PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
DENGAN PENGUNGKAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)
SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA PT TIMAH (Persero) Tbk.
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Oleh:
NAMA : MEGA PUSPITASARI
NIM : 302 1011 003
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2014
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Good Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi
Pada PT Timah (Persero) Tbk.
The Effect of Company’s Financial Performance on Company Value with Good Corporate Governance as the moderating variable in PT Timah (Persero) Tbk.
MEGA PUSPITASARI
Universitas Bangka Belitung
ABSTRACT
Institutional ownership represents a source of power that can be used to support (or undermine) the management performance of a company. The greater the ownership of the financial institution, the greater voting power and support in the supervision of the management, and as a result it will give greater impetus to optimize the company value so that the company's performance will increase.
This research aims to test the effect of a company’s financial performance on company with good corporate governance as the moderating variable. With a three-year period of observation, the data was collected with the method of library research and documentation. The secondary data was in the form of PT Timah (Persero) Tbk’s financial statements, which are listed on the Indonesia stock exchange from 2011 to 2013 and then processed using regression analysis of SPSS program version 22.0.
The result of the research indicated that the model financial performance as measured by the liquidity ratio, leverage ratio, activity ratio, profitability ratio, and assessment ratio significantly affect company value. Good corporate governance as measured by institutional ownership is not a moderating variable for the relationship between financial performance and company value. The test result produces the regression equation: company value = -1,657 + 1,021X₁ + 0,150X₂ + 0,03 X₁X₂.
Keywords: Company Value, Financial Performance, Good Corporate Governance.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 1999 Asian Development Bank (ADB) mengadakan
survai tentang kelemahan penerapan corporate governance and finance di
negara-negara Asia yang ekonominya paling parah terkena imbas krisis
moneter tahun 1997. Negara-negara tersebut adalah Indonesia, Korea
Selatan, Malaysia, Philippines dan Thailand (E John Aldridge dan
Siswanto Sutojo, 2008: 17).
Masalah corporate governace muncul karena terjadinya pemisahan
antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Pemisahan ini
didasarkan pada agency theory yang dalam hal ini manajemen cenderung
akan meningkatkan keuntungan pribadinya daripada tujuan perusahaan.
Kemungkinan adanya konflik kepentingan antara pemegang saham dan
manajemen sebuah perusahaan merupakan masalah agensi (Ross, et all:
2009).
Dalam artikelnya Managing Corporate Governance in Asia,
Washington Sycip, pendiri SGC & Co (Perusahaan akuntan public),
Philippines mengutarakan salah satu faktor intern perusahaan yang
mempengaruhi penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance
adalah struktur kepemilikan dan sumber dana operasi perusahaan.
Berikut disajikan data mengenai komposisi kepemilikan saham PT
Timah (Persero) Tbk. tahun 2011-2013 sebagai berikut:
Tabel I.1 Komposisi Kepemilikan Saham Institusional PT Timah (Persero) Tbk. Tahun 2011-2013
Pemegang Saham Persentase Kepemilikan
Pemerintah Republik Indonesia 65%
Perseroan Terbatas 26,98%
Badan Usaha Asing 4,72%
Perorangan Indonesia 3,18%
Perorangan Asing 0,12%
Sumber: Laporan Tahunan PT Timah (Persero) Tbk. Tahun 2011-2013, diolah 2014
Berdasarkan tabel komposisi kepemilikan saham institusional PT
Timah (Persero) Tbk., dapat dilihat bahwa komposisi kepemilikan saham
mayoritas dikuasai oleh Pemerintah Republik Indonesia sebesar 65% yang
memiliki hak suara istimewa. Persentase terbesar kedua yaitu Perseroan
Terbatas dengan persentase 26,98%, selanjutnya terbesar ketiga dengan
persentase 4,72% yaitu Badan Usaha Asing. Persentase terbesar keempat
yaitu Perorangan Indonesia dengan persentase 3,18% dan komposisi
kepemilikan saham terkecil yaitu Perorangan Asing sebesar 0,12%.
Adanya kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan
mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja
manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan
yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja
manajemen. Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional sangat
bergantung pada besarnya investasi yang dilakukan. Semakin besar
kepemilikan institusi keuangan maka akan semakin besar kekuatan suara
dan dorongan dari institusi keuangan tersebut untuk mengawasi
manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar
untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan
meningkat.
Untuk mengetahui kinerja perusahaan, investor harus selalu
senantiasa berusaha untuk dapat menganalisa kemampuan keuangan
perusahaan, untuk itu investor dapat memanfaatkan informasi yang tertera
dalam laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan sumber dari
segala aktivitas keuangan yang dilakukan perusahaan selama periode
tertentu, laporan keuangan sering dijadikan sebagai alat dalam melakukann
analisis keuangan. Informasi yang dituangkan didalam laporan keuangan
diharapkan mampu menganalisa keadaan internal maupun eksternal
perusahaan.
Dalam hubungannya dengan uraian diatas, dapat disimpulkan
laporan keuangan akan menggambarkan semua kinerja perusahaan selama
periode tertentu. Dari data laporan keuangan maka dapat dievaluasi kinerja
keuangan berdasarkan metode yang diinginkan. Pada masalah yang akan
diteliti disajikan data perkembangan laba operasional yang diambil dari
laporan keuangan PT Timah (Persero) Tbk. periode tahun 2011 s.d tahun
2013 dapat dilihat pada tabel I.2 yaitu sebagai berikut:
Tabel I.2 Perkembangan laba bersih PT Timah (Persero) Tbk. tahun 2011 – 2013
TahunLaba Bersih Perusahaan Setelah Pajak
Perkembangan/tahun(Dalam Jutaan Rupiah)
2011 896.806 0%2012 431.588 -51,87%2013 515.102 19,35%
Sumber: Laporan Keuangan PT Timah (Persero) Tbk. 2011-2013, diolah 2014
Perkembangan laba bersih PT Timah (Persero) Tbk. tahun 2011 s.d
2013 mengalami perubahan yang fluktuatif, dapat dilihat pada tahun 2012
laba bersih PT Timah (Persero) Tbk. mengalami penurunan yang
signifikan dengan angka 51,87%. Sedangkan pada tahun 2013 laba bersih
PT Timah (Persero) Tbk mengalami kenaikan sebesar 19,35%.
Perubahan pada perkembangan laba bersih PT Timah (Persero) Tbk
disebabkan karena adanya perubahan tentang tata cara kelola
penambangan dari pemerintah dan ketidakstabilan harga logam timah di
pasaran internasional dan pada sektor keuangan. Berdasarkan latar
belakang tersebut diperlukan pengukuran terhadap laporan keuangan untuk
melihat sejauh mana kinerja keuangan PT Timah (Persero) Tbk. Pada
manajemen saat ini pengukuran kinerja keuangan PT Timah (Persero) Tbk.
sudah diatur didalam PSAK NO.33 Revisi tahun 2011 Standar Akuntansi
Keuangan tentang Akuntansi Pertambangan Umum. Pengukuran kinerja
keuangan masih menggunakan rasio keuangan sebagai alat analisis untuk
BUMN Pertambangan. Dalam penelitian ini alat analisis rasio keuangan
yang digunakan adalah rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio
profitabilitas dan rasio penilaian.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Good Corporate Governance
Sebagai Variabel Pemoderasi pada PT Timah (Persero) Tbk.”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka untuk
memperjelas penelitian yang akan di bahas, penulis merumuskan
permasalahannya sebagai berikut:
a. Bagaimana pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan pada
PT Timah (Persero) Tbk.?
b. Bagaimana Good Corporate Governance memoderasi pengaruh
kinerja keuangan dan nilai perusahaan pada PT Timah (Persero) Tbk.?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah yang dilakukan penulis agar pembahasan dalam
penelitian tidak meluas adalah terbatas pada permasalahan:
a. Data laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan PT
Timah (Persero) Tbk. periode 2011-2013.
b. Menggunakan analisis rasio kinerja keuangan sebagai tolak ukur
kinerja keuangan PT Timah (Persero) Tbk. berdasarkan rasio
likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio
penilaian.
c. Menggunakan struktur kepemilikan institusional sebagai tolak ukur
Good Corporate Governance (GCG).
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh kinerja keuangan
terhadap nilai perusahaan pada PT Timah (Persero) Tbk.
b. Untuk menganalisis dan mengetahui Good Corporate Governance
mampu memoderasi pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai
perusahaan pada PT Timah (Persero) Tbk.
1.5 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah konsep dan teori
yang mendorong ilmu pengetahuan Manajemen Keuangan khususnya yang
berhubungan dengan kinerja keuangan, good corporate governance dan
nilai perusahaan
b. Manfaat Praktis
Dapat dijadikan pertimbangan perusahaan dalam mengambil
keputusan mengenai kinerja keuangan perusahaan serta dapat memberikan
tambahan informasi yang dapat memberikan motivasi dan inovasi untuk
menaikkan nilai perusahaan.
c. Manfaat Kebijakan
Dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah
daerah khususnya Bangka Belitung dalam memberikan kebijakan-
kebijakan yang berkaitan dengan tata cara kelola penambangan timah di
wilayah Bangka Belitung.
1.6 Sistematika Penulisan
Rencana sistematika yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini
dapat dirinci satu persatu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang pemilihan judul,
perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini diuraikan tentang landasan teori yang mendasari
penelitian, tinjauan umum mengenai variabel dalam penelitian,
pengembangan kerangka pemikiran serta hipotesis penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan tentang metodologi penelitian yang terdiri
dari pendekatan penelitian, tempat dan waktu penelitian, teknik
pengumulan data, definisi operasional dan teknik analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan tentang sejarah singkat perusahaan, visi dan
misi, struktur organisasi perusahaan. Pada bab ini juga diuraikan
tentang hasil penelitian yang akan dievaluasi dan dibahas dengan
menunjukan jawaban atas permasalahn yang dikemukakan yang
berisi perhitungan berdasarkan analisis rasio likuiditas, rasio
leverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio penilaian.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini diuraikan tentang kesimpulan dari hasil yang
diperoleh setelah dilakukan penelitian. Selain itu, disajikan saran
yang dapat menjadi pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Nilai Perusahaan
Memaksimumkan nilai perusahaan sama dengan memaksimumkan
harga pasar saham. Hal ini dapat dijelaskan secara sederhana sebagai
berikut: nilai perusahaan (V = value) adalah hutang (D = debt) ditambah
modal sendiri (E = equity). Jika hutang diasumsikan tetap, nilai perusahaan
naik maka modal sendiri akan naik. Naiknya modal sendiri akan
meningkatkan harga per lembar saham perusahaan (Lukas Setia Atmaja,
2008: 4).
Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi.
Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya
pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di
masa depan. Menurut Ross, et all (2009: 12), sasaran dari manajamen
keuangan adalah memaksimalkan nilai per lembar saham saat ini dari
saham yang ada. Sasaran memaksimalkan nilai saham akan
menghindarkan kita dari masalah-masalah yang terkait dengan berbagai
sasaran lainnya.
2.1.1 Tobin’s Q
Tobin’s Q menawarkan penjelasan nilai dari suatu perusahaan.
Tobin’s Q model mendefinisikan nilai perusahaan sebagai nilai kombinasi
antara aktiva berwujud dan aktiva tak berwujud. Pengukuran kinerja
dengan menggunakan Tobin’s Q tidak hanya memberikan gambaran pada
aspek fundamental saja, tetapi juga sejauh mana pasar menilai perusahaan
dari berbagai aspek yang dilihat oleh pihak luar termasuk investor.
Menurut Klapper dalam Tri Kartika (2009), Tobin’s Q dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
Q= ( (CP x Jumlah saham yang beredar )+(TL+1 ) )−CATA
Keterangan:
Q = Nilai Perusahaan
CP = Closing Price
TL = Total Liabilities
I = Inventory
CA = Current Assets
TA = Total Assets
Jika nilai Tobin’s Q lebih dari satu (Tobin’s Q > 1), maka nilai
pasar perusahaan lebih besar daripada nilai aktiva perusahaan yang tercatat
di laporan keuangan. Hal ini berarti bahwa pasar menilai baik perusahaan
sehingga perusahaan memiliki kesempatan untuk meningkatkan volume
perdagangan sahamnya. Jika Tobin’s Q sama dengan satu (Tobin’s Q = 1),
maka nilai pasar perusahaan sama dengan nilai aktiva perusahaan yang
tercatat. Apabila nilai Tobin’s Q kurang dari satu (Tobin’s Q < 1) berarti
biaya ganti aktiva lebih besar daripada nilai pasar perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa pasar menilai kurang perusahaan tersebut.
2.2 Laporan Keuangan
2.2.1 Definisi Laporan Keuangan.
Laporan keuangan didasarkan pada prinsip akuntansi keuangan
yang berusaha mencatat secara konsisten dan wajar setiap transaksi bisnis
dengan menggunakan prinsip biaya historis pada waktu transaksi terjadi
dan prinsip penandingan pendapatan dengan biaya melalui akrual dan
alokasi. Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang
menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh
informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan
perusahaan tersebut (Irham Fahmi, 2011: 2).
2.2.2 Kegunaan Laporan Keuangan
Menurut Munawir dalam Irham Fahmi (2011: 22), “Laporan
keuangan merupakan salah satu informasi keuangan yang bersumber dari
intern perusahaan yang bersangkutan.” Bahwa laporan keuangan utama
meliputi neraca, laporan laba rugi, dan laporan aliran kas serta footnotes
(merupakan bagian integral dari laporan keuangan). Lebih jauh Munawir
mengatakan “Pihak-pihak yang menginvestasikan modalnya
membutuhkan informasi tentang sejauh mana kelancaran aktivitas dan
profitabilitas perusahaan, potensi deviden, karena dengan informasi
tersebut pemegang saham dapat memutuskan untuk mempertahankan
sahamnya, menjual atau bahkan menambahnya”.
Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa bedasarkan data
laporan keuangan yang diperoleh dan disajikan oleh manajemen
perusahaan pihak investor atau pemilik saham perusahaan akan bisa
menganalisis bagaimana kondisi perusahaan serta prospek perusahaan
nantinya khususnya dari segi kemampuan profitabilitas yang akan
dihasilkan. Selain itu, dapat dijadikan sebagai alat prediksi untuk kondisi
di masa yang akan datang (forecast analyzing).
2.2.3 Keterbatasan Laporan Keuangan
Terdapat beberapa keterbatasan-keterbatasan dalam laporan
keuangan menurut Arief Sugiono dan Edy Untung (2008: 5) yaitu sebagai
berikut:
1. Laporan historis, pada prinsipnya laporan keuangan bukanlah
merupakan laporan final karena laba rugi yang sebenarnya (riil) hanya
dapat ditentukan apabila perusahaan dijual atau dilikuidasi.
2. Laporan keuangan disusun atas dasar periode waktu tertentu. Periode
satu tahun (dua belas bulan) dianggap sebagai periode akuntansi baku.
Alokasi pendapatan dan beban sepanjang periode itu dipengaruhi pula
adanya pertimbangan pribadi/subyektif. Transaksi-transaksi
pendapatan dan biaya yang terjadi terus menerus akan disusupi
laporan keuangan setiap tahunnya, jadi jelas bahwa laporan keuangan
itu tidak bersifat pasti dan tidak dapat diukur secara mutlak karena
akibat adanya contingent assetsand liabilities, dan deferred
maintenance.
3. Berdasarkan harga perolehan, laporan keuangan mencerminkan
transaksi-transaksi dari waktu ke waktu, selama jangka waktu tersebut
kemungkinan besar nilai rupiah sudah menurun (sebagai dampak dari
inflasi).
4. Fakta kuantitatif, laporan keuangan tidak memberikan gambaran yang
menyeluruh terhadap kondisi perusahaan dan tidak mencerminkan
semua faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan dan hasil usaha
karena tidak dapat diukur dalam satuan nilai uang.
2.3 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk
melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan
menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.
Seperti dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi
standar dan ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau
GAAP (General Acepted Accounting Principle) dan lainnya (Irham Fahmi,
2011: 2).
Ada kalanya kinerja keuangan mengalami penurunan. Untuk
memperbaiki hal tersebut, salah satu caranya adalah mengukur kinerja
keuangan dengan menganalisa laporan keuangan menggunakan rasio
keuangan. Hasil pengukuran terhadap pencapaian kinerja dijadikan dasar
bagi manajemen atau pengelola perusahaan untuk perbaikan kinerja pada
periode berikutnya. Pengukuran kinerja yang dilakukan setiap periode
waktu tertentu sangat bermanfaat untuk menilai kemajuan yang telah
dicapai perusahaan dan menghasilkan informasi yang sangat bermanfaat
untuk pengambilan keputusan manajemen serta mampu menciptakan nilai
perusahaan itu sendiri kepada para stakeholder.
2.4 Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi laporan
keuangan. Dari sudut pandang investor, analisa laporan keuangan
digunakan untuk memprediksi masa depan, sedangkan dari sudut pandang
manajemen, analisa laporan keuangan digunakan untuk membantu
mengantisipasi kondisi di masa depan dan yang lebih penting, sebagai titik
awal untuk perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi peristiwa di
masa depan (Brigham & Houston, 2001: 78).
Menurut Ross, et all, rasio keuangan (financial ratios) merupakan
hubungan yang dihitung dari informasi keuangan sebuah perusahaan dan
digunakan untuk tujuan perbandingan. Rasio-rasio tersebut merupakan
cara untuk membandingkan dan menyelidiki hubungan yang ada diantara
berbagai bagian informasi keuangan.
Dari pendapat diatas dapat dimengerti bahwa rasio keuangan dan
kinerja perusahaan mempunyai hubungan yang erat. Rasio keuangan ada
banyak jumlahnya dan setiap rasio itu mempunyai kegunaannya masing-
masing. Bagi investor ia akan melihat rasio dengan penggunaan yang
paling sesuai dengan analisis yang akan ia lakukan. Jika rasio
mempresentasikan tujuan dari analisis yang akan ia lakukan maka rasio
tersebut tidak akan dipergunakan, karena dalam konsep keuangan dikenal
dengan namanya fleksibelitas, artinya rumus atau berbagai bentuk formula
yang dipergunakan haruslah disesuaikan dengan kasus yang diteliti.
2.4.1 Keunggulan Analisis Rasio Keuangan
Menurut Sofyan Syafri Harahap dalam Irham Fahmi (2011: 109),
analisis rasio mempunyai keunggulan sebagai berikut:
a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan.
b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi uang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model perilaku (Z-score).
e. Menstandarisasi size perusahaan.
f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusaaan lain
atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time
series.
g. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di
masa yang akan datang.
Dipergunakannya analisis rasio keuangan dalam melihat suatu
perusahaan akan memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan dan
dapat dijadikan sebagai alat prediksi bagi perusahaan tersebut di masa
yang akan datang. Ini dikarenakan rasio keuangan juga memungkinkan
manajer keuangan memperkirakan reaksi kreditor dan investor dalam
memperkirakan bagaimana memperoleh kebutuhan dana, serta seberapa
besar dana sanggup diperoleh.
2.4.2 Kelemahan Analisis Rasio Keuangan
Menurut Irham Fahmi (2011: 110), ada beberapa kelemahan
dengan dipergunakannya analisis secara rasio keuangan yaitu:
a. Penggunaan rasio keuangan akan memberikan pengukuran yang
relative terhadap kondisi suatu perusahaan.
b. Analisis rasio keuangan hanya dapat dijadikan sebagai peringatan
awal dan bukan kesimpulan akhir.
c. Setiap data yang diperoleh yang dipergunakan dalam menganalisis
adalah bersumber dari laporan keuangan perusahaan.
d. Pengukuran rasio keuangan banyak yang bersifat artificial.
Terdapat beberapa jenis analisis rasio keuangan menurut para ahli,
sedangkan jenis rasio yang digunakan dalam dunia bisnis menurut Arief
Sugiono & Edy Untung (2008: 61) adalah rasio likuiditas, rasio leverage,
rasio aktivitas, rasio profitabilitas serta rasio penilaian.
2.4.3 Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Menurut Irham Fahmi (2011: 121), rasio likuiditas (liquidity ratio)
adalah kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya secara tepat waktu. Hal utama yang diukur adalah kemampuan
perusahaan untuk melunasi tagihan-tagihannya dalam jangka pendek tanpa
tekanan yang berlebihan. Oleh karena itu, rasio ini memfokuskan pada
asset lancar dan kewajiban lancar.
Menurut Munawir (2010: 74), rasio cepat (quick ratio/acid test
ratio) merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan,
karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir
sebagai uang kas dan menganggap bahwa piutang segera dapat direalisir
sebagai uang kas.
Quick Ratio=Current Assets−inventoriesCurrent Liabilities
2.4.4 Rasio Leverage (Leverage Ratio)
Menurut Irham Fahmi (2011: 127), rasio leverage adalah mengukur
seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang
terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan
masuk dalam kategori extreme leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaaan
terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban
utang tersebut. Karena itu sebaiknya perusahaan harus menyeimbangkan
berapa utang yang layak diambil dan dari mana sumber-sumber yang dapat
dipakai untuk membayar utang. Rasio leverage terdiri dari debt ratio,
financial ratio, fixed charge coverage ratio dan cash flow coverage (Arief
Sugiono & Edy Untung, 2008: 63).
Rasio financial leverage ratio juga dikenal dengan sebutan DER
(Debt to Equity Ratio). Joel G. Siegel dan Jae K. Shim dalam Irham Fahmi
(2011: 128) mendefinisikannya sebagai “Ukuran yang dipakai dalam
menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan
yang tersedia untuk kreditor.” Adapun rumus debt to equity ratio adalah:
Financial Leverage / DER= Total LiabilitiesTotal Shareholders Equity
Shareholder’s equity diperoleh dari total asset dikurangi total
hutang. Lebih jauh James C. Van Horne dan John M. Wachowicz dalam
Irham Fahmi (2011: 63) mengatakan “Alternatively, the book value of a
company’s common stock (at par) plus additional paid-in capital and
retained earnings”. Dalam persoalan debt to equity ratio ini yang perlu
dipahami bahwa, tidak ada batasan yang aman bagi suatu perusahaan,
namun untuk konservatif biasanya debt to equity ratio yang lewat 66%
atau 2/3 sudah dianggap beresiko..
2.4.5 Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana
suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna
menunjang aktivitas perusahaan, dimana penggunaan aktivitas ini
dilakukan secara sangat maksimal dengan maksud memperoleh hasil yang
maksimal. Rasio ini juga disebut sebagai asset management ratio (Irham
Fahmi, 2011: 132). Menurut Irham Fahmi (2011: 65), rasio aktivitas secara
umum ada 4 (empat), yaitu inventory turnover (perputaran persediaan),
rata-rata pencairan piutang, fixed asset turnover (perputaran aktiva tetap),
dan total asset turnover (perputaran total asset).
Menurut Irham Fahmi (2011: 135), rasio perputaran total aset
melihat sejauh mana keseluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan
terjadi perputaran secara efektif. Sedangkan menurut Brigham dan
Houston (2001: 83), rasio perputaran total aktiva mengukur perputaran
semua aktiva perusahaan dengan cara membagi penjualan dengan total
aktiva. Secara umum, semakin besar rasio ini akan semakin bagus karena
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengelola aset.
Asset Turnover= SalesTotal Assets
2.4.6 Rasio Profitabilitas/Rentabilitas (Profitability Ratio)
Menurut Arief Sugiono dan Edy Untung (2008: 70), rasio
profitabilitas bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen yang
tercermin pada imbalan atas hasil investasi melalui kegiatan perusahaan
atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan
efisiensi dalam pengelolaan kewajiban dan modal. Semakin baik rasio
profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya
perolehan keuntungan perusahaan. Rasio profitabilitas secara umum ada 4
(empat), yaitu gross profit margin, net profit margin, return on investment
(ROI), dan return on equity (Irham Fahmi, 2011: 135)
Rasio return on equity (ROE) disebut juga dengan laba atas equity.
Di beberapa referensi disebut juga dengan rasio total asset turnover atau
perputaran total asset. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan
mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan
laba atas ekuitas (Irham Fahmi, 2011: 137). Rasio ini mengukur tingkat
pengembalian dari bisnis atas seluruh modal yang ada. ROE merupakan
salah satu indikator yang digunakan pemegang saham untuk mengukur
keberhasilan bisnis yang dijalani. Menurut Arief dan Edy, rasio ini dapat
disebut juga dengan istilah rentabilitas modal sendiri. Adapun rumus
return on equity (ROE) adalah:
ROE= Laba bersihTotal Ekuitas
2.4.7 Rasio Penilaian (Valuation Ratio)
Menurut Brigham dan Houston (2001: 91), rasio ini memberikan
manajemen petunjuk mengenai apa yang dipikirkan investor atas kinerja
perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang. Jika rasio
likuiditas, manajemen aktiva, manajemen utang dan profitabilitas baik,
maka kemudian rasio nilai pasar akan menjadi tinggi dan harga saham
akan setinggi yang diharapkan. Rasio penilaian terdiri dari price earning
ratio dan price to book value.
Menurut Arief Sugiono dan Edy Untung (2008: 74), PVB
menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu
perusahaan. Makin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek
perusahaan tersebut.
PBV =Harga Pasar SahamBVS
Dimana nilai buku saham (book value per share/BVS) dhitung dengan:
BVS= Total EkuitasJumlah Lembar Saham
Sebagai suatu perusahaan yang memiliki manajemen yang baik
maka diharapkan PBV dari perusahaan tersebut setidaknya adalah satu
atau dengan kata lain diatas dari nilai bukunya. Jika PVB perusahaan
dibawah satu, maka kita dapat menilai bahwa harga saham tersebut adalah
dibawah nilai buku (under value) (Arief & Edy, 2008: 74).
2.5 Good Corporate Governance (CGC)
2.5.1 Definisi Good Corporate Governance (GCG)
Pengertian corporate governance menurut Turnbull Report di
Inggris (April 1999) yang dikutip oleh Tsuguoki Fujinuma dalam Muh.
Arief Effendi (2009: 1) adalah sebagai berikut:
”Corporate governance is a company’s system of internal control, which has as its principal aim the management of risks that are significant to the fulfilment of its business objectives, with a view to safe guarding the company’s assets and enchancing over time the value of the shareholders investment.”
Berdasarkan pengertian diatas, corporate governance didefinisikan
sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki
tujuan utama mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan
bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai
investasi pemegang saham dalam jangka panjang.
2.5.2 Prinsip-prinsip dalam Good Corporate Governance (GCG)
Muh. Arief Effendi (2009: 4) menyatakan bahwa prinsip-prinsip
Good Corporate Governance sesuai Pasal 3 Surat Keputusan Menteri
BUMN No. 117/M-MBU/2002 Tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan
Good Corporate Governance pada BUMN sebagai berikut:
1. Transparansi (transparency)
Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan
pengungkapan informasi materil yang relevan mengenai perusahaan.
2. Pengungkapan (disclosure)
Penyajian informasi kepada para pemangku kepentingan, baik diminta
maupun tidak diminta, mengenai hal-hal yang berkenaan dengan
kinerja operasional, keuangan, dan risiko usaha perusahaan.
3. Kemandirian (independence)
Suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa
konflik kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun
yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan
prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
4. Akuntabilitas (accountability)
Kejelasan fungsi, pelaksanaan, serta pertanggungjawaban manajemen
perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif
dan ekonomis.
5. Pertanggungjawaban (responsibility)
Kesesuaian pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
6. Kewajaran (fairness)
Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak pemangku
kepentingan yang timbul sebagai akibat dari eprjanjian dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Untuk mewujudkan terciptanya Good Corporate Governance,
prinsip-prinsip tersebut harus dapat dicapai oleh perusahaan dengan
adanya kerjasama yang baik dari berbagai pihak, baik di dalam peraturan
yang berlaku untuk dapat memberikan manfaat kepada kondisi keuangan
perusahaan.
2.5.3 Kepemilikan Institusional
Pengertian kepemilikan institusional menurut Shien, et. al (2006)
dalam Jurnal Ekonomi Hadi Muttaqin (2013) adalah kepemilikan saham
oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi
luar negeri, dana perwalian dan institusi lainnya pada akhir tahun.
Kepemilikan Institusional=Kepemilikan saham olehinstitusiJumlah saham beredar
Adanya kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan
mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja
manajemen karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan
yang dapat digunakan mendukung kinerja manajemen. Selain itu, menurut
Muh. Arief Effendi (2009: 9), peran direksi dan komisaris juga sangat
penting dan cukup menentukan bagi keberhasilan implementasi Good
Corporate Governance. Diperlukan komitmen penuh dari dewan direksi
dan komisaris agar impelemtasi Good Corporate Governance dapat
berjalan dengan lancar sesuai harapan.
2.5.4 Teori Agensi (Principal-Agency Theory)
Teori Keagenan (agency theory) memunculkan argumentasi
terhadap adanya konflik antara pemilik yaitu pemegang saham dengan
para manajer. Konflik tersebut muncul sebagai akibat perbedaan
kepentingan di antara kedua belah pihak. Hubungan keagenan (agency
relationship) terjadi ketika seseorang (pemilik) mempekerjakan orang lain
(agen) untuk mewakili kepentinganya (Ross, et all, 2009: 15).
Jensen dan Meckling (1976) dalam A. Prasetyantoko (2008: 26)
menjelaskan bahwa pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan
perusahaan akan selalu diikuti oleh munculnya biaya akibat tidak
sinkronnya kepentingan antara pemilik dan pengelola. Biaya tersebut
dinamakan agency cost. Salah satu implikasi penting dari masalah agensi
ini menyangkut kebijakan keuangan perusahaan, terutama terhadap dua
pilihan apakah akan menggunakan utang atau modal sendiri (equity) untuk
membiayai kegiatan usaha.
2.6 Penelitian Terdahulu
Sebagai pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan
beberapa penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis
baca dan dijadikan sebagai referensi diantaranya:
Tabel II.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama dan Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan dan
Perbedaan
Sumber
1. Tri Kartika Pertiwi dan Ferry Madi Ika Pratama (2012)Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Food and Beverage
Alat analisis:- Tobin’s Q- ROA- Kepemilikan
Manajerial- MRA- Uji Parsial (Uji
T)- Uji Ketepatan
Model (Uji F)- Koefisien
Determinasi (R²)
Dalam penelitian ini terdapat dua kesimpulan yang dapat diambil diantaranya:1. Kinerja keuangan yang diukur
dengan ROA mampu meningkatkan nilai perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Good Corporate Governance tidak mampu memoderasi pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Disebabkan oleh karena struktur kepemilikan manajerial di Indonesia masih sangat kecil dan didominasi oleh keluarga.
Y : Nilai PerusahaanX1 : Kinerja Keuangan (ROA)M : GCG
Http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/view/18554
2. Thomas S. Kaihatu (2006)Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia
Studi Kepustakaan
Dalam penelitian ini terdapat konsep yang menekankan padadua hal yakni, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya, dan kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.
Http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/view/16505
3. Retno Endah Puspitasari (2012)Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan
Alat analisis:- ROE- CSR- Kepemilikan
Manajerial- Tobin’s Q- Uji Asumsi
Klasik
Dalam penelitian ini terdapat tiga kesimpulan diantaranya:1. Kinerja keuangan
berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.
2. Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility tidak memoderasi hubungan antara
Y : Nilai PerusahaanX1 : Kinerja Keuangan (ROE)M1 : CSRM2 : GCG
Http://journal.unsil.ac.id/jurnalunsil-226-.html
dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi (Sensus Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia)
- MRA Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan.
3. Pengungkapan Good Corporate Governance tidak memoderasi hubungan antara Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan.
4. Maria Praptiningsih (2009)Corporate Governance and Performance of Banking Firm: Evidence From Indonesia, Thailand, Philippines and Malaysia
Alat analisis:- Uji Hausman
Penelitian ini menemukan bahwahanya pemegang saham asing yang mewakili mekanisme kepemilikan monitoring secara signifikan berhubungan negatif dengan kinerja perusahaan. Argumen dasarnya adalah bahwa tata kelola perusahaan yang masih penting untuk mencapai tujuan para pemegang sahamserta stakeholder dan tujuan perusahaan.
Y : Kinerja BankX1 : GCG
Http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/view/17749
5. Akodo Robinah (2008)Corporate Governance and Financial Performance of Public Universities in Guanda
Alat analisis:- Uji Chi-square- Analisis
Varians- Korelasi
Spearman- Regresi
Berganda
Dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan antara lain:1. Hubungan antara variabel
Corporate Governance dan peran dewan, menunjukkan hubungan positif yang signifikan.
2. Ukuran dewan, kebijakan dan pengambilan keputusan sebagai aspek Corporate Governance memiliki efek positif pada peran dewan.
3. Hubungan antara efektivitas dewan dan kinerja keuangan adalah bahwa papan (dewan dan senat) memberikan kontribusi terhadap kinerja universitas publik mereka secara langsung maupun control.
4. Tata kelola perusahaan positif memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan Universitas publik melalui peran papan dan efektivitas papan.
Y : Kinerja KeuanganX1 : GCG
Http://ahero.uwc.ac.za/index.php/
Sumber: diolah oleh peneliti (2014)
2.7 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang maka dapat digambarkan kerangka
teori pemikiran sebagai berikut mengenai hubungan antara kinerja
keuangan sebagai variabel independen dan nilai perusahaan sebagai
variabel dependen dengan pengungkapan Good Corporate Governance
sebagai variabel pemoderasi.
Gambar II.1 Kerangka Pemikiran
Sumber: Ghozali, Tri dan Ferry, dimodifikasi 2014
2.8 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka penelitian ini akan
menguji hipotesis antara lain:
H1 : Kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
H2 : Good Corporate Governance mempengaruhi hubungan kinerja
keuangan terhadap nilai perusahaan.
Kinerja Keuangan (X1)
Rasio likuiditasRasio leverageRasio aktivaRasio profitabilitasRasio penilaian
Good Corporate Governance (Z)
(Kepemilikan Institusional)
Nilai Perusahaan (Y)
(Tobin’s Q)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini merupakan pendekatan kuantitatif.
Dalam penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut
menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap
data tersebut, serta penampilan dari hasilnya (Suharsimi Arikunto, 2010:
27).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT Timah (Persero) Tbk. yang
merupakan salah satu BUMN yang bergerak di bidang pertambangan
timah, batubara, aspal, nikel dan bijih besi. PT Timah (Persero) Tbk.
terletak di Kota Pangkalpinang dan berlokasi di Jl. Jend. Sudirman No. 51.
Penelitian ini dilakukan sejak bulan Juni 2014 sampai dengan selesai.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis Data
Pada penelitian di PT Timah (Persero) Tbk., peneliti menggunakan
data sekunder laporan laba rugi dan laporan tahunan perusahaan selama
periode 2011-2013.
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data digunakan metode pengumpulan data
sebagai berikut:
a. Studi Kepustakaan (library research)
Metode ini merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memperoleh informasi dari buku-buku maupun jurnal-
jurnal di media internet sesuai dengan judul yang berkaitan dengan
penelitian ini.
b. Dokumentasi
Metode ini merupakan cara pengumpulan data melalui dokumen-
dokumen yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Data tersebut
berupa laporan keuangan PT Timah (Persero) Tbk. periode 2011-
2013.
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam pembahasan pada
penelitian ini adalah analisis data yang bersifat kuantitatif digunakan untuk
mengetahui bagaimana kinerja keuangan yang ada pada PT Timah
(Persero) Tbk., penulis akan menghitung bagaimana nilai perusahaan
dengan menggunakan penilaian ekuitas dan penilaian pasar, mengukur
kinerja perusahaan mengelola aset, kewajiban, serta modal dengan
menggunakan analisis rasio keuangan agar perusahaan mampu
menciptakan kinerja yang baik dimasa sekarang ataupun masa yang akan
datang serta menghitung persentase kepemilikan institusional pada PT
Timah (Persero) Tbk. Tahun 2011-2013.
3.4.1 Analisis Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance dan
Nilai Perusahaan
1. Analisis Kinerja Keuangan
Dalam penelitian ini digunakan analisis kinerja keuangan yang
diukur dengan menggunakan alat analisis rasio keuangan diantarannya
rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio
penilaian.
a. Rasio Likuiditas
Menurut Irham Fahmi (2011: 121), rasio likuiditas (liquidity ratio)
adalah kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya secara tepat waktu. Untuk mengukur rasio likuiditas dapat
menggunakan rumus quick ratio sebagai berikut:
Quick Ratio=Current Assets−invent oriesCurrent Liabilities
b. Rasio Leverage
Menurut Irham Fahmi (2011: 127), rasio leverage adalah mengukur
seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Rasio leverage
bertujuan untuk menganalisa pembelanjaan yang dilakukan berupa
komposisi utang dan modal serta kemampuan perusahaan untuk membayar
bunga dan beban tetap lainnya. Untuk mengukur rasio leverage dapat
menggunakan rumus financial ratio/DER sebagai berikut:
Financial Leverage / DER= Total LiabilitiesTotal Shareholders Equity
c. Rasio Aktivitas (activity ratio)
Menurut Irham Fahmi (2011: 132), rasio aktivitas adalah rasio yang
menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber
daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan, dimana
penggunaan aktivitas ini dilakukan secara sangat maksimal dengan
maksud memperoleh hasil yang maksimal. Untuk mengukur rasio aktivitas
dapat menggunakan rumus assets turnover sebagai berikut:
Asset Turnover= SalesTotal Assets
d. Rasio Profitabilitas/Rentabilitas
Menurut Arief dan Edy (2008: 70), rasio profitabilitas bertujuan
untuk mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan atas
hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau dengan kata lain
mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi dalam
pengelolaan kewajiban dan modal. Semakin baik rasio profitabilitas maka
semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan
keuntungan perusahaan. Untuk mengukur rasio profitabilitas dapat
menggunakan rumus Return on Equity (ROE) sebagai berikut:
ROE= Laba bersihTotal Ekuitas
e. Rasio Penilaian
Rasio penilaian bertujuan menjadi tolok ukur yang mengaitkan
hubungan antara harga saham biasa dengan pendapatan perusahaaan dan
nilai buku saham atau mencerminkan performance perusahaan secara
keseluruhan. Menurut Brigham dan Houston (2001: 91), rasio ini
memberikan manajemen petunjuk mengenai apa yang dipikirkan investor
atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang.
Untuk mengukur rasio penilaian dapat menggunakan rumus Price to Book
Value (PBV) sebagai berikut:
PVB= HargaPasar SahamBVS
BVS= Total EkuitasJumlah Lembar Saham
2. Good Corporate Governance
Good Corporate Governance (GCG) merupakan kumpulan hukum,
peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong
kinerja sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna
menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi
para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.
Dalam penelitian ini, Good Corporate Governance akan diproksikan
dengan kepemilikan institusional dengan rumus sebagai berikut:
Kepemilikan Institusional=Kepemilikan saham oleh suatu InstitusiJumlah saham yang beredar
3. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan tujuan pokok yang ingin dicapai
perusahaan. Jika perusahaan berjalan dengan baik, maka nilai perusahaan
akan meningkat atau dapat dikatakan memaksimalkan harga saham, harga
saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan
yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja
perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan.
Adapun rasio yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan dalam
penelitian ini adalah Tobin’s Q dengan rumus sebagai berikut:
Q=( (CP x Jumlah saham yang beredar )+(TL+1 ) )−CA
TA
3.4.2 Analisis Statistic Descriptive
Dalam penelitian ini digunakan analisis statistic descriptive untuk
memberikan gambaran atau deskripsi dari data yang dianalisis meliputi
nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean), standar deviasi, kurtosis
dan skewness (kemiringan distribusi) (Ghozali, 2013).
3.4.3 Pengujian Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini digunakan uji asumsi klasik yang dilakukan
untuk mengetahui kelayakan dari suatu model regresi. Sebelum melakukan
analisis regresi dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Dalam
penelitian ini, uji asumsi klasik yang digunakan antara lain uji normalitas,
uji multikolonieritas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi.
3.4.3.1 Uji Normalitas
Model regresi yang baik adalah data yang berdistribusi normal atau
mendekati normal. Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal
atau tidak, penelitian ini menggunakan dua cara yaitu analisis grafik dan
analisis statistik dengan Kolgomorov-Smirnov (K-S) (Ghozali, 2012).
1. Analsis Grafik
Dengan menggunakan grafik histogram atau grafik normal plot. Dasar
pengambilan keputusan (Ghozali, 2012):
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi
asumsi normalitas.
2. Analisis Statistik
Uji normalitas dengan menggunakan grafik belum dapat dipastikan
bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Oleh sebab itu,
dilakukan analisis statistik dengan uji statistik non-parametrik
Kolgomorov-Smirnov (K-S). Dasar pengambilan keputusan (Ghozali,
2012):
a. Apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0.05, maka H0
ditolak. Hal ini berarti data residual tidak berdistribusi normal.
b. Apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0.05, maka H0
diterima. Hal ini berarti data residual berdistribusi normal.
3.4.3.2 Uji Multikolonearitas
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel bebas. Uji multikolonearitas dapat dideteksi dengan menghitung
koefisien ganda dan membandingkannya dengan keofisien korelasi antar
variabel bebas (Joko Sulistyo, 2011: 56). Uji multikolonearitas dengan
SPSS dilakukan dengan uji regresi, dengan nilai patokan VIF (Variance
Inflation Factor) dan koefisien korelasi antar variabel bebas. Kriteria yang
digunakan adalah:
1. Jika nilai VIF di sekitar angka 1 atau memiliki toleransi mendekati 1,
maka dikatakan tidak terdapat masalah multikolonearitas.
2. Jika koefisien korelasi antar variabel bebas kurang dari 0.5, maka tidak
terdapat masalah kolinearitas.
3.4.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu
salah satunya adalah melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel
terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada
tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana
sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, sumbu X adalah residual (Y
prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali, 2013).
3.4.3.4 Uji Autokorelasi
Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi korelasi. Ada
beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
problem autokorelasi pada model regresi yaitu dengan menggunakan uji
statistik Durbin-Watson, uji runs test. Untuk uji Durbin-Watson kita akan
membandingkan hasil DW statistik dan DW table. Jika DW statistik > DW
table, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat masalah autokorelasi.
Sedangkan pada uji runs test jika diperoleh nilai signifikansi > 0.05, maka
dapat disimpulkan bahwa data kita memenuhi asumsi klasik autokorelasi
(Hengky & Selva, 2013: 73).
3.4.4 Variabel Moderasi
Dalam penelitian ini menggunakan good corporate governance
sebagai variabel moderasi. Ghozali (2013: 223) mendefinisikan variabel
moderasi adalah variabel independen yang akan memperkuat atau
memperlemah hubungan antara variabel independen lainnya terhadap
variabel dependen.
Sharma et all (1981) dalam Ghozali (2013: 224) mengelompokkan
variabel moderator menjadi tiga kelompok seperti terlihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel III.2 Jenis-Jenis Variabel Moderator
Berhubungan dengan criterion dan/atau
prediktor
Tidak berhubungan dengan criterion dan
prediktorTidak berinteraksi dengan predictor
Intervening, Exogen, Antesedent, Prediktor
Moderator(Homologizer)
Berinteraksi dengan predictor
Moderator(Quasi Moderator)
Moderator(Pure Moderator)
Sumber: Ghozali, 2014
3.4.5 Uji Efek Moderasi
Untuk menjawab rumusan masalah nomor 1 dan 2 digunakan uji
efek moderasi. Efek moderasi menunjukkan interaksi antara variabel
independen dengan variabel moderator dalam mempengaruhi variabel
dependen (Hengky & Selva, 2013: 98). Terdapat tiga langkah dalam
pengujian efek moderasi yaitu:
1. Langkah pertama, menguji pengaruh Kinerja Keuangan (X) ke Nilai
Perusahaan (Y) (pengaruh variabel independen ke variabel dependen)
dan harus signifikan pada P < 0.05.
2. Langkah kedua, menguji pengaruh Good Corporate Governance (Z)
ke Nilai Perusahaan (Y) (pengaruh variabel moderasi ke variabel
dependen) dan harus signifikan pada P < 0.05.
3. Langkah ketiga, menguji pengaruh variabel interaksi (perkalian antara
variabel independen dan variabel moderator) terhadap variabel
dependen (Y) dan harus signifikan pada P < 0.05. Sedangkan efek
utama tidak signifikan.
3.4.5.1 Moderated Regression Analysis (MRA)
Moderated Regression Analysis (MRA) atau uji interaksi
merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam
persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau
lebih variabel independen) dengan rumus persamaan sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3 X1*X2 + ɛ
Dimana:
Y = Nilai Perusahaan
α = Konstanta atau Intercept
β = Koefisien variabel independen
X1 = Kinerja Keuangan
X2 = Good Corporate Governance
X1X2 = Kinerja Keuangan*Good Corporate Governance
ɛ = Error
3.4.6 Koefisien Determinasi
Dalam penelitian ini koefisien determinasi (R²) digunakan untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel-
variabel dependen. Jika R² semakin besar (mendekati satu) maka pengaruh
variabel bebas adalah besar terhadap variabel terikat. Sedangkan, jika R²
kecil maka pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat sangat kecil
(Ghozali, 2012).
3.4.7 Uji Hipotesis
1. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik T)
Dalam penelitian ini digunakan uji statistik T untuk menunjukkan
seberapa besar pengaruh variabel bebas secara individual dalam
menerangkan variabel terikat. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah
apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau : H0 : bi = 0 artinya,
secara individual variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat. Hipotesis alternatifnya (HA) parameter suatu variabel
tidak sama dengan nol, atau:
HA : bi_0
Artinya variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
Kriteria pengambilan keputusan :
H0 diterima jika Thitung < Ttabel pada _= 5%
H0 ditolak jika Thitung > Ttabel pada _= 5%
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Dalam penelitian ini digunakan uji statistik F untuk menunjukkan
apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.
H0 : b₁ = b₂ = …… = bk = 0
Artinya, secara bersama-sama semua variabel bebas tidak berpengaruh
terhadap variabel terikat.
HA : b₁ _ b₂_ …… = bk _ 0
Artinya, semua variabel bebas secara simultan berpengaruh terhadap
variabel terikat.
Kriteria pengambilan keputusan:
H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada _= 5%
H0 ditolak jika Fhitung > Ftabel pada _= 5%
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum PT Timah (Persero) Tbk.
PT Timah (Persero) Tbk adalah perusahaan penghasil logam timah
yang merupakan salah satu penambangan timah terintegrasi terbesar di
dunia. Komoditas PT Timah yang utama adalah logam timah, sementara
produk-produk lainnya meliputi produk spesifik berbasis timah (tin solder,
tin chemical), batubara, dan jasa perkapalan. Wilayah izin usaha
penambangan PT Timah meliputi Provinsi Bangka Belitung dan
Kepulauan Riau, dengan sejumlah operasi sekundernya berlokasi di
Provinsi Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Banten, dan DKI
Jakarta. PT Timah berkantor pusat di Pangkalpinang, Bangka, Indonesia,
dan sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dengan kode
emiten ‘TINS’.
4.1.1 Sejarah Singkat PT Timah (Persero) Tbk.
Sejak tahun 1953-1958 terdapat Tiga perusahaan tambang timah
Belanda di Indonesia dinasionalisasikan menjadi Perusahaan Negara (PN)
Tambang Timah Bangka, Belitung, dan Singkep. Pada tahun 1968 Ketiga
perusahaan tersebut dikonsolidasikan menjadi badan usaha baru bernama
Perusahaan Negara (PN) Tambang Timah. Kemudian pada tahun 1976
status PN Tambang Timah dan Proyek Peleburan Timah Mentok diubah
menjadi PT Tambang Timah (Persero) yang seluruh sahamnya dimiliki
Negara Republik Indonesia.
Tahun 1995 PT Tambang Timah (Persero) mencatatkan sahamnya
di Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya dan London Stock Exchange,
dan berubah nama menjadi PT TIMAH (Persero) Tbk. Pada tahun 2007
perusahaan menerima Indonesia Sustainability Reporting Award 2007 -
Commendation for Sustainability Reporting, First Time Sustainability
Report 2006, dari Ikatan Akuntan Indonesia - Kompartemen Akuntan.
4.1.2 Visi, Misi dan Nilai PT Timah (Persero) Tbk
Visi: Menjadi perusahaan pertambangan terkemuka di dunia yang
ramah lingkungan.
Misi:
1. Membangun sumber daya manusia yang tangguh, unggul, dan
bermartabat.
2. Melaksanakan tata kelola pertambangan yang baik dan benar.
3. Mengoptimalkan nilai perusahaan dan kontribusi terhadap pemegang
saham serta tanggung jawab sosial.
Nilai:
Dalam menjalankan usahanya, seluruh elemen PT Timah (Persero) Tbk
dan Anak Perusahaan menjunjung tinggi: Integritas, Komitmen, Terbuka,
Rasional dan Visioner.
4.2 Analisis Data
4.2.1 Kinerja Keuangan
1. Rasio Likuiditas
Berdasarkan perhitungan quick ratio PT Timah (Persero) Tbk.
tahun 2011-2013 diatas dapat disajikan dalam gambar IV.1 sebagai
berikut:
Gambar IV.1 Rasio Likuiditas PT Timah (Persero) Tbk. Tahun 2011-2013
2011 2012 2013
1.5
2.37
1.19
Quick Ratio
Sumber: Laporan Tahunan PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011-2013, diolah, 2014
2. Rasio Leverage
Berdasarkan perhitungan DER pada PT Timah (Persero) Tbk.
tahun 2011-2013 diatas dapat disajikan dalam gambar IV.2 sebagai
berikut:
Gambar IV.2 Rasio Leverage PT Timah (Persero) Tbk. Tahun 2011-2013
2011 2012 2013
42.89%34.48%
61.14%
DER
Sumber: Laporan Tahunan PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011-2013, diolah, 2014
3. Rasio Aktivitas
Berdasarkan perhitungan Assets Turnover pada PT Timah
(Persero) Tbk. tahun 2011-2013 diatas dapat disajikan dalam gambar IV.3
sebagai berikut:
Gambar IV.3 Rasio Aktivitas PT Timah (Persero) Tbk. Tahun 2011-2013
2011 2012 2013
1.24 1.2
0.74
Assets Turnover
Sumber: Laporan Tahunan PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011-2013, diolah, 2014
4. Rasio Profitabilitas
Berdasarkan perhitungan ROE pada PT Timah (Persero) Tbk.
tahun 2011-2013 diatas dapat disajikan dalam gambar IV.4 sebagai
berikut:
Gambar IV.4 Rasio Profitabilitas PT Timah (Persero) Tbk. Tahun 2011-2013
2011 2012 2013
19.50%
9.47% 10.53%
ROE
Sumber: Laporan Tahunan PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011-2013, diolah, 2014
5. Rasio Penilaian
Berdasarkan perhitungan PBV pada PT Timah (Persero) Tbk.
tahun 2011-2013 diatas dapat disajikan dalam gambar IV.5 sebagai
berikut:
Gambar IV.5 Rasio Penilaian PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011-2013
2011 2012 2013
1.82
1.7
1.65
Price to Book Value
Sumber: Laporan Tahunan PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011-2013, diolah, 2014
4.2.2 Good Corporate Governance
Berdasarkan komposisi kepemilikan saham tahun 2011 pada PT
Timah (Persero) Tbk. dapat disajikan dalam gambar IV.6 sebagai berikut:
Gambar IV.6 Komposisi Kepemilikan Saham PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011
Negara RI65%Perorangan In-
donesia11%
Perseroan Terbatas14%
Perorangan Asing0%
Badan Usaha Asing10%
Komposisi Kepemilikan Saham PT Timah Tahun 2011
Sumber: Laporan Tahunan PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011, 2014
Berdasarkan komposisi kepemilikan saham tahun 2012 pada PT
Timah (Persero) Tbk. dapat disajikan dalam gambar IV.7 sebagai berikut:
Gambar IV.7 Komposisi Kepemilikan Saham PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2012
Negara RI65%Perorangan Indonesia
11%
Perseroan Terbatas13%
Perorangan Asing0%
Badan Usaha Asing12%
Komposisi Kepemilikan Saham PT Timah Tahun 2012
Sumber: Laporan Tahunan PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2012, 2014
Berdasarkan komposisi kepemilikan saham tahun 2013 pada PT
Timah (Persero) Tbk. dapat disajikan dalam gambar IV.8 sebagai berikut:
Gambar IV.8 Komposisi Kepemilikan Saham PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2013
Negara RI65%
Perorangan In-donesia
3%
Perseroan Terbatas
28%
Perorangan Asing0%
Badan Usaha Asing4%
Komposisi Kepemilikan Saham PT Timah Tahun 2013
Sumber: Laporan Tahunan PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2013, 2014
4.2.3 Nilai Perusahaan
Berdasarkan perhitungan Tobin’s Q pada PT Timah (Persero) Tbk.
tahun 2011-2013 diatas dapat disajikan dalam gambar IV.9 sebagai
berikut:
Gambar IV.9 Nilai Perusahaan PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011-2013
2011 2012 2013
1.251.14
1.03
Tobin's Q
Sumber: Laporan Tahunan PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011-2013, diolah, 2014
4.2.4 Analisis Descriptive Statistics
Adapun hasil olahan data SPSS dalam bentuk descriptive statistics
akan menampilkan karakteristik sampel yang digunakan di dalam
penelitian ini antara lain meliputi jumlah sampel (N), range, minimum dan
maximum, rata-rata sampel (mean) dan standar deviasi untuk masing-
masing variabel yang disajikan dalam Tabel IV.1 berikut:
Tabel IV.1 Descriptive Statistics Kinerja Keuangan, Good Corporate
Governance, Interaksi1 dan Nilai Perusahaan
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum MeanStd.
Deviation Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic StatisticStd. Error Statistic
Std. Error
Kinerja Keuangan 36 36.55 68.07 104.62 82.7617 11.89032 .683 .393 -1.131 .768
Good Corporate Governance
36 .21 .03 .24 .1233 .08854 .399 .393 -1.544 .768
Iinteraksi1 36 23.07 2.04 25.11 11.0921 9.15521 .568 .393 -1.477 .768
Nilai Perusahaan 36 18.13 7.90 26.03 15.7611 5.06633 .616 .393 -.672 .768
Valid N (listwise) 36
Sumber: Laporan Tahunan PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011-2013, data diolah, 2014
4.2.5 Uji Asumsi Klasik
4.2.5.1 Uji Normalitas
1. Analisis Grafik
Gambar IV.10 Histogram Uji Normalitas
Sumber: Ikhtisar Laporan Keuangan PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011-2013, data diolah, 2014
Dengan melihat tampilan histogram uji normalitas di atas, dapat
disimpulkan bahwa histogram menunjukkan pola distribusi normal.
Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot
yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Grafik
normal probability plot terlihat pada Gambar IV.11 berikut ini:
Gambar IV.11 PP-Plot Kinerja Keuangan dan Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan
Sumber: Ikhtisar Laporan Keuangan PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011-2013, data diolah, 2014
Pada grafik normal probability plot di atas terlihat bahwa titik-titik
menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah
garis diagonal. Dari kedua grafik tersebut maka dapat dinyatakan bahwa
model regresi pada penelitian ini memenuhi normalitas.
2. Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S)
Uji statistik pada penelitian ini menggunakan uji statistik
Kolmogorov-Smirnov (K-S). hasil uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-
S) dapat dilihat dalam tabel IV.2 sebagai berikut:
Tabel IV.2 Hasil Uji Kolmogorov-SmirnovOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized ResidualN 35
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .13263035Most Extreme Differences Absolute .106
Positive .106Negative -.086
Test Statistic .106
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.
Sumber: Ikhtisar Laporan Keuangan PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011-2013, data diolah, 2014
Tabel IV.2 di atas menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov
yang diperoleh adalah 0,106 untuk data residual dengan tingkat
signifikansi 0,200 atau > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pola distribusi normal distribusi normal terdistribusi normal dan hasilnya
konsisten dengan uji grafik yang dilakukan sebelumnya, sehingga model
regresi memenuhi uji normalitas.
4.2.5.2 Uji Multikolonearitas
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonearitas di dalam
model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance
inflation factor (VIF). Nilai cutoff yang umumnya dipakai untuk
menunjukkan adanya multikoloneritas adalah nilai tolerance ≥ 0,10 atau
sama dengan nilai VIF ≤ 10.
Tabel IV.3 Hasil Uji MultikolonearitasCoefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF1 (Constant)
Kinerja Keuangan .228 4.391Good Corporate Governance .374 2.672Interaksi .225 4.444
a. Dependent Variable: Nilai PerusahaanSumber: Ikhtisar Laporan Keuangan PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011-2013, data diolah, 2014
4.2.5.3 Uji Heteroskedastisitas
Untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas ada tidaknya
heteroskedastisitas antar variabel independen dapat dilihat melalui
scatterplot sebagai berikut:
Gambar IV.12 Scatterplot
Sumber: Ikhtisar Laporan Keuangan PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011-2013, data diolah, 2014
Dari Gambar IV.12 dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terjadi
masalah heteroskedastisitas karena titik-titik menebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y.
4.2.5.4 Uji Autokorelasi
Model regresi yang baik adalah regresi bebas dari autokorelasi.
Untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan uji statistik melalui Uji
Durbin-Watson (DW test).
Tabel IV.4 Hasil Uji Durbin Watson
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 .961
a. Predictors: (Constant), Interaksi, Good Corporate Governance, Kinerja Keuangan
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
Sumber: Ikhtisar Laporan Keuangan PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011-2013, data diolah, 2014
Hasil uji statistik Durbin-Watson (DW test) menunjukkan bahwa
adanya masalah autokorelasi karena nilai DW 0 < d < dl atau 0 < 0,961 <
1,295. Oleh sebab itu dilakukan uji statistik non parametrik Run Test.
Hasil uji statistik Run Test dapat dilihat pada Tabel IV.8 berikut ini:
Tabel IV.5 Hasil Uji Runs Test
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea.24430
Cases < Test Value 17
Cases >= Test Value 18
Total Cases 35
Number of Runs 13
Z -1.712
Asymp. Sig. (2-tailed) .087
a. Median
Sumber: Ikhtisar Laporan Keuangan PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011-2013, data diolah, 2014
Hasil uji statistik runs test menunjukkan bahwa nilai test adalah
0,24430 dengan probabilitas 0,087 atau > 0,05. Karena nilai signifikansi
di atas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tidak terjadi masalah
autokorelasi atau memenuhi asumsi klasik autokorelasi.
4.2.6 Hasil Uji Efek Utama
Langkah pertama, menguji pengaruh Kinerja Keuangan (X) ke
Nilai Perusahaan (Y) dan harus signifikan pada P < 0.05 dengan hasil uji
coefficients ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel IV.6 Hasil Uji Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .811a .658 .648 .18345 1.060Sumber: Ikhtisar Laporan Keuangan PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011-2013, data diolah, 2014
Tabel IV.7 Hasil Coefficients Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) .959 .220 4.360 .000Kinerja Keuangan .021 .003 .811 7.970 .000
a. Dependent Variable: Nilai PerusahaanSumber: Ikhtisar Laporan Keuangan PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011-2013, data diolah, 2014
Dari Tabel IV.7 di atas dapat dilihat tingkat signifikansi pengaruh
kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan adalah 0,00 atau < 0,05. Ini
menunjukkan bahwa bahwa variabel kinerja keuangan berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan. Karena pengujian efek utama
hasilnya signifikan, maka penelitian ini dapat dilanjutkan ke langkah
berikutnya yaitu Moderated Regression Analysis (MRA).
4.2.6.1 Moderated Regression Analysis (MRA)
Persamaan regresi dapat dilihat dari tabel hasil uji coefficients
variabel independen yaitu kinerja keuangan dan good corporate
governance, satu variabel interaksi (kinerja keuangan*good corporate
governance) terhadap nilai perusahaan ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel IV.8 Hasil Uji Moderated Regression Analysis
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta1 (Constant)
-1.657 1.466
Kinerja Keuangan1.021 .370 .446
Good Corporate Governance.150 .045 .417
Interaksi.003 .004 .105
a. Dependent Variable: Nilai PerusahaanSumber: Ikhtisar Laporan Keuangan PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011-2013, data diolah, 2014
Dengan melihat Tabel IV.8 di atas, dapat disusun model
Moderated Regression Analysis (MRA) pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Y = -1,657 + 1,021X₁ + 0,150X₂ + 0,03 X₁X₂
4.2.6.2 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Tabel IV.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the
Estimate Durbin-Watson1 .903a .816 .798 .13890 .961
a. Predictors: (Constant), Interaksi, Good Corporate Governance, Kinerja Keuangan
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
Sumber: Ikhtisar Laporan Keuangan PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011-2013, data diolah, 2014
Besarnya Adjusted R Square (R²) adalah 0,798. Hasil perhitungan
statistik ini berarti bahwa pengaruh variabel kinerja keuangan dengan good
corporate governance sebagai variabel pemoderasi terhadap nilai
perusahaan adalah sebesar 79,8% dan sisanya 20,2% dipengaruhi oleh
variabel lain di luar model penelitian ini.
4.2.6.3 Pengujian Hipotesis
4.2.6.3.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Hasil perhitungan uji F adalah sebagai berikut:
Tabel IV.17 Hasil Uji Statistik FANOVAa
ModelSum of
Squares Df Mean Square F Sig.1 Regression 2.650 3 .883 45.787 .000b
Residual .598 31 .019Total 3.248 34
a. Dependent Variable: Nilai Perusahaanb. Predictors: (Constant), Interaksi, Good Corporate Governance, Kinerja KeuanganSumber: Ikhtisar Laporan Keuangan PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011-2013, data diolah, 2014
Berdasarkan nilai uji statistik F pada tabel hasil Moderated
Regression Analysis (MRA), dapat dilihat bahwa nilai F hitung sebesar
45,787 dengan nilai signifikansi 0,000. Karena nilai signifikansi lebih
kecil atau < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel kinerja
keuangan dengan interaksi good corporate governance secara simultan
(bersama-sama) berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
4.2.6.3.2 Uji Parsial (Uji t)
Hasil perhitungan uji t dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel IV.18 Hasil Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
T Sig.
1 (Constant) -1.131 .267Kinerja Keuangan 2.762 .010Good Corporate Governance 3.310 .002Interaksi .648 .522
a. Dependent Variable: Nilai PerusahaanSumber: Ikhtisar Laporan Keuangan PT Timah (Persero) Tbk Tahun 2011-2013, data diolah, 2014
Berdasarkan nilai statistik uji t pada tabel hasil Moderated
Regression Analysis (MRA), dapat dilihat bahwa secara parsial untuk
variabel interaksi yang merupakan interaksi antara variabel kinerja
keuangan dan good corporate governance diperoleh nilai signifikansi
0,522 > 0,05 dan koefisien regresi 0,648, karena nilai signifikansi 0,522 >
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa interaksi antara kinerja keuangan dan
good corporate governance tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hal ini berarti bahwa good corporate governance bukan merupakan
variabel pemoderasi.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, diketahui bahwa
variabel Kinerja Keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Nilai Perusahaan. Karena nilai koefisien regresi untuk variabel Kinerja
Keuangan sebesar 0,021 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Kinerja Keuangan secara
parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan, hal
ini berarti H₁ diterima.
Tri Kartika Pertiwi dan Ferry Madi Ika Pratama (2012) juga
mengemukakan bahwa Kinerja Keuangan yang diproksikan dengan Return
on Assets mampu meningkatkan nilai perusahaan. Kinerja keuangan
merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisiensi
suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Efektifitas apabila
manajemen memiliki kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau
suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Efisiensi diartikan sebagai rasio (perbandingan) antara masukan dan
keluaran yaitu dengan masukan tertentu memperoleh keluaran yang
optimal.
Berdasarkan temuan pada penelitian ini PT Timah (Persero) Tbk.
telah menunjukkan efektifitas dalam mencapai tujuan perusahaan dan
efisiensi dalam perbandingan antara masukan dan keluaran perusahaan
secara optimal. Profit yang tinggi akan memberikan indikasi prospek
perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut
meningkatkan permintaan saham. Selanjutnya permintaan saham yang
meningkat akan menyebabkan nilai perusahaan yang meningkat.
4.3.2 Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan
Pengungkapan Good Corporate Governance sebagai Variabel
Pemoderasi
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, hasil pengujian
regresi Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance (Kepemilikan
Institusional) dan Variabel Interaksi terhadap Nilai Perusahaan diketahui
bahwa koefisien Good Corporate Governance sebesar 0,150 dengan t
hitung 3,310, sedangkan nilai sig. sebesar 0,02 atau < 0,05. Maka Good
Corporate Governance berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai
Perusahaan. Sedangkan dari pengujian regresi variabel Kinerja Keuangan
dan Good Corporate Governance dan variabel Interaksi (perkalian antara
Kinerja Keuangan dan Good Corporate Governance) terhadap Nilai
Perusahaan diketahui bahwa koefisien variabel interaksi sebesar 0,03,
dengan t hitung 0,648, sedangkan nilai sig. sebesar 0,522 > 0,05 maka
variabel interaksi tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. Oleh
karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa pengungkapan Good
Corporate Governance sebagai variabel pemoderasi tidak memoderasi
hubungan antara Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan.
Adanya kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan
mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja
manajemen karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan
yang dapat digunakan mendukung kinerja manajemen. Selain itu, menurut
Muh. Arief Effendi (2009: 9), peran direksi dan komisaris juga sangat
penting dan cukup menentukan bagi keberhasilan implementasi Good
Corporate Governance. Diperlukan komitmen penuh dari dewan direksi
dan komisaris agar impelemtasi Good Corporate Governance dapat
berjalan dengan lancar sesuai harapan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisis data dan pembahasan maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1 (H₁) yang telah dilakukan
sebelumnya diketahui bahwa secara parsial variabel Kinerja Keuangan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan, serta
secara parsial variabel Good Corporate Governance berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Artinya, setiap
perubahan yang terjadi pada variabel independen yaitu Kinerja
Keuangan dan Good Corporate Governance secara parsial akan
berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan PT Timah (Persero) Tbk.
2. Berdasarkan hasil pengujian secara simultan diketahui bahwa variabel
Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance dan Interaksi
mempengaruhi Nilai Perusahaan. Karena nilai uji F adalah 45,787
lebih besar dari 3,316 dengan nilai signifikan 0,000 atau < 0,05.
3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 2 (H₂), pengujian regresi
variabel Kinerja Keuangan dan Good Corporate Governance dan
variabel Interaksi (perkalian antara Kinerja Keuangan dan Good
Corporate Governance) terhadap Nilai Perusahaan diketahui bahwa
koefisien variabel interaksi sebesar 0,03, sedangkan nilai sig. sebesar
0,522 > 0,05 maka variabel interaksi tidak berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa
pengungkapan Good Corporate Governance sebagai variabel
pemoderasi tidak memoderasi hubungan antara Kinerja Keuangan
terhadap Nilai Perusahaan.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dalam penelitian ini
terdapat beberapa keterbatasan diantaranya:
1. Periode pengamatan yang singkat yaitu hanya 3 tahun sehingga tidak
mampu melihat perubahan dalam periode yang lebih panjang untuk
melihat perbedaan dalam kondisi ekonomi yang berbeda pula.
2. Variabel bebas yang digunakan terdiri dari 1 variabel keuangan dan 1
variabel non keuangan. Variabel keuangan belum dapat mewakili
keadaan nilai perusahaan yang tepat sehingga belum mampu
menjelaskan hipotesis dengan baik.
3. Data yang digunakan merupakn data laporan keuangan yang diperoleh
dari sumber yang berbeda yaitu laporan keuangan konsolidasi yang
diperoleh dari situs resmi perusahaan lengkap dengan komposisis
kepemilikan saham perusahaan sehingga penelitian ini membutuhkan
waktu lama untuk melengkapi data.
5.3 Saran
Dari simpulan dan keterbatasan yang telah dipaparkan maka saran
yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi investor hendaknya memperhatikan kondisi keuangan perusahaan
jika hendak memulai berinvestasi. Perusahaan sehat bukan berarti
tidak memiliki utang namun telaah kembali perusahaan yang ingin
dimiliki sahamnya terutama memperhatikan unsur-unsur yang terkait
dengan utang, karena apabila perusahaan tidak mampu lagi melunasi
utang, maka akan sulit untuk mengembalikan imbalan investasi yang
telah dilakukan.
2. Bagi manajemen perusahaan PT Timah (Persero) Tbk. diharapkan
lebih terbuka dalam hal penerbitan laporan keuangan konsolidasi
tahun-tahun sebelumnya. Karena untuk melihat perubahan dalam
periode yang lebih panjang maka diharapkan akan mampu melihat
perbedaan dalam kondisi keuangan yang berbeda pula.
3. Bagi pemerintah daerah Bangka Belitung diharapkan mampu
mengawasi dan memberikan kebijakan-kebijakan yang berkaitan
dengan tata cara kelola penambangan timah di wilayah Bangka
Belitung. Karena Indonesia merupakan penghasil logam timah
terintegrasi terbesar di dunia.
4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah objek penelitian
bukan hanya pada PT Timah (Persero) Tbk. saja sehingga hasil
penelitian yang dilakukan dapat mempresentasikan faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi nilai perusahaan yang ada di Indonesia.
Selain itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah periode
waktu penelitian yang lebih lama atau > 3 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Aldridge, E John & Siswanto Sutojo. (2008). Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan Yang Sehat). Jakarta: PT Damar Mulia Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Astuti, Dewi. (2004). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Atmaja, Lukas Setia. (2008). Teori dan Praktik Manajemen Keuangan Edisi 1. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
Brigham, Eugene F & Joel F. Houston. (2001). Manajemen Keuangan Edisi 8. Jakarta: Erlangga.
Effendi, Muh. Arif. (2009). The Power Of Good Corporate Governance. Jakarta: Salemba Empat.
Fahmi, Irham. (2011). Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: ALFABETA.
Fahmi, Irham. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: ALFABETA.
Ghozali, Imam. (2012). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Harwono. (2009). Manajemen Keuangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Helfert, Erich A. (1991). Analisis Laporan Keuangan Edisi 7. Jakarta: Erlangga.
Horne, James C.Van & John M. Machowicz, JR. (2005). Fundaentals of Financial Management Buku 1 Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat.
Husnan, Suad. (2000). Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang) Buku 1 Edisi 4. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Kaihatu, Thomas S. (2006). Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 8. No. 1, pp. 1-9, 2006.
Kuncoro, Mudrajad. (2005). Tata Kelola Korporat di Lingkungan BUMN. Jakarta: Erlangga.
Latan, Hengky & Selva Temalagi. (2013). Analisis Multivariate Teknik dan Aplikasi Menggunakan Program IBM SPSS 20.0. Bandung: ALFABETA.
Liana, Lie. (2009). Penggunaan MRA dengan SPSS untuk Menguji Pengaruh Variabel Moderating terhadap Hubungan antara Variabel Independen dan Variabel Dependen. Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK. Vol. XIV. No.2, pp. 90-97, 2009.
Munawir, S. (2010). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Pertiwi, Tri Kartika & Ferry Madi Ika Pratama. (2012). Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Food And Beverage. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 14. No. 2, pp. 118-127, 2012.
Praptiningsih, Maria. (2009). Corporate Governance and Performance of Banking Firms: Evidence from Indonesia, Thailand, Philippines, and Malaysia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 11. No.1, 2009.
Prasetyantoko, A. (2008). Corporate Governance. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Robinah, Akodo. (2009). Corporate Governance and Financial Performance of Public Universities in Guanda. Nkumba Business Journal. Vol.8, pp. 86-94, 2009.
Ross, Westerfield & Jordan. (2009). Corporate Finance Fundamentals Buku 1 Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat.
Sjahrijal, Dermawan. (2009). Pengantar Manajemen Keuangan Edisi 4. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sugiono, Arief & Edy Untung. (2008). Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Grasindo.
Sulistyo, Joko. (2010). 6 Hari Jago SPSS 17. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer (Kompas Gramedia Group).
Sunyoto, Danang. (2011). Praktik SPSS untuk Kasus. Yogyakarta: Nuha Medika.
Top Related