JANTAR MANTAR SEBAGAI BUKTI PERKEMBANGAN ILMU FALAK
DI INDIA
Asih Pertiwi
Pacsasarjana UIN Walisongo Semarang
Abstrak
Perkembangan Ilmu Falak di India dapat dibuktikan dengan adanya teks-teks kuno
yang masih ada wujudnya hingga sekarang ini. Adapula bangunan berupa
observatorium jantar mantar sebagai observatorium terbesar yang dibangun untuk
melakukan observasi pada masa itu. Observatorium jantar memang bukan sebuah
observatorium teleskopik namun ketelitiannya telah memfasilitasi beberapa observasi
terhadap pergerakan matahari, bulan, dan bintang.
Kata Kunci: Kitab Weda, Era Shiddanta, Observatorium Jantar Mantar
Pendahuluan
Sejarah suatu peradaban bangsa dapat dibuktikan oleh adanya peninggalan berupa
benda. Di India terdapat peninggalan sejarah dari masa lalu berupa benda peninggalan
sejarah dalam bidang astronomi antara lain observatorium jantar mantar dan observatorim
luar angkasa yang menjadi situs dunia. Salah satu kontribusi India yang dihasilkan oleh
peradabannya dalam bidang astronomi adalah banyak sekali kitab-kitab Hindu yang bersikan
tentang astronomi telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa. Astronomi India tidak lepas
dari agama dan spiritual yang memberikan pengaruh besar untuk dunia barat sehingga
adanya astronomi berjalan seiringan dengan astrologi. Astrotrologi tidak dapat dikatakan
sebagai ilmu palsu karena keduanya merupakan bagian integral dari masyarakat India.
Penentuan setiap momen di India dilakukan dengan mengamati pergerakan benda-
benda langit untuk mendapatkan waktu yang tepat sehingga sultan membangun banyak
sekali observatorium untuk memfasilitasi kebutuhan masyarakat India pada masa itu. Hingga
kini observatorium tersebut masih dijaga dan dijadikan sebagai bukti adanya perkembangan
ilmu falak di India.
Sejarah Awal Astronomi di India
Astronomi India memiliki sejarah panjang yang membentang dari masa pra-sejarah
sampai zaman modern. Beberapa akar paling awal dari astronomi India dapat dikaitkan
dengan periode peradaban Lembah Indus di Mohenjo-Daro (salah satu kota dengan
peradaban tinggi pada masa itu) atau sebelumnya. Astronomi kemudian dikembangkan
sebagai disiplin Vedanga atau salah satu "disiplin pelengkap" yang terkait dengan studi
1
Veda/Weda1. Kitab Weda merupakan catatan pertama astronomi di India ditemukan pada
tahun 2000 SM yang telah ada sejak tahun 1700-1100 SM. Para astronom India Kuno
menggunakan bintang-bintang dan planet-planet untuk membuat grafik Astrologi serta
membaca pertanda, merancang model matematika yang canggih dan mengembangkan teori.
Di dalam kitab Weda telah ada catatatan mengenai 1 tahun adalah 360 hari,
membagi 1 tahun menjadi 12 bulan dan tiap bulan 30 hari.
Wedangga Jyotisa, merupakan teks Weda pertama yang menunjukkan adanya data data
astronomi, menunjukkan rekaman kejadian sampai dengan 4000 SM, meskipun banyak
archaeoastronomer percaya bahwa teks ini mungkin merupakan hasil pengamatan 11 000
SM. Mereka menunjukkan bahwa beberapa catatan mungkin merupakan salinan dari catatan-
catatan sebelumnya, namun hal ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.2
Astronomi India dan Era Siddhanta
Era Siddhanta adalah sebuah era baru dari perkembangan astronomi yang
menyimpang dari Weda. Era ini disebut Era Siddhantic, era ini ditandai dengan adanya
serangkaian buku yang disebut Siddhanat. Merupakan sebuah buku yang memetakan tahun
matahari, periode bulan, gerhana matahari dan bulan, dan gerakan planet. Era Siddhanta
menghasilkan tiga astronom besar India, namun sayangnya mereka tidak banyak dikenal di
dunia barat, meskipun mereka telah membuat kemajuan besar dalam bidang astronomi.
Astronom India mengusulkan bahwa bintang-bintang bentuknya persis seperti
matahari, namun lebih jauh, pada waktu ketika orang Yunani masih menggunakan bola langit
kristal untuk menjelaskan kosmos. Mereka juga mengerti bahwa bumi itu bulat, dan
astronom India mencoba menghitung keliling planet.
Astronomi India dipengaruhi oleh astronomi Yunani yang dimulai pada abad ke-4
SM dan dan melalui abad-abad awal Era Umum, misalnya oleh Yavanajataka dan Romaka
Siddhanta, terjemahan bahasa Sanskerta dari sebuah Teks Yunani yang disebarluaskan dari
abad ke-. Yavanajataka percaya pada heliosentrik alam semesta, meskipun ayat-ayat pada
awal 3000 SM menyinggung masalah ini, namun rujukan-rujukan awal ini meragukan dan
kita harus berhati-hati untuk menerapkan definisi ini untuk menghindari bias konfirmasi.
Dalam teksnya, Shatapatha Brahmana, ia juga mengukur jarak matahari dari bumi, dan jarak
bulan dari bumi, 108 kali diameter bumi, sangat dekat dengan pengukuran modern 107.5
untuk matahari dan 110.6 dari bulan.
Astronomi India berbunga pada abad ke-6, dengan Aryabhata. Aryabhatiya mewakili
puncak pengetahuan astronomi saat itu. Kemudian astronomi India secara signifikan
1 Veda berarti mengetahui atau sebagai kitab yang berisis asas-asas yang digunakan oleh orang India Kuno. Weda merupakan Aksen dari rumpun bahsa Indo-Eropa.,contohnya Nirvana menjadi Nirwana.
2 Muh. Nashiruddin, Kalender Hijriah Universal, Semarang: Rafi Sarana Perkasa, 2013
2
mempengaruhi astronomi Muslim, astronomi Cina, astronomi Eropa, dan lain-lain. Astronom
lain era klasik yang lebih jauh menguraikan karya Aryabhata adalah Brahmagupta,
Varahamihira dan Lalla.
Aryabhata mulai mengadopsi pendekatan yang lebih teliti, menjauhkan dari
mistisisme dan menekankan pada penghitungan kalender. Aryabhata ditambahkan ke dalam
teori heliosentrik, karena dia mengusulkan teori bahwa bulan mencerminkan cahaya
matahari, teori ini juga diusulkan oleh beberapa orang Yunani namun tidak digunakan. Dia
mengusulkan bahwa bumi diputar oleh langit, walaupun teori ini belum ditemukan sampai
Renaisans Eropa dan Copernicus.
Idenya tentang model matematik tentang bagaimana perhitungan gerhana, akhirnya
menemukan solusi dan berkembang hingga ke Eropa dan hal ini dipengaruhi oleh cara
berpikir Renaissance. Bukunya, Aryabhatia, diterjemahkan ke dalam bahasa latin pada abad
ke-13. Karya ini memberikan negara-negara Eropa beberapa metode untuk mengukur
volume bola dan segitiga serta metode untuk menghitung akar kuadrat dan akar kubus. Di
dalam kitabnya, ia menjelaskan sistem perhitungan yang menyatakan bumi berputar pada
sumbunya dan menghitung pergerakan planet-planet yang mengelilingi matahari. Ia juga
membuat perkiraan yang sangat akurat mengenai keliling dan diameter bumi. Ia juga penemu
pertama bahwa orbit planet mengelilingi matahari berupa ellips.Ia menyatakan hitungan hari
dimulai dari tengah malam ke tengah malam berikutnya.
Varahamihira mengusulkan bahwa harus ada semacam kekuatan yang menjaga objek
dalam keadaan stasioner (diam). Ini adalah awal mula ide kesetimbangan Anaximander dan
pengakuan dari teori proto-gravitasi, yang muncul lama sebelum Newton.
Brahmagupta, astronom Siddhanti meyatakan 36.000 kilometer untuk keliling bumi,
sangat dekat dengan angka yang sebenarnya. juga memahami bahwa bumi itu bulat dan
mencoba untuk menghitung keliling planet.
Era Shiddanta berakhir ketika kebangkitan Islam di India dan mengimpor teks-teks
Yunani, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, ke daerah. Karena itulah era ini sering
dikenal sebagai Zij Era, atas dasar tablet Zij yang berisi data astronomi. Tablet Zij pertama
diterjemahkan dari bahasa Sansekerta, oleh Al-Khwarizmi (780-850 M) dan termasuk
adanya nomor nol dalam sistem sederhana India, yang merupakan kontribusi terbesar
matematikawan Weda dalam penomoran dunia Barat. Pengaruh para astronom India tidak
berakhir di sini, pekerjaan mereka akan terus digunakan oleh para ulama Islam dan akan
membentuk salah satu pilar astronomi Islam. Selama Era Mughal besar India (1526-1725),
teknik matematika Hindu bersama dengan teknik pengamatan Islam bersama-sama
membawa kemajuan besar dalam astronomi. Tradisi astronomi asli Indian yang dapat
3
diidentifikasi tetap aktif sepanjang periode abad pertengahan dan memasuki abad ke-16 atau
ke-17, terutama di dalam sekolah astronomi dan matematika Kerala.3
Ilmu Falak Pada Masa Islam India
Sejak diterjemahkannya karya-karya penulis dari India, baik karya Mahashidddanta
maupun Bharmagupta dan Aryhabata ke dalam bahasa arab oleh Muhammad bin Ibrahim
Al-Fazari (771 M), pahlawi yang diberi nama Ziej dari Persia; juga buku Megale Syntaxix
oleh Tsabit bin Gharrah dengan judul AL-Majisthy, yang dalam bahasa latim dinamakan
Ptolomy’s Almagest maka pengetahuan ilmu falak merambah dunia Islam.4
Kesultanan Mughal India didirian oleh salah seorang keturunan bangsa Mongol yang
pernah menghancurkan Baghdad: Hulago. Kekuasaannya meliputi daerah India, Pakistan
Bangladesh dan Kashmir sekarang. Agama penduduknya adalah Hindu, yang selain sebagai
agama sekaligu sbudaya dan kebangsaan. Keluar dari agama hindu berarti keluar dari
kebudayaan dan kebangsaan India. Oleh karena itu penyiaran Islam sampai ke India sampai
mendirikan suatu daulah merupakan usaha dan toleransi yang besar yang pernah dilakukan
oleh umaat Islam di anak benua itu.5
Silsilah keturunannya bersambung kepada Hulagu. Dia adalah putra Syeikh Umar
yang menjadi amir di begeri Farghanah, keturunan langusng dari Miransyah, putra ketiga
Timur Lenk dan ibunya keturunan Jengis Khan. Dibelakangnya muncul sultan Jongahir dan
Syekh Jehan. Syekh Jehan membangun Taj Mahal untuk makam permaisuri yang sangat
dicintainya. Bangunan itu menjadi kekaguman dunia sampai sekrang, termasduk salah satu
dari tujuh keajaiban dunia.
Bahasa yang dipakai oleh bangsa India adalah bahasa Urdu6 pernah pula dijadikan
bahasa ilmu pengetahuan di antaranya karangan Ikhwanus Shofa disaling ke dalam bahasa
Urdu oleh Ikrom Ali. Dan akhirnya kita masih menemukan kompilasi oleh Zijj Muhammad
Shohi di istana Mughal India pada tahun 1720 yang mengoreksi tabel-tabel Eropa sebesar
enam menit busur.7
Selain itu terdapa beberepa observatorium yang dijadikan sebagai situs astronomi
internasional di antaranya Observatorium Jantar Mantar di Jaipur, Rajastan. Observatorium
3 Henry S. Lucas, Sejarah Peradaban Barat Abad Pertengahan, Penj. Sugihardjo Sumobroto dan Budiawan, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1993)
4 A.Kadir, Formula Baru Ilmu Falak, (Jakarta: Hamzah, 2012), 15 5 Ahmad Fuad Basya, Sumbanag Keilmuan Islam Pada Dunia, Penj. Masturi Irham dan Muhammad
Aniq, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 20156 Dipatenkan oleh raja sebagai bahasa resmi7 Ibid
4
ini dibangun pada masa pemerintahan Raja Muhammad Syah pada kekaisaran Mughal yang
di Desain oleh Raja Jai Singh II tahun 1727-1734.
Observatorium ini adalah pertama dan salah satu dari enam observatorium besar
yang dibangun oleh Maharaja. Salah satu alat yang terdapat di observatorium ini tidak hanya
mengikuti pergerakan matahari dan bulan untuk membantu menentukan ramalan yang baik
di setiap momen, jugs membantu memetakan posisi bintang di langit. Waaupun bukan
instrumen teleskopik namun dapat digunakan disetiap waktu, ketelitian observasi terhadap
bintang telah terfasilitasi dengan adanya observatorium Jantar Mantar ini.8 Di antaranya:
1. Misra Yanta
Berada di dekat pintu masuk, bentuknya seperti dua lambang cinta yang terbalik. Di
dekatnya berdiri 2 tiang berbentuk silinder dengan ketinggian yang berbeda. dua pilar ini
berfungsi untuk mengetahui hari terlama dan terpendek dalam setahun. Ketika bulan
desember bayangan tiang yang satu meneutupi keseluruhan tiang lainnya. Sedangkan
bulan Juno tidak terdapat bayangan sama sekali.
8 Reza Akbar, “Sejarah Perkembangan Ilmu Falak dan Keterkaitannya dengan Islam”. Islam Futura. Vol. 17, No 1, Agustus 2017, 50-72.
5
2. Samrat Yantra
Letaknya lebih rendah dari permukaan tanah memiliki ukuran lebih besar dari
instrume lainnya dikenal sebagai jam bayangan matahari berukuran jumbo. Memiliki
ketinggian 20,73 Meter dan lebar dari tumur kebarat 38,10 Meter dan utara ke selatan
34,6 Meter. Pada dasarnya fungsi dari Samrat Yantra adalah mrngukur waktu dalam
6
sehari dengan akurat bahkan dalam hitungan setengah detik. Dilengkapi puluhan anak
tangga dengan kemiringan 45 derajat.
3. Jai Prakas Yantra
Memiliki lengkung setengah lingkaran yang erada di bawah permukaan tanah.
Fungsinya untuk menunjukkan posisi matahari pada saat melintas di garis khatulistiwa.
Ditambah sebuah lubang di bawah struktur bangunan ini yang hanya mmendapat sinar
mathari pada tanggal 21 Maret saja yakni menunjukkan musim semi kota Delhi.
7
4. Ram Yantras
dari luar bentuknya mirip colosseum yang berada di Italia. Bangunan tipe terbuka
menghadap ke langit berbentuk melingkar dilengkapi dengan sederet lengkung jendela
mengelilingi bentuk bangunan. Ada dua tipe Ram Yatras. Perbedannya, jika
keseluruhannya dikelilingi lengkung lubang dan yang satu tidak (hanya polos tertutup
oleh tembok dinding tanpa lengkung jendela. Keduanya memiliki komponen yang sama
di dalamnya. Dengan bentuk yang sangat unik dan artistik. Tepat di tengahnya berdiri
sebuah tiang yang berbentuk bulat.
Tembok dan tiang yang dihhubungkan dengan jajaran lantai yang memiliki skala
ukuran yang sama. Jika diperhatikan mirip dengan jeruji roda sepeda. Instrumen ini
digunakan untuk mengukur ketinggian bintang yang setara dengan garis lintang dan
bujur di bumi.
8
Kesimpulan
Negara India menyimpan peradaban sejarah yang panjang dan warisan ilmu
pengetahuan yang diketahui dan didokumentasi dengan baik. Meskipun Jantar Mantar tidak
lagi digunakan secara langsung oleh ilmu astronomi namun kita patut memberikan
penghargaan yang besar atas ketajaman ilmiah khususnya dibidang astronomi dengan
mengetahui sejarah peradaban di masa lalu.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Reza “Sejarah Perkembangan Ilmu Falak dan Keterkaitannya dengan Islam”. Islam Futura.
Vol. 17, No 1, Agustus 2017, 50-72.
Basya, Ahmad Fuad,Sumbanag Keilmuan Islam Pada Dunia, Penj. Masturi Irham dan Muhammad
Aniq, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015)
Hambali, Slamet, Almanak Sepanjang Masa, (Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo,
2011)
Kadir, A.,Formula Baru Ilmu Falak, (Jakarta: Hamzah, 2012)
Lucas, Henry S.,Sejarah Peradaban Barat Abad Pertengahan, Penj. Sugihardjo Sumobroto dan
Budiawan, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1993)
9
Nashiruddin, Muh., Kalender Hijriah Universal, Semarang: Rafi Sarana Perkasa, 2013
Pannekoek, A, A History of Astronomi, New York, Dover Publications, 1961
Sunanto, Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, Jakarta: Prenada Media, 2003
10
Top Related