KEBIJAKAN TRUMP PEACE PLAN TERHADAP PROSES
PERDAMAIAN ISRAEL DAN PALESTINA PERIODE 2017-2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Zulfa Khoirunnisa Irbah
11161130000053
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M / 1441 H
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
KEBIJAKAN TRUMP PEACE PLAN TERHADAP PROSES PERDAMAIAN ISRAEL
DAN PALESTINA PERIODE 2017-2020
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persayaratan
memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 30 Juli 2020
Zulfa Khoirunnisa Irbah
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
KEBIJAKAN TRUMP PEACE PLAN TERHADAP PROSES PERDAMAIAN ISRAEL DAN PALESTINA PERIODE 2017-2020
Oleh:
Zulfa Khoirunnisa Irbah
11161130000053
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universita Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Agustus 2020. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program
Studi Ilmu Hubungan Internasional.
Ketua, Sekretaris,
Muhamad Adian Firnas, S.IP, M.Si Irfan Rachmad Hutagalung, SH, LLM NIP. 197102111999031002 NIP.
Penguji I, Penguji II,
Teguh Santosa, MA Irfan Rachmad Hutagalung, SH, LLM NIP. NIP.
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 18 Agustus 2020
Ketua Program Studi Hubungan Internasional, FISIP UIN Jakarta
Muhamad Adian Firnas, S.IP, M.Si NIP. 197102111999031002
Type text here
v
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilisan Trump Peace Plan. Trump Peace
Plan merupakan kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh Presiden Trump terhadap konflik Israel
dan Palestina periode 2017-2020. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan analisis deskriptif. Data yang diolah dalam penelitian ini didapatkan melalui
wawancara dan studi pustaka. Penelitian ini menggunakan Perspektif Realisme, Teori Kebijakan Luar
Negeri, Konsep Idiosinkratik, dan Konsep Peace. Berdasarkan data yang dianalisis dengan
menggunakan kerangka pemikiran tersebut, penelitian ini menemukan bahwa keputusan pemerintahan
Trump untuk merilis Trump Peace Plan berdasarkan pada pengaruh faktor internal dan eksternal pada
proses pembuatan kebijakan luar negeri AS.
Kata kunci: Trump Peace Plan, Konflik Israel dan Palestina, Perdamaian.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah hirobbil alamin, puji serta syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah
SWT yang telah mengizinkan penulis untuk menyelesaikan penelitian ini pada masa pandemi.
Salawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Dalam proses penulisan, penulis banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penuli ingin mengucapkan rasa terimak kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Keluarga penulis, ayah, ibu, serta adik-adik yang telah memberikan dukungan moril
maupun materil kepada penulis. Terima kasih telah memberikan dukungan serta
pengertian kepada penulis hingga penelitian ini dapat diselesaikan.
2. Prof. Ali Munhanif, M.A., Ph.D. selaku Dekan FISIP UIN Jakarta sekaligus
narasumber dan sumber inspirasi bagi penulis dalam proses penulisan. Terima kasih
banyak atas kebaikan dan waktu yang telah diluangkan.
3. Bapak Muhamad Adian Firnas, S.IP, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Hubungan
Internasional FISIP UIN Jakarta.
4. Rahmi Fitriyanti, M.Si. selaku dosen pembimbing penulis yang selalu meluangkan
waktunya untuk membimbing penulis serta memberikan masukan dan saran yang
sangat membantu penuli dalam proses penulisan.
5. Bela, Nida, dan Savana sebagai rekan yang telah menemani kehidupan penulis sejak
masa orientasi hingga lulus, sebagai rekan yang menjadi tempat penulis untuk berkeluh
kesah, serta sebagai kawan makan penulis selama melakukan studi di Ciputat.
vii
6. Teman-teman Bela Bukan Bella, yakni, Bela, Hamemayu, Audrey, Ferina, dan Neti
yang menjadi teman penulis di kelas maupun di tempat karaoke. Terima kasih karena
telah memberikan energi positif dengan saling mendukung dalam mengerjakan tugas,
ujian, maupun skripsi.
7. Teman-teman kelas HI B 2016 yang telah memberikan memori dan pengalaman
berharga selama proses perkuliahan penulis.
8. Teman-teman penulis semasa SMA, Nabila, Roselina, Salma, Syifa, Kentia, Hani, Vira,
dan Nurul yang senantiasa mendukung studi penulis meskipun dari jarak jauh.
9. Teman-teman kelompok KKN 44 SAMESA yang telah mewarnai kehidupan kuliah
penulis selama kurang lebih tiga bulan.
10. Keluarga besar Fungsi Pensosbud KBRI di Singapura dan Direktorat Kerja Sama
Teknik Kementerian Luar Negeri RI yang telah memberikan pengalaman berharga
selama penulis melaksanakan magang.
11. Last but not least, NCT sebagai support system yang menemani penulis selama masa
penyusunan skripsi. Terima kasih telah menebarkan hal-hal yang memberikan
semangat kepada penulis.
Penulis berharap atas segala dukungan yang telah diberikan mendapatkan imbalan yang
setimpal dari Allah SWT. Akhir kata, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis terbuka atas kritik dan saran yang
membangun sebagai bahan perbaikan penulisan. Terima kasih
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 30 Juli 2020
Zulfa Khoirunnisa Irbah
viii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ........................................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .......................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Pernyataan Masalah..................................................................................................... 1
1.2 Pertanyaan Penelitian .................................................................................................. 7
1.3 Tujuan dan Manfaat .................................................................................................... 7
1.4 Tinjauan Pustaka ......................................................................................................... 8
1.5 Kerangka Pemikiran .................................................................................................. 12
1.5.1 Perspektif Realisme ........................................................................................... 12
1.5.2 Teori Kebijakan Luar Negeri ............................................................................. 14
1.5.3 Konsep Idiosinkratik .......................................................................................... 17
1.5.4 Konsep Peace..................................................................................................... 19
1.6 Metode Penelitian ...................................................................................................... 20
1.7 Sistematika Peneltian ................................................................................................ 22
BAB II LATAR BELAKANG TRUMP PEACE PLAN ......................................................... 25
2.1 Masa Pencalonan Donald J. Trump........................................................................... 25
2.2 Masa Transisi ............................................................................................................ 30
2.3 Pemerintahan Donald Trump .................................................................................... 33
2.3.1 Tim Perdamaian Timur Tengah ......................................................................... 34
2.3.2 Pertemuan antara AS dengan Israel dan Palestina ............................................. 37
2.3.3 Mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel ................................................... 41
2.3.4 Peleburan Konsulat Jenderal dengan Kedutaan Besar AS di Yerusalem .......... 45
ix
2.3.5 Menutup Kantor PLO di Washington DC ......................................................... 47
2.3.6 AS Mengakui Pemukiman Israel di Tepi Barat ................................................. 48
2.3.7 Memangkas Bantuan Dana AS kepada Palestina .............................................. 49
2.3.8 Proposal Damai Peace to Prosperity ................................................................. 53
BAB III DINAMIKA PERDAMAIAN ISRAEL DAN PALESTINA.................................... 56
3.1 Konflik Israel dan Palestina ...................................................................................... 56
3.2 Upaya AS sebagai Broker dalam Perdamaian Konflik Israel dan Palestina ............. 59
3.3 Trump Peace Plan ..................................................................................................... 66
3.3.1 Kerangka Kerja Politik ...................................................................................... 68
3.3.2 Kerangka Kerja Ekonomi. ................................................................................ 73
3.4 Penolakan Palestina ................................................................................................... 79
BAB IV KEBIJAKAN TRUMP PEACE PLAN TERHADAP PROSES PERDAMAIAN
ISRAEL DAN PALESTINA PERIODE 2017-2020 ............................................................... 81
4.1 Kepentingan AS di Timur Tengah ................................................................................ 81
4.2 Teori Kebijakan Luar Negeri ........................................................................................ 82
4.3 Konflik Israel dan Palestina sebagai masalah regional dan global ........................... 83
4.4 Tim Perdamaian Timur Tengah ................................................................................ 85
4.5 Sistem Pemerintahan AS ........................................................................................... 88
4.5.1 Christian United for Israel (CUFI) .................................................................... 91
4.5.2 American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) ........................................ 95
4.5.3 Pemakzulan Trump ............................................................................................ 98
4.6 Pemilu Israel ............................................................................................................ 100
4.3 Idiosinkratik Trump .................................................................................................... 106
4.4 Implikasi Trump Peace Plan terhadap Perdamaian Israel dan Palestina ................... 113
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 116
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 116
5.2 Saran ........................................................................................................................ 117
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... cxviii
LAMPIRAN ...................................................................................................................... cxxviii
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Grafik Bantuan Bilateral AS kepada Palestina periode 2012-2019 ................... 50
Gambar 3.1 Peta Konseptual .................................................................................................. 69
Gambar 3.2 Tujuan Ekonomi Peace to Prosperity ................................................................. 76
Gambar 4.1 Pembuatan Kebijakan Luar Negeri AS .............................................................. 89
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Transkrip Wawancara dengan Prof. Ali Munhanif, M.A., Ph.D. ................................. cxxviii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Pernyataan Masalah
Skripsi ini akan mengkaji kebijakan Trump Peace Plan yang merupakan kebijakan luar
negeri Amerika Serikat (AS) terhadap proses perdamaian Israel dan Palestina pada
pemerintahan Presiden Donald Trump periode 2017-2020.
Konflik antara Israel dan Palestina masih menjadi pusat perhatian dunia. Pasalnya,
konflik ini sudah puluhan tahun terjadi namun perdamaian nampaknya masih jauh dari
pandangan. Kedua belah pihak sepertinya tak ada yang mau mengenyampingkan masing-
masing kepentingan. Konflik Israel dan Palestina disebut sebagai konflik dengan penyelesaian
paling alot di muka bumi. 1
Upaya damai antara Israel dan Palestina dikenal sangat alot dikarenakan perbedaan
pandangan keduanya terhadap garis perbatasan, di mana Israel dan Palestina memiliki versi
perbatasan yang berbeda. Selain itu, perbedaan persepsi terkait keamanan diantara keduanya
pun masih kental. Palestina merasa bahwa Israel harus keluar dari wilayah yang dipercaya
bukan miliknya, sedangkan Israel percaya bahwa Hamas perlu dimusnahkan karena sangat
menentang berdirinya negara Israel. Konflik internal di Palestina antara PLO dan Hamas pun
ikut memengaruhi alotnya proses perdamaian Israel dan Palestina, khusunya yang berkaitan
dengan gagasan solusi dua negara.
1 Emilia Plupu Nurjana & M. Fakhruddin, Deklarasi Balfour: Awal Mula Konflik Israel Palestina,
(Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah Vol. 1, No. 1, 2019) 15-26.
2
Konflik Israel dan Palestina dipandang oleh beberapa pihak sebagai konflik dengan
nuansa politik. Beberapa pihak juga percaya bahwa konflik ini sarat akan aspek teologis.
Namun, pada dasarnya tidak ada yang dapat dianggap lebih tepat sebagai pemicu konflik
karena baik politik maupun teologis turut mewarnai konflik ini sepanjang perjalanannya. 2
Konflik antara Israel dan Palestina berakar pada keyakinan bangsa Israel atas
kepemilikan tanah Palestina. Dikeluarkannya Deklarasi Balfour pada 2 November 1917
dipercaya sebagai awal mula dari konflik berkepanjangan ini. 3 Deklarasi Balfour merupakan
pernyataan terbuka dari Pemerintah Inggris Raya yang menegaskan dukungannya terhadap
penciptaan kediaman bangsa Yahudi di Palestina. Berikut isi dari Deklarasi Balfour:
“His Majesty’s government view with favour the establishment in Palestine of a national home for the
Jewish people, and will use their best endeavors to facilitate the achievement of this object, it being
clearly understood that nothing shall be done which may prejudice the civil and religious rights of
existing non-Jewish communities in Palestine, or the rights and political status enjoyed by Jews in any
other country.” 4
Menariknya, kata national home dalam Deklarasi Balfour belum pernah muncul dalam
ranah hukum internasional sehingga dipercaya diciptakan agar bermakna kabur sehingga tidak
dapat dipastikan bahwa yang dimaksud dengan kata tersebut adalah sebuah negara Yahudi.
Kalimat diatas juga dinilai sebagai ungkapan dukungan terbuka pertama dari sebuah kekuatan
politik utama dunia kepada gerakan zionisme. 5
Sejak Deklarasi Balfour, banyak kaum Yahudi yang menempati wilayah Palestina dan
berlanjut pada proklamasi kaum Yahudi untuk mendirikan sebuah negara yang bernama Israel
pada 14 Mei 1948 saat mandat Inggris Raya atas Palestina berakhir. Pada hari yang sama, AS
2 Vera Paat, “Posisi Amerika Serikat dalam Penyelesaian Konflik Palestina-Israel,” (Politico: Jurnal
Ilmu Politik, Vol. 2, No. 2, 2013). 3 Puri Yuanita, “Pandangan Kompas dan Media Indonesia atas konflik Israel-Palestina: sebuah tinjauan
analisis wacana kritis terhadap wacana berita,” (Skripsi sarjana, Universitas Indonesia, 2009). 4 The Editors of Encyclopaedia Britannica, “Balfour Declaration,” Britannica, 2018, Diakses melalui
https://www.britannica.com/event/Balfour-Declaration, 28 Februari 2020. 5 Michael Makovsky, Churchill's Promised Land: Zionism and Statecraft, Yale University Press, 2007
ISBN 0-300-11609-8.
3
langsung mengakui kedaulatan Israel. 6 Sementara itu, beberapa negara Arab seperti Lebanon,
Suriah, Yordania, Mesir, dan Irak menentang kedaulatan Israel. Hingga saat ini, tercatat sudah
163 dari 193 negara anggota PBB yang mengakui kedaulatan Israel.
Sejak pendiriannya, Israel tak pernah absen berseteru dengan bangsa Arab. Dalam
puluhan tahun terakhir, perang tak dapat dihindari seperti Perang Arab-Israel 1948, Perang
Suez 1956, Perang Enam Hari 1967, Perang Yom Kippur 1973, Perang Lebanon 1982, dan
Perang Teluk 1990/1.
Dunia internasional menaruh perhatian atas perang-perang yang terjadi sehingga
menuntun kepada proses penyelesaian yang diharapkan dapat memberikan hasil positif untuk
perdamaian, seperti Perjanjian Perdamaian Camp David, Konferensi Madrid, Persetujuan Oslo
(I/II), Perundingan Wye River (I/II), Perundingan Camp David II hingga Konferensi Annapolis
2007.
Proses perdamaian tersebut tak sedikit yang merupakan hasil dari campur tangan jasa
mediasi AS. Sebagai negara adikuasa khususnya setelah berakhirnya Perang Dunia ke-II, AS
memang menempatkan dirinya sebagai salah satu aktor kunci dalam konflik ini.
Siapa pun presiden yang sedang memimpin, AS selalu memberikan perhatian atas
konflik Israel dan Palestina seakan-akan ada agenda yang harus dicapai, terutama mengingat
lokasi konflik yang strategis, yakni di Timur Tengah. Presiden AS nampaknya harus selalu
bekerja keras untuk mencapai tujuan yang diagendakan di kawasan ini.
Dilantiknya Presiden Donald J. Trump sebagai Presiden ke-45 AS seakan-akan
memberikan babak baru pada proses perdamaian Israel dan Palestina. Janji kampanye serta
6 Israel Ministry of Foreign Affairs, “Declaration of Establishment of State of Israel,” 2013, Diakses
melalui
https://mfa.gov.il/mfa/foreignpolicy/peace/guide/pages/declaration%20of%20establishment%20of%20
state%20of%20israel.aspx, 28 Februari 2020.
4
kebijakannya yang berhubungan dengan proses perdamaian konflik ini menjadi hal yang selalu
disorot oleh publik internasional.
Trump dikenal sebagai individu yang nyentrik. Bila dilihat dari kebijakan-kebijakan
yang dikeluarkannya setelah dilantik menjadi Presiden ke-45 AS, seperti keluarnya AS dari
Paris Agreement, eskalasi konflik dengan Iran, penarikan AS dari perjanjian Comprehensive
and Progresive Agreement for Trans-Pasific Partnership (CPTPP), perang dagang dengan
China, serta pembangunan tembok di perbatasan AS dan Meksiko.
Trump cukup serius dalam mengupayakan perdamaian antara Israel dan Palestina.
Trump menjadikan agenda ini sebagai prioritas utamanya dalam semester pertama
kepemimpinannya, khususnya setelah Trump membawa isu ini saat kampanye presidenannya
pada 2016.7 Sikap optimis Trump terkait Konflik Israel dan Palestina saat kampanye patut
diapresiasi. Trump mengumumkan bahwa ia memiliki ‘ultimate deal’ dalam rangka
mengakhiri konflik ini dan mulai mengeluarkan kebijakan yang terkait dengan perdamaian
Israel dan Palestina. 8
Trump mengumumkan pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel serta
memindahkan Kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem pada 6
Desember 2017. Pemindahan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem pasalnya sudah diatur oleh
Undang-undang Kedutaan Yerusalem yang diloloskan oleh Kongres AS tahun 1995. Presiden-
presiden AS sebelumnya memilih untuk menerbitkan surat pernyataan (waiver) untuk menunda
penerapan UU tersebut.
7Walda Okvi Juliana Ningsih, ”Personalitas Donald Trump dan Pengaruhnya terhadap Kebijakan
Pelarangan Imigran Muslim ke Amerika Serikat,” (Skripsi Sarjana, Universitas Muhammadiyah Malang,
2018) hal. 76. 8 Muriel Asseburg, “The “Deal of the Century” for Israel-Palestine: US Proposal are likely to speed
demise of two-state settlement,” SWP Comment No. 20 German Institue for International and Security
Affairs, 2019.
5
Trump menunjuk David Friedman sebagai Duta Besar Amerika Serikat untuk Israel.
David Friedman dikenal sebagai sosok pengacara Yahudi Amerika yang mendukung
pembangunan pemukiman ilegal Yahudi di Palestina. Wakil Presiden Amerika Serikat Mike
Pence menyatakan bahwa penunjukan Friedman merupakan tanda yang jelas terhadap
komitmen Trump kepada Israel dan rakyatnya. 9
Pada 10 September 2018, administrasi Trump mengumumkan untuk menutup Kantor
Delegasi Umum Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang ada di Washingtonn DC.
Kantor PLO di Washington DC merupakan hasil dari Kesepakatan Oslo periode 1993-1995
dan sebagai bukti nyata dari usaha perdamaian konflik Israel dan Palestina. 10
Pada tahun yang sama, Trump memilih untuk menghentikan segala bentuk bantuan
pendanaan AS kepada Badan Bantuan dan Pembangunan PBB (UNRWA). Penghentian
bantuan ini mengakibatkan kesulitan bagi UNRWA untuk menjalankan program-programnya
bagi pengungsi Palestina yang tersebar di Yordania, Lebanon, Suriah, Tepi Barat, dan Gaza.
Hal ini dikarenakan AS merupakan negara pendonor terbesar di UNRWA dengan kontribusi
sebesar $ 364 juta.
Tak sampai di situ, episode keseriusan Trump dalam proses perdamaian Israel dan
Palestina nampakya masih belum selesai. Pada sebuah konferensi yang dilaksanakan pada 25-
26 Juni 2019, yakni Konferensi Bahrain yang dihadiri oleh AS dan beberapa negara Arab dan
Timur Tengah, AS menyampaikan sebuah proposal perdamaian konflik Israel dan Palestina.
Proposal ini dikenal sebagai Proposal Deal of the Century atau kesepakatan abad ini. AS
dengan percaya diri mengumumkan bahwa proposal perdamaiannya itu akan sangat berbeda
9 Fajar Nugraha, “Trump Tunjuk Pendukung Pemukiman Yahudi sebagai Dubes untuk Israel,”
Medcom.id, 2017, Diakses melalui https://www.medcom.id/internasional/amerika/0k87xE0b-trump-
tunjuk-pendukung-pemukiman-yahudi-sebagai-dubes-untuk-israel, 28 Desember 2020. 10 Walda Okvi Juliana Ningsih, “Personalitas Donald Trump dan Pengaruhnya terhadap Kebijakan
Pelarangan Imigran Muslim ke Amerika Serikat,” (Skripsi Sarjana, Universitas Muhammadiyah Malang,
2018) hal. 7.
6
dengan gagasan solusi dua negara. Terdapat tiga tokoh dalam penyusunan proposal Deal of
The Century, yakni menantu sekaligus penasihat senior Donald Trump, Jared Kushner, eks-
pengacara yang kini menjabat sebagai utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Jason Greenblatt
dan Duta Besar AS untuk Israel, David Friedman. 11
Pada 28 Januari 2020, dokumen proposal damai Deal of the Century secara resmi
dikenalkan ke publik pada sebuah konferensi pers di Gedung Putih. Proposal damai ini dirilis
oleh Trump yang ditemani ditemani oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Proposal damai ini diberi judul Peace to Prosperiy, yakni sebuah visi oleh Trump yang
berisikan rancangan perdamaian untuk Israel dan Palestina. Peace to Prosperity memiliki dua
fokus, yakni pada aspek politik dan aspek ekonomi. Peace to Prosperity merupakan sebuah
dokumen yang dirilis oleh Gedung Putih sebagai perwujudan dari Proposal Deal of the Century
Trump. Serangkaian ini kemudian dikenal sebagai Trump Peace Plan. 12
Trump Peace Plan dinilai berbeda bahkan sangat bertentangan dengan referensi
gagasan solusi dua negara dan hukum internasional seperti Resolusi PBB, Perjanjian Oslo,
Prakarsa Perdamaian Arab dan perjanjian internasional lainnya. Rancangan ini juga dinilai
bertentangan dengan kebijakan-kebijakan Presiden AS sebelumnya mengenai upaya
perdamaian Israel dan Palestina. 13 Gagasan solusi dua negara dimaksud sebagai solusi dengan
mendirikan negara Israel dan negara Palestina sebagai negara berdaulat yang berdampingan.
Visi ini didukung oleh banyak pihak seperti, PBB, AS (kepresidenan sebelum Trump), dan
beberapa negara lainnya seperti Indonesia.
11 Muriel Asseburg, “The “Deal of the Century” for Israel-Palestine: US Proposal are likely to speed
demise of two-state settlement,” SWP Comment No. 20 German Institue for International and Security
Affairs, 2019. 12 Penelitian ini akan menggunakan istilah proposal damai untuk merujuk pada penggunaan istilah yang
digunakan oleh publik maupun media internasional terhadap Trump Peace Plan. Penelitian ini sendiri
percaya bahwa yang disebut sebagai proposal damai Trump sama sekali tidak bisa disebut sebagai
proposal damai karena sejatinya tidak dapat memberikan perdamaian antara Israel dan Palestina. 13 Ikhwanul Kiram Mashuri, “Tamparan Trump,” Republika, 2020, Diakses melalui
https://republika.co.id/berita/q5ua3e282/tamparan-trump, 29 Februari 2020.
7
Selama ini, solusi dua negara dianggap sebagai jalan keluar paling baik dalam proses
perdamaian Israel dan Palestina oleh komunitas internasional dan telah dimandatkan oleh
berbagai resolusi Majelis Umum dan Dewan Keamanan PBB. Dalam wawancaranya dengan
Reuters, perwakilan pemerintah Palestina di Washington, Husam Zomlot, menyatakan bahwa
kebijakan Trump dalam mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel melahirkan konsekuensi
yang sangat buruk. Pasalnya, pengakuan ini dapat mengakhiri gagasan solusi dua negara. 14
Berdasarkan pada kebijakan yang dikeluarkan oleh Trump, AS nampaknya memilih untuk
memainkan babak baru dalam perannya sebagai Broker perdamaian antara Israel dan Palestina.
15
1.2 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pernyataan masalah yang telah dipaparkan di atas, disebutkan bahwa AS
di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump mengeluarkan serangkaian kebijakan yang
berkaitan dengan proses perdamaian antara Israel dan Palestina yang disebut dengan Trump
Peace Plan. Maka dari itu, pertanyaan penelitian yang diangkat dalam skripsi ini adalah:
“Mengapa Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan Trump Peace Plan terhadap proses
perdamaian Israel dan Palestina periode 2017-2020?”
1.3 Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap proses
perdamaian Israel dan Palestina periode 2017-2020 melalui kebijakan Trump Peace
Plan.
14 Rosa Folia, “Memahami “Two State Solution”, Solusi Israel-Palestina yang Dilanggar Trump,”
Idntimes, 2017, Disadur melalui https://www.idntimes.com/news/world/rosa-folia/memahami-two-
state-solution-untuk-konflik-israel-palestina-1/full, 27 Februari 2020. 15 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, “Isu Palestina,” 2019, Diakses melalui
https://kemlu.go.id/portal/i/read/23/halaman_list_lainnya/isu-palestina, 18 April 2020.
8
2. Mengetahui dan mengkaji alasan maupun latar belakang dari perilisan Trump Peace
Plan.
Adapaun penelitian ini juga diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Diharapkan memberikan kontribusi dalam perkembangan studi Hubungan
Internasional khususnya dalam bidang kebijakan luar negeri.
2. Diharapkan dapat menjadi bahan pustaka untuk penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan kebijakan Amerika Serikat terhadap proses perdamaian Israel-
Palestina.
1.4 Tinjauan Pustaka
Osama Anter Hamdi dalam American Foreign Policy toward the Arab-Israeli Conflict:
Strategic Transformations16 memaparkan bahwa terdapat pergeseran kebijakan luar negeri AS
untuk konflik Israel dan Palesina dengan mengungkapkan bahwa kebijakan AS pada dasarnya
bersifat variatif dari satu periode ke periode lainnya, dari satu presiden satu ke presiden lainnya,
dan bahwa peran serta implikasi AS sebagai aktor berkontribusi besar teradap kemajuan proses
perdamaian. Baik terlibat aktif maupun tidak, peran AS tetap kuat dan sangat berpengaruh
dalam proses perdamaian dan pernyebaran keamanan maupun stabilitas di Timur Tengah.
Artikel ini menjelaskan peran pemerintah AS terhadap penyelesaian konflik Israel dan
Palestina dengan menggunakan perspektif Neorealisme yang mengatakan bahwa kebijakan
luar negeri merupakan produk dari model interaksi yang kompleks antara faktor internal dan
eksternal. Hamdi mengasumsikan bahwa celah-celah dalam proses kebijakan luar negeri
dipengaruhi oleh persepsi dan nilai-nilai yang melekat pada pembuat keputusan itu sendiri.
16 Osama Anter Hamdi, “American Foreign Policy toward the Arab-Israeli Conflict: Strategic
Transformations,” Insight Turkey, Vol. 20 No. 2, 2018, hal. 251-271, DOI: 10.25253/99.2018202.12.
9
Dengan membagi menjadi empat bagian, yakni, pendirian Negara Israel hingga
Oktober 1978, perjanjian Camp David, runtuhnya Uni Soviet dan kendali AS atas konflik, serta
kejadian 9/11 dan perubahan prioritas AS, Hamdi menyimpulkan bahwa posisi AS dalam
gagasan solusi dua negara merupakan sebuah tipuan.
Meskipun mengalami perubahan kebijakan tiap masa kepresidenan, namun pada
akhirnya AS tetap saja melindungi kepentingan, keamanan, dan keberadaan Israel dan bukan
untuk mencapai perdamaian yang adil dan komprehensif di kawasan ini. AS menjadikan Israel
sebagai sumur minyak dalam situasi darurat dan sebagai jembatan strategis antara kawasan
Asia dan Afrika. AS dengan berbagai afiliasi dan orientasi politiknya telah gagal dalam
melaksanakan solusi praktis untuk konflik ini.
Berbeda dengan artikel jurnal di atas, penelitian ini akan melihat kebijakan luar negeri
AS untuk proses perdamaian Israel dan Palestina pada masa pemerintahan Donald Trump
dengan menggunakan perspektif realisme. AS menggunakan powernya sebagai Broker dengan
mengeluarkan kebijakan yang pragmatis dan yang sangat terpengaruh oleh lingkungan yang
ada. Kebijakan yang dikeluarkan merupakan alat yang digunakan sebagai pemenuh
kepentingan.
Mukhtar Imam dalam United States Foreign Policy in the Palestinian-Israeli Conflict
and Its Implication on the Two States Solution17 menyatakan bahwa hubungan sebelumnya
antara AS dengan Israel dan dunia Arab dinilai lebih seimbang, khususnya selama Perang
Dingin. Israel merupakan aset strategis dalam menahan pengaruh komunis di kawasan Timur
Tengah. AS mengandalkan keunggulan militer Israel selama perang dengan negara-negara
17 Mukhtar Imam, “United States Foreign Policy in the Palestinian-Israeli Conflict and Its Implication
on the Two States Solution,” Asian Journal of Middle Eastern and Islamic Studies Vol. 12 No. 3, 2018
hal. 371-386, DOI: 10.1080/25765949.2018.1534409.
10
Arab dan berusaha menengahi konflik Israel dan Palestina dalam rangka menyeimbangkan
hubungan AS dengan rezim Arab moderat.
Mukhtar Imam menganalisis kasus ini menggunakan Onion Model (Theory of Positions,
Interest and Needs) sebagai kerangka analisis. Onion Model didasarkan pada gagasan bahwa
ada beberapa kebutuhan universal dasar (needs). Atas dasar kebutuhan tersebut, orang
mengejar minat tertentu (interests) sehingga menciptakan posisi (positions) yang mereka
yakini akan memuaskan minat dan kebutuhan mereka.
Imam menyimpulkan bahwa kebijakan AS di kawasan ini sungguh jumpalitan sehingga
meningkatkan tren kekerasan dan kehancuran. Terlebih pada masa pemerintahan Trump,
kebijakannya hanya akan meningkatkan konflik karena dinilai dapat memperburuk ketegangan.
Berbeda dengan artikel di atas yang menggunakan theory of positions, interest, and
needs untuk melihat kebijakan AS pada proses perdamaian Israel dan Palestina, penelitian ini
menggunakan teori kebijakan luar negeri dengan melihat faktor internal dan eksternal. Dengan
melihat faktor internal dan eksternal, dapat dilihat bagaimana faktor-faktor tersebut
mempengaruhi AS dalam proses pembuatan kebijakan luar negerinya.
Sedangkan, Asaf Siniver dan Christopher Featherstone dalam Low-conceptual
complexity and Trump’s foreign policy18 menggunakan kerangka kerja sifat kepemimpinan
Hermann dan konsep plutokrasi dalam menjabarkan kebijakan luar negeri Trump.
Konsep plutokrasi (the rule of the wealthy) bukanlah fenomena baru dalam politik
Amerika. Trump yang merupakan presiden milyader pertama di AS secara alami menarik
perhatian kelas plutokratis. Hal ini dapat dilihat dari kabinet kerja Trump. Joseph Stiglitz
18 Asaf Siniver & Christopher Featherstone “Low-conceptual complexity and Trump’s foreign policy,”
Global Affairs, 2020, DOI: 10.1080/23340460.2020.1734953.
11
bahkan mengkritik Trump dengan mengatakan bahwa kabinet Trump dikelola oleh orang kaya
yang acuh tak acuh dengan ketidaksetaraan.
Siniver dan Featherstone mempelajari perilaku kognitif Trump sebagai ukuran dari
kompleksitas konseptual. Kompleksitas konseptual mengacu pada tingkat nuansa cara seorang
pemimpin dalam memandang orang lain, tempat, ide, maupun situasi. Kompleksitas konseptual
dibagi menjadi dua, yakni high-conceptual complexity dan low-conceptual complexity.
Siniver dan Featherstone menyimpulkan bahwa berdasarkan perilaku kognitifnya,
Trump termasuk pada kompleksitas konseptual yang rendah (low-conceptual complexity).
Pemimpin dengan kompleksitas konseptual yang rendah umumnya tidak membedakan dimensi
lingkungan mereka. Mereka memandang dunia dalam istilah biner (baik atau buruk, teman atau
musuh), dan dengan demikian cenderung membuat keputusan berdasarkan intuisi dan emosi.
Pemimpin dengan tipe ini cenderung bertindak tegas berdasarkan informasi atau konsultasi
yang terbatas dan cenderung kurang peka terhadap pendapat internasional serta cenderung
mengejar tindakan konfrontatif dan melanggar norma-norma internasional.
Siniver dan Featherstone menyarankan bahwa dalam proses pembuatan kebijakan luar
negeri Trump dapat dijelaskan melalui pendekatan transaksional bisnisnya, yang kemudian
menghasilkan “prisma plutokratis” di mana kompleksitas konseptual rendahnya ditransmisikan.
Pertama, dapat dilihat dari pemilihan penasihat terdekat Trump terkait konflik ini yang
terkenal karena urusan bisnis mereka dan tebilang baru di bidang politik dan diplomatik, yakni:
Jared Kushner, Jason Greenblatt, dan David Friedman. Selain itu, rendahnya kompleksitas
konseptual Trump juga dapat dilihat dari kebijakan Trump yang memotong setengah bantuan
AS kepada UNRWA menjadi $60 juta dengan alasan bahwa AS tidak mendapatkan rasa hormat
atas biaya yang dikeluarkannya karena Palestina dinilai tidak lagi mau berbicara mengenai
12
perdamaian. Dengan begitu, aliansi dan uang merupakan ciri khas dari gaya kepemimpinan
Trump.
Penelitian ini menggunakan kerangka konseptual yang berbeda dari yang digunakan
oleh Siniver dan Featherstone. Penelitian ini menggunakan konsep idiosinkratik dalam melihat
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Trump. Konsep idiosinkratik digunakan dengan
tujuan mengetahui latar belakang perilisan Trump Peace Plan sehingga dapat menjawab
pertanyaan penelitian yang diajukan.
Perbedaan antara ketiga referensi di atas dengan penelitian ini terletak pada perbedaan
perspektif, teori, dan konsep yang digunakan. Selain itu, penelitian ini akan berfokus pada
upaya Trump dalam proses perdamaian konflik Israel dan Palestina dengan melihat kebijakan
yang dikeluarkannya, yakni Trump Peace Plan. Penelitian ini menganalisis latar belakang dari
perilisan Trump Peace Plan berdasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses
kebijakan luar negeri AS.
1.5 Kerangka Pemikiran
Dalam menganalisis latar belakang kebijakan Trump Peace Plan, penelitian ini
menggunakan perspektif realisme, teori kebijakan luar negeri, konsep idiosinkratik, dan konsep
peace.
1.5.1 Perspektif Realisme
Realisme merupakan sebuah pemikiran yang menjelaskan hubungan internasional
dalam terminologi power sebagai sebuah kekuatan yang terkadang disebut sebagai realpolitik
atau power politics.19 Realisme selalu mendasarkan pendangan mereka pada realita, pada apa
19 Donald E. Nuechterlein, “National Interests and Foreign Policy: A Conceptual Framework for
Analysis and Decision-Making,” British Journal of International Studies, 2009, Diakses melalui
https://www.cambridge.org/core/journals/review-of-international-studies/article/national-interests-and-
foreign-policy-a-conceptual-framework-for-analysis-and-
decisionmaking/3A15B2B5436B3B05FA015026A99CF886.
13
yang ada, dan bukan pada apa yang seharusnya. Para Realis memandang bahwa konflik terjadi
karena sifat kekerasan yang melekat pada diri manusia. 20
Realisme politik mengandung unsur-unsur oportunisme dalam arti sangat terpengaruh
oleh lingkungan yang ada dan mengambil langkah-langkah yang paling pragmatis dalam
memecahkan masalah. Walaupun langkah-langkah itu melanggar dan membawa dampak buruk
untuk jangka waktu yang panjang, apalagi jika berhubungan dengan keamanan nasional.21
Keamanan nasional merupakan isu utama dan menempati posisi teratas di samping isu
lainnya bagi perspektif ini, sehingga aspek militer dan politik yang berhubungan dengan
keamanan nasional mendominasi perpolitikan dunia. Realis percaya bahwa keamanan militer
dan isu-isu strategis lainnya tergolong dalam kepentingan utama (high politics) sedangkan
ekonomi dan isu-isu sosial dilihat memiliki bobot politik yang rendah (low politics).
Para Realis biasanya memusatkan perhatian pada potensi konflik yang ada diantara
aktor negara, dalam rangka memperhatikan atau menjaga stabilitas internasional,
mengantisipasi kemungkinan kegagalan upaya penjagaan stabilitas, memperhitungkan manfaat
dari tindakan paksaan sebagai salah satu cara pemecahan terhadap konflik, dan memberikan
perlindungan terhadap tindakan pelanggaran wilayah perbatasan. Maka dari itu, power
merupakan konsep kunci dalam mempersepsikan hubungan aksi dan reaksi antar negara.
Power didefinisikan sebagai kemampuan memberikan pengaruh pada aktor lain untuk
melakukan sesuatu yang diinginkannya. Power merupakan kapabilitas negara dalam
20 Jerzy Sielski“The ‘Theory’ In The Study Of International Relations And Political Science,” Polish
Political Science, Vol XXXVI, 2016, h. 178. 21 Jerzy Sielski“The ‘Theory’ In The Study Of International Relations And Political Science,” Polish
Political Science, Vol XXXVI, 2016, h. 180.
14
memengaruhi negara lain dengan dukungan pemimpin negara dalam memobilitasi dan
memanfaatkan kapabilitas ini secara efektif dan strategis.22
Banyak pemikir Realisme melihat adanya potensi power berdasarkan karakterisktik
spesifik dari negara (tangible dan intangible) seperti luas wilayah, level pendapatan, dan
kekuatan militer. Di sisi lain, terdapat pendapat bahwa cara termudah dalam mengindahkan
power adalah melalui total GDP, yang merupakan kombinasi dari kesuluruhan luas, level
teknologi dan kesejahteraan. 23
Power pada akhirnya akan menjadi ‘pelindung’ terhadap kepentingan sebuah negara.
AS khususnya pada masa pemerintahan Donald Trump sangat sarat dengan perspektif ini.
Dalam rangka mencapai kepentingannya, AS tak jarang menggunakan apa yang didefinisikan
dengan power melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan.
1.5.2 Teori Kebijakan Luar Negeri
Menurut K. J. Holsti, kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan
yang dibentuk oleh para pembuat keputusan suatu negara dalam menghadapi negara lain atau
unit politik internasional lainnya dan dikendalikan untuk mencapai tujuan yang dituangkan
dalam terminologi kepentingan nasional. 24
Bagi Holsti, kebijakan luar negeri memiliki beberapa tujuan, yakni: keamanan
(security), kesejahteraan (welfare), otonomi (autonomy), dan prestise (prestige). Kebijakan
luar negeri sebuah negara tak selalu menempatkan keempat tujuan di atas sebagai prioritas
22 Jerzy Sielski“The ‘Theory’ In The Study Of International Relations And Political Science,” Polish
Political Science, Vol XXXVI, 2016, h. 181. 23 Jerzy Sielski“The ‘Theory’ In The Study Of International Relations And Political Science,” Polish
Political Science, Vol XXXVI, 2016, h. 182. 24 K. J. Holsti, International Politics: A Framework for Analysis, New Jersey: Prentice-Hall, 1983, h.
142.
15
utama, melainkan disesuaikan dengan keadaan dunia internasional. 25 Dalam
mengklasifikasikan tujuan kebijakan luar negeri, Holsti memiliki tiga kriteria, yakni: 26
1. Nilai (values) yang menjadi tujuan dari para pembuat keputusan.
2. Jangka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Terdapat tujuan jangka pendek (short term), jangka menengah (middle term), dan jangka
panjang (long term). Bagi Holsti, tujuan jangka menengah dan jangka panjang merupakan
tujuan yang lebih dominan dalam sebuah kebijakan luar negeri suatu negara. Tujuan jangka
menengah dimaksudkan untuk meningkatkan prestise negara yang diindikasikan berdasar
industri, teknologi, bantuan dana dan militer. Sedangkan tujuan jangka panjang merupakan
rencana, impian dan pandangan mengenai organisasi politik ataupaun ideologi dalam sebuah
sistem internasinoal. 27
3. Tipe tuntutan yang diajukan suatu negara kepada negara yang mengeluarkan kebijakan luar
negeri.
Kebijakan Trump Peace Plan bertujuan untuk menciptakan perdamaian antara Israel
dan Palestina sebagai pihak yang terlibat konflik. Sebagai mediator, AS memiliki ketentuan-
ketentuan yang disebutkan dalam dokumen Trump Peace Plan, yakni Peace to Prosperity.
Berdasarkan tiga kriteria di atas, Trump Peace Plan dapat dilihat sebagai kebijakan
yang bertujuan untuk aspek keamanan, kesejahteraan, dan prestise. Tujuan keamanan dan
kesejahteraan dengan jelas tercantum dalam dokumen Peace to Prosperity sedangkan tujuan
prestise dapat dilihat berdasarkan kriteria jangka waktu Holsti dimana AS menawarkan
25 Hanifah, “Kepentingan Nasional Amerika Serikat dalam Bidang Energi di Asia Tengah Periode 2003-
2010,” (Skripsi Sarjana, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014). 26 K. J. Holsti, International Politics: A Framework for Analysis, New Jersey: Prentice-Hall, 1983, h.
145. 27 K. J. Holsti, International Politics: A Framework for Analysis, New Jersey: Prentice-Hall, 1983, h.
147.
16
bantuan keuangan, militer maupun teknologi kepada Palestina sebagai alat tawar perdamaian
dengan Israel.
Menurut Holsti, kebijakan luar negeri dapat ditentukan oleh faktor internal maupun
eksternal. 28 Faktor eksternal meliputi (1) Struktur dan sistem internasional sangat
mempengaruhi negara dalam mengambil kebijakan luar negeri, (2) Struktur ekonomi global,
(3) Tujuan dan tindakan aktor lain, yang merupakan respon atas tindakan yang dilakukan aktor
negara lain sehingga memiliki tujuan tertentu dalam mencapai kepentingan nasionalnya, dan
(4) Masalah regional atau global, dimana sebuah negara mengalami sebuah permasalahan yang
akan berdampak pada negara lain.
Dari keempat faktor eksternal kebijakan luar negeri di atas, penelitian ini akan berfokus
pada faktor tujuan dan tindakan aktor lain dan faktor masalah regional atau global. Penelitian
ini melihat konflik Israel dan Palestina sebagai masalah yang terletak di Timur Tengah dan
sangat berdampak pada kawasan sehingga upaya damainya telah menjadi perhatian secara
global. Dalam rangka mengupayakan perdamaian, AS mengeluarkan kebijakan Trump Peace
Plan. Penelitian ini melihat kebijakan tersebut sebagai kebijakan yang dipengaruhi oleh tujuan
dan tindakan Israel, dalam hal ini politik dalam negeri Israel.
Sedangkan, faktor internal meliputi (1) Kebijakan sosial-ekonomi atau keamanan.
Kebijakan luar negeri sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial, ekonomi dan keamanan
dalam negeri. (2) Topografi atau letak geografis yang dapat mempengaruhi citra suatu negara
di dunia internasional, (3) Struktur pemerintahan, berkaitan pada bagaimana sebuah negara
mengambil kebijakan luar negerinya, (4) Birokrasi, berkaitan dengan proses yang dilakukan
negara dalam mengambil kebijakan luar negeri, dan (5) Atribut nasional, berkaitan dengan
28 Holsti, K. J. (1992) Politik Internasional h. 271-287
17
karakteristik negara dengan jumlah penduduk, perkembangan ekonomi, dan aktivitasnya di
dunia internasional.
Dari keempat faktor internal di atas, penelitian ini akan berfokus pada struktur
pemerintahan dan birokrasi. Proses kebijakan luar negeri AS dipengaruhi oleh sistem
pemerintahan, khususnya terletak pada proses pengambilan keputusan yang terjadi di Kongres.
Keputusan yang diambil oleh Kongres tidak serta merta murni melainkan dipengaruhi oleh
kelompok lobi atau kelompok kepentingan.
Selain itu, penelitian ini akan melihat birokrasi sebagai faktor dalam proses
pengambilan keputusan. Birokrasi yang dimaksud adalah bagaimana proses yang dilakukan
negara untuk dapat mengeluarkan sebuah kebijakan luar negeri. Penelitian ini melihat Tim
Perdamaian Timur Tengah yang dibentuk oleh Trump sebagai faktor penting dalam proses
kebijakan luar negeri AS.
1.5.3 Konsep Idiosinkratik
Proses pembuatan kebijakan luar negeri dipengaruhi oleh faktor idiosinkratik.
Idiosinkratik seringkali disebut sebagai pendekatan yang menekankan pada level individu.
Faktor idiosinkratik merupakan sebuah keanehan atau keistimewaan yang hanya dimiliki oleh
individu pembuat kebijakan. Menggunakan idiosinkratik dalam melihat proses pembuatan
kebijakan luar negeri berkaitan dengan aspek kepribadian (personality) dari seorang pengambil
keputusan (policy maker). 29
James N. Rosenau dan Alex Mintz melihat faktor idiosinkratik sebagai sumber internal
yang melihat nilai (value), pengalaman (experience), bakat (talent), dan kepribadian
29 Umar Suryadi Bakry, “Pengaruh Faktor Individu dalam Politik Luar Negeri: Sebuah Kajian
Idiosinkratik,” Jurnal Alternative Vol. 06, 2016, hal. 111.
18
(personality of leaders) sebagai faktor yang dapat mempengaruhi persepsi, kalkukasi dan
perilaku individu terhadap proses kebijakan luar negeri. 30
Idiosinkratik adalah sesuatu yang unik yang ada dalam diri sesorang. Untuk mengetahui
idiosinkratik, maka diperlukan pengamatan terhadap apa yang dilakukan sesorang dengan
caranya sendiri karena idiosinkratik seseorang termanifestasi dalam konteks interaksi dan
wacana serta berkaitan dengan kemampuan dan keterampilan praktis. 31
Dengan kata lain, analisis idiosinkratik adalah suatu kajian yang melihat manusia
sebagai individu dan bagaimana karakter individu tersebut dapat membentuk keputusan atau
kebijakan yang dibuatnya. Dan untuk mengetahui secara lebih komprehensif, dibutuhkan
analisis yang berfokus pada individu tersebut melalui cara berpikir, keyakinan dasar, serta
prioritas pribadinya dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri.
Penelitian ini akan membahas proses kebijakan luar negeri AS yang dipengaruhi oleh
faktor idiosinkratik individu yang merupakan pemilik otoritas tertinggi seperti presiden. Dalam
penelitian ini, Trump akan dilihat sebagai individu tersebut dengan melihat kepribadian yang
dimilikinya. Penelitian ini akan melihat Trump sebagai faktor penting yang dapat menjelaskan
latar belakang di balik pengambilan kebijakan luar negeri AS untuk perdamaian antara Israel
dan Palestina, yakni Trump Peace Plan
Dengan menggunakan konsep idiosinkratik, penelitian ini berfokus pada Trump
sebagai pembuat kebijakan. Hal ini berdasarkan pada kebijakan luar negeri sebagai hasil dari
pilihan pemimpin individu dalam proses pengambilan keputusan. 32 Dengan melihat
30 Anak Agung Banyu Perwita dan Yani Yanyan Mochammad, Pengantar Ilmu HubunganInternasional,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 57 – 58. 31 Heikki Patomäki, After International Relations: Critical Realism and the (Re)-Construction of World
Politics, (London: Routledge, 2002), hal. 117. 32 K. J. Holsti, International Politics: A Framework for Analysis, New Jersey: Prentice-Hall, 1983, h.
147.
19
idiosinkratik Trump, penelitian dapat menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan yakni
latar belakang dari perilisan Trump Peace Plan.
1.5.4 Konsep Peace
Tidak ada definisi peace yang pasti. Namun, berdasarkan sejarah peace dipandang
sebagai tidak adanya kekerasan dan negara yang rapuh dimana perang dipandang sebagai
keadaan manusiawi.
Oliver P. Richmond percaya bahwa perdamaian mengacu pada kontrol atau
pendudukan militer. Perdamaian secara historis bergantung pada argumen bahwa kekuasaan
dapat dilaksanakan oleh hegemon dan didorong oleh kepentingan strategis negara. Realis
percaya bahwa perdamaian yang berkelanjutan dapat dibentuk melalui relasi dengan lawan,
karena negara-negara tersebut dapat belajar untuk bekerjasama guna mencapai keuntungan
bersama. 33
Johan Galtung menyebutkan bahwa terdapat dua definisi untuk perdamaian, yakni,
negative peace dan positive peace. Negative peace dimaksud sebagai keadaan yang ditandai
oleh ketiadaan konflik antara para pihak yang berusaha mencapai kepentingan masing-masing,
ketiadaan asimetri ketakutan, dan ketiadaan perbenturan kepentingan. Namun, keadaan yang
terjadi bukan hanya tanpa perang melainkan ketidakadilan sosial dan ekonomi yang belum
terselesaikan. 34
Sedangkan, positive peace ditandai dengan kondisi di mana tidak adanya penekanan
yang menyengsarakan manusia, terjaminnya kebutuhan lahir dan batin, situasi ketiadaan
perang, terciptanya keadilan sosial, kemakmuran ekonomi, dan pembagian politik yang
33 Douglas B. Reynolds dan Marek Kolodziej, “Institutions and the supply of oil: A case study of
Russia,” Energy Policy, Elsevier, Vol. 35 No. 2, 2007, hal. 939-949. 34 Johan Galtung, Peace by Peaceful Means, London: SAGE Publications, 1996, hal. 2.
20
seimbang. Maka dari itu, positive peace merupakan kondisi dimana terdapat hubungan yang
baik antara segi sosial, ekonomi, politik, maupun ekonomi. 35
Trump Peace Plan merupakan bentuk upaya AS dalam proses perdamaian pada konflik
Israel dan Palestina. Proposal damai ini berfokus pada aspek ekonomi dan politik dengan
perdamaian sebagai tujuan utamanya. Trump percaya bahwa proposalnya merupakan solusi
paling realistis dengan menciptakan jalan menuju kemakmuran, keamanan, dan martabat bagi
semua pihak yang terlibat.36
Perdamaian merupakan resolusi terbaik dalam konflik. Perdamaian dapat diartikan
sebagai suatu kondisi di mana masyarakat bisa hidup berdampingan meskipun terdapat
perbedaan budaya, sosial dan lain lain. 37 Maka dari itu, Trump Peace Plan merupakan
kebijakan AS yang ditujukan untuk melahirkan perdamaian abadi yang dapat dirasakan oleh
Israel dan Palestina karena perdamaian merupakan tujuan akhir dari kebijakan ini.
Penelitian ini melihat bahwa tujuan akhir dari Trump Peace Plan adalah terciptanya
positive peace antara Israel dan Palestina. Hal ini berdasarkan pada isi dari Trump Peace Plan
yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemakmuran ekonomi, keadilan sosial, dan pembagian
politik. Ketiga aspek tersebut khusus dirancang agar dapat diterapkan di Palestina
1.6 Metode Penelitian
Metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analitis akan digunakan dalam
penelitian ini. Creswell mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut:
35 Johan Galtung, Peace by Peaceful Means, London: SAGE Publications, 1996, hal. 3. 36 Gedung Putih, “Peace to Prosperity,” 2020, Diakses melalui
https://www.whitehouse.gov/peacetoprosperity/, 3 Maret 2020. 37 M. Prakoso Aji dan Jerry Indrawan, “Memahami Studi Perdamaian sebagai Bagian dari Ilmu
Hubungan Internasional,” Jurnal Pertahanan dan Bela Negara Vol. 9, No. 3, 2019, hal. 69.
21
“Qualitative research focuses on the process that is occurring as well as the product or outcome.
Researchers are particulars interested in understanding how thing occurs.” 38
Creswell menerangkan bahwa fokus dari penelitian kualitatif terletak pada proses yang
terjadi dalam penelitian, di mana peneliti memiliki peran penting dalam sebuah penelitian
untuk memahami gejala sosial yang terjadi dalam proses penelitian.
Dalam metode penelitian kualitatif, hasil yang diperoleh didapatkan tidak dengan
menggunakan cara pengukuran atau statistik. 39 Hasilnya berupa kalimat atau tulisan yang
menggambarkan secara rinci dan jelas mengenai perilaku subjek yang diamati.40
Deskriptif analitis merupakan metode dengan menggambarkan hal-hal yang menjadi
objek perhatian, dengan menggunakan proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Metode penelitian ini digunakan untuk menganalisis latar belakang kebijakan luar
negeri Amerika Serikat melalui Trump Peace Plan terhadap proses perdamaian Israel dan
Palestina periode 2017-2020.
Pemilihan metode deskriptif analitis berdasarkan keinginan untuk menggambarkan
secara detail data atau gejala yang diperoleh selama berlangsungnya penelitian. Penelitian
deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan
suatu variabel, gejala, atau keadaan.
Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer
merupakan data yang langsung didapatkan dari sumber pertama. Sumber primer dalam
penelitian ini didapatkan melalui proses wawancara narasumber dengan Prof. Ali Munhanif,
M.A., Ph.D.
38 John W. Creswell, Research Design: Qualitaive and Quantitative Approaches, Califoornia: SAGE
Publications, 1994, hal. 162. 39 John W. Creswell, Research Design: Qualitaive and Quantitative Approaches, Califoornia: SAGE
Publications, 1994, hal. 24. 40 R. Bogdan dan S. Biklen, Qualitative Research for Education, Boston, MA: Allyn and Bacon, 1992,
hal. 21-22.
22
Sedangkan, sumber data sekunder merupakan data yang didapatkan secara tidak
langsung maupun diperoleh melalui media perantara, seperti, publikasi pemerintah, buku,
artikel jurnal, karya ilmiah, working papers, surat kabar, situs internet, serta sumber-sumber
data sekunder lain yang dianggap valid. Adapun data pustaka utama yang digunakan dalam
penelitan ini adalah data yang mencakup rencana damai milik Presiden Donald Trump (Peace
to Prosperity) yang dirilis oleh Gedung Putih pada 28 Januari 2020, yang disadur dari
https://www.whitehouse.gov/peacetoprosperity/.
Dengan itu, dapat dikatakan penelitian ini menggunakan data dengan dengan metode
telaah pustaka (library research), yakni teknik pengumpulan data dengan cara menelaah
sejumlah literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat.
Creswell dalam bukunya yang berjudul Research Deisgn: Qualitative and Quantitative
Approach (1994), menyebutkan bahwa tahapan atau prosedur dalam penelitian kualitatif
meliputi langkah-langkah asumsi desain kualitaif, jenis desain, peran peneliti, prosedur
pengumpulan data, prosedur analisis data, langkah verifikasi, dan narasi kualitatif.
Berdasarkan tahap prosedur penelitian Creswell, maka, penelitian ini
mengkomunikasikan data yang didapatkan melalui telaah pustaka sehingga data tersebut dapat
dianalisis dan dihubungkan dengan Teori Hubungan Internasional yang dipakai, yakni,
Perspektif Realisme, Teori Kebijakan Luar Negeri, Konsep Idiosinkratik, dan Konsep Peace.
Data yang telah diolah dan dianalisis kemudian disusun sehingga dapat ditarik kesimpulan
yang dapat menjawab pertanyaan penelitian yang diangkat dan ditulis dalam bentuk laporan
skripsi.
1.7 Sistematika Peneltian
BAB I PENDAHULUAN
23
Dalam BAB I akan dibahas latar belakang, pernyataan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, metode penelitian serta sistematika penulisan
dari penelitian yang dilakukan.
BAB II LATAR BELAKANG TRUMP PEACE PLAN
Bab ini akan membahas mengenai latar belakang Trump Peace Plan dengan melihat
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Donald J. Trump dimulai sejak masa kampanye,
masa transisi, hingga setelah resmi dilantik menjadi presiden AS ke-45.
BAB III DINAMIKA PERDAMAIAN ISRAEL DAN PALESTINA
Pada bab ini akan dibahas mengenai upaya-upaya dan dinamika yang dialami AS
sebagai Broker pada konflik Israel dan Palestina dimulai dari perundingan Oslo pada masa
pemerintahan Bill Clinton hingga Trump Peace Plan pada masa pemerintahan Trump. Bab ini
kemudian akan membahas Trump Peace Plan secara lebih mendetil.
BAB IV KEBIJAKAN TRUMP PEACE PLAN TERHADAP PROSES PERDAMAIAN
ISRAEL DAN PALESTINA PERIODE 2017-2020
Bab ini akan menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan, yakni alasan ataupun latar
belakang dari perilisan Trump Peace Plan dengan melihat pengaruh dari faktor internal
maupun eksternal dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri AS. Sehingga, dapat
disimpulkan bagaimana implikasi Trump Peace Plan terhadap proses perdamaian antara Israel
dan Palestina periode 2017-2020.
BAB V PENUTUP
BAB V berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang sudah dilakukan.
Kesimpulan dalam bab ini akan menegaskan kembali jawaban terhadap hasil penelitian yakni
24
latar belakang kebijakan Trump Peace Plan. Saran dalam penelitian ini dapat dimanfaatkan
untuk perkembangan topik penelitian pada masa yang akan datang.
25
BAB II
LATAR BELAKANG TRUMP PEACE PLAN
2.1 Masa Pencalonan Donald J. Trump
Donald John Trump adalah Presiden Amerika Serikat ke-45. Trump lahir di Queens,
New York pada 14 Juni 1946. Trump meraih gelar sarjana ekonomi di Universitas
Pennsylvania pada 1968. Trump membangun keberhasilannya dalam dunia politik saat
memenangkan kursi presiden AS sebagai pencalonannya yang pertama untuk jabatan politik.
Sebelum terjun di dunia politik, Trump merupakan seorang pengusaha properti, hiburan,
pertelevisian dan perhotelan. Trump dikenal sebagai Presiden AS yang memiliki banyak
kontroversi dalam kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya.
Dalam tiga dekade terakhir, Trump telah beberapa kali berganti partai politik. Pada
1987, Trump terdaftar sebagai seorang republikan. Dua tahun kemudian, Trump mendaftar
sebagai independen. Pada 2001, Trump mendaftar menjadi demokrat. Pada 2009, Trump
kembali mendaftar sebagai republikan dan kembali mendaftar sebagai independen pada 2011
untuk memungkinkan potensi dalam pemilihan presiden di tahun-tahun berikutnya. Trump
pada akhirnya memilih untuk kembali ke Partai Republik. 41
Pada 16 Juni 2015, Trump mengumumkan pencalonannya sebagai presiden AS. Trump
kemudian menerima nominasi Partai Republik untuk Presiden AS pada Juli 2016 setelah
mengalahkan tujuh belas pesaing lainnya selama pemilihan pendahuluan di Partai Republik. 42
41 “Donald Trump Biography,” Biography.com, 2018, Diakses melalui https://www.biography.com/us-
president/donald-trump, 14 April 2020. 42 “Donald J. Trump Profile,” Gedung Putih, 2020, Diakses melalui
https://www.whitehouse.gov/people/donald-j-trump/, 14 April 2020
26
Pesaing Trump dalam pemilihan presiden AS tahun 2016 dari Partai Demokrat adalah Hillary
Clinton. Slogan yang dipakai Trump dalam pemilihan presiden adalah “Make America Great
Again”. Selain Trump, slogan serupa pernah digunakan oleh Ronald Reagen dan George H. W.
dengan “Let’s Make America Great Again” yang digunakan dalam kampanye tahun 1980. 43
Trump mendapatkan hak eksklusif untuk menggunakan slogan Make America Great
Again untuk layanan komite aksi politik dengan menandatangani aplikasi dengan U.S. Patent
and Trademark Office. Hak ekslusif yang dimaksud adalah mempromosikan kesadaran publik
tentang masalah politik dan penggalangan dana di bidang politik. Trademark ini mulai berlaku
pada 14 Juli 2015. 44 Dalam masa kampanye, Trump sering kali mengenakan topi bertuliskan
Make America Great Again yang kemudian menjadi tren di kalangan pendukungnya.
Dalam masa kampanye, konflik Israel dan Palestina merupakan salah satu isu yang
kerap disorot oleh para calon Presiden AS ke-45. Konflik ini seakan-akan memberikan
panggung bagi para kandidat untuk mendapatkan dukungan yang banyak, khususnya dukungan
yang berasal dari para Yahudi.
The American Israel Public Affairs Committee (AIPAC) adalah kelompok lobi Yahudi
terbesar di AS. Berdasarkan wawancara PBS News Hour bersama Tamara Keith dan Stu
Rothenberg, AIPAC adalah kelompok lobi Israel yang paling signifikan. Idealnya, seorang
politisi menginginkan dukungan dari AIPAC untuk mendapatkan kemudahan melalui kekuatan
politik. AIPAC bukanlah komite aksi politik, namun melakukan aksi politik.
AIPAC akan memberikan sejumlah uang kepada kandidat yang dirasa berpotensi, lalu
akan memperkenalkan kandidat tersebut kepada para pemilih pro-Israel yang sebagian
43 Hajime Takata, “Make America Great Again – Reagan and Trump,” Mizuho Research Institute, 2016,
Diakses melalui https://www.mizuho-ri.co.jp/publication/research/pdf/mi/MI161129.pdf, 24 April 2020. 44 Karen Tumulty, “How Donald Trump came up with Make America Great Again,” The Washington
Post, 2017, Diakses melalui https://www.washingtonpost.com/politics/how-donald-trump-came-up-
with-make-america-great-again/2017/01/17/fb6acf5e-dbf7-11e6-ad42-f3375f271c9c_story.html, 17
April 2020.
27
besarnya Yahudi. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk menghasilkan dukungan bagi Israel. 45
AIPAC memiliki banyak kelompok di seluruh AS dengan jumlah pendukung yang banyak.
Maka dari itu, AIPAC merupakan tempat yang tepat bila berbicara mengenai hubungan AS
dan Israel.
Yahudi di AS hanya berjumlah enam juta orang atau sebanyak 2% dari total penduduk
AS. 46 Meskipun dengan jumlah yang cukup sedikit, Yahudi memiliki pengaruh yang cukup
signifikan, khususnya bagi pemilihan presiden di AS. Profesor Benjamin Ginsberg menyatakan
bahwa secara kuantitas, Yahudi memang berjumlah sedikit di AS, tapi mereka memiliki peran
yang signifikan. Hal ini berdasarkan pada banyak Yahudi yang menempati posisi strategis.
Mereka berperan di sektor ekonomi, budaya, pendidikan, dan politik AS sejak 1960-an. Bahkan
hampir setengah dari miliader di AS adalah Yahudi. 47
Yahudi tidak segan dalam menggelontorkan dana bagi para calon pemimpin AS. Hal
ini ditujukan agar pemimpin terpilih di AS untuk dapat mendahulukan kepentingan Israel.
Sheldon Adelson merupakan salah satu individu yang rela memberikan bantuan dana tersebut.
Adelson merupakan orang terkaya nomor delapan di dunia dengan kekayaan sekitar $26 miliar.
Adelson mendonasikan $100 juta atau setara dengan Rp 1,3 triliun untuk membiayai kampanye
Trump. 48
Datang ke AIPAC untuk mempromosikan dirinya merupakan tradisi para calon
presiden AS. Pada pertemuan AIPAC 22 Maret 2016, Trump datang untuk kampanye. Alhasil,
45 Stuart Rothenberg, “Why most 2016 candidates are speaking at AIPAC,” PBS News Hour, 2016,
Diakses melalui https://www.pbs.org/newshour/show/why-most-2016-candidates-are-speaking-at-aipac,
17 April 2020. 46 Jewish Virtual Library, “Jewish Populatoin in the United Staes by State,” American-Israeli
Cooperative Enterprise, 2019, Diakses melalui https://www.jewishvirtuallibrary.org/jewish-population-
in-the-united-states-by-state, 17 April 2020. 47 Benjamin Ginsberg. The Fatal Embrace: Jews and the State, University of Chicago Press, 1993. 48 “#28 Sheldon Adelson,” Forbes, Diakses melalui https://www.forbes.com/profile/sheldon-
adelson/#223c56f74a22, 17 April 2020.
28
Trump mendapatkan banyak dukungan dengan mengatakan bahwa Israel adalah sekutu
strategisnya di kawasan Timur Tengah. Pernyataan tersebut dikutip sebagai berikut:
“ …Believe me. I came here to speak to you about where I stand on the future of American relations with
our strategic ally, out unbreakable friendship and our cultural brother, the only democracy in the Middle
East, the state of Israel.” 49
Trump dikenal sebagai calon presiden yang dengan berani berjanji akan mengakui
Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Trump juga memberikan dukungannya kepada pemukiman
Israel dan aneksasi parsial di Tepi Barat. Trump juga mengatakan bahwa Presiden Barack
Obama telah sangat buruk bagi Israel. Meskipun begitu, dalam wawancaranya bersama CNN
sehari sebelum kampanyenya di AIPAC, Trump mengklaim dirinya akan bersifat dan berpihak
netral dalam konflik Israel dan Palestina. 50
Bila Trump menepati janji kampanyenya untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota
Israel, maka hal tersebut akan menjadi sebuah titik balik dari kebijakan AS sejak berdirinya
Israel pada 1948 di mana AS secara resmi tidak mengakui Yerusalem sebagai bagian dari
negara manapun mengingat statusnya yang masih menjadi perdebatan. Pengakuan tersebut pun
akan berdampak pada dipindahkannya Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Pada 25 September 2016, sehari sebelum debat calon presiden AS yang pertama, Trump
melangsungkan pertemuan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Pertemuan
dilakukan pada pagi hari dan berlangsung sekitar sembilan puluh menit. Trump dan Netanyahu
mendiskusikan hubungan spesial antara AS dan Israel serta ikatan yang tidak bisa dipisahkan
antara kedua negara. Keduanya juga membahas bantuan militer, keamanan, dan stabilitas
49 Sarah Begley, “Read Donald Trump’s Speech to AIPAC, TIME, 2016, Diakses melalui
https://time.com/4267058/donald-trump-aipac-speech-transcript/, 16 April 2020. 50 Eugene Scott, “Trump pledges to be ‘neutral guy’ in Israel-Palestinian negotiations,” CNN, 2016,
Diakses melalui https://edition.cnn.com/2016/02/18/politics/donald-trump-israel-palestinian-
neutral/index.html, 16 April 2020.
29
regional. Setelah bertemu dengan Trump, Netanyahu melangsungkan pertemuan dengan
Clinton di sore pada hari yang sama.
Sehari sebelum dilaksanakannya pemilihan presiden AS 2016, sebuah survey
menyatakan bahwa sebanyak 37% responden yakin bahwa pemerintahan Trump akan lebih
menguntungkan negara Yahudi dibandingkan dengan 30% responden yang menjawab Clinton
saat ditanya mengenai siapa kandiat yang dirasa lebih baik untuk Israel.51
Selain itu, survey lain dengan 1.140 responden warga dengan kewarganegaraan ganda
Amerika-Israel yang memiliki hak untuk memilih, menunjukan kecenderungannya menyukai
Trump dengan 49% dibandingkan dengan 44% yang memilih Clinton.52
Pemilihan presiden pada 8 November 2016 menyatakan kemenangan Trump atas
Clinton. Trump menang dalam electoral college, meskipun Hillary Clinton lebih unggul di
masyarakat, mengingat konstitusi AS mengatur bahwa pemilihan umum tidak secara langsung
dipilih oleh rakyat, melainkan melalui perwakilan pemilih pada setiap negara bagian. Beberapa
percaya bahwa kemenangan Trump sedikit banyak dipengaruhi oleh pengaruh Adelson. Ia
mengupayakan kemenangan Trump atas Clinton melalui kantor berita The Associated Press,
dengan mengirim email kepada lebih dari 50 anggota koalisi Yahudi Republik. 53
Kemenangan Trump cukup memicu perdebatan panas di AS. Meskipun begitu, ucapan
selamat dari berbagai pemimpin negara diterima oleh Trump. Netanyahu mengucapkan
selamat atas kemenangan Trump dengan memujinya sebagai teman sejati dari negara Israel.
Netanyahu yakin bahwa Trump dan dirinya dapat memperkuat aliansi yang unik antara kedua
51 Tamar Pileggi, “Israelis think Trump better fot them, back Clinton anyway – poll,” The Times of Israel,
2016, Diakses melalui https://www.timesofisrael.com/israelis-think-trump-better-for-them-back-
clinton-anyway-poll/, 17 April 2020. 52 Toi Staff, “Israelis prefer Clinton over Trump, poll suggest,” The Times of Israel, 2016, Diakses
melalui https://www.timesofisrael.com/israelis-prefer-clinton-over-trump-poll-suggests/, 20 Juli 2020. 53 The Associated Press, “Sheldon Adelson Calls on Republican Jewsih Leaders to Back Trump, Haaretz,
2016, Diakses melalui https://www.haaretz.com/world-news/adelson-calls-on-republican-jewish-
leaders-to-back-trump-1.5384407, 20 Juli 2020.
30
negara dan membawanya ke ketinggian yang semakin besar. Selain Netanyahu, Presiden
Mahmoud Abbas juga mengucapkan selamat kepada Trump dengan sebuah pernyataan
harapan terhadap perdamaian selama masa jabatannya.54
2.2 Masa Transisi
Pada 23 Desember 2016, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengumumkan
disahkannya Resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB 2334. Resolusi ini mengutuk dan
mendesak diakhirinya pemukiman ilegal Israel yang dibangun di sebelah timur garis gencatan
senjata 1949, yaitu di Tepi Barat dan Yerusalem Timur (termasuk Kota Tua dengan kawasan
Yahudi kuno). 55 Berdasarkan hukum internasional, pemukiman Israel ini melanggar Konvensi
Jenewa keempat, yang melarang kekuatan pendudukan memindahkan penduduknya ke daerah
yang didudukinya.
Resolusi DK PBB 2334 merupakan resolusi yang pertama disahkan yang menyangkut
Israel dan Palestina sejak tahun 2009, dan yang pertama terkait pemukiman Israel sejak
Resolusi 465 tahun 1980. Resolusi DK PBB 2334 disahkan dengan 14 suara mendukung, nol
suara menentang, dan satu abstain. Satu suara abstain berasal dari AS.
Abstainnya AS menimbulkan beberapa asumsi mengingat AS memiliki hak veto di DK.
Menteri Luar Negeri AS periode 2013-2017, John Kerry, mengkonfirmasi bahwa penolakan
AS untuk memveto Resolusi DK PBB 2334 disebabkan oleh kebijakan pemerintahan Obama
dalam mendukung proses perdamaian konflik Israel dan Palestina melalui gagasan solusi dua
negara.56
54 “Trump wins US election: How world leaders have reacted,” BBC, 2016, Diakses melalui
https://www.bbc.com/news/election-us-2016-37919394, 20 Juli 2020. 55 Resolution 2334, United Nations Security Council, 2016, Diakses melalui
https://www.un.org/webcast/pdfs/SRES2334-2016.pdf. 56 John Kerry, “Remarks on Middle East Peace,” U.S. Department of State, 2016, Diakses melalui
https://2009-2017.state.gov/secretary/remarks/2016/12/266119.html, 21 April 2020.
31
Resolusi DK PBB 2334 menjelaskan bahwa penghentian semua kegiatan permukiman
Israel sangat penting untuk menyelamatkan solusi dua negara. Teks itu secara eskplisit
menuntut Israel agar segera menghentikan seluruh kegiatan permukiman di wilayah
pendudukan, termasuk Yerusalem Timur. Resolusi ini juga menyerukan diakhirinya tindakan
kekerasan terhadap warga sipil dan secara eksplisit menegaskan perlunya koordinasi keamanan
antara Palestinian Authority (PA) dengan militer Israel. 57
Keputusan Obama untuk abstain pada Resolusi DK PBB 2334 pada akhir masa
pemerintahannya memicu kecaman dari Israel. Resolusi ini dinilai sebagai langkah yang akan
menciptakan masalah baru bagi Israel dan merupakan bentuk penyimpangan dari preseden
masa lalu DK PBB maupun AS. 58
“All American presidents since Carter upheld the American commitment not to try to dictate permanent
settlement terms to Israel at the Security Council. And yesterday, in complete contradiction of this
commitment, including an explicit commitment by President Obama himself in 2011, the Obama
administration carried out a shameful anti-Israel ploy at the UN.” 59
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dilihat kekecewaan Netanyahu terhadap
pemerintahan Obama. Netanyahu pun percaya bahwa pemerintahan Obama merupakan aktor
di balik Resolusi DK PBB 2334. Abstainnya AS dalam Resolusi DK PBB 2334 merupakan
wujud dari hubungan yang kurang baik antara AS dan Israel saat itu. Netanyahu bahkan
berharap untuk dapat segera bekerja dengan Trump yang telah berjanji untuk mengeluarkan
kebijakan yang lebih pro-Israel.
57 Policy Analysis Unit – ACRPS, “Obama White House Late to the Chase: Israeli West Bank
Settlements Illegal,” Arab Center for Research and Policy Studies, 2017, Diakses melalui
https://www.dohainstitute.org/en/lists/ACRPS-
PDFDocumentLibrary/Obama_Administration_Settlement_NonVeto_2017.pdf. 58 J. Spoerl, “Understanding Resolution 2334: Did the Obama Administration Betray Israel at the UN?,”
Jewish Political Studies Review, 27(3/4), 2016, hal. 69-76. Diakses melalui
www.jstor.org/stable/44510572, 20 April 2020. 59 “PM Netanyahu’s Remarks at the Lighting of the First Chanukah Candle at an Event in Salute of
Wounded IDF and Security Forces Veterans and Victims of Terrorism,” The 34th Government, 2016,
Diakses melalui https://www.gov.il/en/departments/news/speechchanuka241216, 28 April 2020.
32
Selain Netanyahu, kecaman yang diluncurkan kepada Obama juga datang dari lawan
politiknya, yakni Presiden terpilih Donald Trump. Melalui akun twitternya pada 28 Desember
2016, Trump menyatakan perasaannya yang tidak sabar untuk segera dilantik menjadi presiden
AS ke-45 untuk menunjukkan bahwa ia berada di sisi Israel dalam isu pemukiman ini. 60
Dalam masa transisinya sebelum resmi dilantik menjadi Presiden AS ke-45, Trump
dengan tegas memperlihatkan bahwa ia memiliki pandangan mengenai Israel yang berbeda
dengan Obama. Penolakan Trump terhadap Resolusi DK PBB 2334 diperlihatkan bahkan saat
Resolusi ini masih berbentuk rancangan. Trump berhasil mengintervensi keputusan Mesir
dengan menekan pemerintah Mesir untuk menarik kembali draft awal Mesir di DK. Intervensi
Trump dilakukan melalui panggilan telepon pribadi kepada Presiden Mesir Abdel Fattah el-
Sisi. Panggilan telepon ini nampaknya menjadi alasan utama Mesir memutuskan untuk
menunda pemungutan suara. 61
Beberapa jam sebelum pemungutan suara dijadwalkan, Trump menyebut bahwa usaha
perdamaian konflik Israel dan Palestina sepatutnya dilakukan oleh pihak yang terlibat konflik
secara langsung, tidak melalui organisasi internasional seperti PBB. Maka, sudah sepatutnya
bila AS memveto Resolusi DK PBB 2334. Bila tidak, Israel akan menjadi pihak yang dirugikan.
Pernyataan Trump tersebut ditulis di akun facebooknya pada 22 Desember 2016. 62
Intervensi yang dilakukan Trump pada akhirnya mendorong Obama untuk mengambil
langkah dramatis dengan tidak melakukan pemungutan suara atau abstain. Setelah Resolusi
DK PBB 2334 disahkan, Trump kembali berkicau melalui akun twitternya. Trump menyatakan
60 Donald J. Trump, Twitter, 28 Desember 2016, Diakses melalui
https://twitter.com/realDonaldTrump/status/814114980983427073, 21 April 2020. 61 Jennifer Williams, “Obama just took a parting shot at Israel – and Trump – at the UN,” Vox, 2016,
Diakses melalui https://www.vox.com/world/2016/12/23/14071550/united-nations-vote-israeli-
settlements-obama-trump, 21 April 2020. 62 Trump, Donald J. [Donald J. Trump] (2016, Desember 22) The resolution being considered at the
United Nations Security Council regarding Israel should be vetoed… [Facebook] Diakses melalui
facebook.com/DonaldTrump/posts/10158338539250725, 21 arpil 2020
33
dirinya akan mengambil garis yang lebih kuat dalam membela Israel di PBB setelah
pelantikannya sebagai presiden AS pada 20 Januari 2017. 63
Trump memang cukup vokal terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah Obama, khususnya yang berkaitan dengan Israel. Salah satunya ia suarakan dalam
kampanyenya di AIPAC 22 Maret 2016. Trump menyebut pemerintahan Obama sebagai hal
terburuk yang pernah terjadi untuk Israel. 64
Berdasarkan pada intervensi yang dilakukan Trump pada masa transisinya,
menimbulkan persepsi bahwa setelah resmi dilantik menjadi presiden, Trump akan dengan
kentara memperlihatkan keseriusannya untuk membentuk hubungan yang sangat baik dengan
Israel pasca buruknya hubungan AS dengan Israel pada masa pemerintahan Obama. Trump
akan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang secara tak terbantahkan sangat pro-Israel.
2.3 Pemerintahan Donald Trump
Pada 20 Januari 2017, Trump resmi dilantik menjadi presiden AS ke-45. Dalam pidato
pelantikannya, Trump berbicara mengenai rencana kebijakannya untuk urusan domestik
maupun internasinoal. Untuk urusan domestik, Trump ingin membangun nilai-nilai patrotisme
masyarakat AS melalui penggunaan slogan American First dan Buy and Hire Americans.
Kedua slogan juga dapat diterjemahkan sebagai prioritas kebijakan dalam negeri Trump dalam
melindungi perbatasan, lapangan pekerjaan, dan produk dalam negeri. Untuk urusan luar negeri,
Trump menyerukan bahwa AS akan membentuk aliansi baru, Trump juga menegaskan bahwa
dirinya akan memberantas terorisme yang sedang merajalela di AS. 65
63 Trump, Donald J. [@realDonaldTrump] (2016, Desember 24) As to the U.N., things will be different
after Jan. 20th [Twitter] Diakses melalui
https://twitter.com/realDonaldTrump/status/812390964740427776, 21 April 2020 64 Begley, Sarah (2016) Read Donald Trump’s Speech to AIPAC, TIME, Diakses melalui
https://time.com/4267058/donald-trump-aipac-speech-transcript/, 16 April 2020 65 “The Inaugural Adreess,” Gedung Putih, 2017, Diakses melalui
https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/the-inaugural-address/, 25 April 2020.
34
2.3.1 Tim Perdamaian Timur Tengah
Dalam sebuah jamuan malam menjelang pelantikannya, Trump mengumumkan kepada
para tamu undangan mengenai dipilihnya Jared Kushner sebagai penasihat senior Trump
khususnya untuk urusan Timur Tengah. Trump percaya bahwa Kushner adalah orang yang
dapat mewujudkan perdamaian di Timur Tengah. 66 Kushner adalah suami dari Ivanka Trump.
Dengan kata lain, Kushner merupakan menantu Trump. Kushner adalah seorang Yahudi taat
sedangkan Ivanka adalah pemeluk baru.
Kushner bukanlah seorang diplomat karir melainkan seorang pebisnis. Kushner diketahui
memiliki hubungan bisnis yang cukup intim dengan Israel. Pada akhir 2017, The New York
Times melaporkan bahwa salah satu perusahaan asuransi terbesar di Israel, Menora Mivtachim,
menginvestasikan $30 juta untuk bisnis real estate Kushner di New York. 67
Kesepakatan yang cukup mengundang kontroversi ini nampaknya tidak melanggar
undang-undang etika federal, yang mengaruskan Kushner mengundurkan diri. Namun, tak
dapat dipungkiri bahwa transaksi bisnis antara Kushner dan Menora menggambarkan
bagaimana ikatan keuangan yang luas antara perusahaan Kushner dengan Israel. Kedekatan
keduanya dapat merusak kemampuan AS yang dilihat sebagai Broker independen di kawasan
Timur Tengah. 68
Selain menaruh kepercayaan untuk urusan Timur Tengah kepada menantunya, Trump
juga mempercayai David Friedman sebagai Duta Besar AS untuk Israel. Friedman adalah
seorang pengacara. Trump pernah menjadi kliennya saat masih menjabat sebagai ketua dan
66 Grace Wemenbol, “Israel-Palestine and the Deal of the Century,” Friedrich Ebert Stiftung, 2019,
Diakses melalui http://library.fes.de/pdf-files/id/15681.pdf, 28 April 2020. 67 Jesse Drucker, “Kushner’s Financial Ties to Israel Deepen Even With Mideast Diplomatic Role,” The
New York Times, 2018, Diakses melalui https://www.nytimes.com/2018/01/07/business/jared-kushner-
israel.html, 29 April 2020. 68 Jesse Drucker, “Kushner’s Financial Ties to Israel Deepen Even With Mideast Diplomatic Role,” The
New York Times, 2018, Diakses melalui https://www.nytimes.com/2018/01/07/business/jared-kushner-
israel.html, 29 April 2020.
35
presiden dari The Trump Organization. Friedman juga menjabat sebagai penasihat Trump
selama masa kampanye. 69
Pada Desember 2016, tim transisi presiden terpilih Trump mengumumkan Friedman
sebagai salah satu calon duta besar. Pencalonannya mendapatkan dukungan dari kelompok
aktivis Israel, Yahudi konservatif AS, dan oposisi dari organisasi liberal khususnya J Street. 70
Nominasi Friedman sebagai duta besar didapatkannya saat hari pertama Trump menjabat
sebagai Presiden AS, yakni pada tanggal 20 Januari 2017. Posisi Duta Besar AS untuk Israel
yang didapatkan Friedman dikonfirmasi oleh Senat pada 23 Maret 2017 melalui 52 suara setuju
dan 46 suara menentang. Hal tersebut menjadikan Friedman sebagai Duta Besar AS pertama
untuk Israel yang disetujui oleh Senat.71
Friedman dilantik oleh Mike Pence pada 29 Maret 2017. Pemilihan Friedman sebagai
Dubes AS untuk Israel merupakan bentuk komitmen Trump yang paling jelas untuk negara
Israel dan rakyatnya. Friedman adalah seorang pendukung dari pemukiman Israel di Tepi Barat.
Friedman secara terang-terangan menyebut solusi dua negara dan pendukungnya sebagai
kapos.72 Kapos adalah sebuah istilah tahanan Yahudi yang dipaksa untuk keluar oleh Nazi ke
luar negeri untuk menggiring Yahudi ke kamp konsentrasi krematorium.
Selain Kushner dan Friedman, Trump juga menunjuk Jason Greenblatt untuk masuk ke
dalam tim perdamaian Timur Tengah. Sama seperti Friedman, Jason Dov Greenblatt adalah
seorang pengacara. Greenblatt merupakan anak dari seorang pengungsi Yahudi Hongaria yang
69 Matthew Rosenberg, “Trump Choses Hard-Liner as Ambassador to Israel,” The New York Times,
2016, Diakses melalui https://www.nytimes.com/2016/12/15/us/politics/donald-trump-david-friedman-
israel-ambassador.html, 20 Juli 2020. 70 Jewish Virtual Library, “David Friedman,” American-Israeli Cooperative Enterprise, 2017, Diakses
melalui https://www.jewishvirtuallibrary.org/david-friedman, 29 April 2020. 71 “Remarks by Vice President and Ambassador Friedman at a Swearing-in Ceremony,” Gedung Putih,
2017, Diakses melalui https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/remarks-vice-president-
ambassador-friedman-swearing-ceremony/, 28 April 2020. 72 Lara Friedman, “Ambassador-nominee David Friedman, In His Own Words,” Americans for Peace
Now, 2016, Diakses melalui https://peacenow.org/entry.php?id=21940#headline2, 28 April 2020.
36
dibesarkan di Queens, New York. Ia melarikan diri ke AS setelah Revolusi Hongaria pada 1956.
Greenblatt telah bekerja untuk Trump sejak 1997. Ia adalah seorang wakil presiden eksekutif
dan chief legal officer di Trump Organization. Trump menunjuk Greenblatt sebagai
penasihatnya untuk urusan Israel dan diangkat sebagai Asisten Presiden dan Perwakilan
Khusus untuk Negosiasi Internasional oleh Trump. 73 Greenblatt tidak memiliki pengalaman
diplomatik namun ia memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Trump. 74
Berikut adalah kutipan dari wawancara Greenblatt dengan Times of Israel pada April
2016 saat ia masih menjadi calon penasihat Trump mengenai Israel.
“If you take out the emotional part of it and the historical part of it, it is a business transaction. Land is
going to be negotiated, water rights are going to be negotiated, security issues are going to be
negotiated.” 75
Berdasarkan kutipan di atas, Greenblatt mendukung solusi dua negara meskipun
teradapat kemungkinan untuk menghadirkan permukinan di Tepi Barat. Berdasarkan
pernyataan di atas, Greenblatt dikenal akan pandangannya terhadap kesepatakan konflik Israel
dan Palestina sebagai transaksi bisnis.
Kushner, Friedman, dan Greenblatt merupakan aktor yang memegang kendali penting
dalam kebijakan-kebijakan Trump di Timur Tengah, khususnya dalam konflik Israel dan
Palestina. Ketiga aktor yang diberi mandat oleh Trump ini memiliki persamaan, seperti: Yahudi,
orang-orang terdekat Trump, dan tidak memiliki pengalaman dalam bernegosiasi dan
berdiplomasi. Kushner adalah seorang pebisnis, sementara Friedman dan Greenblatt
73 Jewish Virtual Library,“Jason Greenblatt,” American-Israeli Cooperative Enterprise, 2017, Diakses
melalui https://www.jewishvirtuallibrary.org/jason-greenblatt 30 April 2020. 74 Giorgio Cafiero, “The Legacy of Jason Greenblatt’s Diplomatic Service,” Lobe Log, 2019, Diakses
melalui https://lobelog.com/the-legacy-of-jason-greenblatts-diplomatic-service/, 20 Juli 2020. 75 Uriel Heilman, “More chutzpa than experience, Orthodox lawyer advises Trump on Israel,” The
Times of Israel, 2016, Diakses melalui https://www.timesofisrael.com/with-more-chutzpa-than-
experience-orthodox-lawyer-advises-trump-on-israel/, 30 April 2020.
37
berkecimpung di dunia hukum. Hal ini menimbulkan kekhawatiran beberapa pihak apakah AS
dapat menjadi Broker yang jujur dalam upaya perdamaian konflik antara Israel dan Palestina.
2.3.2 Pertemuan antara AS dengan Israel dan Palestina
Pada 15 Februari 2017, Netanyahu melakukan kunjungan ke AS untuk menghadiri
undangan Trump untuk konferensi pers bersama. Trump mengundang Netanyahu untuk
membicarakan rencana pemukiman Yahudi di Tepi Barat. Sebelumnya, Kementerian Urusan
Militer Israel merilis rencana pembangunan lebih dari 3000 unit pemukim baru di Tepi Barat
pada 31 Januari 2017. Rencana ini sudah disetujui oleh Netanyahu dan Menteri Pertahanan
Avigdor Lieberman. Berdasarkan Resolusi 2334, pembangunan pemukim baru ini merupakan
bentuk pelanggaran hukum internasional. Bila tindakan sepihak Israel di Tepi Barat ini terbukti
mengganggu, pemerintahan Trump kemungkinan akan bereaksi negatif.
Dilansir dari laman Gedung Putih, AS belum memiliki sikap resmi terhadap aktivitas
rencana pemukiman Israel tersebut. Namun, pemerintahan Trump percaya bahwa pemukiman
baru kemungkinan besar tidak akan membantu Israel dan Palestina untuk mencapai perdamaian.
Dengan itu, kunjungan Netanyahu pada 15 Februari 2017 merupakan agenda lanjutan
Netanyahu dan Trump terkait isu pemukiman. 76
Pada konferensi pers bersama, Netanyahu berbicara mengenai rasa optimisnya terhadap
hubungan AS dan Israel pada pemerintahan Trump. Hal ini berkaitan dengan hubungan AS
dan Israel yang sempat menurun saat pemerintahan Obama, khususnya setelah Obama
memutuskan untuk tidak menggunakan hak vetonya terhadap Resolusi DK PBB 2334.
Meskipun begitu, Obama berjanji untuk memberikan bantuan militer kepada Israel
untuk periode 2019-2028 sebesar $38 miliar. Bantuan militer sejumlah $38 miliar ($33 miliar
76 “Statement by the Press Secretary,” Gedung Putih, 2017, Diakses melalui
https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/statement-press-secretary/, 1 Mei 2020.
38
dalam Foreign Military Financing (FMF) atau hibah pembiayaan militer asing ditambah $5
miliar dalam alokasi pertahanan untuk program pertahanan rudal) ini ditandatangani oleh AS
dan Israel pada 14 September 2016. 77 Bantuan ini merupakan bentuk bantuan terbesar AS
kepada Israel sepanjang sejarah. Bantuan ini pertama kali diterima oleh Israel pada masa
pemerintahan Trump.
Netanyahu kemudian menegaskan bahwa Israel maupun Palestina harus memiliki
kompromi demi tercapainya negosisasi perdamaian. Dibandingkan sepakat terhadap sebuah
label (solusi dua negara), Netanyahu ingin sepakat berdasarkan substansi. Ada dua substansi
yang dimaksud oleh Netanyahu, yakni: 78
1. Orang-orang Palestina harus mengakui Israel sebagai negara Yahudi. Palestina juga
harus berhenti menyerukan dan mengedukasi warganya untuk melakukan
penghancuran terhadap Israel.
2. Israel harus mempertahankan kendali keamanan di seluruh area Sungai Yordan. Hal ini
berdasarkan pada kewaspadaan Israel terhadap kelompok-kelompok teroris radikal
Islam di Palestina.
Prasyarat di atas selalu mengalami penolakan dari Palestina. Penolakan Palestina dapat
dilihat dari masih banyaknya seruan untuk menghancurkan Israel di sekolah, tempat ibadah,
dan buku. Netanyahu melihat penolakan Palestina merupakan benang merah dari konflik yang
tak kunjung usai ini. Pernyataan Netanyahu di atas secara tidak langsung mengkonfirmasi
bahwa pemukiman Israel yang sedang direncanakannya bukanlah poin utama maupun poin
77 Jeremy M. Sharp, “U.S. Foreign Aid to Israel,” Congressional Research Service, 2019, Diakses
melalui https://fas.org/sgp/crs/mideast/RL33222.pdf, 2 Mei 2020. 78 “Remarks by President Trump and Prime Minister Netanyahu of Israel in Joint Press Conference,”
Gedung Putih, 2017, Diakses melalui https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/remarks-
president-trump-prime-minister-netanyahu-israel-joint-press-conference/, 28 April 2020.
39
pendorong dari konflik Israel dan Palestina. Kesepakatan damai antara Israel dan Palestina
akan sulit untuk dicapai bila Palestina tetap menolak untuk mengakui Negara Israel.
Maka dari itu, Netanyahu percaya bahwa dibutuhkan bantuan pihak ketiga. Oleh
karenanya, Netanyahu bersama Trump dan tim perdamaian Timur Tengah dikonfirmasi sedang
mendiskuskan perjanjian damai antara Israel dan Palestina. Trump optimis atas kesepakatan
yang sedang dikerjakannya bersama tim. Maka dari itu, Trump meminta Netanyahu untuk
menahan sementara rencana pemukiman. 79
Menindaklanjuti kunjungan Netanyahu ke Gedung Putih, Greenblatt selaku Perwakilan
Khusus Presiden Donald Trump untuk Negosiasi Internasional melakukan kunjungan ke Israel
dan bertemu dengan Netanyahu pada 13 Maret 2017. Kunjungan ini bersangkutan dengan
batasan aktivitas pemukiman Israel. Dalam pertemuan ini, keduanya menegaskan kembali
komitmen bersama Israel dan AS untuk memajukan perdamaian antara Israel dan Palestina
yang memperkuat keamanan Israel dan meningkatkan stabilitas di kawasan. 80
Netanyahu percaya pada tingginya probabilitas tercapainya perdamaian antara Israel
dan negara-negara tetangga khususnya Palestina. Greenblatt juga menegaskan kembali
komitmen Trump terhadap keamanan Israel dan warganya dalam upaya mencapai perdamaian
yang abadi melalui negosiasi langsung.
Greenblatt menekankan pentingnya memungkinkan pertumbuhan ekonomi Palestina
dan meningkatkan kualitas hidup rakyat Palestina bagi Presiden Trump. Netanyahu
berkomitmen untuk memperluas kesejahteraan bagi rakyat Palestina dan melihatnya sebagai
penguat prospek perdamaian. Pertemuan antara Greenblatt dan Netanyahu dapat dilihat sebagai
79 “Remarks by President Trump and Prime Minister Netanyahu of Israel in Joint Press Conference,”
Gedung Putih, 2017, Diakses melalui https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/remarks-
president-trump-prime-minister-netanyahu-israel-joint-press-conference/, 28 April 2020. 80 “PM Netanyahu meets with US Special Representative Jason Greenblatt,” Israel Ministry of Foreign
Affairs, 2017, Diakses melalui https://mfa.gov.il/MFA/PressRoom/2017/Pages/PM-Netanyahu-meets-
with-US-Special-Representative-Jason-Greenblatt-13-March-2017.aspx, 30 April 2020.
40
sebuah pembuka jalan terhadap rencana Trump dalam upaya perdamaian antara Israel dan
Palestina. 81
Sebagai mediator dalam proses perdamaian antara Israel dan Palestina, penting bagi AS
untuk bertemu dengan kedua belah pihak. Setelah melangsungkan pertemuan dengan Israel,
saatnya bagi AS untuk bertemu dengan Palestina. Trump dan Abbas bertemu pada 3 Maret
2017. 82
Abbas menyampaikan bahwa pilihan strategis Palestina terhadap proses perdamaian
dengan Israel adalah berdasarkan pada solusi dua negara, di mana Negara Palestina dengan Ibu
Kota Yerusalem Timur hidup damai dan stabil berdampingan dengan Negara Israel
berdasarkan perbatasan tahun 1967. Perdamaian yang berdasarkan pada solusi dua negara juga
akan memberikan dorongan besar bagi inisiatif perdamaian Arab, dan memungkinkan
pencegahan dan perang terhadap terorisme. Negara-negara Arab juga akan melakukan
normalisasi hubungan dengan Israel. 83
Pada pertemuan ini, Abbas berulang kali membuat referensi kepada gagasan solusi dua
negara. Namun, Trump sama sekali tidak menyebutkan visi tersebut berdasarkan pada
pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh Gedung Putih. Sementara, serangkaian kewajiban
yang dibebankan pada Palestina dapat ditemukan pada pernyataan resmi dari Gedung Putih,
namun tidak ada satu pun yang memuat kewajiban yang dibebankan kepada Israel. Trump
menyatakan bahwa Israel dan Palestina tidak akan bertemu dengan perdamaian kecuali jika
81“PM Netanyahu meets with US Special Representative Jason Greenblatt,” Israel Ministry of Foreign
Affairs, 2017, Diakses melalui https://mfa.gov.il/MFA/PressRoom/2017/Pages/PM-Netanyahu-meets-
with-US-Special-Representative-Jason-Greenblatt-13-March-2017.aspx, 30 April 2020. 82 “Remarks by President Trump and President Abbas of the Palestinian Authority in Joint Statement,”
Gedung Putih, 2017, Diakses melalui https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/remarks-
president-trump-president-abbas-palestinian-authority-joint-statement/, 28 April 2020. 83 “Remarks by President Trump and President Abbas of the Palestinian Authority in Joint Statement,”
Gedung Putih, 2017, Diakses melalui https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/remarks-
president-trump-president-abbas-palestinian-authority-joint-statement/, 28 April 2020.
41
para pemimpim Palestina bersatu untuk melawan hasutan untuk melakukan pelanggaran seperti
kekerasan dan kebencian terhadap Israel. 84
Sejumlah pertemuan antara AS-Israel dan AS-Palestina menunjukan keseriusan dan sikap
optimis Trump sebagai Presiden AS yang berperan sebagai Broker dalam upaya perdamaian
konflik Israel dan Palestina. Pada Mei 2017 Trump bahkan melakukan kunjungan ke Palestina
yang ditemani oleh Kushner dan Greenblatt. Tim Perdamaian Trup yang terdiri dari Kushner,
Greenblatt, dan Friedman juga melakukan pertemuan dengan Netanyahu dan Abbas pada 21
Juni 2017 dalam rangka pembahasan lebih dalam terkait dengan rencana perdamaian antara
Israel dan Palestina. 85
2.3.3 Mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel
Pada 1995, Kongres mengeluarkan Undang-undang Jerusalem Embassy Act. Undang-
undang ini menyatakan bahwa ‘Yerusalem harus diakui sebagai ibu koa Israel’ dan ‘Kedutaan
Besar Amerika Serikat di Israel harus didirikan di Yerusalem selambat-lambatnya 31 Mei
1999’.
Jerusalem Embassy Act dibentuk oleh Senat tanpa persetujuan presiden yang menjabat
saat itu, Bill Clinton. Kongres meloloskan undang-undang ini meskipun sempat ditangguhkan
pengesahannya oleh Clinton. Pada akhirnya, pengesahan disepakati oleh Clinton dengan syarat
presiden memiliki hak untuk melakukan penundaan dalam pengimplementasian undang-
undang ini.
84 “Remarks by President Trump and President Abbas of the Palestinian Authority in Joint Statement,”
Gedung Putih, 2017, Diakses melalui https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/remarks-
president-trump-president-abbas-palestinian-authority-joint-statement/, 28 April 2020. 85 “Redout of Jared Kushner, Jason Greenblatt, and David Friedman’s Meeting with Prime Minister
Netanyahu of Israel,” Gedung Putih, 2017, Diakses melalui https://www.whitehouse.gov/briefings-
statements/readout-jared-kushner-jason-greenblatt-david-friedmans-meeting-prime-minister-benjamin-
netanyahu-israel/, 21 Juni 2017.
42
Bill Clinton, George W. Bush, dan Barack Obama saat masa pemerintahannya
memutuskan untuk menunda implementasi Jerusalem Embassy Act. Penundaan ini dilakukan
berdasarkan pada kekhawatiran terhadap keamanan nasional. Pengakuan Yerusalem sebagai
Ibu Kota Israel dan relokasi Kedutaan Besar AS ke Yerusalem akan memicu kekerasan di
antara warga Palestina dan Israel hingga dapat memengaruhi kepentingan AS di dunia muslim.
Tak seperti para pendahulunya yang memilih untuk menangguhkan Jerusalem Embassy
Act, Trump mengambil keputusan yang berbeda. Trump mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota
Israel dan berencana untuk memindahan Kedutaan Besar AS di Israel dari Tel Aviv ke
Yerusalem secepatnya. Dengan kata lain, Trump merupakan presiden pertama yang tidak
melakukan penundaan terhadap Jerusalem Embassy Act.
Pengakuan terhadap Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel diumumkan oleh AS secara
unilateral pada 6 Desember 2017.86 Pengakuan Trump terhadap Yerusalem ini bertentangan
dengan kebijakan AS yang berlaku untuk tidak mengambil keputusan riskan yang dapat
merugikan negosiasi teritorial antara Israel dan Palestina. Pengakuan ini merupakan bentuk
pemenuhan janji kampanyenya.87
Trump menekankan bahwa pemindahan ibu kota dan kedutaan ke Yerusalem menandai
awal baru dari pendekatan terhadap konflik Israel dan Palestina. Pemerintahan Trump
membenarkan keputusan ini sebagai kepentingan terbaik AS terhadap konflik dan menekankan
bahwa keputusan ini tidak dimaksudkan untuk mencerminkan awal dari komitmen AS untuk
memfasilitasi perdamaian di antara Israel dan Palestina. 88
86 “Statement by President Trump on Jerusalem,” Gedung Putih, 2017, Diakses melalui
https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/statement-president-trump-jerusalem/, 5 Mei 2020. 87 “President Donald J. Trump Accomplishments,” The Promises Kept, Diakses melalui
https://www.promiseskept.com/achievement/overview/foreign-policy/#, 7 Mei 2020. 88 “Statement by President Trump on Jerusalem,” Gedung Putih, 2017, Diakses melalui
https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/statement-president-trump-jerusalem/, 5 Mei 2020.
43
Pengakuan AS terhadap Yerusalem merupakan bukti bahwa AS bersikap keras
terhadap Palestina dan berdampak pada menguatnya hubungan AS dengan Israel. Hal ini tentu
saja tidak sesuai dengan peran AS sebagai Broker independen dalam upaya perdamaian untuk
konflik Israel dan Palestina.89 Oleh karenanya, keputusan Trump ini melahirkan berbagai
bentuk penolakan dari publik internasional.
Dalam sebuah pembicaraan telepon dengan Trump sebelum keputusan resmi
diumumkan, Abbas khawatir pada imbas yang dapat mempengaruhi proses perdamaian dan
stabilitas regional bila AS mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Selain Abbas, Raja
Yordania Abdullah II dan Raja Arab Saudi King Salman juga menerima panggilan telepon dari
Trump. Kedua pemimpin tersebut menyatakan keprihatinan atas dampak negatif yang mungkin
muncul dan dirasakan di Timur Tengah.90
Masyarakat Arab khususnya warga Palestina telah masuk pada tahapan protes kepada
Trump. Sebagian besar warga Palestina bahkan menunjukkan peningkatan terhadap sentimen
anti-Amerika. Pertumpahan darah pun terjadi antara orang-orang Israel dan Palestina. Terjadi
protes besar-besaran di Gaza dan Tepi Barat. Hamas bahkan menyerukan intifada. Intifada
adalah gerakan pemberontakan yang dilakukan orang-orang Palestina untuk melawan Israel.91
Selain dari dalam kawasan, respon juga datang dari luar Timur Tengah. Perdana
Menteri Inggris Theresa May dan Presiden Prancis Macron telah menyatakan penolakan
mereka terhadap pengakuan AS terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Keduanya
khawatir keputusan tersebut akan memengaruhi proses perdamaian di Timur Tengah dan
89 “Isu Palestina,” Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2019, Diakses melalui
https://kemlu.go.id/portal/i/read/23/halaman_list_lainnya/isu-palestina, 18 April 2020. 90 Ken Koyama,“President Trump Recognizes Jerusalem as Israel’s Capital,” Special Bulletin on
International Energy Landscape, 2017, Diakses melalui https://eneken.ieej.or.jp/data/7719.pdf 91 “Trump's Jerusalem Move,” Strategic Comments, 24:1, viii-x, 2018, DOI:
10.1080/13567888.2018.1436802, hal 2.
44
menganggu stabilitas kawasan. PBB, Uni Eropa, dan OKI juga telah mengambil sikap yang
serupa. 92
Pengakuan terhadap Yerusalem juga menimbulkan pertanyaan atas tujuan dan alasan
dibalik keputusan ini. Beberapa pendapat menyatakan bahwa tujuan pemindahan ibu kota
Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem disebabkan oleh pengaruh dari kalangan pro-Israel,
kelompok sayap kanan, termasuk kalangan Kristen Evangelis di AS yang juga membantu
Trump dalam memenangkan pemilihan presiden tahun 2016. Persepsi ini pun diperkuat oleh
pernyataan Pence mengenai motif politik domestik, mengingat bahwa Pence adalah seorang
Evangelis yang saleh. 93
Beberapa pendapat juga menyatakan bahwa keputusan Trump dilatarbelakangi oleh
faktor domestik, yakni merosotnya tingkat kepuasan warga AS terhadap Trump dibandingkan
pada tahun 2016. Merosotnya tingkat kepuasan ini dipicu oleh beberapa janji kampanye yang
belum Trump reaslisasikan. Oleh karenanya, Trump membutuhkan peredam atas berbagai
kegaduhan di dalam negeri, yakni dengan mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. 94
Langkah Trump untuk mengakui Yerusalem juga dapat dilihat pada posisi
pemerintahan Trump yang tegas kepada Iran. Israel telah lama mengisyaratkan bahwa posisi
tegas AS akan mendorong kesiapan Israel untuk memberikan kompromi kepada Palestina.
Mengingat pada keputusan Trump yang keluar dari Joint Comprehensive Plan of Action
92 “World leaders condemn Donald Trump’s move to recognize Jerusalem as Israel’s capital,” ITV,
2017, Diakses melalui https://www.itv.com/news/2017-12-06/us-recognises-jerusalem-as-israels-
capital-donald-trump-confirms/, 5 Mei 2020. 93 “Trump's Jerusalem Move,” Strategic Comments, 24:1, viii-x, 2018, DOI:
10.1080/13567888.2018.1436802, hal 3. 94 “Trump's Jerusalem Move,” Strategic Comments, 24:1, viii-x, 2018, DOI:
10.1080/13567888.2018.1436802, hal 3.
45
(JCPOA), ada kemungkinan bahwa Israel akan bertindak lebih fleksibel dalam pembicaraan
mengenai perdamaian dengan Palestina. 95
Pengakuan AS terhadap Yerusalem juga dapat dilihat sebagai AS yang mengeluarkan
Yerusalem dari meja perundingan karena Yerusalem merupakan syarat mutlak bagi
perdamaian antara Israel dan Palestina. Namun, Pence menegaskan bahwa pengakuan AS
terhadap Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel tidak akan memengaruhi status akhir perbatasan.
Trump juga mengatakan bahwa keputusannya tidak dapat disamakan pada posisi AS terhadap
status negosiasi. 96 Pemerintahan Trump bersikeras bahwa pengakuannya terhadap Yerusalem
merupakan bagian dari rencana strategis yang akan diungkapkan secepatnya.
2.3.4 Peleburan Konsulat Jenderal dengan Kedutaan Besar AS di Yerusalem
Pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel diikuti dengan pemindakan Kedutaan
Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem pada 14 Mei 2018.97 Pemindahan Kedutaan Besar ini
berdampak pada ditutupnya Konsulat Jenderal AS di Yerusalem untuk Palestina. Konsulat
Jenderal AS di Yerusalem pertama kali didirikan pada 1844 sebagai kantor diplomatik AS di
Yerusalem, yang kemudian pada 1928 menjadi Konsulat Jenderal AS yang bertujuan melayani
warga Palestina.
Sehubungan dengan pindahnya Kedutaan Besar AS untuk Israel dari Tel Aviv ke
Yerusalem, pada Maret 2019 Konsulat Jenderal AS di Yerusalem dilebur dengan Kedutaan
Besar AS untuk Israel di Yerusalem dan beroperasi sebagai Unit Urusan Palestina (PAU). PAU
95 “Trump's Jerusalem Move,” Strategic Comments, 24:1, viii-x, 2018, DOI:
10.1080/13567888.2018.1436802, hal 3. 96 “President Donald J. Trump Keeps His Promise to Open U.S. Embassy in Jerussalem, Israel,” Gedung
Putih, 2018, Diakses melalui https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/president-donald-j-
trump-keeps-promise-open-u-s-embassy-jerusalem-israel/, 9 Mei 2020. 97 Heather Nauret, “Opening of U.S. Embassy Jerusalem,” U.S. Department of State, 2018, Diakses
melalui https://www.state.gov/opening-of-u-s-embassy-jerusalem/, 5 Mei 2020.
46
beroperasi dengan tujuan strategis untuk mencapai solusi yang adil dan abadi untuk konflik
Israel dan Palestina. 98
Para pemimpin Palestina melihat peleburan ini sebagai langkah lain dari pemerintahan
Trump untuk melawan Palestina. Para pemimpin Palestina telah kehilangan kepercayaan pada
pemerintahan Trump sebagai Broker netral dalam proses perdamaian antara Israel dan
Palestina sejak pengakuan terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Palestina bahkan
membekukan hubungan diplomatik dengan AS.
Saat pertama kali diumumkan oleh Mike Pompeo pada Oktober 2018, warga Palestina
merespon peleburan ini dengan marah. Warga Palestina curiga bahwa AS secara tidak langsung
mengakui kontrol Israel atas Yerusalem Timur dan Tepi Barat, wilayah yang didambakan oleh
warga Palestina. Peleburan ini dapat dilihat sebagai ekspresi penolakan bagi hak-hak warga
Palestina untuk menentukan nasib sendiri. Sekretaris Jenderal Komite Eksekutif PLO Saeb
Erekat mendeskripsikan peleburan ini dengan peribahasa nail in the coffin, yang berarti akan
membantu untuk tercapainya kegagalan. 99
Merespon keresahan para pemimpin dan warga Palestina, Juru bicara Departemen Luar
Negeri Robert Palladino mengatakan bahwa peleburan Konsulat Jenderal dengan Kedutaan
Besar AS di Yerusalem bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektivitas keterlibatan dan
operasi diplomatik AS. Palladino juga mmeinta publik untuk tidak mengasumsikan hal ini
sebagai sinyal perubahan kebijakan AS kepada Yerusalem, Tepi Barat maupun Jalur Gaza.100
98 “About the Palestinian Affaris Unit,” U.S. Embassy in Israel, Diakses melalui
https://il.usembassy.gov/palestinian-affairs-unit/, 12 Mei 2020. 99 “Erekat: Merging Consulate with Embassy “Last Nail in the Coffin” of US Role in Peace,” Palestine
Liberation Organization, 2019, Diakses melalui http://www.plo.ps/en/article/128/Erekat-Merging-
consulate-with-embassy-%E2%80%9Clast-nail-in-the-coffin%E2%80%9D-of-US-role-in-peace, 12
Mei 2020. 100 Robert Paladino, “Merger of U.S. Embassy Jerusalem and U.S. Consulate General Jerusalem,” U.S.
Embassy in Israel, 2019, Diakses melalui https://il.usembassy.gov/merger-of-u-s-embassy-jerusalem-
and-u-s-consulate-general-jerusalem/, 12 Mei 2020.
47
2.3.5 Menutup Kantor PLO di Washington DC
Sebelum dileburnya Konsulat Jenderal menjadi unit PAU dibawah Kedutaan Besar AS
untuk Israel terjadi, hubungan AS dan Palestina sempat memanas karena penutupan kantor
PLO di Washington DC. Kantor ini beroperasi dengan tujuan untuk mencapai perdamaian
antara Israel dan Palestina sejak berakhirnya penundaan Jerusalem Embassy Act pada
November 2017. Penutupan diumumkan oleh Departemen Luar Negeri AS pada 10 September
2018 dengan alasan bahwa PLO belum mengambil langkah yang dapat memajukan dimulainya
negosiasi yang berarti dengan Israel. 101
Sekretaris Jenderal Komite Eksekutif PLO Saeb Erekat percaya bahwa penutupan
kantor PLO di Washington merupakan bentuk penegasan lain dari kebijakan pemerintahan
Trump untuk menghukum warga Palestina. 102 Penutupan ini diketahui terkait dengan
permasalahan antara AS dengan Palestina untuk mendorong penyelidikan kepada Israel oleh
Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Ditutupnya kantor PLO di Washington tidak membuat
Palestina menyerah. Palestina akan terus menyerukan ICC untuk membuka penyelidikan
langsung terhadap kejahatan yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina.103
Hubungan antara AS dan Palestina yang buruk setelah pengakuan AS terhadap
Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dinilai semakin memburuk. Palestina dan AS tidak pernah
bertemu. Palestina bahkan menutup akses komunikasi dengan AS. Para pemimpin PLO juga
memilih untuk menolak terlibat langsung dan mengecam rencana perdamaian yang sedang
digarap oleh AS, bahkan sebelum mengetahui rincian rencana tersebut.
101 Heather Nauret, “Opening of U.S. Embassy Jerusalem,” U.S. Department of State, 2018, Diakses
melalui https://www.state.gov/opening-of-u-s-embassy-jerusalem/, 5 Mei 2020. 102 Negotiations Affairs Department, “Dr. Saeb Erekat on the Announcement to Close the Palestinian
Mission in Washington,” State of Palestine, 2018, Diakses melalui https://www.nad.ps/en/media-
room/press-releases/dr-saeb-erekat-announcement-close-palestinian-mission-washington, 13 Mei 2020. 103 Krishnadev Calamur, “Trump’s New Attempt to Push Palestinians to Negotiate With Israel,” The
Atlantic, 2018, Diakses melalui https://www.theatlantic.com/international/archive/2018/09/plo-office-
dc-icc-trump/569767/, 19 Juli 2020.
48
2.3.6 AS Mengakui Pemukiman Israel di Tepi Barat
Pemukiman Israel di wilayah okupasi (Tepi Barat) telah meningkat sejalan dengan
terpilihnya Trump sebagai Presiden AS. Pada 2017, terdapat peningkatan sebesar 39% pada
pengeluaran Israel untuk pembangunan infrastruktur dan tempat tinggal di Tepi Barat.
Peningkatan ini merupakan level tertinggi dalam 15 tahun terakhir berdasarkan data
Kementerian Keuangan Israel. 104
Tak sedikit dari warga Israel yang memutuskan untuk pindah dan bermukim di Tepi
Barat. Mereka datang berdasarkan alasan yang berbeda. Beberapa memilih untuk menetap
karena subsidi yang diberikan oleh pemerintah Israel. Beberapa lainnya pindah agar dapat
hidup dalam komunitas yang religius karena mereka percaya bahwa Tuhan menugaskan untuk
menetap di Tepi Barat. Ada juga yang memutuskan untuk menetap karena kepercayaan
terhadap Tepi Barat sebagai wilayah leluhur Yahudi.
Isu pemukiman Israel selalu disorot oleh Palestina sebagai tindakan ilegal berdasarkan
pada hukum internasional yang berlaku, terlebih sejak DK PBB mengeluarkan Resolusi 2334.
Permukiman ini dibangun di atas tanah yang diklaim Palestina sebagai negara masa depan.
Negara yang didambakannya akan sulit terwujud kecuali semua permukiman Israel di Tepi
Barat dihilangkan.
Dengan demikian, masalah pembangunan unit bermukim Israel di Tepi Barat menjadi
latar belakang dari pertemuan antara Trump dengan Netanyahu dan Trump dengan Abbas di
awal tahun 2017. Saat itu, AS memutuskan untuk tidak memberikan pernyataan resminya,
namun tetap meminta Israel untuk menghentikan proses pembangunan untuk sementara.
104 Michael Hernandez, “Trump era boosted Israeli settlement building: report,” Anadolu Agency, 2019,
Diakses melalui https://www.aa.com.tr/en/americas/trump-era-boosted-israeli-settlement-building-
report/1478318, 13 Mei 2020.
49
Pada November 2019, Mike Pompeo menyampaikan pernyataan resmi pemerintahan
Trump terhadap permukiman Israel. AS percaya bahwa permukiman sipil Israel di Tepi Barat
tidak ilegal menurut hukum internasional. Terlepas dari legitimasi Palestina terhadap
permukiman Israel melalui hukum internasional, bahwa tentang siapa yang benar dan yang
salah, tidak akan pernah membawa perdamaian bagi Israel dan Palestina. Perdamaian hanya
akan tercapai melalui negosiasi langsung antara kedua belah pihak. 105
Ilegal ataupun tidak, keberadaan pemukiman Israel terus tumbuh setiap tahunnya.
Berdasarkan laporan Peace Now, Israel memulai pembangunan dengan rata-rata 2.267 rumah
per tahun sejak Trump menjabat. Berbanding dengan rata-rata pembangunan 1.807 rumah per
tahun selama masa pemerintahan Obama.106
Angka ini menunjukkan bahwa Trump bersikap lebih toleran terhadap pemukiman.
Dapat dikatakan bahwa keputusan pemerintahan Trump secara drastis sangat berbeda dengan
keputusan pemerintahan sebelumnya.
2.3.7 Memangkas Bantuan Dana AS kepada Palestina
Di saat hubungan yang harmonis terjalin antara AS dan Israel, hubungan antara AS dan
Palestina sedang menuju titik nadir. Sejak pengakuan AS terhadap Yerusalem sebagai Ibu Kota
Israel, AS dan Palestina tidak pernah bertemu. Ketegangan pun tak kunjung surut terlebih AS
memutuskan untuk tidak mengklaim permukiman Israel di Tepi Barat sebagai tindakan ilegal.
Secara historis, AS adalah donor terbesar bagi Palestina. AS secara rutin memberikan
bantuan dana dengan tujuan untuk menciptakan perdamaian. Meskipun bantuan yang selama
ini diberikan AS gagal dalam memberikan perdamaian kepada Israel dan Palestina, bantuan
105 Washington Post, “Pompeo delivers remarks from State Department,” 2016, Youtube, 14:57, Diakses
melalui https://www.youtube.com/watch?v=YIf_N-XIM9g, 13 Mei 2020. 106 “Special Annual Settlement Construction Report 2018: A Glance at 10 Years under Netanyahu,”
Peace Now, 2018, Diakses melalui http://peacenow.org.il/wp-content/uploads/2019/05/Annual-
Settlement-Construction-Report_2018-1.pdf.
50
AS masih bisa disebut menguntungkan bagi semua pihak. Dengan bantuan AS, Palestina dapat
membangun kerangka awal sebuah negara, termasuk infrastruktur dan pemerintahan yang
stabil. Program-program yang didukung oleh bantuan AS dapat menyatukan AS dan Palestina
dalam satu suara terhadap tekanan dari para kelompok ekstrimis.
Gambar 2.1 Grafik Bantuan Bilateral AS kepada Palestina periode 2012-2019
Sumber: Departemen Luar Negeri AS, diadaptasi oleh Congressional Research Service (CRS)
Berdasarkan grafik bantuan bilateral AS kepada Palestina di atas, bantuan AS secara
signifikan menurun di tahun 2017. Tahun 2017 menjadi tahun terburuk bagi hubungan antara
AS dan Palestina yang dimulai dari pengakuan AS terhadap Yerusalem sebagai Ibu Kota
Palestina. Tak hanya itu, AS menerapkan beberapa kebijakan terkait dengan perannya sebagai
donor bagi Israel, yakni dengan memangkas bantuan dana. Berikut adalah kebijakan AS pada
pemangkasan bantuan kepada Palestina tahun 2018: 107
1. AS memprogram ulang dana sebesar $231.532 juta untuk keperluan lain. Dana ini
merupakan bantuan ekonomi bilateral AS kepada Palestina tahun 2017 yang awalnya
107 Jim Zanotti, “U.S. Foreign Aid to the Palestinians,” Congressional Research Service, 2018, Diakses
melalui https://fas.org/sgp/crs/mideast/RS22967.pdf.
51
ditujukan untuk Tepi Barat dan Gaza, termasuk $25 juta untuk rumah sakit di
Yerusalem Timur.
2. Mengakhiri sumbangan kemanusiaan AS untuk pendanaan UNRWA pada tahun 2018
yang berjumlah $65 juta yang sangat kontras dengan sumbangan yang diberikan pada
tahun 2017 sebesar $359.3 juta
3. Memutuskan untuk tidak mengikutsertakan warga Palestina untuk berpartisipasi dalam
Program Pengelolaan dan Mitigasi Konflik (CMM). Program ini didanai oleh United
States Agency for International Development (USAID) dan Kedutaan Besar AS di
Israel. Program ini pada dasarnya melibatkan warga Israel dan Palestina untuk
menerima bantuan sebesar $10 juta per tahun
4. Kongres memberlakukan Taylor Force Act pada Maret 2018. Pemberlakuan ini secara
signifikan berdampak pada bantuan AS kepada Palestina. Taylor Force Act menambah
ketentuan legislatif untuk menangguhkan bantuan ekonomi bilateral AS untuk Palestina,
kecuali para pejabat Palestina menghentikan pembayaran tertentu yang dianggap oleh
hukum AS sebagai tindakan yang mendukung kegiatan terorisme.
The Anti-Terorism Clarification Act (ACTA) disahkan pada Oktober sebagai bentuk
yang memastikan bahwa PLO dan Palestina akan tunduk pada yuridiksi AS untuk
tindakan terorisme Palestina di masa lalu terhadap warga negara AS. ACTA secara
tidak langsung dapat mengarah pada berakhirnya bantuan AS untuk Palestina secara
utuh.
Kebijakan AS untuk memangkas bantuan dana memiliki dampak cukup signifikan bagi
Palestina. Program-program seperti proyek infrastruktur termasuk air dan jalan ditutup dan
dibiarkan dengan biaya pajak. Bantuan makanan, program kesehatan, dan sanitasi yang
menjadi kebutuhan dasar telah kehilangan sumber dana sedangkan warga Palestina khususnya
yang tinggal di Gaza kehilangan kebutuhan dasar tersebut.
52
Kekosongan program-program yang didanai oleh AS ini sebagian besar diisi oleh
Hamas. Hal ini tentu menciptakan peluang bagi para pendukung Hamas. Selain itu, Qatar dan
Iran juga menawarkan bantuan untuk memberikan bantuan finansial yang berasal dari
kekosongan yang diciptakan AS dengan imbalan pengaruh mereka di Palestina. 108
Sejumlah pengamat berdebat mengenai tujuan yang ingin dicapai AS melalui
pemangkasan bantuan dan signifikansinya terhadap kepentingan AS di kawasan. Beberapa
anggota Kongres bahkan merasa keberatan terhadap pemangkasan ini karena akan berdampak
negatif terhadap sisi kemanusiaan terutama di Jalur Gaza. Beberapa pejabat Israel pun
menyuarakan keprihatinan mereka terhadap efek pemangkasan bantuan kepada Palestina oleh
AS terhadap stabilitas kawasan. 109
Di awal tahun 2018, Trump pernah memberikan pernyataan melalui akun twitternya
bahwa ia tidak akan memberikan dana sebesar ratusan juta dolar kepada Palestina kecuali bila
Palestina bersedia duduk dan menegosiasikan perdamaian. 110 Pemangkasan dana bantuan oleh
Trump ini ditujukan untuk membujuk PLO agar bersedia berpartisipasi dalam diplomasi yang
dipimpin oleh AS dalam proses perdamaian antara Israel dan Palestina.
Pada September 2018, Trump menegaskan kembali bahwa pemangkasan bantuan ini
akan terus berangsur hingga Palestina dan AS membuat kesepakatan terkait dengan proses
perdamaian dengan Israel. 111 Dorongan untuk memangkas bantuan dana untuk warga
108 Carmiel Arbit, “US-Palestinian relations and aid cuts, impact Israel’s security,” Atlantic Council,
2019, Diakses melalui https://www.atlanticcouncil.org/blogs/menasource/us-palestinian-relations-and-
aid-cuts-impact-israels-security/, 18 Mei 2020 109 “U.S. Foreign Aid to the Palestinians,” CRS Report, 2018, Diakses melalui
https://www.everycrsreport.com/reports/RS22967.html 110 Donald J. Trump, Twitter, 3 Januari 2018, Diakses melalui
https://twitter.com/realDonaldTrump/status/948322496591384576, 25 Mei 2020. 111 “Remarks by President Trump in Rosh Hashanah National Press Call with Jewish Faith Leaders and
Rabbis,” Gedung Putih, 2018, Diakses melalui https://www.whitehouse.gov/briefings-
statements/remarks-president-trump-rosh-hashanah-national-press-call-jewish-faith-leaders-rabbis/, 15
Mei 2020.
53
Palestina dipromosikan oleh Kushner. 112 Dalam beberapa tahun terakhir, Kushner diketahui
sedang mengerjakan proposal perdamaian untuk Israel dan Palestina.
Meskipun harus mengalami pemangkasan dana bantuan oleh AS, Palestina belum ingin
membalikkan keputusannya. Palestina masih ingin melanjutkan pemutusan kontak diplomatik
dengan AS dan tidak ingin mengikuti diskusi perdamaian yang dipimpin oleh AS.
2.3.8 Proposal Damai Peace to Prosperity
Pada 25-26 Juni 2019, dilaksanakan Konferensi Bahrain yang dihadiri oleh AS dan
beberapa negara Arab dan Timur Tengah. Konferensi ini menjadi media bagi AS untuk
menyampaikan proposal perdamaian untuk Israel dan Palestina yang telah dikerjakan sejak
Tim Perdamaian Timur Tengah Trump dibentuk. AS secara eksklusif mengumumkan rencana
perdamaiannya yang berfokus pada aspek ekonomi, sedangkan bagian politik akan dirilis saat
musim gugur, setelah Israel melangsungkan pemilihan umum.
Selain Amerika Serikat, total sepuluh negara — termasuk Inggris, Cina, Rusia, dan
tujuh negara Arab, serta delegasi dari Uni Eropa, World Bank, dan IMF — berpartisipasi dalam
konferensi ini. Tak terkecuali kehadiran dari para menteri keuangan dari empat negara Teluk
Arab, termasuk negara tuan rumah Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA), Arab Saudi, dan Qatar.
Mesir, Yordania, dan Maroko mengirimkan perwakilan tetapi memutuskan untuk menurunkan
partisipasi mereka ke tingkat teknis. Sejumlah negara Arab lainnya, termasuk Lebanon, Irak,
dan Kuwait diundang tetapi menolak untuk hadir. Pemeran paling penting yakni Israel dan
Palestina memilih untuk absen dari konferensi.
Kehadiran negara-negara Arab seperti Yordania, Mesir, Arab Saudi, dan UEA
menggambarkan pengakuan negara-negara tersebut terhadap Israel sebagai mitra potensial di
112 Edward Wong, “U.S. Is Eliminating the Final Source of Aid for Palestinian Civilians,” New York
Times, 2018, Diakses pada https://www.nytimes.com/2018/09/14/world/middleeast/us-aid-palestinian-
civilians.html, 16 Mei 2020.
54
Timur Tengah. Sedangkan bagi Bahrain, sebuah negara Arab yang tidak memiliki ikatan politik
dengan Israel, menjadi tuan rumah konferensi tersebut mengindikasikan terjadinya perubahan
dramatis dalam sikap regional terhadap negara Yahudi.
Pada Konferensi Bahrain, Kushner secara eksklusif mengungkapkan detail proposal
perdamaian yang selama ini ia dan timnya kerjakan. Proposal perdamaian ini disebut sebagai
Deal of the Century atau kesepakatan abad ini. Proposal perdamaian ini berjudul Peace to
Prosperity atau Perdamaian menuju Kemakmuran. Proposal perdamaian Kushner
menggambarkan sebuah visi dengan tujuan untuk memberdayakan rakyat Palestina dan
meningkatkan potensi ekonomi dan pemerintahan Palestina.
Proposal Peace to Prosperity mencakup 179 proyek infrastruktur di bidang kesehatan,
air, pendidikan, telekomunikasi, perumahan, dan pariwisata serta pelatihan tenaga kerja,
bantuan pendidikan, anti korupsi dan proyek tata kelola lainnya. Secara keseluruhan, proposal
ini menyerukan penggandaan PDB Palestina, menciptakan satu juta pekerjaan baru,
mengurangi tingkat pengangguran di Tepi Barat dan Gaza, dan memangkas tingkat kemiskinan
yang diproyeksikan dapat dicapai dalam rentang waktu sepuluh tahun.
Proposal perdamaian Kushner bermaksud untuk menggalang dana invetasi sebesar
US$ 50 miliar dengan tujuan penggenjotan ekonowi kawasan. Sebagian besar dana akan
dialokasikan di Tepi Barat dan Gaza, dan sisanya akan dibagi antara Mesir, Lebanon, dan
Yordania. Pembagian dana ini bisa ditafsirkan sebagai pesan kepada negara-negara penerima
untuk memukimkan kembali pengungsi Palestina.
Proposal damai ini diklaim tidak mengindahkan hak-hak nasional Palestina dan akan
merugikan mereka bila menangani pembangunan ekonomi regional terlebih dahulu. Meskipun
masyarakat Palestina sendiri yang akan menerima manfaatnya, menempatkan kerja sama
ekonomi di depan kerja sama politik dengan Palestina dianggap tidak dapat diterima.
55
Pendekatan pemerintahan Trump melalui proposal Peace to Prosperity tidak mendapat
dukungan di kalangan warga maupun para pengambil keputusan di Palestina. Hamas dan PLO
bahkan memiliki suara yang sama. Palestina memandang Konferensi Bahrain sebagai simbol
orang Arab yang mengkhianati Palestina dengan mendukung rencana AS untuk masa depan
Timur Tengah. Sebagai bentuk penolakan dari proposal damai ini, warga Palestina melakukan
pembakaran poster Trump dan Netanyahu pada 24 Juni 2019. Selain itu, PLO dan Front Rakyat
untuk Pembebasan Palestina (PFLP) menggelar pertemuan tandingan di Beirut, Lebanon. 113
Lebanon adalah salah satu tamu undangan Konferensi Bahrain yang menolak hadir dalam
Konferensi Bahrain.
Trump pada Januari 2020 menepati janjinya dengan merilis versi lengkap dari rencana
damainya. Rencana ini dikenal sebagai Trump Peace Plan. Dengan judul Peace to Prosperity,
rencana perdamaian Trump dibagi menjadi dua bagian yakni politik dan ekonomi. Bagian
politik dibagi menjadi 22 sesi yang membahas permasalahan batas negara, status Yerusalem,
pengungsi, hingga fasilitas umum seperti air, pelabuhan, dan bandara. Bagian ini dilengkapi
oleh peta konseptual yang didireksikan oleh AS. Sedangkan bagian ekonomi dari Trump Peace
Plan dibagi menjadi tiga bagian, yakni, penguatan potensi ekonomi, pemberdayaan warga
Palestina, dan peningkatan potensi pemerintahan Palestina. 114
113 “The Palestinian response to the Trump peace plan,” Australia/Israel & Jewish Affairs Council,
2020, Diakses melalui https://aijac.org.au/update/the-palestinian-response-to-the-trump-peace-plan/, 20
Juli 2020. 114 “Peace to Prosperity,” Gedung Putih, 2020, Diakses melalui https://www.whitehouse.gov/wp-
content/uploads/2020/01/Peace-to-Prosperity-0120.pdf.
56
BAB III
DINAMIKA PERDAMAIAN ISRAEL DAN PALESTINA
3.1 Konflik Israel dan Palestina
Konflik antara Israel dan Palestina pada kenyataannya merupakan konflik atas wilayah
antara Israel, sebuah nation state dengan militer yang kuat dan well-funded, dengan penduduk
asli Palestina yang telah diduduki, dipindahkan, dan diasingkan dalam beberapa dekade
terakhir. 115
Kemenangan Inggris pada Perang Dunia I menjadikannya sebagai pemegang kendali
atas tanah Palestina. Deklarasi Balfour merupakan bentuk penepatan janji Inggris kepada
bangsa Yahudi atas bantuannya selama masa perang. 116 Yahudi menganggap Deklarai Balfour
sebagai awal yang baik untuk pengakuan negara Israel. 117
Semenjak berakhirnya Perang Dunia I, bangsa Yahudi mulai secara masif melakukan
imigrasi ke wilayah Palestina. Imigrasi ini kemudian menimbulkan kecaman dari bangsa Arab
Palestina sehingga mereka melakukan beberapa pemberontakan yang ditujukan untuk bangsa
Yahudi maupun Inggris. Selama Perang Dunia II pun, imigrasi bangsa Yahudi Eropa ke
115 “Israel Palestine Conflict 101,” Jewish Voice for Peace, Diakses melalui
https://jewishvoiceforpeace.org/israeli-palestinian-conflict-101/, 9 April 2020. 116 Selvy Violita, “Kehadiran Back Channel Negotiation pada Proses Negosiasi Oslo Agreement antara
Israel dan Palestina,” (Skripsi Pasca Sarjana, Universias Indonesia, 2010), Diakses melalui
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/128623-T%2026762-Kehadiran%20back-Metodologi.pdf, 9 April 9,
2020. 117 Jerome Slater, “What Went Wrong? The Collapse of the Israeli-Palestinian Peace Process,” Political
Science Quarterly Vol. 116 No. 2 2001, hal. 173.
57
Palestina terus berlangsung. Hal ini memicu keadaan yang memanas dan rumit sehingga timbul
pemberontakan lainnya. 118
Rumitnya permasalahan yang ditimbulkan dari proses imigrasi besar-besaran bangsa
Yahudi membuat PBB memutuskan untuk membentuk sebuah badan khusus United Nations
Special Committee on Palestine (UNSCOP). Pada 31 Agustus 1947, UNSCOP memberikan
reskomendai kepada Majelis Umum PBB sebuah rencana pemisahan atau dikenal dengan UN
Partition Plan for Palestine untuk membagi Palestina menjadi negara-negara Arab dan Yahudi.
Pada 29 November 1947, Majelis Umum PBB mengeluarkan Resolusi 181. Resolusi
ini menyerukan penghentian mandat Inggris, pembentukan negara-negara Arab dan Yahudi
yang merdeka, dan pengelolaan Kota Yerusalem di bawah rezim internasional khusus.
Rekomendasi tersebut ditolak oleh pihak Arab Palestina karena 56% dari tanah yang
dipersengketakan akan dilimpahkan kepada Israel. 119
Di tengah persengketaan yang sedang terjadi, Israel mengambil keputusan yang sangat
berani dengan mendeklarasikan dirinya sebagai negara Israel yang berdaulat pada 14 Mei 1948.
Deklarasi Israel memunculkan respon negatif dari negara-negara Arab. Lebanon, Suriah,
Yordania, Mesir, Iran dan negara Arab lainnya melangsungkan penyerbuan terhadap Israel,
yang dikenal sebagai Perang 1948.
Di Israel, Perang 1948 dikenal sebagai perang kemerdekaan atau perang pembebasan.
Sementara di Palestina, perang ini disebut sebagai The Catastrope atau Nakba atau bencana.
120 Perang 1948 dimenangkan oleh Israel. Akibatnya, Israel mendapatkan hak untuk
118 Misri A Muchsin, “Palestina dan Israel: Sejarah, Konflik dan Masa Depan,” Jurnal Ilmu-ilmu
Keislaman Vol 39, No 2, 2015, DOI: http://dx.doi.org/10.30821/miqot.v39i2.32. 119 “Resolution 181 (II). Future government of Palestine,” United Nations General Assembly, 1947,
Diakses melalui
https://unispal.un.org/DPA/DPR/unispal.nsf/0/7F0AF2BD897689B785256C330061D253, 20 Juli 2929. 120 “Israel Palestine Conflict 101,” Jewish Voice for Peace, Diakses melalui
https://jewishvoiceforpeace.org/israeli-palestinian-conflict-101/, 9 April 2020.
58
mengontrol area yang sudah direkomendasikan oleh Resolusi 181, sementara sekitar 700,000
penduduk Palestina terpaksa mengungsi. 121
Tak sampai di situ, Israel berhasil merebut Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai dari
Mesir sebagai hasil kemenangannya dalam Perang Enam Hari pada 1967 yang berakibat pada
terpaksanya 300.000 warga Palestina untuk mengungsi dari Tepi Barat. Perang Enam Hari ini
menghidupkan kembali Partition Plan karena rencana tersebut tidak terwujud saat Perang
1948.122 Selain itu, Perang Enam Hari melahirkan istilah okupasi. Istilah ini dimaksud sebagai
okupasi Israel terhadap Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Gaza.
Perang Enam Hari secara dramatis mengubah keadaan Kota Yerusalem yang awalnya
terbagi menjadi dua, yakni bagian barat dikuasai oleh Israel dan bagian Timur termasuk Kota
Suci dikuasai oleh Yordania. Kini Israel menduduki bagian timur dan sebagian besar daerah
pinggiran Kota Israel. Perang Enam Hari menyebabkan aneksasi Yerusalem Timur. Aneksasi
ini dianggap sebagai pemicu konflik Israel dan Palestina yang lebih luas.
David Newman dan Ghazi Falah melihat bahwa selama periode 1967 hingga 1993,
pandangan Israel terhadap daerah yang diokupasi mengalami tiga fase evolusi, yakni: 123
1. Fase pertama menyangkut rencana pembagian Tepi Barat antara Israel dan Yordania.
Pada fase ini Israel tidak memperlakukan Palestina sebagai mitra negosiasi sehingga
Palestina tidak dapat menentukan nasib sendiri. Nasib Palestina diputuskan oleh Israel
dan Yordania.
121 Benny Morris, “The Birth of the Palestinian Refugee Problem Revisited,” Cambridge University
Press, 2004, hal. 602-604, ISBN 978-0-521-00967-6. 122 Hsiu-Ping Bao, “The One-State Solution: An Alternative Approach to the Israeli–Palestinian
Conflict?,” Asian Journal of Middle Eastern and Islamic Studies Vol. 12, No, 3, 2018, hal.
329, DOI: 10.1080/25765949.2018.1534407. 123 David Newman dan Ghazi Falah, “Bridging The Gap: Palestininan and Israeli Discourses on
Autonomy and Statehood,” Transaction of The Institute for British Geographers, New Series Vol. 22,
No. 1, 1997.
59
2. Fase kedua terjadi pada periode 1979 hingga 1985. Di fase ini Israel mulai
mempertimbangkan untuk memberikan beberapa tingkat otonomi pada orang-orang
Palestina di wilayah okupasi.
3. Fase ketiga yakni saat disepakatinya Perjanjian Oslo pada 1993. Israel pada akhirnya
mengakui Palestine Liberation Organization (PLO) atau Partai Pembebasan Palestina
sebagai mitra sah dalam proses negosiasi dengan Israel.
Meskipun Israel sudah mengakui Palestina dan PLO sebagai wakil resminya, Israel tak
pernah berhenti melakukan okupasi. Setiap tahun, luas tanah Israel semakin membesar
sementara wilayah Palestina mengalami penyusutan yang sangat ekstrim. Dalam rangka
mengurangi kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi, diperlukan sebuah perjanjian
damai yang disepakati oleh kedua pihak. Upaya damai banyak dilakukan oleh pihak ketiga, tak
terkecuali AS. Presiden-presiden AS tak pernah absen dalam membantu Israel dan Palestina
untuk mencapai kesepakatan damai.
3.2 Upaya AS sebagai Broker dalam Perdamaian Konflik Israel dan Palestina
Sebelum Perang Dunia II, AS merupakan aktor negara yang cukup pasif di kancah
dunia internasional. Namun, AS mulai aktif sejak kemenangannya pada Perang Dingin dengan
Uni Soviet. AS memutuskan untuk menaruh perhatiannya pada Timur Tengah sejak melihat
potensi kekayaan alam Timur Tengah yang melimpah. AS mulai berfokus pada
kepentingannya di kawasan ini sejak tahun 1950-an. 124
Perdamaian antara Israel dan Palestina merupakan salah satu agenda penting dari
kebijakan luar negeri AS di Timur Tengah. Maka dari itu, setiap presiden yang menjabat selalu
mengupayakan usaha terbaik untuk mencapai perdamaian.
124 JERVIS R., dkk., Chaos in the Liberal Order: The Trump Presidency and International Politics in
the Twenty-First Century, (New York; Chichester, West Sussex: Columbia University Press), 2018,
DOI:10.7312/jerv18834 hal. 196.
60
Secara historis, AS sejak awal berada di pihak Israel. AS memberikan bantuan kepada
bangsa Yahudi dalam mendirikan negara impian mereka. AS menjadi negara pertama yang
mengakui deklarasi kemerdekaan Israel tahun 1948 masa pemerintahan Presiden Truman.
Selama Perang Dingin, Israel merupakan aset strategis yang penting dalam menahan pengaruh
komunis di Timur Tengah. AS mengendalikan militer Israel selama perang dengan bangsa
Arab dengan menyusun penjualan senjata ke Israel dan berupaya untuk menengahi konflik
Israel dan Palestina untuk menyeimbangkan hubungannya dengan rezim-rezim Arab moderat.
125
Seiring waktu, AS menjadi pemberi donor terbesar bagi Israel, baik ekonomi, militer,
maupun diplomatik. Israel merupakan penerima donor terbesar dari bantuan luar negeri AS.
Hingga saat ini, AS telah memberikan $ 142,3 miliar kepada Israel yang berbentuk bantuan
bilateral dan pertahanan rudal. Hampir semua bantuan bilateral AS ke Israel adalah dalam
bentuk bantuan militer, meskipun Israel juga menerima bantuan ekonomi yang signifikan. 126
AS secara aktif terlihat dalam gambaran besar tentang apa yang dilihat sebagai campur
tangan dalam konflik Israel dan Palestina. AS selama bertahun-tahun memiliki berbagai
pendorong kebijakan luar negeri terhadap Timur Tengah secara umum dan Konflik Israel dan
Palestina secara khusus. Hal ini dapat dilihat dalam upaya AS dalam proses perdamaian
dimulai dari Perundingan Oslo hingga Trump Peace Plan.
Perundingan Oslo 1993 dianggap sebagai perundingan perdamaian antara Israel dan
Palestina yang dapat dikatakan berhasil, meskipun ditolak oleh Hamas dan kelompok lain.
Perjanjian Oslo ditandatangani oleh Israel dan PLO di Gedung Putih pada 13 September 1993.
125 Mukhtar Imam, “United States Foreign Policy in the Palestinian-Israeli
Conflict and Its Implication on the Two States Solution,” Asian Journal of Middle Eastern and Islamic
Studies, Vol. 12, No. 3, 2018, hal. 371-386, DOI: 10.1080/25765949.2018.1534409. 126 Jeremy M. Sharp, “U.S. Foreign Aid to Israel,” Congressional Research Service, 2019, Diakses
melalui https://fas.org/sgp/crs/mideast/RL33222.pdf, 2 Mei 2020.
61
Perjanjian ini menjadi dasar dari pembentukan “otoritas pemerintahan sendiri sementara
Palestina” dan Israel secara bertahap menarik diri dari Tepi Barat dan Jalur Gaza dan
menyerahkan kedaulatan kepada PA sebagai otoritas sementara. Selain itu, kedua pihak juga
sepakat untuk mengakhiri konfrontasi dan konflik serta saling mengakui hak-hak politik dan
keabsahan eksistensi masing-masing. 127
Sebagai mediator, AS menindaklanjuti Perundingan Oslo I pada tahun 1993 dengan
mengadakan Perundingan Oslo II dalam dua tahun kemudian. Pembahasan Perundingan Oslo
II mencakup masa depan Kota Yerusalem dan masalah lain yang menyangkut perbatasan,
keamanan, hak masing-masing negara, dan status pemukiman di Tepi Barat. Perundingan Oslo
II ditandatangani pada 28 September 1995. Hasil dari Perundingan Oslo II adalah bahwa
Palestina memiliki otoritas dalam mengawasi Gaza dan Tepi Barat dengan kontrol terbatas. 128
Kesepakatan Oslo nyatanya tidak memberikan AS tanggung jawab penuh. Presiden
Clinton menyadari bahwa ia memiliki keterbatasan dalam meredakan krisis. Maka, Clinton
memutuskan untuk memberikan bantuan ekonomi dan keamanan pada Palestina.
Namun, tak sampai satu bulan sejak Perjanjian Oslo II ditandangani, AS mengesahkan
Jerusalem Embassy Act. Undang-undang ini diusulkan untuk diadopsi ke Senat dan
mendapatkan dukungan luar biasa penuh. Namun, Clinton memilih untuk tidak
menandatanganinya sehingga Jerusalem Embassy Act menjadi hukum tanpa tanda tangan
Presiden pada 8 novermber 1995. Meskipun begitu, hukum ini menandakan pengakuan AS
127 Simela Victor Muhamad, “Info Singkat: Perundingan Perdamaian Palestina-Israel,” Pusat
Pengkajian P3DI Sekretariat Jenderal DPR RI Vol. V, No. 15/I/P3DI/Agustus/2013 ISSN 2088-231.
Diakses melalui http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-V-15-I-P3DI-Agustus-
2013-7.pdf, 10 April 20. 128 “The Israeli-Palestinian Interim Agreement (Oslo II) (1995): Israeli-Palestinian Interim Agreement
on the West Bank and the Gaza Strip” ACPR, Diakses melalui
http://www.acpr.org.il/publications/books/44-Zero-isr-pal-interim-agreement.pdf, 20 Juli 2020.
62
secara utuh terhadap kedaulatan Israel, khususnya bagi Kota Yerusalem, dan memperjelas
posisi keberpihakan AS terhadap proses perdamaian Israel dan Palestina. 129
Tak berhenti sampai situ, Clinton melanjutkan tugasnya sebagai broker dengan
mengundang Netanyahu dan Arafat ke Perkebunan Sungai Wye. Ketiganya menegosiasikan
sebuah perjanjian yang menyerukan kelanjutan dari penarikan Israel dari Tepi Barat.
Kesepakatan ini ditandatangani pada 23 Oktober 1998 dan mulai berlaku pada 2 November
1998. 130
Memorandum Wye River ini tidak berjalan sesuai rencana karena pihak Israel dan
Palestina saling menuduh satu sama lain sehingga keduanya memilih untuk tidak melakukan
implementasi lebih lanjut. Namun, Clinton tak menyerah. Clinton tetap merasa perlu untuk
mengatasi masalah status akhir yang mencakup Kota Yerusalem, perbatasan, dan pengungsi.
Dengan itu, Clinton mengundang Ehud Barak dan Arafat pada Juli 2000. Pertemuan ini dikenal
sebagai Pertemuan Camp David II. Namun, pada akhirnya pertemuan ini tidak mengasilkan
kesepakatan apapun. 131
Tiga bulan kemudian, saat upaya perdamaian tak kunjung memberikan hasil yang
memuaskan, pemukiman Yahudi terus berlangsung sehingga memicu meletusnya intifada
kedua. Intifada kedua juga dipicu oleh kunjungan provokatif Pimpinan oposisi Israel Ariel
Sharon ke kompleks Masjid Noble Sanctuary di Yerusalem.132
129 "Jerusalem Embassy Act of 1995," U.S. Congress, Diakses melalui
https://www.congress.gov/bill/104th-congress/senate-bill/1322, 18 Juli 2020. 130 “The Wye River Memorandum,” PBB, 1998, Diakses melalui
https://peacemaker.un.org/sites/peacemaker.un.org/files/IL%20PS_981023_The%20Wye%20River%2
0Memorandum.pdf, 18 Juli 2020. 131 Ismail Yilmaz, “A Historical Analysis of the Failure of Camp David Summit 2000,” (Skripsi Doktor,
Univeristy of North Texas, 2015), Diakses melalui
https://digital.library.unt.edu/ark:/67531/metadc4799/m2/1/high_res_d/thesis.pdf. 132 Jane Onyanga-Omara, “What is an intifada?,” USA Today, 2017, Diakses melalui
https://www.usatoday.com/story/news/world/2017/12/07/trump-jerusalem-israel-capital-palestinians-
intifada/930271001/, 15 Juli 2020.
63
Pada masa pemerintahan Presiden George Bush Jr., AS melangsungkan konferensi
terbuka yang melibatkan lebih dari 40 negara. Konferensi ini diadakan pada 27 November 2007
di Akademi Angkatan Laut AS di Anapolis. Agenda dalam Konferensi Anapolis adalah
masalah kedaulatan Negara Palestina, perbatasan wilayah Palestina dengan Israel, pemukiman
Israel, pengungsi Palestina, dan pembagian sumber mata air. 133
Agenda Konferensi Anapolis berdasarkan pada inisiasi Bush Jr. yang dikenal dengan
The Road Map. Inisiasi ini menyerukan Palestina untuk segera melangsungkan pemilihan
umum untuk membangun demokrasi, menyatakan secara tegas sikap terhadap terorisme, dan
Israel harus menahan diri terhadap serangan, penyitaan maupun pembongkaran terhadap warga
Palestina, membongkar pos-pos pemukiman, dan membekukan semua aktivitas pemukiman.
134
Sama seperti upaya AS terdahulu, Konferensi Anapolis mengalami kegagalan.
Kegagalan ini disebabakan oleh beberapa faktor seperti: peningkatan pemukiman Yahudi oleh
Israel, keadaan yang tidak kondusif antara Israel dan Palestina di pertengahan 2008 terutama
di wilayah Gaza meskipun keduanya melakukan gencatan senjata selama beberapa bulan
sebelumnya, dan pembatasan bantuan masyarakat internasional kepada warga Palestina di
Gaza akibat blokade Israel.135
Pemerintahan Obama memiliki perbedaan yang kentara dibandingkan dengan para
pendahulunya. Hubungan AS dan Israel masa pemerintahan Obama merupakan hubungan
antar dua negara yang hampir mencapai titik nadir. Obama memilih untuk bersikap baik
terhadap Palestina dengan tujuan membangun kepercayaan Palestina sehingga bersedia
133 Carol Migdalovitz, “Israeli-Palestinian Peace Process: The Annapolis Conference,” CRS Report for
Congress, 2007, Diakses melalui https://fas.org/sgp/crs/mideast/RS22768.pdf.
Carol Migdalovitz, “Israeli-Palestinian Peace Process: The Annapolis Conference,” CRS Report for
Congress, 2007, Diakses melalui https://fas.org/sgp/crs/mideast/RS22768.pdf. 135 Vera Paat, “Posisi Amerika Serikat dalam Penyelesaian Konflik Palestina-Israel,” Politico: Jurnal
Ilmu Politik, Vol. 2, No. 2, 2013, hal 4.
64
melanjutkan proses perdamaian dengan Israel yang selama ini selalu gagal. Selain itu, publik
menaruh harapan lebih karena Obama adalah seorang presiden dengan keturunan Muslim.
Obama juga berjanji kepada umat Islam sedunia untuk memperhatikan nasib dan membantu
kemerdekaan Palestina.136
Pemerintahan Obama menggunakan mekanisme negosiasi langsung (direct negotiation
between Israel and Palestinians) sebagai upaya mediasi AS terhadap konflik Israel dan
Palestina. Mediasi ini dilaksanakan pada 2 September 2010 dan diwakili oleh Obama sebagai
fasilitator negosiasi langsung, Netanyahu sebagai wakil dari Israel, dan Abbas sebagai wakil
dari Otoritas Palestina. Namun, seperti perundingan-perundingan sebelumnya, prakarsa
Obama juga mengalami kegagalan.137
Kegagalan ini dapat dilhat sebagai pengaruh para kelompok lobi pro-Israel dalam
kebijakan luar negeri AS. Obama diketahui menerima bantuan dari para Yahudi pada
kemenangannya dalam Pemilu 2008. Obama bahkan berjanji untuk mendukung Israel dalam
konfliknya dengan Palestina. Maka dari itu, kebijakan yang dikeluarkan Obama cenderung
ambigu. Meskipun terkesan lunak terhadap Palestina, namun hal tersebut tidak memberikan
hasil apapun. Obama bahkan memberikan bantuan militer senilai $38 miliar kepada Israel. 138
Dari Perundingan Oslo hingga negosiasi langsung oleh Obama, terdapat kesamaan ide
yang dibawa yakni solusi dua negara. Kesepakatan Oslo bahkan berasal dari ide solusi dua
negara dimana saat itu baik Israel maupun Palestina menyambut baik ide tersebut. Solusi dua
negara adalah salah satu solusi dari konflik Israel dan Palestina dengan konsep dua negara
untuk dua warga. Solusi ini mendireksikan Negara Palestina yang hidup berdampingan secara
136 Ladia Aisah Andriana, “Keputusan Donald Trump tentang Pengakuan Yerusalem sebagai Ibukota
Israel,” (Skripsi Sarjana, Universitas Jember, 2018), hal. 39. 137 Vera Paat, “Posisi Amerika Serikat dalam Penyelesaian Konflik Palestina-Israel,” Politico: Jurnal
Ilmu Politik, Vol. 2, No. 2, 2013, hal 4. 138 Ladia Aisah Andriana, “Keputusan Donald Trump tentang Pengakuan Yerusalem sebagai Ibukota
Israel,” (Skripsi Sarjana, Universitas Jember, 2018), hal. 41.
65
damai dengan Negara Israel. Solusi dua negara dapat ditelusuri pada Partition Plan UNSCOP
pada 1947. 139
Selama dekade terakhir, Israel dan PA belum mencapai kesepakatan yang berhasil
melalui negosiasi. Intifada, dominasi Hamas di Gaza, dan beberapa serangan di Gaza oleh
pasukan Israel memicu keberlangsungan konflik dan membuat keadaan semakin memburuk
yang menimbulkan keraguan pada solusi dua negara sehingga solusi ini berada di bawah
tantangan serius. Tujuh puluh tahun sejak konflik dimulai, realisasi gagasan solusi dua negara
menjadi semakin sulit. Hal ini dikarenakan realita di lapangan yang sangat kompleks, tren
politik yang memperlemah kemungkinan perdamaian, paradigma tentang negosiasi
perdamaian, dan pertanyaan-pertanyaan mengenai status final isu-isu krusial.
Terhentinya proses perdamaian antara Israel dan Palestina memicu pembicaraan
beberapa sarjana mengenai solusi alternatif yang disebut sebagai solusi satu negara.
Pendekatan baru ini muncul berdasarkan pada orang-orang Palestina yang tidak dapat
memenuhi impiannya untuk mendirikan negara Palestina di sebelah negara Israel dengan
kerangka gagasan solusi dua negara. Solusi satu negara merupakan solusi yang menganjurkan
pendirian satu negara yang mencakup wilayah Israel, Tepi Barat, dan Jalur Gaza dengan status
kewarganegaraan dan hak-hak yang setara. 140
Para pendukung solusi satu negara dengan cermat menganalisis kegagalan solusi dua
negara. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, solusi satu negara telah banyak dipromosikan
melalui gerakan akar rumput. Namun, perlu digarisbawahi bahwa solusi satu negara memiliki
banyak kendala. Solusi ini bahkan bukan merupakan solusi yang ditawarkan secara resmi oleh
139 Ruth Gavison,”The Two State Solution: The UN Partition Resolution of Mandatory Palestine –
Analysis and Sources,” Bloomsbury Academic, 2013, ISBN: 1623567815,9781623567811. 140 Hsiu-Ping Bao, “The One-State Solution: An Alternative Approach to the Israeli–Palestinian
Conflict?,” Asian Journal of Middle Eastern and Islamic Studies Vol. 12, No, 3, 2018, hal.
331, DOI: 10.1080/25765949.2018.1534407.
66
pemerintah atau badan internasional manapun sebagai solusi damai konflik Israel dan Palestina.
141
3.3 Trump Peace Plan
Terpilihnya Trump sebagai Presiden AS seakan membuka lembaran baru atas upaya
AS sebagai mediator pada konflik Israel dan Palestina. Perdamaian abadi antara Israel dan
Palestina menjadi tujuan yang didambakan Trump selama masa pemerintahannya. Dengan itu,
pemerintahan Trump memiliki sebuah rencana perdamian yang disebut dengan Trump Peace
Plan.
Rencana Perdamaian Trump pertama kali diumumkan secara resmi pada Konferensi
Bahrain Juni 2019, meskipun tidak dirilis secara lengkap dan mendetail. Dengan judul Peace
to Prosperity, Rencana Perdamaian Trump dibagi menjadi dua bagian, yakni, ekonomi dan
politik. Proposal perdamaian Trump dikenalkan oleh Kushner sebagai wakil dari Tim
Perdamaian Timur Tengah pemerintahan Trump. Namun, Rencana Perdamaian Trump
mendapatkan reaksi yang tidak cukup bagus. Banyak pihak yang menentang rencana tersebut,
termasuk Palestina.
Selama beberapa dekade, banyak gagasan dan proposal perdamaian yang telah diajukan
tetapi nyatanya tidak dapat direalisasikan. Pemerintahan Trump percaya bahwa proposal
perdamiannya merupakan hasil dari pandangan terbaik yang dapat melahirkan hasil terbaik,
realistis, dan dapat dicapai oleh para pihak yang berkonflik. 142 Pada 28 Januari 2020,
pemerintahan Trump mempublikasikan dokumen lengkap Peace to Prosperity.
141 Hsiu-Ping Bao, “The One-State Solution: An Alternative Approach to the Israeli–Palestinian
Conflict?,” Asian Journal of Middle Eastern and Islamic Studies Vol. 12, No, 3, 2018, hal.
336, DOI: 10.1080/25765949.2018.1534407. 142 “Peace to Prosperity Part A: Political Framework,” Gedung Putih, 2020, Diakses melalui
https://www.whitehouse.gov/wp-content/uploads/2020/01/Peace-to-Prosperity-0120.pdf hal. 2.
67
Substansi dokumen 181 halaman ini diisi oleh berbagai isu politik dan ekonomi yang
dinilai menjadi masalah dalam proses perdamaian Israel dan Palestina. Proposal ini tercipta
atas ide solusi dua negara yang realistis dan berfokus pada keamanan dan menyediakan
penentuan nasib sendiri dan peluang ekonomi yang signifikan bagi Palestina. Selain itu, Trump
Peace Plan juga akan memberikan manfaat bagi Yordania, Mesir, dan negara-negara lainnya
di Kawasan Timur Tengah. 143
Berdasarkan isi dokumen Peace to Prosperity, Trump percaya bahwa resolusi konflik
akan lebih mudah dicapai bila negara-negara Arab melakukan normalisasi hubungan dengan
Israel. Hal tersebut berdasarkan pada konflik Israel dan Palestina yang merupakan persatuan
antara dua konflik yang terpisah, yakni (1) Konflik wilayah, keamanan, dan pengungsi antara
Israel dan Palestina, dan (2) Perselisihan agama antara Israel dan sebagian besar negara-negara
Muslim dan Arab atas kontrol tempat keagamaan. 144
Proposal ini diharapkan dapat dinegosiasikan dan diimplementasikan melalui kontrak
dan perjanjian yang mengikat secara hukum dan disebut sebagai The Israeli-Palestinian Peace
Agreement. Proposal ini bertujuan untuk mendapatkan capaian pengakuan atas Israel sebagai
negara bangsa orang-orang Yahudi dan Palestina sebagai negara-bangsa bagi orang-orang
Palestina. Keduanya didireskikan dengan hak sipil yang sama untuk semua warga negara di
masing-masing negara. Selain itu, proposal ini juga bertujuan untuk mencapai pengakuan dan
normalisasi dengan negara-negara yang saat ini memilih untuk tidak mengakui Israel atau
memiliki hubungan resmi dengan Israel dan Palestina.145
143 “Peace to Prosperity Part A: Political Framework,” Gedung Putih, 2020, Diakses melalui
https://www.whitehouse.gov/wp-content/uploads/2020/01/Peace-to-Prosperity-0120.pdf hal. 4. 144 “Peace to Prosperity Part A: Political Framework,” Gedung Putih, 2020, Diakses melalui
https://www.whitehouse.gov/wp-content/uploads/2020/01/Peace-to-Prosperity-0120.pdf hal. 2. 145 “Peace to Prosperity Part A: Political Framework,” Gedung Putih, 2020, Diakses melalui
https://www.whitehouse.gov/wp-content/uploads/2020/01/Peace-to-Prosperity-0120.pdf hal. 11.
68
Peran AS sebagai fasilitator dalam proses perdamaian ini adalah mengumpulkan ide-
ide dari seluruh dunia, menyusunnya, dan mengusulkan serangkaian rekomendasi terperinci
yang dapat menyelesaikan konflik. AS juga berperan dalam bekerja sama dengan negara-
negara dan organisasi-organisasi lainnya dalam mencapai penyelesaian konflik. Proposal ini
bukanlah bentuk resitasi dari Resolusi Majelis Umum PBB, Dewan Keamanan PBB, maupun
resolusi organisasi internasional lainnya karena resolusi-resolusi yang telah dibuat terbukti
tidak dapat menyelesaikan konflik yang berlangsung. 146
3.3.1 Kerangka Kerja Politik
Kerangka kerja politik Peace to Prosperity membahas mengenai perbatasan Israel dan
Palestina, Kota Yerusalem, keamanan, urusan lintas batas, Gaza, fasilitas pelabuhan, area
pariwisata, pengelolaan air, tahanan, pengungsi, pondasi negara Palestina, pendidikan dan
budaya damai, kemitraan ekonomi regional, dan hal-hal yang harus dilakukan oleh para pihak
selama proses negosiasi berlangsung.
Dari sebagian besar pembahasan yang diangkat dalam Peace to Prosperity, beberapa
bagian dinilai cukup kontroversial. Salah satunya adalah peta konseptual masa depan Israel dan
Palestina. Dalam peta konseptual ini, dapat dilihat bagaimana AS menginginkan kondisi untuk
Israel dan Palestina pada masa yang akan datang.
146 “Peace to Prosperity Part A: Political Framework,” Gedung Putih, 2020, Diakses melalui
https://www.whitehouse.gov/wp-content/uploads/2020/01/Peace-to-Prosperity-0120.pdf hal. 5.
69
Gambar 3.1 Peta Konseptual
Sumber: Megan Specia (2020) What to Know About Trump’s Middle East Plan, The New York Times. Diakses
melalui https://www.nytimes.com/2020/01/29/world/middleeast/trump-peace-plan-explained.html, 6 Juni 2020
Dalam peta di atas, terlihat konsistensi AS dan Israel yang percaya bahwa Israel secara
hukum tidak terikat untuk memberikan Palestina 100% dari wilayah sebelum 1967. Keyakinan
ini konsisten dengan Resolusi DK PBB 242. Peta ini memperlihatkan rencana pertukaran tanah
antara Israel dan Palestina dan secara tidak langsung mengekspos rencana aneksasi masal Israel
atas tanah Palestina disaat memberikan kedaulatan terbatas terhadap Palestina sebagai negara-
bangsa di masa depan.
Salah satu kontroversi utama dari Peta Konseptual adalah bahwa peta ini menempatkan
Lembah Yordan di bawah kedaulatan Israel. Lembah Yordan merupakan daerah dari
seperempat wilayah Tepi Barat yang diduduki. Aneksasi Lembah Yordan akan berakibat pada
70
pemisahan wilayah negara Palestina di masa depan dengan Sungai Yordan, yang membentuk
perbatasan timur Tepi Barat dan Yordania. Sungai Yordan merupakan sumber alam untuk lebih
dari 80.000 hektar lahan pertanian, peternakan, dan perikanan. Selain itu, Lembah Yordan
merupakan rumah bagi 65.000 warga Palestina dan 11.000 warga Israel. 147
Seperti yang terlihat dalam peta, rencana damai Trump mengusulkan wilayah Tepi
Barat dengan potongan-potongan wilayah Israel yang berisi pemukiman Yahudi. Banyak dari
pemukiman ini dikelilingi oleh tanah Palestina. Pemukiman Yahudi ini sudah berlangsung
sejak 1967. Israel telah membangun sekitar 140 permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem
Timur, serta 121 pos pemukiman yang dibangun tanpa izin pemerintah.148
Bagi Palestina, rencana perdamaian Trump berarti menyerahkan sejumlah besar tanah
Tepi Barat, termasuk tempat-tempat dimana Israel melangsungkan pemukiman sejak 1967.
Meskipun begitu, rencana perdamaian Trump menyatakan bahwa kesepakatan mengenai isu
ini dapat dibicarakan dalam kurun waktu empat tahun sementara Israel akan menahan diri dari
membangun pemukiman baru di Tepi Barat. Namun dilihat dari sejarah yang panjang, hal yang
dijanjikan ini akan sangat sulit untuk direalisasikan. Khususnya saat sebagian besar komunitas
internasional sudah menganggap pemukiman Yahudi sebagai ilegal, tetapi Israel tak
menghiraukan dan terus melanjutkan proses pemukiman.
Di sisi lain, Israel tidak akan mengganti status Kota Yerusalem. Yerusalem akan tetap
berstatus sebagai ibu kotanya meskipun sangat bertentangan dengan tuntutan yang diberikan
oleh Palestina. Atas dasar konsistensi AS terhadap Jerusalem Embassy Act tahun 1995,
Yerusalem akan tetap menjadi ibu kota Negara Israel dan menjadi kota yang tidak terbagi.
147“What will Palestinians lose if Israel annexes Jordan Valley?” Al Jazeera News, 2020, Diakses
melalui https://www.aljazeera.com/news/2020/01/palestinians-lose-israel-annexes-jordan-valley-
200128185727186.html, 7 Juni 2020. 148 “Trump Middle East plan: Palestinians reject ‘conspiracy’,” BBC, 2020, Diakses melalui
https://www.bbc.com/news/world-middle-east-51292865, 20 Juni 2020.
71
Sedangkan, Ibu kota Palestina harus berada di bagian Yerusalem Timur yang terletak di semua
wilayah timur dan utara dari batas wilayah yang ada termasuk Kafr Arab, bagian timur Shuafat
dan Abu Dis. Ibu kota ini dipersilahkan disebut sebagai Al-Quds atau lainnya sesuai yang
ditentukan oleh Palestina. 149
Menurut Resolusi Majelis Umum PBB 194 yang diadopsi pada 1948, para pengungsi
Palestina berhak untuk kembali ke tanah air mereka. Namun, Rencana Perdamaian Trump
nampaknya melakukan pukulan berat pada hak para pengungsi. Israel bahkan meminta para
pengungsi untuk tetap tinggal di tempat mereka berada karena saat mereka kembali akan
berdampak pada tidak stabilnya demografi regional dan keamanan kawasan.150
Dalam dokumen Peace to Prosperity disebutkan bahwa “There shall be no right of
return by, or absorption of, any Palestinian refugee into the State of Israel”. 151 Hal ini berarti
bahwa para pengungsi akan diserap kedalam Palestina atau diintegrasikan ke negara tuan
rumah mereka saat ini. Para pengungsi harus serta merta memenuhi syarat yakni terdaftar
dalam status pengungsi di UNRWA paling lambat pada tanggal dirilisnya proposal ini.
Berdasarkan kondisi yang dibuat, pada akhirnya para pengungsi diberikan tiga pilihan,
yakni: (1) Penyerapan ke negara Palestina, (2) Integrasi lokal di negara tuan rumah saat ini,
dan (3) Berpindah ke negara-negara anggota OKI yang sepakat untuk berpartisipasi dalam
pemukiman Palestina di negerinya. Negara-negara anggota OKI yang setuju untuk
berpartisipasi dalam pemukiman pengungsi Palestina akan menerima sejumlah 5.000 warga
149 “Peace to Prosperity Part A: Political Framework,” Gedung Putih, 2020, Diakses melalui
https://www.whitehouse.gov/wp-content/uploads/2020/01/Peace-to-Prosperity-0120.pdf hal. 17. 150 “Palestinian Refugees: Trump’s Mideast Peace Plan Fatal Blow to Palestinian’s Right of Return to
Motherland,” Palestinian Return Centre, 2020, Diakses melalai
https://prc.org.uk/en/news/1178/palestinian-refugees-trump-s-mideast-peace-plan-fatal-blow-to-
palestinians-right-of-return-to-motherland, 15 Juni 2020. 151 “Peace to Prosperity Part A: Political Framework,” Gedung Putih, 2020, Diakses melalui
https://www.whitehouse.gov/wp-content/uploads/2020/01/Peace-to-Prosperity-0120.pdf hal. 32.
72
Palestina, maka dalam kurun waktu 10 tahun akan menerima total 50.000 pengungsi. Para
pengungsi akan diberikan sejumlah kompensasi berdasarkan dana yang akan dikumpulkan152
Bagi UNRWA, Rencana perdamaian Trump kemungkinan besar akan menyebabkan
ketidakstabilan dan ketidakpastian yang lebih besar bagi 5,6 juta pengungsi karena pada
dasarnya, sebuah rencana perdamaian yang berprinsip akan memastikan solusi yang akan
bertahan lama bagi jutaan pengungsi Palestina. 153 Terlebih, rencana aneksasi Lembah Yordan
yang akan mempengaruhi nasib warga Palestina yang bermukim di Lembah Yordan dan secara
otomatis akan berakibat pada bertambahnya jumlah pengungsi.
Selain itu, Proposal damai Trump juga mengusulkan bahwa Israel akan
mempertahankan tanggung jawab keamanan utama bagi Palestina di masa depan. Gaza akan
didemiliterisasi secara penuh. Palestina akan tetap memiliki pasukan keamanan internalnya
sendiri, tetapi Israel akan memiliki kuasa untuk mengontrol dan memonitor semua perbatasan,
termasuk urusan udara. Hal ini dipercaya sebagai upaya untuk mencegah serangan teror
Palestina terhadap Israel dan untuk mewujudkan rasa aman dan nyaman dari masyarakat
internasional yang melakukan kunjungan ke wilayah ini, sehingga akan membawa banyak
investasi baru.154
Selain persoalan mengenai perbatasan, status Kota Yerusalem, keamanan, dan
pengungsi sebagai persoalan utama dalam proses perdamaian konflik Israel dan Palestina, air
merupakan isu yang cukup krusial, terlebih populasi di kawasan ini yang terus bertambah
sehingga berakibat pada naiknya permintaan air, baik untuk penggunaan domestik maupun
152 “Peace to Prosperity Part A: Political Framework,” Gedung Putih, 2020, Diakses melalui
https://www.whitehouse.gov/wp-content/uploads/2020/01/Peace-to-Prosperity-0120.pdf hal. 32. 153 Lisa Schlein, “UN Warns Stability and Protection of Palestinian Refugees Threatened bu Trump
Peace Plan,” VOA News, 2020, Diakses melalui https://www.voanews.com/middle-east/un-warns-
stability-and-protection-palestinian-refugees-threatened-trump-peace-plan, 5 Juni 2020 154 “Peace to Prosperity Appendix 2C: Demilitarization criteria and other security arrangements,”
Gedung Putih, 2020, Diakses melalui https://www.whitehouse.gov/wp-content/uploads/2020/01/Peace-
to-Prosperity-0120.pdf.
73
pertanian. Kekeringan berkepanjangan juga menjadikan air sebagai komponen penting yang
tak bisa diabaikan.
Hingga saat ini, air yang tersedia di kawasan merupakan air dari Sungai Yordan dan
akuifer bawah tanah di Tepi Barat yang umumnya dibagi di sepanjang perbatasan. Namun,
Rencana Perdamaian Trump menyerukan agar Palestina menyerahkan sebagian besar wilayah
di Tepi Barat yang kaya akan air dan seluruh Lembah Yordan ke Israel. Dengan begitu,
pemerintahan Trump dinilai sebagai mediator yang abai dalam salah satu isu krusial. AS sudah
sepatutnya tidak menyandera kebutuhan dasar manusia seperti air. 155
Berdasarkan kerangka politik di atas, AS menunjukan keberpihakannya terhadap Israel
dalam proses perdamaian Israel dan Palestina. Kerangka politik ini dapat dilihat sebagai bentuk
konsistensi dari kebijakan-kebijakan AS sebelumnya yang sangat pro-Israel, khususnya pada
masa pemerintahan Trump.
3.3.2 Kerangka Kerja Ekonomi. 156
Peace to Prosperity adalah sebuah visi dengan tujuan untuk pemberdayaan rakyat
Palestina dalam membangun masyarakat Palestina yang makmur dan giat. Dengan
menggunakan tiga pilar utama seperti ekonomi, rakyat, dan pemerintah, tujuan ini diharapkan
dapat terwujud dalam kurun waktu 10 tahun. Kerangka kerja ekonomi Peace to Prosperity
terdiri dari tiga inisatif, yakni penguatan potensi ekonomi, pemberdayaan warga Palestina, dan
peningkatan potensi pemerintahan Palestina.
Inisiatif pertama adalah penguatan potensi ekonomi. Inisiatif ini bertujuan
meningkatkan lingkungan bisnis dan merangsang pertumbuhan sektor swasta dengan
155 “Water and Trump’s Middle East Peace Plan,” Ooska News The Water Diplomat, 2020, Diakses
melalui https://www.ooskanews.com/story/2020/02/water-and-trumps-middle-east-peace-plan_179269,
8 Juni 2020. 156 “Peace to Prosperity Part B: Economic Framework,” Gedung Putih, 2020, diakses melalui
https://www.whitehouse.gov/wp-content/uploads/2020/01/Peace-to-Prosperity-0120.pdf.
74
mengembangkan hak-hak properti dan kontrak, aturan hukum, pendidikan anti-korupsi,
struktur pajak dan pasar modal, dan skema tarif rendah dengan hambatan perdagangan rendah.
Selain itu, insiatif ini juga merencanakan rumah sakit, sekolah, rumah dan bisnis untuk
mendapatkan akses yang baik pada listik, air bersih, dan layanan digital.
Investi baru bernilai miliaran dolar diprediksikan akan mengalir ke berbagai sektor.
Tepi Barat dan Gaza bahkan akan dibuka sebagi pasar regional dan global sehingga
pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan memiliki potensi untuk mengakhiri krisis
pengangguran yang sedang terjadi, sekaligus mengubah Tepi Barat dan Gaza sebagai pusat
peluang. Tujuan inisiatif ekonomi adalah untuk meningkatkan nilai ekspor Palestina dari 17%
menjadi 40% dan meningkatkan Investasi Asing Langsung (FDI) dari 1.4% menjadi 8%. 157
Inisiatif kedua, pemberdayaan rakyat Palestina ditujukan untuk meningkatkan dan
memperluas berbagai program yang secara langsung dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat
Palestina dengan memperkuat sistem pendidikan, meningkatkan akses ke layanan kesehatan
yang berkualitas, dan menciptakan peluang baru untuk kegiatan budaya dan rekreasi seperti
taman, fasilitas atletik, dan perpustakaan.
Tujuan dari inisiatif pemberdayaan rakyat Palestina adalah untuk meningkatkan skor
SDM di Tepi Barat dan Gaza pada Indeks Sumber Daya Manusia Bank Dunia pada angka 0.70,
menjadikan setidaknya satu universitas di Palestina sebagai universitas terbaik-150 di dunia,
meningkatkan tingkat partisipasi kerja untuk wanita dari 20% menjadi 35%, dan meningkatkan
masa hidup rata-rata dari usia 74 menjadi 80 tahun. 158
157 “Peace to Prosperity Part B: Economic Framework,” Gedung Putih, 2020, diakses melalui
https://www.whitehouse.gov/wp-content/uploads/2020/01/Peace-to-Prosperity-0120.pdf, hal. 5. 158 “Peace to Prosperity Part B: Economic Framework,” Gedung Putih, 2020, diakses melalui
https://www.whitehouse.gov/wp-content/uploads/2020/01/Peace-to-Prosperity-0120.pdf, hal. 15.
75
Inisiatif terkahir yakni peningkatan potensi pemerintahan Palestina. Inisiatif ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sektor publik pemerintah Palestina untuk melayani
warganya dan untuk memungkinkan pertumbuhan sektor swasta. Inisiatif ini akan membantu
sektor publik Palestina untuk membangun lembaga-lembaga sektor publik dan meningkatkan
respon pemerintah terhadap rakyat, dan meningkatkan layanan pemerintah kepada rakyat
Palestina
Tujuan dari meningkatkan potensi pemerintahan Palestina adalah untuk meningkatkan
transparansi pemerintah sehingga dapat mencapai skor transparansi 60 atau lebih pada Indeks
Persepsi Trasnparansi Korupsi Internasional, penerapan sistem e-government dan mencapai
skor sebesar 0.75 pada Indeks Pembangunan e-Government AS, penetapaan anggaran sektor
publik yang berkelanjutan, dan meningkatkan lingungan bisnis sehingga dapat mencapai
perinkat 75 atau lebih baik pada ranking World Bank Doing Business. 159
Ketiga inisiatif di atas dibuat dengan tujuan yang jelas dan pasti. Tim penyusun Peace
to Prosperity menyusun proposal ini secara apik. Kerangka kerja ekonomi ini bahkan
diusulkan dengan dokumen perencanaan pemerintahan, proposal sektor swasta, analisis
independen, dan karya penelitian sebelumnya dari organisasi internasional seperti Bank Dunia
dan IMF. Proposal damai ini juga memberikan informasi lebih lanjut mengenai kerangka
ekonomi termasuk deskripsi program, jadwal, perkiraan pembiayaan proyek, bahkan distribusi
dana yang dibagi berdasarkan sektor.
Kerangka kerja ekonomi Peace to Prosperity secara umum ditujukan untuk dapat
meningkatkan PDB Palestina lebih dari dua kali, menciptakan lebih dari 1 juta lapangan
pekerjaan bagi rakyat Palestina, mengurangi tingkat pengangguran di Palestina menjadi hampir
159 “Peace to Prosperity Part B: Economic Framework,” Gedung Putih, 2020, diakses melalui
https://www.whitehouse.gov/wp-content/uploads/2020/01/Peace-to-Prosperity-0120.pdf, hal. 23.
76
satu digit, dan mengurangi tingkat kemiskinan Palestina sebesar 50%. Tujuan ini diatur untuk
dapat terwujud dalam kurun waktu 10 tahun. 160
Gambar 3.2 Tujuan Ekonomi Peace to Prosperity
Sumber: Gedung Putih (2020) Peace to Prosperity, diakses melalui https://www.whitehouse.gov/wp-
content/uploads/2020/01/Peace-to-Prosperity-0120.pdf hal. 99
Memiliki implementasi tujuan yang sangat rinci di atas, pemerintahan Trump berharap
bahwa pihak lain terutama negara-negara Teluk yang kaya dan para investor swasta akan
memberikan sumbangan untuk keberlangsungan rencananya. Uang tersebut kemudian akan
diadministrasikan oleh Bank Pembangungan Multinasional, bukan oleh Otoritas Palestina. Hal
ini dalam rangka mewujudkan tata kelola yang lebih baik dan sebagai upaya pencegahan
korupsi.
160 “Peace to Prosperity Part B: Economic Framework,” Gedung Putih, 2020, diakses melalui
https://www.whitehouse.gov/wp-content/uploads/2020/01/Peace-to-Prosperity-0120.pdf, hal. 3
77
Sejak awal, Peace to Prosperity percaya bahwa konflik Israel dan Palestina merupakan
konflik politik dan agama. Namun, proposal ini mengambil pendekatan economy first. Pilihan
Trump untuk menjadikan ekonomi sebagai prioritas dalam penyelesaian konflik Israel dan
Palestina dapat dilihat sebagai pendekatan baru, namun bisa juga dilihat sebagai motif bisnis
para arsitek rencana perdamaian, yakni tim perdamaian Timur Tengah Trump.
Perlu digarisbawahi bahwa kerangka kerja ekonomi hanya akan diterapkan ketika para
pihak setuju dengan kerangka kerja politik. Dengan kata lain, kemakmuran hanya bisa dicapai
oleh Palestina melalui perdamaian dengan Israel melalui The Israeli-Palestinian Peace
Agreement dengan AS sebagai mediator konflik, sementara kerangka kerja politik yang telah
dibuat sama sekali tidak memenuhi persyaratan damai yang diajukan oleh Palestina.
Bagaimana pun, Trump Peace Plan sama sekali tidak benar-benar menyerukan solusi
dua negara, solusi yang diinginkan oleh Palestina. Rencana damai ini memungkinkan Palestina
untuk tidak memiliki pasukan tentara darat maupun udara serta memberikan Israel tanggung
jawab penuh terhadap keamanan. Dengan kata lain, Trump Peace Plan adalah rencana untuk
menaklukkan Palestina yang bahkan tidak berdasarkan pada aturan hukum internasional, alih-
alih membuat Israel dan Palestina berdamai.
Pemerintahan Trump mengggunakan pendekatan baru yang memiliki perbedaan
signifikan dibandingkan dengan pendekatan yang digunakan oleh pemerintahan sebelumnya,
misalnya pemerintahan Obama. Disaat pemerintahan Obama merasa pendekatan terbaik adalah
dengan menghajar Israel dan memberikan segalanya bagi Palestina. Sebaliknya, Trump ingin
agar Palestina menerima proposal damainya yang lebih realistis. 161
161 Frank Musmar, “The Trump Vision vs. the Obama Vision on Israel,” BESA Center Perspectives Paper
No. 1,466 (2020).
78
Proposal damai Trump pada dasarnya dibuat atas dasar take it or leave it. Tidak banyak
ruang bagi Israel maupun Palestina untuk melakukan negosiasi, bahkan jika Palestina bersedia
melakukannya. Trump Peace Plan merupakan proposal damai yang dipersembahkan oleh AS
atas jawaban terhadap isu-isu krusial yang selalu mengalami kegagalan saat proses diskusi
perdamaian sebelumnya, seperti dalam Perundingan Oslo I dan II. 162
Namun, terdapat perbedaan antara Oslo dengan proposal damai Trump. Perbedaan
terletak pada dukungan solidaritas negara Arab. Palestina tidak menerima solidaritas negara
Arab seperti yang didapatkannya di masa lalu. Kawasan Timur Tengah pada dasarnya telah
mengalami pergeseran secara signifikan, ditunjukan dari dukungan yang diberikan oleh Arab
Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab untuk proposal damai Trump.163
Di sisi lain, karena Netanyahu telah menyetujui isi dari proposal damai ini, Netanyahu
berencana untuk memulai menerapkan sebagian isi dari proposal ini dengan segera.
Nentanyahu pada 28 Mei 2020 mengumumkan rencana aneksasi Tepi Barat. Rencana aneksasi
ini berdasarkan pada peta konseptual dari Trump Peace Plan. 164 Namun, Benny Gantz
menyarankan bahwa rencana aneksasi harus menunggu karena Israel sedang menghadapi krisis
yang disebabkan oleh Pandemi Virus Corona. 165
Netanyahu kemudian memutuskan untuk menunda rencana aneksasi di Tepi Barat.
Penundaan ini bukan berdasarkan alasan yang disarankan oleh Gantz, melainkan karena
162 David B. Green, “Oslo vs. Trump’s Vision: How U.S. Mideast Plan Differs From Its Predecessors,”
Haaretz, 2020, Diakses melalui https://www.haaretz.com/israel-news/.premium-oslo-vs-trump-how-u-s-
mideast-plan-differs-from-all-others-1.8468611, 20 Agutus 2020. 163 Gilead Sher, “Let’s call Trump’s plan what it is: Oslo C,” Forward, 2020, Diakses melalui,
https://forward.com/opinion/439134/lets-call-trumps-plan-what-it-is-oslo-c/, 20 Agutus 2020. 164 Lahav Harkov, dkk, “Annexation will not happen in July 1 – US Sources,” The Jerusalem Post, 2020,
Diakses melalui https://www.jpost.com/breaking-news/gantz-to-berkowitz-coronavirus-more-pressing-
than-annexation-633165, 20 Agutus 2020. 165 Peter Beamont & Rosie Scammell, “Netanyahu’s annexation plan in disarray as Gantz calls for delay,”
The Guardian, 2020, Diakses melalui https://www.theguardian.com/world/2020/jun/29/netanyahus-
annexation-plan-in-disarray-as-gantz-calls-for-delay, 20 Agustus 2020.
79
permintaan yang diberikan oleh AS. Hal ini berdasarkan pada normalisasi hubungan antara
Israel dan Uni Emirat Arab yang diumumkan oleh Trump pada 13 Agustus 2020. 166
3.4 Penolakan Palestina
Rencana Perdamaian Trump ditolak mentah-mentah oleh Palestina. Penolakan ini dapat
dilihat sebagai respon yang wajar mengingat hubungan diplomatik antara AS dan Palestina
yang nyaris nihil setelah pengakuan AS terhadap Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Palestina
bahkan sama sekali tidak memiliki kontribusi dalam proses pembuatan Peace to Prosperity,
sedangkan ini adalah proposal yang sebagian besarnya berbicara mengenai masa depan
Palestina.
Selain itu, bila dilihat dari isinya, rencana perdamaian Trump sama sekali tidak
memenuhi prasyarat definisi damai ala Palestina, yakni isu-isu pokok yang menyangkut
perbatasan Israel dan Palestina, status Kota Yerusalem, pemukiman, dan pengungsi. Lagi pula,
diperlukan unsur kesetaraan untuk mengakhiri sebuah pendudukan.
Trump Peace Plan bahkan diumpamakan sebagai keju Swiss. Keju Swiss merupakan
keju dengan ciri khas memiliki banyak lubang pada teksturnya. Trump diibaratkan
menawarkan keju kepada Israel sedangkan lubang-lubang diberikan kepada Palestina. 167
Berdasarkan proposal Trump, Palestina hanya akan dipindahkan ke kantung-kantung kecil,
tertutup, terisolasi, dan tanpa kendali atas kehidupan mereka.
Pada pertemuan DK PBB 11 Februari 2020, Abbas menyatakan bahwa rencana
perdamaian AS tidak akan membawa perdamaian maupun stabilitas kawasan karena
membatalkan legitimasi hak-hak Palestina dan rakyatnya, termasuk hak untuk menentukan
166 Zain Khalil, “Netanyahu: Annexation plan suspended ‘for time being’,” Anadolu Agency, 2020,
Diakses melalui https://www.aa.com.tr/en/middle-east/netanyahu-annexation-plan-suspended-for-time-
being/1944812, 20 Agustus 2020. 167 “UN underlines need for dialogue to resolve Israel-Palestine conflict,” Portal Berita PBB, 2020,
Diakses melalui https://news.un.org/en/story/2020/02/1057181, 11 Juni 2020.
80
nasib sendiri. Abbas pun menegaskan bahwa proposal Trump tidak bisa dianggap sebagai
referensi internasional untuk proses negosiasi damai. 168
Maka dari itu, perwakilan Palestina, Indonesia, dan Tunisia menyiapkan draft resolusi
yang menyatakan rencana perdamaian Trump sebagai tindakan ilegal dengan tujuan untuk
mengakhiri pendudukan Israel dan mempromosikan solusi untuk konflik tersebut. Namun pada
akhirnya, draf resolusi tersebut dinyatakan gagal setelah proses pemungutan suara. 169
Dari berbagai upaya perdamaian yang diinisiasi oleh AS pada setiap pemerintahan,
tidak ada yang tidak mengalami kegagalan. Hingga Presiden Trump menjabat pun, tidak ada
upaya perdamaian yang memberikan hasil yang cukup memuaskan. Bagaimana pun upaya
yang dikeluarkan AS untuk mencapai perdamaian, tetap diperlukan keinginan dari Israel
maupun Palestina untuk berdamai.
168 “Press Conference by Security Council President on Programme of Work for Februrary,” PBB, 2020,
Diakses melalui https://news.un.org/en/story/2020/02/1057181, 20 Juli 2020. 169 Omri Nahmias, dkk, “Palestinians delay vote at UNSC against Trump’s peace deal,” The Jerusalem
Post, 2020, Diakses melalui https://www.jpost.com/international/us-suggests-amendments-for-unsc-
resolution-on-trump-peace-plan-617115, 15 Juni 2020.
81
BAB IV
KEBIJAKAN TRUMP PEACE PLAN TERHADAP PROSES
PERDAMAIAN ISRAEL DAN PALESTINA PERIODE 2017-2020
Pada tahap ini, sudah aman untuk mengatakan bahwa Trump Peace Plan merupakan
bentuk kebijakan luar negeri AS yang sangat pro-Israel. AS bahkan merilis rencana damainya
tanpa melalui proses komunikasi dengan Palestina. Hal ini dapat membentuk opini bahwa
rencana damai Trump memang sejak awal dibuat dengan tujuan untuk ditolak oleh Palestina.
Satu hal yang pasti, pemerintahan Trump sudah sejak lama menyerah atas perdamaian
Israel dan Palestina. Alur yang sedang dimainkan Trump saat ini adalah politik antara AS dan
Israel. Pola pikir ini akan menuntun penelitian dalam menjawab pertanyaan penelitian yang
diajukan.
Dalam menganalisis latar belakang Trump Peace Plan dan implikasinya terhadap
proses perdamaian Israel dan Palestina, penelitian ini menggunakan Perspektif Realisme, Teori
Kebijakan Luar Negeri, Konsep Idiosinkratik, dan Konsep Peace.
4.1 Kepentingan AS di Timur Tengah
Kepentingan AS di Timur Tengah sejak tahun 1960-an tidak banyak berubah, yakni
berdasarkan pada tiga pilar utama, yaitu, minyak, Israel, dan stabilitas kawasan. Minyak
merupakan komoditas penting bagi AS. Maka dari itu, AS tidak menghendaki negara manapun
untuk dapat mendominasi cadangan, pengelolaan, dan pemasaran minyak. Sementara itu, Israel
sebagai sekutu AS di Timur Tengah selalu mendapatkan dukungan dan perlindungan melalui
kebijakan yang dikeluarkan oleh AS. Sedangkan, stabilitas kawasan juga menjadi kepentingan
82
AS di Timur Tengah karena kawasan yang stabil akan memberikan dampak positif bagi liberasi
politik, ekonomi, pendidikan, dan agama di kawasan ini. 170
Trump Peace Plan dapat dilihat sebagai perwujudan dua dari ketiga pilar kepentingan
AS di Timur Tengah, yakni Israel dan stabilitas kawasan. Trump Peace Plan dapat
diterjemahkan sebagai bentuk dukungan dan perlindungan yang diberikan AS kepada Israel
karena isinya yang sangat mendukung kepentingan Israel. Di sisi lain, kebijakan ini juga
bertujuan untuk menciptakan perdamaian abadi antara Israel dan Palestina sehingga dapat
menciptakan stabilitas kawasan.
Tujuan utama dari kebijakan luar negeri AS diatur dalam konstitusi AS yakni untuk
mencapai kepentingan nasionalnya, untuk membangun dan mempertahankan keadaan dunia
yang lebih demokratis, aman, dan sejahtera, dan untuk kepentingan rakyat AS dan masyarakat
internasional. 171 Maka dari itu, kebijakan Trump Peace Plan merupakan alat AS dalam
mengimplementasikan kepentingan yang dimiliki, khususnya untuk kawasan Timur Tengah.
4.2 Teori Kebijakan Luar Negeri
Menurut K. J. Holsti, kebijakan luar negeri dapat ditentukan oleh faktor eksternal
maupun internal. Faktor eksternal meliputi struktur sistem, struktur ekonomi global, tujuan dan
tindakan aktor lain, dan masalah regional atau global. Sedangkan, faktor internal meliputi
kebijakan sosial-ekonomi dan keamanan, topografi atau letak geografis, struktur pemerintahan,
birokrasi, dan atribut nasional. 172
170 Yussuf Solichien M., “Kerjasama PBB-Amerika Serikat dalam Penyelesaian Kasus Invasi Irak
terhadap Kuwait (Tahun 1990-1991),” (Skripsi Pasca Sarjana, Universitas Indonesia, 2008), Diakses
melalui http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/127056-T%2023483-Kerjasama%20PBB-Analisis.pdf. 171 Storey Wil, US Government and Politics, Politic Study Guides, Edinburgh Unviersity Press, 2007,
hal. 313. 172 Holsti, K. J. (1992) Politik Internasional
83
Penelitian ini menggunakan faktor internal dan eksternal untuk melihat kebijakan
Trump Peace Plan. Faktor internal yang digunakan adalah struktur pemerintahan dan birokrasi.
Kedua faktor tersebut digunakan untuk melihat proses kebijakan luar negeri AS yang
dipengaruhi oleh kelompok lobi atau kelompok kepentingan. Selain itu, penelitian ini juga
melihat pengaruh dari Tim Perdamaian Timur Tengah yang dibuat oleh Trump. Tim ini
berperan sebagai perancang Trump Peace Plan.
Sedangkan, faktor eksternal yang digunakan adalah masalah regional atau global dan
tujuan dan tindakan aktor lain. Penlelitian ini melihat konflik antara Israel dan Palestina sebagai
konflik regional yang upaya damainya bersifat global. Trump Peace Plan merupakan bentuk
dari proses perdamaian yang diupayakan oleh AS. Namun, perilisan kebijakan ini dipengaruhi
oleh politik dalam negeri Israel.
Dengan melihat faktor internal dan eksternal dari proses kebijakan luar negeri AS, maka
dapat dilihat latar belakang perilisan kebijakan ini dan bagaimana implikasi Trump Peace Plan
terhadap proses perdamaian Israel dan Palestina.
4.3 Konflik Israel dan Palestina sebagai masalah regional dan global
Konflik Israel dan Palestina pada dasarnya merupakan konflik di kawasan Timur
Tengah yang upaya damainya dilakukan secara global. Sejak awal, imigrasi secara masif yang
dilakukan oleh bangsa Yahudi ke tanah Palestina sudah menyulut konflik di kawasan.
Kedatangan bangsa Yahudi tidak diterima oleh negara-negara tetangga seperti Lebanon, Suriah,
Yordania, Mesir, dan Iran. Selama beberapa dekade terakhir, Israel dan negara-negara Arab
tersebut tak luput dari perang. Perang-perang ini memperebutkan wilayah yang juga diklaim
sebagai tanah Palestina. Namun, Perang tidak dapat menghasilkan perdamaian. Perang justru
hanya melahirkan perang lainnya.
84
Tren negatif yang terjadi ini pada akhirnya akan meningkatkan ancaman terhadap
perdamaian di kawasan. Bila terus berlanjut, akan menyebabkan ketidakstabilan keamanan di
Timur Tengah sehingga akan mempengaruhi situasi keamanan global. 173 Maka dari itu,
dibutuhkan upaya perdamaian yang dilakukan oleh aktor di luar kawasan, dapat berupa
organisasi internasional maupun negara.
Konflik Israel dan Palestina pada dasarnya merupakan akar penyebab dari banyak
ketidakstabilan di Timur Tengah. Maka dari itu, mempertahankan sentralitas masalah Palestina
adalah landasan untuk menyelesaikan konflik ini. Para pemimpin global harus dapat bekerja
secara kolektif untuk mewujudkan negosiasi komprehensif yang substansif melalui
pembicaraan langsung untuk mengakhiri konflik ini sehingga dapat tercapai perdamaian,
keamanan, dan kemakmuran. 174
Dalam konflik Israel dan Palestina, AS memiliki kepentingan dalam melindungi
keamanan sekutu jangka panjangnya, Israel, dan mecapai kesepakatan damai antara Israel dan
Palestina, sehingga dapat meningkatkan keamanan regional. 175 AS telah lama mencoba untuk
menegosiasikan resolusi untuk konflik ini. Setiap presiden yang menjabat di AS memiliki
usulan untuk proses perdamaian yang akan menghasilkan dua negara, yakni negara Israel dan
negara Palestina. Namun, banyak kritikus yang mengatakan bahwa prospek untuk solusi dua
negara telah meredup seiring dengan berjalannya waktu terlebih dengan kebijakan-kebijakan
yang dikeluarkan oleh Trump. 176
173 “Menlu RI Pimpin Pertemuan Dewan Keamanan PBB Mengenai Situasi di Timur Tengah,”
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2019, Diakses melalui
https://kemlu.go.id/portal/i/read/307/berita/menlu-ri-pimpin-pertemuan-dewan-keamanan-pbb-
mengenai-situasi-di-timur-tengah, 22 juli 2020. 174Nasser S. Judeh, “Global Palestina,” The Cairo Review of Global Affairs, 2017, Diakses melalui
https://www.thecairoreview.com/essays/global-palestine/, 22 juli 2020. 175 Global Conflict Tracker, “Israeli-Palestinian Conflict,” Council on Foreign Relations, 2020, Diakses
melalui https://www.cfr.org/global-conflict-tracker/conflict/israeli-palestinian-conflict, 22 juli 2020. 176 Kali Robinson, “What Is U.S. Policy on the Israeli-Palestinian Conflict?,” Council on Foreign
Relations, 2020, Diakses melalui https://www.cfr.org/backgrounder/what-us-policy-israeli-palestinian-
conflict, 22 July 2020.
85
4.4 Tim Perdamaian Timur Tengah
Sebelum resmi menjadi kebijakan luar negeri, Trump Peace Plan melalui proses
perancangan. Proses perancangan dan aktor yang merancangnya menjadi faktor penting yang
dapat digunakan untuk melihat latar belakang dari Trump Peace Plan. Perancang dari Trump
Peace Plan adalah Tim Perdamaian Timur Tengah. Tim ini dibentuk oleh Trump. Trump
menunjuk Jared Kushner, Jason Greenblatt, dan David Friedman sebagai bagian dari tim ini.
Tim perdamaian ini dibentuk dengan tujuan merancang kebijakan yang ditujukan untuk
perdamaian di Timur Tengah, khususnya pada konflik Israel dan Palestina. Tim ini dibentuk
Trump sesaat setelah pelantikannya sebagai Presiden AS ke-45. Hasil pekerjaan dari Tim ini
diumumkan oleh Trump ke publik sebagai Deal of the Century atau kesepakatan abad ini.
Detail dari proposal damai ini dirahasiakan namun pemerintah AS menunjukan bahwa isinya
akan sangat memprioritaskan kepentingan Israel atas hak-hak Palestina. 177
Pemilihan Kushner, Greenblatt, dan Friedman oleh Trump sebagai bagian dari tim
perdamaiannya akan menuntun penelitian dalam menjawab pertanyaan penelitian yang
diangkat.
Trump memilih Jared Kushner, menantu Yahudinya, untuk menjadi penasihat senior
dalam pemerintahannya. Meskipun Kushner memiliki sedikit pengalaman dalam urusan
internasional, namun Kushner memiliki hubungan pribadi dan hubungan religius yang kuat
dengan Israel. Charler Kushner, ayahnya, memiliki hubungan personal yang baik dengan
Netanyahu. Hubungan ini sudah dijalin cukup lama. Maka dari itu, Kushner dan Netanyahu
dapat saling mendandalkan. Keluarga Kushner bahkan telah menawarkan dukungan keuangan
177 Muriel Asseburg, “The “Deal of the Century” for Israel-Palestina,” SWP Comment No. 20, 2019,
Diakses melalui https://www.swp-berlin.org/fileadmin/contents/products/comments/2019C20_ass.pdf.
86
untuk pemukiman di Israel dan menyumbangkan hampir $60.000 pada tahun 2011 dan 2013.
178
Penerima sumbagan dari Keluarga Kushner adalah American Friends of Beit El Yeshiva.
Bagian penggalangan dana organisasi ini sebelumnya dipimpin oleh David Friedman. Saat itu,
Friedman bertanggung jawab untuk mendanai beberapa proyek di pemukiman Beit El. 179
Mengingat wewenang yang dimiliki Trump sebagai presiden AS adalah untuk mencalonkan
duta besar, 180 dipilihnya Friedman sebagi duta besar AS untuk Israel menunjukan komitmen
kuat Trump terhadap Yahudi.
Friedman adalah duta besar bilateral pertama yang dikonfirmasi oleh pemerintahan
Trump. Sebelum penunjukannya sebagai duta besar, Friedman adalah seorang pengacara
terkemuka. Friedman memainkan peran yang penting dalam pengembangan dan kebijakan-
kebijakan terkait Presiden Trump, termasuk yang berkaitan dengan pengakuan Yerusalem
sebagai ibu kota Israel, pemindahan Kedutaan Besar AS di Israel. 181
Selain Kushner dan Friedman, tim perdamaian Trump juga diisi oleh Jason Grenblatt.
Greenblatt, yang juga seorang Yahudi, dipilih oleh Trump sebagai penasihatnya untuk urusan
Israel. Greenblatt percaya bahwa pemukiman bukanlah isu utama dari konflik Israel dan
Palestina. Sayangnya, sebelum Trump Peace Plan resmi dirilis, Greenblatt mengundurkan diri
178 Wemenbol Grace,“Israel-Palestine and the Deal of the Century,” Friedrich Ebert Stiftung, 2019,
Diakses melalui http://library.fes.de/pdf-files/id/15681.pdf, 8 Juli 2020. 179 Judy Maltz, “Fund Headed by Trump’s Israel Ambassador Pumped Tens of Millions Into West Bank
Settlement,” Haretz, 2016, Diakses melalui https://www.haaretz.com/israel-news/.premium-fund-
headed-by-trump-s-ambassador-raised-millions-of-dollars-for-settlement-1.5474789, 21 Juli 2020. 180 Robert Singh, American Goverment and Politics, London: SAGE Publications, Ltd. 20013, Chapter
12. Hal. 269. Terdapat dalam artikel “Proses Pembuatan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat” oleh
Doni Sunendra, Erdita Vega, Lukas Jalu. 181 U.S. Embassy in Israel, “Ambassador David Melech Friedman,” Diakses melalui
https://il.usembassy.gov/our-relationship/our-ambassador/, 26 Juli 2020
87
dari posisinya pada 5 September 2019. Greenblatt mengundurkan diri dengan alasan faktor
keluarga. 182
Posisi kosong yang ditinggalkan Greenblatt kemudian ditempati oleh Avi Berkowitz.
Tak jauh berbeda dengan pendahulunya, Berkowitz tidak memiliki pengalaman dalam urusan
internasional. Berkowitz adalah sepupu dari presiden AIPAC ortodoks pertama, Howard
Friedman. Howard Friedman sendiri merupakan paman dari David Friedman. Sebelum masuk
ke dalam tim perdamaian, Berkowitz pernah membantu pengelolaan perusahaan real estate
milik Kushner. Kini Berkowitz bekerja sebagai asisten Kushner dalam merancang rencana
damai antara Israel dan Palestina. 183
Berdasarkan pada preferensi Trump dalam memilih orang terpercaya dalam
pemerintahannya, dapat dilihat bagaimana arah kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh
pemerintahan Trump. Anggota dari tim perdamaian Timur Tengah yang dibentuk oleh Trump
secara umum memiliki ikatan pribadi yang cukup dalam dan rumit dengan pemerintah AS
maupun pemerintah Israel.
Selain memiliki hubungan pribadi dengan Israel, anggota tim perdamaian Trump pada
dasarnya berprofesi sebagai pebisnis dan pengacara. Negosiator veteran perdamaian Timur
Tengah Aaron David Miller mengatakan bahwa pemerintahan trump mengambil langkah yang
salah dengan menjadikan para pengacara ini sebagai perancang proposal damai. 184
182 Michaeil Crowley, “Jason Greenblatt, a Designer og Trump’s Middle East Peace Plan, Is Leaving
the Administration,” The New York Times, 2019, Diakses melalui
https://www.nytimes.com/2019/09/05/us/politics/jason-greenblatt-middle-east-peace.html, 22 Juli 2020. 183 “Avrahm J. Avi Berkowitz”, ProPublica, Diakses melalui https://projects.propublica.org/trump-
town/staffers/avrahm-j-avi-berkowitz, 9 Juni 2020. 184 Aaron David Miller, “I’m a Veteran Middle East PPeace Negotiator. Trump’s Plan Is the Most
Dangerous I’ve Ever Seen,” Carnegie Endowment for International Peace, 2020, Diakses melalui
https://carnegieendowment.org/2020/02/27/i-m-veteran-middle-east-peace-negotiator.-trump-s-plan-is-
most-dangerous-i-ve-ever-seen-pub-81171, 22 juli 2020.
88
Miller melihat bahwa proposal yang dihasilkan oleh tim ini tidak dapat dijadikan dasar
untuk negosiasi langsung ataupun kerangka kerja yang dapat berfungsi sebagai dasar
pembicaraan perdamaian di masa depan. Dibandingkan sebagai perancang proposal damai,
Miller percaya bahwa tim perdamaian ini berlaku sebagai pengacara yang bekerja untuk Israel.
Proposal damai yang dihasilkan merupakan produk akhir dari pengacara pro-Israel yang
menggunakan istilah negara dan kota Yerusalem untuk menutupi upaya sepihak para pengacara
yang memiliki klien lebih penting daripada perdamaian, yakni, Trump dan Netanyahu. 185
Pada akhirnya, latar belakang dan ikatan yang dimiliki para perancang proposal damai
ini dapat berimplikasi pada implementasi kebijakan yang pro-Israel, mengasingkan Palestina,
dan dapat memperburuk citra AS sebagai broker perdamaian.
4.5 Sistem Pemerintahan AS
Proposal damai yang dirancang oleh Tim Perdamaian Timur Tengah tidak begitu saja
lolos sebagai kebijakan luar negeri AS. Dalam membuat kebijakan luar negeri, AS memiliki
proses tersendiri. Proses pembuatan kebijakan luar negeri AS dipengaruhi oleh eksekutif,
legislatif, opini publik, dan kelompok kepentingan.
185 Aaron David Miller, “I’m a Veteran Middle East PPeace Negotiator. Trump’s Plan Is the Most
Dangerous I’ve Ever Seen,” Carnegie Endowment for International Peace, 2020, Diakses melalui
https://carnegieendowment.org/2020/02/27/i-m-veteran-middle-east-peace-negotiator.-trump-s-plan-is-
most-dangerous-i-ve-ever-seen-pub-81171, 22 juli 2020.
89
Gambar 4.1 Pembuatan Kebijakan Luar Negeri A
Sumber: Hilsman Roger (1967) To Move a Nation: The Politics of Foreign Policy in the Administration of John
F. Kennedy. New York City: Garden City.
Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa terdapat beberapa aktor yang berperan
dalam proses kebijakan luar negeri AS. Setiap aktor memiliki perannya masing-masing.
Eksekutif bersama dengan orang-orang dalam pemerintahan dan kabinet bertugas untuk
membentuk badan utama dari kebijakan luar negeri. Setelahnya, Kongres dapat memutuskan
untuk mengeluarkan undang-undang yang pada akhirnya akan menghasilkan kebijakan luar
negeri AS.
Media merupakan partisan sukarela dalam perumusan kebijakan luar negeri dengan
membantu menggariskan batas-batas ruang pembuatan kebijakan. Media digunakan oleh
sebagian besar elit dan publik dalam memperoleh informasi. 186
Para pembuat kebijakan percaya bahwa opini publik dapat menetapkan batas-batas
dalam sebuah kebijakan luar negeri. Opini publik lah yang kemudian akan menentukan pilihan
186 Fawaz A. Gerges, Amerika dan Islam Politik: Benturan Peradaban atau Benturan Kepentingan, Terj,
Hamid Basyaib dan Kili Pringgodigdo (Jakarta: Alvabet, 2002), hlm. 60.
90
yang diambil oleh presiden. 187 Oleh karenanya, untuk menjadi aktor yang kuat, dibutuhkan
organisasi atau kelompok yang dapat mengemudikan opini publik. Di negara demokrasi seperti
AS, kelompok-kelompok kepentingan memiliki pengaruh yang cukup kuat, baik memengaruhi
opini publik maupun para pembuat kebijakan. 188
Dukungan AS terhadap Israel bukan merupakan hal yang asing lagi. Bantuk dukungan
AS terhadap Israel dapat dilihat dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh AS yang selalu
menguntungkan bagi Israel, seperti halnya Trump Peace Plan. Kebijakan AS untuk Israel tidak
semata-mata berdasarkan pada kalkulasi keuntungan yang akan didapatkan oleh AS, melainkan
karena kebijakan yang dikeluarkan AS sebagian besar dipengaruhi oleh faktor domestik, di
mana dukungan terhadap Israel sangatlah populer di kalangan orang Amerika.
Trump Peace Plan merupakan bentuk dari kebijakan luar negeri AS yang dalam proses
pembuatannya dipengaruhi oleh pengaruh kelompok lobi atau kepentingan yang dapat
mengemudikan opini publik dan kemampuan untuk mempengaruhi Kongres. Di AS, terdapat
dua kelompok besar yang dapat dikategorikan sebagai kelompok ini, yakni, American Israel
Public Affairs Committee (AIPAC) dan kelompok Kristen Evangelis atau Christian United for
Israel (CUFI). Kedua kelompok ini memiliki cara sendiri dalam menggunakan pengaruh
mereka ke dalam pemerintah untuk mengikuti agenda yang pro-Israel yang tercermin dari
kebijakan luar negeri yanag dikeluarkan oleh AS.
Kelompok pro-Israel ini sangat berpengaruh dalam melobi para pembuat kebijakan dan
memastikan bahwa pemerintah menghasilkan kebijakan luar negeri yang mendukung dan
menguntungkan bagi Israel. Sebagai bagian dari kelompok kepentingan, kelompok lobi ini
187 Daniel Hamilton, Domestic Determinants of Foreign Policy in the European Union and the United
States, ( Washington DC: Center for Transatlantic Relations, 2018). 188 Michelle Debora Setiawan, “The role of Israel lobby in the U.S foreign policy towards Israel under
Trump's presidency = Peran lobi Israel di kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap Israel di
bawah kepemimpinan Trump,” (Skripsi Pasca Sarjana, Universitas Pelita Harapan, 2020).
91
berperan dalam mempengaruhi pemerintah AS. Mereka pada dasarnya dapat memengaruhi
Kongres, eksekutif, media, opini publik, bahkan akademisi. CUFI dan AIPAC merupakan
kelompok pendukung Israel yang sangat masif dan terbilang memiliki pengaruh yang cukup
kuat dalam pemerintahan di AS. Salah satu pengaruhnya dapat dilihat dari andil dan dukungan
mereka terhadap kebijakan Trump dalam mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.189
4.5.1 Christian United for Israel (CUFI)
Melihat kembali pada sejarah, Israel selalu mendapatkan dukungan dari para Kristen di
AS, terutama Kristen Evangelis. Kristen Evangelis digambarkan sebagai orang-orang yang
percaya pada otoritas absolut dari Alkitab, dalam keselamatan melalui Yesus, dan pada
kebutuhkan untuk menyebarkan Kitab Injil. 190
Di AS, para Kristen Evangelis adalah kelompok pendukung Israel yang memiliki
semangat tinggi dalam mendukung Israel. Dukungan para Kristen Evangelis kepada Israel
didasarkan para keyakinan mereka bahwa penciptaan negara Israel merupakan sebuah tanda
penyelesaian wahyu Alkitab, dan bahwa orang-orang Yahudi adalah umat pilihan Tuhan. 191
Kepercayaan ini yang membawa keyakinan Kristen Evangelis untuk berdiri melawan
gerakan yang anti-Israel sebagai berdiri melawan Tuhan. Oleh karenanya, Kristen Evangelis
percaya bahwa mereka harus mendukung Israel dengan cara apa pun, terutama melalui
189 Michelle Debora Setiawan, “The role of Israel lobby in the U.S foreign policy towards Israel under
Trump's presidency = Peran lobi Israel di kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap Israel di
bawah kepemimpinan Trump,” (Skripsi Pasca Sarjana, Universitas Pelita Harapan, 2020). 190 Sean Illing, “This is why evangelicals love Trump’s Israel policy,” Vox, 2018, Diakses melalui
https://www.vox.com/2017/12/12/16761540/jerusalem-israel-embassy-palestinians-trump-evangelicals,
29 Juni 2020. 191 Motti Inbari dan M. Gordon Byrd, “Why Do Evangelicals Support Israel,” Politics and Religion
Section of the American Political Science Association, 2020, DOI: 10.1017/S175504831900052X,
Diakses melalui
https://www.researchgate.net/publication/338583810_Why_Do_Evangelicals_Support_Israel.
92
kebijakan luar negeri AS. Dukungan bagi Yahudi dan Israel merupakan prioritas utama dari
para Kristen Evangelis. 192
Pada 2020, 25.4% dari penduduk AS diidentifikasi sebagai Kristen Evangelis. Jika
diasumsikan sebagian besar dari jumlah tersebut merupakan pendukung Israel, maka dukungan
yang didapatkan oleh Israel di AS sangatlah kuat. Para Kristen Evangelis yang mendukung
kebijakan Trump dalam mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel bahkan mencapai 53%.
193
Sejak awal, kelompok ini memberikan dukungan kepada Trump agar dapat
memengankan pemilihan presiden tahun 2016. Berdasarkan exit poll yang dilakukan oleh
Washington Post, menunjukan bahwa 80% Evangelis kulit putih memilih Trump sebagai
presiden. Jumlah ini merupakan suara dukungan Kristen Evangelis terbesar dalam dua dekade
terakhir. 194
The Public Religion Research Institute menemukan bahwa 82% dari para Kristen
Evangelis kulit putih yang memiliki hak pilih akan kembali memilih Trump dalam pemilihan
presiden pada November 2020 dan tidak ingin Trump untuk dimakzulkan dari posisinya
sebagai presiden AS. 195
192 Motti Inbari dan M. Gordon Byrd, “Why Do Evangelicals Support Israel,” Politics and Religion
Section of the American Political Science Association, 2020, DOI: 10.1017/S175504831900052X,
Diakses melalui
https://www.researchgate.net/publication/338583810_Why_Do_Evangelicals_Support_Israel. 193 Shibley Telhami, “ Why is Trump undoing decades of U.S. policy on Jerusalem,” Brookings, 2017,
Diakses melalui https://www.brookings.edu/blog/markaz/2017/12/05/why-is-trump-about-to-declare-
jerusalem-the-capital-of-israel/, 29 Juni 2020. 194 Sarah Pulliam Bailey, “White evangelicas voted overwhelmingly for Donald Trump, exit polls show,”
The Wasington Post. 2016, Diakses melalui https://www.washingtonpost.com/news/acts-of-
faith/wp/2016/11/09/exit-polls-show-white-evangelicals-voted-overwhelmingly-for-donald-trump/, 30
Juni 2020. 195 “White evangelical approcal of Trump slips, but eight-in-ten say they would vote for him,” Pew
Research Center, 2020, Diakses melalui https://www.pewresearch.org/fact-tank/2020/07/01/white-
evangelical-approval-of-trump-slips-but-eight-in-ten-say-they-would-vote-for-him/, 30 Juni 2020.
93
Pengakuan AS terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel dipercaya sebagai kebijakan
AS yang dipengaruhi oleh para kelompok lobi, termasuk dari kalangan Kristen Eevangelis. Hal
ini dapat dilihat dalam pidato Mike Pence pada pertemuan tahunan umat Kristen CUFI tahun
2017. Saat itu, Trump belum bisa menepati janji kampanyenya untuk mengakui Yerusalem
sebagai ibu kota Israel dan Pence datang untuk menenangkan keresahan para Kristen Evangelis
dengan kembali berjanji akan menepati janji kampanyenya itu. 196
CUFI adalah organisasi Kristen pro-Israel terbesar di AS dengan lebih dari 8 juta
anggota di seluruh negara bagian. CUFI merupakan organisasi Kristen paling tekemuka yang
mendidik dan memberdayakan jutaan orang Amerika untuk bertindak dengan satu sama lain
dalam membela Yahudi dan Israel. CUFI bahkan berkomitmen untuk menghadapi dan
memerangi para kelompok anti-semitisme dalam segala bentuk. 197
Dalam memenuhi ajaran Alkitab yang dipercayai, kelompok ini melakukannya dengan
cara mempengaruhi para politisi di semua tingkat pemerintahan untuk ikut mendukung Israel.
Salah satu yang paling vokal dari mereka adalah pendiri sekaligus pemimpim CUFI yakni
Pastor John Hagee.
Pada perilisan Trump Peace Plan, Pastor John Hagee bersama dengan pendiri
Jerusalem Prayer Team, Mike Evans, menghadiri perilisan pada Januari 2020 ini. Perilisan ini
juga dihadiri oleh Netanyahu. Sementara, Abbas maupun perwakilan Palestina lainnya memilih
untuk tidak hadir. 198 Kehadiran Pastor Hagee dan Mike Evans dapat dilihat sebagai bentuk
dukungan kelompok mereka terhadap negara Israel.
196 “Remarks by the Vice President at Christian United for Israel Wasington Summit,” Gedung Putih,
2017, Diakses melalui https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/remarks-vice-president-
christians-united-israel-washington-summit/, 22 Juli 2020. 197 “Mission and Vision,” Christian United for Israel, Diakses melalui
https://www.cufi.org/impact/about-us/mission-and-vision/, 29 Juni 2020. 198 Yona Shimron, “Evangelicals embrace Trump’s peace plan, saying it recognizes the Bible ‘as legal’,”
National Catholic Reporter, 2020, Diakses melalui
94
Dalam pemerintahan Trump, Kristen Evangelis memiliki peran yang cukup menonjol.
Israel berada di pusat hubungan yang saling menguntungkan antara Gedung Putih dan kaum
Kristen Evangelis yang merupakan 25% dari penduduk AS. 199 Banyak Kristen Evangelis yang
merasa bahwa mereka memiliki hubungan yang begitu mendalam dengan Israel bahkan hingga
titik di mana mereka merasa harus membela Israel atas ancaman apapun. Hal ini kemudian
dapat menjelaskan mengapa Hagee dan Evans menghadiri perilisan Trump Peace Plan.
Mereka pergi untuk mendukung kepentingan negara Israel.
Para Kristen Evangelis melihat dukungan Trump atas Israel sebagai pemenuhan janji
dan sebagai bentuk penempatan orang Amerika di pihak Tuhan. Sudut pandang dari tujuan
utama para Kristen Evangelis adalah menjaga Yerusalem sebagai kota di bawah kedaulatan
Israel dan tujuan tersebut sejalan dengan rencana damai Trump.
Profesor di Universitas Maryland, Dr. Shibley Telhami mengatakan bahwa kelompok
ini mendukung Israel dalam bentuk yang lebih kuat dibandingkan dengan orang Yahudi
Amerika. Pada Kristen Evangelis bahkan diibaratkan sebagai prajurit dari Trump Peace Plan.
200
Para Kristen Evangelis percaya bahwa dukungannya terhadap Israel dapat dilihat
sebagai bentuk kesalehan mereka terhadap Tuhannya. Mereka juga percaya bahwa Trump
Peace Plan merupakan rencana paling ideal bagi Israel yang sesuai dengan ajaran yang mereka
percayai. Hagee menyatakan bahwa Trump Peace Plan merupakan rencana damai terbaik yang
https://www.ncronline.org/news/politics/evangelicals-embrace-trumps-peace-plan-saying-it-
recognizes-bible-legal, 28 Juni 2020. 199 “Religious Landscape Study,” Pew Research Center, 2020, Diakses melalui
https://www.pewforum.org/religious-landscape-study/ 22 Juli 2020. 200 Ilene Prusher, “Jews are devided on Trump’s Israel plan but evangelicals bless it – why,” The
Forward Association, 2020, Diakses melalui https://forward.com/news/israel/439279/evangelicals-
israel-peace-plan/?gamp, 28 Juni 2020.
95
pernah diajukan oleh pemerintahan AS manapun. Sementara, Mike Evans menyatakan bahwa
proposal damai Trump diakui legal oleh Alkitab meskipun Palestina menolaknya. 201
Dukungan terbuka dari para petinggi kaum Kristen Evangelis seperti Hagee, Evans dan
Mike Pence cukup memengaruhi opini publik. Terutama bila menimbang jumlah umat dari
kelompok ini yang terbilang banyak. Selain melalui dukungan terbuka, kelompok ini juga
secara moral mendukung Israel dengan mempromosikan kepentingan Israel melalui iklan dan
liputan di surat kabar ataupun majalah Kristen. 202
Dalam melaksanakan tujuannya, CUFI bekerja sama dengan kelompok lobi Israel
lainnya seperti AIPAC. Keduanya bekerja sama untuk mendorong legislatif dan eksekutif
untuk menjadi lebih pro-Israel sehingga menghasilkan kebijakan luar negeri AS yang pro-Israel.
Anggota CUFI, AIPAC dan Kongres saling terhubung satu sama lain dan tak ragu untuk
bertindak bila ada kebijakan yang nampaknya akan membahayakan dan tidak menguntungkan
bagi Israel. 203
4.5.2 American Israel Public Affairs Committee (AIPAC)
Sudah menjadi rahasia umum bahwa AIPAC merupakan kelompok Yahudi pro-Israel
yang selalu berperan aktif dalam melobi para pembuat kebijakan untuk membuat kebijakan
luar negeri AS yang pro-Israel.
AIPAC didirikan pada 1963. Kantor pusatnya terletak di Washington DC. Kelompok
ini memiliki lebih dari 100.000 anggota dengan 17 kantor regional di seluruh negara bagian,
201 Yona Shimron, “Evangelicals embrace Trump’s peace plan, saying it recognizes the Bible ‘as legal’,”
National Catholic Reporter, 2020, Diakses melalui
https://www.ncronline.org/news/politics/evangelicals-embrace-trumps-peace-plan-saying-it-
recognizes-bible-legal, 28 Juni 2020. 202 “Initiatives,” Christian United for Israel, 2020, Diakses melalui
https://www.cufi.org/impact/initiatives/, 22 Juli 2020. 203 Michael Kupferberg, “John Hagee, Christian Zionism, U.S. Foreign Policy anf the States of Israel:
An Intertwind Relationship,” (Skripsi Pasca Sarjana, Brandeis University, 2009), Diakses melalui
http://bir.brandeis.edu/bitstream/handle/10192/23244/MK%20MA%20Thesis.pdf?sequence=1&isAllo
wed=y.
96
termasuk Yerusalem. 204 Anggotanya tersebar di seluruh negara bagian dan memiliki peran
penting dalam menerapkan keterlibatan gerakan akar rumput. Fokus AIPAC adalah untuk
mendukung Israel dan membuat AS untuk mendukung Isael. Tujuan utama AIPAC adalah
melobi Kongres sehingga dapat meningkatkan bantuan ke Israel.205
AIPAC memiliki caranya sendiri dalam melaksanakan lobi. Salah satunya adalah
dengan memengaruhi presiden dan Kongres secara langsung. Hal ini berdasarkan pada peran
penting yang dimiliki oleh presiden dan Kongres dalam membuat kebijakan luar negeri AS.
Kongres memiliki pengaruh dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri AS sedangkan
presiden adalah aktor terpenting dalam pembuatan kebijakan luar negeri AS.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pew Research Center, anggota Kongres-
116 periode 2019-2020 terdiri dari 54% anggota Protestan (233 di DPR dan 60 di Senat), 30.5%
anggota Katolik (141 di DPR dan 22 di Senat), 6.4% anggota Yahudi (26 di DPR dan delapan
di Senat), 1.9% anggota Mormon (enam di DPR dan empat di Senat), dua anggota Budha, tiga
anggota muslim, dan tiga lainnya adalah Hindu. 206
Berdasarkan data di atas, Kongres didominasi oleh para penganut Kristen, di mana
banyak dari mereka juga merupakan pendukung Israel. Di sisi lain, 6.4% anggota Kongres yang
Yahudi berjumlah 34 orang. Ini merupakan jumlah yang besar yang juga membuktikan bahwa
Kongres empat kali lebih Yahudi dibandingkan dengan populasi Yahudi di AS dengan 1.75%.
204 “The AIPAC Briefing Book,” AIPAC, Diakses melalui
https://www.aipac.org/~/media/Publications/Policy%20and%20Politics/AIPAC%20Analyses/Issue%2
0Memos/2011/02/AIPACBriefingBook2011.pdf. 205 Richard H. Curtiss, Stealth PACs: How Israel's American Lobby Seeks to Control U.S. Middle East
Policy 2nd ed. (Washington, D.C: American Educational Trust, 1990) 206 “Faith on the Hill,” Pew Research Center, 2019, Diakses melalui
http://www.pewforum.org/2019/01/03/faith-on-the-hill-116/, 30 Juni 2020.
97
207 Bila suara para Yahudi dan Kristen digabungkan, aman untuk mengatakan bahwa posisi
lobi dalam mendukung Israel di Kongres sudah terjamin.
AIPAC melakukan berbagai cara demi mencapai tujuannya. Setiap tahunnya, AIPAC
mengirimkan daftar tujuan umum dan legislatif kepada setiap anggota Kongres dan Gedung
Putih. AIPAC juga berpengaruh terhadap program perguruan tinggi melalui akademisi dan
think tank. Selain itu, AIPAC juga memproduksi beberapa portal berita, seperti The Near East
Report. Tak terkecuali banyak kantor surat kabar besar seperti The New York Times, CNN,
ABC, NBC, dan Wall Street Journal yang kepemilikannya dimiliki oleh orang Yahudi. 208
Dengan begitu, AIPAC dapat dengan mudah dalam pembentukan opini publik untuk lebih
mendukung Israel.
AIPAC adalah kelompok kepentingan yang besar, kaya, dan berkuasa sehingga mereka
dapat dengan mudah memengaruhi ranah pemerintahan. Jika ketegangan terjadi antara
kepentingan Israel dan Kongres, AIPAC akan dengan segera membalikannya. Dengan cara ini,
kepentingan yang dimiliki dapat terjamin dan karenanya, AIPAC telah berhasil membuat
pemerintah mengikuti agenda yang mereka miliki, yakni mendukung kepentingan Israel.
Dalam setiap pemilihan di AS, kelompok ini membuat dana kampanye besar yang
kemudian diberikan kepada para kandidat dari masing-masing partai. Hal ini ditujukan agar
para kandidat lebih memperhatikan mereka seiring dengan suara dan kepentingan yang dimiliki.
Pemberian sumbangan dana ini tidak dilakukan melalui tangan kelompok, melainkan melalui
orang yang berafiliasi dengan kelompok. Hal ini lah yang terjadi dengan Trump. Trump
207 “Jewsih Population by Country 2020,” World Population Review, 2020, Diakses melalui
https://worldpopulationreview.com/country-rankings/jewish-population-by-country, 29 Juni 2020. 208 T. R. Austin, “Hijacking American Foreign Policy in the Middle East:An Analysis of the Power of
the American Israel Public Affairs Committee,” Illinois State University, 2016, Diakses melalui
http://pol.illinoisstate.edu/ downloads/conferences/2006/AustinTanyaAIPAC05.pdf.
98
mendapatkan bantuan dana yang cukup besar dari Sheldon Adelson. Dengan kata lain, AIPAC
memiliki andil dalam kemengangan Trump pada pemilihan presiden 2016.
Dilihat dari kebijakan luar negerinya, Trump sangat pro-Israel. Hal ini lah yang
kemudian dapat menguntungkan bagi kelompok lobi. Dalam konteks Trump Peace Plan,
AIPAC memberikan dukungan penuh. AIPAC mengatakan bahwa mereka sangat menghargai
upaya Trump dan pemerintahannya yang mengemukakan gagasan untuk menyelesaikan
konflik dengan cara mengakui kebutuhan kemanan negara sekutunya itu.209
Proses pembuatan kebijakan luar negeri AS dipengaruhi oleh sistem pemerintahan. Bila
presiden dan Kongres memiliki dukungan dari kelompok lobi, maka kebijakan luar negeri yang
dihasilkan dapat dilihat sebagai cerminan kepentingan dari kelompok tersebut. Terlebih, jika
opini publik sudah dibentuk sesuai dengan kepentingan yang diinginkan. Maka dari itu,
perilisan Trump Peace Plan dipengaruhi oleh sistem pemerintahan AS yang ditopang oleh
kepentingan kelompok lobi.
4.5.3 Pemakzulan Trump
Selain memiliki wewenang dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri AS, Kongres
memiliki wewenang untuk mencopot jabatan presiden, wakil presiden, dan semua pejabat sipil
AS jika dinyatakan bersalah atas pengkhianatan, penyuapan, atau pelanggaran ringan dan
kejahatan berat lainnya. 210
Proses tersebut disebut dengan pemakzulan. Pemakzulan di AS sama halnya seperti
mengajukan gugatan seperti pengajuan dakwaan di pengadilan. DPR memiliki wewenang
209 Vakkas Dogantekin, “Jewish groups in US blast Trump’s Mideast peace plan,” Anadolu Agency,
2020, Diakses melalui https://www.aa.com.tr/en/americas/jewish-groups-in-us-blast-trumps-mideast-
peace-plan/1717414, 1 juli 2020. 210 “Impeachment,” United States Senate, Diakses melalui
https://www.senate.gov/reference/Index/Impeachment.htm, 22 juli 2020.
99
untuk mengajukan pemakzulan sementara Senat memiliki wewenang tunggal untuk mengadili
pemakzulan dan menentukan vonis akhir.
Pada 18 Desember 2019, Trump dimakzulkan oleh DPR atas penyalahgunaan
kekuasaan dan menghalang-halangi Kongres. Penyelidikan DPR menemukan bahwa Trump
meminta campur tangan asing dalam pemilihan umum presiden AS 2016 dan penyalahgunaan
kekuasaan atas kasus Trump-Ukraina dimana ia menghentikan bantuan militer dan undangan
kunjungan ke Gedung Putih agar Ukraina dengan segera dapat melakukan penyelidikan resmi
pada politikus yang bersaing dengan Trump. 211
Trump merupakan presiden AS ketiga yang menghadapi pemakzulan setelah Andrew
Johnson pada 1868 dan Bill Clinton pada 1998. Baik Johnson maupun Clinton tidak dipecat
dari jabatannya sebagai presiden karena tidak mendapatkan cukup suara mendukung di Senat.
212 Untuk sebuah pemecatan, setidaknya dibutuhkan dua pertiga suara setuju dari 100 kursi
anggota Senat.
Prosedur pemakzulan Trump berlangsung pada bulan September hingga November
2019. Sidang dilaksanakan mulai 4 Desember 2019. Pada 4 Feburari 2020, Trump dinyatakan
bebas dari semua dakwaan. Sama seperti pendahulunya, gagalnya pemakzulan Trump
dikarenakan suara penolakan Senat yang lebih banyak dibandingkan dengan suara setuju. Hal
ini dikarenakan komposisi anggota Kongres-116 yang terdiri dari DPR dengan anggota
mayoritas Demokrat dan Senat dengan anggota mayoritas Republikan. Maka dari itu,
komposisi partai di Kongres dapat menentukan nasib pemakzulan presiden.
211 “Articles of Impeachment Against Donald John Trump,” Congress of the United States of America,
2019, Diakses melalui https://www.congress.gov/116/bills/hres755/BILLS-116hres755enr.pdf. 212 “Voting Senat AS Bebaskan Trump dari Pemakzulan,” Deutsche Welle, 2020, Diakses melalui
https://www.dw.com/id/voting-senat-as-bebaskan-trump-dari-pemakzulan/a-52274378, 22 juli 2020.
100
Bila dilihat pada cap waktu, proses pemakzulan Trump dan perilisan Trump Peace Plan
terjadi pada waktu yang berdekatan. Penelitian ini percaya bahwa perilisan Trump Peace Plan
merupakan langkah politis Trump dalam membentuk opini publik, meskipun keputusan
pemakzulan berada di tangan Senat. Terlebih, fakta bahwa disaat media dan publik fokus pada
isu pemakzulannya, Trump berdiri di East Room Gedung Putih dan menyebut dirinya sebagai
peacemaker dan tidak pernah menyebutkan kata pemakzulan. 213
4.6 Pemilu Israel
Penelitian ini berfokus pada pemilihan waktu yang digunakan Trump dalam perilisan
rencana damainya. Dalam Trump Peace Plan, waktu memiliki peranan yang sangat penting
yang tidak bisa diabaikan. Sejak awal masa pemerintahannya, Trump telah berbicara ke publik
bahwa ia dan timnya sedang mengerjakan sebuah proposal damai yang ditujukan untuk
perdamaian antara Israel dan Palestina. Tiga tahun sejak pembicaraan tersebut, Trump Peace
Plan akhirnya dirilis secara resmi oleh Gedung Putih pada 28 Januari 2020. Perilisan ini sempat
direncakan akan dilakukan pada akhir 2018. Rentan waktu yang cukup lama ini akan membawa
penelitian dalam menjawab pertanyaan penelitian.
Pada kuartal akhir 2018, Kushner dan Greenblatt memberikan briefing kepada para
jurnalis bahwa Trump Peace Plan akan segera dirilis secara resmi. 214 Perlu digaris bawahi
bahwa sejak awal, rencana perilisan ini secara tidak langsung menyampingkan eksistensi
Palestina mengingat kebijakan luar negeri pemerintahan Trump yang sangat pro-Israel dan
kontra terhadap Palestina seperti yang sudah dijelaskan pada bab dua.
213 David E. Sange, “A Deal That Has Two Elections, Rather Than Mideast Peace, as Its Focus,” The
New York Times, 2020, Diakses melalui
https://www.nytimes.com/2020/01/28/world/middleeast/trump-netanyahu-peace-plan.html, 22 juli 2020. 214 Amir Tibon dan Noa Landau,“Trump’s ‘Deal of the Century’ Was Written in a Way So the
Palestinians Would Reject It. Maybe That Was the Plan,” Haaretz, 2020, Diakses melalui
https://www.haaretz.com/israel-news/.premium-trump-s-deal-of-the-century-was-written-so-the-
palestinians-would-reject-it-1.8443677, 21 Juli 2020.
101
Tak seperti rencana awal, perilisan Trump Peace Plan mengalami penundaan.
Penundaan ini berkaitan dengan keadaan politik dalam negeri Israel. Pada Desember 2018,
pemerintahan Netanyahu yang seharusnya tetap memerintah hingga satu tahun kemudian
dinilai gagal sehingga muncul seruan bagi Israel untuk melakukan pemilihan lebih awal pada
9 April 2019. 215
Pada awalnya, pemerintahan Trump mengatakan bahwa kacaunya keadaan politik di
Israel tidak akan memengaruhi rencana perilisan Trump Peace Plan. Nyatanya, rencana
perilisan mengalami penundaan. Pemerintahan Trump memutuskan untuk merilis rencana
perdamaiannya setelah pemilihan presiden di Israel selesai. 216
Pemilihan 9 April 2019 di Israel dimenangkan oleh partai sayap kanan dengan
kemenangan pada mayoritas lima kursi di Knesset. Dengan kata lain, Netanyahu memenangkan
pemilu dan dapat kembali memimpin Israel. Berakhirnya pemilu 9 April 2019 yang
dimenangkan oleh Netanyahu membuat penasehat kemanan nasional AS saat itu, John Bolton,
merilis pernyataan bahwa Trump Peace Plan akan segera dirilis dalam waktu yang sangat dekat.
217
Dalam kurun waktu yang sangat dekat yang dimaksud Bolton, Israel saat itu sedang
dalam proses negosiasi koalisi. Sebelumnya, pemerintahan Trump mengalami debat internal
apakah saat itu merupakan waktu yang tepat untuk merilis Trump Peace Plan atau lebih baik
215 Gil Hoffman dan Lahav Harkov, “Netanyahu’s coalition collapses; Israel heading to election on April
9th,” The Jerusalem Post, 2018, Diakses melalui https://www.jpost.com/israel-news/israel-headed-to-
early-elections-in-april-575277, 22 juli 2020. 216“US won’t release Middle East peace plan before Israeli election,” Aljazeera, 2019, Diakses melalui
https://www.aljazeera.com/news/2019/08/won-release-middle-east-peace-plan-israeli-election-
190828200445497.html, 22 juli 2020. 217 Amir Tibon dan Noa Landau,“Trump’s ‘Deal of the Century’ Was Written in a Way So the
Palestinians Would Reject It. Maybe That Was the Plan,” Haaretz, 2020, Diakses melalui
https://www.haaretz.com/israel-news/.premium-trump-s-deal-of-the-century-was-written-so-the-
palestinians-would-reject-it-1.8443677, 21 Juli 2020.
102
bermain aman dengan menunggu hingga Netanyahu berhasil membentuk pemerintahan dan
secara resmi berkuasa kembali. Kushner dan Greenblatt lalu memutuskan untuk menunggu.218
Tak seperti yang diharapkan, pada Mei 2019 Netanyahu mengalami kegagalan dalam
membentuk pemerintahan. Partai Sayap Kanan mengalami perpecahan karena terdapat
perbedaan pandangan mengenai kebijakan terkait permasalahan dengan partai agama. Maka
dari itu, Israel memutuskan untuk melakukan pemilihan kedua yang dilaksanakan pada
September 2019. 219
Kegagalan Netanyahu dalam membentuk pemerintahan tentu saja memengaruhi
rencana perilisan Trump Peace Plan. Kushner dan tim akhirnya menjalankan sebuah strategi
yakni dengan merilis Trump Peace Plan secara terpisah kedalam dua bagian. Bagian yang
pertama dirilis adalah bagian ekonomi. Bagian ini dirilis pada workshop ekonomi internasional
mengenai Timur Tengah yang diadakan di Bahrain pada Juni 2019. Bagian ekonomi dari
Trump Peace Plan ini dirilis dengan tujuan dapat menuntun Israel dan Palestina kepada
perdamaian, meskipun kedua belah pihak memutuskan untuk tidak menghadiri konferensi ini.
220
Pemilihan kedua pada September 2019 membuahkan hasil yang imbang antara
Netanyahu dan lawan politiknya dari Partai Biru Putih, Benny Gantz. Sayangnya, kedua partai
gagal dalam meraih suara mayoritas di Knesset. Gagalnya pemilihan kedua mengakibatkan
Israel untuk kembali melangsungkan pemilihan untuk ketiga kalinya pada Maret 2020.
218 Amir Tibon dan Noa Landau,“Trump’s ‘Deal of the Century’ Was Written in a Way So the
Palestinians Would Reject It. Maybe That Was the Plan,” Haaretz, 2020, Diakses melalui
https://www.haaretz.com/israel-news/.premium-trump-s-deal-of-the-century-was-written-so-the-
palestinians-would-reject-it-1.8443677, 21 Juli 2020. 219 Oren Lieberman, “Israeli leaders warn of possible third election amid political deadlock,” CNN,
2019, Diakses melalui https://edition.cnn.com/2019/09/19/middleeast/israel-election-gantz-netanyahu-
intl/index.html, 22 Juli 2020. 220Noam Weissman, “The Bahrain Conference, June 2019,” Unpacked for Educators, 2019, Diakses
melalui https://unpacked.education/the-bahrain-conference-june-2019/, 23 Juli 2020.
103
Kegagalan pemilihan kedua ini tentu berakibat pada perilisan Trump Peace Plan. Kushner dan
tim kembali mendunda perilisan. 221
Namun, media Israel secara tiba-tiba mengumumkan bahwa pemerintahan Trump akan
merilis Trump Peace Plan secara utuh dalam periode kampanye untuk pemilihan ketiga. Pada
akhirnya, pemerintahan Trump memutuskan untuk merilis rencana perdamaian tersebut secara
utuh pada akhir Januari 2020. 222
Pemilihan ketiga ini akhirnya melahirkan hasil yang berbeda dari dua pemilihan
sebelumnya. Netanyahu dilantik sebagai perdana menteri dan Gantz sebagai perdana menteri
alternatif oleh Knesset pada 17 Mei 2020. Netanyahu dan Gantz sepakat untuk dapat bergantian
mengisi posisi perdana menteri dan perdana menteri alternatif dalam jangka waktu 18 bulan.
Keduanya setuju untuk membentuk kabinet gabungan yang berisi 36 menteri dan 16 wakil
menteri. Masa kepemimpinan pertama akan diisi oleh Netanyahu. 223
Serangkaian kejadian ini membuktikan bahwa waktu perilisan yang dipilih oleh
Kushner dan tim perlu diwaspadai. Selain perilisan yang selalu diundur mengikuti dinamika
politik dalam negeri Israel, rencana damai ini dirilis tepat lima minggu sebelum
dilangsungkannya pemilihan ketiga di Israel yang juga bertepatan dengan waktu untuk Knesset
dalam memilih upaya apakah Netanyahu akan menerima kekebalan dari penuntutan atas kasus
korupsi yang sedang dihadapinya.
221 Maayan Lubell, “Explainer: Israeli politics deadlocked after second election: What now?,” Reuters,
2019, Diakses melalui https://www.reuters.com/article/us-israel-election-explainer/explainer-israeli-
politics-deadlocked-after-second-election-what-now-idUSKBN1W31YI, 21 Juli 2020. 222 “Remarks by President Trump and Prime Minister Netanyahu of the State of Israel in Joint
Statements,” Gedung Putih, 2020, Diakses melalui https://www.whitehouse.gov/briefings-
statements/remarks-president-trump-prime-minister-netanyahu-state-israel-joint-statements/, 22 Juli
2020. 223 Mark Katkov, “A Shaky Coalition Governement Takes Officec in Israel,” NPR, 2020, Diakses melalui
https://www.npr.org/2020/05/18/857728475/agreeing-on-almost-nothing-a-shaky-coalition-
government-takes-office-in-israel, 22 juli 2020.
104
Pemilihan waktu perilisan ini seakan-akan ditujukan untuk menggiring asumsi publik
bahwa pemerintahan Trump memang sengaja melakukan serangkaian penundaan perilisan
selama lebih dari satu tahun karena untuk membantu Netanyahu untuk menghindari penuntutan
terhadap kasus korupsinya dan juga sebagai bentuk intervensi AS pada politik dalam negeri
Israel. Hal ini berdasarkan pada perilisan bagian ekonomi Trump Peace Plan pada Konferensi
Bahrain Juni 2019 dan keseluruhan rencana damai dalam bentuk dokumen Peace to Prosperity
pada akhir Januari 2020 dapat dilihat sebagai salah satu faktor atas kemenangan Netanyahu
pada Pemilu ketiga pada Maret 2020. Trump Peace Plan yang secara garis besar merupakan
bentuk dukungan pemerintahan Trump terhadap Israel dapat digunakan oleh Netanyahu
sebagai senjata utamanya dalam pemilu.
Selain pemilihan waktu yang pas dengan dilangsungkannya pemilihan presiden di
Israel, perilisan Trump Peace Plan juga memiliki cap waktu yang berdekatan dengan kasus
korupsi yang sedang dihadapi Netanyahu. Pada November 2019, Netanyahu didakwa atas tiga
kasus yang dikenal sebagai kasus 1.000, 2.000, dan 4.000 atau kasus penyuapan, penipuan dan
pelanggaran kepercayaan. 224
Dalam kasus 1.000 (penipuan dan pelanggaran kepercayaan), Netanyahu dituduh
menerima hadiah berupa cerutu dan botol sampanye dari pengusaha dengan imbalan bantuan.
Dalam kasus 2.000 (penipuan dan pelanggaran kepercayaan), Netanyahu dituduh atas
pemberian bantuan sirkulasi kepada surat kabar Yediot Ahronot dengan imbalam publikasi
liputan yang positif, dan dalam kasus 4.000 (penyuapan, penipuan, dan pelanggaran
kepercayaan), Netanyahu dituduh mempromosikan keputusan pengaturan yang
menguntungkan bagi pemegang saham di perusaahn telekomunikasi raksasa Bezeq, Shaul
224 Ben Sales, “Benjamin Netanyahu’s corruption scandals, explained,” Jewish Telegraphy Agency,
2019, Diakses melalui https://www.jta.org/2019/03/01/israel/benjamin-netanyahus-corruption-scandals-
explained 22 juli 2020.
105
Elovitch dengan imbalan publikasi liputan yang positif oleh situs berita Walla milik
Elovitch.225
Persidangan atas kasus yang sedang dihadapi Netanyahu dimulai pada 17 Maret 2020,
hanya dia minggu setelah dilangsungkannya pemilihan presiden ketiga. Netanyahu menjalani
proses persidangan pada 24 Mei 2020. Proses persidangan masih berlanjut dan ini merupakan
pertama kalinya bagi Israel untuk melaksanakan sidang bagi pemimpinnya yang sedang
menjabat.
Kasus korupsi ini sudah didakwakan kepada Netanyahu sejak November 2019.
Netanyahu dan tim kampanyenya berusaha untuk membuat para pemilih untuk melupakan
kasus yang sedang dihadapi dengan menggambarkan dirinya sebagai negarawan global dan
berfokus pada hubungan dekatnya dengan Trump. 226 Dalam beberapa kesempatan, Trump dan
Netanyahu selalu mengatakan bahwa keduanya adalah sahabat yang dekat. Netanyahu sangat
menekankan hubungannya dengan Trump dalam mencari dukungannya para pemilih.
Kunci sukses Netanyahu adalah Trump Peace Plan. Netanyahu secara efektif
menggunakan dukungan dan kedekatannya dengan Trump untuk menciptakan dukungan di
dalam negeri. Pengakuan AS terhadap Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel juga memengaruhi
proses pemilihan dengan cukup signifikan. 227 Terlebih, Trump Peace Plan dirilis tepat
berjarak lima minggu menuju pemilihan presiden Israel dan tujuh minggu menuju persidangan
Netanyahu.
225 Ben Sales, “Benjamin Netanyahu’s corruption scandals, explained,” Jewish Telegraphy Agency,
2019, Diakses melalui https://www.jta.org/2019/03/01/israel/benjamin-netanyahus-corruption-scandals-
explained 22 juli 2020. 226 Tia Goldenberg, “Netanyahu corruption trial to begin amid national elections,” The Christian
Science Monitor, 2020, Diakses melalui https://www.csmonitor.com/World/Middle-
East/2020/0218/Netanyahu-corruption-trial-to-begin-amid-national-elections, 7 juli 2020. 227 Ekip, “ANALISIS – Pemilu terencana: Wajah Israel baru milik Netanyahu yang didukung Trump,”
Anadoulu Agency, 2020, Diakses melalui https://www.aa.com.tr/id/berita-analisis/analisis-pemilu-
terencana-wajah-israel-baru-milik-netanyahu-yang-didukung-trump/1760712, 7 juli 2020.
106
Maka dari itu, Perilisan Trump Peace Plan merupakan bentuk kebijakan luar negeri
yang bersifat politis dengan upaya untuk menopang posisi Trump sebagai Presiden AS dan
seorang PM Israel yang didakwa atas kasus korupsi dan akan mengadakan pemilihan ketiganya
dalam waktu kurang dari satu tahun. Perilisan ini memiliki cap waktu yang berdekatan dengan
proses pemakzulan Trump, pemilihan presiden Israel, dan persidangan Netanyahu. 228
Selain itu, AS akan segera melangsungkan pemilihan presiden pada November 2020.
Dengan Trump Peace Plan, setidaknya Trump akan mendapatkan dukungan dari para pemilih
pro-Israel seperti kalangan Kristen Evangelis dan Yahudi Amerika. Dengan kata lain, perilisan
Trump Peace Plan yang telah melalui banyak penundaan akhirnya digunakan sebagai alat yang
dapat membantu kepentingan Trump dan Netanyahu.
4.3 Idiosinkratik Trump
Dalam hubungan internasional, individu pembuat kebijakan memiliki peran yang
signifikan karena persepsinya dapat mempengaruhi hasil dari kebijakan luar negeri. Dan dalam
membuat sebuah kebijakan, individu tersebut dipengaruhi oleh latar belakang, arus informasi
yang diketahui, keinginan yang dimiliki, serta tujuan yang hendak dicapai individu tersebut.
229
Kuatnya pengaruh individu dalam proses kebijakan luar negeri memunculkan istilah
idiosinkratik. Idiosinkratik memusatkan perhatian pada variabel seperti ideologi, motivasi,
cita-cita, persepsi, dan nilai-nilai. Dengan kata lain, idiosinkratik melihat individu yang
228 David Pakman, “Impeachment updaye, Trump’s Middle East Peace Plan going nowhere,” The Hill,
2020, Diakses melalui https://thehill.com/hilltv/rising/480675-david-pakman-impeachment-update-
trumps-middle-east-peace-plan-going-nowhere, 9 Juli 2020. 229 Kriesna Adi Pratama, “Pengaruh Idosyncratic Mahmoud Ahmadinejad terhadap Hubungan Luar
Negeri Iran – Amerika Serikat (2005-2008), (Skripsi Sarjana, Universitas Komputer Indonesia, 2019),
Diakses melalui https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/397/jbptunikompp-gdl-kriesnaadi-19846-1-daftari-
i.pdf.
107
memiliki kemampuan untuk membuat atau mempengaruhi sebuah kebijakan bagi negaranya.
230
Dalam kasus ini, perilisan Trump Peace Plan dipengaruhi oleh faktor idiosinkratik
yang dimiliki Trump. Terlepas dari tekanan eksternal yang diterima oleh Trump, penelitian ini
melihat bahwa idiosinkratik Trump berperan sebagai komplemen dari faktor eksternal tersebut.
Dalam level individu, keputusan atau kebijakan yang dibuat merupakan hasil dari
individu itu sendiri yakni dengan mempertimbangankan karakteristik individu, bagaimana
mereka mecapai keputusan, dan kepribadian dan kepercayaan individu tersebut. 231 Individu
yang dimaksud adalah presiden sebagai pembuat kebijakan. Dalam hal ini, Presiden Trump
memegang peran yang sangat penting karena kebijakan luar negeri merupakan pertimbangan
dari hasil pilihan pemimpin individu dalam proses pengambilan keputusan. 232
Trump adalah seorang yang narsisis. Intensitas narsisme yang dimilikinya tidak dalam
kadar yang biasa. Narsisme yang dimiliki Trump membuatnya mudah terlepas dari kenyataan.
Trump memiliki obsesi dengan dirinya sendiri. Trump mencintai semua orang yang memujinya
dan menyerang orang-orang yang mengkritik. Hal yang penting bagi seorang narsisis seperti
Trump adalah hal yang dapat membantu dirinya. Sebagai seorang narsisis, Trump bersedia
mengatakan dan melakukan apapun untuk mendapatkan kekuasaan dan akan mengambil posisi
apapun yang akan membantunya. Seorang narisis adalah orang dengan rasa egois yang
belebihan, ditandai oleh karakteristik kekaguman yang berlebihan atau tergila-gila pada diri
sendiri. Narsisme dapat meluas hingga mencakup sanjungan dan kesombongan. Singkatnya,
230 K. J. Holsti, International Politics: A Framework for Analysis (New Jersey: Prentice-Hall, 1995). 231 Has Aswar, “The U.S. Foreign Policy under Trump Administration to Recognize Jerusalem as the
State Capital of Israel,” Journal of International Studies Vol. 1, No. 2, 2018, hal. 130, Diakses melalui
https://www.academia.edu/38115048/The_U.S._Foreign_Policy_under_Trump_Administration_to_Re
cognize_Jerusalem_as_the_State_Capital_of_Israel. 232 K. J. Holsti, International Politics: A Framework for Analysis, (New Jersey: Prentice-Hall, 1983).
108
Sifat narsisme yang dimiliki Trump termanifestasi dalam caranya menjalankan tugas-tugas
kepresidenan.233
Trump memiliki kepribadian bauran dari koleris-sanguinis (D/I). D/I adalah
kepribadian yang berorientasi pada hasil. Tipe ini memiliki keyakinan pada kemampuannya
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Mereka cenderung menjadi pemimpin terbaik saat
keadaan krisis. Trump merupakan pemimpin secara alami. Sejauh ini, Trump adalah pemimpin
alami yang paling kuat yang pernah dilihat oleh komunitas politik. 234
Orang dengan tipe D/I cenderung tidak sabar dan akan mengambil pendekatan menang
atau kalah dalam hidup. Tipe ini menggunakan metode langsung untuk mendapatkan hasil yang
cepat. Mereka berorientasi pada tujuan dan sangat persuasif dalam mempromosikan ide-ide
yang dimiliki. Orang dengan tipe ini cenderung ingin memegang kendali karena memiliki
kepercyaan pada kemampuan yang dimiliki untuk membuat sebuah keputusan. Mereka juga
menyukai kekuasaaan dan otoritas. 235
Sejak kecil, Trump lahir dan dibesarkan dengan kemewahan. Keluarganya memiliki
bisnis properti yang cukup sukses. Kakeknya, Friedrich Trump, merupakan seorang wirausaha
di bidang properti. Usahanya ini menargetkan keluarga Yahudi kelas menengah yang sedang
memulai hidup baru di AS akibat Perang Dunia I. Setelah meninggal karena terjangkit flu
burung, Friedrich memberikan bisnisnya kepada ayah Trump, Frederick Christ.
Usaha properti keluarga Trump ini memiliki kecenderungan untuk bekerjasama dengan
orang-orang Yahudi. Hal ini dikarenakan kepercayaan keluarga Trump kepada kaum Yahudi
sebagai orang-orang yang kaya, pintar, sukses, dan baik dalam melakukan kerjasama. Trump
233 John K. Wilson, President Trump Unveiled: Exposing the Bigoted Billionaire, New York: OR Books,
2016, h. 35. 234 John T. Cocoris, “What is Donald Trump’s Temperament?,” Diakses melalui
https://fourtemperaments.com/donald-trumps-temperament/, 20 Agustus 2020. 235 John T. Cocoris, “What is Donald Trump’s Temperament?,” Diakses melalui
https://fourtemperaments.com/donald-trumps-temperament/, 20 Agustus 2020.
109
bahkan percaya bahwa Yahudi adalah penyewa terbaik, sehingga hanya orang Yahudi dan
pengusaha saja yang dapat menyewa di usaha properti millik Trump. 236
Trump dikenal sebagai seorang penganut Kristen yang religius sejak kecil. Ibunya
dikenal sebagai seorang penganut gereja Presbyterian yang taat. Presbyterian memiliki
kemiripan dengan kaum Yahudi dalam pengaplikasian ibadahnya. Salah satu ajarannya
menyebutkan Yerusalem sebagai milik kaum Yahudi. 237
Saat masih memimpin Trump Organization, Trump diketahui sering melakukan donasi
ke organisasi-organisasi di Israel, baik melalui nama organisasinya maupun secara pribadi.
Berdasarkan data Jewish National Fund, sebuah organisasi yang mengumpulkan donasi uang
di luar negeri untuk membiayai proyek-proyek besar di Israel, Trump merupakan salah satu
pendonor. Pada 2013, Trump menyumbangkan $ 10.000 untuk lembaga-lembaga yang terletak
di Beit El, sebuah pemukiman Israel di Tepi Barat. Trump bahkan mendapatkan penghargaan
sebagai Jewish National Fund Tree of Life Award pada 1983. Penghargaan ini diberikan
kepada pendonor sebagai penghormatan atas dedikasi terhadap promosi hubungan antara AS
dan Israel. 238
Trump selalu menyebut dirinya sebagai ultimate deal maker. Dalam buku Trump: The
Art of The Deal, Trump menyebutkan bahwa baginya cukup mudah untuk membuat sebuah
keputusan. Trump hanya perlu terus mendorong keputusannya untuk mendapatkan hal yang
diinginkannya. Bagi Trump, membuat keputusan merupakan sebuah seni. 239
236 Dinda Sri Estu, “Dukungan Donald Trump terhadap Pemindahan Ibukota Israel ke Yerusalem dalam
Teori Psikoanalisa” (Skripsi Sarjana, Universita Muhammadiyah Malang, 2019). 237 Meghan Murphy Ghill, “The Faith of Donald Trump: The Difference does the faith of an American
President Make?” U.S Catholic, Faith in Real Life, 2017, Diakses melalui
https://www.uscatholic.org/articles/201701/faith-donald-trump-30910. 238 Judy Maltz, “Inside Donald Trump’s History of Donations is Israel, Haaretz, 2017, Diakses melalui
https://www.haaretz.com/us-news/.premium-inside-donald-trump-s-history-of-donations-in-israel-
1.5469673, 7 juli 2020. 239 Donald J. Trump dan Tony Schwartz, Trump: The Art of The Deal, New York: The Random House
Publishing Group, 1987, h. 45-47.
110
“I make good deals. That’s what I do. I would make great deals for our country.” 240
Pemilihan presiden 2016 merupakan pencalonan pertamanya untuk pemilihan politik.
Hebatnya, Trump langsung mendapatkan kemenangan. Pemilik Trump Organization ini
dikenal karena sifatnya yang pantang menyerah dan memiliki keinginan kuat yang harus
tercapai. Sejak 1980, Trump sudah menunjukan ketertarikannya untuk menjadi Presiden.
Trump juga sempat berpindah-pindah partai yang dilatarbelakangi oleh beberapa
kepentingannya. Pada akhirnya, Trump berlabuh di Partai Republik. Hal ini disebabkan oleh
kemampuan Partai Republik yang dapat mengumpulkan suara mayoritas dari kaum Kristen
Evagelis dengan menggunakan latar belakang Trump sebagai seorang Kristen yang religius.
Kini, Trump ada di tahun keempat masa kepresidenannya. Trump menghadapi
kerusakan yang ditimbulkan oleh kebijakannya sendiri hampir di mana-mana. Pemerintahan
Trump telah bermanuver kepada hubungan yang buntung dengan Iran, Korea Utara, dan
Venezuela. Trump bahkan merusak upayanya sendiri untuk mengakhiri perang di Afghanistan.
Selain itu, kerusakan ekonomi yang ditimbulkan dari perang dagang dengan China semakin
meningkat. 241
Bagi para pengamat, kinerja buruk yang dimiliki oleh Trump dalam bernegosiasi adalah
bagian dari karirnya yang berkecimpung dalam dunia bisnis. Salah satu perancang dari The
Trump Organization yang mengenal Trump sejak masa remaja, Alan Lapidus, mengatakan
bahwa keterampilan Trump dalam membuat keputusan adalah isapan jempol semata.
Keterampilan bernegosiasi Trump hanya terdiri dari teriakan dan ancaman. 242
240 Donald J. Trump, Twitter, 22 Mei 2015, Diakses melalui
https://twitter.com/realDonaldTrump/status/601537150086176768, 20 Agustus 2020. 241 Hal Brands, “Reckless Choices, Bad Deals, and Dangerous Provocations,” Foreign Affairs, 2019,
Diakses melalui https://www.foreignaffairs.com/articles/2019-09-27/reckless-choices-bad-deals-and-
dangerous-provocations, 20 Agustus 2020. 242 Michael Hirsh, “Why Trump Fails at Making Deals,” Foreign Policy, 2019, Diakses melalui
https://foreignpolicy.com/2019/08/21/why-trump-cant-make-deals-international-negotiations/, 20
Agustus 2020.
111
Penuls biografi Trump, Michael D’Antonio, mengatakan bahwa gaya negosiasi Trump
melibatkan sikap permusuhan dan metode penindasan yang dirancang untuk memeras setiap
kemungkinan konsesi dari pihak lain sambil memaksimalkan keuntungannya sendiri. Perlu
digarisbawahi bahwa Trump tidak tertarik dengan win-win solution. 243
Tidak seperti para pendahulunya, Trump adalah seorang presiden yang tidak memiliki
pengalaman dalam politik maupun militer. Afilisasi kuat yang dimiliki trump dengan dunia
bisnis dan media memiliki dampak pada pemahamannya mengenai dunia. Sebagai seorang
pengusaha, Trump menggunakan pendekatan deal oriented untuk urusan internasional. 244
Pada dasarnya, terdapat perbedaan bila melakukan negosiasi dengan negara dan
perusahaan. Negara bukanlah merupakan unit bisnis yang dianggap seperti pesaing. Negara
tidak bisa mengajukan pailit dan menghilang begitu saja. Dengan kata lain, zero sum game
tidak dapat diterapkan untuk urusan ini, khususnya pada negosiasi antara negara dan negara.
245
Untuk memahami atas dasar apa dan dalam situasi apa Trump membangun
pandangannya, para ahli melahirkan sebuah istilah Trumpisme. Trumpisme tidak memiliki
definisi yang pasti namun menyinggung ambiguitas dan ketidakpastian. Seorang Analis
Republikan yang bekerja di Gedung Putih masa pemerintahan George W. Bush, Ron Christie,
mendefinisikan Trumpisme sebagai apa yang dipercaya Tump pada momen tertentu pada hari
tertentu tentang subjek tertenu. Christie mengibaratkan bahwa Trump akan menentang
perubakan iklim dengan percara diri pada senin. Namun, Trump akan kembali dan mengatakan
243 Michael Hirsh, “Why Trump Fails at Making Deals,” Foreign Policy, 2019, Diakses melalui
https://foreignpolicy.com/2019/08/21/why-trump-cant-make-deals-international-negotiations/, 20
Agustus 2020. 244 Wassim Daghrir, “Trump’s Foreign Policy Doctrine of Uncertainty,” E-International Relations, 2020,
Diakses melalui https://www.e-ir.info/2020/06/29/trumps-foreign-policy-doctrine-of-uncertainty/, 24
Agustus 2020. 245 Michael Hirsh, “Why Trump Fails at Making Deals,” Foreign Policy, 2019, Diakses melalui
https://foreignpolicy.com/2019/08/21/why-trump-cant-make-deals-international-negotiations/, 20
Agustus 2020
112
bahwa ia adalah orang yang paling percaya pada perubahan iklim keesokan harinya. Lalu, pada
rabu dia akan kembali menentang. 246 Pengibaratan oleh Christie menunjukan bagaimana
Trump memiliki ketidakpastian dalam mengeluarkan kebijakan.
Trump adalah presiden AS yang paling pro-Israel sejak negara Yahudi ini didirikan
pada 1948. Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, memindahkan Kedutaan Besar
AS ke Israel, menutup kantor PLO di Washington DC, memperlihatkan konsistensi dalam
membela Israel di PBB, menggunduli bantuan AS kepada UNRWA, serta mendukung
pemukiman Israel di Tepi Barat. 247 Kebijakan-kebijakan pro-Israel Trump ini dilengkapi
dengan perilisan Trump Peace Plan.
Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Trump yang menguntungkan Israel ini
memiliki hubungan dengan kedekatan Trump dengan Netanyahu. Tidak ada pemimpin asing
manapun yang memiliki hubungan yang sangat mesra dengan Trump selain Netanyahu. Ikatan
antara Trump dengan Netanyahu merupakan ikatan yang melampaui hubungan politik semata.
Keduanya memiliki chemistry yang sangat baik. 248 Hal ini dapat dilihat dari pernyataan
hubungan yang kuat antara keduanya saat Trump dan Netanyahu bertemu di Gedung Putih
untuk penandatanganan proklamasi AS terhadap kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan.
249
246 Jon Sopel, “What is Trumpism?,” BBC, 2018, Diakses melalui https://www.bbc.com/news/world-us-
canada-42738881, 24 Agustus 2020. 247 Josh Hammer, “The Jewish case for President Donald Trump,” Jewish Telegraphu Agency, 2020,
Diakses melalui https://www.jta.org/2020/03/15/opinion/the-jewish-case-for-president-donald-trump,
24 Juli 2020. 248 Deirdre Shesgreen, “Trump-Netanyahu: How two leaders reap political rewards from their cozy
relationship,” USA Today, 2019, Diakses melalui
https://www.usatoday.com/story/news/world/2019/03/25/how-donald-trump-and-benajmin-netanyahu-
israel-benefit-close-relationship/3249644002/, 21 Agutus 2020. 249 Ariel Kahana, “President Trump has been the best friend Israel can ever have,” Israel Hayom, 2020,
Diakses melalui https://www.israelhayom.com/2020/02/19/president-trump-has-been-the-best-friend-
israel-can-ever-have/, 21 Agustus 2020.
113
Perilisan rencana damai ini pada akhirnya dapat dilihat sebagai bentuk implementasi
dari faktor idiosinkratik yang dimiliki Trump. Pengalaman, bakat, nilai, dan kepribadian yang
dimiliki oleh Trump mempengaruhi cara berpikir, keyakinan, dan prioritas pribadi Trump
dalam mengeluarkan kebijakan luar negeri.
4.4 Implikasi Trump Peace Plan terhadap Perdamaian Israel dan Palestina
Johan Galtung mendefinisikan perdamaian melalui dua istilah, yakni positive peace dan
negative peace. Negative peace memiliki pengertian sebuah keadaan yang damai tanpa adanya
kekerasan, tetapi pada kenyataannya, masyarakat masih mengalami kekerasan dan
ketidakadilan yang tidak tampak. Sedangkan, positive peace adalah keadaan dimana terjadi
perdamaian yang berarti masyarakat dalam keadaan yang harmonis, merasakan keadilan sosial
dan politik, dan kemakmuran ekonomi. 250
Berdasarkan definisi damai di atas, Trump Peace Plan memiliki tujuan yang sama
seperti definisi dari positive peace. Trump Peace Plan menjunjung tinggi nilai-nilai yang
bertujuan untuk meningkatkan peluang ekonomi, keamanan, politik, dan hak menentukan nasib
sendiri bagi Palestina. 251
Namun, tujuan hanyalah tujuan semata. Nyatanya, proposal damai ini sejak awal sangat
kontroversial dan berat sebelah. Perdamaian abadi yang ditujukan sulit untuk
diimplementasikan karena pendekatan yang digunakan oleh AS membuat Palestina enggan
untuk melakukan diskusi lebih lanjut terkait masa depannya sendiri. Palestina bahkan
memutuskan hubungan diplomatik dengan AS.
Kebijakan luar negeri Trump sejak awal memang diperuntukkan untuk menguntungkan
Israel, termasuk Netanyahu. Posisi AS sebagai Broker yang terlalu berpihak kepada salah satu
250 Johan Galtung, Peace by Peaceful Means, (London: SAGE Publications, 1996) hal. 2. 251 “Peace to Prosperity Part A: Political Framework,” Gedung Putih, 2020, Diakses melalui
https://www.whitehouse.gov/wp-content/uploads/2020/01/Peace-to-Prosperity-0120.pdf hal. 4.
114
pihak mengakibatkan tidak tercapainya tujuan damai antara Israel dan Palestina. Kebijakan-
kebijakan Trump yang sangat pro-Israel justru membawa konflik antara Israel dan Palestina
menjadi semakin rumit. Hubungan yang rumit ini bahkan diperburuk oleh langkah Netanyahu
dalam rencana aneksasinya di Tepi Barat. Rencana aneksasi ini dapat berdampak pada proses
perdamaian antara Israel dan Palestina yang semakin jauh dari kesepakatan damai.
Perilisan Trump Peace Plan pada akhirnya sama sekali tidak memulai proses negosiasi
antara Israel dan Palestina. Tanpa berkonsultasi dengan Palestina, rencana damai ini
merupakan bentuk hadiah yang diberikan oleh Trump kepada Israel dan dirancang untuk
membantu Netanyahu dalam mengamankan kemenangan pemilu dan menghindari dakwaan
atas kasus korupsi yang menimpanya. Disisi lain kebijakan ini juga digunakan sebagai
pengalihan perhatian publik AS dari proses pemakzulan Trump sehingga Trump mendapatkan
lebih banyak dukungan dari para pemilih Kristen Evangelis dan konservatif dalam pemilihan
presiden pada November 2020. 252
Perilisan Trump Peace Plan pada dasarnya merupakan kebijakan yang dirilis AS secara
gegabah. Trump dan Netanyahu berdiri bersama di Gedung Putih pada 28 Januari 2020 dengan
tujuan untuk mengalihakan perhatian dari permasalahan di dalam negeri yang sedang dihadapi
oleh keduanya. 253 Kedua pemimpin menggunakan perilisan kebijakan ini sebagai alat untuk
memenuhi kepentingan yang dimiliki oleh kelompok-kelompok konservatif di dalam negeri
AS maupun Israel.
252 Michael Young, “The Trump Plan for Israeli-Palestinian Peace won’t Bring Peace, So What was the
Purpose, Carnegie Middle East Center, 2020, Diakses melalui https://carnegie-mec.org/diwan/80968, 10
Juli 2020. 253 Michael H. Fuchs, “Trump’s foreign policy is cynical and self-interested. His ‘peace plan’ is no
exception,” The Guardian, 2020, Diakses melalui
https://www.theguardian.com/commentisfree/2020/jan/31/trump-israel-palestinians-foreign-policy-
peace-plan, 19 Agustus 2020.
115
Pada akhirnya, kebijakan ini dibuat untuk menyokong kepentingan para elit. Tak seperti
tujuannya sebagai proposal yang akan menghentikan konflik yang selama ini terjadi di antara
Israel dan Palestina, kebijakan ini justru memperburuk proses damai yang sudah buruk. Para
elit menggunakan konflik Israel dan Palestina sebagai alat untuk mencapai kepentingan yang
dimiliki.
116
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Perdamaian antara Israel dan Palestina merupakan salah satu perhatian Amerika Serikat
di kawasan Timur Tengah. Setiap presiden AS yang menjabat tak pernah absen dalam
membantu proses perdamaian. Upaya AS dalam perdamaian Israel dan Palestina dapat dilihat
dari berbagai inisiasi perundingan damai maupun kebijkan luar negeri yang dikeluarkan.
Dalam masa pemerintahan Donald Trump, AS mengeluarkan proposal damai yang disebut
sebagai Trump Peace Plan.
Trump Peace Plan berfokus pada ekonomi sebagai sarana untuk mendapatkan
perdamaian pada konflik Israel dan Palestina. Proposal ini terdiri dari kerangka kerja ekonomi
dan politik. Kerangka kerja ekonomi ditujukan untuk meningkatkan PDB Palestina, penciptaan
lapangan pekerjaan dan mengurangi tingkat pengangguran di Palestina sehingga dapat
mengurangi tingkat kemiskinan. Kerangka ekonomi dapat diterima oleh Palestina hanya bila
Palestina setuju pada kerangka kerja politik. Sedangkan, kerangka kerja politik terdiri dari
beberapa poin yang dapat merugikan Palestina, seperti status kota Yerusalem sebagai ibu kota
Israel, aneksasi Tepi Barat dan Lembah Jordan, dan demiliterisasi Palestina.
Trump Peace Plan dirilis pada 28 Januari 2020. Perilisannya sempat mengalami
beberapa kali penundaan dalam kurun waktu satu tahun. Penilitian ini menemukan bahwa
perilisan Trump Peace Plan pada dasarnya dipengaruhi oleh proses politik yang terjadi pada
proses pembuatan kebijakan luar negeri AS, yakni melalui pemerintahan, Kongres, kelompok
lobi dan kepentingan, media, dan Trump sendiri.
117
Trump Peace Plan merupakan kebijakan AS untuk perdamaian konflik Israel dan
Palestina yang sengaja dirancang untuk ditolak oleh Palestina untuk memenuhi agenda dan
kepentingan yang dimiliki oleh para pembuat keijakan. Pemerintahan Trump secara kentara
mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang sangat pro-Israel dan kontra dengan Palestina.
Dengan begitu, Trump dianggap bias dan subjektif karena kecenderungannya dalam memihak
salah satu pihak dan abai pada pihak lainnya.
Maka dari itu, prospek keberhasilan dari Trump Peace Plan tidak lebih besar dari upaya
pedamaian yang dilakukan oleh presiden-presiden AS sebelumnya. Trump Peace Plan justru
hanya melemahkan posisi AS sebagai broker perdamaian. Pada akhirnya, Trump Peace Plan
tidak akan membawa perdamaian ke wilayah ini. Sebaliknya, rencana damai ini akan
mengguncang wilayah Timur Tengah yang pada dasarnya sudah retak sehingga mengarah pada
kerusakan yang lebih parah.
5.2 Saran
Diperlukan pendekatan inovatif untuk proses perdamaian pada konflik Israel dan
Palestina. Gagasan baru diharapkan dapat memberikan energi positif ke dalam proses
perdamaian yang hampir mati. Dalam membangun perdamaian yang adil dan abadi, masalah
status final yang belum diselesaikan seperti perbatasan, status Yerusalem, keamanan, dan
pengungsi harus diputuskan melalui negosiasi langsung antara kedua belah pihak. Bila tidak,
perdamaian yang didambakan tidak akan terselesaikan.
Untuk mencapai perdamaian, diperlukan keinginan dari Israel dan Palestina karena
bagaimanapun upaya yang diberikan AS, Israel dan Palestina harus mencapai kata sepakat
berdasarkan pada preferensi perdamaian masing-masing. Perdamaian tidak akan dapat
didapatkan apabila kedua pihak tidak merasa benar-benar ingin berdamai. Terlebih, bila ada
pihak ketiga yamg membawa sifat bias dan subjektif yang hanya akan memicu eskalasi konflik.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Bogdan, R. & S. Biklen. Qualitative Research for Education. Boston, MA: Allyn and Bacon,
1992.
Creswell, John W. Research Design: Qualitaive and Quantitative Approaches. California:
SAGE Oublications, 1994.
Curtiss, Richard H. Stealth PACs: How Israel's American Lobby Seeks to Control U.S. Middle
East Policy. 2nd ed. Washington, D.C: American Educational Trust, 1990.
Galtung, Johan. Peace by Peaceful Means. London: SAGE Publications, 1996
Gerges, Fawaz A. Amerika dan Islam Politik: Benturan Peradaban atau Benturan
Kepentingan, Terj, Hamid Basyaib dan Kili Pringgodigdo. Jakarta: Alvabet, 2002.
Ginsberg, Benjamin. The Fatal Embrace: Jews and the State. University of Chicago Press, 1993.
Hamilton, Daniel. Domestic Determinants of Foreign Policy in the European Union and the
United States. Washington DC: Center for Transatlantic Relations, 2018
Hilsman Roger. To Move a Nation: The Politics of Foreign Policy in the Administration of John
F. Kennedy. New York City: Garden City, 1967
Holsti, K. J. (1992) Politik Internasional
Holsti, K.J. (1983) International Politics: A Framework for Analysis. New Jersey: Prentice-Hall
JERVIS, R., GAVIN, F., ROVNER, J., LABROSSE, D., & FUJII, G. (Eds.). Chaos in the
Liberal Order: The Trump Presidency and International Politics in the Twenty-First
Century. New York; Chichester, West Sussex: Columbia University Press. 2018.
Makovsky, Michael. Churchill's Promised Land: Zionism and Statecraft. Yale University Press,
2007. ISBN 0-300-11609-8.
Morgenthau. In Defense of the National Interest: A Critical Examination of American Foreign
Policy, 1951.
Morris, Benny. The Birth of the Palestinian Refugee Problem Revisited, Cambridge University
Press, 2004. ISBN 978-0-521-00967-6.
Pape, Ilan. The Ethnic Cleansing of Palestine. Oxford: Oneworld, 2006. ISBN 181685553.
Patomäki, Heikki. After International Relations: Critical Realism and the (Re)-Construction
of World Politics. London: Routledge, 2002.
Perwita, Anak Agung Banyu dan Yani Yanyan Mochammad. Pengantar Ilmu
HubunganInternasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
Singh, Robert. “Foreign Policy” pada American Goverment and Politics. London: SAGE
Publications, Ltd., 2003.
Trump, Donald J. & Tony Schwartz. Trump: The Art of The Deal. New York: The Random
House Publishing Group, 1987.
Wil, Storey. US Government and Politics, Politic Study Guides. Edinburgh Unviersity Press,
2007
Wilson, John K. President Trump Unveiled: Exposing the Bigoted Billionaire. New York:
OR Books, 2016.
Skripsi
Andriana, Ladia Aisah. “Keputusan Donald Trump tentang Pengakuan Yerusalem sebagai
Ibukota Israel.” Skripsi. Universitas Jember, 2018.
Estu, Dinda Sri. “Dukungan Donald Trump terhadap Pemindahan Ibukota Israel ke Yerusalem
dalam Teori Psikoanalisa.” Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang, 2019.
Hanifah. “Kepentingan Nasional Amerika Serikat dalam Bidang Energi di Asia Tengah
Periode 2003-2010.” Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2014
Kupferberg, Michael. “John Hagee, Christian Zionism, U.S. Foreign Policy anf the States of
Israel: An Intertwind Relationship.” Skripsi. Brandeis University. 2009.
M, Yussuf Solichien. “Kerjasama PBB-Amerika Serikat dalam Penyelesaian Kasus Invasi Irak
terhadap Kuwait (Tahun 1990-1991). Skripsi. Universitas Indonesia, 2008.
Ningsih, Walda Okvi Juliana. “Personalitas Donald Trump dan Pengaruhnya terhadap
Kebijakan Pelarangan Imigran Muslim ke Amerika Serikat.” Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Malang, 2018.
Pratama, Kriesna Adi. “Pengaruh Idosyncratic Mahmoud Ahmadinejad terhadap Hubungan
Luar Negeri Iran – Amerika Serikat (2005-2008).” Skripsi. Universitas Komputer
Indonesia, 2009.
Setiawan, Michelle Debora. “The role of Israel lobby in the U.S foreign policy towards Israel
under Trump's presidency = Peran lobi Israel di kebijakan luar negeri Amerika Serikat
terhadap Israel di bawah kepemimpinan Trump.” Skripsi. Universitas Pelita Harapan,
2020.
Violita, Selvy. “Kehadiran Back Channel Negotiation pada Proses Negosiasi Oslo Agreement
antara Israel dan Palestina.” Skripsi. Universitas Indonesia, 2010.
Yilmaz, Ismail. “A Historical Analysis of the Failure of Camp David Summit 2000.” Skripsi.
Univeristy of North Texas, 2005.
Yuanita, Puri. “Pandangan Kompas dan Media Indonesia atas konflik Israel-Palestina: sebuah
tinjauan analisis wacana kritis terhadap wacana berita.” Skripsi. Universitas
Indonesia, 2009.
Artikel Jurnal dan Think Tank
“Conflict and Its Implication on the Two States Solution.” Asian Journal of Middle Eastern
and Islamic Studies Vol. 12, No. 3: 371-386. DOI: 10.1080/25765949.2018.1534409.
“Trump's Jerusalem Move.” Strategic Comments Vol.24, No. 1, (2018).
“US–Israel relations under Trump.” Strategic Comments Vol. 23, No. 2, (2017). DOI:
10.1080/13567888.2017.1316066.
Aswar, Has. “The U.S. Foreign Policy under Trump Administration to Recognize Jerusalem
as the State Capital of Israel.” Journal of International Studies Vol. 1, No. 2, (2018).
Bakry, Umar Suryadi. “Pengaruh Faktor Individu dalam Politik Luar Negeri: Sebuah Kajian
Idiosinkratik.” Jurnal Alternative Vol. 06, (2016).
Bao, Hsiu-Ping. “The One-State Solution: An Alternative Approach to the Israeli–Palestinian
Conflict?.” Asian Journal of Middle Eastern and Islamic Studies Vol. 12, No. 3, (2018).
DOI: 10.1080/25765949.2018.1534407.
Blount. “The Road to Impeachment: Donald Trump.” Journal of Political Sciences & Public
affairs Vol. 6, No. 1, (2018). DOI: 10.4172/2332-0761.1000318.
Bounchnik-Chen, Raphael G. “The Bahrain Conference: Nothing New Under the Sun.” BESA
Center Perspectives Paper No. 1, (2019).
Elgindy, Khaled. “Trump’s Dangerous Vision for Palestine.” Journal of Palestine Studies Vol.
XLVIII, No. 4, (2019). DOI: https://doi.org/10.1525/jps.2019.48.4.103.
Fishman, Joel & Yosef Kuperwasser. “The Peace to Prosperity Workship in Bahrain and its
Contribution to Reducing tge ‘Representation Gap’,” National Resilience, Politics and
Society Vol. 1, No. 2, (Fall 2019): 123-142. DOI: https://doi.org/10.26351/NRPS/1-2/1.
Hamdi, Osama Anter. “American Foreign Policy toward the Arab-Israeli Conflict: Strategic
Transformations.” Insight Turkey Vol. 20, No. 2, (2018): 251-271. DOI:
10.25253/99.2018202.12.
Imam, Mukhtar. “United States Foreign Policy in the Palestinian-Israeli Conflict and Its
Implication on the Two States Solution.” Asian Journal of Middle Eastern and Islamic
Studies Vol. 12, No. 3, (2018): 371-386. DOI: 10.1080/25765949.2018.1534409.
Inbari, Motti & M. Gordon Byrd. “Why Do Evangelicals Support Israel.” Politics and Religion
Section of the American Political Science Association, (2020): 1-36.
https://www.researchgate.net/publication/338583810_Why_Do_Evangelicals_Suppor
t_Israel
Inbari, Motti & M. Gordon Byrd. “Why Do Evangelicals Support Israel.” Politics and Religion
Section of the American Political Science Association. (2020). DOI:
10.1017/S175504831900052X.
Muchsin, Misri A. “Palestina dan Israel: Sejarah, Konflik dan Masa Depan.” Jurnal Ilmu-ilmu
Keislaman Vol 39, No 2, (2015). DOI: http://dx.doi.org/10.30821/miqot.v39i2.32
Muhamad, Simela Victor. “Info Singkat: Perundingan Perdamaian Palestina-Israel.” Pusat
Pengkajian P3DI Sekretariat Jenderal DPR RI Vol. V, No. 15/I/P3DI/Agustus/2013.
Musmar, Frank. “The Trump Vision vs. the Obama Vision on Israel.” BESA Center
Perspectives Paper No. 1,466 (2020).
Newman, David & Ghazi Falah. “Bridging The Gap: Palestininan and Israeli Discourses on
Autonomy and Statehood.” Transaction of The Institute for British Geographers, New
Series Vol. 22, No. 1, (1997).
Nurjana, Emilia Plupu & M. Fakhruddin. “Deklarasi Balfour: Awal Mula Konflik Israel
Palestina.” Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah Vol. 1, No. 1, (2019): 15-26.
Nusem, Rotem. “A Year of Readjustment: The Trump Administration’s New Policy on Israel
and Iran.” Israel Journal of Foreign Affairs, (2018). DOI:
10.1080/23739770.2018.1466230.
Paat, Vera. “Posisi Amerika Serikat dalam Penyelesaian Konflik Palestina-Israel.” Politico:
Jurnal Ilmu Politik, Vol. 2, No. 2, (2013).
Peter, Pham, J. “What Is in the National Interest? Hans Morgenthau's Realist Vision and
American Foreign Policy.” American Foreign Policy Interests Vol. 30, No. 5, (2008):
256-265. DOI: 10.1080/10803920802435245.
Prakoso, Aji, M. dan Jerry Indrawan. “Memahami Studi Perdamaian sebagai Bagian dari Ilmu
Hubungan Internasional.” Jurnal Pertahanan dan Bela Negara Vol 9, No 3, (2019).
Reynolds, Douglas B. & Marek Kolodziej. “Institutions and the supply of oil: A case study of
Russia.” Energy Policy, Elsevier, Vol. 35, No. 2, (2007): 939-949.
Sari, Cici Malinda. “Faktor Penghambat Implementasi Resolusi Dewan Keamanan PBB dalam
Menyelesaikan Masalah Pemukiman Ilegal di Palestina.” JOM FISIP Vol. 5, Edisi I,
(Januari – Juni 2018).
Siniver, Asaf & Christopher Featherstone. “Low-conceptual complexity and Trump’s foreign
policy.” Global Affairs, (2020). DOI: 10.1080/23340460.2020.1734953.
Slater, Jerome. “What Went Wrong? The Collapse of the Israeli-Palestinian Peace Process.”
Political Science Quarterly Vol. 116, No. 2, (2001).
Spoerl, J. “Understanding Resolution 2334: Did the Obama Administration Betray Israel at the
UN?” Jewish Political Studies Review 27(3/4), (2016): 69-76.
Internet
ACPR. “The Israeli-Palestinian Interim Agreement (Oslo II) (1995).”
http://www.acpr.org.il/publications/books/44-Zero-isr-pal-interim-agreement.pdf, 20
Juli 2020.
AIPAC. “The AIPAC Briefing Book.”
https://www.aipac.org/~/media/Publications/Policy%20and%20Politics/AIPAC%20A
nalyses/Issue%20Memos/2011/02/AIPACBriefingBook2011.pdf
Arbit, Carmiel. “US-Palestinian relations and aid cuts, impact Israel’s security.” Atlantic
Council. 2019. https://www.atlanticcouncil.org/blogs/menasource/us-palestinian-
relations-and-aid-cuts-impact-israels-security/, 18 Mei 2020.
Australia/Israel & Jewish Affairs Council. “The Palestinian response to the Trump peace plan.”
2020. https://aijac.org.au/update/the-palestinian-response-to-the-trump-peace-plan/, 20
Juli 2020.
Brands, Hal. “Reckless Choices, Bad Deals, and Dangerous Provocations.” Foreign Affairs.
2019. https://www.foreignaffairs.com/articles/2019-09-27/reckless-choices-bad-deals-
and-dangerous-provocations, 20 Agustus 2020.
Cafiero, Giorgio. “The Legacy of Jason Greenblatt’s Diplomatic Service.” Lobe Log. 2020.
https://lobelog.com/the-legacy-of-jason-greenblatts-diplomatic-service/, 20 Juli 2020.
Calamur, Krishnadev. “Trump’s New Attempt to Push Palestinians to Negotiate With Israel.”
The Atlantic. 2018. https://www.theatlantic.com/international/archive/2018/09/plo-
office-dc-icc-trump/569767/, 19 Juli 2020.
CRS Report. “U.S. Foreign Aid to the Palestinians.” 2018. Diakses melalui
https://www.everycrsreport.com/reports/RS22967.htmlpdf/48/4/103/396751/jps_2019
_48_4_103.pdf
Daghrir, Wassim. “Trump’s Foreign Policy Doctrine of Uncertainty.” E-International
Relations. 2020. https://www.e-ir.info/2020/06/29/trumps-foreign-policy-doctrine-of-
uncertainty/, 24 Agustus 2020.
Friedman, Lara. “Ambassador-nominee David Friedman, In His Own Words.” Americans for
Peace Now. 2016. https://peacenow.org/entry.php?id=21940#headline2, 28 April 2020.
Gedung Putih. “Peace to Prosperity.” 2020. https://www.whitehouse.gov/wp-
content/uploads/2020/01/Peace-to-Prosperity-0120.pdf
Gedung Putih. “Read out of Jared Kushner, Jason Greenblatt, and David Friedman’s Meeting
with Prime Minister Netanyahu of Israel.” 2017.
https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/readout-jared-kushner-jason-
greenblatt-david-friedmans-meeting-prime-minister-benjamin-netanyahu-israel/, 21
Juni 2017.
Gedung Putih. “Remarks by President Trump and President Abbas of the Palestinian Authority
in Joint Statement.” 2017. https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/remarks-
president-trump-president-abbas-palestinian-authority-joint-statement/, 28 April 2020.
Gedung Putih. “Remarks by President Trump and Prime Minister Netanyahu of Israel in Joint
Press Conference.” 2017. https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/remarks-
president-trump-prime-minister-netanyahu-israel-joint-press-conference/, 28 April
2020.
Gedung Putih. “Remarks by President Trump and Prime Minister Netanyahu of the State of
Israel in Joint Statements.” 2020. https://www.whitehouse.gov/briefings-
statements/remarks-president-trump-prime-minister-netanyahu-state-israel-joint-
statements/, 22 Juli 2020
Gedung Putih. “Remarks by the Vice President at Christian United for Israel Wasington
Summit.” 2017. https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/remarks-vice-
president-christians-united-israel-washington-summit/, 22 Juli 2020.
Global Conflict Tracker. “Israeli-Palestinian Conflict, Council on Foreign Relations.” 2020.
https://www.cfr.org/global-conflict-tracker/conflict/israeli-palestinian-conflict, 22 juli
2020.
Goldenberg, Tia. “Netanyahu corruption trial begin amid national elections.” The Christian
Science Monitor. 2020. Diakses melalui https://www.csmonitor.com/World/Middle-
East/2020/0218/Netanyahu-corruption-trial-to-begin-amid-national-elections, 8 juli
2020
Hammer, Josh. “The Jewish case for President Donald Trump.” Jewish Telegraphy Agency.
2020. https://www.jta.org/2020/03/15/opinion/the-jewish-case-for-president-donald-
trump, 24 Juli 2020
Hirsh, Michael. “Why Trump Fails at Making Deals.” Foreign Policy. 2019.
https://foreignpolicy.com/2019/08/21/why-trump-cant-make-deals-international-
negotiations/, 20 Agustus 2020.
Israel Ministry of Foreign Affairs. “PM Netanyahu meets with US Special Representative
Jason Greenblatt.” 2017. https://mfa.gov.il/MFA/PressRoom/2017/Pages/PM-
Netanyahu-meets-with-US-Special-Representative-Jason-Greenblatt-13-March-
2017.aspx, 30 April 2020.
ITV. “World leaders condemn Donald Trump’s move to recognize Jerusalem as Israel’s
capital.” 2017. https://www.itv.com/news/2017-12-06/us-recognises-jerusalem-as-
israels-capital-donald-trump-confirms/, 5 Mei 2020.
Judeh, Nasser S. “Global Palestina.” The Cairo Review of Global Affairs. 2017.
https://www.thecairoreview.com/essays/global-palestine/, 22 juli 2020
Katkov, Mark. “A Shaky Coalition Governement Takes Officec in Israel.” 2020.
https://www.npr.org/2020/05/18/857728475/agreeing-on-almost-nothing-a-shaky-
coalition-government-takes-office-in-israel, 22 juli 2020.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. “Menlu RI Pimpin Pertemuan Dewan
Keamanan PBB Mengenai Situasi di Timur Tengah.” 2019.
https://kemlu.go.id/portal/i/read/307/berita/menlu-ri-pimpin-pertemuan-dewan-
keamanan-pbb-mengenai-situasi-di-timur-tengah, 22 juli 2020.
Koyama, Ken. “President Trump Recognizes Jerusalem as Israel’s Capital.” Special Bulletin
on International Energy Landscape. 2017. https://eneken.ieej.or.jp/data/7719.pdf
Lynch, Cloum dan Robbie Gramer. “Trump Pressures Palestinians and Allies Over Peace Plan.”
Foreign Policy. 2020. https://foreignpolicy.com/2020/02/11/trump-pressures-
palestinians-over-middle-east-peace-plan-israel-netanyahu-abbas-olmert-united-
nations-diplomacy/, 11 Juni 2020.
Migdalovitz, Carol. “Israeli-Palestinian Peace Process: The Annapolis Conference.” CRS
Report for Congress. 2017. https://fas.org/sgp/crs/mideast/RS22768.pdf
Miller, Aaron David. “I’m a Veteran Middle East PPeace Negotiator. Trump’s Plan Is the Most
Dangerous I’ve Ever Seen.” Carnegie Endowment for International Peace, 2020.
https://carnegieendowment.org/2020/02/27/i-m-veteran-middle-east-peace-
negotiator.-trump-s-plan-is-most-dangerous-i-ve-ever-seen-pub-81171, 22 juli 2020.
Nauret, Heather. “Opening of U.S. Embassy Jerusalem.” U.S. Department of State. 2018.
https://www.state.gov/opening-of-u-s-embassy-jerusalem/, 5 Mei 2020
Negotiations Affairs Department. “Dr. Saeb Erekat on the Announcement to Close the
Palestinian Mission in Washington.” State of Palestine. 2018.
https://www.nad.ps/en/media-room/press-releases/dr-saeb-erekat-announcement-
close-palestinian-mission-washington, 13 Mei 2020
Nuechterlein, Donald E. “National Interests and Foreign Policy: A Conceptual Framework for
Analysis and Decision-Making.” British Journal of International Studies. 2009.
https://www.cambridge.org/core/journals/review-of-international-
studies/article/national-interests-and-foreign-policy-a-conceptual-framework-for-
analysis-and-decisionmaking/3A15B2B5436B3B05FA015026A99CF886
Paladino, Robert. “Merger of U.S. Embassy Jerusalem and U.S. Consulate General Jerusalem.”
U.S. Embassy in Israel. 2019. https://il.usembassy.gov/merger-of-u-s-embassy-
jerusalem-and-u-s-consulate-general-jerusalem/, 12 Mei 2020
Palestine Liberation Organization. “Erekat: Merging Consulate with Embassy “Last Nail in the
Coffin” of US Role in Peace.” 2020. http://www.plo.ps/en/article/128/Erekat-Merging-
consulate-with-embassy-%E2%80%9Clast-nail-in-the-coffin%E2%80%9D-of-US-
role-in-peace, 12 Mei 2020
Palestinian Return Centre. “Palestinian Refugees: Trump’s Mideast Peace Plan Fatal Blow to
Palestinian’s Right to Return to Motherland.” 2020.
https://prc.org.uk/en/news/1178/palestinian-refugees-trump-s-mideast-peace-plan-
fatal-blow-to-palestinians-right-of-return-to-motherland, 9 Juni 2020.
PBB. “Key Players Reject Proposed United States Peace Plan as Failing to Meet Minumim
Rights of Palestinians, Special Coodinator Tells Security Council.” 2020.
https://www.un.org/press/en/2020/sc14103.doc.htm, 11 Juni 2020
PBB. “Press Conference by Security Council President on Programme of Work for Februrary.”
2020, https://news.un.org/en/story/2020/02/1057181, 20 Juli 2020.
PBB. “UN underlines need for dialogue to resolve Israel-Palestine conflict.” 2020.
https://news.un.org/en/story/2020/02/1057181, 11 Juni 2020
Peace Now. “Special Annual Settlement Construction Report 2018: A Glance at 10 Years
under Netanyahu.” 2020. http://peacenow.org.il/wp-content/uploads/2019/05/Annual-
Settlement-Construction-Report_2018-1.pdf
Pew Research Center. “Faith on the Hill.” 2019. http://www.pewforum.org/2019/01/03/faith-
on-the-hill-116/, 30 Juni 2020.
Pew Research Center. “Religious Landscape Study.” 2020.
https://www.pewforum.org/religious-landscape-study/, 22 Juli 2020.
Pew Research Center. “White evangelical approcal of Trump slips, but eight-in-ten say they
would vote for him.” 2020. https://www.pewresearch.org/fact-tank/2020/07/01/white-
evangelical-approval-of-trump-slips-but-eight-in-ten-say-they-would-vote-for-him/,
30 Juni 2020.
Policy Analysis Unit – ACRPS. “Obama White House Late to the Chase: Israeli West Bank
Settlements Illegal.” Arab Center for Research and Policy Studies. 2017.
https://www.dohainstitute.org/en/lists/ACRPS-
PDFDocumentLibrary/Obama_Administration_Settlement_NonVeto_2017.pdf
Policy Analysis Unit. “Abbas-Trump Summit: More Unfounded Optimism.” Arab Centre fo
Research & Policy Studies. 2017. https://www.dohainstitute.org/en/lists/ACRPS-
PDFDocumentLibrary/Abbas_Trump_Summit.pdf
Portal Berita PBB. “UN underlines need for dialogue to resolve Israel-Palestine conflict.” 2020.
https://news.un.org/en/story/2020/02/1057181, 11 Juni 2020.
Promise Kept. “President Donald J. Trump Accomplishments.”
https://www.promiseskept.com/achievement/overview/foreign-policy/#, 7 Mei 2020.
Robinson, Kali. “What Is U.S. Policy on the Israeli-Palestinian Conflict?” Council on Foreign
Relations. 2020. https://www.cfr.org/backgrounder/what-us-policy-israeli-palestinian-
conflict, 22 July 2020.
Sales, Ben. “Benjamin Netanyahu’s corruption scandals, explained.” Jewish Telegraphy
Agency. 2019. https://www.jta.org/2019/03/01/israel/benjamin-netanyahus-corruption-
scandals-explained 22 juli 2020.
Seipel, Arnie. “Israeli Prime Minister Netanyahu Meets with Clinton and Trump.” NPR. 2016.
https://www.npr.org/2016/09/25/495376424/trump-pledges-to-recognize-jerusalem-
as-israeli-capital-in-meeting-with-netanyahu, 16 April 2020.
Sharp, Jeremy M. “U.S. Foreign Aid to Israel.” Congressional Research Service. 2019.
https://fas.org/sgp/crs/mideast/RL33222.pdf, 2 Mei 2020.
Shimron, Yona. “Evangelicals embrace Trump’s peace plan, saying it recognizes the Bible ‘as
legal’.” National Catholic Reporter. 2020.
https://www.ncronline.org/news/politics/evangelicals-embrace-trumps-peace-plan-
saying-it-recognizes-bible-legal, 28 Juni 2020.
State of Palestine. “Letter from Dr. Saeb Erekat, PLO Secretary General, to the Diplomatic
Missions in Palestine Regarding the ‘Warsaw Conference’.” 2019.
http://www.plo.ps/en/article/125/Letter-from-Dr-Saeb-Erekat,-PLO-Secretary-
General,-to-the-Diplomatic-Missions-in-Palestineregarding-
the-%E2%80%9CWarsaw, 29 April 2020.
Takata, Hajime. “Make America Great Again – Reagan and Trump.” Mizuho Research Institute.
2016. https://www.mizuho-ri.co.jp/publication/research/pdf/mi/MI161129.pdf, 24
April 2020.
Telhami, Shibley. “Why is Trump undoing decades of U.S. policy on Jerusalem.” Brookings.
2017. https://www.brookings.edu/blog/markaz/2017/12/05/why-is-trump-about-to-
declare-jerusalem-the-capital-of-israel/, 29 Juni 2020.
The 34th Government. “PM Netanyahu’s Remarks at the Lighting of the First Chanukah Candle
at an Event in Salute of Wounded IDF and Security Forces Veterans and Victims of
Terrorism.” 2016. https://www.gov.il/en/departments/news/speechchanuka241216, 28
April 2020
U.S. Department of State, John Kerry. “Remarks on Middle East Peace.” 2016. https://2009-
2017.state.gov/secretary/remarks/2016/12/266119.html, 21 April 2020
United Nations Security Council. “Resolution 2334”. 2016.
https://www.un.org/webcast/pdfs/SRES2334-2016.pdf
Water Diplomat. “Water and Trump’s Middle East Peace Plan.” 2020.
https://www.ooskanews.com/story/2020/02/water-and-trumps-middle-east-peace-
plan_179269, 8 Juni 2020.
Welle, Deutsche. “Voting Senat AS Bebaskan Trump dari Pemakzulan.” 2020.
https://www.dw.com/id/voting-senat-as-bebaskan-trump-dari-pemakzulan/a-
52274378, 22 juli 2020.
Wemenbol, Grace. “Israel-Palestine and the Deal of the Century.” Friedrich Ebert Stiftung.
2019. http://library.fes.de/pdf-files/id/15681.pdf, 28 April 2020.
Young, Michael. “The Trump Plan for Israeli-Palestinian Peace won’t Bring Peace, So What
was the Purpose.” Carnegie Middle East Center. 2020. https://carnegie-
mec.org/diwan/80968, 10 Juli 2020
Yousef, Iyad. “No Justice, no peace: The failure of Kushner’s peace to prosperity workshop.”
Atlantic Council. 2019. atlanticcouncil.org/blogs/menasource/no-justice-no-peace-the-
failure-of-kushner-s-peace-to-prosperity-workshop/, 22 Mei 2020.
Zanotti, Jim. “U.S. Foreign Aid to the Palestinians.” Congressional Research Service. 2018.
https://fas.org/sgp/crs/mideast/RS22967.pdf
cxxviii
LAMPIRAN
Transkrip wawancara dengan Prof. Ali Munhanif, M.A., Ph.D.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Jakarta periode 2019-2023
Tempat : Ruang Dekan FISIP UIN Jakarta
Waktu : Senin, 27 Juli 2020, Pukul 11.15 – 12.00 WIB
1. Bagaimana pandangan Bapak mengenai Trump Peace Plan?
Dari segi kepentingan AS, kepentingan ini sangat strategis. Pertama, sedang
meningkatnya politik kaum kanan di AS sejak naiknya Trump sebagai presiden. Kemudian
ditandai dengan isu-isu anti migran, kelompok konservatif dan seterusnya. Dari segitu itu,
sebenarnya kepentingan Trump mendorong Israel menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota
Israel. Israel seperti diberi dorongan. Lebih didorong pada bagaimana Trump menyapa
kepentingan-kepentingan kelompok konservatif AS dalam hal kebijakan luar negeri.
Satu hal yang perlu dicatat bahwa ini merupakan kebijakan yang sangat sembrono.
Tanpa pertimbangan kepentingan-kepentingan Timur Tengah secara keseluruhan khususnya
Palestina dan Liga Arab yang memang sedang berupaya mendorong Israel kembali ke meja
perundingan setelah kegagalan Oslo. Jadi disitulah sebenarnya Trump memainkan politik yang
sangat berbahaya. Khususnya pertimbangan jangka panjang tentang kemerdekaan Palestina
dan perdamaian Israel dan Palestina, itu yang paling nyata.
2. Menurut Bapak mengapa Trump merilis kebijakan ini? Faktor apa saja yang
mempengaruhi perilisan?
cxxix
Kepentingan Republikan. Problem AS adalah sejak kegagalan Oslo, terlihat bahwa AS
memang kehilangan siapa yang sebenarnya menjadi pegangan yang dapat mendorong
perdamaian tetapi juga dijamin kemerdekaan kedua negara, berdasarkan two state solution.
Dua negara yang berdaulat dan berdampingan tetapi bisa saling menjaga perdamaian
berdasarkan sejarahnya yang sangat rumit. Clinton sulit mendorong keduanya untuk menaruh
kepercayaan tentang kepentingan dua negara khususnya menyangkut posisi kota Yerusalem,
baik bagi Palestina maupun Israel. Yang kedua adalah repatriasi atau pengakuan hak-hak yang
dirampas, dan tukar menukar tahanan.
Pada pemerintahan Bush, proses perdamaian agak terbengkalai karena war on terror
khususnya setelah kejadian 9/11, perang Irak, menata kembali Arab Spring. Membangkitkan
kembali komitmen Oslo agak terbengkalai.
Trump hadir dengan berbagai manuvernya tentang memanfaatkan semua politik
identitas di AS demi menopang kepentingannya untuk terpilih sebagai presiden saat itu. Sejak
berkuasa, maka Trump melakukan manever tersebut.
Saya kira ia berhasil dalam hal mendorong kelompok-kelompok konservatif AS dalam
mendukung usulan perdamaian ini. Ditambah lagi Israel, Netanyahu seperti kehilangan cara
karena sudah lama memimpin kabinet sebenarnya. Sehingga ada suasana keingingan dalam
publik Israel untuk menemukan sosok pemimpin yang berhasil mendorong lebih ekstrim posisi
Israel dalam proses perdamian dengan Palestina. Di situ lah Trump langsung, tidak lama setelah
terpilih, menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Tapi sampai sekarang kan tidak ada dukungan dari internasional. Di situ lah kemudian
dorongan Trump yang menjamin Israel bisa mencaplok sebagian Tepi Barat itu seperti bermain
api setelah manuvernya dalam mengakui Yerusalem ‘tidak berhasil’. Ia akan terus mendorong
Israel untuk bergerak secara ekstrim, yakni pencaplokan wilayah. Saya kira hal ini kekeliruan
cxxx
yang membabi buta. Semata-mata ingin mempertimbangan kepentingan-kepentingan domestik
AS dalam konteks menghadapi pemilu 2020. Saya percaya bahwa manuver ini akan gagal dan
mulai kelihatan bahwa Israel pun tidak berani melangkah jauh dari tuntutan yang saat ini
digariskan oleh kelompok kanan yahudi.
3. Bagaimana menurut Bapak mengenai penundaan perilisan Trump Peace Plan yang
mengikuti dinamika politik domestik di Israel?
Bisa kita lihat sebagai manuver sepihak yang jelas-jelas melanggar perjanjian
internasional. di tingkat itu sendiri PBB saya kira tidak akan dengan mudah menyetujui atau
mendukung manuver Trump maupun Netanyahu. Apalagi sekarang ini, publik Israel juga mulai
tidak menaruh harapan banyak kepada Netanyahu dibuktikan dengan berbagai demonstrasi
untuk mendorong Netanyahu mundur.
Kekalahan Netanyahu dalam arti bahwa dia harus merangkul parpol di Israel untuk
membangun kabinet saja terlihat bahwa dia sebenarnya tidak firm dalam majority winning
dalam pemilu yang terakhir itu berarti bahwa Netanyahu tampaknya pada Januari 2020 ingin
mendeklarasikan pencaplokan Tepi Barat terkesan bahwa ia ingin mengecek kedalaman air,
seberapa besar usulan atau langkah dia dalam mencaplok menguasai wilayah yang
kontroversial itu diterima oleh publik Israel. Di situ saya kira masih jauh dari apa yang kita
bayangkan tentang rencana-rencana sistematis baik Trump maupun Netanyahu untuk bergerak
jauh mengingkari berbagai kesepakatan yang sedang berjalan.
4. Bagaimana parameter perdamaian yang paling cocok dalam konflik ini?
Apa yang harus kita pegang dari parameter perdamaian atau penerimaan Israel saat ini
di Timur Tengah adalah bahwa perdamaian harus berimplikasi pada perdamaian kedua negara.
Sementara palestina mengakui kemerdekaan Israel, Israel juga harus mengakui kemerdekaan
cxxxi
dan kedaulantan Palestina. Tanpa itu, perdamaian akan mengalami jalan buntu dan ujung-
ujungna adalah kekerasan demi kekerasan yang terjadi antar Israel dan Palestina.
Satu hal dari segi Palestina sendiri. Mengapa sampai Trump kemudian Netanyahu
melangkah jauh untuk mencaplok sebagian wilayah di Tepi Barat ya karena kita terus menerus
tidak berhasil mewujudkan persatuan Palestina atau katakan persatuan fraksi-fraksi yang ada
di Palestina, khususnya adalah Fatah dan Hamas. Sulit untuk membayangkan posisi yang kuat
pada Palestina tanpa adanya persatuan antara Fatah dan Hamas.
Penting untuk membayangkan bahwa manuver-menuver yang dibuat oleh Trump atau
kelompok konservatif tanpa memberi perhatian yang serius pada sulitnya mendapatkan
persatuan yang ada pada Palestina. Saya tidak dalam posisi menyalahkan Palestina, tetapi lebih
pada keinginan meja perundingan perdamaian ini akan terus digulirkan. Keharusan untuk
melihat bahwa posisi palestina bersatu soal solusi dua negara, maka disitulah rencana
perundingan perdamaian sebagaimana road map Oslo akan menjadi kuat. Tanpa persatuan,
akan menjadi sulit.
Hanya saja, kemauan kelompok-kelompok ini bersatu dalam persepsi mereka tentang
two state soluion, yang menjamin hak-hak mereka pada Oslo seperti status Yerusalem. Selama
ini selalu saja persyaratan perdamian itu masalah teritorial, pemerintahan. Saat masuk
permasalahan Yerusalem, ‘oh nanti dulu’ begitu. Dari kedua belah pihak. Maunya adalah garis
batas 67 dan selesai. West Bank dan beberapa negara yang pemerintahannya di bawah Jordan
kembali pada Palestina, Padahal, di situ lah sebenarnya inti dari permasalahan.
Jika memang masing-masing pihak menaruh trust dalam proses perdungingan, justru
kesepakatan pertama seharusnya adalah masalah Yerusalem. Padahal kalau kita jujur dengan
posisi Yerusalem Barat di bawah Israel dan Yerusalem Timur di bawah Palestina, sebenarnya
permasalahannya akan deal.
cxxxii
Masalahnya, di Yerusalem itu ada Masjidil Aqsa yang menjadi perebutan. Kepercayaan
mengenai tanah suci itu yang menjadi sulit. Menurut saya, kalau saja Yerusalem dipahami
sebagai kota of goverenance, sebenarnya mudah. Tapi masing-masing pihak memanfaatkan
emosi keagamaan masyarakat sehingga persepsi tentang kota suci itulah yang menjadi
perdebatan. Bukan sebagai kota of governcance yang harus dibangun ekonomi, tata ruangnya.
5. Lalu, menurut Bapak apa yang menjadi isu utama dalam konflik Israel dan Palestina?
Terdapat tiga isu yang dapat menjadikan babak perundingan antara Israel dan palestina menjadi
lebih berarti, yakni:
1. Yerusalem.
2. Repartriasi. Hak warga negara yang terusir ketika perang 1967, yang kemudian disebut
sebagai refugees. Ganti rugi selalu ditolak untuk dirundingkan.
3. Tukar menukar tahanan. Banyak warga palestina yang ditahan oleh Israel, dan begitu
sebaliknya.
Tiga isu inilah yang saya kira jalan penting. Tetapi dari ketiga isu, yang paling
mendasar adalah Yerusalem. Disilah Trump sangat pandai memanfaatkan isu ini untuk
membangkitkan emosi kelompok-kelompok konservatif di AS yang biasanya juga terkait
dengan kelompok-kelompok konservatif di Israel. Kemudian dimanfaatkan untuk kembali
terpilih pada pemilu 2020.
Saya kira trump kurang elegan dalam hal memanfaatkan peran AS sebagai partai ketiga
yang sudah diakui oleh pihak-pihak yang berkonflik. Sehingga semestinya sebagai tanggung
jawab moral politik dari peran AS dalam proses perundingan, seharusnya sudah lebih baik.
Tapi nyatanya Trump mengabaikan hal itu sehingga saat ini Trump menjadi semacam
dipermalukan dalam pentas politik internasional, khususnya PBB pun belum tentu menyetujui
ide-ide gila dari Trump ini.
cxxxiii
6. Lalu bagaimana Bapak melihat hubungan kebijakan ini dengan dinamika politik
domestik AS?
Melihat perkembangan politik domestik AS saat ini, Trump dan kelompok konservatif
yang saat ini menguasai merasa sedikit terpojok dengan perkembangan-perkembangan yang
terjadi. Untuk beberapa masa dia tidak menyentuh isu-isu terkait Timur Tengah karena akan
semakin terpojok. Tapi dengan berbagai manuvernya, dia berusaha untuk mempertahankan diri
dengan cara yang terus menerus semakin ekstrim dalam mendorong kelompok konservatif
memainkan kartu-kartu yang sangat tidak rasional. Misalnya adalah keluarnya AS dari WHO,
perang dagang dengan China, menyalahkan China dan kelompok Islam.
Politik domestik mewarnai pertimbangan Trump dalam hal kebijakan luar negerinya
terutama di Timur Tengah. Sekarang ini banyak orang yang menduga kekalahan Trump
November nanti. Saya kita kartu agama dan identitas akan semakin mendominasi isu kebijakan
atau program yang ditawarkan oleh para kandidat presiden, terutama Trump.
Saya membaca Joe Biden akan berkomentar kontras dengan Trump. Joe akan
membangkitkan kembali road map perdamaian yang sebelumnya sudah dirancang pada masa
Clinton dengan modifikasi yang mempertimbangkan berbagai prospek demokratis di Timur
Tengah, misalnya posisi Liga Arab, posisi pemerintah-pemerintah yang saat ini dikuasai oleh
Islam seperti Tunisia, Syria, yang terus menuntut datara tinggi Golan. Saya gambarkan sebagai
isu krusial kebijakan luar negeri masing-masing kandidat. Apabila Trump tetap pada posisi
yang ekstrim, maka Joe akan memainkan kartu itu sebagai cara yang kontras. Akan terlihat
dalam dua atau tiga bulan kedepan.
7. Lantas bagaimana dengan sikap Indonesia?
RI dalam hal ini Bu Retno seperti bingung dan tidak tau arah mengenai kebijakan kita.
Satu segmen, masyarakat kita, khususnya MUI terlalu naif untuk terus menerus perhatian
cxxxiv
isunya pada problem di Israel tanpa memberi perimbangan yang cukup untuk mendorong
persatuan pada Palestina. Itu keliru karena bagaimana pun Palestina harus menyatu dulu untuk
bisa kita dorong agar memiliki kekuatan yang sebanding dalam hal proses perundingan
perdamaian dengan Israel. Kita tidak bisa terus memberi blaming pada Israel.
Dengan krisis yang sedang melanda pada negara-negara di Timur Tengah saat ini,
Indonesia seharusnya dapat tampil secara lebih eksplisit untuk menunjukan opsi-opsi yang
lebih rasional dan adil. Indonesia sebagai anggota tidak tetap DK PBB sebenarnya cukup
strategis untuk bisa melangkah maju melakukan pressure terhadap Israel secara internasional.
Bila itu dilakukan, akan banyak keuntungan yang akan didapatkan. Kita akan lebih dekat
dengan China dan AS akan memandang kita sebagai ‘negara kuat dan berpengaruh’ di ASEAN.
Akan lebih baik bila kita dapat menggunakan leverage kita dalam proses perdamaian.
8. Apakah Israel dan Palestina akan dapat mencapai perdamaian?
Rumitnya konflik ini membuat banyak orang berfikir bahwa konflik tidak akan selesai
hingga hari kiamat. Seolah-olah begitu, namun jika boleh jujur, preasure-preasure yang
dilakukan sebenarnya potensial sebagai alternatif. Kubu ini sudah terlanjur terbentahkan
seolah-olah jalan buntu selalu meawarnai isu perdamain padahal tidak begitu.
Top Related