Pengertian dan fungsi distribusi tenaga listrik :
Pembagian /pengiriman/pendistribusian/pengiriman energi listrik dari instalasi penyediaan (pemasok) ke instalasi pemanfaatan (pelanggan).
Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.
Ruang lingkupnya dimulai dari sisi sekunder trafo tenaga di Gardu Induk sampai dengan Alat Pembatas dan Pengukur (APP).
30
PEMBANGKIT
TRAFO DISTRIBUSI
500 kV
TRAFO GITET 500/150 kV
TRAFO STEP UP 20/500 kV
TRAFO GI 150/20 kV
150 kV
SOSIAL
220 V
20 kV BISNIS
RUMAH
PUBLIK
220 V
INDUSTRI 150 kV
PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU
PLTGU
Ruang lingkup
Jaringan Distribusi
Ruang lingkup jaringan distribusi:
Saluran udara tegangan menengah (SUTM) 20 KV.
Saluran kabel tanah tegangan menengah (SKTM) 20 KV.
Saluran kabel bawah air sungai/laut 20 KV.
Saluran udara tegangan rendah (SUTR) 220 Volt.
Saluran kabel tanah tegangan rendah (SKTR) 220 Volt.
Gardu Distribusi.
Saluran luar pelayanan/Saluran masuk pelayanan Sambungan rumah (SLP/SMP/SR).
Alat pembatas dan pengukur (APP).
33
Klasifikasi Jaringan Distribusi
• Berdasar level tegangan
– Jaringan Distribusi Tegangan Menengah JTM
20 kV (Jaringan Distribusi Primer)
– Jaringan Distribusi Tegangan Rendah JTR
220V/380V (Jaringan Distribusi Sekunder)
• Jaringan Distribusi Primer (Jaringan
Tegangan Manengah – JTM) Terletak pada
sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik
Sekunder trafo substation (Gardu Induk)
dengan titik primer trafo distribusi. Jaringan
ini bertegangan menengah 20 kV.
• Sistem ini dapat menggunakan kabel yang
berisolasi maupun konduktor telanjang (tanpa
isolasi).
Jaringan Tegangan Menengah
Jaringan Distribusi Sekunder
• Saluran Distribusi Sekunder (Jaringan
Tegangan Rendah – JTR), Terletak pada sisi
sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik
sekunder dengan titik cabang menuju beban.
• Tegangan yang digunakan 220 V atau 380V
• Sistem ini dapat menggunakan kabel yang
berisolasi maupun konduktor tanpa isolasi.
• Sistem ini biasanya disebut sistem tegangan
rendah yang langsung akan dihubungkan kepada
konsumen/pemakai tenaga listrik.
Tegangan Sistem Distribusi Sekunder
3 fase
• Sebagai anggota, IEC (International
Electrotechnical Comission), Indonesia
memakai sistem tegangan 220/380 Volt
Klasifikasi menurut letak Konduktornya:
Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan penyangga (tiang) dan perlengkapannya, dan dibedakan atas:
- Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasi pembungkus. - Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi.
Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan kabel tanah (ground cable).
Saluran udara, dipasang pada udara terbuka
dengan bantuan penyangga (tiang) dan
perlengkapannya.
• Saluran kawat udara, bila konduktornya
telanjang, tanpa isolasi pembungkus.
– Biaya pembangunan lebih murah, rawan gangguan,
penyambungan lebih mudah, terkesan kurang rapi
• Saluran kabel udara, bila konduktornya
terbungkus isolasi
• Biaya pembangunan lebih mahal, lebih aman dari
gangguan alam, terkesan lebih rapi
Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan menggunakan kabel tanah (ground cable). – Biaya pembangunan lebih mahal, aman terhadap
gangguan cuaca, tidak mengganggu pandanga, namun kalau ada kerusakan perbaikannya lebih sulit.
Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan menggunakan kabel laut (submarine cable) – Sebagai alternatif pada saat jaringan jenis lain tida
memungkinkan.
Sistem Jaringan Distribusi Radial
• Bila antara titik sumber dan titik bebannya
hanya terdapat satu saluran (line), tidak ada
alternatif saluran lainnya.
• Bentuk Jaringan ini merupakan bentuk dasar,
paling sederhana dan paling banyak
digunakan.
• Dinamakan radial karena saluran ini ditarik
secara radial dari suatu titik yang merupakan
sumber dari jaringan itu,dan dicabang-cabang
ke titik-titik beban yang dilayani.
Spesifikasi dari jaringan bentuk radial ini adalah
a). Bentuknya sederhana.(+)
b). Biaya investasinya relatip murah.(+)
c). Kualitas pelayanan dayanya relatip jelek,
karena rugi tegangan dan rugi daya yang
terjadi pada saluran relatip besar.(-)
d). Kontinyuitas pelayanan daya tidak terjamin,
sebab antara titik sumber dan titik beban
hanya ada satu alternatif saluran sehingga
bila saluran tersebut mengalami gangguan,
maka seluruh rangkaian sesudah titik
gangguan akan mengalami "black out“ secara
total.(-)
(1). Radial tipe pohon.
(2). Radial dengan tie dan switch pemisah.
(3). Radial dengan pusat beban.
(4). Radial dengan pembagian phase area.
Modifikasi Sistem Jaringan Distribusi Radial
Jaringan Radial tipe Pohon
• Bentuk ini merupakan bentuk
yang paling dasar. Satu saluran utama dibentang menurut kebutuhannya, selanjutnya dicabangkan dengan saluran cabang (lateral penyulang) dan lateral penyulang ini dicabang-cabang lagi dengan sublateral penyulang (anak cabang). Sesuai dengan kerapatan arus yang ditanggung masing-masing saluran, ukuran penyulang utama adalah yang terbesar, ukuran lateral adalah lebih kecil dari penyulang utama, dan ukuran sub lateral adalah yang terkecil.
Jaringan radial dengan tie dan switch pemisah.
• Bentuk ini merupakan modifikasi bentuk dasar dengan menambahkan tie dan switch pemisah, yang diperlukan untuk mempercepat pemulihan pelayanan bagi konsumen, dengan cara menghubungkan area-area yang tidak terganggu pada penyulang yang bersangkutan, dengan penyulang di sekitarnya. Dengan demikian bagian penyulang yang terganggu dilokalisir, dan bagian penyulang lainnya yang "sehat" segera dapat dioperasikan kembali, dengan cara melepas switch yang terhubung ke titik gangguan, dan menghubungkan bagian penyulang yang sehat ke penyulang di sekitarnya.
Jaringan radial tipe pusat beban.
• Bentuk ini mencatu daya dengan menggunakan penyulang utama (main feeder) yang disebut "express feeder" langsung ke pusat beban, dan dari titik pusat beban ini disebar dengan menggunakan "back feeder" secara radial.
Jaringan radial dengan phase area
• Pada bentuk ini masing-
masing fasa dari jaringan bertugas melayani daerah beban yang berlainan. Bentuk ini akan dapat menimbulkan akibat kondisi sistem 3 fasa yang tidak seimbang (simetris), bila digunakan pada daerah beban yang baru dan belum mantap pembagian bebannya. Karenanya hanya cocok untuk daerah beban yang stabil dan penambahan maupun pembagian bebannya dapat diatur merata dan simetris pada setiap fasanya
Sistem Jaringan Distribusi Loop
• Bila antara kedua ujung jaringan radial
dipasang jaringan penghubung sehingga
membentuk jaringan tertutup (loop).
• Bentuk jaringan ini merupakan perbaikan dari
bentuk radial, sekalipun pengoperasiannya
tetap radial (posisi switch penghubung open).
• Bentuk jaringan lebih rumit dibanding radial.
• Biaya pembangunanya lebih mahal dibanding
jaringan radial, karena perlu saluran
penghubung dan tambahan beberapa switch.
Sistem Jaringan Distribusi Loop
• Dengan sistem ini diharapkan kontinuitas
pelayanan menjadi lebih baik, bila salah satu
jaringan terganggu, beban masih
dimungkinkan dilayani melalui jaringan
satunya dengan mengoperasikan switch.
• Dimungkinkan jaringan loop dipasang pada
penyulang yang berbeda
B. Jaringan distribusi ring (loop).
• Bila pada titik beban terdapat dua alternatip saluran berasal lebih dari satu sumber. Jaringan ini merupakan bentuk tertutup, disebut juga bentuk jaringan "loop". Susunan rangkaian penyulang membentuk ring, yang memungkinkan titik beban dilayani dari dua arah penyulang, sehingga kontinyuitas pelayanan lebih terjamin, serta kualitas dayanya menjadi lebih baik, karena rugi tegangan dan rugi daya pada saluran menjadi lebih kecil.
Jaringan distribusi spindle • Selain bentuk-bentuk dasar dari jaringan distribusi yang
telah ada, maka dikembangkan pula bentuk-bentuk
modifikasi, yang bertujuan meningkatkan keandalan dan
kualitas sistem. Salah satu bentuk modifikasi yang
populer adalah bentuk spindle, yang biasanya terdiri atas
maksimum 6 penyulang dalam keadaan dibebani, dan
satu penyulang dalam keadaan kerja tanpa beban.
• Fungsi "express feeder" (penyulang langsung) dalam
hal ini selain sebagai cadangan pada saat terjadi
gangguan pada salah satu "working feeder", juga
berfungsi untuk memperkecil terjadinya drop tegangan
pada sistem distribusi bersangkutan pada keadaan
operasi normal. Dalam keadaan normal memang
"express feeder" ini sengaja dioperasikan tanpa beban.
Jaring distribusi tegangan rendah, untuk melayani :
Pelanggan rumah tangga (instalasi domestik).
Pelanggan bisnis, sosial dan publik (instalasi bangunan/non domestik) dengan daya sampai dengan 197 KVA.
Jaring distribusi tegangan menengah (20 KV),untuk melayani :
Pelanggan bisnis, sosial dan publik (instalasi bangunan/non domestik) dengan daya di atas 197 KVA sampai dengan 30 MVA.
Pelanggan industri (instalasi industri), dengan daya di atas 197 KVA sampai dengan 30 MVA.
Jaring distribusi tegangan tegangan tinggi (70 KV, 150 KV), untuk melayani :
Pelanggan industri (instalasi industri), dengan daya di atas 30 MVA.
31
Klasifikasi menurut Jenis Pelanggannya:
Peralatan Utama Jaringan Distribusi
• Kawat penghantar
– Penghantar telanjang (Saluran Udara)
– Kabel (Penghantar berisolasi)
• Tiang
– Beton atau Besi
• Trafo Distribusi
– Trafo 3 fase dan trafo 1 fase
• Isolator
– Islator tarik
– Isolator Pin
Peralatan Pendukung Jaringan Distribusi
• Switch (pemutus-penguhung jaringan)
– Air break switch (ABSW)
– Load break switch (LBS)
• Arester (Pengaman akibat dari gangguan petir)
– Arester pengaman Jaringan
– Arester pengaman Trafo atau peralatan lain
• Sekring (Pengaman akibat dari arus lebih)
• Fuse Cut Out (FCO)
Gangguan Pada Jaringan Distribusi
1. Gangguan sambaran petir mengakibatkan
tegangan lebih yang cukup tinggi
2. Pohon menyentuh kawat jaringan
mengakibatkan hubung singkat sehinggan
terjadi arus yang sangat besar mengalir pada
jaringan.
3. Binatang menggelantung pada kawat jaringan
dekat tiang sehingga berakibat terjadi hubung
singkat antara kawat dengan batang
penyangga.
Gangguan Pada Jaringan Distribusi
4. Kerusakan hubung singkat pada trafo, sehingga
dapat berakibat arus lebih yang cukup besar
mengalir pada jaringan.
5. Kawat jaringan putus kemudian jatuh ke tanah
mengakibatkan hubung singkat jaringan ke
tanah.
Peralatan Pengaman ( Proteksi)
1. Arester untuk pengaman jaringan dari bahaya
akibat sambaran petir
2. FCO untuk pengaman jaringan dari bahaya
akibat arus hubung singkat, baik pada trafo
maupun kawat jaringan.
3. Recloser (penutup balik otomatis) untuk
pengaman jaringan dari gangguan hubung
singkat sementara, yang dapat bekerja
menutup kembali setelah membuka akibat
gangguan, agar pelayanan tidak terganggu.
Unjuk kerja Jaringan Distribusi
• Profil Tegangan
– Tegangan tertinggi di dekat sumber dan
terendah pada beban terjauh masih dalam
batas-batas toleransi. Semakin jauh letak
beban, tegangan semakin rendah.
• Rugi Daya
– Rugi daya jaringan diupayakan seminimal
mungkin. Semakin panjang saluran, rugi daya
akan semakin besar.
Watak Jaringan Distribusi 1). Kontinyuitas Pelayanan yang baik, tidak sering terjadi
pemutusan, baik karena gangguan maupun karena hal-hal
yang direncanakan. Biasanya, kontinyuitas pelayanan
terbaik diprioritaskan pada beban-beban yang dianggap
vital dan sama sekali tidak dikehendaki mengalami
pemadaman, misalnya: instalasi militer, pusat pelayanan
komunikasi, rumah sakit, dll.
2). Kualitas Daya yang baik, antara lain meliputi:
- kapasitas daya yang memenuhi.
- tegangan yang selalu konstan dan sesuai nominal.
- frekuensi yang selalu konstan (untuk sistem AC).
Catatan: Tegangan sesuai nominal di sini diartikan
kerugian tegangan yang terjadi pada saluran relatif kecil.
Lanjutan:
3). Perluasan dan Penyebaran daerah beban yang
dilayani seimbang.
4). Fleksibel dalam pengembangan dan perluaan daerah
beban. Perencanaan sistem distribusi yang baik, tidak
hanya bertitik tolak pada kebutuhan beban sesaat,
tetapi perlu diperhatikan pula secara teliti mengenai
pengembangan beban yang harus dilayani, bukan saja
dalam hal penambahan kapasitas dayanya, tetapi juga
dalam hal perluasan daerah beban yang harus dilayani.
Lanjutan:
5). Kondisi dan Situasi Lingkungan. Faktor ini
merupakan pertimbangan dalam perencanaan untuk
menentukan tipe-tipe atau macam sistem distribusi
mana yang sesuai untuk lingkungan bersangkutan,
misalnya tentang konduktornya, konfigurasinya, tata
letaknya, dsb. Termasuk pertimbangan segi estetika
(keindahan) nya.
6). Pertimbangan Ekonomis. Faktor ini menyangkut
perhitungan untung rugi ditinjau dari segi ekonomis,
baik secara komersiil maupun dalam rangka
penghematan anggaran yang tersedia.
Pada umumnya dalam pembangunan dan mengembangkan jaring distribusi, tidak banyak menghadapi masalah/kendala, karena jaring distribusi langsung melayani pelanggan (dibutuhkan pelanggan secara langsung).
Jika terjadi masalah/kendala, pada umumnya adalah :
Untuk SUTM menyangkut masalah ROW, karena di daerah/kota tertentu melakukan pemotongan/pemaprasan pohon tanpa koordinasi dengan Dinas Pertamanan, bisa menjadi masalah besar, bahkan bisa dipidanakan.
Untuk SKTM menyangkut masalah koordinasi dengan berbagai pihak terkait (Pemkot/Pemkab, PDAM, PT. Telkom, Perum Gas, Polri, Dinas Perhubungan dan lain-lain.
Pada umumnya jaring distribusi di Indonesia menggunakan penghantar udara (Overhead Line). Khusus di DKI Jakarta, karena pertimbangan tertentu (ROW dan estetika), menggunakan kabel tanah (Underground Cable).
34
Pembangunan Jaringan Distribusi
Top Related