HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA
SEKOLAH DENGAN ETOS KERJA GURU DI MAN
CIBINONG
Oleh:
ALINDA OKTAFIANI
204018203245
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
-\
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN
ETOS KERJA GURU
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan untuklvremenuhi syarat Mencapai Gelar sarjana pendidikan (s.pd)
Oleh
Alinda Oktafiani
NIM: 204018203245
Dibawah bimbingan:
Pembimhing I
L,// /L4/ // L--_tt/
Dra. Y/fnelti. Z. M.pd
NIP: 19531 1 01 1982032001
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN
KEPENDIDIKANISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
20lt
Pembirnbing II
Drs. Hasyirb'A.sv'ari. M.Pd
NIP: 19661009193031004
-r
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi ini berjudul "Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala sekolah
elengan Etos Kerja Guru di MAN Cibinong" telah diujikan dalam Sidang
lvlunaqasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UlN)
Syarif l-lidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Septernber 2011. Skripsi ini telah
ciiterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Program
Strata (Sl) pada Jurusan Manajemen Pendidikan Islam.
Jakarta, 20 September 2011
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua panitia
Ketua Jurusan Kl-Manajemen Pendidikan Tanggal
Drs. Rusy.dl Zakry,ia. M.Ed. M.PhiJbJrP. 1qs60530 198503 1 00?
Kaprodi KI-Manajernen Pendidikan
Drs. H Mu'arif Sam. M.PdNIp" 19550530 198503 t 002
Penguji IPrcf.Dr.Armai Arief.MANrP. 19s60119 198603 I 003
Penguji lI
Nlp. 19s60530 1q8503 I 002 tubltMengetahui
Dekan Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan
n/{/,
n /''- toso loj
Mt$-a-zott
SURAT PERNYATAAN KARYA SBNDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
Tempat/Tgl. Lahir
NIM
Jurusan/Prodi
Judul Skripsi
Dosen pembimbing
;Alinda Oktafiani
; Jakarta, 09 Oktober 1986
;204018203245
; Kependidikan Islam-Manajemen Pendidikan
; Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Etos
Kerja Guru di MAN Cibinong.
; 1. Dra. YefneltiZ, M. Pd
2. Drs. Hasyim Asy'ari, M. Pd
Dengan ini menvata,k-un bu.h''^,0 sk-ripsi yang saya buat benar-benar hasil karya saya sendiri dan
saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
J akarta, 30 Septemb er 20 1 I
Mahasiswa Ybs,
,... ,\ T(EMENTERTAN AGAMA'ffi^ UIN JAKARTA
:.ffi;%:I ";Y;* i trtTKI a eFE e ! ' ' ' ''L Y::-3- Jt. tr. H. Juanda No 95 aputat 15412 tndonesia
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-081
Tg!. Terbit . 1 Maret 2011
No. Revisi: : 0'l
Hal 1t1
SIJR.AT PERNYATAAilI KARYA SENDIRI
iii
ABSTRAK
Alinda oktafiani: NIM. 204018203245. Hubungan Gaya Kepemimpinan
Kepala Sekolah Dengan Etos Kerja Guru di Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
Cibinong. Program Studi Manajemen Pendidikan, Jurusan Kependidikan
Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini membahas tentang hubungan gaya kepemimpinan kepala
sekolah dengan etos kerja guru di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cibinong.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
hubungan gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan etos kerja guru di Madrasah
Aliyah Negeri (MAN) Cibinong.
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cibinong.
Adapun subjek penelitian yaitu populasinya 58 orang dan mengambil sampel 35
orang dengan diambil secara ramdom sampling/acak. Adapun metode yang
digunakan adalah metode penelitian kuantitatif, yang didukung dengan
pengumpulan data melalui angket, wawancara, dan dokumentasi. Penyebaran
angket berisi 23 pertanyaan tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah dan
angket berisi 24 pertanyaan tentang etos kerja guru. Angket ini dibagikan kepada
responden yaitu guru di MAN Cibinong.
Jawaban angket dihitung menggunakan rumus prosentase kemudian diolah
dan dijelaskan secara deskriptif. Serta untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan etos kerja guru maka
menggunakan rumus product moment. Dengan nilai rata-rata hasil angket gaya
kepemimpinan 76,34 dan nilai rata-rata hasil angket etos kerja sebesar 74,25.
Sedangkan angka korelasi antara variable x dan y sebesar 0,588 dan Koefisien
determinasi hasilnya 34,57%. Hal ini berarti antara variable X dan Y terdapat
korelasi yang sedang atau cukup.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat di simpulkan bahwa, terdapat
hubungan yang cukup antara kedua variabel tersebut. Artinya semakin baik Gaya
Kepemimpinan di MAN Cibinong maka semakin baik pula etos kerja gurunya.
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulilahirabbil’alamin, puji dan syukur marilah kita panjatkan
kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya
sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan
keluarganya amien.
Selama penyusunan skripsi ini yang berjudul “Hubungan Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Etos Kerja Guru Di Man Cibinong”
penulis menyadari bahwa skripsi ini bukanlah hasil jerih payah sendiri, tetapi
berkat hasil bimbingan, dorongan serta doa dari berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini izinkanlah penulis meghanturkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada. MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Rusdi Zakaria. M. Phil Ketua jurusan Kependidikan Islam dan Drs. H.
Muarif Syam M.Pd Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan.
3. Dra. Yefnelti Z, M.Pd dan Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd, dosen pembimbing
yang senantiasa selalu meluangkan waktunya untuk membimbing dan
memberikan motivasi kepada penulis.
4. Drs. Ibrahim. M. Phil, Kepala sekolah MAN Cibinong beserta para guru dan
seluruh stafnya yang telah memberikan dukungan dan informasi kepada
penulis.
5. Seluruh dosen, staf akademik, dan staf perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan yang telah memberikan pelayanan yang baik sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibunda Nunung Nuraini dan Ayahanda (alm) Soegiyono Priyadi yang telah
membimbing penulis dari sejak lahir sampai sekarang dengan penuh kasih
sayang.
7. Nenek dan Kakek (alm) serta adik-adikku yang selalu memberikan doa dan
kasih sayangnya selama penulis menuntut ilmu.
v
8. Rekan-rekan KI-MP seperjuangan Yaya, Anay, Anas, Dewi, Andin, Ira, Fera,
Lista, Debi, Yeni Irma, Santi, Anas, K’dewi, Pai, Nazar, Eri, Syahroni,
Murtado, Ibob. Dan tidak lupa kepada Susi, Ipeh, Vita, Amien, dan Icha yang
selalu setia menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Serta tidak
lupa pula terutama buat Muhammad Sobirin terimakasih banyak yang telah
memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayangnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Dan kepada semuanya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan
dan kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik sangat penulis butuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 29 Juli 2011
Penulis
Alinda Oktafiani
vi
DAFTAR ISI
Surat Pernyataan Penulis…………………………………………………… i
Lembar Pengesahan Pembimbing………………………….......................... ii
Abstrak…………………………………………………………………….. iii
Kata Pengantar…………………………………………….......................... iv
Daftar Isi…………………………………………………………………… v
Daftar Tabel………………………………………………………………... vi
Daftar Lampiran…………………………………………………………… vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………… 1
B. Identifikasi Masalah…………………………………………… 6
C. Pembatasan Masalah…………………………………………… 6
D. Perumusan Masalah……………………………………………. 6
E. Manfaat Penelitian…………………………………………….. 7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Konsep Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah……………….. 8
1. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah…………………... 8
2. Tipe-tipe Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah……………… 14
a. Kepemimpinan Otokratis………………………………… 16
b. Kepemimpinan Laissez Faire…………………………...... 17
c. Kepemimpinan Demokratis……………………………… 17
3. Sifat-sifat dan Syarat Kepemimpinan………………………… 18
B. Etos Kerja Guru……………………………………………… 20
1. Pengertian Etos Kerja………………………………………… 20
2. Ciri-ciri Etos Kerja…………………………………………… 26
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja………………. 28
4. Upaya-upaya dalam meningkatkan Etos Kerja………………. 30
C. Kerangka Berfikir……………………………………………. 33
D. Pengajuan Hipotesis…………………………………………. 34
vii
BAB III Metode Penelitian
A. Tujuan Penelitian……………………………………………. 35
B. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………. 35
C. Metode Penelitian…………………………………………… 35
D. Variabel Penelitian………………………………………….. 36
E. Populasi dan Sampel Penelitian……………………………… 36
F. Teknik Pengumpulan Data…………………………………… 36
G. Instrumen Pengumpulan Data……………………………….. 38
H. Variabel dan Definisi………………………………………… 39
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum…………………………………………….. 43
1. Sejarah berdirinya MAN Cibinong......................................... 43
2. Visi dan misi........................................................................... 44
3. Tenaga pengajar...................................................................... 44
4. Jumlah siswa........................................................................... 45
5. Sarana dan prasarana.............................................................. 46
6. Tata tertib............................................................................... 47
7. Sanksi..................................................................................... 47
B. Deskripsi Data………………………………………………. 48
C. Pengujian Persyaratan Analisis Data………………………… 55
D. Interpretasi Data……………………………………………… 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………… 61
B. Saran…………………………………………………………. 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Kisi-kisi Instrumen variabel Gaya Kepemimpinan Kepala
sekolah(X)
Tabel 2: Kisi-kisi Instrumen variabel Etos Kerja Guru (Y)
Tabel 3: Tenaga Pengajar MAN Cibinong 2009-2010
Tabel 4: Jumlah siswa MAN Cibinong
Tabel 5: Sarana dan Prasarana
Tabel 6: Alternatif jawaban gaya kepemimpinan kepala sekolah (X)
Tabel 7: Distribusi Frekuensi Gaya Kepemimpinan kepala sekolah (X)
Tabel 8: Alternatif jawaban etos kerja guru (Y)
Tabel 9: Distribusi Frekuensi Etos Kerja Guru (Y)
Tabel 10: Analisis Korelasi variabel Gaya kepemimpinan kepala sekolah (X)
dengan Etos Kerja guru (Y).
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Angket untuk guru tentang Gaya Kepemimpina
Lampiran 2: Angket untuk guru tentang Etos Kerja
Lampiran 3: Pedoman wawancara
Lampiran 4: Tabel Uji validitas Variabel X
Lampiran 5: Tabel Uji validitas Variabel Y
Lampiran 6: Tabel hasil uji validitas Variabel X
Lampiran 7: Tabel hasil uji validitas Variabel Y
Lampiran 8: Tabel Uji validitas Variabel X
Lampiran 9: Tabel Uji validitas Variabel Y
Lampiran10: Tabel Uji Normalitas data
Lampiran 11: Perhitungan variabel X (Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah)
Lampiran 12: Perhitungan variabel Y (Etos Kerja Guru)
Lampiran 13: Pedoman wawancara dan hasil wawancara
Lampiran 14: Surat Pengajuan proposal skripsi
Lampiran 15: Surat bimbingan skripsi
Lampiran 16: Surat mohon izin penelitian
Lampiran 17: Surat keterangan penelitian
Lampiran 18: Uji referensi
Lampiran 19: Biodata penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut para ahli, banyak yang telah mengetahui apa yang dimaksud
dengan pendidikan. Namun ketika pendidikan tersebut diartikan dalam satu
batasan, maka terdapat bermacam-macam pengertian yang diberikan oleh para
ahli pendidikan. Tetapi secara esensial terdapat kesatuan unsur-unsur atau faktor-
faktor yang terdapat didalamnya, bahwa pendidikan adalah upaya mempersiapkan
manusia agar memiliki pengetahuan, wawasan dan keterampilan guna kemajuan
hidupnya di masyarakat.
Menurut Langeveld pendidikan merupakan usaha, pengaruh,
perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada
pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa
(atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup
sehari-hari) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.1
Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting, karena pada
hakikatnya pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah. Dengan demikian
pendidikan dapat mencetak pribadi-pribadi yang berpengetahuan luas dan
memiliki keterampilan yang sangat menentukan untuk peranan di masa yang akan
datang.
1 Langeveld, (ter), Paedagogiek Teoritis/Sistematis, ( Jakarta: FIP-IKIP, 1971) h. 2
2
Salah satu tuntunan pembaharuan sistem pendidikan adalah
meningkatnya tujuan pendidikan. Setiap negara memiliki tujuan yang hendak
dicapainya tidak terkecuali di Indonesia. Fungsi dan tujuan pendidikan di
Indonesia tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, pasal
3 yang berbunyi :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”2
Dalam SISDIKNAS, sekolah merupakan lembaga pendidikan formal
yang melaksanakan proses belajar mengajar dalam upaya mencapai tujuan
pendidikan. Proses belajar mengajar dalam hal ini berjalan jika komponen-
kompenen sekolah ini berfungsi sebagaimana mestinya. Komponen tersebut
antara lain sarana dan prasarana yang memadai, terpenuhinya tenaga
kependidikan yang handal, struktur organisasi yang teratur, dan kepala sekolah
sebagai pemimpin. Dengan demikian, apabila setiap komponen dalam lembaga
pendidikan tersebut berfungsi dengan baik, maka pelaksanaan belajar mengajar
diharapkan dapat berjalan dengan lancar sesuai tujuan yang hendak dicapai.
Penyelenggaraan pendidikan formal melibatkan sekelompok orang dalam
proses kerjasama dengan menggunakan berbagai peralatan yang digunakan. Di
samping itu juga perlu adanya pengaturan, sehingga proses kerja sama dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut dapat terlaksana secara
sistematis, integral, saling berkaitan dan saling mendukung. Pengaturan tersebut
di maksudkan sebagai usaha mengendalikan kegiatan pendidikan yang efektif dan
efisien.
Kemampuan guru dan kepala sekolah dalam pengelolaan pendidikan yang
memadai berdampak positif terhadap efektifitas proses belajar mengajar. Usaha
2 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS dan Penjelasannya ( Bandung: Citra
Umbara, 2003 ) h. 5.
3
untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pendidikan bukanlah hal
yang mudah. Banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain, latar belakang
pendidikan guru, penataran yang diikuti, pembinaan dari atasan, dan lain-lain.
Dari sejumlah faktor yang menjadi kunci keberhasilan suatu sekolah,
salah satu faktor penting adalah pemimpin sekolah. Di tangan pemimpin inilah
sekolah menjadi berhasil, unggul, bahkan hancur sekalipun. Sebagai pemimpin
pendidikan, kepala sekolah harus mampu membantu stafnya untuk memahami
tujuan bersama yang akan dicapai. Ia harus memberi kesempatan kepada staf
untuk saling bertukar pendapat dan gagasan sebelum menetapkan tujuan. Di
samping itu, kepala sekolah juga harus mampu membangkitkan semangat kerja
yang tinggi. Ia harus mampu menciptakan suasana kerja yang tinggi. Ia harus
mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, aman dan penuh
semangat. Ia juga harus mampu mengembangkan staf dalam kepemimpinannya.
Kepala sekolah dapat menjalankan fungsinya dengan baik jika mampu
menerapkan perannya sebagai pemimpin atau manajer. Karena peran kepala
sekolah sangat besar pengaruhnya dan merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Kepala
sekolah juga harus mampu meningkatkan kompetensinya dalam upaya
mengembangkan kemampuan, semangat, dan etos kerja guru.
Oleh karena itu, seorang kepala sekolah harus menjalankan
kepemimpinannya secara efektif agar bisa mempengaruhi bawahannya. Suatu
kepemimpinan dapat dikatakan efektif apabila gaya yang diterapkan dalam
kepemimpinannya tidak hanya berorientasi pada tugas, tetapi juga cara atau gaya
yang digunakan dalam mempengaruhi bawahan. Dalam mempengaruhi bawahan
hendaknya pemimpin harus berupaya agar dapat memberikan perasaan yang
nyaman bagi para bawahan dalam menjalankan tugasnya, sehingga para bawahan
dapat menjalankan tugas yang diberikan oleh kepala sekolah dengan senang hati
tanpa paksaan. Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah juga
mempengaruhi aktifitas-aktifitas guru di sekolah.
Guru merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
pembelajaran. Peran guru memang sangat penting dalam menentukan
4
keberhasilan pendidikan untuk menghasilkan output pendidikan yang berkualitas.
Oleh karena itu, guru dituntut untuk meningkatkan kinerjanya dalam mengajar.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi etos kerja seseorang menjadi bagus
adalah faktor pemberian penghargaan, dan gaji. Pada sekolah-sekolah yang
ternama dan berkualitas, guru-guru bekerja dengan tekun bersemangat dalam
menjalankan tugasnya sebagai guru.
Dari observasi yang penulis lakukan di MAN Cibinong, gaya
kepemimpinan yang diterapkan sudah cenderung demokratis. Cenderung
demokratis yaitu pemimpin yang melibatkan para guru untuk bekerja sama demi
memajukan mutu pendidikan disekolah. Namun dalam kepemimpinannya masih
ada kelemahan, karena belum efektifnya guru dalam menjalankan tugas, dan
dalam memerintahkan bawahannya. Sedangkan kelemahan pada etos kerja guru di
MAN Cibinong, yaitu kurang terciptanya sikap dan tanggung jawab seorang guru
dalam melaksanakan tugasnya, karena beberapa faktor seperti masih ada guru
yang belum memenuhi standar pendidikan minimum S1, dan latarbelakangnya
yang tidak sesuai dengan bidang studi yang diambilnya, kurang disiplinnya kerja
guru dalam proses belajar mengajar karena datang terlambat, dan masih ada
sebagian guru yang memberikan tugas pekerjaan rumah tetapi jarang dikoreksi
oleh guru tersebut.3
Oleh karena itu, dalam memperbaiki kelemahan tersebut, banyak faktor
dan upaya yang telah dilakukan di MAN Cibinong dalam memajukan kualitas
sekolah, dan mutu pendidikan siswa serta etos kerja gurunya. Untuk itu dalam
meningkatkan etos kerja guru dapat melalui faktor-faktor yang menunjang seperti:
kondisi guru terlindungi dan tentram dalam bekerja, kondisi kerja yang
menyenangkan dengan suasana dan rasa kekeluargaan saat mengajar. Dan upaya
kepala sekolah dalam mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Agar gaya kepemimpinan yang diterapkan menjadi lebih baik maka
diperlukan perhatian yang utama karena melalui gaya kepemimpinan yang baik
diharapkan lahirnya tenaga-tenaga yang berkualitas dalam berbagai bidang
3 Hasil wawancara pada observasi awal dengan guru yang bernama SN, pada tanggal 9-2-
2011.
5
sebagai pemikir, pekerja, yang terpenting bahwa melalui pendidikan dipersiapkan
tenaga-tenaga yang berkualitas, tenaga yang siap pakai dan siap latih memenuhi
kebutuhan masyarakat bisnis dan industri. Kepemimpinan dan etos kerja guru
sangat berpengaruh terhadap semangat kerja guru-guru di sekolah. Kepemimpinan
merupakan variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap
semangat kerja guru di sekolah MAN Cibinong. Hal ini dapat dijelaskan bahwa,
etos kerja guru akan selalu meningkat pada saat pimpinan lebih tegas dalam
melaksanakan kepemimpinannya guna meningkatkan etos kerja yang baik.
Menurut uraian Koontz dalam buku “Kepemimpinan Kepala Sekolah”
tersebut kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu mendorong timbulnya
kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para guru, staf dan
siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing.
Memberikan bimbingan dan mengarahkan para guru, staf dan siswa serta
memberikan dorongan memacu dan berdiri didepan demi kemajuan dan
memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan.4
Sekolah sebagai salah satu institusi dipimpin oleh seorang manajer yang
disebut kepala sekolah, ia memegang peranan yang penting dalam menentukan
maju mundurnya suatu sekolah. Paling tidak ada dua peran kepala sekolah, yaitu
pertama: menekankan aspek adminstratif manajerial dan yang kedua menekankan
kepada kepemimpinan pengajaran.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pada penelitian ini
penulis hendak mengambil judul “HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN
KEPALA SEKOLAH DENGAN ETOS KERJA GURU DI MADRASAH
ALIYAH NEGERI CIBINONG BOGOR ”.
4 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala sekolah, ( Jakarta : PT Grafindo 2003) h. 104.
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah-
masalah yang relevan dengan penelitian ini, sebagai berikut :
1. Belum efektifnya gaya kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis.
2. Belum efektifnya gaya kepemimpinan yang diterapkan.
3. Masih kurangnya etos kerja guru dalam mewujudkan keberhasilan.
4. Masih kurangnya disiplin kerja guru.
5. Rendahnya motivasi siswa yang kurang bersemangat belajar.
6. Belum berhasilnya pemimpin dalam membangkitkan etos kerja yang
tinggi.
7. Adanya persepsi atau pandangan yang kurang tepat dalam penerapan gaya
kepemimpinan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, yang telah dipaparkan di atas, untuk
mempermudah dan mengarahkan penelitian ini, maka peneliti akan membatasi
masalah antara lain yaitu:
1. Belum efektifnya gaya kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis.
2. Belum berhasilnya gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam
membangkitkan etos kerja yang tinggi.
D. Perumusan Masalah
Agar permasalahan ini lebih terarah, maka penulis merumuskan masalahnya
yaitu Apakah ada hubungan gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan etos kerja
guru di MAN Cibinong?
7
E. Manfaat Peneltian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Kepala sekolah, sebagai bahan masukan untuk lebih memperhatikan lagi
etos kerja para guru serta mempertahankan gaya kepemimpinannya
apabila sudah efektif diterapkan di sekolah tersebut, dan memperbaiki bila
dianggap kurang efektif.
2. Guru, sebagai cermin untuk lebih giat dan bersemangat lagi dalam
melaksanakan tugas-tugasnya dan meningkatkan etos kerja, agar proses
belajar mengajar lebih efektif.
3. Siswa, sebagai sarana kelengkapan khazanah tentang ilmu pengetahuan
terutama mengenai gaya kepemimpinan dengan etos kerja guru.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
1. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh
seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun,
menggerakan, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar
menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat
membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.1
Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan
yang sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah.
Berkembangnya semangat kerja, kerja sama yang harmonis, minat terhadap
perkembangan pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan dan perkembangan
mutu profesional diantara para guru banyak ditentukan oleh kualitas
kepemimpinan kepala sekolah.2
Menurut H. M Daryanto, kepala sekolah merupakan personal sekolah yang
tanggung jawabnya terhadap seluruh kegiatan sekolah. Ia mempunyai tanggung
jawab dan wewenang penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan
pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya dalam dasar Pancasila.
Sebagai pengelola pendidikan, kepala sekolah harus bertanggung jawab
terhadap kualitas SDM yang ada agar mereka mampu menjalankan tugas-tugas
1 Tim Dosen Administrasi, Manajemen Pendidkan Indonesia. (Penerbit alfabeta:
Bandung 2008) h. 125 2. Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggung jawabnya, ( Penerbit KANISIUS:
Yogyakarta 1984) h. 60
9
pendidikan. Oleh karena itu, sebagai penanggung jawab kegiatan, kepala sekolah
mempunyai tugas untuk mengembangkan kinerja para personel terutama untuk
guru ke arah profesionalisme yang diharapkan oleh suatu lembaga pendidikan.
Kegiatan tersebut antara lain:
a. Kegiatan mengatur proses belajar mengajar.
b. Kegiatan mengatur kesiswaan.
c. Kegiatan mengatur personalia.
d. Kegiatan mengatur peralatan.
e. Kegiatan mengatur dan memelihara gudang dan perlengkapan.
f. Kegiatan mengatur keuangan.
g. Kegiatan mengatur hubungan sekolah dan masyarakat.
Fungsi utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan ialah
menciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan
murid-murid dapat belajar dengan baik. Sebagai pemimpin pendidikan, kepala
sekolah menghadapi tantangan berat, untuk itu ia harus memiliki persiapan yang
memadai. Karena banyaknya tanggung jawab maka kepala sekolah memerlukan
pembantu. Kepala sekolah hendaknya belajar bagaimana mendelegasikan
wewenang dan tanggung jawab sehingga dapat memusatkan pada usaha
pembinaan program pengajaran.3
Pekerjaan pemimpin pendidikan ialah menstimulir dan membimbing
pertumbuhan guru-guru secara berkesinambungan sehingga mereka mampu
menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan perkembangan
situasi. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan, harus mampu mengelola
sarana dan prasarana pendidikan, pelayanan khusus sekolah dan fasilitas-fasilitas
pendidikan lainnya sedemikian rupa sehingga guru-guru dan murid-murid
memperoleh kepuasan dalam melaksanakan tugasnya.
Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah bertanggung jawab atas
pertumbuhan guru-guru secara berkesinambungan, kepala sekolah harus mampu
membantu guru-guru mengenal kebutuhan masyarakat, membantu guru membina
3 Tim Dosen Administrasi, Manajemen Pendidikan Indonesia, ( Penerbit Alfabeta:
Bandung 2008) h. 141.
10
kurikulum sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Kepala
sekolah harus mampu menstimulir guru-guru untuk mengembangkan metode dan
prosedur pengajaran. Kepala sekolah harus mampu membantu guru-guru
mengevaluasi program pendidikan dan hasil belajar murid, kepala sekolah dapat
membantu meningkatkan kemampuan guru. Untuk dapat melaksanakan tanggung
jawab tersebut di atas, kepala sekolah harus memiliki pendidikan dan pengalaman
yang diperlukan bagi seorang pemimpin pendidikan.
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok
yang diorganisir menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan. Konsep
Kepemimipinan dapat ditelaah dari berbagai segi seperti dikemukakan oleh
Prajudi Atmosudirdjo sebagai berikut :
a) Kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian (personality)
seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang
untuk mencontohnya atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu
pengaruh yang tertentu, suatu kekuatan atau wibawa yang demikian rupa
sehingga membuat kelompok orang-orang yang melakukan apa yang
dikendakinya.
b) Kepemimipinan dapat pula dipandang sebagai penyebab dari pada
kegiatan-kegiatan, proses atau kesediaan untuk mengubah pandangan atau
sikap (mental/fisik) dari pada kelompok orang-orang, baik dalam
hubungan organisasi formal maupun informal.
Didalam buku Prinsip-prinsip administrasi Manajemen dan
Kepemimpinan mengutip beberapa definisi tentang kepemimpinan :
a) G. R. Terry, Prinsiples of Management, kepemimpinan adalah
kegiatan/tindakan dalam mempengaruhi serta menggerakkan
orang-orang dalam usaha bersama mencapai tujuan.
b) Howard W. Hoyt, Aspect of Modern Public Administration,
Kepemimpinan atau Leadership adalah seni untuk mempengaruhi
tingkah laku manusia, kemampuan untuk mempengaruhi orang.
11
c) Sarwono Prawiroharjo, Laporan Seminar Efisiensi Kerja, Dalam
Dinas Pemerintahan : Leadership adalah tingkah laku untuk
mempengaruhi orang lain agar mereka memeberkan kerjasamanya
dalam mencapai tujuan menurut pertimbangan mereka adalah perlu
dan bermanfaat.
d) Casson, Efisiensi Perusahaan, Terjemahan Kusnadi,
Kepemimpinan adalah keahlian mendapatkan bantuan dan
kesungguhan orang yang sebesar-besarnya demi pegawai-pegawai.
e) Ordway Tead, The Art of Leadership, Kepemimpinan adalah suatu
seni menjuruskan, mengkoordinasikan dan menggerakkan orang-
orang guna mencapai tujuan yang diinginkan.4
Dari definisi tersebut terdapat beberapa unsur yang bersamaan yaitu :
Keinginan untuk mempengaruhi orang lain, Mengharapkan bantuan orang lain
dengan sungguh-sungguhdan tertib, dan Ada tujuan yang akan dicapai.
Definisi tersebut belum tampak jelas situasi tempat berlangsungnya
kepemimpinan dan harapan dari pemimpin tentang tanggung jawab personal
melakukan tugas. Secara jelas dalam suatu definisi maka kepemimpinan dapat
didefinisikan sebagai berkut : ”Kepemimpinan adalah segenap kegiatan dalam
usaha mempengaruhi orang lain yang ada di lingkungannya pada situasi tertentu
agar orang lain melalui kerjasama mau bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab
demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.”
Untuk menjabat sebagai seorang kepala di lingkungan suatu lembaga,
biasanya ditetapkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan itu
adalah ketentuan untuk menduduki suatu jabatan tertentu yang mengharuskan
seseorang yang mendudukinya menjalankan fungsi kepemimpinan. Untuk itu
seseorang dapat menjalankan fungsi kepemimpinan apabila memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. Memiliki kecerdasan atau intelegensi yang cukup.
b. Percaya diri sendiri
4 Kepemimpinan Pendidikan, Penerbit Yudistira: Jakarta 1985 h. 17.
12
c. Cakap bergaul dan ramah tamah
d. Kreatif, penuh inisiatif dan memliki hasrat/kemauan untuk maju dan
berkembang menjadi lebih baik.
e. Suka menolong, memberi petunjuk.5
Fungsi utama pemimpin pendidikan adalah kelompok untuk belajar
memutuskan dan bekerja, antara lain:
a. Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama,
dengan penuh rasa kebebasan.
b. Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu
ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada
kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan.
c. Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja,
yaitu membantu kelompok dalam menganalisi situasi untuk
kemudian menetapkan prosedur mana yang paling praktis dan
efektif.
d. Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan
bersama dengan kelompok. Pemimpin memberi kesempatan
kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman. Pemimpin
mempunyai tanggungjawab untuk melatih kelompok menyadari
proses dan isi pekerjaan yang dilakukan dan berani menilai
hasilnya secara jujur dan objektif.
e. Pemimpin bertanggungjawab dalam mengembangkan dan
mempertahankan eksistensi organisasi.
Kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan,
oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk
menjadi seorang manajer yang efektif.
Beberapa pengertian lain tentang kepemimpinan adalah sebagai berikut:
5 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1984) h. 84.
13
a) Kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing,
mempengaruhi, atau mengawasi pikiran, perasaan atau tindakan dan
tingkah laku orang lain.
b) Kepemimpinan adalah tindakan/perbuatan di antara perseorangan
dan kelompok yang menyebabkan, baik orang seorang maupun
kelompok bergerak ke arah tujuan tertentu.6
Kepemimpinan dapat dipelajari dengan pendidikan dan latihan yang terarah
dan intensif, berbagai hal yang menyangkut efektifitas kepemimpinan, ciri-ciri
kepemimpinan, fungsi-fungsi kepemimpinan dan peranan seorang pemimpin,
akan tiba saatnya orang yang bersangkutan akan menemukan dirinya dan
membentuk gaya kepemimpinan yang dipandang paling cocok dengan persepsi
dan kepribadiannya.7
Apabila kepala sekolah ingin berhasil menggerakkan para guru, staf, dan
para siswa berprilaku dalam mencapai tujuan sekolah, oleh karena kepala sekolah
harus, menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan yang bersifat memaksa atau
bertindak keras terhadap para guru, staf dan para siswa.
Menurut penulis kepala sekolah adalah orang yang mempunyai peranan
yang sangat besar dalam mengembangkan, mengelola, serta bertanggung jawab
terhadap mutu pendidikan di sekolah.
Kepemimpinan pada hakikatnya, adalah proses mempengaruhi atau memberi
contoh dari pemimipin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan
organisasi. Kepemimpinan juga seni mempengaruhi dan mengarahkan orang
dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerjasama yang
bersemangat dalam mencapai tujuan bersama. Agar tujuan pendidikan disuatu
sekolah terwujud dengan baik, hal ini sangat membutuhkan figure seorang
pemimpin pendidikan yang memahami dengan baik apa fungsi Kepemimpinan
dalam suatu sekolah, tugas, serta tanggung jawab, dari seorang pemimpin.
6 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : PT Gunung Agung, 1984) h. 79
7 Sondang P. Siagian MPA, Teori dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta: Rineka Cipta,
1989) h. 10.
14
2. Tipe-Tipe Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, tempramen, watak dan
kepribadian sendiri yang unik dan khas, sehingga tingkah laku dan gayanyalah
yang membedakan dirinya dari orang lain. Gaya atau style hidupnya ini pasti akan
mewarnai perilaku dan tipe kepemimpinannya
Menurut J. Riberu gaya Kepemimpinan adalah cara pemimpin membawa
diri sebagai pemimpin, cara ia berlagak tampil dalam menggunakan
kekuasaannya.8
Gaya kepemimpinan adalah cara yang dipergunakan pemimpin dalam
mempengaruhi para pengikutnya. Menurut Thoha (1995) Gaya kepemimipinan
merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut
mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia liat. 9
Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola seorang pemimpin yang khas
pada saat mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk
dikerjakan, cara pemimpin bertindak adalah dirinya sendiri, asumsi dan kepealam
mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya kepemimpinannya.
Usaha-usaha pemimpin untuk mempengaruhi sifat orang lain, banyak
berhubungan dengan persepsi maupun pengertian tentang pembawaan dan proses
kepemimpinan. Dengan kata lain, pemimpin akan mengembangkan cara
kepemimpinan sesuai dengan konsep peranan kepemimpinan. Oleh karena, yang
dicapai oleh pemimpin adalah dirinya sendiri, asumsi dan kepercayaan mengenai
kelakuan manusia, gaya kepemimpinan, dan hubungannya dengan penampilan
bawahan, memang fakta menunjukkan bahwa setiap perubahan kepemimpinan
dalam diri sendri. Akibatnya, jika pemimpin itu ingin menyempurnakan
kemampuannya untuk mengubah sifat orang lain, pemimpin harus bisa mengubah
sifatnya lebih dulu. 10
8 J. Riberu, Dasar-dasar Kepemimpinan ( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992 ) h. 7
9 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002)
h. 108. 10
Kepemimpinan, ( Semarang : Dahara prize, 1992 ) h. 12.
15
Salah satu pendekatan yang dapat kita gunakan untuk mengetahui
kesuksesan pemimpin ialah mempelajari gayanya, yang akan melahirkan berbagai
tipe kepemimpinan yang dikenal dengan tipe Demokratis, Laises faire, dan
Otokratis.
Dalam mempersoalkan gaya kepemimpinan kita boleh beranggapan bahwa
individu (pemimpin) harus mempertahankan yang konsisten dalam semua
aktifitasnya, tapi harus bersifat fleksibel menyesuaikan gaya tersebutdengan
situasi yang spesifik dan orang-orang yang dipimpin. Dengan demikian berarti
elemen yang harus diperhatikan adalah :11
- Pemimpin
- Orang yang dipimpin
- Situasi
Secara Teoritis telah banyak dikenal gaya kepemimpinan, namun gaya
mana yang terbaik tidak mudah untuk ditentukan. Untuk memahami gaya
kepemimpinan, sedikitnya dapat dikaji situasi dari tiga pendekatan utama, yaitu
pendekatan sifat, pendekatan perilaku, pendekatan situasional.
a. Pendekatan sifat yaitu menerangkan sifat-sifat yang membuat seseorang
berhasil. Kepemimpinan dipandang sebagai sesuatu yang mengandung
lebih banyak unsur individu, terutama pada sifat-sifat kepribadian yang
dimiliki oleh pemimpin yang berhasil dan yang tidak berhasil. Menurut
Sutisna (1993), pendekatan sifat berpendapat bahwa terdapat sifat-sifat
tertentu, seperti kekuatan fisik atau keramahan yang esensial, pada
kepemimpinan yang efektif.
b. Pendekatan prilaku yaitu pendekatan yang memfokuskan dan
mengidentifikasikan perilaku yang khas dari pemimpin dalam kegiatannya
mempengaruhi orang lain ( pengikut ). Pendekatan perilaku kepemimpinan
banyak membahas keefektifan gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh
pemimpin.
11
Kepemimpinan pendidikan, penerbit : Yudistira cet ke2 1985 h. 35
16
c. Pendekatan situasional yaitu pendekatan yang hampir sama dengan
pendekan perilaku. Menurut pandangan perilaku, dengan mengkaji
kepemimpinan dari beberapa variabel yang mempengaruhi perilaku akan
memudahkan menentukan gaya kepemimpinan yang paling cocok.
Pendekatan ini menitikberatkan pada berbagai gaya kepemimpinan yang
paling efektif diterapkan dalam situasi tertentu.
E. Mulyasa mengartikan gaya kepemimpinan sebagai suatu pola seorang
pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih
dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya kepemimpinannya.12
Hal ini diperkuat oleh pendapat Miftah Toha, yang mengatakan bahwa gaya
kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada
saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain yang ia lihat.
Dalam hal ini menyelaraskan persepsi diantara orang yang akan dipengaruhi
menjadi amat penting kedudukannya.13
Adapun gaya kepemimpinan menurut Ngalim Purwanto, dibagi menjadi 3
macam, yaitu:14
a. Kepemimpinan yang Otokratis
Kepemimpinan otokratis yaitu seorang pemimpin yang menganggap
organisasi yang dipimpinnya sebagai milik pribadi, dengan mengidentifikasikan
tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
Dalam kepemimpinan yang otokratis, pemimpin bertindak sebagai diktator
terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah
menggerakkan dan memaksa kelompok. Kekuasaan pemimpin yang otokratis
hanya dibatasi oleh undang-undang. Pemimpin yang otokratis tidak menghendaki
rapat-rapat atau musyawarah. Berkumpul atau rapat hanyalah berarti untuk
menyampaikan instruksi-instruksi. Setiap perbedaan pendapat di antara anggota-
12
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasinya,
(Bandung: PT. Rosdakarya, 2005), cet. 9. h. 108 13
Miftah Toha, Prilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 2000), Cet. 5. h. 265 14
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1987) h. 48.
17
anggota kelompoknya diartikan sebagai kepicikan, pembangkangan, atau
pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah ditetapkannya.
Dalam tindakan dan perbuatannya ia tidak dapat diganggu gugat. Kekuassan
yang berlebihan ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik, sikap ”asal
bapak senang”, atau sikap sumuhun dawuh terhadap pemimpin, dan
kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan
langsung. Dominasai yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi terhadap
kepemimpinan, atau menimbulkan sifat apatis, atau sifat-sifat agresif pada
anggota-anggota kelompok terhadap pemimpinnya.
b. Kepemimpinan yang Laissez Faire
Dalam tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan
pimpinan. Tipe ini diartikan sebagai membiarkan orang-orang yang berbuat
sekehendaknya. Pemimpin yang termasuk tipe ini sama sekali tidak memberikan
kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan anggota-anggotnya. Pembagian tugas dan
kerja sama diserahkan kepada anggota-anggota kelompok, tanpa petunjuk atau
saran-saran dari pimpinan. Kekuasaan dan tanggung jawab bersimpang siur,
berserakan di antra anggota-anggota kelompok tidak merata. Dengan demikian,
mudah terjadi kekacauan dan bentrokan-bentrokan. Tingkat keberhasilan
organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan gaya laissez faire semata-mata
disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan
bukan karena pengaruh dari pemimpinnya.
Di dalam tipe kepemimpinan ini, biasanya struktur organisasinya tidak jelas
dan kabur. Segala kegiatan dilakukan tanpa rencana yang terarah dan tanpa
pengawasan dari pimpinan.
c. Kepemimpinan yang Demokratis
Kepemimpinan demokratis yaitu pemimpinan menempatkan dirinya
ditengah-tengah anggota kelompoknya, kepemimpinan yang aktif, dinamis, dan
terarah yang berusaha memanfaatkan setiap orang kepentingan serta kemajuan
organisasi.
18
Gaya kepemimpinan demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang
lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dengan cara berbagai kegiatan yang dilakukan ditentukan bersama pimpinan dan
bawahan. Dalam melaksanakan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan
mengharapkan pendapat orang dan saran-saran dari kelompoknya.
Pemimpin yang bertipe demokratis menafsirkan kepemimpinannya bukan
sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah anggota
kelompoknya. Hubungan dengan anggota-anggota kelompok bukan sebagai
majikan terhadap buruhnya, melainkan sebagai saudara tua diantara teman-teman
sekerjanya, atau sebagai kakak terhadap saudara-saudaranya. Pemimpin yang
demokratis selalu berusaha menstimulasi anggota-anggotanya agar bekerja secara
kooperatif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam tindakan dan usaha-usahanya,
ia selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan
mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.
Dalam melaksanakan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan
pendapat dan saran-saran dari kelompoknya. Juga kritik-kritik yang membangun
dari para anggota diterimanya sebagai umpan balik dan dijadikan bahan
pertimbangan dalam tindakan-tindakan berikutnya.
Ia mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan menaruh kepercayaan
pula pada anggota-anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja
dengan baik dan bertanggung jawab. Pemimpin yang demokratis selalu berusaha
memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Ia senantiasa berusaha membangun
semangat anggota-anggota kelompok dalam menjalankan dan mengembangkan
daya kerjanya. Disamping itu, ia juga memberi kesempatan bagi timbulnya
kecakapan memimpin pada anggota kelompoknya dengan jalan mendelegasikan
sebagian kekuasaan dan tanggung jawabnya.
2. Sifat-Sifat dan Syarat Kepemimpinan
Setiap orang yang diangkat menjadi pemimpin didasarkan atas kelebihan-
kelebihan yang dimilikinya dari pada orang-orang yang dipimpin. Untuk menjadi
pemimpin diperlukan adanya syarat-syarat serta sifat-sifat yang harus dimiliki
19
seorang pemimpin berbeda-beda menurut golongan dan fungsi jabatan yang
dipegangnya.
Menurut Abdurrachman menyimpulkan macam-macam sifat
kepemimipinan menjadi lima sifat pokok yang disebutnya pancasifat, yaitu :
a. Adil,
b. Suka melindungi,
c. Penuh inisiatif,
d. Penuh daya tarik,
e. Penuh kepercayaan.
Sedangkan syarat pemimpin dalam memangku jabatan pemimpin
pendidikan yaitu dapat melaksanakan tugas-tugasnya dan memainkan perananya
sebagai pemimpin yang baik dan sukses, maka dituntut beberapa persyaratan
jasmani, rohani, dan moralitas yang baik, bahkan persyaratan sosial ekonomis
yang layak. Akan tetapi yang akan dikemukakan hanyalah persyaratan
kepribadian dari seorang pemimpin yang baik, persyaratan tersebut yaitu:
a. Rendah hati dan sederhana
b. Bersifat suka menolong
c. Percaya kepada diri sendiri
d. Jujur, adil dan dapat dipercaya
e. Keahlian dalam jabatan
Konsep mengenai persyaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan
dengan tiga hal:
a) Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan
wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan
bawahan untuk berbuat sesuatu.
b) Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang
mampu, mbawani atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh
pada pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan tertentu.
20
c) Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan
kecakapan/keterampilan teknis maupun sosial, yang dianggap
melebihindari keterampilan anggota biasa.15
Jadi, menurut penulis kepemimpinan adalah proses mempengaruhi
kegiatan-kegiatan kelompok yang diorganisir guna mencapai tujuan tertentu. Gaya
kepemimpinan kepala sekolah adalah cara yang dipergunakan pemimpin dalam
mempengaruhi para pengikutnya. Dalam usahanya kepala sekolah harus dapat
mempengaruhi, mengarahkan, dan memerintah para bawahannya. Dalam hal ini
guru adalah faktor penunjang agar dapat menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya dengan sebaik-baiknya, tanpa ada rasa terpaksa dalam upaya mencari
tujuan yang telah ditetapkan.
B. Etos Kerja Guru
1) Pengertian Etos Kerja
”Ethos” berasal dari bahasa Yunani yaitu semangat, mentalitas, dan
karakter. Etos kerja sebagai semangat, pola fikir dan mentalitas yang mewujud
menjadi seperangkat perilaku kerja yang khas dan berkualitas. 16
Etos berasal dari kata Yunani, dapat mempunyai arti sebagai sesuatu yang
diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja.17
Dari kata ini lahirlah apa yang disebut dengan ”ethic” yaitu pedoman,
moral, dan perilaku, atau dikenal pula etiket yang artinya cara bersopan santun.
Sehingga dengan kata etik ini, dikenallah istilah etika bisnis yaitu cara atau
pedoman perilaku dalam menjalankan suatu usaha.
Karena etika berkaitan dengan nilai kejiwaan seseorang, maka hendaknya
setiap pribadi muslim harus mengisi etika tersebut dengan keislamannya dalam
arti yang aktual, sehingga cara dirinya mempersepsi sesuatu selalu positif dan
sejauh mungkin terus berupaya untuk menghindari yang negatif.
15
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2001) cet 9 16
Jansen Sinamo, 8 Etos Keguruan ( Jakarta : Institut Darma Mahardika , 2010) h. 20 17
Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Jakarta : Dana Bakti Wakaf, 1995) h. 25
21
Etika yang juga mempunyai makna nilai kesusilaan, adalah suatu
pandangan batin yang bersifat mendarah mendaging.
Bukan pandangan yang bersifat sosiologis, tetapi bener-bener sebuah
keyakinan yang mengakar sedalam-sedalamnya dalam jiwa kita.
Etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang memberikan arti sikap,
kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja
dimiliki oleh individu, tetapi juga kelompok bahkan masyarakat. Etos dibentuk
oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nila yang diyakininya.18
Secara khusus penulis membicarakan etos kerja para guru, yakni etos bagi
semua orang yang memilih dan menekuni pekerjaan dalam rumpun keguruan:
profesor, dosen, pengajar, pendidik, pelatih, instruktur, penatar, penceramah.
Semua orang yang memberi penjelasan, pencerdasan, dan pencerahan.
Dengan kata etos dan guru maka bisa membentuk makna etos keguruan
sebagai berikut 19
:
a) Etos keguruan adalah semangat khas yang menjadi vitalitas kerja,
kegembiraan hati yang menjadi semangat kerja, dan gairah batin yang menjadi
stamina kerja seorang guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
b) Etos keguruan adalah sepenuh jiwa profesi keguruan, segenap kerohanian
seorang guru, dan seluruh spiritualitas keguruan.
c) Etos keguruan adalah segenap motivasi dan kecerdasan yang menjadi
sehimpunan perilaku kerja yang positif, cara kerja profrsional, serta budi
pekerti luhur di dalam maupun di luar ruang kerja guru.
Dari kata Etos ini, dikenal pula kata etika, etiket yang hampir mendekati pada
pengertian akhlakatau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik-buruk (moral),
sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat kuat
untuk mengerjakan sesuatu secara optimal, lebih baik, dan bahkan berupaya untuk
mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin. Dalam etos tersebut, ada
semacam semangat untuk menyempurnakan segala sesuatu menghindari segala
kerusakan (fasad) sehingga setiap pekerjaannya yang diarahkan untuk mengurangi
18
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami (Jakarta : Gema Insani, 2002) h. 15 19
Jansen Sinamo, 8 Etos Kegurusn……….h. 20
22
bahkan sama sekali cacat dari hasil pekerjaannya (no single defect). Sikap seperti
ini dikenal dengan ihsan, sebagaimana Allah menciptakan manusia dalam
bentuknya yang paling sempurna (fi ahsani taqwim). Senada dengan kata ihsan,
didalam al-qur’an kita temukan pula kata itqan yang berarti proses pekerjaan yang
sangat sungguh-sungguh, akurat, dan sempurna (an-Naml: 88). Akibatnya,
seseorang muslim yang memilki kepribadian qur’ani pastilah akan menunjukkan
kerja yang bersikap dan berbuat serta menghasilkan segala sesuatu sangat
bersungguh-sunguh dan tidak pernah mengerjakan sesuatu setengah hati. Dengan
etos kerja yang bersumber dari keyakinan qur’an semacam keterpanggilan yang
sangat kuat dari lubuk hatinya.
Karena etos berkaitan dengan nilai kejiwaan seseorang, hendaknya setiap
pribadi muslim harus mengisinya dengan kebiasaan-kebiasaan yang positif dan
ada semacam kerinduan untuk menunjukkan kepribadiannya sebagai seorang
muslim dalam bentuk hasil kerja serta sikap dan perilaku yang menuju atau
mengarah kepada hasil yang lebih sempurna.
Etos juga mempunyai makna nilai moral adalah suatu pandangan batin
yang bersifat mendarah daging. Karena etos bukan sekedar kepribadian atau
sikap, melainkan lebih mendalam lagi, dia adalah martabat, harga diri, dan jati diri
seseorang.
Sebenarnya kata ”etos” bersumber dari pengertian yang sama dengan
etika, yaitu sumber-sumber nilai yang dijadikan rujukan dalam pemilihan dan
keputusan perilaku. Etos kerja lebih merujuk kepada kualitas kepribadian pekerja
yang tercermin melalui untuk kerja secara utuh dalam berbagai dimensi
kehidupannya. Dengan demikian, etos kerja lebih merupakan kondisi internal
yang mendorong dan mengendalikan perilaku pekerja kearah terwujud kualitas
kerja yang ideal. Kualitas untuk kerja dan hasil kerja banyak ditentukan oleh
kualitas etos kerja ini. Sebagai suatu kondisi internal, etos kerja mengandung
beberapa unsur antara lain: (1) disiplin kerja, (2) sikap terhadap kerjaan, (3)
kebiasaan-kebiasaan bekerja. Dengan disiplin kerja, seorang pekerja akan selalu
23
bekerja dalam pola-pola yang konsisten untuk melakukan dengan baik sesuai
tuntutan dan kesanggupannya.20
Etos kerja muslim adalah semangat untuk menapaki jalan lurus. Didalam
hal mengambil keputusan pun, para pemimpin pemegang amanah, termasuk para
hakim, harus berlandaskan pada etos jalan lurus tersebut, sebagaimana Dawud
sewaktu ia diminta untuk memutuskan perkara yang andil dan harus didasarkan
pada nilai-nilai kebenaran. ”Maka berilah keputusan (hukumlah) diantara kami
dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukilah
(pimpinlah) kami kejalan yang lurus”.(Shaad:22)
Didalam melaksanakan suatu pekerjaan akan terlihat cara dan motivasi
yang dimiliki seseorang, apakah ia bekerja dengan sungguh-sungguh atau pura-
pura, bertanggung jawab atau tidak dan sebagainya. Cara seseorang menghayati
dan melaksanakan pekerjaannya ditentukan oleh pandangan, harapan, dan
kebiasaan didalam kelompok kerjanya. Oleh karena itu, etos kerja seseorang dapat
dipengaruhi oleh etos kerja kelompoknya.
Etos adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia termasuk bidang kejiwaan
(mental) berkaitan dengan sikap yang tersembunyi didalam batin. Sikap itu
bersumber dari nilai-nilai yang dianut, yaitu sesuatu yang dianggap berharga dan
berguna didalam hidup.
Sedangkan pengertian kerja adalah segala aktifitas dinamis dan
mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) dan
berupaya untuk mewujudkan tujuan tersebut serta melahirkan prestasi yang
bermanfaat bagi lingkungannya.21
Bekerja mempunyai tujuan mencapai sesuatu
hasil baik berupa benda, karya atau pelayanan kepada masyarakat. Tujuan yang
hendak dicapai bukan hanya berkaitan dengan fisik (raga) saja tetapi juga
berhubungan dengan mental (jiwa ) seperti pengakuan diri, kepuasan, prestasi, dll.
Makna ”bekerja” bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-
sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, pikir, dan zikirnya untuk
20
Abdul Hasyim, Muhammad Surya, Rus Bambang Suwarno, Landasan Pendidikan
Menjadi Guru yang Baik, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010) h. 87. 21
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami,…h. 15
24
mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang
harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari
masyarakat yang terbaik (khairu ummah) atau dengan kata lain dapat juga kita
katakan bahawa hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.
Bekerja untuk mencari fadhilah allah, menjebol kemiskinan taraf hidup
dan martabat serta harga diri adalah merupakan nilai ibadah yang esensial, karena
nabi besabda : ” Kemisikinan itu sesungguhnya lebih dekati kepada kekufuran.”
Pengertian bekerja hendaknya jangan ditafsirkan sebagai penerima upah
belaka atau jangan pula diartikan bahwa bekerja adalah setara atau ekuivalen
dengan bekerja secara formal bagaikan seorang pegawai swasta yang kemudian
merasa berbangga-bangga karena sudah mempunyai baju seragam, padahal tidak
menunjukkan prestasi apa-apa.
Bekerja adalah segala aktifitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk
memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) dan didalam mencapai tujuan
tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi
yang optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada Allah swt.
Secara umum sebuah aktifitas dapat disebut pekerjaan apabila
mengandung tiga aspek, yaitu :
a. Aktifitas tersebut dilakukan karena ada dorongan tanggung jawab
(motivasi).
b. Aktifitas tersebut dilakukan dengan kesengajaan, direncanakan,
direncanakan, karenanya terkandung didalamnya suatu gabungan antara
rasa dan rasio.
c. Aktifitas tersebut dilakukan karena adanya suatu arah dan tujuan yang
luhur yang secara dinamis memberikan makna bagi dirinya.22
Bekerja merupakan suatu kewajiban dan mungkin juga keinginan setiap
orang untuk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidupnya dimasa yang akan
datang, selagi ia mampu ia akan berbuat sekuat tenaga, memuatar otak dan
memeras keringat.
22
Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Yogyakarta : Dana Bakti wakaf, 1995)
h. 10.
25
Bekerja itu merupakan aktifitas sosial bagi manusia, dengan dua fungsi
pokok, yaitu :
a. Memprodusir barang/benda-benda dan jasa-jasa bagi diri sendiri
dan orang lain.
b. Mengikat individu pada pola interrelasi manusiawi dengan
individu lain.
Aspek Terpenting dalam bekerja ialah motivasi kerja yaitu untuk
mendapatkan nilai-nilai ekonomis tertentu dalam wujud gaji, honor, bonus, rumah
dinas, dan kendaraan. Nilai sosial berupa nilai immateriil berupa penghargaan,
stasus sosial, dan martabatdiri.
Bekerja itu merupakan aktifitas sosial yang memberikan isi dan makna
pada manusia. Kerja juga merupakan aktifitas dasar yang paling penting bagi
individu, karena memberikan kesenangan dan arti tersendiri bagi kehidupan
khususnya bagi orang-orang yang sehat jasmani-rohaninya. Kerja juga bisa
memberikan status sosial kepada seseorang, sekaligus mengikat dirinya dengan
pribadi lain, karena setiap individu harus bekerja sama dengan orang lain.23
Situasi bekerja dalam masyarakat modern yang sangat kompleks dimasa
sekarang senantiasa membutuhkan kerjasama dan kooperatif untuk membangun
karya-karya besar. Dalam situasi kerja sedemikian ini selalu dibutuhkan mi
efektifitas dpemimpinan, depemimpin dan kean efisiensi kerja.
Banyak faktor yang menghambat kelancaran pekerjaan, intern dan esktern.
Intern berupa kondisi fisik dan mental pekerja itu sendiri, jika sewaktu-waktu labil
atau tidak fit. Ekstern berupa gangguan dari luar dirinyaisalnya kemacetan
peralatan. Upaya untuk mengatasi semua kendala itu perlu dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.24
Etos kerja menyangkut watak dan nilai dari individu yang mengungkapkan
kepekerjaan yang dilakukannya. Bekerja keras dan berdikasi dalam pekerjaan
yang akan memberikan kedudukan social dalam memberi keuntungan materi bagi
23
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2001) h. 10. 24
Hamzah Ya’qub, Etos Kerja Islami, (Jakarta : CV Pedoman Ilmu Jaya ) h. 75.
26
pelakunya. Etos kerja yang tinggi biasanya muncul karena berbagai tantangan-
tantangan, harapan-harapan, dan kemungkinan menarik.
Etos kerjasama atas dasar iman dan takwa yang melahirkan kerjasama
yang jujur, adil, dan bertanggung jawab. Hal ini diperingatkan mengingat adanya
kenyataan bahwa banyak orang yang melakukan kerjasama usaha melakukan
kecurangan dan saling mengkhinati antara satu dan lainnya.
Dari uraian di atas jelaslah bawa etos kerja adalah hal yang penting
dimiliki oleh setiap guru yang pada akhirnya berujung pada budaya kerja yang
dimiliki guru. Apabila guru telah mempunyai budaya kerja yang baik maka tidak
akan ada siswa yang terbengkalai karena guru-gurunya malas untuk mengajar.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa etos adalah semangat
kerja, pola fikir yang mewujudkan seseorang menjadi berperilaku yang
berkualitas. Kerja adalah segala aktifitas dinamis yang mempunyai tujuan untuk
memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani guna berupaya melahirkan prestasi yang
bermanfaat bagi lingkungan. Sedangkan etos kerja adalah totalitas atau
keseluruhan sikap individu dan kelompok serta cara mengekspresikan,
memandang, meyakini, dan menggambarkan seseorang dalam melaksanakan
tugas.
2) Ciri-ciri Etos Kerja
Ciri-ciri orang orang mempunyai dan menghayati etos kerja akan tampak
dalam sikap dan tingkah lakunya yang dilandaskan pada suatu keyakinan yang
sangat mendalam bahwa bekerja itu ibadah dan berprestasi itu indah. Secara
metaforis, seseorang sangat kecanduan untuk beramal saleh. Jiwanya gelisah
apabila dirinya hampa tidak segera berbuat kesalehan. Kecanduan beramal saleh
dengan ciri-ciri etos kerja muslim yaitu :25
a. Kecanduan terhadap waktu, yaitu salah satu esensinya dari hakikat etos
kerja adalah cara seseporang menghayati, memahami, dan merasakan
betapa berharganya waktu. Waktu merupakan deposito paling berharga
yang dianugrahkan Allah secara gratis dan merata kepada setiap orang.
25
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami……h. 73.
27
b. Memiliki moralitas yang bersih (ikhlas), salah satu kompetensi moral yang
dimiliki seorang yang berbudaya kerja islami itu adalah nilai keikhlasan,
karena ikhlas merupakan bentuk cinta, bentuk kasih sayang, dan pelayanan
tanpa ikatan.
c. Kecanduan kejujuran, didalam jiwa seseorang yang jujur itu terdapat
komponen nilai ruhani yang memantulkan berbagai sikap moral yang
terpuji.
d. Memiliki komitmen (aqidah, aqad, itiqad), yang dimaksud dengan
commitment dari bahasa latin : committere, to connect, entrust-the satate
of being obligated or emotionally impelled) adalah keyakinan yang
mengikat (aqad) sedemikian kukuhnya sehingga membelenggu seluruh
hati nuraninya dan kemudian menggerakkan perilaku menuju arah tertentu
yang diyakininya (i’tiqad).
e. Istiqamah, kuat pendirian seorang yang istiqamah tidak mudah berbelok
arah betapapun godaan untuk mengubah tujuan begitu memikatnya, tetap
pada niat semula.
f. Kecanduan disiplin, pribadi yang disiplin sangat berhati-hati dalam
mengelola pekerjaan serta penuh tanggung jawab dalam memenuhi
kewajibannya, disiplin yang sejati merupakan bentuk kebiasaan sejak kita
kecil, kemudian perilaku tersebut dipertahankan sampai dipetik hasilnya.
g. Memiliki sikap percaya diri, melahirkan kekuatan, keberanian, dan tegas
dalam bersikap berani mengambil keputusan yang sulit walaupun harus
membawa konsekuensi berupa tantangan atau penolakan.
Sedangkan dalam buku Bactiar Hasan, etos kerja memiliki ciri-ciri yaitu :
a. Memiliki standar kemampuan mengerjakan dalam mbidang professional,
yang diakui oleh kelompok atau organisasi profesi itu sendiri.
b. Berdisiplin tinggi ( taat kepada aturan dan ukuran kerja yang berlaku
dalam profesi yang bersangkutan ).
c. Selalu berusaha meningkatkan kualitas dirinya, melalui pengalaman kerja
dan melalui media pembelajaran lainnya.
28
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri seorang guru
yang memiliki etos kerja guru dilihat dari cirri-ciri dasar yaitu, (a) Keinginan
menjunjung tinggi mutu pekerjaan, (b) Menjaga diri dari melaksanakan pekerjaan,
(c) Memberi layanan kepada masyarakat melalui pekerjaan profesionalnya.
3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja
Guru merupakan bagian integral dari keberadaan sumber daya manusia
yang mempunyai peranan strategis dalam kehidupan suatu sekolah. Oleh sebab
itu, keapala sekolah sebagai seorang manajer harus mampu mengelola dan
memamfaatkan segala sumber daya manusia yang ada.
Guru yang mempunyai etos kerja yang tinggi akan sangat membantu
kepala sekolah dalam mencapai tujuan. Sebab mereka adalah orang-orang yang
mampu mempertahankan kelangsungan hidup sekolah dari kepunahan akibat
tuntutan dan perubahan zaman. Disamping itu mereka pula yang mampu
merealisasikan salah satu misi pendidikan yaitu sebagai aren pembaharuan
terhadap lingkungannya.
Adapun faktor-faktor yang dapat menunjang etos kerja guru, yaitu :
a. Adanya tingkat kehidupan yang layak bagi guru.
b. Adanya kondisi terlindung dan tentram dalam bekerja.
c. Adanya kondisi kerja yang menyenangkan.
d. Suasana dan rasa kekeluargaan.
e. Perlakuan yang adil dari atasan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja guru diantaranya:
a. Tingkat pendidikan guru yaitu sangat mempengaruhi baik tidaknya kinerja
guru. Kemampuan seseorang sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikannya, karena melalui pendidikan itulah seseorang mengalami
proses belajar dari tidak tahu menjadi tahu, selama menjalani
pendidikannya seseorang akan menerima banyak masukan baik berupa
ilmu pengetahuan maupun keterampilan yang akan mempengaruhi pola
berfikir dan prilakunya.
29
b. Supervisi pengajaran yaitu serangkaian kegiatan membantu guru dalam
mengembangkan kemampuannya. Kepala sekolah bertugas memberikan
bimbingan, bantuan, pengawasan, dan penelitian pada masalah-masalah
yang berhubungan dengan pengembangan pengajaran berupa perbaikan
program dan kegiatan belajar mengajar.
c. Kinerja guru yaitu dipengaruhi oleh program penataran yang diikutinya.
Untuk memilki kinerja yang baik, guru dituntut untuk memiliki
kemempuan akademik yang memadai, dan dapat mengaplikasikan ilmu
yang dimilikinya kepada para siswa untuk kemajuan hasil belajar siswa.
d. Kondisi fisik dan mental yang baik, agar guru sehat akan dapat
menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Oleh karenanya faktor
kesehatan harus benar-benar diperhatikan. Begitu pula mental baik maka
akan mengajar dengan baik pula.
e. Tingkat pendapatan yaitu dapat mempengaruhi kinerja guru. Agar guru
benar-benar berkonsentrasi mengajar di suatu sekolah maka harus
diperhatikan tingkat pendapatannya dan juga jaminan kesejahteraan
lainnya seperti pemberian intensif.26
Faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja guru dalam proses
pembelajaran:
a) Faktor personal/individual meliputi keterampilan (skill),
kemampuan, kepercayaan diri.
b) Faktor kepemimpinan meliputi kualitas dalam memberikan
dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer
dan team leader.
c) Faktor sistem meliputi sistem kerja, fasilitas kerja atau
infrastruktur yang diberikan oleh rekan dalam satu tim.27
26
Sabrina Fauza, Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru, wodpress.com 05 April
2010 27
Pokjawas, Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru, wodpress.com. 09 Juli 2010
30
4) Upaya-upaya Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Etos Kerja Guru
Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan
sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan
pada umumnya direalisasikan. Kepala sekolah dituntut untuk senantiasa
meningkatkan efektifitas kinerja guru.
Kinerja kepemimpinan kepala sekolah dalam kaitannnya dengan etos kerja
guruadalah segala upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala
sekolah dalam mengimplementasikan etos kerja guru di sekolahnya untuk
mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Sehubungan dengan itu,
kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dalam meningkatkan etos kerja guru
dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut :
a. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif.
b. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu.
c. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan guru di sekolah.
d. Berhasil mewujudkan tujuan sekolahg secara produktif sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
Setiap sekolah tentunya akan selalu berusaha agar stafnya selalu
mempunyai etos kerja atau semangat kerja tinggi. Sebab dengan etos kerja yang
tinggi proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancer, dan kepala sekolah
tentunya mempunyai berbagai cara untuk membangun etos kerja atau semangat
kerja para guru antaranya dengan memberi teladan, membuat deskripsi tugas yang
jelas, melaksanakan sangsi jabatan, dan meningkatkan kesejahteraan.
Adapun strategi yang digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan
dan kualitas guru sebagai berikut :
a. Aktif dan kreatif
Guru yang aktif adalah guru yang giat dalam bekerja dan berusaha
untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Sedangkan guru yang kreatif
31
adalah guru yang memiliki kemampuan mencari ide-ide baru yang sesuai
dengan tujuan.
Guru yang aktif dan kreatif adalah guru yang dalam melaksanakan
tugasnyanya selalu memiliki ide atau gagasan baru yang sebelumnya tidak
ada, dan mampu mengelola dan merealisasikan idenya kedalam kegiatan
belajar mengajar guna meningkatkan mutu pendidikan.
Adapun faktor-faktor yang mendukung terjadinya aktifitas dan kreatifitas
guru adalah :
a) Tersedianya waktu yang longgar (waktu luang ).
b) Adanya dorongan guru yang aktif dan kreatif memiliki dorongan tertentu.
c) Adanya sarana penunjang.
d) Lingkungan yang merangsang atau mendukung.
b. Produktifitas
Guru mempunyai yang posisi yang strategis dalam suatu pekerjaan, oleh
karena itu para guru harus bekerja secara efektif sehingga mempunyai hasil guna
yang tinggi, artinya hasil yang diperoleh seimbang dengan masukan bahkan
menghasilkan sesuatu yang baik.
Adapun ciri-ciri yang produktif yaitu :
Menyusun kerangka atau rencana kerja sebelum melaksanakan tugas dan
pekerjaan, dan mampu bekerja secara efektif dan efisien.
Pada dasarnya bangsa Indonesia yang mempunyai filsafat dan pandangan
hidup pancasila menganjurkan kepada kita untuk menghargai setiap upaya
kegiatan yang akan meningkatkan kualitas hidup sebagai manusia. Bekerja bagi
bangsa Indonesia merupakan suatu kegiatan yang sangat mulia, merupakan
bentuk ibadah, suatu panggilan dan perintah Tuhan, yang akan memanusiakan dan
memuliakan dirinya.
Demikian pula sebagai seorang guru, mengajar merupakan pengabdian
bahkan tugas suci yang teramat mulia, yang tidak mengharapkan pujian di kala
anak didiknya berhasil menggapai kehidupan, tidak pula menginginkan pemberian
32
dari muridnya apabila telah menjadi kaya, yang ia sesali dan bahkan bersedih
atau berduka manakala ada muridnya yang durhaka dan menjadi sampah
masyarakat.
Jadi, baginya bekerja adalah mengabdi dan pengabdian adalah suatu yang
luhur yang tak dapat dihargai dengan materi sehingga ia memilih menjadi
pahlawan yang tanpa tanda jasa, yang bebas dari atribut. Yang diinginkannya
adalah mengajar dan mengajar sampai ajal tiba saatnya kelak, itulah kerja guru
dan itu etos kerja.
Membangun etos keguruan sesungguhnya juga memperkuat karakter para
guru karena ibarat otot, karakter akan memadat dengan semakin kokohnya sebuah
perilaku karena terus menerus digunakan secara tekun dan bertujuan. Karakter
yaitu kualitas-kualitas mental dan moral yang khusus dan khas pada idividu,
kelompok, atau institusi. Kompetensi yaitu keterampilan atau pengetahuan yang
diperlukan agar berhasil melakukan sesuatu pekerjaan. Konfidensi yaitu percaya
diri, yang berarti percaya sepenuhnya.Karisma adalah cahaya pribadi, aura,
pengaruh, dan wibawa yang kita rambatkan juga semakin kuat. Sebab dengan
kepribadian dan perilaku kerja yang berakar teguh pada moralitas luhur dalam
etos keguruan itu akan terpancar dengan bertenaga seperti kekuatan sebuah
magnet.
Dengan membaiknya etos keguruan melalui keempat pondasi sukses diatas
(karakter-kompetensi-konfidensi-karisma) maka dampak utamanya adalah
meningkatnya kinerja keguruan kita. Berbuah sebagai kualitas budi pekerti,
pengetahuan, dan keterampilan semua peserta didik kita.
Demikianlah membaiknya karakter-kompetensi-konfidensi-karisma yang
dihasilkan oleh etos keguruan akan membuahkan efektifitas kualitas produktifitas
keguruan semakin baik pula.
Etos keguruan tidak hanya membuahkan sukses keguruan keluar, tetapi
sekaligus memperbaiki kualitas keguruan itu kedalam yakni bertumbuhnya sang
guru menjadi insan profesional yang semakin baik, dalam hal menjadi guru yang
semakin berkarakter, berkompetensi, berkonfidensi, dan berkarisma.
33
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan teori diatas, dapat dilihat dari identifikasi masalah yaitu
belum efektifnya gaya kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis sehingga
gaya kepemimpinan yang diterapkan belum berhasil. Karena masih kurangnya
etos kerja guru dalam mewujudkan keberhasilan. Sebagian guru masih ada yang
kurang disiplin, karena datang terlambat pada saat masuk kelas. Masih rendahnya
motivasi siswa yang kurang bersemangat belajar.
Namun belum berhasilnya pemimpin dalam membangkitkan etos kerja
guru yang tinggi. Karena adanya persepsi atau pandangan yang kurang tepat
dalam penerapan gaya kepemimpinan. Maka kepala sekolah dalam memimpin
sekolah tersebut dituntut harus bisa melibatkan para guru agar mempunyai
semangat kerja yang tinggi, yaitu termotivasi dalam mengajar, mempunyai etos
kerja yang bagus, dan sadar untuk memenuhi peraturan yang dibuat oleh sekolah.
Hal ini dapat dilihat dari bagaimana cara atau gaya kepemimpinan yang
diterapkan oleh kepala sekolah tersebut.
Agar penerapan gaya kepemimpinan demokratis itu bisa efektif dan dapat
terwujud maka pemimpin dalam penerapan gaya kepemimpinannya tersebut harus
dapat disesuaikan dengan kondisi dilingkungan sekolah itu sendiri. Umumnya
kepala sekolah sangat tegas dalam bertindak memang berakibat positif dan
berpengaruh terhadap aktifitas-aktifitas guru disekolah. Oleh karena itu guru
disekolah harus dapat melaksanakan tugas dan kewajiban disekolah dengan baik.
Sebagai kepala sekolah harus bisa menerapkan gaya kepemimpinan yang
demokratis dan efektif, sehingga dapat terwujudnya tujuan pendidikan di MAN
Cibinong.
Dengan demikian strategi yang dipakai pemimpin yaitu dengan
pengembangan komunikasi, job description, dan pertemuan rapat-rapat berskala.
Untuk itu kepala sekolah harus bisa memimpin secara efektif guna meningkatkan
etos kerja guru dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut :
a. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif.
34
b. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu.
c. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat
kedewasaan guru di sekolah.
d. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori dan kerangka berfikir yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
1. Hipotesis Alternatif (Ha) : Gaya kepemimpinan kepala sekolah
berhubungan dengan etos kerja guru.
2. Hipotesis nol (Ho) : Etos kerja guru tidak berpengaruh terhadap
gaya kepemimpinan kepala sekolah.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara empiris
hubungan gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan etos kerja guru di MAN
Cibinong Bogor. Berdasarkan rumus-rumusan diatas tujuan penelitian yaitu:
- Untuk memperoleh data tentang Gaya Kepemimpinan Demokratis
yang diterapkan di MAN Cibinong.
- Untuk memperoleh data tentang etos kerja guru MAN Cibinong.
- Untuk mengetahui Bagaimana kolerasi Gaya Kepemimpinan Kepala
sekolah dengan Etos kerja Guru di MAN Cibinong.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian tentang Hubungan Gaya Kepemimpinan Sekolah dengan
Etos Kerja Guru ini dilaksanakan di MAN Cibinong, yang berlokasi Jalan Raya
Kayumanis No.30, Cirimekar Cibinong Bogor. Adapun waktu penelitian yang
digunakan peneliti yaitu: Januari-Februari 2011.
C. Metode Penelitian.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
deskriptif kuantitatif . Yaitu Penelitian yang mengumpulkan data secara empiris,
kemudian diolah menggunakan statistik untuk mengetahui permasalahan ada atau
tidaknya kedua variabel yang diteliti. Dan metode yang digunakan adalah metode
36
korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel independent (bebas) disimbolkan huruf (X), Gaya
Kepemimpinan.
2. Variabel dependent (terikat) disimbolkan dengan huruf (Y) yaitu Etos
kerja
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan dari jumlah yang diteliti, keseluruhan
jumlah guru, tenaga dan kependidikan di MAN Cibinong Bogor berjumlah 58
orang, namun karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki, maka penelitian ini
hanya dibatasi pada populasi terjangkau yaitu 35 orang guru, berdasarkan uji
validitas sebagian dari jumlah populasinya terdapat jawaban yang cacat.
Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan cara
random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak dari populasi yang ada.
Dengan pertimbangan kemampuan peneliti baik dari segi waktu, tenaga, dan dana
maka besarnya sampel dalam penelitian adalah 35 guru dari jumlah total guru
yang ada. Diambil sampel 35 karena sebagian dari jumlah total populasi guru,
terdapat yang cacat karena ada pertanyaan yang tidak dijawab dan jawabannya
banyak yang sama sehingga data tidak akurat dan ada yang dibatalkan.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam
penelitian ini penulis mengambil sampel 35 orang guru yang ada di MAN
Cibinong Bogor.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, penulis menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data sesuai dengan permasalan yang sedang diteliti.
37
Adapun teknik pengumpulan data tersebut adalah :
1. Angket
Angket atau kuesioner digunakan untuk memperoleh data dengan memberikan
atau menyebarkan daftar pertanyaan-pertanyaan kepada responden dengan
harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut. Angket digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden, dalam inti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Angket berisi daftar beberapa pertanyaan
dengan dengan menggunakan skala likert dari 4 jawaban alternatif yaitu, (SL)
selalu, Sering (SR), Kadang-kadang (KD), Tidak pernah (TP). Yang berkenaan
dengan gaya kepemimpinannya dan etos kerja guru. Yaitu untuk menilai
bagaimana cara kepala sekolah MAN Cibinong, agar dapat mengetahui gaya apa
yang di terapkan dalam memimpin sekolah ini. Kemudian penulis meneliti cara
Kepala sekolah menjalankan Kepemimpinannya, kegiatan guru di sekolah dalam
proses belajar mengajar di MAN Cibinong.
2. Wawancara
Wawancara (interview), instrumen yang digunakan yaitu sebagai pedoman
wawancara terstruktur dimana peneliti sudah menyiapkan sejumlah pertanyaan
yang diajukan oleh bapak Kepala sekolah yang bernama Drs. Ibrahim M.Pd di
sekolah MAN Cibinong. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan keterangan-
keterangan yang berkaitan dengan aspek gaya kepemimpinan dan etos kerja guru.
Penulis juga melakukan wawancara untuk menggali hal-hal yang berhubungan
dengan sejarah pendirian sekolah, dan hal-hal yang menyangkut aspek gaya
kepemimpinan kepala sekolah dengan etos kerja guru.
3. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan gaya
kepemimpinan kepala sekolah dengan etos kerja guru, baik berupa visi dan misi
sekolah, latar belakang pendidikan guru, sarana dan prasarana, dan lain
sebagainya agar penulis mendapatkan informasi yang lebih akurat.
38
G. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan angket yang memakai skala model likert yang berisi jumlah
pertanyaan/pernyataan yang menyatakan objek yang hendak diungkap yaitu
kolerasi antara Gaya Kepemimpinan Kepala sekolah dengan etos kerja guru
diMAN Cibinong. Penskoran atas angket ini merujuk pada lima alternatif
jawaban, sebagai berikut :
Skala Penilaian
No Alternatif Jawaban Bobot Skor
Positif Negatif
1 Selalu (SL) 4 1
2 Sering (SR) 3 2
3 Kadang-Kadang (KD) 2 3
4 Tidak Pernah (TP) 1 4
Instrumen penelitian sebelum digunakan untuk memperoleh data-data
penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba agar diperoleh instrumen yang
raliabel.
Sebelum melakukan uji instrument atau perhitungan hasil penelitian data
yang diperoleh dapat disajikan dalam bentuk yang lebih berguna, lebih mudah
dipahami atau lebih cepat dimengerti makadata yang ada disusun lebihteratur
didalam distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi diartikan sebagai suatu daftar
tabel yang membagi data yang ada kedalam angka-angka secara kuantitatif.
Penyusunan tabel distribusi frekuensi dapat dilakukan melalui tahapan
berikut ini :
1) Menentukan jumlah kelas.
Menentukan kelas yang ditentukan dengan rumus :
K= banyaknya kelas
N= jumlah responden (data yang digunakan)
K=1+3,322log N
39
2) Mencari besarnya range
Range = Nilai Terbesar-Nilai Terkecil
3) Menentukan panjang range (kelas interval)
ci = range
banyaknya kelas
4) Menentukan kelas
Semua data harus bisa masuk dalam kelas yang dibuat, artinya data
terkecil harus masuk pada kelas pertama dan data terbesar harus
masuk pada kelas terakhir.
5) Mencari frekuensi tiap-tiap kelas
Frekuensi adalah jumlah data yang dimilki tiap-tiap kelas.
6) Batas kelas
a. Uji Validitas
Uji validitas sering diartikan keshahihan. Suatu alat ukur disebut memiliki
validitas bila alat ukur tersebut isinya layak mengukur objek yang
seharusnya diukur dan sesuatu dengan kriteria tertentu.
b. Uji Realibilas instrumen
Realibilitas instrumen menggunakan rumus Alfa Croanbach, dengan
menggunakan SPSS versi 16, didapat koefisien alfa croanbach, sebesar
0,588. Sehingga dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut cukup
realibitas untuk sebuah penelitian pendidikan.
H. Variabel dan definisi
1. Kisi-kisi Instrumen Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
a. Definisi Konseptual
Secara konseptual, gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah cara yang
dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya.
Range = Nilai tebesar-nilai terkecil
40
b. Definisi Operasional
Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini dapat diukur
dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner sebanyak 23 butir pertanyaan
yang mencerminkan indikator gaya kepemimpinan yaitu meliputi gaya demokratis
Kisi-kisi Instrumen Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Tabel 1
INSTRUMEN VARIABEL X
Dimensi
VARIABEL
INDIKATOR Pertany
aan
Juml
ah
Kepemimpinan
Demokratis
1. mampu menempatkan diri di tengah-tengah
para guru
1-10 10
2. berusaha memanfaatkan setiap orang untuk
kepentingan serta kemajuan sekolah
11-21 11
3. mau menerima dan mengharapkan pendapat
dan saran-saran guru
22-23 2
23
2. Kisi-kisi instrument Etos Kerja Guru
a. Definisi Konseptual
Etos Kerja adalah totalitas atau keseluruhan sikap individu dan kelompok
serta cara mengekspresikan, memandang, meyakini, dan menggambarkan
seseorang dalam melaksanakan tugas.
b. Definisi Operasional
Etos kerja guru dalam penelitian ini dapat diukur dengan menggunakan
instrument berupa kusioner sebanyak 24 butir pertanyaan yang mencerminkan
etos kerja guru, yang meliputi :
41
Kisi-kisi Instrumen Etos Kerja Guru
Tabel 2
INSTRUMEN VARIABEL Y
VARIABEL INDIKATOR Pertanyaan Jumlah
Etos kerja guru 1. semangat dalam melaksanakan tugas 1-6 6
2. menunjukkan moralitas yang bersih 7-11 5
3. menjaga harga diri dalam
melaksanakan pekerjaan
12-15 4
4. Keinginan menjunjung tinggi mutu
pendidikan
16-24 9
24
Kemudian untuk mengetahui apakah ada hubungan Gaya Kepemimpinan
kepala sekolah (variabel X) dengan Etos Kerja Guru (variabel Y) maka penulis
menggunakan tes statistik korelasi Produck Moment yang dikembangkan oleh
Karl person dengan rumus :
])()([])()([
))(()(
2222 YYNXXN
YXXYNrxr
Keterangan :
rxr = Koefisien Korelasi skor item dengan skor total
X = Jumlah skor distribusi X
Y = Jumlah skor distribusi Y
∑XY = Jumlah perkalian skor item dengan skor total.
N = Jumlah responden
X2
= Jumlah kuadrat skor distribusi X
Y2 = Jumlah kuadrat skor distribusi Y
Cara memberikan interprestasi data terhadap angka indeks korelasi ”r”
produck moment. Maka prosedur yang kita lalui berturut-turut adalah sebagai
berikut : Interprestasi menggunakan tabel ”r xy”
a) Merumuskan (membuat) hipotesis alternatif (Ha) dan Hipotesis nihil atau
Hipotesis nol (Ho). Hipotesis alternatifnya (Ha) kita rumuskan sebagai
berikut : ”Ada (atau: terdapat) korelasi positif (atau: korelasi negatif) yang
signifikan (menyakinkan) antara variabel X dan Y.” Adapun rumusan
42
Hipotesis nihilnya (Ho) adalah sebagai berikut : ”Tidak ada (atau tidak
terdapat) korelasi positif atau (atau korelasi negatif) yang signifikan
(menyakinkan) antara variabel X dan Y.”
b) Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang telah kita ajukan di
atas tadi (maksudnya: manakah yang benar: Ha atau Ho) dengan jalan
memperbandingkan besarnya ”r” yang tercantum dalam Tabel Nilai ”r”
Product Moment (rt), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya
(db) atau degrees of freedom-nya (df) yang rumusnya adalah sebagai
berikut :
df = N-nr
df = degrees of freedom
N = Number of cases
nr = banyaknya variabel yang kita korelasikan.
Dengan diperolehnya db atau df maka dapat dicari besarnya ”r” yang
tercantum dalam Tabel Nilai ”r” Product Moment, baik pada taraf signifikan 5%
maupun pada taraf signifikan 1%. Alternatif (Ha) disetujui atau diterima atau
terbukti kebenarannya.
Berarti memang benar antara variabel x dan y terdapat korelasi positif
(atau korelasi negatif) yang signifikan. Sebaliknya, hipotesis nihil (Ho)tidak dapat
disetujui atau tidak dapat diterima atau tidak terbukti kebenarannya. Ini berarti
Hipotesis Nihil yang menyatakan tidak adanya korelasi antara variabel x dan y itu
salah. 1
Setelah uji korelasi variabel x dan y dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh variabel x dan variabel y yang dinyatakan dalam persen (%) maka
digunakan rumus koefisien determinasi (penentu), sebagai berikut :
KD = (r xy)2 x 100%
Keterangan rxy : angka indeks korelasi ”r” Product moment
100 : bilangan
1 Anas Sudijono, Pengantar Statistik pendidikan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1987)
h.194.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum tentang objek penelitian
1. Sejarah berdirinya
Madrasah Aliyah Negeri Cibinong yang saat ini telah terakreditasi “A”
dan sudah termasuk kedalam Kementerian Agama Republik Indonesia yang
berlokasi di Jalan Kayumanis No. 30 Cirimekar Cibinong yang didirikan pada
tahun 1993. Dengan luas tanah kira-kira kurang lebih 15.670m2 terdiri atas
bangunan atau gedung sekolah 3.540m2, lapangan sekolah 500m2, kebun
1000m2, dan lapangan olahraga 400m2 dipagar 2500m2. Bangunan sekolah
terdiri atas dari 24 ruang yaitu: 20 ruang kelas, 1 ruang kepala seolah, 1 ruang
wakil kepala sekolah, 1 ruang bagian tata usaha, 1 ruang bimbungan konseling, 1
ruang perpustakaan, 1 ruang Lab komputer, 1 Lab IPA, 2 Lab bahasa dan fasilitas
keterampilan lainnya.
MAN Cibinong mempunyai sumber daya manusia atau guru sebanyak 58
guru. Berdasarkan latar pendidikan 49 guru telah menyelesaikan pendidikan S1,
dan 6 orang guru telah menyelesaikan pendidikan S2. Guru-guru MAN Cibinong
mengajar mata pelajaran berdasarkan latar belakang pendidikan mereka.
Berdasarkan status guru, ada 41 guru yang sudah menjadi pegawai negeri
sipil, yang lainnya masih menjadi guru honorer. Berdasarkan data akademik 2009-
2010 jumlah siswa MAN Cibinong sebanyak 837 siswa, dibagi kedalam 3
angkatan. Angkatan yang pertama yaitu kelas 1 berjumlah 302 siswa, angkatan
44
kedua yaitu kelas 2 berjumlah 324 siswa, dan angkatan yang ketiga yaitu kelas
tiga berjumlah 211 siswa.
Dari bulan Maret 2010 Madrasah Aliyah Negeri Cibinong sudah dipimpin
oleh kepala sekolah yang bernama Bapak Ibrahim. Drs. M pd.I dan lima wakil
kepala sekolah lainnya.
2. Visi dan Misi Sekolah
a. Visi
Terbentuknya peserta didik yang berprestasi dan berakhlakkul karimah.
b. Misi
Membentuk siswa yang :
- Berakhlakkul karimah
- Berwawasan ilmu pengetahuan
- Mampu bersaing dalam memasuki perguruan tinggi
- Mampu bersaing dalam memasuki dalam dunia kerja
- Memiliki kemandirian
- Menjadi teladan bagi teman dan masyarakat.
3. Tenaga Pengajar
Tabel 3
NO NAMA GURU JABATAN
1. Ibrahim, Drs. M. Pd.I Kepala Sekolah
2. Hartana, S.Pd Wakil Kepala Sekolah
3. Mistam, MM Bid. Kesiswaan
4. Masdalifah, MM Bid. Humas
5. Sunardi, SE Bid.sarana dan prasarana
6. Onas Siti Aisah, Dra Bid. Keterampilan
7. Arudji. S. Pd.I Kepala Tata Usaha
8. Ummu Kulsum, S. Pd. Bendahara
45
9. Abdul Halim, Drs Guru
10. Abdul Koerudin, S. Pd. I Guru
11. Ade Suarni, Dra Guru
12. Agus Bismawan Guru
13. Ahmad, S. Pd Guru
14. Anton Sujarwo Guru
15. Apud Mahpudin, Drs Guru
16. Asep Sulaiman Guru
17. Baenuri, S. Pd. I Guru
18. Caswo Staf tata usaha
19. Dani Ahmad Guru
20. Dedeh Susilawati, S.Ag Guru
21. Dewi sapuro Guru
22. Djamhur Guru
23. Een Kurniasih Guru
24. Endang Netty N, Dra Guru
25. Erna Garmayanti, M. Pd Guru
4. Jumlah siswa
Tabel 4
TAHUN KELAS
I II III
2008 302 323 187
2009 302 324 211
2010 302 324 211
JUMLAH 906 971 609
46
5. Sarana dan prasarana
Tabel 5
NO Jenis sarana dan prasarana Jumlah Luas(M2)
Perunit
1 Lahan :
Lahan bangunan 3540
Lahan Lapangan upacara 500
Lahan Lapangan Olahraga 400
Kebun 1000
Lahan yang dipagar 2500
2 Ruang:
Ruang pendidikan:
Ruang Laboratorium IPA 1
Ruang Keterampilan 1
Ruang Perpustakaan 1
Ruang Administrasi:
Ruang Kepala sekolah 1
Ruang Wakil Kepala sekolah 1
Ruang Guru 2
Ruang Tata usaha 1
Ruang Penunjang:
Ruang Ibadah/Mushola 1
Ruang Serba Guna/Aula 1
Ruang Toilet 5
Ruang UKS/PMR 1
3 Peralatan Laboratorium 1
Peralatan Tata Boga 1
Perlengkapan Tata Busana 1
Perlengkapan Tata Rias 1
Perlengkapan Lainnya 1
47
4 Buku Pelajaran pokok 858
Buku Bacaan 10
6. Tata Tertib
1. Pelajar harus sudah hadir 10 menit sebelum bel dibunyikan ( masuk
pukul 07.00 wib )
2. Pelajar yang terlambat hadir 10 menit dari jam pertama harus minta
izin kepada guru piket atau kepala sekolah
3. Siswa yang berhalangan hadir wajib mengirim surat yang ditanda
tangani oleh orang tua atau wali
4. Sebelum pelajaran dimulai pada jam pertama siswa harus membaca
doa yang dipimpin oleh ketua kelas
5. Pelajar harus memakai seragam yang telah ditentukan oleh sekolah
Hari Senin-Selasa : Putih-Abu
Hari Rabu-Kamis : Batik-Abu
Hari Jumat : Baju Koko (laki-laki )
Hari Sabtu : Pakaian Pramuka
7. Sanksi
a. Pelajar yang melanggar salah satu tata tertib pada poi 1s.d 5 maka akan
dikenakan sanksi berdasarkan poin yag didapat.
b. Sanksi berupa peringatan lisan, tertulis, skorsing, dan dikembalikan
kepada orang tua/wali.
B. Deskripsi Data
Salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
adalah menggunakan instrument angket. Angket ini terdiri dari 47 pertanyaan
dalam dua variable yaitu tentang Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
sebagai variabel X berjumlah 23 butir pertanyaan, dan Etos Kerja Guru sebagai
variabel Y yang berjumlah 24 butir pertanyaan.
48
Selanjutnya data yang didapat dari setiap butir pertanyaan dimasukkan
kedalam tabel yang didalamnya terdapat presentase dengan menggunakan
rumus: P = F x 100%
N
Dari data persentase setiap butir pertanyaan yang diajukan sebanyak 47
butir pertanyaan terdiri dari:
1. Gaya kepemimpinan demokratis
a. Mampu menempatkan diri ditengah-tengah para guru.
Kebebasan mengeluarkan pendapat.
Mampu mendorong semangat kerja guru.
Terbuka terhadap masalah yang dihadapi.
Bijak dalam mengambil keputusan.
Membangun hubungan yang harmonis dengan guru.
b. Berusaha memanfaatkan setiap orang untuk kepentingan serta kemajuan
sekolah.
Mengadakan Pertemuan untuk membicarakan kegiatan
permasalahan sekolah.
Menjadikan forum rapat untuk memperbaiki kinerja guru.
Memberikan informasi penting terkait perkembangan sekolah dan
pendidikan secara luas.
Mampu mendorong peningkatan profesionalisme guru.
Menghargai prestasi guru dan mendorong guru yang belum
memperolehnya.
c. Mau menerima dan mengharapkan pendapat dan saran-saran guru.
Bersedia menerima pendapat dan kritik dari para guru.
Berharap meminta saran serta kritik guru terkait kepemimpinannya
disekolah.
49
Gaya Kepemimpinan Demokratis
Tabel 6
No ALTERNATIF
JAWABAN
JUMLAH
F %
1 Selalu (SL) 10 28%
2 Sering (SR) 10 28%
3 Kadang-Kadang (KD) 8 23%
4 Tidak pernah (TP) 7 21%
JUMLAH 35 100
Berdasarkan tabel alternatif jawaban diatas dapat dilihat bahwa gaya
kepemimpinan kepala sekolah sebagian besar tergolong cukup demokratis 56%,
sedangkan sebagian kecil respondennya masih kurang 44%.
Sedangkan gaya kepemimpinan demokratis secara keseluruhan adalah
seperti penjelasan dibawah ini:
Dari data skor gaya kepemimpinan penulis mengkategorikan (SL) selalu,
(SR) sering, kadang-kadang (KD), Tidak pernah (TP). Dengan 23 dutir pertanyaan
dan alternatif jawaban. Maka skor terendah yang mungkin diperoleh responden
adalah 1x23= 23 dan skor tertinggi diperoleh responden 4x23 = 92, maka luas
sebenarnya 92-23= 69.
Untuk memperoleh data gaya kepemimpinan kepala sekolah dilihat dari
skor tertinggi 84 dan terendah 60 nilai rata-rata 76,34 dan simpangan baku sebesar
6,933. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Variabel perhitungan distribusi frekuensi (X)
Range = Nilai tertinggi = Nilai terendah
= 84 = 60
= 84-60
= 24
Banyak kelas = 1+3,3 Log
= 1+3,3 Log 35
= 1+(3,3.1,54)
= 1+ 5,082
= 6,082
50
Interval kelas = 24:5 = 4,8
= 24:5 = 4,8 dibulatkan menjadi 5
Distribusi Frekuensi Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah :
Tabel 7
No Kelas
Interval
F Batas
Kelas
Nt F.Kum F (%) FNt
1 60-65 5 59,5-65,5 62,5 35 14 312
2 66-71 5 65,5-71,5 68,5 30 16 342
3 72-77 7 71,5-77,5 74,5 25 20 521
4 78-83 10 77,5-83,5 80,5 18 28 805
5 84-89 8 83,5-89,5 86,5 8 22 692
35 100 2672
Mean = = = 76,34
Median = Bb + ( - Fkum) x i
= 76,34 + x 5
= 76,34 + ( ) x 5
= 76,34 + (1,9 x 5)
= 76,34 + 9,5
= 85,84
Modus = U + x i
= 83,5 + x 6
= 83,5 + 2,8 = 86,3
Berdasarkan penyajian data dalam tabel distribusi frekuensi gaya
kepemimpinan kepala sekolah dapat dilihat dari 35 orang responden yang
mendapat skor dibawah rata-rata sebanyak 18 orang atau sebesar 50%, sedangkan
responden yang mendapat skor diatas rata-rata sebanyak 17 orang atau sebesar
50%.
51
Untuk menentukan tinggi rendahnya rata-rata dari gaya kepemimpinan
kepala sekolah dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:
a) Mencari rentang nilai untuk kategori sedang diperoleh dengan cara rata-
rata skor gaya kepemimpinan dikurangi simpangan baku sampai dengan
rata-rata skor ditambah baku, hasilnya:
76,34-6,933= 67,407
76,34+6,933= 83,273
Jadi untuk kategori sedang rentang nilainya 67,407s.d 83,273.
b) Menentukan nilai rata-rata untuk kategori tinggi yaitu skor yang berada
diatas 83,273 dengan skor tertinggi, yaitu 83 s.d 87.
c) Untuk menentukan nilai rata-rata untuk kategori rendah yaitu dengan
menentukan skor yang berada di bawah 67 sampai skor terendah didapat.
Dari data yang didapat skor untuk kategori rendah berada antara 60 sampai
66.
Lebih jelasnya diinterpretasikan sebagai berikut:
66-60 adalah rata-rata tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah yang
rendah.
67-83 adalah rata-rata tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah yang
sedang.
83-87 adalah rata-rata tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah yang
tinggi.
Berdasarkan ketentuan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata
tentang gaya kepemimpinan kepala sekolah berada pada kategori sedang.
2. Etos kerja guru
a. Semangat dalam melaksanakan tugas.
Merasa senang setiap kali ngajar.
Tepat waktu dalam mengajar.
Tidak lelah dalam mengemban tugas.
Pekerjaan guru sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat.
Mengutamakan mengajar dibanding pekerjaan lain.
52
b. Menunjukkan moralitas yang bersih.
Berusaha mengajarkan nilai-nilai penting dalam diri siswa.
Memberikan keteladanan yang baik untuk para siswa.
Bekerja sesuai tanggung jawab yang diberikan.
Mengajarkan dan menjunjung tinggi kejujuran.
Bekerja sesuai aturan yang berlaku disekolah.
c. Menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaan.
Menjaga integritas dan profesionalisme sebagai guru.
Andil dalam menegakkan disiplin sekolah.
Berusaha menjaga citra sekolah.
d. Keinginan menjunjung tinggi mutu pendidikan.
Membuat RPP dan mengajar sesuai RPP.
Memperbaiki metode pembelajaran.
Memperbaiki isi materi pelajaran sesuai tuntunan.
Menunjukkan kemampuan adaptasi terhadap perubahan.
Memenuhi standar kompetensi sebagai guru.
Etos Kerja Guru
Tabel 8
No ALTERNATIF
JAWABAN
JUMLAH
F %
1 Selalu (SL) 10 28%
2 Sering (SR) 8 22%
3 Kadang-Kadang (KD) 12 34%
4 Tidak pernah (TP) 5 16%
JUMLAH 35 100
53
Berdasarkan tabel alternatif jawaban diatas dapat dilihat bahwa etos kerja
sebagian besar respondennya tergolong cukup 50%, dan sebagian respondennya
terhadap etos kerja 50%.
Selanjutnya data tentang etos kerja guru diperoleh skor tertinggi 84 dan
terendah 61 dengan nilai rata-rata 74,25dan simpangan baku sebesar 7,065. Untuk
melengkapi data diatas, dibuatlah distribusi frekuensi dengan ketentuan sebagai
berikut :
Variabel perhitungan distribusi frekuensi (Y)
Range = Nilai tertinggi = Nilai terendah
= 84 = 61
= 84-61
= 23
Banyak kelas = 1+3,3 Log
= 1+3,3 Log 35
= 1+(3,3.1,54)
= 1+ 5,082
= 6,082
Interval kelas = 23:5 = 4,6
= dibulatkan menjadi 5
Distribusi Frekuensi Etos Kerja Guru
Tabel 9
No Kelas
Interval
F Batas
Kelas
Nt F.Kum F (%) FNt
1 61-66 5 60,5-66,5 63,5 35 14 444
2 67-72 5 66,5-72,5 69,5 30 16 556
3 73-78 7 72,5-78,5 75,5 25 20 751
4 79-84 10 78,5-84,5 81,5 18 28 407
5 85-90 8 84,5-90,5 87,5 8 22 437
35 100 2599
Mean = = = 74,25
Median = Bb + ( - Fkum) x i
54
= 74,5 + ( - 8) x 5
= 74,5 + x 5
= 74,5 + x 5
= 74,25 + 9,5
= 83,75
Modus = U + x i
= 84,5 + x 6
= 84,5 + 2,8
= 87,3
Berdasarkan penyajian data dalam tabel distribusi frekuensi dapat dilihat
dari 35 orang responden yang mendapat skor dibawah rata-rata sebanyak 18 orang
atau sebesar 50%, sedangkan responden yang mendapat skor diatas rata-rata
sebesar 17 orang atau sebesar 50%.
Untuk menentukan tinggi rendahnya rata-rata etos kerja guru dapat
diperoleh dengan cara sebagai berikut:
a) Mencari rentang nilai untuk kategori sedang diperoleh dengan cara rata-
rata skor etos kerja guru dikurangi simpangan baku sampai dengan rata-
rata ditambah simpangan baku, hasilnya:
74,25-7,065= 67,185
74,25+7,065= 81,315
Jadi untuk kategori sedang rentang nilainya 67,185 s.d 81,315.
b) Menentukan nilai rata-rata untuk kategori tinggi yaitu skor yang berada
diatas 81,315 sampai dengan skor tertinggi, yaitu 82-87.
c) Untuk menentukan nilai rata-rata untuk kategori rendah yaitu dengan
menentukan skor yang berada dibawah 68 sampai skor terendah yang
didapat, dengan demikian skor untuk kategori rendah yaitu berada antara
60 sampai 68. Lebih jelasnya diinterpretasikan sebagai berikut:
60-67,185 adalah rata-rata tentang etos kerja guru yang rendah.
67-81,315 adalah rata-rata tentang etos kerja guru yang sedang.
55
82-87 adalah rata-rata tentang etos kerja guru yang tinggi.
Berdasarkan ketentuan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata
tentang etos kerja berada pada kategori sedang.
C. Pengujian Persyaratan Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian menggunakan uji Kolmogorov-smirnov.
Uji Kolmogorov smirnov adalah salah satu cara untuk menguji goodness fit.
Dalam hal ini yang diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara distribusi nilai
sampel (skor yang diobservasi) dengan distribusi teoritis tertentu (normal,
uniform, poison).
Berdasarkan tabel One-Sampel Kolmogorov smirnov Test dapat
disimpulkan bahwa :
Nilai Kolmogorov-smirnov dan nilai variabel X Gaya
Kepemimpinan Kepala sekolah adalah 1,33 dan 0,057>0,05.
Dengan demikian Ho diterima. Hal ini berarti variabel Gaya
Kepemimpinan Kepala sekolah berdistribusi normal.
Nilai Kolmogorov-Smirnov variabel Y Etos Kerja Guru adalah
0,848 dan 0,469>0,05. Dengan demikian Ho diterima. Hal ini
berarti variabel Etos Kerja Guru berdistribusi normal.
2. Analisis Korelasi variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X)
dengan Etos Kerja Guru (Y)
Tabel 10
Nama
Responden
X Y XY X2 Y2
1 84 81 6804 7056 6561
2 84 83 6972 7056 6889
3 84 78 6552 7056 6084
4 84 79 6636 7056 6241
56
5 72 79 5688 5184 6241
6 83 79 6557 6889 6241
7 71 72 5112 5041 5184
8 84 84 7056 7056 7056
9 84 80 6720 7056 6400
10 68 66 4488 4624 4356
11. 80 73 5840 6400 5329
12. 84 79 6636 7056 6241
13. 78 73 5694 6084 5329
14. 84 82 6888 7056 6724
15. 84 81 6804 7056 6561
16. 78 83 6474 6084 6889
17. 82 82 6724 6724 6724
18. 81 73 5913 6561 5329
19. 60 61 3660 7056 3721
20. 82 81 6642 7056 6561
21. 84 74 6216 4900 5476
22. 84 75 6300 5776 5625
23. 70 67 4690 6889 4489
24. 76 72 5474 5776 5184
25. 83 66 5478 6889 4356
26. 84 84 7056 7056 7056
27. 84 73 6132 7056 5329
28. 65 68 4420 4225 4624
29. 84 68 5712 7056 4624
30. 84 77 6468 7056 5929
31. 80 66 5280 6400 4356
32. 76 66 5016 5776 4356
33. 84 69 5796 7056 4761
34. 77 69 5313 5929 4761
57
35. 77 62 4774 5929 3844
Jumlah 2783 2605 207983 222635 195431
Untuk mengetahui korelasi antara variabel x dan y, data diatas akan diuji
dengan menggunakan rumus product moment :
rxy =
rxy =
rxy =
rxy =
rxy =
rxy =
= 0,588160445
Dari hasil perhitungan korelasi product moment antara Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Etos Kerja Guru di Man Cibinong adalah
sebesar 0,588.
Selanjutnya untuk menguji kebenaran/kepalsuan dari hipotesa didalam
perhitungan (r hitung) dan besarnya r yang tercantum dalam tabel “r” product
moment. Dengan terlebih dahulu mencari “df” (degrees of freedom) yang
rumusnya sebagai berikut :
df = N-nr
=35-2
=33
Nilai indeks koefisien korelasi sebesar 0,588 angka tersebut termasuk
dalam kategori tingkat korelasi yang sedang atau cukup. Dengan demikian
terdapat interpretasi korelasi positif yang signifikan antara gaya kepemimpinan
kepala sekolah dengan etos kerja guru tergolong cukup.
58
Selanjutnya angka indeks korelasi (xy) atau “r” hitung sebesar = 0,588
tersebut diinterpretasikan. Antara gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan etos
kerja guru, ini dapat dihitung menggunakan “Koefisien Determinasi” yang
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
KD = r2 x 100%
= 0,588x100%
= 0,3457x100%
= 34,57%
Dari perhitungan diatas angka koefisien penentu kedua variabel gaya
kepemimpinan dengan etos kerja guru adalah 34,57% sedangkan sisanya 65,43%
yang ditentukan oleh variabel lain yang dapat meningkatkan etos kerja guru.
Dengan demikian bahwa hipotesis nol (Ho) yang menyatakan tidak terdapat
hubungan positif antara gaya kepemimpinan dengan etos kerja guru di MAN
Cibinong ditolak dan sebaliknya hipotesis alternatif (Ha), yang menyatakan
terdapat hubungan yang positif antara gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan
etos kerja guru di MAN Cibinong diterima.
Selanjutnya dalam pengujian terhadap koefisien regresi sebagai berikut:
Diketahui :
N=35, r=0,588
t =
=
=
=
=
= 5,162815223
59
3. Interpretasi Data
Berdasarkan hasil analisa di atas dapat diinterpretasikan bahwa antara gaya
kepemimpinan kepala sekolah dengan etos kerja guru di MAN Cibinong
mempunyai korelasi hasilnya sebesar 0,588 antara variabel gaya kepemimpinan
kepala sekolah (x) dengan etos kerja guru (y) di MAN Cibinong. Hasil Rxy=0,588
interpretasi korelasi product moment tergolong sedang atau cukup. Dengan
demikian dapat dilihat dari hasil perhitungan antara variabel x dan y yaitu adanya
hubungan yang signifikan antara efektifitas gaya kepemimpinan kepala sekolah
dengan etos kerja guru di MAN Cibinong.
Kontribusi hubungan gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan etos
kerja guru di MAN Cibinong sebesar 34,57%. Faktor keterkaitan yang diberikan
dalam kategori sedang dan masih terdapat 65,43% .
Faktor lain itu seperti motivasi kerja, iklim organisasi, sistem imbalan,
serta kebijakan kepemimpinan yang memiliki keterkaitan dengan etos kerja guru
di MAN Cibinong. Sedangkan hasil hubungan yang signifikannya hasilnya
sebesar 5,162815223.
Usaha kepala sekolah dalam menerapkan gaya kepemimpingan yang
cenderung demokratis cukup melibatkan dan mempengaruhi para guru untuk
bekerja sama demi memajukan mutu pendidikan disekolah. Sedangkan Etos kerja
guru tergolong cukup yang berarti sebagian besar guru sudah dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik. Dan sebagiannya lagi masih ada yang kurang disiplin
seperti guru datang terlambat pada saat masuk kelas. Sehingga rendahnya
motivasi siswa yang kurang bersemangat belajar.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan di MAN Cibinong, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat gaya kepemimpinan yang cenderung demokratis di MAN
Cibinong. Yang berarti gaya kepemimpinan yang diterapkan belum berjalan
dengan efektif. Karena belum berhasilnya pemimpin dalam membangkitkan etos
kerja guru yang tinggi. Dengan adanya persepsi atau pandangan yang kurang
tepat dalam penerapan gaya kepemimpinan. Sehingga kepala sekolah lebih
dituntut lagi dalam memajukan mutu pendidikan di MAN Cibinong.
2. Etos kerja guru di MAN Cibinong tergolong cukup, artinya sebagian besar guru
sudah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Sedangkan sebagian lagi masih
ada yang kurang disiplin seperti guru datang terlambat pada saat masuk kelas.
Sehingga rendahnya motivasi siswa yang kurang bersemangat belajar.
3. Hal ini dapat dilihat dari wawancara dengan guru. Sedangkan sasaran dari
gaya kepemimpinan yaitu kepala sekolah yang dapat meningkatkan etos
kerja guru di MAN Cibinong. Terdapat hubungan positif antara gaya
kepemimpinan dengan etos kerja guru di MAN Cibinong, hal ini
berdasarkan hasil perhitungan analisis korelasi product moment yang
diperoleh r hitung 0,588 dan r tabel 0,344 pada N=35. Dari koefisien
determinasi product moment 0,588 menghasilkan 34, 57% dan sisanya
65,43%.
61
B. Saran
Berdasakan kesimpulan di atas, penulis memberi saran-saran sebagai
berikut:
1. Kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga pendidikan, hendaknya terus
memperhatikan kesejahteraan para guru dan karyawan di sekolah ini. Agar
etos kerja guru dan karyawan dapat terus meningkat, terutama semangat
kerja guru dalam kegiatan mengajar.
2. Guru sebagai tenaga edukatif perlu meningkatkan etos kerjanya sebagai
tenaga pendidik demi tercapainya tujuan pendidikan serta meningkatnya
etos kerja guru.
62
DAFTAR PUSTAKA
Langeveld (ter), Paedagogik Teoritis/Sistematis, FIP-IKIP Jakarta 1971.
UU RI No.20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Sistem Pendidikan nasional,
SINAR GRAFIKA cet ke-3 2003.
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta : PT Grafindo cet ke-4
2003.
Taty Romiati, Manajemen pendidikan Indonesia, Bandung: Penerbit Alfabeta,
2008
Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggung jawabnya, Yogyakarta :
Penerbit Kanisius 1984.
Veithzal rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: PT raja Grafindo
Persada 2007.
GHALIA INDONESIA, Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta: Penerbit Yudistira
cet ke-2 1985.
J. Riberu, Dasar-dasar Kepemimpinan, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1992.
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
2002.
Effar Offset, Kepemimpinan, Semarang cet pertama 1992.
Miftah Toha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: PT
Raja Grafindo cet ke-5 2000.
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya 1987.
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, cet ke-9 2001.
Jansen Sinamo, 8Etos Keguruan, Jakarta: Institut Darma Mahdika 2010.
Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, Jakarta: dana Bakti wakaf 1995.
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta: Gema Insani 2002.
Abdul Hasyim, Muhammad Surya, Bambang Suwarno, Landasan Pendidikan
Menjadi Guru yang baik, Bogor: Ghalia Indonesia cet ke-1, 2010.
63
Hamzah Ya’qub, Etos Kerja Islami, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya cet ke-1,
Sabrina Fauza, Faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja guru, Wodpress.com
05 April 2010.
Ronald, E. Walpole, Pengantar Statistik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
edisi ke-3 1992.
Pokjawas, Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru dalam pembelajaran,
Wodpress.com 09 Juni 2010.
Angket Penelitian untuk Guru
Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Etos Kerja Guru
Di MAN Cibinong
Nama :
Jenis kelamin :
Bidang Studi :
Hari/ Tanggal :
Petunjuk pengisian
a. Berikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Bapak / Ibu
anggap sesuai dengan jawaban yang benar.
b. Angket ini bertujuan ilmiah semata-mata untuk penelitian.
c. Terimakasih atas bantuan dan partisipasi dalam mengisi angket ini.
Butir pertanyaan:
1. Bapak/Ibu merasa selalu senang setiap kali mengajar?
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. jarang
2. Bapak/Ibu selalu tepat waktu dalam mengajar?
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. jarang
3. Bapak/Ibu merasa tidak lelah dalam mengemban tugas sebagai guru?
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. jarang
4. Bapak/ibu menganggap pekerjaan guru sebagai bentuk pengabdian kepada
masyarakat
a. sangat setuju c. kurang setuju
b. setuju d. tidak setuju
5. Bapak/Ibu sering merasa jenuh sebagai pengajar dan berpikir berganti profesi
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
6. Bapak/ibu lebih megutamakan mengajar dibanding pekerjaan lain
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
7. Bapak/ibu selalu berusaha mengajarkan nilai-nilai penting dalam diri siswa
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
8. Bapak/ibu mengajarkan dan menjunjung tinggi kejujuran
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
9. Bapak/ibu memberikan keteladanan yang baik untuk para siswa
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
10. Bapak/ibu selalu merespons dengan baik setiap keluhan siswa
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
11. Bapak/ibu bekerja sesuai tanggung jawab yang diberikan
a. sangat setuju c. kurang setuju
b. setuju d. tidak setuju
12. Bapak/ibu bekerja sesuai aturan yang berlaku di sekolah
a. sangat setuju c. kurang setuju
b. setuju d. tidak setuju
13. Bapak/Ibu guru menjaga integritas dan profesionalitas sebagai guru
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
14. Bapak/ibu selalu andil dalam menegakkan disiplin sekolah
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
15. Bapak/ibu berusaha menjaga citra sekolah
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
16. Bapak/ibu membuat RPP dan mengajar sesuai RPP
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
17. Bapak/ibu berusaha memperbaiki metode pembelajaran
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
18. Bapak/ibu berusaha memperbaiki isi materi pelajaran sesuai tuntutan
berkembang
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
19. Bapak/ibu berusaha memberikan layanan yang memuaskan siswa
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
20. Bapak/ibu berusaha menunjukkan kemampuan adaptasi terhadap setiap
perubahan
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
21. Bapak/Ibu berusaha memenuhi standar kompetensi sebagai guru
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
22.Bapak/Ibu berupaya meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam proses
pembelajaran
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
23.Bapak/Ibu merasa bertanggungjawab atas kegagalan siswa
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
24.Bapak/Ibu yakin seluruh materi pelajaran dapat diserap dengan baik oleh para
siswa
a. sangat yakin c. kurang yakin
b. yakin d. tidak yakin
Angket Penelitian untuk Guru
Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Etos Kerja Guru
Di MAN Cibinong
Nama :
Jenis kelamin :
Bidang Studi :
Hari/ Tanggal :
Petunjuk pengisian
1. Berikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Bapak / Ibu
anggap sesuai dengan jawaban yang benar.
2. Angket ini bertujuan ilmiah semata-mata untuk penelitian.
3. Terimakasih atas bantuan dan partisipasi dalam mengisi angket ini.
Butir pertanyaan dimensi kepemimpinan Demokratis:
1. Bapak/Ibu merasa bebas mengeluarkan pendapat ketika rapat berlangsung
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
2. Kepala sekolah mampu mendorong semangat kerja guru
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
3. Kepala sekolah berempati terhadap permasalahan guru
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
4. Kepala sekolah terbuka terhadap permasalahan yang dihadapi
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
5. Kepala sekolah supel dalam bergaul dengan para guru
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
6. Kepala sekolah mampu membangun hubungan yang harmonis dengan para
guru
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
7. Kepala sekolah menghargai perbedaan pendapat di kalangan para guru
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
8. Kepala sekolah memberikan keteladanan yang baik
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
9. Kepala sekolah bijak dalam mengambil keputusan
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
10. Kepala sekolah mampu menangani permasalahan sekolah secara bijak
a. selalu c. kadang-kadang
b. sering d. tidak pernah
11. Kepala sekolah sering mengadakan pertemuan untuk membicarakan kegiatan
dan permasalahan sekolah
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
12. Kepala sekolah mengutamakan kerja sama untuk kegiatan-kegiatan tertentu di
sekolah
a. sangat setuju c. kurang setuju
b. setuju d. tidak setuju
13. Kepala sekolah mengedepankan kompromi untuk menyelesaikan problem
sekolah
a. sangat setuju c. kurang setuju
b. setuju d. tidak setuju
14. Kepala sekolah menjadikan forum rapat guru untuk memperbaiki kinerja
sekolah
a. sangat setuju c. kurang setuju
b. setuju d. tidak setuju
15. Kepala sekolah menjadikan feedback para guru sebagai informasi penting
dalam mengambil keputusan
a. sangat setuju c. kurang setuju
b. setuju d. tidak setuju
16. Kepala sekolah memberikan informasi penting terkait perkembangan sekolah
dan pendidikan secara luas
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
17. Kepala sekolah mampu menjadi motor perubahan di sekolah
a. sangat setuju c. kurang setuju
b. setuju d. tidak setuju
18. Kepala sekolah mampu menjadi kreator dan inovator pendidikan
a. sangat setuju c. kurang setuju
b. setuju d. tidak setuju
19. Kepala sekolah mampu mendorong peningkatan profesionalisme guru
a. sangat setuju c. kurang setuju
b. setuju d. tidak setuju
20. Kepala sekolah memberikan kesempatan yang luas untuk belajar
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
21. Kepala sekolah menghargai prestasi guru dan mendorong guru-guru yang lain
untuk memperolehnya
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
22. Kepala sekolah bersedia menerima pandangan dan kritik para guru?
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
23. Kepala sekolah berharap bahkan meminta saran serta kritik dari guru terkait
kepemimpinannya di sekolah
a. Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
Pedoman wawancara Kepala Sekolah
1. Bagaimana Gaya kepemimpinan Kepala sekolah yang Bapak terapkan?
2. Upaya-upaya apa saja yang Bapak lakukan dalam meningkatkan Etos Kerja
Guru?
3. Apa saja faktor-faktor yamg mempengaruhi Etos Kerja Guru?
4. Bagaimana ciri-ciri Etos Kerja Guru di sekolah ini?
5. Bagaimana tanggung jawab Bapak terhadap tugas-tugas di sekolah?
6. Bagaimana Bapak membagi tugas-tugas kepada guru-guru disekolah?
7. Apakah Bapak selalu menugaskan guru-guru untuk mengajar sesuai dengan
bidang keahliannya?
8. Apakah Bapak adalah seorang pemimpin yang aktif, dinamis, dan terarah?
9. Apakah Bapak dalam melaksanakan tugasnya mau menerima pendapat atau
saran-saran dari guru-guru lain?
10. Apakah Bapak sudah merasa puas dengan Kepemimpinan yang Bapak
terapkan?
Pedoman wawancara Kepala Sekolah
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah
Wawancara dilakukan pada:
Hari/Tanggal : Kamis/ 27 Januari 2011-09-28
Nama pewawancara : Alinda Oktafiani
Nama Responden :Drs. Ibrahim. M. Phil
Tempat :MAN CIBINONG
Waktu :12.30-14.00
Pokok masalah yang diwawancara :
1. Bagaimana Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Bapak terapkan?
Jawab: Gaya Kepemimpinan yang saya terapkan yaitu Demokratis adalah
pemimpin yang bisa menempatkan dirinya ditengah-tengah guru-guru dan
murid. Dalam melaksanakan tugas saya mau menerima dan bahkan
mengharapkan pendapat dari guru-guru dan saran-sarannya. Saya selalu
berusaha memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan untuk membangun
semangat kerja guru-guru dalam menjalankan dan mengembangkan daya
kerjanya yang jelas setiap pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
sekolah saya selalu bermusyawarah.
2. Upaya-upaya apa saja yang Bapak lakukan dalam meningkatkan etos
kerja?
Jawab: Upaya yang saya lakukan dalam meningkakan etos kerja guru
dengan pembinaan, pemotivasian, dan peningkatan wawasan dan
kompetensi, serta diadakannya pertemuan rapat dimana pertemuan itu saya
gunakan untuk saling mengevaluasi kinerja kepala sekolah sebagai
pimpinan dan para guru dalam hal menanggapi peraturan-peraturan dan
kesepakatan-kesepakatan yang telah disetujui, baik mengenai tugas dan
fungsi jabatan, disiplin kerja, kompensasi, kurikulum, kesiswaan, dan
administrasi.
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja guru?
Jawab: Faktor-faktor yang mempengaruhi Etos kerja guru yaitu:
- Kemampuan,
- Kepribadian,
- Sarana dan Lingkungan.
4. Bagaimana ciri-ciri Etos kerja disekolah ini?
Jawab: Ciri-ciri Etos kerja yang saya terapkan:
- Tepat waktu,
- Disiplin kerja,
- Kejujuran.
5. Bagaimana tanggung jawab Bapak terhadap tugas-tugas disekolah?
Jawab: Tanggung jawab yang saya lakukan yaitu dengan penilaian kerja,
disiplin waktu, komitmen, dan penguasaan materi pembelajaran.
6. Bagaimana Bapak membagi tugas-tugas kepada guru-guru disekolah?
Jawab: saya membagi tugasnya dengan TUPOKSI (Tugas Poko Siswa).
7. Apakah Bapak selalu menugaskan guru untuk mengajar sesuai dengan
bidangnya?
Jawab: Iya, harus sesuai dengan bidang study atau keahlian dari latar
belakang pendidikan guru masing-masing.
8. Apakah Bapak seorang Kepala sekolah yang aktif, dinamis, dan terarah?
Jawab: saya sebagai seorang pemimpin harus aktif dalam segala hal,
dinamis dan terarah yaitu mengajak guru-guru berfikir untuk lebih
memajukan mutu pendidikan disekolah ini.
9. Apakah Bapak dalam melaksanakan tugasnya mau menerima pendapat
atau saran dari guru-guru lain?
Jawab: Iya, saya selalu menerima saran dan kritik yang positif dalam
membangun tujuan sekolah ini bersama.
10. Apakah Bapak sudah merasa puas dengan Kepemimpinan yang bapak
terapkan?
Jawab: saya belum merasa puas, karena banyak yang harus ditingkatkan
lagi terutama dalam meningkatkan kinerja guru, pembelajaran siswa dan
menata sekolah ini guru menerapkan visi dan misi sekolah ini.
Cibinong, 27 Januari 2011
Kepala sekolah
Drs. Ibrahim, M. Phil
NIP. 19590406 198603 1007
Lampiran 3
HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL X
No.
Pertanyaan
Rtabel
Rhitung
Keterangan
1 P1 0,344 0,568” Valid
2 P2 0,344 0,676” Valid
3 P3 0,344 0,712” Valid
4 P4 0,344 0,747” Valid
5 P5 0,344 0,810’ Valid
6 P6 0,344 0,620” Valid
7 P7 0,344 0,279 Tidak Valid
8 P8 0,344 0,599” Valid
9 P9 0,344 0,323 Tidak Valid
10 P10 0,344 0,667” Valid
11 P11 0,344 0,428’ Valid
12 P12 0,344 0,490” Valid
13 P13 0,344 0,406’’ Valid
14 P14 0,344 0,850’’ Valid
15 P15 0,344 0,631’’ Valid
16 P16 0,344 0,722’’ Valid
17 P17 0,344 0,573’’ Valid
18 P18 0,344 0,606’’ Valid
19 P19 0,344 0,466’’ Valid
20 P20 0,344 0,405’ Valid
21 P21 0,344 0,349’’ Valid
22 P22 0,344 0,490’’ Valid
23 P23 0,344 0,711’’ Valid
Keterangan : Tidak dipakai no 7, dan 9 untuk dijadikan instrument.
HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL Y
No. Resp
Pertanyaan
Rtabel
Rhitung
Keterangan
1 P1 0,344 0,815’ Valid
2 P2 0,344 0,538” Valid
3 P3 0,344 0,744” Valid
4 P4 0,344 0,406’ Valid
5 P5 0,344 0,368’ Valid
6 P6 0,344 0,485” Valid
7 P7 0,344 0,620” Valid
8 P8 0,344 0,586” Valid
9 P9 0,344 0,437” Valid
10 P10 0,344 0,812” Valid
11 P11 0,344 0,704” Valid
12 P12 0,344 0795” Valid
13 P13 0,344 0,797” Valid
14 P14 0,344 0,650” Valid
15 P15 0,344 0,031 Tidak Valid
16 P16 0,344 0,596” Valid
17 P17 0,344 -0,183 Tidak Valid
18 P18 0,344 0,530” Valid
19 P19 0,344 0,553” Valid
20 P20 0,344 0,475” Valid
21 P21 0,344 0,744” Valid
22 P22 0,344 0,286 Tidak Valid
23 P23 0,344 0,753” Valid
24 P24 0,344 0,701” Valid
Keterangan : Tidak dipakai no 15, 17, dan 22 untuk dijadikan instrument.
1
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas Variabel X (Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah)
Correlations
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 p23 Totskor
p1 Pearson
Correlation 1 .594
** .436
** .247 .408
* .130 -.120 .896
** -.022 .433
** .887
** .405
* -.052 .458
** .053 .171 -.052 .088 .951
** .289 -.079 -.055 .238 .568
**
Sig. (2-
tailed)
.000 .009 .152 .015 .457 .491 .000 .902 .009 .000 .016 .766 .006 .762 .326 .766 .614 .000 .092 .650 .753 .168 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p2 Pearson
Correlation .594
** 1 .599
** .337
* .488
** .165 -.118 .663
** .075 .480
** .480
** .894
** .125 .511
** .092 .209 .028 .125 .491
** .767
** .092 -.064 .283 .676
**
Sig. (2-
tailed) .000
.000 .048 .003 .343 .499 .000 .668 .004 .004 .000 .473 .002 .600 .227 .874 .473 .003 .000 .600 .716 .100 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p3 Pearson
Correlation .436
** .599
** 1 .433
** .760
** .420
* -.094 .487
** .053 .543
** .175 .283 .582
** .664
** .407
* .297 .354
* .354
* .311 .193 .622
** -.015 .575
** .712
**
Sig. (2-
tailed) .009 .000
.009 .000 .012 .592 .003 .764 .001 .315 .099 .000 .000 .015 .083 .037 .037 .069 .268 .000 .932 .000 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
2
p4 Pearson
Correlation .247 .337
* .433
** 1 .490
** .375
* .261 .276 .281 .593
** .047 .186 .316 .751
** .363
* .900
** .620
** .417
* .058 .294 .268 .717
** .355
* .747
**
Sig. (2-
tailed) .152 .048 .009
.003 .027 .130 .109 .102 .000 .789 .285 .064 .000 .032 .000 .000 .013 .739 .086 .120 .000 .036 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p5 Pearson
Correlation .408
* .488
** .760
** .490
** 1 .742
** .200 .455
** .095 .476
** .209 .162 .283 .744
** .816
** .498
** .530
** .778
** .356
* .000 .233 .243 .937
** .810
**
Sig. (2-
tailed) .015 .003 .000 .003
.000 .250 .006 .587 .004 .227 .353 .100 .000 .000 .002 .001 .000 .036 1.000 .178 .160 .000 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p6 Pearson
Correlation .130 .165 .420
* .375
* .742
** 1 .298 .145 .167 .300 .067 .000 .248 .483
** .816
** .504
** .681
** .681
** .156 -.131 .204 .425
* .821
** .620
**
Sig. (2-
tailed) .457 .343 .012 .027 .000
.083 .406 .339 .080 .704 1.000 .152 .003 .000 .002 .000 .000 .371 .453 .240 .011 .000 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p7 Pearson
Correlation -.120 -.118 -.094 .261 .200 .298 1 -.134 .490
** .053 -.070 -.089 .013 .132 .407
* .368
* .241 .241 -.098 -.083 -.021 .432
** .309 .279
Sig. (2-
tailed) .491 .499 .592 .130 .250 .083
.442 .003 .764 .689 .610 .941 .450 .015 .029 .164 .164 .574 .637 .903 .010 .071 .104
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
3
p8 Pearson
Correlation .896
** .663
** .487
** .276 .455
** .145 -.134 1 .097 .483
** .821
** .452
** -.058 .510
** .059 .191 -.058 .099 .836
** .323 -.089 -.062 .266 .599
**
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .003 .109 .006 .406 .442
.581 .003 .000 .006 .739 .002 .736 .272 .739 .573 .000 .059 .612 .725 .123 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p9 Pearson
Correlation -.022 .075 .053 .281 .095 .167 .490
** .097 1 .167 .000 .122 .248 .097 .175 .232 .248 .093 -.089 .206 .175 .223 .097 .323
Sig. (2-
tailed) .902 .668 .764 .102 .587 .339 .003 .581
.339 1.000 .487 .152 .581 .315 .179 .152 .596 .611 .236 .315 .198 .581 .059
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p10 Pearson
Correlation .433
** .480
** .543
** .593
** .476
** .300 .053 .483
** .167 1 .300 .284 .248 .821
** .204 .504
** .248 .248 .312 .262 .204 .284 .314 .667
**
Sig. (2-
tailed) .009 .004 .001 .000 .004 .080 .764 .003 .339
.080 .099 .152 .000 .240 .002 .152 .152 .068 .128 .240 .099 .066 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p11 Pearson
Correlation .887
** .480
** .175 .047 .209 .067 -.070 .821
** .000 .300 1 .425
* -.186 .314 .000 .097 -.186 .031 .935
** .262 -.204 .000 .145 .428
*
Sig. (2-
tailed) .000 .004 .315 .789 .227 .704 .689 .000 1.000 .080
.011 .286 .066 1.000 .580 .286 .860 .000 .128 .240 1.000 .406 .010
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
4
p12 Pearson
Correlation .405
* .894
** .283 .186 .162 .000 -.089 .452
** .122 .284 .425
* 1 .105 .247 -.050 .099 -.026 -.026 .341
* .924
** .074 -.034 .041 .490
**
Sig. (2-
tailed) .016 .000 .099 .285 .353 1.000 .610 .006 .487 .099 .011
.547 .153 .777 .572 .881 .881 .045 .000 .671 .844 .815 .003
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p13 Pearson
Correlation -.052 .125 .582
** .316 .283 .248 .013 -.058 .248 .248 -.186 .105 1 .256 .341
* .183 .598
** .195 -.174 .219 .910
** .105 .256 .406
*
Sig. (2-
tailed) .766 .473 .000 .064 .100 .152 .941 .739 .152 .152 .286 .547
.138 .045 .291 .000 .261 .318 .206 .000 .547 .138 .015
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p14 Pearson
Correlation .458
** .511
** .664
** .751
** .744
** .483
** .132 .510
** .097 .821
** .314 .247 .256 1 .503
** .780
** .412
* .569
** .384
* .133 .207 .555
** .633
** .850
**
Sig. (2-
tailed) .006 .002 .000 .000 .000 .003 .450 .002 .581 .000 .066 .153 .138
.002 .000 .014 .000 .023 .447 .233 .001 .000 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p15 Pearson
Correlation .053 .092 .407
* .363
* .816
** .816
** .407
* .059 .175 .204 .000 -.050 .341
* .503
** 1 .498
** .720
** .910
** .082 -.160 .286 .447
** .946
** .631
**
Sig. (2-
tailed) .762 .600 .015 .032 .000 .000 .015 .736 .315 .240 1.000 .777 .045 .002
.002 .000 .000 .640 .357 .096 .007 .000 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
5
p16 Pearson
Correlation .171 .209 .297 .900
** .498
** .504
** .368
* .191 .232 .504
** .097 .099 .183 .780
** .498
** 1 .561
** .561
** .109 .091 .142 .923
** .485
** .722
**
Sig. (2-
tailed) .326 .227 .083 .000 .002 .002 .029 .272 .179 .002 .580 .572 .291 .000 .002
.000 .000 .534 .602 .415 .000 .003 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p17 Pearson
Correlation -.052 .028 .354
* .620
** .530
** .681
** .241 -.058 .248 .248 -.186 -.026 .598
** .412
* .720
** .561
** 1 .598
** -.174 .097 .531
** .500
** .569
** .573
**
Sig. (2-
tailed) .766 .874 .037 .000 .001 .000 .164 .739 .152 .152 .286 .881 .000 .014 .000 .000
.000 .318 .578 .001 .002 .000 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p18 Pearson
Correlation .088 .125 .354
* .417
* .778
** .681
** .241 .099 .093 .248 .031 -.026 .195 .569
** .910
** .561
** .598
** 1 .116 -.146 .152 .500
** .883
** .606
**
Sig. (2-
tailed) .614 .473 .037 .013 .000 .000 .164 .573 .596 .152 .860 .881 .261 .000 .000 .000 .000
.508 .403 .385 .002 .000 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p19 Pearson
Correlation .951
** .491
** .311 .058 .356
* .156 -.098 .836
** -.089 .312 .935
** .341
* -.174 .384
* .082 .109 -.174 .116 1 .140 -.191 -.038 .271 .466
**
Sig. (2-
tailed) .000 .003 .069 .739 .036 .371 .574 .000 .611 .068 .000 .045 .318 .023 .640 .534 .318 .508
.422 .272 .829 .115 .005
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
6
p20 Pearson
Correlation .289 .767
** .193 .294 .000 -.131 -.083 .323 .206 .262 .262 .924
** .219 .133 -.160 .091 .097 -.146 .140 1 .183 -.032 -.152 .405
*
Sig. (2-
tailed) .092 .000 .268 .086 1.000 .453 .637 .059 .236 .128 .128 .000 .206 .447 .357 .602 .578 .403 .422
.292 .856 .384 .016
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p21 Pearson
Correlation -.079 .092 .622
** .268 .233 .204 -.021 -.089 .175 .204 -.204 .074 .910
** .207 .286 .142 .531
** .152 -.191 .183 1 .074 .207 .349
*
Sig. (2-
tailed) .650 .600 .000 .120 .178 .240 .903 .612 .315 .240 .240 .671 .000 .233 .096 .415 .001 .385 .272 .292
.671 .233 .040
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p22 Pearson
Correlation -.055 -.064 -.015 .717
** .243 .425
* .432
** -.062 .223 .284 .000 -.034 .105 .555
** .447
** .923
** .500
** .500
** -.038 -.032 .074 1 .349
* .490
**
Sig. (2-
tailed) .753 .716 .932 .000 .160 .011 .010 .725 .198 .099 1.000 .844 .547 .001 .007 .000 .002 .002 .829 .856 .671
.040 .003
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p23 Pearson
Correlation .238 .283 .575
** .355
* .937
** .821
** .309 .266 .097 .314 .145 .041 .256 .633
** .946
** .485
** .569
** .883
** .271 -.152 .207 .349
* 1 .711
**
Sig. (2-
tailed) .168 .100 .000 .036 .000 .000 .071 .123 .581 .066 .406 .815 .138 .000 .000 .003 .000 .000 .115 .384 .233 .040
.000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
7
Tots
kor
Pearson
Correlation .568
** .676
** .712
** .747
** .810
** .620
** .279 .599
** .323 .667
** .428
* .490
** .406
* .850
** .631
** .722
** .573
** .606
** .466
** .405
* .349
* .490
** .711
** 1
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .104 .000 .059 .000 .010 .003 .015 .000 .000 .000 .000 .000 .005 .016 .040 .003 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
**. Correlation is significant at the
0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the
0.05 level (2-tailed).
8
b. Uji Reliabilitas Variabel X
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.901 .907 23
Realibilitas suatu konstruk variable dikatakan baik jika memiliki nilai
Cronbach’s Alpha > dari 0,60. Dan sebaliknya realibilitas suatu konstruk variable
dikatakan tidak baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha < dari 0,60. Berdasarakan
table Reliability Statistics dapat diperoleh kesimpulan bahwa konstruk pertanyaan dari
variable X (Gaya Kepeimpinan Kepala Sekolah) dikatakan reliable karena nilai
cronbach’s Alpha 0,901 > 0,60.
9
Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 35, maka dapat diperoleh
melalui df = n-1 = 35 – 2 = 33, maka rtabel = 0,344. Butir pertanyaan dikatakan
valid jika nilai rhitung > dari rtabel dan sebaliknya pertanyaan dikatakan tidaka
valid jika nilai rhitung < dari rtabel . Berdasarkan table Correlation dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
No.
Resp
Pertanyaan
Rtabel
Rhitung
Keterangan
1 P1 0,344 0,568” Valid
2 P2 0,344 0,676” Valid
3 P3 0,344 0,712” Valid
4 P4 0,344 0,747” Valid
5 P5 0,344 0,810’ Valid
6 P6 0,344 0,620” Valid
7 P7 0,344 0,279 Tidak Valid
8 P8 0,344 0,599” Valid
9 P9 0,344 0,323 Tidak Valid
10 P10 0,344 0,667” Valid
10
11 P11 0,344 0,428’ Valid
12 P12 0,344 0,490” Valid
13 P13 0,344 0,406’’ Valid
14 P14 0,344 0,850’’ Valid
15 P15 0,344 0,631’’ Valid
16 P16 0,344 0,722’’ Valid
17 P17 0,344 0,573’’ Valid
18 P18 0,344 0,606’’ Valid
19 P19 0,344 0,466’’ Valid
20 P20 0,344 0,405’ Valid
21 P21 0,344 0,349’’ Valid
22 P22 0,344 0,490’’ Valid
23 P23 0,344 0,711’’ Valid
11
2). Uji Reliabilitas Variabel X
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.901 .907 23
Realibilitas suatu konstruk variable dikatakan baik jika memiliki nilai
Cronbach’s Alpha > dari 0,60. Dan sebaliknya realibilitas suatu konstruk
variable dikatakan tidak baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha < dari 0,60.
Berdasarakan table Reliability Statistics dapat diperoleh kesimpulan bahwa
konstruk pertanyaan dari variable X (Gaya Kepeimpinan Kepala Sekolah)
dikatakan reliable karena nilai cronbach’s Alpha 0,901 > 0,60.
12
13
2. Uji Validitas Variabel Y (Etos Kerja Guru)
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 p23 p24 Totskor
p1 Pearson
Correlation 1 .529
** .563
** .307 .147 .345
* .546
** .458
** .216 .891
** .712
** .589
** .602
** .484
** .144 .244 -.080 .270 .226 .523
** .447
** .068 .943
** .768
** .815
**
Sig. (2-
tailed)
.001 .000 .073 .398 .043 .001 .006 .213 .000 .000 .000 .000 .003 .408 .157 .649 .117 .192 .001 .007 .697 .000 .000 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p2 Pearson
Correlation .529
** 1 .705
** .003 .398
* .388
* .371
* .081 .145 .554
** .838
** .628
** .299 .430
** .207 .133 -.310 .166 -.086 .056 .112 -.266 .579
** .755
** .538
**
Sig. (2-
tailed) .001
.000 .984 .018 .021 .028 .643 .406 .001 .000 .000 .081 .010 .233 .445 .070 .341 .625 .748 .522 .123 .000 .000 .001
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p3 Pearson
Correlation .563
** .705
** 1 .078 .281 .366
* .315 .433
** .226 .662
** .727
** .890
** .580
** .609
** .029 .469
**
-
.348*
.304 .446** .109 .424
* .007 .515
** .587
** .744
**
Sig. (2-
tailed) .000 .000
.656 .102 .031 .065 .009 .191 .000 .000 .000 .000 .000 .870 .004 .040 .076 .007 .532 .011 .969 .002 .000 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
14
p4 Pearson
Correlation .307 .003 .078 1 .278 .049 .510
** .132 .165 .250 .278 .145 .355
* .033 -.089 .133 .016 .350
* .053 .437
** .315 .241 .217 .248 .406
*
Sig. (2-
tailed) .073 .984 .656
.106 .780 .002 .450 .344 .147 .106 .406 .036 .850 .612 .445 .926 .039 .762 .009 .065 .163 .210 .150 .016
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p5 Pearson
Correlation .147 .398
* .281 .278 1 .319 .489
** .009 .319 .315 .334 .250 .258 .371
* -.153 .230 -.113 .286 .052 -.122 .076 .024 .167 .187 .368
*
Sig. (2-
tailed) .398 .018 .102 .106
.062 .003 .960 .061 .065 .050 .147 .134 .028 .380 .183 .520 .095 .767 .486 .664 .891 .339 .282 .030
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p6 Pearson
Correlation .345
* .388
* .366
* .049 .319 1 .239 .169 .384
* .307 .464
** .431
** .218 .347
* .023 .570
** -.279 .243 .187 -.055 .274 -.293 .319 .388
* .485
**
Sig. (2-
tailed) .043 .021 .031 .780 .062
.167 .331 .023 .073 .005 .010 .209 .041 .896 .000 .105 .159 .283 .755 .111 .087 .062 .021 .003
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p7 Pearson
Correlation .546
** .371
* .315 .510
** .489
** .239 1 .221 .165 .487
** .397
* .266 .617
** .264 .059 .133 .016 .535
** .053 .338
* .315 .364
* .459
** .371
* .620
**
Sig. (2-
tailed) .001 .028 .065 .002 .003 .167
.203 .344 .003 .018 .123 .000 .125 .736 .445 .926 .001 .762 .047 .065 .032 .006 .028 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
15
p8 Pearson
Correlation .458
** .081 .433
** .132 .009 .169 .221 1 -.155 .485
** .342
* .385
* .746
** .348
* -.236 .435
** .024 .307 .412
* .266 .433
** .363
* .315 .259 .586
**
Sig. (2-
tailed) .006 .643 .009 .450 .960 .331 .203
.375 .003 .044 .022 .000 .041 .173 .009 .893 .072 .014 .123 .009 .032 .065 .134 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p9 Pearson
Correlation .216 .145 .226 .165 .319 .384
* .165 -.155 1 .152 .183 .444
** -.043 .437
** .068 .345
*
-
.357* .509
** .620
** .049 .500
** -.004 .250 .286 .437
**
Sig. (2-
tailed) .213 .406 .191 .344 .061 .023 .344 .375
.384 .292 .007 .806 .009 .698 .042 .035 .002 .000 .781 .002 .982 .147 .096 .009
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p10 Pearson
Correlation .891
** .554
** .662
** .250 .315 .307 .487
** .485
** .152 1 .715
** .677
** .651
** .543
** .086 .274 -.095 .196 .295 .504
** .433
** .037 .840
** .673
** .812
**
Sig. (2-
tailed) .000 .001 .000 .147 .065 .073 .003 .003 .384
.000 .000 .000 .001 .624 .111 .589 .259 .085 .002 .009 .832 .000 .000 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p11 Pearson
Correlation .712
** .838
** .727
** .278 .334 .464
** .397
* .342
* .183 .715
** 1 .749
** .435
** .513
** .115 .259
-
.364*
.232 .025 .273 .266 -.244 .656** .838
** .704
**
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .000 .106 .050 .005 .018 .044 .292 .000
.000 .009 .002 .512 .133 .032 .179 .888 .112 .122 .157 .000 .000 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
16
p12 Pearson
Correlation .589
** .628
** .890
** .145 .250 .431
** .266 .385
* .444
** .677
** .749
** 1 .516
** .685
** -.029 .592
**
-
.450**
.327 .607** .195 .539
** -.024 .548
** .628
** .795
**
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .000 .406 .147 .010 .123 .022 .007 .000 .000
.001 .000 .868 .000 .007 .055 .000 .263 .001 .891 .001 .000 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p13 Pearson
Correlation .602
** .299 .580
** .355
* .258 .218 .617
** .746
** -.043 .651
** .435
** .516
** 1 .477
** .000 .446
** .087 .296 .396
* .452
** .580
** .486
** .516
** .430
** .797
**
Sig. (2-
tailed) .000 .081 .000 .036 .134 .209 .000 .000 .806 .000 .009 .001
.004 1.000 .007 .618 .084 .019 .006 .000 .003 .001 .010 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p14 Pearson
Correlation .484
** .430
** .609
** .033 .371
* .347
* .264 .348
* .437
** .543
** .513
** .685
** .477
** 1 .140 .473
**
-
.540**
.261 .492** .160 .385
* .033 .456
** .430
** .650
**
Sig. (2-
tailed) .003 .010 .000 .850 .028 .041 .125 .041 .009 .001 .002 .000 .004
.423 .004 .001 .129 .003 .359 .022 .850 .006 .010 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p15 Pearson
Correlation .144 .207 .029 -.089 -.153 .023 .059 -.236 .068 .086 .115 -.029 .000 .140 1
-
.363* -.217 -.089 -.176 .238 .172
-
.355*
.175 .207 .031
Sig. (2-
tailed) .408 .233 .870 .612 .380 .896 .736 .173 .698 .624 .512 .868 1.000 .423
.032 .211 .611 .312 .168 .323 .037 .315 .233 .859
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
17
p16 Pearson
Correlation .244 .133 .469
** .133 .230 .570
** .133 .435
** .345
* .274 .259 .592
** .446
** .473
**
-
.363*
1 -.156 .302 .596** .000 .550
** .284 .230 .217 .596
**
Sig. (2-
tailed) .157 .445 .004 .445 .183 .000 .445 .009 .042 .111 .133 .000 .007 .004 .032
.372 .078 .000 1.000 .001 .099 .183 .211 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p17 Pearson
Correlation -.080 -.310
-
.348*
.016 -.113 -.279 .016 .024 -
.357* -.095
-
.364*
-
.450**
.087 -
.540**
-.217 -.156 1 -.332 -.237 -.066 -.190 .473** -.032 -.228 -.183
Sig. (2-
tailed) .649 .070 .040 .926 .520 .105 .926 .893 .035 .589 .032 .007 .618 .001 .211 .372
.052 .170 .707 .275 .004 .854 .187 .293
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p18 Pearson
Correlation .270 .166 .304 .350
* .286 .243 .535
** .307 .509
** .196 .232 .327 .296 .261 -.089 .302 -.332 1 .451
** .149 .572
** .295 .127 .166 .530
**
Sig. (2-
tailed) .117 .341 .076 .039 .095 .159 .001 .072 .002 .259 .179 .055 .084 .129 .611 .078 .052
.007 .394 .000 .085 .466 .341 .001
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p19 Pearson
Correlation .226 -.086 .446
** .053 .052 .187 .053 .412
* .620
** .295 .025 .607
** .396
* .492
** -.176 .596
** -.237 .451
** 1 .140 .682
** .328 .192 .076 .553
**
Sig. (2-
tailed) .192 .625 .007 .762 .767 .283 .762 .014 .000 .085 .888 .000 .019 .003 .312 .000 .170 .007
.423 .000 .054 .270 .663 .001
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
18
p20 Pearson
Correlation .523
** .056 .109 .437
** -.122 -.055 .338
* .266 .049 .504
** .273 .195 .452
** .160 .238 .000 -.066 .149 .140 1 .588
** .240 .487
** .352
* .475
**
Sig. (2-
tailed) .001 .748 .532 .009 .486 .755 .047 .123 .781 .002 .112 .263 .006 .359 .168 1.000 .707 .394 .423
.000 .166 .003 .038 .004
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p21 Pearson
Correlation .447
** .112 .424
* .315 .076 .274 .315 .433
** .500
** .433
** .266 .539
** .580
** .385
* .172 .550
** -.190 .572
** .682
** .588
** 1 .363
* .398
* .349
* .744
**
Sig. (2-
tailed) .007 .522 .011 .065 .664 .111 .065 .009 .002 .009 .122 .001 .000 .022 .323 .001 .275 .000 .000 .000
.032 .018 .040 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p22 Pearson
Correlation .068 -.266 .007 .241 .024 -.293 .364
* .363
* -.004 .037 -.244 -.024 .486
** .033
-
.355*
.284 .473** .295 .328 .240 .363
* 1 .024 -.143 .286
Sig. (2-
tailed) .697 .123 .969 .163 .891 .087 .032 .032 .982 .832 .157 .891 .003 .850 .037 .099 .004 .085 .054 .166 .032
.891 .411 .096
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
p23 Pearson
Correlation .943
** .579
** .515
** .217 .167 .319 .459
** .315 .250 .840
** .656
** .548
** .516
** .456
** .175 .230 -.032 .127 .192 .487
** .398
* .024 1 .821
** .753
**
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .002 .210 .339 .062 .006 .065 .147 .000 .000 .001 .001 .006 .315 .183 .854 .466 .270 .003 .018 .891
.000 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
19
p24 Pearson
Correlation .768
** .755
** .587
** .248 .187 .388
* .371
* .259 .286 .673
** .838
** .628
** .430
** .430
** .207 .217 -.228 .166 .076 .352
* .349
* -.143 .821
** 1 .701
**
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .000 .150 .282 .021 .028 .134 .096 .000 .000 .000 .010 .010 .233 .211 .187 .341 .663 .038 .040 .411 .000
.000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
Totskor Pearson
Correlation .815
** .538
** .744
** .406
* .368
* .485
** .620
** .586
** .437
** .812
** .704
** .795
** .797
** .650
** .031 .596
** -.183 .530
** .553
** .475
** .744
** .286 .753
** .701
** 1
Sig. (2-
tailed) .000 .001 .000 .016 .030 .003 .000 .000 .009 .000 .000 .000 .000 .000 .859 .000 .293 .001 .001 .004 .000 .096 .000 .000
N 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
**.
Correlation
is
significant
at the 0.01
level (2-
tailed).
20
Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 35, maka dapat
diperoleh melalui df = n-2 = 35 – 2 = 33, maka rtabel = 0,344. Butir pertanyaan
dikatakan valid jika nilai rhitung > dari rtabel dan sebaliknya pertanyaan
dikatakan tidaka valid jika nilai rhitung < dari rtabel . Berdasarkan table
Correlation dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
No.
Resp
Pertanyaan
Rtabel
Rhitung
Keterangan
1 P1 0,344 0,815’ Valid
2 P2 0,344 0,538” Valid
3 P3 0,344 0,744” Valid
4 P4 0,344 0,406’ Valid
5 P5 0,344 0,368’ Valid
6 P6 0,344 0,485” Valid
7 P7 0,344 0,620” Valid
8 P8 0,344 0,586” Valid
9 P9 0,344 0,437” Valid
10 P10 0,344 0,812” Valid
11 P11 0,344 0,704” Valid
12 P12 0,344 0795” Valid
13 P13 0,344 0,797” Valid
14 P14 0,344 0,650” Valid
21
15 P15 0,344 0,031 Tidak Valid
16 P16 0,344 0,596” Valid
17 P17 0,344 -0,183 Tidak Valid
18 P18 0,344 0,530” Valid
19 P19 0,344 0,553” Valid
20 P20 0,344 0,475” Valid
21 P21 0,344 0,744” Valid
22 P22 0,344 0,286 Tidak Valid
23 P23 0,344 0,753” Valid
24 P24 0,344 0,701” Valid
22
4). Uji Reliabilitas Variabel Y (Etos Kerja Guru)
Realibilitas suatu konstruk variable dikatakan baik jika memiliki nilai
Cronbach’s Alpha > dari 0,60. Dan sebaliknya realibilitas suatu konstruk variable
dikatakan tidak baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha < dari 0,60. Berdasarakan
table Reliability Statistics dapat diperoleh kesimpulan bahwa konstruk pertanyaan dari
variable Y (Etos Kerja Guru) dikatakan reliable karena nilai cronbach’s Alpha 0,891 >
0,60.
2. Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Gaya
Kepemimpinan
Sekolah Etos Kerja Guru
N 35 35
Normal Parametersa Mean 86.77 85.29
Std. Deviation 6.933 7.065
Most Extreme Differences Absolute .225 .143
Positive .225 .109
Negative -.222 -.143
Kolmogorov-Smirnov Z 1.333 .848
Asymp. Sig. (2-tailed) .057 .469
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.891 .902 24
23
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Gaya
Kepemimpinan
Sekolah Etos Kerja Guru
N 35 35
Normal Parametersa Mean 86.77 85.29
Std. Deviation 6.933 7.065
Most Extreme Differences Absolute .225 .143
Positive .225 .109
Negative -.222 -.143
Kolmogorov-Smirnov Z 1.333 .848
Asymp. Sig. (2-tailed) .057 .469
a. Test distribution is Normal.
Menurut Singgih (2002), bahwa tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui
apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni
distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Menurut Purbaya dan Ashari
(2005), model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal. Untuk mengetahui sebaran data yang diperoleh harus dilakukan uji
normalitas terhadap data yang bersangkutan (Nugroho, 2000).
Uji normalitas dalam penelitian menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji
Kolmogorov Smirnov adalah salah satu cara untuk menguji goodness fit. Dalam hal ini
yang diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara distribusi nilai sample (skor yang
diobservasi) dengan distribusi teoritis tertentu (normal, uniform, atau poison).
Berdasarkan table One-Sample Kokmogorov Smirnov Test dapat disimpulkan
bahwa :
24
1. Nilai Kolmogorov-Smirnov Z dan nilai Asymp. Sig (2 tailed) variable Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah 1,33 dan 0,057 > 0,05. Dengan demikian
Ho diterima. Hal ini berarti variable Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
berdistribusi normal.
2. Nilai Kolmogorov-Smirnov Z dan nilai Asymp. Sig (2 tailed) variable Etos
Kerja Guru adalah 0,848 dan 0,469 > 0,05. Dengan demikian Ho diterima. Hal
ini berarti variable Etos Kerja Guru berdistribusi normal.
4. Grafik Noralitas Data
Berdasarkan grafik normalitas di atas dapat disimpulkan bahwa : data variable
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah adalah data yang berbentuk kurva dengan
kemiringan seimbang baik sisi kiri maupun sisi kanan, atau tidak condong ke kiri
maupun ke kanan, melainkan ber2bentuk lonceng. Jadi Gaya Kepemimpinan Kepala
Sekolah terdistribusi secara normal. Begitu pula dengan data variable Etos Kerja Guru
berdistribusi normal.
25
26
3. Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Etos Kerja Guru
Correlations
Gaya
Kepemimpinan
Sekolah Etos Kerja Guru
Gaya Kepemimpinan
Sekolah
Pearson Correlation 1 .645**
Sig. (2-tailed) .000
N 35 35
Etos Kerja Guru Pearson Correlation .645** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 35 35
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Besarnya hubungan variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap
Etos Kerja Guru adalah 0,645”. Hal ini berarti bahwa hubunga antara
variabel hubungan variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap
Etos Kerja Guru adalah kuat.
2. Besarnya sumbangan variabel variabel hubungan variabel Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Etos Kerja Guru adalah 41,6%
(KP = r2 X 100% = 41,6%). Hal ini berarti bahwa sumbangan variabel
hubungan variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Etos
Kerja Guru dalah 41,6% dan sisanya 58,4% ditentukan oleh variabel lain.
3. Signifikansi hubungan antara variabel hubungan variabel Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Etos Kerja Guru adalah 33,85 (t =
(r√n-2)/(√1-r2) = 0,645 X (√35-2)/(√1-0,645^2)=3,705243/0,583975
27
=6,344866. Hal ini berarti Ho ditolak artinya bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara variabel hubungan variabel Gaya Kepemimpinan Kepala
Sekolah terhadap Etos Kerja Guru (n=35, dk = 35 – 2 = 33 sehingga
diperoleh ttabel = 1,697. Karena thitung = 6,344866 > ttabel = 1,697, maka
Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara variabel hubungan variabel Gaya Kepemimpinan Kepala
Sekolah terhadap Etos Kerja Guru.
6. Uji Deskriftip
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
Gaya Kepemimpinan Sekolah 35 65 92 3037 86.77 6.933
Etos Kerja Guru 35 72 94 2985 85.29 7.065
Valid N (listwise) 35
Berdasarkan table Descriptive Statistics dapat diperoleh :
Nilai total skor variable Gaya Kepeimpinan Kepala sekolah dari 35 observasi
yang terendah adalah 65, dan nilai tertinggi adalah 92, dan nilai rata-rata adalah
86,77 dengan nilai standar deviation (simpangan baku) adalah 6,933 .
7
-
No :Istimeu'aLarnp : I berkasllal : Pengajuln Proposal Skripsi
Kepada YtirItetua Prod.i. lvlanaj emen pendidikanFak. Ilnru Tarbi.vah & KeguruanUlN S,r'arif Hiclal'trtullah Jakartallt
Ternpat
Assalamu' alaik',rnr rr.r. \\rb
Saiam sejahterrl sava sa.Ilrpaikiur. senroga Bap:trcrlbu senantiasa dalarnli'rlungan Allah S*'r. Selanjutn),a, 5'ang bertanciaiangan,Jibawah ini :Nama : Aiinda Okte.t-raniNim : 20-t01 8203245J urus rur,'P rtr'.1 i' Kepe rrdi di kan I s I am/rr4anal emen penrjidikanSerncster : ViII
Bernraksud rnengajukan proposal Skripsi dengan judul ,, iluBUNGANGAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH ONTiCEIV ETOS KERJAGURU DI SMP MUHAMMADIYAH PABUARAN BOJONG GEDE ".
Sebagai bahan perrimbangan, berikut saya lampirkan :i. Out Line2. Bab l, II, dan IiI3. Daftar Pr:staka sementara
Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas perhatian dankebijakann\/a, sa)ra ucapkan terima kasih.Wassalamu'alaikum rvr. wb
I)osen Senrinar Skripsi Pemohon
{,4.eePf'/ rv"'/ \fl 4 Dra. NurlenA Rifa. I. Nf Al,/r.t\ T1"
l,D,''
"l\."]j/ ,., Nip: i50228014
'/ ' f^*'(/c--y'',? - , ,o'Y , i) ,r./ lt,tirx . --,/t ./ uETn e '14 ' l4",'l, /f,+;::r rtJ/n , A<A) .P,(ift'ttt u^,f
il,|,- eo o il/'tr.r^
J/t
Nim: 204018203245
DEPARTEMEN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 1 5412 lndonesia
FORM (FR)No. Dokumen : FITK-FR-AKD-081
Tgl. Terbit : 1 September 2008
No. Revisi: : 00
Hal 1t1
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI
Nomor : Un.01/F. 1/KM .Ot.Z t J.'.7L|ZOOA
Lamp. :-Hal : Bimbingan Skripsi
Kepada Yth.1. Dra. Yefnelty.Z, M.Pd2. Drs. llasyim nzhari, Nl.PdPernbirnbing SkripsiF-akultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUIN Syarif HidayatullahJakarta.
As s alantu' alaiktrm wr.w b.
Dengan ini diharapkan kesediaan(rnateri/leknis) penulisan skripsi mahasiswa:
Jakarta, 26 November 2008
Nama
NIM
.llrrusar.r
Sernester
juciui Skripsi
Tembusan:1. Dekan FITK2. Mahasiswa ybs.
v//( rjfnelty L,M.Pd
Saudar-a untuk rnenjadi pembirnbing UII
Alinda Oktafiani
204018203245
Kl - Manajemen Pendidikan
IX (Sernbilan)
"ITubungan Gayct Kepenintpinan Kepula ,Sekaiqh ciengan Eros Kerja
guru di lvUN 2 Bogor
.ludul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 26 November2008, abstraksiloutline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada
iudul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbingmenghubungi Jurusan terlebih dahulu.
Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalarn waktu 6 (enam) bulan, dan dapat
diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Wos s ol a mu' ala.ikum wr.w b.
emen Pendidikan
209 382
KEMENTERiAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. lr H. JuanCa No 95 Ciputal 15412 lnctanesta
Nomor. Un.01/F.1/KM O1 3t .lfr.et\UALamp.'. Outline/ProposalHal . Permohonan lzin penelitian
Kepada Yth.
Kepala Sekolah MAN Cibinong
d;
Bogor
Assal a m u' al ai ku m wr. wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
i_ ro Dokurnen
FORM (FR) I rslNo Revisi
SURAT PERMOHOI.JAN IZIN PENELITIAN
Jakarta, 24 Januari 201i
Nama
NIM
Jurusan
Tembusan.1. Dekan FITK2. Pembantu Dekan Bidang Akademik3 Mahasiswa yang bersangkutan
. Alinda Oktafiani
'204018203245
. Kl-Manajemen Pendidikan
Semester . Xll
Judul skripsi : Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala sekolah Dengan Etos
Kerja Guru di MAN Cibinong Bogor
adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yangsedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) diinstansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.
Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebutmelaksanakan penelitian dimaksud.
Atas perhatian dan kerja sama saudara, kami ucapkan terima kasih.
Wassal am u' al aiku m wr.wb.
r 002
ydi Zakaria,560503 I 98s03
iv{ADRA sAH ^liYlH:$#ff;f [f"rNoNG
ranis No ?o firi_^r^, ^, KABUPATEN BOGORJalan Kayumanis No. 30 cirimor..,.,^i-l"l-'r I clY UI'IGOR
Cirimekar Cibinong Bogor Kode pos 16917 g. I
% rai.oz-r-azsorao 1021)87s6186*8759903
Nama
NIM
Jurusan
ffi: Madrasah Arivah Negeri eibinong Kabupaten Bogor Menerangkan
: ALTNDA OKTAF|AN|
:2030401A9245
: K l- Manajemen pendidikan
31 Januari 2011
M. Pd. I
198603 1
:H:: lT; terah meraksanakan observasi d, MAN cibinons dari tanss at 26
Kepala sekorah o,n'"t' 2011' Topik observasi "Hubu
Dem k an x",u,"nll:T ?H,ff ffi :,r";J" il":ff"'
007
Lembar Ujian Referensi
Nama : Alinda Oktafiani
Nim : 204018203245
Judul Skripsi : Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepara sekolah dengan
Etos Kerja Guru di Madrasah Aliyah Negeri Cibinong.
No.
FootnoteBuku
Hal.
Skripsi
Hal.
Referensi
Paraf
Pembimbing
Paraf
Pembimbing II
BAB I
1
Langeveld, Paedagogik
Teoritis Sistematis FIP -IKI Jakarta
Dasar - Dasar Ilmu
Pendidikan
1 2
2
UUD RI No. 20 tahun
2003 tertang
SISDIKNAS Penjelasan
Bandung : Citra Umbara
2003
2 2
J
Wahjosumidjo,
Kepemimpinan Kepala
sekolah, PT grafindo
2003
5 104
BAB II
1
Taty Rosmati, rn dak^
Manajemen Pendidikan
Indonesia, bandung 2008
8 125
tr
2
Soewadji Lazaruth,
Kepala Sekolah dan
tanggung jawabnya,
KANISIUS, Yogyakarta,
I 984
8 60
aJ
Tim dosen Administrasi,
Manajemen Pendidkan9 I4I
{
T
Indonesia
4
Yeithzal Rivai,
Kepemimpinan dan
Perilaku Organisas
10 1J
5
Kepemimpinan
Pendidikan, Yudistira
1 985
11 17 ft)
Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan13 258
7
J. Riberu, Dasar-dasar
kepemimpinan, Jakarta,
Pedoman Ilmu Jaya,
t992.
13 7
#8
E. Mulyasa, Manajemen
berbasis Sekolah, PT
Remaja Rosdakarya
Bandung,2002.
t3 108
oKepemimpinan, Dahara
Price, Semarang, 1992.l4 12 tr
10
Kepemimpinan
Pendidikan, Yudistitra,
1985.
14 35
ft11
E. Mulyasa, Manajemen
Berbasis Sekolah,
Konsep, Strategi dan
Implementasinya,
Bandung PT Rosdakarya,
15 108
I2
Miftah Toha, Prilaku
Organisasi Konsep Dasar
dan Aplikasinya, J akula,
PT Grafindo,2000.
15 265
l3
M. Ngalim Purwanto,
Administrasi dan
Supervisi Pendidikan, PT
Remaja Rosdakarya,
Bandung 1987.
t6 48
14
Kartini Kartono,
Pemimpin dan
kepemimpinan, Jakarta
PT raja Grafindo
Persada,200I.
I9 31
15
Jansen Sinamo, SEtos
Keguruan, Jakarta,
Institut Darma
Mahardika 2010.
t9 20
T6
Toto'fasmara, Etos
Kerja Pribadi Muslim,
Jakarta, Dana Bakti
Wakaf, 1995
t9 25
l7
Toto Tasmara,
Membudayakan Etos
Kerja Islami, Jakarta,
Gema Insani,2002
20 15
l8
Jansen Sinamo, 8Etos
Keguruan, Jakarta,
Institut Darma
Mahardika,2010
20 20
19
Abdul hasyim,
Muhammad Surya, rus
Bambang Sowarno,
Landasan Pendidikan
Menjadi Guru yang baik,
Bogor, Ghalia Indonesia,
22 87
20t0
20
Toto Tasmara,
Membudayakan Etos
Kerja Islami, Jakarta
Gema Insani, 2002.
22 15
2T
Toto Tasmara, Etos
Kerja Pribadi Muslim,
Yogyakarta, Dana Bakti
Wakaf, 1995.
23 10
22
Kartini Kartono,
Pemimpin dan
Kepemimpinan, Jakarta
PT Grafindo Persada,
200r.
24 25
23HamzahYa'qub, Etos
Keria Islami.24 75
24
Toto Tasmara,
Membudayakan Etos
kerja [slami. Jakarta
Gema Insani, 2002.
24 73
25
Sabrina Fauza, Faktor-
faktor yang
mempengaruhi kinerja
guru, Wodpress.com.
5 April2010.
28 Internet
26Pokj awas, Faktor-faktor
mempengaruhi kinerja
guru. Wodpress. Com,09
Juli 2010
28 Internet
BAB III
1
Anas Sudijono,
Pengantar Statistik
38 194
tu
-
Pendidikan, PT Grafindo
Persada, J akar:ta, I9g7 .
Ronald E. Walpole,
Pengantar Statistik, pT
Gramedia Pustaka
IJtama, Jakarta,1992
7 Mei 2011
Top Related