i
PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL DAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN
BANK UMUM SYARIAH
(PERIODE 2011 – 2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
LOLITA YULIARTY PASARIBU
NIM: 1112046100127
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016/ 1437 H
ii
iii
v
ABSTRAK
LOLITA YULIARTY PASARIBU. 1112046100127. Pengaruh
Intellectual Capital dan Good Corporate Governanace terhadap Kinerja
Keuangan Bank Umum Syariah Syariah. Program Strata Satu (S1),
Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi
Islam), Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. 1437/2016 M.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intellectual
capital dan good corporate governance terhadap kinerja keuangan Bank
Umum Syariah periode 2011-2014. Pengujian dilakukan dengan SEM-PLS,
dengan pengolah data WarpPLS 5.0. Variabel independen terdiri dari
intellectual capital dan good corporate governance. Variabel dependen yang
digunakan yaitu kinerja keuangan Bank Umum Syariah (ROA dan NPM).
Penelitian yang menggunakan teknik purposive sampling ini menggunakan
sebanyak 40 sampel yang merupakan Bank Umum Syariah periode 2011-
2014. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan
teknik pengumpulan data dokumentasi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa
Intellectual capital berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja keuangan
dan Good corporate governance berpengaruh signifikan dan positif terhadap
kinerja keuangan.
Kata kunci : Intellectual capital, Good Corporate Governance, Kinerja,
SEM-Partial Least Square (PLS)
Pembimbing : Rizqon Halal Syah Aji, M. Si
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam penulis sampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta kepada
keluarga dan para sahabat-Nya, semoga kelak kita termasuk kedalam umat
yang mendapatkan syafaat dari beliau di hari akhir kelak.
Alhamdulillah, penelitian yang berjudul "Pengaruh Intellectual Capital
dan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perbankan
Syariah Periode 2011-2014" telah dapat penulis selesaikan. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Program Studi Muamalat Konsentrasi
Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada
dasarnya dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak kesulitan. Akan
tetapi dengan adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak
Alhamdulillah penulisan skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini antara lain kepada:
1. Bapak Dr. Phil Asep Saepudin Jahar, M.A selaku dekan Fakultas
Syariah dan Hukum yang saya hormati yang telah memimpin
Fakultas Syariah dan Hukum.
vii
2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A dan Bapak Dr. Abdurrauf, M.A selaku ketua
dan sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan arahan dan
bimbingan kepada seluruh mahasiswa prodi Muamalat.
3. Bapak Rizqon Halal Syah Aji, M. Si selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah meluangkan waktu, pengarahan dan motivasi serta
memberiikan ilmu yang sangat berharga bagi penulis sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
4. Bapak Moch Bukhori Muslim, Lc selaku dosen pembimbing akademik
yang memberikan motivasi dan membimbing penulis dari semester
awal hingga penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberiikan ilmu
dan pengetahuan yang sangat berguna, serta akhlak yang tidak ternilai
harganya.
6. Keluarga besar perpustakaan utama dan akademik fakultas yang telah
direpotkan selama pembuatan skripsi ini.
7. Kedua orang tua saya Ridoan Bondar dan Ningsih yang telah
memberikan dukungan baik doa, materi, moral dan kesabarannya
menunggu terselesaikannya skripsi ini serta adik-adik saya Rahmad
Hamdani dan Rasyid Septian Pasaribu. Semoga Allah selalu
memberikan rahmat dan kasih sayangnya kepada kalian.
8. Sahabat dekat penulis yaitu Muhammad Chaydir yang selalu memberikan
dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
viii
9. Keluarga besar Perbankan Syariah C angkatan 2011, terutama Alex
Prasetyo, Taufik Ismail, Ambiayatul Kalam, Nur Aliyah, Emi Rosilawati,
Ayu Putriana dan Hana Amalia Yosral. Terima kasih atas ilmu, pengertian
dan semua saran-sarannya.
10. Teman-teman seperjuangan, Noerlisma Damayanti, Suci Rahayu, Nanda
Pipit, Gita Ramadhini, Robiatul Adawiyah (Rara) dan ka dian yang tak
kenal bosan menjadi teman diskusi dan sharing. Terima kasih atas ilmu,
pengertian dan semua saran-sarannya.
11. Keluarga besar KKN BATIK 2015 yang selalu memberi semangat untuk
penulis. Terima kasih telah menjadi keluarga kecil yang hangat.
12. Serta seluruh pihak yang telah berjasa namun belum marnpu penulis
sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, karenanya dengan terbuka penulis mengharapkan
kritik dan saran untuk penyempurnaan penulisan-penulisan di masa
mendatang. Akhir kata, harapan penulis semoga Allah SWT memberiikan
keberkahan bagi semua pihak yang membantu dan semoga skripsi ini
memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu.
Jakarta, 12 Juni 2016
Lolita Yuliarty Pasaribu
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN.......................................................iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 8
C. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................................... 8
1. Pembatasan Masalah ................................................................................ 8
2. Perumusan Masalah .................................................................................. 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 10
1. Tujuan Penelitian .................................................................................... 10
2. Manfaat Penelitian .................................................................................. 10
E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 12
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 14
A. Kinerja Keuangan Perbankan Syariah ....................................................... 14
1. Pengertian dan Tujuan Kinerja Keuangan .............................................. 14
2. Analisis Kinerja Keuangan ..................................................................... 15
B. Intellectual Capital..................................................................................... 18
1. Definisi Intellectual Capital ................................................................... 18
x
2. Komponen Intellectual Capital .............................................................. 20
3. Manfaat Intellectual Capital................................................................... 22
4. Pengukuran Intellectual Capital ............................................................. 24
C. Good Corporate Governance ..................................................................... 30
1. Pengertian Good Corporate Governance. .............................................. 30
2. Landasan Hukum Good Corporate Governance .................................... 32
3. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance ........................................ 34
4. Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance................................ 41
5. Mekanisme Good Corporate Governance ............................................. 42
6. Good Corporate Governance pada Perbankan Syariah ......................... 45
7. Penilaian Self Assessment Good Corporate Governance Bank
Umum Syariah di Indonesia .......................................................................... 47
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ......................................................... 50
E. Kerarangka Teori ....................................................................................... 53
F. Kerangka Konseptual ................................................................................. 56
G. Dasar Perumusan Hipotesis ....................................................................... 57
BAB III METODELOGI PENELITIAN .............................................................. 58
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 58
1. Jenis dan Sumber Data Penelitian .......................................................... 58
2. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ............................................ 59
3. Teknik pengolahan data .......................................................................... 60
4. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 61
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................................... 61
1. Variabel Dependen ................................................................................. 61
2. Variabel Independen ............................................................................... 63
C. Teknik Analisis Data .................................................................................. 70
1. Statistik Deskriptif .................................................................................. 70
2. Evaluasi Model Pegukuran ..................................................................... 70
3. Hipotesis ..................................................................................................... 74
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 77
A. Gambaran Penelitian .................................................................................. 77
xi
1. Gambaran Kinerja Keuangan Bank Syariah tahun 2011 -2014 ............. 77
2. Gambaran Intellectual Capital Bank Syariah tahun 2011 -2014 .......... 78
3. Gambaran Good Corporate Bank Syariah tahun 2011 -2014 .............. 79
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian.............................................................. 80
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif .................................................................. 80
2. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)........................................... 83
3. Evaluasi Model Struktural (Inner Model) .............................................. 85
4. Hasil Uji Hipotesis ................................................................................. 86
C. Pembahasan ................................................................................................ 92
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 97
A. Kesimpulan ................................................................................................ 97
B. Saran ........................................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 100
LAMPIRAN ........................................................................................................ 102
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Bobot Perhitungan Komposit ................................................................ 49
Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel ........................................................................... 59
Tabel 3.2 Daftar Nama Bank Umum Syariah ....................................................... 60
Tabel 4.1 Perkembangan Kinerja Syariah ............................................................. 76
Tabel 4.2 Pekembangan Intellectual Capital ........................................................ 78
Tabel 4.3 Perkembangan Good Corporate ........................................................... 79
Tabel 4.4 Statistik Deskripstif ............................................................................... 81
Tabel 4.5 Hasil Output Evaluasi Outer Model ..................................................... 83
Tabel 4.6 Hasil Output Evaluasi Outer Model Setelah Penghapusan Variabel .... 84
Tabel 4.7 Model Fit Indices .................................................................................. 85
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ........................................................................ 57
Gambar 3.1 Analisis Lajur .................................................................................... 75
Gambar 4.1 Model Fit and Quality Indices .......................................................... 85
Gamabar 4.2 Model Penelitian .............................................................................. 87
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Nama Bank Syariah ............................................................. 102
Lampiran 2 Data Kinerja Keuangan ................................................................... 102
Lampiran 3. Data Good Corporate Governance................................................. 103
Lampiran 4. Data Variabel Intellectual Capital .................................................. 103
Lampiran 5. Hasil Output Combined loadings and cross-loading ...................... 103
Lampiran 6. Hasil Output Combined loadings and cross-loading setelah
penghapusan ib-stva ............................................................................................ 104
Lampiran 7. Hasil Output Latent Variable Coefficients ..................................... 104
Lampiran 8. Gambaran Penelitian....................................................................... 104
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan lingkungan ekonomi yang cepat sebagai akibat
Perdagangan bebas pada tingkat regional di kawasan ASEAN yaitu
adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN di tahun 2015 serta Masyarakat
Ekonomi ASEAN untuk sektor keuangan pada tahun 2020 menuntut
dunia bisnis saat ini untuk mampu mempersiapkan diri dan mampu
berkompetisi mengatasi tantangan-tantangan di dalam lingkungan
ekonomi, tantangan ini akan berpengaruh bagi kinerja keuangan
perusahaan maupun perbankan. Informasi mengenai kinerja perusahaan ini
salah satunya berguna untuk menetapkan kebijakan selanjutnya yang akan
diambil oleh pihak manajemen. Kinerja perusahaan juga mempengaruhi
minat para calon pembeli saham perusahaan di pasar modal. Melalui
penilaian kinerja keuangan, manajer dapat menentukan struktur
keuangan perusahaan yang lebih baik. Seiring dengan semakin
meningkatnya kebutuhan informasi keuangan khususnya sebagai
penilaian kinerja keuangan.
Hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan
dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Laporan keuangan
menunjukkan posisi keuangan dan juga indikator kinerja perusahaan.
Namun tidak semua informasi dalam laporan keuangan perusahaan benar.
Dalam perusahaan yang tata kelolanya kurang baik, bisa terjadi kondisi
2
dimana informasi dalam laporan keuangan tidak sesuai dengan fakta di
lapangan. Sehingga kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai
oleh setiap perusahaan, karena kinerja perusahaan merupakan
cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan
mengalokasikan sumber dayanya.
Dengan demikian dalam mengelola dan mengalokasikan sumber
dayanya di arus ekonomi yang semakin pesat, perusahaan memerlukan
strategi bisnis yang tepat agar perusahaan dapat terus bertahan
menjalankan bisnisnya. Para pelaku bisnis mulai menyadari bahwa
kemampuan bersaing tidak hanya terletak pada kepemilikan aset
berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi, pengelolaan
organisasi dan sumber daya manusia yang dimiliki nya.1 Sehingga,
perusahaan-perusahaan mengubah strategi bisnisnya dari bisnis yang
didasarkan pada tenaga kerja (labor based business) menjadi bisnis
yang berdasarkan pada pengetahuan (knowledge-based business).
Bisnis yang berdasarkan pada pengetahuan merupakan suatu aset
tidak berwujud (intangible assets). Survei yang dilakukan oleh Brooking
Institute pada tahun 1928 di USA mengungkapkan informasi bahwa
proporsi nilai buku aktiva berwujud dalam perusahaan-perusahaan
manufaktur di USA adalah sebesar 62% dari nilai pasar. Sepuluh tahun
kemudian (1992) proporsi tersebut menurun menjadi 38%. Studi yang
1 Solikhah, Badingatus et. Al. “Implikasi Intellectual Capital Terhadap
Financial Performance, Growth dan Market Value; studi empiris dengan
pendekatan sim plistic specification”, Simposium Nasional Akuntansi XIII,
Purwokerto, 2010.
3
dilakukan terkini memperkirakan bahwa di tahun 2000 proporsi tersebut
tinggal berkisar 10% s.d 15%.2 Sehingga dapat dikatakan bahwa bisnis
berdasarkan pada pengetahuan merupakan mesin produksi yang paling
powerful dalam peningkatan kinerja dan nilai perusahaan.
Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan
pengukuran intangible asset tersebut adalah intellectual capital (IC).
Implementasi modal intelektual merupakan sesuatu yang masih baru,
bukan saja di Indonesia tetapi juga di lingkungan bisnis global,
hanya beberapa negara maju saja yang telah menerapkan konsep ini,
contohnya Australia, Amerika dan negara-negara Skandinavia.
Di Indonesia, fenomena IC mulai berkembang terutama setelah
munculnya PSAK No. 19 (revisi 2000) dan PSAK No. 19 (revisi 2009)
tentang aktiva tidak berwujud. Walapun dalam PSAK 19 (revisi 2009)
secara implisit menyinggung mengenai modal intelektual (intellectual
capital), tetapi penelitian mengenai kinerja modal intelektual
(intellectual capital) di Indonesia masih terhitung baru dan dalam dunia
bisnis praktik modal intelektual (intellectual capital) masih belum
diperkenalkan secara luas di Indonesia. Sebab sampai dengan saat
ini, perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung menggunakan basis
2 Mulyadi. “Sistem Terpadu Pengelolaan Kinerja Personel Berbasis Balanced
Scorecard‖. UPP STIM YKPN. Hal.224-225
4
konvensional (conventional based) dalam membangun bisnisnya,
sehingga produk yang dihasilkannya masih miskin teknologi.3
Terbatasnya ketentuan standar akuntansi tentang Intellectual
Capital mendorong para ahli untuk membuat model pengukuran dan
pelaporan Intellectual Capital. Salah satu model yang sangat populer di
berbagai negara adalah Value Added Intellecutal Coefficient (VAICTM
)
yang dikembangkan oleh Pulic (1998).4 Akun-akun yang digunakan
dalam menghitung kinerja IC dengan VAICTM
adalah akun-akun yang
lazim pada perusahaan konvensional.
Perbankan syariah memiliki jenis transaksinya sendiri yang relatif
berbeda dari perbankan umum/konvensional. Sehingga formula
Intellectual Capital untuk perbankan syariah perlu dikembangkan, seperti
formula IB-VAIC yang dikembangkan oleh Ullum. Formula perhitungan
iB-VAIC pada dasarnya tidak banyak berbeda dengan formula VAICTM
yang dirumuskan oleh Pulic (1998). Perbedaan mendasar diantara
keduanya terletak pada akun-akun untuk menghitung VA. Dalam iB-
VAIC, VA dikonstruksi dari akun-akun pendapatan yang semuanya adalah
berbasis syariah, yaitu pendapatan bersih kegiatan syariah dan pendapatan
non-operasional yang syar‟iy.5 Dengan menggunakan formula ini, kinerja
3 Hasna Fatima, “Analisis Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja
Perusahaan di Indonesia”, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2012),
h.3. 4 Ihyaul Ulum, “Intellectual Capital (Model pengukuran, Framework
Pengungkapan dan Kinerja Organisasi) ―, (Malang : UMM PERS, 2015) h.7 5 Ihyaul Ullum, “Model Pengukuran Kinerja Intellectual Capital dengan IB-VAIC
di Perbankan Syariah”,( INFERENSI, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol. 7, No. 1,
Juni 2013) h. 203
5
IC perbankan syariah dapat diukur. Hasil pengukuran tersebut dapat
menjadi indikasi bagi pengambil keputusan tentang bagaimana perusahaan
mengelola IC yang dimiliki untuk memaksimalkan value bagi
perusahaan.6
Perhatian mengenai Intellectual Capital menjadi penting untuk
diteliti karena menurut Kubo dan Saka (2002) dalam Ulum aspek
intelektual, secara keseluruhan karyawan di sektor perbankan lebih
homogen dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya.7 Dari beberapa
penelitian mengenai Intellectual Capital memiliki perbedaan hasil
diantaranya adalah Mahfoudh dan Ku Nor (2014), Ullum (2009) dan Nik
Maheran dan Md Khairu (2009) menunjukan bahwa Intellectual Capital
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Berbeda dengan penelitian
tersebut yang menunjukkan adanya hubungan positif antara Intellectual
Capital dan kinerja keuangan, Firer dan Williams (2003) dan Puji et.al
(2013) menunjukkan bawha Intellectual Capital tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan.
Selain memperbaiki pengungkapan laporan keuangan berupa
pengungkapan IC (intellectual capital), sebuah perusahaan juga dirasa
perlu melakukan penerapan dan pengelolaan corporate governance
yang baik. GCG (Good Corporate Governance) pertama kali dikenalkan
di Indonesia oleh IMF (International Monetary Funds) dalam rangka
6 Ibid.,h. 203
7 Ihyaul Ulum, “Intellectual Capital (Model pengukuran, Framework
Pengungkapan dan Kinerja Organisasi) ―, (Malang : UMM PERS, 2015) h.117
6
pemulihan ekonomi pasca krisis. Krisis yang melanda Asia Timur
pada waktu itu juga berdampak besar pada Indonesia, salah satu
penyebabnya adalah tidak adanya good corporate governance di dalam
pengelolaan perusahaan, dalam kajian yang dilakukan oleh Booz-Allen &
Hamilton pada tahun 1998, index good corporate governance
Indonesia adalah yang paling rendah dibandingkan dengan negara lain di
kawasan tersebut. Kajian tersebut didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh McKinsey tahun 1999 yang meneliti tentang praktek
good corporate governance pada perusahaan-perusahaan di Indonesia.8
Penerapan GCG sangat dipengaruhi oleh perangkat hukum disuatu
negara dalam pemberian perlindungan terhadap kepentingan semua pihak
yang terkait dengan perusahaan. Menurut Yunis (2007 :38) dan Hasan
(2009a: 277) baru sedikit studi yang ditulis mengenai GCG dari perspektif
Islam, Khususnya tentang Governance untuk sektor keuangan syariah,
suatu gejala yang tidak sepatutnya terjadi jika dibandingkan dengan
pertumbuhannya yang cepat dan peranannya yang semakin meningkat
dalam pasar keuangan dunia.9 Sehingga, Pelaksanaan GCG pada tataran
termutakhir dirasakan makin urgen sebagai salah satu upaya untuk
melindungi para pemangku kepentingan dan meningkatkan kepatuhan
8 Ika Kartika, “Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance oleh Dewan
Komisaris, Dewan Direksi, Komite-Komite, Dan Dewan Pengawas Syariah Terhadap
Kinerja Perbankan Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Tahun 2010-2013”, (Skripsi
S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta,
2014), h. 2 9Mal An Abdullah, “Corporate Governance Perbankan Syariah di Indonesia”,
(Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2016) h. 15
7
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilai-nilai etika
yang berlaku umum pada industri perbankan syariah.
Untuk melaksanakan pengelolaan Corporate Governance yang
baik, Bank Indonesia mengatur tentang pelaksanaan Good Corporate
Governance bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah melalui
Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 Tanggal 7
Desember 2009. Dengan ditetapkannya peraturan Good Corporate
Governance pada bank syariah maka Penerapan Good Corporate
Governance dalam perbankan syariah dapat dibutuhkan untuk
melindungi kepentingan dan hak semua Stakeholder, untuk menegakkan
keadilan, kejujuran dan perlindungan terhadap kebutuhan manusia sesuai
dengan Maqasid al-syariah serta membantu bank syariah meminimalisasi
kualitas pembiayaan yang tidak baik, meningkatkan akurasi penilaian
bank, meningkatkan kualitas pengambilan keputusan bisnis, dan
mempunyai sistem deteksi dini terhadap high risk business area, product,
dan services serta meningkatkan kinerja keuangan.
Uraian di atas menjelaskan betapa pentingnya intellectual capital
dan good corporate governance pada suatu perusahaan dalam
menunjang kinerja keuangan, diluar berbagai macam faktor lain yang
memengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Maka peneliti tertarik
untuk mengajukan penelitian dengan judul: "Pengaruh Intellectual
Capital dan Good Corporate Governance terhadap Kinerja
8
Keuangan Perbankan Syariah Di Indonesia ( Studi Kasus Bank
Umum Syariah Periode 2011 – 2014) ”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar balakang di atas, maka diidentifikasikan
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Intellectual Capital di Indonesia masih bersifat Voluntary disclosure
sehingga perusahaan tidak memliki keharusan untuk mengungkapkan
laporan keuangan.
2. Berdasarkan aspek intelektual, secara keseluruhan karyawan di sektor
perbankan lebih homogen dibandingkan dengan sektor ekonomi
lainnya
3. Lemahnya Good Corporate Governance dapat mememunculkan
konflik kepentingan di dalam perusahaan.
4. Pelaporan Good Corporate Governonce pada Bank Syariah merupakan
aturan yang harus dilaksanakan sesuai dengan PBI No 11/33/PBI/2009
dan keberadaannya bisa menjadi tolak ukur dalam penilaian kinerja.
C. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
peneliti akan membatasi permasalahan yang akan diteliti pada
Pengaruh Intellectual Capital dan Good Corporate Governance
9
terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Di Indonesia,
diantaranya adalah:
a. Objek penelitian ini merupakan Bank Umum Syariah yang ada di
Indonesia yang telah mengeluarkan laporan keuangan tahun 2011-
2014 dan Bank tersebut menerapkan sistem Good Corporate
Governance dan mempublikasikan laporan GCG dalam Annual
Report-nya.
b. Data intellectual capital yang digunakan indikatornya berupa
total output, total input, total ekuitas, dan beban karyawan.
c. Data Good Corporate Governance (GCG) yang digunakan
indikatornya adalah Self Assegment
d. Data kinerja keuangan yang digunakan indikatornya adalah Return
on Asset (ROA) dan Net Profit Margin (NPM)
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka diidentifikasikan
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja
keuangan Bank Umum Syariah ?
2. Bagaimana pengaruh Good Corporate Governance terhadap
kinerja keuangan Bank Umum Syariah ?
3. Bagaimana Inttelectual Capital dan Good Corporate
Governance mempengaruhi kinerja keuangan Bank Umum
Syariah secara simultan ?
10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk
mengetahui secara empiris pengaruh Intellectual Capital dan Good
Corporate Governance terhadap kinerja keuangan perbankan
syariah:
1. Menganilisis pengaruh intellectual capital terhadap Kinerja
Bank Umum Syariah.
2. Menganalisis pengaruh Good Corporate Governance terhadap
Kinerja Bank Umum Syariah.
3. Menganilisis pengaruh intellectual capital dan Good Corporate
Governance secara simultan terhadap kinerja Bank Umum Syariah.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Perusahaan
Sebagai acuan perusahaan untuk lebih meningkatkan
pengelolaan Aset tidak berwujud serta fungsi dan kemandirian
dari masing- masing organ corporate perusahaan yaitu Dewan
Komisaris, Direksi, Komite-Komite dan Dewan Pengawas
Syariah sehingga dapat meningkatkan Intellectual Capital serta
kualitas Good Corporate Governance demi meningkatkan kinerja
keuangan khususnya perusahaan yang bergerak di sektor
perbankan berbasis syariah.
11
b. Bagi Institusi
Menambah referensi penelitian di Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
dan diharapkan dapat menambah bukti empiris dari penelitian-
penelitian sebelumnya mengenai praktik Intellectual Capital dan
Good Corporate Governance yang berkaitan dengan kinerja
erusahaan serta dapat dijadikan referensi dalam mengadakan
penelitian lebih lanjut tentang masalah yang sama dan dapat
diterapkan di masa yang akan datang.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana bagi
peneliti untuk menambah pengetahuan, khususnya pengetahuan
tentang hubungan intellectual capital, Good Corporate
Governance dan kinerja perusahaan Bank Umum Syariah di
Indonesia.
d. Bagi Calon Investor
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran dan tambahan informasi kepada investor mengenai
kinerja keuangan perusahaan dengan melihat penerapan
Intellectual Capital dan Good Corporate Governance sehingga
dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi investor untuk
melakukan keputusan investasi pada perusahaan secara tepat
dan menguntungkan di masa yang akan datang.
12
E. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran terkait penelitian serta membuat
penelitian tertib dan terarah maka penulis menyusun sistematika penulisan
yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini memuat tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
review studi terdahulu, kerangka teori dan konseptual, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Kajian teoritis, pada bab ini akan disajikan teori terkait intellectual capital,
penerapan Good Corporate Governance dan kinerja keuangan perbankan
syariah.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai jenis penelitian, jenis dan
sumber data, objek penelitian, metode pengumpulan data, teknik
pengolahan data, definisi operasional variabel beserta pengukurannya serta
metode analisis data yang akan digunakan
BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN
Analisis dan pembahasan, berisi data penelitian mengenai Pengaruh
Intellectual Capital dan Penerapan Good Corporate Governance terhadap
Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Periode 2011-2014
13
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan penulis dari pembahasan-pembahasan yang telah
diuraikan, keterbatasan penelitian serta saran untuk penelitian sejenis.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kinerja Keuangan Perbankan Syariah
1. Pengertian dan Tujuan Kinerja Keuangan
Pengukuran Kinerja keuangan adalah penting sebagai saranan
atau indikator dalam rangka memperbaiki kegiatan operasional
perushaan. Dengan perbaikan kinerja operasional diharapka bahwa
perusahaan dapat mengalami pertumbuhan keuangan yang baik dan
juga dapat bersaing lain lewat efisiensi dan efektivitas. 1
Kinerja perusahaan umumnya diukur berdasarkan pengahasilan
bersih (Laba) atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan
investasi (Return on Invesment) atau penghasilan persaham (Earning
per share).2Pengukaran kinerja keuangan dilakukan bersama dengan
proses analisis. Analisis kinerja keuangan merupakan suatu proses
pengkajian kinerja keuangan secra kritis yang meliputi peninjauan data
keuangan, perhitungan, pengukuran, interprestasi dan pemeberian solusi
terhadap masalah keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu.3
Sehingga, Pengukuran kinerja keuangan merupakan suatu usaha
formal untuk megevaluasi efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam
1Hery,”Analisis Kinerja Manajemen (Menilai Kinerja Manajemen Berdasarkan
Rasio Keuangan)‖ (Jakarta : Grasindo, 2014) h.25 2 Harmono, “Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard Pendekatan
Teori, Kasus dan Riset Bisnis‖, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2014) h. 23 3Op.cit., h.25
15
menghasilkan laba dan posisi kas tertentu. Dengan pengukuran kinerja
keuangan ini dapat dilihat prospek pertumbuhan dan perkembangan
keuangan perusahaan dari megandalakan sumber daya yang
dimilikinya. Perusahaan dikatakakan berhasil apabila perusahaan telah
mencapai suatu kinerja tertentu yang telah ditetapkan.
2. Analisis Kinerja Keuangan
Kinerja perusahaan dapat diukur berdasarka kinerja keuangan
dan non-keuangan. Pegukuran kinerja keuangan yang lazim digunakan
adalah Likuiditas, laverage, aktivitas dan profitabilitas. Sedangkan
ukuran kinerja non-keuangan yang lazim digunakan adalah efisiensi,
kualitas, dan waktu.13
Penelitian terdahulu mengenai pengaruh intellectual capital
terhadap kinerja keuangan sebelumnya telah menggunakan beberapa
rasio-rasio keuangan seperti penelitian Hong Pew Tan, dkk yang
menggunakan Return on Equity (ROE), Earning per Share (EPS)
dan Annual Stock Return (ASR), Fierer dan William; Syed
Najibullah dan pina Puntilo yang menggunakan Market to Book
Ratio, Sarayuth Saengchan menggunakan Return on Asset (ROA) dan
biaya untuk asset/ Cost to Asset (CTA) dan masih banyak penelitian
yang lainnya.14
Dan penelitian mengenai Good Corporate Governance
terhadap kinerja keuangan perusahaan sebelumnya telah menggunakan
13
Ari Purwanti dan Darsono Prawironegoro, “Akuntansi Mnajemen‖, ( Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2013) h. 169 14
Kurniasih,” Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Asuransi Syariah”, (Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, 2014)
h. 32
15
16
rasio keuangan seperti penelitian Gabriel dan Fidelis yang
menggunakan Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA) dan
Tobin‟s Q, dan Pranata yang menggunakan variabel Return on Equity
(ROE) dan Net Profit Margin (NPM).
Dalam penelitian ini, untuk mengukur kinerja keuangan batasan
penelitian yang digunakan yaitu Return on Asset (ROA) dan Net Profit
Margin (NPM). ROA dan NPM dipilih karena berdasararkan penelitian
Mahfoudh dan Ku Nor (2014) dan Ullum (2009) menunjukan bahwa
adanya pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja keuangan yang
diproksikan dengan ROA dan penelitian Pranata (2009) yang
menunjukan bahwa adanya pengaruh Good Corporate Governance
terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROE dan NPM.
Namun, ROE tidak dipilih karena karena total ekuitas yang merupakan
denominator ROE adalah salah satu komponen dari VACA. Jika
menggunakan ROE, maka akan terjadi double countingatas akun yang
sama (yaitu ekuitas), dimana VACA (yang dibangun dari akun „ekuitas‟
dan laba bersih) sebagai variabel independen dan ROE (yang juga
dibangun dari akun „ekuitas‟ dan laba bersih) menjadi variabel
dependen.
17
a. Return on Asset(ROA)
ROA menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari
volume penjualan.15
Ukuran atau rumus yang digunakan adalah
rasio perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total aset.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
memperoleh keuntungan secara keseluruhan.16
Rasio ini
dirumuskan dengan :
Semakin besar rasio ini maka semakin baik. Hal ini berarti
bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.
b. Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin atau marjin laba bersih merupakan
ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba bersih
setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan.
Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas
penjualan.17
Net Profit Margin dihitung dengan menggunakan
pendapatan bersih dibandingkan dengan penjualan. Hal ini
menunjukkan seberapa besarpersentase pendapatan bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini artinya
15
Sofyan Syafri Harahap, “Analisis Kritis atas Laporan Keuangan‖, (Jakarta:
Raja Grafindo, 2013), h.305 16
Veithzal Rivai, dkk.,Bank and Financial Institution Management :
Conventional and Sharia System (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), h.720. 17
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012),
h. 200 .
18
semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba cukup tinggi. Rasio ini dirumuskan dengan :
B. Intellectual Capital
1. Definisi Intellectual Capital
Hsiu-Yueh (Sonya), (2006 : 122) dalam Pawit M Yusuf (2012)
menyimpulkan bahwa di dunia ekonomi bebas seperti sekarang ini,
faktor yang sangat penting kedudukannya dalam kehidupan organisasi
adalah sektor modal intelektual (Intellectual Capital).18
Inttelectual
Capital adalah pengetahuan (Knowladge) dan kemampuan (abality)
yang dimiliki oleh suatu kolektivitas sosial, seperti sebuah organisasi
komunitas intelektual, atau praktik profesional serta intellectual
capital mewakili sumber daya yang bernilai tinggi dan berkemampuan
untuk bertindak yang didasarkan pada pengetahuan.19
Menurut Lary Prusak of Ernts & Young mendefinisikan bahwa
...we can define intellectual capital operationally asIntellectual
material that has been formalized, captured, and leveraged to produce
a higher value.20
Sedangkan,Menurut Stewart (1997) dalam pawit
(2012), modal intelektual di definisikan sebagai bahan intelektual yang
meliputi pengetahuan, informasi, kekayaan intelektual dan pengalaman
18
Pawit M yusup, “Perspektif Manajemen pengetahuan, informasi, komunikasi,
pendidikan, dan Perpustakaan‖, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012) h. 55 19
Moeheriono, “Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi‖, (Jakarta : Rajawali
Pers, 2012), h. 305 20
Harvard Business School. “Managing Knowladge to Fuel Growth‖, (Harvard
Business School Pers, 2007), h. 47
19
yang semuanya bersumber pada manusia, yang diatur untuk digunakan
dalam menciptakan kekayaan dan kinerja perusahaan organisasi.21
Sementara itu Leif Edvinsson seperti yang dikutip oleh
jiptohadi Sawarjuwono dan Agustine Prihatin Kadir (2003)
menyamakan intellectual capital sebagai jumlah dari human capital
dan structural capital (misalnya, hubungan dengan konsumen,
jaringan teknologi informasi dan manajemen).22
Sedangkan Brooking
(2009) dalam Ihyaul ulum (2015) menyatakan bahwa IC adalah istilah
yang diberikan kepada kombinasi dari aset tak berwujud, properti
intelektual, karyawan, dan infrastruktur yang memungkinkan
perusahaan untuk dapat berfungsi.23
Sehingga dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
intellectual capital adalah jumlah dari apa yang dihasilkan dari tiga
elemen utama organisasi (human capital, structural capital, customer
capital) yang mana hal-hal tersebut berkaitan dengan pengetahuan ,
informasi dan teknologi yang dapat menciptakaan kekayaan dan
menambah kinerja perusahaan.
21
Pawit M. Yusup , “Perspektif Manajemen Pengetahuan , Informasi,
Komunikasi, Pendidikan dan Perpustakaan‖, (Jakarta: Raja Grafindo Persada) h. 49 22
jiptohadi Sawarjuwono dan Agustine Prihatin Kadir, "Intellectual Capital:
Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research)", Jurnal Akuntansi &
Keuangan, Vol. 5 No. I (Mei 2003), h. 38. 23
Ihyaul Ulum, ―Intellectual Capital ( Model Pengukuran, framework
pengungkapan, dan kinerja organisasi”, (UMM Pers, 2015), h. 68
20
2. Komponen Intellectual Capital
Banyak praktisi yang menyatakan bahwa intellectual capital
terdiri dari tiga komponen utama (Stewart, 1998; Sveiby, 1997;
Saint -Onge, 1996; Bontis,) yaitu sebagai berikut :24
a. Human Capital sebagai modal manusia, Human Capital
merupakan Lifebood dalam modal intelektual.25
Secara harfiah
pengertian modal manusia (Human Capital ) adalah
pengetahuan (Knowladge), keahlian (Expertise), kemampuan
(Abality) dan keterampilan (Skill) yang menjadikan manusia
(karyawan) sebagai modal atau aset suatu perusahaan. Pada
konsep human capital, organisasi memperlakukan orang
bukan sebagai faktor biaya, melainkan sebagai aset.
Artinya, organisasi menganggap setiap biaya yang dikeluarkan
untuk pengembangan sumber daya manusia adalah investasi,
yang pada akhirnya biaya-biaya tersebut akan memberikan
hasil pada organisasi.26
Jika perusahaan memeperlakukan
karyawan sebagai modal maka perusahaan akan mendapat
keuntungan yang lebih besar ketimbang hanya memperlakukan
karyawan sebagai sumber daya (Human Resource).27
Sehingga
24
Moehariono,” Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi‖, (Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2014). h.305 25
Ibid.,h.305 26
Parulian Hutapea dan Nurianna Thoha Kompetensi, “Kompetensi Plus Teori
Desain, Kasus dan Penerapan untuk HR serta Organisasi yang Dinamis‖, (Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 108. 27
Chr. Jimmy L. Gaol, “Human Capital Manajemen Sumber Daya
Manusia‖,(Jakarta : Gramedia, 2015), h. 696
21
Dari human capital inilah perusahaan dapat menghasilkan
value added.
b. Structural Capital atau Organizational Capital sebagai modal
organisasi, Structural capital merupakan kemampuan
organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas
perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan
untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta
kinerja bisnis secara keseluruhan.28
Menurut Sawarjuwono
dan Kadir structural capital adalah infrastruktur yang
dimiliki oleh suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan
operasional perusahaan. Termasuk dalam structural capital
misalnya: sistem operasional perusahaan, proses
manufacturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan
semua bentuk intellectual property yang dimiliki
perusahaan.29
Menurut Suhendah, structur capital timbul dari proses dan
nilai organisasi yang mencerminkan fokus internal dan eksternal
perusahaan disertai pengembangan dan pembaharuan nilai
untuk masa depan.30
28
Moehariono,” Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi‖, (Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2014). h.306 29
jiptohadi Sawarjuwono dan Agustine Prihatin Kadir, "Intellectual Capital:
Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research)", Jurnal Akuntansi &
Keuangan, Vol. 5 No. I (Mei 2003), h. 38 30
Suhendah dan Rousilita, “Pengaruh Intellectual Capital terhadap
Profitabilitas, Produktivitas dan Penilaian Pasar pada Perusahaan yang Go Public
di Indonesia pada Tahun 2005-2007.”, Simposium Nasional Akuntansi XV,
Banjarmasin, 2012, h. 17
22
c. Ralational Capital atau Costumer Capital sebagai modal
pelanggan, elemen ini merupakan modal intelektual yang
memeberikan nilai secara nyata.31
Menurut Hubert Saint Onge
memberikan definisi Costumer Capital sebagai kedalaman
(penetrasi), kelebaran (cakupan), dan keterkaitan (loyalitas)
dari perusahaan. Kemudian, Costumer Capital adalah
kecenderungan pelanggan suatu perusahaan untuk tetap
melakukan bisnis dengan perusahaan tersebut.32
Perusahaan
harus mampu menciptakan barang dan jasa yang berbeda dan
memiliki nilai lebih dimata konsumen. Customer capital
juga meliputi kemampuan mengidentifikasi pasar yang ingin
di bidik dan memprediksikan perusahaan dalam pasar. Hal ini
dapat tercipta melalui pengetahuan karyawan yang diproses
dengan modal struktural yang akhirnya menghasilkan
hubungan yang baik dengan pihak luar.33
3. Manfaat Intellectual Capital
Pengelolaan intellectual capital akan memberikan
keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Selain itu, pengelolaan
IC juga memberikan beberapa manfaat sebagai berikut34
:
31
Moehariono,” Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi‖, (Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2014). h.306 32
Ibid. h.307 33
Ambar Widiyaningrum, “Modal Intelektual”, Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia Departemen Akuntansi FEUI Vol. 1 (2004), h.5 34
Arifiningtiyas Widyaningrum,” Pengaruh Audit Internal, Intellectual
Capital,Dan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan‖(Skripis Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNY,2014) h. 37
23
1.) Memberikan informasi yang menceritakan kemampuan
perusahaan dan kemampuan perusahaan tersebut dalam
melakukan aktivitas dengan baik.
2.) Memberikan informasi untuk mengenali usaha-usaha
manajemen dalam pengembangan kondisi pengetahuan yang
dimiliki perusahaan.
3.) Memberikan informasi mengenai pengembangan sumber
pengetahuan yang dimiliki perusahaan.
Menurut Taliyang,dkk pengungkapan modal intektual
dalam laporan tahunan akan memberikan sejumlah manfaat
bagi perusahaan, seperti membantuperusahaan dalam
memformulasikan strategi, menilai strategi perusahaan,
membantu prioses pembuatan keputusan ekspansi dan
diverfikasi, dan dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan kompensasi bagi External
Stakeholders.35
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
manfaatnya yaitu memberikan informasi mengenai
kemampuan perusahaan dalam menjalankan usahanya
dengan baik, mengetahui kondisi pengetahuan perusahaan dan
pengembangannya.
35
Lina”Faktor-Faktor Penentu Pengungkapan Modal Intelektual‖ (Media Riset
Akuntansi, Vol 3 No.1 februari 2013) h.51
24
4. Pengukuran Intellectual Capital
Berbagai pendapat mengenai apakah pengukuran
Intellectual Capital dapat dilakukan atau tidak, masih menjadi
kontroversi. Namun demikian, Dave Urlich dapat memberikan
alternatif pengukuran tersebut, menurutnya, Intellectual Capital
merupakan perkalian komitmen dan kompetensi pekerja dalam
melakukan pekerjaannya.36
Pulic pada tahun 1997
mengembangkan metode untuk mengukur kinerja intellctual
Capital perusahaan yang diberi nama VAIC. VAIC™ yang
dikonstruksikan oleh Pulic digunakan untuk menilai kinerja IC
pada perusahaan konvensional (private sector, profit motive, non
syariah).37
Pendekatan ini relatif mudah dan sangat mungkin untuk
dilakukan, karena dikonstruksikan dari akun-akun dalam laporan
keuangan. Karena perkembangan perbankan syariah semakin
berkembang maka, diperlukan formula untuk menghitung
Inttelectual Capital untuk perbankan Syariah.
Dalam penelitiannya, Ulum (2013) memformulasikan
model penilaian kinerja IC untuk perbankan syariah yang
dinamakan IB-VAIC (Islamic Banking Value Added Intellectual
Coefficient) yang mana merupakan modifikasi dari model yang
telah ada yaitu VAIC. VAIC didesain untuk mengukur kinerja IC
36
Moehariono,” Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi‖, (Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2014). h.308 37
Ihyaul Ulum, ―Intellectual Capital ( Model Pengukuran, framework
pengungkapan, dan kinerja organisasi”, (UMM Pers, 2015), h. 117
25
perusahaan-perusahaan dengan jenis transaksi yang umum.
Sementara perbankan syariah memiliki jenis transaksinya sendiri
yang relatif berbeda dari perbankan umum/konvensional. iB-
VAIC dikonstruksikan oleh Ulum (2013) dengan berdasarkan pada
akun-akun laporan keuangan bank syariah di Indonesia,
tahapannya adalah sebagai berikut :38
1. Menghitung Value Added (VA)
Tahap pertama dengan menghitung iB-Value Added (iB-
VA). IB VA dihitung dengan menggunakan cara yaitu sebagai
berikut :
iB-VA = OUT – IN
Keterangan:
OUT (Output): Total pendapatan, diperoleh dari:
a. Pendapatan bersih kegiatan syariah = pendapatan operasi
utama kegiatan syariah + pendapatan operasi lainnya - hak
pihak ketiga atas bagi hasil dan syirkah temporer.
Pendapatan operasi utama kegiatan syariah terdiri:
1) Pendapatan penyaluran dana
a) Dari pihak ketiga bukan bank
b) Pendapatan dari jual beli (pendapatan marjin
murabahah)
38
Ihyaul Ulum, ―Intellectual Capital ( Model Pengukuran, framework
pengungkapan, dan kinerja organisasi”, (UMM Pers, 2015), h. 117
26
c) Pendapatan bersih salam parallel
d) Pendapatan bersih istishna parallel
e) Pendapatan sewa ijarah
f) Pendapatan pendapatan bagi hasil musyarakah
g) Pendapatan bagi hasil mudharabah
h) Pendapatan dari penyertaan lainnya
2) Dari Bank Indonesia
a) Bonus SBIS
b) Lainnya
3) Dari bank-bank lain di Indonesia
a) Bonus dari bank syariah lain
b) Pendapatan bagi hasil mudharabah
c) Tabungan mudharabah
d) Deposito mudharabah
e) Sertifikat investasi mudharabah antar bank
f) Lainnya
a. Pendapatan operasi lainnya
1) Jasa investasi terikat (mudharabah muqayyadah)
2) Jasa layanan
3) Pendapatan dari transaksi valuta asing
4) Koreksi PPAP
5) Koreksi penyisihan penghapusan transaksi rek.
Administrasi
27
6) Lainnya
b. Hak pihak ketiga atas bagi hasil syirkah temporer
1) Pihak ketiga bukan bank
a) Tabungan mudharabah
b) Deposito mudharabah
c) Lainnya
2) Bank Indonesia
a) FPJP syariah
b) Lainnya
3) Bank-bank lain di Indonesia dan di luar Indonesia
a) Tabungan mudharabah
b) Deposito mudharabah
c) Sertifikat investasi mudharabah antar bank
d) Lainnya
b. Pendapatan non operasional
IN (input): Beban usaha/operasional dan beban non
operasional kecuali beban kepegawaian/karyawan
Beban usaha/operasional kecuali beban kepegawaian
1. Beban penyisihan kerugian asset produktif-bersih
2. Beban estimasi kerugian komitmen dan kontijensi
3. Beban operasi lainnya
a. Beban bonus titipan wadiah
b. Beban administrasi dan umum
28
c. Beban penurunan nilai surat nerharga
d. Beban transaksi valuta asing
e. Beban promosi
f. Beban lainnya
Value added(iB-VA) juga dapat dihitung dari akun-akun perusahaan sebagai
berikut:
iB-VA= OP + EC + D + A
Keterangan:
OP : operating profit (laba operasi/laba usaha)
EC : employee costs (beban karyawan)
D : depreciation(depresiasi)
A : amortization (amortisasi)
2. Menghitung iB-Value Added Capital Employed (iB-VACA)
Tahap kedua dengan menghitung Value Added Capital Employed
(iB-VACA). iB-VACA adalah indikator untuk iB-VA yang diciptakan oleh
satu unit dari human capital. Rasio ini menunjukkan kontibusi yang dibuat
oleh setiap unit dari CE terhadap value added perusahaan.
iB-VACA =
Keterangan:
iB-VACA :Value Added Capital Employed: rasio dari iB-VA terhadap CE
iB-VA :value added
CE : Capital Employed: dana yang tersedia (total ekuitass)
29
3. MenghitungiB-Value Added Human Capital(iB-VAHU)
iB-VAHU menunjukkan berapa banyak iB-VA dapat dihasilkan
dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini
menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang
diinvestasikan dalam HC terhadap value addedorganisasi.
iB-VAHU =
Keterangan :
iB-VAHU :Value added Human Capital: rasio dari iB-VA terhadap HC
iB-VA :Value added
HC : Human capital: beban karyawan
4. MenghitungStructural Capital Value Added(iB-STVA)
Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk
menghasilkan satu rupiah dari iB-VA dan merupakan indikasi
bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.
iB-STVA =
Keterangan :
STVA : Structural Capital Value Added: rasio dari SC terhadap IB-VA
SC : Structural capital: IB-VA – HC
IB-VA : Value Added
5. Menghitung Value Added Intellectual Coefficient (iB-VAIC™)
IB-VAIC™ mengindikasikan kemampuan intelektual
organisasi yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business
30
Performance Indikator). iB-VAIC™ merupakan penjumlahan dari tiga
komponen sebelumnya, yaitu iB-VACA, iB-VAHU, dan iB-STVA.
iB-VAIC™ = iB-VACA + IB-VAHU + iB-STVA
iB-VAIC yang dirumuskan dalam penelitian ini dapat digunakan
untuk mengukur kinerja IC perbankan syariah di Indonesia. Perhitungan
yang berbasis pada akun-akun dalam laporan keungan tradisional ini
akan dengan mudah dapat dilakukan dan dapat memberikan gambaran
tentang kinerja IC yang dimiliki oleh perbankan syariah.
C. Good Corporate Governance
1. Pengertian Good Corporate Governance.
Istilah “Corporate Governance‖ pertama diperkenalkan
Cadbury Commite tahun 1992 dalam laporan yang dikenal
Cadbury Report. Laporan ini sebagai titik balik yang menentukan
bagi praktik Corporate Governance di seluruh dunia.
Corporate Governance: ...the System by which
organizations are directed and controlled. 39
Suatu sistem yamg
berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi.
Sedarmayanti mendefinisikan Corporate Governance adalah
sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan
antara berbagai pihak yang berkepentingan terutama dalam arti
39
Sedarmayanti,”Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) dan Good
Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik)‖, (Bandung: Mandar Maju,
2007) h. 53
31
sempit, hubungan anatara pemegang saham, dewan komisaris, dan
dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi.40
Forum for Corporate Governance in Indonesia(FCGI)
mendefinisikan GCG sebagai seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola)
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para
pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang
berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan
kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan.41
Menurut Word Bank dalam Muhammad ( 2014) Good
Corporate Governance merupakan kumpulan hukum, peraturan da
kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat medorong kinerja
sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan
nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para
pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.42
Sedangkan, dalam Peraturan Bank Indonesia No.
11/33/PBI/2009 dinyatakan bahwa good corporate governance
adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip
keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),
40
Sedarmayanti,”Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) dan Good
Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik)‖, (Bandung: Mandar Maju,
2007) h. 54 41
Ibid., h. 52-53 42
Muhammad,”Manajemen Keuangan Syariah (Analisis Fiqh dan
Keuangan)‖,(Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2014), h. 652
32
pertanggungjawaban (responsibility), professional (professional),
dan kewajaran (fairness).43
2. Landasan Hukum Good Corporate Governance
Penerapan Corporate Governance yang baik (good
corporate governance,GCG ) telah menjadi kewajiban semua bank
umum yang beroperasi di Indonesia. kewajiban itu ditetapkan
melalui peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor 8/4/PBI/2006, yang
kemudian diubah dengan PBI nomor 8/14/PBI/2006 tanggal 5
Oktober 2006 (selanjutnya PBI-2006) tentang pelaksanaan Good
Corporate Governance bagi bank umum. Perlakuan itu berlaku
untuk semua bank umum, termasuk bank umum syariah (BUS),
dan bank umum konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah
(UUS).
Khusus untuk perbankan syariah, kewajiban tersebut
dicantumkan dalam pasal 34 Undang-undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah yang mewajibkan perbankan
syariah untuk melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik
berdasarkan prinsip GCG, karena ketidaksesuaian tata kelola
bank dengan prinsip syariah akan berpotensi menimbulkan
berbagai resiko terutama resiko reputasi bagi perbankan syariah.
Dalam perkembangan terakhir, Bank Indonesia pada 7
desember 2009 telah menerbitkan PBI nomor 11/33/PBI/2009
43
Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 tentang
Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, h.5
33
tentang pelaksanaan GCG bagi Bank umum syariah (BUS) dan
Unit usaha syariah ( UUS), ( selanjutnya ditulis PBI-2009), yang
diberlakukan sejak 1 Januari 2010. Kemudian agar good Corporote
Governance dapat terukur, pada tanggal 30 April 2010 Bank
Indonesia mengeluarkan Surat Edaran BI No. 12/13/DPbS
perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dengan perhitungan nilai
komposit Self Assessment GCG.
Pada 3 November 2011, KNKG meluncurkan Pedoman
GGBS. Dengan diluncurkannya GGBS, maka pedoman ini akan
menjadi pedoman pelaksanaan tata kelola perusahaan lembaga
keuangan syariah khususnya bank syariah di Indonesia.
Dengan menjalankan GGBS ini diharapkan bisnis yang
dijalankan oleh bank syariah akan lebih efektif. Selanjutnya
pelaksanan GCG pada bank syariah juga diatur dalam POJK nomor
8/POJK.03/2014 tentang penilaian tingkat kesahatan Bank umum
syariah dan Unit usaha syariah dalam rangka meningkatkan
efektivitas penilaian tingkat kesehatan bank untuk menghadapi
perubahan kompleksitas usaha dan profil risiko yang dapat berasal
dari bank maupun dari perusahaan anak bank dan sebagai
penyempurnaan penilaian tingkat kesehatan bank dengan
pendekatan berdasarkan risiko (Risk-based Bank Rating).
34
3. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
Dalam kaitan tumbuhnya kesadaran akan perntingnya
Corporate Goernance ,maka OECD telah mengembangkan prinsip
Good Corporate Governance dan dapat diterapkan secara luwes
sesuai dengan keadaan, budaya dan tradisi masing-masing negara.
Prinsip-prinsip dasar Good Corporate Governance (GCG)
meliputi :
a. Fairness (Kewajaran)
Perlakukan yang sama terhadap pemegang saham, terutama
kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham
asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta
melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan
saham oleh orang dalam.
b. Discloure dan Transparency ( Transparansi)
Hak pemegang saham, yang harus diberi informasi benar
dan tepat waktu mengenai perusahaan, dapat berperan serta
dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan
mendasar atas perusahaan dan meperoleh bagian
keuntungan perusahaan. Pengungkapan yang akurat dan
tepat waktu serta transparansi mengenai semua hal penting
bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta pemegang
kepentingan.
35
c. Accountability ( Akuntanbilitas)
Tanggung jawab manajemen melalui pengawan efektif
berdaarkan keeimbangan kekuasaan anatara manajer,
pemegang saham, dewan komisaris dan auditor, merupakan
bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada perusahaan
dan pemegang saham
d. Responsibility ( Responsibilitas)
Peran pemegang saham harus diakui sebagaimana
ditetapkan oleh hukum dan kerja sama yang akatif antara
perusahaan serta pemegang kepentingan dalam
menciptakan kekayaan, lapangan kerja dan perusahaan
yang sehat dari aspek keuangan.
Keempat prinsip tersebut penting karena penerapan prinsip
good corporate governance secara konsisten terbukti dapat
meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi
penghambat kinerja perusahaan baik yang sifatnya kinerja finansial
maupun non finansial akan juga turut membaik.44
Sedangkan prinsip GCG dalam perbankan syariah sebagaimana
dalam Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 adalah bahwa
prinsip-prinsip dalam GCG bahwa harus menerapkan prinsip
keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), profesional
(professional), kewajaran (fairness), dan pertanggungjawaban
44
Thomas S. Khaihatu, “Good Corporate Governance dan Penerapannya
di Indonesia”, (Surabaya: Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol. 8, no. 1: 1-9.
2006), h. 2.
36
(responsibility). Selain itu Prinsip dasar pelaksanaan GCG ini juga
dijelaskan dalam pedoman Good Governance Bisnis Syariah (GGBS).
Prinsip ini dapat dijelaskan sebagai berikut:45
1) Transparasi
Transparansi adalah keterbukaan dalam mengemukakan
informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam
proses pengambilan keputusan. 46
Berdasarkan prinsip syariah yang
ditegaskan dalam surat al-Baqarah/2: 282
45
Pedoman Umum Good Governance Bisnis Syariah (GGBS) dikeluarkan oleh
KNKG (2011), h. 16 46
Penjelasan Atas PBI No. 11/33/PBI/2009 Tentang Pelaksanaan GCG Bagi
BUS dan UUS pada bagian Umum.
37
―Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian bermuamalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kalian
menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kalian
menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu
mengimlakan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
sedikit pun dari utangnya. Jika yang berutang itu orang yang
lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak
mampu mengimlakan, maka hendaklah walinya mengimlakan
dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari
orang-orang lelaki (di antara kalian). Jika tak ada dua orang
lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari
saksi-saksi yang kalian ridai, supaya jika seorang lupa, maka yang
seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan
(memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah
kalian jemu menulis utang itu, baik kecil maupun besar sampai
batas waktu membayarnya. Yang demikian itu lebih adil di sisi
Allah dan lebih dapat menguatkan kesaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguan kalian. (Tulislah muamalah
kalian itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai yang
kalian jalankan di antara kalian; maka tak ada dosa bagi kalian,
(jika) kalian tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kalian
berjual-beli; dan janganlah penulis dan saksi saling menyulitkan.
Jika kalian lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu
adalah suatu kefasikan pada diri kalian. Dan bertakwalah kepada
Allah; Allah mengajar kalian; dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.‖
Berdasarkan ayat di atas, maka semua transaksi harus
dilakukan secara transparan. Tranparansi (transparency)
mengandung unsur pengungkapan (disclosure) dan penyediaan
informasi yang memadai dan mudah diakses oleh pemangku
kepentingan. Transparansi diperlukan agar pelaku bisnis syariah
menjalankan bisnis secara objektif dan sehat. Pelaku bisnis syariah
38
harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya
masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundangan, tetapi juga
hal yang penting untuk pengambilan keputusan yang sesuai dengan
ketentuan syariah.
2) Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan asas penting dalam bisnis syariah
sebagaimana tercermin dalam surat al-Isra/17: 84 yang berbunyi :
―Katakanlah, "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaan-nya
masing-masing.‖ Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang
lebih benar jalannya.‖
. dan dalam surat al-Isra/17: 36 yang berbunyi:
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Semua itu akan diminta
pertanggungjawabannya.‖
Akuntabilitas (accountability) mengandung unsur kejelasan
fungsi dalam organisasi dan cara mempertanggungjawabkannya.
Pelaku bisnis syariah harus dapat mempertanggungjawabkan
kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu bisnis syariah
harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan
pelaku bisnis syariah dengan tetap memperhitungkan pemangku
39
kepentingan dan masyarakat pada umumnya. Akuntabilitas
merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan.
3) Responsibilitas
Dalam hubungan dengan asas responsibilitas
(responsibility), pelaku bisnis syariah harus mematuhi peraturan
perundangan dan ketentuan bisnis syariah, serta melaksanakan
tanggung-jawab terhadap masyarakat dan lingkungan.
Tanggungjawab atas perbuatan manusia dilakukan baik di dunia
maupun di akhirat, yang semuanya direkam dalam catatan yang
akan dicermatinya nanti, sebagaimana firman Allah Swt dalam
surat al-Isra/17: 14 yang berbunyi :
―Bacalah kitabmu (laporan pertanggungjawabanmu). Cukuplah
kamu pada waktu itu mengevaluasi dirimu sendiri.‖
Dengan pertanggungjawaban ini maka entitas bisnis
syariah dapat terpelihara kesinambungannya dalam jangka panjang
dan mendapat pengakuan sebagai pelaku bisnis yang baik (good
corporate citizen).
4) Independensi
Dalam hubungan dengan asas independensi (independency),
bisnis syariah harus dikelola secara independen sehingga masing-
masing pihak tidak boleh saling mendominasi dan tidak dapat
40
diintervensi oleh pihak manapun. Independensi terkait dengan
konsistensi atau sikap istiqomah yaitu tetap berpegang teguh pada
kebenaran meskipun harus menghadapi risiko. Sebagaimana
firman Allah dalam surat Fushshilat/41: 30 yang berbunyi :
" Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami
ialah Allah, " kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka,
maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan),
"Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih;
dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah
dijanjikan Allah kepadamu‖
5) Kewajaran dan Kesetaraan
Kewajaran dan kesetaraan (fairness) mengandung unsur
kesamaan perlakuan dan kesempatan. Allah Swt berfirman dalam
surat al-Maidah/5: 8, yang berbunyi:
―Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian jadi orang-
orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menja-di
saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencian kalian
terhadap sesuatu kaum mendorong kalian untuk berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kalian kerjakan‖
41
Fairness atau kewajaran merupakan salah satu manifestasi adil
dalam dunia bisnis. Setiap keputusan bisnis, baik dalan skala
individu maupun lembaga, hendaklan dilakukan sesuai kewajaran
dan kesetaraan sesuai dengan apa yang biasa berlaku, dan tidak
diputuskan berdasar suka atau tidak suka. Pada dasarnya, semua
keputusan bisnis akan mendapatkan hasil yang seimbang dengan
apa yang dilakukan oleh setiap entitas bisnis, baik di dunia maupun
di akhirat. Dalam usul fikih terdapat sebuah kaidah yang
diturunkan dari sabda Rasulullah Saw, al-kharaj bidhdhaman yang
artinya bahwa usaha adalah sebanding dengan hasil yang akan
diperoleh, atau dapat pula dimengerti sebagai risiko yang
berbanding lurus dengan pulangan (return). Dalam melaksanakan
kegiatannya, Pelaku bisnis syariah harus senantiasa memperhatikan
kepentingan semua pemangku kepentingan, berdasarkan asas
kewajaran dan kesetaraa.
Dengan adanya penerapan prinsip ini secara baik maka hal
ini akan menjadi nilai tambah bagi perbankan syariah dalam
mengembangkan usahanya di masa mendatang.
4. Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance
Tujuan dan Manfaat GCG dijelaskan pada Pedoman Umum
Good Corporate Governance Indonesia, yaitu:47
47
Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia dikeluarkan oleh
Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006, h. 2
42
1) Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui
pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan
kesetaraan.
2) Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-
masing organ perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan
Rapat Umum Pemegang Saham.
3) Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan
anggota Direksi agar dalam membuat keputusan dan
menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi
dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
4) Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan
terutama di sekitar perusahaan.
5) Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham
dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
6) Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun
internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang
dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi
nasional yang berkesinambunga
5. Mekanisme Good Corporate Governance
Menurut Barnhat dan Rosentein ( 1998) dalam Vinola
(2008) , Mekanisme corporate governancedibagi menjadi dua
43
kelompok48
: (1) Berupa internal mechanism (mekanisme internal)
seperti komposisi dewan direksi/ komisaris, kepemilikan
manajerial dan kompensasi eksekutif (2) external mechanisms
seperti pengendalian oleh pasar dan level debt financing.
..... The mechanisms available to ensure economic
efficiency are manifold and comprise: (i) the market for corporate
control (both the hostile takeover market and the market for partial
control), (ii) large shareholder and creditor (in particular bank)
monitoring, (iii) internal control mechanisms such as the board of
directors, various non-executive committees and the design of
executive compensation contracts, and (iv) external mechanisms
such as product–market competition, external auditors and the
regulatory framework of the corporate law regime and stock
exchanges.49
Mekanisme untuk memastikan efisiensi ekonomi
banyak ragamnya, terdiri dari: ( i ) pasar untuk kontrol perusahaan
( baik pasar pengambilalihan dan pasar untuk kontrol parsial ) , ( ii
) pemegang saham besar dan kreditur ( di bank tertentu )
pemantauan , ( iii ) mekanisme kontrol internal seperti dewan
direksi, berbagai komite non - eksekutif dan kompensasi eksekutif ,
dan ( iv ) mekanisme eksternal seperti persaingan produk - pasar ,
48
Vinola Herawaty , “Peran Praktek Corporate Governance Sebagai
Moderating Variable dari Pengaruh Earnings ManagementTerhadap Nilai Perusahaan”
(Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.10, No. 2, November 2008: 97-108), h.101 49
Kevin Keasey, Steve Thompson dan Mike Wright, “Corporate Governance
(Accountability, Enterprise and International Comparisons)”, ( England: John Wiley &
Sons Ltd, 2005), h. 285
44
auditor eksternal dan kerangka peraturan dari rezim hukum
perusahaan dan pasar saham.
Dalam penerapan good corporate governance pada
perbankan dibutuhkan unsur yang mendukung. Adapun unsur-
unsur tersebut adalah:50
a. Corporate governance- internal perusahaan
Unsur-unsur yang berasal dari perusahaan adalah:
1. Pemegang saham;
2. Direksi;
3. Dewan komisaris;
4. Manajer;
5. Karyawan;
6. Sistem remunerasi berdasarkan kinerja;
7. Komite audit.
b. Corporate governance- eksternal perusahaan
Unsur-unsur yang berasal dari luar perusahaan
adalah:
1. Kecukupan undang-undang dari perangkat hukum;
2. Investor;
3. Institusi penyedia informasi;
4. Akuntan publik;
5. Pemberi pinjaman;
50
Endang Siti Arbaina, “Penerapan Good Corporate Governance pada
Perbankan di Indonesia‖, (Universitas Negeri Surabaya) h. 7
45
6. Institusi yang memihak kepentingan publik bukan
golongan;
7. Lembaga yang mengesahkan legalitas.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/ 33/PBI/2009
Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum
Syariah Dan Unit Usaha Syariah Pasal 2 ayat 3 mengenai Ketentuan
Umum bahwa pelaksanaan GCG paling kurang harus diwujudkan
dalam pelaksanaan tugas da tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah. Sehingga Khusus untuk perbankan syariah, maka unsur
tersebut ditambah oleh adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang
bertugas untuk mengawasi kegiatan perbankan yang harus sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah (shariah compliance).
6. Good Corporate Governance pada Perbankan Syariah
Seiring dengan perkembangan industri perbankan
syariah khususnya di Indonesia antara lain di tandai dengan
semakin beragamnya produk perbankan syariah dan
bertambahnya sekmen pasar pelayanan perbankan syariah,
maka penerapan Good Corporate Governance di lembaga
perbankan syariah menjadi sebuah ke harusan yang tak
terbantahkan. Bahkan bank- bank syariah harus tampil sebagai
pionir terdepan dalam mengimplementasikan Good Corporate
Governance tersebut.
46
Hal ini lebih ditujukan kepada adanya tanggung jawab
publik (public accountability) berkaitan dengan kegiatan
operasional bank yang diharapkan benarbenar mematuhi
ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dalam hukum positif. Di
samping itu juga berkaitan dengan kepatuhan bank syariah
terhadap prinsip-prinsip syariah sebagaimana yang telah digariskan
dalam al-Quran, Hadis, dan Ijmak para ulama.51
Khusus dalam perbankan syariah dikenal adanya prinsip-
prinsip syariah yang mendukung bagi terlaksananya prinsip GCG
dimaksud, yakni keharusan bagi subjek hukum termasuk bank
untuk menerapkan prinsip kejujuran (shiddiq), edukasi kepada
masyarakat (tabligh), kepercayaan (amanah), dan pengelolaan
secara profesional (fathanah). Shiddiq berartimemastikan bahwa
pengelolaan bank syariah dilakukan dengan moralitas yang
menjunjung tinggi nilai kejujuran. Dengan nilai ini pengelolaan
dana masyarakat akan dilakukan dengan mengedepankan cara-cara
yang diperkenankan (halal) serta menjauhi caracara yang
meragukan (subhat) terlebih lagi yang bersifat dilarang (haram).
Dengan demikian penerapan GCG pada bank syariah
diharapkan semakin meningkatnya kepercayaan publik kepada
bank syariah, pertumbuhan industri jasa keuangan Islam dan
stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan akan senantiasa
51
Aldira Maradita,‖ Karakteristik Good Corporate Governance pada Bank
Syariah dan Bank Konvensional” (Yuridika : Volume 29 No 2, Mei-Agustus 2014) h.193
47
terpelihara, dan keberhasilan industri jasa keuangan Islam dalam
menerapkan GCG akan menempatkan lembaga keuangan Islam
sejajar dengan lembaga keuangan internasional lainnya.
7. Penilaian Self Assessment Good Corporate Governance Bank
Umum Syariah di Indonesia
Berdasarkan PBI No. 11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember
2009 dan Surat Edaran BI No. 12/13/DPbS tanggal 30 April
2010 perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, perhitungan nilai
komposit Self Assessment GCG adalah sebagai berikut :
a. Penilaian atas pelaksanaan GCG bagi BUS, dilakukan
terhadap 11 (sebelas) faktor sebagai berikut:
1) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris;
2) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi;
3) Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite;
4) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah;
5) Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatan penghimpunan
dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa;
6) Penanganan benturan kepentingan;
7) Penerapan fungsi kepatuhan;
8) Penerapan fungsi audit intern;
9) Penerapan fungsi audit ekstern;
48
10) Batas Maksimum Penyaluran Dana; dan
11) Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS,
laporan pelaksanaan GCG serta pelaporan internal;
b. Menyusun analisis self assessment,
dengan cara membandingkan pemenuhan setiap
Kriteria/Indikator dengan kondisi Bank berdasarkan data dan
informasi yang relevan. Berdasarkan hasil analisis tersebut
ditetapkan peringkat masing-masing Kriteria/Indikator. Adapun
kriteria peringkat adalah sebagai berikut:
1) Peringkat 1: hasil analisis self assessment menunjukkan
bahwa pelaksanaan GCG Bank sangat sesuai dengan
Kriteria/Indikator.
2) Peringkat 2: hasil analisis self assessment menunjukkan
bahwa pelaksanaan GCG Bank sesuai dengan
Kriteria/Indikator.
3) Peringkat 3: hasil analisis self assessment menunjukkan
bahwa pelaksanaan GCG Bank cukup sesuai dengan
Kriteria/Indikator.
4) Peringkat 4: hasil analisis self assessment menunjukkan
bahwa pelaksanaan GCG Bank kurang sesuai dengan
Kriteria/Indikator.
49
5) Peringkat 5: hasil analisis self assessment menunjukkan
bahwa pelaksanaan GCG Bank tidak sesuai dengan
Kriteria/Indikator.
c. Untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor, Bank
mengalikan peringkat dari masing-masing faktor dengan bobot
tertentu. Bobot masing-masing faktor ditetapkan sebagaimana
tabel berikut:
Tabel 2.1
Bobot Perhitungan Nilai Komposit Self Assessment GCG
Menurut Bank Indonesia
No Faktor Bobot
(%)
1 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
Dewan Komisaris
12.50
2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
Direksi
17.50
3 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas
komite
10.00
4 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
DewanPengawas Syariah
10.00
5 Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam
kegiatanpenghimpunan dana dan
penyaluran dana sertapelayanan jasa
5.00
6 Penanganan benturan kepentingan 10.00
7 Penerapan fungsi kepatuhan Bank 5.00
8 Penerapan fungsi audit intern 5.00
9 Penerapan fungsi audit ekstern 5.00
Top Related