PENGARUH POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI BAYI PADA KELUARGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA
T E S I S
Oleh
YUSNIDARYANI 057023021/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
PENGARUH POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI BAYI PADA KELUARGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN
DI KABUPATEN ACEH UTARA
T E S I S
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
YUSNIDARYANI 057023021/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
Judul Tesis : PENGARUH POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI BAYI PADA KELUARGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN DI KABUPATEN ACEH UTARA
Nama Mahasiswa : Yusnidaryani Nomor Pokok : 057023021 Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi Kesehatan Komunitas/ Epidemiologi
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Dr.Ir.Evawani Y. Aritonang, MSi) (Drs.Tukiman,MKM)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc) Tanggal lulus : 23 Juni 2009 Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
Telah diuji pada
Tanggal : 23 Juni 2009
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Dr.Ir.Evawani Y. Aritonang, MSi
Anggota : 1. Drs.Tukiman, MKM
2. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes
3. Ernawati Nasution, SKM, M.Kes
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
PERNYATAAN
PENGARUH POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI BAYI PADA
KELUARGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN DI KABUPATEN ACEH UTARA
T E S I S
Terhadap ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juni 2009 Yusnidaryani 057023021/AKK
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
ABSTRAK
Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia.
Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan. Prevalensi gizi kurang di Indonesia lebih dari 5 juta balita. Kabupaten Aceh Utara persentase balita gizi kurang adalah 33,5% dan gizi buruk 10,9%.
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh pola asuh (asuh diri, asuh makan dan asuh kesehatan) terhadap status gizi bayi pada keluarga miskin dan tidak miskin di Kabupaten Aceh Utara. Jenis penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 100 orang pada masing-masing keluarga miskin dan tidak miskin, sampel diambil secara simple random. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan regresi logistik berganda =0.05
Hasil penelitian menunjukkan bahwa asuh diri, asuh makan dan asuh kesehatan pada keluarga tidak miskin jauh lebih baik dibandingkan pada keluarga miskin. Status gizi bayi pada keluarga tidak miskin lebih baik dibandingkan pada keluarga miskin. Pola asuh meliputi variabel asuh diri, asuh makan dan asuh kesehatan pada keluarga miskin dan tidak miskin berpengaruh signifikan terhadap status gizi bayi.dan asuh kesehatan pada keluarga miskin dan tidak miskin memberikan pengaruh yang paling dominan terhadap status gizi bayi.
Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara untuk membuat kebijakan tentang pendistribusian makanan tambahan untuk penanggulangan kasus gizi kurang khususnya pada masyarakat keluarga miskin. Kepala puskesmas perlu meningkatkan pemberdayaan bidan desa dengan fasilitas yang sudah ada dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi dan memberi pengarahan tentang pentingnya kegiatan asuh kesehatan yang baik, sebagai upaya meningkatkan status kesehatan dan gizi bayi. Petugas Gizi Puskesmas perlu meningkatkan penyuluhan pada saat hari buka posyandu maupun penyuluhan saat kunjungan rumah tentang asuh diri dan asuh makan untuk meningkatkan status gizi bayi, khususnya kepada orangtua yang bayinya baru kunjungan pertama ke posyandu Kata kunci : Pola Asuh, Status Gizi, Bayi
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
ABSTRACT
Nutrient is one of the factors determining the quality of human resources. Lack of nutrient will result in the failure of physical growth and development of intelligence. The prevalence of malnutrition in Indonesia is found in more than 5 (five) million children under five years old. In Aceh Utara District, the percentage of children under five years old with malnutrition is 33.5% and those with poor nutrition is 10.9%.
The purpose of this observational study with cross-sectional design is to analyze the influence of nursing pattern (of meal, self, and health) on the status of the babies belong to poor and non-poor families in Aceh Utara District. The samples for this study are 100 babies who were selected from the poor and non-poor families respectively through the simple random sampling technique. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews. The data obtained were analyzed through multiple logistic regression test at a = 0.05.
The result of this study shows that the self, meal, and health nursing patterns in the non-poor family is much better than those in the poor family. The nutrient status of the babies in the non-poor family is better than that in the poor family. The nursing pattern (concerning baby's meal, self, and health) applied in both the poor and non-poor families has a significant influence on the nutrient status of the babies. The health-nursing pattern applied in both the poor family and non-poor family has the most dominant influence on the nutrient status of the babies.
It is expected that Aceh Utara District Health Service could make a policy on Supplementary Food Administration (PMT) to overcome the cases of malnutrition and poor nutrient in the poor family. The Head of Community Health Center needs to activate the existing nutrient service facilities and to assign the skilled health workers to serve and provide the mothers with babies with an extension on the activities of good health care. The nutrient specialist of Community Health Center and the cadres of the Posyandu (Integrated Service Post) need to provide extensions on the nursing pattern of self and meal that can improve the nutrient status of their babies either during the working hours of the Posyandu or when they pay a home visit. Key words: Nursing Pattern, Nutrient Status, Baby
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan
judul " Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi pada Keluarga Miskin
dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara ".
Penulisan ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiologi Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Dengan segala ketulusan hati dan keikhlasan, penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp. A(K), sebagai Rektor
Universitas Sumatera Utara.
Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, sebagai Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, sebagai Ketua Program Studi Administrasi
dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Ibu Dr. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang
dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan
waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan
waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes dan Ibu Ernawati Nasution, SKM, M.Kes selaku
Dosen Penguji Tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing,
mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal
hingga penulisan tesis selesai
Bapak Bupati Kabupaten Aceh Utara yang telah berkenan memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus memberikan
izin belajar pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Bapak Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus
memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.
Para dosen dan staf di lingkungan Sekolah Pascasarjana Program Studi
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan khususnya Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan.
Kepala Puskesmas Sawang dan Kepala Puskesmas Matang Kuli, yang telah
memberikan dukungan untuk menyediakan data dan segala sesuatu yang dibutuhkan
dalam pengumpulan data penelitian.
Teristimewa buat suami tersayang Nur Ikhlas dan anak-anakku; Yudhi,
Melati, Melda, Wahyu dan Ozha yang penuh pengertian, kesabaran, pengorbanan dan
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
do'a serta rasa cinta yang dalam setia menunggu, memotivasi dan memberikan
dukungan moril agar bisa menyelesaikan pendidikan ini tepat waktu.
Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada Jalaluddin, SKM,
dr. Irawati, Hamdani, SKM, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, yang telah memberikan dukungan dan motivasi selama penulis mengikuti
pendidikan serta menyelesaikan penulisan tesis ini.
Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan
harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan,
dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, Juni 2009
Penulis
Yusnidaryani
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
RIWAYAT HIDUP
Yusnidaryani, lahir pada tanggal 17 Desember 1965 di Teupinpunti, dengan
jumlah 6 bersaudara. Tinggal di Jl. Medan Banda Aceh Jurong Panyang No.7
Gampong Ketapang Tp.Punti Kec. Syamtalira Aron Aceh Utara.
Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan sekolah dasar di Sekolah
Dasar Negeri Teupanpunti selesai tahun 1980, Sekolah Menengah Pertama di SMP
Negeri Sp.Malieung selesai tahun 1983, Sekolah Perawat Kesehatan Pemda
Lhokseumawe selesai Tahun 1986, pendidikan Bidan PBB Kesdam Banda Aceh
selesai tahun 1990, Akademi Keperawatan Depkes RI Wijaya Kusuma, Jakarta
selesai tahun 2000. AKTA III Universitas Negeri Jakarta selesai tahun 2000, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Indonesia Jakarta selesai tahun 2002,
AKTA IV Universitas Terbuka selesai tahun 2004, D.III Kebidanan selesai tahun
2009 di Akademi Kesehatan Bukit Rata Aceh Utara.
Penulis menikah pada 25 Mei 1986 dengan Nur Ikhlas dan sampai saat ini
telah dikarunai 5 orang anak yaitu 2 orang putra dan 3 orang putri.
Bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Puskesmas Meurah Mulia dari tahun
1986 sampai 1990, Puskesmas Syamtalira Aron tahun 1990 sampai 1997, Akademi
Kesehatan Pemerintah Kabupaten Aceh Utara tahun 2002 sampai sekarang.
Tahun 2005 penulis mengikuti pendidikan lanjutan di S-2 program Studi
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan/Komunitas Epidemiologi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara Medan.
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i ABSTRACT.......................................................................................................... ii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP............................................................................................... vi DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii DAFTAR TABEL................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1 1.2. Permasalahan...................................................................................... 6 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7 1.4. Hipotesis............................................................................................. 7 1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9
2.1 Pola Asuh .......................................................................................... 9 2.1.1. Asuh Makan .............................................................................. 10 2.1.2. Asuh Diri ................................................................................... 13 2.1.3. Asuh Kesehatan......................................................................... 13
2.2. Status Gizi .......................................................................................... 14 2.2.1.Angka kecukupan gizi rata-rata yang di anjurkan (perorang
perhari) ..................................................................................... 14 2.2.2. Penilaian Status Gizi ................................................................. 15 2.2.3 Klasifikasi Status Gizi............................................................... 15 2.2.4. Pemantauan Pertumbuhan......................................................... 16 2.2.5. Tujuan Pemantauan Status Gizi ................................................ 17 2.2.6. Cara Pemantauan Satus Gizi ..................................................... 17
2.3. Indikator Keluarga Miskin ................................................................ 19 2.4. Indikator Keluarga tidak Miskin ........................................................ 22 2.5. Landasan Teori ................................................................................... 23 2.6. Kerangka Konsep Penelitian .............................................................. 24
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
BAB 3 METODE PENELITIAN ..................................................................... 26
3.1. Jenis Penelitian................................................................................... 26 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 26 3.3. Populasi dan Sampel .......................................................................... 27 3.4. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 29 3.5. Variabel dan Definisi Operasional ..................................................... 31 3.6. Metode Pengukuran ........................................................................... 33 3.7. Metode Analisis Data ......................................................................... 35
BAB 4 HASIL PENELITIAN .......................................................................... 37
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 37 4.2. Karakteristik Keluarga ....................................................................... 39 4.3. Pola Asuh Bayi................................................................................... 42
4.3.1. Asuh Diri ................................................................................... 43 4.3.2. Asuh Makan .............................................................................. 46 4.3.3. Asuh Kesehatan......................................................................... 52
4.4. Status Gizi Bayi.................................................................................. 55 4.5. Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi ......................................... 56
4.5.1. Hubungan Asuh Diri dengan Status Gizi .................................. 56 4.5.2. Hubungan Asuh Makan dengan Status Gizi ............................. 57 4.5.3. Hubungan Asuh Kesehatan dengan Status Gizi....................... 58
4.6. Analisis Multivariat (Regresi Logistik) ............................................. 59
BAB 5 PEMBAHASAN ..................................................................................... 62
5.1. Pengaruh Asuh Diri Terhadap Status Gizi Bayi ................................ 62 5.2. Pengaruh Asuh Makan Terhadap Status Gizi Bayi............................ 64 5.3. Pengaruh Asuh Kesehatan Terhadap Status Gizi Bayi ...................... 67 5.4. Keterbatasan Penelitian...................................................................... 70
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 72
6.1. Kesimpulan ....................................................................................... 72 6.2. Saran.................................................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 74
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
DAFTAR TABEL Nomor Judul Halaman
2.1. Angka Kecukupan Energi Dan Protein Rata-Rata yang dianjurkan Perorang Perhari.......................................................................................... 14
4.1. Karakteristik Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009........................................................................................ 39
4.2 Personal Higiene pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 .............................................................................. 43
4.3 Higiene Makanan pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 .............................................................................. 44
4.4. Higiene Lingkungan pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 ........................................................... 45
4.5. Kategori Asuh Diri pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009............................................................ 45
4.6. Asuh makan menurut umur pada keluarga miskin dan tidak miskin .......... 46
4.7. Asuh Makan pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 .............................................................................. 47
4.8. Jenis dan Frekuensi Makan pada Keluarga Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009........................................................................................ 48
4.9 Jenis dan Frekuensi Makan pada Keluarga Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 .............................................................................. 49
4.10. Konsumsi Energi dan Protein Bayi pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 ........................................... 51
4.11. Kategori Asuh Makan pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009............................................................ 53
4.12. Asuh Kesehatan pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 .............................................................................. 54
4.13. Kategori Asuh Kesehatan pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009............................................................ 55
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
4.14. Status Gizi Bayi pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009 .............................................................................. 56
4.15. Uji Chi-Square Hubungan Asuh Diri dengan Status Gizi Menurut Status Keluarga di Kabupaten Aceh Utara .......................................................... 57
4.16. Uji Chi-Square Hubungan Asuh Makan dengan Status Gizi Menurut Status Keluarga di Kabupaten Aceh Utara ................................................ 58
4.17. Uji Chi-Square Hubungan Asuh Kesehatan dengan Status Gizi Menurut Status Keluarga di Kabupaten Aceh Utara ................................................ 59
4.18.Hasil Uji Multivariat Regresi Logistik.......................................................... 60
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman
2.1. Faktor Penyebab Gizi Kurang...................................................................... 24
2.2. Kerangka Konsep Penelitian........................................................................ 25 3.1. Skema Pengambilan Sampel........................................................................ 28
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman 1. Kuesioner Penelitian ...................................................................................... 77 2. Food Frequency Questionaire ....................................................................... 83 3. Food Recall Questionaire .............................................................................. 84 4. Hasil Uji Chi Square ...................................................................................... 85 5. Hasil uji Regresi Logistik............................................................................... 88 6. Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................................................... 90 7. Master Data .................................................................................................... 96 8. Dokumentasi Penelitian ................................................................................. 98
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia.
Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan
kecerdasan, menurunkan produktifitas kerja dan menurunkan daya tahan tubuh yang
berakibat meningkatnya angka kesakitan dan kematian (Direktorat Gizi Masyarakat,
2004).
Saat ini kekurangan gizi dialami sepertiga balita di negara sedang berkembang
dan merupakan penyebab separuh kematian anak di seluruh dunia (Pellitier,1995).
Hal ini mengakibatkan hilang dan berkurangnya kemampuan produktifitas
dikarenakan anak yang mengalami kekurangan gizi akan mengalami kelemahan fisik
dan intelektual sampai usia dewasa (Grigsby, 2005).
Prevalensi dan jumlah balita yang kekurangan gizi di negara sedang
berkembang masih menunjukkan angka yang memprihatinkan. Asia Selatan
merupakan daerah tertinggi kejadian gizi kurang dengan prevalensi 49,3 persen pada
tahun 1995, di Sub-Afrika 1 dari 3 anak mengalami gizi kurang (Smith dan Haddad,
2000).
Di Indonesia trend gizi kurang menunjukkan penurunan yang lambat (Heaver
dan Masson, 2000). Saat ini lebih dari 5 juta balita menderita kurang gizi.
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
Diperkirakan 2 balita meninggal setiap menit, 1 balita meninggal karena gizi kurang
dan 1 balita meninggal karena infeksi.
Data kajian gizi pada 13 Kabupaten dan Kota yang terkena dampak tsunami di
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terdapat 11 Kabupaten yang berada pada tingkat
resiko tinggi atau prevalensi gizi kurang lebih besar dari 29,9 persen dan 2 Kabupaten
berada pada tingkat risiko sedang atau prevalensi gizi kurang pada balita 20 sampai
29,9 persen. Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam menunjukkan persentase balita status gizi kurang adalah
33,5 persen dan status gizi buruk 10,9 persen dari 4020 balita yang dinilai
menggunakan indikator berat badan menurut umur. Dari kelompok umur 0 - 1 tahun,
prevalensi gizi kurang sebesar 28,6 persen (Pemda NAD dan Depkes RI, 2006).
Data pemantauan status gizi tahun 2006, dari 77.922 jumlah balita, balita yang
ditimbang 39.740 balita atau 51 persen. Dari jumlah balita yang ditimbang terdapat
balita bawah garis merah (BMG) 3.819 atau 4,9 persen, kasus balita bawah garis titik
(BGT) sejumlah 8.961 balita atau 11,5 persen (Dinkes Kabupaten Aceh Utara, 2006).
Berdasarkan data pemantauan status gizi balita di Kabupaten Aceh Utara pada
3 tahun terakhir masalah gizi balita masih belum teratasi. Status gizi buruk berkisar
antara 4 sampai dengan 10,3 persen, walaupun sudah menunjukkan adanya
penurunan. Kejadian gizi kurang masih dialami 10,5 sampai 18 persen balita.
Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 920/Menkes/SK/VIII/2002
tanggal 1 Agustus 2002 menyebutkan bahwa suatu masyarakat disebut tidak
mempunyai masalah kesehatan masyarakat bila hanya 2,0 persen balita yang Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
mengalami gizi kurang (berada antara -2SD dan -3SD) atau mengalami gizi lebih
(antara 2SD dan 3SD) .
Upaya menurunkan gizi kurang menjadi target Millineum Development Goals
dengan tujuan khusus mengurangi 50 persen prevalensi gizi kurang pada balita antara
tahun 1990 sampai 2015 ( De Onis, et all, 2004). Sasaran Nasional pembangunan di
bidang kesehatan tahun 2010 adalah menurunkan prevalensi balita bawah garis merah
kurang dari 15 persen, cakupan balita gizi buruk mendapatkan perawatan 100 persen
dan meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan menjadi 80
persen. Target dan indikator Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) yaitu
menurunkan prevalensi balita pendek menjadi 10,3 persen pada tahun 2015 dan
menurunkan prevalensi balita kurus/sangat kurus menjadi 5,3 persen (Pokja
Penyusunan PNBAI 2015, 2004).
Berkaitan dengan target menurunkan prevalensi masalah gizi, maka perlu
pemantauan khusus terhadap daerah yang belum mencapai target. Status gizi bayi
berhubungan dengan pola asuh termasuk asuh makan (pemberian ASI dan MP-ASI)
asuh diri (personal hygiene, hygiene makanan dan lingkungan) dan asuh kesehatan
(jenis penyakit, frekuensi dan lama sakit dan imunisasi). Kemampuan ibu
mempraktekkan pemberian ASI, MP-ASI yang tepat, perilaku ibu memelihara
kebersihan bayi dan lingkungan, perawatan anak sakit dan imunisasi akan
mempengaruhi status gizi (Smits, et all, 2003).
Gizi buruk dapat terjadi pada bayi manapun yang tidak secara mutlak
dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi keluarga. Hal ini berarti bahwa bayi-bayi Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
yang berasal dari keluarga dengan kemampuan ekonomi tinggi juga dapat mengalami
gizi buruk. Sebaliknya pada keluarga berpenghasilan rendah juga dapat dijumpai bayi
yang status gizinya baik. Dari keadaan ini disimpulkan bahwa pola asuh sangat
berperan terhadap status gizi bayi.
Beberapa penelitian telah membuktikan hubungan pola asuh dengan status
gizi. Sandjaja (2001) meneliti tentang penyimpangan positif (positive deviance) status
gizi anak balita. Penelitian ini mengemukakan bahwa ditemukan pada beberapa
keluarga dengan sosial ekonomi rendah mempunyai daya adaptasi yang tinggi
sehingga mampu tumbuh dan berkembang walaupun menghadapi tekanan ekonomi,
sosial dan lingkungan. Faktor yang berperan adalah faktor ibu, pola asuh anak,
kesehatan anak dan konsumsi makanan pada balita.
Penelitian Mustafa (2006), menunjukkan ada hubungan antara pola asuh
dengan status gizi balita, dimana kondisi pasca bencana tsunami menyebabkan
masyarakat mengalami kesulitan untuk mencari nafkah. Keluarga dengan
berpenghasilan cukup maupun tidak cukup dengan pola asuh yang memadai
cenderung mengalami perbaikan status gizi.
Pendapatan merupakan determinan yang mempengaruhi status gizi, bisa
dilihat dari tingkat kesejahteraan keluarga. Di Indonesia tingkat kesejahteraan
keluarga diklasifikasikan menjadi keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera satu dan
keluarga sejahtera dua. Kategori yang sangat rentan mengalami gangguan gizi adalah
keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera satu.
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
Selain pendapatan, konsumsi berpengaruh terhadap status gizi. Konsumsi
makan bayi diperoleh dari ASI dan MP ASI. Pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan pada bayi akan berperan penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan
bayi.
World Health Organzation (WHO) dan United Nation Children Fund
(UNICEF) mendeklarasikan kerjasama dalam hal perlindungan promosi dan
dukungan terhadap pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif. Deklarasi ini
menghimbau semua pemerintah negara-negara di dunia untuk mengambil kebijakan
serta menentukan target terhadap menyusui eksklusif, yaitu pada bayi diberikan
hanya ASI saja langsung atau tidak langsung (diperas). Cairan lain yang dibolehkan
hanya vitamin, mineral dan atau obat dalam bentuk sirup atau tetes. WHO
merekomendasikan menyusui secara eksklusif usia 4-6 bulan, sementara itu UNICEF
dan America Academy of Pediatric (APP) menetapkan sampai usia 6 bulan,
dilanjutkan sampai dengan 1 tahun atau lebih bersama dengan makanan pendamping
ASI (Unicef,1999 dan APP, 1997).
Pemberian ASI tanpa makanan pendamping ASI pada bayi 4-6 bulan masih
sangat rendah di beberapa Negara Asia. Banglades hanya 10 persen, Srilangka 17,57
persen dan Thailand 4 persen. Di Amerika Serikat proporsi menyusui eksklusif
adalah 47 persen pada bayi 7 hari, 32 persen pada bayi 2 bulan, 19 persen pada bayi 4
bulan dan 10 persen pada bayi usia 6 bulan.
Di Indonesia pada tahun 2002 persentase pemberian ASI eksklusif pada
kelompok umur kurang 4 bulan 55,1 persen, pada usia dibawah 6 bulan adalah 39,5 Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
persen dan usia 6-9 bulan adalah 4,9 persen. Hal ini berarti pemberian ASI saja, tanpa
MP-ASI semakin menurun sejalan dengan bertambahnya usia bayi (SDKI, 2002).
Bila dibandingkan dengan standar nasional cakupan ASI yang ditetapkan
Depkes sebesar 80 persen, cakupan pemberian ASI di Nanggroe Aceh Darussalam
masih jauh dibawah standar. (Dinkes, NAD Kab.Aceh Utara, 2006).
Pengasuhan anak pada keluarga miskin, walaupun diasuh oleh ibu sendiri,
namun sering dibiarkan duduk di tanah, tanpa alas kaki, serta tanmpa memakai
celana. Disamping itu kondisi rumah juga kurang mendukung karena masih berlantai
tanah. Sementara itu pada keluarga tidak miskin, malaupun pengasuhan dilakukan ibu
sendiri dan pembantu, tetapi jarang dibiarkan bermain di tanah tanpa alas kaki dan
celana.
Berdasarkan masalah tersebut maka penelitian ini bermaksud untuk
menganalisa pengaruh pola asuh (pemberian ASI dan MP-ASI) asuh diri (personal
hyigiene, hygiene makanan dan lingkungan) dan asuh kesehatan (jenis penyakit,
frekuensi dan lama sakit, imunisasi) terhadap status gizi bayi pada keluarga miskin
dan tidak miskin di Kabupaten Aceh Utara tahun 2009.
1.2.Permasalahan
Berdasarkan masih tingginya kasus gizi buruk di Kabupaten Aceh Utara,
ingin diketahui bagaimana pengaruh pola asuh terhadap status gizi bayi pada keluarga
miskin dan tidak miskin di Kabupaten Aceh Utara tahun 2009.
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pola
asuh meliputi asuh makan (jenis makanan, frekuensi makan, konsumsi energi dan
protein), asuh diri (kebersihan perorangan, higiene makan, higiene lingkungan) dan
asuh kesehatan (jenis sakit, frekuensi sakit, lama sakit, imunisasi) terhadap status gizi
bayi pada keluarga miskin dan tidak miskin di Kabupaten Aceh Utara.
1.4.Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka sebagai hipotesis dalam penelitian
ini adalah "terdapat pengaruh pola asuh makan (jenis makanan, frekuensi makan,
konsumsi energi dan protein), asuh diri (kebersihan perorangan, higiene makan,
higiene lingkungan) dan asuh kesehatan (jenis sakit, frekuensi sakit, lama sakit,
imunisasi) terhadap status gizi bayi pada keluarga miskin dan tidak miskin di
Kabupaten Aceh Utara.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi tenaga gizi puskesmas dalam pengembangan ilmu
pengetahuan tentang pola asuh (asuh makan, asuh diri, asuh kesehatan) serta
faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada anak bayi.
2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara NAD dan
pihak terkait dalam membuat kebijakan penanggulangan masalah pola asuh
dengan status gizi bayi pada keluarga miskin dan tidak miskin di Kabupaten
Aceh Utara. Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
3. Sebagai bahan referensi dalam bidang Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
khususnya pada program penanggulangan masalah gizi bayi di Kabupaten Aceh
Utara.
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pola Asuh
Pola asuh adalah pemenuhan kebutuhan fisik dan biomedis anak. Pola asuh ini
termasuk pangan dan gizi, kesehatan dasar, imunisasi, penimbangan, pengobatan,
papan/pemukiman yang layak, hygiene perorangan, sanitasi lingkungan, sandang dan
rekreasi (Soekirman, 1999).
Pola asuh yang memadai pada bayi adalah pemenuhan kebutuhan fisik dan
biomedis anak terpenuhi secara optimal. Hal ini dilakukan melalui pemberian gizi
yang baik berupa pemberian ASI, pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-
ASI) tepat waktu dan bentuknya, melanjutkan menyusui sampai anak berumur 2
tahun, ibu punya cukup waktu merawat bayi, imunisasi dan memantau pertumbuhan
melalui kegiatan penimbangan (Soekirman, 1999).
Pengasuhan bayi adalah perilaku yang dipraktikan oleh pengasuh (ibu, bapak,
nenek atau orang lain) dalam memberikan makanan, pemeliharaan kesehatan,
memberikan stimulasi serta dukungan emosional yang dibutuhkan bayi untuk
tumbuh-kembang, termasuk kasih sayang dan tanggung jawab orang tua. Pengasuhan
yang baik sangat penting untuk menjamin tumbuh kembang bayi secara optimal. Pada
keluarga miskin, ketersediaan pangan di rumah tangga belum tentu mencukupi, ibu
yang tahu bagaimana mengasuh anaknya, dapat memanfaatkan sumber-sumber yang
terbatas untuk dapat menjamin tumbuh kembang anak secara optimal (Anwar, 2000).
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
Hasil penelitian Sandjaja (2001) menemukan sebagian anak dalam keluarga
tertentu dengan sosial ekonomi rendah mempunyai daya adaptasi yang tinggi
sehingga mampu tumbuh dan kembang terhadap tekanan ekonomi, sosial dan
lingkungan. Faktor-faktor positif deviance yang berperan nyata dalam status gizi anak
antara lain adalah faktor ibu, pola asuh anak, keadaan kesehatan anak, dan konsumsi
makanan anak.
2.1.1. Asuh Makan
Menyusui adalah praktek memberikan makanan, kesehatan dan pengasuhan
yang terjadi secara bersamaan. Di Indonesia Exclusive breastfeeding dikenal sebagai
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif adalah pada bayi diberikan hanya
ASI saja langsung atau tidak langsung (diperas), cairan lain yang dibolehkan hanya
vitamin, mineral dan atau obat dalam bentuk sirop atau tetes, lebih dari 95 persen
anak-anak didunia pada mulanya diberikan ASI sebagai hasil dari promosi
pentingnya ASI bagi kelangsungan hidup anak, prevalensi pemberian ASI telah
meningkat sejak 1990 an di Negara-negara sedang berkembang. (WHO, 1991).
ASI mengandung gizi yang baik untuk bayi dan sebagai imunitas untuk
melindungi bayi dari infeksi, selain itu juga memberikan keuntungan pada ibu berupa
percepatan kembalinya uterus pada posisi semula setelah melahirkan, menghambat
ovulasi dan menurunkan risiko kanker payudara, kanker ovarium dan kanker
endometrium (Guise, 2003). Penelitian lain menunjukkan bahwa ASI dapat
memberikan perlindungan terhadap penyakit diare dan peradangan telinga (Scariati,
1997). Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
ASI adalah sumber gizi yang unik dan memainkan peran penting dalam
pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup bayi baru lahir. Keuntungan
ASI sangat baik dan sehat, terutama pada lingkungan yang jelek, pemberian susu
formula mempunyai risiko kontaminasi disertai penyajian yang terlalu cair akan
meningkatkan risiko morbiditas dan kurang gizi (Giashuddin & Kabir, 2004).
Hasil penelitian Cossio (2003) tentang praktek menyusui di Mexico, analisis
data survey nutrisi 1999, menemukan bahwa prevalensi menyusui eksklusif adalah
25,7 persen pada bayi kurang 4 bulan, sedangkan pada bayi 6 bulan cakupan
menyusui eksklusif hanya 20,3 persen. Secara umum balita yang tetap diberi ASI
sampai 2 tahun 30,9 persen dengan durasi median adalah 9 bulan. Penelitian juga
menemukan bahwa faktor yang berhubungan terhadap praktek menyusui adalah umur
dan jenis kelamin anak serta karakteristik ibu yang meliputi sosial, ekonomi, budaya
dan pekerjaan ibu.
Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung
zat gizi diberikan kepada bayi / anak untuk memenuhi kebutuhan gizi yang diberikan
mulai umur 6 bulan sampai 24 bulan (Depkes, 2000). Menurut Pudjiadi (2000) MP-
ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi setelah usia 6 bulan berupa
makanan padat dapat berupa pisang, tepung beras / sereal dan makanan dalam bentuk
formula yang diproduksi oleh industri.
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan yang
diberikan pada bayi setelah berumur 6 bulan untuk mencukupi kebutuhan gizi karena
ASI saja sudah kurang mencukupi kebutuhan gizi. MP-ASI dapat berupa makanan Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
cair, makanan lunak sesuai kemampuan pencernaan anak. MP-ASI yang tepat adalah
pemberian makanan pendamping ASI pada anak berusia 6 bulan yang memperhatikan
jumlah yang tepat, mutu yang baik, waktu pemberian tepat dan pengolahan makanan
yang tepat (Azwar, 2006).
Menurut Winarno (1990) MP-ASI diberikan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi setelah usia 6 bulan sejalan dengan peningkatan kebutuhan bayi
dengan pertambahan umur. Selain itu juga untuk menanamkan kebiasaan makan sejak
kecil sehingga dapat menerima hidangan sesuai dengan pola makanan orang dewasa /
keluarga sehari hari yaitu menu seimbang.
Hasil penelitian Widodo (2005), mengungkapkan bahwa di Indonesia jenis
MP-ASI yang umum diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan adalah pisang 57,3
persen. Di samping itu akibat rendahnya sanitasi dan higiene MP-ASI memungkinkan
terjadinya kontaminasi oleh mikroba, sehingga meningkatkan risiko infeksi yang lain
pada bayi. Ada perbedaan pertumbuhan bayi berdasarkan berat badan antara bayi
yang diberi ASI eksklusif dan yang diberi MP-ASI sebelum usia 4 bulan, sedangkan
berdasarkan panjang badan tidak ada perbedaan, proporsi bayi yang mengalami
gangguan kesehatan berupa diare, panas, batuk, dan pilek pada kelompok bayi yang
diberi ASI tidak eksklusif lebih besar dari pada bayi yang mendapat ASI eksklusif.
Hasil penelitian AUSAID Depkes RI (2000), menyimpulkan keberadaan ibu
yang bekerja di ladang di Kabupaten Jaya Wijaya, Provinsi Papua, menyebabkan
tidak dapat pulang pada tengah hari untuk mempersiap makanan bagi keluarganya.
Terbatasnya variasi makanan dan jumlah frekuensi makan yang hanya 2 kali sehari Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
akan mempengaruhi kecukupan gizi masyarakat, karena waktu kerja yang panjang,
ibu yang bekerja di ladang tidak mempunyai cukup waktu untuk beristirahat
menyebabkan ibu tidak mempunyai waktu untuk mengikuti kegiatan di luar rumah.
2.1.2. Asuh Diri
Asuh diri meliputi perilaku ibu memelihara kebersihan rumah, higiene
makanan, kebersihan perseorangan (Anwar, 2000). Pemberian nutrisi tanpa
memperhatikan kebersihan akan meningkatkan risiko bayi mengalami infeksi, seperti
diare. Hasil penelitian Widodo (2005) mengungkapkan akibat rendahnya sanitasi dan
higiene pada pemberian MP-ASI memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh
mikroba, sehingga meningkatkan risiko atau infeksi yang lain pada bayi. Sumber
infeksi lain adalah alat permainan dan lingkungan bermain yang kotor.
2.1.3. Asuh Kesehatan
Bayi adalah kelompok usia yang rentan terserang penyakit, terkait dengan
interaksi dengan sarana dan prasarana di rumah tangga dan sekelilingnya. Jenis sakit
yang dialami, frekuensi sakit, lama sakit, penanganan bayi sakit dan status imunisasi
adalah faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan bayi dan status gizi bayi (Budi,
2006).
Menurut Budi (2006), perilaku ibu dalam menghadapi bayi yang sakit dan
pemantauan kesehatan terprogram adalah pola pengasuhan kesehatan yang sangat
mempengaruhi tumbuh kembang bayi. Bayi yang mendapatkan imunisasi akan lebih
rendah mengalami risiko penyakit. Bayi yang dipantau pertumbuhan di Posyandu
melalui kegiatan penimbangan akan lebih dini mendapatkan informasi akan adanya Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
gangguan pertumbuhan. Sakit yang lama, berulang akan mengurangi nafsu makan
yang berakibat pada rendahnya asupan gizi .
2.2. Status Gizi
Status gizi adalah gambaran keseimbangan antara asupan dan kebutuhan gizi
seseorang. Apabila asupan tersebut sesuai maka disebut status gizi baik, jika asupan
kurang disebut status gizi kurang dan selanjutnya asupan gizi lebih (Indonesian
Nutrition Network Forum, 2005).
Status gizi ditentukan oleh ketersediaan semua zat gizi dalam jumlah dan
kombinasi yang cukup serta waktu yang tepat. Dua hal yang penting adalah terpenuhi
semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh dan faktor-faktor yang menentukan kebutuhan,
penyerapan dan penggunaan zat gizi tersebut. Keseimbangan asupan dengan
kebutuhan dapat terlihat dari variabel-variabel pertumbuhan berat badan, tinggi /
panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan dan panjang tungkai (Supariasa, 2002).
2.2.1.Angka kecukupan gizi rata-rata yang di anjurkan (par orang per hari).
Angka kecukupan energi dan protein rata-rata yang dianjurkan perorang perhari.
Tabel 2.1. Angka Kecukupan Energi dan Protein rata-rata yang dianjurkan Perorang Perhari
Golongan Umur
Berat Badan (Kg)
Tinggi Badan (cm)
Energi (KKAL)
Protein (gr)
0 -6 Bulan 5,5 60 560 12 7-12 Bulan 8,5 71 800 15
Golongan umur 0-6 bulan berat badan 5,5 kg dan tinggi badan 60 cm
kebutuhan energi 560 (KKAL) per hari sedangkan kebutuhan protein 12 g per hari
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
.pada golongan umur 7- 12 bulan berat badan 8,5 kg dan tinggi badan 71 cm
kebutuhan Energi 800(KKAL) per hari sedangkan kebutuhan proteinnya 15 g per hari
(LIPI, 1998).
2.2.2. Penilaian Status Gizi
Menurut Jelifle (dalam Supariasa, 2002), penilaian status gizi dapat dilakukan
dengan beberapa metode, yaitu :
a. Metode penilaian status gizi secara langsung, dapat dilakukan dengan cara :
antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.
b. Metode penilaian status gizi secara tidak langsung, dapat dilakukan dengan cara :
survey konsumsi makanan, statistik vital dan kajian faktor ekologi.
2.2.3. Klasifikasi Status Gizi
Klasifikasi status gizi balita telah disepakati oleh pakar gizi pada bulai Mei
tahun 2000 di Semarang tentang standar baku nasional di Indonesia, yaitu nilai indeks
antropometri berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur atau berat badan
menurut tinggi badan dibandingkan dengan nilai rujukan WHO-NCHS.
Indikator berat badan menurut umur mencerminkan keadaan gizi sekarang,
klasifikasi terdiri dari gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi buruk. Indikator tinggi
badan menurut umur mencerminkan keadaan gizi masa lalu, klasifikasi terdiri dari
normal dan pendek. Indikator berat badan menurut tinggi badan digunakan untuk
menilai keadaan gizi secara lebih khusus karena mencerminkan keadaan gizi masa
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
lalu dan sekarang, klasifikasi terdiri dari gemuk, normal, kurus dan kurus sekali
(Indonesian Nutrition Network Forum, 2005).
Pemilihan dan penggunaan indikator sangat dipengaruhi oleh subjek yang
akan diukur dan ditimbang, ketersediaan alat dan kemampuan petugas. Pengukuran
tinggi badan pada kelompok balita sering mengalami kesulitan, selain itu dalam
pelaksanaannya dibutuhkan dua orang petugas yang terlatih. Pelaksanaan pengukuran
antropoetri terhadap balita di Posyandu masih terbatas pada penimbangan berat badan
menggunakan dacin dengan pertimbangan lebih mudah dalam pelaksanaan dan lebih
mudah dimengerti oleh masyarakat umum (Indonesian Nutrition Network Forum,
2005).
2.2.4. Pemantauan Pertumbuhan
(a) Pemantauan pertumbuhan adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh
informasi tentang kondisi atau status gizi seseorang, baik secara langsung
maupun secara tidak langsung (Supariasa, 2002)..
(b) Metode penilaian status gizi secara langsung, dapat dilakukan dengan cara :
antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Metode penilaian status gizi secara
tidak langsung, dapat dilakukan dengan cara : survey konsumsi makanan,
statistik vital dan kajian faktor ekologi.
(c) Pemantauan pertumbuhan (growth monitoring ) adalah kegiatan skrening atau
penapisan untuk memperoleh informasi adanya kasus-kasus gangguan
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
2.2.5. Tujuan Pemantauan Status Gizi
Tujuan pemantauan status gizi adalah untuk memperoleh data atau informasi
status gizi seseorang, kelompok atau masyarakat sehingga dapat diketahui status
kesehatannya. Tujuan umum kegiatan pemantauan status gizi adalah tersedianya
informasi status gizi secara berkala dan terus-menerus, guna evaluasi perkembangan
status gizi, penetapan kerjasama dan perencanaan jangka pendek. (Supariasa, 2002).
Pemantauan berguna untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan, sehingga
intervensi akan lebih cepat dilakukan sebelum kondisi menjadi lebih parah
(Sediaoetama, 2004).
2.2.6. Cara Pemantauan Status Gizi
Cara pemantauan dan penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung
maupun secara tidak langsung. Pada umumnya pemantauan status gizi adalah dengan
cara antropometri yaitu menilai ukuran tubuh. Antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2002).
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur
beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain:
umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada,
lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa, 2002). Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
Umur sangat penting dalam pemantauan status gizi. Hasil pengukuran tinggi
badan, berat badan, lingkar lengan atas yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak
disertai dengan penentuan umur yang tepat. Menurut Puslitbang gizi, batasan umur
digunakan adalah tahun umur penuh, dan untuk anak umur 0 sampai 2 tahun
digunakan bulan usia penuh (Supariasa, 2002).
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa
tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak,
misalnya terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan dan menurunnya
jumlah makanan yang dikonsumsi. Indeks berat badan menurut umur
menggambarkan status gizi saat ini. Ambang batas baku untuk keadaan gizi
berdasarkan indeks berat badan menurut umur adalah gizi baik bila berat badan
berada > 80 persen dari median berat badan baku rujukan WHO-NCHS (National
Centre for health Statistics), gizi kurang 61 sampai 80 persen dan gizi buruk < 60
persen (Supariasa,2002).
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan
bertambahnya umur. Indeks tinggi badan menurut umur lebih mengambarkan status
gizi masa lalu. Ambang batas baku untuk keadaan gizi berdasarkan indeks tinggi
badan menurut umur adalah gizi baik bila > 85 persen dari median berat badan baku
rujukan WHO-NCHS, gizi kurang 71 sampai 85 persen dan gizi buruk < 70 persen
(Supariasa, 2002).
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan
lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkorelasi dengan indeks berat badan
menurut umur maupun berat badan menurut tinggi badan. Standar baku lingkar
lengan atas menurut umur menggunakan baku Wolonski. Ambang batas baku untuk
keadaan gizi berdasarkan indeks lingkar lengan atas menurut umur adalah gizi baik
bila > 85 persen dari median baku rujukan WHO-NCHS, gizi kurang 71 sampai 85
persen dan gizi buruk < 70 persen (Supariasa, 2002).
2.3. Indikator Keluarga Miskin
Indikator dan kriteria keluarga sejahtera yang ditetapkan adalah sebagai berikut :
a. Keluarga Pra Sejahtera
Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5
kebutuhan dasarnya (basic needs) Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan
akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan.
b. Keluarga Sejahtera Tahap I
Adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
secara minimal yaitu
i. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga
ii. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau lebih.
iii. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,
bekerja/sekolah dan bepergian.
iv. Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
v. Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa/petugas
kesehatan.
c. Keluarga Sejahtera tahap II
Yaitu keluarga - keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kriteria
keluarga sejahtera I, harus pula memenuhi syarat social psykologis yaitu;
i. Anggota Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur
ii. Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ikan/telur
sebagai lauk pauk.
iii. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per
tahun.
iv. Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni rumah.
v. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat
vi. Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas
mempunyai penghasilan tetap
vii. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan
latin.
viii. Seluruh anak berusia 5 - 15 tahun bersekolah pada saat ini.
ix. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur
memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil)
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
d. Keluarga Sejahtera Tahap III
Yaitu keluarga yang memenuhi syarat-syarat pengembangan sebagai berikut :
i. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
ii. Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga
iii. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu
dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
iv. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.
v. Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali/6 bulan.
vi. Dapat memperoleh berita dari surat kabar/TV/majalah.
vii. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai
dengan kondisi daerah setempat.
e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
Keluarga yang dapat memenuhi kriteria dan dapat pula memenuhi kriteria
pengembangan keluarganya yaitu
i. Kegiatan sosial masyarakat secara teratur atau pada waktu tertentu dengan
sukarela memberikan sumbangan bagi masyarakat dalam bentuk materiil.
ii. Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus
perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat
f. Keluarga Miskin.
Adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan
ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
i. Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging/ikan/telor
ii. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel
pakaian baru
iii. Luas lantai rumah paling kurang 8 M2 untuk tiap penghuni.
g. Keluarga miskin sekali.
Adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan
ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :
i. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih
ii. Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja/sekolah dan
bepergian.
iii. Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah.
2.4. Indikator keluarga tidak miskin
Keluarga tidak miskin merupakan keluarga yang mempunyai penghasilan
Rp.600.000 per bulan, kondisi rumah memiliki sarana MCK sendiri, sumber air
bersih dari PAM, lantai rumah semen, ventilasi cukup, menggunakan bahan bakar
gas, makan 3 kali sehari, mengkonsumsi daging lebih dari sekali seminggu, memiliki
jaminan untuk pengobatan. Termasuk di dalam nya PNS atau Pegawai Negri.
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
2.5. Landasan Teori
Status gizi adalah keadaan tubuh yang seimbang antara asupan zat gizi dengan
kebutuhan. Ketersediaan gizi pada tingkat seluler dibutuhkan untuk pertumbuhan,
pemeliharaan dan menjalankan fungsi tubuh. Status gizi kurang pada dasarnya
disebabkan oleh interaksi antara asupan gizi yang tidak seimbang dan penyakit
infeksi.
Asupan yang tidak seimbang dan penyakit infeksi dipengaruhi oleh pola asuh
keluarga terhadap bayi yang terdiri dari asuh makan yaitu pemberian ASI dan MP-
ASI. Asuh diri berupa personal higiene, higiene makanan dan lingkungan. Asuh
kesehatan berupa pola penyakit yang dialami dan status imunisasi. Sakit yang
berulang meningkatkan risiko gizi kurang dan lebih sering terjadi pada bayi yang
kekurangan pangan, pola asuh yang tidak memadai, akses terhadap sanitasi, air bersih
dan pelayanan dasar yang tidak memadai yang berkaitan dengan tingkat pendapatan
keluarga. Keluarga miskin dengan ketahanan pangan rendah, tidak mudah mengakses
pelayanan kesehatan, sarana air bersih lebih berisiko mengalami berbagai infeksi
yang berdampak pada status gizi (Unicef, 1998).
Berdasarkan kerangka teori yang dirumuskan oleh Unicef pada gambar 1
tentang faktor-faktor penyebab kekurangan gizi dapat terlihat bahwa salah satu
penyebab tidak langsung gangguan gizi pada bayi adalah pola asuh anak yang tidak
memadai.
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
Kurang Gizi
Makan tidak seimbang Penyakit infeksi
Tidak cukup persediaan pangan
Pola asuh anak tidak memadai
Sanitasi dan air bersih, Pel. Kes. Dasar tidak memadai
Kurang pemberdayaan wanita dan keluarga, kurang pemanfaatan sumber daya masyarakat.
Kurang pendiddikan, pengetahuan dan ketrampilan
Krisis ekonomi, politik dan sosial
Pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan
Gambar. 2.1. Faktor Penyebab Gizi Kurang (UNICEF, 1998)
Dampak
Penyebab langsung
Penyebab tidak langsung
Pokok masalah di masyarakat
Akar masalah
2.6. Kerangka Konsep Penelitian
Pola asuh merupakan variabel bebas dalam penelitian ini, sedangkan status
gizi sebagai variabel terikat. Kerangka teoritis pada penelitian ini menggambarkan
pola asuh anak termasuk asuh makan (pemberian ASI, MP-ASI) asuh diri (personal
higiene, higiene makanan dan higiene lingkungan) dan asuh kesehatan (jenis
penyakit, frekuensi dan lama sakit serta imunisasi) akan mempengaruhi status gizi
bayi.
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
Variabel Independen
Variabel Dependen
Keterangan:
Variabel langsung mempengaruhi status gizi
Status Gizi
Gambar.2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Asuh Makan - Jenis makanan - Frekuensi makan - Konsumsi energi
dan protein
Asuh Diri - Kebersihan
perorangan - Higiene makanan - Higiene lingkungan
Asuh Kesehatan - Jenis sakit - Frekuensi sakit - Lama sakit - Immunisasi
Variabel tidak langsung mempengaruhi status gizi
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross
sectional dalam penelitian ini, kejadian paparan dan resiko sudah terjadi pada saat
dilakukan penelitian. Pengukuran status gizi dan pencatatan pola asuh (asuh makan,
asuh diri, asuh kesehatan) pada keluarga miskin dan tidak miskin dilakukan pada
waktu bersamaan.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Aceh Utara yaitu di Kecamatan Sawang
dipilih sebagai wilayah keluarga miskin dan Kecamatan Matang Kuli sebagai
wilayah keluarga tidak miskin. Pemilihan Kecamatan Sawang sebagai keluarga
miskin berdasarkan data persentase rumah tangga miskin mencapai 70,07 persen,
merupakan daerah tertinggi keluarga miskin di Kabupaten Aceh Utara dibandingkan
kecamatan lainnya. Sedangkan Kecamatan Matang Kuli merupakan daerah yang
sangat rendah persentase keluarga miskin, yaitu 39,80 persen (BPS Kabupaten Aceh
Utara, 2006).
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian, dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan April 2009.
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah seluruh bayi di Kabupaten Aceh Utara, yaitu
2982 bayi (0-12 bulan) yang berasal dari keluarga miskin dan tidak miskin. Kriteria
keluarga miskin dan tidak miskin didasarkan pada hasil survei Badan Pusat Statistik
Kabupaten Aceh Utara tahun 2006 dengan indikator keluarga miskin.
3.3.2. Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus
Notoatmodjo (2002), yaitu :
n = _ N____ 1 + N (d2) Keterangan:
n = Besar sampel N = Populasi = 2982 d = Presisi yang ingin dicapai = 10 % Sehingga berdasarkan perhitungan diperoleh jumlah sampel :
n = 2982 1+ 2982 (0,12) n = 2982 1+ 2982 (0,01) n = 2982 1+ 29,82 n = 2982 = 96,75 97 orang 30,82 Jumlah sampel ditetapkan menjadi 100 KK, pada keluarga miskin dan 100
KK yang tidak miskin.
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
Sampel pada keluarga miskin diambil di Desa Sawang dan Rijeh Baroli
Kecamatan Sawang dengan dasar bahwa berdasarkan jumlah keluarga miskin 4.839
(70,07%) di Kecamatan Sawang. Sedangkan sampel pada keluarga tidak miskin
diambil di desa Punti dan Tuiping Kabei Kecamatan Matangkuli dengan dasar
Jumlah keluarga tidak miskin pada Kecamatan Matangkuli 2.907 (61,20%).
Pengambilan sampel pada dua kecamatan ini dilakukan secara purposive pada
Kecamatan Sawang diambil di Desa Sawang dengan jumlah rumah tangga miskin
316 KK. Pada Kecamatan Matangkuli diambil di Desa Punti dengan jumlah rumah
tangga tidak miskin 149 KK.
Kabupaten Aceh Utara
Secara Purposive
22 Kecamatan
Kec. Matang Kuli (72Desa)
Kec. Sawang (39Desa)
Desa Punti dan Teuping Kabei
Desa Sawang dan Riseh Baroh
Tidak Miskin
Secara Purposive
100 bayi desa Sawang
Secara Acak
Miskin
Secara Purposive
100 bayi desa Punti
Secara Acak
Gambar 3.1. Skema Pengambilan Sampel
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Jenis Data
Jenis data ada 2 yaitu
1) Data Primer : terdiri dari hasil pengukuran, wawancara menguraikan kuesioner
dan chek-list observasi tentang:
- Karakteristik bayi (berat badan lahir, berat badan, umur dan jenis kelamin)
- Pola asuh makan (jenis makan, frekuensi makan, konsumsi energi dan
konsumsi protein)
- Asuh diri (personal higene, higiene makan, higiene lingkungan)
- Asuh kesehatan (jenis penyakit, frekuensi sakit, lama sakit dan imunisasi)
- Karakteristik keluarga (pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga)
Untuk mengetahui kelayakan pertanyaan pada kuesioner maka terlebih
dahulu dilakukan uji coba kuesioner kepada responden yang menyerupai lokasi
penelitian, dimana tujuannnya untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas.
Setelah dilakukan ujicoba kuesioner diketahui bahwa item-item pertanyaan
pada variabel asuh diri,asuh makan dan asuh kesehatan valid dan reliabel untuk
digunakan dalam penelitian ini dengan hasil sebagai berikut:
a. Variabel asuh diri dengan 10 item pertanyaan, diperoleh nilai koefisien korelasi
>0,3 dan nilai alpha cronbach 0,8937 > 0,6 (memenuhi syarat yang telah
ditetapkan). (lampiran. 2)
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
b. Variabel Asuh makam dengan 15 item pertanyaan, diperoleh nilai koefisien
korelasi >0,3 dan nilai alpha cronbach 0,9048 > 0,6 (memenuhi syarat yang telah
ditetapkan) (lampiran. 2)
c. Variabel asuh kesehatan dengan 15 item pertanyaan, diperoleh nilai koefisien
korelasi >0,3 dan nilai alpha cronbach 0,8558 > 0,6 (memenuhi syarat yang telah
ditetapkan) (lampiran. 2).
2) Data sekunder : adalah data diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh
Utara, data kecamatan dan desa mengenai sosial ekonomi keluarga untuk
menentukan bayi dari keluarga miskin dan keluarga tidak miskin.
3.4.2 . Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dibantu dengan tenaga yang sudah
dilatih untuk pengumpulan data:
1). Berat badan bayi diukur menggunakan dacin dalam satuan kilogram. Umur dan
jenis kelamin diperoleh dari wawancara menggunakan kuisioner.
2). Pola asuh makan: diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner dan
daftar food recall 24 jam konsumsi makanan bayi mengenai jenis makanan, waktu
pemberian, konsumsi energi dan konsumsi protein. Frekuensi makan diukur
dengan menggunakan formulir frekuensi pangan (Food Frequency Questionaire).
Pelaksaaan food recall dilakukan pada awal bulan sekali dan sekali lagi pada
akhir bulan, sebanyak 2 kali recall.
3). Pola asuh diri diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuisioner tentang
personal higiene, higiene makanan dan higiene lingkungan. Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
4) Pola asuh kesehatan diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuisioner
tentang jenis penyakit, frekuensi, lama sakit dan imunisasi yang didapatkan bayi.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1. Variabel
a Variabel Independen
Yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah pola asuh
(asuh makan, asuh diri dan asuh kesehatan).
b. Variabel dependen
Variabel dependen adalah status gizi bayi pada keluarga miskin dan tidak
miskin.
3.5.2. Definisi Operasional
1) Status gizi adalah kondisi tubuh bayi (0-12 bulan) sebagai akibat dari pemakaian,
penyerapan, penggunaan makanan, dengan indikator berat badan menurut umur,
dinyatakan dalam nilai Z-skore dibandingkan dengan standar baku WHO-NCHS.
2) Pola asuh adalah sikap dan perilaku yang dipraktekkan oleh ibu atau pengasuh
lain dalam asuh makan (jenis makanan, frekuensi, konsumsi energi dan protein),
asuh diri (personal higiene, higiene makanan dan lingkungan) dan asuh kesehatan
(jenis penyakit, frekuensi dan lama sakit juga imunisasi)
3) Asuh makan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh ibu untuk memberikan
makan (makanan pendamping ASI dan ASI) pada bayinya.
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
Frekuensi makan adalah berapa kali pemberian makan pada bayi dalam satu
(1) hari.
Waktu pemberian makan adalah jadwal pemberian makanan pada bayi apakah itu
pagi, siang atau sore dan malam.
Jenis makanan adalah, karakteristik makanan yang diberikan kepada bayi beserta
jumlahnya.
4. Asuh diri adalah suatu tindakan yang memberikan kebersihan perorangan
kebersihan peralatan makan dan kebersihan lingkungan yang dilakukan oleh ibu
untuk anaknya.
Kebersihan perorangan dilihat meliputi tindakan memandikan anak menganti
pakaian minimal dua kali sehari dan tindakan membersihkan bayi setelah selesai
membuang air besar dan membuang air kecil. Kebersihan makan mencakup
tidakan membersihkan peralatan makan/minum bayi setelah dipakai, mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan. Kebersihan lingkungan meliputi tindakan
membersihkan dalam rumah dan lingkungan luar rumah minimal dua kali sehari.
5. Asuh kesehatan adalah suatu tindakan yang diberikan oleh ibu untuk menjaga
kesehatan anaknya, dengan melakukan tindakan pemeriksaan kesehatan bayi
secara rutin yaitu kegiatan posyandu, membawa bayi ke sarana kesehatan.
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
3.6. Metode Pengukuran
1). Status Gizi : diperoleh melalui penilaian nilai Z-Skore dengan indikator Berat
badan menurut umur (BB/U). Data berat badan diperoleh dari hasil penimbangan
di posyandu menggunakan alat penimbangan dacin serta umur dan jenis kelamin
bayi diperoleh dari KMS dan wawancara dengan ibu. Cara menghitung Z-Skore :
Z Skore = Nilai Individu Subjek Nilai Median Baku Rujukan
Nilai Simpang Baku Rujukan
Indeks BB/U
Gizi lebih : bila nilai Z-skore terletak >+2 SD
Gizi baik : bila nilai Z-skore terletak -2 SD s.d +2 SD
Gizi kurang : bila nilai Z-skore terletak
2003) yaitu dengan kategori Baik dan Tidak Baik. Maka penilaiannya adalah
sebagai berikut: Pola asuh makan Baik jika skornya 31 45, Pola asuh makan
Tidak Baik jika skornya 15 30.
Konsumsi Energi dan Protein dibandingkan dengan Widya Karya Nasional Pangan
dan Gizi (1998), yaitu (a) Sesuai AKG ( 810 kkal/hr) dan (b) Tidak sesuai AKG
(< 810 kkal/hr), sedangkan untuk protein (a) Sesuai AKG ( 15 gram) dan (b) Tidak
sesuai AKG (
3.7. Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan :
a) Editing (Pemeriksaan Data)
Editing dilakukan untuk memeriksa kelengkaapan semua pernyataan. Data
yang sudah terkumpul lalu diperiksa segera mungkin tentang isi kuesioner,
jika ada isian yang kurang jelas atau kurang dipahami dengan mudah dan
semua point yang sudah ada dalam kuesioner dapat diisi dengan baik.
b) Koding (Pemberian Kode)
Data yang telah terkumpul dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya
kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan
computer menggunakan program SPSS.
c) Entry (Pemasukan data dalam computer)
Setelah semua data terkumpul maka dilakukan pemasukan data ke
komputer.
d) Cleaning data entry
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam program komputer
guna menghindari terjadinya kesalahan pada pemasukan data. Selanjutnya data
dianalisa dengan regresi logistik sebaga berikut :
a. Analisa univariat dilakukan untuk mendapat gambaran tentang distribusi
frekuensi responden untuk masing-masing variabel
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
b. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen
dengan variabel dependen.
c. Analisis multivariat untuk melihat pengaruh variabel independen dengan
variabel dependen pada tingkat kemaknaan 95% ( = 0,05).
Dari uji multivariat ini akan diketahui variabel mana yang paling dominan
pengaruhnya terhadap status gizi bayi, dengan persamaan regresi sebagai berikut:
Y = + IX1 + 2X2 + 3X3 +
Keterangan: Y = Variabel Dependen (Status Gizi) = Konstanta Regresi X1 = Asuh Makan X2 = Asuh Diri X3 = Asuh Kesehatan 1-3 = Koefisien Regresi = Error term
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Aceh Utara yang merupakan salah satu kabupaten di Nanggroe
Aceh Darussalam, mempunyai luas Wilayah 3.296,86 km2 dengan batas Wilayah
sebelah Utara berbatasan dengan Pemerintah Kota Lhokseumawe dan Selat Malaka,
sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah, sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Bireuen, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten
Aceh Timur. Jumlah Kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Utara sebanyak 27
Kecamatan dengan jumlah desa / kelurahan 852 buah.
Letak geografis Kabupaten Aceh Utara terdiri dari daerah Pantai (5%), dataran
rendah (83 %) dan sisanya 12 % merupakan dataran tinggi. Luas tanah berdasarkan
penggunaannya terdiri dari 6,4% perkampungan, 11,7% sawah , 8,1% kebun dan
tegal, 10,7% perkebunan, 2,6% tambak dan rawa, 0,5% daerah Industri dan sisanya
(60%) berupa hutan bebas dan hutan belukar. Kabupaten Aceh Utara dilalui oleh 4
buah sungai yaitu Krueng Tuan, Krueng Pase, Krueng Keureuto dan Krueng Jambo
Aye ke empat sungai tersebut bermuara ke Selat Malaka.
Penduduk Kabupaten Aceh Utara tahun 2007 berjumlah 515.974 jiwa terdiri
dari 252.889 laki-laki dan 263.085 perempuan, kepadatan penduduk mencapai jiwa
per 157 km2 dengan rata-rata kepadatan hunian 4 jiwa per rumah tangga. Sebagian
besar mata pencaharian penduduk adalah bertani.
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
Sarana pelayanan kesehatan yang tersedia di wilayah Kabupaten Aceh Utara
terdiri dari sarana pelayanan kesehatan dasar yang ditujukan sebagai tempat
pemberian pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan. Jumlah sarana pelayanan kesehatan dasar di Kabupaten Aceh Utara terdiri
dari Puskesmas sebanyak 24 unit, puskesmas pembantu sebanyak 63 unit, puskesmas
keliling sebanyak 24 unit, polindes sebanyak 512 unit. Komposisi tenaga kesehatan
berdasarkan tingkat pendidikan di puskesmas Kabupaten Aceh Utara yang paling
banyak adalah tenaga bidan, yaitu sebanyak 785 orang, dari jumlah tersebut sebanyak
542 adalah bidan desa.
Penelitian tentang hubungan pola asuh dengan status gizi bayi pada keluarga
miskin dan tidak miskin difokuskan di Kecamatan Sawang sebagai wilayah dengan
responden keluarga miskin.Kecamatan Sawang merupakan kecamatan terjauh dari
ibukota Kabupaten Aceh Utara, sekitar 75 km. Desa yang terdapat di kecamatan
tersebut sebagian besar adalah desa terpencil. Alat trasportasi umum masih terbatas
menggunakan ojek dan mobil pic-up, hal ini dikarenakan jalan menuju lokasi sedikit
sulit dilalui. Luas wilayah Kecamatan Sawang 484.65 km2, meliputi 2 mukim dan 39
Desa serta 119 Dusun, dengan kepadatan penduduk 82 jiwa per km2. Sebahagian
besar penduduk bermata pencaharian petani, yaitu 8.290 jiwa, hanya 1.658 sebagai
pedagang. Sebagai Pegawai Negeri 690 jiwa dan selebihnya tidak mempunyai
pekerjaan, yaitu 416 jiwa.
Kecamatan Matang Kuli dipilih responden keluarga yang tidak miskin,
mempunyai luas wilayah 78,65 km2, dengan jumlah 49 desa saat ini mempunyai Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
penduduk 15.735 jiwa, dengan kepadatan penduduk mencapai 200 jiwa per
km.2..Desa yang terdapat di Kecamatan Matang Kuli sebagaian besar dapat dilalui
oleh kendaraan umum yang disebut angkot atau labi-labi, kondisi jalan baik karena
dibangun oleh Perusahaan Mobil Oil yang berada di sekitarnya. Sebagian besar mata
pencaharian penduduk adalah bertani, sebahagian lagi pedagang, pegawai negeri dan
swasta.
4.2. Karakteristik Keluarga
Penelitian tentang hubungan pola asuh dengan status gizi bayi pada keluarga
miskin dan tidak miskin di Kabupaten Aceh Utara menganalisa data yang telah
dikumpulkan dari 200 sampel secara acak di Kecamatan Matang Kuli dan Sawang.
Subjek penelitian adalah bayi yang bertempat tinggal di Kabupaten Aceh Utara.
Tabel 4.1. Karakteristik Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009
Keluarga Miskin Keluarga Tidak Miskin Variabel
n % n % Umur Bayi a. 0 - 6 bulan 55 55,0 40 40,0b. 7-8 bulan 31 31,0 49 49,0c. 9-12 bulan 14 14,0 11 11,0
Jumlah 100 100,0 100 100,0Berat Badan Lahir a. < 2.500 gram 2 2,0 1 1,0b. 2.500 3.500 gram 91 91,0 89 89,0c. > 3.500 gram 7 7,0 10 10,0
Jumlah 100 100,0 100 100,0Jenis kelamin a. Laki-laki 47 47,0 49 49,0b. Perempuan 53 53,0 51 51,0
Jumlah 100 100,0 100 100,0
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
Keluarga Miskin Keluarga Tidak Miskin Variabel n % n %
Umur Ayah a. 50 tahun 2 2,0 4 4,0Pendidikan Ayah a. Tidak sekolah 5 5,0 7 7,0b. Tamat SD 21 21,0 31 31,0c. Tamat SLTP 48 48,0 50 50,0d. Tamat SLTA 15 15,0 5 5,0e. Diploma III 7 7,0 0 0,0f. Strata I 4 4,0 7 7,0Pekerjaan ayah a. Buruh 20 20,0 0 0,0b. Pegawai Swasta 0 0,0 17 17,0c. Pedagang 9 9,0 27 27,0d. Pengrajin 0 0,0 4 4,0e. PNS 5 5,0 23 23,0f. TNI/Polri 0 0,0 4 4,0g. Sopir 0 0,0 11 11,0h. Petani 66 66,0 14 14,0Umur ibu a. 45 tahun 2 2,0 1 1,0Pendidikan Ibu a. Tidak sekolah 7 7,0 0 0,0b. Tamat SD 50 50,0 20 20,0c. Tamat SLTP 31 31,0 15 15,0d. Tamat SLTA 5 5,0 40 40,0e. Diploma III 5 5,0 20 20,0f. Strata I 2 2,0 5 5,0Pekerjaan Ibu a. Pegawai Swasta 0 0,0 5 5,0b. Pedagang 13 13,0 10 10,0c. PNS 0 0,0 17 17,0d. Tani 37 37,0 28 28,0e. Ibu Rumah Tangga 50 50,0 40 40,0Pendapatan Keluarga a. Rp 1.200.000.-/bln 100 100,0 0 0,0b. > Rp.1.200.000.-/bln 0 0,0 100 100,0Jumlah Anggota Keluarga
a. 3 orang 12 12,0 26 26,0b. 4 5 orang 43 43,0 54 54,0c. 6-7 orang 35 35,0 18 18,0d. > 7 orang 10 10,0 2 2,0
Tabel 4.1. Lanjutan
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia bayi, persentase paling besar pada
keluarga miskin pada kelompok umur 3-6 bulan yaitu 38 orang (38%), sedangkan
pada keluarga tidak miskin persentase terbesar pada kelompok umur 7 - 9 bulan, yaitu
49 orang (49,0%).
Berat badan bayi saat lahir pada keluarga miskin maupun keluarga tidak
miskin persentase terbesar 2.500 3.500 gram, yaitu 91 orang (91,0%) dan 89 orang
(89,0%), namun berat badan lahir > 3.500 gram, lebih banyak pada keluarga tidak
miskin yaitu 10 orang (10,0%) dibandingkan keluarga miskin yaitu 7 orang (7,0%),
sebaliknya bayi dengan berat lahir < 2.500 gram lebih banyak pada keluarga miskin
daripada keluarga tidak miskin. Jenis kelamin bayi pada keluarga miskin maupun
keluarga tidak miskin jumlah terbesar adalah perempuan, yaitu 53 orang (53,0%) dan
51 orang (51,0%).
Karakteristik orangtua bayi dilihat dari umur ayah lebih banyak pada
kelompok umur 31-40 tahun, yaitu 51 orang (51,0%) pada keluarga miskin dan 48
orang (48,0%) pada keluarga tidak miskin. Demikian juga umur ibu, terbanyak pada
kelompok umur 20-35 tahun, yaitu 54 orang (54%) pada keluarga miskin dan 49
orang (49%) pada keluarga tidak miskin, hal ini sesuai dengan kelompok umur yang
aman secara reproduksi.
Pendidikan ayah pada keluarga miskin maupun keluarga tidak miskin
terbanyak pada tingkat SLTP, yaitu 48 orang (48%) dan 50 orang (50,0%). Namun
pendidikan ibu pada keluaga miskin dominan tamat SD yaitu 50 orang (50%),
Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
sedangkan pada keluarga tidak miskin lebih banyak tamat SLTA yaitu 40 orang
(40,0%).
Pekerjaan ayah pada keluarga miskin umumnya sebagai petani yaitu 66 orang
(66,0%), sedangkan pada keluarga tidak miskin terbanyak adalah bekerja sebagai
pedagang atau wiraswasta yaitu 27 orang (27%). Pekerjaan ibu pada keluaga miskin
maupun keluarga tidak miskin umumnya adalah ibu rumah tangga, namun jumlahnya
lebih banyak pada keluarga miskin yaitu 50 orang (50%) dibandingkan pada keluarga
tidak miskin yaitu 40 orang (40,0%).
Pendapatan keluarga sebagai indikator menentukan keluarga miskin dan tidak
miskin berdasarkan Upah Minimum Kabupaten Aceh Utara tahun 2008, yaitu
Rp 1.200.000.-/bln, sehingga seluruh responden pada keluarga miskin mempunyai
pendapatan Rp 1.200.000.-/bln, sedangkan pada keluarga tidak miskin seluruhnya
mempunyai pendapatan > Rp 1.200.000.-/bln
Jumlah tanggungan keluarga pada keluarga miskin maupun tidak miskin umumnya
sebanyak 4 5 orang yaitu 43 orang (43,)%) pada keluarga miskin dan 54 orang
(54,)%) pada keluarga tidak miskin. Namun jumlah responden yang mempunyai
jumlah tanggungan > 7 orang lebih banyak pada keluarga miskin dibandingkan
keluarga tidak miskin. Hal ini menunjukkan beban tanggungan keluarga miskin
cenderung lebih banyak daripada keluarga tidak miskin
4.3. Pola Asuh Bayi
Pola asuh bayi dalam penelitian ini meliputi asuh diri, asuh makan dan asuh
kesehatan, dengan hasil sebagai berikut. Yusnidaryani : Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin Dan Tidak Miskin Di Kabupaten Aceh Utara, 2009 USU Repository 2008
4.3.1. Asuh Diri
Tabel 4.2. Personal Higiene pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2009
Keluarga Miskin Keluarga Tidak MiskinPersonal Higiene
n % n % Yang sering memand
Top Related