i
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BERBASIS KARAKTER DI SMP MUHAMMADIYAH PLUS
SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
Feli Ardiansah
NIM. 111-14-020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
نسان لفي خسر ﴾١﴿والعصر ﴾٢﴿إن ال الحات وتواصوا بالحق إل الذين آمنوا وعملوا الص
بر ﴾٣﴿وتواصوا بالص
“Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian.
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran.”
(Q.S Al-Asr: 1-3).
vii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat serta karunia-Nya
sekripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayah dan Ibuku tercinta, Suswadi dan Sadem yang selalalu mendo’akan,
menasehati, mengasihi, dan menyayangiku.
2. Adik-adiku, Toto Hariswan dan Cintia Damayani yang menemaniku dan
memberikanku arti kehidupan.
3. Calon pendamping hidupku kelak yang akan hidup bersama dalam penuh
keimanan dan kebahagiaan.
4. Keluarga besar Organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) kota
Salatiga yang telah memberikan fasilitas dan tempat untuk
mengembangkan bakat dan KNPI (Komisi Nasional Pemuda Indonesia)
Daerah Salatiga.
5. Teman-teman BEM IAIN Salatiga DEMA FTIK, SEMA Institut IAIN
Salatiga.
6. Teman dan sahabat seperjuangan PAI angkatan 2014.
7. Keluarga besar Masjid Nurus Sa’adah Diliko Indah dan Remaja Dliko
Indah.
8. Santriwan dan santriwati pondok Nurul Asna tempat untuk menimba ilmu
dan belajar banyak ilmu.
9. Teman-teman asrama Birul Walidain yang selalu menjadi teman diskusi
banyak hal.
10. Sahabat-sahabat PPL SMA Negri Satu Tengaran dan KKN di Desa
Trenten, dukuh Semen, Candimulyo, Magelang.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim.
Assalamu’aliakum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirobil’alamiin, segala puji dan syukur kita
panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan
rahmatnya dan nikmatnya kepada seluruh hambanya. Shalawat serta
salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, junjungan
dan pemberi tauladan yang telah membawa cahaya kehidupan bagi
ummatnya beserta kepada keluarganya, para sahabat dan para tabi’
tabi’in.
Skripsi ini berjudul “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM BERBASIS KARAKTER DI SMP
MUHMAMADIYAH PLUS SALATIGA.” Penulis menyadari bahwa
muatan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik penyusunan,
penulisan maupun isinya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan
pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis miliki. Oleh karena
itu, saran dan kritik untuk menuju perbaikan sangat penulis harapkan.
Dalam proses pembuatan skripsi ini, berbagai hambatan dan
kesulitan penulis hadapi, namun berkat Rahmat, taufik, dan hidayah
Allah SWT. dan berbagai dorongan, saran dan bimbingan dari semua
pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu, diantaranya: Dalam penulisan skripsi ini,
banyak sekali ujian dan cobaan yang penulis hadapi. Namun berkat
dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi
ini dapat tersusun dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi M.Pd, selaku Ketua IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi M.Pd, selaku Dekan Tarbiyah IAIN Salatiga.
3. Ibu. Hj. Siti Rukhayati M.Ag, selaku Dosen Ketua Jurusan
Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.
ix
x
DAFTAR ISI
JUDUL ......................................................................................................... I
LEMBAR BERLOGO .................................................................................. Ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................... Iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................... Iv
LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN.................................................. V
MOTTO ........................................................................................................ Vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................ Vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
ABSTRAK ................................................................................................... xiv
DAFTAR ISI ................................................................................................
DAFTAR TABEL………………………………………………………….
X
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
E. Penegasan Istilah ............................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 8
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 10
A. Pendidikan Agama Islam…............................................................... 10
B. Komponen pendidikan karakter......................................................... 19
xi
C. Implementasi Pendidikan Krakter...................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 45
A. Jenis dan Penelitian...…………….................................................... 45
B. Lokasi dan Waktu…………………..…........................................... 45
C. Sumber Data.........……… ……………………………………........ 46
D. Prosedur Pengumpulan Data……..................................................... 46
E. Analisis Data…………………………............................................. 49
F. Pengecekan Keabsahan Data............................................................. 49
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA…… .................................... 51
A. Gambaran Umum SMP Mhammadiyah Plus Salatiga...................... 51
1. Letak Geografis……………………………………………….... 51
2. Sejarah Berdirinya Sekolah..……................................................ 52
3. Visi, Misi dan Tujuan..…............................................................ 52
4. Stuktur Organisasi.…….............................................................. 56
5. Jumlah Siswa…………….......………………............................ 56
6. Prestasi Siswa…….......……………........................................... 57
7. Kegiatan Ektrakurikuler............................................................... 58
8. Jumlah Sarana dan Prasarana...…………………........................ 59
B. Hasil Temuan Penelitian………………............................................ 59
1. PAI Berbasis karakter SMP Muhammadiyah Plus Salatiga….… 59
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi PAI Berbasis Karakter……. 67
C. Pembahasan....................................................................................... 71
1. PAI Berbasisi karakter SMP Muhammadiyah Plus Salatiga… 71
xii
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi PAI berbasis Karakter……. 74
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 81
A. Kesimpulan ....................................................................................... 81
B. Saran ................................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Ketenagaan Guru dan Jabatan……………….54
Tabel 4.2 Jumlah Karyawan…………………………………….55
Tabel 4.3 Jumlah Siswa………………..…………………………56
Tabel 4.4 Peraihan Prestasi Siswa………………………………57
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kode Etik
Lampiran 2 : Hasil Wawancara
Lampiran 3 : Cacatan Lapangan Pengamatan
Lampiran 4 : Tri Anggulasi Data
Lampiran 5 : Surat Ijin Melakukan Penelitian
Lampiran 6 : Surat Tuga Pembimbing
Lampiran 7 : Lembar Konsultasi
Lampiran 8 : Daftar Nilai SKK
Lampiran 9 : Dokumentasi
xv
ABSTRAK
Ardiansah, Feli 2019. Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter.
Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Dosen Pembimbing: Dra. Nur Hasanah, M.Pd.
Kata Kunci: Implementasi, Pendidikan Agama Islam, dan Karakter
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi
pendidikan agama Islam berbasis karakter. Tujuan ini penulis
mengambil berdasarkan latar belakang siswa di SMP Muhammadiyah
salatiga sudah seperti yang diharapkan. Rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu: (1) bagaimana Implementasi pendidikan Agama
Islam berbasis karakter. (2) faktor-faktor yang mempengaruhi
implementasi pendidikan agama Islam berbasis karakter.
Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field
research) dengan metode kualitatif. Teknik dalam pengumpulan data
adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek penelitian
adalah kepala sekolah, wakakurikulum, guru PAI.
Temuan Penelitian menunjukkan bahwa (1) pembelajaran mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Muhamamdiyah Plus
Salatiga lebih mengutamakan pendidikan karakter dan diparaktikan
dalam kehidupan sehari-hari, siswa memiliki kesedaran dan
kedewasaan dalam bertindak dan cerdas, siswa sudah terbiasa ketika
diberi pelajaran mengenai teori saja, tidak ada makna ketika
Pendidikan Agama Islam hanya ditaraf itu, namun dengan branding
Plusnya SMP Muhamadiyah mampu mengimplementasi nilai-nilai
yang diajarkan dalam teori pemebelajaran (2) Faktot pendukung yang
mempengaruhi Impelementasi pendidikan Agama Islam di SMP
Muhammadiyah Plus Salatiga yaitu berawal dari arah tujuan dan visi,
misi sekolah, sehingga akan terbangun budaya sekolah yang
berkarakter, hal pendukung lain yaitu memanfaatkan waktu yang
maksimal, manajemen finansial, fasilitas yang mewadai untuk
menunjang kegiatan belajar siswa, seluruh tenaga pendidikan serta
karyawan dilibatkan dalam rangka membangun karakter sekolah yang
bukan hanya siswanya yang dibangun, jaringan sekolah yang banyak
akan menjadi pendukung kelebihan tersendiri, SDM yang selalu
diperbaiki serta dengan kualitas unggul, lingkungan yang mendukung,
kepercayaan orang tua dan masyarakat terhadap visi sekolah,
komunikasi intens dengan orang tua sisiwa dan pengawasan anak
dengan menggunakan metode tertentu. Sebagai sekolah
Muhamamdiyah yang ditangani oleh DIKDASMEN manjemen
khusus sekolah-sekolah Muhammadiyah yang bertujuan untuk
mencerdaskan anak didik tanpa pandang bulu. Sedangkan faktor
penghambat adalah hanya timbul dari individu siswa yang memiliki
sifat yang unik sehingga memerlukan penanganan khusus.
i
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara multikultural, dimana terdapat
beraneka ragam kebudayaan serta menjunjung tinggi adat ketimuran. Salah
satunya adalah mengenai sopan santun atau adanya karakter yang baik
dalam tiap-tiap individu didalamnya.
Oleh sebab itulah, banyak pihak menuntut peningkatan intensitas
dan kualitas pelaksanaan pendidikan budi pekerti pada lembaga
pendidikan formal. Tuntutan tersebut muncul di latar-belakangi oleh dua
kondisi. Pertama, bangsa Indonesia saat ini sepertinya telah kehilangan
karakter yang telah dibangun berabad-abad. Keramah-tamahan, tegang
rasa, kesopanan, rendah hati, suka menolong, solidaritas sosial dan
sebagainya yang merupakan jati diri bangsa seolah hilang begitu saja.
Kedua, kondisi lingkungan sosial kita yang belakangan ini diwarnai oleh
maraknya tindakan KKN, hilangnya keteladanan pemimpin, sering
terjadinya pembenaran politik dalam berbagai permasalahan yang jauh
dari kebenaran universal, hilangnya semangat berkorban bagi bangsa dan
negara. Bisa dikatakan bangsa ini telah mengalami degradasi moral yang
di tandai dengan maraknya tindakan asusila, kekerasan, pembunuhan,
perjudian, pornografi, meningkatkannya kasus kenakalan remaja, jumlah
pecandu narkoba dan minum-minuman keras serta menjalarnya penyakit
2
sosial yang makin kronis. Akibatnya, tingkat kenyamanan dan keamanan
warga masyarakat merosot tajam dari waktu-waktu sebelumnya.
Dalam hal seperti diatas H.M. Arifin. (2014: 8). Memaparkan
pendidikan memegang peranan yang menentukan terhadap eksistensi
dan perkembangan masyarakat, hal ini karena pendidikan merupakan
sebuah proses usaha melestarikan, mengalihkan, serta mentransformasikan
nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspek dan jenisnya kepada generasi
penerus.
Jika kita menelisik lebih jauh mengenai pendidikan, maka hal yang
akan muncul merupakan salah satu sarana pembekalan ilmu pengetahuan,
keterampilan, nilai dan moral melalui kegiatan pembelajaran didalam
sekolah. Menurut Undang-Undang sistem pendidikan Nasional Nomor 20
Tahun 2003 pasal 1 tentang pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya Masyarakat,
Bangsa, dan Negara.
Kita bisa mengatakan lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan Nasional tersebut mengemban misi
peningkatan mutu pendidikan, pemerataan pendidikan, penciptaan
masyarakat belajar yang makin berbudaya, beradab, serta relevansi dunia
pendidikan dengan dunia kerja, peningkatan akhlak mulia, kepribadian dan
3
karakter bangsa (Abudin Nata, 2013: 46).
Selanjutnya, Pemerintah melalui Peraturan Presiden (Perpres) No.
87 tahun 2017 juga telah melaunching kebijakan di bidang pendidikan
yang disebut dengan nama Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Tujuan
PPK itu antara lain adalah membangun dan membekali Peserta Didik
dengan jiwa Pancasila dan mengembangkan platform pendidikan nasional
yang meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dengan
dukungan pelibatan publik yang dilakukan melalui pendidikan jalur
formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan keberagaman
budaya Indonesia. Kebijakan PPK ini terintegrasi dalam Gerakan Nasional
Revolusi Mental (GNRM) yaitu perubahan cara berpikir, bersikap, dan
bertindak menjadi lebih baik. Nilai-nilai utama PPK adalah religius,
nasionalis, mandiri, gotong royong, integritas. Nilai-nilai ini ingin
ditanamkan dan dipraktikkan melalui sistem pendidikan nasional agar
diketahui, dipahami, dan diterapkan di seluruh sendi kehidupan di sekolah
dan di masyarakat. PPK lahir karena kesadaran akan tantangan ke depan
yang semakin kompleks dan tidak pasti, namun sekaligus melihat ada
banyak harapan bagi masa depan bangsa. Hal ini menuntut lembaga
pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik secara keilmuan dan
kepribadian, berupa individu-individu yang kokoh dalam nilai-nilai moral,
spiritual dan keilmuan. Memahami latar belakang, urgensi, dan konsep
dasar PPK menjadi sangat penting bagi kepala sekolah agar dapat
menerapkannya sesuai dengan konteks pendidikan di daerah masing-
4
masing.
Pada kenyataannya mengukur tolak ukur keberhasilan pendidikan
karakter tidaklah mudah. Semua saling berkaitan dan membutuhkan kerja
sama antar sistem pembentukan karakter yang diterapkan oleh lingkungan
sekolah, lingkungan keluarga, maupun dalam masyarakat itu sendiri.
Pendidikan karakter pun tidak bisa dilakukan dalam tempo waktu yang
singkat. Terlebih lagi, dalam masa kanak-kanak, anak cenderung hanya
memliki kemampuan meniru prilaku yang dilihatnya saja dan belum
mempunyai kemampuan menilai apakah suatu perbuatan tersebut baik atau
buruk. Maka dari itulah, perlu adanya kerja sama antar semua lini
kehidupan dalam berbangsa dan bernegara demi membentuk karakter anak
yang baik demi terciptanya penerus bangsa yang bisa diandalkan.
Setidaknya ada 18 nilai karakter hasil kajian empirik Pusat
Kurikulum yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan
pendidikan nasional, yaitu: Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja
keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat
Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi,
Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli
Lingkungan, Peduli Sosial, dan Tanggung Jawab. Pihak sekolah nyatanya
harus benar-benar paham mana karakter yang urgent dan menjadi ciri khas
dalam pendidikan karakter yang akan diterapkan ke siswanya.
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran
yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan karakter peserta
5
didik. Oleh karena itu mata pelajaran pendidikan agama Islam semestinya
menjadi perhatian penting bagi seluruh stakeholder dunia pendidikan
sebagai ranah pengembangan dan pembentukan penddikan karakter bagi
siswa di sekolah. Dalam muatan pendidikan agama Islam seharusnya guru
tidak hanya berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran, melainkan ia juga
mampu memasukkan nilai-nilai kebaikan dalam diri setiap peserta
didiknya, sehingga siswa tidak hanya mempelajari mana yang baik dan
buruk dalam prespektif agama, namun siswa juga mampu menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengambil judul
penelitian “Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter
Di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga”.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi Pendidikan Agama Islam berbasis karakter di
SMP Muhammadiyah Plus Salatiga?
2. Faktor apa yang mempengaruhi Pendidikan Agama Islam berbasis
karakter di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga?
6
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
implementasi Pendidkan Agama Islam berbasis karakter di SMP
Muhammadiyah Plus Salatiga dan faktor-faktor yang mempengaruhi
dalam membentuk karakter siswa di sekolah.
D. Manfaat Penelitian
Kajian ini berharap agar temuan-temuannya dapat memberikan
kontribusi secara teoritik dan praktis.
1. Teoritis
a. Penelitian ini dapat menunjukkan bahwa implementasi Pendidikan
Agama Islam berbasis karakter di SMP Muhammadiyah Plus
Salatiga mampu membentuk peserta didik dalam hal
pembentukkan karakter.
b. Sebagai acuan referensi bagi peneliti selanjutnya dan bahan
tambahan pustaka bagi siapa saja yang membutuhkan.
c. Sebagai tambahan pengetahuan bagi pembaca tentang pendidikan
karakter dan implementasinya dalam mata pelajaran pendidikan
agama Islam.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat dijadikan acuan penetahuan bagi pemecahan
masalah yang dihadapi oleh pihak yang berkepentingan, diantaranya:
7
a. Peneliti
Dapat berguna sebagai tambahan wawasan ilmu
pengetahuan yang pada akhirnya dapat berguna ketika peneliti
sudah berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Masyarakat
Dapat menjadi wawasan pengetahuan yang mendetail
tentang pendidkan karakter dan penerapannya yang efektif bagi
pembentukan karakter yang baik bagi anak.
c. Lembaga-lembaga pendidikan
Dapat memberikan referensi mengenai penerapan
pendidikan karakter disekolah terutama berkaitan dengan
penerapan karakter dalam pendidikan agama Islam.
E. Penegasan Istilah
1. Implementasi
Menurut EM Zul Fajri dan Ratu Aprilia senja (2008: 374)
implementasi adalah penerapan, pelaksanaan. Implementasi biasanya
terdiri dari cara-cara atau sarana-sarana tertentu yang direncanakan atau
didesain secara khusus serta diarahkan menuju tercapainya tujuan-tujuan
dan saran-saran yang dikehendaki.
8
2. Pendidikan Agama Islam
Sejalan dengan pemikiran Zakiah Daradjat (1996: 86), pendidikan
agama Islam adalah usaha berupa bimbingan yang mempunyai tujuan agar
para peserta didik dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam dan
menjadikanya sebagai pandangan hidup.
3. Berbasis Karakter
Pendidikan karakter adalah suatu usaha yang dilakukan agar dapat
membentuk diri, membina diri, mengarahkan, mendidik seseorang agar
menjadi lebih baik dan mempunyai budi pekerti yang baik.
Maka Implementasi pendidikan agama Islam berbasis karakter adalah
suatu upaya untuk membentuk kepribadian manusia malalui cara
pendidikan yang didesain khusus agar memberikan pembelajaran pada
dirinya sehingga tertanam nilai religius dalam melakukan tindakan
kehidupannya.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, penulis menyusun kedalam 5 (lima) bab yang
rinciannya sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan, pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
penegasan istilah, tinjauan pustaka, kerangka teoritik, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
9
Bab II Kajian Pustaka, pada bab kajian pustaka ini meliputi: makna
implementasi, pendidikan agama Islam, pengertian pendidikan karakter,
nilai-nilai pendidikan karakter, faktor yang mempengaruh pendidikan
karakter, urgensi pendidikan karakter, kurikulum berbasis karakter.
Bab III Paparan Data Dan Temuan Penelitian, berisi gambaran
umum mengenai bagaimana Implementasi pendidikan agama Islam
berbasis karakter serta faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan
agama Islam berbasis karakter.
Bab IV Pembahasan, meliputi analisis implementasi pendidikan
agama Islam berbasis karakter Implementasi pendidikan agama Islam
berbasis karakter serta faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan
agama Islam berbasis karakter.
Bab V Penutup, dalam bab ini, penulis menjelaskan kesimpulan
dari pembahasan bab-bab sebelumnya serta saran yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Islam adalah suatu proses pengembangan potensi
kretifitas peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, cerdas, trampil, dan
memiliki etos kerja yang tinggi, berbudi pekerti luhur mandiri dan
bertanggung jawab terhadap dirinya, bangsa negara serta agama. Proses
itu sendiri berlangsung sepanjang sejarah kehidupan. Menurut Ahmad
Marimba, Pendidikan Agana Islam adalah bimbingan jasmani dan
rohani berdasarkan hukum-hukum Agama Islam menuju kepada
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam (Armai
Arif, 2002: 3).
Berdasarkan pendapat para ahli tentang pengertian Pendidikan
Agama Islam yaitu:
1. Menurut Zakiah Derajat (1992: 86), Pendidikan Agama Islam adalah
pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran Agama Islam, yaitu berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah
selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakini secara
menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam sebagai suatu
11
pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan dunia dan di
akhirat kelak.
2. Beni Ahmad Saebani (2009: 40), mengatakan bahwa kata “Islam”
merupakan kata kunci yang berfungsi sebagai sifat, penegas, dan
memberi ciri kas pada kata pendidikan. Dengan demikian, pengertian
pendidikan Islam berarti pendidikan yang secara khas memiliki ciri
Islami, yang dengan ciri itu, maka membedakan dirinya dengan model
pendidikan lainnya.
3. Menurut Habdani Ihsan dan Fuad Ihsan (2001: 15), dalam bukunya
Filsafat Pendidikan Islam, bahwa Drs. Meriba mendefinisikan
Pendidkan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan
hokum-hukum agama Islam. Dengan pengertian lain seringkali belaiau
mengatakan kepribadian utama tersebut dengan islitah kepribadian
muslim. Yakni kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam,
memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam,
dan bertanggung jawab sesuai nilai-nilai Islam.
Sehingga bisa penulis simpulkan bahwa Pendidikan Agama
Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum
Agama Islam upaya untuk terbentuknya kepribadian menurut aturan-
aturan Islam agar terbentuk jiwa yang memiliki akhlak yang mulia.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Segala usaha yang dilakukan tentu mempunyai tujuan, sebab tujuan
merupakan salah satu yang diharapkan setelah usaha atau kegiatan selsesai
12
dilakukan. Tujuan merupakan faktor yang penting dalam suatu kegiatan
atau usaha. Demikian pula dengan proses pendidikan, tanpa adanya tujuan
akan menimbulkan ketidak tentuan dalam prosesnya.
Pendidikan Agama Islam adalah bagian integral dari pendidikan
nasional. Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nsional adalah No. 20 Tahun 2003 sebagai
berikut: “Pendidikan Nasional bertujuan berkemangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Adapun tujuan Pendidikan Islam, dikatakan oleh Zakiah Daradjat
dalam buku Ilmu Pendidikan Islam II, (1999: 41), yaitu kepribadian
seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil dengan pola takwa,
Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan
berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah swt.
Ini mengandung arti bahwa pendidikan Islam itu diharapkan menghasilkan
manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang dan
gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam
berhubungan dengan Allah dan dengan sesamanya, dapat mengambil
manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan
hidup di dunia kini dan di akhirat nanti.
Sedangkan Zuhairani (1981: 43), Mengatakan bahwa tujuan umum
pendidikan agama Islam adalah membimbing anak agar mereka menjadi
13
seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal shaleh serta berakhlak
mulia dan berguna bagi masyarakat.
Tujuan Pendidikan SMP Muhammadiyah Plus Salatiga adalah:
1. Menumbuhkan sikap penghayatan dan pengamalan ajaran
Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menyelenggarakan pendidikan yang kopetitif, efektif, dan
Islami.
3. Membentuk jiwa relegius siswa dengan pembiasaan Islami.
4. Meningkatkan kopetensi dan komitmen seluruh tenaga
kependidikan dalam rangka meningkatkan pengetahuan,
wawasan, dan kecerdasan siswa.
5. Menanamkan dan menumbuhkan semangat disiplin dan
berakhlak mulia pada warga sekolah.
6. Melaksanakan kegiatan pembiasaan diri siswa yang terprogram
secara efektif dan efisien.
3. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam
Sebagai aktifitas yang bergerak dalam proses pembinaan
kepribadian muslim, maka Pendidikan Islam memerlukan sebuah dasar
yang dijadikan landasan kerja. Dengan dasar tersebut ia akan
memberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan.
Dalam konteks ini dasar yang menjadi acuan Pendidikan Islam hendaknya
merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat
menghantarkan peserta didik ke arah pencapaian pendidikan. Pendidikan
14
Islam, baik sebagai konsep maupun sebagai aktivitas yang bergerak dalam
rangka pembinaan kepribadian yang utuh, paripurna memerlukan suatu
dasar yang kokoh, dalam artian kajian tentang pendidikan Islam tidak
boleh lepas dari landasan yang terkait dengan sumber ajaran Islam itu
sendiri.
Landasan dasar Pendidikan Islam utamanya terdiri atas tiga
macam, sebagai berikut:
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai kitab undang-undang, hujjah dan petunjuk. Di
dalamnya mengandung banyak hal menyangkut segenap kehidupan
manusia termasuk pendidikan, sebagaimana surat an-Nahl ayat 89:
ا يد ه ك ش ا ب ن ئ ج م و ه س ف ن ن أ م م ه ي ل ا ع يد ه ة ش م ل أ ث في ك ع ب م ن و ي و
ى د ه ء و ي ل ش ك ا ل ان ي ب اب ت ت ك ك ال ي ل ا ع ن ل ز ن ء و ل ؤ ى ه ل ع
ين م ل س م ل ى ل ر ش ب ة و م ح ر و
“Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi
orang- orang yang berserah diri”. (QS. An-Nahl [16: 89]).
b. As-Sunnah
Dasar kedua pendidikan Islam adalah As-Sunnah. Jumhur
Muhadditsin ngartikan Sunnah ialah sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi Muhammad Saw, baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan
15
(taqrir) dan sebagainya. (Fatchur Rahman, 1974: 70). Nabi
mengajarkan dan mempraktekkan sikap dan amala baik kepada Nabi
istri dan sahabatnya, dan seterusnya mereka mempraktekkan pula
seperti yang dipraktekkan pula seperti yang dipraktekkan oleh Nabi
dan mengajarkan pula kepada orang lain. Perkataan atau perbuatan
dan ketetapan Nabi inilah yang disebut hadits atau sunnah. Kalau Al-
Quran dan As-Sunnah dijadikan dasar. Maka Pendidikan Islam
merupakan wujud bangunan yang kokoh dan berakar kuat yang
kemudian akan mewarnai corak ke-Islaman dalam berbagai aspek
kehidupan. Rasulullah Saw bersabda dalam kitab Muslim, halaman
556:
رانه، أو * دانه، أو ينص كل مولود يولد على الفطرة، فأبواه يهو
سانه.* فقال رجل: يا رسول هللا، ارأيت ل و مات قبل ذلك؟ قال يمج
صلى هللا عليه وسلم: *هللا اعلم بما كانوا عاملين
“Setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci) maka kedua
orang tualah yang menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi”. (HR.
Muslim).
c. Ijtihad
Ijtihad adalah itilah para fuqoha, yaitu berpikir dengan menggunakan
seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syariat Ilam untuk
menetapkan/ menentukan sesuatu hukum Syariat Islam dalam hal-hal
16
yan ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Quran dan Sunnah.
Ijtihad dalam hal ini dapat juga meliputi seluruh aspek kehidupan
termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Quran
dan Sunnah. Namun demikian ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah
yang diatur oleh para mujtahid tidak boleh bertentangan dengan isi al-
Quran dan sunnah tersebut (Zakiyah Derajat, 1995: 91-92).
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Arifin (1991:12-13) mengemukakan menegenai tujuan pendidikan
agama Islam yaitu:
1. Pendidikan sebagai usaha membentuk pribadi manusia melalui proses
yang panjang, dengan resultat (hasil) yang belum dapat diketahui
dengan segera, berbeda dengan membentuk benda mati yang dapat
dilakukan sesuai dengan keinginan pembuatnya.
2. Pendidikan Islam yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam,
disamping menanamkan dan membentuk sikap hidup yang dijiwai
oleh nilai-nilai tersebut, juga mengembangkan kemampuan berilmu
pengetahuan sejalan dengan nilai-nilai tersebut merupakan proses
ikhtiar yang secara pedagogis mampu mengembangkan hidup anak
didik kearah kedewasaan.
3. Islam sebagai agama wahyu yang diturunkan oleh Allah dengan tujuan
untuk menyejahterakan dan membahagiakan hidup dan kehidupan
manusia didunia dan di akhirat.
17
4. Ruang lingkup pendidikan Islam adalah mencakup segala bidang
kehidupan manusia di dunia, dimana manusia mampu memanfaatkan
sebagai tempat menanam benih-benih amaliah yang buahnya akan
dipetik di akhirat nanti.
5. Teori-teori, hipotesa dan asumsi-asumsi kependidikan yang
bersumberkan ajaran Islam sampai kini masih belum tersusun secara
ilmiah meskipun bahan-bahan bakunya telah tersedia, baik dalam
kitab suci al-Quran dan hadis maupun ijma ulama.
5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antara lain sebagai berikut:
a. Hubungan manusia dengan Allah Swt
Hubungan manusia dengan Allah merupakan hubungan vertical antara
makhluk dengan khalik, menempati prioritas utama dalam pendidikan
agama Islam.
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia
Hubungan dengan sesamanya merupakan hubungan horizontal anatara
manusia dengan manusia dalam kehidupan kesehariannya.
c. Hubungan manusia dengan alam
Aspek hubungan manusia dengan alam sekurang-kurangnya memiliki dua arti
bagi kehidupan anak didik, yaitu:
1) Mendorong anak didik mengenal dan memahami alam, sehingga
18
ia menyadari kedudukannya sebagai manusia yang memiliki akal
dan berbagai kemampuan untuk mengambil sebanyak-banyaknya
dari alam sekitar. Dari pengenalan itu akan tumuh rasa cinta akan
alam yang melahirkan kekaguman yang baik karena keindahan,
kekuatan maupun bentuk keanekaragaman kehidupan yang
terdapat di dalamnya.
2) Pengenalan, pemahaman dan cinta alam ini mendorong anak
melakukan penelitian dan ekrperimen dalam mengeksplorasi
alam, sehingga menyadarkan dirinya akan sunnatullah dan
kemampuan menciptakan suatu bentuk baru dan bahan-bahan
yang ada di sekitarnya (Zakiyah Derajat, 1995: 177).
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam
meliputi lima unsur pokok, yaitu: Al-Qur’an, Aqidah, Syari’ah, Akhlak,
dan Tarikh. Adapun pada tingkat Sekolah Dasar (SD) penekanan diberikan
kepada empat unsur pokok yaitu: Keimanan, Ibadah, Al-Quran. sedangkan
pada Sekolah Lenjut Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) disamping keempat unsur pokok di atas maka unsur pokok syari’ah
semakin dikembangkan. Unsur pokok Tarikh diberikan secara seimbang
pada setiap satuan pendidikan (Rumayulis, 2005: 22-23).
6. Materi Pendidikan Agama Islam
Materi Pendidikan Agama Islam pada sekolah dasar, sekolah
lanjutan tingkat pertama, sekolah lanjutan atas, merupakan bagian integral
dari program pengajaran setiap jenjang pendidikan. Sesuai dengan tujuan
19
pendidikan Nasional, Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk
membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
Adapun materi pokok Pendidikan Agama Islam dapat
diklasifikasikan menjadi lima aspek kajian, yaitu:
a. Aspek Al-Quran dan Hadits
Dalam aspek ini menjelaskan beberapa ayat dalam Al-Quran dan
sekaligus juga menjelaskan beberapa hukum bacaannya yang
terkait dengan ilmu tajwid dan juga menjelaskan beberapa hadits
Nabi Muhammad Saw.
b. Aspek keimanan atau aqidah Islam
Dalam aspek ini menjelaskan berbagai konsep keimanan yang
meliputi enam rukun iman dalam Islam.
c. Aspek akhlak
Dalam aspek ini menjelaskan berbagai sifat-sifat terpuji (akhlak
karimah) yang harus diikuti dan sifat-sifat tercela yang harus
dijauhi.
d. Aspek hukum Islam atau Syari’ah Islam
Dalam aspek ini menjelaskan berbagai konsep keagamaan yang
terkait dengan masalah ibadah dan mua’malah.
e. Aspek tarikh Islam
Dalam Aspek ini menjelaska sejarah perkembangan (peradaban)
Islam yang bisa diambil manfaatnya untuk diterapkan di masa
20
sekarang (Depdiknas Direktorat Jendral Pendidikan Dasar,
Lanjutan Pertama dan Menengah, 2004: 18)
B. Komponen Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Membahas tentang Pendidikan karakter, penulis akan membahas
dan memaparkan tentang istilah pendidikan. Pendidikan menurut Rama
Yulis (2002: 13) Pendidikan berasal dari kata “didik” yang diberi awal
“pe” dan akhiran “kan”, mengandung arti “perbuatan” (hal, cara, dan
sebagainya). Istilah Pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani
yaitu “Pedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan ialah “Proses
perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manuisa melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Sedangkan dalam bahasa Arab, pengertian kata Pendidikan sering
digunakan pada beberapa istilah, anatara lain, al-Ta’lim, al-Tarbiyah dan
al-Ta”dim. Namun demikian, ketiga kata tersebut memiliki makna
tersendiri dalam meninjukan pada pengrtian pendidikan. Kata ta’lim
merupakan masdhar dari kata ‘allama yang berate pengajaran yang
bersifat pemebrian atau penyampaian penegrtian, pengetahuan, dan
ketrampilan. Penunjukan kata al-ta’lim pada pengertian pendidikan.
Adapun kata al-tarbiyah, merupakan masdhar dari kata rabba yang berarti
mengasah, mendidik, memelihara. sedangkan kata al-ta’dib, merupakan
21
masdhar dari kata addaba, yang dapat diartikan kepada proses mendidik
yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi
pekerti peserta didik (Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan Dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus
Besar Bahasa Indonesia 1994: 232).
Ada beberapa pendapat pengertian pendidikan menurut para tokoh
sebagai berikut:
1. Rama Yulis (2002: 13) Di dalam Undang-undang nomer 20 Tahun
2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.
2. Menurut Abudin Nata, (1997: 9) dalam bukunya filsafat Pendidikan
Islam I, bahwa Ki Hajar Dewantara mendefinisikan pendidikan adalah
usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditunjukan untuk
keselamatan dan kebahagiaan manusia. Pendidikan tidak hanya
bersifat pelaku pembangunan tetapi sering merupakan perjuangan pula.
Pendidikan berarti memelihara hidup tumbuh kearah kemajuan, tidak
boleh melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin. Sehingga
22
pendidikan adalah usaha kebudayaan, berasas peradaban, yakni
memajukan hidup agar mempertinggi derajat manusia.
3. William Mc Guecken, S.J. seorang tokoh pendidikan Khatolik
berpendapat bahwa pendidikan diartikan oleh ahli skolastik, baik
moral, intelektual, maupun jasmaniah yang diorganisasikan, dengan
atau untuk kepentingan individual atau social dan diarahkan kepada
kegiatan yang baru bersatu dengan penciptaan sebagai tujuan akhir
(Muzayyin Arifin, 2004: 14)
Dengan demikian pendidikan adalah, segala usaha orang dewasa
baik sadar dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasmani dan rohaninya kea rah kedewasaan menuju
terciptanya kehidupan yang lebih baik dengan dasar hidup bahagia dunia
akhirat.
Sedangkan karakter menurut Winnie menyampaikan bahwa istilah
karakter diambil dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai).
Istilah ini lebih fokus pada tindakan atau tingkah laku. Ada dua pengertian
tentang karakter. Pertama, ia menunjukan bagaimana seseorang
bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, rakus,
tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apa
bila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut
memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat
kaitannyadengan “personality”. Seseorang baru bisa disebut orang yang
berkarakter apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral (Muhlich,
23
2011: 71). Berikut pendapat para ahli mengenai pengertian karakter
sebagai berikut:
1. Dirjen Pendidikan Agama Islam, Kementrian Agama Republik
Indonesia (2010) mengemukakan bahwa karakter (character) dapat
diartikan sebagai totalitas ciri-ciri karakter pribadi yang melekat dan
dapat diidentifikasi pada perilaku individu yang bersifat unik, dalam
arti khusus ciri-ciri membedakan antara satu individu dengan yang
lainnya. karena ciri-ciri karakter tersebut dapat diident ifikasi pada
perilaku individu dan bersifat unik, maka karakter sangat dekat dengan
kepribadian individu (Mulyasa, 2012: 4).
2. Muslich (2011: 84) menjelaskan bahwa karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa,
diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan
adat istiadat.
3. Adisusilo (2012: 77) watak sebagai sifat seseorang yang dapat
dibentuk, artinya watak seseorang dapat berubah, kendati watak
mengandung unsur bawaan (potensi internal), yang setiap orang bisa
berbeda-beda. Namun, watak sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal,
yaitu keluarga, sekolah, masyarakat, lingkungan pergaulan, dan lain-
lain.
Dari berabagai penjelasan yang telah dikemukakan beberapa ahli di
24
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa karakter merupakan nilai-nilai, sikap,
pikiran, perilaku, watak, akhlak yang melekat pada diri seseorang sejak
lahir dan memiliki perbedaan peserta didik satu dengan yang lainnya.
karakter yang dimiliki oleh seseorang dapat terlihat dari tingkah laku atau
cara bertindak di kehidupan sehari-harinya. Dari mengetahui keseharian
orang tersebut maka akan diketahui bagaimana karakter atau watak yang
dimiliki orang tersebut, dan baik buruknya karakter seseorang tergantung
pada pola kebiasaan nilai yang dipilih dalam kehidupannya.
Sedangkan pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Muara ranah kognitif adalah
tumbuh dan berkembangnya kecerdasan dan kemampuan interaksi
akademik, ranah afektif bermuara pada terbentuknya karakter
kepribadian, dan ranah psikomotorik akan bermu ara pada keterampilan
vokasional dan perilaku (Damayanti, 2014: 9). Berikut beberapa pendapat
para ahli mengenai pendidikan karakter sebagai berikut:
1. Winton dalam Muchlas (2012: 43) menjelaskan secara sederhana
bahwa pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yag dilakukan
guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya.
Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari
seseorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada
siswanya.
2. Pendidikan karakter menurut Prof. Darmiyati Zucdi (2009: 76) adalah
sebuah proses pembelajaran untuk menanamkan nilai-nilai luhur, budi
25
pekerti atau akhlak mulia yang berakar pada ajaran agama, adat istiadat
dan nilai-nilai ke-Indonesiaan, dalam rangka mengembangkan
kepribadian peserta didik supaya menjadi manusia yang bermatabat,
menjadi warga bangsa yang berkarakter sesuai dengan nilai-nilai luhur
bangsa dan agama.
3. Pengertian pendidikan karakter menurut ahli pendidian karakter,
Thomas Lickona menyebutkan bahwa pendidikan karakter adalah
pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui
pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata
seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab,
menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya. Sedangkan
menurut Elkind dan Sweet, pendidikan karakter pendidikan karakter
adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yaitu mampu
mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk
watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan perilaku guru, cara
guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru
bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya (Nuwati, 2011: 15).
4. Muslich (2011: 75-76) menegaskan bahwa untuk dapat memahami
pendidikan karakter itu sendiri, perlu memahami struktur antropologis
manusia. Struktur antropologis manusia terdiri atas jasad, ruh serta
akal, sehingga pendidikan karakter menurut Muslich harus
mencangkup semua struktur antropologis manusia, atau dengan kata
26
lain pendidikan karakter harus mencangkup pada komponen kognitif,
afektif, dan psikomotorik secara seimbang.
Pengertian-pengertian menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntutan secara sadar
dan sunggguh-sungguh kepada peserta didik untuk menjadi manusia
seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan
karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang
bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan
keputusan baik-buruk, memelihara yang baik, dan mewujudkan kebaikan
dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter
dapat pula dimaknai sebagai upaya yang terencana menjadikan peserta
didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta
didik berperilaku sebagai ihsan kamil.
2. Tujuan Pendidikan Karakter
Mulyasa (2011: 9) menjelaskan karakter pada tingkat satuan
pendidikan mengarah pada pembentukan budaya sekolah/madrasah,
yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari,
serta simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga
sekolah/madrasah dan masyarakat sekitarnya. Budaya
sekolah/madrasah merupakah ciri khas, karakter atau watak dan citra
sekolah madrasah tersebut di mata masyarakat luas.
Wiyani (2013: 70) mengemukakan tujuan pendidikan karakter
27
adalah menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang
dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian kepemilikan
peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan,
mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-
nilai yang dikembangkan oleh sekolah dan membangun koneksi yang
harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung
jawab karakter bersama.
Zubaedi (2012: 18) berpendapat bahwa pendidikan karakter
secara terperinci memiliki lima tujuan, yaitu sebagai berikut:
1. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai
manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa.
2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan
selegan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang
religius.
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa.
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan dan dengan
rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.
Maka bisa diambil kesimpulan bahwa hakikatnya tujuan
pendidikan karakter adalah memberikan tarnsfer ilmu dan pendidikan yang
28
berkaitan dengan agama maupun sosial tidak serta merta memberikan teori
saja namun sampai kebiasaan aktifitas sehari-hari.
3. Fungsi Pendidikan Karakter
Menurut Kementrian Nasional (2010: 7) fungsi pendidikan
karakter adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Pengembangan: yang secara khusus didasarkan pada peserta
didik agar mereka menjadi pribadi yang berperilaku baik, berdasarkan
pada kebajikan umum (firtues) yang bersumber pada filosofi
kebangsaan didalam pancasila. Dengan fungsi ini pesrta didik
diharapkan memiliki siap dan perilaku etis, spiritual, sesuai dengan citra
budaya bangsa. Dengan kata lain, dari perlaku peserta didik adalah
warga bangsa, orang dapat mengetahui karakter bangsa indonesia yang
sesungguhnya.
2. Fungsi Perbaikan: yang secara khusus yang diarahkan untuk
memperkuat pendidikan nasional yang bertanggung jawab terhadap
pengembangan potensi dan martabat peserta didik. Dengan fungsi ini
pula, pendidikan karakter bangsa hendaknya mencapai suatu proses
revitalisasi perilaku dengan mengedepankan pilar-pilar kebangsaan
untuk menghindari distorsi nasionalisme.
3. Fungsi Penyaring: dalam fungsi ini sistem pendidikan karakter bangsa
dikembangkan agar peserta didik dapat menangkal pengaruh budaya
lain yang tidak sesuai dengan karakter bangsa. Fungsi ini bertujuan
meningkatkan martabat bangsa.
29
4. Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Menurut Suyadi (2013: 7-9) Kementrian Pendidikan Nasional
(Kemendinas) telah merumuskan 18 nilai karakter yang akan
ditanamkan dalam diri peserta didik sebagai upaya membangun
karakter bangsa yaitu sebagai berikut:
1. Religius, yaitu ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan
melaksanakan ajaran agama (alira kepercayaan) yang dianut, termasuk
dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanan ibadah agama
lain, serta hidup rukun dan berdampingan.
2. Jujur, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara
pengetahuan, perkataan dan perbuatan (mengetahui yang benar,
mengatakan yang benar dan melakukan yang benar), sehingga
menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat
dipercaya.
3. Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan
terhadap perbedan agama, alian kepercayan, suku, adat, bahasa, ras,
etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara
sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang ditengah perbedaan
tersebut.
4. Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala
bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku.
30
5. Kerja Keras, yakni perilaku yang menujukan upaya secara sungguh-
sungguh (berjuang hingga darah penghabisan) dalam menyelesaikan
berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan dan lain-lain dengan sebaik-
baiknya.
6. Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inofasi dalam
berbagai segi dalam memecahkan masalah, sengingga selalu
menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari
sebelumnya.
7. Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini
bukan berarti tidak boleh bekerja sama secara kolaboratif, melaikan
tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain.
8. Demokratis, yakni sikap dan cara berfikir yang mencerminkan
persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata anatara dirinya
dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tau, yakni cara berfikir, sikap dan perilaku yang
mencerminkan penasaran dan keingin tauan terhadap segala hal yang
dilihat, didengar, dan dipelajari secara mendalam.
10. Semangat Kebangsaan Dan Nasionalisme, yakni sikap dan tindakan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan
pribadi atau individu dan golongan.
11. Cinta Tanah Air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa
bangsa, setia, peduli dan penghargaan yang tiggi terhadap bahasa,
31
budaya, ekonomi, politik dan sebagainya, sehingga tidak mudah
menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.
12. Menghargai Perstasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain
dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat
berprestasi yang lebih tinggi.
13. Komunikatif, senang bersahabat dan proaktif, yakni sikap dan tindakan
terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga
tercipta bekerja sama secara kolaboratif dengan baik.
14. Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana
damai, aman, tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam
komunitas atau masyarakat tertentu.
15. Gemar membaca, yakni kebiasaan tanpa ada paksaan untuk
menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi
baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya, sehingga
menimbulkan kebijakan bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya
menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.
17. Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan
kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang
membutuhkannya.
18. Tanggung jawab, yakni perilaku sikap seseorang dalam melaksanakan
tugas dan kewajibannya, baik yang bersangkutan diri sendiri, sosial,
masyarakat, negara, maupun agama.
32
Sikap religius terdapat pada urutan pertama karena diharapkan
setelah seseorang memiliki sikap religius sikap-sikap baik lainnya akan
mengikuti dan menjadi pondasi dasar seseorang dalam menjalankan
kehidupannya supaya tidak terombang ambingkan oleh perubahan-
perubahan zaman yang semakin berkembang.
5. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter
Fathurrohman (2013: 124) mengemukakan beberapa batasan atau
deskripsi nilai-nilai pendidikan karakter antara lain:
1. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Allah Swt, meliputi pikiran,
perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan
pada nilai-nilai ketuhanan dan ajaran agamanya.
2. Nilai karaker dalam hubungannya dengan diri sendiri, meliputi sikap
jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras,
percaya diri, berfikir jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat,
disiplin, kerja keras, percaya diri, berfikir logis, mandiri, dan cinta
ilmu.
3. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama, meliputi:
a. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain yaitu sikap tahu
dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri
sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang
lain.
b. Patuh pada aturan-aturan sosial.
33
c. Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan
masyarakat dan kepentingan umum.
d. Menghargai karya dan prestasi orang lain yaitu sikap dan tindakan
yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi asyarakat, mengakui dan menghormati keberhasilan orang
lain.
e. Santun yaitu sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata
bahasa maupun tata perilakunya ke semua orang.
f. Demokratis yaitu cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai
sama hak dan keajiban dirinya dan orang lain.
4. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan, meliputi sikap
dan tindakan yang selalu berupa mencegah kerusakan pada lingkungan
alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin
memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
5. Nilai kebangsaan, meliputi cara berfikir, bertindak dan wawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri
dan kelompok.
6. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Karakter
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter
siswa disekolah. Dalam hal ini Gunawan (2012: 19-22) menjelaskan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan karakter. Faktor
tersebut digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor intern dan ekstern.
34
1. Faktor intern
Terdapat banyak hal yang mempengaruhi faktor internal ini, diantaranya
adalah;
a. Insting atau Naluri
Setiap perbuatan manusia lahir dari suatu kehendak yang
dilahirkan oleh naluri (insting). Naluri merupakan tabiat yang
dibawa sejak lahir yang merupakan suatu pembawaan yang asli.
Pengruh naluri pada diri seseorang sangat pengaruh pada
penyalurannya. Naluri dapat menjerumuskan manusia kepada
kehinaan, tetapi dapat juga mengngangkat kepada derajat yang
mulia, jika disalurkan kepada hal yang baik dengan tuntunan
kebenaran.
b. Adat atau Kebiasaan (habit)
Sikap dan perilaku yang menjadi karakter sangat erat dengan
kebiasaan. Kebiasan adalah perbuatan yang selalu diualang-ulang
sehingga mudah untuk dikerjakan. Dan hendaknya manusia
memaksakan diri untuk mengulang-ngulang perbuatan baik
sehingga menjadi kebiasaan dan terbentuklah karakter yang baik
pula.
c. Kehendak / Kemauan (iradah)
Salah satu kekuatan yang berlindung dibalik tingkah laku adalah
kehendak atau kemauan yang keras. Itulah ang menggerakan dan
merupakan kekuatan yang mendorong manusia dengan
35
bersungguh-sungguh untuk berperilaku, sebab dari kehendak
itulah akan menjelma suatu niat yang baik dan buruk tanpa
kemauan, ide dan keyakinan akan pasif tiada gunanya.
d. Suara Batin
Suara batin berfungsi memperingatkan bahayanya perbuatan buruk
dan berusaha untuk mencegahnya, disamping dorongan untuk
melakukan hal yang baik.
e. Keturunan
Sifat yang diturunkan pada garis besarnya ada dua macam, yaitu sifat
jasmaniah (kekutan dan kelemahan otot-otot dan urat syaraf
orang tua dapat diwariskan kepada anaknya) dan sifat rohaniah
(naluri).
2. Faktor Ekstern
Faktor ekstern atau faktor yang bersifat dari luar adalah:
a. Pendidikan
Pendidikan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan
karakter, akhlak, dan etika seseorang. Sehingga baik buruknya
karakter seseorang dipengaruhi oleh penidikan, baik formal
maupun non formal.
b. Lingkunagn
Dalam hidup manusi adalah selalu berhubungan dengan manusia
lainnya atau juga dengan alam sekitar. Itulah sebabnya manusia
harus bergaul dan dalam pergaulan itu saling mempengaruhi
36
pikiran, sifat dan tngkah laku. Manusia yang hidup di lingkungan
yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
membentuk karakternya menjadi baik, begitu pula sebaliknya.
C. Implementasi Pendidikan Krakter
1. Pengertian Implementasi Pendidikan Karakter
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah
rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi
biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna.
Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya
mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu
kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan. Sedangkan
menurut Guntur Setiawan (2004: 39) implementasi adalah perluasan
aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan
tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana,
birokrasi yang efektif.
Dengan demikian dapat penulis disimpulkan bahwa implementasi
adalah penerapan atau wujud nyata dari sebuah perencanaan suatu sistem
yang memiliki tujuan tertentu yang semuanya akan sangat bergantung
dengan kemampuan-kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan apa
yang dirancang melaluli program-program atau suatu sistem.
Maka pengertian implementasi pendidikan adalah suatu proses
mulai dari proses perencanaan sampai dengan penerapan suatu sistem
untuk mendidik pesrta didik agar tertanam sifat baik yang tertanam pada
37
setiap peserta didik diaplikasikan dalam kehidupan yang nyata.
2. Langkah-langkah Implementasi Pendidikan Agama Islam
Berbasis Karakter
Umumnya pendidikan karakter menekankan pada keteladanan,
penciptaan lingkungan, dan pembiasaan; melalui berbgai tugas keilmuan
dan kegiatan kondusif. Dengan demikian, apa yang dilihat, didengar,
dirasakan dan dkerjakan oleh pesera didik dapat membentuk karakter
mereka. Selain menjadikan keteladanan dan pembiasaan sebagai metode
pendidikan utama, penciptaan iklim dan budaya serta lingkungan yang
kondusif juga sangat penting, dan turut membentuk karakter peserta didik.
Penciptaan lingkungan yang kondusif dapat dilakukan sebagai variasi
metode sebagai berikut: (1) penugasan, (2) pembiasaan, (3) pelatihan, (4)
pembelajaran, (5) pengarahan, (6) keteladanan (Mulyasa, 2012: 9).
Menurut Daryanto (2013: 75), langkah-langkah implementasi
pendidikan berbasis karakter adalah:
1. Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam rangka pengembangan karakter
peserta didik dapat menggunakan pendekatan belajar aktif seperti
pendekatan belajar kontekstual, pembelajaran kooperatif, pembelajaran
berbasis masalah, pembelajaran berbasis kerja, ICARE (Intoduktion,
Connection, Application, Reflection, Extencion) dapat digunakan untuk
pendidikan karakter.
38
2. Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar
Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dapat
dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu:
a. Kegiatan rutin, yaitu kegiatan yang dilakkan peserta didik secara
terus menerus dan konsisiten setiap saat. Misalnya kegiatan
upacara hari senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksaan
kebersihan badan, piket kelas, sholat berjama’ah, berbaris ketika
masuk kelas, berdoa sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan
mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan
teman.
b. Kegiatan spontan, yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik
seara spontan pada saat itu juga. Misalnya, mengumpulkan
sumbangan ketika ada teman terkena musibah atau sumbangan
untuk masyarakat ketika terjadi bencana.
c. Keteladanan, merupakan perilaku sikap guru, tenaga kependidikan
dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan-
tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi
peserta didik lain. Misalnya, mulai disiplin (kehadiran guru yang
lebih awal dibanding peserta didik).
d. Pengondisian, yaitu penciptaan kondisi yang mendukung
terlaksananya pendidikan karakter, misalnya keberhasilan badan
dan pakaian, toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau
39
dengan pepohonan poster kata-kata bijak di sekolah dan di dalam
kelas.
e. Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakulikuler.
Terlaksananya kegiatan ko-kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler
yang mendukung pendidikan karakter memerlukan perangkat
pedoman pelaksanaan, pengembangan kapasitas sumber daya
manusia, dan revitalisasi kegiatan yang sudah dilaksanakan di
sekolah.
f. Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat. Dalam kegiatan
ini sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara
karakter yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di
rumah dan masyarakat kegiatan ibadah puasa, sholat taraweh dan
tadarus al-quran di bulan ramadhan dibuktikan dengan absendi
yang ditanda tangani oleh imam taraweh setiap harinya.
3. Penanaman budaya karakter dalam Pembelajaran
Implementasi pendidikan karakter juga dapat mengefektifkan
alokasi waktu yang tersedia dalam rangka menerapkan penanaman nilai
budaya dengan menggunakan metode pembelajaran aktif. Hal ini dapat
dilakukan sejak guru mengawali pembelajaran, selama proses berlangsung,
pemberian tugas-tugas mandiri dan terstruktur baik yang dilakukan secara
individual maupun kelompok, serta penilaian proses dan hasil belajar.
Adapun strategi penambahan waktu pembelajaran yang dapat dilakukan,
misal:
40
a. Sebelum pembelajaran dimulai atau setaip hari seluruh siswa dimintai
untuk membaca kitab suci, melakukan refleksi (masa hening) selama
kurang lebih 5 menit.
b. Dihari-hari tertentu sebelum pembelajaran dimulai dapat dilakukan
berbagai kegiatan paling lama 30 menit, misalnya berceramah dan
kegiatan bersih lingkungan dihari jum’at/sabtu.
c. Pelaksanaan membaca buku bersama disiang hari selama 30-60 menit.
d. Kegiatan-kegiatan lain diluar pengembangan diri, yang dilakukan
setelah jam pelajaran selesai seperti berdiskusi dengan teman,
membaca buku dan lain-lain (Daryanto, 2013: 75-76).
3. Faktor Pendukung Implementasi Pendidikan Krakter
Mulyasa (2012: 14), mengungkapkan bahwa ada 8 jurus yang perlu
diperhatikan dalam menyukseskan pendidikan karakter di sekolah, yaitu:
a. Me mahami Hakikat Pendidikan Karakter
Hal ini sangat penting karena pendidikan karakter bergerak dari
kesadara, pemahaman, kepedulian, dan komitmen, menuju tindakan
oleh karena itu, keberhasilan pendidikan karakter di sekolag sangat
bergantung pada ada tidaknya kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan
komitmen dari semua warga sekolah terhadap penyelenggaraan
pendidikan karakter.
b. Sosialisasi dengan Tempat
Sosialisasi dilaksanakan agar seluruh warga sekolah mengenal
dan memahami visi dan misi sekolah, serta pendidikan karakter yang
41
akan diimplementasikan. Sosialisasi bisa dilakukan dengan kepala
sekolah apabila yang bersangkutan sudah mengenal dan cukup
memahami. Namun, jikan belum bisa mengundang kepada yang ahli,
baik dari kalangan pemerintah, akademisi, maupun dari kalangan
penulis atau pengamat pendidikan. Sebaiknya dalam sosialisasi ini juga
dihadirkan komite sekolah, bila memungkinkan seluruh orang tua,
untuk mendapatkan masukan, dukungan dan pertimbangan tentang
implementasi pendidikan karakter.
c. Ciptakan Lingkungan yang Kondusif
Lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib, dipadukan
dengan optimisme dan harapan yang tinggi dari seluruh warga skolah.
Kesehatan sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta
didik merupakan iklim yang dapat membangkitkan gairah dan sangat
belajar. Sebaliknya, iklim yang kurnag menyenangkan akan
menimbulkan kejenuhan.
d. Dukung dengan Fasilitas dan Sumber Belajar yang Memadai
Fasilitas dan sumber belajar yang perlu dikembangkan dalam
mendukung suksesnya implemenasi pendidikan karakter antara lain,
laboratorium, pusat sumber belajar, dan perpustakaan, serta tenaga
pengelola dan peningkatan kemampuan pengelolaannya.
e. Tumbuh Disiplin Peseta Didik
Dalam rangka mensukseskan implementasi pendidikan karakter,
guru harus mampu menumbuhkan disiplin peserta didik, terutama
42
disiplin diri. Disiplin diri peserta ddik bertujuan untuk membantu
menemukan diri, mengatasi, dan mencegah timbulnya problem-problem
disiplin, serta berusaha menciptakan suasana yang aman, nyaman, dan
menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran
f. Pilih Kepala Sekolah yang Amanah
Kepala sekolah yang amanah merupakan salah satu faktor yang
dapat mendorong sekolah dalam mewujudkan visi, misi, tujuan, dan
sasran sekolah melalui program-program yang dilaksanakan secara
terencana dan bertahap. Kepala sekolah yang amanah dengan
kemampuan manajemen serta kepemimpinan yang tangguh, agar
mampu mengmbil keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan mutu
sekolah.
g. Wujudkan Guru yang Dapat Digugu dan Ditiru
Pendidikan karakter yang menekankan pada aspek siikap, nilai,
dan watak peserta didik, maka dalam pembentukannya harus dimulai
dari gurunya. Dalam hal ini, bgaimana setiap lembaga pendidikan, baik
formal maupun non formal dapat mewujudkan guru yang dapat digugu
dan ditiru.
Untuk menyukseskan implementasi pendidikan karakter di
sekolah perlu mengubah paradigma guru, sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan zaman. Tugas guru tidak hanya menyampaikan
informasi kepada peserta didik, tapi harus dilatih menjadi fasilitator
yang bertugas memberikan kemudahan belajar serta yang mampu
43
membimbing peserta didik dengan pendekatan pendidikan karakter.
h. Libatkan Seluruh Warga Sekolah
Keberhasilan pendidikan karakter di sekolah sangat ditentukan
oleh keberhasilan kepala sekolah dalam melibatkan seluruh warga
sekolah. Dalam hal ini seluruh warga sekolah harus terlibat dalam
pembelajaran, diskusi, dan rasa memiliki dalam upaya pendidikan
karakter.
Menurut Lickona (dalam muslikh, 2011: 129) juga menemukan
sebelas prinsip agar pendidikan karakter dapat berjalan efektif. Kesebelas
prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai kerja
pendukungnya sebagai fondasi karakter yang baik.
2. Definisikan ‘karakter’ secara koprehensif yang mencangkup
pikiran, perasaan, dan perilaku.
3. Gunakan pendekatan yang koprehensif, disengaja, dan proaktif
dalam pengembangan karakter.
4. Ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhataian.
5. Beri siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral.
6. Buat kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang
menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter, dan
membantu sisiwa untuk berhasil.
7. Usahakan mendorong motivasi diri siswa.
44
8. Libatkan staf sekolah sebagai komutitas pembelajran moral yang
berbagi tanggung jawab dalam pendidikan karakter dan upaya
untuk mematuhi nilai inti yang sama yang membimbing
pndidikan siswa.
9. Tumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan
dukungan jangka panjang bagi inisiatif pendidikan karakter.
10. Libatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam
upaya pembangunan karakter.
Evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidikan
karaketer, dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter yang baik.
D. Kajian Pustaka
Dari berbagai penelitian yang penulis ketahui, pembahasan yang
berkaitan dengan penelitian ini antara lain: Penelitian yang dilakukan oleh
a. Durotun Nasikah (2017), yang berjudul “Implementasi Pendidikan
Karakter Siswa Dalam Prespektif Islam di SMP NEGERI 2
BANYUBIRU Kabupaten SEMARANG Tahun Pelajaran 2017 ”.
hasil penelitian ini menujukan bahwa konsep pendidikan karakter
yang di kembangkan di SMP Negeri 2 Banyu Biru adalah
berkonsep kepada nilai dan ajaran agama islam.
Penelitian Durotun Nasikah ini sendiri memiliki kesamaan
dengan penelitian yang dilakukan peneliti yakni tentang pendidikan
karakter. Akan tetapi terdapat perbedaan yang sangat mencolok,
yaitu peneliti Durotun Nasikah berkisar pada konsep pendidikan
45
karakter yang dikembangkan oleh SMP Negeri 2 Banyu Biru dan
cakupan pembahasan terlalu bersifat umum yang di tinjau dari
bingkai serta prespektif islam. Sedangkan peneliti ingin
mengambarkan implementasi pendidikan agama islam berbasis
karakter, dalam hal tersebut peneliti memfokuskan penelitiannya
kedalam implementasi pendidikan agama Islam berbasis karakter
dan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam Implementasi
Pendidikan agama Islam berbasis karakter.
b. Endro Adi Wibowo (2017), “Implementasi Pendidikan Karakter
Pada Ekstrakulikuler Hizbul Wathan Studi kasus di SMK
Muhammadiyah Suruh”. Penelitian ini menjelaskan tentang
bentuk-bentuk Pendidikan Karakter yang terdapat pada hizbul
wathan dan strategi implementasi ekstrakulikuler dalam
meningkatkan pendidikan karakter pada siswa di SMK
Muhammdiyah Suruh.
Dalam hal ini penelitian yang di lakukan oleh Endro Adi
Wibowo mempunyai kesamaan dengan penelitan yang dilakukan
oleh peneliti yakni dalam pembahasan yang dibahas masih meliputi
Pendidikan Karakter. Akan tetapi dalam penelitian yang di lakukan
oleh Endro Adi Wibowo dengan peneliti masih terdapat perbedaan
yang sangat menonjol yaitu pemfokusan mengenai obek yang
dikaji dalam pendidikan karakter yang dibahas oleh Endro Adi
Wibowo adalah bagaimana bentuk-bentuk pendidikan karakter
46
yang terdapat pada ekstrakulikuler Hizbul Watan dan bentuk
Pendidikan Karakter yang masih bersifat umum. Sedangkan
peneliti, memfokuskan penelitiannya kedalam implementasi dan
faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan agama Islam
berbasis karakter.
c. Titik Isniatus Sholikhah (2015), “Pendidikan Karakter Peduli
Lingkungan Studi kasus di sekolah menegah Assalihiyah,
Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand selatan Tahun 2015”.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Pendidikan Karakter peduli
linkungan secara islami adalah program pendidikan yang di
rancang untuk membina membina keterampilan siswa dalam
memahami hubungan antara manusia dan lingkungan fisiknya,
serta mengembangkan sikap siswa untuk senantiasa melestarikan
lingkungan menuju peningkatan kualitas hidup islami sesuai
dengan ajaran islam.
Dalam hal ini penelitian yang di lakukan oleh Titik Isniatus
Sholikhah mempunyai kesamaan dengan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti yakni dalam pembahasan yang dibahas mengenai
pendidikan karakter dan sudah mulai memasuki ke substansi
mengenai peduli lingkungan. Akan tetapi dalam penelitian yang
dilakukan oleh Titik Isniatus Sholikhah sangat berbeda dengan
penelitian yang dilakukan.
Dalam penelitian Titik Isniatus Sholikhah titik fokus utama
47
dalam pembahasannya terdapat pada pendidikan karakter yang
mengarah pada siswa atau peserta didik peduli akan lingkungan
sedangkan, dalam hal tersebut peneliti memfokuskan penelitiannya
kedalam implementasi pendidikan agama Islam berbasis karakter
dan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam Implementasi
Pendidikan agama Islam berbasis karakter.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
48
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Penulis buku penelitian kualitatif lainnya Denzin dan Lincoln
menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang
terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang
ada. (Moleong 2008: 4-5)
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yakni pencarian
fakta dengan interprestasi yang tepat, dengan pendekatan kualitatif,
yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh suatu teori dalam
implementasi pendidikan agama Islam berbasis karakter.
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah
Plus Salatiga. Sekilas mengenai sekolah SMP Muhammadiyah Plus
Salatiga beralamat di Jl suropati 14 Togaten Salatiga, Mangunsari,
Sidomukti, kota Salatiga, dan berprovinsi di Jawa Tengah. Sedangkan
waktu penelitian bulan Desember 2018 sampai dengan bulan Februari
2019 .
C. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data. (Sugiyono, 2011: 225) hal ini tercermin
dengan adanya kata-kata dan tindakkan yang diperoleh dari
pengamatan lapangan dengan mengamati atau mewawancarai.
49
Data primer yang akan didapati oleh peneliti diantaranya
bersumber dari Kepala sekolah SMP Muhammadiyah Plus Salatiga,
Guru Kelas, Guru PAI, Siswa SMP Muhammadiyah Plus Salatiga.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data misalnya lewat orang lain
atau lewat dokumen (Sugiyono, 2011: 225). Sumber tertulis merupakan
sumber kedua dan merupakan bahan tambahan yang dapat dibagi atas
sumber buku, majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi dan resmi
(Moleong, 2009: 159).
Sumber tertulis dari penelitian ini antara lain: dokumen-
dokumen resmi yang berupa dokumen profil SMP Muhammadiyah Plus
Salatiga.
D. Prosedur Pengumpulan Data
1. Teknik Wawancara atau Interview
Menurut Basrowi dan Suwardi, (2008: 127), wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) sebagai pengaju atau pemberi pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan
itu.
Informan dalam penelitian ini adalah Kepala sekolah SMP
Muhammadiyah Salatiga, guru PAI, dan siswa. Wawancara ini
dilakukan untuk mendapatkan jawab yang riil dan akurat dari informan.
50
Meskipun demikian peneliti tidak menutup kemungkinan untuk
mengajukan pertanyaan pada aspek-aspek lain yang mendukung
terhadap topik penelitian.
2. Teknik Observasi
Selaras dengan pendapat Arikunto dkk (2008:17) observasi,
adalah kegiatan pengamatan atau pengambilan data untuk memotret
seberapa jauh efek tindakan telah mencapai batasan.
Dalam observasi atau pengamatan ini diusahakan mengamati
keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja
untuk memengaruhi, mengatur atau memanipulsasi data yang telah
didapat ( Nasution, 20011:106).
Pada observasi ini lebih mendominasikan pengamatan secara
langsung mengenai sikap peserta didik yakni: religius, jujur, tanggung-
jawab, toleransi, disiplin, peduli sosial, peduli lingkungan, dan gemar
membaca.
3. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen dokumen baik
dokumen tertulis, gambar maupun elektronik dokumen dokumen
tersebut diurutkan sesuai dengan kekuatan dan kesesuaian isisnya
dengan tujuan pengkajian. Isinya dianalisis, dibandingkan dan
dipadukan membentuk suatu hasil kajian yang sistematis, padu dan
utuh.
51
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumen antara
lain:
1) Dokumen pribadi
Dokumen pribadi merupakan catatan atau karangan
seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan
kepercayaan. Maksud menggumpulkan dokumen pribadi ialah
untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial, dan arti
berbagai faktor disekitar subjek penelitian. Contoh dokumentasi
pribadi adalah buku harian, surat pribadi, dan otobiografi .
2) Dokumen resmi
Dokumen resmi terbagi atas dokumen internal dan
dokumen eksternal. Dokumen internal berupa memo,
pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu
yang digunakan dalam kalangan sendiri. Dokumen eksternal berisi
bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial
misalnya majalah bulletin, pernyataan, dan berita yang dishare kan
kepada media masa. Teknik ini secara khusus digunakan untuk
memeproleh dokumen resmi tentang profil sekolah secara umum,
visi misi, struktur oganisasi, profill guru dan karyawan, keadaan
siswa, saranana dan prasarana. Sedangkan dokumen pribadi guru
meliputi : rpp, daftar siswa, hasil raport, penilaian, ekstrakulikuler,
dan buku komunikasi.
52
E. Analisis Data
Dalam hal ini, Sugiyono (2011: 244) menyatakan analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting
dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Pada tahapan ini, peneliti menganalisis data yang terkumpul yang
terdiri dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pekerjaan
analisis data dalam hal ini adalah mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorikannya.
Setelah itu metode yang di gunakan kan adalah analysis content.
Data hasil analisis ini akan dilihat bukti nyatanya dalam observasi
langsung ke kelas mengenai konsep tulis dengan pelaksanaan dilapangan
lalu data yang diperoleh akan dideskripsikan secara induktif dalam sebuah
laporan hasi penelitaian deskriptif.
F. Pengecekan Keabsahan Temuan
Menurut Moleong (2008: 324) pengecekan data ada empat
kriteria yang digunakan yaitu: kepercayaan (credibelity), keteralihan
(transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian
(confirmability).
Pada penelitian ini, peneliti memakai kriteria kepercayaan
53
(credibelity). Kriteria kepercayaan ini berfungsi untuk melakukan
penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan
dapat dicapai. Peneliti memperpanjang penelitian dengan melakukan
observasi secara terus menerus sampai data yang dibutuhkan cukup.
Kemudian peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
(Moleong, 2008:330)
Disini peneliti akan mengajukan berbagai variasi pertanyaan,
mengecek dengan sumber data atau informan yang berbeda, observasi
wawancara secara mendalam dan dokumentasi sehingga keakuratan
akan semakin tinggi.
54
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1. Gambaran Umum Sekolah Menengah Pertama Muhammadyah
Plus Salatiga
a. Letak Geografis
Letak sebuah sekolah sangat berpengaruh terhadap proses
kegiatan belajar mengajar, karena hal ini dapat menciptakan suatu
situasi, kondisi edukatif, nyaman, aman, tentram dengan prinsip
efisiensi dan efektifitas yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
pada siswa.
Adapun Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah Plus
Kota Salatiga adalah sekolah Islam swasta yang dikelola yayasan
Muhammadiyah yang terletak di Jalan Suropati, No. 14 Togaten,
Kota Salatiga, Jawa Tengah, yang dibangun atas tanah seluas
kurang lebih 1.955 m2, dengan kondisi gedung yang sudah
permanen dan tata bangunan yang strategis segingga sangat
nyaman untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Adapun batasan-batasan geografis SMP Muhammadiyah
Plus Salatiga adalah sebagai berikut:
a. Sebelah barat berbatasan dengan Masjid Muhajirin
Togaten Kota Salatiga
55
b. Sebelah timur berbatasan dengan pemukiman warga
dan jalan raya Solo - Semarang
c. Sebelah selatan berbatasan dengan pemukiman warga
dan pasar sapi Salatiga
d. Sebelah utara berbatasan dengan pemukiman warga
b. Sejarah Berdirinya Sekolah
SMP Muhammadiyah Plus Salatiga adalah sebuah lembaga
pendidikan yang merupakan sekolah lanjutan dari SD
Muhammadiyah Plus Salatiga. Hal ini berangkat dari sebuah tekad
dan pemikiran untuk mengadakan proses pendidikan yang
berkelanjutan. Sehingga dibutuhkan sebuah lembaga yang mampu
menjembataninya. Dari diskusi yang intens antara Majelis
Dikdasmen PDM Kota Salatiga, staff pimpinan SD
Muhammadiyah Plus, dan beberapa lembaga terkait, maka
tercetuslah ide untuk mendirikan SMP Muhammadiyah Plus pada
tanggal 26 November 2016. (D/SBS/1-2-2019)
c. Visi, Misi, Tujuan Sekolah dan sasaran
Visi
“Menjadi lembaga yang unggul dalam keilmuan serta
mengupayakan terbentuknya generasi muslim berkualitas unggul
dalam prestasi, cerdas dan beramal Qurani.”
56
Misi
1) Menumbuhkan sikap penghayatan dan pengamalan ajaran
agama dalam kehidupan sehari – hari.
2) Menyelenggarakan pendidikan yang kompetitif, efektif dan
Islami.
3) Membentuk jiwa religius siswa dengan pembiasaan islami.
4) Meningkatkan kompetensi dan komitmen seluruh tenaga
kependidikan dalam rangka meningkatkan pengetahuan,
wawasan dan kecerdasan siswa.
5) Menanamkan dan menumbuhkan semangat disiplin serta
berakhlaq mulia.
6) Melaksanakan kegiatan diri siswa yang terprogram secara
efektif dan efisien.
Tujuan dan Sasaran
1) Meningkatkan praktik pelaksanaan agama dan pembiasaan
peserta didik.
2) Meningkatkan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan.
3) Menghasilkan output yang unggul, cerdas, dan qurani.
4) Meningkatkan kemandirian peserta didik.
Sasaran
1) Semua tenaga pendidik, kependidikan, juga siswa
membiasakan perilaku budaya islami dalam berinteraksi di
lingkungan sekolah.
57
2) Menjadikan kegiatan berbasis IMTAQ dan IPTEK sebagai
kegiatan yang dapat menjadi contoh di tingkat kotamadya.
3) Pengelolaan manajemen sekolah dapat terkoordinasi dengan
baik sesuai standar pengelolaan manajemen pendidikan.
4) Sekolah dapat mencapai standar pendidik dan tenaga
kependidikan meliputi: semua guru berkualifikasi S1, semua
mengajar sesuai bidangnya, terampil dalam melakukan PTK
dan trampil dalam pembelajaran yang berbasis IT.
5) Semua guru telah mengembangkan dan memiliki serta
melaksanakan perangkat mengajar sesuai dengan kurikulum
yang berlaku.
6) Semua guru terlatih dalam melakukan inovasi pembelajaran.
d. Ketenagaan
1) Data Guru
Tabel 4.1 Jumlah Ketenagaan Guru dan Jabatan
No Nama Guru Guru Pelajaran Ket
1 Iwan Tri Nugroho, S.Pd Olahraga Waka Ur. Sarpras
2 Arif Fahrurozi, S.Pd Fisika Waka Ur. Kurikulum
3 Vera Atmawati, S.Pd Matematika Waka Ur. Kesiswaan
4 Muttaqin, M.Pdi PAI Waka Ur. ISMUBARIS
5 Ina Dinawati, S.S Bahasa Jawa Waka Ur. Ketenagaan
6 Winanti Sekar Utami,
S.Pd
Bahasa Indonesia Waka Ur. Humas
7 Tri Bekti, S.Pd Matematika Wali kelas Yunus Anis
8 Agus Zainuri, S.PdI Bahasa Arab Wali kelas Mas Mansyur
58
9 Ika Nurratri Nugrahani,
M.Pd
Bahasa Inggris Wali kelas Ibrahim
10 Elisa Linda Yulia,
S.Sos
IPS Wali kelas Jendral Sudirman
11 Amalina Rizqi R, S.Pd PAI Wali kelas Imam Tirmidzi
12 Ana Irawanti, M.Pd.
Bahasa Indonesia Wali kelas Imam Muslim
13 Bogi Dwi
Febrihandoko, S.Pd
Seni Rupa Wali kelas Imam Bukhori
14 Nur Hidayati,S.Psi BK
15 Dwi Saputri, S. Pd PKN
16 Azizah Tahfidz
Sumber: (D/KT)
2) Data Karyawan
Tabel 4.2 Jumlah Karyawan
No Nama Bagian Keterangan
1 Eko Budi Prasetiyo, A.Md. Esy Staf. Keuangan TU
2 Muhlisin, A.Md.Kom Admin sekolah TU
3 Nindyatri Pratiwi, S.Psi Teller TU
4 Joko Kebersihan CS
Sumber: (D/KT)
59
e. Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI
SMP MUHAMMADIYAH PLUS KOTA SALATIGA
f. Jumlah Siswa
Tabel 4.3 Jumlah Siswa
Tahun
Pelajaran
Kelas VII Kelas VIII Jumlah Rombel
2018/2019 Jml Siswa Jml Rombel Jml Siswa Jml Rombel Jml Siswa Jml Rombel
93 3 66 3 161 6 Rbl
PEMBINA
PDM KOTA
SALATIGA
MAJLIS
DIKDASMEN
KEPALA SEKOLAH
Sutomo, M Ag
BIMBINGAN
KONSELING
Nurhidayati, S, Pd.
KEPALA TATA
USAHA
Ina Dinawati, S, S.
Komite Sekolah
Staf TU
Muhlisin A,
Md.
WAKAISMUBA
TIK
Mutaqin, M Pd.
WAKA
KESISWAAN
Vera Atmawati, S,
Pd.
WAKA
KURIKULUM Ratna Wardani S, Pd.
WAKA SARPRAS
Iwan Tri Nugroho, S
Pd
WAKA
HUMAS
Sekar Utami
WALI KELAS
60
g. Prestasi Siswa
Tabel 4.4 Peraihan Prestasi Siswa
No Prestasi Tahun
1 Juara 3 Kaligrafi Pentas MAPSI 2017
2 Awrading from Google 2017
3 Juara 1, 2 Yogyakarta Championship (YKTC 2) 2017
4 Juara 1 Robo Soccer Se-Jateng 2017
5 Juara 3 Turnamen Tapak Suci V UMS Cup 2018
6 Juara 1 Baca Puisi 2018
7 Juara 1 Polines Robotic Competition 2018
8 1, 2, 3 Yogyakarta Championship (YKTC) 3 2018
9 Juara 3 FSL2N cabang lomba Design Poster Digital 2018
10 Lomba Festifal Islami 2018
11 Juara 3 Kaligrafi 2018
12 Juara 3 Khitobah 2018
13 Juara 3 Tartil 2018
14 Juara 3 Lomba Robot Socer Tingkat Jawa Tengah 2018
15 Perwakilan Kota Salatiga dalam Pencak Silat O2SN
Tingkat Jawa Tengah
2018
16 Juara Umum Turnamen Tapak Suci UNIMUS 2018
17 Juara Olimpiade Ahmad Dahlan 2018
18 Juara 2 Robotika 2018
19 Juara 2 Panahan 2018
61
20 Lomba Pagelaan Seni Tingkat Kota Salatiga 2018
21 Juara 1 Macapat 2018
22 Juara 3 Macapat 2018
23 Juara 3 Melukis 2018
Sumber: (D/K)
h. Kegiatan Ekstrakurikuler
Program ekstrakurikuler direncanakan, disusun, dan
diprogramkan berjutuan untuk mengembangkan kemampuan minat
dan bakat siswa. Selain itu programini adalah salah satu bentuk
implementasi dari prinsip multiplr intelligences. Sehingga
diharapkan semua potensi yang ada dalam diri siswa akan
berkembang dengan optimal. Semua anak memiliki kemampuan,
potensi, dan kecerdasan yang beragam, untuk itu perlu diberikan
wadah/sarana dalam menunjang pengoptimalan potensi tersebut.
Beberapa kegiatan ekstrakurikuler tersebut antara lain:
1) Ekstrakurikuler WAJIB :
Kelas VII : Kepanduan Hizbul Wathan (HW), Tapak Suci
Kelas VIII : Kampung English
2) Ekstrakurikuler PILIHAN :
a) KIR (karya Ilmiah Remaja)
b) Futsal
c) PMR (Palang Merah Remaja)
d) Jurnalistik
62
e) Pemprograman / cinematografi
f) Tari
g) Band
h) Panahan
i) Robotika
i. Jumlah Sarana Prasarana dan Fasilitas
1) Tanah
a. Status Tanah : Hak Milik
b. Luas Tanah : 1.955 m2
c. Luas Seluruh Bangunan : 1.355 m2
2) Koleksi Perpustakaan
3) Peralatan Pendidikan
4) Media Pendidikan
5) Meubeler Sekolah
6) Jumlah Ketersediaan Ruangan
2. Hasil Temuan Penelitian
a. Pendidikan Agama Islam berbasis karakter SMP
Muhammadiyah Plus Salatiga
1) Pendidikan karakter yang ditanamkan kepala sekolah di SMP
Muhammadiyah Plus Salatiga
Adapun mengenai pendidikan karakter yang ditanamkan di
SMP Muhammadiyah Plus Salatiga sebagai berikut:
“Pendidikan karakter ini secara hebid dan kultur memang sudah kita
63
tanamkan pada warga sekolah SMP Muhammadiyah Plus Salatiga
mulai dari tenaga kependidikan kemudian seruluh siswa siswi
kemudian aturan juga untuk karakter juga untuk orang tua contoh
misalskan ketika orang tua masuk di arena sekolah harus memakai
pakaian yang sopan dan rapi ini bagian dari bagaimana kita
memaksimalkan pendidikan karakter di sekolah memang menjadi
sesuatu yang sangat kita harapkan untuk bisa menjadi contoh bagi
semuanya.” (Wawancara/Sutomo/26-02-2019)
Adapun informasi juga didapatkan oleh bapak Fahrurozi
yang penuturannya sebagai berikut:
”Kalau kita itu disini ada 5 karakter utama, yaitu religiussitas,
nasioalisme, kemandirian, gotong royong dan integritas kelima-
limanya itu harus semuanya diterapkan disini bahkan yang
religiusitas kalau di RPP harus dicantumkan bernilai karakter
kebangsaan juga di RPP harus di catumkan kemudian misalkan
karakter religius setiap harinya juga sebelum melaksanakan
pembelajaran pukul tujuh kurang 15 menit apel pagi, menyanyikan
lagu nasional Indonesia raya dan lagu nasional yang lain
kemudian setelah itu dikenalkan lima karakter tadi disuruh
melafalkan bareng-bareng kemudian sholat dhuha dilanjutkan
tahfidz, kemudia melaksankan sholatnya dengan cara berjamaah
dihari kamis dan senin kadang di laksankan puasah sunnah,
kemudian karakter kejujuran dengan diadakannya kantin kejujuran
64
walapun kadang dalam implementasinya kurang lima ribu atau
tujuh ribu namun setiap harinya lebih bagus kemudian adap-adap
sopan bagaimana makan ketika ada yang ketahuan makan berdiri
atau menggunakan tangan kiri atelah itu kita tegus dan dikasih
hadiah.” (Wawancara/Fahrurozi/26-02-2019)
Adapun informasi juga didapatkan oleh Ibu Ririm, yang
penuturannya sebagai berikut:
”Semua karakter di sini menggunakan 18 karakter yang sudah
diterapkan di Pemerintah, yang sudah dianjurkan di kurikulum
2013 seperti adil, jujur dan lain sebagainya. Kami sebagai
akhlaqul karimah juga menerapkan 4 sifat wajib Rasulullah SAW
seperti Shiddiq, Amanah, Fatonah, Tablig.” (Wawancara/Ririn/26-
02-2019)
2) Pendidikan Agama Islam berbasis karakter di SMP
Muhammadiyah Plus Salatiga
Adapun mengenai pendidikan Agama Islam berbasis
karakter di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga sebagai berikut:
“Kalau pendidikan Islam yang kita laksanakan di lembaga sekolah ini
tentunya sudah berkarakter jadi pendidikan islam itu sudah
menunjukan bagaimana penanaman karakter relijius pada sisiwa
siswi lingkungan sekolah karena pendidikan agama ini bagaimana
penguatan terhadap proses aktivitas dilaksanakan di lingkungan
sekolah terutama. (Wawancar/Utomo/26-02-2019)
65
Adapun informasi juga didapatkan oleh bapak Fahrurozi,
yang penuturannya sebagai berikut:
“Pendidikan agama Islam berbasis karakter itu menurut saya lebih
keimplementasinya kalau hanya dari segi-segi teori anak sekarang
ketika disuruh belajar teori lebih sulit lebih mudahnya kalau
keprakteknya karena anak-anak sekarang lebih cenderung main
game maka dari itu anak cenderung berkinestetik jadi agama itu
lebih baik pada implementasinya.” (Wawancara/Fahrurozi/26-02-
2019)
Adapun informasi juga didapatkan oleh Ibu Ririn, yang
penuturannya sebagai berikut:
“Untuk pembelajarannya kami menggunakan metode yang sudah
diajarkan yaitu metode ceramah, trill, dan juga metode jiksel.
Utamanya, kami sebagai guru menerapkan hal sopan santun untuk
setiap pagi menyambut dan bersalaman dengan anak-anak ketika
tiba di halaman sekolah. Dari pihak sekolah menerapkan untuk
anak-anak sholat dhuha berjamaah, kemudian setelah sholat
dhuha kami memberi waktu 1 jam untuk tahfidz. Dari situ anak-
anak bisa membenarkan bacaan Al-Qur’an dengan baik dan juga
memurojaah juz amma, dengan sendirinya terbentuklah karakter
anak-anak. Adanya waktu untuk Tahfidzul Qur’an kita sangat
mengharapkan bahwa anak-anak mampu menghafal hingga 3 juz
dengan waktu 3 tahun, alangkah baiknya jika mampu menghafal
66
lebih dari 3 juz. Tahap pembelajarannya pun dikelas juga outdoor,
ketika pembelajaran dikelas kami hanya memberikan materi
dengan waktu yang singkat. Selebihnya anak-anak mampu
mencarai informasi dari sumber lain, selain dikelas dan aktif
dalam pembelajaran agar menambah wawasan anak-anak. Seperti
halnya mahasiswa mencari bahan sendiri lalu di presentasikan
dan membuka sesi Tanya jawab. Dari pihak sekolah juga
memberikan jadwal untuk praktek agar anak-anak lebh memahami
secara langsung contohnya praktek sholat, wudhu, melainkan
sholat jenazah. Kami juga membuka kantin kejujuran di SMP
Muhammadiyah Plus Salatiga untuk membentuk karakter anak-
anak agar selalu bersikap jujur. Kemudian toleransi ketika ada
kunjungan dari sekolah lain yang bukan berbasis Islami, di
harapkan anak-anak dapat menghormati antar agama. Uniknya,
ketika adzan dhuhur berkumandang kami mengharapkan anak-
anak untuk segera meninggalkan aktifitas lain lalu menuju ke
masjid untuk sholat dhuhur berjamaah.” (Wawancara/Ririn/26-02-
2019)
3) Penerapan pendidikan agama Islam berbasis Karakter
Adapun mengenai pelaksanaan pendidikan agama Islam
berbasis karakter di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga sebagai
berikut:
“Memberikan praktek keagama dalam keseharian untuk siswa di
67
Sekolah yang terutama dan dimanapun baik di sekolah maupun di
rumah misalkan disekolah guru PAI bertanggung jawab bagaiman
program-program pembinaan karakter bagi siswa-siswi melalui
praktek langsung seperti sholat berjamaah, sholat dhuha, tadarus
kemudian saling menghormati terhadap sesame teman denga
orang tua terutama di sekolah yaitu guru teru ditanamkan menjadi
ebit dan kultur di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga ini.
(Wawancara/Sutomo/26-2-2019)
Adapun informasi juga didapatkan oleh bapak Fahrurozi,
yang penuturannya sebagai berikut:
“Kalau disini sebagai implementasinya terutama guru pendidikan
agama Islam yang lebih ditekankan kalau bapak/ibu guru yang
lain hanya bersifat membantu saja mulai dari pembiasaannya
mulai dari pagi sudah menyambut di depan artinya adalah guru
berangkat lebih awal dari pada muridnya kemudian apel bareng,
sholat dhuha berjamaah, dilanjutkan tahfidz bersama, kalau
implementasinya ya yang lebih mengetahui ya guru pendidikan
agama Islam itu, misalkan di kelas seperi sopan santunya seperti
guru bagiamana kemudian bagaiman tingkah laku sesame teman,
sama lingkungan sekitar hal itu guru pendidikan agam Islam yang
terus memantau kalau kami dari kurikulum hanya mengecek di
silabus dan RPPnya biasanya melalui super visi.”
(Wawancara/bapak Fahrurozi/26-2-2019)
68
4) Mekanisme pelaksanaan pendidikan agama Islam berbasis
karakter
Adapun mengenai pelaksanaan pendidikan agama Islam
berbasis karakter di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga sebagai
berikut:
“Pendidikan Islam bahwa SMP Muhammadiyah Plus salatiga ini
menggunakan kurikulum ini memakai tiga kurikulum, kurikulum
penddikan nasional, kurikulum pendidikan agama islam, kurikulum
pesantren tentunya dalam implementasi pendidikan agama islam
berbasisi karakter ini pada teori dan praktek kalau teori saja
tentunya tidak maksimal kita di SMP Muhammadiyah Plus
Salatiga sudah melaksanakan teori dan praktek itu aalah sebuah
proses yang memang harus kita laksanakan seperti setiap pagi
bagaimana kita berakhlak sopan santun, atau yang kita kenal
dengan 5s, sopan, santun, senyum, sapa, salam ini sudah kita
lakukan bagaimana kita menyambut kedatangan siswa kemudian
siswa diberikan penguatan apel pagi setalah apel pagi kita sholat
dhuha kemudian tadarus atau tahfidz baru kemudian
melaksanakan pembeljaran itulah tentunya praktek karakter yang
berbasis agama yang menjadi rutinitas kita implementasikan di
SMP Muhammadiyah Plus Salatiga.” (Wawancara Sutomo/26-02-
2019)
Adapun informasi juga didapatkan oleh bapak Fahrurozi,
69
yang penuturannya sebagai berikut:
“Kalau mulai dari pembelajaran ya harus ada silabus, rencana
pemebelajaran itu sudah jelas harus ada kemudian dari sekolah
sendiri mulai dari kurikulum juga harus disiapkan mulai dari
KTSP itu harus disusun untuk mewadai dari pendidikan agama
Islam itu nanti lebih cenderung kepada karakternya yang lebih
ditekankan, kalau dari implementasinya ya mulai dari bapak/ibu
guru harus gotong royong bahu membahu untuk melaksanakan
karena disini sekolah berbasisi agama” (Wawancara/Fahrurozi/26-
02-2019)
Adapun informasi juga didapatkan oleh Ibu Ririn, yang
penuturannya sebagai berikut:
“Untuk perencanaannya setiap semester pasti sudah ada proker
(program kerja), kami merekap semua proker dari awal hingga
akhir. Dengan adanya sekolah kami berbasis Agama maka dari itu
kami menggunakan sumber Agama juga. Penerapannya pun anak-
anak juga harus mengikuti pengarahan yang sudah di instruksikan
oleh guru. Pihak sekolah mengharapkan untuk satu semester
kedepan semua kegiatan yang ada di SMP Muhammadiyah Plus
Salatiga terstruktur. Pengadaan evaluasi guru dilaksanakan setiap
minggu, untuk pengevaluasian terhadap anak didik dilakukan
setelah kegiatan belajar mengajar. Yang mana setiap pelajaran
yang di dapat aka nada pengevaluasian untuk memperbaiki
70
sekaligus mengulang pelajaran yang sudah diterima oleh anak
didik.” (Wawancar/Ririn/26-02-2019)
5) Sistem pengawasan pelaksanaan pendidikan Islam berbasis
karakter
Adapun mengenai sistem pengawasan pendidikan agama
Islam berbasis karakter di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga
sebagai berikut:
“Secara sistem kita sudah mempunyai instrumen atau alat ukur
misalkan pendidikan agama Islam secara yang kita lakukan hafal
minimal hafal al quran 3 juz contoh lagi bagaimana anak-anak ini
sadar terhadap lingkungan yang bersih, warga sekolah ini juga
sadar saling menghormati, saling menghargai diantara warga
sekolah, misalkan guru dengan murid, murid dengan guru ini akan
memberikan praktek rieal implementasi karakter di sekolah.”
(Wawancara/Sutomo/26-02-2019)
Adapun informasi juga didapatkan oleh bapak Fahrurozi,
yang penuturannya sebagai berikut:
“Kita setiap anak itu ada guru pembeimbingnya masing-maisng
yang bertugas mengampu tahfidznya, sholatnya misalkan
mengecek sholatnya nanti ada buku sendiri dirumah sholat atau
tidak kemudian buku hafalan dan juga buku fokep nanti setiap
guru memegang 15 anak sampai 17 anak dari itu nantinya setiap
satu bulan sekali dibuat laporan dan dianalisa di team ISMUBA
71
kemudian dilaporkan ke kepala sekolah biasanya persetengah
semester berarti laporan ke kepala sekolah satu tahun ada empat
kali bagaimana perkembangan anaknya.”
(Wawancara/Fahrurozi/26-02-2019)
6) Sistem evaluasi pendidikan agama Islam berbasis karakter
Adapun mengenai sistem pengawasan pendidikan agama
Islam berbasis karakter di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga
sebagai berikut:
“Evaluasi kalau karakter itu, secara penilaian tentunya ada alat
ukurnya yang sudah baku melalui rapot kemudian bagaimana alat
ukur atau penilain masyarakat terhadap lembaga SMP
Muhammadiyah Plus Salatiga ini berkaitan dengan siswa siswinya
berkaitan dengan bagaimana anak ini mampu mempraktekan
karakter Islami dimanapun dan kapanpun
dilakukan.”(Wawancara/Sutomo/26-2-2019)
Adapun informasi juga didapatkan oleh Bapak Fahrurozi,
yang penuturannya sebagai berikut:
“Biasanya dilaksankan persemester yang mengevaluasi biasnya
kurikulum kemudian melakukan super visi tapi kebanyak kalau
yang penndidikan agama Islam langsung ke kepala sekolah
langsung yang melakukan evaluasi dari situ apakah nanti
kurikulum ada perbaikan atau revisi ini dilakukan setiap
persemester da nada kekiatan forum yang menarik seperi NGOPI
72
ngobrol bareng PAI dan pelatihan yang lain kalau yang PAI rutin
dilakukan evaluasi setiap setengah bulan sekali juga setiap
semester ada perkumpulan guru-guru muhamadiyah yang
membahas mengenai bidah silabus, RPP dan lain sebagainya.”
(Wawancara/Fahrurozi/26-2-2019)
b. Faktor mempengaruhi pendidikan Agama Islam berbasis
karakter di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendidikan Agama Islam
berbasis karakter
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi pendidikan
Agama Islam berbasisi karakter sebagai berikut:
“Tentu yang menjadi faktor sangat banyak sekali diantaranya yaitu
kesadaran, visi misi,sehingga dari situlah bahwa nantinya
system-sistem yang kita garap menjadi arah yang jelas yang kita
harapkan, secara sepesifik mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pendidikan agama Islam berbasis karakter di
SMP Muhammadiyah Plus Salatiga yaitu:
a. Dana, Tentu hal tersebut menggunakan dana untuk
menunjang fasilitas dan lain-lain, yang sumberdananya dari
BOS dan dana DKT Siwa dari dana tersebut kembali untuk
siswa serta memenuhi semua kebutuhan sekolah seperti alat
peraga untuk penunjang proses pembelajaran, sebenarnya
mulai dari hari senin sampai sabtu kita khususnya disekolah
sini itu menggunakan berbasis karakter termasuk nilai PAI
sumua kita terapkan setiap harinya.
73
b. Untuk fasilitas, semua fasilitas yang sudah ada di sekolah
semua bisa digunakan seperti lap PAI, kantin kejujuran,
koprasi kejujuran jadi saling berkesinambungan ketika mau
beli ya uang ambil sendiri dan bayar sendiri seperti itu
upaya-upaya sekolah membimbing anak didiknya.
c. Waktu, berkaitan dengan ini memang membutuhkan waktu
yang tidak sedikit kalau mengenai implementasi pendidikan
agama Islam berbasis karakter di sekolahan ini kurag lebih
sudah melakukan satu setengah tahun hasilnya adalaha
sudah sangat kita rasakan sekali walupun kita anggap masih
ada kekurangan namun sudah kita nilai berhasil, yang jelas
adalah kita memanfaatkan waktu setiap harinya harus
ditekankan, diarahkan terus.
d. Jaringan, kalau kita disini Pimpinan Daerah Muhammadiyah
itu sudah, kita kerjasama dengan IAIN Salatiga, UNIMUS,
dewan-dewan masjid disekitar sekolah, UMS.
e. Sumber Daya Manusia, jelas bahwah kami disini mulai
pengrekrutan guru minimal sudah selesai study S1, setiap
setengah semester juga kita da penataran guru agar sesuai
dengan arah muhammadiyah.
f. Komunikasi dengan orang tua, kita selalu komunikasi dengan
orang tua seperti kita memanfaatkan media social grup WA
antara walikelas dan wali murid, jika ada anak yang perlu
bimbingan khusus kita carikan solusi dengan jaringan
pribadi, seperti menanyakan perkembangan anak dan
kebutuhan untuk membantu anak lebih baik, sehingga ada
komunikasi intens antara pihak sekolah dan orang tua siswa.
g. Pengawasan, di SMP Muhammadiyah Plus ada kartu kendali
siswa, kartu kendali tahfid selain dihafalkan di sekolah juga
harus disetorkan setiap orang tuannya, juga perilaku sehari-
hari dirumah juga kita kroscek dengan orang tuanya
74
sehingga tau perkembangan anak”
(Wawancara/Fahrurozi/26-02-2019)
Adapun informasi juga didapatkan oleh ibu Ririn, yang
penuturannya sebagai berikut:
Bahwasanya didunia pendidikan itu sendiri tidak hanya
mengutamakan akademik saja, akan tetapi kita mengharapkan
agar anak-anak memiliki attitude / etika. Jadi, faktor utama yang
sangat mempengaruhi anak-anak ialah ketika dimana mereka
sudah menghadapi dunianya sendiri, beda dengan dunia ketika
mereka dengan guru-gurunya atau lain halnya ketika mereka
menghadapi zaman milenial ini, dimana anak-anak tersebut
cenderung lebih mengutamakan sosmed atau publikasi daripada
gurunya. Mereka sangat terpengaruh terhadap dunia sosmed,
yang mana mereka tidak lagi nurut terhadap guru-gurunya.
Seperti itulah faktor yang mempengaruhi anak terhadap karakter.
sepesifik disini ada beberapa hal yang menjadi faktor penting
yatu:
a. Finansial, Jadi untuk karakter itu sendiri tidak perlu
menggunakan banyak dana, kita disini hanya melakukan
penerapannya saja yang mana bisa di biasakan dalam
kesehariannya. Misalnya saja, membiasakan, mencontohkan
karakter dalam kesehariannya tentang kejujuran, ya kita
selaku pendidik, selaku guru-guru menginginkan anak-anak
mempunyai karakter jujur jadi kita mengadakan kantin
kejujuran. Karena adanya kantin kejujuran tersebut, kita
tidak berharap menghasilkan untung atau rugi, yang
terpenting adalah mendidik anak-anak untuk berkarakter
jujur. Untuk karakter yang lain mungkin sudah diterapkan
dalam keseharian anak-anak. Jadi pada intinya dalam
mendidik karakter anak-anak tersebut, kita tidak perlu
75
menggunakan dana ataupun materil yang muluk-muluk
melainkan waktu saja. Karena dengan waktu itulah sangat
berpengaruh terhadap karakter anak-anak. Menurut saya, di
SMP Muhammadiyah Plus Salatiga ini waktunya sangatlah
banyak, lebih maksimal dibandingkan sekolah luar.
Contohnya saja, ketika dulu saya mengajar di sekolah luar
waktu pembelajaran selesai pun guru-guru juga langsung
pulang. Beda dengan di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga
ini, disini kita menrapkan ketika waktu pembelajaran sudah
selesai? Kita sebagai guru pendidik disini menunggu anak-
anak hingga dijemput oleh orangtuanya. Jadi, penerapan
seperti inilah juga harus diterapkan di rumah.
b. Koordinasi dengan orangtua, dalam pengawasan ketika
dirumah, Untuk pengawasan itu sendiri, dari pihak sekolah
menyediakan buku yang mana dimiliki semua siswa di SMP
Muhammadiyah Plus Salatiga ini. Yaitu dengan catatan
sholat, mengaji dan lain sebagainya. Kita juga selalu
mengadakan Parenting setiap 2 minggu hingga 1 bulan
sekali. Yang bertujuan agar wali murid bisa sharing
terhadap guru-guru mengenai kebiasaan anak-anak ketika
dirumah. Begitu juga sebaliknya, kita sebagai guru juga akan
memberitahu wali murid mengenai sikap anak-anak ketika
disekolah. Dengan adanya Parenting tersebut, seorang guru
dengan wali murid akan lebih terbuka.
c. Fasilitas yang menunjang, Dari pihak sekolah menyediakan
LCD, Video-video tentang motivasi yang bertujuan agak
anak-anak lebih merenungi maknanya, kami juga
menyediakan 2 tempat musholah. Yang mana dari kami
menerapkan untuk jaga jarak terhadap lawan jenis, kita
menerapkan bahwa seorang laki-laki dengan perempuan itu
bukan mahrom. Jadi untuk hal sholat laki-laki di masjid,
76
sedangkan perempuan di mushola yang berlokasi di sebelah
kantor SMP Muhammadiyah Plus salatiga. Ketika kegiatan
ibadah ini tidak dipisah, pasti masih banyak beberapa murid
yang bermaksiat (pacaran). Kita menerapkan hal tersebut
agar memudahkan anak-anak untuk sharing terhadap
gurunya. Yang mana seorang guru ketika di sekolah tersebut
berperan juga sebagai orangtua, peran kita itu tidak hanya
guru melainkan teman, sahabat dan lain sebagainya. Dengan
adanya hal tersebut anak-anak akan lebih terbuka terhadap
gurunya. Seorang murid akan nurut ketika guru yang
mengarahkan.
d. Jaringan kerjasama, Pihak sekolah sering mendatangkan
pembesar ke SMP Muhammadiyah Plus Salatiga ini, contoh
saja kemaren ketika ada acara Mawar Allah dengan Bp.
Sulton. Kita juga mengadakan, DTC (Darul Taqwa Camp)
yang mana dengan mengundang ustadz-ustadz. Tujuan dari
pengadaan DTC tersebut ialah mendidik anak-anak agar
lebih mandiri, dan akan kita terjunkan ke masyarakat untuk
mengabdi ke berbagai plosok daerah. Kita juga mengadakan
Ramadhan Camp, dengan penyelenggaraan selama 3-5 hari.
Yang mana kegiatan tersebut sangatlah mandiri, ketika
mereka sahur ya cari sendiri bagaimana pun caranya. Kami
dari pihak sekolah hanya menyediakan nasi, selanjutnya
untuk lauk mereka berusaha mencari sendiri entah dengan
masak atau yang lainnya. Ketika mereka berusaha, ya
mereka pasti akan membuahkan hasil, ketika mereka tidak
berusaha pasti akan kesusahan dan akhirnya menyerah.
e. Segi SDM (Sumber Daya Manusia), Untuk SDM sendiri
dilihat dari kalangan anak-anak yang sekolah disini, rata-
rata mereka dari kalangan menengah keatas. Meraka
beranggapan bahwa orangtua mereka masih sanggup dalam
77
membiayai sekolah, akan tetapi mindset seorang anak yang
seperti itulah cenderung memiliki sifat yang egois, sombong
dan sebagainya. Jadi, untuk membentuk karakter anak-anak
yang ber mindset seperti itulah kami dari pihak sekolah
menerjunkan ke masyarakat agar mereka lebih mudah untuk
bersosialisasi dengan masyarakat. Dengan adanya DTC
tersebut, bertujuan agar anak-anak lebih mandiri, lebih
bermasyarakat. Bahwasanya dalam Pendidikan Agama Islam
tersebut yang mana berlatar belakang unsur agama. Di SMP
Muhammadiyah Plus Salatiga ini memiliki tim yang bernama
ISMUBA (Islam Muhammadiyah Bahasa) bertujuan untuk
memberikan siraman rohani terhadap anak-anak yang
berkesinambungan dengan Pendidikan Agama Islam.
(Wawancara/Ririn/26-02-2019)
2) Memotivasi guru PAI dalam melaksankan pendidikan agama
Islam berbasis karakter
Berikut upaya memotivasi guru dalam melaksankan
pendidikan agama Islam berbasis karakter yaitu:
“Saya memberikan penguatan kepada guru PAI terutama tentunya
harus siap menjadi contoh dan tauladan dalam sikap pucapan
maupun perbuatan atau perilaku tentunya bagi teman-teman guru
maupun siswa itu adalah sesuatu yang terus kita berikan
penguatan terhadap guru-guru terutama sehingga menjadi contoh
serta menjjadi figur, perbuatan, ucapan, perilaku itu guru PAI itu
harus menjadi tauladan.” (Wawancara/Sutomo/ 26-02-2019)
Adapun informasi juga didapatkan oleh bapak fahrurozi,
yang penuturannya sebagai berikut:
78
“Kalau dari kurikulum memberikan pengawasan yang besifat kecil
mulai dari pengecekan RPP atau silabus dan lain sebagaimana,
namun biasanya yang lebih memotivasi dari kepala sekolahnya
bukan hanya guru PAI saja namu semua guru juga dimotivasi
kekurangannya membutuhkan apa misalkan ada beberapa guru
yang aplikasi metodenya belum baik diberi pelatihan”
(Wawancara/Fahrurozi/26-02-2019)
3) Media yang digunakan dalam kegiatan belajar
Adapun mengenai media yang digunakan pendidikan
karakter di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga sebagai berikut:
“Media yang digunakan dalam pembelajaran yaitu internet. Yang
mana anak-anak bisa menguasai internet untuk sumber pelajaran
selain buku, LCD yang digunakan untuk menampilkan Power Point
dan juga alat-alat praktik yang sesuai dengan materi.”
(Wawancara/Ririn/26-02-2019)
4) Upaya Guru, mengefektifkan kegiatan belajar mengajar di
kelas dalam mengimplementasi PAI berbasis karakter.
Adapun beberapa upaya mengefektifkan kegiatan belajar
pendidikan Agama Islam berbasisi karakter di SMP
Muhammadiyah Plus Salatiga sebagai berikut:
“Saya menyesuaikan materi yang saya sampaikan terhadap anak
didik, apabila materinya cocok dengan diskusi ya saya gunakan
metode diskusi. Melainkan praktik, dengan adanya pelajaran
79
praktik saya juga mempraktikkannya. Contoh saja dalam pelajaran
akhlaq, saya memberi gambaran/materi tentang akhlaq.”
(Wawancara/Ririn/26-02-2019)
B. Pembahasan
Berdasarkan pada data yang telah dipaparkarkan tersebut, maka
selanjutnya akan dilakukan analisis data. Adapun hal-hal yang akan
dianalisis adalah: bagaimana pendidikan agama Islam berbasisi
karakter, faktor-faktor pendidikan agama Islam berbasis karakter di
SMP Muhammadiyah Plus Salatiga.
1. Implementasi pendidikan agama Islam berbisis karakter di SMP
Muhammadiyah Plus Salatiga
Mata pelajaran pendidikan Agama Islam di SMP
Muhammadiyah Plus Salatiga. Hal ini relevan, apa lagi mengingat
SMP Muhammadiyah Plus Salatiga adalah sekolah bercorak Islam
dengan jumlah mata pelajaran agama Islam seperti aqidah, akhlak, al-
qur’an hadis, fiqih, sejarah kebudayaan Islam dan sebagainya.
Kurikulum yang menekankan pada karakter siswa sejalan
dengan proses implementasi pembelaaran pendidikan agama Islam.
Hal ini dibuktikan dengan perilaku siswa yang baik dan positif.
Tentunya karakter yang ditonjolkan pada SMP Muhammadiyah Plus
Salatiga adalah karakter Islam. Maka pendidikan karakter yang
diterapkan mengacu pada nilai-nilai Islam. Oleh karena itu, dalam
menciptakan pendidikan karakter tentulah harus membutuhkan
80
konsisten dari guru sebagai pendidik. Para guru harus membuat
formula yang jelas agar hasil pendidikan karakter terlihat dalam bentuk
sikap mereka sehari-hari ketika di Sekolah, pengamatan guru, laporan
guru dan laporan orang tua murid.
Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha membuat deskriptif
dari fenomena yang diselidiki dengan cara melukiskan dan
mengklasifikasikan atau karakteristik fenomena tersebut secara faktual
dan cermat, kemudian menuangkannya dalam bentuk kesimpulan.
Sedangkan teknik penelitian yang penulis gunakan yaitu teknik
observasi, dokumentasi dan wawancara. Subjek dalam penelitian ini
adalah Siswa Kelas VIII dan guru pendidikan agama Islam.
Pembinaan karakter harus dilakukan dengan orang yang
terdekat dengan siswa yakni orang tua, guru yang di hormati,
karyawan sekolah, teman dekat, dan lainnya. Dalam pergaulan di
sekolah siswa bisa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan
mereka, entah sebagai anggota biasa maupun sebagai pemimpin baik
dalam kelas maupun organisasi. Sebagai pemimpin dan guru yang
diberi kepercayaan oleh orang tua murid, maka guru perlu menghiasi
dengan akhlak yang mulia. Karena itu, pemimpin hendaknya
memiliki sifat-sifat mulia, seperti memiliki kemampuan, berilmu
pengetahuan agar urusan ditangani secara profesional, memiliki
keberanian dan kejujuran, lapang dada, penyantun, serta tekun dan
81
sabar. Dari bekal sikap inilah seorang guru akan dapat melaksanakan
tugas dengan amanah dan adil, melayani dan melindungi siswa, dan
bertanggung jawab serta membelajarkan siswa dengan karakter kuat.
Sedangkan sebagai orang tua mempunyai berkewajiban patuh
terhadap kebijakan program-program sekolah yang dicanangkan oleh
sekolah, memberi nasihat kepada pemimpin jika ada tanda-tanda
penyimpangan. Di samping itu, pembinaan akhlak juga harus
dilakukan masyarat atau teman dekat siswa atau lebih memberikan
kepekaan terhadap makhluk lain, seperti dengan binatang, tumbuhan,
dan lingkungan sekitarnya. Akhlak yang dikembangkan adalah
cerminan dari tugas kekhalifahan manusia di bumi, yakni untuk
menjaga agar setiap proses pertumbuhan alam terus berjalan sesuai
dengan fungsinya.
Adapun pembudayaan implemtasi pendidikan agama Islam
berbasis karakter terwujudnya karakter yang baik pada siswa yang
merupakan tujuan akhir dari suatu proses pendidikan. Budaya atau
kultur yang ada di lembaga, baik sekolah, kampus, maupun yang lain,
berperan penting dalam membangun karakter pendidikan agama di
kalangan Sekolah Menengah Pertama dan para karyawannya. Karena
itu, lembaga pendidikan memiliki tugas dan tanggung jawab untuk
melakukan pendidikan karakter (pendidikan moral) bagi para peserta
didik yang didukung dengan membangun lingkungan yang kondusif
baik di lingkungan kelas, sekolah, tempat tinggal peserta didik, dan di
82
tengah-tengah masyarakat. Untuk merealisasikan karakter mulia
sangat perlu dibangun budaya atau kultur yang dapat mempercepat
terwujudnya karakter yang diharapkan. Kultur merupakan budaya
yang dapat dibentuk dan dikembangkan oleh siapa pun dan di
manapun. Sehingga kultur sifatanya fleksibel sesuai dengan kondisi
masyarakat.
Dalam hal ini kepala sekolah, waka kurikulum, dan guru pendidikan
agama Islam termasuk komponen atau keluarga besar yang ada di
SMP Muhammadiyah Plus beserta tokoh masyarakat, orang tua sisiwa
dan masyarakat umum tentu mempunyai dalam membina karakter
siswa agar mereka mempunyai komitmen dan tujuan hidup yang baik.
2. Faktor-faktor Implementasi Pendidikan Agama Islam berbasis
karakter di SMP Mhuhammadiyah Plus Salatiga
Karakter merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang harus
dibentuk sejak dini. Tujuan pembentukan karakter pada dasarnya
adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik dengan tumbuh dan
berkembangnya karakter yang baik akan mendorong anak untuk
tumbuh dengan kapasitas komitmennya untuk melakukan berbagai hal
yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar serta memiliki
tujuan hidup. Masyarakat juga berperan dalam membentuk karakter
anak melalui orang tua dan lingkungan.
Kepala sekolah dalam hal ini mempunyai cara tersendiri untuk
membina dan mengarahkan penerus bangsa yang berkarakter, yaitu
83
dengan bermula pada pembinaan akhlak yang baik dan disiplin dalam
segala hal. Dua hal tersebut yang ditekankan oleh sekolah untuk
membina karakter yang baik. Karena manusia yang berakhlak lebih
disegani daripada manusia yang hanya mengandalkan kecerdasannya
saja biasannya setiap sekolahan siswanya belajar mengenai teorinya
saja disini harus mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari
sesuai dengan teori yang diajarkan disekolah. Dalam hal
pelaksanaanya guru memberikan ketegasan pada siswa, siapa saja
yang tidak taat pada aturan dan tidak mau berakhlak yang baik maka
akan dihukum namun mendidik. Ini telah menjadi prinsip semua
kelauga besar sekolah dalam membina karakter siswa.
Dalam memkasimalkan implementasikan pendidikan agama pihak
sekolah telah melibatkan seluruh pihak yang ada di sekolahan untuk
membantu membektuk karakter sisiwa artinya adalah sekolah
memiliki misi bukan hanya untuk siswa namun guru, karyawan dan
masyarakat sekitar. Hal lain dillakukan dengan mendatangkan tohoh
masyarakat untuk menjadi pembina upacara untuk memberikan
edukasi karakter, juga peran orang tua ketika sudah percaya penuh
dengan visi misi sekolah maka orang tua dalah sebagai pengontrol
anaknya ketika saat dirumah contoh kecil seperti kegaiatan Ibadan
atau interaksi pergaulan dengan temannya karena hal ini akan sangat
mempengaruhi perkembangan sisiwa.
Dengan upaya memaksimalkan fasilitas yang menunjang di SMP
84
muhammadiyah Plus Salatiga juga hal ini menjadi faktor pendukung
penting untuk terwujudnya pendidikan karakter di sekolah seperti
finansial yang cukup untuk memberikan fasilitas yang cukup, fasilitas
yang mewadai, waktu yang dimaksimalkan bahkan dengan contoh hak
kecil yang diterapkan di sekolah SMP Muhammadiyah Plus Salatiga
guru tidak pulang sebelum siswa keluar dari sekolah atau pulang
meninggalkan sekolah, serta jaringan yang banyak, sumber daya
manuisa yang mendukung dan komunikasi dengan orang tua yang
intens.
Ada pula faktor-faktor penghambat dalam upaya implementasi
pendidikan agama Islam berbasis karakter di SMP Muhammadiyah
plus salatiga yaitu masalah yang timbul dari individu anak, peraturan
yang tidak lagi dipatuhi, hal-hal tersebut yang sifatnya intern, karena
sekolah ini berdiri atas dasar pendidikan karakter, maka semua yang
masuk di sekolahan ini atas dasar percaya denga kualitas
pendidikannya.
3. Karakter siswa siswi SMP Muhammadiyah Plus Salatiga
Karakter adalah kualitas diri yang berkaitan dengan reputasi atau
nama baik diri itu sendiri. Karena dengan karakter itulah kita bisa
menunjukkan siapa kita, oleh sebab itu membangun karakter
merupakan sebuah proses mengukir diri dengan corak yang unik,
menarik dan berbeda dengan orang lain. Dari penelitian yang telah
dilakukan, peneliti akan menggambarkan kondisi karakter siswa sisiwi
85
SMP Muhammadiyah Plus salatiga. Berikut hasil olah dari temuan
data:
a. Siswa siswi SMP Muhammadiyah Plus Salatiga sudah
mengaplikasikan karakter yang diharapkan sekolah seperti sholat
dhuha berjamaah, sholat wajib berjamaah, dan dengan dibuktikan
adanya kantin kejujuran siswa disini setip bulan berubah lebih
baik dengan menanamkan karakter kesadaran dan kejujuran.
b. Siswa SMP Muhamamdiyah Plus Salatiga ini selalu dipantau
ketika berada di sekolah karena waktunya dihabiskan di sekolah
sebagian besar adalah dari golongan ekonomi menengan katas
dengan latar belakang kelaurga yang mampu maka anak mudah
untuk diarahkan dan terpantau.
c. Siswa mulai mengaplikasikan interaksi antara lawan jenis dengan
cara melaksanakan sholat yang terpisah.
d. Dari mulai pembiasaan berangkat dari mulai masuk gerbang
dengan 5 s, senyum, sopan, sapa, salam, santun juga hal ini ada
nilai yang diaplikasikan untuk hormat kepada guru, orrang tua
dan teman-temannya guru juga menyambut dengan senyuman,
dari sini juga tertanam karakter saling mengormati.
e. Ada sebagian anak yang masih membawa kebiasaan buruk
namun langsung disadarkan dengan hukuman yang mendidik
amaka anak akan kembali sadar dengan kesalahan dan mau
memperbaiki diri.
86
f. Dengan adanya metode dan fasilitas yang lengkap dengan model
pembelajran siswa dituntut harus aktif siswa terbentuk karakter
yang dewasa dan mampu mengaplikasikan dengan kesadara
yang tinggi, disini sisiwa mampu menganalisis pendidikan
agama Islam hal ini menjadi kelebihan dan kesan tersendiri bagi
sisiwa
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data-data dan laporan yang tersajidalam skripsi ini
penulis mengambil kesimpulan:
1. Implementasi Pendidikan Agama Islam di SMP Muhamamdiyah
Plus Salatiga lebih mengutamakan pendidikan karakter dan
diparaktekan dalam kehidupan sehari-hari, siswa memiliki
kesadaran dan kedewasaan dalam bertindak di kehidupan nyata
serta cerdas dalam bersikap, siswa sudah hal biasa ketika diberi
pelajaran tentang teori saja, tidak ada makna ketika Pendidikan
Agama Islam hanya ditaraf itu, namun dengan branding Plusnya
SMP Muhamadiyah mampu mengimplementasi nilai-nilai yang
baik dan mengukir banyak prestasi. Semua guru ikut mengawasi
dan wajib menjadi teladan bagi siswanya. Dari semua
implementasi Pendidikan karakter bila merujuk pada nilia-nilai
karakter yang diinginankan sekolah sisiwa sudah dilakukan, baik
dalam kegiatan belajar maupun diluar belajar.
2. Faktor pendukung yang mempengaruhi Impelementasi Pendidikan
Agama Islam di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga yaitu adanya
tujuan dan visi, misi sekolah, sehingga akan terbangun budaya
sekolah yang berkarakter, yaitu memanfaatkan waktu yang
maksimal, manajemen finansial yang tersusun rapih serta dari
87
3. sumber yang jelas, fasilitas yang mewadai untuk menunjang
kegaitan belajar sisiwa, seluruh tenaga pendidikdan karyawan
dilibatkan dalam rangka membangun karakter sekolah yang bukan
hanya siswanya yang dibangun, jaringan sekolah yang banyak
akan menjadi pendukung kelebihan tersendiri, SDM yang selalu
diperbaiki serta dengan kualitas unggul, lingkungan yang
mendukung, kepercayaan orang tua dan masyarakat terhadap visi
sekolah, komunikasi intens dengan orang tua sisiwa dan
pengawasan anak dengan menggunakan metode tertentu.
Sedangkan faktor penghambat adalah hanya timbul dari individu
siswa yang memiliki sifat yang unik sehingga memerlukan
penanganan khusus.
B. Saran
Dalam hal ini penulis melihat bahwa pendidikan Agama Islam
memiliki daya peran yang sangat penting. Terutama dari segi
keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran PAI. Hal ini kita melihat
bagi perlu ada ketegasan, kewibawaan serta keteladanan bagi siswa
untuk menghadapi tantangan kondisi siswa. Sehingga karakter yang
akan diberikan kepada siswa dalam KBM bisa tersampaikan secara
maksimal.
Saran-saran yang pelu di perlu diperhatikan dalam
implementasi pendidikan agama Islam berbasis karakter yakni sebagai
berikut:
87
1. Perlu diadakan perumusan kebijakan tentang nilai-nilai moral yang
akan dikembangkan di sekolah, sehingga penciptaan dan
pembentukan karakter pada peserta didik diharapkan bisa terus
optimal sejalan dengan perumusan kebijakan pendidikan karakter
yang dilaksanakan secara berkelanjutan.
2. Pendidikan karakter melalui sekolah perlu ditanamkan dan
disampaikan secara terpadu dengan seluruh mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah. Mata pelajaran yang berkaitan dengan norma
atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan,
dikaitkan dan dieksplisitkan dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, pembelajaran pendidikan karakter ini tidak
berhenti pada tataran kognitif saja, melainkan pada tataran sikap
dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
3. Menjadilah guru yang profesional tidak menonjolkan kelemahannya
didepan siswa yang akan menjadi membuat sisiwa terganggu atau
tidak nyaman, bersifat adil dan bijak sana, serta bersikap
profesional.
87
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini, Suhadjono & Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara
Arifin, H. M. 1997. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2019.
Darajat, Zakiyah dkk. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Darajat, Zakiyah. Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi
Aksara, 1995.
DEPAG RI, Model Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) untuk MTS,
sesuai dengan peraturan Mentri Agama RI No 20 Tahun 2008, Jakarta:
Nadia Medika
Departemen Agama RI, Pedoman Khusus Aqidah Akhlak, Jakarta:2014
Depdiknas Direktorat Jendral Pendidikan Dasar, Lanjutan Pertana dan
menengah, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kopetensi
Sekolah Menengah Pertama, Jakarta: 2004
Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: GP Press, 2009
Mulyasa, E, Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: Sinar Grafika Offest,
2011.
Moleong, lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
______________. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
______________. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Nasution. 2003. Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara.
Nasikah, Durotun. 2017. Implementasi Pendidikan Karakter Siswa Dalam
87
Prespektif Islam di SMP NEGERI 2 BANYUBIRU Kabupaten
SEMARANG Tahun Pelajaran 2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah Jurusan
Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Nata, abuddin. 2013. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers
Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam I, Jakarta: Logo Wacana Ilmu, 1997.
Sholikhah, Titik Isniatus. 2015. Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Studi
kasus di sekolah menegah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani,
Thailand selata Tahun 2015. Skripsi. Fakultas Tarbiyah Jurusan
Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010
________. 2007. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Rosiydi, Imron. 2009. Pendidikan Berparadigma Inklusif. Malang: UIN-
Malang Press.
Wibowo, Endro Adi. 2017. Implementasi Pendidikan Karakter Pada
Ekstrakulikuler Hizbul Wathan Studi kasus di SMK Muhammadiyah
Suruh. Skripsi. Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Zubaedi. 2005. Pendidikan Berbasis Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
87
Lampiran 1
KODE PENELITIAN
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS KARAKTER
DI SMP MUHAMMADIYAH PLUS SALATIGA
1. Metode
KODE METODE PENELITIAN
W Wawancara
P Pengamatan
D Dokumentasi
Keterangan:
Agar data yang dikumpulkan tidak mengalami penyimpangan dan memiliki
keabsahan data yang tinggi, maka pembuatan pedoman metode
penelitian (wawancara dan pengamatan) dilaksanakan melalui
konsultasi kepada pakar atau ahli.
2. Media Penyimpanan Data
KODE PENYIMPANAN DATA
R Rekaman
T Foto
F File
87
Lampiram 2
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Sutomo, M.Ag
Jenis kelamin : Laki-laki
Jabatan : Kepala Sekolah
Hari/tanggal : Selasa, 26 Februari 2019
Pukul : 13.45 WIB
Lokasi : Ruang Kepala Sekolah
B. Butir-butir pertanyaan
1. Apa saja pendidikan karakter yang ditanamkan kepala sekolah di SMP
Muhammadiyah Plus Salatig?
Jawaban: “Pendidikan karakter ini secara hebid dan kultur memang
sudah kita tanamkan pada warga sekolah SMP Muhammadiyah Plus
Salatiga mulai dari tenaga kependidikan kemudian seruluh siswa siswi
kemudian aturan juga untuk karakter juga untuk orang tua contoh
misalkan ketika orang tua masuk di arena sekolah harus memakai
pakaian yang sopan dan rapi ini bagian dari bagaimana kita
memaksimalkan pendidikan karakter di sekolah memang menjadi
sesuatu yang sangat kita harapkan untuk bisa menjadi contoh bagi
semuanya.”
2. Menurut bapak pendidikan agama Islam berbasis karakter di SMP
Muhammadiyah Plus Salatiga?
Jawaban: “Kalau pendidikan islam yang kita laksanakan di lembaga
87
sekolah ini tentunya sudah berkarakter jadi pendidikan Islam itu sudah
menunjukan bagaimana penanaman karakter relijius pada sisiwa siswi
lingkungan sekolah karena pendidikan agama ini bagaimana
penguatan terhadap proses aktivitas dilaksanakan di lingkungan
sekolah terutama.”
3. Apa saja yang perlu disipkan dalam pelaksanaan pendidikan agama
Islam berbasis karakter, apa saja metodenya, media dan strateginya?
Jawaban: “Pendidikan Islam bahwa smp muhammadiyah plus saltiga
ini menggunakan kurikulum ini memakai tiga kurikulum, kurikulum
penddikan nasional, kurikulum pendidikan agama islam, kurikulum
pesantren tentunya dalam implementasi pendidikan agama islam
berbasisi karakter ini pada teori dan praktek kalau teori saja tentunya
tidak maksimal kita di SMP Muhammadiyah Salatiga sudah
melaksanakan teori dan praktek itu aalah sebuah proses yang memang
harus kita laksanakan seperti setiap pagi bagaimana kita berakhlak
sopan santun, atau yang kita kenal dengan 5 s sopan, santun, senyum,
sapa, salam ini sudah kita lakukan bagaimana kita menyambut
kedatangan siswa kemudian siswa diberikan penguatan apel pagi
setalah apel pagi kita sholat dhuha kemudian tadarus atau tahfidz
baru kemudian melaksanakan pembeljaran itulah tentunya praktek
karakter yang berbasis agama yang menjadi rutinitas kita
implementasikan di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga.”
87
4. Siapa saja yang dilibatkan dalam pendidikan agama Islam berbasis
karakter siswa di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga?
Jawaban: “Mengenai hal itu semuanya terlibat terutama pada warga
sekolah itu semua harus melaksanakan program karakter terutama
guru tenaga pendidik dan siswa ini adalah warga sekolah kemudian
oramg tua masyarakat, kita juga mengundang tokoh masyarakat untuk
memberikan penguatan seperti pembina upacara ini kita akan
melibatkan pada semua baik itu untuk dikelasnya, budaya sekolahnya,
untuk masyarakatnya ini semua kita libatkan dalam kontek penanaman
karakter pada murid kita.”
5. Bagaiman sistem pengawasan pelaksanaan pendidikan Islam berbasis
karakter di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga?
Jawaban: “Secara sistem kita sudah mempunyai instrumen atau alat
ukur misalkan pendidikan agama islam secara yang kita lakukan
contoh hafal minimal hafal al quran 3 juz contoh lagi bagaimana
anak-anak ini sadar terhadap lingkungan yang bersih, warga sekolah
ini juga sadar saling menghormati dan saling menghargai diantara
warga sekolah, misalkan guru dengan murid, murid dengan guru ini
akan memberikan praktek rieal implementasi karakter di sekolah.”
6. Bagaimana upaya guru, dalam menerapkan pendidikan Islam berbasis
karakter?
Jawaban:”Memberikan praktek keagama dalam keseharian untuk
siswa di sekolah yang terutama dan dimanapun baik di sekolah
87
maupun di rumah misalkan disekolah guru PAI bertanggung jawab
bagaiman program-program pembinaan karakter bagi siswa-siswi
melalui praktek langsung seperti sholat berjamaah, sholat dhuha,
tadarus kemudian saling menghormati terhadap sesame teman denga
orang tua terutama di sekolah yaitu guru teru ditanamkan menjadi ebit
dan kultur di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga ini.”
7. Bagaiman mengevalusi secara keseluruhan dari hasil penerapan agama
Islam berbasisi karakter?
Jawaban: “Evaluasi kalau karakter itu, secara penilaian tentunya ada
alat ukurnya yang sudah baku melalui rapot kemudian bagaimana alat
ukur atau penilain masyarakat terhadap lembaga SMP
Muhammadiyah Plus Salatiga ini berkaitan dengan siswa siswinya
berkaitan dengan bagaimana anak ini mampu mempraktekan karakter
islami dimanapun dan kapanpun dilakukan.”
8. Bagaimana bapak memotivasi guru PAI dalam pelaksanaan pendidikan
agama Islam berbasisi karakter?
Jawaban: “Saya memberikan penguatan kepada guru PAI terutama
tentunya harus siap menjadi contoh dan tauladan dalam sikap
pucapan maupun perbuatan atau perilaku tentunya bagi teman-teman
guru maupun siswa itu adalah sesuatu yang terus kita berikan
penguatan terhadap guru-guru terutama sehingga menjadi contoh
serta menjjadi figur, perbuatan, ucapan, perilaku itu guru PAI itu
harus menjadi tauladan.”
87
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Arif Fahrurozi, S.Pd
Jenis kelamin : Laki-laki
Jabatan : Waka Kurikulum
Hari/tanggal : Selasa, 26 Februari 2019
Pukul : 14.00 WIB
Lokasi : Ruang Guru
B. Butir-butir pertanyaan
1. Apa saja pendidikan karakter yang ditanamkan kepala sekolah di SMP
Muhammadiyah Plus Salatig?
Jawaban: ”Kalau kita itu disini ada 5 karakter utama, yaitu
religiussitas, nasioalisme, kemandirian, gotong royong dan integritas
kelima-limanya itu harus semuanya diterapkan disini bahkan yang
religiusitas kalau di RPP harus dicantumkan bernilai karakter
kebangsaan juga di RPP harus di catumkan kemudian misalkan
karakter religius setiap harinya juga sebelum melaksanakan
pembelajaran pukul tujuh kurang 15 menit apel pagi, menyanyikan
lagu nasional Indonesia raya dan lagu nasional yang lain kemudian
setelah itu dikenalkan lima karakter tadi disuruh melafalkan bareng-
bareng kemudian sholat dhuha dilanjutkan tahfidz, kemudia
melaksankan sholatnya dengan cara berjamaah dihari kamis dan
senin kadang di laksankan puasah sunnah, kemudian karakter
87
kejujuran dengan diadakannya kantin kejujuran walapun kadang
dalam implementasinya kurang lima ribu atau tujuh ribu namun setiap
harinya lebih bagus kemudian adap-adap sopan bagaimana makan
ketika ada yang ketahuan makan berdiri atau menggunakan tangan
kiri atelah itu kita tegus dan dikasih hadiah.”
2. Menurut bapak pendidikan agama Islam berbasis karakter di SMP
Muhammadiyah Plus Salatiga itu seperti apa?
Jawaban: “Pendidikan agama Islam berbasis karakter itu yang
diterapkan di dini menurut saya lenih keimplementasinya kalau hanya
dari segi-segi teori anak sekarang ketika disuruh belajar teori lebih
sulit lebih mudahnya kalau keprakteknya karena anak-anak sekarang
lebih cenderung main game maka dari itu anak cenderung
berkinestetik jadi agama itu lebih baik pada implementasinya.”
3. Menurut bapak apa faktor-faktor yang mempengaruhi Pendidikan
Agama Islam berbasis karakter di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga?
Jawab: “Tentu yang menjadi faktor sangat banyak sekali diantaranya
yaitu kesadaran, visi misi,sehingga dari situlah bahwa nantinya
system-sistem yang kita garap menjadi arah yang jelas yang kita
harapkan, secara sepesifik mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pendidikan agama Islam berbasis karakter di SMP
Muhammadiyah Plus Salatiga yaitu:
a. Tentu hal tersebut menggunakan dana untuk menunjang fasilitas
dan lain-lain, yang sumberdananya dari BOS dan dana DKT
Siwa dari dana tersebut kembali untuk siswa serta memenuhi
semua kebutuhan sekolah seperti alat peraga untuk penunjang
proses pembelajaran, sebenarnya mulai dari hari senin sampai
87
sabtu kita khususnya disekolah sini itu menggunakan berbasis
karakter termasuk nilai PAI sumua kita terapkan setiap harinya.
b. Untuk fasilitas, semua fasilitas yang sudah ada di sekolah semua
bisa digunakan seperti lap PAI, kantin kejujuran, koprasi
kejujuran jadi saling berkesinambungan ketika mau beli ya uang
ambil sendiri dan bayar sendiri seperti itu upaya-upaya sekolah
membimbing anak didiknya.
c. Waktu, berkaitan dengan ini memang membutuhkan waktu yang
tidak sedikit kalau mengenai implementasi pendidikan agama
Islam berbasis karakter di sekolahan ini kurag lebih sudah
melakukan satu setengah tahun hasilnya adalaha sudah sangat
kita rasakan sekali walupun kita anggap masih ada kekurangan
namun sudah kita nilai berhasil, yang jelas adalah kita
memanfaatkan waktu setiap harinya harus ditekankan, diarahkan
terus.
d. Jaringan, kalau kita disini Pimpinan Daerah Muhammadiyah itu
sudah, kita kerjasama dengan IAIN Salatiga, UNIMUS, dewan-
dewan masjid disekitar sekolah, UMS.
e. Sumber Daya Manusia, jelas bahwah kami disini mulai
pengrekrutan guru minimal sudah selesai study S1, setiap
setengah semester juga kita da penataran guru agar sesuai
dengan arah muhammadiyah.
f. Komunikasi dengan orang tua, kita selalu komunikasi dengan
orang tua seperti kita memanfaatkan media social grup WA
antara walikelas dan wali murid, jika ada anak yang perlu
bimbingan khusus kita carikan solusi dengan jaringan pribadi,
seperti menanyakan perkembangan anak dan kebutuhan untuk
membantu anak lebih baik, sehingga ada komunikasi intens
antara pihak sekolah dan orang tua siswa.
g. Pengawasan, di SMP Muhammadiyah Plus ada kartu kendali
siswa, kartu kendali tahfid selain dihafalkan di sekolah juga
87
harus disetorkan setiap orang tuannya, juga perilaku sehari-hari
dirumah juga kita kroscek dengan orang tuanya sehingga tau
perkembangan anak”
4. Apa saja yang perlu disipkan dalam pelaksanaan pendidikan agama
Islam berbasis karakter, aa saja metodenya, medianya apa?
Jawaban: “Kalau mulai dari pembelajaran ya harus ada silabus,
rencana pemebelajaran itu sudah jelas harus ada kemudian dari
sekolah sendiri mulai dari kurikulum juga harus disiapkan mulai dari
KTSP itu harus disusun untuk mewadai dari pendidikan agama Islam
itu nanti lebih cenderung kepada karakternya yang lebih ditekankan,
kalau dari implementasinya ya mulai dari bapak/ibu guru harus
gotong royong bahu membahu untuk melaksanakan karena disini
sekolah berbasisi agama, apalagi di era yang sekarang ini.”
5. Bagaiaman bapak dalam menerapkan pendidikan agama Islam
berbasisi karakter di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga?
Jawaban: “Kalau disini sebagai implementasinya terutama guru
pendidikan agama Islam yang lebih ditekankan kalau bapak/ibu guru
yang lain hanya bersifat membantu saja mulai dari pembiasaannya
mulai dari pagi sudah menyambut di depan artinya adalah guru
berangkat lebih awal dari pada muridnya kemudian apel bareng,
sholat dhuha berjamaah, dilanjutkan tahfidz bersama, kalau
implementasinya ya yang lebih mengetahui ya guru pendidikan agama
islam itu, misalkan di kelas seperi sopan santunya seperti guru
87
bagiamana kemudian bagaiman tingkah laku sesame teman, sama
lingkungan sekitar hal itu guru pendidikan agam islam yang terus
memantau kalau kami dari kurikulum hanya mengecek di silabus dan
RPPnya biasanya melalui super visi.”
6. Siapa saja pak yang dilibatkan pendidikan Agama Islam berbasisi
karakter di SMP Muhammadiyah Salatiga selain guru PAI?
Jawaban: “Semuanya kalau disini tapi juga ada teamnya namanya
team ISMUBA yang membantu dalam proses pelaksanaan pendidikan
kegamaan Islam kemudian setelah itu juga dari team ISMUBA ini
nanti kordinasi dengan kurikulum bagaimana membuat jadwalnya
seperti mengenai tes ibadah untuk menilai karakternya.”
7. Bagaimana sistem pengawasan pelaksanaan pendidikan agama Islam
berbasisi karakter di SMP Muhammadiyah Salatiga?
Jawaban: “Kita setiapa anak itu ada guru pembeimbingnya masing-
maisng yang bertugas mengampu tahfidznya, sholatnya misalkan
mengecek sholatnya nanti ada buku sendiri dirumah sholat atau tidak
kemudian buku hafalan dan juga buku fokep nanti setiap guru
memegang 15 anak sampai 17 anak dari itu nantinya setiap satu bulan
sekali dibuat laporan dan dianalisa di team ISMUBA kemudian
dilaporkan ke kepala sekolah biasanya persetengah semester berarti
laporan ke kepala sekolah satu tahun ada empat kali bagaimana
perkembangan anaknya.”
87
8. Menurut bapak bagaimana upaya guru dalam menerapkan pendidikan
agama Islam berbasis karakter di SMP Mhammadiyah Plus Salatiga?
Jawaban: “Yang pertama dalah guru harus jueh dengan anak-anak
karena walupun setiap harinya sudah mengingatkan namanya anak
pasti ada hal-hal yang melenceng nah itu yang harus selalu diawasi,
karena anak-anak sekarang terlalu kreatif banyak sehngga
aktivitasnya harus diawasi dan dimaksimalkan terutama dari juehnya
tadi.”
9. Bagaimana mengevalusi secara keseluruhan dari hasil penerapan
pendidikan agama Islam berbasis karakter di SMP Muhammadiyah
Plus Salatiga?
Jawaban: ”Biasanya dilaksankan persemester yang mengevaluasi
biasnya kurikulum kemudian melakukan super visi tapi kebanyak kalau
yang penndidikan agama Islam langsung ke kepala sekolah langsung
yang melakukan evaluasi dari situ apakah nanti kurikulum ada
perbaikan atau revisi ini dilakukan setiap persemester da nada
kekiatan forum yang menarik seperi NGOPI ngobrol bareng PAI dan
pelatihan yang lain kalau yang PAI rutin dilakukan evaluasi setiap
setengah bulan sekali juga setiap semester ada perkumpulan guru-
guru muhamadiyah yang membahas mengenai bidah silabus, RPP dan
lain sebagainya.”
10. Bagaiaman bapak memotivasi guru PAI dalam melaksankan
pendidikan agama Islam berbasis karakter?
Jawaban: “Kalau dari kurikulum memberikan pengawasan yang
besifat kecil mulai dari pengecekan RPP atau silabus dan lain
87
sebagaimana, namun biasanya yang lebih memotivasi dari kepala
sekolahnya bukan hanya guru PAI saja namu semua guru juga
dimotivasi kurangnya apa membutuhkan apa misalkan ada beberapa
guru yang aplikasi metodenya belum baik diberi pelatihan ke dinas.”
87
HASIL WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : Amalina Rizqi Rahmawati S.Pd
Jenis kelamin : Perempuan
Jabatan : Guru PAI
Hari/tanggal : Selasa, 26 Februari 2019
Pukul : 15.00 WIB
Lokasi : Ruang Guru
B. Butir – butir pertanyaan
1. Apa saja pendidikan karakter yang ditanamkan oleh SMP
Muhammadiyah Plus Salatiga ?
Jawaban: “Semua karaktif di sini menggunakan 18 karakter yang
sudah diterapkan di Pemerintah, yang sudah dianjurkan di kurikulum
2013 seperti adil, jujur dan lain sebagainya. Kami sebagai akhlaqul
karimah juga menerapkan 4 sifat wajib Rasulullah SAW seperti
Shiddiq, Amanah, Fatonah, Tablig.”
2. Bagaimana pelaksanaan Pendidikan Agama Islam berbasis karakter di
SMP Muhammadiyah Plus Salatiga?
Jawaban: “Untuk pembelajarannya kami menggunakan metode yang
sudah diajarkan yaitu metode ceramah, trill, dan juga metode jiksel.
Utamanya, kami sebagai guru menerapkan hal sopan santun untuk
setiap pagi menyambut dan bersalaman dengan anak-anak ketika tiba
di halaman sekolah. Dari pihak sekolah menerapkan untuk anak-anak
sholat dhuha berjamaah, kemudian setelah sholat dhuha kami
memberi waktu 1 jam untuk tahfidz. Dari situ anak-anak bisa
membenarkan bacaan Al-Qur’an dengan baik dan juga memurojaah
juz amma, dengan sendirinya terbentuklah karakter anak-anak.
Adanya waktu untuk Tahfidzul Qur’an kita sangat mengharapkan
87
bahwa anak-anak mampu menghafal hingga 3 juz dengan waktu 3
tahun, alangkah baiknya jika mampu menghafal lebih dari 3 juz.
Tahap pembelajarannya pun dikelas juga outdoor, ketika
pembelajaran dikelas kami hanya memberikan materi dengan waktu
yang singkat. Selebihnya anak-anak mampu mencarai informasi dari
sumber lain, selain dikelas dan aktif dalam pembelajaran agar
menambah wawasan anak-anak. Seperti halnya mahasiswa mencari
bahan sendiri lalu di presentasikan dan membuka sesi Tanya jawab.
Dari pihak sekolah juga memberikan jadwal untuk praktek agar anak-
anak lebh memahami secara langsung contohnya praktek sholat,
wudhu, melainkan sholat jenazah. Kami juga membuka kantin
kejujuran di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga untuk membentuk
karakter anak-anak agar selalu bersikap jujur. Kemudian toleransi
ketika ada kunjungan dari sekolah lain yang bukan berbasis islami, di
harapkan anak-anak dapat menghormati antar agama. Uniknya, ketika
adzan dhuhur berkumandang kami mengharapkan anak-anak untuk
segera meninggalkan aktifitas lain lalu menuju ke masjid untuk sholat
dhuhur berjamaah.”
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendidikan Agama Islam berbasis
karakter di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga?
Jawab: “Bahwasanya didunia pendidikan itu sendiri tidak hanya
mengutamakan akademik saja, akan tetapi kita mengharapkan agar
anak-anak memiliki attitude / etika. Jadi, faktor utama yang sangat
mempengaruhi anak-anak ialah ketika dimana mereka sudah
menghadapi dunianya sendiri, beda dengan dunia ketika mereka
dengan guru-gurunya atau lain halnya ketika mereka menghadapi
zaman milenial ini, dimana anak-anak tersebut cenderung lebih
mengutamakan sosmed atau publikasi daripada gurunya. Mereka
sangat terpengaruh terhadap dunia sosmed, yang mana mereka tidak
lagi nurut terhadap guru-gurunya. Seperti itulah faktor yang
87
mempengaruhi anak terhadap karakter. sepesifik disini ada beberapa
hal yang menjadi faktor penting yatu:
a. Finansial, Jadi untuk karakter itu sendiri tidak perlu menggunakan
banyak dana, kita disini hanya melakukan penerapannya saja yang
mana bisa di biasakan dalam kesehariannya. Misalnya saja,
membiasakan, mencontohkan karakter dalam kesehariannya
tentang kejujuran, ya kita selaku pendidik, selaku guru-guru
menginginkan anak-anak mempunyai karakter jujur jadi kita
mengadakan kantin kejujuran. Karena adanya kantin kejujuran
tersebut, kita tidak berharap menghasilkan untung atau rugi, yang
terpenting adalah mendidik anak-anak untuk berkarakter jujur.
Untuk karakter yang lain mungkin sudah diterapkan dalam
keseharian anak-anak. Jadi pada intinya dalam mendidik karakter
anak-anak tersebut, kita tidak perlu menggunakan dana ataupun
materil yang muluk-muluk melainkan waktu saja. Karena dengan
waktu itulah sangat berpengaruh terhadap karakter anak-anak.
Menurut saya, di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga ini waktunya
sangatlah banyak, lebih maksimal dibandingkan sekolah luar.
Contohnya saja, ketika dulu saya mengajar di sekolah luar waktu
pembelajaran selesai pun guru-guru juga langsung pulang. Beda
dengan di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga ini, disini kita
menrapkan ketika waktu pembelajaran sudah selesai? Kita sebagai
guru pendidik disini menunggu anak-anak hingga dijemput oleh
orangtuanya. Jadi, penerapan seperti inilah juga harus diterapkan
di rumah.
b. Koordinasi dengan orangtua, dalam pengawasan ketika dirumah,
Untuk pengawasan itu sendiri, dari pihak sekolah menyediakan
buku yang mana dimiliki semua siswa di SMP Muhammadiyah
Plus Salatiga ini. Yaitu dengan catatan sholat, mengaji dan lain
sebagainya. Kita juga selalu mengadakan Parenting setiap 2
minggu hingga 1 bulan sekali. Yang bertujuan agar wali murid
87
bisa sharing terhadap guru-guru mengenai kebiasaan anak-anak
ketika dirumah. Begitu juga sebaliknya, kita sebagai guru juga
akan memberitahu wali murid mengenai sikap anak-anak ketika
disekolah. Dengan adanya Parenting tersebut, seorang guru
dengan wali murid akan lebih terbuka.
c. Fasilitas yang menunjang, Dari pihak sekolah menyediakan LCD,
Video-video tentang motivasi yang bertujuan agak anak-anak lebih
merenungi maknanya, kami juga menyediakan 2 tempat musholah.
Yang mana dari kami menerapkan untuk jaga jarak terhadap
lawan jenis, kita menerapkan bahwa seorang laki-laki dengan
perempuan itu bukan mahrom. Jadi untuk hal sholat laki-laki di
masjid, sedangkan perempuan di mushola yang berlokasi di
sebelah kantor SMP Muhammadiyah Plus salatiga. Ketika
kegiatan ibadah ini tidak dipisah, pasti masih banyak beberapa
murid yang bermaksiat (pacaran). Kita menerapkan hal tersebut
agar memudahkan anak-anak untuk sharing terhadap gurunya.
Yang mana seorang guru ketika di sekolah tersebut berperan juga
sebagai orangtua, peran kita itu tidak hanya guru melainkan
teman, sahabat dan lain sebagainya. Dengan adanya hal tersebut
anak-anak akan lebih terbuka terhadap gurunya. Seorang murid
akan nurut ketika guru yang mengarahkan.
d. Jaringan kerjasama, Pihak sekolah sering mendatangkan
pembesar ke SMP Muhammadiyah Plus Salatiga ini, contoh saja
kemaren ketika ada acara Mawar Allah dengan Bp. Sulton. Kita
juga mengadakan, DTC (Darul Taqwa Camp) yang mana dengan
mengundang ustadz-ustadz. Tujuan dari pengadaan DTC tersebut
ialah mendidik anak-anak agar lebih mandiri, dan akan kita
terjunkan ke masyarakat untuk mengabdi ke berbagai plosok
daerah. Kita juga mengadakan Ramadhan Camp, dengan
penyelenggaraan selama 3-5 hari. Yang mana kegiatan tersebut
sangatlah mandiri, ketika mereka sahur ya cari sendiri bagaimana
87
pun caranya. Kami dari pihak sekolah hanya menyediakan nasi,
selanjutnya untuk lauk mereka berusaha mencari sendiri entah
dengan masak atau yang lainnya. Ketika mereka berusaha, ya
mereka pasti akan membuahkan hasil, ketika mereka tidak
berusaha pasti akan kesusahan dan akhirnya menyerah.
e. Segi SDM (Sumber Daya Manusia), Untuk SDM sendiri dilihat
dari kalangan anak-anak yang sekolah disini, rata-rata mereka
dari kalangan menengah keatas. Meraka beranggapan bahwa
orangtua mereka masih sanggup dalam membiayai sekolah, akan
tetapi mindset seorang anak yang seperti itulah cenderung
memiliki sifat yang egois, sombong dan sebagainya. Jadi, untuk
membentuk karakter anak-anak yang ber mindset seperti itulah
kami dari pihak sekolah menerjunkan ke masyarakat agar mereka
lebih mudah untuk bersosialisasi dengan masyarakat. Dengan
adanya DTC tersebut, bertujuan agar anak-anak lebih mandiri,
lebih bermasyarakat. Bahwasanya dalam Pendidikan Agama Islam
tersebut yang mana berlatar belakang unsur agama. Di SMP
Muhammadiyah Plus Salatiga ini memiliki tim yang bernama
ISMUBA (Islam Muhammadiyah Bahasa) bertujuan untuk
memberikan siraman rohani terhadap anak-anak yang
berkesinambungan dengan Pendidikan Agama Islam.
4. Bagaimana proses perencnaan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam
Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga?
Jawaban: “Untuk perencanaannya setiap semester pasti sudah ada
proker (program kerja), kami merekap semua proker dari awal hingga
akhir. Dengan adanya sekolah kami berbasis Agama maka dari itu
kami menggunakan sumber Agama juga. Penerapannya pun anak-
anak juga harus mengikuti pengarahan yang sudah di instruksikan
oleh guru. Pihak sekolah mengharapkan untuk satu semester kedepan
semua kegiatan yang ada di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga
terstruktur. Pengadaan evaluasi guru dilaksanakan setiap minggu,
87
untuk pengevaluasian terhadap anak didik dilakukan setelah kegiatan
belajar mengajar. Yang mana setiap pelajaran yang di dapat aka nada
pengevaluasian untuk memperbaiki sekaligus mengulang pelajaran
yang sudah diterima oleh anak didik.”
5. Penerapan metode apa dalam mengimplementasikan Pendidikan
Agama Islam berbasis karakter di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga?
Jawaban: “Dari pihak sekolah sendiri menggunakan metode seperti
aktif learning, sentific corning dan juga metode pesantren. Yang mana
kita bisa mendidik anak selayaknya di pesantren.”
6. Media apa saja yang digunakan ketika kegiatan belajar mengajar?
Jawaban: “Media yang digunakan dalam pembelajaran yaitu internet.
Yang mana anak-anak bisa menguasai internet untuk sumber
pelajaran selain buku, LCD yang digunakan untuk menampilkan
Power Point dan juga alat-alat praktik yang sesuai dengan materi.”
7. Bagaimana perilaku anak didik didalam sekolah maupun diluar
sekolah?
Jawaban: “Untuk perilaku anak-anak sudah baik, karena adanya
sekolah berbasis FullDay dengan sendirinya anak-anak juga akan
mengikuti perilaku di sekolah untuk diterapkan dirumah. Setiap 3
bulan sekali atau 6 bulan sekali pihak sekolah mengadakan Parenting
untuk penyesuaian pendidikan disekolah dan juga pendidikan orang
tua dirumah. Dengan adanya Parenting ini sangat bermanfaat, agar
timbul penyelarasan antara pendidikan guru disekolah dan pendidikan
orang tua dirumah.”
8. Sejauh mana ekspetasi orang tua terhadap guru yang mampu
menanamkan karakter di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga?
Jawaban: “Adanya perkembangan orang tua sangat mempercayai
guru untuk mendidik anak-anak di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga,
untuk menjadikan anak-anak sebagai generasi muda yang berprestasi
87
dan berkarakter baik”
9. Apa saja yang dilakukan guru ketika anak didik belum menerapkan
karakter Pendidikan Agama Islam?
Jawaban: “Di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga menerapkan yang
namanya Reward (hadiah) yaitu hafalan. Apabila ada anak didik yang
melakukan kesalahan, yang menjaili teman hingga menangis, dan juga
menjelekkan temannya kami dari pihak sekolah akan bertindak tegas
agar anak didik tidak mengulangi kesalahan kembali. Setelah itu anak
didik yang melakukan kesalahan dan sebagainya akan di panggil
untuk datang ke ruang guru dan akan dikenai reward. Kemudian anak-
anak juga dianjurkan mencari buku-buku agama yang bermanfaat.”
10. Siapa saja yang berperan dalam penerapan karakter Pendidikan Agama
Islam?
Jawaban: “Jadi, dari pihak sekolah sudah memiliki schedule yang
mana setiap hari sabtu guru-guru dianjurkan berkumpul dihalaman
untuk evaluasi. Dari kepala sekolah besert jajarnnya memberi
motivasi kepada guru-guru untuk selalu andil dalam berperan
mendidik anak untuk menjadikan generasi penerus.”
11. Bagaimana upaya Ibu Amalina sebagai guru Pendidikan Agama Islam
mengefektifkan kegiatan belajar mengajar?
Jawaban: “Saya menyesuuaikan materi yang saya sampaikan
terhadap anak didik, apabila materinya cocok dengan diskusi ya saya
gunakan metode diskusi. Melainkan praktik, dengan adanya pelajaran
praktik saya juga mempraktikkannya. Contoh saja dalam pelajaran
akhlaq, saya memberi gambaran/materi tentang akhlaq.
87
Hasil Panduan Observasi
“Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter
di SMP Muhammadiyah Plus Salatiga”
Oleh : Feli Ardiansah
No Bilangan Yang Diobservasi Ada Tidak
1 Rencana pembelajaran (RPP)
2 Silabus
3 Dokumen kurikulum SMP Muhammadiyah Plus
Salatiga
4 Metode pembelajaran
5 Evaluasi proses pembelajaran dan hasil
6 Perpustakaan
7 Database guru dan siswa
8 Akreditasi sekolah
9 Fasilitas kusi, meja, papan tulis
10 Laboratorium PAI
11 Visi & Misi sekolah SMP Muhammadiyah Plus
Salatiga
12 Perpustakaan
87
Lampiran 3
Catatan Lapangan Pengamatan
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS
KARAKTER
DI SMP MUHAMMADIYAH PLUS SALATIGA
Hari/Tanggal : Kamis, 27 Desember 2018
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : Lingkungan Sekolah
Deskripsi :
Ini adalah waktu liburan akhir tahun 2018, suasana sekolah masih sepi,
hanya terdapat beberapa orang dan staff yang tengah piket menjaga sekolah, dan
kepala sekolah yang hadir pada saat itu. Saat akan memasuki area sekolah SMP
Muhammadiyah Plus Salatiga, terdapat plang yang menunjukkan bahwa di area
tersebut adalah area Yayasan dari Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Salatiga.
Setelah peneliti memasuki gerbang sekolah, langsung memasuki area
parkir dimana terletak ditengah diantara gedung SMP Muhammadiyah Plus
Salatiga. Gedung SMP ini dicat dan di modifikasi dengan warna biru dan coklat,
hingga ada sebagian putih yang menjadikan lingkungan sekolah semakin elok dan
nyaman, gedung sekolah ini terdiri dari dua laintai, lantai pertama adalah
Perpustakaan, Kantor Kepala Sekolah, Kantor Guru, TU, Ruang Kelas VIII yang
mengahadap ke halaman kegiatan upacara dan aktifitas yang lain. Lantai kedua
yaitu tempat kegiatan belajar mengajar. Peneliti melihat terdapat puluhan notice
87
yang ditempel di dinding-dinding sekolah, pojok sekolah hingga tempat-tempat
tertentu yang menjadikan sekolah ini tertib dalam segala tindakan. Dari peraturan
tempat parkir, peraturan membuang sampah, larangan untuk melepas alas kaki
saat menginjakkan lantai, larangan merokok, hingga slogan-slogan yang inspiratif
dan persuasif. Terdapat pula inventaris sekolah, seperti rak sepatu dan sandal,
tempat sampah, wash taffle, kotak masalah, madding, kursi panjang, pot bunga,
tiang bendera, hingga gubuk kecil yang terletak dibawah pohon manga yang
rindang di depan gedung SMP dan halaman sekolah yang mana digunakan untuk
pengunjung atau warga sekolah yang hendak beristirahat ataupun kegiatan belajar
mengajar di luar kelas.
Refleksi:
Dari segi fasilitas penunjang bembelajaran dan ketertiban sekolah, yakni
terdapat banyak media, slogan, notice, dan kotak masalah yang menunjang para
para warga sekolah terkhusus adalah para siswa yang dilatih untuk segi
kedisiplinan, manajemensi, aktif belajar dan berakhlaqul karimah. Dengan
adanya peraturan-peraturan sekolah yang baik dan lingkungan yang nyaman
seperti menjaga kebersihan dengan melepas alas kaki saat menginjak lantai
sekolah, gubuk kecil yang berada dibawah pohon manga yang rindang,
banyaknya tempat sampah yang tersedia, washtaffle untuk mencuci tangan, dan
pemandangan-pemandangan yang lainnya. Sehingga tujuan pembelajaran pun
akan berjalan dengan asyik dan optimal.
87
Hari/Tanggal : Selasa, 8 Januari 2019
Waktu : 11.00 WIB-selesai
Tempat : Lingkungan Sekolah
Deskrepsi:
Ini adalah waktu kegiatan belajar mengajar berlangsung menjelang jam pelajaran
ke 4, suasana di sekolah waktu itu tenang, terlihat kepala sekolah tengah berjalan
menuju ruangannya, kemudian peneliti menuju ruang TU untuk sekedar tanya-
tanya dan memohon ijin untuk observasi, selang beberapa menit terdengar
dentuman bunyi alarm bertanda memasuki jam pelajaran ke 5, dari ruangan TU
terlihat beberapa siswa dan guru olah raga berbondong-bondong menuju gubuk
yang nyaman terletak di bawah pohon, mereka sedang melakukan kegiatan belajar
mengajar di luar kelas.
Menuju lantai dua disambut poster-poster karya siswa SMP
Muhammadiyah Plus Salatiga yang terpasang seiring tangga menuju lantai 2
dengan gagahnya. Sesampainya di lantai dua dari arah kiri peneliti tengah melihat
guru yang keluar, dan peneliti mengamati terdapat beberapa pembaharuan.
Kemudian dengan tatanan fasilitas yang rapi dan lengkap dengan notice
atau symbol peraturan. Setelah beberapa menit terdengarlah bunyi alarm
menunjukkan bahwa jam istirahat telah tiba. Pada jam istirahat, semua siswa
dipersilahkan untuk makan siang dengan mengambil makan sendiri-sendiri
dengan membawa peralatan makannya. Kemudian datanglah waktu sholat dhuhur,
pada saat sholat dhuhur, para siswa putra dan putri sholat jama’ah.
Lampiran 4
87
TRIANGULASI DATA
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS
KARAKTER
DI SMP MUHAMMADIYAH PLUS SALATIGA
Kategori Data Proposisi Kesimpulan
Karakter yang
ditanamkan di SMP
Muhammadiyah
Plus Salatig
“Pendidikan karakter ini
secara hebid dan kultur
memang sudah kita
tanamkan pada warga
sekolah SMP
Muhammadiyah Plus
Salatiga mulai dari tenaga
kependidikan kemudian
seruluh siswa siswi
kemudian aturan juga untuk
karakter juga untuk orang
tua contoh misalkan ketika
orang tua masuk di arena
sekolah harus memakai
pakaian yang sopan dan
rapi ini bagian dari
bagaimana kita
memaksimalkan pendidikan
karakter di sekolah memang
menjadi sesuatu yang
sangat kita harapkan untuk
bisa menjadi contoh bagi
semuanya.”
1) Modelnya
sekolah
pesantren, yaitu
full day school
anak-anak habis
waktunya
belajar
disekolah
2) Taerget selama
3 tahun hafal 3
Juz al quran
3) Pemantauan
ketika dalam
waktu
pembelajaran
disekolah
4) Tidak boleh
keluar dari
lingkungan
sekolah dengan
kepentingan
tertentu
Menjadi visi
misi yang
unggul dalam
lembaga
pendidikan
diminati oleh
masyarakat
Pendidikan Agama
Islam berbasis
karakter di SMP
Muhammadiyah
Plus Salatiga
“Kalau Pendidikan Islam
yang kita laksanakan di
lembaga sekolah ini
tentunya sudah berkarakter
jadi pendidikan Islam itu
sudah menunjukan
bagaimana penanaman
karakter relijius pada sisiwa
siswi lingkungan sekolah
karena pendidikan Agama
ini bagaimana penguatan
terhadap proses aktivitas
dilaksanakan di lingkungan
1) Supan dalam
perilaku rapih
dalam berpakian
prestasi dalam
akademik akhlak
yang baik
2) Religius
dimanapun dan
kapanpun, siswa
harus memiliki
karakter yang
unggul dalam
nilai-nilai Agama
Dalam rangka
memajukan dan
menguatkan
sekolah Islam
swasta, sekolah
ini melakukan
“jalan lain” atau
strategi baru
dibandingkan
dengan sekolah
yang lain, yaitu
sekolah ini
mengatas
87
sekolah terutama.”
namakan
sekolah dengan
nama SMP
Muhammadiyah
Plus Salatiga
Sistem pengawasan
pelaksanaan
pendidikan Islam
berbasis karakter di
SMP
Muhammadiyah
Plus Salatiga
“Secara sistem kita sudah
mempunyai instrumen atau
alat ukur misalkan
pendidikan agama islam
secara yang kita lakukan
contoh hafal minimal hafal
al quran 3 juz contoh lagi
bagaimana anak-anak ini
sadar terhadap lingkungan
yang bersih, warga sekolah
ini juga sadar saling
menghormati dan saling
menghargai diantara warga
sekolah, misalkan guru
dengan murid, murid
dengan guru ini akan
memberikan praktek rieal
implementasi karakter di
sekolah.”
1) Segala peraturan
sekolah dan
mekanisme
manajemen
sekolah
dikomadoi secara
penuh dan
terorganisir oleh
Kepala Sekolah.
2) Evaluasi
dilakukan oleh
wakakurikulum
3) Kepala sekolah
mengontrol dan
memotivasi para
guru
Secara umum
sistem
organisasi di
SMP
Muhammadiyah
Plus Salatiga
sudah dapat
dikatakan
memenuhi
kualifikasi
sistematis,
efisien, dan
terorganisir.
Mengevalusi secara
keseluruhan dari
hasil penerapan
agama Islam
berbasisi karakter
“Evaluasi kalau karakter
itu, secara penilaian
tentunya ada alat ukurnya
yang sudah baku melalui
rapot kemudian bagaimana
alat ukur atau penilain
masyarakat terhadap
lembaga SMP
Muhammadiyah Plus
Salatiga ini berkaitan
dengan siswa siswinya
berkaitan dengan
bagaimana anak ini mampu
mempraktekan karakter
islami dimanapun dan
kapanpun dilakukan.
1). Tes kemampuan
siswa dalam praktik
ibadah
2). Mengontrol apa
yang menghambat
dalam pembelajaran
3). Melakukan
monitoring
keberhasilan guru
dan orang tua
model
pengawasan
yang relatif
cukup baik dan
efisien,
diaktualisasikan
dengan bentuk
sikap
kedisiplinan,
rapi, jujur dan
memiliki rasa
tanggung jawab
oleh masing-
masing siswa
maupun guru.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Jawab: “Tentu yang
menjadi faktor sangat
banyak sekali diantaranya
1) Siswa dari
latar
belakang
Untuk kerah
bersaing dan
mencetak
87
Pendidikan Agama
Islam berbasis
karakter di SMP
Muhammadiyah
Plus Salatiga
yaitu kesadaran, visi
misi,sehingga dari situlah
bahwa nantinya system-
sistem yang kita garap
menjadi arah yang jelas
yang kita harapkan, secara
sepesifik mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi
pendidikan agama Islam
berbasis karakter di SMP
Muhammadiyah Plus
Salatiga yaitu:
a. Tentu hal tersebut
menggunakan dana
untuk menunjang
fasilitas dan lain-lain,
yang sumberdananya
dari BOS dan dana
DKT Siwa dari dana
tersebut kembali untuk
siswa serta memenuhi
semua kebutuhan
sekolah seperti alat
peraga untuk
penunjang proses
pembelajaran,
sebenarnya mulai dari
hari senin sampai sabtu
kita khususnya
disekolah sini itu
menggunakan berbasis
karakter termasuk nilai
PAI sumua kita
terapkan setiap
harinya.
b. Untuk fasilitas, semua
fasilitas yang sudah
ada di sekolah semua
bisa digunakan seperti
lap PAI, kantin
kejujuran, koprasi
kejujuran jadi saling
berkesinambungan
ketika mau beli ya uang
ambil sendiri dan
bayar sendiri seperti
orang tua
yang
ekonominya
menengah
ketas
sehingga
mudah untuk
diarahkan
2) Fasilitas
mewadai dan
mendukung
3) Tenaga
pendidik
yang banyak
4) Kepercayaan
orang tua
terhadap
SMP
Muhammadi
yah Plus
Salatiga
5) Banyak
bekerja
dengan pihak
lain
generasi penerus
yang unggul
tntuk harus
memenuhi
factor yang
menjadi
tanggung jawab
bersama
87
itu upaya-upaya
sekolah membimbing
anak didiknya.
c. Waktu, berkaitan
dengan ini memang
membutuhkan waktu
yang tidak sedikit kalau
mengenai implementasi
pendidikan agama
Islam berbasis karakter
di sekolahan ini kurag
lebih sudah melakukan
satu setengah tahun
hasilnya adalaha sudah
sangat kita rasakan
sekali walupun kita
anggap masih ada
kekurangan namun
sudah kita nilai
berhasil, yang jelas
adalah kita
memanfaatkan waktu
setiap harinya harus
ditekankan, diarahkan
terus.
d. Jaringan, kalau kita
disini Pimpinan
Daerah
Muhammadiyah itu
sudah, kita kerjasama
dengan IAIN Salatiga,
UNIMUS, dewan-
dewan masjid disekitar
sekolah, UMS.
e. Sumber Daya Manusia,
jelas bahwah kami
disini mulai
pengrekrutan guru
minimal sudah selesai
study S1, setiap
setengah semester juga
kita da penataran guru
agar sesuai dengan
arah muhammadiyah.
f. Komunikasi dengan
orang tua, kita selalu
87
komunikasi dengan
orang tua seperti kita
memanfaatkan media
social grup WA antara
walikelas dan wali
murid, jika ada anak
yang perlu bimbingan
khusus kita carikan
solusi dengan jaringan
pribadi, seperti
menanyakan
perkembangan anak
dan kebutuhan untuk
membantu anak lebih
baik, sehingga ada
komunikasi intens
antara pihak sekolah
dan orang tua siswa.
g. Pengawasan, di SMP
Muhammadiyah Plus
ada kartu kendali
siswa, kartu kendali
tahfid selain dihafalkan
di sekolah juga harus
disetorkan setiap orang
tuannya, juga perilaku
sehari-hari dirumah
juga kita kroscek
dengan orang tuanya
sehingga tau
perkembangan anak”
Cara mengevaluasi
pendidikan agama
Islam berbasis
karanter di SMP
Muhammadiyah
Plus Salatiga
Jawaban: “Evaluasi kalau
karakter itu, secara
penilaian tentunya ada alat
ukurnya yang sudah baku
melalui rapot kemudian
bagaimana alat ukur atau
penilain masyarakat
terhadap lembaga SMP
Muhammadiyah Plus
Salatiga ini berkaitan
dengan siswa siswinya
berkaitan dengan
bagaimana anak ini mampu
mempraktekan karakter
islami dimanapun dan
melakukan upaya
perbaikan dengan
cukup baik, baik itu
perbaikan sistem
pembelajaran
akademik, sarana
prasaran, dan kinerja
guru dan staf
kariawan
mengatasi
problematika
manajemen
kurikulum di
Sekolah
Menengah
Pertama
Muhammadiyah
Plus Salatiga
sudah dilakukan
dengan cukup
baik, dengan
adanya team
work antar
Pimpinan
87
kapanpun dilakukan.”
Sekolah, guru
dan staff yang
bersinergi saling
bahu membahu.
87
Lampiran 5
SURAT KETERANGAN PENELITIAN
87
Lampiran 6
SURAT TUGAS PEMBIMBING SKRIPSI
87
Lampiran 7
LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI
87
87
Lampiran 8
DOKUMENTASI
Gedung SMP Muhammadiyah Plus Salatiga Tampak Depan
Wawancara kepala sekolah SMP Muhammadiyah Plus Salatiga
87
Wawancara dengan waka kurikulum SMP Muhmmadiyah Plus Salatiga
Wawancara dengan guru PAI SMP Muhammadiyah Plus Salatiga
87
Kantin kejujuran SMP Muhmmadiyah Plus Saatiga
87
Kegiatan Makan Bersama Dengan Etika Yang Baik
Masjid SMP Muhammadiyah Plus Salatiga
87
Lampiran 9
SURAT KE TERANGAN KEGIATAN
NAMA : Feli Ardiansah
NIM : 111-14-020
JURUSAN : Tarbiyah/ PAI (Pendidikan Agama Islam)
Dosen PA : Dr. Imam Sutomo, M. Ag
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Status Sko
r
1 SEMINAR NASIONAL
Tema: “Perbaikan Mutu Pendidikan
Melalui Profesionalitas Pendidikan”
13 November
2014
Peserta 8
2 SEMINAR NASIONAL
Tema: “Perlindungan Hukum Terhadap
Usaha Mikro Menghadapi Pasar Bebas
ASEAN”
10 Desember
2014
Peserta 8
3 SEMINAR NASIONAL
Tema: “Kopetensi Guru Di Era
Revolusi Industri 4.0”
27 November
2017
Panitia 8
4 SK Pengurus Pimpinan Cabang Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah Salatiga
11 Mei 2017 Ketua
Bidang
Hikmah
8
5 SK Dewan Pengurus Daerah Komite
Nasional Pemuda Indonesia (KNPI)
Kota Salatiga
1 November
2017
Komisi
Penanggula
ngan
Bencana
6
6 SK Pimpinan Komisariat Ahmad
Dahlan Ikatan Mahasiswa
Muhammadiayah (IMM) Kota Salatiga
20 Maret 2016 Ketua
Bidang
6
7 SK Pengurus Dewan Mahasiswa
(DEMA) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu
15 Maret 2017 Divisi
Advokasi
6
87
Keguruan IAIN Salatiga
8 DIALOG INTERAKTIF
KEBANGSAAN Tema: “Pendidikan
Pemilih dalam Menghadapi Pemilu
Serentak” oleh PC IMM Kota Salatiga
17 Oktober 2017 Panitia 4
9 MASTA dan SEMINAR NASIONAL,
Tema: “Membangun Intelektualitas
Mahaiswa Melalui Budaya Literasi di
Era Virtual” oleh IMM Salatiga
10 September
2016
Panitia 4
10 LATIHAN ADMINISTRASI
MANAJEMEN ORGANISASI
Tema “Memupuk Budaya Musyawarah
Demi IMM Salatiga Berkemajuan”
14 Desember
2014
Panitia 4
11 SK Pengurus Pimpinan Cabang Ikatan
Mhasiswa Muhammadiyah Salatiga
Periode 2017-2018
11 Mei 2017 Ketua
Umum
4
12 SK Relawan Demokrasi Pemilihan
Umum Tahun 2019 Tingkat Kota
Salatiga”
17 Januari 2019 Anggota 4
13 KURSUS KEPEMILUAN “Komisi
Pemilihan Umum Kota Salatiga”
18 Desember
2018
Peserta 4
14 SEMINAR ONLINE NASIONAL
Ikatan Mahasiswa Lingkungan
Indonesia, Tema: “Ubah Image Sampah
Yang Negatif”
18 Oktober 2017 Peserta 4
15 SEMINAR ONLINE Tema: “Indonesia
Darurat Sampah: Sudah Benarkah
Perspektif Sampah”
25 Oktober 2017 Peserta 4
16 OPAK STAIN SALATIGA 2014
Tema: “Aktua lisasi Gerakan
18-19 Agustus
2014
Peserta 3
87
Mahasiswa yang Beretika, Disiplin dan
Berfikir Terbuka”
17 OPAK JURUSAN TARBIYAH STAIN
SALATIGA 2014 Tema: “Aktualisasi
Pendidikan Karakter Sebagai
Pembentuk Generasi yang Religius,
Educative, dan Humanis”
20-21 Agustus
2014
Peserta 3
18 CERETIFICATE OF
APPRECIATION: “Oline Siscussion Of
Gerakan Subuh Berjama’ah”
27 Oktober 2017 Peserta 3
19 KEMENTRIAN RISET, TEKNLOGI,
DAN PENDIDIKAN, Tema “ Kupas
Tuntas Cukai Rokok Penyelamat Defisit
BPJS”
24 November
2017
Peserta 3
20 SEMINAR ONLINE Tema: “How To
Get LPDP Scholarship”
28 Oktober 2017 Peserta 3
21
INDONESIA MENULIS, Tema:
“Membangun karakter (Akhlak Mulia)
Keluarga dengan Menulis Al-Qur’an”
25 November
2017
Peserta 3
22 ORIENTASI DASAR KEISLAMAN
(ODK) Tema: “Pemahaman Islam
Rahmatal Lil ’Alamin Sebagai Langkah
Awal Menjadi Mahasiswa Berkarakter”
21 Agustus 2014 Peserta 2
23 PELATIHAN BIDANG
PENGEMBANGAN PENGOLAHAN
LIMBAH ORGANIK Tema:
“Peningkatan Pengembangan
Kewirausahaan Pemuda Berbasis
Klaster”
22 Agustus 2014 Peserta 2
24 ACHIEVEMET MOTIVATION 23 Agustus 2014 Peserta 2
87
TRANING (AMT) Tema: “Dengan
AMT Semangat Menyongsong Prestasi”
25 LIBRARY USER EDUCATION
(Pendidikan Perpustakaan)
28 Agustus 2014 Peserta 2
26 SYAHADAH (DAD) Tema: “Cipta
Kader Islami Banggakan Negri Dengan
Prestasi” oleh PC IMM Salatiga
7-9 November
2014
Peserta 2
27
WORKSHOP KEPEMIMPINAN
Tema “Aktualisasi Kepemimpinan
Generasi Muda yang Berjiwa Pancasila”
15 Juni 2015 Peserta 2
28 PELATIHAN IQRO’ KIBAR oleh SD
Muhammadiyah (Plus) Kota Salatiga
23 Juli 2016 Peserta 2
29 SYAHADAH Darul Arkom Madya
(DAM) Tema: “Islam Dan Politik
Dalam Bingkai Kebhinekaan Untuk
Indonesia Berdaulat” oleh PC IMM
Ahmad Dahlan Kota Surakarta
20 Mei 2017 Peserta 2
30 LATIHAN ADMINISTRASI
MANAJEMEN ORGANISASI
((LAMO) Tema:“Mempersiapkan
Kader Menuju IMM Berjaya” oleh PC
IMM Salatiga
2 November
2017
Peserta 2
31 BEDAH BUKU LA TAY’AS (Jangan
Putus Asa) Tema: “ Ibroh Dari
Kehidupan Teroris Dan Korbannya”
6 Maret 2018 Peserta 2
32 LATIKAN INSTRUKTUR oleh Majlis
Pendidikan Kader PWM Jawa Tengah
16-18 Maret
2018
Peserta 2
33 MADRASAH POLITIK
Tema: “M embangun Kesadaran Kader
7 April 2018 Peserta 2
87
Terhadap Nilai-nilai Politik” oleh PC
IMM Kota Salatiga
34 SEMINAR, TALK SHOW, DISKUSI
PENINGKATAN WAWASAN
KEBANGSAAN Tema: “Revitalisasi
Dan Aktualisasi Nilai-nilai Kebangsaan
Bagi Generasi Muda”
18 April 2018 Peserta 2
35 PESANTREN ANGKATAN MUDA
MUHAMMADIYAH Oleh: Pimpinan
Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah
MPK
10 Juni 2018 Peserta 2
36 SOSIALISASI EMPAT PILAR MPR
RI Tema : “ Pancasila Sebagai Dasar
dan Ideologi Negara”
3 Agustus 2018 Peserta 2
Jumlah Nilai 128
87
RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Feli Ardiansah
NIM : 11114020
Tempat Tanggal Lahir : Kebumen, 15 Mei 1995
Alamat : Wadasmalang, 01/07 Karangsambung, Kebumen.
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1. SD N 2 Wadasmalang : Tahun 2002-2008
2. SMP N 3 Satu Atap Karangsambung : Tahun 2008-2011
3. SMK Muhammadiyah Kebumen : Tahun 2011-2014
Riwayat Organisasi
1. 2012-2013 : Ketua Pimpinan Cabang IPM Kecamatan Kebumen
2. 2013-2015 : Ketua Bidang Pengkaderan Pimpinan IPM Kebumen
3. 2015-2016 : Ketua Pimpinan Komisariat Ahmad Dahlan IMM Salatiga
4. 2016-2017 : Anggota DEMA FTIK IAIN Salatiga
5. 2016-2017 : Ketua Organisasi Daerah “FORMAPAK”
6. 2017-2018 : SEMA Institut Mahasiswa IAIN Salatiga
7. 2018-2019 : Ketua Pimpinan Cabang IMM Kota Salatiga
8. 2018-selesai : Anggota DPD KNPI Kota Salatiga
Top Related