Download - kista bartolini, dewi sasmita kumala sari

Transcript
Page 1: kista bartolini, dewi sasmita kumala sari

BAB I

PENDAHULUAN

Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan organ

genitalia eksterna. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami gangguan.

Salah satunya adalah infeksi, infeksi dapat mengenai organ genitalia interna

maupun eksterna dengan berbagai macam manifestasi dan akibatnya. Tidak

terkecuali pada glandula vestibularis major atau dikenal dengan kelenjar bartolini.

Kelenjar bartolini merupakan kelenjar yang terdapat pada bagian bawah introitus

vagina. Jika kelenjar ini mengalami infeksi yang berlangsung lama dapat

menyebabkan terjadinya kista bartolini, kista bartolini adalah salah satu bentuk

tumor jinak pada vulva. Kista bartolini merupakan kista yang terbentuk akibat

adanya sumbatan pada duktus kelenjar bartolini, yang menyebabkan retensi dan

dilatasi kistik. Dimana isi di dalam kista ini dapat berupa nanah yang dapat keluar

melalui duktus atau bila tersumbat dapat dapat mengumpul di dalam menjadi

abses.1,5

Kista bartolini ini merupakan masalah pada wanita usia subur, kebanyakan

kasus terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan

mengalami kista bartolini atau abses dalam hidup mereka, sehingga hal ini

merupakan masalah yang perlu untuk dicermati. Kista bartolini bisa tumbuh dari

ukuran seperti kacang polong menjadi besar dengan ukuran seperti telur. Kista

bartolini tidak menular secara seksual, meskipun penyakit menular seksual seperti

Gonore adalah penyebab paling umum terjadinya infeksi pada kelenjar bartolini

yang berujung pada terbentuknya kista dan abses, sifilis ataupun infeksi bakteri

lainnya juga dianggap menjadi penyebab terjadinya infeksi pada kelenjar ini.4

1

Page 2: kista bartolini, dewi sasmita kumala sari

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI

Kista Bartolini adalah suatu pembesaran berisi cairan yang terjadi

akibat sumbatan pada salah satu duktus sehingga mukus yang dihasilkan

tidak dapat disekresi. Kista dapat unilobuler atau multilobuler. Kista

bartolini adalah kista yang paling umum terjadi pada vulva labia mayor,

menyerang kira-kira pada 2% wanita, terutama saat usia reproduktif.

Normalnya kista ini tidak menimbulkan rasa sakit, berkembang secara

perlahan dan dapat menghilang secara perlahan tanpa pengobatan. Kista

bartolini biasanya kecil, antara ibu jari dan bola pingpong bahkan sebesar

telur ayam, tidak terasa nyeri dan tidak mengganggu koitus, bahkan

kadang tidak disadari oleh penderita.3,5

2. FISIOLOGI

Kelenjar ini mengeluarkan lendir untuk memberikan pelumasan

vagina. Kelenjar Bartolini mengeluarkan jumlah lendir yang relatif sedikit

sekitar satu atau dua tetes cairan tepat sebelum seorang wanita orgasme.1

Gambar 1. Anatomi Kelenjar Bartolini

3. ETIOLOGI

Kista Bartolini disebabkan oleh sumbatan terutama pada duktus,

termasuk duktus kecil dan kelenjar asinus. Sumbatan dapat disebabkan

2

Page 3: kista bartolini, dewi sasmita kumala sari

oleh karena mukus yang mengental, infeksi, trauma, inflamasi kronik atau

gangguan kongenital. Sekresi yang dihasilkan oleh kelenjar terakumulasi

dan menyebabkan kelenjar membesar dan membentuk kista.2,3

4. PATOGENESIS

Kelenjar bartolini menghasilkan cairan yang membasahi vagina

mulai masa pubertas, yang selain berfungsi untuk melumasi vagina pada

saat berhubungan, juga pada kondisi normal. Kista Bartolini terjadi karena

adanya sumbatan pada salah satu duktus sehingga mukus yang dihasilkan

tidak dapat disekrese. Hal ini menyebabkan akumulasi cairan sekresi.

Sumbatan dapat disebabkan oleh mukus yang mengental, infeksi, trauma,

inflamasi kronik atau gangguan kongenital. Jika terjadi infeksi pada kista

Bartolini maka kista ini dapat berubah menjadi abses, yang ukurannya

dapat meningkat setiap hari dan sangat nyeri. Namun kista tidak selalu

harus ada mendahului terbentuknya abses.4,5

5. GEJALA KLINIS

Gambar 2. Kista bartolini

Kista Bartolini tidak selalu menyebabkan keluhan akan tetapi

kadang dirasakan sebagai benda yang berat dan menimbulkan kesulitan

pada waktu koitus. Jika kista Bartolini masih kecil dan tidak terinfeksi,

umunya asimptomatik. Tetapi bila berukuran besar dapat menyebabkan

rasa kurang nyaman saat berjalan atau duduk. Gejala yang paling umum

seperti dispareunia, rasa tidak nyaman saat duduk atau berjalan. Tanda

kista bartolini yang terinfeksi berupa penonjolan yang nyeri pada salah

3

Page 4: kista bartolini, dewi sasmita kumala sari

satu sisi vulva disertai kemerahan atau pembengkakan pada daerah

vulva.2,3

6. DIAGNOSIS

a. Anamnesis2,4

Pasien dengan kista memberi gejala berupa pembengkakan labia tanpa

disertai nyeri. Pasien pada abses dapat memberikan gejala :

1. Nyeri yang akut disertai pembengkakan labial unilateral

2. Dispareunia

3. Nyeri pada waktu berjalan dan duduk

4. Nyeri yang mendadak mereda, diikuti dengan timbulnya discharge.

b. Pemeriksaan ginekologi5

Hasil pemeriksaan ginekologi yang dapat diperoleh dari

pemeriksaan terhadap Kista Bartolini adalah sebagai berikut :

Pasien mengeluhkan adanya massa yang tidak disertai rasa

sakit, unilateral, dan tidak disertai dengan tanda-tanda selulitis

di sekitarnya.

Jika berukuran besar kista dapat tender.

Discharge dari kista yang pecah bersifat nonpurulent.

Kista bartolini harus dibedakan dari abses dan dari massa

vulva lainnya. Karena kelenjar Bartolini mengecil saat usia

menopause, suatu pertumbuhan massa pada wanita

postmenopause perlu dievaluasi terhadap tanda-tanda

keganasan, terutama bila massanya bersifat irreguler, noduler,

dan keras.

c. Pemeriksaan penunjang

Apabila pasien dalam kondisi sehat, afebris, tes

laboratorium darah tidak diperlukan untuk mengevaluasi abses

tanpa komplikasi atau kista. Kultur bakteri dapat bermanfaat

4

Page 5: kista bartolini, dewi sasmita kumala sari

dalam menentukan kuman dan pengobatan yang tepat bagi

abses Bartolini.3,5

7. DIAGNOSIS BANDING3,5

Beberapa jenis lesi vulva dan vagina dapat menyerupai kista Bartolini.

Beberapa diantaranya adalah :

1. Kista sebasea pada vulva sangat sering ditemukan. Kista sebaseous ini

merupakan suatu kista epidermal inklusi dan seringkali asimptomatik.

Pada keadaan terinfeksi, diperlukan insisi dan drainase sederhana.

2. Dysontogenetic cysts merupakan kista jinak yang berisi mukus dan

berlokasi pada introitus atau labia minora. Terdiri dari jaringan yang

menyerupai mukosa rektum, dan seringkali asimptomatik.

3. Hematoma pada vulva. Dapat dibedakan dengan adanya trauma akibat

berolahraga, kekerasan.

4. Fibroma merupakan tumor solid jinak vulva yang sering ditemukan.

Indikasi untuk eksisi berupa timbulnyarasa nyeri, pertumbuhan yang

progresif, dan kosmetik.

5. Hidradenoma merupakan tumor jinak yang dapat muncul pada labia

mayora dan labia minora. Perlu dipertimbangkan untuk dilakukan

biopsi apabila timbul perdarahan dan diangkat bila timbul gejala.

8. PENATALAKSANAAN

Pengobatan kista Bartolini bergantung pada gejala pasien. Suatu kista

tanpa gejala mungkin tidak memerlukan pengobatan, kista yang menimbulkan

gejala dan abses kelenjar memerlukan drainase.3

a. Tindakan Operatif 1,2,3,5

Beberapa prosedur yang dapat digunakan:

1. Insisi dan Drainase3,5

Meskipun insisi dan drainase merupakan prosedur yang cepat dan

mudah dilakukan serta memberikan pengobatan langsung pada pasien,

namun prosedur ini harus diperhatikan karena ada kecenderungan

5

Page 6: kista bartolini, dewi sasmita kumala sari

kekambuhan kista atau abses. Ada studi yang melaporkan, bahwa terdapat

13% kegagalan pada prosedur ini.

2. Kateter4

Word catheter ditemukan pertama kali pada tahun 1960-an.

Merupakan sebuah kateter kecil dengan balon yang dapat digembungkan

dengan saline pada ujung distalnya, biasanya digunakan untuk mengobati

kista dan abses Bartholin. Panjang dari kateter karet ini adalah sekitar 1

inch dengan diameter No.10 French Foley kateter. Balon kecil di ujung

Word catheter dapat menampung sekitar 3-4 mL larutan saline.

Gambar 3. Word catheter

Setelah persiapan steril dan pemberian anestesi lokal, dinding kista

atau abses dijepit dengan forceps kecil dan blade no.11 digunakan

untuk membuat incisi sepanjang 5mm pada permukaan kista atau

abses.Penting untuk menjepit dinding kista sebelum dilakukan incisi, atau

bila tidak kista dapat collapse dan dapat terjadi incisi pada tempat yang

salah.Incisi harus dibuat dalam introitusexternal hingga ke cincin hymenal

pada area sekitar orifice dari duktus.Apabila incise dibuat terlalu besar,

Word catheter dapat lepas.

Setelah insisi dibuat, Word catheter dimasukkan, dan ujung balon

dikembangkan dengan 2 ml hingga3 ml larutan saline. Balon yang

mengembang  ini membuat kateter tetap berada di dalam rongga kista atau

abses. Ujung bebas dari kateter dapat dimasukkan ke dalam vagina.Agar

terjadi  epitelisasi pada daerah bekaspembedahan, Word catheter dibiarkan

6

Page 7: kista bartolini, dewi sasmita kumala sari

di tempat  selama empat sampai enam minggu, meskipun epithelialisasi

mungkin  terjadi lebih cepat,sekitar tiga sampai empat minggu. Jika Kista

Bartholin atau  abses terlalu dalam, pemasangan Wordcatheter tidak

praktis, dan pilihan lain  harus dipertimbangkan.

Gambar 4. Insisi, drainase dan word catheter

Abses biasanya dikelilingi oleh selulitis yang signifikan, dan pada

kasus- kasus tersebut, antibiotik diperlukan. Antibiotik yang digunakan

harus  merupakan antibiotic spektrum luas untuk mengobati infeksi

polymicrobial  dengan aerob dan anaerob. Dapat dilakukan kultur untuk

mencari kuman  penyebab. Selama menunggu hasil kultur, diberikan terapi

antibiotikempiris.  Pasien dianjurkan untuk merendam di bak mandi

hangat dua kali sehari (Sitzbath). Koitus harus dihindari untuk

kenyamanan pasien dan untuk mencegah lepasnya word catheter.

Sitz bath (disebut juga hip bath, merupakan suatu jenis mandi,

dimana hanya bagian pinggul dan bokong yang direndam di dalam air atau

saline; berasal dari Bahasa Jerman yaitu sitzen yang berarti duduk)

7

Page 8: kista bartolini, dewi sasmita kumala sari

dianjurkan dua sampai tiga kali sehari dapat membantu kenyamanan dan

penyembuhan pasien selama periode pascaoperasi.

Gambar 5. Alat yang digunakan untuk Sitz Bath

3. Marsupialisasi 1,5

Alternatif pengobatan selain penempatan Wordcatheter adalah 

marsupialisasi dari kista Bartholin . Prosedur ini tidak boleh dilakukan 

ketika terdapat tanda- tanda abses akut.

Gambar 6. Tindakan Marsupialisasi Kista Bartholini

Setelah dilakukan persiapan yang steril dan pemberian anestesi

lokal, dinding kista dijepit dengan dua hemostat kecil. Lalu dibuat

incisivertikal pada  vestibular melewati bagian tengah kista dan bagian

luar dari hymenal ring.Incisi  dapat dibuat sepanjang 1.5 hingga 3cm,

bergantung pada besarnya kista.Berikut adalah peralatan yang diperlukan

dalam melakukan tindakan marsupialisasi.

Setelah kista diincisi, isi rongga akan keluar. Rongga ini dapat

diirigasi dengan larutan saline, dan lokulasi dapat dirusak dengan

hemostat. Dinding kista  ini lalu dieversikan dan ditempelkan pada

dindung vestibular mukosa dengan  jahitan interrupted menggunakan

benang absorbable 2 -0.18 Sitz bath dianjurkan  pada hari pertama setelah

8

Page 9: kista bartolini, dewi sasmita kumala sari

prosedur dilakukan. Kekambuhan kista Bartolini  setelah prosedur

marsupialisasi adalah sekitar 5-10 %.

4. Eksisi (Bartholinectomy)5

Eksisi dari kelenjar Bartolini dapat dipertimbangkan pada pasien

yang tidak  berespon terhadap drainase, namun prosedur ini harus

dilakukan saat tidak ada infeksi aktif.

Eksisi kista bartolini karena memiliki risiko perdarahan, maka

sebaiknya dilakukan di ruang operasi dengan menggunakan anestesi

umum. Pasien ditempatkan dalam posisi dorsal lithotomy. Lalu dibuat

insisi kulit berbentuk linear yangmemanjang sesuai ukuran kista pada

vestibulum dekat ujung medial labia minora dansekitar 1 cm lateral dan

parallel dari hymenal ring. Hati – hati saat melakukan incisikulit agar tidak

mengenai dinding kista.Struktur vaskuler terbesar yang memberi supply

pada kista terletak pada bagian posterosuperior kista. Karena alasan ini,

diseksi harus dimulai dari bagian bawahkista dan mengarah ke superior.

Bagian inferomedial kista dipisahkan secara tumpul dan tajam dari

jaringan sekitar. Alur diseksi harus dibuat dekat dengandinding kista untuk

menghindari perdarahan plexus vena dan vestibular bulb danuntuk

menghindari trauma pada rectum.

9

Page 10: kista bartolini, dewi sasmita kumala sari

10

Page 11: kista bartolini, dewi sasmita kumala sari

Gambar 7. Bartolinectomy

Setelah diseksi pada bagian superior selesai dilakukan, vaskulariasi

utama  dari kista dicari dan diklem dengan menggunakan hemostat. Lalu

dipotong dan diligasi dengan benangchromic atau benang delayed 

absorbable 3-0.

Cool packs pada saat 24 jam setelah prosedur dapat mengurangi

nyeri, pembengkakan, dan pembentukan hematoma. Setelah itu, dapat

dianjurkan sitz bath hangat 1-2 kali sehari untuk mengurangi nyeri post

operasi dan kebersihan  luka.

b. Pengobatan Medikamentosa1,2,3,5

Antibiotik sebagai terapi empirik untuk pengobatan penyakit menular

seksual biasanya digunakan untuk mengobati infeksi gonococcal dan

chlamydia. Idealnya, antibiotik harus segera diberikan sebelum dilakukan

insisi dan drainase. Beberapa antibiotikyang digunakan dalam pengobatan

abses bartholini:

11

Page 12: kista bartolini, dewi sasmita kumala sari

1. Ceftriaxone1,5

Ceftriaxone adalah sefalosporin generasi ketiga dengan efisiensi broad

spectrum terhadap bakteri gram-negatif, efficacy yang lebih rendah terhadap

bakteri gram-positif, dan  efficacy yang lebih tinggi terhadap bakteri resisten.

Dengan mengikat pada satu atau lebih penicillin-binding protein, akan

menghambat sintesis dari dinding sel bakteri dan menghambat pertumbuhan

bakteri. Dosis yang dianjurkan: 125 mg IM sebagai single dose .

2. Ciprofloxacin3

Sebuah monoterapi alternatif untuk ceftriaxone. Merupakan antibiotik

tipe bakterisida yang menghambat sintesis DNA bakteri dan, oleh sebab itu

akan menghambat pertumbuhan bakteri dengan menginhibisi DNA-gyrase

pada bakteri. Dosis yang dianjurkan: 250 mg PO 1 kali sehari

3. Doxycycline2

Menghambat sintesis protein dan replikasi bakteri dengan cara

berikatan  dengan 30S dan50S subunit ribosom dari bakteri. Diindikasikan

untuk Ctra chomatis. Dosis yang dianjurkan: 100 mg PO 2 kali sehari selama

7 hari

4. Azitromisin1

Digunakan untuk mengobati infeksi ringan sampai sedangyang

disebabkan oleh beberapa strain organisme. Alternatif monoterapi untukC

trachohomatis. Dosis yang dianjurkan: 1 g PO 1x

9. KOMPLIKASI5

Komplikasi yang paling umum dari abses Bartolini adalah kekambuhan.

Pada beberapa kasus dilaporkan necrotizing fasciitis setelah dilakukan

drainase abses.

Perdarahan, terutama pada pasien dengan koagulopati.

12

Page 13: kista bartolini, dewi sasmita kumala sari

BAB III

ILUSTRASI KASUS

1. Identitas pasien

No rekam medik: 109672

Masuk : 05-11-2014 jam 05.30 WIB

Nama : Ny.EY

Umur : 32 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : IRT

Alamat : Kampung panjang, Air Tiris

Agama : islam

Status perkawinan : sudah kawin

2. Anamnesis : autoanamnesis

Keluhan Utama : Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari sejak 1 hari yang lalu

3. Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang ibu datang ke IGD dengan kehamilan keempat dengan usia

kehamilan 39 - 40 minggu mengeluh nyeri pinggang menjalar ke ari-ari

sejak jam 00.00 WIB yang lalu disertai keluarnya lendir dan darah, air

berwarna jernih (-), keluhan pusing (-), mual (-), muntah (-), BAK dan

BAB dalam batas normal. Terdapat benjolan pada labia mayora kiri

diameter 3 cm sejak 1 bulan yang lalu, tidak sakit, tidak gatal dan terdapat

varises diatasnya, tungkai udema.

- HPHT: 03-02-2014

- TP: 10-11-2014

Riwayat Haid

Menarche usia 13 tahun, teratur, selama 5-7 hari, siklus 30 hari, ganti

pembalut 1-2 kali/hari, nyeri berlebihan saat menstruasi (-)

13

Page 14: kista bartolini, dewi sasmita kumala sari

Riwayat KB

Mengunakan KB suntikan

Riwayat perkawinan

Pasien menikah saat usia 23 tahun, ini pernikahan yang pertama dan lama

pernikahan 9 tahun.

Riwayat persalinan

Hamil 1 2006, aterm, RS, jenis tindakan : vakum, penolong : Dokter

Hamil 2 2009, aterm, Klinik, spontan, Bidan

Hamil 3 2012, aterm, RS, spontan, Dokter

Hamil 4 ini

4. Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat Hipertensi (-)

Riwayat DM (-)

5. R Penyakit Keluarga :

Riwayat Hipertensi (-)

Riwayat DM (-)

6. Pemeriksaan Fisik :

Status Generalis:

Keadan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Vital sign : TD = 130/90

: R = 20x/menit

: N = 89x/menit

: T = 36,7oC

: DJJ = 152 x/menit, Puka

Kepala : Bentuk normal

Mata : Konjungtiva anemis, Sclera tidak ikterik

Hidung : Septum nasi tidak ada deviasi, secret (-)

14

Page 15: kista bartolini, dewi sasmita kumala sari

Telinga : Tidak terdapat deformitas, secret (-)

Mulut : Bibir normal, tidak pucat, tidak sianosis, mukosa mulut lembab,

tidak hiperemis

Tenggorokan : Tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada

pemembesaran kelenjar getah bening, Trakea berada ditengah ditengah

Thorax:

- Paru-Paru :

I: simertris kiri dan kanan

Pa: gerak nafas simetris

Pr: sonor pada kedua paru

Au: vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

- Jantung :

I: tidak tampak pulsasi ictus cordis

Pa: teraba pulsasi ictus cordis pada ICS V, 1 cm

linea midclavicula sinistra

Pr:batas jantung kanan ICS:III, IV,V linea sternalis

dextra, batas kiri ICS V, 1-2 cm disebelah medial

midclavicula sinistra

Au:bunyi jantung regular, murmur (-), gallop (-)

- Abdomen: abdomen membuncit sesuai usia kehamilan

Ekstremitas : tidak tampak deformitas, akral hangat pada keempat

ekstremitas, udem

STATUS OBSTETRI

ABDOMEN :

- Leopold I : TFU 3 jari dibawah procesus xypiodeus, massa bulat

lunak

- Leopold II : Puka (punggung kanan)

- Leopold III : Massa bulat, keras. (Presentasi kepala)

- Leopold IV : Masuk PAP

15

Page 16: kista bartolini, dewi sasmita kumala sari

TFU (tinggi Fundus Uteri ): 3 jari dibawah procecus xypoideus = 39-40

minggu

TBJ (taksiran berat janin) : 3410 gram

DJJ : 158 puka

HIS : sudah ada (+)

Pemeriksaan dalam vagina : VT : 7-8 cm, ketuban (+)

Tampak benjolan pada labia mayora kiri diameter 3 cm dan terdapat

varises diatasnya

7. Pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan laboratorium

Tanggal 06-11-2014

Hb : 9,8 g/dl (normal 13,5-16,5)

Leukosit : 7,8 (3,5-10,9)

8. Diagnosa kerja : G4P3A0H3 gravid 39-40 minggu + Kista bartolini

Follow up

05/11/2014

S : nyeri jalan lahir (+), nyeri kepala (-), mual (-), muntah (-), BAK (-), ASI (+), mobilisasi (+), nyeri benjolan pada labia (-)

O : Kesadaran Composmentis

Vital sign :

TD : 120/80 mmHg Lochia : Rubra

HR : 78 x/menit TFU : 2 jari dibawah umbilikus

RR : 20 x/menit

T : 36,7 ºC

A : Post partus spontan + Kista Bartolini

16

Page 17: kista bartolini, dewi sasmita kumala sari

P : - Metronidazole 3x1 tab

- Amoxicilin tab 3x1 tab

- As.mefenamat 3x1 tab

- Neurodex 3x1 tab

06/11/2014

S : nyeri jalan lahir (+), nyeri kepala (-), mual (-), muntah (-), BAK (+), ASI (+), mobilisasi (+),nyeri benjolan pada labia (-)

O : Kesadaran Composmentis

Vital sign :

TD : 110/70 mmHg Lochia : Rubra

HR : 84 x/menit TFU : 1 jari dibawah umbilikus

RR : 18 x/menit

T : 36,5 ºC

A : Post partus spontan + Kista Bartolini

P : BOPUL

- As.mefenamat X

- Neurodex X

- S.F X

17

Page 18: kista bartolini, dewi sasmita kumala sari

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada anamnesis didapatkan G4P3A0H3, HPHT 03-02-2014

sehingga dapat disimpulkan bahwa usia kehamilan adalah 39-40 minggu,

nyeri pinggang menjalar ke ari-ari sejak jam 00.00 WIB yang lalu disertai

keluarnya lendir dan darah, air berwarna jernih (-), keluhan pusing (-),

mual (-), muntah (-), BAK dan BAB dalam batas normal, tungkai udema.

Dari pemeriksaan fisik terdapat benjolan pada labia mayora kiri

diameter 3 cm, sejak 1 bulan yang lalu, tidak sakit, tidak gatal dan terdapat

varises diatasnya. Namun tidak didapatkan adanya riwayat trauma.

Kista Bartolini tidak selalu menyebabkan keluhan akan tetapi

kadang dirasakan sebagai benda yang berat dan menimbulkan kesulitan

pada waktu koitus. Jika kista Bartolini masih kecil dan tidak terinfeksi,

umunya asimptomatik. Tetapi bila berukuran besar dapat menyebabkan

rasa kurang nyaman saat berjalan atau duduk. Gejala yang paling umum

seperti nyeri, dispareunia, rasa tidak nyaman saat duduk atau berjalan.

18

Page 19: kista bartolini, dewi sasmita kumala sari

DAFTAR PUSTAKA

1. Treat Bartholin Gland Cyst and Abscesses with a Simple

Solution (editorial). Cook Medical 2011.

2. Figueiredo ACN, Duarte PEFDSAR, Gomes TPM, Borrego

JMP, Marques CAC. Bartholin’s Gland Cysts: management

with carbon-dioxide laser vaporization. Rev Bras Ginecol

Obstet 2012:34(12):550-4.

3. Omole F, Simmons BJ, Hacker Y. Management of Bartholin’s

Duct Cyst and Gland Abscess. Am Fam Physician 2003 Jul

1;68(1):135-140.

4. Sarwono Prawiro hardjo, ilmu kebidanan, Yayasan Bina

Pustaka, 2006, Jakarta

5. Kozawa E, Irisawa M, Heshiki A, Kimura F, Shimizu Y. MR

Findings of a Giant Bartholin’s Duct Cyst. MAGN Reson Med

Sci 2008: 7(2):101-103.

19