BAB 4
SKENARIO
ADUH NGILUNYA
Laki-laki berusia 55 tahun, datang ke RSGM dengan keluhan gigi
belakang kiri atas terasa ngilu saat minum air dingin dan menyikat gigi. Pada
pemeriksaan intra oral ditemukan adanya karies servikal, pada gigi 24 dengan
kerusakan jaringan gigi yang cukup dalam, sedangkan pada gigi 25
kerusakannya dangkal. Dokter gigi melakukan isolasi dengan memasang
cotton roll pada daerah vestibulum, kemudian melakukan preparas seperti
desain bentuk ginjal, setelah itu kavitas dibersihkan. Pada gigi 24,
penumpatan dilakukan dengan teknik sandwich, sedangkan pada gigi 25
setelah ditumpat kemudian diberi varnish
BAB II
1
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Mengapa gigi belakang kiri atas terasa ngilu saat minum air dingin dan
menyikat gigi?
2. Apa fungsi cotton roll?
3. Mengapa desain preparasi seperti bentuk ginjal?
4. Bagaimana cara penumpatan yang sesuai prosedur itu?
5. Apa fungsi dari pembersihan kavitas sebelum dilakukan penumpatan?
6. Bahan tumpatan apa yang bisa digunakan pada pasien?
7. Apa keuntungan dan kekurangan teknik sandwich?
8. Pada kasus apa saja tumpatan diberi varnish atau teknik sandwich?
9. Adakah cara lain melakukan isolasi selain menggunakan cotton roll?
10. Mengapa harus diberi varnish?
11. Adakah bentuk desain lain untuk melakukan preparasi?
12. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari bahan yang digunakan pada
pasien tersebut?
13. Ap saja tahapan pembersihan kavitas?
14. Apa perbedaan tindakan pada kerusakan jaringan gigi yang dalam dan
dangkal?
BAB III
HIPOTESIS
2
BAB IV
LEARNING ISSUE
1. Desain preparasi khusus karies servikal
3
Laki-laki, 55 tahun
Karies Servikal
Gigi 24 (dalam) Gigi 25 (dangkal)
Teknik Sandwich Varnish
Isolasi
Preparasi
Pembersihan Kavitas
Penumpatan
2. Bahan tumpatan (semua bahan yang cocok untuk karies servikal ; GIC,
Amalgam, komposit)
a. Definisi
b. Indikasi dan Kontraindikasi
c. Kelebihan, kekurangan
d. Macam-macam (tipe)
e. Biokompabilitas
f. Modifikasi
3. Prosedur penumpatan untuk karies servikal, Teknik meliputi tahapan
(khusus GIC)
4. Isolasi daerah kerja
a. Rubber dam
b. HVE
c. Saliva ejector
d. Cotton rolls
BAB V
LEARNING OUTCOMES
1. Desain preparasi khusus karies servikal
A. Preparasi
Prinsip preparasi oleh GV Black :
4
a. Akses
Ada 3 aspek yang bersangkutan dengan akses, yaitu :
- operator dapat dengan mudah memeriksa luas karies
- bur mudah mencapai dentin karies di daerah pertautan email
dentin
- Air pendingin mudah mencapai kepala bur
b. Pembuangan karies permukaan
Perluasan kavitas di permukaan ditentukan oleh luasnya karies.
Email yang terkena karies total akan hancur, sedangkan yang terkena
karies sebagian akan terlihat putih seperti kapur dan rapuh
c. Pembuatan bentuk resisten
Agar tumpatan mampu menahan beban kunyah seperti
misalnya pada gigi posterior
d. Pembuatan bentuk retensi
- Retensi adalah kemampuan restorasi untuk tidak terlepas dari
kavitas melalui jalan masuknya
- Untuk restorasi plastis; kavitas dibuat lebih luas di bagian
dalam daripada di permukaan dan ini dapat dicapai dengan
membuat dinding konvergen (menyudut) ke oklusal
- Untuk restorasi rigid kebalikannya dari restorasi plastis
e. Pembuatan bentuk konvenien
Pembuangan awalnya akan menciptakan jalan masuk yang
lebih baik di daerah lesi dentin sehingga memungkinkan operator
melihat dan menggunakan instrumennya lebih tepat
f. Pembuangan karies dalam
Harus tidak ada lagi email karies yang masih tersisa dan dentin
di tepi kavitas juga harus sudah bersih dari karies
g. Pembersihan kavitas
Semua debris harus dicuci bersih dengan semprotan air
sebelum kavitas dikeringkan dengan semprotan udara, kemudian teliti
tiap aspek
B. Outline Form
Outline form yaitu pola menentukan bentuk luar suatu preparasi
kavitas. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan
outline form antara lain:
• Tempat atau permukaan yang mudah diserang karies harus
dimasukkan dalam outline form
5
• Semua pit, fisur dan developmental groove yang terkena karies
harus dimasukkan dalam outline form
• Tonjol – tonjol gigi sebaiknya tidak dimasukkan dalam outline form.
• Harus diusahakan jangan samapi ada dinding enamel yang tipis.
Preparasi kavitas klas V harus dengan sudut cavosurface sebesar 90o,
tidak boleh mempunyai undercut pada dinding mesial dan distal,
mempunyai kedalaman yang sama pada setiap sudut sisi aksial,
serta membuat retensi groove bila diperlukan. Outline preparasi
kavitas kelas V berbentuk seperti ginjal, menyusur mengikuti
bentuk servikal gigi.
Preparasi gigi untuk restorasi resin komposit pada penelitian ini
menggunakan desain perparasi yang konvensional. Gigi
dipreparasi dengan dinding aksial (kedalaman kavitas) 2 mm dari
pernukaan gigi, dengan tepi servikal berada 1 mm di atas
cemento-enamel junction, lebar mesio-distal 3 mm dan jarak
okluso-gingival 2 mm.
2. Bahan tumpatan (semua bahan yang cocok untuk karies servikal ; GIC,
Amalgam, komposit)
A. Amalgam
B. Komposit
a) Definisi
Resin komposit adalah bahan tambal sewarna gigi,
dengan bahan dasar polimer dan ditambahkan dengan partikel
anorganik sebagai penguat. Resin komposit merupakan
campuran dari bahan kuarsa dengan resin Bahan tambal ini
umumnya mengalami reaksi pengerasan dengan bantuan sinar
(sinar UV, atau bisa juga dengan visible light) berupa gas
halogen yang berwarna biru.
Resin komposit melekat pada permukaan gigi secara
mekanis, yaitu melalui pori-pori yang dibuat pada permukaan
email dengan cara dietsa. Cara lain adalah dengan perlekatan
hibrida pada permukaandentin.
Email merupakan Kristal yang sangat padat, 95 - 98%-
nya adalah mineral. Sedangkan dentin hanya mengandung 75%
mineral, selebihnya berupa serabut kolagen yang lunak. Dentin
6
pun tidak padat karena mengandung puluhan ribu saluran
mikro per mm2. Secara mekanis perlekatan resin komposit
pada pori-pori email lebih kuat dibandingkan pada kolagen,
yang disebut ikatan hibrida, di permukaan dentin. Demikian
pula dengan GIC yang secara kimia melekat pada mineral gigi
yang lebih banyak dikandung oleh email.
b) Indikasi Tambalan Resin
1. Lesi interproksimal (klas III) pada gigi anterior
2. Lesi pada permukaan fasial gigi anterior (klas V)
3. Lesi pada permukaan fasial gigi premolar
4. Hilangnya sudut insisal gigi
5. Fraktur gigi anterior
6. Membentuk kembali gigi untuk mendukung restorasi
tuang
7. Lesi oklusal dan interproksimal gigi posterior (klas I dan
II)
c) Kontra Indikasi Tambalan Resin
1. Lesi distal dari premolar dan caninus
2. Tambalan rutin untuk posterior
3. Pasien dengan insidens karies tinggi dan kebersihan
mulut tidak terjaga
d) Kelebihan
1. Secara estetik sangat memuaskan, terutama resin
komposit dengan formulasi terkini di mana hasil akhirnya
sangat menyerupai gigi asli. Namun tentu membutuhkan
keterampilan dan keahlian dari dokter gigi. Karena
kelebihannya ini, resin komposit adalah bahan tambal
yang paling sering digunakan dalam “cosmetic
dentistry”.
2. Aplikasinya cukup luas. Meski dulu ada keraguan bahwa
bahan tambal resin komposit tidak cukup kuat untuk
digunakan pada gigi geraham di mana tekanan kunyah
di daerah tersebut paling besar, namun bahan tambal ini
7
terus menerus mengalami perkembangan sehingga kini
cukup dapat diandalkan untuk menambal gigi geraham
meskipun kekuatannya masih tetap di bawah amalgam.
3. Warna bahan tambal dapat disesuaikan dengan keadaan
gigi pasien, karena resin komposit memiliki pilihan
shade/warna.
4. Tambalan komposit sedang atau kecil dapat bertahan
terhadap tekanan kunyah.
5. Perlekatan tambalan komposit pada dinding lubang gigi
sangat baik.
6. Tidak banyak struktur gigi yang harus diambil untuk
menambalkan komposit pada lubang gigi.
e) Kekurangan
1. Material ini membutuhkan tahapan-tahapan yang
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang
cukup mendalam dari dokter gigi untuk mendapatkan
hasil yang benar-benar memuaskan dan tahan lama. Jika
tidak, tambalan dapat mudah lepas/patah, berubah
warna, atau terlihat batas antara tepi tambalan dengan
gigi sehingga mengurangi estetika.
2. Pada saat penambalan diperlukan suasana mulut yang
cukup kering karena kontaminasi saliva dapat
mempengaruhi sifat-sifat jangka panjang dari resin
komposit, seperti kekuatan dan daya tahannya. Oleh
sebab itu gigi yang akan ditambal resin komposit
idealnya harus benar-benar diisolasi, dan hal ini cukup
sulit dilakukan terutama pada gigi belakang dan
mungkin menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien.
3. Dapat terjadi karies sekunder di bawah tambalan yang
mungkin disebabkan karena kebocoran tambalan
sehingga bakteri dapat berpenetrasi ke jaringan gigi dan
kembali menyebabkan karies.
4. Resin komposit dapat menyerap warna dari zat pewarna
dari makanan atau minuman sehingga dalam jangku
waktu lama dapat berubah warna.
8
5. Tambalan komposit relatif berharga lebih mahal
dibanding bahan amalgam, bergantung pada besar-
kecilnya tambalan serta tingkat kesulitan dalam
melakukan penambalan.
f) Klasifikasi Komposit
Berdasarkan ukuran rata-rata partikel bahan pengisi utama
1. Tradisional
2. Pengisi partikel kecil, cocok untuk penumpatan karies
kelas I dan II
3. Pengisi mikro, cocok untuk penumpatan karies kelas III
dan V
4. Hibrid, cocok untuk penumpatan karies kelas IV
g) Biokompatibilitas
Dapat membahayakan bila komponen yang dikeluarkan
bahan mencapai pulpa. Bila polimerisasinya tepat maka bisa
diterima. Tidak toksik, dapat menimbulkan alergi namun jarang.
Bila terjadi pengerutan komposit saat pengerasan yang
mengakibatkan kebocoran tepi, maka bakteri dapat tumbuh.
C. Glass Ionomer Cement (GIC)
Merupakan bahan restoratif yang digunakan dalam bidang Kedokteran
Gigi sebagai bahan tambal dan semen dasar.
a) Komposisi
Powder : SiO2 , Al2O3, CaF2, Na3AlF6, AlF3, AlPO4
Liquid : larutan polyacrylic acid
b) Sifat
1. Melekat secara kimia dengan enamel dan dentin
2. Compressive strength lebih besar dari zinc phosphate
3. Bond strength lebih kecil dari komposit, di daerah
servikal lebih baik dari komposit.
4. Fluoride release
5. Thermal diffusi rendah
6. Harus dlindungi varnish
7. Estetik bagus
c) Aplikasi
9
1. Semen permanen
2. Basis
3. Tumpatan kelas V
4. Pit dan fissure sealant
5. Penyemenan orthodontic bands
d) Indikasi
Simpel dan tidak mahal
Ikatan kimia dengan gigi mencegah dari kebocoran
mikro
Melepaskan Flouride
Estetika baik
Ideal untuk gigi dengan resiko karies tinggi
Stabil dilingkungan mulut
Dapat menjadi basis resin komposit
Restorasi lesi servikal
Restorasi Klas V di mana faktor estetik tidak begitu
diperhatikan
e) Kontra Indikasi
Tidak dapat bertahan dengan beban oklusal berat
Membutuhkan proteksi dan dukungan dari sisa jaringan
gigi atau material tumpatan lain
Transluaensi diperoleh setelah beberapa hari, jika
terkena air akan menjadi kusam.
Tidak begitu cocok dengan warna gigi asli, perlu dilapisi
komposit.
Pengganti amalgam
Restorasi yang melibatkan daerah oklusal
Pengganti cusp yang rusak
Bila digunakan pada restorasi klas IV dan VIkarena formula kurang kuat dan pada daerah tersebut masih peka terhadap keausan.
f) Klasifikasi ( Combe,1992 )
Tipe I :
~ Luting cement, powder halus
~ Kegunaan : restorasi gigi estetik
~ Seting rate : fast set
10
~ Powder : liquid = 3 : 1 atau lebih
~ Sebagian besar radiopak
Tipe II :
~ Bahan restorasi abrasi dan erosi
restorasi gigi sulung
restorasi kelas V
memperbaiki restorasi lama
~ Kegunaan : meningkatkan sifat fisik tetapi estetik
tidak terlalu diperhatikan
~ Setting rate : fast set
~ Powder : liquid = 3 : 1 atau lebih
~ Selalu radiopak
Tipe III :
~ Bahan lining ( bawah komposit ) dan fissure sealant
( pada oklusal )
~ Kegunan : lapisan yang tipis untuk pembatas termal
pada restorasi logam
~ Setting rate : fast set
~ Powder : liquid = 1,5 : 1
~ Base ( pengganti dentin)
~ Kegunaan : kombinasi dengan komposit pada tehnik
laminasi
~ Setting rate : fast set
~ Powder : liquid = 3 : 1 atau lebih
~ Selalu radiopak
g) Klasifikasi (Mount And Hume)
Type I – Luting
~ Kegunaan – sementasi crown, bridge, inlay, perangkat
ortodonsi
~ Tingkat Setting – fast set
~ Perbandingan Bubuk:Likuid – 1,5:1
~ Radiopak- secara umum
~ Ketebalan film - <20 μm
Type II- Restoratif
Type II.1 Restoratif Estetik
~ Kegunaan – restorasi estetik
11
~ Tingkat setting : fast set
~ Autocure – ketahanan lambat terhadap masuk dan
lepasnya air
~ Resin-modified – fast set, ketahanan segera terhadap
masuknya air
~ Perbandingan Bubuk: Likuid – 3:1 atau lebih besar
~ Radiopak- sebagian besar material
Type II.2 Retoratif Reinforced
~ Kegunaan- peningkatan sifat fisik namun estetik tidak
dipentingkan
~ Kecepatan setting – fast set
~ Perbandingan Bubuk : Likuid – 3:1 atau lebih besar
~ Radiopak – selalu
Type III – Lining atau Basis
Lining
~ Kegunaan – pada bagian tipis sebagai pembatas
thermal di bawah restorasi metal
~ Kecepatan setting – fast set
~ Perbandingan Bubuk : Likuid – 1,5:1
Basis- Dentin Substitute
~ Kegunaan – kombinasi dengan resin komposit dalam
teknik laminasi
~ Kecepatan setting – fast set
~ Perbandingan Bubuk : Likuid – 3:1 atau lebih besar
~ Radiopak – selalu.
h) Sifat Utama Gic
Adhesi
Keunikan GIC ini adalah kemampuan GIC untuk
berikatan dengan dentin dan email secara kimia. Bahan ini
digunakan secara luas pada abrasi servikal tanpa harus
melakukan preparasi kavitas.
1. GIC dapat digunakan sebagai restorasi tunggal atau
dapat dipakai sebagai basis dan di atasnya dilapisi oleh resin
komposit (restorasi sandwich).
2. Bond to collagen
12
3. Mempunyai sifat biokompatibilitas dengan jaringan
periodontal dan pulpa. GIC dapat ditumpatkan di dalam
kavitas tanpa mengiritasi pulpa sekalipun tanpa diberi
pelapik. Namun, agar tidak timbul reaksi yang tidak
diinginkan pada kavitas yang dalam, pelapik tetap diberikan.
Peradangan tetap timbul bila semen langsung diletakkan di
atas pulpa terbuka.
4. Kelarutan pada air tinggi.
5. Sebagai antikariogenik karena melepas fluoride.
6. Tidak cocok untuk dipakai di gigi posterior karena britel.
g) Prosedur penggunaan GIC
Untuk mendapatkan restorasi yang tahan lama ada 3 hal yang harus
diperhatikan:
1. preparasi permukaan kavitas harus benar.
2. pengadukan yang benar (manilupasi).
3. penyelesaian serta perlindungan permukaan selama
pengerasan semen
Preparasi permukaan.
Permukaan harus bersih adhesi. Dapat dicuci dengan pumis
untuk menghilangkan lapisan yang terbentuk selama preparasi kavitas.
Metode lain : mengoleskan larutan asam poliakrilat 10 % kepermukaan
selama 10 – 15 detik, diikuti dengan pembilasan air selama 30 detik
(proses : kondisioning). Setelah kondisioning harus kering.
Kondisoner, yaitu asam lemah yang digunakan untuk membuang
debris organic sebelum menambalkan gic yang akan ber- adhesi
secara kimia ke email dan dentin.
Persiapan bahan.
Rasio bubuk : cairan yang dianjurkan oleh pabrik haruslah
ditaati. Untuk pengadukan manual mixip pad. Atau bisa
menggunakan glass slab dengan suhu dingin memperpanjang
working time tidak dianjurkan mengurangi compressive strength.
Waktu manipulasi :45 – 60 detik permukaan adonan
mengkilap dan mencapain konsistensi yang sesuai.
Penempatan bahan.
Adukan harus langsung diaplikasiakn dengan plastic filling atau
disuntikan. Penundaan permukaan kusan pengerasan
13
berkembang, setelah itu dipasang matriks, supaya : kontur maksimal,
permukaan utuh, melindungi semen yang sedang mengeras dari hilang
atau bertambahnya air.
Penyelesaian permukaan dari semen yang telah mengeras,
harus ditunda selama paling sedikit 24 jam setelah penumpatan.
Pengulasan bahan pelindung GIC
Setelah restorasi dibentuk dan dipoles, restorasi dapat segera di
lapisi dengan varnish menggunakan pinset dan gulungan kapas. Cara
ini akan mencegah agar semen tidak kehilangan atau mendapat
kandungan air.
Vernis merupakan larutan resin, shellac, sandarac, dan
medikamen lain dalam pelarut yang mudah menguap seperti eter atau
alkohol. Pada penguapan membentuk lapisan yang lengket atau film
yang merupakan barier terhadap efek berbahaya dari cairan atau
bahan pengiritasi. Terjadi penurunan yang nyata dalam hitungan
radiaktif dari dentin yang terletak dibawah dinding kavitas yang dilapisi
vernis, dibandingkan dengan yang tidak.
Vernis juga mencegah penetrasi produk-produk korosi dari amalgam ke
dalam tubula dentin dan dengan demikian mengurangi pewarnaan gigi
yang tidak diinginkan dengan restorasi amalgam.
MODIFIKASI GIC
a) Modifikasi Resin
Self cured hybrid ionomer
Untuk penyemenan permanent dari crown, bridge, metal inlays-
onlays perawatan orthodontic.
Light cured hybrid ionomer
Untuk liner dan basis
Kepekaan terhadap semen dan kekuatan awal yang rendah dari
GIC adalah akibat reaksi pengerasan asam basa yang lambat.
Gugus fungsional yang terpolimerisasi ditambahkan dalam
formula semen untuk mempercepat proses pematangan
sehingga semen ini dapat mengatasi kedua kekurangannya dan
memungkinkan bahan yang tebal menjadi matang dalam reaksi
asam basa.
Di pasaran tersedia produk yang pengerasannya berdasarkan
reaksi kimia maupun berdasarkan penggunaan sinar tertentu.
14
Kelompok bahan ini disebut semen ionomer kaca dengan
modifikasi resin.
Komposisi dan Reaksi Pengerasan :
Komponen bubuk dari bahan yang dikeraskan dengan sinar
mengandung kaca yang dapat melepaskan ion-ion dan inisiator
untuk pengerasan dengan sinar atau kimiawi atau keduanya.
Komponen cairan biasanya mengandung air, asam poliakrilat,
atau asam poliakrilat dengan beberapa gugus karbosilik yang
dimodifikasi dengan monomer metakrilat dan hidroksietil
metakrilat.
Kedua bahan ini bertanggung jawab untuk polimerisasi.
Pengerasan awal bahan ini ditimbulkan oleh polimerisasi gugus-
gugus metakrilat. Pengerasan dengan reaksi asam-basa akan
lebih lambat.
Sifat fisik :
- Translusensi berkurang karena adanya perbedaan yang
besar pada index refraksi antara bubuk dengan matriks
resin yang telah mengeras.
- Transluensi setelah light cure langsung terjadi dan hasilnya
bisa cocok dengan warna gigi asli.
- Fluoride yang dilepas sama dengan GIC.
- Kekuatan perlekatan pada dentin antara 10-14 Mpa lebih
tinggi daripada composite cements.
- pH awalnya kurang lebih 3,5 dan secara bertahap
meningkat.
- Semen tidak mempunyai sifat very low solubility.
- Post operative sensitivity minimal.
Kekuatan GIC dengan Modifikasi Resin :
Kekuatan tarik garis tengah dari GIC resin modified adalah lebih
tinggi dari GIC, yang berkaitan dengan lebih banyaknya
deformasi plastic yang dapat ditahan oleh bahan sebelum
terjadi fraktur. Sifat-sifat lain sulit dibandingkan karena
perbedaan di dalam bahan dan cara pengetesan.
Adhesi dengan Struktur Gigi :
Mekanisme ikatannya serupa dengan GIC (semen ionomer kaca
konvensional).
15
Adhesi dengan Bahan Tambalan Lain :
Bisa digunakan untuk restorasi, meskipun terutama digunakan
untuk basis/pelapik. Dibandingkan dengan GIC, semen ini
mempunyai kekuatan ikatan yang lebih tinggi dengan resin
komposit.
Adaptasi Tepi :
Akibat polimerisasi, bahan ini memiliki derajat penyusutan yang
lebih besar ketika mengeras. Lebih sedikitnya kandungan air
dan asam karboksilik juga mengurangi kemampuan semen
untuk membasahi substrat gigi sehingga keadaan ini akan
banyak meningkatkan kebocoran mikro dibandingkan GIC.
Kepekaan Air :
Pelapik dari bahan ini masih peka terhadap dehidrasi dan
bahwa bahan ini dapat menyerap air sehingga menghasilkan
perubahan bentuk yang cukup berarti.
Pertimbangan Klinis / Indikasi :
Pertimbangan klinis dari bahan ini adalah sebagai :
- Pelapik
- penutup fisur
- basis
- pembangun badan inti
- restorasi
- adhesive untuk bracket orthodonti
- bahan perbaikan untuk inti atau tonjol amalgam yang rusak
- bahan pengisi saluran akar retrograd.
- Lesi servikal
- Karies Klas III dan V
- Gigi susu
- Klas I pada anak-anak
- Teknik sandwich (Klas II)
- Resiko karies tinggi
Kekurangan / Kontraindikasi :
Kebocoran mikro meningkat dari GIC
b) Modifikasi Logam
Untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan terhadap fraktur, dan
ketahanan terhadap keausan mka GIC telah dimodifikasi dengan
mengikatkan partikel logam sebagai bahan pengisi.
16
Ada 2 metode modifikasi :
1. Campuran bentuk logam campuran amalgam yang berpartikel
sferis dengan GIC tipe II, dinamakan gabungan logam campur
perak.
2. Campuran bentuk kaca dengan partikel perak dengan
menggunakan pemanasan tinggi, dinamakan cermet.
Sifat Umum
Dari suatu ujicoba keausan didapatkan bahwa bahan cermet
jauh lebih tahan keausan dibandingkan GIC konvensional.
Peningkatan ketahanan terhadap keausan berkaitan dengan
penambahan bahan pengisi logam, seperti dibuktikan oleh
penampilan mengkilap yang terjadi jika logam dikenai tes
keausan ini.
Pelepasan Fluorida
Jumlah fluoride yang dilepaskan dari kedua system modifikasi
ini cukup besar. Namun, fluor yang dilepaskan cermet lebih
sedikitdaripada yang dilepaskan oleh GIC konvensional, hal ini
terjadi karena sebagian partikel kaca yang asli (yang
mengandung fluor) telah dilapisi logam.
Pertimbangan Klinis
Dengan meningkatnya daya tahan terhadap keausan dan
potensi anti kariesnya, semen-semen dengan modifikasi logam
ini telah dianjurkan untuk penggunaan yang terbatas sebagai
alternative dari amalgam atau komposit untuk restorasi gigi
posterior. Meskipun demikian, bahan ini masih diklasifikasikan
sebagai bahan rapuh, sehingga penggunaannya tebatas pada
restorasi konservatif dan umumnya untuk restorasi karies klas I.
Bahan ini juga cocok terutama untuk pasien muda yang rentan
terhadap karies.
3. Prosedur penumpatan untuk karies servikal, Teknik meliputi tahapan
(khusus GIC)
a) Teknik Sandwich
Teknik sandwich pada semen ionomer kaca adalah restorasi
berlapis yang menggunakan semen ionomer kaca dan resin
komposit, di mana semen ionomer kaca akan menggantikan dentin
17
sedangkan resin komposit akan menggantikan enamel (Hewlett and
Mount, 2003).
Strategi ini menggabungkan sifat paling baik dari kedua bahan
tersebut seperti Daya tahan terhadap karies, Adhesi secara kimia
terhadap dentin, Pelepasan fluor dan proses remineralisasi ,
Pengerutan pada lapisan dalam yang rendah, Pengikatan semen
ionomer kaca dengan enamel, Penyelesaian akhir enamel,
Durabilitas dan Sifat resin komposit yang estetis (Mount and
Hewlett, 2003).
Dalam penerapan teknik sandwich biasanya di awali dengan
pelapisan SIK tipe II pada dasar kavitas, kemudian di lanjutkan
dengan penggunaan resin komposit untuk memberikan ketahanan
dan durability ( annusavice, 2003 ).
Teknik sandwich biasanya di aplikasikan dalam hal – hal berikut
ini :
1. Lesi dimana terdapat satu atau lebih margins pada dentin
(misal pada cervical lesions)
2. Karies yang disebabkan abrasi pada daerah servikal
ataupun lesi kelas V, menurut klasifikasi G.V. Black, ditemukan
pada Manula, pada orang yang kurang baik dan benar cara
menyikat giginya, serta pada kasus di mana preparasi jaringan
sehat gigi kurang memungkinkan. Akibatnya, preparasinya
diusahakan untuk tidak mengambil jaringan yang sehat.
3. Restorasi komposit class II
Prosedur Penumpatan Teknik Sandwich
Prosedur penumpatan pada restorasi sandwich sangat
sederhana. Teknik preparasi pada semua kavitas sama
tergantung lokasi karies. Pada restorasi sandwich ini
dipergunakan prinsip preparasi minimal. Prosedur penumpatan
pada restorasi sandwich harus dilakukan dalam keadaan kering
agar dapat perlekatan resin komposit ke permukaan dentin yang
dilapisi semen ionomer kaca.
1. Preparasi dan Lining
Kavitas dipreparasi, semua jaringan karies dibuang
dengan menggunakan bur diamond. Diamond stone yang
rata atau tungsten karbid bertujuan untuk menyelesaikan
tepi enamel. Linier kalsium hidroksida digunakan hanya
18
apabila terlihat keadaan dentin yang hamper terbuka
dengan perkiraan dentin yang menutupinya hanya sekitar 1
mm atau kurang. Tetapi kalsium hidroksida tidak boleh
menutupi daerah yang besar yang dapat mengganggu
bonding semen ionomer kaca. Setelah kavitas dipreparasi,
kemudian tepi enamel dibevel.
2. Perawatan Permukaan
Setelah kavitas dibersihkan, dikeringkan kemudian
dioleskan kondisioner pada permukaan kavitas. Ikatan
semen ionomer kaca ke gigi dapat diperkuat dengan
menggunakan larutan yang mengandung asam poliakrilik,
asam tannic atau dodicin.
3. Pemberian Semen
Kavitas dibersihkan dan dikeringkan. Semen ionomer
kaca diinjeksikan ke dalam kavitas dan dibiarkan menutupi
tepi kavosurface. Sebagai alternatif, pencampuran dengan
tangan secara standar dapat digunakan dan semen
tersebut diaduk sampai menyerupai plastic yang berkilau
sebelum digunakan. Warna semen harus dipilh agar sesuai
dengan warna dentin. Pengerasan semen yang dianjurkan
adalah dalam waktu 5 menit.
4. Preparasi Semen Tepi Enamel
Setelah mengeras selama 5 menit, semen yang
berlebihan dilepaskan dari tepi-tepi enamel dan dikamfer
ke dinding dentin.
5. Pemberian Resin Bonding
Salah satu bonding yang dipakai adalah agen
bonding. Resin liquid dioleskan segera ke basis semen dan
dinding-dinding kavitas. Harus hati-hati untuk memastikan
bahwa lapisan tersebut tipis. Sistem visible light cured
dianjurkan karena pengerasan yang cepat dari agen
bonding adalah penting untuk menjamin semen dan
permukaan enamel tidak terkontaminasi.
19
6. Pemberian Resin Komposit
Tumpatan resin dimasukkan dan dikontur ke
posisinya. Bahan tersebut tidak boleh berlebihan, dan
adaptasi yang tepat dapat dicapai dengan pemakaian
matriks plastik bening.
7. Penyelesaian
Setelah disinari, restorasi tersebut diselesaikan
dengan bur diamond rata atau bur karbid. Pemolesan
restorasi dapat diselesaikan dengan menggunakan “cup
polishing” karet abrasif dan bubuk aluminium oksida yang
halus.(Mc Lean, 1985).
Keunggulan dan kekurangan pemakaian semen ionomer kaca dalam
teknik sandwich
a) Keunggulan teknik sandwich antara lain:
1. Mempunyai kekuatan kompresi yang lebih tinggi
daripada hanya menggunakan SIK sebagai restorasi tunggal
2. sehingga dapat meningkatkan ketahanan terhadap
fraktur.
3. Bersifat adhesi karena lapisan resin terikat dengan
pelapik semen ionomer kaca.
4. Pelepasan fluoride SIK lebih besar daripada komposit
atau bahan tumpatan lainnya.
5. Dapat menghambat kerusakan tepi (microleakage),
karena ikatan kimiawi SIK dengan email dan dentin sangat
baik.
6. Bersifat radiopak.
7. Di samping itu, semen glass ionomer juga bersifat
biokompabilitas, yaitu menunjukkan efek biologis yang baik
terhadap struktur jaringan gigi dan pulpa. Kelebihan lain dari
bahan ini yaitu semen glass ionomer mempunyai sifat anti
bakteri, terutama terhadap koloni streptococcus mutant
(mount, 1995).
20
8. Dari segi biaya (cost) jauh lebih murah dibandingkan jika
100% menggunakan bahan tumpatan dari resin estetik,
karena semen ionomer kaca harganya jauh lebih murah
dibanding bahan tumpatan yang lain.
9. Dilihat dari segi komposisi SIK dan resin komposit yang
sama-sama mengandung polikarboksilat sehingga sama-
sama hidrofilik sehingga lama-kelamaan warnanya akan
terlarut sehingga estetiknya berkurang.
10. Teknik sandwich hanya dapat digunakan untuk restorasi
tipe ,2,5
b) Kondisioner
Kondisioner ini merupakan pelapikan yang ditujukan untuk
perlindungan pulpa dari iritan bakteri, serta untuk peningkatan
bonding semen ke dentin. Teknik yang dapat dilakukan:
c) Varnish
21
Email dibersihkan dengan larutan kondisioner
Kondisioner yang dipakai awalnya memakai Asam sitrat, namun sekarang sudah diganti dengan Asam poliakrilat yang
diencerkan
Aplikasi (ditunggu) selama 30 detik
Dicuci dengan air
Dikeringkan
Penumpatan GIC
Varnish kavitas resin alami atau sintesis dilarutkan pada pelarut eter atau kloroform
Pelarut menguap
Pengolesan ke kavitas dengan pinset atau sonde
Muncul lapisan tipis pada preparasi kavitas (balut terhadap dentin yang terpotong)
Lapisan 1 (akan meninggalkan lubang-lubang kecil
Lapisan 2 (akan mengisi rongga-rongga, sehingga lapisan lebih homogen)
Restorasi logam
d. Teknik Etsa Asam
Adanya suatu perlekatan resin komposit secara mekanis ke email
yang telah dietsa dan mengutamakan estetis. Bahan bonding juga
dioleskan untuk mendapatkan kebasahan yang baik dan membentuk tag
resin pada email yang telah dietsa (adhesi perlekatan dentin dan
sementum). Akan tetapi masih dapat timbul kebocoran mikro yang dapat
mengakibatkan karies sekunder, iritasi pulpa, ngilu, dan lepasnya
tambalan (bukan tambalan permanen).
e. Teknik Pasta Pumis
Teknik ini digunakan untuk pembersih lesi dari plak dan debris. Namun
sudah jarang digunakan, karena kandungan gliserinya meninggalkan
lapisan tipis pada gigi yang tidak bisa dibersihkan, sehingga menghalangi
etsa email/pembasahan resin.
4. Isolasi Daerah Kerja
I. Pembersihan Kavitas (Toilet Of Cavity)
Yang termasuk dalam prinsip ‘Toilet of the Cavity’ adalah:
1) Isolasi daerah kerja
Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Hal ini ditujukan
agar mendapatkan daerah kerja/kavitas yang kering serta
pandangan yang jelas. Gigi selalu dibasahi saliva, lidah yang
22
mengganggu penglihatan, dan gingiva yang berdarah merupakan
beberapa masalah yang harus diatasi sebelum kerja yang teliti dan
tepat dapat dilkukan.
Beberapa cara mengisolasi daerah kerja, antara lain :
1. Dengan Saliva Ejektor
Saliva ejector berdiameter 4 mm, digunakan untuk menghisap
saliva yang tertumpuk di dasar mulut. Saliva ejector dapat
dipegang oleh pasien atau dibiarkan tergantung di dasar mulut.
Ada yang terbuat dari plastik dan dapat dibuang setelah sekali
pakai. Selain itu ada yang terbuat dari logam yang dilengkapi
dengan semacam sayap untuk meretraksi dan melindungi lidah
dan dasar mulut, yang seperti ini bermanfaat bagi operator
yang bekerja sendiri. Bagian yang paling kritis dari saliva
ejector adalah ujungnya. Karena terus berada di dasar mulut, di
bawah tekanan negatif yang konstan, dapat menarik jaringan
lunak ke dalam orifisnya sehingga menimbulkan suatu lesi yang
jelek.
2. Dengan Evakuator Kecepatan Tinggi (HVE)
Evakuator kecepatan tinggi (HVE) dengan diameter 10
mm, digunakan untuk menyerap semua air dan debris dari
daerah kerja. Biasanya dioperasikan oleh asisten gigi. HVE
sangat efektif bila dokter gigi dan asistennya bekerja sebagai
suatu tim.
3. Dengan Cotton Rolls
Tujuan untuk menggunakan ini adalah untuk menyerap saliva
dan cairan lainnya, untuk menarik pipi, bibir dan lidah. Cotton
roll ini diletakkan di gigi2 yang kita preparasi. Cotton rolls dapat
mengisap saliva dalam waktu yang cukup singkat. Selama
prosedur restorasi di lakukan cotton rolls harus selalu diganti
jika sudah cukup basah oleh saliva.
Cara menempatkan dan lokasi dari cotton rolls di dalam rongga
mulut adalah sbb :
a. Untuk mengisolasi daerah kerja pada gigi RA
23
Caranya : dengan menggunakan kaca mulut bibir dan pipi
pasien di tarik atau di angkat ke atas, lalu cotton rolls di
tempatkan di ruang vestibulum oris.
Lokasinya :
a) Pada Gigi Posterior
Cotton rolls di letakan di samping gigi yang akan di
restorasi dan juga gigi tetangga serta menutup
tempat muara kelenjar parotis.
b) Pada Gigi Anterior
Cotton rools di letakkan mulai dari gigi caninu menuju
kea rah posterior, baik pada rahang kanan maupaun
kiri.
b. Untuk mengisolasi daerah Kerja Gigi RB
Selain di tempatkan di vestibulum oris juga di tempatkan
didasar mulut dan menutupi muara kelenjar
submandibularis.
Lokasinya :
a) Pada Gigi Posterior
Cotton rolls di letakan di bagian bukal dan lingual dari
yang akan di restorasi dan juga gigi tetangganya.
b) Pada Gigi Anterior
Cotton rolls di letakan di bagian kanan dan kiri mulai
dari gigi caninus menuju kea rah posterior baik pada
bagian bukal/ labial maupun lingual
4. Rubber Dam (Isolator Karet)
Cara paling sempurna untuk mengendalikan cairan
dalam mulut adalah dengan menggunakan isolator karet
(rubber dam). Gigi atau gigi-gigi yang akan diterapi, bersama-
sama dengan gigi sebelahnya, ditempatkan dalam lubang karet
isolator dan yang terlihat hanya mahkotanya dan mencegah
kebasahan serta infeksi.
a) Keuntungan pemakaian isolator karet
1) Memungkinkan dilakukannya isolasi gigi dengan
sempurna dari ludah, darah, atau eksudat cairan gingiva.
24
Hal ini penting bagi semua restorasi terutama pada
tumpatan “ adhesif “.
2) Membantu isolasi dari bakteri yang terdapat di ludah
sehingga diindikasikan untuk menghindari infeksi dari
bagian lain di mulut misalnya pada perawatan saluran
akar dan pulp caping baik direk maupun direk.
3) Melindungi pasien dari kemungkinan tertelan atau
terhisapnya instrumen ke trakea atau esofagus, seperti
pin dentin, patahan bur, serpihan amalgam, wedge,
mahkota, inlay, instrumen saluran akar, sayap penyedot
ludah, bahkan kepala henpis.
4) Melindungi dokter gigi dari kemungkinan terinfeksi oleh
pasien. Penggunaan isolator karet diindikasikan pada
semua pasien yang dalam darah atau ludahnya potensial
untuk mentransmisikan penyakit kepada dokter gigi atau
stafnya. (misalnya pembawa hepatitis B).
5) Mempunyai efek fisik dan psikologis, memisahkan dokter
gigi dari pasien. Tidak hanya dari sisi dokter gigi isolator
karet mempunyai velositas tinggi dalam membersihakan
air, debu, debris, tetapi pasien sering kali merasakan
lebih aman, tidak merasakan hampir semua apa yang
sedang dilakukan dokternya.
6) Memungkinkan bekerja lebih cepat dan lebih aman.
Mulut yang basah, gangguan lidah, bibir, dan pasien
yang banyak omong bukan gangguan lagi dengan
pemakaian isolator karet.
b) Kerugian pemakaian isolator karet
1) Pasien tidak lagi dapat berbicara dengan mudah.
Percakapan yang terjadi hanya satu arah.
2) Sebagian pasien tidak menyukai isolator karet karena
adanya klaustrofobia (phobia pada ruang yang sempit).
3) Isolator karet dipegang pada gigi-gigi posterior dengan
cengkeram dan gigi masih merasa sensitif beberapa jam
setelah cengkeram dibuka.
4) Memerlukan waktu dalam memegang dan membuka,
walaupun dokter gigi yang sudah berpengalaman hanya
memerlukan beberapa menit saja. Sebenarnya, setelah
25
isolator karet dipasang, kondisi operasi meningkat dan
banyak waktu yang dihemat.
c) Peralatan Isolator Karet
1) Karet isolator
Berbentuk lembaran-lembaran 15 cm persegi. Karet
ini tahan robekan, melekat ketat ke gigi dan meretraksi
jaringan gingiva dengan baik. Selain itu, bahan karet harus
yang baru. Setelah 2-3 tahun dalam rak, isolator mudah
berubah dan mudah koyak bila tertarik di atas gigi.
Isolator karet tersedia dalam berbagai ketebalan:
tipis (0,15 mm); sedang (0,20 mm) berwarna biru; tebal
(0,25 mm) berwarna hijau; ekstra-tebal (0,30 mm); dan
khusus ekstra-tebal (0,35 mm). Isolator yang tipis mudah
dipasang dan memberikan rasa nyaman pada pasien, yang
lebih tebal mampu menarik jaringan lunak dan memiliki
daya tahan terhadap goresan bur gigi. Ketebalan medium
dianjurkan untuk molar, tebal (atau ekstra-tebal) untuk gigi-
gigi anterior dan premolar.
26
2) Pembolong
Digunakan un tuk membolong karet isolator. Hasil
lubangnya harus bersih karena jika tidak demikian akan
timbul titik lemah di tepi lubang yang mungkin bisa robek.
Sejumlah pembolong memiliki lubang dengan diameter
berbeda, makin besar lubangnya, makin mudah
memasukkannya ke gigi. Makin kecil lubangnya, makin ketat
letak karet ke gigi.
3) Setempel
Digunakan untuk menandai posisi lubang. Setempel
ini akan menghasilkan serangkain titik pada karet isolator
yang sesuai dengan posisi rata-rata gigi. Jika isolator
terpasang, posisinya mencapai suatu titik persis di bawah
hidung sehingga rongga mulut akan tertutupi tetapi hidung
tetap bebas. Untuk itu, ketika mengaplikasikan isolator pada
gigi-gigi atas atau molar ketiga bawah, posisi incisivus
sentral atas harus distempelkan sekitar 2,5 cm dari ujung
atas karet isolator. Untuk gigi bawah, lubang-lubang harus
diletakkan lebih ke depan lagi untuk menghindari penutupan
hidung.
4) Cengkeram isolator karet (Klem)
Berupa klip logam yang pas dengan leher gigi dan
menjaga isolator pada posisinya. Bahan dasar untuk
cengkeram adalah dua jaw, dan 4 prong, busur, lubang-
lubang dan sayap. Ukuran cengkeram dan lokasi prong
ditentukan oleh keliling eksternal dan bentuk gigi. Selain itu,
ada kalanya membantu retraksi gingiva. Perangkat
cengkeram dibawah ini biasanya cukup bagus untuk
digunakan:
27
Cengkeram molar BW, JW, tanpa sayap ; dipakai jika
cengkeram dipasang dahulu sebelum karetnya.
Cengkeram molar K, bersayap; sayapnya memungkinkan
penempatan karet dan cengkeram bersama-sama.
Cengkeram premolar GM
Cengkeram EW, dipakai untuk setiap gigi yang kecil.
Cengkeram molar AW, tanpa sayap; hanya dipakai untuk
gigi yang erupsi sebagian. Rahang cengkeram ini retentif
dan mengarah ke gingiva, sehingga membantu retensi
pada satu gigi yang kecembungan maksimalnya ada di
subgingiva.
Cengkeram servikal, pola Ferrier, untuk dipakai pada gigi
anterior jika diperlukan retraksi karet atau gingiva untuk
memudahkan akses ke kavitas servikal.
5) Cunam cengkeram
Suatu instrumen untuk meletakkan cengkeram, mengatur
dan melepaskannya.
6) Pelumas isolator karet
Gel berbahan dasar air biasanya disertakan untuk keperluan
ini, tetapi krim pencukur tanpa sikat sudah cukup memadai.
Pelumas diulaskan di sekeliling lubang pada karet sebelum
memasang karet pada gigi agar isolator karet lebih mudah
28
dipasang. Gosok permukaan batangan sabun yang basah,
ambil yang hancur dengan jari dan oleskan ke lubang-
lubang pada permukaan dalam isolator karet tersebut.
7) Pita atau benang gigi yang dilapisi malam
Bahan ini dipakai agar karet dapat melewati titik kontak
yang ketat
8) Handuk
Digunakan untuk kenyamanan pasien. Keringat dan saliva
yang keluar mudah diblok oleh handuk untuk memisahkan
isolator dari kulit.
9) Kerangka atau pemegang isolator karet
Kerangka akan memegang ujung karet yang bebas dan
mencegahnya jatuh ke dalam mulut atau kembali ke arah
muka pasien. Ada berbagai tipe dan desain pemegang
isolator karet. Pada dasarnya meliputi:
(a) traksi servikal, dengan strap di sekeliling kepala atau
leher; traksi servikal memberikan akses yang lebih besar
dan memperbaiki tumpuan jari, karena tangan operator
dapat diletakkan lebih dekat ke daerah kerja. Tetapi,
strap kadang-kadang mengganggu pasien dan jika
metode fiksasi strap digunakan akan lebih sulit
menempatkan penyedot kecepatan tinggi dan
mengontrol aliran air selama prosedur pengeboran.
(b) rangka fasial yang menghasilkan tarikkan
sirkumferensial di sekeliling mulut itu sendiri. Rangka
fasial lebih mudah dan lebih cepat dipasangdan lebih
bisa ditoleransi oleh pasien. Tetapi, rangka menghambat
pergerakan operator dan tidak memberikan keamanan
dan penjangkaran sebanyak tipe servikal.
d) Pemasangan Isolator Karet
Terdapat 3 tahapan dalam pemasangan isolator karet:
1. Persiapan
mempersiapkan :
- 4 peralatan dasar, kaca mulut, sone, penjepit kapas,
instrumen plastik
29
- Pelubang isolator karet
- Tang klem isolator karet
- Isolator karet yang telah dilubangi
- Pemegang isolator karet
- Handuk isolator karet
- 2 potong pita gigi 18 inci
- Pelumas karet
- saliva ejector
- Gunting
- Klem R-D
2) Pemasangan
a. Pemasangan klem.
b. Pemberian pelumas karet.
c. Pemasangan karet ke gigi distal dan klem
termasuk semua sayap. Lubang besar memungkinkan
operator dengan jari telunjuknya menarik dan
menggeser karet dari klem hingga masuk pas pada leher
gigi.
d. Pemasangan handuk isolator.
e. Pemasangan pemegang. Suatu tanda identifikasi
dalam bentuk lubang dibuat pada sudut kanan bawah
dari karet untuk patokan dalam mengorientasikan karet
sebelum pemasangan pemegang. Perhatikan bahwa gigi
yang diberi klem adalah satu-satunya gigi yang menonjol
keluar dari karet pada tahap pemsangan ini. Lipatan
pada batas atas untuk menambah kenyamanan pasien.
f. Karet kemudian ditarik ke gigi seberangnya.
Biasanya caninus atau premolar.
g. Bekerja dari gigi ini ke belakang klem, karet
ditarik dengan ibu jari pada permukaan labial dan jari
telunjuk pada permukaan lingual untuk meningkatkan
septum karet sehingga dapat melewati titik kontak.
h. Gunakan pita gigi untuk melewatkan karet
melalui satu atau dua titik kontak yang tersisa.
3) Stabilisasi
a. Gunakan klem / isolator, tentu saja dengan
memegang ujung distal dari karet di sekeliling gigi yang
30
paling posterior atau bisa ditambah di kaninus /
premolar, atau juga dengan pita karet
b. Pemeriksaan pada karet yang mengelilingi gigi yang
diklem dapat menunjukkan suatu sayap yang tidak
diingkari oleh karet
c. Invaginasi karet di sekeliling leher gigi hanya
diperlukan pada daerah yang akan dirawat. Tetapi
apabila memeasukkan semua pada tiap sulkus akan
menghasilkan lapangan kerja yang baik dan rapi
d. Pemegang diperiksa, di sekitar hidung, pastikan
pasien bisa bernafas dengan bebas
e. Kalau menggunakan saliva ejector bisa dilewatkan
melalui lubang kecil pada isolator karet atau dilewatkan
dibawah isolator karet dan masker muka
f. Kerutan di dagu (isolator karet) dapat dihilangkan
dengan adanya lipatan pada karet
g. Daerah tersebut harus disiram, divakum, dan
dikeringkan
31
DAFTAR PUSTAKA
Baum, Lloyd. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta: EGC.
Dorland, W. A. Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.
Harty, F. J. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.
Kidd, Edwina A. M. 1991. Dasar-dasar Karies, Penyakit dan Penanggulangan.
Jakarta: EGC.
Pitt, Ford T. R. 1993. Restorasi Gigi. Jakarta: EGC.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20092/4/ChapterII.pdf
33
Top Related