BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tuberkulosis atau dikenal dengan TB di Indonesia merupakan salah satu penyakit
menular paling berbahaya dengan tingkat kematian tertinggi (Depkes RI, 2005).
Berdasarkan data dari WHO tahun 1993 didapatkan fakta bahwa sepertiga penduduk
bumi telah diserang oleh penyakit TB. Sekitar 8 juta orang dengan kematian 3 juta orang
pertahun. Diperkirakan dalam tahun 2002-2020 akan ada 1 miliar manusia terinfeksi,
sekitar 5-10% berkembang menjadi penyakit dan 40% yang terkena penyakit berakhir
dengan kematian. Kasus TB di dunia sekitar 40% berada di kawasan Asia. Indonesia
menduduki kedudukan ketiga di bawah Cina dan India. Diperkirakan di antara 100.000
penduduk terdapat 100-300 orang yang terinfeksi TB. TB di kawasan ini menjadi
pembunuh nomor satu, kematian akibat TB lebih banyak 2-3 kali lipat dari HIV/AIDS
yang berada di urutan kedua (Pustekkom, 2005).
Menyadari begitu pentingnya pencegahan dan pemberantasan TB paru di
Indonesia, maka Depkes RI menetapkan suatu program penemuan kasus TB paru BTA
(+) dengan target dalam pencapaian penemuan kasus BTA (+) yaitu sebesar 70% dari
perkiraan jumlah penderita paru BTA (+) (Depkes RI, 2005).
Pada tahun 2012, Puskesmas Nguter berhasil mencapai target penemuan jumlah
kasus BTA (+) sesuai standar Depkes. Puskesmas Nguter juga dijadikan sebagai salah
satu puskesmas percontohan untuk program penanggulangan TB baik di Indonesia
maupun di dunia. Oleh karena itu penulis ingin menganalisis lebih mendalam mengenai
penyebab tingginya penemuan jumlah kasus TB serta program penanggulangan penyakit
TB di wilayah kerja Puskesmas Nguter.
B. Perumusan Masalah
1. Apakah penyebab tingginya jumlah penemuan pasien baru BTA (+) di Puskesmas
Nguter?
2. Bagaimana alternatif pemecahan masalah tingginya jumlah penemuan pasien baru
BTA (+) di wilayah kerja Puskesmas Nguter?
1
C. Tujuan
1. Mengetahui penyebab tingginya jumlah penemuan pasien baru BTA (+) di Puskesmas
Nguter.
2. Mengetahui alternatif pemecahan masalah tingginya jumlah penemuan pasien baru
BTA (+) di wilayah kerja Puskesmas Nguter.
D. Manfaat
1. Manfaat untuk masyarakat yaitu dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
bahaya penyakit TB dan memberikan dukungan terhadap penanggulangan masalah
TB di Puskesmas Nguter.
2. Manfaat untuk puskesmas yaitu dapat sebagai bahan informasi dalam meningkatkan
peran sertanya dalam penanggulangan penyakit TB di Puskesmas Nguter.
3. Manfaat bagi unit kesehatan setempat yaitu dapat memberikan informasi bagi unit
pelayanan kesehatan setempat mengenai masalah yang ada dalam menurunkan jumlah
penderita TB di wilayah Kecamatan Nguter.
4. Manfaat bagi mahasiswa yaitu mampu dan berpengalaman dalam menerapkan
konsep-konsep pemecahan masalah tentang tingginya penemuan pasien baru BTA (+)
di Puskesmas Nguter.
2
BAB II
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH
A. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Berdasarkan data jumlah penduduk wilayah Puskesmas Nguter yaitu sebanyak
67.905 jiwa, ditetapkan jumlah target TB BTA (+) tahun 2013 di wilayah Puskesmas
Nguter sebagai berikut:
Target TB BTA (+) = 107 x 67.905 = 73
100.000
Angka perkiraan jumlah pasien baru TB BTA (+) ini kemudian menjadi dasar
perhitungan untuk menentukan angka perkiraan jumlah suspek yang diperiksa dengan
perbandingan 1 : 10 sehingga angka perkiraan jumlah suspek yang diperiksa adalah 730
orang. Data pemeriksaan dahak yang dilakukan di Puskesmas Nguter sejak bulan Januari
hingga Agustus 2013 didapatkan jumlah suspek sebanyak 341 orang.
Dari seluruh suspek yang diperiksa didapatkan data pasien BTA (+) sebagai
berikut:
Tabel 2.1. Pasien BTA (+) di antara Suspek
No Bulan Jumlah Suspek yang Diperiksa Jumlah BTA (+) yang Ditemukan1 Januari 34 42 Februari 60 53 Maret 38 24 April 53 35 Mei 28 56 Juni 31 37 Juli 72 68 Agustus 25 5
TOTAL 341 33
Dari tabel di atas dapat dihitung proporsi pasien TB BTA (+) di antara suspek
sebagai berikut:
Proporsi pasien TB BTA (+) yang ditemukan = 33 x 100% = 9,6 %
341
Dari penghitungan di atas didapatkan proporsi TB BTA (+) sebanyak 9,6%.
Angka ini tergolong dalam batas normal penemuan proprosi TB BTA (+) yaitu antara 5-
3
15%. Pencapaian proporsi TB BTA (+) Puskesmas Nguter sampai dengan bulan Agustus
2013 menunjukkan bahwa penjaringan suspek tidak terlalu longgar maupun terlalu ketat
dan tidak diduga terdapat postif maupun negatif palsu.
Penemuan kasus BTA (+) tersebut dibandingkan dengan target perkiraan TB BTA
(+) yang telah ditetapkan oleh Puskesmas Nguter pada tahun 2013 untuk mengetahui
angka penemuan kasus (case detection rate). Angka CDR kasus BTA (+) Puskesmas
Nguter dari bulan Januari hingga Agustus 2013 adalah sebagai berikut:
CDR = 33 x 100% = 45,2%
73
Berdasarkan angka penghitungan beberapa indikator program penanganan TB
tersebut dapat diketahui bahwa permasalahan penanggulangan TB di Puskesmas Nguter
dari bulan Januari hingga Agustus 2013 sebagai berikut:
Tabel 2.2. Permasalahan Penanggulangan Kasus TB di Puskesmas Nguter
No Kegiatan/Program Sasaran Target tahun 2013 (12 bulan)
Target s/d Agustus 2013
(8 bulan)
Hasil %
1 Jumlah suspek diperiksa 730 70 % 46,67 % 341 46,712 Jumlah suspek BTA
(+) / CDR73 70 % 46,67 % 33 45,2
3 Proporsi BTA (+) di antara suspek yang diperiksa
341 10 % 10 % 33 9,6
Keterangan :
1. Jumlah suspek yang diperiksa sampai dengan bulan Agustus 2013 sejumlah 341 orang
dari target 730 orang (46,71%).
2. Jumlah suspek BTA (+) / CDR sampai dengan bulan Agustus 2013 sejumlah 33
orang, yang hanya memenuhi 45,2% dari target 73 orang.
3. Proporsi BTA (+) yang didapatkan di antara suspek yang diperiksa sampai dengan
bulan Agustus mencapai sejumlah 33, dimana memenuhi 9,6% dari 161.
4
B. Pemilihan Prioritas Masalah
Pemilihan prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan tabel matriks, sebagai
berikut:
Tabel 2.3. Matrikulasi masalah penanggulangan TB di Puskesmas NguterNo. Daftar Masalah I T R Jumlah
P S RI DU SB PB PC IxTxR1. Jumlah suspek TB paru
yang diperiksa per 100.000 penduduk (Suspect Screening Rate)
3 3 3 2 3 4 5 4 3 38.880
2. Jumlah penemuan kasus baru suspek BTA (+) (Case Detection Rate, CDR)
4 3 3 1 4 4 4 5 4 46.080
3. Proporsi BTA positif di antara suspek TB paru yang diperiksa
3 3 2 1 4 3 4 4 2 6.912
Kriteria penilaian :
1: tidak penting
2: agak penting
3: cukup penting
4: penting
5: sangat penting
Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (dampak dari masalah)
RI : Rate of Increase (kenaikan besarnya masalah)
DU : Degree of Unmeet Need (derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
PB : Problem Benefit (keuntungan karena selesainya masalah)
PC : Public Concern (perhatian masyarakat terhadap masalah)
T : Technical feasibility (kelayakan teknologi untuk mengatasi masalah)
R : Resources availability (ketersediaan sumber daya untuk mengatasi masalah)
(Azwar, 1980)
5
Berdasarkan matriks prioritas masalah di atas ditemukan bahwa penemuan kasus
baru suspek BTA (+) adalah prioritas masalah pada penanggulan TB BTA (+). Penyebab
jumlah penemuan kasus baru suspek BTA (+) (Case Detection Rate, CDR) masih di
bawah target yang diharapkan, antara lain disebabkan oleh:
1. Pengetahuan masyarakat akan penyakit TB rendah sehingga kesadaran
penderita untuk berobat rendah.
2. Adanya stigma yang jelek tentang penyakit TB sehingga penderita malu untuk
berobat.
3. Pengetahuan tentang pengobatan TB yang lama serta efek samping yang tidak
menyenangkan menyebabkan pasien malas untuk memeriksakan diri.
4. Kurangnya informasi dan pengetahuan para kader kesehatan (posyandu, desa
siaga) mengenai TB sehingga rujukan ke puskesmas kurang.
5. POKJANAL TB yang belum berfungsi secara maksimal.
6. Kurangnya koordinasi dan kepatuhan para dokter, spesialis, dan RS swasta
dalam menerapkan prosedur standar DOTS dalam pemeriksaan, diagnosis,
pengobatan maupun pencatatan dan pelaporan pasien TB.
6
C. Analisis SWOT
Tabel 2.4. Analisis SWOT
Kekuatan (S) Ada tenaga profesional Kepercayaan terhadap puskesmas Adanya fasilitas penunjang puskesmas
(ranap dan laboraturium) Adanya OAT gratis Tersedianya dana (JKMM/APBD II,
BOK) Terjangkaunya pelayanan kesehatan
(pustu/pusling)
Kelemahan (W) Petugas rangkap jabatan Belum terjalinnya kerja sama dan
koordinasi yang baik antara Puskesmas Nguter dengan praktik kesehatan swasta lainnya
Surveilans TB belum optimal
Peluang (O) Adanya kerja sama
dengan RS/DPS Banyaknya kader
kesehatan di wilayah Puskesmas Nguter
Strategi SO Meningkatkan kerja sama dengan
RS/DPS Terus memberikan pembekalan dan
pelatihan bagi para kader Penggunaan dana secara optimal
Strategi WO Mengoptimalkan tenaga yang ada
sesuai dengan tugas pokok Meningkatkan kualitas kerja sama
dengan toma, toga dan kader dengan promosi lewat penyuluhan TB sehingga bisa meningkatkan rujukan suspek TB
Meningkatkan peran serta kader dalam mendukung program P2TB
Ancaman (T) Adanya stigma
masyarakat tentang penyakit TB
Tingkat ekonomi dan sosial masyarakat yang rendah
Kurangnya kesadaran untuk memeriksakan diri bila sakit
Strategi ST Melakukan survei sejauh mana
pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB
Meningkatkan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan
Pendekatan secara personal melalui kader-kader desa agar dapat memberi penyuluhan pada saat ada kegiatan-kegiatan masyarakat (misal rapat karang taruna, rapat PKK, rapat ketua RT, dsb.)
Meningkatkan penyuluhan di kantong-kantong TB
Strategi WT Lebih melibatkan peran serta tokoh
masyarakat dan organisasi masyarakat setempat dalam mendukung program TB Puskesmas Nguter
Memperbaiki perencanaan dan strategi program penyuluhan
Meningkatkan komunikasi dan koordinasi yang jelas dengan pelayanan kesehatan swasta di wilayah binaan Puskesmas Nguter
Adanya penyuluhan rutin
BAB III
7
SW
OT
PENETAPAN PRIORITAS PEMECAHAN MASALAH
A. Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan penyebab-penyebab yang ada, didapatkan beberapa alternatif
penyelesaian masalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Alternatif Pemecahan Masalah
Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1. Pengetahuan masyarakat akan penyakit TB rendah sehingga kesadaran penderita untuk berobat rendah
2. Adanya stigma yang jelek tentang penyakit TB sehingga penderita malu untuk berobat
1. Meningkatkan pengetahuan tentang TB kepada kader, tokoh agama, dan tokoh masyarakat supaya dapat menjelaskan kepada masyarakat
2. Membuat poster, spanduk, leaflet, media edukasi tentang TB yang diletakkan dan dibagi-bagikan di tempat-tempat umum
3. Pengetahuan tentang pengobatan TB yang lama serta efek samping yang tidak menyenangkan menyebabkan pasien malas untuk memeriksakan diri.
3. Mengadakan sharing rutin mengenai pengalaman para penderita TB yang sudah sembuh kepada masyarakat dan kader, dipandu oleh petugas P2TB
4. Memberi edukasi ke PMO tentang pentingnya pemantauan pengobatan TB dengan teratur sampai tuntas
5. Memberi penghargaan kepada PMO jika pasien telah berhasil sembuh
4. Kurangnya informasi dan pengetahuan para kader kesehatan (posyandu, desa siaga) mengenai TB sehingga rujukan ke puskesmas kurang.
6. Mengadakan pertemuan dengan kader secara rutin untuk berdiskusi tentang TB
7. Membekali para kader dengan pengetahuan dan pelatihan tentang tuberkulosis, setiap kader bertanggung jawab atas sejumlah keluarga tertentu dan melaporkan apabila menjumpai suspek TB paru
8. Memberikan reward kepada kader yang merujuk pasien TB BTA (+) ke puskesmas
5. POKJANAL TB yang belum berfungsi secara maksimal
9. Memaksimalkan peran POKJANAL TB dengan melakukan pemantauan oleh dinas kesehatan
6. Kurangnya koordinasi dan kepatuhan para dokter, spesialis, dan RS swasta dalam menerapkan prosedur standar DOTS dalam pemeriksaan, diagnosis, pengobatan maupun pencatatan dan pelaporan pasien TB
10. Meningkatkan komunikasi antarpihak puskesmas dengan para dokter, spesialis, dan RS swasta
B. Pemilihan Prioritas Pemecahan Masalah
8
Penentuan prioritas pemecahan masalah, dilakukan dengan skoring menggunakan
metode matriks sebagaimana tabel 3.2 dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.2. Matrikulasi Alternatif Pemecahan Masalah
No. Daftar Pemecahan MasalahEfektivitas
Efisiensi (C)
JumlahMxIxV
CM I V
1. Meningkatkan pengetahuan tentang TB kepada kader, tokoh agama, dan tokoh masyarakat supaya dapat menjelaskan kapada masyarakat
4 4 3 2 24
2. Membuat poster, spanduk, leaflet, dan media edukasi tentang TB yang diletakkan dan dibagikan di tempat-tempat umum
4 4 3 4 12
3. Mengadakan sharing rutin mengenai pengalaman para penderita TB yang sudah sembuh kepada masyarakat dan kader, dipandu oleh petugas P2TB
3 3 2 3 6
4. Memberi edukasi ke PMO tentang pentingnya pemantauan pengobatan TB dengan teratur sampai tuntas
3 4 4 2 24
5. Memberi penghargaan kepada PMO jika pasien telah berhasil sembuh
3 3 2 3 6
6. Mengadakan pertemuan dengan kader secara rutin untuk berdiskusi tentang TB
4 4 3 2 24
7. Membekali para kader dengan pengetahuan dan pelatihan tentang tuberkulosis, setiap kader bertanggung jawab atas sejumlah keluarga tertentu dan melaporkan apabila menjumpai suspek TB paru
4 4 3 2 24
8. Memberikan reward kepada kader yang merujuk pasien TB BTA (+) ke puskesmas
3 2 4 4 6
9. Memaksimalkan peran POKJANAL TB dengan melakukan pemantauan oleh dinas kesehatan
3 3 3 3 9
10. Meningkatkan komunikasi antar pihak puskesmas dengan para dokter, spesialis, dan RS swasta
4 3 3 3 12
Kriteria efektivitas :
M = Magnitude (besarnya masalah yang dapat diselesaikan)
I = Importancy (pentingnya jalan keluar)
V = Vulnerability (sensitivitas jalan keluar)
Kriteria penilaian efektivitas :
1 = tidak efektif
2 = agak efektif
9
3 = cukup efektif
4 = efektif
5 = paling efektif
Kriteria efisiensi :
C = Efficiency – Cost (semakin besar biaya yang diperlukan semakin tidak efisien)
Kriteria penilaian efesiensi :
1. = paling efisien
2. = efisien
3. = cukup efisien
4. = agak efisien
5. = tidak efisien
(Azwar, 1980)
Berdasarkan kriteria matriks di atas, maka urutan prioritas pemecahan masalah
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan tentang TB kepada kader, tokoh agama, dan tokoh
masyarakat supaya dapat menjelaskan kapada masyarakat.
2. Memberi edukasi ke PMO tentang pentingnya pemantauan pengobatan TB dengan
teratur sampai tuntas.
3. Mengadakan pertemuan dengan kader secara rutin untuk berdiskusi tentang TB.
4. Membekali para kader dengan pengetahuan dan pelatihan tentang tuberkulosis, setiap
kader bertanggung jawab atas sejumlah keluarga tertentu dan melaporkan apabila
menjumpai suspek TB paru.
5. Membuat poster, spanduk, leaflet, dan media edukasi tentang TB yang diletakkan dan
dibagikan di tempat-tempat umum.
6. Meningkatkan komunikasi antar pihak puskesmas dengan para dokter, spesialis, dan
RS swasta.
7. Memaksimalkan peran POKJANAL TB dengan melakukan pemantauan oleh dinas
kesehatan.
8. Memberi penghargaan kepada PMO jika pasien telah berhasil sembuh.
9. Memberikan reward kepada kader yang merujuk pasien TB BTA (+) ke puskesmas.
10. Mengadakan sharing rutin mengenai pengalaman para penderita TB yang sudah
sembuh kepada masyarakat dan kader, dipandu oleh petugas P2TB.
10
BAB IV
PLAN OF ACTION
Berdasarkan analisis prioritas pemecahan masalah, didapatkan bahwa alternatif
pemecahan masalah yang dipilih guna menanggulangi kasus TB BTA (+) adalah dengan
meningkatkan pengetahuan tentang TB kepada kader, tokoh agama, dan tokoh masyarakat
supaya dapat menjelaskan kapada masyarakat. Oleh karena itu, diusulkan beberapa kegiatan
yang dapat menunjang alternatif pemecahan masalah tersebut.
1. Pembuatan dan Pembagian Media Edukasi (Video, Poster, dan Leaflet) Mengenai
Penyakit TB
a. Tujuan
- Meningkatkan pengetahuan tentang TB kepada kader, tokoh agama, dan tokoh
masyarakat supaya dapat menjelaskan kapada masyarakat
- Membuat poster, spanduk, leaflet, dan media edukasi tentang TB yang diletakkan
dan dibagikan di tempat-tempat umum
b. Sasaran
Masyarakat (kader, tokoh masyarakat, tokoh agama, penderita TB, dan PMO)
c. Pelaksana
Petugas promkes dan P2TB, kader
d. Waktu
Pertemuan warga masyarakat (arisan, PKK, rapat RT/RW), kegiatan keagamaan
e. Lokasi
Puskesmas dan balai pertemuan tiap-tiap desa
f. Mekanisme
Petugas promkes dan P2TB dari puskesmas mengundang perwakilan kader setiap
desa untuk mendapatkan penyuluhan, pemutaran video, dan pembagian poster serta
leaflet. Perwakilan kader kemudian memberikan penyuluhan kepada kader yang lain,
tokoh masyarakat, tokoh agama, penderita TB, dan PMO di wilayah desa masing-
masing dengan menggunakan media yang telah diberikan.
g. Pembiayaan
- Cetak poster 5 poster x 16 desa x Rp4.000,00 Rp 320.000,00
- Burning video 1 CD x 16 desa x Rp5.000,00 Rp 80.000,00
- TOTAL Rp 400.000,00
11
2. Outbond dan Lomba Kader Seluruh Kecamatan Nguter
a. Tujuan
- Mengadakan pertemuan dengan kader secara rutin untuk berdiskusi tentang TB
- Membekali para kader dengan pengetahuan dan pelatihan tentang TB
- Memberikan reward kepada kader
- Mengadakan sharing program kerja kader antardesa
- Meningkatkan kinerja POKJANAL dan kader dalam bentuk kompetisi yang sehat
b. Sasaran
Kader seluruh Puskesmas Nguter
c. Pelaksana
Petugas P2TB
d. Waktu
Satu tahun sekali
e. Lokasi
Salah satu tempat wisata di sekitar Kabupaten Sukoharjo
f. Mekanisme
Setiap kader dari masing-masing desa diminta untuk memaparkan program kerja dan
pencapaian dalam tahun tersebut. Kader juga diikutsertakan dalam outbond untuk
meningkatkan kerja sama dan kekompakan kader di masing-masing desa. Program
kerja dan kekompakan kader yang terbaik akan mendapatkan hadiah.
g. Pembiayaan
- Biaya rekreasi 10 kader x 16 desa x Rp50.000,00 Rp 8.000.000,00
- Hadiah juara Rp 3.000.000,00
- Total Rp11.000,00,00
3. Kunjungan Kader Keliling
a. Tujuan
- Memberi edukasi ke PMO tentang pentingnya pemantauan pengobatan TB
dengan teratur sampai tuntas
- Menampung kesan dan mengatasi permasalahan dari PMO dan penderita TB
untuk bahan sharing dan perbaikan program
- Memberi penghargaan kepada PMO jika penderita sembuh
b. Sasaran
PMO dan penderita TB
12
c. Pelaksana
Kader tiap-tiap desa
d. Waktu
Setiap bulan selama masa pengobatan
e. Lokasi
Rumah penderita TB
f. Mekanisme
Kader masing-masing desa mendatangi rumah penderita TB untuk memberikan
edukasi baik secara lisan maupun leaflet, memantau kepatuhan penderita
mengonsumsi obat, dan mengingatkan pengambilan obat. Kader juga memantau
kendala dan permasalahan yang dialami PMO dan penderita TB sehingga dapat
segera diselesaikan dan tidak mengganggu proses pengobatan.
g. Pembiayaan
- Penggandaan leaflet 100 leaflet x 16 desa x Rp 200,00 Rp 320.000,00
- Total Rp 320.000,00
13
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tingginya angka kasus TB di wilayah Kecamatan Nguter merupakan salah satu
permasalahan yang sedang dihadapi oleh Puskesmas Nguter sehingga perlu analisis
lebih lanjut mengenai penyebab dan alternatif pemecahan masalah.
2. Berdasarkan analisis terhadap berbagai faktor yang berkaitan penanggulangan
penyakit TB, didapatkan bahwa penemuan kasus BTA (+) merupakan prioritas
permasalahan di Puskesmas Nguter.
3. Analisis terhadap alternatif pemecahan masalah kasus BTA (+) menunjukkan bahwa
prioritas pemecahan masalah adalah dengan meningkatkan pengetahuan tentang TB
kepada kader, tokoh agama, dan tokoh masyarakat supaya dapat menjelaskan kepada
masyarakat.
4. Plan of action yang diusulkan berdasarkan alternatif pemecahan masalah yang dipilih
terdiri dari tiga bentuk kegiatan yaitu, pembuatan dan pembagian media edukasi
(video, poster, dan leaflet) mengenai penyakit TB, outbond dan lomba kader seluruh
Kecamatan Nguter, dan kunjungan kader keliling.
B. Saran
1. Kepada puskesmas agar meningkatkan upaya penemuan dan pemecahan
permasalahan terkait kesehatan masyarakat khususnya TB guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat secara preventif, promotif, kuratif, serta rehabilitatif untuk
mencapai target capaian program P2TB.
2. Kepada puskesmas dan seluruh unit kesehatan agar meningkatkan kerja sama lintas
program di puskesmas serta lintas sektoral dengan pihak di luar puskesmas untuk
menunjang pemecahan masalah kesehatan di masyarakat khususnya penyakit TB.
3. Kepada pemerintah agar meningkatkan dukungan terhadap pemecahan masalah
kesehatan khususnya penyakit TB.
4. Kepada masyarakat agar meningkatkan kesadaran terhadap penyakit TB dan
mendukung upaya pemecahan masalah sehingga dapat berjalan dengan optimal.
14
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A. 1980. Puskesmas dan Usaha Kesehatan Pokok. Jakarta : Akadoma. Hal:90-91.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Departemen Kesehatan. Hal: 1-23.
Dinkes Propinsi Jawa Tengah. 2005. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 71 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten /Kota di Propinsi Jawa Tengah. Semarang: Dinkes Propinsi Jawa Tengah. Hal 90-91.
Pustekkom, 2005. TBC (TUBERCULOSIS). http://soerya.surabaya.go.id/AuP/e-DU.KONTEN/edukasi.net/Peng.Pop/Kesehatan/TBC/all.htm (22 September 2013)
15
Top Related