IMPLEMENTASI JURNALISME ADVOKASI PADA SIGI
INVESTIGASI SCTV EPISODE MIMPI SEMU TELUK
JAKARTA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Achmad Fauzi
NIM. 1112051100046
PROGRAM STUDI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018/1440H
IMPLEMENTASI JTJRNALISME ADVOKASI PADA SIGI
INVESTIGASI SCTV EPISODE MIMPI SEMU TELUK
JAKARTA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi P ersyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Achmad Fauzi
NIM 11120s1100046
PROGRAM STUDI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN TLMU KOMUNIKASI
T]NIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2A18fi440IJ
Ade Masturi, M4NrP.197s06062007101001
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi karya Achmad Fauzi 1112051100046, yang berjudulImplementasi Jurnalisme Advokasi pada SIGI InvestigasiSCTV episode Mimpi Semu Teluk Jakarta telah diujikandalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan IlmuKomunikasi Universitas Islam Negeri Syarif HidayatullahJakarta, pada tanggal 13 November 2018 , Skripsi ini telahditerima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SarjanaSosial (S.Sos) pada Program Studi Konsentrasi Jumalistik.
Jakarta, 13 November 2018
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Anggota
nguji I Penguji II
4Rizaluddin Kurniawan. M.SiNIDN.2026067905
Pembi
NrP. 19780114 NIP. 1 971 0 4122000032001
ry,/Ade Masturi. M.A
NIP. I 97506062007101001
1.
2.
J.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
Skripsi ini hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata
1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini
telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yarrg
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan
hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari
karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di di UIN Syhrif Hidayatullah Jakarta'
Tangerang Selatan,
3 Oktober 2018
111
iv
ABSTRAK
Achmad Fauzi
1112051100046
Impelementasi Jurnalisme Advokasi pada Program Televisi
Sigi Investigasi SCTV episode Mimpi Semu Teluk Jakarta
Seiring pekembangan teknologi informasi, jurnalisme
juga ikut berkembang di dalamnya. Dewasa ini jurnalisme tidak
hanya lagi menyediakan berita yang sifatnya informatif saja,
jurnalisme juga dapat mengadvokasi isu-isu yang sedang
diangkat oleh suatu media.
Perkembangan itu memunculkan apa yang disebut dengan
jurnalisme baru. Dalam tataran jurnalisme baru terdapat beberapa
jenis yaitu jurnalisme jurnalisme advokasi, jurnalisme presisi,
jurnalisme alternative, dan jurnalisme sastra.
Jurnalisme advokasi mempunyai enam unsur di dalamnya.
Pertama, titik berat berita yaitu mengungkapkan masalah serius,
ancaman terhadap kelompok minoritas dan penduduk asli. Kedua,
terkait isu yang diangkat seputar permasalahan orang kecil,
pelanggaran HAM, keberanian, dan perlawanan rakyat kecil.
Ketiga, narasumber utamanya korban, yaitu rakyat kecil,
kelompok minoritas, saksi mata. Keempat, prioritas kerjanya
memunculkan masalah pelanggaran negara terhadap elemen
masyarakat yang tidak mampu bersuara. Kelima, terkait azas
v
legalitas dilakukan bila perlu menyamar seperti anggota intel dan
dalam penulisan berita berusaha menyamarkan nama narasumber
(dikhawatirkan mengalami ancaman dan penghilangan secara
paksa). Keenam, terkait harapan pasca pemuatan maksudnya
memunculkan perdebatan dan polemik pada masyarakat yang
berujung pada penguatan hak-hak rakyat dan tuntutan agar
pemerintah memperbaiki kebijakan.
Berdasarkan penelitian, Sigi Investigasi sebagai program
televisi di SCTV dalam praktik kerjanya melakukan hampir
semua unsur dalam jurnalisme advokasi. Program televisi Sigi
Investigasi dalam praktik kerjanya hanya tidak melakukan
penyamaran dalam kerja jurnalistiknya. Dari hampir terpenuhinya
unsur-unsur di dalam jurnalisme advokasi, penelitian ini dapat
melihat jika program televisi Sigi Invetigasi SCTV telah
melakukan apa yang disebut dengan jurnalisme advokasi
Kata kunci: Jurnalisme Baru, Jurnalisme Advokasi, Sigi
Investigasi, SCTV.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahi Rabbil „Alamiin, segala puji dan syukur
kepada Alloh SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-
Nya. Karena ridho-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Impelementasi Jurnalisme Advokasi
pada Program Televisi Sigi Investigasi SCTV episode Mimpi
Semu Teluk Jakarta”, skripsi ini merupakan syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sebagai manusia biasa dalam penelitian
ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan akibat keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman. Penyusunan skripsi ini tidak lepas
dari bimbingan, bantuan, dan dukungan yang sangat berarti dari
semua pihak, Khususnya Bapak Ade Masturi M.A, selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah memberikan saran, waktu,
bimbingan, semangat, pengetahuan, dan nasehat-nasehat yang
sangat bermanfaat bagi penulis. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis haturkan Alhamdulillah atas kekuatan
Allah SWT yang telah mencurahkan anugerah-Nya dan ingin
berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orangtua saya tercinta yaitu Bapak Sahroni dan Ibu
Sumarsih, serta kedua adik saya Dwi Puspa dan Ilham
Yang tiada hentinya mendo‟akan, memberikan dukungan
moral dan material, serta selalu memberikan support
vii
kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr.
H. Arief Subhan, M.Ag., Dr. Suparto, M.Ed. Ph.D., selaku
Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dra. Hj. Roudhonah,
M.Ag, selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi
Umum dan Dr. Suhaimi, M.Si., selaku wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan.
3. Kholis Ridho, M.SI, ketua Konsentrasi Jurnalistik, dan
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A, sekretaris Konsentrasi
Jurnalistik. Terima kasih telah banyak meluangkan
waktunya untuk membantu dan mengarahkan selama
kuliah.
4. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu. Terima kasih untuk ilmu dan pengalamannya.
5. Segenap pimpinan, staff dan karyawan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta segenap pimpinan
dan staff perpustakaan utama dan fakultas. Terima kasih
telah membantu penulis hingga menyelesaikan skripsi ini.
6. Bagus Adie, selaku penanggungjawab program televisi
Sigi Investigasi SCTV episode Mimpi Semu Teluk
Jakarta yang telah meluangkan waktunya untuk
diwawancarai. Terima kasih telah meluangkan waktunya.
7. Dzakia Khairat, sebagai orang terdekat penulis. Terima
kasih karena selalu memberikan semangat, dukungan,
doa, dan bantuan tiada henti agar penulis bisa
viii
menyelesaikan skipsi ini. Yang selalu ada setiap dan
bersedia selalu mendampingi.
8. Untuk teman-teman Jurnalistik, Rheza Alfian, Harry
Riandayasa, Roni Kurniawan, Angga Satria Perkasa,
Yusuf Yanuar, Parama Sumbada, Alief Mumtaz, Farouq
Audah, Reza Amanda, M. Badruzaman, Yasir Arafat.
Terima kasih telah memberikan banyak moment yang
menyenangkan sehingga perkuliahan ini berkesan.
Semoga kita sukses kawan.
9. Untuk teman-teman Futsal SMA 32 Jakarta Bang Doddy,
Syarivan, Rio, David, Fariz, Naim, dan lain-lain terima
kasih telah selalu memberikan semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini
bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan khususnya bagi
penulis dan pembaca pada umumnya. Akhir kata dengan segala
ketulusan dan kerendahan diri, penulis mohon maaf apabila ada
kesalahan dan kelemahan dalam skripsi ini.
ix
Tangerang Selatan, September
2018
Achmad Fauzi
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN…………………………...ii
LEMBAR PERNYATAAN…………………………..iii
ABSTRAK……………………………………….…….iv
KATA PENGANTAR………………………………...vi
DAFTAR ISI……………………………………….…..x
DAFTAR TABEL………………………………….…xii
BAB I PENDAHULUAN………………………………1
A. Latar Belakang Masalah………………………..1
B. Batasan dan Rumusan Masalah………………...6
C. Tujuan Penelitian……………………………….6
D. Manfaat Penelitian……………………………...7
E. Metodologi Penelitian…………………………..7
F. Tinjauan Pustaka…………………………....…15
BAB II LANDASAN TEORI…………………….…...17
A. Jurnalisme Baru………………………….…….17
B. Advokasi………………………………………22
C. Jurnalisme Advokasi…………………………..25
D. Teori Pers Tanggung Jawab Sosial……………33
E. Televisi………………………………………..36
xi
BAB III GAMBARAN UMUM………………………39
A. Gambaran Umum Jurnalisme Advokasi………39
B. Gambaran Umum SCTV………………………42
1. Sejarah SCTV……………………………….42
2. Visi, Misi, dan Tujuan SCTV………………43
C. Gamabaran Umum Sigi Investigasi…………...44
1. Sejarah Sigi Investigasi……………………..44
2. Struktur Sigi Investigasi…………………….45
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA………..47
A. Temuan dan Analisis program Televisi Sigi
Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta……………..47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………84
A. Kesimpulan………………………………………84
B. Saran……………………………………………..85
DAFTAR PUSTAKA…………………………………86
LAMPIRAN…………………………………………...90
1. Transkrip program Televisi Sigi Investigasi episode
Mimpi Semu Teluk Jakarta………………………………….90
2. Transkrip wawancara dengan penanggungjawab Sigi
Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta Bagus
Adie…………………………………………………………101
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Macam-Macam Jurnalisme Advokasi………...21
Tabel 2. Setting dan Tipe Advokasi. Sumber:
dikembangkan dari DuBois dan Miley dalam Edi Suharto (2009)
yang sudah dimodifikasi………………………………………..25
Tabel 3. Perbedaan Jurnalisme Advokasi dengan
Jurnalisme Umum………………………………………………30
Tabel 4. Analisis unsur pertama jurnalisme advokasi pada
Sigi Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta…………...57
Tabel 5. Analisis unsur kedua Jurnalisme Advokasi pada
Sigi Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta…………...64
Tabel 6. Analisis unsur ketiga Jurnalisme Advokasi pada
Sigi Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta…………...72
Tabel 7. Analisis unsur keempat Jurnalisme Advokasi
pada Sigi Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta……..76
Tabel 8. Analisis unsur kelima Jurnalisme Advokasi pada
Sigi Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta…………...78
Tabel 9. Analisis unsur keenam Jurnalisme Advokasi pada
Sigi Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta…………...82
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pers mempunyai fungsi sebagai media informasi
pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial.1 Dalam praktiknya,
sebagaimana yang tertuang pada Kode Etik Jurnalistik (KEJ),
pers berhak melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum,
selain itu pers juga berhak memperjuangkan keadilan dan
kebenaran.
Pers juga mempunyai peran penting dalam mengawasi
pemerintahan yang ada. Dengan kekuatannya, pers dapat terus
memperlihatkan ke publik, apa yang sedang direncakan dan
dikerjakan oleh pemerintah. Dengan kata lain, publik dapat selalu
mengawasi pemerintahan yang berkuasa melalui media massa
yang ada.
Peran pers sebagai kontrol sosial dan anjing penjaga
pemerintah (watchdog), mirip dengan konsep advokasi. Dalam
media massa, proses advokasi lebih sering dikenal dengan nama
Jurnalisme Advokasi. Menurut Komunikolog Amerika Serikat,
Fred Fedler, jurnalisme advokasi adalah kegiatan jurnalistik yang
berupaya menyuntikkan opini ke dalam berita. Tiap reportase,
1 Undang – Undang No. 40 Tahun 1999 Pasal 3.
2
tanpa mengingkari fakta, diarahkan untuk membentuk opini
publik.2 Rangkaian opini yang dibentuk berdasarkan liputan –
liputan yang dilakukan wartawan secara intens dan detil. Jadi,
opini yang dibentuk adalah realitas, fakta, peristiwa yang terjadi
di masyaraka. Fungsi-fungsi pers tersebut tidak cukup hanya
memerlukan gaya jurnalistik lama untuk dapat menjalankan
fungsi-fungsi pers itu, sehingga seperti the theory of objective
reporting3 yang meskipun di kalangan wartawan Amerika
objective reporting menjadi kebanggaan profesi yang berpegang
teguh pada pendiriannya, bahwa melaporkan fakta adalah satu
satunya tugas mereka. Kemudian, opini dipisahkan secara tajam
dari fakta dan opini hanya dituangkan dalam tajuk rencana, tetapi
tahun-tahun berikutnya objective reporting itu mendapat kritik
yang pedas atas dasar bahwa cara penulisan seperti itu
mengabaikan pengutaraan seluruh kebenaran, dan gagal dalam
menyajikan berita kepada para pembaca atas dasar yang cukup
untuk menilai berita dalam hubungannya dengan tujuan sosial.4
Itu disebabkan dalam perkembangannya jurnalistik tidak hanya
menyebarluaskan informasi, tetapi juga dipergunakan oleh kaum
idealis untuk melakukan kontrol sosial melalui tindakan
persuasif. Jadi, jurnalistik tidak menyiarkan informasi semata,
2 Septiawan Santana Kurnia, Jurnalisme Sastra, (Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama, 2001), h. 9. 3 Sudirman Teba, Jurnalistk Baru (Ciputat, Kalam Indonesia: 2005),
h. 13. 4 Sudirman Teba, Jurnalistk Baru, h. 14.
3
tetapi juga membujuk dan mengajak khalayak untuk mengambil
sikap tertentu agar berbuat sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.5
Kritik atas jurnalistik lama dan objective reporting
tersebut memunculkan inovasi dalam bentuk tulisan, penyajian
serta teknik liputan lebih mendalam dan menyeluruh. Perubahan
itu terjadi dalam lingkup perkembangan jurnalistik yang telah
dilakukan oleh salah satu media massa cetak, yaitu harian
Indonesia Raya. Harian Indonesia Raya (1949-1958 dan 1968-
1974) bisa dikatakan tipikal awal penerbitan pers yang
mengarahkan liputannya ke dalam bentuk investigatif. P.
Swantoro dan Atmakusumah mengatakan bahwa berbagai berita
yang disuguhkan Harian Indonesia Raya sering mencerminkan
sikapnya untuk 'berjihad' menentang apa yang dipandangnya
sebagai korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, ketidakadilan dan
ketidakbenaran serta feodalisme dalam bersikap. Visi jurnalisme
Harian Indonesia Raya mengambil konsep advocacy journalism,
sebuah aliran dari new journalism yang berkembang di Amerika
Serikat, tahun 1960-an, dengan mengambil format pemberitaan
crusading dalam materi-materi liputannya. Berita penyidikan
(investigative reporting) merupakan perangkat teknik pelaporan
surat kabar ini.6
Kemudian yang lebih terbaru melaksanakan konsep
Jurnalisme Advokasi ialah WatchDoc. Walaupun WatchDoc tidak
mengklaim dirinya melakukan jurnalisme advokasi, namun
5 Sudirman Teba, Jurnalistk Baru, h. 11.
6 Arif Priyadi, Implementasi Jurnalistik Advokasi Pada Delik di
RCTI, 2015, hal. 5
4
WatchDoc sering terlihat melakukan praktik advokasi melalui
sejumlah karya jurnalistik, terutama film dokumenter. Mereka
selalu blak-balakan dalam membela sesuatu, seseorang, atau
sekelompok orang. Sebagian besar dokumenter karya WatchDoc
selalu menunjukkan keberpihakan, terutama kepada warga.
Menurut F.X. Lilik Dwi Mardjianto, Ketua Program Studi
Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara, jurnalisme
advokasi bukanlah propaganda, jurnalisme advokasi adalah karya
yang faktual.7 Jurnalisme advokasi akan menjadi penyeimbang di
tengah – tengah hegemoni media massa yang kerap kali
menggunakan frekuensi publik untuk kepentingan bisnis si
pemilik media. Hal ini akan menjadi oase di tengah hingar –
bingar produk jurnalistik yang ada saat ini.
Penggunaan program televisi sebagai media untuk
advokasi juga menambah ketertarikan khalayak untuk
melihatnya. Program televisi, termasuk produk jurnalistik, karena
dalam pengelolaannya, program televisi mengedepankan fakta-
fakta, namun fakta-fakta tersebut dibingkai sedemikian rupa
untuk memengaruhi opini publik.
Program televisi yang menggunakan konsep jurnalisme
advokasi tergambar stasiun televisi SCTV, khususnya ada
program SIGI Investigasi. Dalam program SIGI Investigasi, tidak
jarang menampilkan isu – isu ketimpangan, kerusakan alam, dan
7
http://nasional.kompas.com/read/2016/10/27/14021991/membongkar.kubur.jur
nalisme.advokasi.
5
intoleransi. Seperti isu lingkungan Mimpi Semu Teluk Jakarta,
pro kontra Samin vs Semen, Prahara Teluk Banten, Reklamasi
Teluk Jakarta, dan lain-lain. Program SIGI Investigasi tayang
setiap hari Minggu jam 01.00 WIB.
Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti pada episode
Mimpi Semu Teluk Jakarta. Episode ini cukup menarik perhatian
karena membahas teluk Jakarta yang tercemar akibat berbagai
macam limbah. Mulai dari limbah pabrik, limbah rumah tangga
hingga limbah akibat pembangunan pulau reklamasi.
Teluk Jakarta merupakan perairan yang berada di utara
Jakarta, teluk ini juga menjadi mata pencaharian masyarakat
sekitar yang menjadi nelayan. Akibat tercemarnya teluk Jakarta,
mata pencaharian nelayan sekitar pun ikut terganggu. Air menjadi
tercemar, sehingga ikan dan tangkapan nelayan lainnya menjadi
semakin berkurang. Tidak hanya soal kuantitas, dari segi kualitas
tangkapan pun cukup menjadi buruk, hasil tangkapan nelayan
diduga mengandung bahan berhaya.
Pertentangan antara Kode Etik Jurnalistik, objecting
reporting, penyuntikkan opini, jurnalisme baru, dan fungsi –
fungsi jurnalisme yang telah dipaparkan di atas menjadi masalah
menarik yang perlu diteliti dalam praktiknya di media massa.
Peneliti tertarik melakukan penelitian ini dengan judul penelitian
Implementasi Jurnalisme Advokasi pada Program Televisi SIGI
Investigasi di SCTV.
6
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Untuk memudahkan penelitian ini diperlukan pembatasan
masalah:
a. Penelitian ini terfokus kepada praktik jurnalistik advokasi
dalam Program Televisi SIGI Investigasi di SCTV.
b. Program SIGI Investigasi yang diteliti adalah video yang
didownload pada situs http://www.sctv.co.id/shows/sigi-
investigasi yang ditayangkan di SCTV pada tanggal 15
Mei 2016 yang berjudul “Mimpi Semu Teluk Jakarta”.
2. Rumusan Masalah
Masalah pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana praktik jurnalisme advokasi yang terdiri
dari 6 unsur, melalui unsur titik berat berita, isu yang
diangkat, dan pemilihan narasumber, prioritas kerja
jurnalis, asas legalitas dalam peliputan berita, dan harapan
pasca pemuatan program pada program televisi SIGI
Investigasi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditentukan,
maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menangkap implementasi jurnalistik advokasi melalui unsur
titik berat berita, isu yang diangkat, dan pemilihan narasumber
7
pada program televisi SIGI Investigasi. Mengetahui implementasi
jurnalistik advokasi melalui unsur prioritas kerja jurnalis, asas
legalitas dalam peliputan berita, dan harapan pasca pemuatan
berita pada program televisi SIGI Investigasi.
D. Manfaat Penelitian
Ada dua manfaat dalam penelitian ini:
1. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan
pembaca terkait dengan pemahaman jurnalistik advokasi di
program televisi bagi civitas akademika Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, khususnya Konsentrasi Jurnalistik, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan
masukan bagi penelitian serupa dan memberi gambaran kepada
masyarakat tentang implementasi jurnalistik advokasi yang
terkandung dalam program televisi SIGI Investigasi.
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah
konstruktivis. Pendekatan konstruktivis mempunyai penilaian
sendiri bagaimana media, wartawan, dan berita dilihat menurut
8
sudut pandangnya.8 Paradigma ini dapat digunakan untuk melihat
bagaimana realitas dikonstruk oleh wartawan melalui
subjektivitas sehingga terbangun konstruksi sosial.
Dalam paradigma konstruktivis, realitas itu bersifat
subjektif. Realitas hadir karena konsep subjektif wartawan,
realitas itu tercipta lewat konstruksi dan pandangan tertentu.9
Dengan kata lain, pendekatan konstruktifis melihat fakta atau
peristiwa bukanlah secara natural tetapi hasil konstruksi.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini juga menentukan metode penelitian dengan
menggunakan teori jurnalistik advokasi berupa unsur-unsur yang
ada di dalamnya. Unsur-unsur tersebut pertama adalah titik berat
berita berupa pengungkapan masalah serius, ancaman terhadap
kelompok minoritas dan penduduk asli atau menekankan unsur
kebenaran yang didapat berdasarkan hasil laporan investigasi.
Kedua, isu yang diangkat yaitu permasalahan orang kecil,
pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), atau keberanian dan
perlawanan rakyat kecil. Ketiga, narasumber yang dipilih adalah
rakyat kecil, kelompok minoritas, saksi mata. Keempat, prioritas
kerja dalam jurnalistik advokasi yaitu memunculkan masalah
pelanggaran negara terhadap elemen masyarakat yang tidak
mampu bersuara. Kelima, asas legalitas dalam peliputan bila
perlu menyamar seperti anggota intel dan dalam penulisan berita
8 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media
(Yogyakarta: LkiS, 2008 ) h. 22. 9 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,
h. 22.
9
berusaha menyamarkan nama narasumber (dikhawatirkan
mengalami ancaman dan penghilangan secara paksa). Terakhir
adalah keenam berupa harapan pasca-pemuatan berita yaitu
muncul perdebatan dan polemik pada masyarakat yang berujung
pada penguatan hak-hak rakyat dan tuntutan agar pemerintah
memperbaiki kebijakan.10
3. Objek Penelitian
Penelitian ini memiliki objek yaitu isi video “Mimpi
Semu Teluk Jakarta” pada program televisi SIGI Investigasi.
4. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian diadakan selama tiga bulan sejak
Februari 2018 - September 2018. Tempat pengambilan data
dokumentasi berupa rekaman tayangan SIGI Investigasi di situs
resmi Sigi Investigas SCTV.
Tempat penelitian lainnya untuk mendapatkan data
referensi adalah Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
5. Teknik Pengumpulan Data
Ada dua metode pengumpulan data dalam penelitian ini:
a. Dokumentasi
10
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan: Strategi
Wartawan Menghadapi Tugas Jurnalistik, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005)
h. 59.
10
Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi
untuk mengumpulkan data. Dokumentasi bisa berbentuk
dokumen publik atau dokumen privat. Dokumen publik
misalnya laporan polisi, berita-berita surat kabar, transkrip
acara TV, dan lainnya. Dokumen privat misalnya memo,
surat-surat, catatan telepon, buku harian individu, dan
lainnya.11
Jadi, data dokumentasi yang kemudian
didapatkan berupa rekaman program televisi SIGI
Investigasi. Selain itu, dokumen yang juga dikumpulkan
berupa secara umum profil stasiun televisi SCTV.
Dalam mengumpulkan data diperlukan juga buku-
buku ilmiah atau karya-karya ilmiah yang terkait dengan
tema penelitian ini dan juga menggunakan. Semua itu
didapatkan melalui pencarian di perpustakaan.
Metode pengumpulan data yang digunakan
peneliti adalah telaah narasi video. Dokumen yang
dimaksud adalah segala catatan baik hardcopy maupun
softcopy, dalam hal ini berupa video.
b. Wawancara
Peneliti juga melakukan wawancara dengan
penanggungjawab dalam acara Sigi Investigasi untuk
melakukan beberapa klarifikasi. Klarifikasi dilakukan
11
Rachmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2006), h.120.
11
agar tidak terjadi kesalahan dalam menganlisis data yang
ada.
Wawancara dilakukan di gedung SCTV di
Senayan City Jalan Asia Afrika Lot 19 lantai 9 tanggal 10
Juli 2018 bersama penanggungjawab Sigi Investigasi
Episode Mimpi Semu Teluk Jakarta Bagus Adie.
6. Teknik Analisis Data
Proses penelitian kualitatif akan melibatkan data verbal
yang banyak, yang harus ditranskripkan, objek-objek, situasi,
ataupun peristiwa dengan aktor yang sama atau bahkan sama
sekali berbeda. Biasanya data atau informasi yang diterima oleh
peneliti belum siap untuk dianalisis sebab masih dalam bentuk
kasar. Sebut saja misalnya, catatan lapangan yang masih dalam
coretan-coretan yang sulit untuk dibaca orang lain, rekaman yang
belum ditranskripkan (dibuat dalam naskah verbatim, foto-foto
yang belum dicetak, atau belum dikelompokkan). Kesemua itu
perlu ditata, diedit, diperbaiki, kemudian diketik ulang.12
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting
12
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif
dan Kuantitatif, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 147.
12
dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.13
Selanjutnya, semua data yang terkumpul dan tertata
dianalisis dengan menggunakan teori jurnalime advokasi berupa
unsur-unsur teori tersebut. Teori itu memiliki enam unsur sebagai
alat analisis dalam penelitian ini. Unsur pertama adalah titik berat
berita. Kemudian, unsur kedua berupa isu yang diangkat. Ketiga,
unsur ketiga ialah narasumber yang diwawancarai. Keempat,
prioritas kerja dalam jurnalistik advokasi. Kelima, asas legalitas
yang digunakan dalam peliputan jurnalistik advokasi. Keenam,
harapan pasca-pemuatan berita.
Analisis data dalam penelitian komunikasi kualitatif pada
dasarnya dikembangkan dengan maksud hendak memberikan
makna (making sense of) terhadap data, menafsirkan
(interpreting), atau mentransformasikan (transforming) data ke
dalam bentuk-bentuk narasi. Kemudian, narasi – narasi itu
mengarah pada temuan yang bernuansakan proposisi-proposisi
ilmiah (thesis) yang akhirnya sampai pada kesimpulan-
kesimpulan final.14
7. Sumber Data
Dalam penelitian ini diperrlukan dua jenis sumber data.
Penjelasan masing-masing sumber data tersebut sebagai berikut:
13
Sugiono, Memahami Penelitian Kulalitatif, (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 89. 14
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: LKiS
Yoyakarta, 2008), h. 100.
13
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari
sumber data pertama atau tangan pertama di lapangan.
Sumber data ini bisa responden, dari hasil pengisian
kuesioner, wawancara, dan observasi. Dalam analisis isi,
data primernya adalah isi komunikasi yang diteliti. Karena
itu sumber datanya berupa dokumentasi. Data primer ini
termasuk data mentah (row data) yang harus diproses lagi
sehingga menjadi informasi yang bermakna.15
Karena itu,
data primer yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
data yang bersumber langsung dari SCTV. Kemudian,
penelitian ini menggunakan data yang bersumber dari
dokumentasi, dan studi pustaka.
b. Data Sekunder
Ada sumber data yang berasal selain dari subjek
penelitian, sehingga menurut Rachmat Kriyantono data
tersebut adalah data sekunder atau data yang diperoleh
dari sumber kedua atau sumber sekunder. Data ini juga
dapat diperoleh dari data primer penelitian terdahulu yang
telah diolah lebih lanjut menjadi bentuk-bentuk seperti
tabel, grafik, diagram, gambar, dan sebagainya sehingga
menjadi informatif bagi pihak lain. Karena data sekunder
itu bersifat melengkapi data primer, peneliti dituntut hati-
hati atau menyeleksi data sekunder jangan sampai data
15
Rachmat Kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, h. 42.
14
tersebut tidak sesuai dengan tujuan riset penelitiatau
mungkin terlalu banyak (overloaded). Selain melengkapi,
biasanya data sekunder ini sangat membantu periset bila
data primer terbatas atau sulit diperoleh.16
8. Teknik Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku
pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)
karya Hamid Nasuhi dkk. yang diterbitkan oleh Center for
Quality Development and Assurance (CeQDA) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Sistematika Penulisan
Skripsi ini membagi penulisannya ke dalam lima bab
untuk memudahkan pembatasan secara sistematis. Kelima bab itu
sebagai berikut:
BAB I berupa pendahuluan yang berisi Latar Belakang
Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, dan Manfaat Penelitian. Bab ini juga berisi Tinjauan
Pusaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II memiliki isi teori-teori yang menjadi landasan
penelitian. Judul pada bab ini dikenal dengan Landasan Teoritis.
16
Rachmat kriyantono, Teknis Praktis Riset Komunikasi, h. 42.
15
Bab ini menjelaskan teori yang mencakup Jurnalistik Advokasi
berisi pengertian jurnalistik secara umum, pengertian advokasi
berserta jenis-jenisnya, pengertian jurnalistik advokasi dengan
unsur-unsur yang ada di dalamnya.
BAB III merupakan gambaran umum yang
menggambarkan profil SCTV sebagai sebuah stasiun televisi,
sehingga isinya mencakup sejarah, visi dan misi, dan struktur
organisasi. Selain itu, ada juga penjelasan profil SIGI Investigasi.
BAB IV adalah temuan dan analisis data. Dalam bab ini
dianalisis data-data yang telah diperoleh peneliti. Ada enam unsur
jurnalistik advokasi sebagai alat analisis dalam penelitian ini.
Unsur pertama adalah Titik Berat Berita. Kemudian, unsur kedua
isu yang diangkat dalan jurnalistik advokasi. Ketiga, unsur ketiga
ialah Narasumber yang diwawancarai. Keempat, prioritas kerja
dalam jurnalistik advokasi. Kelima, asas legalitas yang digunakan
dalam peliputan jurnalistik advokasi. Keenam, harapan pasca-
pemuatan berita hasil dari jurnalistik advokasi.
BAB V berisi kesimpulan dari hasil analisis penelitian ini.
Penulis menyimpulkan program televisi SIGI Investigasi.
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini tidak lepas dari pengaruh karya skripsi lain
yang pembahasannya mendekati tema yang ditentukan.
Meskipun, skripsi lain tersebut memiliki beberapa perbedaan.
Pengaruh dan detail perbedaan - perbedaan itu didapatkan setelah
16
melakukan penelusuran koleksi skripsi pada Perpustakaan Utama
dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sehingga
ditemukan tiga skripsi yang memengaruhi penelitian ini. Skripsi-
skripsi itu juga sebagai bukti tidak ada judul skripsi yang sama
seperti penelitian ini.
Pertama skripsi karya Arif Priyadi, dengan NIM
109051000175, jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta degan judul skripsi Implementasi
Jurnalistik Advokasi pada Delik di RCTI. Ada beberapa
perbedaan dalam skripsi Arif Priyadi dengan peneliti, yaitu
subjek dan objek penelitian masalah.
Kedua, skripsi karya Rizki Virda Ulfha dengan NIM
108051100048 Jurusan Jurnalistik, Fakultas Ilmu Dakwah Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul
Implementasi Jurnalisme Investigasi Program Sigi Investigasi Di
SCTV. Penulis mengambil skripsi ini sebagai rujukan karena ada
kesamaan media massa yg diteliti adalah televisi. Tetapi ada
perbedaan dalam hal rumusan masalah, subjek dan objek
penelitian, serta teknik analisis yang digunakan berupa teori
investigative reporting. Kemudian, perbedaan yang lain, Rizki
Virda Ulfha menggunakan teori jurnalisme investigatif sedangkan
penulis menggunakan teori jurnalisme advokasi beserta unsur-
unsurnya.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Jurnalisme Baru
Sejarah munculnya jurnalisme baru berkembang di
Amerika Serikat pada tahun 1960-an. Istilah ini muncul akibat
adanya kebosanan terhadap standar baku dalam melakukan tugas
jurnalistik seperti peliputan dan penulisan berita.17
Standar baku
yang ditetapkan saat itu juga dianggap membatasi ruang gerak
wartawan, teknik penulisan serta bentuk laporan berita.
Pencetus jurnalisme baru ini ialah Fred Fredler, seorang
wartawan dan komunikolog asal Amerika Serikat yang dalam
bukunya berjudul An Introducing to the Mass Media merumuskan
jurnalisme baru ke dalam empat fase, yaitu jurnalisme advokasi,
jurnalisme alternatif, jurnalisme presisi, dan jurnalisme sastra.
Tidak hanya Fredler, Everette Dennis dalam bukunya Magic
Writting Machine membagi jurnalisme baru ke dalam lima jenis,
yaitu jurnalisme nonfiksi baru, jurnalisme alternatif, jurnalisme
advokasi, jurnalisme bawah tanah dan jurnalisme presisi. 18
Dalam era jurnalisme lama, cara kerja wartawan hanya
terfokus pada kegiatan pada kegiatan reportase yang berupa
pencatatan peristiwa. Setelah dicatat, berdasarkan fakta yang ada,
wartawan akan memuat beritanya di media massa. Kebosanan ini
17
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan,
(Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005) h. 43. 18
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan, h. 44.
18
membuat perintis jurnalisme baru mulai melakukan inovasi
dalam
19
bentuk tulisan, penyajian, serta liputan yang mendalam dan
menyeluruh, wartawan tidak lagi hanya mencatat peristiwa sesuai
fakta, lalu memuatnya di media massa.
Kelahiran jurnalisme baru juga akibat protes para perintis
jurnalisme baru kepada jurnalis senior yang memimpin media
tapi enggan beranjak dari ruang redaktur eksekutif. Jurnalis
senior enggan melakukan inovasi dalam penyajian realitas-
peristiwa-berita yang menampilkan persoalan kemanusiaan
secara lebih utuh. Akibatnya jurnalis baru merasa terbelenggu
oleh metode laporan news story yang telah tumpul, tidak relevan
lagi, bahkan sesat dan meremehkan fakta-fakta yang terjadi di
masyarakat. Para jurnalis lama atau jurnalis senior tidak mau
membuka diri terhadap wacana real time. Berbagai peristiwa
perlu dilaporkan tanpa dihalani sekat-sekat waktu deadline. Gaya
pelaporan jurnalisme lama oleh para perintis jurnalisme baru
dinilai mempunyai banyak kemungkinan bias, cacat, bahkan
bodoh dalam memetakan pandangan terhadap peristiwa.19
Dalam jurnalisme baru, wartawan dapat mengembangkan
berbagai teknik dalam peliputan dan pelaporan berita ke dalam
gaya jurnalisme yang lebih bersemangat dan memberi
pengetahuan tambahan bagi pembaca untuk ikut berperan aktif
dalam menganalisa berita.20
Kelebihan lain dalam jurnalisme baru
ini ialah wartawan dapat membuat berbagai bentuk pencarian
berita sesuai teknik dan kreasi masing-masing, sehingga berita
19
Septiawan Santana Kurnia, Jurnalisme Sastra, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2002) h. 7. 20
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru, h. 44.
20
menjadi lebih luwes dan tidak kaku. Wartawan juga dapat
berfungsi menciptakan opini publik dan meredam konflik yang
terjadi di tengah masyarakat. Wartawan juga dapat menjadi
mediator antara masyarakat dan pemerintah.
Menurut kalangan akademisi Amerika Serikat, secara
umum eksplorasi hasil kerja para jurnalis baru itu dapat
didefinisikan dalam empat bentuk pengembangan, yaitu
menggambarkan kegiatan jurnalistik yang bertujuan menciptakan
opini publik dengan penekanan pada objektifitas pers demi
bekerjanya fungsi watchdog atau anjing penjaga moral,
memetakan upaya jurnalisme yang mengkhususkan target
pembacanya dengan model penerbitan jurnal-jurnal kecil yang
memuat materi khusus berdasarkan profesi atau kebutuhan
tertentu sekelompok masyarakat, menggunakan metode ilmiah
dalam teknik reportase dan mengadopsi langkah-langkah
penelitian yang disyaratkan oleh dunia akademis ke dalam teknik
pencarian berita, dan membuat sajian berita yang sejenis dengan
kreasi sastra degan secara kreatif menjiplak nilai, norma, dan
kaidah penulisan sastra serta mengemasnya menjadi gaya baru
dalam penulisan nonfiksi.21
Di sisi lain, jurnalisme baru juga lahir akibat
perkembangan masyarakat yang menuntut para reporter untuk
lebih banyak membingkai liputannya dalam reportase yang lebih
menyeluruh dan mendalam. Kompleksitas masyarakat tidak lagi
bisa ditangkap oleh tata kerja reportase lama yang hanya
21
Septiawan Santana Kurnia, Jurnalisme Sastra h. 8.
21
Jurnalisme Baru
Jurnalisme
Advokasi
Jurnalisme
Presisi
Jurnalisme
Alternatif
Jurnalisme
Sastra
mencatat peristiwa sesuai fakta dan memuatnya di koran setiap
pagi atau sore menampilkan headlines.22
Sejak itulah jurnaisme baru konsisten dengan gaya
jurnalisme yang penuh pikiran terhadap persoalan masyarakat
yang terjebak dalam birokrasi kapitalisme industrial. Karena itu,
para jurnalis baru berusaha memuaskan naluri pelaporan
jurnalisme mereka dengan kerja jurnalistik yang tidak hanya
berhenti pada wacana pemikiran kelembagaan media massa yang
menganggap struktur birokrasi keredaksian yang angkuh. Usaha
pembaruan itu akhirnya membuahkan hasil.23
Penolakan jurnalis
baru terhadap kinerja jurnalisme lama menghasilkan bentuk-
bentuk pengembangan jurnalisme dan banyak kegiatan lain.
Penulisan bukan lagi sekadar upaya untuk menampilkan nilai-
nilai human interest secara lebih dramatis.
Tabel 1. Macam-Macam Jurnalisme Advokasi
22
Septiawan Santana Kurnia, Jurnalisme Sastra, h. 6. 23
Septiawan Santana Kurnia, Jurnalisme Sastra, h. 8.
22
B. Advokasi
Pengertian advokasi pada dasarnya dilihat secara
kontekstual. Advokasi sebagai sebuah objek studi dapat dilihat
dari beberapa sudut pandang. Pengertian tentang advokasi harus
mempertimbangkan keadaan dan konteks yang terjadi dalam
sebuah kejadian.24
Pengertian advokasi sangat lekat dengan
profesi hukum. Namun demikian dalam studi politik tentu
berbeda dengan studi hukum. Studi politik menekankan adanya
aktor (actor), relasi (relations), dan sumber daya (resource).25
Menurut bahasa Inggris, to advocate tidak hanya memiliki arti to
defend (membela), tetapi juga to promote (mengajukan atau
mengemukakan) yang juga memiliki arti untuk berusaha to create
(menciptakan) dan to change (sesuatu yang baru atau melakukan
perubahan).
Advokasi juga bermakna suatu usaha sistematik dan
terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya
perubahan kebijakan publik secara bertahap semakin maju ke
depan (gradual and incremental change). Advokasi ditujukan
untuk mengubah, menyempurnakan, atau membela suatu
kebijakan tertentu tanpa harus menguasai atau merebut kekuasaan
politik.26
24
Valerie Miller dan Jane Covey, Pedoman Advokasi: Perencanaan,
Tindakan, dan Refleksi Edisi terjemahan oleh Hermoyo, (Yogyakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2002), h. 27. 25
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2008), h.59-65. 26
Roem Topatimasang, Mengubah Kebijakan Publik, (Yogyakarta:
INSIST Press, 2005), h. 7.
23
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
kegiatan advokasi merupakan buah dari hasil tatanan ruang
politik baru yang telah menggantikan tatanan ruang politik lama
yakni di era demokrasi, sehingga memungkinkan kerja-kerja dari
kelompok-kelompok masyarakat lebih leluasa untuk
memperjuangkan hak-hak mereka ketika suara mereka kurang
didengar dalam suatu masalah tertentu agar dipertimbangkan oleh
pembuat kebijakan. Kelompok-kelompok tersebut berusaha untuk
memperkuat diri serta mempengaruhi pihak lain guna mendukung
dan memperluas jangkauan kerja-kerja mereka. Kemudian
sampai pada mempengaruhi ataupun mengubah kebijakan.
Berpijak pada literatur pekerjaan sosial, menurut Sheafor
dan Horejsi, DuBois dan Miley, advokasi dapat dikelompokan ke
dalam dua jenis, yaitu advokasi kasus (case advocacy) dan
advokasi kelas (class advocacy).27
1. Advokasi kasus adalah kegiatan yang dilakukan seorang
pekerja sosial untuk membantu klien agar mampu menjangkau
sumber atau pelayanan sosial yang telah menjadi haknya.
Alasannya: terjadi diskriminasi atau ketidakadilan yang dilakukan
oleh lembaga, dunia bisnis atau kelompok profesional terhadap
klien dan klien sendiri tidak mampu merespon situasi tersebut
dengan baik. Pekerja sosial berbicara, berargumen dan
bernegosiasi atas nama klien individual. Karenanya, advokasi ini
sering disebut pula sebagai advokasi klien (client advocacy).
27
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri, (Bandung:
Penerbit Alfabeta, 2009), h. 165.
24
2. Advokasi kelas menunjuk pada kegiatan-kegiatan atas
nama kelas atau sekelompok orang untuk menjamin terpenuhinya
hak-hak warga dalam menjangkau sumber atau memperoleh
kesempatan-kesempatan. Fokus advokasi kelas adalah
mempengaruhi atau melakukan perubahan-perubahan hukum dan
kebijakan publik pada tingkat lokal maupun nasional. Advokasi
kelas melibatkan proses-proses politik yang ditujukan untuk
mempengaruhi keputusan-keputusan pemerintah yang berkuasa.
Pekerja sosial biasanya bertindak sebagai perwakilan sebuah
organisasi, bukan sebagai seorang praktisi mandiri. Advokasi
kelas umumnya dilakukan melalui koalisi dengan kelompok dan
organisasi lain yang memiliki agenda yang sejalan.
Advokasi yang dilakukan pekerja sosial dalam membantu
orang miskin seringkali sangat berkaitan dengan konsep
manajemen sumber (resource management). Untuk strategi
advokasi dibagi ke dalam tiga setting (mikro, mezzo dan makro)
dan mengkajinya dari empat aspek (tipe advokasi, sasaran/klien,
peran pekerja sosial dan teknik utama).28
28
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri, (Bandung:
Penerbit Alfabeta, 2009), h. 165.
ASPEK SETTING
MIKRO MEZZO MAKRO
Tipe advokasi Advokasi kasus Advok
asi
kelas
Advokasi kelas Legislat
iv
advoka
si
25
Setting dan Tipe Advokasi
Tabel 2. Setting dan Tipe Advokasi. Sumber: dikembangkan dari
DuBois dan Miley dalam Edi Suharto (2009) yang sudah
dimodifikasi.
C. Jurnalisme Advokasi
Salah satu jenis jurnalisme baru ialah jurnalisme advokasi.
Jurnalisme advokasi adalah kegiatan jurnalistik yang dilakukan
oleh wartawan dengan cara menyuntikan opini ke dalam berita,
tanpa mengingkari fakta.29
Berdasarkan hasil reportase, wartawan
mengarahkan fakta untuk membentuk opini publik. Penulisan
29
Septiawan Santana Kurnia, Jurnalisme Satra, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1992) h. 9.
Sasaran/klien Individu
dan
keluarga
Advoka
si kelas
kelomp
okok
formal
dan
organisa
si
Advokasi
kelas
masyarakat
lokal dan
nasional
Angg
ota
legisla
tif
Peran
pekerja
sosial
Broker Mediator Aktivis
Analis
Kebijakan
Aktivis
Analis
Kebijak
an
Teknik utama Manajeme
n kasus
(case
manageme
nt)
Jejaring
(networkin
g)
Aksi sosial
Analis
is
kebijak
an
Aktivis
Analis
Kebijak
an
26
jurnalisme advokasi lebih mempercayai objektifitas fakta dari
berita yang dicampur dengan pikiran wartawan. Dalam
jurnalisme advokasi, wartawan menyajikan keterampilannya
menyajikan fakta (korelasi hasil liputan dengan pengamatan
wartawan) sehingga memunculkan liputan investigasi.
Pemberitaan jurnalisme advokasi lebih banyak ditujukan untuk
suatu kepentingan tertentu yang disajikan dalam bentuk
pemberitaan fakta dan peristiwa.
Ada beberapa unsur yang harus dipenuhi dalam penulisan
pemberitaan advokasi. Eni Setiati, mengutip dari Stanley & The
People Journalism Optiion, Transcend Peace and Development
Network, 1998.30
menuliskan dalam penulisan pemberitaan
jurnalisme advokasi, wartawan menulis liputan fakta secara
intens dan benar. Jadi, opini yang ditulis wartawan dalam
pemberitaannya memiliki korelasi erat dengan realitas fakta yang
mengandung kebenaran dan diolah berdasarkan sudut pandang
wartawan yang mencatat fakta di lapangan. Jurnalisme advokasi
mempercayai objektifitas fakta berita yang diolahnya. Kerja
jurnalisme advokasi tidak mau terbelenggu seperti penyusunan
berita ekonomi, olahraga, dan lain-lain. Penggunaan jurnalisme
advokasi misalnya dalam pemberitaan cacatnya pemerintahan
orde baru. Pemberitaan tersebut melontarkan caci-maki terhadap
pemerintahan orde baru untuk menciptakan isu dan memancing
opini masyarakat.
30
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan,
(Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2005) h. 99.
27
Pemberitaan jurnalisme advokasi mempunyai titik berat
berita pada pengungkapan masalah serius dan ancaman terhadap
kelompok minoritas dan penduduk asli. Titik berat berita juga
pada penekanan unsur kebenaran yang didapat berdasarkan hasil
laporan invetigasi.
Terkait isu yang diangkat, jurnalisme advokasi
mengangkat isu terkait permasalahan orang kecil, pelanggaran
Hak Asasi Manusia, keberanian dan perlawanan rakyat kecil.
Untuk narasumber, dalam jurnalisme advokasi lebih banyak
menggunakan narasumber dari korban, yaitu rakyat kecil,
kelompok minoritas, dan saksi mata.
Pada prioritas kerja jurnalisme advokasi, yaitu
memunculkan masalah pelanggaran negara terhadap elemen
masyarakat yang tidak mampu bersuara. Untuk asas legalitas,
wartawan yang menulis berita dengan jenis jurnalisme advokasi
diperkenankan menyamar seperti anggota intel dan dalam
penulisan berita berusaha menyamarkan nama narasumber yang
dikhawatirkan mengalami ancaman dan penghilangan paksa.
Pada akhir pemberitaan jurnalisme advokasi yaitu adanya
harapan pasca pemuatan berita, diharapkan muncul perdebatan
dan polemik pada masyarakat yang berujung pada penguatan hak-
hak rakyat dan tuntutan agar pemerintah memperbaiki kebijakan.
Berikut tabel perbedaan jurnalisme umum dan jurnalisme
advokasi.31
31
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan, h. 100.
28
Jurnalisme Umum Jurnalisme Advokasi
Titik Berat
Berita
Menekankan unsur
sensasional dan
permasalahan orang
banyak.
Mengungkapkan
masalah serius,
ancaman terhadap
kelompok minoritas
dan penduduk asli.
Menekankan pada
ketentuan liputan
berimbang (bersikap
hati-hati pada
pemberitaan yang
mengandung unsur
SARA) dan selalu
menginformasikan
kebenaran informasi.
Menekankan pada
unsur kebenaran yang
didapat berdasarkan
hasil laporan
investigasi
Isu yang
Diangkat
Masalah nasional yang
genting, persitiwa yang
terjadi di masyarakat,
selebritis, wabah
penyakit, hiburan, dan
lain-lain.
Permasalahan orang
kecil, pelanggaran
HAM, keberanian,
dan perlawanan
rakyat kecil.
Narasumber
Utama
Tokoh yang punya
nama besar, pejabat atau
selebritis.
Korban, yaitu rakyat
kecil, kelompok
minoritas, saksi mata.
29
Prioritas Kerja Membuat tulisan
mampu berbicara
seperti layaknya video
klip.
Memunculkan
masalah pelanggaran
negara terhadap
elemen masyarakat
yang tidak mampu
bersuara.
Asas Legalias Menekankan tampilan
formal wartawan
dengan menunjukan
identitas seperti kartu
pers atau surat tugas.
Bila perlu menyamar
seperti anggota intel
dan dalam penulisan
berita berusaha
menyamarkan nama
narasumber
(dikhawatirkan
mengalami ancaman
dan penghilangan
secara paksa).
Harapan Pasca
Pemuatan
Berita
Masyarakat/pembaca
menjadi terhibur,
masyarakat mengetahui
berita mutakhir dan
mengikuti tren isu atau
gosip (mode, kesehatan,
tekhnologi, dan lain-
lain).
Muncul perdebatan
dan polemik pada
masyarakat yang
berujung pada
penguatan hak-hak
rakyat dan tuntutan
agar pemerintah
memperbaiki
kebijakan.
30
Tabel 3. Perbedaan Jurnalisme Advokasi dengan Jurnalisme
Umum.
Di atas adalah unsur-unsur yang membedakan antara
jurnalisme umum dengan jurnalisme advokasi, yang mempunyai
kekhususan dalam pemuatan laporannya.
Jurnalisme advokasi lebih mempercayai objektifitas fakta
berita. Objektifitas, bagi jurnalisme advokasi, adalah sesuatu
yang tidak bisa didefinisikan atau dicapai oleh wartawan betapa
pun usahanya memberikan rangkaian fakta. Setiap wartawan,
dalam persinggungannya dengan realitas persoalan kemanusiaan
dipengaruhi oleh referensi pemikiran dan pengalaman sosial
mereka di masa lalu.32
Setiap wartawan mempunyai kerangka
pemikiran dan pengalaman berbeda-beda. Karena itulah,
rangkaian fakta yang dicerap dan dilaporkan para jurnalis lama
dinilai sebagai fakta-fakta mentah bila diukur berdasarkan
objektifitas kebenaran yang hendak diraih. Objektifitas fakta akan
lebih kuat jika dicampur dengan pikiran wartawan yang memakai
metode pelipuran terukur dan terfokus pada persfektif amaran
tertentu. Jadi, kerja jurnalisme advokasi berbeda. Ia tidak mau
terbelenggu oleh kerja menyusun berita rutin seperti berita
obituari, perampokan bank, dan hasil pertandingan olahraga.
Lebih dari itu, kerja jurnalisme advokasi tersalur dalam
keterampilan menyajikan fakta yang merupakan korelasi antara
hasil amatan wartawan dan pemikiran tertentu.
32
Septiawan Santana Kurnia, Jurnalisme Sastra, h. 10.
31
Di satu sisi, kegiatan jurnalisme advokasi mewujudkan
pelaksanaan liputan investigatif. Mereka menjaring informasi,
mempelajarinya, kemudian menuangkan konklusinya ke dalam
sebuah makna. Mereka percaya bahwa jika seorang reporter
mampu menguasai topik tertentu, misalnya politik, opininya
dianggap memiliki validitas opini narasumber yang biasanya
diambil untuk dikutip. Maka, dimulai dari dengan kerangka
referensi tertentu, para jurnalis advokasi mewawancarai
narasumber atau tokoh berita yang telah direncanakan. Mereka
meliput berbagai peristiwa yang terkait dengan acuan opini yang
telah ditentukan untuk kemudian mereka simpulkan dalam bentuk
isu.
Pengamat jurnalisme Jack Newfield dalam bukuya
Journalism: Old, New, and Corporate menjelaskan:33
Jurnalisme advokasi telah mematahkan halangan
artifisial yaitu waktu kerja dan waktu luang, serta
pengetahuan pribadi dan pengetahuan khalayak. Ia
berhasil karena ia menulis dengan memilih subjek, dan
menumbuhkan imajinasi, ketika mengerjakan tugas city
desk dan mendapat persetujuan dari bagian editing dan
copy desk. Ia adalah orang bebas yang mengandalkan
insting, intelegensi, dan disiplin. Ia mengeyahkan orang-
orang yang coba mengalanginya dengan realitas.
33
Septiawan Santana Kurnia, Jurnalisme Sastra, h. 11.
32
Di Indonesia, jurnalisme advokasi telah dipraktekkan
ketika wacana pers dipenuhi diskusi mengenai pers partisan. Di
masa orde baru, idealisme perjuangan politik tertentu yang
disajikan melalui penerbitan underground newspapers terangkut
dalam berita-berita yang menekankan opini tertentu. Gaya
pemberitaan seperti ini membingkai fakta berita yang ditujukan
untuk menciptakan isu-isu hangat di masyarakat, misalnya berita
tentang pengucilan atau pembuangan ke tempat lain, bahkan
penahanan sejumlah wartawan secara sistematis oleh aparat
kekuasaan.
Dalam pers yang telah mapan, wartawan-wartawan sering
melakukan advokasi pemberitaan. Pemberitaan mereka, yang
dikemas dalam bahasa yang eufemistis, mencoba menyuntik
opini publik dengan opini yang menentang sejumlah kebijakan
pemerintah. Ketika masa orde baru mulai terlihat keruntuhannya,
dalam ketegangan mencari dan melaporkan berita, wartawan
memfokuskan pemberitaan pada advokasi yang mengembangkan
jargon Korupsi-Kolusi-Nepotisme atau KKN dan jargon
represivitas kekuasaan.34
Wacana advokasi pemberitaan juga
telah muncul sebelumnya pada saat masa orde baru, misalnya
dengan menyoroti berbagai kecacatan kekuasaan pemerintah
yang mirip caci maki.
Demikianlah jurnalisme advokasi menegaskan bentuk
pemberitaan yang berbeda dengan jurnalisme lama dalam
mengukur objektifitas fakta berita. Ada upaya lain yang
34
Septiawan Santana Kurnia, Jurnalisme Sastra, h. 12.
33
dilakukan jurnalis advokasi dalam merangkai fakta berita. Ada
kepentingan lain yang mereka sajikan dalam pemberitaan fakta
peristiwa. Dengan kata lain, jurnalisme advokasi menolong
jurnalisme untuk lebih bertanggungjawab dalam menentukan
posisi dalam kaitannya dengan isu-isu kritis. Menurut kalangan
yang melakukan kerja advokasi, pembaca memerlukan banyak
interpretasi, penjelasan, dan arahan informasi yang signifikan dan
berkaitan dengan berbagai fakta yang telah diberitakan.
D. Teori Pers Tanggung Jawab Sosial
Teori pers tanggung jawab sosial merupakan
pengembangan dari teori pers librtarian yang sebelumnya sudah
dahulu muncul dan berkembang.35
Teori ini mulai berkembang di
Amerika Serikat pada abad ke-20 dengan asumsi utama bahwa
kebebasan, mengandung di dalamnya suatu tanggung jawab yang
sepadan; dan pers, yang telah menikmati kedudukan terhormat
dalam pemerintahan harus bertanggungjawab kepada masyarakat
dalam menjalankan fungsi-fungsi penting komunikasi massa
dalam masyarakat modern.
Banyak hal yang mempengaruhi lahirnya teori ini, salah
satunya adalah revolusi teknologi dan industri yang mengubah
wajah dan cara hidup bangsa Amerika, dan yang mempengaruhi
sifat dasar pers. Hal lainnya adalah suara-suara kritik yang tajam,
yang semakin sering diucapkan pada saat media telah tumbuh
35
Fred S. Siebert, Theodore Peterson, Wilbur Schramm, Empat Teori
Pers, (Jakarta: PT. Intermasa, 1986), h. 83.
34
semakin besar dan penting, dan yang mengndung ancaman
pengaturan oleh pemerintah. Hal lainnya lagi ialah adanya iklim
intelektual yang baru, di mana orang-orang mulai mencurigai
kebenaran asumsi-asumsi dasar Jaman Terang. Terakhir adalah
adanya perkembangan jiwa profesional, ketika kegiatan
jurnalistik mulai menarik perhatian pada terpelajar, dan ketika
kemudian industri komunikasi mencerminkan adanya perasaan
bertanggungjawab di kalangan kaum bisnis dan industrialis.36
Pada dasarnya fungsi pers tanggung jawab sosial
mempunyai fungsi yang sama dalam teori libertarian, namun teori
ini tidak puas terhadap interpretasi para pemilik dan pelaksana
media tentang fungsi itu, dan terhadap cara pers melaksanakan
fungsi itu.37
Teori tanggung jawab sosial menerima peran pers dalam
melayani sistem politik, memberi penerangan kepada masyarakat
dan menjaga hak-hak perorangan, tetapi teori tanggung jawab
sosial menyatakan bahwa selama ini pers yang menggunakan
teori libertarian tidak menjalankan fungsi ini dengan sempurna.
Teori pers tanggung jawab sosial menerima pers dalam melatani
sistem ekonomi, tetapi tidak menghendaki diprioritaskannya
fungsi ini melebihi fungsi mendukug proses demorasi atau
memberikan penerangan kepada masyarakat.
36
Fred S. Siebert, Theodore Peterson, Wilbur Schramm, Empat Teori
Pers, h. 88.
37
Fred S. Siebert, Theodore Peterson, Wilbur Schramm, Empat Teori
Pers, h. 84.
35
Teori ini menerima peran pers dalam menyajikan hiburan,
dengan syarat hiburan itu harus baik. Teori tanggung jawab sosial
juga menerima keharusan pers sebagai lembaga yang bebas
secara fiansialnya, tetapi bila perlu teori ini akan melarang
beberapa media tertentu memasuki pasar. Itulah fungsi-fungsi
yang sedianya berada dalam teori pers libertarian dan diserap
oleh teori pers tanggung jawab sosial namun dengan tambahan-
tambahan serta pengurangan subtansi yang dimiliki teori pers
sebelumnya.
Teori pers tanggung jawab sosial memiliki imbas terhadap
fungsinya. Seiring berjalannya waktu, teori pers tanggung jawab
sosial membuat media massa mempunyai kontrol terhadap
pemerintah maupun sosial. Sejumlah pakar yang berkecimpung di
dunia jurnalisme juga mengakui komunikasi massa sebagai alat
kontrol sosial dan pemeliharaan tertib masyarakat. Kontrol sosial
oleh media massa dianggap begitu ekstensif dan efektif sehingga
sebagian pengamat menganggap kekuatan utama media memang
sebagai alat kontrol sosial yang baik.38
Di Indonesia menurut Undang-Undang Pers no. 40 tahun
1999, pers mempunyai beberapa fungsi, di antaranya ialah fungsi
kontrol sosial.39
Dalam fungsi pers sebagai kontrol sosial
terkandung makna demokratis yang didalamnya terdapat unsur-
unsur Social Participation (keikutsertaan rakyat dalam
pemerintahan); Social Responsbility (pertanggung jawaban
38
Haris Munandar, Dudy Priatna, Media Massa & Masyarakat
Modern, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2003), h. 39. 39
Undang-Undang Pers no.40 tahun 1999 Pasal 3.
36
pemerintah terhadap rakyat); Social Support (dukungan rakyat
terhadap pemerintah); Sosial Control (pengawasan terhadap
tindakan-tindakan pemerintah dimasyarakat). Pers harus bisa
menjembatani semua pihak, kontrol sosial dan dapat memberikan
informasi yang berimbang dan aktual yang pada akhirnya dapat
memberikan solusi dalam setiap kerja-kerja pemerintah.
Pelaksanaan fungsi kontrol sosial oleh pers sebagian besar
ditujukan kepada pemerintah dan aparat negara. Karenanya,
fungsi ini selalu membela kepentingan masyarakat (watch dog of
the public interest). Namun, sesungguhnya kontrol sosial ini juga
dapat diberikan kepada masyarakat sebagai bagian dari sistem
kemasyarakatan.
Di atas adalah berbagai macam landasan teori mengapa
penelitian ini dibuat, selain itu landasan-landasaran teori yang
sudah dipaparkan merupakan bahan pendukung untuk
menguatkan penelitian ini.
E. Televisi
Dibanding dengan media massa lainnya, televisi
mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gebungan dari
media dengar dan gambar, bisa bersifat informatif, hiburan,
maupun pendidika, bahkan gabungan dari ketiga unsur diatas,
televisi merupakan sumber citra dan pesan tersebar (shared
images and message) yang sangat besar dalam sejarah, dan ini
telah menjadi mainstream bagi lngkungan simbolik masyarakat.
Dan televisi merupakan sistem bercerita (stary-telling) yang
37
tersentralisasi.40
Televisi saat ini telah menjadi bagian tidak
terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak orang
menghabiskan waktunya lebih lama di depan televisi,
dibandingkan menghabiskan waktu mengobrol bersama
keluarganya, Siaran televisi adalah pemancaran sinyal listrik yang
membawa muatan gambar proyeksi yang terbentuk pada sistem
lensa dan suara. Menurut Peter Herford, setiap stasiun televisi
dapat menayangkan beberapa acara hiburan seperti, film, musik,
kuis, talk show, dan sebagainnya.41
Televisi merupakan media komunikasi yang menyediakan
berbagai informasi yang update, dan menyebarkannya kepada
khalayak umum. “Televisi merupakan hasil produk teknologi
tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk
audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual gerak memiliki kekuatan
yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir, dan
tindak individu”. lebih luas lagi dinyatakan bahwa: “Televisi
adalah sistem pengambilan gambar, penyampaian, dan
penyuguhan kembali gambar melalui tenaga listrik. Gambar
tersebut ditangkap dengan kamera televisi, diubah menjadi sinyal
listrik, dan dikirim langsung lewat kabel listrik kepada pesawat
penerima”. Berdasarkan pendapat di atas menjelaskan bahwa
televisi adalah sistem elektronis yang menyampaikan suatu isi
pesan dalam bentuk sudio visual gerak dan merupakan sistem
pengambilan gambar, penyampaian, dan penyuguhan kembali
40
Syaputra Iswandi, Rezim media, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2013) h.41. 41
Morrison, Media penyiaran, strategi mengelola radio dan televisi,
(Tangerang: Ramdina Perkasa, 2005), h.2.
38
gambar melalui tenaga listrik. Dengan demikian, televisi sangat
berperan dalam mempengaruhi mental, pola pikir khalayak
umum. Televisi karena sifatnya yang audiovisual merupakan
media yang dianggap paling efektif dalam menyebarkan nilai-
nilai yang konsumtif dan permisif.
Teknologikal, berkaitan dengan daya jangkau siaran,
kualitas suara, kualitas suara dan gambar yang dihasilkan serta
diterima oleh pesawat televisi penerima di rumah-rumah.
Dramatikal berarti bersinggungan dengan aspek serta nilai
dramatikal yang dihasilkan oleh rangkaian gambar yang
dihasilkan secara simultan. Berdasarkan uraian di atas maka
dapat didefinisikan bahwa siaran televisi adalah suatu pemancar
yang diproyeksikan melalui pendekatan sistem lensa, suara, dan
menghasilkan gambar yang bergerak dan berisikan suatu
informasi yang beranekaragam yang dapat diterima oleh setiap
kalangan masyarakat.
39
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Jurnalisme Advokasi
Jurnalisme advokasi merupakan salah satu dari jurnalisme
baru.42
Ada beberapa unsur yang harus dipenuhi dalam penulisan
pemberitaan advokasi. Eni Setiati, mengutip dari Stanley & The
People Journalism Optiion, Transcend Peace and Development
Network, 1998.43
menuliskan dalam penulisan pemberitaan
jurnalisme advokasi, wartawan menulis liputan fakta secara
intens dan benar. Jadi, opini yang ditulis wartawan dalam
pemberitaannya memiliki korelasi erat dengan realitas fakta yang
mengandung kebenaran dan diolah berdasarkan sudut pandang
wartawan yang mencatat fakta di lapangan. Jurnalisme advokasi
mempercayai objektifitas fakta berita yang diolahnya. Kerja
jurnalisme advokasi tidak mau terbelenggu seperti penyusunan
berita ekonomi, olahraga, dan lain-lain. Penggunaan jurnalisme
advokasi misalnya dalam pemberitaan cacatnya pemerintahan
orde baru. Pemberitaan tersebut melontarkan caci-maki terhadap
pemerintahan orde baru untuk menciptakan isu dan memancing
opini masyarakat.
42
Septiawan Santana Kurnia, Jurnalisme Satra, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1992) h. 9.
43
Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan,
(Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2005) h. 99.
40
Di Indonesia, jurnalisme advokasi telah dipraktekkan
ketika wacana pers dipenuhi diskusi mengenai pers partisan. Di
masa orde baru, idealisme perjuangan politik tertentu yang
disajikan melalui penerbitan underground newspapers
41
terangkut dalam berita-berita yang menekankan opini tertentu.
Gaya pemberitaan seperti ini membingkai fakta berita yang
ditujukan untuk menciptakan isu-isu hangat di masyarakat,
misalnya berita tentang pengucilan atau pembuangan ke tempat
lain, bahkan penahanan sejumlah wartawan secara sistematis oleh
aparat kekuasaan.
Dalam pers yang telah mapan, wartawan-wartawan sering
melakukan advokasi pemberitaan. Pemberitaan mereka, yang
dikemas dalam bahasa yang eufemistis, mencoba menyuntik
opini publik dengan opini yang menentang sejumlah kebijakan
pemerintah. Ketika masa orde baru mulai terlihat keruntuhannya,
dalam ketegangan mencari dan melaporkan berita, wartawan
memfokuskan pemberitaan pada advokasi yang mengembangkan
jargon Korupsi-Kolusi-Nepotisme atau KKN dan jargon
represivitas kekuasaan. Wacana advokasi pemberitaan juga telah
muncul sebelumnya pada saat masa orde baru, misalnya dengan
menyoroti berbagai kecacatan kekuasaan pemerintah yang mirip
caci maki.
Demikianlah jurnalisme advokasi menegaskan bentuk
pemberitaan yang berbeda dengan jurnalisme lama dalam
mengukur objektifitas fakta berita. Ada upaya lain yang
dilakukan jurnalis advokasi dalam merangkai fakta berita. Ada
kepentingan lain yang mereka sajikan dalam pemberitaan fakta
peristiwa. Dengan kata lain, jurnalisme advokasi menolong
jurnalisme untuk lebih bertanggungjawab dalam menentukan
posisi dalam kaitannya dengan isu-isu kritis. Menurut kalangan
42
yang melakukan kerja advokasi, pembaca memerlukan banyak
interpretasi, penjelasan, dan arahan informasi yang signifikan dan
berkaitan dengan berbagai fakta yang telah diberitakan.
B. Gambaran Umum SCTV
1. Sejarah SCTV
SCTV bermula dari Jalan Darmo Permai, Surabaya,
Agustus 1990, siaran SCTV diterima secara terbatas untuk
wilayah Gerbang Kertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto,
Surabaya, Sidoardjo dan Lamongan) yang mengacu pada izin
Departemen Penerangan No. 1415/RTF/K/IX/1989 dan SK No.
150/SP/DIR/TV/1990. Satu tahun kemudian, 1991, pancaran
siaran SCTV meluas mencapai Pulau Bali dan sekitar.44
Baru pada tahun 1993, berbekal SK Menteri Penerangan
No 111/1992 SCTV melakukan siaran nasional ke seluruh
Indonesia. Untuk mengantisipasi perkembangan industri televisi
dan juga dengan mempertimbangkan Jakarta sebagai pusat
kekuasaan maupun ekonomi, secara bertahap mulai tahun 1993
sampai dengan 1998, SCTV memindahkan basis operasi siaran
nasionalnya dari Surabaya ke Jakarta.
Pada tahun 1999 SCTV melakukan siarannya secara
nasional dari Jakarta. Sementara itu, mengantisipasi
perkembangan teknologi informasi yang kian mengarah pada
konvergensi media SCTV mengembangkan potensi
multimedianya dengan meluncurkan situs
44
Diakses pada Situs Resmi www.sctv.co.id pada tanggal 30 April
2018 pukul 15.00 WIB.
43
http://www.liputan6.com, http://www.liputanbola.com Melalui
kedua situs tersebut, SCTV tidak lagi hanya bersentuhan dengan
masyarakat Indonesia di wilayah Indonesia, melainkan juga
menggapai seluruh dunia. Dalam perkembangan berikutnya,
melalui induk perusahaan PT. Surya Citra Media tbk (SCM),
SCTV mengembangkan potensi usahanya hingga mancanegara
dan menembus batasan konsep siaran tradisional menuju konsep
industri media baru.dan kendaraan niaga baik untuk perorangan
maupun korporasi.
Dalam kurun waktu perjalanannya yang panjang, berbagai
prestasi diraih dari dalam dan luar negeri antara lain: Asian
Television Awards (2004 untuk program kemanusian Titian
Kasih (Pijar), 1996 program berita anak-anak Krucil), Majalah
Far Eastern Economic Review (3 kali berturut-turut sebagai satu
dari 200 perusahaan terkemuka di Asia Pasific), Panasonic
Awards (untuk program berita, pembaca berita dan program
current affair pilihan pemirsa) dan sebagainya. Berbagai
penghargaan tersebut membuat manajemen SCTV memandang
perlu menegaskan kembali identitas dirinya sebagai stasiun
televisi keluarga. Maka sejak Januari 2005, SCTV mengubah
logo dan slogannya menjadi lebih tegas dan dinamis: Satu Untuk
Semua.
2. Visi, Misi, dan Tujuan SCTV
1. Visi SCTV
44
Visi SCTV adalah menjadi stasiun unggulan yang dapat
memberikan kontibusi terhadap kesatuan dan persatuan bangsa,
serta mencerdaskan kehidupan bangsa.
2. Misi SCTV
Membangun SCTV sebagai jaringan televisi swasta yang
terkemuka di Indonesia, dengan menyediakan beragam program
kreatif, inovatif, dan berkualitas untuk pemirsa, berdasarkan
prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
3. Tujuan SCTV
Pada dasarnya SCTV memiliki peranan penting dalam
program mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini sesuai dengan
tujuan awal SCTV berdiri, yaitu sebagai media informasi untuk
ikut berpartisipasi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
terus memberikan pelayanan dan program yang berkualitas serta
berkesinambungan.
C. Gamabaran Umum Sigi Investigasi
1. Sejarah Sigi Investigasi
Sigi Investigasi (sebelumnya Sigi 30 Menit) merupakan
sebuah acara televisi yang ditayangkan oleh SCTV setiap hari
Minggu pada pukul 01:00 WIB malam. Acara ini pertama kali
dimulai pada tahun 2005. Berisi acara yang berhubungan dengan
investigasi dan mengudara selama 30 menit.
45
Acara ini mengungkap secara lengkap dan mendalam
berbagai topik hangat dan menarik, baik di bidang kriminalitas,
sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Berbagai peristiwa tersebut
dilihat dari berbagai sudut pandang sehingga peristiwa yang
diangkat menjadi jelas, lugas, dan imbang.45
Sigi Investigasi memenangkan Panasonic Gobel Awards
untuk kategori Program Investigasi Terfavorit pada tahun 2012.
2. Struktur Sigi Investigasi46
Pemimpin Redaksi: Mohamad Teguh
Wakil Pemimpin Redaksi: Endah Saptorini
Kepala Program Khusus: Andi Muhyiddin
Produser: Joy Astro
Tim Sigi Investigasi: Dwi Sapto dan Bagus Adie
Editor: Sony
Grafis: Buci
Narator: Joy Astro
45
Diakses dari http://www.sctv.co.id/shows/sigi-investigasi pada 30
April 2018 pukul 17.00 WIB. 46
Diakses dari http://www.sctv.co.id/shows/sigi-investigasi pada 30
April 2018 pukul 17.00 WIB.
46
47
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Temuan dan Analisis program Televisi Sigi Investigasi
episode Mimpi Semu Teluk Jakarta
Dalam bab ini disajikan data deskripsi dengan
mentranskip program Televisi Sigi Investigasi episode Mimpi
Semu Teluk Jakarta. Data transkip yang disajikan tidak
mencakup semua informasi tiap detiknya karena disesuaikan
dengan kebutuhan penelitian. Setelah mentranskip, dilanjutkan
dengan analisis data transkip dengan unsur-unsur jurnalisme
advokasi.
Program Televisi Sigi Investigasi episode Mimpi Semu
Teluk Jakarta berdurasi 22 menit 51 detik merupakan produk
jurnalistik yang mendokumentasikan keadaan Teluk Jakarta yang
sudah tercemari limbah. Akibat dari tercemarnya Teluk Jakarta
ialah penurunan kualitas dan kuantitas pendapatan nelayan yang
ada di Teluk Jakarta. Berikut data transkrip program Televisi Sigi
Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta:
Program Televisi Sigi Investigasi episode Mimpi Semu
Teluk Jakarta memberi ruang kepada korban-korban tercemarnya
teluk Jakarta. Tercemarnya teluk Jakarta disebabkan karena
banyak faktor, salah satunya ialah reklamasi.
48
Dalam pengemasannya, Sigi Investigasi menggunakan
pembawa acara dan narator untuk menambah informasi.
Pembawa acara dan narator hanya menyampaikan fakta-fakta
yang ada dalam tangkapan kamera tanpa ditambah opini secara
langsung.
Dalam penelitian ini, Tim Sigi Investigasi episode Mimpi
Semu Teluk Jakarta seolah ingin membangun persepsi kepada
publik melalui sebuah program televisi bahwa apa yang terjadi di
perairan teluk Jakarta ialah sangat memprihatinkan. Tim Sigi
Investigasi ingin mengungkap apa saja penyebab tercemarnya
teluk Jakarta dan siapa yang harus bertanggungjawab terhadap
pemeliharaan di sekitar perairan teluk Jakarta.
Perairan teluk Jakarta yang sudah tercemar tentu
membawa dampak buruk bagi warga sekitar. Hal tersebut
berdampak pada nelayan yang menggantungkan hidupnya dari
hasil tangkapan di perairan teluk Jakarta. Sebut saja nelayan
kerang yang sekarang pendapatannya sudah menurun akibat
kotornya kerang yang ditangkap. Tidak hanya kuantitas saja yang
berkurang, kualitas hasil tangkapan pun berimbas, banyak sekali
kandungan berbahaya dalam kerang yang tidak layak untuk
dikonsumsi oleh tubuh.
Selanjutnya, data transkip Program Televisi Sigi
Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta dianalisis
mengunakan enam unsur jurnalisme advokasi. Unsur pertama
adalah titik berat berita, kemudian yang kedua, isu yang diangkat.
Unsur ke tiga, narasumber utama, unsur ke empat, prioritas kerja
49
dalam jurnalisme advokasi. Unsur ke lima, asas legalitas dalam
peliputan. Terakhir unsur yang ke enam, harapan pasca pemuatan
berita.
Analisis pertama Program Televisi Sigi Investigasi
episode Mimpi Semu Teluk Jakarta menggunakan unsur pertama
yaitu titik berat berita berupa pengungkapan masalah serius,
ancaman terhadap kelompok minoritas dan penduduk asli atau
menekankan unsur kebenaran yang didapat berdasarkan hasil
laporan investigasi. Temuan data untuk unsur pertama mengenai
titik berat berita berada di menit 00.45-1.14, 01.29-1.55, 08.58-
09.10, 16.25-17.47, 18.35-21.00 yang berupa suara narator,
kutipan wawancara dengan warga, dan hasil investigasi tim Sigi
Investigasi.
Berikut temuan dan analisisnya:
Analisis unsur pertama jurnalisme advokasi pada Program
Televisi Sigi Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta
Unsur pertama
jurnalisme advokasi Temuan Data
50
Titik Berat Berita :
a) Mengungkap
masalah serius,
ancaman terhadap
kelompok dan
penduduk asli.
b) Menekankan pada
unsur kebenaran yang
didapat berdasarkan
hasil laporan
investigasi
(00.45-1.14) Suara oleh pembawa acara,
gambar pembawa acara: Pencemaran
menjadi program besar yang terjadi di
teluk Jakarta. Mulai dari sampah
domestic, sampah buangan pabrik,
membuat keharmonisan dan kehidupan
biota laut terganggu. Ujung-ujungnya
berimbas kepada para nelayan yang
mencari nafkah bergantung kepada teluk
Jakarta. Hasil laut menyusut dengan
kualitas yang juga dipertanyakan karena
diduga terpapar pencemaran. Benarkah
pencemaran di teluk jakarta sudah pada
tahap memprihatinkan, saudara mari kita
simak mimpi teluk jakarta selengkapnya.
(01.29-1.55) Suara oleh narator, gambar
perairan teluk jakarta: Perairan teluk
jakarta menjadi bagian yang tidak
terlepaskan bagi masyarakat yang
menggantungkan hidupnya dari teluk
Jakarta. Sayang, kondisi perairan
tercemar sampah domestik rumah
tangga. Selain itu, sejumlah faktor
pencemaran lainnya mempengaruhi
perairan ini yang berdampak pada para
nelayan.
51
(08.58-09.10) Suara narator, gambar
perairan teluk Jakarta: Pencemaran teluk
jakarta memang cukup mengganggu
aktivitas para nelayan setempat,
khususnya yang menjadikan teluk ini
menjadi mata pencaharian sehari-hari.
(16.25-17.47) Suara Yeti (Peneliti
Mikribiologi Oseanografi LIPI), gambar
wawancara narasumber dan perairan
teluk Jakarta: Pencemaran dari buangan
manusia itu sudah cukup jauh dan
tingkatnya itu memang bergradasi. Jadi
tentunya paling berat itu di pesisir
kemudian semakin ke laut semakin
berkurang. Tapi jika kita lihat dari
presentase jumlah yang sudah tercemar
itu 40 persen dari stasiun yang kita amati
itu kita punya 23. 40 persen itu sudah
melewati ambang batas. Ketika jumlah
bakteri coliformnya tinggi, itu
menunjukkan bahwa ada virus, ada
parasit, ada bakteri penyebab penyakit
umumnya diare yang terdapat diperairan
tersebut. Jadi kalau ketika perairan kita
seperti itu, sangat membahayakan ketika
kita menggunakan perairan itu untuk
52
berenang. Bisa menyebabkan terhirup
atau terminum dan juga jika kita punya
budidaya di sana bakteri yang ada di
perairan itu kan tentunya akan
menempelkan biota yang tumbuh di situ.
(18.35-21.00) Suara Dwi Hindarti
(Peneliti Bidang Ekotoksikologi LIPI),
gambar wawancara narasumber,
laboratorium: Dia dipaksakan buat
dalam tanda kutip. Jadi nanti sperma
sama ovumnya biar keluar sendiri, yang
warna putih sel sperma kalau yang
kuning sel telur. Telurnya bagus, dia
matang donat jadi memang dia sudah
dewasa kerangnya dan spermanya juga
banyak. Gerakannya juga bagus dan
sehat. Kadang kalau kerang yang tidak
sehat itu, spermanya juga gerakannya
tidak kencang. Tapi tadi dengan telurnya
yang bentuknya bulat, warnanya orange
jadi matang donat. Ini telur yang sudah
diberi sperma dengan harapan telurnya
bisa dibuahi. Kalau jumlah spermanya
cukup dan kondisi telurnya bagus
fertilisasi akan terjadi. Itulah yang akan
kita uji, apakah bisa berkembang normal
53
atau tidak. Kalau kondisi perairannya
normal, ia akan berkembang baik. Tapi
kalau kondisi perairannya tercemar,
mungkin akan terganggu
perkembangannya. Kan kita mau
melihat perkembangan larva, jadi kalau
di dalam itu mereka memijah, mereka
bisa menjadi pendatang dewasa tidak.
Normalnya kan kalau tidak ada
gangguan, dia akan menjadi pendatang
dewasa. Nah, pada suatu state yang itu
kritikal banget buat mereka, kalau tidak
mencapai state itu dia mati. Ketika ada
gangguan tidak bisa mencapai itu. Yang
kami ukur adalah natrium koprt itu
tembaga, seng dan merkuri. Satu lagi
timah hitam. Jadi dari logam beratnya 5
unsur itu, kemudian yang lain adalah
bahan organiknya adalah pah atau bahan
toxic dari minyak. Biota yang
sidementeri yang tinggal di dalam dasar,
yang tidak bisa bergerak bebas seperti
kerang. Dia otomatis akan menyerap
bahan pencemar itu.
Analisis
54
Poin pertama, mengungkap masalah serius, ancaman
terhadap kelompok dan penduduk asli. Suara oleh pembawa acara
dengan gambar pembawa acara pada menit 00.45-1.14:
Pencemaran menjadi program besar yang terjadi di teluk
Jakarta. Mulai dari sampah domestic, sampah buangan pabrik,
membuat keharmonisan dan kehidupan biota laut terganggu.
Ujung-ujungnya berimbas kepada para nelayan yang mencari
nafkah bergantung kepada teluk Jakarta. Hasil laut menyusut
dengan kualitas yang juga dipertanyakan karena diduga terpapar
pencemaran. Benarkah pencemaran di teluk jakarta sudah pada
tahap memprihatinkan, saudara mari kita simak mimpi teluk
jakarta selengkapnya. Dengan menggunakan kata
„memprihatinkan‟ Sigi Investigasi ingin menunjukan keadaan
teluk Jakarta sudah tidak pada tahap yang wajar. Dapat dianalisis,
sebab teluk Jakarta sudah pada tahap memprihatinkan karena
sudah tercemar dari sampah domestic, dan sampah buangan
pabrik sehingga membuat keadaan laut terganggu. Kemudian
disambung dengan suara narator di menit 01.29-1.55 dengan
gambar perairan teluk jakarta: Perairan teluk jakarta menjadi
bagian yang tidak terlepaskan bagi masyarakat yang
menggantungkan hidupnya dari teluk Jakarta. Sayang, kondisi
perairan tercemar sampah domestik rumah tangga. Selain itu,
sejumlah faktor pencemaran lainnya mempengaruhi perairan ini
yang berdampak pada para nelayan. Dari hasil transkrip menit
01.29-1.55 dapat dianalisis rusaknya perairan teluk Jakarta yang
sudah mencapai tahap memprihatinkan sangat berpengaruh
55
terhadap kehidupan nelayan sekitar karena masyarakat dan
nelayan sekitar menggantungkan hidupnya dari hasil laut. Hal
tersebut tentu dapat mengganggu kehidupan masyarakat sekitar.
Keadaan itu didukung oleh penelitian investigasi yang dilakukan
tim Sigi Invetigasi pada menit 16.25-17.47 dengan Peneliti
Mikribiologi Oseanografi LIPI, Yeti, dengan gambar wawancara
narasumber dan perairan teluk Jakarta: Pencemaran dari
buangan manusia itu sudah cukup jauh dan tingkatnya itu
memang bergradasi. Jadi tentunya paling berat itu di pesisir
kemudian semakin ke laut semakin berkurang. Tapi jika kita lihat
dari presentase jumlah yang sudah tercemar itu 40 persen dari
stasiun yang kita amati itu kita punya 23. 40 persen itu sudah
melewati ambang batas. Ketika jumlah bakteri coliformnya
tinggi, itu menunjukkan bahwa ada virus, ada parasit, ada
bakteri penyebab penyakit umumnya diare yang terdapat
diperairan tersebut. Jadi kalau ketika perairan kita seperti itu,
sangat membahayakan ketika kita menggunakan perairan itu
untuk berenang. Bisa menyebabkan terhirup atau terminum dan
juga jika kita punya budidaya di sana bakteri yang ada di
perairan itu kan tentunya akan menempelkan biota yang tumbuh
di situ. Pada hasil transkrip menit 16.25-17.47, menekankan pada
unsur kebenaran yang didapat berdasarkan hasil laporan
investigasi (poin kedua). Hasil penelitian investigasi yang
dilakukan tim Sigi Investigasi membuktikan kondisi perairan
teluk Jakarta sudah tercemar. Hal tersebut ditandai dengan
adanya virus, parasite, dan bakteri penyebab penyakit diare di
56
area teluk Jakarta. Kemudian dilanjutkan pada menit 18.35-21.00
dengan narasumber Dwi Hindarti (Peneliti Bidang
Ekotoksikologi LIPI), dengan gambar wawancara narasumber,
laboratorium: Dia dipaksakan buat dalam tanda kutip. Jadi nanti
sperma sama ovumnya biar keluar sendiri, yang warna putih sel
sperma kalau yang kuning sel telur. Telurnya bagus, dia matang
donat jadi memang dia sudah dewasa kerangnya dan spermanya
juga banyak. Gerakannya juga bagus dan sehat. Kadang kalau
kerang yang tidak sehat itu, spermanya juga gerakannya tidak
kencang. Tapi tadi dengan telurnya yang bentuknya bulat,
warnanya orange jadi matang donat. Ini telur yang sudah diberi
sperma dengan harapan telurnya bisa dibuahi. Kalau jumlah
spermanya cukup dan kondisi telurnya bagus fertilisasi akan
terjadi. Itulah yang akan kita uji, apakah bisa berkembang
normal atau tidak. Kalau kondisi perairannya normal, ia akan
berkembang baik. Tapi kalau kondisi perairannya tercemar,
mungkin akan terganggu perkembangannya. Kan kita mau
melihat perkembangan larva, jadi kalau di dalam itu mereka
memijah, mereka bisa menjadi pendatang dewasa tidak.
Normalnya kan kalau tidak ada gangguan, dia akan menjadi
pendatang dewasa. Nah, pada suatu state yang itu kritikal banget
buat mereka, kalau tidak mencapai state itu dia mati. Ketika ada
gangguan tidak bisa mencapai itu. Yang kami ukur adalah
natrium koprt itu tembaga, seng dan merkuri. Satu lagi timah
hitam. Jadi dari logam beratnya 5 unsur itu, kemudian yang lain
adalah bahan organiknya adalah pah atau bahan toxic dari
57
minyak. Biota yang sidementeri yang tinggal di dalam dasar,
yang tidak bisa bergerak bebas seperti kerang. Dia otomatis akan
menyerap bahan pencemar itu. Hasil transkrip pada menit 18.35-
21.00 dengan narasumber Dwi Hindarti (Peneliti Bidang
Ekotoksikologi LIPI) ialah penelitian investigasi terkait keadaan
kerang di perairan teluk Jakarta. Investigasi tersebut ingin
mengetahui apakah ada tembaga, seng dan merkuri di dalam
kerang yang diambil dari perairan teluk Jakarta.
Tabel 4. Analisis unsur pertama jurnalisme advokasi pada Sigi
Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta.
Analisis pertama, menggunakan unsur pertama jurnalisme
advokasi yaitu titik berat berita: mengungkap masalah serius,
ancaman terhadap kelompok dan penduduk asli, menekankan
pada unsur kebenaran yang didapat berdasarkan hasil laporan
investigasi. Dalam unsur pertama ini, Tim Sigi Investigasi
berusaha membangun persepsi bahwa nelayan di perairan teluk
Jakarta sangat tercanma secara kesehatan dan ekonomi. Nelayan,
sebagai penduduk asli perairan teluk Jakarta menurun hasil
tangkapannya karena ikan dan kerang sudah jarang lagi terlihat di
perairan teluk Jakarta. Akibatnya, pendapatan yang dihasilkannya
pun berkurang, tentu hal itu sangat mengancam bagi warga
sekitar. Tidak hanya mewawancarai korban dari tercemarnya
perairan teluk Jakarta, Tim Sigi Investigasi pun melakukan
penelitian invetigasi, tujuannya ialah mengetahui apakah benar
hasil tangkapan nelayan ikut tercemar seiring kotornya ekosistem
di perairan teluk Jakarta. Hasilnya pun berbanding lurus, hasil
58
tangkapan nelayan seperti kerang pun sudah tercemar limbah
beracun, termasuk merkuri.
Untuk mendapatkan data yang maksimal, Tim Sigi
Investigasi pun sampai melakukan investigasi dalam pencarian
data.
Yang standarnya itu gak jauh juga sebetulnya dari
pencarian data sekuat mungkin, artinya yaitu kita gak
boleh mencari data yang setengah-setengah. Karena
perbedaan kami dengan berita-berita pendek harian itu
kan, Kalau harian biasa lebih ke persoalan tapi tanpa ada
solusi. Nah dalam hal ini kita betul-betul persoalannya
harus terjawab, permasalahannya juga, dan sama
terkahir soal solusi. Solusi yang akan diambil tuh apa
dari liputan ini, karena kan kita tidak bisa lepas sebatas
bicara soal penyimpangan, pelannggaran tanpa adanya
solusi. Makanya dari sini kita biasanya di segmen-segmen
akhir kita memberikan satu segmen di mana itu adalah
solusi yang terbaik buat persoalan yanng sedang kita
angkat. Jadi memang untuk pemilihan narsumnya juga
tidak bisa sembarangan.47
Analisis kedua Program Televisi Sigi Investigasi episode
Mimpi Semu Teluk Jakarta menggunakan unsur jurnalisme
47
Hasil wawancara dengan Reporter dan Penanggungjawab Sigi
Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta Bagus Adie pada 11 Juli 2018
pukul 09.00 WIB di kantor SCTV.
59
advokasi yang kedua tentang isu yang diangkat yaitu
permasalahan orang kecil, pelanggaran HAM, keberanian dan
perlawanan rakyat kecil. Data yang ditemukan berupa percakapan
warga di menit 02.07-02.58, 05.15-05.30, 06.09-06.40, 07.04-
07.13, 09.17-09.25, dan 10.33-11.28.
Berikut ini temuan dan analisisnya:
Analisis unsur kedua jurnalisme advokasi Program
Televisi Sigi Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta
Unsur kedua
jurnalisme advokasi Temuan Data
Isu yang diangkat:
Permasalahan orang
kecil, pelanggaran
HAM, keberanian dan
perlawanan rakyat
kecil.
(02.07-02.58) Suara nelayan dan
reporter, gambar nelayan kerang:
Biasanya ngambil empat puluh ember
digajinya tiga puluh lima. Sekarang,
semenjak ada yang namanya kerang
hitam, kita ya susah mata
pencahariannya. Kok sekarang banyak
kerang hitam, dari mana pak? Dari
semenjak ada reklamasi pantai itu, jadi
begini kurangnya. Lebih banyak kerang
hitamnya. Kalau kerang hitamnya dua
puluh kerang hijaunya satu. Biasanya
biar ada gede begini, kecilnya seperti ini
tapi hijau. Mau tidak mau ya diambil
saja, soalnya yang begini ditarik juga
60
tidak ada hasil, tidak ada harganya.
(05.15-05.30) Suara narator, gambar
perairan teluk Jakarta: Perairan teluk
jakarta tidak hanya memberikan rezeki
bagi nelayan kerang hijau, masyarakat
setempat pun terutama kaum perempuan
ikut memanfaatkan hasil laut sebagai
pengupas kerang walau rezeki sebagai
pengupas kerang pun semakin
menyusut.
(06.09-06.40) Suara tanya jawab
pengupas kerang, gambar nelayan
pengupas kerang: Kegiatan ini setiap
hari bu? Iya setiap hari ini. Tapi
hasilnya masih banyak? Ya tergantung
banyak kerangnya, kalo gak ada ya
paling sehari dapat empat ribu, dapat
dua ember tiga ribu, ada yang tiga
ember dan empat ember. Kan tiga ribu
seember penuh ini. Kalau yang nenek
pilihin paling kuatnya dua ember enam
ribu buat makan sehari, terkadang kalau
kurang pindah tempat lagi kesana, kan
tidak hanya satu orang saja yang
dagang, tetapi banyak orang.
(07.04-07.13) Suara narator, gambar
61
seorang nelayan: Sementara di sisi lain
teluk Jakarta, Amin, nelayan ikan
menggunakan alat tembak tradisional
sangat menggantungkan hidupnya dari
perairan ini.
(09.17-09.25) Suara narator, gambar
perairan teluk Jakarta: Nelayan setempat
meyakini pencemaran laut ini salah
satunya disebabkan aktivitas
pembuangan limbah pabrik
pergudangan di sekitar teluk Jakarta.
(10.33-11.28) Suara narasumber Alan
Koropitan (Ahli Oseanografi IPB),
gambar narasumber, kondisi wilayah
Jakarta: Teluk jakarta itu tercemar
karena implikasi dari pembangunan di
DKI jakarta. Kita tahu sejak tahun 1969
itu pembangunan sangat masif dan telah
terjadi konvensi lahan. Kalau kita
bandingkan dari peta di satelit itu antara
tahun 70an dan 2004 itu sudah terjadi
konvensi lahan sebesar 80 persen.
Dengan demikian, terjadi perubahan
atau konfensi lahan termasuk di daerah-
daerah aliran sungai. Dan ini
implikasinya adalah sedimen. Kemudian
62
yang kedua, dengan aktivitas di
perkotaan itu limbah organik. Dan yang
ketiga termasuk di dalamnya logam
berat.
Analisis
Percakapan reporter dengan nelayan pada menit 02.07-
02.58: Biasanya ngambil empat puluh ember digajinya tiga puluh
lima. Sekarang, semenjak ada yang namanya kerang hitam, kita
ya susah mata pencahariannya. Kok sekarang banyak kerang
hitam, dari mana pak? Dari semenjak ada reklamasi pantai itu,
jadi begini kurangnya. Lebih banyak kerang hitamnya. Kalau
kerang hitamnya dua puluh kerang hijaunya satu. Biasanya biar
ada gede begini, kecilnya seperti ini tapi hijau. Mau tidak mau ya
diambil saja, soalnya yang begini ditarik juga tidak ada hasil,
tidak ada harganya dan hasil transktip menit 05.15-05.30, 06.09-
06.40, 07.04-07.13, 07.04-07.13 membicarakan tentang nelayan
yang penghasilannya turun, kotornya kerang, hingga Amin,
seorang nelayan yang masih menggunakan alat tadisional. Dari
percakapan tersebut dapat dilihat tim Sigi Investigasi mengangkat
isu yang menyangkut orang kecil yaitu nelayan. Permasalahannya
ialah perairan teluk Jakarta yang sudah tercemar sehingga hasil
tangkapan nelayan, khususnya kerang menjadi hitam kotor. Hal
tersebut tentu mempengaruhi pendapatan nelayan. Keadaan
63
perairan teluk Jakarta yang berimbas pada hasil tangkapan itu pun
didukung oleh hasil liputan media massa nasional lainnya.
Misalnya oleh BBC Indonesia yang mengatakan hasil telaah
Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) mengatakan kerang di perairan teluk Jakarta
mengandung bahan berbahaya. Tidak hanya merkuri, peneliti
LIPI, Zainal Arifin bahkan menyebut "kerang hijau di Teluk
Jakarta juga memiliki kandungan arsenik yang tinggi; 6,77, tiga
kali lipat dari batas yang bisa dikonsumsi.48
Tentu nelayan
sebagai orang kecil tidak dapat berbuat banyak, mereka hanya
dapat merasakan dampak yang terjadi akibat rusaknya perairan
teluk Jakarta.
Dari sisi Hak Asasi Manusia (HAM) tim Sigi Investigasi
berusaha mengangkat bagaimana dan siapa yang sebenarnya
bertanggungjawab terkait rusaknya perairan teluk Jakarta. Pada
menit 09.17-09.25, narator mengatakan Nelayan setempat
meyakini pencemaran laut ini salah satunya disebabkan aktivitas
pembuangan limbah pabrik pergudangan di sekitar teluk Jakarta.
Namun setelah itu pada menit
10.33-11.28, seorang ahli Ahli Oseanografi IPB Alan
mengatakan Teluk jakarta itu tercemar karena implikasi dari
pembangunan di DKI jakarta. Kita tahu sejak tahun 1969 itu
pembangunan sangat masif dan telah terjadi konvensi lahan.
Kalau kita bandingkan dari peta di satelit itu antara tahun 70an
48
Diakes dari BBC Indonesia dengan judul Tercemar merkuri, kerang
hijau dari Teluk Jakarta „sebabkan kanker‟ pada 25 Juli 2018 pukul 17.00
WIB. https://www.bbc.com/indonesia/majalah-40679343
64
dan 2004 itu sudah terjadi konvensi lahan sebesar 80 persen.
Dengan demikian, terjadi perubahan atau konfensi lahan
termasuk di daerah-daerah aliran sungai. Dan ini implikasinya
adalah sedimen. Kemudian yang kedua, dengan aktivitas di
perkotaan itu limbah organik. Dan yang ketiga termasuk di
dalamnya logam berat. Dapat dianalisis, bahwa tim Sigi
Investigasi ingin mengarahkan penonton untuk berasumsi kalau
sebab rusaknya perairan teluk Jakarta ialah dampak
pembangunan yang dilakukan DKI Jakarta. Diketahui, saat ini
DKI Jakarta telah mengizinkan pembangunan pulau reklmasi
yang ada di teluk Jakarta. Tentu saja hal itu tidak dapat
dikesampingkan, pembangunan pulau reklamasi yang ada di
perairan teluk Jakarta memang menimbulkan dampak buruk bagi
nelayan.
Tabel 5. Analisis unsur kedua Jurnalisme Advokasi pada Sigi
Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta.
Analisis yang kedua yaitu mengenai isu yang diangkat,
yaitu permasalahan orang kecil, pelanggaran HAM, keberanian
dan perlawanan rakyat kecil. Tim Sigi Investigasi dalam memilih
sebuah isu yang diangkat berawal dari sebuah keresahan yang
dialami masyarakat. Dalam wawancara dengan reporter sekaligus
penanggungjawab liputan episode Mimpi Semu Teluk Jakarta,
Bagus Adie di kantornya SCTV.
Kalo kebijakan dari redaksi si sebetulnya lebih ke
arah yang pertama itu menyita perhatian publik, apapun
itu kasusnya. Yang kedua itu lebih ke yang banyak
65
merugikan masyarakat, entah itu dari kebijakan, entah itu
dari segala hal yang utamanya sebetulnya masyarakat tuh
merasa kaya ini sebenarnya mau di kemanain sih
kebijakan ini gitu loh. Akhirnya banyak kejadian-kejadian
itu yang tidak berpihak pada masyarakat. Apapun itu
entah itu kriminal, sosial, politik, dan yang lainnya.49
Dalam episode Mimpi Semu Teluk Jakarta, orang kecil
yang dimaksud ialah nelayan itu sendiri. Dalam tayangan ini,
permasalahannya terletak pada tercemarnya perairan teluk Jakarta
yang merugikan nelayan. Adapun pelanggaran ialah terletak pada
bagaimana ketidakseriusan pemerintah dalam memperbaiki
perairan teluk Jakarta yang sudah tercemar dan rusak sejak lama.
Jadi kami ini (isu yang diangkat) bukan cuma
menyita perhatian publik tapi juga di situ ada pro-kontra
yang jelas, pr0-kontranya. Jadi kami dateng ke situ itu
untuk sedikit agak meluruskan. Mungkin yg namanya pro-
kontra kan semua orang ada yg pro dengan ketentuan-
ketentuan ini, ada alasan-alasan ini kenapa saya por dan
yang kontra, nah kami hadir secara umum artinya bukan
lagi berpikir soal objektif tapi kami menyuguhkan secara
subjektif. Makanya pemilihan narsum itu harus jelas,
narsum ini tidak punya kepentingan utk di pihak A dan di
49
Hasil wawancara dengan Reporter dan Penanggungjawab Sigi
Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta Bagus Adie pada 11 Juli 2018
pukul 09.00 WIB di kantor SCTV.
66
pihak B, mkanaya kami hadir utk di tengah2 itu. Kita
betul-betul kasih ruang yang sama, terserah mereka mau
bicara apa, nanti kita perkuat dengan keterangan ahli
yang mengatakan itu bahwa betul gak sih bisa rusak, atua
memang ada dampak sosialnya gak, makanya kita bener-
bener harus konfirmasi langsung sama ahli. Makanya
kami di situ tidak bisa beropini dengan salah satu cara
kita mengurangi opini kami, kami pilihlah narasumber itu
dari para ahli, biar mereka betul-betul bicara soal itu
karena mereka kan yang punya, mungkin sudah
melakukan penelitian dan segala macem. Kalo kami kan
cuma sebatas menyuguhkan berita-berita yang ada, gitu.
Jadi intinya sih di sini, program sigi itu bukan Cuma
memberitakan tapi betul-betul menjawab semua
pertanyaan-pertanyaan besar yang ada di masyarakat
karena bagaimanapun juga kami menentukan angle
ceritanya itu berawal dari masyarakat itu juga, keresahan
masyarakat apa sih? Nah kami tampung, kami jadikan itu
sebuah topik besar, dan kita turun ke lapangan, kita
mencari, mencari beberapa data2 yang lengkap,
selengkap-lengkapnya. Makanya di sini kami buat suatu
tayangan yang betul-betul bisa dipercaya, akuratnya,
kebenarannya, dan kami sangat-sangat menghindari
dengan adanya beberapa narasumber yang misalkan
tidak kompeten utk bicara soal beberapa kasus yang kami
sedang angkat.50
50
Hasil wawancara dengan Reporter dan Penanggungjawab Sigi
67
Dari kutipan di atas dapat mendukung kalau Sigi
Investigasi berusaha mengarahkan penonton kepada persepsi
yang ingin dibuat oleh Tim Sigi Investigasi dengan menampilkan
narasumber yang sudah dipilih sebelumnya.
Kalo di mimpi semua teluk jakarta itu, pada saat
itu memang kebetulan pas banget saya yang ambil gitu,
pertanyaan besarnya pada saat itu, adanya pencemaran
lingkungan, efek dari pembangunan pulau-pulau
reklamasi, dan itu kan bahkan sampe beberapa minggu
jadi running ya. Untuk kasus reklamasi, ada yg bicara
soal pro-kontra itu sah, bahkan kita mengambil
dampaknya dari teriakan masyarakat terutama nelayan
yang ngomong soal “dengan adanya teluk jakarta,
perairan jakarta jadi rusak, tercemar” dan segala
macem. Nah itu makanya kami terjun ke lapangan gitu
kan, melihat kondisi yang ada, emang kalau kami melihat,
kami jujur aja tidak persis melihat dari tahun ke tahun
sebelum dan setelah adanya reklamasi, tapi kami betul-
betul mengambil keterangan langsung dari beberapa
nelayan gitu kan, ya bukan Cuma satu, dua, atua tiga
bahkan mereka mengatakan juga bahwa pendapatan
mereka terutama untuk pencarian ikan semakin
berkurang karena kenapa? Karena biasanya itu di area-
area misalkan satu mil, dua mil, mereka bisa
mendapatkan hasil yang bagus, dan tapi dalam situasi ini
Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta Bagus Adie pada 11 Juli 2018
pukul 09.00 WIB di kantor SCTV.
68
dengna sudah adanya reklamasi mereka harus berjalan
lebih jauh bahkan itu tidak menjamin hasilnya bagus gitu
kan. Karena keterangan ahli itu juga kenapa saya
mendatangkan langsung ke lapangan, biar saya
menghindari untuk beropini lagi. Jadi apa yang para ahli
itu sampaikan itu memang betul-betul mereka melihat
langsung kondisi yang ada, jadi dari situ pertanyaan saya
hanya sederhana, bagaimana pendapat para ahli ini
melihat kondisi yang ada. Jadi dari situ mereka bicara
soal betul dengan adanya reklamasi ini teluk jakarta
semakin parah, semakin bahaya pencemarannya.51
Mengenai episode Mimpi Semu Teluk Jakarta peneliti
mendapat konfirmasi bahwa pencemaran yang terjadi di perairan
teluk Jakarta memang sudah terjadi sejak lama, hanya saja pulau
reklamasi tersebut menambah pencemaran yang ada.
Analisis ketiga Program Televisi Sigi Investigasi episode
Mimpi Semu Teluk Jakarta menggunakan unsur jurnalisme
advokasi yang ketiga yaitu narasumber utama di antaranya adalah
korban, rakyat kecil, kelompok minoritas, saksi mata. Data yang
ditemukan berupa wawancara dengan warga sekitar yaitu nelayan
51
Hasil wawancara dengan Reporter dan Penanggungjawab Sigi
Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta Bagus Adie pada 11 Juli 2018
pukul 09.00 WIB di kantor SCTV.
69
di menit 02.07-02.58, 06.09-06.40, 07.17-07.35, 09.26-10.15,
15.04-15.28.
Berikut ini adalah analisisnya:
Analisis unsur ketiga jurnalisme advokasi Program
Televisi Sigi Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta
Unsur ketiga
jurnalisme advokasi Temuan Data
Narasumber utama:
Korban, yaitu rakyat
kecil,
kelompok minoritas,
saksi mata.
(02.07-02.58) Suara nelayan dan
reporter, gambar nelayan kerang:
Biasanya ngambil empat puluh ember
digajinya tiga puluh lima. Sekarang,
semenjak ada yang namanya kerang
hitam, kita ya susah mata
pencahariannya. Kok sekarang banyak
kerang hitam, dari mana pak? Dari
semenjak ada reklamasi pantai itu, jadi
begini kurangnya. Lebih banyak kerang
hitamnya. Kalau kerang hitamnya dua
puluh kerang hijaunya satu. Biasanya
biar ada gede begini, kecilnya seperti ini
tapi hijau. Mau tidak mau ya diambil
saja, soalnya yang begini ditarik juga
tidak ada hasil, tidak ada harganya.
(06.09-06.40) Suara tanya jawab
pengupas kerang, gambar nelayan
70
pengupas kerang: Kegiatan ini setiap
hari bu? Iya setiap hari ini. Tapi
hasilnya masih banyak? Ya tergantung
banyak kerangnya, kalo gak ada ya
paling sehari dapat empat ribu, dapat
dua ember tiga ribu, ada yang tiga ember
dan empat ember. Kan tiga ribu seember
penuh ini. Kalau yang nenek pilihin
paling kuatnya dua ember enam ribu
buat makan sehari, terkadang kalau
kurang pindah tempat lagi kesana, kan
tidak hanya satu orang saja yang dagang,
tetapi banyak orang.
(07.17-07.35) Suara tanya jawab
reporter dengan nelayan, gambar
seorang nelayan sedang membersihkan
hasil tangkapan: Kalau dijual bisa laku
berapa? Satu kilonya sepuluh ribu. Yang
pitik? iya, yang pitik. Berapa kira-kira
dapatnya dari semua yang ada ini?
Perkiraan paling juga seratus ribu.
Langka sekarang mah.
(09.26-10.15) Suara Tumin (Nelayan
teluk Jakarta) gambar wawancara
narasumber: Kalau musim penghujan,
ini yang sering keluar limbah. Entah
71
limbah apa-apanya kita kurang tahu.
Putih warnanya dan berbusa. Tetapi,
kalau sudah tiga hari atau empat hari itu
tidak akan hilang. Terkadang sampai
tiga bulan baru beres. Dulu pernah kita
naik, sosialisasi dengan pergudangan di
sini. Tetapi mereka bilang, kita ada
pengolah limbah. Limbahnya diolah
dulu, biar ikannya tidak mati. Tapi
nyatanya justru nelayan yang
merasakan, mereka buang limbah malah
ikannya yang pada mati.
(15.04-15.28) Suara narasumber Warga
Kamal Muara, gambar kondisi
permukiman nelayan: Kalau masukinnya
airnya dari mana? Dari PAM. Beli bu?
Beli buat mandi juga, namanya gak ada
lagi airnya. Kalau buat mandi pernah
merasa gatal-gatal atau apa gak? Iya
sering, namanya kita udah ngerti dari air
kali begini kulit pada itu kaya gatal-
gatal.
Analisis
Pada menit 02.07-02.58, 06.09-06.40, 07.17-07.35, 09.26-
10.15, 15.04-15.28 terjadi percakapan dengan narasumber yang
terdiri dari nelayan ikan, nelayan kerang, dan warga sekitar
72
perairan teluk Jakarta. Tim Sigi Investigasi mencoba untuk lebih
banyak mewawancarai korban dari dampak rusaknya teluk
Jakarta yaitu nelayan yang menaruh harapannya pada perairan
teluk Jakarta, dengan kata lain, tim Sigi Investigasi telah
mengakomodir keresahan-keresahan yang dialami oleh nelayan.
Nelayan sebagai korban tentu akan memberikan keterangan yang
sebenar-benarnya (fakta di lapangan) dibandingkan dengan
narasumber lainnya. Mengenai cover both side narasumber, tim
Sigi Investigasi tentu terlihat condong ke korban, yaitu nelayan,
dapat dilihat juga dengan banyaknya narasumber yang diangkat.
Cover both side hanya terlihat dari wawancara dengan
Karliansyah (Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan KLHK). Hasil wawancara itu pun membenarkan teah
terjadi pencemaran di teluk Jakarta.
Tabel 6. Analisis unsur ketiga Jurnalisme Advokasi pada Sigi
Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta.
Analisis ketiga yaitu narasumber utama di antaranya
adalah korban, rakyat kecil, kelompok minoritas, saksi mata.
Dalam pemilihan narasumber, Tim Sigi Investigasi memilih
narasumber yang mengalami kerjadian secara langsung seperti
korban, juga narasumber yang sesuai topik tentu berkapasitas
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan reporter.
Kalau pemilihan narasumber memang gak bisa
sembarangan, jadi narasumber itu harus betul-betul
punya kompetensi untuk yang sesuai pada saat itu kita
73
ambil liputannya gitu kan, topiknya apa, jadi gak bisa
sembarangan mas. Kita harus betul-betul melihat ni
narasumber betul-betul kompeten gak nih untuk bisa
menjawab semua pertanyaan-pertanyaan. Karena kan
sebenarnya dalam liputan itu kita harus punya
pertanyaan besar, nah pertanyaan besar itu emang harus
dijawab. Siapa orang-orangnya? Banyak juga
narasumbernya bukan cuma dari, misalkan kalo kami kan
lebih banyak ke kriminal, ya pelakunya atau mantan
pelaku, dan beberap narsum lain misalkan dari kepolisian
ataupun dari pemerintah, dan kebijakan lain yang
memang harus kita bisa ambil keterangannya untuk
ngejawab semua itu.52
Untuk episode Mimpi Semu Teluk Jakarta, Tim Sigi
Invetigasi mewawancarai korban yaitu nelayan dan warga sekitar.
Untuk ahli, Tim Sigi Investigasi mewawancarai ahli oseanografi
ITB, Peneliti Bidang Ekotoksikologi LIPI, Dirjen Pengendalian
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, Pendidik dan
Peneliti Teknik Lingkungan UI, hingga Peneliti Mikribiologi
Oseanografi LIPI untuk mendapatkan fakta dan data yang
maksimal.
52
Hasil wawancara dengan Reporter dan Penanggungjawab Sigi
Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta Bagus Adie pada 11 Juli 2018
pukul 09.00 WIB di kantor SCTV.
74
Analisis keempat Program Televisi Sigi Investigasi
episode Mimpi Semu Teluk Jakarta menggunakan unsur
jurnalisme advokasi yang keempat yaitu prioritas kerja dengan
memunculkan masalah pelanggaran negara terhadap elemen
masyarakat yang tidak mampu bersuara. Data yang ditemukan
berupa hasil wawancara tim Sigi Investigasi dengan ahli
Oseanografi dari ITB pada menit 10.33-11.28.
Berikut isi analisisnya :
Analisis unsur keempat jurnalisme advokasi Program
Televisi Sigi Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta
Unsur keempat
jurnalisme advokasi Temuan Data
Prioritas kerja:
Memunculkan masalah
pelanggaran negara
terhadap elemen
masyarakat yang tidak
mampu bersuara.
(10.33-11.28) Suara narasumber Alan
Koropitan (Ahli Oseanografi IPB),
gambar narasumber, kondisi wilayah
Jakarta: Teluk jakarta itu tercemar
karena implikasi dari pembangunan di
DKI jakarta. Kita tahu sejak tahun 1969
itu pembangunan sangat masif dan telah
terjadi konvensi lahan. Kalau kita
bandingkan dari peta di satelit itu antara
tahun 70an dan 2004 itu sudah terjadi
konvensi lahan sebesar 80 persen.
Dengan demikian, terjadi perubahan
atau konfensi lahan termasuk di daerah-
75
daerah aliran sungai. Dan ini
implikasinya adalah sedimen.
Kemudian yang kedua, dengan aktivitas
di perkotaan itu limbah organik. Dan
yang ketiga termasuk di dalamnya
logam berat.
Analisis
Hasil transkrip pada menit 10.33-11.28 ialah wawancara
kepada Ahli Oseanografi IPB, Alan Koropitan: Teluk jakarta itu
tercemar karena implikasi dari pembangunan di DKI jakarta.
Kita tahu sejak tahun 1969 itu pembangunan sangat masif dan
telah terjadi konvensi lahan. Kalau kita bandingkan dari peta di
satelit itu antara tahun 70an dan 2004 itu sudah terjadi konvensi
lahan sebesar 80 persen. Dengan demikian, terjadi perubahan
atau konfensi lahan termasuk di daerah-daerah aliran sungai.
Dan ini implikasinya adalah sedimen. Kemudian yang kedua,
dengan aktivitas di perkotaan itu limbah organik. Dan yang
ketiga termasuk di dalamnya logam berat. Dapat dianalisis
tercemarnya perairan teluk Jakarta ialah imbas dari pembangunan
di DKI Jakarta. Sejak tahun 1969 menurut Alan, pembangunan di
Jakarta sangat massif dan telah terjadi konvensi lahan. Hal
tersebut juga didukung dari situs berita Merdeka.com bahwa
76
sejak dahulu sebelum adanya reklamasi, perairan teluk Jakarta
sudah tercemar.53
Hal tersebut menjadi pertanyaan mengapa dari
dulu hingga saat ini pemerintah provinsi dan pemerintah pusat
tidak turun tangan untuk menangani permasalahan di teluk
Jakarta. Ini merupakan sebuah pembiaran oleh pihak yang
berwenang. Berarti secara tidak langsung, pemerintah yang
berwenang telah abai terhadap kehidupan masyarakat di sekitar
perairan teluk Jakarta.
Tim Sigi Investigasi memang tidak secara langsung
menunjuk siapa dalang terjadinya pencemaran perairan teluk
Jakarta, namun hal tersebut dapat dianalisis dengan pernyataan
narasumber yang dikutip oleh tim Sigi Investigasi.
Tabel 7. Analisis unsur keempat Jurnalisme Advokasi pada Sigi
Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta.
Analisis keempat yaitu prioritas kerja: memunculkan
masalah pelanggaran negara terhadap elemen masyarakat yang
tidak mampu bersuara. Tim Sigi Investigasi dalam hal ini
menyoroti kinerja pemerintah yang tidak terlihat pada perbaikan
periaran teluk Jakarta. Sebab sudah sejak lama sekali pembiaran
dilakukan oleh pemerintah di kawasan ini. Sayangnya Tim Sigi
Investigasi tidak memasukan rincian-rincian pelanggaran yang
dilakukan pemerintah. Tayangan ini hanya mendokumentasikan
bagaimana keadaaan yang sebenarnya di perairan teluk Jakarta.
53
Diakses dari Merdeka.com yang berjudul Ada atau tidak reklamasi,
teluk Jakarta sudah tercemar sejak lama pada 25 Juli 2018 pukul 20.00 WIB
https://www.merdeka.com/jakarta/ada-atau-tidak-reklamasi-teluk-jakarta-
sudah-tercemar-sejak-lama.html
77
Analisis kelima Program Televisi Sigi Investigasi episode
Mimpi Semu Teluk Jakarta ialah asas legalitas. Bila perlu,
menyamar seperti anggota intel dan berusaha menyamarkan nama
narasumber (dikhawatirkan mengalami ancaman dan
penghilangan secara paksa), tidak ditemukan unsur kelima dari
jurnalisme advokasi dalam Program Televisi Sigi Investigasi
episode Mimpi Semu Teluk Jakarta.
Berikut analisisnya:
Analisis unsur kelima jurnalisme advokasi Program
Televisi Sigi Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta
Unsur kelima
jurnalisme advokasi Temuan Data
asas legalitas. Bila
perlu, menyamar
seperti anggota intel
dan berusaha
menyamarkan nama
narasumber
(dikhawatirkan
mengalami ancaman
dan penghilangan
secara paksa).
- (Tidak ditemukan)
Analisis
-
78
Tabel 8. Analisis unsur kelima Jurnalisme Advokasi pada Sigi
Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta.
Analisis kelima menggunakan unsur kelima dalam
jurnaliseme advokasi yaitu asas legalitas. Bila perlu, menyamar
seperti anggota intel dan berusaha menyamarkan nama
narasumber (dikhawatirkan mengalami ancaman dan
penghilangan secara paksa). Dalam hal ini tidak ditemukan unsur
asas legalitas. Tim Sigi Investigasi melakukan peliputan dengan
terang benderang, maksudnya ialah tidak ada penyamaran yang
dilakukan oleh Tim Sigi Investigasi dalam melakukan peliputan,
begitupun dengan narasumber, tidak ada narasumber yang
namanya disamarkan, semua narasumber bersedia dicantumkan
namanya dalam tayangan.
Ke TKP cuma dua orang, kameramen sama
reporter, dua aja, jadi ga banyak kami. Satu isu berdua
doang selama satu minggu betul-betul membahas sama
kameramen, apa nih, mau ambil gambar apa nih,
misalkan, kami kan kalau ada kameramen kan ada dua
sudut pandang ya, kalau kam mungkin, kalau saya
reporter sekaligus produser lapangan, saya melihat dari
kacamata misalkan ini, kasus ini narasmbernya harus ini-
ini, alur ceritanya harus ini-ini, tapi kan dari kacamata
79
orang kameramen itu kan berbeda, artinya mereka lihat
langsung kondisi yang ada gitu kan.54
Jadi, dalam peliputannya, Tim Sigi Investigasi tidak
melakukan penyamaran dalam mencari berita, begitupun dengan
narasumber yang ditayangkan.
Analisis keenam Program Televisi Sigi Investigasi
episode Mimpi Semu Teluk Jakarta menggunakan unsur
jurnalisme advokasi yang keenam yaitu harapan pasca pemuatan
berita. Diharapkan muncul perdebatan dan polemik pada
masyarakat yang berujung pada penguatan hak-hak rakyat dan
tuntutan agar pemerintah memperbaiki kebijakan. Data yang
ditemukan berupa wawancara dengan ahli di menit 21.07-21.59.
Berikut isi analisisnya:
Analisis unsur keenam jurnalisme advokasi Program
Televisi Sigi Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta
Unsur keenam
jurnalisme advokasi Temuan Data
54
Hasil wawancara dengan Reporter dan Penanggungjawab Sigi
Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta Bagus Adie pada 11 Juli 2018
pukul 09.00 WIB di kantor SCTV.
80
Harapan pasca
pemuatan berita:
Muncul perdebatan
dan polemik pada
masyarakat yang
berujung pada
penguatan hak-hak
rakyat dan tuntutan
agar pemerintah
memperbaiki
kebijakan.
(21.07-21.59) Suara Alan Koropitan
(Ahli Oseanografi IPB), gambar
wawancara narasumber: Dipindahin
dulu saja, dipindahin yang tetangga kita
dekat, dia bangun untuk pemukiman
nelayan, itu kan pak jokowi maunya
begitu kan waktu gubernur. Ada
perjanjiannya itu kan. Dibangun
apartemen, di depannya itu sandar
perahu-perahu nelayan. Jadi kalau saya
mau bermimpi yah, di sini katakanlah
dibangun apartemen, ini nelayan-
nelayan punya kapal disandar di sini.
Sungainya bersih, masa tidak akan
muncul ekonomi baru? Iya kan. Ada
nanti one day tourist (turis). Kalau ini
bersih, masa orang tidak mau berenang
di sini. Kemudian apa? Di depan sini
bikin budidaya kerang, seperti di
negara-negara lain. Setelah limbahnya
diolah, tinggal organiknya dialirkan.
Jadi, organiknya nanti dijadikan nutrient
untuk budidaya kerang.
(22.03-22.34) Suara narator, gambar
pembawa acara: Revitalisasi dan
rehabilitasi mendesak untuk segera
81
dilakukan. Pengembalian laut kepada
fungsi asal, salah satunya tempat
berkembang biak biota laut secara
normal menjadi prioritas utama. Juga
kesadaran masyarakat untuk menjaga
teluk Jakarta dari berbagai pencemaran,
juga sangat diharapkan, karena
masyarakat juga yang akan dirugikan
jika teluk Jakarta terkontaminasi.
Analisis
Tim Sigi Investigasi ingin mengatakan melalui
narasumbernya yaitu Alan Koropitan yang juga sebagai Ahli
Oseanografi ITB bahwa jika perairan teluk Jakarta ini diperbaiki,
akan ada sumber ekonomi baru bagi warga sekitar. Namun yang
terutama menurut Alan ialah pembersihan limbah-limbah yang
terlebih dahulu dilakukan. Sungainya bersih, masa tidak akan
muncul ekonomi baru? Iya kan. Ada nanti one day tourist (turis).
Kalau ini bersih, masa orang tidak mau berenang di sini.
Kemudian apa? Di depan sini bikin budidaya kerang, seperti di
negara-negara lain. Setelah limbahnya diolah, tinggal
organiknya dialirkan. Jadi, organiknya nanti dijadikan nutrient
untuk budidaya kerang.
Apa yang dilakukan Tim Sigi Investigasi secara tidak
langsung ingin menyampaikan kepada publik dan pemerintah jika
suatu daerah yang tercemar dan rusak ekosistemnya akan
membawa dampak buruk bagi masyarakat di sekelilingnya.
82
Dengan tayangan ini seolah Tim Sigi Invetigasi menawarkan
kebijkan baru kepada pemerintah bagaimana mengelola suatu
daerah yang sudah tercemar dan rusak. Tim Sigi Investigasi
melalui narator pun mengatakan harapan untuk revitalisasi dan
rehabilitasi perairan teluk Jakarta sangat diperlukan. Revitalisasi
dan rehabilitasi mendesak untuk segera dilakukan. Pengembalian
laut kepada fungsi asal, salah satunya tempat berkembang biak
biota laut secara normal menjadi prioritas utama. Juga
kesadaran masyarakat untuk menjaga teluk Jakarta dari
berbagai pencemaran, juga sangat diharapkan, karena
masyarakat juga yang akan dirugikan jika teluk Jakarta
terkontaminasi.
Tabel 9. Analisis unsur keenam Jurnalisme Advokasi pada Sigi
Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta.
Analisis terakhir ialah menggunakan unsur keenam
jurnalisme advokasi yaitu harapan pasca pemuatan. Dalam
tayangan, Tim Investigasi tidak secara rinci mengatakan apa
harapan pasca penayangan espisode ini, hanya saja Tim Sigi
Investigasi mengharapkan revitalisasi dan rehabilitasi di perairan
teluk Jakarta sangat diperlukan. Namun, Tim Sigi Invetigasi juga
menggunakan narasumber untuk mengatakan apa harapan terkait
perairan teluk Jakarta melalui Alan Koropitan yang juga seorang
ahli Oseanografi dari ITB.
Sungainya bersih, masa tidak akan muncul
ekonomi baru? Iya kan. Ada nanti one day tourist (turis).
Kalau ini bersih, masa orang tidak mau berenang di sini.
83
Kemudian apa? Di depan sini bikin budidaya kerang,
seperti di negara-negara lain. Setelah limbahnya diolah,
tinggal organiknya dialirkan. Jadi, organiknya nanti
dijadikan nutrient untuk budidaya kerang.55
Melalui narasumber, Tim Sigi Investigasi mengharapkan
perairan teluk Jakarta yang bersih, karena dengan bersihnya
periaran teluk Jakarta, tentu akan memunculkan sumber-sumber
ekomomi baru, misalnya dapat mendatangkan turis untuk
berwisata di perairan teluk Jakarta.
55
Hasil transkrip ahli Oseanografi dari ITB Alan Koropitan.
84
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Jurnalisme memang seharusnya dapat mengontrol
keadaan di sekitarnya. Jurnalisme juga dapat menjadi corong
untuk para korban yang tidak mampu untuk bersuara. Dalam
negara demokrasi tentu tugas jurnalisme ialah tanggung jawab
sosial.
Di era audio visual sekarang ini, berbagai cara dapat
dilakukan media untuk menampilkan sebuah hasil karya
jurnalistik, baik melalui siaran Televisi, film, maupun gambar.
Sigi Investigasi yang menggunakan audio visual untuk
menyampaikan hasil karya jurnalistiknya memang tidak secara
spesifik menyebut dirinya sendiri menerapkan jurnalisme
advokasi. Namun jika dilihat cara kerjanya, Sigi Investigasi telah
menerapkan apa yang disebut dengan jurrnalisme advokasi.
Dapat dilihat dari isu yang diangkat, narasumber utama, prioritas
kerja dalam jurnalisme advokasi, asas legalitas maupun harapan
pasca pemuatan berita.
Program Televisi Sigi Investigasi episode Mimpi Semu
Teluk Jakarta terang-terangan memberikan ruang kepada korban
tercemarnya perairan teluk Jakarta, isu yang diangkat mengenai
orang kecil yaitu nelayan. Narasumber yang utama pun dari
korban, yaitu nelayan. Tim Sigi Investigasi pun menggunakan
ahli dan melakukan penelitian investigasi untuk mencari fakta
85
yang tersembunyi. Namun Tim Sigi Investigasi dengan terang
melakukan peliputan tanpa menyembunyikan identitas dan juga
tidak menyamarkan identitas narasumber.
B. Saran
Peneliti mengharapkan Sigi Investigasi tetap konsisten
mengangkat isu yang menyangkut kepentingan publik yang
jarang diangkat oleh media lain. Kritik dan saran yang ingin
disampaikan adalah Sigi Investigasi harus lebih detail dalam
menyajikan program televisi yang berbasis data dan fakta
lapangan hasil investigasi.
Peneliti juga mengharapkan apa yang diangkat oleh
Program Televisi Sigi Investigasi dapat menjadi cambuk bagi tim
Sigi Investigasi dalam mengawal isu-isu yang menimpa korban
yang tidak mampu bersuara.
86
DAFTAR PUSTAKA
Adie, B. (2018, Juli 10). Wawancara pribadi dengan
penanggungjawab Sigi Investigasi. (A. Fauzi,
Pewawancara)
Budiarjo, M. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Eriyanto. (2008). Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan
Politik Media. Yogyakarta: LKiS.
Firdaus, R. F. (2017, Juni 16). Ada atau Tidak Reklamasi, Teluk
Jakarta Sudah Tercemar Sejak Lama. Diambil kembali
dari Merdeka.com: Ada atau tidak reklamasi, teluk Jakarta
sudah tercemar sejak lama
Fred S. Siebert, T. P. (1986). Empat Teori Pers. Jakarta: PT.
Intermasa.
Haris Munandar, D. P. (2003). Media Massa & Masyarakat
Modern. Jakarta: Prenada Media Group.
Hidayat, R. (2017, Juli 25). Tercemar Merkuri, Kerang Hijau
dari Teluk Jakarta „Sebabkan Kanker‟. Diambil kembali
dari BBC Indonesia:
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-40679343
Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Sosial: Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Iswandi, S. (2013). Rezim Media. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
87
Kriyantono, R. (2006). Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
88
Kurnia, S. S. (2001). Jurnalisme Sastra. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Mardjianto, F. L. (2016, Oktober 27). Membongkar Kubur
Jurnalisme Advokasi. Diambil kembali dari
www.kompas.com:
https://nasional.kompas.com/read/2016/10/27/14021991/
membongkar.kubur.jurnalisme.advokasi
Morrison. (2005). Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio
dan Televisi. Tangerang: Ramdina Perkasa.
Pawito. (2008). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta:
LKiS.
Priyadi, A. (2015). Implementasi Jurnalisme Advokasi Pada
Delik di RCTI. 5.
SCTV. (2005, 1 1). Sigi Investigasi. Diambil kembali dari Sigi
Investigasi: http://www.sctv.co.id/shows/sigi-investigasi
SCTV. (2015, 1 1). About SCTV. Diambil kembali dari SCTV:
http://www.sctv.co.id/about/
Setiati, E. (2005). Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan:
Strategi Wartawan Menghadapi Tugas Jurnalistik.
Yogyakarta: Penertbit Andi.
Sugiono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
89
Suharto, E. (2009). Pekerjaan Sosial di Dunia Industri. Bandung:
Alfabeta.
Teba, S. (2005). Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia.
Topatimasang, R. (2005). Mengubah Kebijakan Publik.
Yogyakarta: INSIST Press.
Valerie Miller, J. C. (2002). Pedoman Advokasi: Perencanaan,
Tindakan, dan Refleksi Terjemahan oleh Hermoyo.
Yogyakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 40 tahun
1999 pasal 3.
90
LAMPIRAN
1. Transkrip program Televisi Sigi Investigasi episode Mimpi
Semu Teluk Jakarta
1) (00.45-1.14) Suara oleh pembawa acara, gambar
pembawa acara: Pencemaran menjadi program besar yang
terjadi di teluk Jakarta. Mulai dari sampah domestic, sampah
buangan pabrik, membuat keharmonisan dan kehidupan biota
laut terganggu. Ujung-ujungnya berimbas kepada para
nelayan yang mencari nafkah bergantung kepada teluk
Jakarta. Hasil laut menyusut dengan kualitas yang juga
dipertanyakan karena diduga terpapar pencemaran. Benarkah
pencemaran di teluk jakarta sudah pada tahap
memperhatinkan, saudara mari kita simak mimpi teluk jakarta
selengkapnya.
1) (01.29-1.55) Suara oleh narator, gambar perairan teluk
jakarta: Perairan teluk jakarta menjadi bagian yang tidak
terlepaskan bagi masyarakat yang menggantungkan hidupnya
dari teluk Jakarta. Sayang, kondisi perairan tercemar sampah
domestik rumah tangga. Selain itu, sejumlah faktor
pencemaran lainnya mempengaruhi perairan ini yang
berdampak pada para nelayan.
2) (02.07-02.58) Suara nelayan dan reporter, gambar nelayan
kerang: Biasanya ngambil empat puluh ember digajinya tiga
puluh lima. Sekarang, semenjak ada yang namanya kerang
hitam, kita ya susah mata pencahariannya. Kok sekarang
91
banyak kerang hitam, dari mana pak? Dari semenjak ada
reklamasi pantai itu, jadi begini kurangnya. Lebih banyak
kerang hitamnya. Kalau kerang hitamnya dua puluh kerang
hijaunya satu. Biasanya biar ada gede begini, kecilnya seperti
ini tapi hijau. Mau tidak mau ya diambil saja, soalnya yang
begini ditarik juga tidak ada hasil, tidak ada harganya.
3) (03.00-03.45) Suara narator, gambar hasil ternak kerang:
Suwardi adalah salah satu nelayan kerang hijau yang masih
bertahan di teluk Jakarta. Tak banyak hasil yang dapat
diharapkan dari kerabat kerang hijau, hasil ternak kerang
terus menurun sejak empat tahun terakhir, prihatin karena
kerang-kerang hitam justru mendominasi di keramba
miliknya beberapa tahun terakhir. Kerang yang tak laku
dipasaran terpaksa panen kerang hijau dipercepat walau
belum masuk masanya. Menggunakan perlengkapan selam
serba minim, dibantu dengan alat pernafasan dari mesin
kompresor minim Suwardi memanen kerang hijau di
kedalaman dua meter.
4) (03.57-04.23) Suara narator, gambar proses memanen kerang:
Di perairan ini kerang hijau berkembang biak, menumpang di
batang-batang bambu yang menjadi habitat hidupnya. Mereka
hidup dan tumbuh dengan menyerap nutrisi yang terbawa arus
air. Gerombolan ikan kecil juga memanfaatkan lingkungan
kerambah dari kerang hijau sebagai tempat berlindung dan
mencari makan. Dengan jarak sekitar satu mil dari bibir
pantai, kawasan ini masih bisa dibilang bermanfaat bagi
sebagian kecil biota laut.
92
5) (05.15-05.30) Suara narator, gambar perairan teluk Jakarta:
Perairan teluk jakarta tidak hanya memberikan rezeki bagi
nelayan kerang hijau, masyarakat setempat pun terutama
kaum perempuan ikut memanfaatkan hasil laut sebagai
pengupas kerang walau rezeki sebagai pengupas kerang pun
semakin menyusut.
6) (06.09-06.40) Suara tanya jawab pengupas kerang, gambar
nelayan pengupas kerang: Kegiatan ini setiap hari bu? Iya
setiap hari ini. Tapi hasilnya masih banyak? Ya tergantung
banyak kerangnya, kalo gak ada ya paling sehari dapat empat
ribu, dapat dua ember tiga ribu, ada yang tiga ember dan
empat ember. Kan tiga ribu seember penuh ini. Kalau yang
nenek pilihin paling kuatnya dua ember enam ribu buat
makan sehari, terkadang kalau kurang pindah tempat lagi
kesana, kan tidak hanya satu orang saja yang dagang, tetapi
banyak orang.
7) (07.04-07.13) Suara narator, gambar seorang nelayan:
Sementara di sisi lain teluk Jakarta, Amin, nelayan ikan
menggunakan alat tembak tradisional sangat menggantungkan
hidupnya dari perairan ini.
8) (07.17-07.35) Suara tanya jawab reporter dengan nelayan,
gambar seorang nelayan sedang membersihkan hasil
tangkapan: Kalau dijual bisa laku berapa? Satu kilonya
sepuluh ribu. Yang pitik? iya, yang pitik. Berapa kira-kira
dapatnya dari semua yang ada ini? Perkiraan paling juga
seratus ribu. Langka sekarang mah.
93
9) (07.38-07.41) Suara narator, gambar perairan teluk Jakarta:
Minimnya tangkapan yang dihasilkan Amin bukan tanpa
sebab.
10) (07.44-08.19) Suara Alan Koropitan (Ahli Oseanografi IPB)
gambar wawancara Alan Koropitan: Ya artinya, potensi ini
masih luar biasa. Cuma karena memang kita mengabaikan,
karena tadi saya cerita lingkungan itu terus turun, sehingga
dia berkurang. Tetapi artinya, kalau kita bisa kembalikan ini
ke ekosistemnya yang awal-awal atau kita rehabilitasi secara
bertahap, maka akan tumbuh dan membaik kembali stok ikan
atau stok kepiting, dan ini menjadi ekonomi yang luar biasa.
11) (08.58-09.10) Suara narator, gambar perairan teluk Jakarta:
Pencemaran teluk jakarta memang cukup mengganggu
aktivitas para nelayan setempat, khususnya yang menjadikan
teluk ini menjadi mata pencaharian sehari-hari.
12) (09.17-09.25) Suara narator, gambar perairan teluk Jakarta:
Nelayan setempat meyakini pencemaran laut ini salah satunya
disebabkan aktivitas pembuangan limbah pabrik pergudangan
disekitar teluk Jakarta.
13) (09.26-10.15) Suara Tumin (Nelayan teluk Jakarta) gambar
wawancara narasumber: Kalau musim penghujan, ini yang
sering keluar limbah. Entah limbah apa-apanya kita kurang
tahu. Putih warnanya dan berbusa. Tetapi, kalau sudah tiga
hari atau empat hari itu tidak akan hilang. Terkadang sampai
tiga bulan baru beres. Dulu pernah kita naik, sosialisasi
dengan pergudangan di sini. Tetapi mereka bilang, kita ada
pengolah limbah. Limbahnya diolah dulu, biar ikannya tidak
94
mati. Tapi nyatanya justru nelayan yang merasakan, mereka
buang limbah malah ikannya yang pada mati.
14) (10.25-10.28) Suara narator, gambar perairan teluk Jakarta:
Telah sekian lama pencemaran di teluk jakarta dibiarkan.
15) (10.33-11.28) Suara narasumber Alan Koropitan (Ahli
Oseanografi IPB), gambar narasumber, kondisi wilayah
Jakarta: Teluk jakarta itu tercemar karena implikasi dari
pembangunan di DKI jakarta. Kita tahu sejak tahun 1969 itu
pembangunan sangat masif dan telah terjadi konvensi lahan.
Kalau kita bandingkan dari peta di satelit itu antara tahun
70an dan 2004 itu sudah terjadi konvensi lahan sebesar 80
persen. Dengan demikian, terjadi perubahan atau konfensi
lahan termasuk di daerah-daerah aliran sungai. Dan ini
implikasinya adalah sedimen. Kemudian yang kedua, dengan
aktivitas di perkotaan itu limbah organik. Dan yang ketiga
termasuk di dalamnya logam berat.
16) (11.38-12.02) Suara narator, gambar keadaan sungai di
Jakarta: Tiga belas sungai di jakarta yang bermuara di
kawasan di teluk jakarta menjadi sumber petaka ini muncul.
Perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab
mengakibatkan sungai membawa berbagai macam limbah.
Mulai dari limbah organik hingga limbah yang mengandung
kimia berbahaya.
17) (12.03-12.47) Suara narasumber Firdaus Ali (Pendidik dan
Peneliti Teknik Lingkungan UI, gambar narasumber serta
kondisi perairan teluk Jakarta: Firdaus Ali (Pendidik dan
Peneliti Teknik Lingkungan UI) : Di daratan jakarta kita tidak
95
punya sistem pengelolaan limbah, baik padat maupun cair.
Sehingga limbah cair kita baik itu yang berasal dari industri,
ketika industri masih banyak di DKI yaitu sebelum tahun
95an, lalu kemudian di antaranya limbah domestik yang
berasal dari aktivitas rumah tangga, yang juga dibuang
langsung ke perairan sungai dan bermuara di teluk jakarta,
lalu ditambah lagi limbah komersil. Dari kasus ikan mati
masal, yang dulu merajai lima tahun lalu menjadi tiga tahun,
lalu menjadi setiap tahun, dan sekarang setahun tiga kali. Dan
dari hasil laboratorium ikan tadi yang dites di lab ketahuan
kandungan logam beratnya.
18) (12.49-12.57) Suara narator, gambar data statistik beban
pencemaran teluk Jakarta: Data dari Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan, beban pencemaran di teluk Jakarta
cukup besar hanya delapan persen dari tujuh puluh persen
pencemaran yang masuk di teluk Jakarta yang bisa terolah.
19) (13.00-13.36) Suara Karliansyah (Dirjen Pengendalian
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK), gambar
wawancara narasumber: Jadi anda bisa bayangkan ini sungai
seperti konfeir yang membawa limbah pencemaran dari hulu
ke hilir. Masuk ke teluk, berkumpul di sana. Nah sekarang
lalu ada kegiatan reklamasi. Dari awal, dari diskusi kita
beberapa kali itu memang disarankan bahwa yang didarat ini
harus bersih dulu. Kenapa? Kalau ini tidak beres, lalu ada
penghalang di muara ini menjadi comberan.
20) (13.38-13.46) Suara narator, gambar kondisi sungai Jakarta:
Tapi beragam kendala dalam menormalisasi teluk Jakarta
96
juga menjadi persoalan baru, salah satunya pengolahan
limbah domestik.
21) (13.47-14.22) Suara Karliansyah (Dirjen Pengendalian
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK): Kita mulai
tadi, dari hulu itu sebenarnya kalau industri kita amankan.
Kita setiap saat melakukan pengawasan ada namanya proper
yang setiap tahun kita umumkan. Bagaimana kinerja masing-
masing perusahaan. Kemudian misalnya dari sumber
peternakan. Banyak kalau ada ikutin, sungai ciliwung
misalnya itu beberapa segmen itu ada tempat peternakan sapi.
Kita bantu membangun pembuangan air limbahnya, bahkan
menjadi biogas. Tetapi lagi-lagi, untuk yang pengolah
domestik ini masih minim. Anda bisa lihat di jakarta baru ada
di setia budi.
22) (14.35-15.03) Suara narator, gambar permukiman nelayan
teluk Jakarta: Limbah domestik sangat erat dengan kebiasaan
hidup, tidak hanya di permukaan, air tawar yang menjadi
sumber kehidupan pun ikut tercemar. Meski saat ini
kesadaran masyarakat akan kebersihan perlahan muncul,
kesehatan warga di teluk jakarta tetap terancam.
23) (15.04-15.28) Suara narasumber Warga Kamal Muara,
gambar kondisi permukiman nelayan: Kalau masukinnya
airnya dari mana? Dari PAM. Beli bu? Beli buat mandi juga,
namanya gak ada lagi airnya. Kalau buat mandi pernah
merasa gatal-gatal atau apa gak? Iya sering, namanya kita
udah ngerti dari air kali begini kulit pada itu kaya gatal-gatal.
97
24) (16.04-16.23) Suara narator, gambar permukiman nelayan di
teluk Jakarta: Dengan kondisi lingkungan yang jauh dari mutu
standar kesehatan resiko penularan bakteri atau virus pun bisa
dengan mudah terpapar ketubuh manusia. Lembaga penelitian
indonesia di tahun 2015 sempat meneliti hal ini, dan hasilnya
cukup mengkhawatirkan.
25) (16.25-17.47) Suara Yeti (Peneliti Mikribiologi Oseanografi
LIPI), gambar wawancara narasumber dan perairan teluk
Jakarta: Pencemaran dari buangan manusia itu sudah cukup
jauh dan tingkatnya itu memang bergradasi. Jadi tentunya
paling berat itu di pesisir kemudian semakin ke laut semakin
berkurang. Tapi jika kita lihat dari presentase jumlah yang
sudah tercemar itu 40 persen dari stasiun yang kita amati itu
kita punya 23. 40 persen itu sudah melewati ambang batas.
Ketika jumlah bakteri coliformnya tinggi, itu menunjukkan
bahwa ada virus, ada parasit, ada bakteri penyebab penyakit
umumnya diare yang terdapat diperairan tersebut. Jadi kalau
ketika perairan kita seperti itu, sangat membahayakan ketika
kita menggunakan perairan itu untuk berenang. Bisa
menyebabkan terhirup atau terminum dan juga jika kita punya
budidaya di sana bakteri yang ada di perairan itu kan
tentunya akan menempelkan biota yang tumbuh di situ.
26) (17.53-18.30) Suara narator, gambar hasil olahan laut,
laboratorium penelitian: Faktanya kebutuhan masyarakat akan
makanan dari laut masih cukup tinggi beragam tangkapan
hasil laut dijual di sini termasuk kerang. Padahal, tangkapan
yang berasal dari teluk Jakarta diduga sudah terkontaminasi
98
limbah. Untuk membuktikannya tim peneliti dari LIPI
menguji sample kerang hijau yang diambil langsung dari
teluk Jakarta. Menggunakan metode uji toksisitas dengan
bioassay atau pengembang biakan bakal kerang baru, tim
mulai bekerja.
27) (18.35-21.00) Suara Dwi Hindarti (Peneliti Bidang
Ekotoksikologi LIPI), gambar wawancara narasumber,
laboratorium: Dia dipaksakan buat dalam tanda kutip. Jadi
nanti sperma sama ovumnya biar keluar sendiri, yang warna
putih sel sperma kalau yang kuning sel telur. Telurnya bagus,
dia matang donat jadi memang dia sudah dewasa kerangnya
dan spermanya juga banyak. Gerakannya juga bagus dan
sehat. Kadang kalau kerang yang tidak sehat itu, spermanya
juga gerakannya tidak kencang. Tapi tadi dengan telurnya
yang bentuknya bulat, warnanya orange jadi matang donat.
Ini telur yang sudah diberi sperma dengan harapan telurnya
bisa dibuahi. Kalau jumlah spermanya cukup dan kondisi
telurnya bagus fertilisasi akan terjadi. Itulah yang akan kita
uji, apakah bisa berkembang normal atau tidak. Kalau kondisi
perairannya normal, ia akan berkembang baik. Tapi kalau
kondisi perairannya tercemar, mungkin akan terganggu
perkembangannya. Kan kita mau melihat perkembangan
larva, jadi kalau di dalam itu mereka memijah, mereka bisa
menjadi pendatang dewasa tidak. Normalnya kan kalau tidak
ada gangguan, dia akan menjadi pendatang dewasa. Nah,
pada suatu state yang itu kritikal banget buat mereka, kalau
tidak mencapai state itu dia mati. Ketika ada gangguan tidak
99
bisa mencapai itu. Yang kami ukur adalah natrium koprt itu
tembaga, seng dan merkuri. Satu lagi timah hitam. Jadi dari
logam beratnya 5 unsur itu, kemudian yang lain adalah bahan
organiknya adalah pah atau bahan toxic dari minyak. Biota
yang sidementeri yang tinggal di dalam dasar, yang tidak bisa
bergerak bebas seperti kerang. Dia otomatis akan menyerap
bahan pencemar itu.
28) (21.02-21.06) Suara narator, gambar perairan teluk Jakarta:
Persoalan pencemaran di teluk jakarta perlu segera
diselesaikan. Tidak hanya pembangunan ekonomi saja yang
terus dilakukan, keseimbangan alam juga patut mendapatkan
perhatian lebih.
29) (21.07-21.59) Suara Alan Koropitan (Ahli Oseanografi IPB),
gambar wawancara narasumber: Dipindahin dulu saja,
dipindahin yang tetangga kita dekat, dia bangun untuk
pemukiman nelayan, itu kan pak jokowi maunya begitu kan
waktu gubernur. Ada perjanjiannya itu kan. Dibangun
apartemen, di depannya itu sandar perahu-[perahu nelayan.
Jadi kalau saya mau bermimpi yah, disini katakanlah
dibangun apartemen, ini nelayan-nelayan punya kapal
disandar di sini. Sungainya bersih, masa tidak akan muncul
ekonomi baru? Iya kan. Ada nanti one day tourist (turis).
Kalau ini bersih, masa orang tidak mau berenang di sini.
Kemudian apa? Di depan sini bikin budidaya kerang, seperti
di negara-negara lain. Setelah limbahnya diolah, tinggal
organiknya dialirkan. Jadi, organiknya nanti dijadikan
nutrient untuk budidaya kerang.
100
30) (22.03-22.34) Suara narator, gambar pembawa acara:
Revitalisasi dan rehabilitasi mendesak untuk segera
dilakukan. Pengembalian laut kepada fungsi asal, salah
satunya tempat berkembang biak biota laut secara normal
menjadi prioritas utama. Juga kesadaran masyarakat untuk
menjaga teluk Jakarta dari berbagai pencemaran, juga sangat
diharapkan, karena masyarakat juga yang akan dirugikan jika
teluk Jakarta terkontaminasi. Ya saudara, demikianlah SIGI
kali ini, kita berjumpa kembali pekan depan dengan topik
menarik lainnya. Saya Beverly Gunawan, sampai jumpa dan
salam SCTV.
101
2. Transkrip wawancara dengan penanggungjawab Sigi
Investigasi episode Mimpi Semu Teluk Jakarta Bagus Adie
Bagaimana Kebijakan Redaksi Memilih Isu yang Diangkat
dalam Program Televisi Sigi Investigasi?
Kalo kebijakan dari redaksi si sebetulnya lebih ke arah yang
pertama itu menyita perhatian publik, apapun itu kasusnya. Yang
kedua itu lebih ke yang banyak merugikan masyarakat, entah itu
dari kebijakan, entah itu dari segala hal yang utamanya
sebetulnya masyarakat tuh merasa kaya ini sbenernya mau di
kemanain sih kebijakan ini gitu loh. Akhirnya banyak kejadian-
kejadian itu yang tidak berpihak pada masyarakat. Apapun itu
entah itu kriminal, sosial, politik, dan yang lainnya.
Bagaimana Pemilihan Narasumber dalam Program Sigi
Investigasi?
Kalo pemilihan narasumber memang gak bisa sembarangan, jadi
narasumber itu harus betul punya kompetensi untuk yang sesuai
pada saat itu kita ambil liputannya gitu kan, topikny apa, jadi gak
bisa sembarangan mas. kita harus betul melihat ni narasumber
betul kompeten gak nih untuk bisa menjawab semua pertanyaan.
Karena kan sebenarnya dalam liputan itu kita harus punya
pertanyaan besar, nah pertanyaan besar itu emang harus dijawab.
Siapa orangnya? Banyak juga narasumbernya bukan Cuma dari,
misalkan kalo kami kan lebih banyak ke kriminal, ya pelakunya
atau mantan pelaku, dan beberap narsum lain misalkan dari
kepolisian ataupun dari pemerintah, dan kebijakan lain yang
102
memang harus kita bisa ambil keterangannya untuk ngejawab
semua itu.
Kalau Pemilihan dari Calon Narsum di Tingkat Rapat Redaksi
atau Nanti Dapat Mengeksplor Sendiri?
Jadi memang kalo pemilihan narasumber betul, sebelumnya kan
kita biasnaya ada rapat ya nah di situ kita tentukan siapa nih
narasumber yang pas buat kita ambil keterangannya. Tapi di sisi
lain kita harus ngeliat juga kondisi lapangna karena kan
terkadang kalo kita bicara di dalam rapat itu baru sebatas
gambaran besar apa yang mau diangkat, tapi kalo kita udah
nyemplung di lapangan harus lebih peka bahkan terkdang apa
yang kita sudah susun seringkali tidak sesuai dengan apa yang
ada di lpanagan. Nah di situ kita lebih banyak nanti bisa melihat
kondisi yang ada, narsum yang pas mana gitu kan. Ada juga yang
sering seperti itu si mas, kemungkinan narsum sigi itu bisa hadir
tiba pada saat kita sudah melakukan liputan di lapangan.
Bagaimana Sudut Pandang Redaasi Sigi Investigasi dalam
Melihat Isu yang Akan Diangkat?
103
Yang pasti itu ya tadi mungkin jawabannya hampir sama dengan
yang pertama itu, memang kita harus mempunyai pemikiran
besar artinya angle besarnya mau dibawa kemana sih liputan ini?
Apakah memang murni kasus yang benyak menyita publik dan
segala macem ya kita betul harus menjawab semuanya itu. Dan
kita gak boleh yang tadi kita sudah ngobrol kecil itu, kita betul
mencari data sevalid mungkin. Dalam hal ini pemilihan narsum
yang tadi juga harus jelas, jadi kita tidak bisa beropini karena
dalam tayangan ini durasinya kan cukup panjang sekitar 30menit.
Nah ini di sini ini kita tidak boleh beropini, kita betul menyaring
smeua narsum yang ada jadinya kita tanpa harus beropini sudah
bisa menjawab dari pernyataan dari narsum itu. Jadi kita sekali
lagi gak boleh beropini, karena ini kan ruangnya publik. Terserah
masyarakat mau menilai apa, mau itu buruk atau baik tergantung
amsyarakatnya saja yang menonton. Intinya sih kita Cuma bisa
mengabarkan sedetail mungkin data yang kita butuhkan untuk
menjawab angle besar yang kami angkat.
Dalam Liputan Suatu Isu Apakah Jurnalis diberi Kesempatan
untuk Berimprovisasi?
Pasti, kalau di lapangan itu kan kadang kala yang tadi saya sudah
sempet ngobrol itu, tidak sesuai dengan persiapan kami sblm
terjun ke lapangan. Nah di situ jurnalis termasuk kameramen, kan
timnya tidak banyak, Cuma ada reporter dan kameramen. Nah di
situ betul mulai berpikir yang sebenarnya, jadi kita melihat
persoalannya apa di lapangan. Kalo memang gak sesuai bahkan
anglenya itu agak bergeser sedikit itu gapapa, yang penting alur
104
ceritanya, angle besarnya, pertanyaan besarnya tetap terjawab.
Makanya ga menutup kemunkinan pada sata kita di lapangan
pasti kita dikasih improvisasi itu. Tapi yang jelas, ga boleh lepas
dari angle besar yang sudah kita tentukan di awal
Dalam Melakukan Investigasi, Standar Apa Saja Yang
Digunakan Tim Sigi Investigasi?
Yang standarnya itu gak jauh juga sebetulnya dari pencarian data
sekuat mungkin, artinya yaitu kita gak boleh mencari data yang
setengah. Karena perbedaan kami dengan berita pendek harian itu
kan, kalo harian biasa lebih ke persoalan tapi tanpa ada solusi.
Nah dalam hal ini kita betul persoalannya harus terjawab,
permasalahannya juga, dan sama terkahir soal solusi. Solusi yang
akan diambil tuh apa dari liputan ini, karena kan kita tidak bisa
lepas sebatas bicara soal penyimpangan, pelannggaran tanpa
adanya solusi. Makanya dari sini kita biasanya di segmen akhir
kita memberikan satu segmen dimana itu adalah solusi yang
terbaik buat persoalan yanng sedang kita angkat. Jadi memang
untuk pemilihan narsumnya juga tidak bisa sembarangan.
Bagaimana Sistem Penyuntingan Tim Sigi Investigasi
Terhadap Sensor-Sensor Tertentu?
Sensor tertentu terkadang kita sering kali pakai, itu biasnaya pada
saat narsum yang mungkin dia adalah mantan pemain, pelaku,
dan segala macemnya itu. Karena kita harus melindungi mereka,
kita tidak bisa semata karena dia sudah berhenti, tapi ini kan aib
buat mereka. Makanya kita hargai, tidak boleh terlalu mem-blow
105
up walaupun mereka sudah selesai. Sudah insyaflah dari kegiatan
itu. Ini juga terkadang ada kesepakatan juga, beberapa narsum
pengen juga dilindungin artinya mereka terkadang “mas, aku
minta tolong di-ini ya, disensor ya” ya gapapa, itu kan
kesepakatan, kami hargai mereka juga.
Ada atau Tidak Kasus Di Mana Liputan yang Sudah Dibuat
Namun Gagal Tayang? Apa Alasannya?
Jarang sekali, sangat jarang. Karena kita kan sblm liputan sudah
menngambil batasan ya, apa ini yg diambil itemnya, jadi sangat
jarang sekali bahkan belum pernah kejadian liputan yang sudah
dirangkai di lpaangan kemudian karena sesuatu hal, tayangan itu
tidak tayang, itu jarang sekali. Karena betul itu, gak bisa
sembarangan juga kita memilih topik. Karena sebelum kita
memilih topik kan betul kita bahas, panjang gitu kan dengan
redaksi. Sampai akhirnya kita menentukan satu titik A, dan itu
memang layak untuk diangkat. Jadi tidak ada persoalna lain,
entah itu dari beberapa pihak, tapi beberapa kalli saya juga
sempet mendapatkan intimidasi dan segala macem. Karena
bagaimanapun, liputan kami ini kan liputan yang memuat fakta
ya. Terkadang beberapa pihak yang sudah rapat menyimpan fakta
ini agar tdk bocor di masyarakat tapi kami berhasil
mengungkapnya. Biasalah ada intimidasi segala macem, tolong
jangan ditayangkan segala macem, tetap saja ini keputusan
redaksi kita tidak bisa semata karena adanya intimidasi itu jadi
tayangan ini gak jadi ditayangkan.
106
Biasanya satu minggu, satu minggu satu isu, itu kita bahas dulu di
redaksi apa angle besarnya, itemnya apa, dan kita juga sebelum
turun ke lapangan kita betul kroscek dulu di lapangan. Jadi kita,
kalo bahasa kita tu nanem orang gitu ya, di beberapa daerah. Kita
mau ngambil kasus di mana nih, kita telpon dulu jauh hari, “mas
ini gimana perkembangannya, ada gak ini” jadi beberapa item itu
yang jadi kesepakatan bersama di redaksi, nanti kita ini-in juga
sampaikan juga di lapangan. Ada temen di lapangan “gimana nih
mas” jadi intens. Jadi selama satu minggu itu biasnaya kami
rapat, perkembangannya apa di lapangan nanti kita bahas lagi,
tentukan item ap aberikutnya, jadi dibahas lagi memang btul
cukup ribet gitu.
Berapa Lama Waktu yang Ditentukan Untuk Meliput Satu
Peristiwa?
Cukup lama mas, kalo kami ini diberi waktu untuk saat in 7 hari,
memang harus selesai artinya buat kami 7 hari ini waktu yg
sangat singkat sekali, sangat sulit, karena untuk beberapa kasus
besar misalkan ya, pencarian narsum yg pertama itu cukup sulit,
makanya kita dikasih keleluasaan untuk diaksih jangka waktu
paling enggak seminggu. Karena itu belum tentu kita hari
pertama itu bisa lansung kerja, jadi di lapangna itu kita betul,
sampe di lapangan kita pemetaan dulu biasanya hari pertama itu
baru nanti hari keduanya cari narasumber, ini betul gak, ini
masuk ga kualifikasi dan segala macem. Bahkan kami pernah itu
liputan mulai kerja itu di hari keempat, iya karena beberapa
narsum sebetulnya sudah siap sblm kami datang ke lokasi gitu,
107
tapi mungkin ada beberapa faktor, ada perubahan pemikiran dari
narsum ini jadi banyak yang kabur gitu kan, nanti kami cari lagi
orang berikutnya yang memang betul bisa jadi pengganti orang
ini, makanya seringkali kami ya sangat kesulitan kalau mencari
narsum itu. Balik lagi, ini kasusnya kasus krimina;, orang pun
jarang yang mau ngomong soal ini gitu loh. Soal yang gak
mengenakan untuk beberpa pihak, bukan Cuma dari korban
karena mungkin korban merasa trauma dalam hal ini, tapi kita
betul membujuk agar dia mau ngomong misalkan. Terus ada dari
mantan pelaku atau pelaku yg masih aktif, itu juga betul bujukan
kan. Makanya dari situ negosiasi itu yg bikin kami butuh waktu
lama untuk liputan ini, gitu mas. Jadi memang cukup melelahkan,
terutama untuk pemilihan narsum. Karena itu menurut kami,
salah narsum berita yg disajikan juga kurang dapet, kurang begitu
bermanfaat buat para penonton ya, dan tdk memberikan efek
solutif. Jadi kalo misalkan kita mencari narsum yg gak pas, yg
kalo kasih keterangan menjelaskannya jga tidak lengkap, ya
masyarakat melihatnya hanya sepotong, tidak bisa menyajikan
informasi yang lengkap. Itulah perbedaanya kami dari liputan
yang biasa, kalo liputan yg biasa tadi saya sampaikan itu Cuma
sebatas ada kasus besar, diliput, selesai, tayang. Tapi tidak
memberikan solusi sebenernya permasalahannya apa sih, kenapa
hal ini terjadi, makanya kami hadir gitu kan. Tim sigi ini hadir
untuk menjawab pertanyaan dari masyarakat, jadi lebih banyak
bicara soal mengapa hal ini bisa terjadi, dan apa yang akan
berdampak ke depannya, solusinya apa, masyarakat hrs lebih
waspada, dan segala macem.
108
Untuk pemiliha isu selain menyita perhatian org banyak, ada gak
sih faktor lain? Karena saya liat di video sigi itu ada jakarta, ada
masyarakat rembang juga, sedangkan kasus ini kalo di media lain
Cuma ngasih tau aja, ada gak si selain banyak menarik perhatian
masyarakat apakah sigi ini berpedoman pada kaum minoritas,
korban dalam suatu peristiwa?
Jadi kami ini bukan Cuma menyita perhatian publik tapi juga di
situ ada pro-kontra yang jelas, pr-kontranya. Jadi kami dateng ke
situ itu untuk sedikit agak meluruskan. Mungkin yg namanya pro-
kontra kan semua orang ada yg pro dengan ketentuan ini, adal
alasan ini kenapa saya kontra dan yang kontra, nah kami hadir
secara umum artinya bukan lagi berpikir soal objektif tapi kami
menyuguhkan secara subjektif. Makanya pemilihan narsum itu
harus jelas, narsum ini tidak punya kepentingan untuk di pihak A
dan di pihak B, mkanaya kami hadir untuk di tengah itu.
Pokoknya yang pro-kontra misalkan kasus yang tadi di rembang
itu ya, yang pabrik semen itu, dan kebetulan saya juga yg dateng
ke sana, liputan di sana, memang di sana kan ada pro-kontra
artinya dari sisi masyarakat setempatnya bicara soal kerusakan
lingkungan, segala macem takut barangkali masyarakat di situ
tidak kebagian pekerjaan tapi di sisi lain ada yg mengatakan
bahwa dengan hadirnya pabrik rembang ini bisa menghidupkan
banyak pihak, karena perekonomian desa akan lebih baik dari
sebelumnya. Nah makanya kami dateng ke situ untuk mengambil
beberapa pendapat, baik yg pro ataupun yang kontra, dan di sisi
lain kita juga bicara soal betul gak sih yang dikatakan bahwa
109
adanya kerusakan lingkungan. Sebetulnya kerusakan lingkungan
itu kan sebelum adanya semen rembang itu kan sudah rusak di
sana karena banyak investor asing, investor swasta yang dateng
mengeruk lahan di sana. Makanya kami di sana sedikit betul gak
sih ini murni apakah ditunggangi oleh salah satu pihak, gitu kan.
Misalnya datengnya org yg kontra gara adanya ini. Ada
ditunggangi oleh kepentingan lain gitu loh maknaya, yaitu
makanya kita harus benar menyuguhkan semua pihak harus
bicara, kami kasih ruang, karena itu wajib buat kami itu tidak
boleh memberatkan satu pihak, dan piahk yg lain engga. Kita
betul kasih ruang yang sama, terserah mereka mau bicara apa,
nanti kita perkuat dengan keterangan ahli yang mengatakan itu
bhawa betul gak sih bisa rusak, atua memang ada dampak
sosialnya gak, makanya kita bener hrs konfirmasi lgsg sama ahli.
Maknaya kami di situ tidak bisa beropini dengan salah satu caea
kita mengurangi opini kami, kami pilihlah narasumber itu dari
para ahli, biar mereka betul bicara soal itu karena mereka kan
yang punya, mungkin sudah melakukan penelitian dan segala
macem. Kalo kami kan Cuma sebatas menyuguhkan berita yang
ada, gitu. Jadi intinya sih di sini, program sigi itu Cuma, tapi
betul menjawab semua pertanyaan besar yang ada di masyarakat
karena bagaimanapun juga kami menentukan angle ceritanya itu
berawal dari masyarakat itu juga, keresahan masyarakat apa sih?
Nah kami tampung, kami jadikan itu sebuah topik besar, dan kita
turun ke lapangan, kita mencari, mencari beberapa data yang
lengkap, selengkapnya. Makanya di sini kami buat suatu
tayangan yang betul bisa dipercaya, akuratnya, kebenarannya,
110
dan kami sangat menghindari dengan adanya beberapa
narasumber yang misalkan tidak kompeten untuk bicara soal
beberapa kasus yang kami sedang angkat.
sebenernya apa sih narasi yang mau dibangun dari tim sigi
dengan narsum yang sampe ahlinya pun didatangkan langsung
gitu ke tkp, biasanya kan ahlinya Cuma di kantor atau engga di
mana aja gitu.
Kalo di mimpi semua teluk jakarta itu, pada saat itu memang
kebetulan pas banget saya yang ambil gitu, pertanyaan besarnya
pada saat itu, adanya pencemaran lingkungan, efek dari
pembangunan pulau reklamasi, dan itu kan bahkan sampe
beberapa minggu jadi running ya. Untuk kasus reklamasi, ada yg
bicara soal pro-kontra itu sah, bahkan kita mengambil dampaknya
dari teriakan masyarakat terutama nelayan yang ngomong soal
“dengan adanya teluk jakarta, perairan jakarta jadi rusak,
tercemar” dan segala macem. Nah itu (..3.8) makanya kami terjun
ke lapangan gitu kan, melihat kondisi yang ada, emang kalo kami
melihat, kami jujur aja tidak persis melihat dari tahun ke tahun
sebelum dan setelah adanya reklamasi, tapi kami betul
mengambil keterangan langsung dari beberapa nelayan gitu kan,
ya bukan Cuma satu, dua, atua tiga bahkan mereka mengatakan
juga bahwa pendapatan mereka terutama untuk pencarian ikan
semakin berkurang karena kenapa? Karena biasanya itu di area
misalkan satu mil, dua mil, mereka bisa mendapatkan hasil yang
bagus, dan tapi dalam situasi ini dengna sudah adanya reklamasi
mereka harus berjalan lebih jauh bahkan itu tidak menjamin
111
hasilnya bagus gitu kan. Karena keterangan ahli itu juga kenapa
saya mendatangkan langsung ke lapangan, biar saya menghindari
untuk beropini lagi. jadi apa yang para ahli itu sampaikan itu
memang betul mereka melihat langsung kondisi yang ada, jadi
dari situ pertanyaan saya hanya sederhana, bagaimana pendapat
para ahli ini melihat kondisi yang ada. Jadi dari situ mereka
bicara soal betul dengan adanya reklamasi ini teluk jakarta
semakin parah, semakin bahaya pencemarannya. Sebenarnya dari
tahun ke tahun sudah ada sebelum adanya reklamasi, tapi dengan
adanya reklamasi ini semakin memperparah. Pendapat ahlli itu
menngatakan bahwa sebetulnya air laut itu mensuci, bisa
membersihkan diri sendiri, tapi dgn adanya reklamasi ini kan air
atau limbah yg berada di teluk jakarta ini tidak bisa bebas lepas
sampe ke tengah karena sudah dipageri ya dengan adanya teluk
reklamasi itu. Makanya dari situ kami betul menghadirkan
langsung biar narsum terutama para ahli ini melihat kondisinya
seperti apa, jadi kita mengurangi untuk beropini itu tadi dan lebih
menyajikan fakta yang menarik, karena dari kita mendatangkan
narasumber langsung itu kan di lapangan dari segi gambar itu
memang lebih menarik, tidak terpaku di dalam ruangan dan
segala macem mereka bisa bebas berimprovisasi apa yang dia
lihat, apa yang dia katakan itu sesuai dengan kenyataan yang ada.
Bahkan di teluk jakarta ini memang bukan hanya Cuma
penghasilan dari nelayan yang terutama ikan yang merosok, tapi
juga beberapa petani dari kerang juga bicara soal itu, ada
penurunan juga. Bahkan saya juga sempet menngambil sampel
dan itu dibawa ke lab, sama bicaranya juga sama, artinya tingkat
112
produktifitas atau kesehatan dari kerang hijau ini memang
menurun. Menurunnya gara apa? Gara banyaknya limbah yang
sudah tercemar di teluk jakarta ini. Karena sebetulnya kerang itu,
itu kan hidupnya ga bisa kemana artinya ya nempel di situ, ya apa
yang dimakan yang ada di sekitarnya, berbeda kalo misalka
bicara soal ikan ya, ikan kan bisa jalan kemana jauh gt kan. Jadi
tingkat terpapar limbah itu kecil, tapi kalo dari kerangnya itu
memang jelas. Makanya indikasinya di beberapa wilayah kalo
mau tau tercemar apa engga sebetulnya melihat dari kerang itu
sendiri, karena kerang itu kan mmeang hidup di area situ.
Biasanya yang ke TKP Berapa Orang?
Tkp Cuma dua orang, kameramen sama reporter, dua aja, jadi ga
banyak kami. Satu isu berdua doang selama satu minggu betul
membahas sama kameramen, apa nih, mau ambil gambar apa nih,
misalkan, kami kan kalau ada kameramen kan ada dua sudut
pandang ya, kalau kam mungkin, kalau saya reporter sekaligus
produser lapangan, saya melihat dari kacamata misalkan ini,
kasus ini narasmbernya harus ini, alur ceritanya harus ini, tapi
kan dari kacamata orang kameramen itu kan berbeda, artinya
mereka lihat langsung kondisi yang ada gitu kan. Menurut saya,
biasanya ini perlu juga diambil karena melihat dari ini, visualnya
ini kita harus angkat nih, kita harus jawab. Nah hadi kita saling
tuker pikiran gitu.
113
Apakah Tim Sigi Investigasi Mengklaim Melakukan
Jurnalisme Advokasi?
Kami tidak mengklaim diri kami menggunakan jurnalistik
apapun, kami hanya melakukan liputan sesuai fakta yang ada.
Bukti Foto Penulis telah Melakukan Wawancara dengan
Bagus Adie
114
Top Related