8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir
1/23
PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR
DENGAN PENDEKATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS
WEB DI KOTA SAMARINDA
Oleh
NAVISATUN HALIMAH
NIM : 0903015052
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2016
8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir
2/23
8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir
3/23
PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DENGAN PENDEKATAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB DI KOTA SAMARINDA
( Mapping of Flood-Prone Areas to Approach Web-Based Geographic Information System in Samarinda City)
Navisatun Halimah
Agroekoteknologi/Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian
Universitas Mulawarman Samarinda
Abstract
Some factors which determine of flood case are rainfall, land used, soil texture, slope, and
land evaluation. This research to determine level of vulnerability flooding in Samarinda. Data
was analyzed by Arithmetic Analyst Method with calculating scores of 5 parameters. This
research showed that 51,18% of Samarinda was in flood-prone area. The total of the village are
100% into flood-prone areas spread over 9 (nine) villages. Publication of a map on a website
could be accessed in a complete and easy on laptop devices, computer, and mobile phone
(gadgets) anytime and anywhere.
Keywords : Flood, GIS, WebGIS
Abstrak
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya banjir adalah curah hujan, penggunaan
lahan, tekstur tanah, kemiringan lahan, dan ketinggian lahan. Penelitian pendugaan banjir
bertujuan untuk mengetahui besarnya tingkat kerawanan banjir di Kota Samarinda. Analisa data
dilakukan dengan metode Arithmatic Analyst dengan mengkalkulasi skor pada 5 (lima)
parameter penyebab banjir. Penelitian ini menunjukkan bahwa 51,18% luas wilayah Kota
Samarinda merupakan daerah rawan banjir. Luas wilayah kelurahan yang 100% menjadi daerah
rawan banjir tersebar di 9 (sembilan) kelurahan. Publikasi peta pada sebuah website dapat
diakses secara lengkap dan mudah pada perangkat laptop, komputer, dan handphone (gadget )
kapan saja dan dimana saja.
Kata kunci : Banjir, SIG, WebGIS
I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara dengan
iklim tropis. Semakin maraknya dampak dari
Global Warming, menjadikan Indonesia
tergolong dalam daerah rawan bencana. Banjir
merupakan salah satu kejadian yang sangat
sering terjadi di negara ini karena Indonesia
merupakan Negara dengan wilayah perairan
lebih besar daripada wilayah daratan.
Kalimantan Timur merupakan salah satu
Provinsi di Negara Indonesia yang memiliki
iklim tropika basah dengan curah hujan yang
cukup tinggi sekitar 1500 – 4500 mm.tahun-1
(Dinkes, 2012). Hal ini merupakan salah satu
pengaruh terjadinya beberapa bencana alam
seperti banjir dan tanah longsor. Samarinda,
merupakan salah satu kota yang sering
mengalami bencana banjir akibat salah satu
faktor alam tersebut. Kemudahan-kemudahan
dalam mengakses informasi jaman sekarang,
8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir
4/23
menjadikan website sebagai salah satu media
yang sangat mendukung dalam memperoleh
berbagai informasi. Salah satu cara
menyajikan informasi geografis secara lengkap
adalah dengan memadukan metode
pengolahan data geografis menggunakan
aplikasi SIG dengan pembuatan rancangan
website. Penelitian ini terfokus pada
pendugaan daerah-daerah yang rawan terjadi
banjir di Samarinda dan disajikan dalam
sistem informasi berbasis website.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran latar belakang,
diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Berapa besar tingkat kerawanan terhadap
banjir di Kota Samarinda?
2. Apakah peta pendugaan daerah rawan
banjir yang dihasilkan dapat diakses secara
lengkap pada interface website?
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian pendugaan daerah
rawan banjir dengan pendekatan sistem
informasi geografi berbasis web di Kota
Samarinda adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui besarnya tingkat kerawanan
terhadap banjir yang terjadi di Kota
Samarinda.
2. Mengetahui peta pendugaan daerah rawan banjir yang dihasilkan dapat diakses secara
lengkap pada interface website.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian pendugaan
daerah rawan banjir dengan pendekatan sistem
informasi geografi berbasis web di Kota
Samarinda adalah sebagai berikut:
1. Sebagai alternatif bagi masyarakat dalam
memperoleh informasi geografi tentang
daerah rawan banjir di Kota Samarinda
sehingga masyarakat dapat lebih waspada.
2. Sebagai acuan informasi bagi pemangku
kebijakan dalam merencanakan kebijakan
penanggulangan bencana banjir di Kota
Samarinda.
II. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian pendugaan daerah rawan
banjir ini dilaksakan selama 5 (lima) bulan
terhitung mulai dari bulan Maret – Juni 2015.
Penelitian dilaksanakan di Laboratoium
Kartografi dan SIG, Fakultas Pertanian
Universitas Mulawarman.
B. Bahan dan Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian iniadalah hadware berupa Personal Computer
(PC), Laptop, Printer, dan Handphone
(gadgets). Selain hardware, software juga
sangat diperlukan dalam penelitian ini.
Software yang digunakan sebagai alat dalam
melakukan analisis data adalah aplikasi
ArcGIS versi 10.1, ArcGIS Online License
Trial 60 Days, Opera Stable versi
33.0.1990.58, Google Chrome versi
46.0.2490.86, Browser versi 4.2.2, dan
Chrome versi 45.0.2454.94.
Bahan yang digunakan adalah data curah
hujan, peta land system Kalimantan Timur,
peta administrasi Kota Samarinda skala
8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir
5/23
1:50.000, data SRTM, peta penutupan lahan
2010, dan data pendukung lainnya.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian pendugaan daerah rawan
banjir ini dilaksanakan melalui beberapa
tahapan penelitian. Tahapan tersebut
merupakan urutan proses pelaksanaan
penelitian. Tahapan proses pelaksanaan
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Alur Penelitian
Tahap pertama dalam melaksanakan
penelitian pendugaan daerah rawan banjir
adalah studi literatur dan pengumpulan data.
Studi literatur yang dilakukan bertujuan untuk
memudahkan dalam menentukan metode
analisis data yang akan digunakan dalam
penelitian.
Tahap kedua adalah analisis data dan
overlay peta pada aplikasi ArcGIS. Metode
yang digunakan adalah metode Arithmetic
Analysis dan perhitungan dilakukan pada saat
proses overlay.
Tahap ketiga adalah validasi hasil
penelitian (groundcheck daerah rawan banjir).
Tahap ini merupakan tahapan terakhir
penelitian, untuk melihat kesesuaian antara
hasil analisis dengan keadaan sebenarnya di
lapangan.
Metode penelitian pendugaan rawan
banjir ini menggunakan metode Arithmatic
Analyst dan Overlay. Arithmatic Analyst
adalah metode yang melakukan perhitungan
antara bobot dan skor. Penentuan nilai bobot
dan skor masing-masing parameter banjir
didasarkan pada seberapa besar pengaruhnya
terhadap banjir. Semakin besar pengaruh
parameter terhadap banjir maka semakin besar
bobot dan skor yang diberikan terhadap
parameter tersebut.
Penelitian ini menggunakan 5 (lima)
parameter penyebab banjir yang dijadikan
acuan dalam penentuan daerah rawan banjir.Parameter-parameter tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah air hujan
yang turun pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu. Dalam penelitian ini,
diperlukan data curah hujan periode 10 tahun
yang kemudian diolah menjadi data curah
hujan rata-rata tahunan. Pemberian skor
berdasarkan kelas curah hujan seperti terlihat
pada Tabel 1.
Mulai
Studi Literatur dan
Pengumpulan Data
Analisis Data dan Overlay
Peta Parameter pada ArcGIS
Validasi Hasil Penelitian
(Groundcheck Daerah
Rawan Banjir)
Selesai
8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir
6/23
Tabel 1. Skor Parameter Curah Hujan
NoKelas Rata-Rata Curah
Hujan Tahunan
Rata-Rata Curah Hujan
(mm.tahun-1
)Skor
1 Sangat Basah > 3.000 9
2 Basah 2.501 – 3.000 7
3 Sedang/Lembab 2.001 – 2.500 5
4 Kering 1.501 – 2.000 3
5 Sangat Kering < 1.500 1
Sumber : Primayuda (2006) dalam Suhardiman (2012)
2. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan merupakan realisasi
dari pengaruh aktivitas manusia terhadap
sebagian permukaan bumi. Parameter ini
merupakan salah satu parameter yang cukup
penting sebagai penyebab terjadinya banjir.
Hal tersebut disebabkan oleh pesatnya
kegiatan pembangunan sehingga berkurangnya
daerah serapan air yang dapat menyerap air
hujan. Pemberian skor berdasarkan kelas
penggunaan lahan tersaji dalam Tabel 2.
Tabel 2. Skor Parameter Penggunaan Lahan
No Kelas Penggunaan Lahan Skor
1 Sawah, Tanah Terbuka 9
2 Pertanian Lahan Kering, Pemukiman 7
3 Semak, Belukar, Alang-alang 5
4 Perkebunan 3
5 Hutan 1
Sumber : Primayuda (2006) dalam Anindita (2013)
3. Kemiringan Lahan (Slope)
Kemiringan lahan (kelas lereng)
merupakan persentase perbandingan antara
jarak vertikal (tinggi lahan) dengan jarak
horizontal (panjang lahan datar). Kemiringan
lahan adalah salah satu indikator penyebab
terjadinya banjir, sehingga data tersebut
diperlukan untuk mengklasifikasikan daerah-
daerah yang memiliki kemiringan lahan
rendah yang memungkinkan untuk terjadi
banjir karena semakin rendah persentase
kemiringan suatu lahan maka semakin besar
peluang terjadinya genangan air. Pemberian
skor berdasarkan kelas kemiringan lahan
tersaji dalam Tabel 3.
Tabel 3. Skor Parameter Kemiringan Lahan
No Kelas Kemiringan Lahan (%) Skor
1 0 – 8 9
2 8 – 15 7
3 15 – 25 5
4 25 – 40 3
5 > 40 1
Sumber : Utomo (2004) dalam Suhardiman (2012)
8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir
7/23
4. Ketinggian Lahan (Elevasi)
Ketinggian lahan (elevasi) adalah ukuran
ketinggian lokasi di atas permukaan laut.
Ketinggian lahan memiliki pengaruh terhadap
terjadinya banjir. Semakin tinggi suatu daerah
maka semakin kecil peluang terjadinya banjir
pada daerah tersebut. Berbeda dengan daerah
yang memilki ketinggian lahan yang lebih
rendah karena pada daerah tersebut akan
memiliki peluang banjir yang lebih besar.
Pemberian skor berdasarkan kelas ketinggian
lahan tersaji dalam Tabel 4.
Tabel 4. Skor Parameter Ketinggian Lahan
No Kelas Ketinggian Lahan (m) Skor
1 0 – 12,5 9
2 12,6 – 25 7
3 26 – 50 5
4 51 – 75 3
5 76 – 100 1
6 > 100 0
Sumber : Asep Purnama (2008) dalam Suhardiman (2012)
5. Tekstur Tanah
Keadaan tekstur tanah sangat
berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah
yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas
tanah, porositas dan lain-lain. Pemberian skor
berdasarkan kelas tekstur tanah tersaji dalam
Tabel 5.
Tabel 5. Skor Parameter Tekstur Tanah
No Kelas Tekstur Tanah Skor
1 Sangat Halus 9
2 Halus 7
3 Sedang 5
4 Kasar 3
5 Sangat Kasar 1
Sumber : Primayuda (2006) dalam Suhardiman (2012)
Lima variabel tersebut akan diberi bobot
nilai sesuai dengan seberapa besar
pengaruhnya terhadap terjadinya banjir.
Semakin besar pengaruhnya maka semakin
besar pula bobot yang diberikan (lihat Tabel
6). Setelah itu, skor di-input pada masing-
masing variabel yang menjadi indikator banjir
sesuai dengan klasifikasi dari masing-masing
variabel.
8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir
8/23
Tabel 6. Bobot Nilai Parameter (Variabel) Banjir
No Variabel (Indikator) Banjir Bobot Nilai Variabel
1 Curah Hujan 25
2 Penggunaan Lahan 20
3 Tektur Tanah 15
4 Kemiringan Lahan 15
5 Ketinggian Lahan 25
Sumber : Hasil Analisis dan modifikasi, 2015
Setelah menetapkan bobot masing-
masing variabel, dilakukan penetapan skor
(nilai) variabel banjir sesuai dengan penjelasan
pada sub bab sebelumnya. Skor (nilai) variabel
banjir ini di-input pada bagian data atribut(database) yang sekaligus akan terhubung
dengan data spasial pada aplikasi ArcGIS.
Tahap berikutnya adalah analisis dan
perhitungan data yang dilakukan pada aplikasi
ArcGIS. Metode yang digunakan adalah
metode overlay aritmatika di mana
perhitungan dilakukan pada saat prosesoverlay.
Gambar 2. Diagram Alur Analisis dan Pengolahan Data
Pada dasarnya SIG telah mampu
memproses data mulai dari input , analisis
hingga output menjadi sebuah peta. Data-data
yang telah dikumpulkan, kemudian
dimasukkan (input ) ke komputer sebagai data
atribut lalu dianalisis dengan aplikasi ArcGIS
tersebut dengan memasukkan rumus (formula)
perhitungan yang akan terhubung dengan
Rata-Rata Curah Hujan Tahunan
Penggunaan Lahan
Kemiringan Lahan
Ketinggian Lahan
Tekstur Tanah
Parameter Banjir
P e t a P a r a m e t e r B a n j i r
A n a l i s i s A t r i b u t : S k o r i n g d a n
P e m b o b
o t a n
O v e r l
a
Peta Pendugaan Daerah Rawan Banjir
Website Peta Pendugaan Daerah Rawan Banjir
Konfigurasi
Analisis Tingkat Kerawanan Banjir
Skor x BobotNilai Total Variabel = NV(skor) * BV
Rawan Banjir = NTV( Lu) + NTV(Tp)
+ NTV(Tk ) + NTV( El) + NTV( Rf )
Tingkat Rawan BanjirSangat Rawan : 736 - 9 00
Rawan : 571 - 735
Cukup R awan : 406 - 5 70
Kurang Rawan : 241 - 405
Tidak Rawan : 75 - 2 40
8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir
9/23
database dari data spasial peta pendugaan
daerah rawan banjir. Sebelum melakukan
perhitungan nilai tingkat rawan banjir,
dilakukan perhitungan nilai total variabel
terlebih dahulu untuk masing-masing variabel
(indikator) banjir. Perhitungan nilai total
variabel dilakukan dengan cara mengalikan
nilai (skor) masing-masing variabel dengan
bobot masing-masing variabel seperti terlihat
pada rumus berikut :
Nilai Total Variabel = NV(skor) * BV ……….(1)
Keterangan :
NV : Nilai Variabel (skor)
BV : Bobot Variabel
Setelah melakukan perhitungan nilai
total variabel, dilanjutkan dengan melakukan
perhitungan nilai tingkat kerawanan banjir
yang dilakukan dengan cara menjumlahkan
nilai total variabel dari masing-masing
parameter, menggunakan rumus berikut
(modifikasi rumus dari Haryani, dkk (2008)) :
Rawan Banjir = NTV( Lu) + NTV(Tp) + NTV(Tk )
+ NTV( El) + NTV( Rf )……...(2)
Keterangan :
NTV( Lu) : Nilai Total Variabel Penggunaan
Lahan
NTV(Tp) : Nilai Total Variabel Kemiringan
Lahan (Slope)
NTV(Tk ) : Nilai Total Variabel Tekstur Tanah
NTV( El) : Nilai Total Variabel Ketinggian
Lahan (Elevasi)
NTV( Rf ) : Nilai Total Variabel Curah Hujan
( Rainfall)
Setelah itu dilakukan pembuatan nilai
interval klasifikasi tingkat rawan banjir yang
bertujuan untuk membedakan kelas kerentanan
banjir antara yang satu dengan yang lain. Nilai
interval ditentukan dengan pendekatan relatif
dengan cara melihat nilai maksimum dan nilai
minimum tiap satuan pemetaan. Interval kelas
diperoleh dengan cara mencari selisih antara
data tertinggi dengan data terendah dan dibagi
dengan jumlah kelas yang diinginkan (Sigit,
2011).
Kelas Interval =??? ??
?…………………..(3)
Keterangan :
Xt : Data tertinggi
Xr : Data terendah
k : Jumlah kelas yang diinginkan
Kelas tingkat kerawanan banjir dalam
penelitian ini dibagi dalam lima kelas, yaitu
sangat rawan, rawan, cukup rawan, kurang
rawan, dan tidak rawan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Table 7.
Tabel 7. Klasifikasi Tingkat Rawan Banjir
No Kelas Tingkat Rawan Banjir Skor
1 Sangat Rawan 736 – 900
2 Rawan 571 – 735
3 Cukup Rawan 406 – 570
4 Kurang Rawan 241 – 405
5 Tidak Rawan 75 – 240
Sumber : Hasil Analisis dan modifikasi, 2015
8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir
10/23
Tahap selanjutnya adalah membuat akun
pada ArcGIS Online agar peta yang kita buat
dapat diolah dan dipublikasikan dalam bentuk
interface website. Setelah peta daerah rawan
banjir terbentuk, dilakukan export peta dengan
format *.zip atau lebih tepatnya melakukan
packaging dengan aplikasi PeaZIP pada semua
data peta rawan banjir yang telah terbentuk
mulai dari *.shp, *.dbf, *.prj, *.sbx, *.shx, dan
*.sbn yang dimaksudkan agar peta tersebut
tetap terhubung (link ) dengan database
atributnya sehingga pengguna (user ) tetap
dapat memperoleh informasi secara otomatis
dari peta tersebut. Peta yang telah berhasil di-
packaging dengan format *.zip kemudian di-
upload ke ArcGIS Online kemudian data
tersebut di-setting agar dapat tampil dengan
sempurna dalam browser pada PC atau
handphone dengan system operasi android.
Peta-peta yang telah dihasilkan dalam
penelitian ini dapat ditampilkan secara utuh
(lengkap) baik data spatial maupun atributnya pada halaman web, sehingga akses data dari
peta ini dapat menjadi lebih mudah bagi semua
pengguna (user ).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter-parameter yang digunakan
dalam penelitian ini diproyeksikan dalam
bentuk peta parameter. Kemudian dilakukan
scoring dan pembobotan pada peta parameter
tersebut.
1) Curah Hujan
Pembuatan peta parameter curah hujan
bertujuan untuk melihat sebaran rata-rata
curah hujan tahunan pada wilayah penelitian.
Parameter ini diproyeksikan dalam bentuk peta
yang dianalisis dengan metode Geostatistical
Analyst Krigging (lihat Gambar 3).
Gambar 3. Peta Parameter Curah Hujan
Dengan Pendekatan Metode
Geostatistical Analyst Krigging
Pada peta tersebut dapat lihat rata-rata
curah hujan tahunan yang terendah ada pada
wilayah bagian utara Kota Samarinda dan
wilayah dengan rata-rata curah hujan tahunan
tertinggi berada pada wilayah bagian timur
Kota Samarinda. Luas wilayah berdasarkan
sebaran rata-rata curah hujan tahunan di Kota
Samarinda dapat dilihat pada Tabel 8.
Analisis Geostatistical Krigging yang
digunakan dalam membentuk peta parameter
sebaran rata-rata curah hujan tahunan ini
menghasilkan kelas berdasarkan interpolasi
titik penakar hujan. Berdasarkan Tabel 15
dapat lihat bahwa daerah dengan rata-rata
8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir
11/23
curah hujan tahunan antara 1.900 - 2.000
mm.tahun-1
memiliki luas 4.371,42 Ha
(6,33%). Sedangkan sebagian besar wilayah di
Kota Samarinda merupakan daerah dengan
rata-rata curah hujan tahunan antara 2.200 -
2.300 mm.tahun-1
dengan luas wilayah
mencapai 37.828,05 Ha (54,77%).
Tabel 8. Luas Wilayah Berdasarkan Sebaran Rata-Rata Curah Hujan Tahunan di Kota
Samarinda dengan Metode Geostatistical Analyst Krigging
NoKelas Rata-Rata Curah Hujan
(mm.tahun-1
)Luas Wilayah (Ha)
Persentase Luas
Wilayah (%)
1 1.900 – 2.000 4.371,42 6,33
2 2.000 – 2.100 7.230,14 10,47
3 2.100 – 2.200 9.565,79 13,85
4 2.200 – 2.300 37.828,05 54,77
5 2.300 – 2.400 10.075,32 14,59
Sumber : Pengolahan Data Sekunder dan Hasil Analisa SIG, 2015
2) Kemiringan Lahan
Pembuatan peta parameter kemiringan
lahan (slope) bertujuan untuk melihat daerah-
daerah mana saja di Kota Samarinda yang
memiliki persentase kemiringan lahan yang
rendah hingga tinggi. Daerah-daerah dengan
kemiringan lahan yang rendah kemungkinan
terjadinya banjir jauh lebih besar dibandingkan
dengan daerah-daerah dengan kemiringan
lahan yang tinggi. Parameter ini pun
diproyeksikan dalam bentuk peta yang dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Peta Parameter Kemiringan
Lahan (Slope)
Letak Kota Samarinda yang cenderung
berada pada dataran rendah, membuat kota ini
memiliki kemiringan lahan yang termasuk
dalam daerah datar dan landai. Luas wilayah
8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir
12/23
berdasarkan klasifikasi kemiringan lahan ini
dapat dilihat pada Tabel 9.
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa
Kota Samarinda merupakan kota yang
memiliki kemiringan lahan yang cukup
landai/datar. Hal ini dapat dilihat bahwa pada
kelas kemiringan lahan 0 - 8% memiliki luas
hampir setengah dari luasan Kota Samarinda
yaitu 41,76% (28.844,76 Ha). Untuk daerah
yang memiliki kemiringan lahan curam
(daerah bergunung) dengan kemiringan > 40%
luas wilayahnya mencapai 2.526,06 Ha atau
3,66% dari luas wilayah total Kota Samarinda.
Tabel 9. Luas Wilayah berdasarkan Kemiringan Lahan
No Kelas Kemiringan Lahan (%)Luas Wilayah
(Ha)
Persentase Luas
Wilayah (%)
1 0 – 8 28.844,76 41,762 8 – 15 15.268,32 22,11
3 15 – 25 14.375.05 20,814 25 – 40 8.051,32 11,66
5 > 40 2.526,06 3,66
Sumber : Data SRTM 90 m, setelah diolah dan Hasil Analisa SIG, 2015
3) Ketinggian Lahan
Pembuatan peta parameter ketinggian
lahan bertujuan untuk melihat daerah mana
saja di wilayah Kota Samarinda yang berada
pada posisi terrendah hingga tertinggi. Hal ini
menjadi salah satu pengaruh terhadap
terjadinya banjir. Semakin tinggi suatu daerah
maka akan semakin kecil peluang terjadinya
banjir pada daerah tersebut, begitu pula
sebaliknya semakin rendah posisi suatu daerah
maka akan semakin besar peluang terjadinya
banjir. Parameter ketinggian lahan juga
diproyeksikan dalam bentuk peta yang dapat
dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Peta Parameter Ketinggian Lahan
(Elevasi)
Kota Samarinda berada di ketinggian
antara 0 – 200 Mdpl (di atas permukaan laut).
Berdasarkan garis ketinggiannya, Kota
8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir
13/23
Samarinda terletak pada daerah dataran rendah
dan cenderung memiliki topografi yang
mendatar. Luas wilayah berdasarkan
klasifikasi ketinggian tempat ini dapat dilihat
pada Tabel 10.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat
bahwa sebagian besar Kota Samarinda berada
pada daerah dataran rendah, hal ini dibuktikan
dengan luas wilayah pada ketinggian lahan 0-
12,5 mdpl sebesar 35,39% dari luas wilayah
Kota Samarinda atau sebesar 24.445,99 Ha.
Wilayah dengan dengan ketinggian > 100
mdpl hanya 1.328,88 Ha yang merupakan 1,92
% dari luas wilayah Kota Samarinda.
Tabel 10. Luas Wilayah berdasarkan Ketinggian Lahan (Mdpl)
No Kelas Ketinggian Lahan (m)Luas Wilayah
(Ha)
Persentase Luas
Wilayah (%)
1 0 – 12,5 24.445,99 35,392 12,6 – 25 14.244,78 20,623 26 – 50 18.751,30 27,15
4 51 – 75 7.860,23 11,385 76 – 100 2.437,15 3,536 > 100 1.328,88 1,92
Sumber : Data SRTM 90 m, setelah diolah dan Hasil Analisa SIG, 2015
4) Penggunaan Lahan
Pembuatan parameter penggunaan lahan
ini bertujuan untuk melihat pola penggunaan
lahan yang ada di Kota Samarinda.
Penggunaan lahan berperan dalam
mempengaruhi besarnya air limpasan hujan
yang telah melebihi laju infiltrasi sehingga
menimbulkan aliran permukaan (run off ).
Apabila suatu daerah ditumbuhi banyak
pepohonan maka aliran permukaan akan sulit
terjadi. Hal itu terjadi karena besarnya
kapasitas serapan air oleh pepohonan sehingga
kemungkinan banjir lebih kecil daripada
daerah yang tidak ditanami oleh vegetasi.
Sebaran daerah berdasarkan parameter ini
diproyeksikan dalam bentuk peta yang dapat
dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Peta Parameter Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kota Samarinda
berkembang mengikuti pola penyebaran
8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir
14/23
penduduk. Akumulasi penduduk sebagian
besar berada pada lokasi-lokasi yang didukung
dengan prasarana dan sarana transportasi yang
memadai, dan berada pada pusat perdagangan,
pusat industri, dan lokasi transmigrasi. Luas
wilayah berdasarkan penggunaan lahan di
Kota Samarinda dapat dilihat pada Tabel 11.
Sebagian besar penggunaan lahan di
Kota Samarinda adalah belukar hal ini dapat
dilihat pada Tabel 11, luas wilayah untuk
penggunaan lahan belukar sebesar 46.179,18
Ha. Selain belukar dengan luas wilayah cukup
mendominasi penutupan lahan di Kota
Samarinda, penggunaan lahan untuk
pemukiman juga memiliki luasan yang lebih
tinggi dibanding dengan penggunaan lahan
yang lain. Luas wilayah pemukiman di Kota
Samarinda mencapai 11.939,42 Ha.
Tabel 11. Luas Wilayah Berdasarkan Penggunaan Lahan
No Penggunaan Lahan Luas Wilayah (Ha)Persentase Luas
Wilayah (%)
1 Bandara/Pelabuhan 12,51 0,02
2 Belukar 46.179,18 66,853 Hutan Sekunder 299,52 0,43
4 Hutan Tanaman Industri (HTI) 1.928,39 2,795 Pemukiman 11.939,42 17,28
6 Perkebunan 107,42 0,167 Pertambangan 2.708,58 3,92
8 Pertanian Lahan Kering 1.072,68 1,559 Pertanian Lahan Kering Campuran 1.803,08 2,61
10 Rawa 561,22 0,8111 Sawah 1.953,23 2,83
12 Tanah Terbuka 19,86 0,0313 Tanaman Rawa 38,92 0,06
14 Tubuh Air 451,75 0,65Sumber : Peta Penggunaan Lahan Tahun 2010 (Dinas Kehutanan UPT. Planologi Prov.
Kalimantan Timur), setelah diolah dan Hasil Analisa SIG, 2015
5) Tekstur Tanah
Pembuatan peta parameter tekstur tanah
bertujuan untuk melihat sebaran jenis tekstur
tanah yang ada di Kota Samarinda. Tekstur
tanah sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat
tanah yang lain seperti permeabilitas tanah,
infiltrasi tanah, aliran permukaan, dan lain-
lain. Tanah dengan tekstur sangat halus akan
sulit menyerap air hujan sehingga akan terjadi
aliran permukaan (run off ) dan peluang
terjadinya banjir akan semakin besar.
Sebaliknya, tanah dengan tekstur sangat kasar
memiliki peluang yang kecil terhadap kejadian
banjir karena air hujan meresap ke dalam
tanah dengan cepat dan memperkecil
terjadinya aliran permukan. Sebaran daerah
berdasarkan parameter ini diproyeksikan
dalam bentuk peta yang dapat dilihat pada
Gambar 7.
8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir
15/23
8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir
16/23
Luas wilayah berdasarkan tingkat kerawanan
kejadian banjir di Kota Samarinda dapat
dilihat pada Tabel 13 berikut ini.
Tabel 13. Luas Wilayah Kota Samarinda berdasarkan Tingkat Kerawanan Banjir
No Tingkat Kerawanan BanjirLuas Wilayah
(Ha)
Persentase Luas
Wilayah (%)
1 Sangat Rawan 947,35 1,382 Rawan 35.179,07 51,183 Cukup Rawan 27.062,41 39,374 Kurang Rawan 5.505,33 8,015 Tidak Rawan 45,67 0,07
Sumber : Data Sekunder, setelah diolah dan Hasil Analisa SIG, 2015
Gambar 8. Peta Daerah Rawan Banjir Di Kota
Samarinda
Berdasarkan peta daerah rawan banjir(Gambar 8), dapat dilihat bahwa Kota
Samarinda merupakan kota yang memiliki
kecenderunganrawan terhadap kejadian banjir.
Berdasarkan hasil proyeksi peta parameter
banjir, masing-masing peta menunjukkan
bahwa :
a. Rata-rata curah hujan tahunan di Kota
Samarinda cukup tinggi sehingga
mempengaruhi peluang terjadinya banjir
b. Penggunaan lahan diKota Samarindasebagian besar berupa belukar dan daerah
pemukiman yang menyebabkan daerah
serapan air hujan menjadi tidak maksimal
c. Derajat kemiringan lahan di Kota
Samarinda lebih cenderung datar, sehingga
daerah-daerah dengan derajat kemiringan
rendah (datar) menjadi daerah yang mudah
terjadi banjir
d. Kota Samarinda merupakan kota yang berada di daerah dataran rendah yang
sebagian besar besar wilayahnya berada
pada ketinggian antara 0-12,5 mdpl. Hal ini
menyebabkan banyaknya daerah-daerah
yang menjadi area rawan banjir karena
posisinya yang rendah
e. Tekstur tanah di Kota Samarinda
didominasi dengan jenis tekstur agak halus
yang menyebabkan kurang optimalnyatanah menyerap air hujan sehingga menjadi
air limpasan.
Berdasarkan penjabaran diatas, sebaran
daerah rawan banjir berdasarkan pembagian
wilayah administrasi kelurahan di Kota
Samarinda tersaji dalam Tabel 14.
8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir
17/23
Tabel 14. Luas Wilayah Tingkat Kerawanan Banjir Berdasarkan Kecamatan
No Kecamatan/ KelurahanTingkat
Kerawanan Banjir
Luas
Wilayah (Ha)
Persentase Luas
Wilayah (%) *)
1 Kecamatan Palaran
1. Handil Bhakti a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawan
d. Sangat Rawan
164,52
2.328,75
2.412,46
112,32
3,28
46,41
48,08
2,24
2. Simpang Pasir a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawan
d. Sangat Rawan
268,40
1.364,50
1.061,23
15,96
9,90
50,35
39,16
0,59
3. Rawa Makmur a. Cukup Rawan
b. Rawan
94,95
898,58
9,56
90,44
4. Bukuan a. Cukup Rawan
b. Rawan
c. Sangat Rawan
355,55
1.961,20
115,09
14,62
80,65
4,73
5. Bantuas a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawand. Sangat Rawan
106,73
2.371,79
4.930,07209,23
1,40
31,13
64,722,75
2 Kecamatan Samarinda Ilir
1. Selili a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawan
10,19
51,06
86,46
6,90
34,57
58,53
2. Sungai Dama a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawan
3,87
36,34
24,84
5,95
55,86
38,19
3. Sidodamai a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawan
0,22
44,13
36,56
0,27
54,54
45,19
4. Sidomulyo a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan
c. Rawan
3,9533,72
49,29
4,5438,78
56,68
5. Pelita a. Rawan
b. Sangat Rawan
60,04
1,38
97,75
2,25
3 Kecamatan Samarinda Kota
1. Bugis a. Cukup Rawan
b. Rawan
2,16
70,68
2,97
97,03
2. Pasar Pagi Rawan 33,51 100,00
3. Pelabuhan Rawan 44,86 100,00
4. Sungai Pinang Luar Rawan 114,12 100,00
5. Karang Mumus Rawan 36,71 100,004 Kecamatan Sambutan
1. Pulau Atas a. Cukup Rawan
b. Rawan
c. Sangat Rawan
79,65
1.266,48
32,29
5,78
91,88
2,34
2. Sindang Sari Rawan 1.170,62 100,00
3. Makroman a. Cukup Rawan
b. Rawan
c. Sangat Rawan
206,55
2.176,00
55,29
8,47
89,26
2,27
4. Sambutan a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
31,95
1.138,07
1,13
40,27
Pada halaman berikutnya
8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir
18/23
No Kecamatan/ KelurahanTingkat
Kerawanan Banjir
Luas
Wilayah (Ha)
Persentase Luas
Wilayah (%) *)
c. Rawan
d. Sangat Rawan
1.608,75
47,13
56,93
1,67
5. Sungai Kapih a. Cukup Rawan
b. Rawan
c. Sangat Rawan
30,53
587,50
2,13
4,92
94,73
1,67
5 Kecamatan Samarinda Seberang
1. Mesjid Rawan 67,51 100,002. Baqa Rawan 71,92 100,00
3. Sungai Keledang a. Cukup Rawan
b. Rawan
24,79
241,21
9,32
90,68
4. Gunung Panjang a. Cukup Rawan
b. Rawan
86,54
115,58
42,82
57,18
5. Mangkupalas a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawan
22,45
36,67
43,43
21,89
35,76
42,35
6. Tenun Samarinda Rawan 47,45 100,00
6 Kecamatan Loa Janan Ilir
1. Sengkotek a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawan
d. Sangat Rawan
6,66
61,70
152,93
0,75
3,00
27,79
68,87
0,34
2. Simpang Tiga a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawan
d. Sangat Rawan
16,68
162,56
184,68
0,07
4,58
44,66
50,74
0,02
3. Tani Aman a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawan
d. Sangat Rawan
15,74
184,57
305,30
26,86
2,96
34,66
57,34
5,04
4. Harapan Baru a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan
c. Rawan
d. Sangat Rawan
45,18339,20
492,95
9,47
5,0938,25
55,59
1,07
5. Rapak Dalam a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawan
99,05
228,02
496,78
12,02
27,68
60,30
7 Kecamatan Sungai Kunjang
1. Loa Buah a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawan
157,45
641,63
312,26
14,17
57,73
28,10
2. Loa Bakung a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawanc. Rawan
152,41
899,41732,58
8,54
50,4041,05
3. Teluk Lerong Ulu Rawan 83,84 100,00
4. Loa Bahu a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawan
41,49
1.352,64
1.407,10
1,48
48,29
50,23
5. Karang Asam Ulu a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawan
26,54
102,40
192,28
8,26
31,88
59,86
6. Karang Asam Ilir a. Kurang Rawan 29,45 7,50
Lanjutan Tabel 14
Pada halaman berikutnya
8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir
19/23
No Kecamatan/ KelurahanTingkat
Kerawanan Banjir
Luas
Wilayah (Ha)
Persentase Luas
Wilayah (%) *)
b. Cukup Rawan
c. Rawan
120,62
242,36
30,74
61,76
7. Karang Anyar a. Cukup Rawan
b. Rawan
17,89
174,15
9,32
90,68
8 Kecamatan Samarinda Ulu
1. Teluk Lerong Ilir a. Cukup Rawan b. Rawan
7,32106,26
6,4493,56
2. Jawa a. Cukup Rawan
b. Rawan
2,41
47,95
4,79
95,21
3. Dadi Mulya a. Cukup Rawan
b. Rawan
7,15
95,73
6,95
93,05
4. Sidodadi a. Cukup Rawan
b. Rawan
33,62
175,14
16,10
83,90
5. Gunung Kelua a. Cukup Rawan
b. Rawan
29,97
262,35
10,25
89,75
6. Air Hitam a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawan
562,09
1.290,88
433,62
24,58
56,45
18,96
7. Air Putih a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawan
52,79
184,87
229,03
11,31
39,61
49,08
8. Bukit Pinang a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawan
63,48
910,91
508,53
4,28
61,43
34,29
9 Kecamatan Samarinda Utara
1. Lempake a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawan
d. Sangat Rawan
67,59
1.534,71
1.872,44
257,40
1,81
41,12
50,17
6,902. Sempaja Selatan a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawan
37,10
215,76
621,39
4,24
24,68
71,08
3. Sungai Siring a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawan
d. Sangat Rawan
1.214,32
4.400,67
1.928,26
17,12
16,06
58,21
25,50
0,23
4. Tanah Merah a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawan
d. Sangat Rawan
104,08
950,30
847,08
28,82
5,39
49,23
43,88
1,49
5. Sempaja Utara a. Tidak Rawan b. Kurang Rawan
c. Cukup Rawan
d. Rawan
e. Sangat Rawan
45,671.831,98
1.707,66
610,57
0,02
1,0943,66
40,70
14,55
0,0005
6. Sempaja Barat a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawan
154,95
349,80
337,39
18,40
41,54
40,06
7. Sempaja Timur a. Cukup Rawan
b. Rawan
7,35
604,38
1,20
98,80
Pada halaman berikutnya
Lanjutan Tabel 14
8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir
20/23
No Kecamatan/ KelurahanTingkat
Kerawanan Banjir
Luas
Wilayah (Ha)
Persentase Luas
Wilayah (%) *)
8. Budaya Pampang a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawan
d. Sangat Rawan
208,92
1.298,50
1.161,97
8,31
7,80
48,49
43,39
0,31
10 Kecamatan Sungai Pinang
1. Temindung Permai a. Cukup Rawan
b. Rawan
0,71
182,55
0,39
99,612. Bandara a. Rawan
b. Sangat Rawan
66,25
5,85
91,89
8,11
3. Sungai Pinang Dalam a. Cukup Rawan
b. Rawan
c. Sangat Rawan
501,86
751,02
1,31
40,01
59,88
0,10
4. Mugirejo a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawan
26,27
1.063,99
412,40
1,75
70,81
27,44
5. Gunung Lingai a. Kurang Rawan
b. Cukup Rawan
c. Rawan
3,28
203,55
270,32
0,69
42,66
56,65
*) persentase luas wilayah diperoleh berdasarkan luas per kelurahan
Sumber : Pengolahan Data Sekunder dan Hasil Analisa SIG, 2015
Penelitian ini tidak hanya berhenti
sampai diperolehnya peta pendugaan daerah
rawan banjir dalam bentuk 2 dimensi baik
softcopy maupun hardcopy. Tahapan
selanjutnya adalah menyusun peta pendugaan
rawan banjir tersebut agar dapat diakses dalam
sebuah sistem WebGIS. Tujuan dari
pembuatan sistem WebGIS pendugaan daerah
rawan banjir ini adalah agar data atribut atau
informasi dari peta pendugaan rawan banjir ini
bisa diakses. Apabila kita membuat peta dalam
bentuk 2 dimensi hardcopy (peta cetak) maka
informasi yang kita peroleh hanya sebatas
legenda yang tertera pada peta tersebut.
Sebagai contoh, peta rawan banjir yang
dapat dilihat pada Gambar 8 sebelumnya
hanya menerangkan batas-batas wilayah dan
daerah mana yang memiliki tingkat kerawanan
terhadap kejadian banjir (merah yang berarti
sangat rawan, orange yang berarti rawan,
kuning yang berarti cukup rawan, hijau muda
yang berarti kurang rawan, dan hijau tua yang
berarti tidak rawan). Namun pada peta digital
yang telah dibuat pada penelitian ini, peta
dapat diakses pada WebGIS dengan membuka
browser atau aplikasi pencarian dan ketikkan
alamat
http://www.arcgis.com/apps/Viewer/index.htm
l?appid=d5cf83e98dc740e581dc645be1bf8b9f
atau jika terlalu panjang, ketikkan short link
bit.ly/WebGIS_RawanBanjir 1
(lihat Gambar
9).
1
Jika link tidak berfungsi segera kirim pemberitahuan
ke email [email protected]
Lanjutan Tabel 14
8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir
21/23
Gambar 9. Peta Pendugaan Daerah Rawan Banjir Berbasis Web di Kota Samarinda pada
Browser (Opera Stable ver 33.0.1990.58)
Kemajuan teknologi semakin
memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi
para pengguna internet. Selain dapat diakses
pada browser komputer peta digital pendugaan
daerah rawan banjir ini dapat pula diakses
pada browser handphone (gadget ) bersistem
operasi android (lihat Gambar 10). Sehingga
akses informasi semakin mudah karena dapat
dilakukan pada perangkat handphone dan
dapat mengakses peta kapan pun dan di mana
pun sesuai dengan keinginan user (surfer ).
Gambar 10.Tampilan Peta Pendugaan Daerah
Rawan Banjir Berbasis Web di
Kota Samarinda pada Browser
Handphone bersistem operasi
android (Aplikasi Browser versi
4.2.2-eng.build03.1413260822)
8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir
22/23
Berdasarkan Gambar 9 dan 10 dapat dilihat
bahwa selain dapat diakses pada browser PC
dan laptop, sistem web pemetaan daerah rawan
banjir juga dapat diakses pada browser
handphone. Handphone dengan teknologi
yang sudah cukup canggih saat ini
memberikan kemudahan pada user untuk dapat
mengakses web mapping yang setara dengan
web mapping pada komputer ataupun laptop.
Informasi pada web mapping pun dapat
diakses kapan saja dan di mana saja dengan
perangkat handphone (gadget ).
IV. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah
dilaksanakan dan hasil serta pembahasan yang
telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kota Samarinda merupakan daerah dengan
tingkat rawan terhadap kejadian banjir yang
tinggi. Hal ini terlihat dari hasil analisis
yang dilaksanakan dalam penelitian ini danmenunjukkan bahwa luas wilayah dengan
tingkat rawan terhadap banjir merupakan
daerah yang terluas yaitu 35.179,07 Ha
(51,18%). Sedangkan daerah yang kurang
rawan terhadap banjir memiliki luasan
mencapai 5.505,33 Ha (8,01%); daerah
dengan tingkat cukup rawan terhadap banjir
memiliki luasan mencapai 27.062,41 Ha
(39,37%); daerah dengan tingkat sangat
rawan terhadap banjir memiliki luasan
mancapai 947,35 Ha (1,38%); dan daerah
yang tidak rawan (aman) terhadap banjir
dengan luas 45,67 Ha (0,07%).
2. Mapping Platform dapat ditampilkan secara
utuh dan lengkap pada interface website
pada aplikasi browser pada perangkat
personal computer (PC), Laptop, dan
Handphone (gadget ) dengan sistem operasi
Android.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan
pelaksanaan penelitian pendugaan daerah
rawan banjir ini adalah sebagai berikut:
1. WebGIS daerah rawan banjir ini perlu
dikembangkan hingga tingkat output
menjadi akurat sesuai dengan kondisi
sebenarnya di lapangan. Penanganan
WebGIS perlu dikoordinasikan oleh
pihak-pihak yang berwenang dalam
mengembangkan WebGIS ini sehingga
suatu daerah memiliki keseragaman data
spasial agar data tersebut dapat dijadikan
acuan resmi dalam merencanakan
kebijakan penanggulangan banjir.
2. Penelitian ini perlu dikembangkan dengan
penelitian lanjutan yang membuat sistem
berbasis website mapping ini dapat
memiliki fitur-fitur yang lebih informatif
dan interaktif. Diharapkan agar penelitian
sejenis dapat dikembangkan sehingga
akan mempermudah dalam membuat
sistem peringatan dini kebencanaan dan
sistem pengambil keputusan.
8/19/2019 Jurnal WebGIS Rawan Banjir
23/23
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, H. 2011. Distribusi Status Hara N, P,
dan K di Kecamatan Marangkayu
Kabupaten Kutai Kartanegara Melalui
Pendekatan Sistem Informasi Geografis
(SIG) (Studi Kasus Desa Sebuntal, Desa
Perangat Baru dan Desa Bunga Putih).
Skripsi. Universitas Mulawarman.
Samarinda.
Bakti, L.M. 2010. Kajian Sebaran Potensi Rob
Kota Semarang dan Usulan
Penanganannya. Tesis. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Budiono, R.O. 2014. Estimasi Curah Hujan
Maksimum Boleh Jadi Di Daerah Aliran
Sungai Di Kabupaten Situbondo
Menggunakan Metode Hersfield . Skripsi.
Universitas Jember. Jember.
Dinkes. 2012. Profil Kesehatan Provinsi
Kalimantan Timur Tahun 2012. Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur.
Samarinda.
Haryani, N.S., Yulianto, F., Manoppo, A.K.S.
2008. Analisis Tingkat Rawan Banjir di
Provinsi Jawa Timur dari Data
Penginderaan Jauh dan SIG. PIT
MAPIN XVII. Bandung.
Murdiyanto. 2010. Simulasi Daerah Banjir
Menggunakan Sistem Informasi
Geografis di Kabupaten Sragen. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Maulana
Ibrahim Malang. Malang.
Prahasta, E. 2005. Konsep-Konsep Dasar
Sistem Informasi Geografis. Informatika.
Bandung.
Primayuda, A. 2006. Pemetaan Daerah Rawan
Dan Resiko Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus
Kabupaten Trenggalek, Propinsi Jawa
Timur). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Rinezti, H. 2011. Rancang Bangun Aplikasi
Try Out Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
Berbasis Web. Skripsi. Universitas
M l S i d
Sigit, A.A. 2011. Aplikasi Sistem Informasi
Geografis (SIG) Berbasis Web Untuk
Monitoring Banjir di Wilayah DAS
Bengawan Solo Hulu. Seminar Nasional
Teknologi Informasi & Kumunikasi
Terapan 2011. ISBN : 979-26-0255-0.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta
Somantri, L. 2008. Pemanfaatan Teknik
Penginderaan Jauh untuk
Mengidentifikasi Kerentanan dan Resiko
Banjir . Jurnal Gea Jurusan Pendidikan
Geografi. Vol 8 No. 2 Oktober 2008.
Sosrodarsono, S.Ir. 1999. Hidrologi Untuk
Pengairan. Pradnya Paramita. Jakarta.
Suhardiman. 2012. Zonasi Tingkat Kerawanan
Banjir dengan Sistem InformasiGeografis (SIG) pada Sub DAS Walanae
Hilir . Skripsi. Universitas Hasanuddin.
Makasar.
Zubaidah, A., Sowarsono., Purwaningsih, R.
2005. Analisa Daerah Potensi Banjir di
Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan
Menggunakan Citra AVHRR/NOAA-16 .
Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN
XIV. Surabaya
Top Related