HUBUNGAN TUMBUHAN DENGAN AIR
TRANSPIRASI DAN EVAPORASI
Hidayatul Annisa, Riska Widiyana, Novia Liza R., Andri Prima
Jurusan Biologi, Fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alamUniversitas Andalas
ABSTRAK
Air merupakan salah satu komponen yang penting bagi tanaman. Jumlah air yang terkandung didalam tubuh tanaman bergantung pada jenis tanaman tersebut. Praktikum ini dilakukan untuk mengukur kadar air yang ada pada bagian tanaman, mengukur tugiditas relatif dan defisit dari jaringan tumbuhan serta menghit ung luas permukaan daun, laju evaporasi dan transpirasi dari lembaran daun. persentase air tumbuhan lebih tinggi pada tempat-tempat dimana proses fisiologis berlangsung lebih aktif, sedangkan pada tempat yang kurang aktif memiliki kadar air yang lebih rendah seperti pada batang. Kecepatan evaporasi bergantung pada luas permukaan daun, semakin besar luas permukaan maka kecepatan evaporasi juga semakin besar. Laju respirasi pada bagian kutikula Morinda citrifolia lebih rendah dibandingkan dengan bagian bawah stomata.
Kata kunci : Evaporasi, relatif, stomata, turgiditas, transpirasi
I. PENDAHULUAN
1.1 Hubungan tumbuhan dengan
air
Air merupakan komponen utama
dalam tumbuhan, dimana air
menyusun 60-90 % dari berat
daun. Di dalam tubuh tanaman air
berfungsi sebagai pelarut dan juga
merupakan bagian penyusun
tanaman, seperti sitoplasma.
Jumlah air yang dikandung tiap
tanaman berbeda-beda, hal ini
tergantung habitat dan jenis
spesies tumbuhan tersebut.
Tumbuhan herba kebih banyak
mengandung air dari pada
tumbuhan perdu. Tanaman yang
termasuk sekulenta yaitu tanaman
berdaun tebal mempunyai kadar
85%-98%, dan tumbuhan mesofil
mempunyai kadar air antara 100–
300%. Air masuk dari dalam tanah
ke dalam jaringan tanaman melalui
sel-sel akar secara difusi dan
osmosis. Dengan masuknya air
melalui sel-sel akar tentulah akar
terbawa ion-ion yang terdapat di
dalam di dalam tanah karena
larutan tanah mengandung ion-ion
yang terdapat di dalam tanah
karena larutan tanah mengandung
ion (Dwijoseputro, 1994).
Air mempunyai peranan
yang sangat penting untuk
berlangsungnya suatu proses
metabolisme didalam tubuh
tumbuhan. Disamping itu air juga
merupakan penyusun
protoplasma, sebagai pelarut dan
trasnportasi zat-zat makanan.
Fungsi lain dari air adalah menjaga
turginitas yang penting bagi
perbesaran sel dan pertumbuhan,
serta menjaga bentuk tanaman
herba. Turginitas penting dalam
membuka dan menutupnya
stomata daun, pergerakkan daun,
pergerakan korola utama dan
terutama variai struktur tanaman.
Kekurangan air dalam jumlah yang
sangat besar menyebabkan
kurangnya tekanan turgor dalam
tumbuhan vegetatif (Kramer,1980).
Air dari tanah ke xylem
melalui dua jalur, yaitu jalur
apoplas dan simplas. Bila air
masuk melalui dinding sel atau
ruang antar sel, dikatakan air
menembus jalur apoplas. Apoplas
diartikan sebagai bagian mati dari
tumbuhan. Jalur itu ditempuh dari
jaringan epidermis ke korteks. Di
dinding dalam korteks terdapat
jaringan endodermis yang
mempunyai pita Caspari yang tidak
permeable terhadap air pada
dindingnya, sehingga air harus
masuk ke dalam melintasi
membrane plasma. Kemudian
melalui plasmodesmata, air masuk
ke jaringan pembuluh. Jalur
tersebut dinamakan simplas.
Simplas mencakup sitoplasma
semua sel yang berhubungan
melalui plasmodesmata. Xylem
sendiri merupkan bagian dari
apoplas. Peristiwa menembusnya
ion ke membrane sel dari apoplas
masuk ke simplas adalah proses
aktif yang memerlukan energy
yang diperoleh dari hasil respirasi.
Akibatnya konsentrasi ion dari
apoplas masuk ke dalam sel
(simplas) yang mempunyai
konsentrasi lebih tinggi
dibandingkan dengan konsentrasi
diluar (apoplas). Karena lintasan
simplas melewati lapisan
endodermis dan aksodermis, maka
ion bergerak secara bebas masuk
ke perisiklus dan berbagai sel
hidup dalam stilus (Lakitan,2001).
Fungsi penting air dalam
tumbuhan adalah untuk menjaga
turgiditas sel. Ada 3 macam tipe
transpirasi yaitu transpirasi
stomata, kutikula, dan lentisel.
Transpirasi stomata merupakan
bentuk paling umum dan kira-kira
90 % total transpirasi. Stomata
terdapat pada permukaan daun,
epidermis batang muda dan buah
yang muda. Lentisel terdapat pada
periderm batang berkayu dan buah
sebagai ventilator. Transpirasi
melalui lentisel hanya kurang lebih
80 % (Yusriadi, 2008).
1.2. Transpirasi dan evaporasi
Transpirasi adalah hilangnya air
melalui tumbuhan dalam bentuk
uap air dari permukaan sel-sel
hidup. Hal ini disebabkan oleh
beberapa factor, yaitu besarnya
bidang penguapan, suhu
lingkungan, serta perbedaan
tekanan udara di luar dengan
udara di dalam tubuh tanaman
(Kimball,1994).
Transpirasi dapat terjadi
melalui stomata dan kutikula.
Transpirasi melalui stomata
disebut transpirasi stomata yang
terjadi saat stomata membuka
pada siang hari. Pada malam hari
atau pada saat cuaca mendung
stomata akan tertutup atau
menutup diri. Sedangkan
transpirasi melalui kutikula disebut
transpirasi kutikula (Bidwell, 1979).
Transpirasi melalui kutikula
lebih sedikit dibandingkan dengan
transpirasi melalui stomata.
Dikatakan demikian karena pada
kutikula terjadi difusi uap air yang
langsung melibatkan air dan
terdapatnya lapisan penghalang
pada kutikula, seperti kitin, lilin,
dan lain-lain yang menghambat
proses hilangnya uap air dari
permukaan daun tersebut (Devlin,
1975).
Evaporasi adalah gabungan
antara penguapan dan transpirasi,
proses penguapan yang
tergantung kepada temperature
dan kebutuhan tumbuhan tesebut
terhadap air, tumbuhan atau
penguapan itu terjadi pada
beberapa bagian tumbuhan yaitu
daun, batang dan trentikuler dari
buah dan lain – lainya (Bidwell,
1979).
Evaporasi dapat dipandang
sebagai suatu proses pertukaran
energi pada permukaan evaporasi,
difusi molekuler melalui suatu
lapisan batas udara yang tipis
didekat permukaan, atau difusi
turbulen pada udara bebas. Dalam
beberapa hal hubungan yang
normal biasanya melibatkan
kondisi kombinasi dari pengalihan
energi (Wilkins, 1989).
Perbedaan antara
transpirasi dengan evaporasi
adalah : pada tranpirasi 1). proses
fisiologis atau fisika yang
termodifikasi 2.) diatur bukaan
stomata 3.) diatur beberapa
macam tekanan 4.) terjadi di
jaringan hidup 5.) permukaan sel
basah, pada evaporasi 1.) proses
fisika murni 2.) tidak diatur bukaan
stomata 3.) tidak diatur oleh
tekanan 4.) tidak terbatas pada
jaringan hidup 5.) permukaan yang
menjalankannya menjadi
kering.Sebagian besar air yang
diserap tanaman ditranspirasikan.
Misal: tanaman jagung, dari 100%
air yang diserap: 0,09% untuk
menyusun tubuh, 0,01% untuk
pereaksi, 98,9% untuk
ditranspirasikan (Salisbury,1995).
II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
II.1Waktu dan Tempat
Praktikum fisiologi tumbuhan
mengenai hubungan tumbuhan
dengan air serta transpirasi dan
evaporasi dilaksanakan pada hari
Rabu tanggal 12 Maret 2014 pukul
08.00-11.00 WIB di Laboratorium
Teaching 4 Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmi
Pengetahuan Alam Universitas
Andalas, Padang.
II.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Hubungan tumbuhan dengan
air
Alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah kotak karton,
timbangan, oven, cork borer,
petridish, kertas saring sedangkan
bahan yang di gunakan adalah
daun dan ranting Mimosop elengi,
daun Zea mays.
2.2.2 Transpirasi dan evaporasi
Alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah timbanagn
analitik, selotip, gunting, kertas,
jepitan kertas, mikroskop , kaca
objek, cover glass sedangkan
bahan yang digunaklan adalah
Morinda citrifolia, larutan sukrosa,
NaCl 1 M.
II.3 Cara Kerja
2.3.1 Hubungan tumbuhan dengan
air
2.3.1.1 Pengukuran kadar air
jaringan tumbuhan
Ditimbang ranting dan daun dari
Mimosop elengi seberat 10 gr dan
dibuat sebanyak tiga sample,
masing-masing sample dibungkus
dengan kertas dan dimasukkan ke
dalam kotak karton dan di oven
pada suhu 800C selama 48 jam,
kemudian dicatat berat sample
yang telah di oven, dihitung kadar
air tumbuhan dengan rumus :
atau
2.3.1.2 Pengukuran turgiditas
relatif jaringan tumbuhan
Dibuat potongan daun Zea mays
dengan cork borer sebanyak 10
potongan baik dari tanaman yang
tanahnya basah dan tanah yang
kering (3 hari belum disiram).
Ditimbang berat dari masing-
masing 10 potongan daun,
kemudian dua jenis potongan daun
dimasukkan ke dalam Petri dish
berbeda yang telah diisi aquadest
dan diletakkan di bawah lampu
neon, ditunggu selama 3 jam,
ditimbang lagi beratnya ini dsebut
sebagai berat turgid. Setelah itu
dimasukkan ke oven, dan
ditimbang lagi beratnya sebagai
berat kering, lalu dihitung besarnya
turgiditas relatif dan defisit air
dengan rumus :
TR = dan
WD =
2.3.2 Transportasi dan Evaporasi
2.3.2.1 Perhitungan luas
permukaan daun, perkiraan laju
evaporasi dan transpirasi dari
lembaran daun
a. Menghitung luas daun
Diambil lembaran daun dari
Morinda citrifolia. Lalu ditempelkan
pada selembar kertas yang telah
diketahui luas dan beratnya.
Lembaran daun dijiplakkan pada
kertas tersebut. Kemudian jiplakan
gambar daun digunting dan
ditimbang. Dengan demikian luas
daun dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Luas daun = berat guntingan
gambar daun xluas kerta
berat kertas
b. Mengukur kecepatan evaporasi
daun
Diambil lembaran daun yang telah
diketahui luas permukaannya tadi,
kemudian ditimbang dan digantung
dengan jepitan kertas didalam
ruangan atau sinar matahari
langsung. Dalam interval waktu
tertentu 30 menit dilakukan
penimbangan terhadap daun
tersebut. Penimbangan ini
dilakukan setiap sekali 20 menit
selama 3 kali penimbangan. Dibuat
daftar penimbangan pengurangan
berat daun selama evaporasi.
Untuk mengukur kecepatan
evaporasi dapat digunakan rumus:
Kecepatan evaporasi =
besar penguapan : waktu
Luas permukaan daun
c. Laju transpirasi pada daun
dorsiventral
Dua lembar daun Morinda citrifolia
ditimbang, kemudian direndam
dalam air, ditimbang. Daun
pertama diolesi pada permukaan
daun dengan menggunakan
vasellin, dan pada bagian
bawahnya juga diolesi dengan
vasellin. Kemudian daun tersebut
ditimbang kembali satu persatu.
Setelah itu daun tersebut di jemur
di bawah cahaya matahari selama
60 menit tetapi setiap 20 menit
sekali dilakukan penimbangan,jadi
penimbangan tersebut dilakukan
sebanyak tiga kali penimbangan.
Kemudian bandingkan hasil antara
tarnspirasi kutikula dari permukaan
atas dan transpirasi stomata dari
permukaan bawah.
2.3.2.2 Struktur Stomata dan
Aktifitas Membuka-Menutup
Stomata
Diteteskan aquadest diatas kaca
objek,dibuat sayatan tipis
permukaan epidermis atas dan
bawah lembaran daun Morinda
citrifolia kemudian dilitakkan
doatas kaca objek, ditentukan
epidermis atas atau bawahnya
sayatan.Dititup dengan cover glass
dan diamati dibawah
mikroskop.Ditetesi bagian dengan
sukrosa, amati dan catat waktu
yang diperlukan untuk proses
terjadi. Kemudian ditetesi dengan
aquadest dan diamati yang terjadi.
Diamati apakah stomata membuka
atau menutup. Kemudian ditetesi
dengan NaCI, dan dicatat
perubahan stomata. Kembali
ditetesi dengan aquadest untuk
melihat respon dari stomata dan
diamaati kembali perubahan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil
Dari hasil pengamatan pada objek
hubungan tumbuhan dengan air
untuk mengukur kadar air,
turgiditas relatif dan defisit air dari
jaringan tumbuhan didapatkan
hasil yang disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 1. Pengukuran Kadar air Jaringan Tumbuhan
No Tanaman Mimosop
elengi
BB (g) BK(g) %BB
1 Daun 1 10 4,8751,3
2 Daun 2 10 5,19 48,1
3 Daun 3 10 4,58 54,2
4 Ranting 1 10 3,37 66,3
5 Ranting 2 10 5,42 45,8
6 Ranting 3 10 4,10 59
Keterangan : BB (Berat basah), BK (Berat kering)
%BB =
%BB Daun 1 = 10 g – 4,87 g x 100 % = 51,3 %
10 g
% BB Daun 2 = 10 g – 5,19 g x 100 % = 48,1 %
10 g
% BB Daun 3 = 10 g – 4,58 g x 100 % = 54,2 %
10 g
% BB Ranting 1 = 10 g – 3,37 g x 100 % = 66,3 %
10 g
% BB Ranting 2 = 10 g – 5,42 g x 100 % = 45,8 %
10 g
% BB Ranting 3 = 10 g – 4,10 g x 100 % = 59 %
10 g
Tabel 2. Pengukuran Turgiditas Relatif Jaringan Tumbuhan
Tumbuhan Perlakuan BS (g) BT (g) BK (g) TR (%) WD (%)
Zea mays Basah 0,04 0,06 0,02 50 50
Kering 0,02 0,05 0,01 0,5 75
Keterangan: BS (Berat segar), BT (Berat turgid), BK (Berat kering), TR
(Turgiditas relatif), WD (Water defisit)
TR Basah =
= 0,04 - 0,02 x 100 %
0,06 – 0,02
= 50 %
TR Kering = 0,02 - 0,01 x 100 %
0,05 – 0,01
= 5 %
WD Basah =
= 0,06 – 0,04 x 100 %
0,06 – 0,02
= 50 %
WD Kering =
= 0,05 – 0,02 x 100 %
0,05 – 0,01
= 75 %
Hasil peritungan luas permukaan daun , perkiraan laju evaporasi dan transpirasi permukaan
dorsoventral daun disajikan pada tabel berikut :
Tabel 3. Mengitung luas daun
No Lembaran Daun
Berat guntingan gambar daun
Berat kertas
Luas kertas(Pxl)
Luas daun
1 Daun 1 1,31 gr 4,57 gr 630 cm 103,492 Daun 2 1,17 gr 4,46 gr 630 cm 165,26793 Daun 3 1,14 gr 5,57 gr 630 cm 157,1535
luas daun 1 = berat guntingan gambar daun X luas kertas
berat kertas
= 1,31 gr x 630 cm = 103,49
4,57 gr
Luas daun 2 = 1,17 gr x 630 cm = 165,2679
4,46 gr
Luas daun 3 = 1,14 gr x 630 cm = 157,1535
5,57 gr
Tabel 4. Perkiraan kecepatan evaporasi daun
No Lembaran daun
Berat segar
Berat kering Luas permukaan
daun
Kecepatan evaporasi
1 Daun 1 5,51 gr 5,31 gr 103,49 0,00006
2 Daun 2 5,37 gr 5,17 gr 165,2679 0,00004
3 Daun 3 4,67 gr 4,27 gr 157,1535 0,00017
Kecepatan evaporasi daun 1 = besar penguapan : waktu
Luas permukaan daun
= 5,51 gr – 5,31 gr : 30 menit
103,49
= 0,00006
Kecepatan evaporasi daun 2 = 5,37 gr – 5,17 gr : 30 menit
165, 2679
= 0,00004
Kecepatan evaporasi daun 3 = 4,67 gr – 4,27 gr : 30 menit
157,1535
= 0,00017
Tabel 5. Perkiraan laju respirasi daun permukaan dorsoventral
No Permukaan daun
Sebelum diolesi vaselin
Setelah diolesi vaselin
Selisih
1 Permukaan atas (Kutikula)
4,27 3,56 0,71
2 Permukaan bawah (Stomata)
5,17 4,40 0,77
Tabel 6. Proses membuka dan menutupnya stomata pada Morinda citrifolia
No Perlakuan Membuka Menutup
1 Aquadest Membuka -
2 Sukrosa Membuka -
3 Aquadest Membuka -
4 NaCl - Menutup
5 Aquadest Hancur Hancur
Dari tabel 1 di atas dapat
diketahui, bahwa jumlah air
berkurang setelah tumbuhan di
oven. Pada daun pertama berat
daun setelah dioven beratnya
menjadi 4,87 g, berat daun ke dua
adalah 5,19 g dan berat daun ke
tiga adalah 4,58 g. Pada bagian
ranting juga dapat dilhat bahwa
setelah dioven beratnya
berkurang. Pada sampel pertama
beratnya 3,37 g, pada sampel
kedua 5,42 g, pada sampel ketiga
4,10 g. Dari sini dapat kita lihat
perbandingan yang terdapat pada
berat air di dalam ranting dan di
dalam daun. Pada daun banyak
terdapat kandungan air karena
pada daun air sangat berperan
penting dalam melakukan proses
fotosintesis. Dimana fotosistesis ini
dilakakukan pada zat hijau daun,
sedangkan zat hijau daun ini
berada palaing banyak di daun
dari tumbuhan itu.
Bagian daun tumbuhan
mengandung banyak air daripada
bagian rantingnya. Menurut Bidwell
(1979) menyatakan sel-sel mesofil
daun yang tidak tersusun rapat
mengandung ruang udara yang
jenuh terhadap air. Air yang
diserap oleh bulu-bulu akar akan
disebarkan oleh jaringan
pengangkut ke seluruh organ
tumbuhan untuk digunakan sesuai
kebutuhan dari organ tersebut.
Misalnya, di bagian daun untuk
melakukan proses fotosintesis, dan
penguapan untuk menjaga
kestabilan suhu tumbuhan.
Air yang terkandung di
dalam ranting juga memiliki peran
penting di dalam kehidupan tubuh
tumbuhan ini yaitu untuk
mengalirkan zat mineral dan
unsur-unsur hara yang dibutuhkan
oleh tumbuhan, merupakam
pelarut yang membawa nutrisi
mineral dari tanah ke dalam
tumbuhan, merupakan medium
bagi reaksi-reaksi metabolisme,
merupakan peraksi penting dalam
fotosintesis dan proses-proses
hidrolitik dan air penting umtuk
turgiditas, pertumbuhan sel,
mempertahankan bentuk daun,
operasi stomata dan pergerakan
struktur tumbuhan (Kimball, 2000).
Pada tabel 2 mengenai
pengukuran turgiditas relatif
jaringan tumbuhan dan
menentukan nilai defisit air
didapatkan hasil bahwa nilai
turgiditas relatif untuk tanaman
basah sebesar 50 % dan untuk
kondisi tanaman yang kering 5 %.
Sedangkan nilai defisit air untuk
keadaan basah sebesar 50 % dan
untuk tanaman yang kondisinya
kering sebesar 75 %. Dari data
tersebut dapat diketahui bahwa
keadaan turgiditas relatif pada
keadaan basah lebih besar
dibandingkan dengan keadaan
kering. Dari hasil ini dapat
diketahui bahwa ternyata
tumbuhan yang tumbuh pada
tanah atau lahan yang basah
mempunyai kemampuan untuk
mempertahankan kandungan air di
dalam jaringannya lebih besar, hal
ini berarti kecendrungan untuk
turunnya kuantitas air dalam
jaringan tumbuhan lebih sedkit
dibandingkan dengan tumbuhan
yang hidup pada tanah atau lahan
yang kering yang cenderung
mudah mengalami penurunan
kuantitas airnya.
Prawinata (1981)
menyatakan bahwa ketersediaan
air sangat mempengaruhi tugor sel
pada setiap sel-sel tumbuhan,
sehingga apabila ada kekurangan
air maka metabolisme tumbuhan
akan terganggu. Tumbuhan Zea
mays yang biasanya hidup pada
laha kering pada percobaan ini
mempunyai turgiditas yang cukup
tinggi karena kadar air yang
terdapat di lahan tumbuhnya
sedikit. Tapi tanaman ini tidak
mengalami kekurangan air
dikarenakan tumbuhan ini masih
mampu untuk mempertahankan
kandungan air di dalam
jaringannya. Hal ini berarti
tumbuhan Zea mays yang
digunakan yang tumbuh pada
lahan kering disini tidak terlihat
layu seperti tumbuhan yang
mengalami kekurangan air, namun
lebih kecil dibandingkan dengan
Zea mays yang tumbuh pada
lahan basah.
Bidwell (1980) menyatakan
bahwa bila persediaan air dalam
tanah hanya sedikit yang tersedia,
maka air yang diserap oleh
tumbuhan akan sedikit juga karena
tidak mampu untuk mencukupi
kebutuhannya. Jika persediaan air
tanah makin berkurang, maka
tumbuhan tersebut akan
mengalami kelayuan. Hal ini dapat
diartikan bahwa air merupakan
faktor utama pertahanan bagi
tumbuhan.
Hasil yang didapatkan pada
percobaan menentukan luas daun
pada masing-masing daun
Morinda citrifolia berbeda-beda.
Pada tabel 3 dapat dilihat luas
daun 1 adalah 103,49 cm2, luas
daun ke 2 adalah 165,2679 cm2
sedangkan luas daun ke 3 adalah
157,1535 cm2.
Wilkins (1984) menyatakan
bahwa luas suatu permukaan daun
dapat dihitung berdasarkan
perbandingan berat replika daun
dengan berat total kertas. Metoda
ini dipilih didasarkan pada teknis
dan prinsipnya yang sederhana.
Luas daun sangat
mempengaruhi terjadinya proses
transpirasi. Semakin lebar suatu
daun maka semakin cepat
terjadinya transpirasi, dan
sebaliknya semakin sempitnya
daun maka semakin lambat
terjadinya transpirasi (Salisbury
and Ross,1997) dan Bower (1961)
menyatakan bahwa luas daun
dipengaruhi oleh ketersediaan
tanah, tempat ia tumbuh dan
nutrisinya. Factor lingkungan juga
mempengaruhi luas daun dan
besar kecilnya daun.
Pada tabel 4 mengenai
perkiraan kecepatan evaporasi
daun didapatkan hasil bahwa
kecepatan evaporasi daun ke 3
memiliki nilai yang paling tinggi
yaitu sebesar 0,0017
(gr/cm2/menit) dengan luas
permukaan daun sebesar
157,1535 cm2 . Seharusnya daun
dengan luas permukaan yang lebih
besar akan memiliki nilai
kecepatan evaporasi lebih tinggi
yaitu pada daun ke 2 dengan luas
permukaan 165,267 tetapi daun ini
memiliki nilai kecepatan evaporasi
paling rendah yaitu 0,0004
(gr/cm2/menit). Menurut
Dwidjosaputro (1994) bahwa
besarnya evaporasi ini dipengaruhi
oleh luas daun. Semakin luas
permukaan daun maka kecepatan
evaporasi akan semakin
tinggi,ketebalan daun juga
mempengaruhi kecepatan
evaporasi. Teori ini berbeda
dengan hasil praktikum karena
pada luas permukaan daun yang
lebih besar, kecepatan
evaporasinya kecil. Sedangkan
hasil luas permukaan daun kecil,
kecepatan evaporasinya tinggi. hal
ini mungkin karena faktor
lingkungan dan waktu.
Pada percobaan untuk
menghitung laju respirasi pada
permukaan dorsoventral daun
digunakan vaselin yang diolesi
pada bagian atas permukaan daun
dan bagian bawah daun. Dari tabel
itu dilihat bahwa selisih berat daun
Morinda citrifolia yang diolesi
vaselin pada bagian permukaan
atasnya lebih ringan yaitu sebesar
0,71 gr daripada yang diberi
vaselin pada bagian bawahnya
yaitu sebesar 0,77 gr. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin kecil
selisih maka laju respirasi semakin
rendah. Berarti laju respirasi pada
bagian atas (kutikula) lebih rendah
dibandingkan dengan bagian
bawah (stomata).
Berdasarkan literatur,
bahwa transpirasi lebih besar
terjadi pada bagian bawah daun
daripada pada bagian atas daun.
Menurut Dwijoseputro (1985)
bahwa transpirasi melalui stomata
lebih aktif karena jaringan ini
terdapat jaringan bunga karang
yang susunannya longgar. Lapisan
kutikula yang tebal dari lapisan lilin
merupakan lapisan pelengkap
untuk mengurangi penguapan
yang terlalu besar pada
permukaan daun dan juga
berfungsi dalam bekerjanya
stomata dan mengubah
permeabilitas plasma.
Menurut Noggle (1979),
bahwa kutikula secara relatif tidak
tembus air, yang pada sebagian
tanaman transpirasi kutikula hanya
10% dari seluruh jumlah
penguapan. Makin banyak jumlah
stomata kemungkinan hilangnya
uap air cukup besar, sehingga
mempengaruhi besarnya laju
transpirasi.
Transpirasi yang melalui
kutikula lebih sedikit dibandingkan
dengan stomata, karena pada
kutikula terjadi difusi uap air
dengan langsung mengakibatkan
uap air dan terdapat lapisan
penghalang pada kutikula seperti
zat kutin, lilin dan yang lain yang
akan memperlambat proses
hilangnya air dari permukaan daun
tersebut (Delvin,1975).
Pada percobaan terakhir
mengenai aktifitas membuka dan
menutupnya stomata tidak
didapatkan hasil yang sesuai
dengan literature. Berdasarkan
praktikum yang telah dilaksanakan
sayatan daun Morinda citrifolia
yang diberikan aquadest akan
membuka dan memperjelas bentuk
stomata. Saat ditetesi dengan
sukrosa kemudian ditetesi
aquadest stomata tetap membuka.
Saat sayatn daun ditetesi dengan
NaCl stomata menutup. Hal ini
tidak sesuai dengan literature.
Salisbury dan Ross (1995)
menyatakan bahwa hal ini terjadi
karena adanya perbedaan
konsentrasi antara lingkungan
yaitu larutan sukrosa dengan
dalam sel epidermis. Ketika
konsentrasi lingkungan lebih tinggi
daripada konsentrasi didalam
jaringan, maka stomata akan
menutup untuk mencegah
terjadinya pengeluaran air.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang
didapatkan, dapat disimpulkan
bahwa :
1.Persentase berat basah (% BB)
pada masing-masing daun dan
ranting berbeda-beda. Daun
memiliki kadar aiar lebih tinggi bila
dibandingkan dengan ranting.
2. Turgiditas relatif pada keadaan
basah lebih besar dibandingkan
dengan keadaan kering yaitu 50%
nilai turgiditas relative pada
keadaan basah dan 5 % turgiditas
relative pada keadaan kering.
3. Luas daun terbesar adalah pada
daun ke dua yaitu sebesar
165,2679 cm2 sedangkan luas
daun terkecil adalah pada daun
pertama yaitu sebesar 103,49 cm2.
4. Luas daun sangat
mempengaruhi terjadinya proses
transpirasi. Semakin lebar suatu
daun maka semakin cepat
terjadinya transpirasi, dan
sebaliknya semakin sempitnya
daun maka semakin lambat
ter.jadinya transpirasi. Daun ke 3
memiliki kecepatan evaporasi
tinggi dengan nilai 0,0017
(gr/cm2/menit).
5. Laju respirasi pada bagian atas
(kutikula) lebih rendah
dibandingkan dengan bagian
bawah (stomata).
6. Stomata akan membuka ketika
diberi perlakuan aquadest dan
NaCl dan menutup bila diberi
perlakuan larutan sukrosa .
4.2 Saran
Dalam melakukan percobaan ini
praktikan harus benar-benar
memahami cara kerja setiap
percobaan dan harus lebih teliti
dalam mengamati setiap
perlakuan. Sebelum melakukan
percobaan, sebaiknya praktikan
membaca penuntun dan literatur-
literatur yang berhubungan dengan
percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Bidwell, S.P. 1980. Plant Physiology Second Edition. Mac Milan Publishing Co. New York.
Bower, F.O.196. Botany of The Living Plant. Mc.Milan and Co. Ltd. St Martin Press :London
Devlin, R.M. 1975. Plant
Physiology Third Edition.
Nostrand Company. New
York.
Dwijoseputro, D. 1994. Dasar-
Dasar Ilmu Tanaman.
Gramedia. Jakarta.
Dwijoseputro.1985. Pengantar
Fisiologi Tumbuhan. PT.
Gramedia :Jakarta
Kramer, J.P. 1980. Plant and Soil Water Relation Ship a Modern Syntesis. Tata MC Graw Hill Publishing co. Itd. New York.
Kimball,J.W. 1994. Biologi Jilid 1
Edisi V. Erlangga : Jakarta.
Lakitan, Benyamin. 2001. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Grafindo Persada. Jakarta.
Noggle and Fritz.1979. Introduction Plant Physiology. Practise Hall of India, Private Limited India :New Delhi.
Prawinata, Harran dan Tjondronegoro.1981. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Jilid I. IPB : Bogor.
Salisbury, J.W. dan Ross. 1995.
Fisiologi Tumbuhan Jilid I. ITB.
Bandung
Salisbury,B.Frank and Cleon W Ross.1997. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. ITB Press :Bandung.
Wilkins, M. 1984. Advanced Plant
Physiology. British Pittman
Press. London
Yusriadi. 2008. Evaporasi dan
Transpirasi. 18 Februari
2012
Top Related