Interaksi Lingkungan dan Ternak Gusti Rusmayadi PS Agroekoteknologi – Faperta Unlam 05117431881 [email protected] grusmayadi’s blog
Standar Kompetensi: Setelah mengikuti perkuliahan ini diharap mahasiswa mampu menjelaskan kembali bahwa ternak merupakan bagian integrasi dari lingkungan
Iklim
• Kondisi rata-rata meteorology dalam jangka lama dalam suatu wilayah tertentu a. Iklim
• Fluktuasi dalam jangka periode peubah meteorology b. Musim
• Kondisi iklim langsung di sekitar ternak c. Iklim mikro
• Kondisi iklim di waliayah atmosfer yang luas atau suatu negara d. Iklim makro
Hubungan antara klim, Tanah, Tanaman, & Ternak
1. Pancaran radiasi matahari
2. Letak lintang (latitude)
3. Ketinggian tempat (altitude)
4. Posisi tempat terhadap lautan
5. Pusat tekanan tinggi & rendah semi permanen
6. Aliran massa udara
7. Halangan oleh pegunungan
8. Arus laut
9. Unsur cuaca/iklim; radiasi matahari, suhu, tekanan udara, angin
1. Penerimaan radiasi dan lama penyinaran matahari
2. Suhu udara
3. Kelembapan udara
4. Tekanan udara
5. Kecepatan dan arah angin
6. Evaporasi
7. Presipitasi
8. Suhu tanah
Distribusi tipe cuaca dan tipe iklim
Men
gen
dal
ikan
Men
ghas
ilkan
Faktor Pengendali
Tanah ZONA AGROEKOLOGI
TUNDRA
PADANG PASIR
PADANG RUMPUT
HUTAN HUJAN TROPIS
DAERAH KULTIVASI
Klasifikasi ??
• Unsur-unsur iklim tidak berdiri sendiri tetapi saling berinteraksi dan saling mempengaruhi.
• Terdapat kecenderungan dan pola yang serupa apabila faktor utama (faktor pengendali/unsur iklim dan letak geografisnya serupa )
perlu diberi penamaan
• Penyederhanaan informasi
Perlu tool
(alat)
Statistika, Remote sensing,
GIS
TANAMAN
Apa yang harus diperhatikan dalam membuat
klasifikasi?
• tujuan klasifikasi iklim tersebut
dibuat
• latar belakang pembuat klasifikasi
iklim tersebut
• cakupan wilayah klasifikasi
Ada berapa macam tipe klasifikasi iklim?
• Klasifikasi iklim secara genetik didasarkan pada pada faktor-faktor iklim penyebab
seperti aliran massa udara, zona-zona angin, benua dan lautan, dan perbedaan penerimaan radiasi surya
umumnya menghasilkan klasifikasi untuk daerah yang luas tetapi kurang teliti.
Contoh:
Klasifikasi iklim menurut penerimaan radiasi surya
• Klasifikasi iklim secara empirik
didasarkan pada hasil pengamatan yang teratur terhadap unsur-unsur iklim.
umumnya hasil klasifikasinya berupa daerah yang lebih sempit bila dibandingkan dengan klasifikasi iklim secara genetik namun lebih teliti.
Contoh:
Klasifikasi iklim berdasarkan pertumbuhan vegetasi
Klasifikasi iklim berdasarkan pertumbuhan vegetasi
• Koppen
• Schmidt-Ferguson
• Oldeman
Klasifikasi Koeppen (Vladimir
Koeppen, 1846—1940)
• Didasarkan pada hubungan antara iklim (suhu dan hujan rata-rata) dengan pertumbuhan
• Menurut Koeppen vegetasi yang hidup secara alami menggambarkan iklim tempat tumbuhnya.
Oleh karena itu batas-batas klasifikasi iklim Koppen berkaitan dengan batas-batas penyebaran vegetasi.
Klasifikasi Koeppen
• Klasifikasi iklim Koppen disusun berdasarkan lambang atau simbol tipe iklim yaitu:
– Huruf pertama merupakan hurup besar yang menyatakan tipe utama
– Huruf kedua merupakan hurup kecil yang menyatakan pengaruh hujan
– Huruf ketiga merupakan hurup kecil yang menyatakan suhu udara
– Huruf keempat merupakan hurup kecil yang menyatakan sifat-sifat khusus
• Menurut klasifikasi iklim Koppen,
kombinasi dua huruf mencirikan iklim suatu daerah secara umum.
Tipe Iklim Menurut Koppen
Klasifikasi Koppen
• Pengaruh hujan digambarkan sebaai huruf kedua yang terdiri atas:
f selalu basah, hujan setiap bulan >60 mm
s bulan-bulan kering jatuh pada musim panas
S semi arid (stepa atau padang rumput)
w bulan-bulan kering jatuh pada musim dingin
W arid (padang pasir)
m khusus untuk kelompok A. Musim kemaraunya pendek, tetapi curah hujan tahunannya cukup tinggi sehingga tanah cukup lembab dengan vegetasi hutan hujan tropik
F daerah tertutup es abadi
T tundra
Klasifikasi Koppen
Berdasarkan dua kombinasi huruf pertama maka ada
12 tipe iklim menurut klasifikasi Koppen yaitu:
•Iklim hujan tropis : Af, Aw dan Am
•Iklim kering : BS dan BW
•Iklim hujan temperate ringan : Cf, Cs dan Cw
•Iklim hutan bersalju : Df dan Dw
•Iklim kutub : ET dan EF
Metode Determinasi Tipe Iklim Koppen
No. Deskripsi Tipe Iklim Pindah ke No.
1. “Tree climates” (A,C,D) dibedakan terhadap iklim kutub (E) didasarkan atas suhu rata-rata bulan terpanas
a. Apabila t<10⁰C E 8
b. Apabila t>10⁰C A,C,D2
2. “Tree climates” (A,C,D) dibedakan terhadap “dry climates” (B) didasarkan pada penyebaran curah hujan terhadap waktu
a. Apabila curah hujan merata sepanjang tahun dipergunakan rumus:
r < 2t + 14 B 5
r > 2t + 14 A,C,D3
b. Apabila curah hujan terkonsentrasi pada musim summer, dipergunakan rumus:
r < 2t + 28 B 5
r > 2t + 28 A,C,D3
c.Apabila curah hujan maksimum pada musim winter dipergunakan rumus:
r<2t B 5
r>2t A,C,D3
Metode Determinasi Tipe Iklim Koppen (Lanjutan)
No. Deskripsi Tipe Iklim Pindah ke No.
3. Masing-masing anggota “tree climates” (A,C,D) satu dengan lainnya dibedakan berdasarkan rata-rata suhu bulanan terdingin
a. Apabila t > 18⁰C A 4
b. Apabila t 18⁰C > t > 3⁰C C 6
c. Apabila < -3⁰C D 7
4 Perbedaan antara Af, Am dan Aw didasarkan pada curah hujan tahunan (r) dan curah hujan pada bulan terkering (p)
a. Apabila p2 > 60 mm Af
p2 < 60 mm Am, Aw 4b
b. mempergunakan rumus:
p1 = 10 – r/25 untuk membedakan Am dan Aw
apabila p2 > p1 Am
P2 < p1 Aw
Metode Determinasi Tipe Iklim Koppen (Lanjutan)
No. Deskripsi Tipe Iklim Pindah ke No.
5. Perbedaan antara tipe iklim BS dengan BW didasarkan pada jumlah curah hujan tahunan (r) dan suhu rata-rata tahunan
a. Apabila curah hujan merata sepanjang tahun, dipergunakan rumus
A 4
r1 = t + 7
r < r1 BS
r > r1 BW
b. Apabila curah hujan maksimum pada musim summer (minimum jumlah curah hujan bulan terbasah summer = 10 kali curah hujan bulan terkering winter) dipergunakan rumus
r1 = t + 14 BS
r < r1 BW
r > r1
c. Apabila curah hujan maksimum terjadi pada musim winter (minmum curah hujan terbasah winter = 3 kali curah hujan terkering summer) dipergunakan rumus
r1 = t
r < r1 BS
r > r1 BW
Metode Determinasi Tipe Iklim Koppen (Lanjutan)
No. Deskripsi Tipe Iklim Pindah ke No.
6. Perbedaan antara Cf, Cw dan Cs didasarkan atas penyebaran curah hujan dan curah bulanan
a. Apabila curah hujan terbesar merata dan curah hujan bulan terkering pada musim summer lebih besar dari 30 mm
Cf
b. Apabila curah hujan maksimum dalam musim summer ≥ 10 kali curah hujan bulan terkering musim winter
Cw
c. Apabila curah hujan maksimumdalam musim winter ≥ 3 kali curah hujan terkering summer < 30 mm
Cs
7. Perbedaan antara Dw dan Dw didasarkan atas kejadian musim kering
a. Pembagian curah hujan merata sepanjang tahun dan tidak ada musim kering (curah hujan > 30 mm)
Dw
b. Terdapat bulan kering dengan curah hujan bulan terbasah ≥ 3 kali (curah hujan terkering < 30 mm)
Df
8. Perbedaan antara Et dan Ef didasarkan pada besaran suhu udara pada bulan terpanas
Apabila 10⁰C > t > 0⁰C Et
t < 0⁰C Ef
Ternak
Lingkungan
Berdasar:
Lingkup komposisi Lingkungan mikrobia s/d
lingkungan hutan belantara
Berdasar:
Luasan Lingkungan mikro & Lingkungan
makro
Kumpulan berbagai komponen lingkungan membentuk ekosistem. Ternak merupakan bagian dari ekosistem.
Lingkungan
Fungsi tubuh
Adjusment
Homeostasis
Environment/Lingkungan
• ekspresi gen
• fenotip Semua faktor luar
tubuh
• temporer
• permanen Macam lingkungan
Berinteraksi dengan genotip untuk
memunculkan suatu sifat.
• alami
• buatan Sifat lingkungan
Skin receptors CNS
Lintang Ketinggian
Radiasi matahari
Panjang hari
Pasture
Curah Hujan
Kelembapan
Pergerakan Udara
Fast responses (behaviour, cardiovascular respiratory)
Slow responses (Endocrine, enzyme, metabolic)
• Energy balance: suhu tubuh, dan frekuensi pernafasan agar konstan untuk menjaga stabilitas panas
• organ-organ vital dalam fungsi tubuh.
• Homoestatic mechanisme: pengatur
lingkungan dalam tubuh
• Chemical balance: konsentrasi zat-zat dalam tubuh, pH,
• Milliew interior
Tugas 1
1. Determinasi tipe iklim menurut Koppen masing-masing wilayah yang ditugaskan kepada saudara
1. Wilayah I : Banjarbaru & Sei Tabuk
2. Wilayah II : Pelaihari, HSS
3. Wilayah III: Landasan Ulin
4. Wilayah IV: Tanjung
5. Wilayah V : HSU & HST
Referensi
Blakely, J. 1998, Gajah Mada Univesity Pess. Pengantar Peternakan Daerah Tropis.
Hadi, J.S. 1995. Pengaruh Kecepatan Angin terhadap Respons Termoregulasi Sapi Fries Holland Dara. Skripsi. Fakultas Peternakan, IPB, Bogor.
Purwanto, B.P. 1993. Heat and Energy Balance in Dairy Cattle Under High Environmental Temperatute. Doctoral Thesis, Hiroshima University.
Purwanto, B.P., Matsumoto, T., Nakamasu, F., Ito T. and Yamamoto, S. 1993. Effect of Standing and Lying Behaviors on Heat Production of Dairy Heifers Differing in Feed Intake Levels. AJAS. 6:271 – 274.
Top Related