangan
bebas secara global tercapai. Pandangan ini memperlihatkan bahwa kaum miskin
itu sebagai objek bukan subjek dan terus menerus menjadi beban bagi negara-
13
negara kaya.Untuk itu Muhammad Yunus berjuang untuk membuktikan bahwa
pandangan tersebut tidak benar.
Tidak hanya itu saja, G. Budiwaluyo juga memaparkan bahwa konsep yang
diterapkan Yunus bisa dijadikan pelajaran bagi Negara Indonesia. Belajar dari
pengalaman Bangladesh mengatasi kemiskinan dengan kredit mikro, sebetulnya
Indonesia melalui BRI juga memberikan kredit sektor mikro. Secara data program
BRI cukup sukses tetapi secara realitas masih banyak UKM yang belum
menikmati pinjaman tersebut. Kalau toh dapat harus ada jaminan yang secara
hukum dapat dipertanggungjawabkan Untuk itu Presiden SBY mendukung
gagasan Muhammad Yunus bahwa akses keuangan adalah kunci kemakmuran.
Artinya jika kita kaya maka akan dapat akses yang lebih mudah pada pendanaan,
dan itu bisa digunakan untuk menjadi lebih kaya lagi.
Artikel yang ditulis oleh Muhammad Syamsi Ali, dengan tema Kiat Yunus
Hapus Kemiskinan, Membangun Bisnis Sosial, (http://www.Inilah.com/rubrik.
php,16/02/2008). Menjelaskan tentang tanggapan Yunus mengenai sistem
kapitalis serta bagaimana pentingnya bisnis sosial.
Tidak hanya itu saja, dalam artikel ini juga sedikit mengulas mengenai
perkembanngan Grameen Bnak yang kini mulai melebarkan usahanya dengan
cara bekerjasama dengan Danone, Yogurt dsbb.
Dari berbagai artikel yang dipaparkan secara ringkas ini, terlihat bahwa baik
pemikiran Yunus maupun telaah yang lebih bersifat praktis tentang konsep kredit
14
tanpa jaminan sama-sama masih belum cukup dikaji secara mendalam, sehingga
membuat penelitian ini menjadi cukup relevan untuk dilakukan.
Adapun perbedaan dari skripsi dan artikel tersebut adalah dalam skripsi,
penulis menjelaskan semua yang berkaitan dengan Yunus, baik itu biografi,
Grameen Bank yang didirikannya, konsep kredit tanpa jaminan yang digunkan
Yunus, perkembangan Grameen Bank serta manfaat yang telah dihasilkan dari
konsep kredit tanpa jaminan yang diterapkan oleh Yunus.
Tidak hanya itu saja. Dalam skripsi ini, penulis juga menjelaskan mengenai
kendala-kendala yang dihadapi Yunus dalam menerapkan konsep kredit tanpa
jaminan dan penulis juga menjelaskan bagaimana jika konsep kredit tanpa
jaminan tersebut diterapkan di Indonesia.
Sedangkan artikel yang menulis tentang Yunus tidak selengkap penjelasan
dari skipsi yang telah penulis paparkan. Dalam artikel-artikel tersebut,
penejelasan mengenai Yunus hanya dari sebagaian kecilnya saja, misalnya
menjelaskan mengenai penghargaan Nobel yang telah diterima Yunus, juga
mengenai bisnis sosial yang semua itu hanya bagian kecilnya saja, tidak secara
menyeluruh. Apalagi dalam menjelaskan mengenai konsep kredit tanpa jaminan.
Dalam artikel tersebut hanya menjelaskan bahwa konsep tersebut adalah cara
yang digunakan Yunus dalam memberantas kemiskinan, tanpa menjelaskan
bagaimana penerapannya, kendala-kendalanya serta bagaiimana kemungkinan
diterapkannya konsep tersebut di Indonesia.
15
E. Metode Penelitian
Bertolak dari model penelitian yang bersifat literal maka sumber data dalam
penelitian skripsi ini sepenuhnya disandarkan pada riset kepustakaan (library
research). Artinya, data-datanya berasal dari sumber-sumber kepustakaan, baik
berupa buku, jurnal, enseklopedi, majalah, surat kabar dan sebagainya. Dalam
pengumpulan data diambil dan dipilih dari karya-karya Yunus atau tulisan dan
karya lain yang memiliki relevansi dengan uraian skripsi ini.
Dalam pembahasan tulisan ini, penulis menggunakan metode deskriptif, dan
analitis kritis. Metode deskriptif diarahkan untuk menggambarkan keadaan obyek
atau peristiwa di sekitarnya tanpa berpretensi membuat kesimpulan-kesimpulan
yang berlaku secara umum. Metode deskriptif ini adalah langkah awal yang
mempunyai signifikansi untuk mengkaji dan menelaah lebih jauh.
Metode analisis kritis digunakan untuk berupaya mencermati kerangka
pendekatan yang digunakannya serta corak pemikirannya terutama dalam
mendiskusikan fenomena ekonomi.
Sedangkan teknik skripsi ini, penulis merujuk pada buku panduan penulisan
skripsi, tesis dan disertasi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dan pembahasan skripsi ini terdiri dari lima bab. Dan
16
masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab. Secara sistematis bab-bab tersebut
adalah sebagai berikut:
Bab pertama diawali dengan pendahuluan yang membahas antara lain latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penulisan, review studi terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua tentang landasan teoritis. Meliputi, pengertian, falsafah dan
sejarah entrepreneurship, ciri-ciri entrepreneurship, peran entrepreneurship dalam
pembangunan ekonomi dan pengertian bisnis sosial.
Bab ketiga menguraikan tentang riwayat hidup Yunus, yang meliputi:
riwayat hidup, karya-karya Yunus dan pokok-pokok pemikiran tentang ekonomi.
Bab keempat adalah bab yang menguraikan pemikiran Yunus tentang kredit
tanpa jaminan. Yang meliputi, konsep kredit tanpa jaminan menurut Yunus,
kendala-kendala yang dihadapi dalam pemberian kredit tanpa jaminan, manfaat
pemberian kredit tanpa jaminan terhadap pengembangan ekonomi Umat, dan
kemungkinan penerapan konsep kredit tanpa jaminan dalam konteks Indonesia.
17
BAB II
SEKILAS TENTANG ENTREPRENEURSHIP
A. Pengertian, Falsafah dan Sejarah Entrepreneurship
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menyaksikan berbagai aktivitas.
Seperti misalnya seorang atau sekelompok orang mengeluarkan sejumlah uang
untuk membeli sejumlah barang, yang kemudian barang tersebut dipajang di
suatu lokasi tertentu untuk dijual kembali kepada para konsumennya. Atau
seseorang membeli sejumlah barang, kemudian diolah atau diproses lalu disajikan
dalam bentuk makanan di suatu lokasi untuk dinikmati konsumennya. Atau
seseorang membuka suatu usaha jasa, dan menunggu kedatangan konsumen yang
membutuhkan pelayanan dengan balas jasa tertentu. Kemudian, pada suatu waktu
atau suatu periode tertentu mereka mulai menghitung jumlah uang yang telah
dikeluarkan dan jumlah uang yang masuk. Dari perhitungan ini ada kelebihan dan
ada kekurangan. Jika uang yang masuk lebih besar daripada yang keluar, mereka
menyebutnya sebagai keuntungan. Namun jika yang terjadi sebaliknya, mereka
menyebutnya sebagai kerugian.1
Menjadi wirausaha berarti memiliki kemampuan menemukan dan
mengevaluasi peluang-peluang, mengumpulkan sumber daya yang diperlukan
serta bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang-peluang itu.
1 Kasmir, S.E., M.M., Kewirausahaan, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada: 2007), Ed. 1-2, h.
15.
18
Berikut adalah beberapa definisi Entrepreneurship menurut berbagai ahli:
Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu nilai yang berbeda
dengan mencurahkan waktu dan upaya yang diperlukan, memikul risiko-risiko
finansial, psikis dan sosial yang menyertai, serta menerima penghargaan /imbalan
moneter dan kepuasan pribadi.
Menurut Peter F Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and
different) .
Menurut Thomas W Zimmerer, kewirausahaan adalah penerapan kreativitas
dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan
peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari.
Sedangkan menurut Andrew J Dubrin, kewirausahaan adalah seseorang
yang mendirikan dan menjalankan sebuah usaha yang inovatif (Entrepreneurship
is a person who founds and operates an innovative business).
Adapun Robbin & Coulter mendefinisikan kewirausahaan sebagai
Entrepreneurship is the process whereby an individual or a group of individuals
uses organized efforts and means to pursue opportunities to create value and
grow by fulfilling wants and need through innovation and uniqueness, no matter
what resources are currently controlled.
Dari definisi tentang Entrepreneurship diatas terdapat 3 tema penting yang
dapat di identifikasi:
1. the pursue of opportunities,
19
2. innovation,
3. growth.
Pursuit of opportunities, (entrepreneurship adalah berkenaan dengan
mengejar kecenderungan dan perubahan-perubahan lingkungan yang orang lain
tidak melihat dan memperhatikannya).
Innovation, (entrepreneurship mencakup perubahan perombakan, pergantian
bentuk, dan memperkenalkan pendekatan-pendekatan baru…. Yaitu produk baru
atau cara baru dalam melakukan bisnis).
Growth (Pasca entrepreneur mengejar pertumbuhan, mereka tidak puas
dengan tetap kecil atau tetap dengan ukuran yang sama. Entrepreneur
menginginkan bisnisnya tumbuh dan bekerja keras untuk meraih pertumbuhan
sambil secara berkelanjutan mencari kecenderungan dan terus melakukan
innovasi produk dan pendekatan baru .
Istilah kewirausahaan pada dasarnya merupakan suatu disiplin ilmu yang
mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam
menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko
yang mungkin dihadapinya, maka definisinya adalah: Seorang pelopor bisnis baru
atau manajer yang mencoba untuk memperbaiki suatu unit organisasi dengan
memprakarsai perubahan produk. 2
2 Definisi Kewirausahaan (Entrepreneurship) Menurut Para Ahli. Dalam http://putracenter.
wordpress.com/definisi-kewirausahaan- entrepreneurship- menurut-para-ahli/. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
20
Sedangkan definisi entrepreneurship yang terdapat dalam glosarium
prentice hall untuk manajemen dan pemasaran adalah fenomena yang terputus-
putus, muncul dan hilang; muncul untuk mengawali perubahan dalam proses
produksi misalnya, menghilang dan muncul lagi untuk mengawali perubahan
dalam proses lainnya. Kewirausahaan selalu dengan perubahan. Wirausahawan
mencari perubahan, menanggapinya dan memanfaatkannya sebagai satu
kesempatan.3
Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa entrepreneur adalah seseorang
yang mempunyai kreativitas suatu bisnis baru dalam menghadapi resiko dan
ketidakpastian yang bertujuan untuk pencapaian laba dan pertumbuhan usaha
berdasarkan identifikasi peluang dan mendayagunakan sumber-sumber serta
memodali peluang tersebut
Dalam kamus istilah ekonomi populer, entrepreneur adalah seseorang yang
tergantung atas inisiatifnya dengan memperhatikan risiko kerugian keuangan
yang mungkin dideritanya mendirikan suatu usaha yang dikelola sendiri.4
Entrepreneur menurut kamus Oxford : ”A person who undertakes an
entreprise or business, with the chance of profit or loss”. Seorang yang
bertanggung jawab atas sebuah bisnis dengan memikul risiko untung atau rugi.
Entrepreneur dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu business
3 Benyamin Molan, Glosarium Prentice Hall untuk Manajemen dan Pemasaran, (Jakarta: PT.
Prenhallindo, 2002), h. 47. 4 Ralona M., Kamus Istilah Ekonomi Populer; Indonesia – Inggris, (Jakarta: Gorga Media,
2006), h. 335.
21
entrepreneur dan social entrepreneur. Perbedaan pokok keduanya utamanya
terletak pada pemanfaatan keuntungan. Bagi business entrepreneur keuntungan
yang diperloleh akan dimanfaatkan untuk ekspansi usaha, sedangkan bagi sosial
entrepreneur keuntungan yang didapat (sebagian atau seluruhnya) diinvestasikan
kembali untuk pemberdayaan ”masyarakat berisiko”. Namun dalam trend global
dikotomi semacam itu kian kabur, sebab mereka (business entrepreneur dan
social entrepreneur) sesungguhnya berbicara dalam bahasa yang sama. ”Kami
bicara dalam bahasa yang sama yaitu : inovasi, manajemen, efektifitas, mutu dan
kompetensi”5
Wirausaha adalah jenis usaha mandiri yang didirikan oleh seorang
wirausahawan, atau sering pula disebut sebagai pengusaha. Wirausahawan adalah
seseorang yang mampu menciptakan lapangan kerja baru dan mencari cara-cara
atau teknik yang lebih baik dalam pemanfaatan sumber daya, memperkecil
pemborosan, serta menghasilkan barang atau jasa dalam upayanya memuaskan
kebutuhan orang lain.
KBBI mendefinisikan wirausahawan sebagai "orang yang pandai atau
berbakat mengenali produk baru, menyusun cara baru dalam berproduksi,
menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, mengatur permodalan
operasinya, serta memasarkannya." Sedangkan Louis Jacques Filion
menggambarkan wirausahawan sebagai orang yang imajinatif, yang ditandai
5 Bambang Ismawan, Menjawab Persoalan Bangsa dengan Entrepreneurship, dalam, http:
// www. binaswadaya.org/index.php.com. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
22
dengan kemampuannya dalam menetapkan sasaran serta dapat mencapai sasaran-
sasaran itu. Ia juga memiliki kesadaran tinggi untuk menemukan peluang-peluang
dan membuat keputusan.
Kata wirausaha dalam bahasa Inggris, yaitu entrepreneur, merupakan kata
serapan dari bahasa Perancis yang mulanya berarti "pemimpin musik atau
pertunjukan."
Wirausaha dapat dikelompokkan dengan berbagai macam cara. Winarto
menggolongkan aktifitas kewirausahaan menjadi dua, yaitu berwirausaha karena
melihat adanya peluang usaha (entrepreneur activity by opportunity) dan
kewirausahaan karena terpaksa tidak ada alternatif lain untuk masa depan kecuali
dengan melakukan kegiatan usaha tertentu.6
Social entrepreneurship adalah sesuatu yang banyak kita butuhkan di dunia
saat ini. Social entrepreneur, menurut Wikipedia adalah seseorang yang
menyadari kehadiran masalah sosial, dan memanfaatkan prinsip-prinsip
entrepreneurial dalam menciptakan/mengelola organisasi demi melakukan
perubahan sosial.7
Sesungguhnya Social Entrepreneurship sudah dikenal ratusan tahun yang
lalu diawali antara lain oleh Florence Nightingale (pendiri sekolah perawat
pertama) dan Robert Owen (pendiri koperasi). Pengertian Social
Entrepreneurship sendiri berkembang sejak tahun 1980 –an yang diawali oleh
6 http://id.wikipedia.org/wiki/Wirausaha. Diakses pada tanggal 02/03/2009. 7 Social Entrepreneurship: MYC4, dalam http://vibizlearning.com/new/articles. Diakses pada
tanggal 02/03/2009.
23
para tokoh-tokoh seperti Rosabeth Moss Kanter, Bill Drayton, Charles Leadbeater
dan Profesor Daniel Bell dari Universitas Harvard yang sukses dalam kegiatan
Social Entrepreneurship karena sejak tahun 1980 berhasil membentuk 60
organisasi yang tersebar diseluruh dunia. Pengertian sederhana dari Social
Entrepreneur adalah seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan
menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk melakukan perubahan sosial
(social change), terutama meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan
dan kesehatan (healthcare). Jika business entrepreneurs mengukur keberhasilan
dari kinerja keuangannya (keuntungan ataupun pendapatan) maka social
entrepreneur keberhasilannya diukur dari manfaat yang dirasakan oleh
masyarakat.
Bagi disiplin ilmu ekonomi kata entrepreneur merupakan hal yang sudah
mendarah daging karena sejak semester pertama sudah diperkenalkan dengan
tokoh-tokohnya antara lain Richard Cantillon (1755), J.B. Say (1803) dan J.
Schumpeter (1934). Cantillon menyatakan entrepreneur sebagai seseorang yang
mengelola perusahaan atau usaha dengan mendasarkan pada akuntabilitas dalam
menghadapi resiko yang terkait ( a person who undertakes and operates a new
enterprise or venture and assumes some accountability for inherent risks); B. Say
memberikan pengertian entrepreneur sebagai seseorang yang mampu
meningkatkan nilai sumber daya ekonomi ke tingkatan yang lebih tinggi, baik
produktivitasnya maupun nilainya ( a person who creates value by shifting
economic resources out of an area of lower and into an area of higher
24
productivity and greater yield), sedangkan Schumpeter mendefinisikan
“unternehmer” atau entrepreneur sebagai an innovative force for economic
progress, important in the process of creative destruction and therefore as a
change agent.
Dari berbagai pengertian tersebut maka Social Entrepreneur sesungguhnya
adalah agen perubahan (change agent) yang mampu untuk :
1. Melaksanakan cita-cita mengubah dan memperbaiki nilai-nilai sosial
2. Menemu kenali berbagai peluang untuk melakukan perbaikan
3. Selalu melibatkan diri dalam proses inovasi, adaptasi, pembelajaran yang
terus menerus
4. Bertindak tanpa menghiraukan berbagai hambatan atau keterbatasan yang
dihadapinya
5. Memiliki akuntabilitas dalam mempertanggungjawabkan hasil yang
dicapainya, kepada masyarakat.
Yang menggembirakan bahwa akhir-akhir ini adalah terjadinya pergeseran
social entrepreneurship yang semula dianggap merupakan kegiatan ”non-profit”
(antara lain melalui kegiatan amal) menjadi kegiatan yang berorientasi bisnis
(entrepreneurial private-sector business activities).8
Adapun falsafah dari entrepreneur adalah sebagai berikut:
8 Setyanto P. Santosa, Peran Social Entrepreneurship Dalam Pembangunan, dikutip dari
acara dialog “ Membangun Sinergisitas Bangsa Menuju Indonesia Yang Inovatif, Inventif dan Kompetitif” diselenggarakan oleh Himpunan IESP FE-Universitas Brawijaya,Malang, 14 Mei 2007. dalam [email protected]. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
25
Sampai tingkat tertentu keberhasilan sebagai seorang wirausaha tergantung
kepada kesediaannya untuk bertanggungjawab atas pekerjaannya. Salah satunya
adalah dengan cara mengenali diri sendiri. Hal tersebut dimaksudkan untuk
mencapai tujuan yang sesuai dengan yang diinginkan dalam hidupnya.
Kekuatannya datang dari tindakan-tindakannya dan bukan pada tindakan orang
lain. Meskipun risiko kegagalan selalu ada, para wirausaha mengambil risiko
dengan jalan menerima tangguungjawab atas tindakan mereka sendiri. Kegagalan
harus diterima sebagai pengalamman belajar. Beberapa wirausaha berhasil setelah
mengalami banyak kegagalan. Belajar dari pengalaman masa lalu akan
membantunya untuk menyalurkan kegiatan-kegiatannya guna mencapai hasil-
hasil yang lebih positif, dan keberhasilan merupakan buah dari usaha-usaha yang
tidak mengenal lelah.
Mereka harus mengejar tujuan-tujuan yang berhubungan dengan
kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya. 9
Dengan spirit yang dimilikinya, entrepreneur dapat mengubah masyarakat
bahkan dunia. Contoh berikut membuktikan hal itu.
Pertama, Thomas Alva Edison (1847 – 1931) pada usia 22 tahun
menemukan Telegraf, dan beberapa tahun kemudian menemukan Lampu Pijar
pertama yang dapat menyala 40 jam. Ia terus berkarya hingga usia 84 tahun dan
menghasilkan sekitar 1.300 paten atas namanya, serta telah memasarkan sebagian
9 Geoffrey G. Meredith et. al., Kewirausahaan; Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Pusaka
Binaman Pressindo, 2000), Cet VI, h. 7.
26
besar produknya. Perusahaan yang didirikan untuk memasarkan produknya kita
kenal dengan nama General Electric (GE). GE adalah perusahaan no. 5 di
Amerika Serikat dan no. 9 di dunia yang mempekerjakan sekitar 325.000
karyawan.
Kedua, Muhammad Yunus pendiri Grameen Bank dan peraih nobel
perdamaian 2006 dari Bangladesh. Ekonom ini lulusan Vanderbilt University,
AS ini sangat terusik dengan kemiskinan yang massive di negerinya, sementara
teori-teori ekonomi yang dipelajarinya tidak bisa memecahkan persoalan
kemiskinan. Akhirnya ia terjun langsung dengan memberikan pinjaman sekitar
US$ 27 bagi 42 orang petani dan pengrajin. Upaya ini kemudian bertumbuh
menjadi model lembaga keuangan pedesaan yang terkemuka di dunia. Model
pelayanan keuangan yang dikembangkannya telah direplikasikan di 58 negara.
Lembaga keuangan tersebut dikenalsebagai Grameen Bank (bank desa) yang kini
melayani sekitar 7 juta orang (7.309.335 per 30 September 2007) dan sebagian
besar(97 %) adalah perempuan. Jumlah outstanding credit US$ 500,67 juta dan
tingkat pengembalian 98,40 %. Karya Yunus membuktikan, bahwa orang-orang
miskin, atau pengusaha mikro (economically active poor) adalah bankable.
Bina Swadaya Entrepreneruship.
Bina Swadaya merupakan lembaga pemberdayaan masyarakat yang lahir
pada 24 Mei 1967 oleh sejumlah aktivis Ikatan Petani Pancasila (IPP) yang
merasa terpanggil untuk memberdayakan masyarakat miskin dan terpinggirkan.
Bina Swadaya pun berupaya menjadi wahana pemberdayaan masyarakat yang
27
mandiri dan konsisten, serta hadir secara kontekstual. Mandiri berarti adanya
tekad untuk membangun dan menjaga kemandirian keuangan, dengan tidak
bergantung pada bantuan lembaga dana. Konsisten dibuktikan dengan tetap
berpegang teguh pada visi – misi pemberdayaan masyarakat miskin dan
terpinggirkan. Kontekstual berarti hadir untuk menjawab kebutuhan dan
mengantisipasi tantangan dan peluang yang ada.10
B. Ciri-ciri Entrepreneurship
Dalam membuka usaha baru banyak unsur ketidakpastian antara ide
wirausaha dengan peluang, ketidakpastian antar sumber daya dengan peluang dan
ketidakpastian antara sumber daya dengan ide wirausaha. Oleh karena itu seorang
wirausaha dituntut siap menghadapi tantangan dan mampu mengambil resiko,
mempunyai sifat optimis serta sigap dalam pengambilan keputusan. Untuk
memberi gambaran tentang wirausaha, penulis kemukakan pendapat dari
Geoffrey G. Meredith et al. ”Para wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai
kemampuan melihat dan menilai kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-
sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya dan
mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses” sementara Howard
H.Stevenson, mengatakan ”Kewirausahaan merupakan suatu pola tingkah laku
manajerial terpadu dimana merupakan upaya pemanfaatan peluang-peluang yang
10 Bambang Ismawan, Menjawab Persoalan Bangsa dengan Entrepreneurship, dalam, http: //
www. binaswadaya.org/index.php.com. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
28
tersedia tanpa mengabaikan sumber daya yang dimilikinya”. Dan H. Leibenstein
mendifinisikan entrepreneur sebagai seorang atau sekelompok individu yang
memiliki karakteristik, mampu menggandengkan peluang-peluang menjadi pasar,
mampu memperbaiki kelemahan pasar, bisa menjadi seorang input
complementer, dapat menciptakan atau memperluas time bending dan input
transforming entitities. Dengan mengacu pada beberapa pengertian tersebut jelas
bahwa seorang intrepreneur atau wirausaha dituntut mempunyai ciri-ciri tertentu
yang dapat menunjang keberhasilannya dalam menekuni dunia usaha.11
Para wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi kepada tindakan,
dan bermotivasi tinggi yang mengambil risiko dalam mengejar tujuannya.
Ada beberapa ciri-ciri dan sifat-sifat yang dimiliki oleh para wirausaha,
yaitu:
1. Percaya diri.
Hal ini terkait dengan keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, dan
optimisme.
2. Berorientasikan tugas dan hasil.
Yang meliputi kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba, ketekunan dan
ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energitic, dan
inisiatif.
3. Pengambil risiko
11 Erge, March 23rd, 2008, Ciri-ciri wirausahawan, dalam file:///D:/tugas-makalah-judul-
skripsi/mata-kuliah/kewirausahaan. Diakses pada tanggal 03/03/2009.
29
Maksudnya adalah kemampuan dalam mengambil risiko serta suka terhadap
tantangan.
4. Kepemimpinan
Yaitu bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain
serta menanggapi saran-saran dan kritik.
5. Keorisinalan
Maksudnya adalah inovatif dan kreatif, fleksibel, punya banyak sumber, serba
bisa dan mengetahui banyak hal.
6. Berorientasi ke masa depan
Maksudnya adalah mempunyai pandangan ke depan dan perseptif.
Ciri-ciri tersebut meliputi watak-watak yang sebaiknya dimiliki dan
dikembangkan untuk menjadi seorang wirausaha.12
Selain ciri-ciri di atas, seorang wirausaha juga harus mempunyai beberapa
hal, yaitu:
1. Semangat Berprestasi
2. Sibuk Mencari Peluang
3. Think Big & Whole
4. Intuisi Tajam dalam Berbisnis
5. Berani dan Siap Mengambil Risiko
6. Toleran terhadap Ambiguitas
12 Geoffrey G. Meredith et. al., Kewirausahaan; Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Pusaka
Binaman Pressindo, 2000), Cet VI, h. 7.
30
7. Optimis dan Segera’Bangun’ saat Jatuh
8. Cepat Berhitung & Mengambil Keputusan
9. Terpacu untuk lebih ‘Sejahtera’13
C. Peran Entrepreneurship Dalam Pembangunan Ekonomi
Social Entreprenuers makin berperan dalam pembangunan ekonomi karena
ternyata mampu memberikan daya cipta nilai–nilai sosial maupun ekonomi,
yakni:
1. Menciptakan kesempatan kerja
Manfaat ekonomi yang dirasakan dari Social Entrepreneurship di
berbagai negara adalah penciptaan kesempatan kerja baru yang meningkat
secara signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh John Hopkins University
pada tahun 1998 di 13 negara menunjukan bahwa tenaga kerja yang bekerja
disektor ini berkisar antara 1 – 7 %.
Selain itu memberikan pula peluang kerja kepada penyandang cacat
untuk dilibatkan dalam kegiatan produktif.
2. Melakukan inovasi dan kreasi baru terhadap produksi barang ataupun jasa
yang dibutuhkan masyarakat.
Berbagai inovasi terhadap jasa kemasyarakatan yang selama ini tidak
tertangani oleh pemerintah dapat dilakukan oleh kelompok Social
13 Eileen Rachman & Sylvina Savitri, Entrepreneur: Pejuang Bisnis, 25-Feb-2007, dalam
http://jobs.experd.com/. Diakses pada tanggal 03/03/2009.
31
Entrepereneurship seperti misalnya : penanggulangan HIV dan narkoba,
pemberantasan buta huruf, kurang gizi. Seringkali standar pelayanan yang
dilakukan pemerintah tidak mengenai sasaran karena terlalu kaku mengikuti
standar yang ditetapkan.
Sedangkan Social Entrepreneurs mampu untuk mengatasinya karena
memang dilakukan dengan penuh dedikasi. Menurut Bill Drayton (2006):
social entrepreneurs need and deserve loyalty. Their work is not a job, it is
their life.
3. Menjadi modal sosial.
Modal sosial merupakan bentuk yang paling penting dari berbagai
modal yang dapat diciptakan oleh social entrepreneur karena walaupun dalam
kemitraan ekonomi yang paling utama adalah nilai -nilai : saling pengertian
(shared value), trust (kepercayaan) dan budaya kerjasama ( a culture of
cooperation), kesemuanya ini adalah modal sosial. Keberhasilan negara
Jerman dan Jepang adalah karena akar dari long-term relationship dan etika
kerjasama yang mampu untuk menumbuhkan inovasi dan mengembangkan
industri di negara masing-masing. Bank Dunia menyatakan pula bahwa
permasalahan yang kritis dalam penanggulangan kemiskinan adalah modal
sosial yang tidak memadai. Dibawah ini digambarkan “virtous circle of social
capital” yang diawali dengan penyertaan awal dari modal sosial oleh social
entrepreneurs. Selanjutnya dibangun jaringan kepercayaan dan kerjasama
yang makin meningkat sehingga dapat akses kepada pembangunan fisik,
32
aspek keuangan dan sumber daya manusia. Pada saat unit usaha dibentuk
(organizational capital) dan saat usaha sosial mulai menguntungkan maka
makin banyak sarana sosial dibangun.
4. Peningkatan Kesetaraan (equity promotion)
Salah satu tujuan pembangunan ekonomi adalah terwujudnya
kesetaraan dan pemerataan kesejahteraan masayarakat. Dan melalui social
entrepreneurship tujuan tersebut akan dapat diwujudkan, karena para pelaku
bisnis yang semula hanya memikirkan pencapaian keuntungan yang
maksimal, selanjutnya akan tergerak pula untuk memikirkan pemerataan
pendapatan agar dapat dilakukan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Contoh keberhasilan Grameen Bank adalah salah satu bukti dari manfaat ini.14
D. Pengertian Bisnis Sosial
Krisis global seharusnya cukup mencelikkan mata kita dari kebutaan dan
melihat “jalan lain” agar kita bisa hidup berkecukupan dan beradab. Dan salah
satu “jalan lain” tersebut terdapat dalam bisnis sosial. Di bawah ini adalah
penjelasan tentang bisnis sosial dan bagaimana bisnis sosial bisa diciptakan
dimana saja mulai dari lingkungan yang berpengaruh.
Definisi dari bisnis sosial tersebut adalah:
14 Setyanto P. Santosa, Peran Social Entrepreneurship Dalam Pembangunan, dikutip dari
acara dialog “ Membangun Sinergisitas Bangsa Menuju Indonesia Yang Inovatif, Inventif dan Kompetitif” diselenggarakan oleh Himpunan IESP FE-Universitas Brawijaya,Malang, 14 Mei 2007. dalam [email protected]. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
33
1. Bisnis Sosial adalah bisnis yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan sosial, misalnya untuk mengurangi kemiskinan, menyediakan
makanan bergizi bagi kaum miskin, asuransi kesehatan, pendidikan dan
perumahan bagi warga menengah ke bawah, dst. Bisnis sosial bisa juga
bergerak di segala bidang, misalnya dari property sampai financial, namun
dimiliki oleh sesama anggota.
2. Seperti layaknya lembaga bisnis, seluruh biaya yang dikeluarkan harus
diperhitungkan dan didanai dari mekanisme bisnis berjalan.
3. Digerakkan oleh cause-driven, bukan profit-driven.
Sedangkan model-model bisnis sosial adalah sebagai berikut:
1. Model 1: Perusahaan yang berorientasi pada penyediaan pelayanan sosial,
bukan mencari keuntungan bagi pemilik atau investor, dan dimiliki oleh
investor untuk tujuan sosial seperti pengurangan kemiskinan, kesehatan bagi
kaum miskin, pendidikan, keadilan sosial, keberlanjutan lingkungan hidup
dan seterusnya.
2. Model 2: Bisnis profit yang dimiliki oleh kaum miskin. Keuntungan
perusahaan dikembalikan untuk kesejahteraan kaum miskin.
3. Perbedaan model 1 dan 2: Pada model 1, barang, jasa dan system yang
bekerja menciptakan keuntungan sosial. Pada model 2, barang dan jasa yang
diproduksi bisa menciptakan atau tidak menciptakan keuntungan sosial.
Keuntungan sosial terletak pada kepemilikan oleh kaum miskin. Keuntungan
finanasial dikembalikan kepada mereka yang membutuhkan. Bisnis sosial
34
juga bisa gabungan kedua model itu: perusahaan yang menciptakan
keuntungan sosial dan sekaligus dimiliki oleh kaum miskin.
Bisakah gabungan bisnis profit dan bisnis sosial? Teorinya bisa. Misalnya
keuntungan dibagi, misalnya 60% untuk tujuan sosial dan 40% untuk tujuan
keuntungan pribadi atau sebaliknya. Pada prakteknya sangat sulit karena
tujuannya saling berlawanan satu dengan yang lain. Management akan lebih
realistik mengelola perusahan bisnis sosial murni atau bisnis profit murni.
Sekedar menyebut beberapa nama sebagai contoh: Grameen Bank dan
perusahaan-perusahaan lain yang berafiliasi dengan Grameen (dalam kurun waktu
kurang dari 3 dekade Grameen sudah memiliki 24 perusahaan dan semua adalah
bisnis sosial model 1, 2 dan campuran keduanya), Credit Union yang mulai pada
abad 19 di German dan mengglobal sampai masuk ke kampung-kampung
nusantara. Bina Swadaya yang menyandang nama NGO terbesar pada tahun
70/80-an kini sudah memiliki beberapa (sebuah sumber menyebut belasan)
perusahaan bisnis sosial.
Bisnis sosial tersebut bisa tercipta apabila:
a. Perusahaan-perusahaan yang ada yang ingin menggerakkan bisnis sosial.
Mereka bisa mengalokasikan sebagian keuntungan untuk bisnis sosial sebagai
bagian dari Corporate Social Responsibility atau dengan menciptakan bisnis
sosial sendiri atau bekerja-sama dengan perusahaan lain atau social business
entrepreneurs tertentu.
35
b. Yayasan-yayasan sosial karitatif, lembaga-lembaga keagamaan atau lembaga-
lembaga karitatif menciptakan dana untuk bisnis sosial sambil tetap
menjalankan proyek-proyek karitatif.
c. Usahawan individual yang sukses dalam binis profit yang tertantang
menggunakan kreatifitasnya untuk menciptakan bisnis sosial.
d. Badan donor bilateral atau multilateral memberikan dukungan bisnis sosial
kepada negara-negara penerima utang.
e. Pemerintah nasional maupun lokal.
f. Para pensiunan bisa menyisihkan sebagian dananya untuk investasi di bisnis
sosial.
g. Kaum muda yang masih sekolah atau yang sudah lulus bisa memilih untuk
menciptakan bisnis sosial didorong oleh idealisme menciptakan kesejahteraan
dan keadilan dan peluang untuk mengubah dunia.15
Bisnis sosial adalah bisnis seperti bisnis saat ini, tetap mengambil
keuntungan agar roda perusahaan tetap berjalan, mampu memperbesar usaha,
membuka cabang baru, menggaji professional dengan gaji sesuai pasaran,
menjalankan promosi dan strategi marketing. Ukuran keberhasilan bukan pada
berapa keuntungan materi tapi berapa banyak orang yang telah dibantu dan
mendapatkan manfaatnya, serta dampak positif apa yang ditimbulkan. Investor,
Pemilik perusahaan boleh menarik kembali modal yang ditanam dari keuntungan
15 J. Sudrijanta, SJ on December 16th, 2008, Bisnis Sosial sebagai Jalan Alternatif terhadap
Krisis Global, dalam http://gerejastanna.org/bisnis-sosial-sebagai-jalan-alternatif-terhadap-krisis-global/. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
36
sampai 100%, setelah itu tidak boleh ambil lagi. Keuntungan berikut akan diputar
kedalam perusahaan.
Ini menarik. Para donatur yang biasanya menyumbang tak harap kembali,
bisa mendapatkan uangnya kembali dari konsep Bisnis Sosial. Donatur bisa
mengivestasikan lagi ke Binis Sosial lainnya, terus dan terus. Dengan demikian
orang miskin tidak selalu mengharapkan uang dari donatur karena ada mesin uang
yang sudah berjalan. Pemberian uang tunai sangat tidak mendidik dan tidak
memacu orang untuk berkarya lebih keras.
Ciri-ciri Binis Sosial bisa beraneka ragam dengan visi dan misi yang sama.
Mereka merancang, menjual produk yang dibutuhkan kalangan miskin dengan
harga murah tapi perusahaan harus tetap bisa untung. Memberikan keringanan
dalam membayar jika barangnya tidak bisa dibuat murah. Produk yang dijual
umumnya yang berdampak meningkatkan kesehjateraan orang miskin misalnya
makanan sehat bagi anak-anak, solar cell untuk pembangkit listrik 50 watt, kredit
mikro.
Semakin banyak orang menjalankan Bisnis Sosial, lambat laun kemiskinan
akan terkikis dengan sendirinya.16
16 Bisnis Sosial Jadi Pilihan para Donatur, July 23rd, 2008 dalam http://www.
andaisaja.com/?cat=8. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
37
BAB III
BIOGRAFI MUHAMMAD YUNUS
A. Riwayat Hidup Muhammad Yunus
Yunus lahir pada 28 Juni 1940, adalah seorang bankir dan ekonom. Dia
adalah profesor ekonomi yang terkenal dengan keberhasilan penerapan kredit
mikronya; yaitu perluasan pinjaman kecil. Pinjaman ini diberikan pada
pengusaha-pengusaha yang terlalu miskin untuk memenuhi syarat atas
peminjaman bank tradisional. Yunus juga pendiri bank Grameen.
Dia adalah ketiga tertua dari sembilan saudaranya. Yunus lahir 28 Juni
1940 dari sebuah keluarga muslim di desa Bathua, sekitar Boxirhat Road di
Hathazari, Chittagong, Bangladesh. Ayahnya adalah Hazi Dula Mia Shoudagar,
seorang penjual permata dan ibunya adalah Sofia Khatun.
Dia menghabiskan awal masa kanak-kanaknya di desa pada 1944, lalu
keluarganya pindah ke kota Chittagong dan diapun pindah sekolah dari SD di
desanya ke SD Lamabazar. Pada 1949, ibunya menderita penyakit kejiwaan.
Dia melewati ujian masuk perguruan tinggi di kampus Chittagong
Collegiate School dan berada di posisi ke 16 dari 39 ribu siswa yang beruji di
Pakistan Timur. Selama tahun-tahun dia sekolah, dia adalah anggota pramuka
yang aktif, dan sudah berjalan ke Pakistan Timur dan India pada 1952, dan ke
Kanada pada 1955 untuk mengikuti Jambore-Jambore.
Lalu saat Yunus kuliah di Chittagong College, dia menjadi aktifis dalam
38
aktifitas-aktifitas budaya dan memenangkan penghargaan untuk aksi panggung.
Pada 1957, dia mengambil jurusan ekonomi di Dhaka University dan
menyelesaikan BA nya, pada tahun 1960 dan MA pada 1961.
Yunus bergabung dalam Bureau of Economics sebagai asisten peneliti
dalam penelitian-penelitian masalah ekonominya Profesor Nurul Islam dan
Rehman Sobhan. Lalu dia ditunjuk sebagai penceramah dalam bidang ekonomi
di Chittagong College pada 1961. Selama waktu itu, dia juga mulai usaha di
pabrik pembungkus yang menguntungkan.
Dia pun ditawari beasiswa Fulbrighat untuk belajar di US pada tahun
1965. Dia memperoleh gelar Ph.D. dibidang ekonomi di Vanderbilt University,
US melalui jurusan Economic Development pada 1969. Dari tahun itu hingga
1972 Yunus menjadi profesor asisten ekonomi di Middle Tennessee State
University di Murfreesboro, TN. Selama perang pembebasan Bangladesh pada
1971, Yunus mendirikan komisi warga dan bergegas ke Bangladesh Information
Center, dengan beberapa orang Bangladesh lain yang tinggal di US, untuk
memberikan dukungan atas kebebasan.
Dia juga mempublikasi Bangladesh Neswletter dari rumahnya di
Nashville. Setelah perang, Yunus kembali ke Bangladesh dan di tetapkan sebagai
anggota Goverment Planning Commission yang di ketuai oleh Nurul Islam, lalu
dia merasa bosan dengan pekerjaaan itu dan pindah ke Chittagong University
sebagai kepala bagian Ekonomi.
Dia menjadi terlibat dalam penurunan kemiskinan setelah mengamati
39
kelaparan yang terjadi tahun 1974, dan mendirikan program ekonomi pedesaan
sebagai proyek riset. Pada 1975, dia mengembangkan Nabajug (New Era (Masa
baru)) Tebhaga Khamar (three share farm (pertanian bagi tiga)) yang diadopsi
pemerintah sebagai perogram masukan pembungkus. Agar proyek itu bisa lebih
efektif, Yunus dan kelompoknya mengajukan program Gram Sarkar
(pemerintahan desa). Dikenalkan oleh presiden Ziaur Rahman pada akhir tahun
1970-an, pemerintah mendirikan 40,392 pemerintahan-pemerintahan desa
sebagai pemerintah lapisan ke empat pada tahun 2003.
2 Agustus 2005, dalam menjawab surat permohonan dari Bangladesh
Legal Aids dan Services Trust (BLAST) akhirnya Hakim Agung mengumumkan
bahwa Gram Sarkar adalah Ilegal dan tidak sesuai dengan konstitusi.
Pada 1976, selama kunjungan ke wilayah perumahan termiskin di desa
Jobra dekat Chittagong University, Yunus menemukan bahwa pinjaman yang
sangat sedikit bisa membuat ketidakseimbangan pada orang miskin. Wanita-
wanita Jobra yang membuat peralatan rumah tangga dari bambu telah mengambil
pinjaman yang banyak untuk membeli bambu, untuk membayar keuntungannya
kepada tukang kredit. Pinjaman pertamanya 27 dolar dari sakunya yang
dikeluarkan untuk 42 wanita di desa, yang membayar keuntungan bersihnya 0.52
(0.02 dolar) dalam tiap pinjaman.
Konsep penyediaan kredit bagi orang miskin sebagai alat untuk
mengurangi kemiskinan bukanlah hal yang unik. Dr. Akhtar Hameed Khan,
pendiri Academy for Rural Development (sekarang menjadi Bangladesh
40
Academy for Rural Development), dihargai karena memelopori ide. Dari
pengalamannya di Jobra, Yunus dan Dr. Hameed, menyadari bahwa pembuatan
suatu institusi dibutuhkan untuk memberikan pinjaman pada mereka yang tak
punya apa-apa.
Sementara bank-bank tradisional tidak tertarik untuk memberikan
pinjaman berjumlah kecil dalam tingkat bunga yang tidak masuk akal bagi orang-
orang miskin karena resiko pembayaran yang tinggi, Yunus percaya bahwa
memberikan kesempatan kepada orang miskin untuk melunasi uang yang
dipinjam oleh karena itu kredit kecil merupakan model bisnis yang dapat terus
berjalan
Yunus dan koleganya menghadapi tantangan dari kelompok konservatif
aliran kiri radikal yang mengatakan kepada para wanita bahwa mereka akan
ditolak di pekuburan muslim jika mereka meminjam uang dari Grameen Bank.
Pada bulan juli 2007, Grameen Bank telah mengeluarkan 6.39 miliyar dolar
untuk 7.4 juta peminjam. Untuk memastikan pengembalian pinjaman, bank
menggunakan sistem grup solidaritas. Kelompok informal ini bersama-sama
mengunakan dana pinjaman dan -bersama anggotanya- bertindak sebagai
penjamin akan pengembalian pinjaman dan saling mendukung pada
pengembangan ekonomi itu sendiri.
Akhirnya Yunus sukses dalam pengamanan pinjaman dari Bank Janata
Pemerintah untuk meminjamkannya kepada orang miskin di Jobra Desember
1976. Sebuah lembaga melanjutkan operasinya dengan pinjaman keamanan dari
41
bank lain untuk proyeknya. Tahun 1982, Bank mempunyai 2.800 anggota.Pada
tanggal 1 Oktober 1983 pemimpin proyek mulai mengoperasikan sebagai full-
fledged bank dan berganti nama menjadi Grameen Bank (Bank Desa) untuk
memberikan pinjaman kepada orang miskin Bangladesh. Yunus dan rekan
kerjanya mengalami segalanya dari seorang radikal yang jahat.1
Grameen Bank mulai membuka cabang pada akhir tahun 1980 ketika ia
mulai memanfaatkan tambak ikan yang terlantar dan tak terpakai, begitu juga
pompa irigasi seperti turbin. Pada tahun 1989, semua itu mulai berkembang
menjadi organisasi tersendiri, seperti proyek perikanan menjadi Grameen Motsho
(yayasan perikanan grameen) dan proyek irigasi menjadi Grameen Krishi
(yayasan Agrikultur Grameen). Selanjutnya, inisiatif Grameen telah berkembang
menjadi beberapa kelompok usaha profit dan non profit, termasuk proyek besar
seperti Grameen Trust dan Grameen Fund yang berjalan setara dengan Grameen
Sofwar Limited, Grameen Cybernet Limited, dan Grameen Knitwear Limited,
begitu juga Grameen Telecom yang memiliki saham di Grameenphone (GP),
sektor perusahaan telepon swasta terbesar di Banglades. Proyek Village phone
(polli phone) milik GP telah membawa kepemilikan cell-phone hingga mencapai
260 ribu kampung miskin di 50 ribu desa sejak awal proyek tersebut, bulan
Maret 1997.
Keberhasilan model microfinasial Grameen telah memberi inspirasi dan
ditiru oleh ratusan negera berkembang bahkan negara maju termasuk US banyak,
1 http://www.grameen.com/index.php.com . Diakses pada tanggal 22/09/2008
42
tapi tidak semua, proyek kredit mikro yang menekankan pinjamannya khususnya
pada wanita. Lebih dari 94% pinjaman 2 loan telah keluar untuk wanita, yang
menderita ketimpangan kerena miskin dan yang lebih memungkinkan untuk
menghabiskan penghasilannya pada keluarga. Karena kerjanya di Grameen
Bank, Yunus diberi nama: Ashoka: Pendiri Public Academy Member tahun 2001
Tahun 2006 Yunus dan bank itu di anugerahi Nobel Perdamaian, "atas
usaha mereka untuk membuat pengembangan sosial ekonomi dari bawah."
Yunus menerima beberapa penghargaan tingkat nasional dan internasional
lainnya. Dia adalah pengarang buku Banker to the Poor dan mendirikan anggota
dewan yang mendirikan Grameen Foundation. Pada awal tahun 2007, Yunus
mulai tertarik terjun ke partai politik yang bernama Nagorik Shakti (kekuatan
warga), tapi kemudian membatalkan rencananya, dia juga adalah salah seorang
anggota Global Elder (Sesepuh purba dunia )
Yunus dianugerahi hadiah Nobel Perdamaian bersama dengan Bank
Grameen pada tahun 2006 atas usaha mereka mengembangkan sosial ekonomi
masyarakat jelata. Dalam penyambutan penganugerahan Norwegian Nobel
Committe, disebutkan;
Yunus telah membuktikan kepada dirinya sendiri untuk menjadi pemimpin yang telah berusaha untuk memaknai visi kedalam aksi nyata demi keuntungan berjuta umat manusia, tidak hanya di Bangladesh, tapi juga di banyak negara lainnya. Pinjaman pada kaum miskin tanpa adanya jaminan keamanan finansial tampak menjadi ide yang memungkinkan. Dari kerendahan-hati yang berawal tiga puluh tahun yang lalu, Yunus, pertama dan terutama melalui Bank Grameen, telah mengembangkan kredit mikro ke dalam sarana penting dalam perjuangan ke dalam kemiskinan.
43
Yunus adalah orang Bangladesh pertama dan orang Bengali ketiga yang
pernah mendapatkan hadiah Nobel. Setelah mendapat kabar dari hadiah itu,
Yunus mengumumkan bahwa dia akan menggunakan bagiannya atas hadiah 1.4
juta dolarnya untuk membuat perusahaan makanan bernutrisi tinggi murah
meriah untuk dikonsumsi rakyat jelata, sementara sisanya akan dipakai untuk
memulai membangun rumah sakit mata untuk orang miskin di Bangladesh.
Mantan President US, Bill Clinton, adalah seorang pendukung atas
peraihan hadiah nobel terhadap Yunus. Dia mengekspresikannya dalam majalah
Rolling Stone sebagaimanapula di ungkapkan dalam autobiografinya My Life.
Dalam pidatonya di University of California, Berkeley 2002, President Clinton
menggambarkan Yunus sebagai "manusia yang jauh sebelumnya telah pantas
memenangkan hadiah Nobel (dan) saya akan terus mengatakan hal itu hingga
akhirnya hadiah itu sampai padanya." Dia juga memenangkan sejumlah
penghargaan lainnya, termasuk penghargaan Ramon Magsaysay Award, World
Food Prize, Sydney Peace Prize, dan pada desember 2007, Ecuadorian Peace
Prize.
Disamping itu, Yunus telah dianugerahi 26 gelar doktor kehormatan, dan
15 penghargaan spesial. Pemerintah Bangladesh mengeluarkan prangko
peringatan untuk menghormati Nobelnya. Pada Januari 2008, Houston, Texas
mengumumkan tanggal 14 Januari sebagai hari “Yunus.”
Di awal 2006, dia bersama anggota masyarakat lainnya termasuk Prof
Rehman Sobhan, Justice Muhammad Habiburrahman, Dr Kamal Hossain, Matiur
44
Rahman, Mahfuz Anam dan Debapriya Bhattchariya berpartisipasi dalam
kampanye kejujuran dan kebersihan salah satu calon dalam pemilu nasional. Dia
mempertimbangkan memasuki partai politik di akhir tahun itu.
Pada 11 Februari 2007, Yunus menulis surat terbuka,
mempublikasikannya di surat kabar Daily Star. Disana, dia meminta seluruh
warga agar melihat rencananya untuk bergabung dalam partai politik untuk
mendirikan niat baik politis, kepemimpinan yang pantas dan pemerintahan yang
baik.
Dalam surat itu dia meminta setiap orang untuk memberi sedikit gambaran
bagaimana dia harus mengerjakan tugasnya dan bagaimana meraka bisa
berkonstribusi di dalamnya. Akhirnya Yunus mengumumkan berdirinya partai
baru yang sementara yang di sebut Nagorik Shakti (citizen power) pada 18
Februari 2007.
Ada spekulasi bahwa tentara mendukung masuknya Yunus ke politik.
Tanggal 3 Mei, Yunus mengumumkan bahwa dia memutuskan untuk
meninggalkan karir politik setelah mengikuti pertemuan dengan kepala
pemerintah sementara Fakhruddin Ahmed
Pada 18 July 2007, di Johannesburg, Afrika selatan, Nelsen Mandela,
Graca Machel dan Desmond Tutu memanggil sebuah kelompok pemimpin dunia,
untuk mengkonstribusikan kebijaksanaannya, kepemimpinan yang independen,
dan integritas bersama terhadap dunia. Nelson Mandela mengumumkan grup
baru ini sebagai, The Global Elders dalam pidato yang dia sampaikan dalam
45
kesempatan ulang tahunnya yang ke-89.
Uskup Tutu menjabat sebagai Kepala The Elders. anggota kelompok yang
berdiri dalam group ini adalah Machel, Kofi Annan, Ela Bhatt, Gro Harlem
Brundtland, Jimmy Carter, Li Zhaoxing, Mary Robinson dan Yunus. The Elder
didirikan secara independen oleh sejumlah pendiri yaitu: Richard Branson, Peter
Gabriel, Ray Chambers; Michael Chambers; Bridgeway Foundation; Pam
Omidyar, Humanity United; Amy Robbins; Shashi Ruia, Dick Tarlow; dan The
United Nations Foundation.
Pada tahun 1967, Saat Yunus menghadiri Universitas Vanderbilt, dia
bertemu dengan Vera Forostenko, seorang mahasiswa sastra Rusia di kampus itu
dan seorang anak Rusia yang pindah ke Trenton, New Jersey, US. Tahun 1970
Merekapun menikah. Pernikahannya dengan Vera berakhir beberapa bulan
setelah kelahiran bayi mereka Monica Yunus (1979 Chittagong), ketika Vera
kembali ke New Jersey dan mengatakan bahwa Bangladesh bukanlah tempat
yang baik untuk membesarkan anak.
Kemudian Yunus menikahi Afrozi Yunus, seorang gadis yang kemudian
menjadi peneliti di Fisika di Manchester University. Afrozi kemudian di tunjuk
sebagai profesor fisika di Jahangirnagar Universtity. Anak mereka Deena Afroz
Yunus lahir 1986.
Saudaranya juga seorang yang aktif di kampus. Muhammad Ibrahim,
saudara Yunus ini, adalah seorang profesor fisika di Dhaka University dan
perdiri The Center for Mass Education in Science (CMES), yang menyediakan
46
pendidikan sains untuk gadis-gadis remaja desa. Adiknya Muhammad Jahangir
adalah presenter televisi terkenal. Monica anak pertama Yunus, adalah penyanyi
soprano America berdarah Bangladesh-Russia, bekerja di New York.2
Adapun beberapa penghargaan internasional yang telah di terima Yunus
antara lain adalah sebagai berikut : Ramon Magsaysay Award (1984) from
Philippines; Aga Khan Award for Architecture (1989) from Switzerland;
Mohamed Shabdeen Award for Science, Socio Economic (1993) from Sri Lanka;
World Food Prize (1994) from U.S.A.; Simon Bolivar Prize (1996) from
Venezuela; Man for Peace Award (1997) from Italy, Prince of Austurias Award
for Concord (1998) from Spain; Ozaki (Gakudo) Award (1998) from Japan;
Indira Gandhi Award (1998) from India; Sydney Peace Prize (1998) from
Australia, Rotary Award for World Understanding (1999) from U.S.A., Golden
Pegasus Award (1999) from Italy, Roma Award for Peace and Humanitarian
Action (1999) from Italy, King Hussein Humanitarian Leadership Award (2000)
from Jordan, International Cooperation Prize Caja de Granada (2001) from
Spain, NAVARRA International Aid Award (2001) from Spain, Grand Prize of
the Fukuoka Asian Culture Prize (2001) from Japan, Mahatma Gandhi Award
(2002) from U.S.A., Volvo Environment Prize (2003) from Sweden, Citta di
Orvieto Award (2004) from Italy, Nikkei Asia Prize (2004) from Japan, The
Economist Award for Social and Economic Innovation (2004) from U.S.A.,
Golden Cross of the Civil Order of the Social Solidarity (2005) from Spain,
2 Lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad Yunus. Diakses pada tanggal 05/09/2008.
47
Freedom Award (2005) from U.S.A., Prize Il Ponte (2005) from Italy,
Foundation of Justice (2005) award from Valencia, Spain, Neustadt Award
(2006) from U.S.A, Global Citizen of the Year Award (2006) from U.S.A.,
Franklin D. Roosevelt Freedom Award (2006) from Netherlands, ITU World
Information Society Award (2006) from Switzerland, Seoul Peace Prize (2006)
from Korea, Convivencia (Good Fellowship) of Ceuta Award (2006) from Spain,
Nobel Peace Prize (2006) from Norway, Disaster Mitigation Award (2006) from
India, SHERA BANGALEE Award (2006) from Kolkata, India, Global
Trailblazer Award (2007) from USA, ABICC Award For Leadership in Global
Trade (2007) from U.S.A., Social Entrepreneur Award (2007) from U.S.A.,
Global Entrepreneurship Leader Award (2007) from U.S.A., Red Cross Gold
Medal (2007) from Spain, Rabindra Nath Tagore Birth Centenary Plaque (2007)
from Kolkata, India, EFR-Business Week Award (2007) from Netherlands,
Nichols-Chancellorâ, Medal (2007) from U.S.A., Vision Award (2007) from
Germany, BAFI Global Achievement Award (2007) from U.S.A.
Sedangkan di Bangladesh, Yunus menerima beberapa penghargaan
berupa: President's Award (1978); Central Bank Award (1985); dan
Independence Day Award (1987), penghargaan nasional tertinggi. Dia
menduduki kursi pertama kelompok penasehat politik dari organisasi CGAP
(Consultative Group to Assist the Poorest (kelompok penasehat untuk membantu
orang-orang yang paling miskin)). Dia telah ditunjuk untuk menjadi Goodwill
Ambassador untuk UNAIDS oleh PBB. Dia juga dilantik menjadi anggota
48
Legion d'Honneur oleh Presiden Perancis, Chirac.
Yunus juga telah menerima gelar kehormatan doktor dari Universitas-
universitas berikut ini : University of East Anglia, U.K. (1992), Oberlin College,
U.S.A. (1993), University of Toronto, Canada (1995), Haverford College, U.S.A.
(1996), Warwick University, U.K.(1996), Saint Xaviers' University, U.S.A.
(1997), University of the South, U.S.A. (1998), Katholieke Universiteit Leuven,
Belgium (1998), Yale University, U.S.A. (1998). Brigham Young University,
U.S.A. (1998), University of Sydney, Australia (1998), Queensland University of
Technology, Brisbane, Australia (2000), University of Turin, Italy (2000),
Colgate University, Hamilton, U.S.A. (2002), University Catholique of Louvain,
Belgium (2003), Universitad Nacional De Cuyo, Argentina (2003), University of
Natal, South Africa (2003), Bidhan Chandra Krishi Viswayvidyalaya, India
(2004), Asian Institute of Technology, Thailand (2004), University of Florence,
Italy (2004), University of Bologna, Italy (2004), University of Complutense,
Spain (2004), University of Venda, South Africa (2006), American University of
Beirut, Lebanon (2006), University of Alicante, Spain (2006), University of
Valencia, Spain (2006), University of Jaume I, Spain (2006).
Yunus mengabdikan diri sebagai dewan pengurus dari beberapa organisasi
internasional. Selain Bank Grameen, dia juga mendirikan beberapa perusahaan di
Bangladesh untuk address berbagai macam persoalan kemiskinan dan
pengembangan. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain : Grameen Phone
(sebuah pabrik telepon selular), Grameen Cybernet (Penyedia layanan (server)
49
Internet), Grameen Communications (penyedia layanan Internet untuk pedesaan),
Grameen Software company (perusahaan pembuat peranti lunak), Grameen
Information Technology Park, Grameen Fund (penyedia modal usaha sosial),
Grameen Capital Management company, Grameen Textile company, Grameen
Knitwear company, Grameen Renewable Energy company, Grameen Health
company, Grameen Education company, Grameen Agriculture company,
Grameen Fisheries and Livestock company (perikanan dan peternakan), Grameen
Business Promotion company dan lain sebaginya.3
B. Karya-karya Yunus
Sebagai seorang praktisi, karya tulis yang telah dihasilkan Yunus bisa
dibilang produktif, baik yang berbentuk buku, ataupun yang berbentuk artikel.
Karya-karya ilmiah umumnya ditulis dengan menggunakan bahasa Perancis dan
Inggris. Yunus telah mempublikasikan beberapa buku dalam bahasa Inggris
(yang telah diterjemahkan kedalam beberapa bahasa, termasuk Indonesia). Buku-
bukunya berkenaan dengan ekonomi, sosial, kemiskinan, dan Gramen Bank yang
didirikannya. Antara tahun 1976 dan 2008 banyak artikel yang telah ditulisnya.
Buku-buku yang telah dihasilkannya antara lain adalah:
1. Banker to the Poor: The Autobiography of Muhammad Yunus,
Founder of Grameen Bank, Oleh Muhammad Yunus, Alan Jolis,
Kontributor Alan Jolis, Diterbitkan oleh Oxford University Press,
3 http://www.grameen.com/index.php.com . Diakses pada tanggal 22/09/2008.
50
2001.
Buku ini menceritakan tentang autobiografi Yunus dan
Grameen bank yang didirikannya.
Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa sosok seorang Yunus
adalah hal yang jarang: visioner yang bonafid. Impiannya adalah
menghapus kemiskinan secara total dari dunia. Pada tahun 1983,
dengan menentang saran perbankan dan pemerintah, Yunus
mendirikan Grameen, sebuah bank yang ditujukan untuk menyediakan
pinjaman kecil kepada masyarakat miskin. Grameen Bank,
berdasarkan kepercayaan bahwa kredit adalah hak asasi manusia,
bukanlah hak istimewa beberapa gelintir orang, sekarang telah
menyediakan lebih dari 2,5 miliar dolar pinjaman mikro untuk lebih
dari dua juta keluarga di daerah pedesaan Banglades. 94 persen klien
Yunus adalah wanita, rata-rata pembayarannya adalah seratus persen.
Di seluruh dunia, program pinjaman mikro yang digagas Grameen
Bank sedang berkembang, dengan lebih dari tiga ratus program yang
didirikan di USA sendiri.
Bank untuk orang miskin adalah memoar Yunus tentang
bagaimana dia memutuskan untuk merubah hidupnya agar bisa
membantu kemisikinan dunia. Di dalamnya dia telah meninggalkan
jejak perjalanan intelektual dan spritual yang menggiringnya secara
fundamental untuk memikirkan ulang hubungan ekonomi antara yang
51
kaya dengan yang miskin, serta tantangan yang dia hadapi bersama
koleganya dalam membangun Grameen Bank. Dia juga menyediakan
petunjuk bijak lagi bermanfaat bagi siapapun yang ingin bergabung
dengannya di dalam “Memuseumkan kemiskinan sehingga suatu hari
anak-anak kita akan mengunjunginya dan bertanya bagaimana kita
bisa membiarkan hal yang mengerikan tersebut begitu lama.” Bank to
the Poor adalah buku penting dan merupakan bacaan yang penuh
inspirasi bagi siapapun yang tertarik kepada ekonomi, kebijakan
publik dan pilantropi, sejarah sosial dan bisnis.
Yunus dilahirkan di Banglades dan mendapatkan gelar Ph. D
dalam ekonomi di universitas Vanderbilt USA, dimana dia sangat
dipengaruhi oleh gerakan hak-hak sipil. Dia masih tinggal di
Banglades dan mengelilingi dunia demi Grameen Bank dan konsep
mikro kredit.
Yunus di lahirkan pada tahun 1940 di Chittagong, sebuah
pelabuhan di Banglades, anak ketiga dari empat belas bersaudara, lima
diantaranya meninggal ketika masih kecil. Dia menempuh pendidikan
di universitas Dhaka dan mendapatkan beasiswa Fulbright untuk
belajar ekonomi di uniniversitas vanderbilt. Tahun 1972 dia menjadi
ketua jurusan ekonomi di universitas Chittagong. Dia adalah pendiri
dan direktur Grameen Bank.
52
2. Creating A World Without Poverty: Social Business and the Future of
Capitalism, Oleh Muhammad Yunus, Diterbitkan oleh PublicAffairs,
2008, 296 halaman.
Buku ini menggambarkan bagaimana Yunus dalam
kemitraannya dengan beberapa pemimpin bisnis dunia paling visioner
telah meluncurkan bisnis yang dirancang demi tujuan sosial pertama
kali di dunia. Menurut Yunus, Bagaimana anda bisa menggunakan
kekuatan pasar bebas untuk memecahkan masalah kelaparan,
keimiskinan dan ketidak adilan? Untuk beberapa kalangan, hal
tersebut terdengar mustahil. Akan tetapi peraih nobel perdamaian,
Yunus, justru sedang Mempraktekannya. Sebagai pendiri Grameen
Bank, Yunus memprakarsai mikrokredit, program bank innovatif yang
menyediakan pinjaman kecil bagi masyarakat miskin, utamanya
wanita, sebagai modal bisnis demi mengangkat keluarga mereka dari
kemisikinan. Selama tiga puluh tahun, mikrokredit telah menyebar ke
setiap benua dan memberikan manfaat kepada lebih 100 juta keluarga.
Tetapi Yunus masih belum puas. Dia percaya, Masih banyak yang bisa
dikerjakan, jika dinamika kapitalisme bisa diterapkan untuk
menghadapi tantangan kemanusiaan terbesar.
Sekarang, dalam bukunya Creating World Without Poverty,
Yunus melampui mikrokredit untuk memprakasai gagasan bisnis
social sebagai cara yang benar-benar baru untuk menggunakan bisnis
53
demi mengatasi masalah kemiskinan masarakat dan polusi hingga
masalah perawatan kesehatan yang tidak memadai serta kurangnya
pendidikan. Buku ini menggambarkan bagaimana Yunus dalam
kemitraannya dengan beberapa pemimpin bisnis dunia paling visioner
telah meluncurkan bisnis yang dirancang demi tujuan sosial pertama
kali di dunia. Dengan bekerja sama dengan Danone untuk
memproduksi yogurt bernutrisi dengan harga terjangkau bagi anak-
anak kurang gizi di Bangladesh dan membangun rumah sakit
perawatan mata yang menyelamatkan ribuan orang miskin dari
kebuataan, Creating A World Without A Poverty memberikan
pandangan sekilas yang mengagumkan.
Di masa yang akan datang Yunus memperkirakan sebuah dunia
yang dirubah oleh ribuan bisnis sosial. Gagasan Yunus besar
selanjutnya adalah menawarkan sebauh model bisnis baru dan lebih
manusiawi dari pada kapitalisme.4
Karya-karya di atas memperlihatkan keahlian, ketekunan dan
kedisiplinan terhadap ilmu yang ditekuninya. Ini sekaligus
mencerminkan bahwa beliau pantas meraih penghargaan berupa Nobel
perdamaian.
Sedangkan buku-bukunya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
di antaranya adalah:
4 lihat http://www.grameen-info.org/book/index.htm. Diakses pada tanggal 22/09/2008.
54
1. “Bank Kaum Miskin : Kisah Yunus dan Grameen Bank Memerangi
Kemiskinan. Diterjemahkan oleh Irfan Nasution. Jakarta: Marjin Kiri,
2007, Cet III.”
2. “Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan ; Bagaimana Bisnis Sosial
Mengubah Kehidupan Kita. Diterjemahkan oleh Rani R. Moediarta.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2008, h. 119”
Sementara artikel-artikel dalam bahasa Inggris yang telah dihasilkannya
antara lain adalah:
1. A national strategy for economic growth and poverty reduction.
http://bids.sdnbd.org.
2. Grameen Bank's Struggling (Beggar) Members Programme, July,
2005. http://www.grameen-info.org/index.html.
3. Grameen Bank II Designed to Open New Possibilities, October 2002.
4. Expanding Microcredit Outreach to Reach the Millennium
Development Goal- Some Issues for Attention. Resented at the
International Seminar on Attacking Poverty with Microcredit,
organized by PKSF in Dhaka, January 8-9, 2003.
http://www.grameen-info.org/index.html.
5. Social Business Entrepreneurs Are the Solution. 20-August, 2005.
http://www.grameen-info.org/index.html.
6. Ten Indicators to Assess Poverty leve. August, 2006.
http://www.grameen-info.org/index.html.
55
7. What is Microcredit ? February, 2008.
8. Commonwealth Lecture, 2003. http://www.grameen.com/index.html.
9. Is Grameen Bank Different From Conventional Banks? 20 April –
2008. http://www.grameen.com/index.html.
10. Business Week has named Dr. Yunus as one of "The Greatest
Entrepreneurs of All Time." http://www.businessweek.com.
C. Pokok-pokok pikiran Yunus
Yunus sangat yakin bahwa semua manusia memiliki keterampilan bawaan
lahir. Yunus menyebutnya sebagai keterampilan bertahan hidup. Fakta bahwa
kaum miskin bisa hidup jelas membuktikan kemampuan itu. Mereka tidak perlu
diberi pelajaran bagaimana cara untuk bertahan hidup; mereka sudah tahu
bagaimana caranya. Jadi, daripada membuang waktu mengajari mereka
keterampilan baru, Yunus mencoba memanfaatkan semaksimal mungkin
keterampilan yang sudah mereka miliki. Memberi akses kredit kepada kaum
miskin menjadikan mereka segera mempraktikkan keterampilan yang sudah
mereka pahami: menenun, menumbuk padi, beternak sapi, dan mengayuh becak.
Uang yang mereka peroleh selanjutnya menjadi alat, kunci yang membuka
sejumlah kemampuan lain dan memberi mereka peluang menggali potensi
dirinya. Para peminjam seringkali saling mengajari teknik-teknik baru yang
membuat mereka bisa lebih memanfaatkan keterampilannya bertahan hidup.
Mereka mengajarkan jauh lebih baik dari yang pernah bisa Yunus lakukan.
56
Para pengambil kebijakan di pemerintahan, ornop-ornop, dan konsultan-
konsultan internasional biasanya memulai kerja pengentasan kemiskinan dengan
menyelenggarakan program-program pelatihan besar. Mereka melakukan itu
karena dari awal mereka berasumsi bahwa orang menjadi miskin karena tidak
terampil. Pelatihan tersebut juga mengekalkan sesuatu yang konkret. Berkat
aliran dana bantuan dan anggaran kesejahteraan, sebuah industri raksasa
berkembang dengan tujuan tunggal menyediakan pelatihan. Para ahli
pengentasan kemiskinan bersikeras bahwa pelatihan mutlak diperlukan oleh
kaum miskin untuk meningkatkan jenjang perekonomiannya. Tapi bila kita
berada di dunia nyata, tidak bisa tidak kita akan melihat bahwa kaum miskin
menjadi miskin bukan karena tidak terampil atau buta huruf, tapi karena mereka
tidak bisa menyisihkan hasil yang di peroleh dari kerja mereka. Mereka tidak
memiliki kontrol atas modal, dan kemampuan mengontrol modallah yang
memberi orang kekuatan untuk lepas dari kemiskinan. Laba tak pelak lagi bias
terhadap modal. Dalam kondisi tak berdaya, kaum miskin bekerja untuk
keuntungan orang lain yang memiliki kontrol atas aset produktif. Mereka tidak
bisa memiliki kontrol atas modal karena mereka tidak mewarisi modal atau kredit
dan tak ada yang memberi mereka akses modal atau kredit karena dianggap tidak
layak kredit.5
Pandangan Yunus tentang orang miskin sangat berbeda dengan pandangan
orang pada umumnya. Ada pendapat di kalangan teknik, intelektual dan politik,
5 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h.141.
57
bahwa kaum miskin di dunia harus menunggu dengan sabar sampai kemajuan
teknik, ekonomi, ilmu pengetahuan, perdagangan bebas secara global tercapai.
Pandangan ini memperlihatkan bahwa kaum miskin itu sebagai objek bukan
subjek dan terus menerus menjadi beban bagi negara-negara kaya. Untuk itu,
Yunus berjuang untuk membuktikan bahwa pandangan tersebut tidak benar.
Perjuangan untuk membuktikan bahwa orang miskin bukan beban adalah
perjuangan yang heroik. Ia membongkar seluruh arogansi yang menempelkan
stigma, mendiskriminasi, dan mengintimidasi orang miskin. Beliau yakin orang-
orang miskin itu orang cerdas, yang dibutuhkan mereka hanya akses saja bukan
sedekah yang membuat mereka kurang kreatif.6
Orang miskin bisa berarti banyak hal. Bagi sebagian, istilah itu bisa
mengacu pada pengangguran, orang buta huruf, orang tunakisma, atau orang
tunawisma. Bagi yang lain, orang miskin adalah orang yang tidak bisa
mendapatkan cukup pangan untuk menghidupi keluarganya selama setahun
penuh. Yang lainnya berpikir orang miskin adalah orang yang memiliki rumah
gubuk beratap rumbia, yang menderita gizi buruk, atau yang tidak bisa
menyekolahkan anak-anaknya. Ketidakjelasan konseptual semacam ini sangat
merugikan upaya-upaya Yunus dan Bank Grameen mengentaskan kemiskinan.
Satu hal, kebanyakan definisi kemiskinan mengabaikan perempuan dan anak-
6 G. budiwaluyo, Option For The Poor versi Muhammad Yunus, dalam http://gbudiwaluyo.
wordpress.com/2008/03/04/option-for-the-poor-versi-muhammad-yunus/, Diakses pada tanggal 06/08/2008.
58
anak. Dalam pekerjaannya, Yunus merasa berguna memakai tiga definisi luas
kemiskinan untuk menggambarkan situasi di Bangladesh.7
P1–20 persen paling bawah dari populasi.
(“sangat miskin”/ miskin mutlak)
P2–35 persen paling bawah dari populasi.
P3–50 persen paling bawah dari populasi.
Pada setiap kategori miskin, Yunus sering tambahkan klasifikasi
berdasarkan wilayah, pekerjaan, agama, latar belakang etnis, jenis kelamin,
umur, dsb. Kriteria pekerjaan atau wilayah mungkin tidak bisa seterukur kriteria
aset-pendapatan, tetapi membantu kami dalam membuat sebuah matriks
kemiskinan yang multidimensi.
Ibarat marka-marka navigasi di laut lepas, kemiskinan perlu didefinisikan
secara pasti dan tidak ambigu. Sebuah definisi yang tidak tepat sama buruknya
dengan tanpa definisi sama sekali. Dalam mendefinisikan norang miskin, Yunus
akan memasukkan perempuan-perempuan pengirik gabah di Pertanian Tiga
Pihak, perempuan pembuat kursi bambu, dan pedagang kecil yang harus
meminjam dengan bunga 10 persen per bulan atau kadang per minggu. Yunus
juga akan memasukkan yang lainnya seperti mereka yang memperoleh upah
sedemikian kecil dari mengayam keranjang dan tikar, sampai seringkali mereka
7 Tahun 1995, Kelompok Konsultatif untuk Membantu Kaum Termiskin (CGAP) dan Komite
Kampanye Pertemuan Puncak Kredit Mikro (MSCC) secara formal mendefinisikan orang “miskin” sebagai orang yang hidup di bawah garis kemiskinan dan orang “paling miskin” adalah mereka yang berada di paruh paling bawah dari populasi yang hidup di bawah garis kemiskinan.
59
mengambil jalan mengemis. Orang-orang ini sama sekali tidak memiliki
kesempatan untuk memperbaiki basis ekonominya. Masing-masing terperangkap
dalam kemiskinan.8
Akal sehat Yunus, tidak terima masalah kemiskinan terus berlangsung di
negerinya, Bangladesh. Menurutnya, orang-orang menjadi miskin karena
lembaga-lembaga finansial di negerinya tidak membantu mereka memperluas
basis ekonominya. Tidak ada struktur finansial formal yang tersedia untuk
melayani kebutuhan kredit kaum miskin. Pasar kredit ini, oleh karena
keterbatasan lembaga-lembaga finansial formal, telah diambil alih oleh rentenir
lokal.
Bagi Yunus, yang awalnya seorang akademisi dan bukan seorang bankir,
kredit untuk kaum miskin, orang-orang papa, atau bahkan para perempuan
pengemis yang buta huruf dan sudah barang tentu tidak punya agunan untuk
diberi kredit produktif oleh bank, bukan cuma soal layak atau tidak layak.
Seperti halnya masalah pangan, kredit untuk kaum miskin adalah
keniscayaan yang sudah sampai pada batas akhir eksistensi manusia: hidup atau
mati. Ia menyangkut hak hidup manusia, hak asasi manusia. Nyawa adalah
taruhannya. Kredit untuk orang miskin adalah pinjaman dengan jaminan nyawa.
Yunus mengkritik para ekonom yang menurut dia secara konsisten gagal
memahami kekuatan sosial kredit. ”Kredit menciptakan hak pada sumberdaya.
Dengan demikian, kredit menciptakan kekuatan ekonomi, yang akhirnya
8 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h.42.
60
mnghasilkan kekuatan sosial,” katanya.
Yunus berkeyakinan kredit adalah alat yang netral. Orang miskin tetap
miskin, sebab mereka tidak dapat mempertahankan hasil kerja mereka. Mereka
bekerja untuk keuntungan orang lain yang mengontrol modal, dan orang miskin
tidak memiliki kontrol terhadap modal. Karena itu, ia menghubungkan orang-
orang miskin dengan bank.
Namun bank mengatakan mereka tidak dapat membantu, karena orang-
orang miskin tidak memiliki kolateral (jaminan). Dengan kata lain, orang-orang
tersebut tidak layak bank.
Orang-orang miskin adalah manusia yang paling tidak berharga di mata
bank. Tidak berharga karena mereka tidak bisa dijadikan debitur maupun
kreditor. Apalagi menjadi pemilik bank. Orang-orang miskin tidak memiliki
harta untuk dijadikan kolateral, untuk dijadikan jaminan, dan karena itu mereka
tidak layak mendapat kredit. Bank tetaplah bank yang butuh jaminan, biar pun
orang miskin mati bergeletakan di depan mata mereka.
Dan orang-orang miskin tentu saja tidak mempunyai apa pun untuk
ditabung di bank, sehingga dari sudut apa pun, mereka sepenuhnya bukan dan
tidak layak menjadi nasabah bank.
Tapi Yunus, sosok pria yang puritan, dengan Grameen Bank-nya,
melawan semua pikiran konservatif itu, semua skema kehati-hatian perbankan
(prudential banking), dengan menjadikan orang-orang miskin justru sebagai
stakeholder, dalam arti yang paling esensial, yakni baik sebagai nasabah maupun
61
sebagai pemilik bank.
Grameen Bank bukan sekadar bank tradisional yang kebetulan mengurus
orang miskin. Untuk berhasil sebagai program mengentaskan masyarakat dari
kemiskinan dan sebagai bank, Grameen Bank melakukan dua hal: pertama,
menjangkau orang miskin, dan kedua, memastikan disiplin dalam pengembalian
kredit.
Hal yang kedua menjadi keharusan karena Yunus yakin kredit bukan
kegiatan amal yang akhirnya tidak menyelesaikan masalah kemiskinan. 9
Membuat daftar kriteria menjadi syarat paling penting dalam program anti
kemiskinan yang efektif. Akan tetapi, dari mana program itu harus dimulai?
Apakah pendidikan lebih dulu? Bagaimana dengan infrastruktur? Layanan
kesehatan? Teknologi informasi dan komunikasi? Sanitasi? Perumahan?
Kebutuhan-kebutuhan itu tanpa batas dan sulit dibuat prioritas.
Semua tentu saja penting. Jika memungkinkan, yang terbaik ialah
memulai semua sekaligus. Namun, di Bank Grameen, Yunus beserta rekan-
rekannya berkonsentrasi pada kredit–harfiahnya ialah menyerahkan uang kontan
kepada orang miskin sebagai langkah pertama membantu mereka keluar dari
kemiskinan. Strategi ini lain dari biasa sampai perlu penjelasan, terutama sejak
sebagian besar program anti kemiskinan muncul di mana-mana.
Yunus sangat yakin bahwa setiap manusia punya keterampilan bawaan
9 Budhi Wuryanto, Serba-Serbi; Inspirasi dari orang miskin, MediaBPR no.18 � September –
oktober 2007. Diakses pada tanggal 24/07/2008.
62
tetapi umumnya tidak disadari–keterampilan untuk bertahan hidup. Persis fakta
bahwa orang miskin tetap bertahan hidup merupakan bukti nyata mereka punya
kemampuan ini. Pihak Bank Grameen tidak mengajari mereka cara bertahan
hidup–karena mereka sudah tahu caranya! Daripada membuang waktu mengajari
mereka keterampilan baru, upaya Yunus langsung fokus untuk mencoba
membantu memanfaatkan keterampilan yang ada semaksimal mungkin. Memberi
akses kredit pada orang miskin memungkinkan mereka langsung menerapkan
keterampilan yang sudah mereka miliki–menenun, menyosoh padi, memelihara
ternak, atau mengayuh becak. Uang kontan yang mereka hasilkan dari berbagai
upaya tersebut kemudian jadi sarana, sebagai kunci untuk membuka kemampuan
lain.
Ini bukan berarti orang miskin selalu menyadari keterampilan yang
mereka miliki. Ketika Yunus beserta Bank Grameen menawari kredit pada
perempuan miskin desa, mereka takut mengambil uang dan bilang entah mereka
sudah mengalami begitu banyak ketakutan dan ancaman setelah bertahun-tahun
kedapatan tertindas oleh sikap sosial yang bahkan tidak mereka sadari. Dengan
banyak memberi dorongan semangat dan menunjukkan beberapa contoh sukses
di antara mereka sendiri, Yunus beserta rekannya pelan-pelan akhirnya mengikis
rasa takut. Segera mereka sadar atas keterampilan yang memadai untuk
menggunakan uang itu untuk mendatangkan uang lagi.
Pengambil kebijakan di pemerintahan, konsultan internasional, dan LSM
biasanya mulai dengan asumsi sebaliknya–orang miskin karena mereka tidak
63
punya keterampilan. Berdasarkan asumsi ini mereka memulai berbagai upaya
anti kemiskinan lewat program pelatihan bertele-tele. Sepintas tampak logis,
berdasar pada asumsi mendasar–dan ini juga melestarikan kepentingan ahli anti
kemiskinan. Ini menciptakan banyak pekerjaan dengan dukungan anggaran harus
besar dan pada saat bersamaan melepaskan mereka dari tanggung jawab
menunjukkan hasil konkret. Mereka juga selalu dapat menunjuk ribuan orang
yang sudah ikut pelatihan dan menyatakan “keberhasilan” berdasarkan angka
itu–tidak peduli apa orang itu dan keluarganya sedah berhasil keluar dari
kemiskinan.
Sejujurnya, mayoritas ahli anti kemiskinan bermaksud baik. Mereka
memilih pelatihan karena itu yang didiktekan oleh asumsi keliru. Namun, jika
seseorang menghabiskan cukup banyak waktu untuk hidup di antara orang
miskin, dia akan tahu bahwa kemiskinan disebabkan oleh fakta mereka gagal
mempertahankan pendapatan asli dari kerja mereka. Penyebabnya jelas: Mereka
tidak punya kendali atas modal. Orang miskin bekerja untuk orang lain yang
mengendalikan modal. Ia bisa rentenir seperti orang yang mengeksploitasi warga
miskin di desa Jobra, tempat Yunus memulai kerja, mungkin juga tuan tanah,
pemilik pabrik, atau agen yang merekrut orang miskin untuk bekerja dengan
kondisi nyaris seperti perbudakan. Kesamaan mereka ialah kemampuan mencuri
kerja produktif buruh untuk keuntungan sendiri.
Hal itu disebabkan karena orang miskin tidak mewarisi modal, dan orang
yang ada dalam sistem konvensional tidak pula memberi akses terhadap modal
64
atau kredit. Dunia sudah diciptakan untuk meyakini bahwa orang miskin tidak
layak mendapatkan pinjaman. Yunus merasa yakin bahwa mengubah asumsi ini
merupakan langkah pertama untuk mengatasi masalah kemiskinan.
Menurut Yunus, pelatihan kerja juga tidak ada salahnya untuk diberikan.
Sebab, pelatihan bisa menjadi sangat penting bagi orang untuk mengatasi
kesulitan ekonomi. Akan tetapi, pelatihan hanya bisa diberikan kepada beberapa
orang. Untuk mengatasi kebutuhan begitu banyak orang miskin, strategi terbaik
ialah memberikan kemampuan alamiah orang berkembang sebelum Yunus dan
rekan-rekannya mengenalkan keterampilan baru pada mereka. Memberi
pinjaman kepada orang miskin dan membiarkan mereka menikmati buah kerja
keras–sering untuk pertama kali dalam hidup mereka–membantu menciptakan
situasi yang membuat mereka mulai merasa membutuhkan pelatihan, mencari
sendiri, bahkan bersedia membayar untuk itu (meski tidak lebih dari jumlah
anggaran.) Inilah kondisi yang memungkinkan pelatihan dapat benar-benar
bermakna dan efektif.10
10 Muhammad Yunus, Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan ; Bagaimana Bisnis Sosial
Mengubah Kehidupan Kita, Diterjemahkan oleh Rani R. Moediarta, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2008), h. 119.
65
BAB IV
PEMIKIRAN EKONOMI MUHAMMAD YUNUS
A. Konsep Kredit Tanpa Jaminan Menurut Muhammad Yunus
Pada awalnya, Yunus tidak tahu apa-apa soal cara menjalankan bank untuk
kaum miskin, jadi Yunus harus belajar dari nol. Pada Januari 1977, saat Grameen
mulai berjalan, Yunus mempelajari cara bank lain memberikan pinjaman dan
memetik hikmah dari kesalahan-kesalahan mereka. Bank konvensional dan
koperasi kredit biasanya meminta pembayaran sekaligus. Menyisihkan sejumlah
besar uang tunai saat pinjaman jatuh tempo seringkali dirasa sulit secara
psikologis oleh peminjam. Sebisa mungkin mereka mencoba menunda
pembayaran, yang dalam proses berikutnya membuat pinjaman itu makin lama
semakin membengkak. Akhirnya, mereka putuskan untuk tidak membayarnya
sekali. Pembayaran berjangka panjang dan sekaligus macam ini juga mendorong
peminjam dan kreditur mengabaikan kesulitan-kesulitan yang muncul di awal.
Alih-alih mengatasi masalah pada saat kemunculannya, mereka berharap
masalah-masalah itu akan berlalu saat pinjaman jatuh tempo.
Dalam menerapkan program kreditnya, Yunus memutuskan melakukan hal-
hal yang benar-benar berlawanan dengan yang umumnya dilakukan oleh bank.
Untuk mengatasi hambatan psikologis bagi masyarakat karena pinjaman uang
dalam jumlah besar, Yunus memutuskan untuk melembagakan program cicilan
pinjaman harian. Yunus membuat cicilan pinjaman tersebut sedemikian kecil agar
66
si peminjam hampir tidak merasa kehilangan uangnya. Dan demi memudahkan
akunting, Yunus memutuskan waktu pengembalian pinjaman sepenuhnya
dilakukan dalam satu tahun.1
Adapun mekanisme pembayaran kembali yang digunakan oleh Yunus
beserta kawan-kawannya adalah sebagai berikut:
1. Masa pinjaman satu tahun.
2. Cicilan dibayar tiap minggu.
3. Pembayaran cicilan dimulai satu minggu setelah pinjaman dikucurkan.
4. Tingkat suku bunga 20 persen.
5. Besarnya cicilan sebanyak 2 persen dari total pinjaman perminggu
selama 50 minggu.
6. Pembayaran bunga sebesar 2 taka per minggu untuk setiap pinjaman
sebesar 1.000 taka.2
Strategi-strategi yang diterapkan Grameen Bank amat berbeda dengan bank-
bank konvensional: memberikan kredit tanpa jaminan serta berbunga rendah3
kepada kaum miskin, sistem cicilan setiap hari sehingga tidak memberatkan saat
jatuh tempo, mengkhususkan diri pada nasabah kaum perempuan, membentuk
sistem kelembagaan berupa ’kelompok lima’, menjadikan nasabah juga sebagai
1 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h. 61. 2 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h. 70. 3 Ada tiga jenis kredit yang disalurkan oleh Bank Grameen, yaitu: kredit mata pencaharian
(dengan suku bunga 20 persen), kredit perumahan (dengan suku bunga 8 persen), dan kredit pendidikan tinggi anak-anak Grameen (dengan suku bunga 5 persen).
67
pemegang saham dan komisaris, dan sebagainya.
Menurut Yunus, menjadikan perempuan sebagai nasabah merupakan
strategi yang sangat menarik. Dengan memberikan pinjaman kepada kaum
perempuan Bangladesh ternyata memberikan dampak yang sangat besar bagi
peningkatan ekonomi keluarga dibandingkan kepada laki-laki.4 Sebab, kelaparan
dan kemiskinan yang terjadi di Bangladesh lebih merupakan masalah perempuan
daripada laki-laki. Perempuan mengalami kelaparan dan kemiskinan lebih hebat
daripada laki-laki. Jika ada anggota keluarga yang harus mengalami kelaparan,
hukum tak tertulis mengatakan ibulah yang petama-tama akan mengalaminya. Ibu
juga akan menderita pengalaman traumatis karena tidak mampu menyusui
bayinya selama masa kelaparan dan paceklik. Yunus juga memandang bahwa
kaum perempuan miskin di Bangladesh memiliki kedudukan sosial yang paling
rawan.
Meskipun demikian, kaum perempuan terbukti lebih cepat menyesuaikan
diri dan lebih baik dalam proses membangun kemandirian daripada laki-laki.
Meski mereka tidak bisa baca tulis, dan jarang sekali diizinkan keluar rumah
sendirian, kaum perempuan memandang jauh ke depan dan bekerja keras untuk
membebaskan diri dan keluarganya dari kemiskinan.
Selain itu, Yunus melihat bahwa kaum perempuan lebih besar perhatiannya
dalam menyiapkan kehidupan yang lebih baik bagi anak-anaknya, dan
4 Budhi Wuryanto, Serba-Serbi; Inspirasi dari orang miskin, MediaBPR no.18 � september –
oktober 2007. Diakses pada tanggal 24/07/2008.
68
perilakunya lebih konsisten dibanding laki-laki. Ketika seorang ibu dari keluarga
miskin mulai memperoleh pendapatan, impian keberhasilannya selalu terpusat
terhadap anak-anaknya. Adapun prioritas seorang perempuan yang kedua adalah
rumah tangganya. Dia ingin membeli perkakas rumah tangganya, memperbaiki
rumahnya, atau membeli tempat tidur untuk diri dan keluarganya. Sedangkan
laki-laki memiliki prioritas yang sangat berbeda. Ketika seorang bapak dari
keluarga miskin memperoleh pendapatan lebih, dia lebih memusatkan
perhatiannya pada dirinya sendiri. Oleh karena itu, uang yang masuk ke rumah
tangga melalui perempuan lebih bermanfaat bagi keluarga secara keseluruhan.
Hal itulah yang menjadi alasan utama mengapa Yunus menjadikan kaum
perempuan sebagai nasabah sebagai strategi yang sangat menarik 5
Selain strategi tersebut, pembentukan kelembagaan dalam bentuk
’kelompok lima’ juga merupakan kunci lain bagi keberhasilan program kredit
Grameen Bank. Para nasabah diwajibkan membuat kelompok sebanyak 5-6
orang. Dua di antara mereka yang termiskin mendapat pinjaman pertama. Tiga
yang lain belum akan mendapatkan pinjaman sampai dua yang pertama
mengembalikan pinjaman secara rutin.6 Jika seseorang tidak mampu membayar
kembali pinjamannya, kelompoknya akan dianggap tidak layak memperoleh
kredit yang lebih besar di tahun berikutnya sampai masalah pembayaran bisa
ditanggulangi.
5 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h. 74. 6 Budhi Wuryanto, Serba-Serbi; Inspirasi dari orang miskin, MediaBPR no.18 � september –
oktober 2007. Diakses pada tanggal 24/07/2008.
69
Cara tersebut membangun jejaring dukungan atau tekanan kelompok:
anggota kelompok akan menekan anggota yang sengaja melanggar kesepakatan
dengan Grameen Bank, dan akan mendukung bila ada anggota yang kesulitan
dalam kegiatan ekonominya.
Dengan cara ini, tercipta insentif yang sangat kuat bagi peminjam untuk
saling membantu memecahkan masalah dan mencegah timbulnya masalah. Sistem
ini juga mendorong tanggung jawab pribadi yang besar untuk mengembalikan
pinjaman.7
Untuk itu, Yunus beserta kawan-kawannya perlahan-lahan membangun
mekanisme delivery-recovery sendiri. Mereka terapkan gagasan mereka dan
mengubah prosedurnya sesuai perkembangan. Sebagai contoh, ketika yunus
beserta kawan-kawannya menemukan bahwa kelompok dukungan itu sangat
penting bagi operasinya, mereka mewajibkan setiap pemohon bergabung dalam
sekelompok orang yang memiliki pemikiran sama dan hidup dalam kondisi
sosial-ekonomi serupa. Menurut Yunus, solidaritas akan terjalin lebih kuat apabila
kelompok itu dibentuk oleh para peminjam sendiri, dan Yunus beserta kawan-
kawannya tidak ikut campur dalam mengelola mereka, akan tetapi mereka
menciptakan insentif yang bisa mendorong para peminjam itu saling membantu
demi keberhasilan usaha masing-masing. Keanggotaan kelompok ini tidak hanya
menciptakan rasa aman dan saling dukung tetapi juga mengurangi pola perilaku
7 Dito, Pustaka Bank Kaum Miskin, dalam http://www.blogger.com/navbar. Diakses pada
tanggal 20/08/2008.
70
yang tidak sehat dari individu anggota, dan membuat setiap peminjam jadi lebih
bisa diandalkan dalam prosesnya. Tekanan kelompok secara halus ini (dan kadang
tidak begitu halus) membuat setiap anggotanya tetap segaris dengan tujuan
program kredit yang lebih luas. Rasa persaingan antar kelompok maupun dalam
kelompok juga memicu setiap anggota menjadi orang yang berhasil. Menggeser
tugas pengawasan awal pada kelompok tidak hanya mengurangi beban kerja bank
tetapi juga meningkatkan kepercayaan diri masing-masing individu peminjam.
Karena kelompoklah yang menyutujui permohonan pinjaman setiap anggota,
maka kelompok memikul tanggung jawab moral atas setiap pinjaman. Jika ada
anggota kelompok yang menghadapi masalah, kelompok biasanya datang
membantu.8
Agar calon peminjam mudah untuk mengorganisir dirinya ke dalam
kelompok-kelompok, seorang calon peminjam pertama-tama harus mengambil
inisiatif dan menjelaskan cara kerja bank pada orang kedua. Ini bisa menjadi
sangat sulit bagi seorang perempuan desa. Dia sering menghadapi kendala dalam
meyakinkan temannya, hal itu disebabkan karena ketakutan, skeptis, atau karena
dilarang oleh suaminya agar tidak berurusan dengan uang. Tetapi ketika akhirnya
orang kedua terkesan oleh apa yang telah dilakukan Grameen terhadap rumah
tangga lain, ia akan langsung bergabung dalam kelompok ini. Kemudian
keduanya akan pergi mencari anggota ketiga, lalu yang keempat, dan yang
kelima. Begitu kelompok dengan lima anggota tersebut terbentuk, Yunus beserta
8 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h. 62.
71
kawan-kawannya akan mengulurkan pinjaman kepada dua anggotanya. Jika
pinjaman tersebut dibayar secara reguler selama enam minggu berikutnya, dua
anggota berikutnya bisa mengajukan pinjaman sedangkan ketua kelompok
biasanya menjadi peminjam terakhir di antara kelimanya.9
Selain beberapa strategi yang telah dilakukannya, Yunus juga memasang
iklan yang bertuliskan ”Perhatian Bagi Ibu-Ibu: Selamat Datang Ke Bank Kami
Dengan Program Pinjaman Khusus Perempuan.” hal itu dilakukan untuk
menarik para perhatian para peminjam perempuan.10
B. Kendala-kendala Yang Dihadapi dalam Pemberian Kredit Tanpa Jaminan.
Kendala-kendala yang dihadapi oleh Yunus berupa hambatan riil yang
datang dari struktur sosial masyarakat Bangladesh, yaitu agama, kebudayaan,
pemerintah dan birokrasinya, dan tidak jarang pula dari kalangan dunia
internasional.11
Tentangan pertama dan paling hebat datang dari para suami, yang umumnya
menginginkan pinjaman itu untuk dirinya sendiri. Selain itu, program yang
dilakukan oleh Yunus sangat dicurigai oleh para tokoh keagamaan. Dan rentenir
melihat bahwa Yunus beserta Bank Grameennya sebagai ancaman langsung
terhadap kekuasaan mereka di pedesaan. Tantangan-tantangan ini sudah Yunus
9 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h. 63. 10 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h. 75. 11 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h. XV.
72
duga sebelumnya, namun Yunus terkejut mendengar perlawanan yang datang dari
pegawai negeri dan kaum profesional. Mereka berpendapat bahwa meminjamkan
uang kepada perempuan itu tidak masuk akal, sementara begitu banyak laki-laki
menganggur dan tidak punya pendapatan. Mereka juga berpendapat bahwa
perempuan hanya akan menyerahkan pinjaman kepada suaminya dan bahkan
akhirnya akan lebih dieksploitir ketimbang sebelumnya.12
Untuk itu, Yunus harus merancang serangkaian trik dan teknik untuk
mendapatkan peminjam perempuan. Diantaranya adalah mencari jalan keluar
untuk mengatasi ketentuan purdah13. Sebab, dalam ketentuan tersebut, para lelaki
tidak diizinkan dengan lancang memasuki rumah seorang perempuan di desa.
Purdah tersebut mengacu pada serangkaian praktik yang menjunjung perintah Al-
Qur’an untuk menjaga kesopanan dan kesucian perempuan. Dalam penafsiran
yang paling konservatif, purdah melarang perempuan meninggalkan rumah atau
berinteraksi dengan laki-laki kecuali laki-laki dari keluarga dekatnya.14
Oleh karena itu, saat proses meyakinkan para perempuan untuk menjadi
peminjam Grameen Bank, Yunus menyadari bahwa memiliki pegawai perempuan
akan membuat pekerjaan jauh lebih mudah. Proses meluluhkan ketakutan selalu
menjadi tantangan terbesar bagi Yunus dan itu menjadi lebih mudah dengan
12 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h.75. 13 Adat purdah, yang secara harfiah berarti ”tirai”, ”cadar”, ”kerudung”, atau ”jilbab”. Purdah
juga bermakna ketentuan syariah Islam yang melarang perempuan dewasa terlihat di depan umum. Kalau pun keluar rumah, maka ia harus menutup seluruh bagian tubuhnya kecuali mata dan telapak tangan, atau kalau ia harus berbicara dengan tamu lawan jenis di rumahnya, hanya bisa dilakukan dari balik tirai rumahnya.
14 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h. 77.
73
ketelatenan kerja dan suara lembut para pegawai perempuan. Tetap saja, hasilnya
berjalan lamban. Setiap senja hari, Yunus mengadakan rapat dengan para
mahasiswanya. Seringkali pegawai perempuan datang dengan nama-nama calon
peminjam yang dicatatnya dibalik bungkus rokok. Akhirnya, Yunus mengangkat
tiga perempuan muda untuk bekerja di proyek percontohannya. Mereka adalah
Nurjahan Begum, dan Jannat Quanine, dua sarjana yang baru lulus, dan Priti Rani
Barua, yang tinggal di lingkungan pemeluk Budha di Jobra dan hanya
berpendidikan SMP.
Yunus memilih pegawai perempuan karena mereka lebih mudah dalam
membangun hubungan dengan para perempuan di pedesaan daripada pegawai
laki-laki, meski mereka juga menghadapi banyak tantangan.
Menurut Yunus, perjuangan melawan penindasan dan segregasi perempuan
yang dilakukannya berlangsung tidak hanya untuk kepentingan nasabah, tetapi
juga untuk kepentingan pegawai perempuan.15
Akan tetapi, kendala yang dihadapi adalah sulitnya mempertahankan
pegawai perempuan. Biasanya, jika seorang pegawai perempuan Grameen
menikah, kerabat suami menekannya untuk berhenti bekerja. Mereka tidak ingin
seorang perempuan muda ”bermartabat” berjalan kaki sendirian keliling desa.
Mereka juga khawatir bila ia tidak bisa membela diri jika ada masalah. Sesudah
kelahiran anak pertama, tekanan untuk berhenti bekerja meningkat. Dan sesudah
kelahiran anak kedua atau ketiga, pegawai perempuan sering berkeinginan
15 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h.80.
74
menggunakan lebih banyak waktunya bersama anak-anaknya. Dan jalan kaki
berkilo-kilo meter yang dilakukannya saat masih gadis tidak lagi mudah bagi
dirinya.
Pada tahun 1994, dimana program pensiun yang meliputi pilihan pensiun
dini diumumkan, Yunus beserta rekan-rekannya merasa sedih – meski tidak
terlalu kaget – karena banyak pegawai perempuan yang memilih meninggalkan
Grameen. Di konfrensi-konfrensi internasional, Yunus beserta rekan-rekannya
sering diritik karena tidak cukup memiliki pegawai perempuan. Yunus yakin
bahwa mereka yang mengkritiknya tidak memahami realitas sosial di Bangladesh,
namun Yunus mengakui bahwa kritik mereka telah mendorongnya untuk
melipatgandakan upaya-upaya serta memikirkan cara baru dalam
mempertahankan pegawai perempuan. Pada tahun 1997, Yunus beserta rekan-
rekannya merayakan promosi seorang perempuan ke posisi manajer wilayah,
posisi paling senior di Grameen untuk tingkat lapangan. Tetapi kehilangan banyak
pegawai perempuan di semua lapisan akibat program pensiun dini sejak tahun
1994 cukup mematahkan semangat.16
Selain itu, Yunus juga menghadapi kendala-kendala dalam mekanisme
delivery-recovery (pembentukan kelompok yang terdiri dari 5-6 orang). Hal itu
terjadi ketika kelompok tersebut sudah terbentuk. Sering kali salah satu anggota
dari kelima kelompok itu berubah pikiran dan berkata, ”Tidak, suami saya tidak
setuju. Dia tidak mau jika saya bergabung dengan bank.” Hal itu menyebabkan
16 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h.81.
75
berkurangnya kelompok dari lima menjadi empat, tiga, atau kadang kembali
menjadi satu orang. Dan yang seorang itu harus memulai dari awal lagi.17
C. Manfaat Pemberian Kredit Tanpa Jaminan Terhadap Pengembangan
Ekonomi Umat.
Di Bangladesh 80 persen keluarga miskin sudah terjangkau kredit mikro.
Yunus berharap pada tahun 2010, 100 persen keluarga miskin bisa terjangkau.
Tiga tahun lalu Yunus dan kawan-kawannya memulai program eksklusif
yang berfokus pada pengemis. Bagi mereka tak diterapkan satupun aturan
Grameen Bank. Pinjamannya bebas bunga; mereka bisa membayar berapa saja,
dan kapan saja. Mereka diberikan ide untuk membawa dagangan kecil-kecilan
seperti jajanan, mainan, atau barang-barang rumah tangga saat mereka pergi dari
satu rumah ke rumah untuk mengemis. Ide ini berjalan. Sekitar 5.000 orang sudah
sama sekali berhenti mengemis. Rata-rata pinjaman untuk seorang pengemis
sebesar AS$12.
Yunus beserta kawan-kawannya mendorong dan mendukung langkah
intervensi apapun yang mungkin untuk membantu kaum miskin berjuang keluar
dari kemiskinan. Yunus juga selalu mengadvokasikan kredit mikro dengan
argumen bahwa kredit mikro akan membuat intervensi itu berjalan lebih baik.18
Selain itu, teknologi informasi dan komunikasi mengubah dunia dengan
17 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h.63. 18 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h.266.
76
cepat, menciptakan dunia tanpa jarak, tanpa batas, dengan komunikasi instan.
Biayanya pun makin lama semakin murah. Yunus melihat peluang bagi
masyarakat miskin untuk mengubah hidup mereka bila teknologi ini bisa
dihadirkan pada mereka untuk memenuhi kebutuhannya.
Sebagai langkah pertama menghadirkan TI bagi kaum miskin, Yunus
mendirikan perusahaan ponsel, Grameen Phone. Yunus menyalurkan kredit
melalui Grameen Bank kepada kaum perempuan miskin untuk membeli ponsel
guna berjualan jasa telepon di desa-desa. Yunus melihat sinergi antara kredit
mikro dengan TI.
Bisnis telepon tersebut sukses dan menjadi perusahaan idaman bagi
peminjam Grameen. Ibu-ibu penjaja jasa ponsel tersebut dengan cepat belajar dan
berinovasi dalam bisnis telepon, yang telah menjadi cara tercepat untuk keluar
dari kemiskinan dan memperoleh kedudukan sosial. Saat ini terdapat hampir
300.000 orang ibu-ibu ponsel yang menyediakan layanan telepon di semua desa
Bangladesh.19
Tidak hanya itu saja, saat ini Bangladesh merupakan laboratorium hidup –
salah satu negeri termiskin di dunia yang secara bertahap diubah oleh pemikiran
inovatif bisnis dan sosial. Lebih dari dua dasawarsa kondisi msyarakat miskin
Bangladesh sudah membaik secara pelan tapi pasti. Berdasarkan statistik
menunjukkan antara lain sebagai berikut:
19 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h.267.
77
1. Angka kemiskinan (diukur oleh organisasi bantuan internasional seperti
Bank Dunia) sudah menurun dari perkiraan 74 persen pada 1973–74 jadi 57
persen pada 1991–92, lantas jadi 49 persen pada 2000, dan kemudian jadi
40 persen pada 2005. Meski masih terlalu tinggi, angka ini terus menurun
satu persen tiap tahun, dengan setiap angka persentase menggambarkan
perbaikan berarti dalam keidupan ratusan ribu rakyat Bangladesh. Negara
ini ada di jalur tepat mencapai Tujuan Pembangunan Milenium untuk
mengurangi kemiskinan hingga separo pada 2015.
2. Lebih istimewa lagi, pertumbuhan ekonomi Bangladesh hanya dibarengi
sedikit peningkatan ketidaksetaraan. Indeks ketidaksetaraan yang umum
digunakan sudah berubah dari hanya 0,30 pada 1995 menjadi 0,31 pada
2005. Juga pantas dicatat bahwa sejak 2000 pendapatan per kapita 10 persen
populasi di garis paling bawah, telah tumbuh secara sama dengan 10 persen
populasi di lapisan paling atas, yaitu sebesar 2,8 persen.
3. Penurunan tajam kemiskinan ini terlihat di berbagai perubahan pertumbuhan
ekonomi, pola serapan tenaga kerja, dan struktur ekonomi. Pertumbuhan
mencapai rata-rata 5,5 persen sejak 2000, dibandingkan hanya 4 persen pada
1980-an, sedangkan pertumbuhan per kapita sudah naik dari satu persen
pada 1980-am jadi 3,5 persen saat ini. Ketergantungan pada penghidupan
pertanian menurun perlahan-perlahan: pada 2005, tenaga kerja nontani lebih
banyak dari pertanian sebagai nafkah utama di pedesaan, dan persis 50
persen dari PDB nasional kini berasal dari sektor jasa.
78
4. Pertumbuhan penduduk menurun tajam. Pertumbuhan penduduk merupakan
masalah utama di Bangladesh, yang termasuk salah satu negara paling padat
di bumi. Dari 3 persen per tahun pada 1970-an jadi 1,5 persen pada 2000–
mendekati India dengan pertumbuhan 1,4 persen, serta jauh lebih rendah
dari Pakistan dengan pertumbuhan 2,5 persen. Penurunan ini berarti lebih
banyak keluarga punya sumber daya untuk memperhatikan anak dan
memberi mereka peluang berharga mendapat pendidikan. Berarti pula
pembebasan jutaan perempuan dari siklus melahirkan dan merawat anak;
memberi mereka kesempatan membantu meningkatkan standar kehidupan
melalui kerja produktif.
5. Penurunan pertumbuhan penduduk sebagian besar sudah dipicu oleh
peningkatan layanan kesehatan. (Bila lebih banyak anak dapat terus hidup,
orangtua tambah mantap ikut keluarga berencana; mereka tak lagi percaya
perlu melahirkan lima atau enam anak dengan harapan dapat
mempertahankan dua anak.) Selama 1990-an, persentase ibu Bangladesh
yang menerima perawatan pranatal naik dua kali lipat. Sebagian hasilnya
ialah angka kematian bayi di Bangladesh turun separo (dari 100 jadi 54 bayi
per 1.000 anak) antara 1990 dan 2005. pada 2005 sekitar 81 persen anak
sudah divaksinasi cacar air, bandingkan dengan hanya 58 persen di India.
Meski gizi buruk masih merupakan masalah parah, persentase anak tumbuh
terhambat sudah turn dari hampir 70 persen pada 1985-86 jadi 43 persen
pada 2004.
79
6. Kesempatan pendidikan untuk anak juga makin baik. Persentase anak yang
menamatkan kelas lima sudah naik jadi 49 persen pada 1990 jadi 74 persen
pada 2004. Angka melek huruf secara nasional meningkat dari 26 persen
pada 1981jadi 34 persen pada 1990 dan 41 persen pada 2002. Pada 1990-an
terjadi lonjakan jumlah anak memasuki sekolah lanjutan pertama. Lebih
banyak anak perempuan kini sekolah ketimbang anak lelaki, suatu lompatan
tiada tanding di Asia Selatan dan merupakan prestasi luar biasa atas fakta
bahwa di Bangladesh pada awal 1990-an jumlah murid laki-laki tiga kali
lipat murid perempuan di sekolah lanjutan.
7. Kualitas perumahan, akses ke sanitas dasar, dan jasa telekomunikasi
meningkat signifikan pada tahun terakhir ini. Pada 2000, delapan belas
persen rumah beratapkan daun; pada 2005 persentase turun jadi 7 persen.
Kampanye kebersihan telah meningkatkan akses pada MCK (mandi-cuci-
kakus) yang aman dari 54 persen pada 2000 jadi 71 persen pada 2005.
Revolusi telepon seluler meningkatkan sebagian kecil warga terhadap akses
pada telepon dari 1,8 persen pada 2000 menjadi 14,2 persen akhir-akhir ini.
8. Kapasitas Bangladesh menghadapi bencana alam meningkat signifikan.
Pasca banjir besar 1998, PDB per kapita turun tajam, tapi dampak banjir
berskala sama pada 2004 bisa diabaikan pada pertumbuhan PDB.
Ketangguhan ini berkat ekonomi yang sudah lebih didiversifikasi dan
kemampuan merespons kondisi darurat meningkat, termasuk sistem
peringatan dini dan penampungan korban badai topan di seluruh negeri.
80
9. Antara 1980 dan 2004, Human Development Index (ukuran yang digunakan
secara luas untuk menandai standar kehidupan di negara berkembang)
meningkat 45 persen di Bangladesh dibandingkan 39 persen di India dan 16
persen di Srilanka meskipun kenyataannya pada 2004 PDB per kapita di
India 68 persen lebih tinggi dibandingkan Bangladesh, dan lebih tinggi 200
persen di Srilanka.20
Sebagaimana ditunjukkan angka-angka tersebut, masalah kemiskinan di
Bangladesh sudah makin baik, meski jauh dari tuntas. Bangladesh masih
merupakan negara termiskin di dunia dengan puluhan juta rakyat yang hidup di
atas garis kemiskinan. Namun, tren sosial ekonomi bergerak ke arah yang tepat.
Untuk pertama kali banyak orang Bangladesh merasa penuh harapan akan
masa depan. Kini Gramen Bank siap memosisikan diri ke jalur pencapaian
beberapa target penting: melampaui pendapatan per kapita tahunan US$1.000;
mencapai pertumbuhan 8 persen dalam PDB (dibandingkan dengan angka
pertumbuhan 6,7 persen yang sudah sehat sekarang ini); dan megurangi tingkat
kemiskinan hingga di bawah 25 persen. Bila Grameen Bank mengambil langkah
yang tepat, Yunus yakin semua target ini akan tercapai dalam sepuluh tahun ke
depan.21
20 Muhammad Yunus, Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan, h. 111. 21 Muhammad Yunus, Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan, h. 114.
81
D. Kemungkinan Penerapan Konsep Kredit Tanpa Jaminan dalam Konteks
Indonesia.
Kredit mikro bukanlah barang ”aneh dan baru” di Indonesia. Kita mengenal
beragam jenis aktivitas yang bisa dikategorikan sebagai kredit mikro, mulai dari
arisan, kredit usaha tani, kredit usaha kecil, dan lain sebagainya. Keberagaman
dan panjangnya masa perkembangan kredit mikro di Indonesia telah
didokumentasikan oleh Bank Dunia dalam dua jilid buku Microfinance
Revolution (2001), yang jilid keduanya khusus diberi judul: Lessons from
Indonesia. Oleh PBB, Bank Rakyat Indonesia (BRI) bahkan dinobatkan sebagai
laboratorium dunia untuk kredit mikro. Lebih dari itu, sejak 20 tahun lalu
Indonesia selalu memiliki Kementrian/Departemen yang mengurusi koperasi dan
usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang didukung kewajiban bank-bank
untuk menyisihkan 20 persen dari total kreditnya untuk UMKM, kewajiban
BUMN menyisihkan sebagian labanya untuk pembinaan UMKM, dan lain
sebagainya.
Hal tersebut terdengar indah. Namun praktiknya, kewajiban menyisihkan
kredit untuk UMKM tidak pernah terpenuhi karena sudah jamak diketahui bahwa
bank lebih suka menyalurkan kreditnya untuk konsumsi (menengah atas).22
Banyak pejabat tinggi pemerintah Indonesia termasuk Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono terperangah ketika pemenang penghargaan Nobel
Perdamaian 2006, Yunus, memaparkan keberhasilan Grameen Bank mengangkat
22 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h. V.
82
harkat orang miskin di Bangladesh. Pasalnya, konsep yang dipakai bank itu cukup
spektakuler, dan merupakan terobosan strategis dunia perbankan yang sekaligus
mengubah paradigma yang berlaku selama ini.
Bank pada umumnya dapat menyalurkan pinjaman asalkan ada agunan
(collateral), di samping aspek penilaian lainnya yang mencakup karakter calon
peminjam, kapasitas dan kelayakan prospek usahanya. Namun paradigma bank
yang lama ini ternyata tidak berlaku bagi Grameen Bank, bahkan mampu
memberikan kredit kepada pengemis di negeri itu.
Gagasan dan pola penyaluran pinjaman mikro tersebut memberikan inspirasi
bagi pimpinan dan lembaga dunia yang tengah berjuang memerangi kemiskinan,
termasuk Indonesia. Pemikiran revolusioner Yunus ternyata menabrak sistem dan
prinsip bank konvensional. Aturan teknis perbankan (bankable) sama sekali tidak
diterapkan, karena aturan itu dinilai menghambat negara dalam upaya
mengentaskan kemiskinan. Uniknya lagi, Grameen Bank menetapkan suku bunga
kredit sangat rendah yaitu 8% untuk perumahan, 5% untuk pinjaman belajar dan
0% (bebas bunga) untuk pengemis.
Meskipun mungkin perbankan Indonesia menerapkan konsep seperti itu,
namun sangatlah sulit. Sebab, kredit candak kulak atau KIK/KMKP yang pernah
ada waktu lalu, itupun masih mensyaratkan adanya agunan, walau hanya berupa
surat perintah kerja (SPK). Bank Rakyat Indonesia (BRI) maupun bank lainnya
tidak mungkin mampu melaksanakan praktik model Grameen Bank. Selain teknis
perbankan, memang perlu suatu perubahan perilaku (mental switch) yang radikal
83
terhadap para bankir lokal jika Indonesia ingin meniru keberhasilan Grameen
Bank
Perubahan sikap radikal perlu dimulai dari kalangan petinggi Bank
Indonesia (BI), jika memang pemerintah benar-benar serius mau mengangkat
derajat dan harkat kaum miskin di negeri ini. Misalnya perlu keberanian
menciptakan peraturan BI yang berfokus untuk meminta bank umum dapat
memberikan kepada pengemis dengan syarat tidak mempunyai catatan kriminal
atau aktivitas ilegal yang dilarang pemerintah.
Selain perubahan di tingkat kebijakan, perubahan radikal juga perlu
dilakukan bank pelaksana dalam hal pelayanan nasabah. Bukan calon nasabah
yang mendatangi bank, melainkan pegawai bank yang mendatangi rumah nasabah
menanyakan kebutuhannya. Yang ada di Indonesia baru pada tahap jasa
penagihan utang melalui debt-collector (penagih utang) yang datang ke rumah
debitur, dan customer service yang menawarkan kartu kredit dan kredit tanpa
agunan (KTA) melalui telepon.
Bank-bank asing yang marak menawarkan fasilitas KTA, umumnya
persyaratan masih perlu dilengkapi jaminan pembayaran berupa surat keterangan
gaji di mana calon peminjam bekerja. Ini tentu saja jauh dari harapan pengemis
mendapatkan KTA di Indonesia. Sebab kredit apapun namanya di negeri ini harus
melalui sistem hukum perdata peninggalan kolonial. Begitu pula dengan namanya
kredit candak kulak atau KIK/KMKP, pada prinsipnya bank selalu ingin safety
supaya pinjaman yang disalurkan bisa aman kembali pada waktu yang disepakati
84
sesuai perjanjian akad kredit.
Yunus menilai hukum perbankan konvensional diibaratkan seperti sebuah
arsitektur kapal tanker besar yang beroperasi di lautan luas, dengan kargo yang
sangat besar. Jadi hukum itu hanya baik jika diaplikasikan untuk bank-bank
berskala besar. Namun hukum tersebut tidak berlaku bagi kredit mikro karena
metodologinya hanya sebuah kapal kecil yang dapat bergerak ke manapun dan di
permukaan air yang landai.
Model kredit mikro yang disalurkan BRI maupun bank lainnya tampaknya
tidak jauh beda dengan fasilitas kredit umum, hanya skalanya lebih kecil dan tetap
mensyaratkan adanya agunan. Keliru besar jika menafsirkan kredit mikro BRI
mampu mengentaskan kemiskinan di Indonesia, karena prinsip yang digunakan
sama dengan persyaratan Small Medium Enterprise Project (SMEP) yang
diadopsi dari ADB maupun Bank Dunia.
Indonesia sama sekali belum ada fasilitas pinjaman untuk orang miskin yang
diberikan secara terarah atau kredit untuk skim bisnis wirausaha sosial (Social
Business Entreprenuership—SBE).23
Selain presiden Indonesia, Wakil Presiden Jusuf Kalla juga menyatakan
bahwa konsep penyaluran kredit yang diterapkan oleh Yunus, untuk rakyat miskin
Bangladesh sebenarnya sudah pernah diterapkan di Indonesia. Konsep Yunus ini,
kata Kalla, Jaman dulu persis dengan kredit Candak Kulak di Indonesia.
23 Firdaus Baderi, Perlu Perubahan Radikal Konsep Perbankan Indonesia, dalam
www.mediakonsumen.com, Jumat, 14 September 2007. Diakses pada tanggal 14/09/2008.
85
Apa yang disampaikan Yunus tersebut seperti Kredit candak Kulak jaman
dulu, itu sudah ada dan bukan barang baru di Indonesia, meskipun akhirnya
candak kulak itu berhenti.
Bedanya, kata Kalla, apa yang dilakukan oleh Yunus ini dilakukan secara
simultan dan meletakkan unsur kejujuran dan kepercayaan terhadap orang miskin
dalam menyalurkan kredit lebih besar ketimbang kredit Candak Kulak di
Indonesia. ”Namun, ini akan tetap kita pelajari meskipun konsepnya sebenarnya
lama,” kata dia.
Gagasan dan pola penyaluran kredit ala Yunus, melalui Bank Grameen
memberikan inspirasi bagi banyak orang dan lembaga di dunia yang tengah
berjuang memerangi kemiskinan. Pola penyaluran kredit ini merupakan pola
penyaluran kredit ringan kepada orang miskin di Bangladesh tanpa menggunakan
jaminan sama sekali.
Indonesia sendiri, kata kalla, sangat mampu untuk menerapkan apa yang
pernah dilakukan oleh Yunus di Bangladesh. Namun, dengan karakteristik
masyarakat dan tingkat kemiskinan di Indonesia yang lebih rendah di banding
Bangladesh, konsep tersebut membutuhkan upaya yang lebih keras dan
pencapaiannya memerlukan waktu yang tidak singkat. ”Jangan lupa, Indonesia
dan Bangladesh itu berbeda,” kata Kalla.
Dalam prakteknya, Konsep Yunus tersebut akan dipelajari dan mulai akan
diadopsi meskipun tidak semuanya kedalam pola penyaluran kredit untuk Usaha
Kecil dan Menengah melalui lembaga PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo)
86
dan Perum Sarana Pengembangan Usaha. Dalam Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2007, kedua lembaga ini diusulkan
untuk menerima tambahan modal sebesar Rp 1,4 triliun.24
Meskipun Presiden dan Wakilnya berpendapat demikian, namun Yunus
mengatakan bahwa sistem Grameen Bank yang didirikannya di Bangladesh dapat
diterapkan di Indonesia, karena sistem tersebut bersifat visibel.
Penerapan sistem Grameen Bank menggunakan prinsip antara lain tanpa
surat perjanjian. Kepercayaan adalah hal utama dalam pelaksanaannya dan tidak
ada pemberlakuan sanksi.25
Yunus juga menyatakan bahwa dirinya sangat bangga terhadap nuansa
politik serta demokratisasi di Indonesia yang telah lebih maju dari sebelumnya.
Yunus melihat bahwa dinamika kehidupan politik serta perekonomian di
Indonesia sangat baik, sehingga sangat berpotensi untuk merubah kearah yang
lebih maju.
Dikatakan, Indonesia saat ini memiliki generasi muda yang sangat cakap
serta tangguh dalam berbagai bidang, sehingga akan menjadi modal utama
perkembangan bangsa Indonesia.
Menurutnya, kepemimpinan seseorang sangat penting bagi kemajuan sebuah
lembaga atau organisasi apapun, sehingga berbagai perencanaan dapat
24 Anton Aprianto, Kalla : Konsep Kredit Yunus Sudah Ada di Indonesia, dalam Tempo
Interaktif. Com., Jakarta, Rabu, 08 Agustus 2007 | 14:02 WIB. Diakses pada tanggal 02/08/2008. 25 Muhammad Yunus: ”Grameen Bank” Bisa Diterapkan di Indonesia, dalam Gatra.Com,
Yogyakarta , 11 Agustus 2007 14:18. Diakses pada tanggal 21/07/2008.
87
dilaksanakan hingga dengan hasil akhir yang memuaskan.26
Bangsa Indonesia tidak perlu pesimis dalam upaya mengentaskan
kemiskinan. Maraknya korupsi di Indonesia juga tidak menjadi alasan bahwa
upaya pemberantasan kemiskinan tidak bisa dilakukan.
Menurut Yunus Bangladesh juga negara dengan tingkat korupsi yang sangat
tinggi. Tetapi nyatanya dengan kerja keras pengentasan kemiskinan bisa
dilakukan. Salah satu hal yang penting dalam pengentasan kemiskinan adalah
pemberdayaan langsung kepada masyarakat, khususnya masyarakat miskin. Dan
kelompok wanita, menurut Yunus, merupakan kelompok potensial untuk
diberdayakan.
Bersama Grameen Bank, Yunus telah membuktikan bahwa wanita tersebut
adalah merupakan kelompok potensial. Cara yang Yunus lakukan adalah dengan
cara memberi kredit pada wanita yang ternyata cukup efektif dalam meningkatkan
ekonomi masyarakat karena kaum wanita mempunyai kelebihan dalam
manajemen keuangan.
Yunus juga menekankan perlunya perbaikan pada sistem perbankan. Karena
sistem yang ada selama ini tidak memberi peluang kepada kelompok miskin
untuk mendapatkan akses modal. Padahal, modal menjadi hal utama untuk kaum
miskin dalam upaya bangkit dari keterpurukan ekonomi mereka.
Untuk itu perlu perubahan pada sistem bank. Sistem harus dibuat agar akses
26 M Yunus Puji Nuansa Politik dan Demokrasi Indonesia, dalam Media Indonesia.Com, 4
Februari 2008. Diakses pada tanggal 27/09/2008.
88
masyarakat miskin lebih luas lagi. Namun diakui Yunus untuk merubah sistem
harus diawali dengan perubahan pola pikir masyarakat, khususnya kalangan
perbankan yang tidak sekedar memikirkan keuntungan mereka. Selama ini
kalangan perbankan hanya berfikir bagaimana mencari uang tetapi tidak berfikir
bagaimana agar uang itu berkembang sekaligus bermanfaat bagi kaum miskin.
Menurut Yunus, kemiskinan bukan diciptakan oleh masyarakat miskin tapi
diciptakan oleh sistem yang ada di masyarakat. Namun apabila kita semua tidak
peduli terhadap kemiskinan, berarti kita juga sudah menjadi bagian dari sistem
yang menciptakan kemiskinan itu sendiri, imbuhnya.
Apa yang diungkapkan Yunus merupakan paradigma riil tentang
ternciptanya kemiskinan. Jika dikembangkan, kita akan mendapatkan bahwa
kemiskinan bisa terbentuk secara struktural atapun kultural. Dengan demikian,
kemiskinan bukan ada secara alami. Ia ada karena diciptakan. Maka untuk
mengentaskan kemiskinan juga dengan menciptakan program yang bisa
memberdayakan kaum miskin.
Untuk itu, kita jangan hanya sibuk mengerjakan hal-hal yang kecil saja tapi
bagaimana kita bisa memikirkan dan mengerjakan hal-hal yang besar yang akan
kita hadapi dalam beberapa tahun ke depan.27
Selain bebarapa asumsi di atas, penulis juga menemukan bukti bahwa
konsep kredit tanpa jaminan bisa dan pernah dilakukan di Indonesia. Yaitu Credit
27 Muhammad Yunus : Kemiskinan diciptakan oleh Sistem, Yogya, dalam Universitas Gajah
Mada. Com. Diakses pada tanggal 21/08/2008.
89
Union (CU28) atau juga dikenal dengan sebutan koperasi kredit. CU merupakan
koperasi kredit yang dimiliki oleh sekumpulan orang dalam satu ikatan pemersatu
(adanya kepentingan dan keperluan bersama) yang sepakat untuk membangun
modal bersama guna dipinjamkan di antara mereka dengan bunga yang layak
serta untuk tujuan produktif atau kesejahteraan. Pelayanan yang diberikan kepada
anggota adalah untuk meningkatkan ekonomi dan prikehidupan sosial seluruh
anggota, dengan cara menerapkan hidup hemat, meningkatkan saham,
menyediakan pinjaman serta membangun stabilitas keuangan/ membangun
kekuatan keuangan, termasuk cadangan yang memadahi dan pengawasan dari
anggota yang memastikan pelayanan yang berkesinambungan. Sedangkan pilar
CU adalah Pendidikan (CU tumbuh berkembang, dikontrol dan bergantung pada
pendidikan), swadaya (dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota) dan
Solidaritas.
Sedangkan sejarah munculnya Gerakan CU ini adalah diawali di benua
Eropa tepatnya di negara Jerman. Pada mulanya dirintis oleh seorang walikota
Flammersfield yang bernama FREDERICH WILHELM RAIFFEISEN. Gerakan
ini menyebar ke Canada yang dipelopori oleh Alphonse Desjardin seorang
wartawan. Kemudian dibawa ke ke Amerika Serikat oleh Edward Filline. Pada
tahun 1934 pada masa pemerintahan Presiden FD Rosevelt, gerakan ini
mendapatkan legalitas perundang-undangan dan dibentuklah Biro Pengembangan
28 Credit berasal dari bahasa Latin Credere yang artinya percaya; Union berarti perkumpulan.
Credit Union berarti kumpulan orang-orang yang saling percaya. “People helping people help themselves” adalah filosofi Credit Union.
90
Credit Union Sedunia dengan nama World Council Of Credit Union (WOCCU).
Tahun 1971 WOCCU beranggotakan 70 negara dengan 7 konfederasi besar yang
berpusat di Madison, Wisconsin, Amerika Serikat (USA). Di tingkat Asia
dibentuk the Asia Confederation of Credit Union (ACCU) dan Credit Union di
Indonesia bernaung di bawahnya.
Tahun 1967 Mr. A.A. Baily, perwakilan WOCCU, diundang ke Indonesia
untuk memperkenalkan gagasan Credit Union. Tahun 1970 dibentuk Credit Union
Counceling Office (CUCO). Pada tahun 1981 CUCO menjadi Badan Koordinasi
Koperasi Kredit Indonesia (BK3I) atau Induk Koperasi Kredit (INKOPDIT) di
Jakarta. Perintis CU di Indonesia adalah Pater Karl Albrecth SJ yang dikenal
dengan nama pastor Karim Arbi. SJ, mantan Pastor Paroki gereja St. Anna
(meninggal di Dili tertembak oleh milisi Timor Timur pro-Indonesia, tanggal 11
September 1999). BK3I memiliki 3 region BK3D (Badan Koordinasi koperasi
Kredit Daerah) DKI, Kalimantan dan Bogor. Tahun 1975 BK3I
menyelenggarakan kursus dasar Credit Union di Nyarumkop dan Sanggau
Kalimantan Barat, yang melahirkan Credit Union Lantang Tipo dan beberapa
Credit Union lain yang kemudian bergabung di jaringan BK3D Kalimantan
dengan jumlah anggota hingga ratusan ribu orang.
Gerakan CU di Kalimantan berkembang sangat pesat dengan mengikuti
standard ACCU. Untuk memperkuat gerakan CU secara nasional, KWI
91
berinisiatif membentuk Credit Union primer yang berskala nasional.29
Sistem yang diterapkan CU berbeda dengan Grameen bank. Jika Grameen
Bank memberi penekanan pada bank (yakni bagaimana memberi pijaman kepada
orang miskin). Sedangkan CU lebih menekankan pada pengumpulan dana oleh
orang miskin itu sendiri. Jadi, CU adalah milik anggota seluruhnya. Keberhasilan
CU dapat terlihat di beberapa tempat di Indonesia.
Sebagai contoh adalah Koperasi Kredit (CU) Melati. Adapun visi, misi,
tujuan dan struktur kepengurusan dari Koperasi Kredit Melati tersebut adalah
sebagai berikut:
Visi
Swadaya Modal Berdasarkan Nilai - Nilai Jatidiri Koperasi Kopdit Melati
yang Kuat, Profesional, Mengutamakan Pelayanan, Pendidikan
Misi
1. Membantu Terciptanya Lapangan Pekerjaan Bagi Anggota
2. Meningkatkan Bertambahnya Anggota dengan Syarat Pendidikan yang
Memadai
3. Memperkokoh Struktur Organisasi Kopdit dengan Pelayanan di Segala
Bidang
Sedangkan tujuandari Koperasi Kredit melati adalah:
1. Terwujudnya kepercayaan masyarakat terhadap kopdit CU. Melati
29 Economy, marketvalas.blogspot.com. Selasa, 2008 November 11. Diakses pada tanggal 03
Januari 2009.
92
2. Tercapainya pangsa pasar Kopdit CU. Melati
3. Terwujudnya pengembangan organisasi pemasaran
4. Terlaksananya diversifikasi produk produk inti Kopdit
5. Terus dipertahankanya produk - produk inti Kopdit
6. Tersesuainya peralatan operasi agar bisamengikuti perkembangan teknologi
7. Terwujudnya peningkatan SHU bagi Kopdit
8. Tercapainya rasio - rasio PEARLS
9. Terealisasi tingkat potensi Sumber Daa manusia ang potensial dan Inovatif
10. Terwujudnya Tempat Pelayanan Anggota (TPA) 30
Adapun susunan kepengurusan Koperasi Kredit Melati Periode 2004 – 2009
adalah sebagai berikut:
a. Penasehat
a.1. Induk Koperasi Kredit (Inkopdit) di Jakarta
a.2. Puskopdit Bogor - Banten di Cibadak
b. Pedamping Koperasi Kredit
b.1. Kordinator Kopdit Wilaah Bogor dan Depok
c. Pengurus
Ketua : Drs. Christ Srie Harinto SSn
Wakil Ketua : Dra. E. Cepakawati
Sekretaris : AS. Handoko, SPd
Bendahara : Ing Suryanto, Spd
30 http://kopditmelati.wordpress.com/profil-koperasi/visi&Misi/
93
Anggota : Th N Luck Indiani SE
Bidang Pendidikan : ( Wakil Ketua )
d. Pengawas
Ketua : Sari Hidayat, SE, MM
Sekretaris : Drs. A. Bambang J. Sumitro, MBA
Anggota : Setiawan Kriswanto, SE, MM
e. Pengelola Harian
Manager : Ray Soesilo SE
Kabag Keuangan : Dra. AMS. Soedarsiyah
Kabag Perkreditan : Doso Priyono
Administrasi Umum : Feny Resmiyati, SPd
Administrasi Keu. : Anastasia Tri Krismarina, SIP
Administrasi Keu. : FX. Rudy Haryanto
Adm. Data & Komp. : B. Sumadi, Bsc
Seksi Penagihan : Tati Supriati
Petugas Lapangan : 1. Bernadus Isdaryanto
2. Cristian Hadiyono
f. Ketua TPA
f.1. TPA Kartini
Pelaksana : Etty Rachmawati
Area : Daerah BSI (Bumi Sawangan Indah) dan
sekitarnya
94
Alamat : Komplek BSI Blok B No. 4 Pengasinan
Sawangan - Depok Tlp. 0813 8111 1304
f.2. TPA Salon Susan
Pelaksana : Y. Susanti
Area : Daerah PU. Atang Sanjaya, Bogor Barat dan
sekitarnya
Alamat : Jln Surajim No.10 Blok B Lanud PU. Atang
Sanjaya Semplak Bogor Tlp.(0251)7531205.31
Koperasi tersebut berupaya memberikan solusi kepada para anggota dan
pengusaha yang bergerak di bidang usaha kecil menengah untuk mengembangkan
usahanya dengan memberikan kredit dan pinjaman lunak serta produk-produk dan
simpanan yang menguntungkan bagi para anggota.
Anggota berasal dari Depok dan sekitarnya juga meliputi Jabotabek,
maupun luar kota. Bagi anggota yang berdomisili di luar kota, memanfaatkan
bank to bank link guna membayar kewajiban kewajibannya atau transfers
uangnya. Semua data anggota Kopdit Melati diolah secara komputerisasi,
sehingga kebutuhan analisa anggota dapat diperoleh secepatnya, termasuk
anggota anggota yang sudah meninggal dunia, keluar dan catatan catanan lain lain
tentang anggota, pekerjaan, umur, dll.
Sejak tahun 2004 Kopdit Melati memperbaiki Badan Hukumnya dari
31 http://kopditmelati.wordpress.com/profil-koperasi/struktur-manajemen/
95
koperasi serba usaha menjadi kredit (Credit Union) dengan nomor :
116/BH/PAD/KUKM/1.2/IV/2004. Komunikasi antar anggota, kopdit melati
menerbitkan buletin bulanan guna menyebarkan informasi ke anggota serta sarana
pendidikan secara tak langsung dan pertanggungjawaban pengurus/manajemen
atas kinerja bulanannya.
Komposisi anggota pada intinya merangkul berbagai segmen seperti berikut:
1. Wiraswasta - Pegawai Swasta
2. Ibu Rumah Tangga - Pegawai Negeri sipil
3. Guru - Pelajar, dll
Kopdit Melati bergabung dengan 54 kopdit lain se-Bogor Banten, dipusat
Koperasi Kredit (Puskopdit) di jalan Perintis Kemerdekaan 8 Cibadak, Sukabumi.
Maksud menjadi anggota adalah bisa ikut pendidikan teratur di Puskopdit, bisa
ikut Daperma (semacam asuransi kematian) ikut aktif silang pinjam Daerah
(semacam asuransi kematian) ikut aktif Silang Pinjam Daerah (SPD) dan
mendapat pelayaan audit ekstern setahun sekali, membayar dalam ikut pendidikan
tadi kita bayar iuran solidaritas
Pada tahun 1985 berdiri Koperasi Kredit Simpan Pinjam (KOSIPA) yang
merupakan cikal bakal Credit Union Melati. Pada tahun 1987 beberapa anggota
koperasi simpan pinjam mendapatkan pendidikan dasar manajemen koperasi
kredit dari puskopdit Bogor Banten di Cilangkap/Cibinong.
Beberapa tahun kemudian tepatnya tahun 1990 berdiri Credit Union Melati
di Depok dengan anggota semua peralihan dari KOSIPA. Kopdit melati didirikan
96
dengan suatu dorongan kuat dari anggota nggota untuk swadaya dalam keuangan,
berpendidikan koperasi kredit serta solidaritas antar sesama.
Produk Pinjaman terdiri dari :
a. Pinjaman Biasa ( PISA )
Sejak Koperasi Melati berdiri tahun 1990, pinjaman biasa, yang
kita singkat dengan PISA telah kita luncurkan. Saat itu sangat banyak
anggota yang membutuhkan pinjaman dengan cara cepat. mudah, dan
murah Sangat disayangkan saat 1990-1995 itu, uang
tabungan/simpanan anggota masih sedikit sekali, sehingga terkadang
untuk meminjam diperlukan waktu atau antrian yang panjang/lama.
Selanjutnya, sejak tahun 1995-2000, tabungan mulai mengalir ke
kas Kopdit Melati, dan ini memudahkan untuk anggota meminjam ke
koperasi. Namun demikian, jalannya koperasi pada sektor pinjaman
masih tersendat sendat dengan birokrasi. Ketiadaan kantor, tempat
tinggal pengurus yang terpencar, waktu yang sempit bagi anggota
yang mau meminjam dll, menyebabkan bertumpuknya masalah untuk
sektor pinjaman.
Semua hambatan di evaluasi, dipangkas, di sederhanakan, tetapi
tetap harus pada rel AD-ART. Sekarang ini, yaitu sejak tahun 2000,
pinjaman anggota dipermudah, dipangkas hal hal yang tak perlu, tak
lagi antri, meskipun tetap harus melalui prosedur baku mengisi
permohonan pinjaman serta wawancara, dan diputuskan oleh yang
97
mempunyai otoritas dalam, jumlah pinjaman. 32
b. Pinjaman Darurat ( PIJAT )
c. Pinjaman Angsuran Harian ( PIJAR )
d. Pinjaman Angsuran Harian Mikro ( PINJARO )
Sedangkan produk simpanan terdiri dari:
a. Simpanan Pokok ( SP )
b. Simpanan Wajib ( SW )
c. Simpanan Sukarela ( SS )
d. Simpanan Khusus Berjangka ( SIKHUJANG )
1. Kopdit melati meluncurkan produk baru pada tanggal 24 April
2001 yaitu ”Simpanan Khusus Berjangka” (SIKHUJANG)
2. Tabungan Simpanan Sikhujang adalah sarana / tempat
penyimpanan uang yang terbuka untuk anggota dan non anggota
yang mau menitipkan uangnya di Kopdit Melati Depok
3. Penabung dapat menabung di Sikhujang Kopdit Melati dan diberi
tanda terima berupa sertifikat bermaterai dan merupakan surat
berharga
4. Tabungan Sikhujang tidak dikaitkan dengan kelipatan hak
pinjaman anggota dan tidak diasuransikan ke Daperma (Dana
Perlindungan Bersama)
32 Lihat http://kopditmelati.wordpress.com/2007/11/28/pinjaman-biasa-pisa/, diakses pada 22
Desember 2008.
98
5. Penabung Sikhujang dapat mengambil tabungan sikhujang setiap
jatuh tempo Sikhujang, minimal menabung 1 tahun, pengambilan
di Kopdit Melati Depok.
6. Semua pelayanan tabungan Sikhujang hanya di kantor Kopdit
Melati dan tercatat dengan nomor Sertifikat
7. Bunga Sikhujang dihitung secara bulanan dari setiap akhir bulan,
bunga bisa diambil atau dimasukan ke simpanan Sukarela atau
Sibuhar, besar bunga sikhujang adalah 15% per tahun
8. Sebelum jatuh tempo Sikhujang tidak dicairkan, dan sebulan
sebelum jatuh tempo tidak memberitahukan untuk dicairkan, maka
dianggap Sikhujang tersebut diperpanjang ( Roll Over ) 33
e. Simpanan Biasa (PISA)
f. Simpanan Bunga Harian (SIBUHAR)
g. Simpanan Manfaat Masa Depan (SIMAPAN )
h. Simpanan Kapitalisasi (SIPITA).
i. Simpanan Dana Sehat (SISEHAT )
j. Simpanan Swadaya Berhadiah (SISWADA )34
Simpanan Swadaya (SISWADA) sangat membantu Kopdit
Melati untuk memupuk Modal Lembaga Kopdit. Siswada bisa
terlaksana bila semua aggota Kopdit berpartisipasi aktif. Siswada
33 http://kopditmelati.wordpress.com/2007/11/26/, Diakses pada 22 Desember 2008. 34 Lihat http:// www.CU-melati.com. Diakses pada tanggal 22 Desember 2008.
99
membantu Kopdit agar bisa swadaya dalam permodalan.
Menabung di Siswada berarti punya simpanan untuk masa
depan, sambil bisa ikut maraup kupon-kupon, guna meraih hadiah
yang diundi setiap akhir tahun. Hadiah cukup menarik, mulai dari TV
berwarna, Kulkas, Dispenser, sampai Sepeda Motor.
Tidak hanya itu saja, SISWADA juga mempunyai beberapa
produk, yaitu:
1. SISWADA, atau Simpanan Swadaya adalah bentuk pelayanan
keuangan yang mengarah pada prinsip Koperasi Kredit dalam
bidang keuangan agar swadaya.
2. SISWADA bisa diwariskan kepada anggota keluarga yang
ditinggalkan, seandainya yang bersangkutan meninggal dunia.
3. SISWADA, memupuk rasa solidaritas antar anggota Koperasi
Kredit guna sedikit demi sedikit tertumpuk simpanan swadaya.
4. SISWADA, merupakan penangkal yang ampuh melawan dana
mahal dari luar Kopdit. Penyediaan dana murah dari anggota
Kopdit diperuntukkan bagi anggota Kopdit yang membutuhkan.35
Berikut adalah beberapa indikator yang menunjukkan perkembangan dari
CU36:
35 Lihat http://kopditmelati.wordpress.com/2007/12/04/simpanan-swadaya-siswada/ diakses
pada 22 Desember 2008. 36 Diambil dari “Data Perkembangan Kopdit Per BK3D/PRA/Puskopdit per Juni 2006.”
Diakses pada 03 Januari 2009.
100
Jumlah CU di seluruh Indonesia : 1.011
Jumlah anggota keseluruhan : 668.346
Jumlah anggota llaki-laki : 339.502
Jumlah anggota perempuan : 268.844
Saham : Rp.1.118.165.288.613
Simpanan non saham : Rp.791.834.460.114
Pinjaman beredar : Rp.1.865.877.600.438
Kekayaan : Rp.2.304.181.285.362
Cadangan : Rp.70.649.587.542
SHU : Rp.46.506.664.916
CU tersebut adalah buah dari kerja keras civil society selama tiga puluh
tahun, waktu yang sama dengan yang dibutuhkan Yunus untuk mencapai
Grameen Bank II saat ini. Selain itu, melalui Kementerian Negara Koperasi dan
UKM, pemerintah telah mendorong koperasi wanita di Indonesia. Sebagian sudah
menunjukkan hasilnya, dan sebagian lagi masih membutuhkan pembenahan yang
lebih intensif , yang karena desentralisasi yang sangat sulit untuk memperoleh
data yang dapat dipercayai.
101
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai uraian yang telah penulis paparkan, dapat disimpulkan
bahwa kredit tanpa jaminan yang dihasilkan Yunus bisa dikatakan bukan konsep
yang baru lagi. Hanya saja, cara atau konsep yang digunakannya yang berbeda.
Dalam konsepnya, ada beberapa pendekatan yang digunakan oleh Yunus,
yaitu dengan menggunakan konsep “mata cacing” yang melihat tanah dari jarak
yang sangat dekat, hampir-hampir menyatu dengan tanah yang dijelajahinya. Hal
ini dimaksudkan untuk mengetahui serta mempelajari budaya, struktur sosial dan
agama masyarakat.
Selain itu, Yunus juga mengggunakan strategi yang benar-benar baru
dalam dunia perbankan. Yaitu dengan cara memberikan kredit tanpa jaminan
berbunga rendah kepada kaum miskin, sistem cicilan setiap hari agar tidak
memberatkan saat jatuh tempo, mengkhususkan diri pada nasabah kaum
perempuan, membentuk sistem kelembagaan berupa kelompok lima, dan juga
menjadikan nasabah sebagai pemegang saham dan komisaris.
Strategi-strategi di atas adalah konsep yang digunakan Yunus dalam
menerapkan Kredit Tanpa Jaminan.
102
B. Saran-saran
1. Kepada para akademisi, praktisi dan juga peneliti agar dapat mempelajari,
memahami serta menerapkan konsep Kredit Tanpa Jaminan yang diterapkan
oleh Yunus. Itu semua tidak akan tercapai apabila tidak membaca, mengulas
dan memahami karya-karya Yunus, khususnya yang berkaitan dengan kredit
tanpa Jaminan, sehingga konsep tersebut bisa diterapkan di Indonesia yang
selama ini selalu didera oleh berbagai macam krisis ekonomi.
2. Para peneliti, akademisi dan juga praktisi harusnya lebih bisa memahami
kondisi dan keadaan masyarakat miskin yang terdapat di Indonesia. Dalam
hal ini, konsep yang cocok adalah konsep mata cacing yang diggunakan
oleh Yunus.
3. Kepada pemerintah dan para mahasiswa sebagai agen perubahan harus bisa
bersikap tegas dan berani mengambil keputusan.
4. Penulis ucapkan semoga bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang lebih
baik dari bangsa-bangsa lain, termasuk Bangladesh. Semoga kita bisa
mengambil pelajaran dari konsep kredit tanpa jaminan yang diterapkan
Yunus untuk akhirnya dapat diterapkan di Indonesia, sehingga rakyat miskin
Indonesia dapat diatasi. Amin.
103
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdul Husain at-Tariqi, Abdullah. Ekonomi Islam : Prinsip, Dasar, dan Tujuan, Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004, Cet I.
Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam : Dari masa Klasik Hingga Kontemporer, Jakarta: Pustaka Asatruss, 2005, Cet I.
Chapra, M. Umer. Islam dan Pembangunan Ekonomi, Jakarta: Gema Insani Press, 2000, Cet I.
_______________ Islam dan Tantangan Ekonomi, Jakarta: Gema Insani Press, 2000, Cet I.
Echols, John M. Dan Hassan Sadily: Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002, Cet XXVI.
Meredith, Geoffrey G., Kewirausahaan; Teori dan Praktek, Jakarta: PT Pusaka Binaman Pressindo, 2000, Cet VI.
Karim, Adimarwan A, Ekonomi Islam; Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema Insani, 2003, Cet. II.
Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada: 2007), Ed. 1-2.
M. A. Mannan. Toeri dan Praktek : Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, Edisi Lisensi.
Molan, Benyamin, Glosarium Prentice Hall untuk Manajemen dan Pemasaran, Jakarta: PT. Prenhallindo, 2002.
M., Ralona, Kamus Istilah Ekonomi Populer, Jakarta: Gorga Media, 2006.
Sakti, Ali. Analisis Teoritis : Ekonomi Islam Jawaban atas kekacauan Ekonomi Modern, Jakarta: Paradigma dan AQSA Publishing, 2007, Cet I.
Yunus, Muhammad. Bank Kaum Miskin : Kisah Yunus dan Grameen Bank Memerangi Kemiskinan. Diterjemahkan oleh Irfan Nasution. Jakarta: Marjin Kiri, 2007, Cet III.
104
_________________, Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan ; Bagaimana Bisnis Sosial Mengubah Kehidupan Kita. Diterjemahkan oleh Rani R. Moediarta. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2008, h. 119.
Internet
Ali, M. Syamsi. Galeri Opini: Kiat Yunus Hapus Kemiskinan, dalam http://Inilah.Com. 16 Februari 2008. Diakses pada tanggal 05/08/2008.
Aprianto, Anton, Kalla : Konsep Kredit Yunus Sudah Ada di Indonesia, dalam Tempo Interaktif. Com., Jakarta, Rabu, 08 Agustus 2007 | 14:02 WIB. Diakses pada tanggal 02/08/2008.
Baderi, Firdaus, Perlu Perubahan Radikal Konsep Perbankan Indonesia, dalam http://www.mediakonsumen.com, Jumat, 14 September 2007. Diakses pada tanggal 14/09/2008.
Bisnis Sosial Jadi Pilihan para Donatur, July 23rd, 2008 dalam http://www.andaisaja.com/?cat=8. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
“Data Perkembangan Kopdit Per BK3D/PRA/Puskopdit per Juni 2006.” Dalam http:// www.CU-melati.com. Diakses pada tanggal 22 Desember 2008
Definisi Kewirausahaan (Entrepreneurship) Menurut Para Ahli. Dalam http://putracenter. wordpress.com/definisi-kewirausahaan- entrepreneurship- menurut-para-ahli/. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
Dito, Pustaka Bank Kaum Miskin, dalam http://www.blogger.com/navbar. Diakses pada tanggal 20/08/2008.
Economy, dalam http://Marketvalas.Blogspot.com. Selasa, 2008 November 11. Diakses pada tanggal 03 Januari 2009.
Erge, March 23rd, 2008, Ciri-ciri wirausahawan, dalam file:///D:/tugas-makalah-judul-skripsi/mata-kuliah/kewirausahaan. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
G. Budiwaluyo, Option For The Poor versi Muhammad Yunus, http://gbudiwaluyo. wordpress.com/2008/03/04/option-for-the-poor-versi-muhammad-yunus/. Diakses pada tanggal 06/08/2008.
Ismawan, Bambang, Menjawab Persoalan Bangsa dengan Entrepreneurship, http://www.binaswadaya.org/index.php.com. Diakses pada tanggal 02/03/ 2009.
105
Mubyarto. Tantangan ilmu ekonomi dalam menanggulangi kemiskinan, dalam http://Indonesia.Com. Januari 2007.
M. Yunus Puji Nuansa Politik dan Demokrasi Indonesia, dalam http://Media Indonesia.Com, 4 Februari 2008. Diakses pada tanggal 27/09/2008.
Muhammad Yunus : Kemiskinan diciptakan oleh Sistem, Yogya, dalam Universitas Gajah Mada. Com. Diakses pada tanggal 21/08/2008.
Santosa, Setyanto P. , Peran Social Entrepreneurship Dalam Pembangunan, dikutip dari acara dialog “ Membangun Sinergisitas Bangsa Menuju Indonesia Yang Inovatif, Inventif dan Kompetitif” diselenggarakan oleh Himpunan IESP FE-Universitas Brawijaya,Malang, 14 Mei 2007. dalam [email protected]. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
“Sosok dan Bisnis: Muhammad Yunus, Pengemis pun Dipinjami”, Dalam http://kompas.com/kcm/, Senin, 30 Oktober 2006. Diakses pada tanggal 12/08/2008.
Social Entrepreneurship: MYC4, dalam http://vibizlearning.com/new/articles. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
Sudrijanta, SJ, J., on December 16th, 2008, Bisnis Sosial sebagai Jalan Alternatif terhadap Krisis Global, dalam http://gerejastanna.org/bisnis-sosial-sebagai-jalan-alternatif-terhadap-krisis-global/. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
Wuryanto, Budhi, Serba-Serbi; Inspirasi dari orang miskin, http://MediaBPR no.18 � september – oktober 2007. Diakses pada tanggal 24/07/2008.
Yunus, Muhammad: "Grameen Bank" Bisa Diterapkan di Indonesia, dalam http://Gatra.Com, Yogyakarta , 11 Agustus 2007 14:18. Diakses pada tanggal 21/07/2008.
http:// www.CU-melati.com. Diakses pada tanggal 22 Desember 2008.
http://www.grameen.com/index.php.com. Diakses pada tanggal 22/09/2008.
http://www.grameen-info.org/book/index.htm. Diakses pada tanggal 22/09/2008.
http://kopditmelati.wordpress.com. Diakses pada 22 Desember 2008.
http://id.wikipedia.org/wiki/ Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Wirausaha. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
Top Related