Volume 2, Nomor 2, Tahun 2012 ISSN : 2086-9703
JURNAL KEPERAWATAN
• Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Klien HIV/ AIDS Dalam
Mengkonsumsi Tablet ARV Di Klinik Kemuning Rs-Blud Kota Tanjungpinang Tahun 2010.
• Hubungan Perilaku Hidup Sehat Penderita TB Paru Dengan Kejadian Penularan Penyakit TB
Paru Dalam Keluarga Di Tanjung Uban Kecamatan Bintan Utara Tahun 2010.
• Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Kader Posyandu Di Kelurahan Kijang
Kota Kecamatan Bintan Timur Tahun 2010.
• Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Aktivitas Merokok Tenaga Kesehatan Laki-Laki Di
Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Uban Provinsi Kepulauan Riau.
• Hubungan Komunikasi Terapeutik Keperawatan Terhadap Kepuasan Pasien Di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Uban 2010.
Penerbit:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang
Kepulauan Riau, Indonesia
JURNAL KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG
VOLUME 2 NOMOR 2 TAHUN 2012
PENELITIAN HAL
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Klien HIV/ AIDS
Dalam Mengkonsumsi Tablet ARV Di Klinik Kemuning Rs-Blud Kota
Tanjungpinang Tahun 2010.
(Endang Abdullah, Soni Hendra Sitandaon, Maitri Sudjarwani)
114 - 120
Hubungan Perilaku Hidup Sehat Penderita TB Paru Dengan Kejadian
Penularan Penyakit TB Paru Dalam Keluarga Di Tanjung Uban Kecamatan
Bintan Utara Tahun 2010.
(Lidia Wati, Ernawati, Nurningsih Sinuraya)
121 - 126
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Kader Posyandu Di
Kelurahan Kijang Kota Kecamatan Bintan Timur Tahun 2010.
(Syamilatul Khariroh, Liza Wati, Raja Farah Indriastuti)
127 - 132
Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Aktivitas Merokok Tenaga Kesehatan
Laki-Laki Di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Uban Provinsi Kepulauan
Riau.
(Yusnaini Siagian, Irma Yuni, Syafrizal)
133 - 138
Hubungan Komunikasi Terapeutik Keperawatan Terhadap Kepuasan Pasien
Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Uban 2010.
(Dede Satia, Ikha Rahardiantini, Sefti Indah Ayu)
139 - 144
JURNAL KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG
Terbit dua kali setahun pada bulan April dan Oktober
Penanggung Jawab :
Prof. Elly Nurachmah, D.N.Sc.,RN
Letkol (Purn) Endang Abdullah, S.Kp, M.Si
Penasehat :
Wakil Ketua I Stikes Hang Tuah
Wakil Ketua II Stikes Hang Tuah
Wakil Ketua III Stikes Hang Tuah
Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperwatan Stikes Hang Tuah
Ketua Program Studi D-III Ilmu Keperwatan Stikes Hang Tuah
Penyunting :
Ketua :
Ernawati
Sekretaris :
Wasis Pujiati,S.Kep.Ns
Hotmaria Julia Dolok Saribu,S.Kep.Ns
Bendahara :
Lili Sartika, S.Farm, Apt
Penyunting Pelaksana :
Ikha Rahardiantini,S.Si,Apt,
Ummu Fadhilah, S.pd
Lidia Wati, S.Kep, Ns
Liza Wati, S.Kep, Ns
Meyli Nirna Sari, S.Kep, Ns
Irma Yuni, S.Kep, Ns
Pelaksana Tata Usaha:
Siti Halimah
Cian Ibnu Sina
Ummu Fadhilah
Distribusi dan Pemasaran :
Ade Pardi
Anas Fajri
Ahmad Hiyari
Alamat Redaksi:
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
Jl. Baru Km.8 atas Tanjungpinang 29122
Kepulauan Riau - Telp / Fax. (0771) 8038388
PRAKATA
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang berfungsi untuk memfasilitasi
para penulis ilmiah keperawatan dan non keperawatan menghasilkan karya-karya terbaiknya
melalui penulisan karya ilmiah untuk menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan.
Bertolak dari pandangan diatas maka Stikes Hang Tuah Tanjungpinang merasa perlu
memberikan wadah bagi para dosen/peneliti dalam bidang keperawatan baik dari Stikes Hang
Tuah Tanjungpinang maupun dari luar untuk turut menyebarluaskan hasil penelitiannya.
Diharapkan Jurnal Keperawatan yang diterbitkan oleh Stikes Hang Tuah ini mampu menambah
khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi bagi para
dosen-dosen yang lain agar melakukan penelitian.
Pembaca yang budiman, semoga jurnal ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi
pembaca. Kami mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan jurnal. Oleh
karena itu tak lupa kami mohon saran dan kritik demi kelancaran penerbitan edisi jurnal
keperawatan berikutnya.
Tanjungpinang, Maret 2012
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
Endang Abdullah, S.Kp, M.Si
Letkol Purn
114
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN
KLIEN HIV/ AIDS DALAM MENGKONSUMSI TABLET ARV DI
KLINIK KEMUNING RS-BLUD KOTA TANJUNGPINANG TAHUN
2010
Endang Abdullah1, Soni Hendra Sitandaon2, Maitri Sudjarwani3.
ABSTRAK
HIV (Human Immuno Deficiency Virus) sebagai virus yang menyebabkan AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome). AIDS adalah sindrom/kumpulan gejala penyakit yang menyerang sistim kekebalan / pertahanan tubuh
manusia. Data yang di peroleh dari Klinik Kemuning mulai Oktober 2005 hingga akhir Mei 2010, yang pasti
menghentikan ARV 11,28%, lolos dari follow up > 3 bulan s/d akhir bulan ini 9,8%. Tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui hubungan dukungan pertugas kesehatan, dukungan keluarga, dan dukungan LSM dengan
kepatuhan klien HIV / AIDS. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan penyakit
AIDS. AIDS adalah merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Jenis Penelitian adalah
survey analitik dengan pendekatan cross sectional study. Dilakukan pada bulan Desember 2010. Populasinya
sebanyak 123 responden, sampel diambil dengan teknik Accidental sampling berjumlah 55 sampel. Instrumen
yang digunakan adalah kuesioner. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji Chi Square. Hasil Penelitian yang
diperoleh diketahui klien yang patuh 60%, dukungan petugas kesehatan baik 83,6%, dukungan keluarga baik
50,9%, dan dukungan LSM baik 54,5%. Hasil uji statistik dengan chi square menunjukkan adanya hubungan
dukungan petugas kesehatan, dukungan keluarga, dan dukungan LSM dengan kepatuhan klien HIV / AIDS dalam
mengkonsumsi tablet ARV di Klinik Kemuning RS-BLUD Kota Tanjungpinang Tahun 2010.
Kata Kunci: Terkait, Kepatuhan Klien, Dukungan Kesehatan, Keluarga Pejabat Dukungan, dan Du-
kungan LSM.
ABSTRACT
HIV (Human Immuno Deficiency Virus) as virus causing AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS is
syndrome / corps of disease symptom groaning impenetrability systems / defence of human being body. Data which
is [in] obtaining from Clinic Kemuning start the October 2005 till end of May 2010, definitive discontinue the
ARV 11,28%, geting away from follow up > 3 final month;moon to this month;moon 9,8%. Intention of this
research to know the relation of support of pertugas health, family support, and support LSM with the compliance
of client HIV / AIDS.Research Type is analytic survey with the approach of cross sectional study. Conducted in
December 2010. Its population counted 123 responder, sample taken with the technique of Accidental sampling
amount to 55 sample. Instrument used by is quesioner. Test the hypothesis used by is test of Chi Square. Result of
Research obtained known by the obedient client 60%, good health officer support 83,6%, good family support
50,9%, and good support LSM 54,5%. statistical Test result by chi is square in relation of support of health officer,
family support, and support LSM with the compliance of client HIV / AIDS in consuming tablet ARV in Clinic of
Kemuning RS-BLUD of Town of Tanjungpinang Year 2010.
Key words: Related, Client Compliance, Support of Health Officer, Family Support, and Support
LSM.
115
LATAR BELAKANG
Sejalan dengan perkembangan zaman dan
kemajuan teknologi, Indonesia telah
melaksanakan berbagai upaya dalam
rangka meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat. Departemen
Kesehatan telah menyelenggarakan
serangkaian informasi di bidang kesehatan
guna meningkatkan pelayanan kesehatan
menjadi lebih efektif dan efisien serta dapat
terjangkau oleh masyarakat. Namun
demikian, kendati sudah tercapai banyak
kemajuan, bila di bandingkan dengan
beberapa Negara tetangga, keadaan
kesehatan masyarakat Indonesia masih
tertinggal (Depkes, 2006).
HIV merupakan penyakit yang
prevalensinya sangat tinggi didunia
khususnya dinegara-negara berkembang.
Fakta baru menunjukkan bahwa penularan
infeksi HIV/ juga meluas ke rumah tangga.
Dibeberapa wilayah di Jakarta dilaporkan
bahwa sekitar 3% dari 500 ibu hamil yang
dites secara sukarela dalam kegiatan VCT
sudah terinfeksi HIV (Depkes, 2002).
Ancaman HIV di Indonesia dinyatakan
bahwa jumlah orang yang rawan tertular
HIV di Indonesia diperkirakan antara 13
juta sampai 20 juta orang. Sedangkan
jumlah orang dengan HIV atau ODHA
diperkirakan antara 90.000 – 130.000 orang
(KPA Nasional, 2004).
Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan
jumlah penderita HIV 6,1% sedangkan
AIDS 3,4% tahun 2009, berdasarkan
laporan di Dinas Kesehatan Kota
Tanjungpinang data tahun 2009 penderita
HIV laki-laki 59,4% dan perempuan 40,6%,
Sedangkan AIDS 73,8% laki-laki dan
26,2% perempuan.
Dengan semakin meningkatnya
pengidap HIV dan kasus AIDS yang
memerlukan terapi Antiretroviral (ARV),
maka strategi penanggulangan HIV dan
AIDS dilaksanakan dengan memadukan
upaya pencegahan dengan upaya
perawatan, dukungan serta pengobatan.
Dalam memberikan kontribusi 3 dari 5
initiatif global yang dicanangkan oleh
WHO di UNAIDS, Indonesia secara
nasional telah memulai terapi antiretroviral
(terapi ARV) pada tahun 2004.
Data yang di peroleh dari Klinik
Kemuning mulai Oktober 2005 hingga
akhir Mei 2010, yang pasti menghentikan
ARV 11,28%, lolos dari follow up > 3 bulan
s/d akhir bulan ini 9,8%. Berdasarkan data
itu maka perlu ditinjau kembali keterlibatan
keluarga dalam ikut berpartisipasi
membantu klien HIV untuk dapat support
dari keluarga agar klien HIV semangat dan
tidak berputus asa dalam mengkonsumsi
tablet ARV seumur hidupnya. Kita ketahui
bahwa keluarga adalah orang yang paling
dekat dengan klien, dalam kehidupan
sehari-harinya keluarga dan orang terdekat
yang dapat memantau kedisiplinan klien
HIV dalam mengkonsumsi tablet ARV.
116
Petugas dari Klinik Kemuning (termasuk
dokter dan manajemen kasus) juga LSM
KOMPAK (Komunitas Peduli AIDS Kepri)
juga sebagai pendukung psikologis klien
HIV di Klinik Kemuning RS-BLUD Kota
Tanjungpinang.
BAHAN DAN CARA
Tujuan dari penelitian ini adalah
Diketahuinya dukungan keluarga di Klinik
Kemuning RS-BLUD Kota Tanjungpinang.
Diketahuinya dukungan LSM di Klinik
Kemuning RS-BLUD Kota Tanjungpinang.
Diketahuinya hubungan dukungan petugas
kesehatan dengan kepatuhan klien HIV /
AIDS dalam mengkonsumsi tablet ARV di
Klinik Kemuning RS-BLUD Kota
Tanjungpinang. Diketahuinya hubungan
dukungan keluarga dengan kepatuhan klien
HIV / AIDS dalam mengkonsumsi tablet
ARV di Klinik Kemuning RS-BLUD Kota
Tanjungpinang.
Desain penelitian ini adalah cross
sectional study, yaitu suatu penelitian
dimana variabel bebas (independent
variable) adalah dukungan petugas
kesehatan, dukungan keluarga, dan
dukungan LSM, sedangkan variabel terikat
(dependent variable) adalah kepatuhan
klien HIV / AIDS selama mengkonsumsi
obat ARV yang diamati dan diukur pada
pengambilan data yang dilakukan hanya
satu kali pada saat bersamaan
(Notoatmodjo, 2002).
Lokasi penelitian dilakukan di Klinik
Kemuning RS-BLUD kota Tanjungpinang
yang dilaksanakan pada tanggal 04 sampai
dengan 17 Desember tahun 2010.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien rawat jalan di klinik
Kemuning RS-BLUD Kota Tanjungpinang
yang berjumlah 123 pasien. Sampel dalam
penelitian ini sebagian dari pasien yang
dirawat jalan di klinik Kemuning RS-
BLUD Kota Tanjungpinang yang
berjumlah 55 pasien. Instrumen yang
digunakan pada penelitian ini adalah
wawancara, kuessioner dan observasi.
Peneliti melakukan wawancara pada setiap
pasien yang dirawat, memberikan kuesioner
yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang
akan diisi oleh responden. Kuesioner
penelitian ini mencakup variabel dukungan
petugas kesehatan, dukungan keluarga, dan
dukungan LSM serta variabel kedisplinan
pasien berbentuk pertanyaan tertutup
dengan pilihan jawaban berupa ceklis. Dan
melakukan observasi terhadap pelayanan
yang diberikan oleh petugas kesehatan,
serta fasilitas yang tersedia diruangan
perawatan.
Hasil
Tabel 1.
Distribusi Responden Menurut Dukungan Keluarga
di Klinik Kemuning RS-BLUD
Kota Tanjungpinang Tahun 2010
117
Dukungan Keluarga Jumlah %
Kurang
Baik
27
28
49,1
50,9 Jumlah 55 100
Table 1 terlihat bahwa sebagian besar
responden dukungan keluarga baik (50,9%)
sedangkan dukungan keluarga kurang
(49,1%).
Table 2.
Distribusi Responden Menurut
Dukungan LSM di Klinik Kemuning
RS-BLUD Kota Tanjungpinang
Tahun 2010
Dukungan LSM Jumlah %
Kurang
Baik
25
30
45,5
54,5
Jumlah 55 100
Pada tabel 2 terlihat bahwa sebagian
besar responden dukungan LSM baik
(54,5%) sedangkan dukungan LSM kurang
(45,5%).
Table 3.
Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan
Kepatuhan Klien HIV / AIDS dalam Mengkonsumsi
Tablet ARV di Klinik
Kemuning RS-BLUD Kota Tanjungpinang Tahun
2010
Du
ku
ngan
Petu
gas
Kes
eh
ata
n
Kepatuhan Klien Jumlah OR Tidak Patuh Patuh Jum-
lah % Jum
-lah % Jum-
lah %
18,286 Rendah 8 88,9 1 11,1 9 100 Tinggi 14 30,4 32 69,6 46 100 Jumlah 22 40,0 33 60,0 55 100
X2 = 10,717 p = 0,002
Hasil analisis menunjukkan bahwa
responden yang kurang mendapatkan
dukungan petugas kesehatan dan tidak
patuh 88,90% dan responden yang
mendapat dukungan yang baik dari petugas
kesehatan tetapi tidak patuh (30,4%).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan proporsi antara
responden yang kurang mendapat
dukungan petugas kesehatan dengan yang
mendapat dukungan baik dari petugas
kesehatan, hal ini terlihat dari nilai p < 0,05.
Dari hasil analisis menunjukkan OR =
18,286 dengan CI =95% 2,084-160,416
tidak melewati angka 1 sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara dukungan petugas
kesehatan dengan kepatuhan klien HIV /
AIDS dalam mengkonsumsi tablet ARV
untuk seumur hidupnya.
Table 4.
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan
Klien HIV / AIDS dalam
Mengkonsumsi Tablet ARV di Klinik
Kemuning RS-BLUD Kota
Tanjungpinang Tahun 2010
Du
ku
ngan
Kel
uarga
Kepatuhan Klien Jumlah OR Tidak
Patuh Patuh
Jum-
lah % Jum-
lah % Jum-
lah %
7,820 Kurang 17 63,0 10 37,0 27 100 Baik 5 17,9 23 82,1 28 100 Jumlah 22 40,0 33 60,0 55 100
X2 = 11,652 p = 0,002
Hasil analisis menunjukkan bahwa
responden yang kurang mendapatkan
dukungan keluarga dan tidak patuh 63,0%
dan responden yang mendapat dukungan
yang baik dari petugas kesehatan tetapi
tidak patuh (17,9%).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan proporsi antara
responden yang kurang mendapat
dukungan keluarga dengan yang mendapat
118
dukungan baik dari keluarga, hal ini terlihat
dari nilai p < 0,05.
Dari hasil analisis menunjukkan OR =
18,286 dengan CI =95% 2,256-27,108 tidak
melewati angka 1 sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara dukungan keluarga
dengan kepatuhan klien HIV / AIDS dalam
mengkonsumsi tablet ARV untuk seumur
hidupnya.
Table 5.
Hubungan Dukungan LSM dengan
Kepatuhan Klien HIV / AIDS dalam
Mengkonsumsi Tablet ARV di Klinik
Kemuning RS-BLUD Kota Tanjungpinang
Tahun 2010
Du
ku
ngan
LS
M Kepatuhan Klien Jumlah OR
Tidak
Patuh Patuh
Jum-
lah % Jum-
lah % Jum-
lah %
7,111 Kurang 16 64,0 9 36,0 25 100 Baik 6 20,0 24 80,0 30 100 Jumlah 22 40,0 33 60,0 55 100
X2 = 11,000 p = 0,002
Hasil analisis menunjukkan bahwa
responden yang kurang mendapatkan
dukungan LSM dan tidak patuh 64% dan
responden yang mendapat dukungan yang
baik dari LSM tetapi tidak patuh (20%).
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan proporsi antara
responden yang kurang mendapat
dukungan LSM dengan yang mendapat
dukungan baik dari LSM, hal ini terlihat
dari nilai p < 0,05.
Dari hasil analisis menunjukkan OR =
7,111 dengan CI =95% 2,118-23,878 tidak
melewati angka 1 sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara dukungan LSM
dengan kepatuhan klien HIV / AIDS dalam
mengkonsumsi tablet ARV untuk seumur
hidupnya.
PEMBAHASAN
Hasil uji statistik dengan uji chi square
diketahui bahwa nilai p = 0,002 (p < 0,05)
ini menunjukkan adanya perbedaan
proporsi antara dukungan keluarga dengan
kepatuhan klien HIV / AIDS dalam
mengkonsumsi tablet ARV.
Dari hasil analisis menunjukkan OR =
18,286 dengan CI =95% 2,256-27,108 tidak
melewati angka 1 sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara dukungan keluarga
dengan kepatuhan klien HIV / AIDS dalam
mengkonsumsi tablet ARV untuk seumur
hidupnya
Hasil uji statistik dengan uji chi square
diketahui bahwa nilai p = 0,002 (p < 0,05)
ini menunjukkan adanya perbedaan
proporsi antara dukungan LSM dengan
kepatuhan klien HIV / AIDS dalam
mengkonsumsi tablet ARV.
Dari hasil analisis menunjukkan OR =
7,111 dengan CI =95% 2,118-23,878 tidak
melewati angka 1 sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara dukungan LSM
dengan kepatuhan klien HIV / AIDS dalam
119
mengkonsumsi tablet ARV untuk seumur
hidupnya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Renita (2005), yang yang
menyatakan adanya hubungan yang
bermakna antara LSM dengan kepatuhan
pasien HIV / AIDS dalam mengkonsumsi
obat ARV (Andi Renita, 2005).
LSM dapat berperan sebagai mitra
maupun sebagai pengawas (watch dog).
Kedua, beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap peranan LSM dalam pengelolaan
lingkungan hidup terdiri dari faktor internal
LSM (dana, kualitas SDM, jangkauan
program,) dan faktor eksternal (kondisi
hubungan dengan pemerintah dan
hubungan antar LSM). Ketiga, peningkatan
hubungan kemitraan antara LSM dengan
pemerintah dapat ditempuh melalui
kemauan pemerintah untuk selalu
merangkul LSM (masuk komisi AMDAL),
kerjasama program aksi, penyelenggaraan
kursus peningkatan sumber daya manusia.
Program peningkatan ini akan berhasil
apabila kedua belah pihak saling percaya
dan tidak saling curiga melainkan
merupakan suatu sinergi (Suteki, 2010).
KESIMPULAN
Adanya hubungan yang bermakna antara
dukungan keluarga dengan kepatuhan klien
HIV /AIDS dalam mengkonsumsi tablet
ARV. Adanya hubungan yang bermakna
antara dukungan LSM dengan kepatuhan
klien HIV / AIDS dalam mengkonsumsi
tablet ARV.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Edisib Revisi V. Jakarta:
Rineka Cipta
Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika untuk
Kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: EGC
Depkes RI. 2004. Modul dan Pelatihan
Konseling dan Tes Sukarela HIV.
Jakarta.
____, 2006. Buku Pedoman Peserta
Pelatihan Manajemen Kasus HIV
AIDS. Jakarta.
____, 2008. Buku Pedoman Peserta
Pelatihan Manajemen Kasus HIV
AIDS. Jakarta.
Hamdi. 2009. LSM Indonesia. Diambil
dari:
http://www.facebook.com/topic.ph
p?uid. Diakses tanggal 10 Oktober
2010 Jam 12.00 WIB.
Notoadmodjo, Soekirdjo. 2003. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
120
Nursalam & Pariani. 2001. Metodologi
Riset Keperawatan. Jakarta : CV
Sagung Seto.
RSBLUD Kota Tanjungpinang (2009).
Data Klien Klinik Kemuning HIV /
AIDS RS-BLUD Kota
Tanjungpinang tahun 2009. RS-
BLUD Kota Tanjungpiang.
Silya, Epi. 2010. Perkembangan Terapi
ARV. Diambil dari:
http://www.bahas.com/ . Diakses
tanggal 8 Oktober 2010 Jam 17.00
WIB.
Setiawan, Santun. 2008. Asuhan
Keperawatan Keluarga. Jakarta :
Trans Info Media.
1. Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
2. Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
3. Mahasiswa STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
121
HUBUNGAN PERILAKU HIDUP SEHAT PENDERITA TB PARU
DENGAN KEJADIAN PENULARAN PENYAKIT TB PARU DALAM
KELUARGA DI TANJUNG UBAN KECAMATAN BINTAN UTARA
TAHUN 2010
Lidia Wati1, Ernawati2, Nurningsih Sinuraya3.
ABSTRAK
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium Tuberculosis yang sebagian
besar menyerang paru-paru. Di Indonesia, TB merupakan penyakit infeksi yang mematikan no.1. Di Tanjung
Uban, pada saat pemeriksaan kontak keluarga penderita TB Paru, ditemukan lebih dari 35% dari pemeriksaan
kontak dalam keluarga terdapat riwayat penularan penyakit tuberkulosis. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan perilaku hidup sehat penderita tuberkulosis paru dengan kejadian penularan penyakit
tuberkulosis dalam keluarga di Tanjung Uban, Kecamatan Bintan Utara, Kabupaten Bintan.Penelitian ini
menggunakan survey analitik dengan pendekatan case control. Sampel terbagi atas dua, yakni sampel untuk kasus
(case) sebanyak 15 penderita TB Paru BTA (+) yang memiliki riwayat penularan penyakit TB Paru dalam keluarga,
dan kasus (control) sebanyak 15 penderita TB Paru BTA (+) yang tidak memiliki riwayat penularan penyakit TB
Paru dalam keluarga. Hasil analisis korelasi dengan uji Chi-Square diperoleh p=0,714 dengan demikian p>0,05.
Hal ini berarti tidak ada hubungan antara perilaku hidup sehat penderita TB Paru dengan kejadian penularan
penyakit TB Paru dalam keluarga di Tanjung Uban.
Kata Kunci: Hidup Sehat Perilaku, Kejadian Penularan Penyakit.
ABSTRACT
It is estimated that approximately one third of the world’s population has been infected by Mycobacterium
tuberculosis, mostly attacks the lungs. Tuberculosis is the number one dangerous infection diseases in Indonesia.
In Tanjung Uban, after a contact examination on family of tuberculosis sufferers, it is found that more than 35%
of the examination shows history of tuberculosis disease transmission. This research aims to find out the
relationship between healthy living behavior of pulmonary tuberculosis sufferers and the occurrence of pulmonary
tuberculosis transmission among family member in Tanjung Uban, North Bintan subdistrict, Bintan district.This
research uses analytical survey by using case control approach. The sample is divided into two, namely the sample
for cases of 15 sufferers with pulmonary tuberculosis BTA (+) who have history of tuberculosis disease
transmission among family member, and the case of 15 sufferers with pulmonary tuberculosis BTA (+) with no
history of tuberculosis disease infection among family member. Results of correlation analysis with Chi-Square
test shows p = 0.714 thus p>0,05. This means that there is no correlation between healthy living behavior of TB
sufferers and the occurrence of TB transmission among family member in Tanjung Uban, North Bintan subdistrict,
Bintan district.
Keywords: Healthy Living Behavior, Occurence of Disease Transmission.
LATAR BELAKANG
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk
dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium
Tuberculosis. Pada tahun 1995,
diperkirakan ada sembilan juta pasien TB
baru dan tiga juta kematian akibat TB
122
(Tuberkulosis) diseluruh dunia.
Diperkirakan 95% kasus TB dan 98%
kematian akibat TB didunia, terjadi pada
negara-negara berkembang. Demikian juga,
kematian wanita akibat TB lebih banyak
dari pada kematian karena kehamilan,
persalinan dan nifas (World Health
Organization, 2004).
Sekitar 75% pasien TB Paru adalah
kelompok usia yang paling produktif secara
ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan
seorang pasien TB Paru dewasa, akan
kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3
sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada
kehilangan pendapatan tahunan rumah
tangganya sekitar 20 – 30%. Jika ia
meninggal akibat TB Paru, maka akan
kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun.
Selain merugikan secara ekonomis, TB
Paru juga memberikan dampak buruk
lainnya secara sosial – stigma bahkan
dikucilkan oleh masyarakat. Badan
kesehatan Dunia (WHO) mentargetkan
terdapat satu penderita TB Paru dengan
BTA (+) diantara sepuluh orang suspek
(dicurigai) penderita. (Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis, 2008).
Data dari “World Health Statistic 2009”
Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara
dengan jumlah penderita TB Paru terbanyak
di dunia setelah India dan China. Jumlah
pasien TB di Indonesia adalah sekitar 5,8 %
dari total jumlah pasien TB dunia. Di
Indonesia, diperkirakan setiap tahun
terdapat 528.000 kasus TB baru dengan
kematian sekitar 91.000 orang. Di negara-
negara ASEAN, Indonesia juga menduduki
peringkat ke-3 dengan jumlah penderita TB
Paru BTA positif terbanyak setelah
Kamboja dan Filipina. Angka prevalensi
TB Paru di Indonesia pada tahun 2008
adalah 270 per 100.000 penduduk dan TB
Paru terjadi pada lebih dari 70% usia
produktif. Program penanggulangan
penyakit tuberkulosis menetapkan target
nasinal pada sasaran penderita tuberkulosis.
Sasaran yang diharapakan berdasarkan
pada jumlah penduduk pada masing-masing
wilayah, 1,6/1000 dari jumlah penduduk.
Adapun pencapaian yang diharapkan
adalah angka penemuan penderita / CDR
(Case Detection Rate) 80%, Angka
konversi dari penderita BTA(+) yang
diobati 80%, Angka kesembuhan dari
penderita BTA(+) yang diobati 85%, dan
angka kesalahan pada crosschek
pemeriksaan BTA adalah <5%.
penelitian yang dilakukan oleh peneliti
adalah di Tanjung Uban, Kecamatan Bintan
Utara, Kabupaten Bintan, propinsi
Kepulauan Riau. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua penderita TB Paru aktif
yang telah mendapatkan pengobatan di
wilayah kerja Puskesmas Tanjung Uban.
Sampel pada penelitian adalah sampel yang
diambil sesuai dengan kriteria penelitian ini
terdiri dari kasus dan kontrol.
123
BAHAN DAN CARA
Tujuan Khusus adalah Diketahuinya
kejadian penularan penyakit TB Paru dalam
keluarga, di Tanjung Uban, Diketahuinya
perilaku hidup sehat penderita TB Paru,
Diketahuinya hubungan perilaku hidup
sehat penderita TB Paru dengan kejadian
penularan penyakit TB Paru.
Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan metode Survey
Analitik, yaitu suatu metode atau penelitian
yang mencoba menggali bagaimana dan
mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.
Desain penelitian yang digunakan adalah
survey analitik dengan pendekatan “case
control”.
Lokasi penelitian yang dilakukan oleh
peneliti adalah di Tanjung Uban,
Kecamatan Bintan Utara, Kabupaten
Bintan, propinsi Kepulauan Riau.
Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara menggunakan kuesioner kepada
responden yang telah memenuhi kriteria
inklusi. Kuesioner yang digunakan bentuk
pilihan (angket tertutup), yaitu pertanyaan
yang telah disediakan jawabannya.
Hasil
Penelitian ini dilakukan pada penderita
TB Paru dengan jumlah sampel 30
responden dengan BTA (+), 15 responden
penderita TB Paru BTA (+) yang memiliki
riwayat penularan penyakit TB Paru dalam
keluarganya, dan 15 responden tanpa
riwayat penularan penyakit TB Paru BTA
(+) dalam keluarga. Semua responden yang
diteliti berada dalam wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Uban, baik yang
berobat di Puskesmas Tanjung Uban
maupun yang berobat di RSUD Tanjung
Uban.
Tabel 1
Responden Penderita TB Paru BTA (+)
Dengan Riwayat Penularan Penyakit TB Paru Dalam
Keluarga Di Tanjung Uban
Kecamatan Bintan Utara tahun 2010.
(Kasus)
Perilaku
Responden Penderita
TB Paru BTA (+)
Dengan Riwayat
Penularan
Penyakit
TB Paru Dalam
Keluarga
Jumlah %
Perilaku Buruk
Perlaku Baik
8
7
53,3
46,7 Sumber : Data Primer
Pada responden dengan riwayat
penularan penyakit TB Paru, terdapat
53,3% responden memiliki perilaku hidup
sehat yang buruk, dan 46,7% responden
memiliki perilaku hidup sehat yang baik.
Tabel 2
Responden Penderita TB Paru BTA (+) Tanpa
Riwayat Penularan Penyakit TB Paru Dalam
Keluarga Di Tanjung Uban Kecamatan Bintan Utara
tahun 2010. (Kontrol)
Perilaku
Responden Penderita
TB Paru BTA (+)
Dengan Riwayat
Penularan
Penyakit
Jumlah %
Perilaku Buruk
Perilaku Baik
6
9
40
60
124
Sumber : Data Primer
Pada responden dengan riwayat
penularan penyakit TB Paru, terdapat 40%
responden memiliki perilaku hidup sehat
yang buruk, dan 60% responden memiliki
perilaku hidup sehat yang baik.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Perilaku Hidup
Sehat Pada Penderita TB Paru BTA (+) Dengan
Responden Penderita TB Paru BTA (+) Dengan dan
Tanpa Riwayat Penularan Penyakit TB Paru Dalam
Keluarga Di Tanjung Uban Th 2010.
Peril
ak
u
Resp
on
den
LS
M Responden Penderita TB
Paru BTA (+) Total OR
Dengan
Riwayat
Penularan
Tanpa
Riwayat
Penularan N % N % N %
1,714 Buruk 8 57,1 6 42,9 14 100 Baik 7 43,8 9 56,3 16 100
15 50 15 50 30 100
Dari tabel 3 diatas menunjukkan bahwa
proporsi responden dengan riwayat
penularan penyakit yang berperilaku hidup
sehat yang buruk lebih banyak 57,1%
responden dibandingkan dengan responden
tanpa penularan penyakit dalam keluarga
yang berperilaku hidup yang buruk 42,9%
responden. Dari hasil uji analisis, di peroleh
Rasio Odds (Ψ) sebesar 1,714. Karena OR
>1, maka dapat dikatakan bahwa perilaku
hidup sehat dapat mempertinggi resiko
terjadinya penularan penyakit TB Paru,
dalam artian bahwa penderita TB Paru (+)
yang memiliki perilaku hidup sehat yang
buruk berpeluang 1,714 kali terjadi
penularan penyakit TB Paru dalam
keluarganya.
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa proporsi responden penderita TB
Paru (+) dengan riwayat penularan penyakit
yang berperilaku hidup sehat yang buruk
lebih banyak 57,1% responden
dibandingkan dengan responden penderita
TB Paru BTA (+) tanpa penularan penyakit
dalam keluarga yang berperilaku hidup
yang buruk 42,9% responden. Responden
penderita TB Paru BTA (+) tanpa riwayat
penularan penyakit yang berperilaku hidup
sehat yang baik lebih banyak 56,3%
responden dibandingkan dengan responden
penderita TB Paru BTA (+) dengan
penularan penyakit dalam keluarga yang
berperilaku hidup yang baik 43,8%
responden.
Hasil penelitian ini menunjukkan
analisis korelasi dengan uji Chi-Square
(continuity correction) diperoleh p=0,714
dengan demikian p>0,05. Hal ini berarti
tidak ada hubungan bermakna antara
perilaku hidup sehat penderita TB Paru
dengan kejadian penularan penyakit TB
Paru dalam keluarga di Tanjung Uban.
Diperoleh Rasio Odds ( Ψ ) sebesar 1,714.
Karena OR >1, maka dapat dikatakan
bahwa perilaku hidup sehat dapat
mempertinggi resiko terjadinya penularan
penyakit TB Paru, dalam artian bahwa
penderita TB Paru (+) yang memiliki
perilaku hidup sehat yang buruk berpeluang
125
1,714 kali terjadi penularan penyakit TB
Paru dalam keluarganya.
Dari besar interval kepercayaan
(Confidence Interval / CI) batas bawah
0,403, batas atas 7,292, maka nilai rasio
odds sebenarnya yang terdapat dalam
populasi sasaran dengan kebenaran 95%
berkisar diantara 0,403 sampai 7,292,
sehingga dikatakan bahwa makin kuat
dugaan bahwa perilaku hidup sehat
merupakan factor resiko terjadinya
penularan penyakit TB Paru dalam
keluarga. Hal ini tidak sejalan dengan hasil
penelitian Muhaimin (2004) yang
menunjukkan gambaran perilaku hidup
sehari-hari penderita TB Paru BTA (+)
dalam upaya pencegahan penularan
penyakit berhubungan dengan kejadian
penularan penyakit TB Paru dalam
keluarga.
KESIMPULAN
Tidak terdapat hubungan bermakna
antara perilaku hidup sehat penderita TB
Paru BTA (+) dengan kejadian penularan
penyakit TB Paru dalam keluarga, di
Tanjung Uban, kecamatan Bintan Utara
2010. Hal ini terlihat dari hasil Chi-Square
test p>0.05 (p=0,714). Sedangkan di
peroleh Rasio Odds ( Ψ ) sebesar 1,714.
Karena OR >1, dan nilai CI 0,403 – 7,292
maka dapat dikatakan bahwa perilaku hidup
sehat yang buruk dapat mempertinggi
resiko terjadinya penularan penyakit TB
Paru.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian.
Suatu Pendekatan Praktek (Edisi
Revisi VI). Jakarta. Rineka Cipta.
Azwar S. 2010. Penyusunan Skala
Psikologi cetakan XIII. Yogyakarta.
Pustaka Pelajar.
BBKPM (Balai Besar Kesehatan paru
Masyarakat) Surakarta. Kesehatan
Paru – Tuberkulosis Di Dunia Dan
Di Indonesia. Online: 30 Juni 2010,
Available From :
http://www.bbkpmska.com/artikel/
kesehatan-paru/78-tuberkulosis-di-
dunia-dan-indonesia.html.
Brunner & Suddarth (Editor Edisi bahasa
Indonesia : Endah
Pakaryaningsih,S.Kp, Monica
Ester,S.Kp). 2002. Buku Ajar
keperawatan Medikal Bedah edisi 8
volume 2. Jakarta. EGC.
Depkes RI. 2008. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis,
Cetakan ke-10. Depkes RI. Jakarta.
Hateyaningsih E. 2009. Hubungan
Pengaruh Pemberian Makanan
126
Tambahan Dengan Konversi dahak
Tahap Intensif Pada Penderita BTA
Positif. KTI FKM UI. Jakarta.
Kemenkes. 2008. Profil Provinsi
Kepulauan Riau 2008. Online: 24
Mei 2010. Available From:
http://www.depkes.go.id
Kemenkes. 2008. Profil Kabupaten Bintan
2008. Online: 24 Mei 2010.
Available From:
http://www.depkes.go.id
Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran jilid 2. Jakarta. Media
Aesculapius.
Medicastore. Informasi Lengkap Tentang
Penyakit TBC. Online: 30 Juni
2010, Available From:
http://www.medicastore.com/tbc/pe
nyakit_tbc.htm
Meiwanto, C. 2003. TBC (Tuberculosis).
Online: 30 Juni 2010, Available
From:
http://www.detikhealth.com/artikel/
dewasa/2003/09/01/20030901-
112220.shtml
Muhaimin, 2004, gambaran perilaku sehari-
hari penderita TBC.
1. Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
2. Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
3. Mahasiswa STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
127
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA
KADER POSYANDU DI KELURAHAN KIJANG KOTA KECAMATAN
BINTAN TIMUR TAHUN 2010
Syamilatul Khariroh1, Liza Wati2, Raja Farah Indriastuti3.
ABSTRAK
Posyandu sebagai sebuah wadah UKBM (upaya kesehatan bersumber daya masyarakat) mempunyai peranan yang
sangat besar dan strategis didalam masyarakat secara umum dan khususnya bidang kesehatan. Kader sebagai salah
satu sub sistem dalam posyandu yang bertugas untuk mengatur jalannya program dalam posyandu, kader harus
lebih tahu atau lebih menguasai tentang kegiatan yang harus dijalankan atau dilaksanakan. Keaktifan dan kinerja
kader dari tahun 2008 sampai dengan 2009 mengalami penurunan, dimana pada tahun 2008 kader aktif adalah
72,4% sementara pada tahun 2009 menurun menjadi 68,32% (Puskesmas Kijang Kota, 2010). Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan, tanggungjawab, insentif, dan dukungan petugas kesehatan
dan tokoh masyarakat dengan kinerja kader posyandu. Jenis Penelitian adalah obsevasional dengan pendekatan
cross sectional study. Dilakukan pada bulan Desember 2010. Populasinya sebanyak 169 responden, sampel
diambil dengan teknik Simple Random sampling berjumlah 63 sampel. Instrumen yang digunakan adalah
kuesioner. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji Chi Square. Hasil Penelitian yang diperoleh diketahui kinerja
baik (66,7%), pengetahuan tinggi (57,1%), tanggungawab baik (63,5%), insentif puas (68,3%), dan dukungan
petugas kesehatan dan tokoh masyarakat (60,3%). Hasil uji statistik dengan chi square di peroleh bahwa ada
hubungan pengetahuan, tanggungjawab, insentif, dan dukungan petugas kesehatan dan tokoh masyarakat dengan
kinerja kader posyandu di Kelurahan Kijang Kota Kecamatan Bintan Timur Tahun 2010.
Kata Kunci: Kinerja Kader Posyandu, Pengetahuan, Tanggung Jawab. insentif, Dukungan Petug-
as Kesehatan Dan Tokoh Masyarakat.
ABSTRACT
Posyandu as a place of UKBM (strive the health stem the society energy) having very strategic and big role in
society in general and specially health area. Cadre as one of the system sub in commisioned posyandu to arrange
the way program in posyandu, cadre have to be more know or more mastering about activity which must be run
or executed. livelines And cadre performance from year 2008 up to 2009 experiencing of degradation, where in
the year 2008 active cadre is 72,4% for a while in the year 2009 downhill become 68,32% (Puskesmas of Town
Deer, 2010). Intention of this research to know the knowledge relation, responsibility, incentive, and support of
officer of health and elite figure with the performance of cadre posyandu. Research Type is analytic survey with
the approach of cross sectional study. Conducted in December 2010. Its population counted 169 responder, sampel
taken with the technique of Simple Random sampling amount to 63 sampel. Instrument used by is kuesioner. Test
the hypothesis used by is test of Chi Square. Result of Research obtained known by the good performance (66,7%),
high knowledge (57,1%), good responsibility (63,5%), satisfied incentive (68,3%), and support of officer of health
and elite figure (60,3%). statistical Test result by chi is square in obtaining that there is knowledge relation,
responsibility, incentive, and support of officer of health and elite figure with the performance of cadre posyandu
in Sub-District of Deer of Town of District of Bintan of Year East 2010.
Keywords: Performance of Cadre Posyandu, Knowledge, Responsibility, incentive, Support of
Officer of Health And Elite Figure.
128
LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan hak azazi (UUD
1945, pasal 28 ayat 1 dan UU No.23 Tahun
1992) dan sekaligus sebagai investasi,
sehingga perlu diupayakan, diperjuangkan
dan ditingkatkan oleh setiap individu dan
oleh seluruh komponen bangsa, agar
manusia yang menikmati hidup sehat dan
pada akhirnya dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Hal ini
perlu dilakukan, karena kesehatan bukanlah
tanggung jawab pemerintah saja, namun
merupakan tanggung jawab bersama
pemerintah dan masyarakat, termasuk
swasta (Depkes, 2006).
Sejak dicanangkannya Posyandu pada
tahun 1986, berbagai hasil telah banyak
dicapai. Angka kematian ibu dan kematian
bayi telah berhasil diturunkan dan umur
harapan hidup rata-rata Bangsa Indonesia
telah meningkat secara bermakna. Jika pada
tahun 1995 Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) masing-
masing adalah 373/100.000 kelahiran hidup
(SKRT 1995) serta 60/1000 kelahiran
hidup, ini menurut Susenas, 1995). Menurut
SDKI tahun 2003, AKI menurun menjadi
307/1000 kelahiran hidup, sedangkan AKB
turun menjadi 37/1000 kelahiran hidup.
Sementara itu, umur harapan hidup rata-rata
meningkat dari 63,20 tahun pada tahun
1995 menjadi 66,2 tahun 2003 (Depkes,
2006).
Posyandu sebagai sebuah wadah UKBM
(upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat) mempunyai peranan yang
sangat besar dan strategis didalam
masyarakat secara umum dan khususnya
bidang kesehatan. Masih tingginya masalah
kesehatan yang terjadi didalam sebuah
komunitas masyarakat tidak terlepas dari
peranan yang dilakukan kader disebuah
posyandu. Kader sebagai salah satu sub
sistem dalam posyandu yang bertugas untuk
mengatur jalannya program dalam
posyandu, kader harus lebih tahu atau lebih
menguasai tentang kegiatan yang harus
dijalankan atau dilaksanakan (Depkes,
2006)
Di wilayah kerja Puskesmas Kijang
terdapat 31 Posyandu yang tersebar di 5
kelurahan. Terdapat 1 kelurahan yang
terjadi penurunan D/S pada tahun 2009 dan
mengalami penurunan yang paling ekstrim
yaitu sebesar 5,5% dibanding tahun
sebelumnya, yaitu di Kelurahan Sungai
Lekop. Dan hasil persentase tingkat
partisipasi masyarakat yang datang ke
Posyandu D/S tahun 2009 belum mencapai
atau masih dibawah target yaitu 80%.
BAHAN DAN CARA
Tujuan penelitian ini adalah
Diketahuinya kinerja kader posyandu,
pengetahuan, tanggungjawab, insentif, dan
dukungan bagi kader posyandu ,
129
Diketahuinya hubungan pengetahuan
dengan kinerja kader posyandu ,
Diketahuinya hubungan tanggung jawab
dengan kinerja kader posyandu. Desain
penelitian yang digunakan adalah
obsevasional dengan pendekatan cross
sectional study, yaitu suatu penelitian
dimana variabel bebas (independent
variable) adalah pengetahuan kader tentang
posyandu, tanggung jawab, insentif, dan
dukungan. penelitian dilakukan Kelurahan
Kijang Kota Kecamatan Bintan Timur.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
kader posyandu yang ada di Kelurahan
Kijang Kota Kecamatan Bintan Timur
Tahun 2010. Jumlah posyandu di
Kelurahan Kijang Kota adalah 17 posyandu
dengan jumlah kader yang berbeda pada
masing-masing posyandu, Jumlah kader
posyandu adalah 169. sampel dalam
penelitian ini menggunakan tehnik Simple
Random sampling yaitu pengambilan
sampel secara acak sederhana. Pengambilan
sampel diambil di Kelurahan Kijang Kota
karena jumlah posyandu yang lebih besar
dibandingkan dengan kelurahan yang lain,
sehingga sampel dapat mewakili populasi.
HASIL
1. Analisis Univariat
Tabel 1
Distribusi Responden Menurut Kinerja
Kader PosyanduDi Kelurahan Kijang Kota
Kecamatan Bintan Timur Tahun 2010.
Kinerja Kader
Posyandu
Jumlah Persentase (%)
Buruk
Baik
21
42
33,3
66,7
Jumlah 63 100
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
sebagian besar kinerja kader posyandu
memiliki kinerja baik (66,7%).
Tabel 2
Distribusi Responden Menurut
Pengetahuan Kader Posyandu
Di Kelurahan Kijang Kota Kecamatan
Bintan Timur Tahun 2010
Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
Rendah
Tinggi
27
36
42,9
57,1 Jumlah 63 100
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
sebagian besar pengetahuan kader
posyandu adalah tinggi (57,1%).
Tabel 3
Distribusi Responden Menurut Dukungan Petugas
Kesehatan dan Tokoh
Masyarakat Di Kelurahan Kijang Kota
Kecamatan Bintan Timur Tahun 2010
Insentif Jumlah Persentase (%)
Tidak Puas
Puas
20
43
31,7
68,3
Jumlah 63 100
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa
sebagian besar insentif kader posyandu
adalah puas (68,3%).
2. Analisis Bivariat
Tabel 4
Hubungan Pengetahuan dengan
Kinerja Kader PosyanduDi Kelurahan
Kijang Kota Kecamatan Bintan Timur
130
Tahun 2010
Pen
get
ah
uan
Kinerja Kader
Posyandu
Total P
Value
Chi
Square
(X2)
Buruk Baik
JM
L
% JML % JM
L
%
0,015
7,292 Ren-
dah
14 51,9 13 48,1 27 100
Tinggi 7 19,4 29 80,6 36 100
Jum-
lah
21 33,3 42 66,7 63 100
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui
bahwa dari 36 kader posyandu, yang
memiliki kinerja baik 29 kader posyandu
(80,6%) dengan tingkat pengetahuan tinggi.
Hasil uji statistik dengan uji chi square
diketahui bahwa nilai p = 0,015 (p < 0,05)
ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan dengan
kinerja kader posyandu.
Tabel 5
Hubungan Tanggungjawab dengan
Kinerja Kader Posyandu Di Kelurahan
Kijang Kota Kecamatan Bintan Timur
Tahun 2010
Tan
ggu
ng
jaw
ab
Kinerja Kader
Posyandu Total P
Value Chi
Square
(X2) Buruk Baik
JM
L % JM
L % JML %
0,033
5,786 Kurang
Baik
12 52,2 11 47,8 23 100
Baik 9 22,5 31 77,5 40 100
Jumlah 21 33,3 42 66,7 63 100
Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui
bahwa dari 40 kader posyandu, yang
memiliki kinerja baik 31 kader posyandu
(77,5%) dengan tanggungjawab baik.
Hasil uji statistik dengan uji chi square
diketahui bahwa nilai p = 0,033 (p < 0,05)
ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara tanggungjawab dengan
kinerja kader posyandu.
PEMBAHASAN
Pemahaman kader yang baik mengenai
kegiatan posyandu dan status gizi balita
dapat membantu kader untuk lebih efektif
dalam memberikan informasi dengan benar.
Kader wajib mengikuti pelatihan-pelatihan
sebelum menjadi dan melaksanakan
kewajiban sebagai kader posyandu
(Ismawati, 2010).
Kader posyandu wajib mengikuti
pelatihan-pelatihan tentang konsep
pelaksanaan posyandu serta materi-materi
yang berkaitan dengan kesehatan dasar dan
gizi (Depkes, 2002).
Hasil wawancara kepada responden
menunjukkan bahwa petugas kesehatan
memberikan pelayanan kesehatan dasar
kepada masyarakat, memberikan imunisasi
pada bayi dan wanita usia subur,
menyediakan leaflet atau buku pandua
materi penyuluhan, serta membantu
membuat rencana tindak lanjut kegiatan
posyandu. pada saat pelaksanaan posyandu,
petugas kesehatan selalu datang tepat
waktu, memberikan pelatihan pada kader,
serta memberikan seragam kepada kader.
Tokoh masyarakat ikut serta mendukung
kegiatan posyandu dilingkungan mereka,
seperti membantu mengumumkan kepada
masyarakat tentang adanya kegiatan
posyandu, menyediakan tempat
131
pelaksanaan posyandu yang biasanya
diadakan di balai desa, membatu
menyediakan PMT untuk balita, serta
membantu menyediakan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan posyandu.
Sebelum melaksanakan tugasnya,
kepada pengurus dan kader terpilih perlu
diberikan orientasi dan pelatihan. Orientasi
ditujukan kepada pengurus Posyandu dan
pelatihan ditujukan kepada kader Posyandu
yang keduanya dilaksanakan oleh
Puskesmas sesuai dengan pedoman
orientasi dan pelatihan yang berlaku. Pada
waktu penyelenggaraan orientasi pengurus,
sekaligus disusun rencana kerja (plan of
action) Posyandu yang akan dibentuk,
lengkap dengan waktu dan tempat
penyelenggaraan, para pelaksana dan
pembagian tugas serta sarana dan prasarana
yang diperlukan (Depkes, 2006)
Hasil penelitian ini sama dengan hasil
penelitian Edy Sukiarko di Kabupaten Aceh
Timur tahun 2006 dengan jumlah sampel 86
responden yang mengatakan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan kinerja kader
posyandu.
KESIMPULAN
Ada hubungan antara pengetahuan
dengan kinerja kader posyandu di
Kelurahan Kijang Kota Kabupaten Bintan
Tahun 2010. Ada hubungan antara
tanggungjwab dengan kinerja kader
posyandu di Kelurahan Kijang Kota
Kabupaten Bintan Tahun 2010. Ada
hubungan antara dukungan petugas
kesehatan dan tokoh masyarakat dengan
kinerja kader posyandu di Kelurahan
Kijang Kota Kabupaten Bintan Tahun
2010.
DAFTAR PUSTAKA
Almawaty, E. 2000. Sumbangan Pemikiran
tentang Pengertian dan Upaya
Menuju Kemandirian Posyandu.
Skripsi Sarjana Fakultas Kesehatan
Masyarakat, UI, Jakarta.
Anonymous. 2003. Kunci sukses kader
mencegah balita gizi buruk. Warta
Posyandu, 2, hlm 1-4.
Andriana, Lenny. 2007. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kinerja Kader
Posyandu di Kecamatan Keliling
Danau Kabupaten Kerinci Tahun
2007. Skripsi. Sarjana Keperawatan
Unand, Padang.
Depkes RI, 2006. Buku Pedoman Umum
Pengelolaan Posyandu. Depkes RI,
Jakarta.
Depkes RI & PUSKA UI. 2000. Studi
Sistem Penghargaan Kader Sebagai
Upaya Melestarikan Posyandu.
Depkes RI, Jakarta.
132
Sukiarko, Eddy. 2000. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Cakupan
Penimbangan, Balita di Posyandu
Kabupaten Aceh Timur. Tesis
Program Pasca Sarjana FKM-UI.
Jakarta.
Khomsan, A. 2000. Teknik Pengukuran
Pengetahuan Gizi. Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumber Daya
Keluarga, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Mantra, 1, B. 1983. Kader Tenaga Harapan
Masyarakat. Proyek Pengembangan
Penyuluhan Gizi. Depkes RI,
Jakarta.
Novianti, Siti. 2009. Hubungan Faktor
Internal dengan Kinerja Kader
Posyandu di Kecamatan Tempuran
Kabupaten Magelang Tahun 2009.
Skripsi. Sarjana Keperawatan
Undip, Semarang.
Riviwanto. 1999. Beberapa Faktor yang
Mempengaruhi Penampilan Kerja
Posyandu di Kotamadya Padang.
Skripsi Sarjana Fakultas kesehatan
masyarakat, USU, Medan.
Singarimbun, M., & S. Efendi. 1995.
Metode Penelitian Survey (rev.ed).
LP3ES, Jakarta.
1. Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
2. Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
3. Mahasiswa STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
133
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN AKTIVITAS
MEROKOK TENAGA KESEHATAN LAKI-LAKI DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH TANJUNG UBAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Yusnaini Siagian1, Irma Yuni2, Syafrizal3.
ABSTRAK
Merokok merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan, apalagi sudah menjadi masalah nasional, dan
bahkan internasional. Sejauh ini, tembakau/rokok berada pada peringkat utama penyebab kematian yang dapat
dicegah di dunia. Pada dasarnya setiap orang tahu akan bahaya merokok mengingat di setiap bungkus rokok
terdapat peringatan pemerintah tentang bahaya merokok bagi kesehatan. Namun apakah pengetahuan tersebut
mempengaruhi sikap seseorang dalam beraktivitas, termasuk tenaga kesehatan itu sendiri terhadap bahaya
merokok. Rancangan penelitian yang digunakan adalah analisis korelasional dengan pendekatan cross sectional,
populasinya adalah tenaga kesehatan laki-laki di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Uban Provinsi Kepulauan
Riau sejumlah 45 responden. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling, variabel independen dalam
penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap, sedangkan variabel dependennya adalah aktivitas merokok. Data
dikumpulkan menggunakan kuesioner dan dianalisa melalui uji Statistik Chi-Square dengan tingkat signifikan 95
% (α=5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 38 orang (84%) mempunyai pengetahuan baik, sikap yang baik
(favourable) sebanyak 31 orang (69%) dan aktivitas merokok yang baik sebanyak 25 orang (56%). Berarti ada
hubungan antara pengetahuan dengan aktivitas merokok (nilai p = 0,034), dan ada hubungan antara sikap dengan
aktivitas merokok tenaga kesehatan laki-laki di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Uban (nilai p = 0,034).
Kata Kunci: Pengetahuan, sikap terhadap aktivitas merokok.
ABSTRACT
Smoking is one of the difficult problems solved, much less has become a national problem, and even international.
So far, tobacco ranked major cause of preventable death in the world. Basically everyone knows the dangers of
smoking to remember in every pack of cigarettes there are warning the government about the dangers of smoking
to health. But whether that knowledge affects one’s attitude in the bunch, including health workers themselves
against the dangers of smoking.
The research design used by analytic correlation with cross sectional, the population is male health workers at
the General Hospital Area of Tanjung Uban, Kepulauan Riau Province of a number 45 respondents. Intake sample
is conducted total sampling, independent variables in this research are knowledge and attitude, while the
dependent variable is the activity of smoking. Data were collected using a questionnaire and analyzed by Chi-
Square test statistics with 95% significance level (α = 5%). The results showed that 38 people (84%) having good
knowledge, good attitude (favorable) as much as 31 people (69%) and a good activity of smoking as much as 25
people (56%). Its Means there is a relationship between knowledge and smoking activity (p value = 0.034), and
there is a relationship between attitudes to smoking activity male health workers at the General Hospital Area of
Tanjung Uban (p value = 0.034).
Key words: Knowledge, attitudes to smoking activity
134
LATAR BELAKANG
Merokok merupakan salah satu masalah
yang sulit dipecahkan. Apalagi sudah
menjadi masalah nasional, dan bahkan
internasional. Sejauh ini, tembakau/rokok
berada pada peringkat utama penyebab
kematian yang dapat dicegah di dunia.
Rokok membunuh separuh dari masa hidup
perokok, dan separuh perokok mati pada
usia 35 sampai dengan 69 tahun. Data
epidemi tembakau di dunia menunjukkan
tembakau membunuh lebih dari lima juta
orang setiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut
terus maka diproyeksikan akan terjadi 10
juta kematian pada tahun 2020, dengan 70%
kematian terjadi di negara sedang
berkembang. (Panitia hari tanpa tembakau
sedunia, 2010)
Diperkirakan bahwa 900 juta (84%)
perokok sedunia hidup di negara-negara
berkembang atau transisi ekonomi,
termasuk Indonesia. The Tobacco Atlas
mencatat adanya lebih dari 10 juta batang
rokok dihisap setiap menit, tiap hari di
seluruh dunia oleh 1 miliar laki-laki dan 250
juta perempuan. Sebanyak 50% total
konsumsi rokok dunia dimiliki oleh Cina,
Amerika Serikat, Rusia, Jepang dan
Indonesia. Menurut laporan WHO pada
tahun 2008 menyebutkan hampir 2/3
perokok tinggal di 10 negara. Saat ini,
Indonesia adalah negara terbesar ketiga
pengguna rokok setelah Cina dan India.
(Lisa Ellizabet Aula, 2010). Menurut data
profil kesehatan Indonesia tahun 2008,
jumlah batang rokok yang dihisap perhari
paling tinggi tinggi adalah di Nanggroe
Aceh Darussalam (19 batang), Kepulauan
Riau dan Bangka Belitung (masing-masing
16 batang). Ini berarti Provinsi Kepulauan
Riau berada di urutan kedua tertinggi
penghisap batang rokok per harinya setelah
Nanggroe Aceh Darussalam (Departemen
kesehatan, 2008).
Bahaya merokok terhadap kesehatan
tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh
banyak orang. Efek-efek yang merugikan
akibat merokok pun sudah diketahui dengan
jelas. Banyak penelitian membuktikan
bahwa kebiasaan merokok meningkatkan
resiko timbulnya berbagai penyakit. Seperti
penyakit jantung dan gangguan pembuluh
darah, kanker paru-paru, kanker rongga
mulut, kanker laring, kanker osefagus,
bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi,
serta gangguan kehamilan dan cacat pada
janin.
Penelitian terbaru juga menunjukkan
adanya bahaya dari secondhand-smoke,
yaitu asap rokok yang terhirup oleh orang-
orang bukan perokok karena berada di
sekitar perokok, atau biasa disebut juga
dengan perokok pasif.
Bahan dan cara
Tujuan penelitian ini adalah
Mengidentifikasi gambaran tingkat
pengetahuan tenaga kesehatan laki-laki
tentang efek rokok bagi kesehatan di
135
Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Uban
Provinsi Kepulauan Riau. Mengidentifikasi
gambaran sikap tenaga kesehatan laki-laki
dalam kegiatan merokok di Rumah Sakit
Umum Daerah Tanjung Uban Provinsi
Kepulauan Riau. Mengidentifikasi
gambaran aktivitas merokok tenaga
kesehatan laki-laki di Rumah Sakit Umum
Daerah Tanjung Uban, Provinsi Kepulauan
Riau. Menganalisa hubungan pengetahuan
dan sikap dengan aktivitas merokok tenaga
kesehatan laki-laki di Rumah Sakit Umum
Daerah Tanjung Uban Provinsi Kepulauan
Riau.
Jenis penelitian yang digunakan adalah
analisis korelasional dengan menggunakan
pendekatan cross sectional. Cross sectional
adalah suatu bentuk penelitian dimana
variabel sebab (independent variable)
maupun variabel akibat (dependent
variable) yang terjadi pada objek penelitian
diukur atau dikumpulkan secara simultan
(dalam waktu yang bersamaan)
(Notoatmodjo, 1993).
Populasi dalam penelitian ini adalah
tenaga kesehatan laki-laki yang bekerja di
Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Uban
Provinsi Kepulauan Riau sejumlah 47
orang. sampel dalam penelitian ini adalah
seluruh tenaga kesehatan yang sesuai
dengan kriteri inklusi dan eksklusi.
HASIL
Tabel 1
Distribusi Responden Berdasarkan
Pendidikan di Rumah Sakit Umum
Daerah Tanjung Uban Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2010
NO. KATEGORI FREKWENSI % 1 D III 26 58%
2 D IV 1 2%
3 S 1 10 22%
4 S 2 / Spesialis 8 18%
Total 45 100%
Dari tabel 1 terdapat 4 klasifikasi yang
digunakan untuk mengelompokkan tingkat
pendidikan responden, hasil pengujian
presentase mendapatkan mayoritas dari
responden berlatar belakang pendidikan D
III kesehatan dengan jumlah 26 orang
(58%).
Tabel 2
Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Rokok di
Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Uban Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2010
No. Kategori Frekuensi Persentase 1 Baik 38 84%
2 Cukup 7 16%
Total 45 100%
Berdasarkan tabel 2 didapatkan tingkat
pengetahuan responden tentang rokok
sebagian besar dengan kategori baik yaitu
38 orang (84 %) dan cukup 7 orang (16 %).
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Sikap Responden Terhadap
Kegiatan Merokok di Rumah Sakit Umum Daerah
Tanjung Uban Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010
No. Kategori Frekuensi Persentase
1 Favourable
(Baik)
31 69%
2 Unfavourabel
(Tidak baik)
14 31%
Total 45 100%
136
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa
Karakteristik responden berdasarkan sikap
responden terhadap kegiatan merokok dari
45 responden sebagian besar mempunyai
sikap favourabel (baik) yakni sebanyak 31
orang (69%).
Tabel 4
Hubungan Pengetahuan Tentang Rokok Dengan
Aktivitas Merokok Tenaga
Kesehatan Laki-Laki Di Rumah Sakit Umum Daerah
Tanjung Uban Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010
Pen
geta
hu
an
Aktivitas Merokok Total P
Value Chi
Square
(X2) Kurang
Baik Baik
N % N % N %
10,286
1.120
-
94.443
Cukup 6 85.7 1 14.3 7 100 Baik 14 36.8 24 63.2 38 100 Total 20 44.4 25 55.6 45 100
X2= 4,512 df=1 p=0,034
Berdasarkan Hasil uji statistik diperoleh
nilai p = 0.034 (p < α (0.05)) maka dapat
disimpulkan ada hubungan antara
pengetahuan responden tentang rokok
dengan aktivitas merokok (ada hubungan
yang signifikan antara pengetahuan dengan
aktivitas merokok). Dari hasil analisis
diperoleh pula nilai Odds Ratio (OR) =
10,286 dengan 95 % CI: 1.120 – 94.443,
artinya mereka yang berpengetahuan baik
mempunyai peluang 10,286 kali memiliki
aktivitas merokok yang baik pula
dibandingkan dengan mereka yang
berpengetahuan cukup.
Tabel 5
Hubungan Sikap Tenaga Kesehatan
Laki-Laki Dengan Aktivitas Merokok Tenaga
Kesehatan Laki-Laki Rumah Sakit Umum Daerah
Tanjung Uban
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010
Sik
ap
Aktivitas Merokok Total P
Value Chi
Square
(X2) Kurang
Baik Baik
N % N % N %
5,250
1,317
-
20,923
Kurang
baik
(Unfa-
voura-
ble)
10 71,4 4 28,6 14 100
Baik
(Fa-
voura-
ble)
10 32,2 21 67,8 31 100
Total 20 44,4 25 55,6 45 100 X2= 4,512 df=1 p=0,034
Berdasarkan Hasil uji statistik diperoleh
nilai p = 0,034 (p < α (0,05)) maka dapat
disimpulkan ada perbedaan proporsi yang
bermakna antara sikap responden dengan
aktivitas merokok (ada hubungan yang
signifikan antara sikap dengan aktivitas
merokok). Dari hasil analisis diperoleh pula
nilai Odds Ratio (OR) sebesar 5,250 dengan
95 % CI: 1,317 – 20, 923, dapat
disimpulkan bahwa mereka yang
mempunyai sikap favourable (baik)
berpeluang 5,250 kali mempunyai aktivitas
merokok yang baik dibandingkan dengan
mereka yang mempunyai sikap
unfavourable (kurang baik).
PEMBAHASAN
Dari hasil analisa statistik dengan uji
Chi-Square menunjukkan bahwa Ho ditolak
yang berarti ada hubungan antara sikap
dengan aktivitas merokok tenaga kesehatan
laki-laki di Rumah Sakit Umum Daerah
137
Tanjung Uban Provinsi Kepulauan Riau
dengan nilai hasil X² = 4.512, p = 0,034, p
< (0,05).
Hasil penelitian di atas sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wicher
dalam Baron dan Byne (1991) ; Brannon et.
All (1973) yang dikutip oleh Azwar (2003)
tentang sikap dan perilaku, yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang kuat
antara sikap dan perilaku yang bisa
mempengaruhi ketidakpatuhan seseorang.
Dari hasil penelitian di atas bahwa sikap
sangat mempengaruhi aktivitas seseorang,
seperti halnya pada tabel 5.5 mayoritas dari
45 responden mempunyai sikap favourable
(baik) mengenai kegiatan merokok yaitu 31
responden (69 %) dan responden yang
lainnya bersikap unfavourable (kurang
baik) sebanyak 14 responden (31 %).
Newcomb, salah seorang ahli psikologi
sosial, menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, dan bukan pelaksanaan motif
tertentu. Jadi, sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku. Pengetahuan dan sikap mengenai
kesehatan akan berpengaruh terhadap
perilaku sebagai hasil jangka panjang dari
pendidikan kesehatan. hal itu dikarenakan
dari pengetahuan dan sikap itulah akan
tercipta perilaku hidup sehat (Notoatmodjo,
2003).
KESIMPULAN
Uji hipotesis dengan Chi-Square
menyimpulkan ada hubungan antara
pengetahuan dengan aktivitas merokok
tenaga kesehatan laki-laki di Rumah Sakit
Umum Daerah Tanjung Uban Provinsi
Kepulauan Riau. Uji hipotesis dengan Chi-
Square menyimpulkan ada hubungan antara
sikap dengan Aktivitas merokok tenaga
kesehatan laki-laki di Rumah Sakit Umum
Daerah Tanjung Uban Provinsi Kepulauan
Riau.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, 2006. Dampak Merokok Pada
Kesehatan. www.kompas.co.id diakses
10 Okober 2010
Andi Utama, 2008. Bahaya Rokok, Mari
Kita Pikirkan Lagi! Harian Umum
Republika, terbit Hari Rabu, 02 Juni
2008. www. Wordpress.com diakses
24 Oktober 2010.
Aula, Lisa Ellizabet. 2010. Stop Merokok.
Yogyakarta : Gerailmu.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian :
Suatu Pendekatan Praktek, edisi revisi
v, Jakarta : Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. Drs., 2009. Sikap
Manusia teori dan pengukurannya,
edisi ke 2. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.
138
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Konsumsi Tembakau dan
Prevalensi Merokok di Indonesia.
www.litbangkes.go.id diakses tanggal
24 Oktober 2010.
Dinas Kesehatan Kota Banjar Baru. Bahaya
Merokok Bagi Kesehatan.
www.dinkes.banjarbarukota.go.id
dikses tanggal 20 Oktober 2010.
Gsianturi. 2003. Merokok dan Kesehatan.
www.gizi.net diakses 20 Oktober 2010.
Hastono, Sutanto Priyo. 2006. Basic Data
Analysis for Health Research Training.
Jakarta : FKM UI.
Haris Fadilah, 2005. Profesi Kesehatan
Memerangi Masalah Merokok.
www.kbi.gemari.or.id diakses 10
Oktober 2010.
Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Metode
Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta : Salemba
Medika.
Hutagalung, Inge Hj. 2007. Pengembangan
kepribadian. Jakarta : PT Indeks.
Infokes. 2008. Kadar Tar dan Nikotin
Rokok Indonesia Sangat Tinggi.
www.infokes.com. Diakses tanggal 25
september 2010.
Jaya Muhammad. 2009. Pembunuh
Berbahaya Itu Bernama Rokok.
Yogyakarta : Riz’ma.
1. Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
2. Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
3. Mahasiswa STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
139
HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK KEPERAWATAN
TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TANJUNG UBAN 2010
Dede Satia1, Ikha Rahardiantini2, Sefti Indah Ayu3.
ABSTRAK
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi
terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis, dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain”. survey
awal peneliti lakukan di instalasi rawat inap selama 4 (empat) hari terhadap 20 pasien diantaranya 60%
pasien/keluarga merasa tidak puas terhadap komunikasi yang dilakukan perawat. Tujuan penelitian ini adalah
Diketahuinya Hubungan Komunikasi Terapeutik Keperawatan Terhadap Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Uban Tahun 2010. Penelitian ini dengan menggunakan survey deskriptif
secara cross sectional. Sampel diambil secara total sampling berjumlah 30 orang Data primer diperoleh dari
wawancara dan kuesioner. Variabel Indenpenden pada penelitian ini adalah komunikasi terapeutik dan variable
dependen adalah kepuasan pasien. Hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata komunikasi verbal perawat di
instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Uban Tahun 2010 dengan kategori tidak baik (56,7%).
Begitu juga dengan komunikasi non verbal perawat dengan kategori tidak baik (53.3%), sehingga menyebabkan
pasien merasa tidak puas yaitu 56.7%. Berdasarkan hasil uji statitik chi-squere dengan α 0.05 didapatkan adanya
hubungan antara komunikasi verbal dan non verbal perawat dengan tingkat kepuasan pasien di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Uban Tahun 2010.
Kata Kunci: Komunikasi Terapeutik Perawat, Pasien Kepuasan.
ABSTRACT
Therapeutic communication is nurse capability or skill for helping patient doing adaptation to stress,
overcoming psychology disorder and learning how to build communication with other. First survey is taken in
hospitalization unit for 4 days for 20 patients, among of them 60% patients/clients said that they unsatisfied for
nurse communication The Purpose of this research is Knowing Relation nurse Therapeutic Communication to
satisfaction of the Patients in hospitalization unit Tanjung Uban Hospital 2010. This research using descriptive
survey and cross sectional type. Sample is taken in a total sampling as many as 30 primer dataare taken with
interview and questioner . Independent variable in this research is therapeutic communication and dependent
variable is patients satisfaction. Result of research is found that average verbal communication of nurse in the
hospitalization unit Tanjung Uban Hospital 2010, for not good category (56,7%). And so is non verbal
communication for not good category (53,3%), so that the patients fill unsatisfied are 65,7%. Base on result of
statistic test che-square with α 0.05 is found that there was relation between nurse verbal communication and non
verbal communication with the patients satisfaction level in the hospitalization unit of Tanjung Uban Hospital
2010.
Key words: The Nurse Therapeutic Communication, Patients Satisfaction.
LATAR BELAKANG
Sejak tahun 1998 Indonesia telah memasuki
era baru, yaitu era reformasi yang ditandai
dengan perubahan-perubahan yang cepat
disegala bidang untuk mewujudkan
keadaan kehidupan bernegara yang lebih
baik dari era sebelumnya. Bidang kesehatan
merupakan salah satu bidang yang tak luput
dari tuntutan reformasi secara total.
Tuntutan reformasi total di bidang
140
kesehatan muncul karena masih banyaknya
ketimpangan hasil
pembangunan kesehatan antar daerah dan
antar golongan, kurangnyakemandirian
dalam pembangunan bangsa, dan derajat
kesehatan yang masih rendah dan jauh
tertinggal dibandingkan dengan negara
tetangga (Nursalam, 2002).
Rumah Sakit sebagai satu badan usaha
yang mempunyai misi memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Fungsi rumah sakit adalah
memberikan pelayanan medis, pelayanan
rawat jalan, pelayanan rawat inap secara
preventif (pencegahan penyakit), promotif
(peningkatan kesehatan), kuratif
(penyembuhan),dan rehabilitatif
(pemulihan). Keperawatan sebagai
pelayanan atau asuhan keperawatan
professional yang bersifat humanistik
menggunakan pendekatan holistik,
dilakukan berdasarkan ilmu keperawatan,
berorientasi kepada kebutuhan objektif
klien, mengacu pada standar professional
keperawatan dan menggunakan etika
keperawatan sebagai tuntutan utama
(Nursalam, 2002).
Akhir-akhir ini banyak berita miring
yang dimuat disurat kabar dari Provinsi
Kepulauan Riau, seperti terdapat
ketidakpuasan terhadap pelayanan yang
diterima di Rumah Sakit Umum milik
Pemerintah, yang salah satu diantaranya
ketidakpuasan terhadap sikap perawat yang
tidak ramah kepada pasien dan keluarga
sehingga sering sekali terdengar julukan
perawat judes dan sebagainya. Hal tersebut
diatas bisa disebabkan oleh kesibukan
perawat dan kurangnya tenaga perawat
diruangan tersebut. Akibatnya banyak
aspek komunikasi dengan pasien sering
terabaikan, sehingga banyak sekali
prosedur-prosedur perawatan yang harus
dilakukan tidak dapat dimengerti oleh
pasien. Hasil survey awal peneliti lakukan
di instalasi rawat inap selama 4 (empat) hari
terhadap 20 pasien diantaranya 60%
pasien/keluarga
merasa tidak puas terhadap komunikasi
yang dilakukan perawat.
BAHAN DAN CARA
Tujuan penelitian ini adalah
Diketahuinya Distribusi Komunikasi
Terapeutik Verbal Perawat. Diketahuinya
Distribusi Komunikasi Terapeutik Non
Verbal Perawat. Diketahuinya Distribusi
Kepuasan Pasien Terhadap Komunikasi
Terapeutik Keperawatan. Diketahuinya
Hubungan Komunikasi Terapeutik Verbal
Perawat Terhadap Kepuasan Pasien.
Diketahuinya Hubungan Komunikasi
Terapeutik Non Verbal Perawat Terhadap
Kepuasan Pasien. Jenis penelitian ini
dengan menggunakan survey deskriptif
secara cross sectional untuk mengetahui
141
hubungan komunikasi terapeutik
keperawatan terhadap kepuasan pasien.
Pada umumnya survey deskriptif digunakan
untuk penilaian terhadap suatu kondisi dan
penyelenggaraan suatu program dimasa
sekarang, kemudian hasilnya digunakan
untuk menyusun perencanaan perbaikan
program tersebut (Notoatmodjo, 2002).
Populasi penelitian ini adalah seluruh
pasien yang dirawat di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Uban
Tahun 2010 sebanyak 300 orang. sampel
dalam penelitian ini menggunakan tehnik
total sampling. Penelitian akan dilakukan di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Tanjung Uban pada bulan
Desember Tahun 2010 - Januari Tahun
2011.
HASIL
Tabel 1
Distribusi Responden berdasarkan
Komunikasi Verbal Perawat di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung
Uban Tahun 2010
Komunikasi
verbal
Frekuensi Persentase
Baik 13 43,3
Tidak baik 17 56,7
Jumlah 30 100 (Sumber : Data Primer)
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat
diketahui bahwa sebagian besar komunikasi
verbal perawat adalah tidak baik yaitu 17
pasien (56.7%).
Tabel 2
Distribusi Responden Berdasarkan
Komunikasi Non Verbal Perawat di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Tanjung Uban
Tahun 2010
Komunikasi non
verbal
Frekuensi Persentase
Baik 14 46,7
Tidak baik 16 53,3
Jumlah 30 100 (Sumber : Data Primer)
Berdasarkan tabel 2 diatas diketahui
bahwa sebagian besar perawat yaitu 16
pasien (53.3%) memiliki komunikasi non
verbal yang tidak baik dan sebagian lagi
mempunyai komunikasi verbal yang baik
yaitu 14 pasien (46.7%).
Tabel 3
Hubungan Komunikasi Verbal Perawat
Dengan Kepuasan Pasien Di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah
Tanjung Uban Tahun 2010
Kom
un
ikasi
verb
al
Kepuasan pasien Total P
Value OR
(95 %
CI) Puas Tidak
Puas N % N % N %
0.004
15.556 Baik 10 76.9 3 23.1 13 100 Tidak
baik 3 17.6 14 82.4 17 100
Jum-
lah 13 43.3 17 56.7 30 100
(Sumber : Data Primer)
Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel
5.9. di atas menunjukkan bahwa dari 13
pasien (100%) perawat yang mempunyai
komunikasi verbal baik dengan kepuasan
pasien 10 pasien (76.9%) dan tidak puas 3
pasien (23.1%), sedangkan dari 17 pasien
(100%) perawat yang mempunyai
142
komunikasi verbal tidak baik dengan
kepuasan puas 3 pasien (17.6%) dan tidak
puas 14 pasien (82.4%).
Dari tabel di atas didapatkan besarnya
propabilitas adalah 0.004. Karena
propabilitas < 0.05 maka Ho ditolak, yang
artinya ada hubungan antara komunikasi
verbal perawat dengan kepuasan pasien di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Tanjung Uban Tahun 2010.
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
rata-rata komunikasi verbal perawat di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Tanjung Uban Tahun 2010 adalah
tidak baik (56,7%). Begitu juga dengan
komunikasi non verbal perawat adalah tidak
baik (53.3%). Hasil ini sesuai 48 dengan
penelitian yang dilakukan oleh Anderson
(1986) yaitu 35 (tiga puluh lima) sampai
dengan 40 % (empat puluh persen) pasien
tidak puas berkomunikasi dengan dokter
dan perawat, aspek yang paling membuat
ketidakpuasan adalah jumlah dan jenis
informasi yang diterima.
Jumlah informasi yang diberikan oleh
perawat kepada pasien rata-rata 18 jenis
informasi untuk diingat, ternyata hanya
mampu mengingat 31%. Lebih dari 60%
yang diwawancarai setelah bertemu dengan
perawat salah mengerti tentang instruksi
yang diberikan kepada mereka.
Dalam praktek keperawatan, komunikasi
adalah suatu alat yang penting untuk
membina hubungan terapeutik dan dapat
mempengaruhi kualitas pelayanan
keperawatan khususnya dibidang
komunikasi terapeutik. Lebih jauh,
komunikasi sangatlah penting karena dapat
mempengaruhi kepuasan pasien terhadap
komunikasi terapeutik yang diberikan.
Dilain sisi, penyebab sumber ketidakpuasan
pasien sering disebabkan karena jeleknya
komunikasi yang terjadi antara perawat
dengan pasien, kesibukan perawat dan
kurangnya tenaga perawat diruangan serta
kurangnya kemampuan dan keterampilan
perawat dalam hal menjelaskan prosedur
medik. Oleh karena itu pengukuran
kepuasan pasien terhadap komunikasi
terapeutik perawat akan bermanfaat dalam
memonitor dan meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan, khususnya untuk
meningkatkan komunikasi terapeutik yang
baik dan benar.
Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Uban
Tahun 2010 sebagian besar mengatakan
tidak puas dengan frekuensi 17 pasien
(56.7%).
Kepuasan atau ketidakpuasan adalah
respon pelanggan terhadap evaluasi
ketidaksesuaian (disconfirmation) yang
dipersepsikan antara harapan awal dan
kinerja aktual yang dirasakan. Banyak
faktor penyebab ketidakpuasan pasien di
143
rumah sakit, salah satunya adalah faktor
komunikasi antara dokter dan perawat.
Tingkat kepuasan pasien sangat
tergantung pada bagaimana faktor tersebut
di atas dapat memenuhi harapan-harapan.
Sebagai contoh faktor komunikasi verbal
dan non verbal perawat dalam komunikasi
terapeutik apabila dilaksanakan tidak sesuai
dengan SPO (Standar Prosedur
Operasional) dalam komunikasi tersebut
maka yang dihasilkan adalah respon
ketidakpuasan dari pasien. Seorang pasien
yang tidak puas pada gilirannya akan
menghasilkan sikap/ perilaku tidak patuh
terhadap seluruh prosedur keperawatan dan
prosedur medis misalnya menolak pasang
infus, menolak minum obat, menolak untuk
dikompres panas/ dingin, dan lain-lain.
Akhirnya pasien akan meninggalkan rumah
sakit dan mencari jasa pelayanan yang
bermutu di tempat lain. Ketrampilan
berkomunikasi bukan merupakan
kemampuan yang kita bawa sejak lahir dan
juga tidak akan muncul secara tiba–tiba saat
kita memerlukannya. Ketrampilan tersebut
harus dipelajari dan dilatih secara terus
menerus melalui kemampuan belajar
mandiri, penyegaran dan pelatihan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan mengenai hubungan komunikasi
verbal dan non verbal perawat terhadap
tingkat kepuasan pasien di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung
Uban Tahun 2010 dapat disimpulkan,
bahwa : Adanya Hubungan Komunikasi
Terapeutik Keperawatan Terhadap
Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Uban
Tahun 2010 dan didapatkan p Value <
significant 0.05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, Jakarta : Rineka Cipta.
Arwani. 2003, Komunikasi Dalam
Keperawatan, Jakarta : EGC.
Hastono, Priyo, Sutanto.2006, Basic Data
Analysis For Health Research
Training, Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, Alimul, Aziz. 2008, Metode
Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisa Data, Jakarta : Salemba
Medika.
Hidayat, Alimul, Aziz. 2003, Riset
Keperawatan dan Tehnik Penulisan
Ilmiah, Jakarta : Salemba Medika.
http://blogkesmas.blogspot.com/2010/11/
penyusunan indikator-kepuasan
144
pasien.html. online tanggal 13
November 2010 jam 23.45
http://sudiryoblog.blogspot.com/2009/07/
komunikasi-therapeutik-pada-
klien.html. online tanggal 13
November 2010 jam 23.45
Indrawati, 2003, Pengantar Ilmu
Komunikasi Terapeutik, Jakarta :
Intisari.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002, Metodologi
Penelitian Kesehatan, Jakarta :
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Nursalam, 2007, Manajemen Keperawatan,
Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam, 2008, Konsep dan Penerapan
Metedologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Jakarta : Salemba
Medika.
Potter & Perry, 2005, Fundamental
Keperawatan, Edisi 4, Jakarta :
EGC.
Sugiyono, Pengolahan Data Statistik.
Alfabet. Bandung. 2002.
1. Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
2. Dosen STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
3. Mahasiswa STIKES Hang Tuah
Tanjungpinang.
PEDOMAN BAGI PENULIS
Jurnal Keperawatan adalah publikasi ilmiah yang terbit setiap 6 bulan (Oktober dan April) dan
menerima artikel ilmiah yang orisinil dan relevan dibidang keperawatan dan kesehatan berupa
hasil penelitian dan laporan kasus dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Untuk penelitian Ilmiah
a. JUDUL harus ringkas, jelas, dan tidak lebih dari 12 kata (tidak termasuk kata penghubung)
b. NAMA PENULIS (atau para penulis) dicantumkan lengkap dibawah judul (tanpa singkatan
ataupun gelar) dengan institusi dan alant institusi lengkap. Untuk alamat korespondensi
termasuk kode pos, telepon dan alamat e-mail dicantumkan lengkap dibawah kata kunci.
c. ABSTRAK ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris, tidak lebih dari 300 kata. Merupakan
intisari dari seluruh, meliputi ; masalah, tujuan, metode, hasil dan simpulan. Hindari
singkatan kecuali telah diuraikan sebelumnya.
d. KATA KUNCI (keywords) sebanyak 3-6 kata disusun menurut urutan kepentingannya
e. PENDAHULUAN meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah serta tujuan penelitian
dan harapan tentang manfaat hasil penelitian
f. METODE PENELITIAN memuat desain, sampel dan cara pengambilan sapel, cara kerja
penelitian, parameter yang diamati, rancangan yang digunakan, serta teknik analisis yag
dipakai.
g. HASIL DAN PEMBAHASAN memuat hasil penelitian ( sesuai dengan parameter yang
diamati), disertai pembahasan imiahdan argumentasi yang mendukung.
h. SIMPULAN memeuat pernyataan singkat, tentang hasil yang diperoleh dikaitkan dengan
tujuan dan hipotesis (kalau ada) yang telah diajukan.
i. SARAN berkaitan dengan hasil penelitian yang dihubungkan dengan pengembangannya
lebih lanjut. Atau masukan bagi para pelaksana agar memperoleh manfaat lebih jauh dari
penelitian ini.
j. DAFTAR PUSTAKA minimal terdapat 10 referensi dengan rujukan primer (25-50%) pada
jurnal dalam dan luar negeri. Ditulis berdasarkan sistem Harvard (nama dan tahun) dan
disusun menurut abjad
Untuk Laporan Kasus
a. JUDUL, NAMA PENULIS, ABSTRAK, KATA KUNCI, DAN DAFTAR PUSTAKA
sama dngan ketentuan untuk penelitian ilmiah.
b. PENDAHULUAN yang berisi latar belakang masalah, analisis terhadap literature review
dan pernyataan singkat yang menegaskan bahwa kasus tersebut tidak lazim dan penting.
c. LAPORAN KASUS yang merupakan pusat perhatian dari artikel ini, berisi pengenalan
pasien, sejarah penyakit, situasi sekarang, penjelsan terinci mengenai pemeriksaan fisik
dan hasil beberapa uji berkaitan, diagnosis awal, treatment dan rencana follow-up . Dapat
disertai tabel, flowchart, foto hasil pemeriksaan radiologi.
d. DISKUSI berisi justifikasi dan outcome laporan kasus
e. KESIMPULAN DAN SARAN
f. DAFTAR PUSTAKA (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk)
Ketentuan
1. Karangan yang dikirim kepada Redaksi adalah karya asli dan belum pernah di
publikasikan sebelumnya.
2. Artikel yang telah diterbitkan menjadi hak milik redaksi dan naskah tidak boleh
diterbitkan dalam bentuk apapun tanpa persetujuan redaksi. Pernyataan di artikel
sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
3. Artikel yang tidak di terbitkan akan di kembalikan jika disertai perangko balasan
4. Naskah dikirim dalambentuk hard copy 2 eksemplar dan soft copy (CD) ke alamat
redaksi.
5. Naskah diketik dengan huruf Times New Roman ukuran font 12 pt. 1,5 spasi kecuali
abstrak 1 spasi pada halaman kertas berukuran A4, sebanyak maksimal 15 halaman.
Margin atau batas tulisan dari pinggir kertas 2,5 cm pada keempat sisi.
6. Judul, dicetak tebal dan berukuran 14 pt
7. Nama penulis ditulis tanpa gelar dengan ukuran fonts 10 pt . nama penulis paling banyak
5 (lima) orang. Nama, alamat lembaga dan kode pos penulis bekerja ditulis dengan
ukuran font 9 pt.
8. Abstrak ditulis dalam satu alenia, ditulis dengan ukuran font 10 pt, maksimal terdiri dari
300 kata
9. Tabel dan gambar dibuat sesederhana mungkin, bagus dan jelas. Judul tabel
ditempatkan diatas tabel, sedangkan judul gambar ditempatkan dibawah gambar. Judul
tabel dan gambar ditulis dengan ukuran font 9 pt. Jumlah tabel dan gambar maksimal
masing-masing 6 buah.
KRITERIA PENILAIAN AKHIR DAN PETUNJUK PENGIRIMAN
Lampirkan fotokopi format ini bersama naskah dan soft copy naskah anda. Beri tanda (√) pada
setiap nomor /bagian untuk meyakinkan bahwa artikel anda telah memenuhi bentuk dan sesuai
syarat-syarat dari Jurnal keperawatan STIKES Hang Tuah.
Jenis artikel
Penelitian
Laporan kasus
Halaman judul
Judul Artikel
Nama lengkap penulis
Tingkat pendidikan penulis
Asal institusi penulis
Alamat lengkap penulis
Abstrak
Abstrak dalam Bahasa Indonesia
Abstrak dalam Bahasa Inggris
Kata kunci dalam Bahasa Indonesia
Kata kunci dalam Bahasa Inggris
Teks
Artikel mengenai penelitian klinis dan dasar sebaiknya dibuat dalam urutan
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
Gambar dan Tabel
Pemberian nomor gambar dan/atau tabel penomoran secara Arab
Pemberian judul tabel dan/atau judul utama dari seluruh gambar
Soft Copy
Penulis menjamin bahwa:
Semua penulis telah meninjau ulang naskah akhir dan telah menyetujui untuk
dipublikasikan.
Tidak ada naskah yang sama ataupun mirip, yang telah dibuat oleh penulis dan telah
dipublikasikan dalam bentuk apapun.
Menyerahkan soft copy dalam bentuk CD, naskah penulis
Tanda tangan penulis utama:
………………………………. Tgl…………………20..
Top Related