KEGIATAN MEDIA RELATIONS HOTEL
Studi Kasus mengenai Kegiatan Media Relations
Sebagai Upaya Untuk Mendapatkan Dukungan Public Eksternal
Sheraton Bandung Hotel and Towers
Disusun Oleh :
Laras Gita Lestari
210110060078
Kelas B
Humas 2006
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN ILMU HUBUNGAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2009
KEGIATAN MEDIA RELATIONS
SHERATON BANDUNG HOTEL AND TOWERS
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Konteks Penelitian
Bandung adalah kota yang sedang berkembang saat ini. Tidak hanya
dalam bidang fashion saja yang terkenal tetapi juga bandung terkenal dengan
suasana resort yang berada di daerah pegunungan. Daerah yang sangat cocok
untuk menjadi tempat istirahat melapaskan kepenatan yang ada. Daerah
tersebut salah satunya adalah daerah dago. Dago sangat terkenal dengan
suasana daerah pegunungan, menampilkan pemandangan yang indah dan
mungkin tidak dimiliki oleh daerah lain selain itu, dago merupakan salah satu
kawasan elit yang berada di kota Bandung.
Hal inilah yang membuat salah satu Hotel bintang Lima yang berada di
Indonesia menempatkan posisinya di daerah dago, hotel itu adalah Sheraton
Bandung Hotel and Towers. Sheraton Bandung ini bertempat di daerah dago
yang menapilkan suasana resort kota Bandung yang sangat terkenal akan
keindahannya. Hal inilah yang membuat Sheraton bandung selalu
menempatkan mutu terdepan akan kualitas pelayanannya kepada konsumen.
Pelayanan yang bermutu sangat dikedepankan oleh Sheraton Bandung
untuk mengaet para konsumen. Pelayanan tidak hanya sekedar apa yang ingin
ditawarkan oleh mereka saja tetapi juga bagi Sheraton Bandung, para
konsumen harus diperlakukan dengan baik. Praktisi PR sangat berpengaruh
dalam hal tersebut, semakin hari profesi seorang PR sekarang ini semakin
memasyarakat dan mendapat tempat dalam kegiatan bisnis modern, sehingga
banyak perusahaan yang menghasilkan produk atau jasa merasakan betapa
pentingnya membentuk divisi/ bidang PR di perusahaan mereka untuk
memperoleh citra dan merebut dukungan publik dalam upanya
mengembangkan perusahaan.
Dengan kondisi yang sangat kopentitif ini, bidang PR berupaya merebut
dukungan publik dengan melalui program yang dilakukannya agar perusahaan
dapat mampu bersaing dan berkembang terus. Upaya meraih dukungan publik
itu, dalam kegiatannya PR perlu bekerja keras dengan mencari dan memberi
informasi kepada masyarakat, agar perusahaan dapat tumbuh subur, karena
kepercayaan dan sokongan publiklah perusahaan akan tetap berjalan.
Hubungan masyarakat adalah fungsi manajemen dari budi yang dijalankan
secara berkesinambungan dan berencana, dengan mana organisasi-organisasi
dan lembaga-lembaga yang bersifat umum dan pribadi berusaha memperoleh
dan membina pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang ada sangkut
pautnya atau mungkin ada sangkut-pautnya- dengan menilai pendapat umum
di antara mereka dengan tujuan sedapat mungkin menghubungkan
kebijaksanaan dan ketatalaksanaan mereka guna mencapai kerjasama yang
twelah produktif dan untuk melaksanakan kepentingan bersama yang lebih
efisien, dengan melancarkan informasi yang berencana tersebar luas.
(Uchjana: 1990 : 134)
Komunikasi organisasi kepada khalayak pada umumnya bersifat
informative yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak memiliki
keterlibatan, setidak-tidaknya ada hubungan batin. Kegiatan ini sangat penting
dalam upaya memecahkan suatu masalah yang terjadi tanpa diduga.
Salah satu kegiatan PR dalam memberikan informasi kepada masyarakat
untuk memperoleh dukungan dan kepercayaan publik adalah kegiatan
Hubungan Pers (Press Relations / Media Relations) yakni membina hubungan
baik dengan kalangan pers mengelola media cetak (suratkabar/ majalah) dan
media elektronik (tv/radio).
Media PR adalah berbagai macam sarana penghubung yang diperlukan
seorang PR (mewakili organisasi) dengan publiknya, yaitu public internal dan
eksternal untuk membantu pencapaian tujuan. (Rumanti : 2002 : 118)
Hubungan Pers atau Merdia Relations adalah upaya-upaya untuk
mencapai publikasi atau penyiaran yang maxsimum atas suatu pesan atau
informasi humas dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman
bagi khalayak dari organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. (Anggoro:
2000 : 152)
“Kami berupaya untuk menjaga hubungan yang baik dengan pers yang
telah memberikan kami banyak hal positif guna mengembangkan Sheraton
Bandung kea rah yang positif” ujar Ibu Prestu selaku Public Relations
Sheraton Bandung Hotel and Towers.
Merurut Frank Jefkins dalam Bukunya Public Relations, menyebutkan
bahwa :
“Definitions of press relations. The role of press relations is to achieve
maximum publication or broadcasting of PR information in order to create
knoledge and understanding” (Soemirat : 2007 : 122)
“Batasan Jefkins mengenai peranan hubungan pers adalah untuk
memperoleh pemuatan atau penyiaran secara maksimal tentang informasi PR
yang disampaikan untuk memberikan pengetahuan dan menciptakan
pengertian publiknya”.
Penting sekali dalam sebuah kegiatan PR menjalin hubungan pers atau
Media Relations yang baik dengan para pemimpin dan reporter/wartawan
surat kabar, majalah radio, dan televisi. Perlakuan yang berdasarkan like dan
dislike dalam memberitakan keterangan dapat menimbulkan adanya berita-
berita/ tulisan-tulisan yang tidak akurat, bahkan berita yang tidak benar
tentang organisasi/perusahaan itu, yang mungkin dapat membawa kerugian.
(Abdurahman dalam Soemirat, 2007 : 122)
Membangun hubungan pers (pers relations) atau media relations
merupakan barometer atau tolok ukur mengenai berhasil atau tidaknya dari
suatu fungsi atau tugas PR yakni untuk menilai efektif tidaknya pekerjaan PR
pada sebuah lembaga atau instansi. Keberhasilan tersebut bias dilihat dari
sejauhmana pemberitaan pers situ dapat menguntungkan bagi citra perusahaan
dimata public atau masyarakat sebagai hasil kerjasama yang baik (mutual
symbiosis) antara PR dengan pihak wartawan atau pers. (Ruslan : 1995 : 35)
“Hubungan media yang kami bina, kami sadari bahwa setiap upaya kami
ingin membangun dan meningkatkan hubungan lebih baik lagi, kami selalu
berupaya untuk tetap memberikan informasi-informasi yang akurat, jujur,
sehingga hubungan tertebut tetap berjalan dengan baik” ucap Ibu Prestu selaku
Public Relations Sheraton Bandung Hotel and Towers.
Hal-hal penting yang perlu diketahui PR tentang media massa, ucap
Jefkins dalam Soemirat, sebagai berikut :
1. The editional policy yaitu kebijakan redaksinya, yang menyangkut
visi dan misi media, isi dan bentuk media yang diterbitkan.
2. Frequency of publication yaitu harian, mingguan, dwi-mingguan,
seminggu dua kali, bulanan, triwulanan, tahunan. Edisi tertentu
setiap harinya dianggap penting.
3. Copy date yaitu batas waktu dan tanggal pemasokan berita ke media
massa, termasuk untuk isu berita mendatang. Bergantung frekuensi
dan proses percetakan. Sekarang dikenal dengan cetak jarak jauh.
4. Printing prosess yaitu jenis percetakan media massa yang digunakan
seperti letterpress, photogravure atau lithography, offset litho yang
kini cukup populer di berbagai belahan dunia.
5. Circulations area yaitu daerah sirkulasinya, mencakup internasional,
nasional, regional, satu kota, pinggiran kota, pemuatan kasus-kasus
tertentu menjadi bagian pemuatan regional propinsi tertentu.
6. Readershp profile yaitu bagaimana karakteristik/profil orang-orang
yang membaca media itu, dilihat dari kelompok umur, jenis kelamin,
tingkat sosial, pekerjaan, kepentingan khusus, kebangsaan,
kelompok etnis, agama, dan politik.
7. Distribution method yaitu cara penyebaran media tersebut.
Kaitan PR dengan pers/media massa harus tetap erat, karena PR tidak
dapat meninggalkan pers sebagai sarana informasi publikasi PR, sebaliknya
pers membutuhkan informasi resmi, akurat dan lengkap, biasanya didapatkan
dari PR. Jadi ada semacam pertalian yang simbiosis.
Sheraton Bandung Hotel and Towers selalu mengedepankan informasi-
informasi yang dibutuhkan oleh para publiknya, baik public internal maupun
eksternal. Public internal sangat berpengaruh dalam kelangsungan suatu
perusahaan dan public eksternal mendapatkan peran penting untuk dapat
menjaga keberlangsungan perusahaan berjalan. Media relations pun perlu
tetap dijalankan untuk mendapatkan dukungan dari public eksternal
perusahaan. Hal inilah yang mendorong Sheraton Bandung Hotel and Towers
menjalankan suatu system media relations yang sejalan agar dukungan dari
pihak eksternal perusahaan dapat tetap terjaga dengan baik.
Salah satu tujuan Eksternal PR adalah untuk mengeratkan hubungan
dengan orang-orang diluar badan atau instansi hingga terbentuklah opini
public yang favourable terhadap badan itu. Tugas penting eksternal PR adalah
mengadakan komunikasi yang efektif, yang sifatnya informative dan
persuasive yang ditujukan kepada public diluar badan itu. (Abdurrachman:
1995 : 38)
Hal ini dipertegas dengan ucapan Ibu Prestu selaku PR Sheraton Bandung
Hotel and Towers; “Setiap kegiatan yang dilakukan oleh Sheraton Bandung
Hotel and Towers kami selalu mengundang para insan pers untuk ikut serta
dalam setiap kegiatan yang kami buat.”
Sangatlah penting sekali bagi seorang PR melakukan hubungan pers/media
masa, agar kemitraan antara PR dengan Pers tetap menjalin hubungan yang
saling membutuhkan satu sama lain, tanpa melupakan integritas propesi
masing-masing yang bias melanggar kode etik PR dan kode etik pers itu
sendiri.
“Untuk tetap menciptakan hubungan yang baik dengan pers maka kami
selalu berupaya untuk ikut dalam setiap undangan yang ditujukan oleh pers
untuk kami”.
Oleh karena itu, penulis menganalisis penelitian ini dan menggunakan
metode kualitatif. Jenis penelitian yang penulis ambil adalah studi kasus,
diamana studi kasus ini memaparkan segala macam hal yang berkenaan
dengan penelitian ini.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berhubungan dengan Media Relations di sebuah perusahaan. Penelitian
tersebut yaitu “Bagaimana Kegiatan Media Relations Sebagai Upaya
Untuk Mendapatkan Dukungan Public Eksternal Sheraton Bandung
Hotel and Towers”
1.2 Fokus Penelitian
“Bagaimana Kegiatan Media Relations Sebagai Upaya Untuk
Mendapatkan Dukungan Public Eksternal Sheraton Bandung
Hotel and Towers”
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana latar belakang Kegiatan Media Relations sebagai
Upaya untuk Mendapatkan Dukungan Publik Ekternal Sheraton
Bandung Hotel and Towers?
2. Bagaimana tujuan Kegiatan Media Relations sebagai Upaya
untuk Mendapatkan Dukungan Publik Ekternal Sheraton
Bandung Hotel and Towers?
3. Bagaimana bentuk-bentuk Kegiatan Media Relations sebagai
Upaya untuk Mendapatkan Dukungan Publik Ekternal Sheraton
Bandung Hotel and Towers?
4. Bagaimana proses Kegiatan Media Relations sebagai Upaya
untuk Mendapatkan Dukungan Publik Ekternal Sheraton
Bandung Hotel and Towers?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui latar belakang Kegiatan Media Relations
sebagai Upaya untuk Mendapatkan Dukungan Publik Ekternal
Sheraton Bandung Hotel and Towers?
2. Untuk mengetahui tujuan Kegiatan Media Relations sebagai
Upaya untuk Mendapatkan Dukungan Publik Ekternal Sheraton
Bandung Hotel and Towers?
3. Untuk mengetahui Bentuk-bentuk Kegiatan Media Relations
sebagai Upaya untuk Mendapatkan Dukungan Publik Ekternal
Sheraton Bandung Hotel and Towers?
4. Untuk mengetahui proses Kegiatan Media Relations sebagai
Upaya untuk Mendapatkan Dukungan Publik Ekternal Sheraton
Bandung Hotel and Towers?
1.5 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian in adalah :
1.5.1 Kegunaan teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat member masukan dan sumbangan
yang berarti bagi perkembangan bidang kajian Ilmu Hubungan
Masyarakat khususnya pada bidang Media Relations.
1.5.2 Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
aplikasi Media Relations seorang PR dalam mendapatkan dukungan
oleh publik eksternal perusahaan.
Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
masukan dan pertimbangan bagi manajemen Sheraton Bandung Hotel
and Towers sehingga dapat mengevaluasi program dan dapat
menentukan langkah strategis selanjutnya.
1.6 Landasan Teori
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dimana terdapat paradigma di
dalamnya sehingga oleh peneliti dapat diteliti. Penelitian kualitatif berakar
dari data, maka pengertian teorinya tidak lari daripada aturan menjelaskan
proposisi atau seperangkat proposisi yang berkaitan dengan fenomena
alamiah. Fungsi teori adalah untuk menjelaskan dan meramalkan perilaku,
menemukan teori lainnya, digunakan untuk aplikasi praktis, memberikan
perspektif bagi usaha penjaringan data, membimbing dan menyajikan gaya
penelitian. Teori itu dapat diformulasikan secara deskriptif maupun secara
proposional. Teori dibedakan atas teori substantive dan teori formal. Teori
substantive disusun untuk keperluan empiris sedangkan teori formal untuk
keperluan pengembangan secara konseptual yang berbeda dengan taraf
abstraksinya, dan teori subtrantif harus terlebih dahulu disusun.
Penelitian ini menggunakan pendekatan interaksi simbolik, interaksi
simbolik mempelajari sifat interaksi yang merupakan kegiatan social dinamis
manusia. Menurut teoretisi interaksi simbolik, kehidupan social pada dasarnya
adalah interaksi manusia dengan menggunakan symbol-simbol. Teori ini
berasumsi bahwa pengalaman manusia ditengahi oleh penafsiran objek, orang,
situasi, dan peristiwa yang tidak memiliki pengertiannya sendiri, sebaliknya
pengertian diberikan kepada mereka untuk memahami perilaku.
Joel M. Charon dalam bukunya ”Symbolic Interactionism” mendefinisikan
interaksi sebagai “aksi social bersama, individu-individu berkomunikasi satu
sama lain mengenai apa yang mereka lakukan dengan mengorientasikan
kegiatannya kepada dirinya masing-masing. (Uchjana : 1993 : 390)
Interaksi simbolik merupakan dasar kajian social yang sangat berpengaruh
dalam penelitian kualitatif. John Dewey dan Blumer H. Telah
menyempurnakan pandangan interaksi simbolik dengan membagi tiga prinsip
arti symbol yang diberikan responden. Kegiga prinsip atau premis dimaksud
adalah sebagai berikut :
1. Dasar manusia bertindak adalah yntuk memenuhi kepentingannya.
Dalam memberikan interpretasi tindakan atau fenomena, peneliti perlu
sekali mengetahui proses atau sekuensi dari tindakannya.
2. Proses suatu tindakan seseorang pada prinsipnya merupakan produk
atau hasil proses social ketika orang tersebut berinteraksi dengan orang
lain. Dalam memberikan interpretasi gejala, peneliti harus tepat
mempertimbangkan hasil interaksi yang mempengaruhinya.
3. Manusia bertindak dipengaruhi fenomena lain yang muncul lkebih
dulu atau bersamaan. Oleh karena itu, peneliti perlu memperhatikan
fenomena atau gejala yang berkaitan dan mempengaruhi munculnya
gejala tersebut.
(Arikuntoro : 2006 : 14)
George Ritzer (Mulyana : 2003 : 73) meringkas teori interaksi simbolik ke
dalam prinsip-prinsip, sebagai berikut :
1) Manusia, tidak seperti hewan lebih rendah, diberkahi kemampuan
berpikir.
2) Kemampuan berpikir itu dibentuk oleh interaksi social.
3) Dalam interaksi social orang belajar makna dan symbol yang
memungkinkan mereka menerapkan kemampuan khas mereka
sebagai manusia, yaitu berpikir.
4) Makna dan symbol memungkinkan orang melanjutkan tindakan
(action) dan interaksi yang khas manusia.
5) Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan symbol
yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan
interpretasi mereka atau situasi.
6) Orang mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini karena,
antara lain, kemampuan mereka berinteraksi dengan diri sendiri,
yang memungkinkan mereka memeriksa tahapan-tahapan tindakan,
menilai keuntungan dan kerugian relative, dan kemudian memilih
salah satunya.
7) Pola-pola tindakan dan interaksi yang jalin-menjalin ini
membentuk kelompok dan masyarakat.
1.7 Metodologi Penelitian
1.7.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
1.7.1.1 Paradigma Penelitian
Penjelasan kita tentang mengapa teori dapat berubah dan
pakar mana yang mempunyai pandangan yang berbeda mengenai
pendefinisian teori didasarkan pada kenyataan bahwa teori tersebut
dipengaruhi oleh adanya tradisi yang melibatkan adanya perbedaan
asumsi. Dalam tradisi intelektual, sebagai suatu cara pandang
terhadap dunia atau cara piker umum berdampak pada nilai, tujuan,
dan gaya penelitian para pakar pendukungnya.
Paradigma akan mempengaruhi definisi dalam bidang
keilmuan, model atau teori yang pada gilirannya mempengaruhi
cara melakukan penelitian. Paradigma tersebut yang akan
menjelaskan asumsi-asumsi yang spesifik mengenai bagaimana
penelitian harus dilakukan dalam bidang yang bersangkutan.
Paradigma ilmu komunikasi berdasarkan metodologi
penelitiannya, menurut Dedy N. Hidayat dalam Burhan Burgin
(Sosiologi Komunikasi) yang mengacu pemikiran Guba, ada tiga
paradigma : 1) paradigma klasik (classical paradigm); 2) paradigm
kritis (critical paradigm); dan 3) paradigm konstruktivisme
(constructivism paradigm).
Pradigma menurut Bogdan dan Biklen dalam buku Lexy J.
Moleong adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang
dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara
berpikir dan penelitian. Paradigm merupakan pola atau model
tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubungannya)
atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (prilaku yang di dalamnya
ada konteks khusus atau dimensi waktu).
Baker dalam ‘Paradigms : The Business of Discovering the
Future’ (dalam Lexy: 49 : 2007) mendefinisikan paradigma
sebagai seperangkat aturan (tertulis atau tidak tertulis) yang
melakukan dua hal : 1) hal itu membangun atau mendefinisikan
batas-batas; dan 2) hal itu menceritakan kepada Anda bagaimana
seharusnya melakukan sesuatu di dalam batas-batas itu agar bisa
berhasil.
1.7.1.2 Penelitian Kualitatif
Berdasarkan paradigma diatas, peneliti mengambil
penelitian kualitatif. Itilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan
Miller dalam buku Lexy J. Moleong pada mulanya bersumber pada
mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang
dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Pengamatan
kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu cirri tertentu.
Untuk menemukan suatu dalam pengamatan, pengamatan harus
mengetahui apa yg menjadi ciri sesuatu itu.
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk penelitian
kualitati, yaitu penelitian atau inkuiri naturalistic atau alamiah,
etnografi, interaksionis simbolik, perspektif ke dalam,
etnometodologi, The Chicago School, fenomenologis, studi kasus,
interpretative, ekologis, dan deskriptif.
Menurut Lexy, penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan
fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan
brbagai metode yang ada. Penelitian kualitatif didasarkan pada
upaya membangun pandangan mereka yang diteliti yang rinci,
dibentuk dengan kata-kata, gambaran holistic dan rumit.
1.7.1.3 Studi Kasus
Definisi Studi Kasus sebagai suatu strategi penelitian.
Definisi yang paling sering dijumpai tentang studi kasus semata-
mata mengulangi jenis-jenis topic yang aplikatif. Menurut
Schramm, esensi studi kasus kecenderungan utama dari semua
jenis studi kasus adalah mencoba memperjelas keputusan-
keputusan tentang mengapa studi tersebut dipilih bagaimana
mengimlemntasikannya, dan apa hasilnya. Definisi ini dengan
sedemikian menonjolkan topic “keputusan” sebagai fokus
utamanya. Sejalan dengan itu, topik-topik lain juga dikemukakan,
mencakup organisasi, proses, program, lingkungan, instruksi, dan
bahkan peristiwa. (Robert: 2002: 17)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan salah satu
metode yang ada dalam metode kualitatif yaitu studi kasus. Studi
kasus adalah uraian dan penjelasan komprehersif mengenai
berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi
(komunitas), suatu program, atau suatu situasi social. Peneliti studi
kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai studi
yang akan diteliti. Mereka sering menggunakan beberapa metode :
wawancara, pengamatan, penelaah dokumen, survey, dan data
apapun untuk menguraikan suatu kasus secara terinci.
Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus mempunyai
beberapa keuntungan. Lincon dan Guba (mulyana, 2003 :201)
mengemukakan bahwa keistimewaan studi kasus meliputi hal-hal
berikut :
Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik,
yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti.
Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip
dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-
hari.
Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan
hubungan antara pembeli dan respinden.
Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan
konsistensi internal yang tidak hanya merupakan
konsistensi gaya dan konsistensi factual tetapi juga
ketepercayaan.
Studi kasus meberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi
penilaian atas transferabilitas.
Studi kasus terbuka bagi penelitian atas konteks yang turut
berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks
tersebut.
Sebagai metode yang bersifat multidimensional dan
menelaah studi kasus secara menyeluruh, hasil dari studi kasus
dapat menyarankan pertanyaan-pertanyaan atau hipotesis-hipotesis
yang dapat diuji melalui survey atau eksperimen.
Sebagai diungkapkan oleh Frey et al dalam Mulyana bahwa
pendekatan studi kasus menyediakan peluang untuk menerapkan
prinsip umum terhadap situasi-situasi spesifik atau contoh-contoh,
yang disebut kasus-kasus. Analisis studi kasus menunjukan
kombinasi pandangan, pengetahuan, dan kreatifitas dalam
mengidentifikasi dan membahas isu-isu relevan dalam kasus yang
dianalisisnya, dalam menganalisis isu-isu ini dari sudut pandang
teori dan riset yang relevan, dan dalam merancang strategi yang
realistic dan layak untuk mengatasi situasi problematic yang
teridentifikasi dalam kasus.
1.7.2 Kehadiran Peneliti
Dalam Penelitian Kualitatif, peneliti hanya sebagai instrument
penelitian. Peneliti hadir dan menganalisis penelitian langsung dari
dalamnya. Sehingga penelitian akan bersifat subjektif. Peneliti
secara aktif berinteraksi secara pribadi. Proses pengumpulan data
dapat diubah dan hal itu bergantung pada situasi. Peneliti bebas
menggunakan instuisi dan dapat memutuskan bagaimana
merumuskan pertanyaan atau bagaimana melakukan pengamatan.
Individu yang diteliti dapat diberi kesempatan agar secara sukarela
mengajukan gagasan dan persepsinya dan malah berpartisipasi
dalam analisis data. (Lexy : 2007 : 32).
1.7.3 Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Sheraton Bandung Hotel and Towers,
Jl. Ir. H. Juanda, Dago, Bandung.
1.7.4 Sumber Data
Sumber data yang menjadi focus dari penelitian ini adalah
apa saja yang dapat menjadi data yang akurat yang mendukung
penelitian. Menurut Lofland dan Lofland (Lexy: 2007: 157), sumber
data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Berkaitan dengan hal itu,dibagi menjadi beberapa jenis
1. Kata-kata dan tindakan
Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber
data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui
perekaman video/audio tapes, pengambilan foto, atau
film. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara
atau pengamatan berpranserta merupakan hasil usaha
gabungan dari kegiatan melihat, mendengat dan
bertanya. Jika peneliti menjadi pengamat berperan serta
pada suatu latar penelitian tertentu, kegiatan tersebut
akan dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya bergantung
pada suasana dan keadaan yang sedang dihadapi. Pada
dasarnya ketiga kegiatan tersebut adalah kegiatan yang
biasa dilakukan oleh semua orang, namun pada
penelitian kualitatif kegiatan-kegiatan ini dilakukan
secara sadar, terarah, senantiasa bertujuan untuk
memperoleh suatu informasi yang dibutuhkan.
2. Sumber data tertulis
Walaupun dikatakan bahwa sumber di luar kata dan
tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak
bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan
tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi
atas:
Sumber buku dan majalah ilmiah
Buku, disertasi dan karya ilmiah lainnya, dan
majalah ilmiah sangat berharga bagi peneliti
guna menjajaki keadaan perseorangan atau
masyarakat di tempat penelitian dilakukan.
Sumber dari arsip
Dari sumber arsip peneliti bisa memperoleh
informasi tentang lingkaran keluarga subjek
yang sedang diteliti.
Dokumen pribadi
Berupa tulisan tentang diri seseorang yang
ditulisnya sendiri. Dokumen pribadi ini dapat
berupa surat, buku harian, anggaran penerimaan
atau pengeluaran rumah tangga, surat-surat, dan
sebagainya.
Dokumen resmi
Dokumen resmi ini biasanya berada pada
instansi-instansi resmi pemerintahan. Contoh
dokumen resmi sekolah, laporan rapat, laporan
kemajuan siswa, dan sebagainya.
3. Foto
Sekarang ini foto sudah lebih banyak dipakai
sebagai alat untuk keperluan penelitian kualitatif karena
dapat dipakai dalam berbagai keperluan. Foto
menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan
sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan
hasilnya sering dianalisis secara induktif. Ada dua jenis
oto yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif,
yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang
dihasilkan peneliti sendiri.
4. Statistic
Penelitian kualitatif sering juga menggunakan data
statistic yang telah tersedia sebagai sumber data
tambahan bagi keperluannya. Statistic misalnya dapat
membantu member gambaran tentang kecenderungan
subjek pada latar penelitian.
Dalam Penelitian ini, yang menjadi narasumber adalah
orang-orang yang dianggap penting di dalam pelaksanaan
positioning yang telah ditentukan. Pelaksanaan positioning tidak
terlepas dari para narasumber yang ada di dalam suatu perusahaan.
Dalam penelitian ini, narasumber yang menjalankan peran
positioning tersebut diantaranya :
1) Pemimpin Sheraton Bandung Hotel and Towers
2) Kepala bagian Human Resources Development
Sheraton Bandung Hotels and Towers
3) Praktisi Public Relations Sheraton Bandung Hotel
and Towers
4) Karyawan Sheraton Bandung Hotel and Towers
5) Para Pengusaha pengguna Fasilitas Sheraton
Bandung Hotel and Towers
1.7.5 Prosedur Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Pengamatan
Alasan metodologis bagi penggunaan pengamatan ialah
pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi
motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan
dan sebagainya; pengamatan memungkinkan pengamat untuk
melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian, hidup
pada saat itu, menangkap arti dari fenomena dari segi
pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi
pandangan dan anutan para subjek pada keadaan itu;
pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang
dirasakan dan dikhayati oleh subjek sehingga memungkinkan
pula peneliti menjadi sumber data; pengamatan memungkinkan
pembentukkan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari
pihaknya maupun dari pihak subjek.
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Ada bermacam-
macam cara pembagian jenis wawancara yang dikemukakan
dalam kepustakaan. Cara pembagian pertama dikemukakan
oleh Patton sebagai berikut : wawancara pembicaraan informal,
pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara, dan
wawancara baku terbuka. Pembagian wawancara yang
dilakukan oleh Patton didasarkan atas perencanaan
pertanyaannya.
Wawancara tersebut terdapat beberapa maksud, seperti yang
ditegaskan oleh Lincoln dan Guba dalam Moleong antara lain :
mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan,
organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-
lain, kebulatan, mengkonstruksikan kebulatan-kebulatan
demikian sebagai yang dialami masa lalu, memproyeksikan
kebulatan-kebulatan sebagai yang dialami masa lalu,
memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah
diharapkan untuk dialami pada masa yang akan dating,
memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang
diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia
(triagulasi), dan memverifikasi, mengubah dan memperluas
konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai
pengecekan anggota.
3. Catatan Lapangan
Catatan yang dibuat dilapangan sangat berbeda dengan catatan
lapangan. Catatan itu beruoa coretan seperlunya yang sangat
dipersingkat, bersi kata-kata kunci, frasa, pokok-pokok isi
pembicaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa,
sosiogram, diagram, dan lain-lain. Catatan itu berguna hanya
sebagai alat perantara sebagai alat perantara yaitu antara apa
yang dilihat, didengar, dirasakan, dicium dan diraba dengan
catatan sebenarnya dalam bentuk catatan lapangan. Catatan itu
baru kemudian dirubah ke dalam catatan yang lengkap dan
dinamakan catatan lapangan setelah peneliti tiba di rumah.
Menutut Bogdan dan Biklen dalam Moleong, pada dasarnya
catatan lapangan berisi dua bagian; pertama, bagian deskriptif
yang berisi gambaran tentang latar pengamatan, orang,
tindakan, dan pembicaraan; kedua, bagian reflektif yang berisi
kerangkan berfikir dan pendapat peneliti, gagasan dan
keperdulian. (Moleong: 2001 : 156)
4. Penggunaan Dokumen
Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari
record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan
seorang penyidik. Dokumen sudah lama digunakan dalam
penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal
dokumen sebagai sumbe data dimanfaatkan untuk menguji,
menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Dokumen biasanya
dibagi atas dokumen pribadi dan dokumen resmi.
Dokumen dan record digunakan untuk keperluan penelitian, karena
alas an-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai berikut:
Dokumen dan record digunakan karena merupakan sumber
yang stabil, kaya, dan mendorong.
Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.
Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif
karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir
dan berada dalam konteks.
Record relative murah dan tidak sukar diperoleh, tetapi
dokumen harus dicari dan ditemukan.
Keduanya tidak relative sehingga sukar ditemukan dengan
teknik kajian isi.
Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih
memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang
diselidiki.
1.7.6 Pengecekan Keabsahan Data
Dalam metodologi penelitian kita sering diperkenalkan
konsep objektifitas, reliabilitas, dan validitas. Sesuatu penelitian
dipandang objektif, bila siapapun dengan prosedur kerja yang sama
menghasilkan kesimpulan penelitian yang sama. Reliabilitas dapat
dibedakan menjadi dua yaitu keajegan internal dan stabilitas
antarkelompok. Dengan belah dua random atau dengan
pengulangan pengukuran antarwaktu kita menguji keajegan
internal atau consistery, sedangkan dengan membandingkan
frekuensi atau variasi antarkelompok kita menguji stabilitas antar
kelompok atau stability. Consistency atau Stability adalah ragam
prosedur untuk menguji reliabilitas. (Muhadjir :2000: 53)
“In fact, Reliability can be defined as the axtent to which a
teks produces concistent results when administered under similar
conditions.” (Evelyn Hart :1982 : 244)
Validitas adalah kebenaran. Kebenaran bagi positivism
diukur berdasarkan besarnya frekuensi kejadian atau berdasarkan
atau berdasar berartinya (sidnificancy) variasi objeknya.
(Muhadjir :2000: 53)
“Validity refers to the excent to which the results of the
procedure serve the uses for which they were interended.”
(Evelyn Hart :1982 : 250)
Dalam penelitian kualitatif, kebenaran tidak diukur
berdasarkan frekuensi dan variansi, melainkan didasarkan pada
dikemukan hal yang esensial, hal yang instrinsik benar.
(Muhadjir :2000: 53)
1.7.7 Analisis Data
Analisis Data Kualitatif adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensistesikannya, mencari dan menemukan pola, mnemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain.
Menurut Seiddel dalam buku Lexy, Analisis Data Kualitatif
prosesnya berjalan sebagai berikut :
1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal
itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan,
mensistesiskan, membuat ikhtisari, dan membuat
indeksnya.
3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu
mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan
hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.
Selanjutnya menurut Janice Mc Durry (Lexy, 2007:248)
tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:
1. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan
gagasan yang ada dalam data.
2. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya untuk
menemukan tema-tema yang berasal dari data.
3. Menuliskan ‘model’ yang ditemukan.
4. Koding yang telah ditemukan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, Oemi, 1995. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung : Citra
Aditia Bakti.
Anggoro, M. Linggar, 2000. Teori dan Profesi Kehumasan. Jakarta : Bumi
Aksara.
Assumpta Rumatini, Maria, 2002. Dasar-Dasar Public Relations Teori dan
Praktik. Jakarta : Grasindo.
Arikuntoro, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Burgin, Burhan, 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta : Kencana Predana Media
Group.
Hatch, Evelyn and Hossein, Farhady, 1982. Research Design and Statistics For
Applied Linguistics. Rowley Massachusetts : Netbury House Publishers, INC.
Iriantara, Yosal, 2005. Media Relations Konsep, Pendekatan dan Praktik.
Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
K. Yin, Robert, 2002. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Moleong, Lexy J, 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Ruslan, Rosady, 1995. Praktik dan Solusi Public Relations dalam Situasi Krisis
dan Pemulihan Citra. Jakarta : Yudhistira.
Soemirat, Solihat dan Elvinaro, Ardianto, 2007. Dasar-Dasar Public Relations.
Bandung : Rosdakarya.
Uchjana Efendy, Onong, 2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Uchjana Efendy, Onong, 1993. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung :
Citra Aditia Bakti.
Top Related