NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 1
KINERJA GURU BAHASA INDONESIA
SMP NEGERI 8 MALANG TAHUN 2018
Arfita Umu Amaroh
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana Unisma
Abstrak: Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 menyebutkan
bahwa guru harus memiliki empat kompetensi yaitu padagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional. Hal ini sebagai parameter kinerja
yang baik sebagai guru atau pendidik sehingga diperoleh suatu contoh
yang baik dalam kinerja guru. Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian kualitatif yang bertujuan memeroleh gambaran objektif
mengenai kinerja guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Malang.
Peneliti dalam bertindak sebagai instrumen kunci. Instrumen data
menggunakan lembar catatan lapangan, observasi, dan dokumentasi.
Analisis data mengguna-kan teknik (1) pengumpulan data, (2) reduksi
data, (3) penyajian data, dan (4) penarikan kesimpulan. Kinerja dalam
kompetensi pedagogik guru dapat (1) mengenal karakteristik peserta
didik, (2) menguasai teori belajar dan prinsip pembelajaran yang
mendidik, (3) mengembangkan kurikulum, (4) melaksanakan pem-
belajaran yang mendidik, (5) me-mahami dan mengembangkan potensi
peserta didik, (6) berkomunikasi dengan peserta didik, (7) serta melaku-
kan penilaian dan evaluasi dengan baik. Dalam kompetensi kepribadian
guru mampu (1) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial
dan kebudayaan nasional Indonesia, (2) menunjukkan pribadi yang
dewasa serta menjadi teladan, dan (3) menunjukkan etos kerja, tanggung
jawab yang tinggi, serta me-miliki rasa bangga menjadi guru. Dalam
kompetensi sosial guru dapat (1) bersikap inklusif, bertindak objektif,
serta tidak diskriminatif, dan (2) berkomunikasi dengan sesama guru,
tenaga pendidikan, orang tua peserta didik, dan masyarakat dengan baik.
Dalam kompetensi profesional guru dapat (1) menguasai materi,
struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran bahasa Indonesia, dan (2) mengembangkan keprofesian
melalui tindakan reflektif. Penelitian ini dapat dimanfaat-kan sebagai
cermin sekaligus refleksi bagi pendidik maupun praktisi pendidikan agar
semakin meningkatkan kompetensinya sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan zaman.
Kata Kunci: kinerja, kompetensi, guru
PENDAHULUAN
Dalam Peraturan Pemerintah
No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan mengenai Standar
Pendidik-an dan Tenaga Kependidikan
disebutkan mengenai empat
kompetenesi yang harus dimiliki oleh
guru. Keempat kom-petensi tersebut
adalah kompetensi peda-gogik,
kompetensi kepribadian, kom-petensi
sosial, dan kompetensi profesional.
Menurut UU Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1
"Guru adalah pendidik profesional
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 2
dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia
dinijalur pendidikan formal, dasar dan
meneng-ah". Guru juga perlu memiliki
kompe-tensi profesional yaitu selalu
meningkat-kan dan mengembangkan
kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berke-lanjutan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni. Kompetensi guru
menurut Peraturan Pemerintah No. 74
Tahun 2008 adalah seperangkat
pengetahuan, keterampilan dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai
dan diaktualisasikan oleh guru dalam
menjalani tugas keprofesionalannya.
Standar kompetensi guru dikem-
bangkan secara utuh dari empat kompe-
tensi utama, Peraturan Menteri
Pendidik-an Nasional RI No. 16 Tahun
2007. Dalam hal ini guru dikatakan
sebagai pendidik, bertugas sebagai
pemelihara (konservator), penerus
(transmitor), serta penerjemah
(transformator) sistem-sistem nilai
yang merupakan sumber norma
kedewasaan dan aturan yang ber-laku di
masyarakat.
Guru bahasa Indonesia diharap-
kan lebih banyak memiliki kemampuan
mengelola pembelajarannya secara
baik. Hal tersebut dikarenakan
pelajaran bahasa Indonesia disebut
sebagai pe-lajaran penghela ilmu
pengetahuan lain, seperti yang
disampaikan oleh Mahsun dalam
pengantar buku teks bahasa Indonesia
(Kemendikbud, 2014). Pengertian lebih
luas dari pernyataan tersebut adalah
bahwa pelajaran bahasa Indonesia
memiliki peranan penting bagi siswa
dalam membangun pengetahuannya.
Selain itu, bahasa Indonesia merupakan
pelajaran yang memiliki cakupan lebih
luas sehingga memungkinkan guru
dapat melakukan eksplorasi lebih
banyak, baik dari segi materi maupun
dari aktivitas pembe-lajaran.
Seorang guru memiliki hak
menjadi dirinya sebagai guru yang
otonom. Artinya, seorang guru
memiliki kebebasan mengembangkan
kemampu-annya dalam mengelola
pembelajar-annya secara inovatif
berdasarkan bidangnya masing-masing.
Dalam kait-annya dengan
mengembangkan kemam-puan atau
kompetensi, guru dapat me-
nuangkannya dengan cara merancang
dan menyusun pelaksanaan pembelaja-
ran yang lebih aktif, kreatif, inovatif,
efektif dan menyenangkan (PAIKEM)
(Zulfahmi, 2013). Wawasan yang luas
menjadi modal awal guru dalam me-
ngembangkan kreativitas menegelola
pembelajaran.
Satu di antara faktor penentu
keber-hasilan pembelajaran bahasa
Indonesia di sekolah adalah keadaan
lingkungan sekolah. Lingkungan yang
dimaksudkan di sini adalah lingkungan
belajar yang terjadi antara pebelajar
(siswa) dan pengajar (guru).
Pembelajar-an yang baik adalah
pembelajaran yang di dalamnya
terdapat kerja sama anatara guru
dengan siswa untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Kerja sama tersebut
diaktualisasikan dalam pem-bangunan
interaksi antara guru dengan siswa
ataupun siswa dengan sarana
pembelajaran sehingga dapat menjadi-
kan siswa belajar secara maksimal.
Oleh sebab itu, peran guru dalam
membantu siswa belajar merupakan
bagian penting dalam sebuah
pembelajaran. Aktivitas yang dilakukan
oleh guru dalam melaksanakan
merupakan bagian dari cara guru untuk
membantu siswa belajar. Penelitian ini
berupaya untuk melihat kinerja guru
dalam kompetensi pedagogik, salah
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 3
satunya melaksanakan pembelajaran
untuk melihat aktivitasnya dalam
rangka membantu siswa belajar. Di
samping itu, penelitian ini juga
berupaya melihat kinerja guru dalam
kompetensi kepribadian, sosial, dan
profesional.
Guna mendapatkan informasi
awal mengenai pembelajaran bahasa
Indonesia di sekolah, dilakukan
observasi awal dengan menggunakan
wawancara nonformal terhadap
beberapa siswa SMP di Kota Malang.
Wawancara tersebut dilakukan kepada
siswa dikarenakan siswa adalah subjek
yang mengetahui dan merasakan secara
langsung pembelajaran yang dilakukan
oleh guru. Hasil dari wawancara ini
digunakan sebagai asumsi awal
mengenai pembelajaran yang dilakukan
oleh guru.
Siswa dari sebuah SMP Negeri
mengatakan bahwa guru bahasa
Indonesia dalam mengajar masih dapat
diikuti. Dari pendapat tersebut dapat
diasumsikan bahwa pembelajaran yang
dilakukan guru bahasa Indonesia
memiliki kejelasan, baik materi maupun
cara penyampaian materi kepada siswa.
Siswa dari SMP Negeri lain
mengatakan bahwa pembelajaran yang
dilakukan guru Bahasa Indonesia di
sekolahnya kurang menarik sehingga
pelajaran bahasa Indonesia menjadi
membosan-kan. Dari komentar tersebut
dapat ditarik asumsi awal bahwa
pembelajaran yang dilakukan guru
Bahasa Indonesia kurang memberikan
pemahaman bagi siswa. Siswa dari
SMP swasta memberikan komentar
bahwa pembelajaran bahasa Indonesia
di sekolah adalah pelajaran yang sama
sejak dulu. Dari komentar tersebut,
dapat diasumsikan bahwa materi
pelajaran dan tugas yang disampaikan
oleh guru kurang variatif sehingga
muncul asusmsi bahwa pembelajaran
bahasa Indonesia cenderung monoton.
Dari informasi yang diberikan
oleh siswa-siswa tersebut, terdapat
persamaan sekaligus perbedaan
pendapat mengenai pembelajaran
Bahasa Indonesia di setiap sekolah.
Berdasarkan asumsi-asumsi yang
didapat dari komentar siswa dari
berbagai sekolah tersebut kiranya perlu
dilakukan penelitian mengenai kinerja
guru dalam pembelajaran bahasa
Indonesia. Kebenaran perspektif ini
masih bersifat asumsi umum, belum
terdapat penjelasan secara ilmiah. Oleh
karena itu, penelitian ini akan
memaparkan guru bahasa Indonesia di
SMP Negeri 8 Malang. SMP Negeri 8
Malang memiliki sitem pembelajaran
moving class yang dimana setiap mata
pelajaran memiliki ruangan sendiri
dengan khas/karakter-nya. Selain itu,
siswa dan guru banyak mendapatkan
prestasi di bahasa Indonesia baik
akademik maupun non akademik dari
tingkat kota, regional, maupun nasional.
Hal ini agar bisa dijadikan contoh dan
rujukan bagaimana kinerja guru bahasa
Indonesia yang baik.
Penelitian serupa dengan
penelitian ini dilakukan oleh Syafrudin
(2014) Judul penelitiannya adalah
“Kemampuan Guru Tersertifikasi
dalam Perancangan dan Penerapan
Pembelajar-an (Studi Multikasus pada
SMK Negeri Kota Palu)”. Syafrudin
mengungkapkan adanya beberapa
hambatan yang dihadapi oleh guru
dalam hal perancang-an pembelajaran.
Penelitian lain yang relevan dengan
penelitian ini adalah Ajeng (2015)
mengenai “Wujud Implementasi RPP
Bahasa Indonesia dalam Kegiatan
Pembelajaran oleh Guru SMP di
Kabupaten Lumajang”. Perbedaan
penelitian ini dengan peneliti-an Ajeng
di antaranya adalah peneltian Ajeng
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 4
mendeskripsikan kesesuaian kegiatan
yang dirancang guru dalam RPP dengan
kegiatan yang dilaksanakan guru dalam
kelas. Sedangkan penelitian ini
mendeskripsikan mengenai kinerja guru
dalam pelaksanaan pembelajaran
bahasa Indonesia.
Penelitian ini menjadi penting
karena penelitian ini mengkaji aktivitas
guru bahasa Indonesia dalam
pelaksana-an pembelajaran yang
dilakukan. Informasi yang didapatkan
dari peneliti-an ini dijadikan sebagai
potret atau gambaran dari situasi kinerja
guru pembelajaran bahasa Indonesia di
lapangan. Kinerja yang ditunjukkan
oleh guru dalam pembelajaran bahasa
Indonesia perlu diperhatikan guna
pengembangan pembelajaran bahasa
Indonesia ke arah yang lebih baik.
METODE
Penelitian ini menggunakan
jenis penelitian kualitatif. Jenis ini
digunakan dengan asumsi bahwa
penelitian bertuju-an untuk melihat
kinerja dan masalah guru dalam
pelaksanaan pembelajaran bahasa
Indonesia. Penelitian ini digolongkan
ke dalam penelitian kualitatif
dikarenakan memiliki salah satu
karakteristik dari penelitian kualitatif,
yaitu memiliki latar belakang alamiah.
Adapun karakteristik penelitian
kualitatif yaitu, (1) penelitian kualitatif
memiliki latar almiah (natural setting)
di mana sumber data diperoleh
langsung dan peneliti sebagai instrumen
kunci, (2) penelitian kualitatif memiliki
bentuk laporan berupa paparan
deskripsi, (3) penelitian kualitatif lebih
mementingkan proses daripada hasil,
(4) penelitian kualitatif cenderung
menganalisis data secara induktif, dan
(5) penelitian kualitatif lebih
mementingkan “makna” (Bogdan dan
Biklen, 1992:29-32).
Pendekantan dalam penelitian
ini mengunakan pendekatan secara
fenome-nologis. Pada hakikatnya
penelitian kualitatif mengunakan
pendekatan secara fenomenologis.
Artinya Peneliti berangkat kelapangan
dengan mengamati fenomena yang
terjadi dilapangan secara alamiah.
Pendekatan ini dipilih dengan
pemikiran bahwa pelaksanaan
pembelajaran bahasa Indonesia yang
dilakukan oleh guru di sekolah
memiliki beragam bentuk sehingga
perlu dimaknai setiap bentuk
pelaksanaan pembelajaran tersebut
untuk mendapatkan rumusan mengenai
kinerja dan masalah yang dihadapi guru
dalam pelaksanaan pembelajaran.
Fenomena yang terjadi digali sebanyak
mungkin (emik) kemudian dipadukan
denganm teori-teori yang ada (etik)
sehingga menghasilkan temuan yang
dapat diformulasikan (Creswell,
2008:175). Kegiatan yang di amati
dalam penelitian ini adalah akitivitas
guru dalam melaksanakan kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan
professional. Segala bentuk fenomena
dari hasil penelitian nantinya akan
dibandingkan dengan teori yang ada.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data kinerja guru dalam
penelitian ini meliputi. (1) Observasi
digunakan untuk mendapatkan data
aktivitas guru dalam pembelajaran
maupun di luar kelas. Dalam
mengguna-kan observasi cara yang
paling efektif adalah melengkapinya
dengan format atau blangko
pengamatan sebagai instrumen
pertimbangan kemudian format yang
disusun berisi item-item tentang
kejadian atau tingkah laku yang
digambarkan. Dari peneliti berpenga-
laman diperoleh suatu petunjuk bahwa
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 5
mencatat data observasi bukanlah
sekedar mencatat, tetapi juga mengada-
kan pertimbangan kemudian mengada-
kan penilaian kepada skala bertingkat.
Teknik observasi ini merupakan teknik
paling tepat untuk digunakan dalam
penelitian ini karena peneliti dapat
secara langsung mengamati proses
aktivitas guru di sekolah sesuai dengan
konteks penelitian. (2) Wawancara
digunakan sebagai salah satu teknik
untuk memperoleh data berupa
pendapat, penjelasan, dan konser guru
bahasa Indonesia mengenai pembelajar-
an bahasa Indonesia yang
dilakukannya. Teknik wawancara yang
digunakan yakni wawancara terstruktur.
Peneliti melakukan wawancara dengan
pedoman wawancara yang disusun
sebelumnya. Meski demikian, tidak
menutup kemungkinan teknik
wawancara yang digunakan akan
berubah menjadi wawancara terbuka.
(3) Studi dokumen digunakan peneliti
untuk memperoleh data yang berupa
data-data dalam bentuk dokumen,
seperti RPP. Dokumen ini digunakan
sebagai pemberi informasi tambahan
terhadap pelaksanaan pembelajaran
pembelajaran bahasa Indonesia yang
dilakukan oleh guru di kelas.
Teknik Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini
menggunakan model analisis alir dari
Miles dan Huberman (1992), yang
mencakup (1) pengumpulan data, (2)
reduksi data, (3) penyajian data, dan (4)
menarik kesimpulan. Pengumpulan data
pada penelitian ini dilakukan melalui
prosedur untuk memilih dan menye-
derhanakan data kasar pada hasil
pengumpulan data.
Reduksi data merupakan cara
untuk menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, atau menyingkirkan data
yang tidak sesuai dengan fokus
penelitian. Dalam tahap penyajian data,
pertama dilakukan pendeskripsian data
yang terkumpul setelah melalui proses
reduksi data. Setelah itu dilakukan
analisis terhadap data dengan cara
mencari hubungan antarkonsep dalam
temuan data. Dalam tahap ini, tidak
hanya menjawab mengenai pertanyaan
mengenai ada tidaknya hubungan,
tetapi juga pada efek sebab-akibat yang
tampak dari data. Hasil yang diperoleh
dari kegiatan analisis data kemudian
diinterpretasi guna mendapatkan
penjelasan terhadap fokus penelitian.
Hasil interpretasi ini dapat
langsung disusun menjadi kesimpulan
sementara. Kesimpulan sementara
tersebut digunakan oleh peneliti untuk
memeriksa kembali tingkat kredibilitas
dan keakuratan data sehingga
memungkinkan peneliti untuk melaku-
kan tahapan sebelumnya (verifikasi).
Tahapan selanjutnya adalah menarik
kesimpulan akhir hasil temuan.
Kesimpulan akhir ini merupakan hasil
dari verifikasi terhadap hasil temuan.
Tahap terakhir dalam pengolahan data
adalah pelaporan secara deskriptif.
Keabsahan Data
Dalam penelitian ini digunakan
tiga teknik pengecekan keabsahan data
yang dijelaskan sebagai berikut. (1)
Perpanjangan keikutsertaan, peneliti
berada di lapangan sampai dengan
kejenuhan pengumpulan data tercapai.
Perpanjanagan keikutsertaan ini dilaku-
kan dengan intreraksi antara peneliti
dengan subjek penelitian. Selain itu,
peneliti mengecek benar tidaknya
informasi dari subjek penelitian akan
mendapatkan lebih banyak informasi.
Dengan demikian, derajat kepercayaan
terhadap data yang diperoleh akan
semakin meningkat. (2) Ketekunan
pengamatan, teknik ini memungkinkan
peneliti untuk melakukan pengamatan
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 6
secara cermat, cepat, dan terinci
terhadap kebenaran informasi dari
objek penelitian. Ketekunan
pengamatan akan dilakukan pada
sumber data pada saat melaksanakan
atau melakukan kegiatan pembelajaran
di kelas. Peneliti akan mencermati
aktivitas guru pada kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan. (3)
Triangulasi, pemeriksaan keabsahan
data dengan memanfaatkan sesuatu
yang ada diluar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap suatu data. Triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
triangulasi metode dan triangulasi
sumber. Triangulasi metode dilakukan
peneliti untuk me-ngecek data sejenis
dengan meng-gunakan teknik yang
berbeda. Triangulasi sumber dilakukan
dengan cara mengecek temuan
penelitian dengan melibatkan sumber
lain, dalam hal ini adalah guru bahasa
Indonesia.
Tahapan Penelitian
Penelitian menempuh empat
tahap yang dijabarkan sebagai berikut.
(1) Tahap persiapan, mencakup
berbagai aktivitas atau kegiatan yang
masih berupa perencanaan dan
persiapan sebelum ke lapangan.
Perencanaan dan persiapan yang
dilakukan diantaranya menyusun
rancangan penelitian yang diwujudkan
dalam proposal penelitian, memiliki
objek dan subjek penelitian. Menyusun
draf instrumen penelitian, dan
melakukan perizinan. (2) Tahap lapang-
an, peneliti mulai memasuki lapangan
dan mengambil data penelitian.
Sebelum mengambil data, penelitian
malakukan adaptasi dengan situasi di
lapangan agar dalam pengambilan data,
peneliti berusaha untuk mendapatkan
sebanyak dan selengkap mungkin
dengan berbagai teknik yang telah
direncanakan. (3) Tahap pengolahan
data, peneliti akan mengolah data yang
telah didapatkan dari lapangan.
Pengolahan data meng-ikuti alur
pengolahan data sesuai yang sudah
direncanakan dan dirancang
sebelumnya. Akhir dari pengolahan
data ini yakni penyusunan hasil
penelitian yang diwujudkan dalam
bentuk laporan penelitian. (4) Tahap
pelaporan, peneliti-an melaporkan hasil
penelitian berupa sajian deskripsi dalam
bentuk laporan penelitian. Laporan
penelitian ini disusun sesuai dengan
ketentuan penulisan tesis di Universitas
Islam Malang. Selanjutnya, laporan
tersebut dikonsultasikan kepada dosen
pem-bimbing untuk mengetahui bagian
yang perlu diperbaiki dan ditambahkan.
Setelah itu, laporan direvisi dan dicetak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kinerja Guru dalam Kompetensi
Pegagogik
Kompetensi pedagogik guru
harus mengahadapi tuntutan-tuntutan
pembelajaran yang demokratis karena
mampu merefleksikan suatu kebutuhan
yang semakin kompleks yang berasal
dari siswa. Kemampuan guru tidak
sekedar menguasai pelajaran semata
tetapi juga kemampuanlainnya yang
bersifat psikis, strategis dan produktif
dan mampu memotivasi siswa untuk
belajar. Tuntutan demikian ini hanya
bisa dijawab oleh guru yang memiliki
kompetensi khususnya kompetensi
pedagogik.
Dalam Undang-undang No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dikemukakan bahwa kompetensi
pedagogik adalah “Kemampuan menge-
lola pembelajaran peserta didik”.
Dalam Standar Nasional Pendidikan
pasal 28 ayat 3 butir a dalam Mulyasa
(2007:75) dikemukakan bahwa
kompetensi pedagogik adalah
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 7
kemampuan menge-lola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kompetensi pedagogik adalah
kemampuan yang harus dimiliki oleh
guru untuk mengelola dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran
peserta didik.
Kinerja dalam kompetensi
pedagogik guru bahasa Indonesia di
SMP Negeri 8 Malang terdapat dalam 7
indikator sebagai berikut. (1) Indikator
mengenal karakteristik peserta didik
yaitu guru dapat: (a) mengindetifikasi
karakter dan gaya belajar siswa (b)
membuat rancangan pembelajaran yang
kondusif, (c) berberan multifungsi
sebagai guru kelas atau konselor; (2)
Indikator menguasai teori belajar dan
prinsip pembelajaran yang mendidik
guru dapat: (a) menentukan strategi
pembelajaran sesuai kompetensi, (b)
menyusun RPP sesuai dengan karakter-
istik dan materi pembelajaran, (c)
melaksanakan pembelajaran meng-
gunakan berbagai teknik, pendekatan,
metode, maupun strategi pembelajaran,
(d) menguasai teori dan prinsip-prinsip
belajar siswa dan (e) memberikan
perhatian terhadap siswa seluruhnya;
(3) Indikator pengembangan kurikulum
guru dapat: (a) menyusun silabus,
melaksana-kan RPP sesuai lingkungan
pembelajar-an; (4) Indikator
pembelajar-an yang mendidik guru
dapat: (a) melaksanakan pembelajaran
sesuai kebutuhan peserta didik, (b)
menggunakan berbagai sumber belajar
sesuai dengan karakteristik peserta
didik dan (c) memanfaatkan teknologi
informasi komunikasi (TIK) untuk
kepentingan pembelajaran; (5) indikator
memahami dan mengembang-kan
potensi guru dapat: (a) mengembangkan
kelebihan dan mengatasi kelemahan
peserta didik, (b) memperhatikan,
meyakinkan, dan memotivasi peserta
didik, (c) mendirikan klinik bahasa
untuk membantu peserta didik jika
kesulitan dengan materi pembelajaran
atau tugas bahasa Indonesia; (6)
Indikator komunikasi dengan peserta
didik yaitu guru dapat: (a) berinteraksi
aktif dan melakukan pendekatan
individu, (b) memberi perhatian,
mendengarkan dan merespon
pertanyaan dengan baik, dan (c)
berkomunikasi secara efektif, empatik,
dan santun; (7) Indikator penilaian dan
evaluasi yaitu guru dapat: (a) memiliki
alat penilaian (assesment) yang
lengkap, (b) melakukan evaluasi
menggunakan berbagai teknik, (c)
menerima masukan dari peserta didik
maupun teman sejawat, dan (d)
membuat analisis penilaian yang
menunjukkan kopetensi yang sulit/
belum dikuasai dan digunakan
merencanakan pembelajaran
berikutnya.
Kompetensi pedagogik guru
sesuai dengan hasil penelitian
menujukkan bahwa kemampuan guru
dalam mengembangkan kurikulum
telah berupaya dalam pengembangan
kurikulum, karena tugas guru sehari-
hari terkait dengan pelaksanaan
kurikulum. Sesuai dengan yang
dipaparkan Uno (2008:26) “Guru
sebagai pelaku kurikulum mau tidak
mau tentu akan selalu terlibat dalam
pembaharuan yang sedang
dilakukansebagai suatu usaha untuk
mencari format kurikulum yang sesuai
dengan perkembangan
zaman.”Pernyataan diatas, senada
dengan pandangan Rusman (2009:74),
yaitu “Gurulah yang bertindak sebagai
perencana, pelaksana, penilai dan
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 8
pengembang kurikulum yang sebenar-
nya.” Suatu kurikulum diharapkan
memberi landasan, isi, dan menjadi
pedomanbagi pengembangan
kemampu-an siswa secara optimal”.
Berdasarkan ungkapan di atas, berarti
guru harus mampu berpikir luas dan
komprehensif, bahkan menjangkau
perubahan yang begitu cepat juga dapat
menjadi ajang untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dalam
penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sehingga kita bisa
mempersiapkan tenaga handal di tengah
persaingan global yang begitu cepat,
mulai dengan diri sendiri untuk
melakukan sesuatu guna meningkatkan
mutu dan kualitas pendidikan, karena
akan menyangkut masa depan anak-
anak kita dan juga masyarakat
Indonesia.
Fitriani (2017:92) menjenjelas-
kan berdasarkan hasil penelitian yang
telah diuraikan sebelumnya, sebelum
memulai proses pembelajaran, maka
guru mempersiapkan perencanaan
dengan menyusun rencana
pembelajaran yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diasuhnya. Silabus
sebagai acuan dalam pengembangan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
yang memuat identitas mata pelajaran
atau tema pelajaran, standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi,
penilaian, alokasi waktu dan sumber
belajar.
Kompetensi Pedagogik guru
dalam melaksanakan proses kegiatan
pembelajaran sesuai dengan hasil
peneltian menunjukkan bahwa guru
sangat terampil dalam mengelola
kegiaatan pembelajaran dengan
berbagai teknik dan metode
pembelajaran yang dilakukan. Hal ini
menyebabkan minat siswa terhadap
pembelajaran semakin tinggi dan
antusias. Penggunaan metode akan
memotivasi minat belajar siswa karena
metode adalah suatu cara yang
memiliki nilai strategis dalam kegiatan
belajar mengajar dimana metode atau
model dapat mempengaruhi jalannya
kegiatan belajar mengajar.
Penjelasan itu diperkuat dengan
pendapat Suprijono (2011:46) yaitu
”Model pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar. ”Berdasarkan uraian di
atas, berarti proses pembelajaran secara
konsektual tidak terfokus padaguru
tetapi melibatkan siswa dalam berbagai
aktivitas pembelajaran akibatnya proses
tersebut lebih menekankan pada
pembelajaran dari pada pengajaran.
Rusman (2009:154-155) berpen-
dapat bahwa ”Media pembelajaran
harus meningkatkan motivasi siswa.
Peng-gunaan media mempunyai tujuan
memberikan motivasi kepada siswa.
Selain itu, media juga harus
merangsang siswa mengingat apa yang
sudah dipelajari selainmemberikan
rangsangan belajar baru.” Kesuksesan
guru dalam proses belajar mengajar
sangat ditentukan dengan kemampuan
guru dalam mengelola,
mengkombinasikan, merenovasi model
atau metode pengajaran yang tepat.
Kompetensi pedagogik guru
dalam mengevaluasi hasil proses
pembelajaran dari hasil penelitian
berdasarkan observasi, peneliti
menemu-kan bahwa kegiatan evaluasi
hasil pembelajaran dilakukan guru
dengan menggunakan sistem penilaian
yang tepat. Penilaian dilaksanakan
melalui berbagai cara, yaitu melalui
portofolio, produk, proyek, kinerja
tertulis, dan penilaian diri.
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 9
Proses pengumpulan dan
penggunaan informasi oleh guru untuk
pemberian keputusan terhadap hasil
belajar siswa berdasarkan tahapan
kemajuan belajarnya sehingga
diperoleh gambaran kemampuan siswa
sesuai dengan kompetensi. Berkaitan
dengan penelitian berdasarkan hasil
observasi, wawancara dan studi
dokumentasi dan bukti dilapangan
diperoleh bahwa guru memiliki
kemampuan untuk melaksana-kan
kegiatan evaluasi hasil pembelajaran,
tetapi evaluasi yang dilaksanakan hanya
sebatas untuk memperoleh nilai.
Pelaksanaannya untuk mencapai hasil
belajar tuntas belum dilakukan
sepenuhnya sehingga hasil evaluasi
tidak ditidaklanjuti untuk memperbaiki
proses belajar mengajar baik materi
ajar, metode, model, dan media
pembelajaran.
Fitriani (2017:93) mengungkap-
kan bahwa evaluasi merupakan suatu
alat tolak ukur untuk melihat kemajuan
atau kendala dalam pencapaian.
Kendala yang dijumpai dalam evaluasi
biasanya sangat dipengaruhi oleh
kemampuan individu dalam
menentukan teknik dan jenis evaluasi
yang cocok untuk diterapkan.
Menurut (Balqis, 2014) keber-
hasilan sekolah dalam pencapaian
tujuan pendidikan juga ditentukan oleh
seberapa besar bahwa sekolah mampu
menyerap pertumbuhan teknologi yang
berkembang sesuai dengan
kapasitasnya. Teknologi yang dimaksud
tidak hanya pendukung produksi atau
jasa langsung, akan tetapi juga
kaitannya dengan unsur komunikasi
dalam organisasi yang harus difasilitasi
dengan teknologi. Teknologi dalam
komunikasi yang dimaksudkan adalah
alat, teknik/cara yang dapat membantu
guru dalam menjalankan tugas
mengajarnya.
Hasil penelitian kinerja guru
bahasa Indonesia SMP Negeri 8
Malang pada kompetensi pedagogik
memperoleh persentase 89,6% dengan
indikator (1) mengenal karakteristik
peserta didik, (2) menguasai teori
belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik, (3)
pengembangan kurikulum, (4) kegiatan
pembelajaran yang mendidik, (5)
memahami dan mengembangkan
potensi peserta didik, (6) komunikasi
dengan peserta didik, dan (7) penilaian
dan evaluasi. Sesuai dengan hasil
tersebut maka diperoleh kesimpulan
bahwa guru menguasai kompetensi
pedagogik dengan predikat baik.
Kinerja Guru dalam Kompetensi
Kepribadian
Guru sebagai tenaga pendidik
yang tugas utamanya mengajar,
memiliki karakteristik kepribadian yang
sangat berpengaruh terhadap
keberhasil-an pengembangan sumber
daya manusia. Kepribadian yang
mantap dari sosok seorang guru akan
memberikan teladan yang baik terhadap
anak didik maupun masyarakatnya,
sehingga guru akan tampil sebagai
sosok yang patut “digugu” (ditaati
nasehat/ucapan/perin-tahnya) dan
“ditiru” (dicontoh sikap dan
perilakunya). Kepribadian guru
merupakan faktor terpenting bagi
keberhasilan belajar anak didik. Dalam
Standar Nasional Pendidikan pasal 28
ayat 3 butir b dalam Mulyasa
(2013:117) dikemukakan bahwa yang
dimaksud kompetensi kepribadian
adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, dewasa, stabil, arif dan
berwibawa, dapat menjadi teladan bagi
peserta didik serta berakhlak mulia.
Kinerja dalam kompetensi
kepribadian guru bahasa Indonesia di
SMP Negeri 8 Malang terdapat dalam 3
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 10
indikator sebagai berikut. (1) Indikator
bertindak sesuai dengan norma agama,
hukum, sosial dan kebudayaan nasional
indonesia guru dapat: (a) memberikan
teladan kepada siswa untuk belajar
bertoleransi dalam lingkungannya, (b)
memiliki sikap dan kepribadian utuh
yang dapat dijadikan tokoh panutan
idola dalam seluruh segi kehidupannya,
(c) memiliki perbuatan yang positif
agar dapat mengangkat citra baik dan
kewibawaannya, dan (d) meng-
implementasikan norma-norma
terutama yang diambilkan dari ajaran
agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
daerah dan nasional Indonesia; (2)
indikator menunjukkan pribadi yang
dewasa dan menjadi teladan guru dapat:
(a) bersikap dan berbicara santun
kepada peserta didik, (b) memberikan
perhatian kepada seluruh warga
sekolah, (c) bersikap jujur, konsisten
dan bijaksana; dan (3) indikator etos
kerja, tanggung jawab yang tinggi, dan
memiliki rasa bangga guru dapat
bersikap disiplin dan bertanggung
jawab terhadap tugas yang dibebankan
kepadanya.
Guru sebagai tenaga pendidik
yang tugas utamanya mengajar,
memiliki karakteristik kepribadian yang
sangat berpengaruh terhadap
keberhasil-an pengembangan sumber
daya manusia (Nuraidah, 2013).
Kepribadian yang mantap dari sosok
seorang guru akan memberikan teladan
yang baik terhadap anak didik maupun
masyarakatnya, sehingga guru akan
tampil sebagai sosok yang patut
“digugu” (ditaati
nasehat/ucapan/perintahnya) dan
“ditiru” (di contoh sikap dan
perilakunya).
Menurut (Nuraidah, 2013)
karakteristik kepribadian yang
berkaitan dengan keberhasilan guru
dalam menggeluti profesinya adalah
meliputi fleksibilitas kognitif dan
keterbukaan psikologis. Fleksibilitas
kognitif atau keluwesan ranah cipta
merupakan kemampuan berpikir yang
diikuti dengan tindakan secara simultan
dan memadai dalam situasi tertentu.
Guru yang fleksibel pada umumnya
ditandai dengan adanya keterbukaan
berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia
memiliki resistensi atau daya tahan
terhadap ketertutupan ranah cipta yang
prematur dalam pengamatan dan
pengenalan.
Hasil penelitian kinerja guru
bahasa Indonesia SMP Negeri 8
Malang Malang pada kompetensi
kepribadian memperoleh persentase
97,9% dengan indikator (1) bertindak
sesuai dengan norma agama, hukum,
sosial dan kebudayaan nasional
Indonesia, (2) menunjukkan pribadi
yang dewasa dan teladan, dan (3) etos
kerja, tanggung jawab yang tinggi, dan
rasa bangga menjadi guru. Sesuai
dengan hasil tersebut maka diperoleh
kesimpulan bahwa guru menguasai
kompetensi kepribadian dengan
predikat amat baik.
Kinerja Guru dalam Kompetensi
Sosial
Guru yang efektif adalah guru
yang 2005 tentang Guru dan Dosen
kompetensi sosial adalah “Kemampuan
guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien
dengan peserta didik, sesama
guru,orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar”. Standar Nasional
Pendidikan pasal 28 ayat 3 butir d
dalam Mulyasa (2013:173)
mengemukakan bahwa kompetensi
sosial adalah kemampuan guru sebagai
bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara
efektif. Dari uraian di atas dapat
diambil pengertian bahwa kompetensi
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 11
sosial adalah kemampuan yang harus
dimiliki oleh guru sebagai bagian dari
anggota masyarakat untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dengan peserta didik, sesama
guru, orang tua peserta didik dan
masyarakat luas.
Kinerja dalam kompetensi
sosial guru bahasa Indonesia di SMP
Negeri 8 Malang terdapat dalam 2
indikator sebagai berikut. (1) Indikator
bersikap inklusif, bertindak objektif,
serta tidak diskriminatif guru dapat: (a)
Guru memiliki catatan perkembangan
peserta didik, menghargai proses dan
hasil kerja siswa, (b) melakukan
publikasi karya siswa di berbagai
media, (c) sangat perhatian dan
menangani peserta didik yang bertindak
negatif, dan (d) Guru menyampaikan
informasi tentang kemajuan, kesulitan,
dan potensi peserta didik kepada orang
tuanya, baik dalam pertemuan formal
maupun tidak formal antara guru dan
orang tua, dan teman sejawat; (2)
indikator komunikasi dengan sesama
guru, tenaga pendidikan, orang tua
peserta didik, dan masyarakat guru
dapat: (a) sangat peduli dan sering
membantu teman guru maupun orang
lain (b) sering memberikan masukan
dan menyumbangkan idenya untuk
kemajuan pendidikan, (c) ikut berperan
aktif dalam kegiatan di luar
pembelajaran baik di sekolah dan
masyarakat.
Kompetensi sosial guru dapat
dilihat dari bagaimana cara seorang
guru dalam hal berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang lain serta
kemampuan menggunakan teknologi
(Rafli, 2017). Guru yang memiliki
interaksi yang baik akan cenderung
dekat dengan peserta didik. Kedekatan
peserta didik dengan guru dapat
menciptakan dorongan belajar pada
peserta didik sehingga sehingga peserta
didik mampu menghasilkan prestasi
belajar yang diharapkan.
(Sadiyah, 2014) menjelaskan
bahwa peranan kompetensi kepribadian
dan kompetensi sosial guru
memberikan dampak guru terhadap
bagaimana cara pandang guru dalam
memandang siswa di dalam
pemelajaran, seperti (a) guru memberi
rasa tanggung jawab untuk menjadikan
peserta didik yang mempunyai rasa
religiusitas yang tinggi, dan memiliki
kepribadian yang matang; (b) guru
membantu siswa dalam mengendalikan
emosi yang tinggi dalam mengatasi
permasalahan; (c) guru memiliki
pribadi yang jujur, realistis dan terbuka
serta peka dalam setiap perkembangan;
(d) guru dapat memahami psikologi
peserta didik, baik di dalam kelas
maupun di luar kelas; (e) guru dapat
membantu mengelola pembelajaran,
memahami bahan materi, dan teknologi
dalam pembelajaran; (f) guru dapat
berkomunikasi dengan baik kepada
kepala sekolah, guru, karyawan, siswa
maupun dengan masyarakat.
(Sadiyah, 2014) dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa
guru memiliki kompetensi kepribadian
berupa kestabilan emosi, memiliki rasa
tanggung jawab yang besar terhadap
anak didiknya, berkepribadian yang
matang, bersikap jujur, realistis, serta
bersikap terbuka, dan memahami
psikologi anak. Sehingga peserta didik
dapat mencontoh sikap guru yang baik,
menghormati guru, saling menghargai,
tumbuh dan berkembangnya prilaku
peserta didik kearah yang lebih baik,
dan mempunyai refrensi dari setiap
permasalahan yang timbul dari diri
siswa tersebut.
Nilai kepribadian harus dimiliki
oleh guru, dimana harus mencerminkan
peran sebagai teladan bagi peserta
didik. Nilai kepribadian merupakan
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 12
penanaman dari nilai karakter seorang
guru. Selama proses pembelajaran guru
harus memiliki menanamkan nilai
karakter pada peserta didik, dimana
sejauh ini pendidikan moral semakin
berkurang dan menjadi tugas dari guru
dalam ruang lingkup pendidikan di
sekolah. Dengan adanya guru yang
peduli terhadap sikap peserta didik
maka peserta didik akan lebih
terkontrol dan berpikir bila akan
bertindak begitu juga sebaliknya guru
kurang dihargai bila tidak memiliki
kepedulian. Sesuai ungkapan Hasibuan
(2014) bahwa, kompetensi kepribadian
guru adalah sebuah kompetensi yang
sangat mempengaruhi ketercapaian
tujuan pembelajaran sebab melalui
kompetensi kepribadianlah sebenarnya,
peserta didik mau mendengarkan dan
mematuhi aturan-aturan yang
disampaikan oleh guru dengan rasa
senang hati.
Hal ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Sadiyah
(2014) yang mendapatkan kesimpulan
bahwa guru memiliki kompetensi sosial
berupa ketrampilan dalam membina
hubungan dan komunikasi yang baik
antara guru dengan murid, guru dengan
sesama guru, guru dengan kepala
sekolah, guru dengan karyawan, guru
dengan wali murid, serta hubungan
guru dengan masyarakat/lingkungan.
Sehinga peserta didik memiliki
kesadaran dalam memutuskan
permasalahan dengan bermusyawarah,
memiliki rasa simpati dan empati
terhadap sesama, tumbuhnya kesadaran,
rasa toleransi, siswa dapat menyikapi
perbedaan, bersih dalam berprilaku,
jujur, santun, hubungan yang kuat
dengan Allah SWT, peduli terhadap
sesama dan memberi manfaat kepada
lingkungan.
Hasil penelitian kinerja guru
bahasa Indonesia SMP Negeri 8
Malang pada kompetensi sosial
memperoleh persentase 75% dengan
indikator (1) bersikap inklusif,
bertindak objektif, serta tidak
diskriminatif, dan (2) komunikasi
dengan sesama guru, tenaga
pendidikan, orang tua peserta didik, dan
masyarakat. Sesuai dengan hasil
tersebut maka diperoleh kesimpulan
bahwa guru menguasai kompetensi
profesional dengan predikat cukup.
Kinerja Guru dalam Kompetensi
Profesional
Menurut Undang-undang No. 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
kompetensi profesional adalah
“Kemampuan penguasaan materi
pelajaran secara luas dan mendalam”.
Standar Nasional Pendidikan pasal 28
ayat 3 butir c dalam Mulyasa
(2013:135) mengemukakan kompetensi
profesional adalah kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta
didik dengan memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan dalam
Standar Nasional Pendidikan. Dapat
disimpulkan bahwa kompetensi
profesional adalah kemampuan
penguasaan materi pelajaran yang akan
disampaikan kepada peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran.
Jadi kompetensi profesional
guru dapat diartikan sebagai
penguasaan terhadap pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir
dan bertindak dalam menjalankan
profesi sebagai guru (Nuraidah, 2013).
Dengan demikian kompetensi guru
merupakan penguasaan terhadap
pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak dalam
menjalankan profesi sebagai guru.
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 13
Menurut Lampiran Permen
Diknas No. 16 Tahun 2007, kompetensi
profesional mencakup lima aspek. Lima
aspek tersebut yaitu, (1) menguasai
materi, struktur, konsep dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu; (2) menguasai
standar kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran/bidang pengem-
bangan yang diampu; (3) mengembang-
kan materi pembelajaran yang diampu
secara kreatif; (4) mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan
dengan melakukan tindakan reflektif;
(5) memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi untuk berkomunikasi
dan mengembangkan diri.
Kinerja dalam kompetensi
profesional guru bahasa Indonesia di
SMP Negeri 8 Malang terdapat dalam 2
indikator sebagai berikut. (1) Indikator
penguasaan materi struktur konsep dan
pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu yaitu: (a)
dalam pembelajaran sangat terampil
dalam mengajar, (b) dalam setiap
pembelajaran selalu penuh semangat
dan tampil prima di depan peserta
didik; (2) indikator mengembangkan
keprofesian melalui tindakan reflektif,
guru dapat: (a) melakukan refleksi diri
dengan memiliki jurnal pembelajaran
dan catatan penting termasuk evaluasi
dari siswa dan teman sejawat, (b)
mengikuti perkembangan dunia digital
dengan mengakses website dan media
sosial, (c) aktif pada kegiatan MGMPS,
MGMP, dan (d) melakukan inovasi da
pembaharuan pada keilmuannya dalam
program Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB).
Asmarani, (2014) menjelaskan
adapun upaya-upaya yang dapat
dilakukan dalam rangka peningkatan
kompetensi profesional adalah (1)
upaya yang dapat dilakukan guru
seperti membaca buku-buku
pendidikan, mengikuti berita aktual dari
media pembelajaran, mengikuti
pelatihan, dan mengikuti KKG,
melakukan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), dan berpartisipasi aktif dalam
organisasi profesional; (2) upaya yang
dapat dilakukan oleh kepala sekolah
seperti melakukan pembinaan kepada
guru-guru, memberikan supervisi,
mengada-kan penataran, melakukan
kunjungan antar sekolah, dan
memberikan kesempatan kepada guru
untuk melanjutkan pendidikan.
Karakteristik guru bahasa
Indonesia yang profesional
berhubungan yang dengan tujuan akhir
pembelajaran bahasa Indonesia adalah
(1) siswa dapat memahami teks lisan
dan tertulis di kelas maupun di
kehidupan nyata, (2) siswa dapat
berkomunikasi atau
mengkomunikasikan informasi dengan
bahasa Indonesia yang baik dan benar,
dan (3) siswa menyadari pentingnya
mempelajari bahasa Indonesia untuk
digunakan dalam keberlangsungan
hidup di Indonesia. Untuk mencapai
tujuan pembelajaran bahasa Indonesia
tersebut, diperlukan guru bahasa
Indonesia yang profesional. Bahasa
Indonesia hendaknya tidak lagi
dipandang sebagai mata pelajaran
sampingan, tetapi sudah seharusnya
dipandang sebagai mata pelajaran
utama. Melalui pembelajaran bahasa
Indonesia inilah siswa dapat memahami
teks pada mata pelajaran lain.
Penentuan kriteria guru bahasa
Indonesia yang profesional dapat dikaji
dari penggunaan bahasa sesuai konteks
situasi.
Penggunaan bahasa sesuai
konteks situasi dapat dijadikan tolok
ukur karena terdapat permasalahan pada
siswa dalam menggunakan bahasa tidak
sesuai dengan konteks. Oleh sebab itu,
guru juga harus menjadi model
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 14
berbahasa yang baik dan benar sesuai
konteks sehingga menghasilkan siswa
yang juga paham dengan situasi
konteks.
Berdasarkan teori Halliday dan
penemuan permasalahan dalam hasil
penelitian mengenai pembelajaran
bahasa Indonesia, kriteria guru bahasa
Indonesia yang profesional dijabarkan
sebagai berikut.
Pertama, guru bahasa Indonesia
yang profesional harus menjadi model
berbahasa yang baik dan benar bagi
siswa. Hal ini terkait dengan pernyataan
Halliday bahwa ada tiga hal yang
diperhatikan dalam berbahasa, yaitu (1)
medan wacana, (2) pelibat wacana, dan
(3) modus wacana baik dalam
berkomunikasi lisan ataupun tertulis.
Penggunaan bahasa yang baik dan
benar ini juga terkait dengan
penggunaan bahasa ragam nonbaku
dalam situasi pembelajaran. Guru
bahasa Indonesia seharusnya peka
terhadap kesalahan berbahasa siswa di
dalam kelas. Kepekaan terhadap
kesalahan tersebut dibutuhkan
pengetahuan guru mengenai konteks
situasi dalam berbahasa.
Kedua, guru bahasa Indonesia
yang profesional dapat menjadikan
bahasa Indonesia yang dipelajari di
kelas sebagai bahasa yang fungsional.
Hal ini terkait dengan tujuan
pembelajaran bahasa Indonesia
berdasarkan Kompetensi Dasar (KD)
yang terdapat di kurikulum 2013 yang
sedang berlaku sekarang. Guru bahasa
Indonesia harus dapat menjelaskan
kepada siswa tujuan mempelajari teks
tersebut untuk kehidupan mereka di
luar sekolah. Jika guru dapat
memahamkan siswa tentang tujuan teks
tersebut, siswa akan merasa bahwa
mata pelajaran yang ia terima di kelas
tidak sekadar untuk memenuhi
kompetensi dasar, tetapi juga untuk
keberlangsungan hidupnya.
Ketiga, guru bahasa Indonesia
yang profesional adalah guru yang
gemar membaca. Dalam Kurikulum
2013 siswa dituntut untuk membaca
teks kemudian diakhiri dengan
menghasilkan teks. Namun, mata
pelajaran bahasa Indonesia tidak
sekadar untuk memandu siswa
melakukan kedua kegiatan itu.
Pembelajaran bahasa Indonesia
seharusnya dapat menggiring siswa
untuk menyukai kegiatan membaca dan
menulis. Oleh karena itu, lagi-lagi
diperlukan model dari sosok yang juga
menyukai kegiatan membaca dan
menulis, yaitu guru. Dalam
mewujudkan hal ini, guru dapat
membincangkan secara sekilas kepada
siswa-siswanya, buku yang baru saja ia
baca; menjelaskan kemenarikan isi
buku tersebut; mempersilakan siswanya
untuk meminjam jika ingin
membacanya.
Keempat, guru bahasa Indonesia
yang profesional adalah guru yang
memiliki karya tulis. Hal ini berkaitan
dengan tuntutan Kurikulum 2013 untuk
memandu siswa menghasilkan teks.
Untuk mewujudkan ini, tidak cukup
dengan guru mengajarkan siswa
menulis teks, tetapi juga mencontohkan
teks hasil karya guru itu sendiri. Teks
yang ditulis oleh seseorang yang dekat
dengan siswa akan menjadikan teks itu
menarik; sekaligus memunculkan
pembelajaran yang menarik pula.
Seperti kegiatan membaca, guru juga
dapat membincangkan kepada siswa-
siswanya tentang teks yang ia tulis;
menceritakan proses penciptaan teks
tersebut; hal menarik yang dirasakan
guru saat menulis teks. Karya guru juga
dapat dijadikan bahan pelajaran bagi
siswa sehingga siswa termotivasi
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 15
menulis teks seperti yang dilakukan
oleh gurunya.
Keempat, guru bahasa Indonesia
yang profesional memiliki metode
kreatif untuk mengatasi keterbatasan
siswa dalam keterampilan berbahasa.
Dalam proses belajar, tidak semua
siswa yang memiliki keempat
keterampilan berbahasa yang optimal.
Ada siswa yang mahir berbicara dengan
cara berpikir yang runtut, tetapi saat
menulis ia tidak bisa menyalin idenya
secara berurutan. Ada siswa yang
gemar membaca, tetapi kesulitan saat
menerima informasi dalam kegiatan
menyimak. Menanggapi kenyataan
tersebut, guru harus menerapkan
metode belajar yang dapat mengatasi
permasalahan berbahasa yang dialami
siswa di kelas, seperti menggunakan
metode diskusi panel untuk
meningkatkan keterampilan berbicara
siswa.
Kelima, guru bahasa Indonesia
yang profesional dapat menggunakan
secara konsisten keterampilan
berbahasa reseptif dan produktif di luar
sekolah. Hal ini masih terkait dengan
pelibat wacana seperti yang dipaparkan
oleh Halliday. Saat seseorang sudah
menyandang predikat bahasa Indonesia,
maka keprofesionalannya dalam
berbahasa tetap menjadi sorotan di
dalam maupun di luar sekolah. Di
samping itu, adanya era digital yang
mendukung siapa saja untuk menerima
dan mengkomunikasi informasi,
seorang guru harus tetap berbahasa
yang baik dan benar.
Hasil penelitian kinerja guru
bahasa Indonesia SMP Negeri 8
Malang pada kompetensi profesional
memperoleh persentase 91,6% dengan
indikator, (1) penguasaan materi
struktur konsep dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran yang
diampu, dan (2) mengembangkan
keprofesian melalui tindakan reflektif.
Sesuai dengan hasil tersebut maka
diperoleh kesimpulan bahwa guru
menguasai kompetensi profesional
dengan predikat amat baik.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kinerja dalam kompetensi
pedagogik guru bahasa Indonesia di
SMP Negeri 8 Malang terdapat dalam 7
indikator sebagai berikut.
1. Indikator mengenal karakteristik
peserta didik yaitu guru dapat: (a)
mengindetifikasi karakter dan gaya
belajar siswa, (b) membuat rancang-
an pembelajaran yang kondusif, dan
(c) berberan multifungsi sebagai
guru kelas atau konselor.
2. Indikator menguasai teori belajar
dan prinsip pembelajaran yang
mendidik guru dapat: (a)
menentukan strategi pembelajaran
sesuai kompetensi, (b) menyusun
RPP sesuai dengan karakteristik dan
materi pembelaja-ran, (c)
melaksanakan pembelajaran
menggunakan berbagai teknik,
pendekatan, metode, maupun
strategi pembelajaran, (d)
menguasai teori dan prinsip-prinsip
belajar siswa, serta (e) memberikan
perhatian terhadap siswa
seluruhnya.
3. Indikator pengembangan kurikulum
guru dapat: menyusun silabus,
melaksanakan RPP sesuai lingkung-
an pembelajaran.
4. Indikator pembelajaran yang
mendidik guru dapat: (a)
melaksana-kan pembelajaran sesuai
kebutuhan peserta didik, (b)
menggunakan berbagai sumber
belajar sesuai dengan karakteristik
peserta didik, dan (c) memanfaatkan
teknologi informasi komunikasi
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 16
(TIK) untuk kepentingan
pembelajaran.
5. Indikator memahami dan
mengembangkan potensi guru
dapat: (a) mengembangkan
kelebihan dan mengatasi kelemahan
peserta didik, (b) memperhatikan,
meyakinkan, dan memotivasi
peserta didik, serta (c) mendirikan
klinik bahasa untuk membantu
peserta didik jika kesulitan dengan
materi pembelajar-an atau tugas
bahasa Indonesia.
6. Indikator komunikasi dengan
peserta didik yaitu guru dapat: (a)
berinteraksi aktif dan melakukan
pendekatan individu, (b) memberi
perhatian, mendengarkan dan
merespon pertanyaan dengan baik,
serta (c) berkomunikasi secara
efektif, empatik, dan santun.
7. Indikator penilaian dan evaluasi
yaitu guru dapat: (a) memiliki alat
penilaian (assesment) yang lengkap,
(b) melakukan evaluasi mengguna-
kan berbagai teknik, (c) menerima
masukan dari peserta didik maupun
teman sejawat, dan (d) membuat
analisis penilaian yang
menunjukkan kopetensi yang
sulit/belum dikuasai dan digunakan
merencanakan pembelajaran
berikutnya.
Kinerja dalam kompetensi
kepribadian guru bahasa Indonesia di
SMP Negeri 8 Malang terdapat dalam 3
indikator sebagai berikut.
1. Indikator bertindak sesuai dengan
norma agama, hukum, sosial dan
kebudayaan nasional Indonesia guru
dapat: (a) memberikan teladan
kepada siswa untuk belajar
bertoleransi dalam lingkungannya,
(b) memiliki sikap dan kepribadian
utuh yang dapat dijadikan tokoh
panutan idola dalam seluruh segi
kehidupannya, (c) memiliki
perbuatan yang positif agar dapat
mengangkat citra baik dan
kewibawaannya, serta (d) mengim-
plementasikan norma-norma
terutama yang diambilkan dari
ajaran agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan daerah dan nasional
Indonesia;
2. Indikator menunjukkan pribadi
yang dewasa dan menjadi teladan
guru dapat: (a) bersikap dan
berbicara santun kepada peserta
didik, (b) memberikan perhatian
kepada seluruh warga sekolah, serta
(c) bersikap jujur, konsisten dan
bijaksana.
3. Indikator etos kerja, tanggung
jawab yang tinggi, dan memiliki
rasa bangga guru dapat: bersikap
disiplin dan bertanggung jawab
terhadap tugas yang dibebankan
kepadanya.
Kinerja dalam kompetensi sosial
guru bahasa Indonesia di SMP Negeri 8
Malang terdapat dalam 2 indikator
sebagai berikut.
1. Indikator bersikap inklusif,
bertindak objektif, serta tidak
diskriminatif guru dapat: (a) guru
memiliki catatan perkembangan
peserta didik, menghargai proses
dan hasil kerja siswa, (b) melakukan
publikasi karya siswa di berbagai
media, (c) sangat perhatian dan
menangani peserta didik yang
bertindak negatif, serta (d) guru
menyampaikan informasi tentang
kemajuan, kesulitan, dan potensi
peserta didik kepada orang tuanya,
baik dalam pertemuan formal
maupun tidak formal antara guru
dan orang tua, dan teman sejawat.
2. Indikator komunikasi dengan
sesama guru, tenaga pendidikan,
orang tua peserta didik, dan
masyarakat guru dapat: (a) sangat
peduli dan sering membantu teman
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 17
guru maupun orang lain, (b) sering
memberikan masukan dan
menyumbangkan idenya untuk
kemajuan pendidikan, serta (c) ikut
berperan aktif dalam kegiatan di
luar pembelajaran baik di sekolah
dan masyarakat.
Kinerja dalam kompetensi
professional guru bahasa Indonesia di
SMP Negeri 8 Malang terdapat dalam 2
indikator sebagai berikut.
1. Indikator penguasaan materi
struktur konsep dan pola pikir
keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu yaitu: (a)
dalam pembelajar-an sangat
terampil dalam mengajar, dan (b)
dalam setiap pembelajaran selalu
penuh semangat dan tampil prima di
depan peserta didik.
2. Indikator mengembangkan
keprofesian melalui tindakan
reflektif, guru dapat: (a) melakukan
refleksi diri dengan memiliki jurnal
pembelajaran dan catatan penting
termasuk evaluasi dari siswa dan
teman sejawat, (b) mengikuti
perkembangan dunia digital dengan
mengakses website dan media
sosial, (c) aktif pada kegiatan
MGMPS dan MGMP Kota Malang,
serta (d) melakukan inovasi dan
pembaharuan pada keilmuannya
dalam program Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB).
Berdasarkan hasil penelitian
maka diperoleh kesimpulan dalam
penelitian sebagai berikut. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
kompetensi dari guru model sebagai
guru bahasa Indonesia di SMPN 8
Malang mendapatkan predikat amat
baik dengan persentase yang dipoleh
yaitu 96,4% (Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional 16/2017 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru). Hal ini memberikan
gambaran bahwa sebagai seorang guru
subyek penelitian sangat
memperhatikan berbagai kompetensi
yang diperlukan sebagai seorang guru
yang bukaan hanya terbatas pada
pembelajaran di kelas melainkaan juga
di luar kelas, lingkungan sekitar dan
masyarakat. Oleh karena itu sebagai
seorang guru tidak cukup hanya mahir
di dalam kelas akan tetapi sikap dan
perilaku dan kemampuan bersosial
masyakat juga menentukan kualitas dari
guru sebagai bentuk pengalaman yang
baik dalam kinerja.
Saran
a. Bagi Guru
Diharapkan guru penting untuk
memingkatkan kompetensinya
sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan zaman. Hasil
penelitian dapat digunakan sebagai
bahan pengetahuan dalam
meningkatkan kinerja dan
kontribusi yang sesuai dengan tugas
serta tanggungjawab guru karena
perkembangan dunia pendidikan
yang bersifat dinamis.
b. Bagi Praktisi Pendidikan
Saran untuk praktisi
pendidikan adalah indikator dalam
penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan evaluasi kinerja guru.
Monitoring terhadap kompetensi
guru lebih diintensifkan lagi. Salah
satunya yang dapat dilakukan
adalah dengan program supervisi
bagi guru bahasa Indonesia.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan keterbatasan pada
penelitian ini, tentunya hasil
penelitian ini tidaklah sempurna.
Saran dan kritik yang membangun
sangat diperlukan dari peneliti
selanjutnya.
Diharapkan penelitian ini
menjadi bahan rujukan dan untuk
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 18
mendapatkan praktik terbaik (best
practice) pada aspek kompetesi
guru, sehingga hasil penelitian
selanjutnya akan semakin baik serta
dapat memperoleh ilmu
pengetahuan yang baru. Selain itu
bagi para peneliti mengenai kinerja
guru selanjutnya diharapkan kiranya
dapat dijadikan acuan untuk
pengembangan teori pengembangan
kompetensi guru.
DAFTAR RUJUKAN
Ajeng, A. W. 2015. Wujud
Implementasi RPP Bahasa
Indonesia dalam Kegiatan
Pembelajaran oleh Guru SMP
di Kabupaten Lumajang. Skripsi
tidak diterbitkan. Malang:
Fakultas Sastra UM.
Asmarani, Nur’aeni. 2014. Peningkatan
Kompetensi Profesional Guru
Di Sekolah Dasar. Jurnal
Administrasi Pendidikan FIP
UNP, vol. 2 no. 1.
Balqis, Putri & Usman, Nasir &
Ibrahim, Sakdiah. 2014.
Kompetensi Pedagogik Guru
dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa pada SMPN 3
Ingin Jaya Kabupaten Aceh
Besar. Jurnal Administrasi
Pendidikan, vol. 2, no. 1, hal.
25-28.
Bogdan, R. C. & Biklen, S. K. 1992.
Qualitative Research for
Education: An Introduction to
Theory and Methods. Boston:
Ally and Bacon.
Creswell, J. W. 2008. Research Design:
Qualitative, Quantitative, and
Mixed Methods Approaches.
California: Sage Publication.
Fitriani, Cut; AR, Murniati; dan Usman,
Nasir. 2017. Kompetensi
Profesional Guru dalam
Pengelolaan Pembelajaran di
MTs Muhammadiyah Banda
Aceh. Jurnal Magister
Administrasi Pendidikan, vol. 5,
no. 2, hal. 88-95.
Hasibuan, M. F. 2014. Peranan
Kompetensi Kepribadian Guru
Terhadap Pengembangan Nilai-
Nilai Sikap dan Perilaku Siswa
Tingkat Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.
Medan: Widyaiswara Balai
Diklat Keagamaan Medan,
Kemendikbud. 2014. Bahasa
Indonesia: Ekspresi Diri dan
Akademik, Edisi Revisi. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Miles, M. B & Huberman, M. A. 1992.
Analisis Data Kualitatif
(Tjectjep Rohendi Rohidi, Ed.).
Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
Mulyasa, E. 2013. Standar Kompetensi
dan Sertifikasi Guru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nuraidah. 2013. Kompetensi
Profesional Guru Untuk
Meningkatkan Mutu
Pembelajaran Di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Sei Agul
Medan. Tesis tidak diterbitkan.
Medan: PPS IAIN Medan.
Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik
Dan Kompetensi Guru, (online),
(https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/
bsnp/Permendiknas16-
2007KompetensiGuru.pdf,
diakses 10 Agustus 2017).
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, (online),
(http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/P
P19-2005SNP.pdf. diakses 13
Desember 2017).
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 19
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun
2008 tentang Guru, (online),
(https://ngada.org/pp74-
2008pjl.htm, diakses 13 Agustus
2017).
Rafli, Muhammad Febri. 2017.
Pengaruh Kompetensi Sosial
Guru Terhadap Prestasi Belajar
Matematika. Prosiding Seminar
Nasional Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan.
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum.
Jakarta: Rajawali Pers.
Sadiyah, Halimah. 2014. Peranan
Kompetensi Kepribadian dan
Kompetensi Sosial Guru Akidah
Akhlak Terhadap Akhlak Siswa
Kelas II Di Madrasah Aliyah
Mu’allimin Muhammadiyah
Surakarta 2014. Skripsi tidak
diterbitkan. Surakarta: UMS.
Suprijono, Agus. 2011. Model-Model
Pembelajaran. Jakarta:
Gramedia Pustaka Jaya.
Syafrudin. 2014. Kemampuan Guru
Tersertifikasi dalam
Perencanaan dan Penerapan
Pembelajaran (Studi Multikasus
pada SMK Negeri Kota Palu).
Disertasi tidak diterbitkan.
Malang: PPS UM.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen,
(online),
(http://humas.unimed.ac.id/wp-
content/uploads/2015/04/Undan
g-undang -Nomor-14-Tahun-
2005.pdf, diakses 13 Desember
2017).
Uno, Hamzah B. 2017. Profesi
Kependidikan: Problema,
Solusi, dan Reformasi
Pendidikan di Indonesia.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Zulfahmi. 2013. Indikator Pembelajaran
Aktif dalam Konteks
Pengimplementasian Pendekatan
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan (PAKEM). Jurnal,
jilid 1, no. 4. Hal 278-284.
NOSI Volume 6, Nomor 2 Agustus 2018 _________________________________________ Halaman 20
Top Related