Prolog
Pagi ini terlalu dingin, sedingin es yang baru dikeluarkan dalam kulkas, bahkan
aktifitas para santri di pesantren Thoriqul Jannah, Gresik pun ikut terhambat.
Namun yang menjadi penyebab utama terhambatnya aktifitas rutin mengaji kitab
kuning dipesanten kali ini, tidak lain dan tidak bukan adalah suasana ndalem pesantran
yang tiba-tiba memanas yang mengalahkan udara dingin pagi kala itu.
Siapa lagi penyababnya kalau bukan putra bungsu Kyai Hafidz. Ahmad Zackyul
Fuad.
“Astagfirullaahal ‘adzim! Keterlaluan kamu, mau kamu apa? Kamu seperti
melemparkan kotoran kemuka abah!”
Zacky tertunduk.
Kyai Hafidz menarik nafas dalam-dalam, “Kamu harus dihukum!”
“Tapi, kegiatan berdakwah ndak hanya dilakukan di masjid atau majelis-majelis
ta’lim terpimpin saja, boleh dilakukan dimana saja, termasuk dipasar, atau...”
“Diskotik?” sahut kyai Hafidz tiba-tiba.
Suasana semakin panas, tidak ada yang berani bersuara. Faid putra ke-4 kyai Hafidz
orang ketiga yang ada disitu pun juga masih terdiam.
“Apa merayakan kelulusan dengan cara berpesta kediskotik itu yang kamu sebut
berdakwa? Dakwa macam apa yang kamu bicarakan?” suara kyai Hafidz mulai
bergetar.
Zacky kembali tertunduk, ia tidak bisa mengelak lagi, walau pun disana dia cuma
minum air putih saja. Ia salah.
1
“Abah sudah memutuskan hukuman kamu. Kamu harus masuk pesantren Roudlotul
Istiqomah Mojokerto selama minimal 3 tahun dan ndak boleh ada seorang pun dalam
pesantren itu yang tahu identitas diri kamu sebagai seorang putra kyai!”
Tiba-tiba Zacky merasa bibirnya bergetar, ia tidak pernah jauh dari lingkungannya
sebelumnya, apa lagi tanpa nama abahnya.
“Abah, apa hukuman itu ndak terlalu berat untuk dik Zacky, apa ndak ada hadiah
untuknya kerena mendapat nilai terbaik kelulusan ini?” suara Faid akhirnya keluar.
“Insyaalloh masih ada, kamu boleh menjenguk dia 2 kali saat dia dipesatren!”
***
Disepertiga malam yang dingin, Zacky menyempatkan bangun dan menangis dalam
sujud diatas sajadah sucinya.
Ya Rob...
Adakah sayang abah untukku....
Dikala jalanku bengkong darimu...
Ya Rob...
Ku rindu dekapan ummi....
Yang tlah berada disimu....
Sepasang mata yang memperhatikannya dari balik pintu kini tiba-tiba basah. Kyai
Hafidz menangis.
2
HUKUMAN
Buk
Buk
“Santri baru, berani berulah, memangnya kalian ndak lihat, disetiap dinding kamar
sudah ditempeli kalimat SANTRI DILARANG MEROKOK!”
Seorang ketua keamanan menghukum dua santri yang ketahuan merokok dengan
memukulkan bambu di paha belakang mereka setelah sekurang-kurangnya berdiri 2 jam
ditengah lapangan.
Salah satu santri yang bernama Zacky hanya meringis kesakitan.
Ketua pengurus keamanan yang bernama Malik itu menarik nafas panjang, sudah
capek dengan kelakuan dua santri didepannya. Bulan terakhir ini saja sudah hampir 5
kali bolak-balik kantor keamanan.
Santri lain kebanyakan hanya mengacuhkan mereka, mungkin terlalu biasa melihat
mereka berdiri ditengah lapangan seperti hari ini.
Malik menatap mereka kesal, “Bersihkan seluruh WC dan kamar mandi pengurus
sekarang juga!”
“Iya kang...!” sahut Arif, seorang santri dari Bojonegoro yang berdiri disebelah
Zacky.
“Iya apanya Rif?” Zacky mendelik tidak terima, “Anak-anak yang dihukum
kebanyakan disuruh membersihkan kamar mandi dan WC pengurus, apa kalian ndak
pernah menjadi seperti kami, WC dan kamar mandi kami kotor dan ndak layak pakai,
sedangkan kalian? Bagus, bersih dan selalu wangi!”
Malik tersenyum sinis, “Ya sudah, lalu apa mau kalian? Kamar mandi kalian
jumlahnya 15 plus 7 WC, sedangkan kamar mandi pengurus cuma 2 plus 2 WC...”
3
“Kami lebih memilih membersihkan kamar mandi dan WC kami!”
“Ya terserah, lakukan pada jam 10 malam!”
Zacky hanya mendengus kesal, ia tau, ia harus melakukannya pada jam-jam dimana
santri yang lain diperkirakan tidak menggunakan kamar mandi dan WC.
Zacky menarik tangan Arif bergegas masuk kedalam kamar, rasanya tubuhnya sudah
mulai matang, bagai mana tidak? Hampir 2 jam dia disengat terik matahari.
***
Malam itu mereka berdua membersihkan kamar mandi santri, cuma berdua. Disaat
semua santri sedang enak-enaknya menghadapi alam mimpi penuh godaan, mereka
berdua harus menyelesaikan hukuman mereka.
Tiba-tiba Arif yang menyikat kerak WC melemparkan sikatnya dengan kesal.
“Kenapa Rif?”
“Masih tanya kenapa Zac? Apa kamu ndak lihat? Semua santri seakan mengejek kita
dengan kenakalan kita yang ndak ada gunanya. Kamu masih bisa diunggulkan Zac,
selain ketua kamar, otakmu juga cemerlang. Sedangkan aku?”
Mata Zacky tajam menatap sahabatnya dan kemudian kembali menyikat kerak-kerak
bandel di kloset, “Anggap saja ini amal kita pada semua santri yang ada disini. Saat
semua bangun besok, mereka akan kaget, siapa yang membersihkan kamar mandi dan
WC yang super jorok ini, maka namamu dan aku akan menjadi tokoh utamanya!” goda
Zacky tanpa menoleh sedikitpun.
“Kenapa ndak kamu iya kan saja hukuman dari kang Malik?”
“Apakah kamu ndak ingin memberikan sesuatu untuk pondok kita ini? walaupun
cuma kebersihan. Ingat! Kebersihan sebagaian dari iman!”
4
“Kamar mandi dan WC pengurus juga termasuk bangunan pondok!” Arif tidak mau
kalah.
Zacky menarik nafas panjang, “Kenapa kita harus beramal kepada orang kaya,
padahal disamping kita ada yang lebih membutuhkan!”
“Kebanyakan orang tua kita memberikan uang, gula atau apapun pada Romo Kyai,
kenapa? Romo Kyai kaya, walau tidak secara dhohiriyah, diluar sana banyak yang lebih
membutuhkan!”
Kali ini Zacky hanya terkikih, sahabatnya semakin kritis.
“Zacky...!”
“Romo kyai termasuk jihad fiisabilillah, siapa yang ndak ingin dapat barokahnya, itu
yang pertama. Yang kedua kita dititipkan dalam naungan pesantren ini, adakah yang
bisa diberikan orang tua kita sendaknya menurut mereka sebagai timbal balik, walaupun
ndak bisa ditimbal dan dibalik!”
Arif hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena sama sekali tidak mengerti,
“Oh ya, tadi kamu bilang, kita beramal, padahal kita sedang menjalankan hukuman, apa
ini bisa dapat pahala?”
Bukan hanya terkikih, kali ini Zacky terbahak, sahabatnya begitu polos, “Masalah
pahala, kita serahkan pada Alloh azza wazalla, tapi kalau mau dilogika, bisa saja,
contohnya kita makan, dalam makan ada yang disebut makan beribadah, ada juga yang
disebut makan biasa saja!”
Arif mengambil kembali sikat yang tadi ia lemparkan dan kembali menyikat
disebeleh Zacky sambil mendengarkan dengan baik.
5
“Nah, makan yang terhitung ibadah contohnya, saya berniat makan agar nanti waktu
mengaji tidak terganggu karena lapar dan jangan lupa membaca doa makan dulu.
Insyaalloh terhitung ibadah dan barokah, sedangkan...”
Begitulah, dua sahabat itu seakan melupakan kejadian yang baru saja terjadi. Ah...
Zacky kau memang terlalu segalanya.
Pekerjaan mereka berakhir cukup larut, sekitar pukul 2 malam baru selesai.
Setelah selesai mereka langsung mandi, kembali kekamar dan tidur, mereka belum
tidur sama sekali.
Zacky bangun tepat jam 03.10 Wib ketika melihat sahabatnya tengah meringkuk
didalam sarungnya. Ia segera beranjak, bergegas menuju kamar mandi, tidak mau absen
sholat tahajud.
Ia sedikit terkejut ketika melihat kamar mandi yang begitu ramai, ah! Kenapa dia
sama sekali tidak berfikir, pantas saja semua teman-temannya ingin mandi cepat-cepat,
kamar mandi pagi ini super kinclong.
6
MALING
Siang itu, selepas sholat Duhur, Zacky menyempatkan diri membaca comik conan
yang ia beli kemarin dijalan Niaga, bekas memang, tapi sama sekali tidak
mengecewakan bagi Zacky, isinya juga masih lengkap.
Ia terbiasa melanggar peraturan-peraturan kecil pesantren, karena yang ia takuti
hanya 3 peraturan yang membuatnya terputus dari sang Romo Kyai, pacaran, MD alias
melarikan diri dan yang terakhir mencuri.
Dalam salah satu tausiyah Romo Kyai Ahmad Syarif, ketiga itulah yang
menyebabkan putusnya barokah dan sambungan pada Romo Kyai waktu diakhirat nanti,
Zacky sampai merinding mendengarnya.
Arif mendekatinya, “Kesal sekali aku Zac, masak aku yang bersihin kamar mandi
tapi sejak tadi ndak dapat antrian!”
Zacky menutup comicnya dan memperhatikan raut muka sahabatnya, “Berarti kamu
ndak ikhlas Rif, coba belajar ilmu ikhlas dari Fandy, film kiamat sudah dekat,” ucap
Zacky sambil mesam-mesem menggoda temannya.
“Kesel aku Zac, malah belum hafal satu bait pun Alfiah lagi!”
Zacky semakin terkikih, bukannya ia lupa, kalau masalah hafalan, Arif termasuk
model yang lola (loading luama buanget), bahkan hampir seminggu sekali ia harus
menerima hukuman berdiri dilapangan karena hampir setiap hari Arif jarang sekali
memenuhi target hafalan yang ditentukan pondok yang minimal 5 bait Alfiah.
“Kamu udah dapat berapa bait Zac?”
“Cuma 15!”
Arif melotot, “Cuma? Berarti kamu tinggal 100 bait lagi khatam 1002 Zac, hebat!
Bisa khatam kelas 1 Aliyah!”
7
Tiba-tiba Arif menggeser duduknya lebih dekat lagi dengan Zacky, “Kita ngomong
berdua aja ya!” ucapnya berbisik didekat telingga Zacky, “Sebenarnya pakek dukun apa
sih kok bisa cepet banget hafalannya?”
“Wkwkwkwkw...”
Zacky terbahak, pertanyaan Arif yang rada-rada itu sampai membuatnya sakit perut.
“Serius Zac...!”
Brak
Hantaman pintu itu mengagetkan mereka berdua, bukan mereka berdua tapi seisi
kamar yang kurang lebih 20 orang.
“Kenapa Lif?” seru Zacky dari pojok.
Alif, salah satu teman kamarnya menghantam pintu dengan emosional.
“Kalian tahu gus Rahmad? Itu gus rese dari Madura, masak dia nyerobot antrianku,
padahal aku sudah berdiri disana hampir satu jam...”
Alif bercerita sana-sini tentang perasaannya yang kesal.
“Gus Rahmad itu siapa?”
“Astagfirullaahal ‘adzim Zac! Kamu ndak tau gus Rahmad? Itu artis pondok yang
selalu semena-mena dan cari sensasi aneh. Dia itu anak dari teman baik gus Hasan,
putra pertama Romo Kyai Syarif Hidayat.”
Seakan mengerti, Zacky hanya manggut-manggut.
Setelah lama didengarkan, lama-lama kumpulan anak yang diketuai Alif itu berubah
jadi ghosipan, perasaan Zacky jadi tidak tenang, bukannya membicarakan sesama
muslim itu seperti makan bangkai saudaranya sendiri walaupun niatnya cuma curhat
tapi ini sudah terlalu jauh menurut Zacky.
“Kita kewarung mbah Dul yuk!” ajaknya.
8
Arif menggeleng malas, “Ndak ah Zac, belum disambang!” tolaknya.
“Aku yang traktir!”
Tanpa menunggu aba-aba Arif langsung menyambar kitab kecil Alfiah nya dan
membawanya kewarung yang tidak jauh dari area pesantren.
Tepat disebelah warung itu ada sawah yang mulai menguning karena padinya
sebentar lagi siap panen.
Siang ini warung sepi, Zacky langsung memesan secangkir kopi dan jus melon
campur susu coklat kesukaannya, dia duduk sambil bersandar ditiang warung, sambil
memejamkan mata dan sesekali menyedot jus melon, sungguh nikmat.
“Mana?”
Zacky membuka mata kaget, ketika mendengar seseorang berteriak.
Seorang anak laki-laki yang seumuran dengannya membentak mbah Dul yang sudah
tua.
“Saya benar-benar ndak tau gus...!”
Anak laki-laki itu mengangkat semua pisang goreng didepannya dan membuangnya
ketanah.
“Jangan gus! Ini dagangan saya,” mbah Dul mengiba sambil memungut pisang
goreng yang sudah kotor.
Zacky hanya meliriknya saja, ia tidak mau cari masalah. Tapi ia berniat nanti akan
membayar semua kerugian mbah Dul akibat ulah anak laki-laki itu.
“Kalau kamu ndak bilang dimana jam tangan saya, saya robohkan warung kamu dan
akan saya sowankan ke Romo Kyai Syarif supaya kamu ndak bisa jualan disini lagi.
Jualan apanya? Wong profesinya maling!”
9
Arif berdiri dan membantu mbah Dul berdiri, “E... begini gus, lebih baik kita
bicarakan baik-baik saja, mbah Dul ini kan...”
“Alah... diam kamu! Kamu itu siapa berani menantang saya? Gus Rahmad!”
Arif menelan ludah.
“Jangan-jangan kalian bersekongkol maling jam tangan saya!”
Arif menggeleng keras dan berusaha menenangkan Rahmad dengan menyentuh
pundaknya, tapi Rahmad malah mendorongnya hingga hampir jatuh. Untung Zacky
menangkap pundak sahabatnya dari belakang.
“Gus dari mana?” tanya Zacky datar.
Rahmad semakin melotot, “Yang jelas ndak seperti kalian, anak-anak ndak jelas dari
kalangan apa.”
“Yang saya lihat, kamu ndak punya sopan sama orang yang lebih tua!” bentak Zacky
kesal.
“Lalu kenapa? yang penting tempat saya diakhirat sana sudah ada surga yang
menanti, abah saya Kyai yang sholeh, pasti nanti saya diajak masuk surga!”
Zacky hanya tersenyum sinis, “Kamu pikir tiket surga itu seperti tiket bioskop?
Jangan lupa kisah nabi Nuh sama Kan’an?”
Brak
Rahmad menghantam pipi Zacky.
Zakcy segera bangkit dan melayangkan tangan, siap menghajar gus yang super rese
ini, sebelum...
“Stop!”
Mereka semua yang berada disitu hanya menelan ludah. Malik.
“Kang mereka mau mengeroyok saya kang!”
10
“Bohong!” Zacky berteriak.
Tiba-tiba pandangan Rahmad tertuju pada jam tangan Zacky, “Itu jam tangan saya,
jadi kamu malingnya?”
Zacky menggeleng keras, “Ini milik saya!”
Entah kenapa, Arif sama sekali tidak mampu bersuara lagi, tiba-tiba saja wajahnya
pucat melihat Malik.
“Memangnya apa pekerjaan orang tua kamu? Sampai bisa membeli jam tangan
mahal ini, ini jam tangan mahal, yang hanya bisa di beli di Mesir!”
Zacky tercengang, sama sekali tidak ada yang salah apa yang dikatakan Rahmad, jam
tangan yang ia pakai saat ini adalah hadiah dari kakak ke-2 Zacky yang bernama An-
Nisa yang kuliah di Kairo, Mesir.
“Kenapa diam?!” Rahmad membentak.
Seakan ketakutan, Arif mencengkeram lengan Zacky.
Zacky hanya menoleh sebentar padanya, maafkan aku Rif!
“Kalian bertiga ikut kekantor!”
Mereka bertiga mengikuti langkah panjang Malik, kantor keamanan? Siapa pun
santrinya, pasti kalau dengar kantor keamanan pasti ada rasa takut walaupun bisa
langsung ditutupi.
Kali ini bukan main-main, Zacky dituduh maling, sedangkan ia tidak bisa membuka
jati dirinya, lalu bagaimana ia harus keluar dari ini semua. Pikiran jadi semakin kacau,
tidak masalah kalau ia sendiri yang menanggungnya, ia melirik Arif yang semakin
pucat.
Menunggu sekitar 5 menit dikantor keamanan, membuat Zacky mual, apa lagi yang
akan terjadi? ya Alloh...
11
Berulang kali Zacky memejamkan mata dan kemudian membukanya kembali,
berharap ini mimpi, tapi semua sirna setelah ia melihat kang Ahlis masuk, kalau bukan
permasalahan serius pihak keamanan pasti tidak akan melibatkan ketua pondok.
“Saya ndak salah kang...!”
Wajah Malik kembali garang sambil membawa buku tebal berwarna merah, “Diam!”
Malik dan Ahlis duduk didepan Zacky dan Arif.
“Dari mana kamu dapatkan jam tangan itu?” tanya Ahlis lembut tapi tegas.
Berulang kali Zacky menarik nafas panjang, abah... haruskah aku?
“Yang jelas saya ndak pernah mencurinya kang!”
Brak
Malik menghantam wajah Zacky, “Jawab dengan jujur!”
“Lalu dari mana kamu bisa dapat jam tangan mahal itu?” Rahmad tersenyum sinis,
“Keluarkan saja kang! Maling kok dipelihara.”
“Kamu yakin itu jam tangan kamu?” Ahlis mencoba mencari kebenaran.
Malik melirik Ahlis kesal, “Kang Ahlis ini bagaimana? Seperti ndak mengenal gus
Rahmad saja, orang tuanya jelas seorang kyai, kalau dia? Siapa tau orang tuanya
maling!”
Tiba-tiba Zacky merasa ada yang menombak dadanya dengan api, rasa panas
membakar otak dan darahnya, “Kang Malik kalau ngomong jangan sembarangan! Apa
pun yang kang Malik katakan pada saya, saya terima, tapi jangan sekalipun menghina
orang tua saya, saya ndak akan pernah terima!”
Malik menyodorkan buku merah tebal yang dari tadi ia bawa dan membukanya,
“Dari catatan keamanan, catatan kamu buruk, berulang kali membuat kesalahan dan
12
saya harap ini yang terakhir!” ucapnya sambil tersenyum misterius, “Buah jatuh ndak
jauh dari pohonnya, anak bercermin pada orang tuanya!”
Zacky kalap, dia langsung merobek buku tebal didepannya.
Buk buk buk
Pukulan Malik yang bertubi-tubi terhenti setelah mendengar bentakan Ahlis, wajah
Zacky penuh luka.
“Zac...!” Arif semakin ketakutan.
“Lalu bisakah kalian semua mejelaskan pada saya tentang nabi Nuh dengan Kan’an
dan nabi Ibrahim dengan Aazar, ayahnya!” ucap Zacky ditengah lebamnya luka yang
mendera wajahnya.
“Saya... mewakili kang Malik meminta maaf!”
“Kalian harus dihukum, berdiri dilapangan jangan turun sebelum saya suruh turun
dan karena kalian telah merusak catatan keamanan jadi...”
“Bukan kalian, tapi cuma saya, Arif ndak ikut apa-apa!” Zacky cepat-cepat meralat.
Malik mendengus kesal, “Kalian berdua! Dan kamu Zacky, trouble maker’s, selama
sebulan harus membuang semua sampah yang ada di ndalem karena sudah merobek
catatan keamanan dan membuat onar disini, sedangkan teman sebelah kamu dia nyiram
bungga dihalaman depan ndalem, durasinya sama dengan kamu, sebulan! Itu kalau
kalian ndak jadi dikeluarkan.”
Malik menggiring mereka kelapangan dan menyuruh mereka berdiri diatas kursi
tepat disiang yang begitu panas.
“Buat keputusan kalian dikeluarkan atau dipertahankan dan menjalani hukuman yang
sedikit lebih ringan atau ndak, akan dirapatkan 30 menit lagi!”
13
Zacky tidak mengatakan apa pun, ya Alloh! Kau maha melihat, aku terdholimi
Tuhan...
Sekitar 30 menit mereka berdiri, tiba-tiba ada yang menyiram air dari lantai atas dan
tepat mengenai mereka, baunya? Zacky segera menutup hidung, amis dan busuk, seperti
air bekas cuci piring.
Zacky mendongkakkan kepala, ingin melihat siapa yang menyiram mereka. Malik
menyeringai dari atas.
Awalnya mereka menggigil, tapi setelah sekitar 1 jam baju mereka kering.
Zacky melirik Arif, ia selalu membuatnya masuk kedalam masalahnya, Arif pucat
dan matanya merah, ia tahu Arif pasti ketakutan dengan ancaman Malik.
“Arif...!”
Yang dipanggil sama sekali tidak menyahut, Zacky meliriknya kembali, wajahnya
semakin pucat, bahkan sekarang keluar keringat-keringat besar.
Bruk
Setelah hampir 3 jam mereka berdiri, Arif roboh.
Santri-santri yang lain berusaha menolong Arif, sedangkan Zacky segera lari
kekantor keamanan.
Disana, Malik malah tertawa-tawa sambil minum kopi bersama teman-temannya.
“Apa ini yang disebut rapat?!” Zacky mengamuk.
Tiba-tiba mbah Dul berjalan tergopoh-gopoh.
“Le... tole... ini ta yang dicari gus Rahmad tadi? Ketemu dibawan tempat onde-
onde,” ujarnya sambil menunjukkan jam tangan yang sama persis seperti yang Zacky
pakai.
Amarah Zacky semakin memuncak, “Lalu untuk apa saya dan Arif berdiri 3 jam?!”
14
Mereka semua yang ada dikantor hanya melongo seperti orang idiot menurut Zacky.
Zacky segera berlari kembali kelapangan, bagaimana dengan sahabatnya?
Ahlis berada disana. Menolongnya.
Rasa bencinya kepada keamanan semakin memuncak, mana mungkin seorang ketua
keamanan yang harusnya melindungi seorang yang tidak bersalah malam mendholimi
seorang santri seperti dirinya.
15
KYAI GEDHE
Disepertiga malam yang bernuansa sama seperti hari-hari sebelumnya, setelah
tahajud, Zacky memantapkan hatinya membuka kitab kuning, Fatqul Qorib. Nanti siang
ia akan mengikuti seleksi santri yang akan diajak lomba baca kitab kuning tingkat
Provinsi, sebenarnya lombanya masih bulan mendatang, tapi karena yang terpilih akan
diajar secara ketat, jadi pemilihannya pun harus jauh-jauh hari.
Sampai terlupakan, setiap pagi dan sore ia harus membuang sampah di ndalem,
walaupun tidak bersalah dalam hal mencuri jam tangan kemarin, Zacky tetap harus
menerima hukuman karena sudah merusak catatan keamanan, berbeda dengan Arif,
Zacky berusaha keras membebaskannya dari hukuman karena kesalahannya yang tidak
dapat membuka jati dirinya. Dan karena sedikit belaan dari Ahlis, akhirnya Malik
membebaskan Arif dari hukuman, namun tetap saja Malik tidak mau membebaskan
Zacky dari hukuman membuang sampahnya.
Tidak begitu sulit bagi Zacky membaca kitab didepannya, hampir setiap hari selepas
sholat Isya’ selain hari Selasa yang ada Burdah dan Kamis kegiatan Manaqib, ia dan
santri-santri lain belajar kitab itu dalam pelajaran Diniah yang sehari berisi 2 pelajar
yang salah satunya selalu kitab yang sekang ia baca.
***
Ternyata banyak juga santri yang mendaftar, bahkan Zacky mendapat urutan ke 30,
seketika keringat dingin membanjiri tubuhnya.
Sekilas ia melihat Rahmad keluar dari ruang tes, wajahnya berbinar bahagia.
“Tadi aku ndak perlu mengambil lotre BAB yang aku baca, kang Malik langsung
menyuruhku membaca Babul Thoharoh!” ungkapnya bangga karena yakin terpilih.
16
Malik? Zacky menelan ludah, Malik salah satu juri seleksi didalam, ah... Malik, dia
adalah alumni pondok yang dipimpin abahnya Rahmad, jadi tidak mungkin ia berani
mengangkat muka didepan gus nya.
Setelah menunggu selama kurang lebih 1 jam, akhirnya Zacky dipanggil juga, ia
berusaha memantapkan hatinya sebelum masuk.
Bismillahirrohmanirohim.
Didalam ada 3 juri, gus Hasan, putra Romo Kyai, Ahlis dan Malik.
Zacky mencoba mengatur nafasnya dan kemudian menempati tempat yang
disediakan.
“BAB Nikah!” seru Malik.
Ia sudah mengira, Malik tidak akan membiarkannya lolos seleksi dengan mudah.
“Ambillah Bab yang akan kamu baca!” ujar Ahlis yang sangat berseberangan dengan
Malik.
“Ndak usah kang, Insyaalloh saya bisa!”
Zacky berusaha setenang mungkin dan membaca bab yang dipilihkan Malik dengan
sangat lancar, bahkan sama sekali tidak ada yang salah.
Bahkan ketika Malik menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sulit sesuai dengan
ilmu-ilmu Nahwu dan Shorof pun Zacky menjawab sambil membusungkan dadanya.
***
Selesai peserta terakhir, para juri mulai merapatkan siapa yang berhak dibawa ke
tingkat Provinsi.
“Yang paling baik menurut saya itu gus Rahmad!”
17
Ahlis memicingkan mata, tidak setuju, “Gus Rahmad? Mau jadi apa lombanya kalau
dia yang kita bawa? Baru bab thoharoh saja sudah ndak karuan, kalau menurut saya
Ahmad Zackyul Fuad yang paling bagus cara membaca dan menjawab pertanyaan.”
“Kang Ahlis, kita semua tahu reputasi Zacky dipondok, sedangkan gus Rahmad dia
sudah jelas dari kalangan beradab dan gus Rahmad itu putra dari sahabat gus Hasan,”
Malik masih berusaha mempertahankan pendapatnya.
“Kalau memang yang kita cari adalah dari gus kalangan pesantren, kenapa susah-
susah kita adakan seleksi, kenapa ndak langsung ditunjuk saja?”
Hasan hanya tersenyum mendengar perdebatan dua santrinya, mungkin Malik
ataupun Ahlis melupakan keberadaannya.
“Yang mau ikut lomba itu dari semua kalangan, dan yang lomba adalah santri kita
sendiri, bukan kalian, saya ataupun sahabat saya!” tutur gus Hasan dengan lembut.
Jawaban Hasan sudah merupakan jawaban perdebatan mereka, mereka berdua segera
terdiam dan langsung mengerti.
***
Sebenarnya ini adalah hari ke-3 Zacky membuang sampah ndalem.
Langkahnya terhenti ketika mendengar suara merdu dan menggetarkan hati, surat Ar-
Rohman dari sebuah kamar yang terbuka sedikit.
Seakan ada magnet yang menyeretnya kesana, Zacky mengintip dari luar kamar,
ternyata Romo Kyai Syarif yang sedang membacanya.
Tiba-tiba Romo Kyai Syarif mengakhiri bacaannya dan menutup Al-Quran
didepannya.
“Ndang melbu le, ora apik ngintip!”
18
Zacky tersentak, Romo Kyai menyadari keberadaannya. Dengan malu-malu Zacky
masuk kamar yang keseluruhannya bercat putih itu.
“Sopo jenengmu?”
“Zacky Kyai, Ahmad Zackyul Fuad!”
Kyai sepuh yang karismatik itu tiba-tiba tersenyum.
“Ojok dipikir kelakuane pengurus sing semena-mena, abahmu wis nitipno koe nang
aku le...”
Zacky semakin tertunduk, bahkan Kyai bisa tau apa yang terjadi padanya, Romo
Kyai pasti salah, abahkan ndak pernah kesini, gimana mungkin bisa menitipkanku pada
Romo Kyai?
Tiba-tiba Romo Kyai terkikih, “Jenenge bapakmu Kyai Hafidz?”
Bukan hanya terkaget-kaget, tapi kali ini ia sampai tidak bisa bicara apa pun.
“Panjenengan semerap saking pundi?”
“Auramu le... podho karo bapakmu, podho ndablek e!”
Walau pun kaget, Zacky sama sekali tidak berani menegakkan kepalanya.
“Assalamualaikum, bah!” Hasan berdiri didepan pintu.
Setelah Romo Kyai menjawab salamnya baru Hasan masuk, “Maaf bah, diluar ada
wali santri yang sowan!”
“Suruh tunggu, abah masih bicara dengan calon kyai gedhe!”
Hasan terperanjat, ia melirik Zacky sebentar dan segera berlalu.
Sama seperti Hasan, Zacky juga kaget bukan main, bahkan semakin bingung, siapa
maksud Romo Kyai?
***
Ahmad Zackyul Fuad... Ahmad Zackyul Fuad dari Gresik, disambang...
19
Mendengar suaranya dipanggil, ia segera meninggalkan Alfiah yang ia tekuni sejak
tadi, untuk pertama kalinya ia disambang, pertama kali seumur hidupnya dipesantren ia
disambang.
Faid sudah mengunggu disofa tempat penyambangan dengan 3 kardus disebelahnya,
ia tersenyum ketika melihat Zacky menuju kearahnya.
“Bagaimana dik? Krasan?”
Zacky hanya mengangguk dan duduk disebelah Mas nya, setelah hampir setahun ia
disini, baru sekarang Faid menjenguknya, tapi ia tidak mau menyalahkan siapa pun
juga, Faid memang diberi kesempatan 2 kali menjenguknya.
“Kamu semakin dewasa saja.”
“Dewasa itu ndak diukur dari fisiknya saja Mas,” ujar Zacky lemas.
Faid mengerti, adiknya begitu sedih dengan keadaan ini.
Zacky hanya menyandarkan kepalanya disofa sambil memejamkan mata.
“Mbak Nisa baru pulang kemarin dari Mesir, dia mau menikah dengan adik Kyai
Hamid Madura, namanya mas Haidar, kalau ndak salah keponakan mas Haidar juga
mondok disini, namanya... siapa ya? Oh ya Rahmad.”
Mata Zacky langsung terbuka lebar seperti disengat seribu tawon. Pantas...
“Jadi saya bisa pulang kan Mas?
Seketika air muka Faid berubah, “Itu dia masalahnya dik, Mas sudah mencoba bicara
dengan abah, tapi...”
Mata Zacky kembali terpejam, bahkan untuk menyaksikan pernikahan kakaknya pun
tidak diperbolehkan, rasanya dada Zacky ingin meledak.
20
JATUH CINTA
Ini adalah hari terakhir Zacky membuang sampah dindalem. Jujur! Sebenarnya ada
rasa yang hilang dari dalam dirinya, setiap sore ia bisa mendengar suara Romo Kyai
mengaji yang menggetarkan hatinya, jika ia membuang sampah.
Zacky berhenti tepat didepan kamar yang dipintunya tertulis SYIFA’S ROOM.
Pintunya berwarna ungu, Zacky baru ingat, dari semua kamar yang ada dindalem,
cuma kamar itu saja yang tidak pernah ia masuki, tanpa pikir panjang lagi ia segera
masuk kamar itu.
Semua nuangsa dan bahkan warna temboknya pun berwarna ungu, disebelah ranjang
ada foto Hasan bersama gadis cantik disebelahnya.
Zacky mendekati foto itu, ia ingin memperjelas semuanya, siapa anak perempuan
ini?
“Kamu siapa?”
Suara yang begitu lembut dan begitu merdu dari arah pintu mengagetkan Zacky.
Zacky segera membalikkan badan.
Sesosok gadis SMP berbalutkan baju dan kerudung pink berdiri didepan pintu. Sang
pemilik kamar.
Entah apa yang patut dikatakan. Zacky terhipnotis, seketika kecerdasnnya menurun
drastis ketingkat idiot, hanya bisa melongo. Gadis cantik, manis atau apapun pengakuan
penulis, yang pasti dia gadis yang sempurna dimata Zacky benar-benar membuat jiwa
Zacky melayang kenegeri atas awan.
Bibir Zacky terkunci rapat, ada sesuatu dalam dadanya, detak jantungnya berdetak
lebih kencang dari biasanya, tapi ini bukan serangan jantung.
Mereka berdua sama-sama mematung, menikmati pikiran mereka masing-masing.
21
“Syifa!”
Seruan itu membubarkan semua lamunan mereka, Syifa segera lari kesumber suara
yang memanggilnya.
***
Tiga hari terakhir ini gairah hidup Zacky menghilang, tiba-tiba saja semua seperti
hambar, setiap malam pun ia sudah menangis ketika berdua dengan sang Kholik, tapi
rasa itu, rasa itu terus saja mengusik pikirannya
Ya Alloh, Ya Robb...
Engkau tahu yang tidak hamba tau...
Dan yang hamba tau....
Rasa ini...
Bagaikan sebilah pisau yang menusuk jantung hamba....
Hamba mohon....
Hapus dan buanglah rasa ini dari hati hamba...
Hamba takut...
Rasa ini pemutus tali hamba dengan Romo Kyai.....
Sejak kejadian itu, pikiran Zacky entah kemana, mungkin otak cerdasnya tertinggal
dikamar bernuansa ungu itu, yang pasti pikirannya kacau.
Bahkan surat keputusan dirinya jadi salah satu delegasi lomba pun yang diberikan 3
minggu yang lalu langsung oleh ketua pondok sama sekali tidak menumbuhkan gairah
hidupnya. Bukan hanya itu, pengajaran ustad-ustad yang exstra keras demi
kemenangannya selama 3 hari terakhir ini pun ia acuhkan.
Nafsu makan dan tenaganya tiba-tiba lenyap.
22
Ya Alloh! Inikah yang dirasakan Qoys pada saat ia mencintai Laila? Apakah aku
akan gila seperti Qoys si Majnun?
***
Hilangnya keceriaan dan semangat hidup Zacky tentu saja membuat semua teman-
temannya repot, seperti hari ini, Arif harus membawakan barang bawaan Zacky ke bus
mini karena sikap Zacky yang aneh.
“Zacky sedang ndak enak badan kang, jadi yang sabar saja ya kang!” ucapnya pada
Ahlis.
Zacky memilih kursi pojok belakang, ada hampir 3 santri yang hari ini berangkat
lomba bersama dirinya, tapi ia sama sekali tidak punya niat menyapa mereka dengan
keceriaan seperti biasanya.
“Semua sudah lengkap?” tanya supir dari depan.
“Tunggu, Tinggal gus Hasan!” seru Ahlis dari belakang.
Tiba-tiba Hasan masuk dengan seorang gadis belia disampingnya, seluruh pakaian
gadis itu ungu dari atas kebawah.
Detak jantung Zacky berdetak lebih cepat kembali, gadis itu, yang selama 3 hari
terakhir selalu menghantuinya, kini ada dalam satu kendaraan dengannya.
“Kang Ahlis, gadis itu siapa?”
“Syifa!” jawab Ahlis cepat tanpa bertanya gadis yang mana, karena cuma ada satu
gadis dalam bus mini itu, “Syifa Khuriyatul Qulub, putri gus Hasan.”
Bidadari pengobat hati, apakah Alloh mengirimnya untuk mengobati hatiku yang
kian gelisah akhir-akhir ini?
“Tapi kan, gus Hasan belum menikah.”
“Sudah, tapi istrinya meninggal saat melahirkan Syifa!”
23
Zacky mengerti, ia manggut-manggut. Keberadaan Syifa didekatnya bagaikan
suntikan bensin untuknya, keceriaannya kembali, senyum bahkan candanya.
***
Seluruh peserta ditempatkan dipenginapan kecil milik sebuah pesantren, mereka
dilayani 2 orang santri dari tuan rumah.
Dalam penginapan itu cuma ada 3 kamar, terpaksa Zacky dan dua peserta lainnya
satu kamar, sedangkan Malik bersama Ahlis dan Hasan bersama putrinya.
Setelah sampai, semua jalan-jalan keluar menggunakan kesempatan yang ada,
sedangkan Zacky ia menyempatkan diri menulis surat diatas ranjangnya.
Teruntuk : Ning Syifa
Assalamualaikum WR.WB
Bismillahirohmanirrohim. Langsung saja, sejak tiga hari yang lalu, sejak saya
melihat ning, rasanya gairah hidup saya hilang karena merasa kehilangan ning. Saya
juga ndak tahu apa yang terjadi pada diri saya sendiri, tapi teman-teman kamar saya
bilang saya sedang jatuh cinta, setiap memejamkan mata bayang-bayang ning Syifa
selalu menari-nari dalam ingatan saya.
Mungkin surat ini sangat ndak sopan, tapi saya sudah ndak kuat lagi, jujur!
Sepertinya dada saya mau meledak saja.
Saya mohon, besok saat saya dipodium, lomba. Tolong dengan sangat saya
berharap, ning Syifa berkenan hadir.
Sekian surat saya. Wassalam
Cintamu, Ahmad Zackyul Fuad
Setelah melipatnya dan memasukkannya kedalam amplop ungu, Zacky menyelipkan
surat itu lewat pintu dan segera berlari kembali kekamarnya.
24
***
Setelah kembali masuk kamar, keanehan Zacky kembali lagi, ia menempelkan
telinganya dilantai.
“Kok ndak terasa?”
Zacky berusaha merasakan detak jantung Syifa dari kamarnya.
“Zacky!”
Siaga satu! Zacky menyadari keberadaan seseorang disekitarnya, sepasang kaki tepat
ada didepanya. Hasan.
“Kamu sedang apa?”
Cepat-cepat Zacky berdiri, pipinya merah padam.
Hasan duduk diranjang dan Zacky mengikuti duduk disebelahnya sambil tertunduk.
“Jujur! Saya ndak tau siapa sebenarnya kamu, tapi saya sempat mencari tau orang tua
kamu dan gagal. Cuma ada data orang tua kamu yang bernama Hafidz, selebihnya saya
sama sekali ndak menemukan apa-apa.”
Zacky menggigit bibir bawahnya, ia masih menunggu kalimat-kalimat Hasan, ada
dua ketakutan dalam dirinya, kalau sampai Hasan tau siapa dirinya dan suratnya tadi.
“Tapi setelah saya berpikir ulang, saya mulai menyadari, ada kelebihan dalam diri
kamu yang mungkin bisa menuntun kamu menjadi Kyai besar seperti yang dikatakan
abah!”
Zacky semakin tertunduk.
Hasan menarik nafas panjang, “Terus berusaha ya!”
25
LAILA MAJNUN
Kepala Zacky celingukan masih belum mau berhenti, sebentar lagi gilirannya,
kenapa putri gus nya itu belum juga datang.
Bahkan sewaktu namanya dipanggil pun Syifa masih belum datang.
Mata Zacky mulai berkaca-kaca, entah apa yang ada dalam hatinya, yang pasti
sekarang semua sedang kacau, ia tidak bisa melihat mata semua juri yang seakan
mencercanya, tulisan kitab yang didepannya tiba-tiba menjadi asing untuk dibaca.
Tiba-tiba Hasan masuk dengan seorang gadis yang ia tunggu-tunggu.
“Bismillahirohmanirrohim...” Zacky memulai bacaannya.
***
Setelah lomba selesai, Zacky segera menuju kearah Syifa yang kebetulan sedang
sendirian.
“Kok tadi datangnya telat?”
Syifa menoleh kearahnya dan menunduk.
“Bagaimana perasaan ning Syifa?”
Syifa mengangkat sedikit kepalanya, “Apa?”
“Apa? ya... yang itu, surat, surat kemarin lo...!”
Syifa mencoba berfikir keras untuk mesejajarkan ingatan mereka, “Surat ungu?”
Zacky mengangguk bersemangat.
“Saya ndak tau, kemarin langsung dibaca abah, katanya dari Cintamu, Ahmad
Zackyul Fuad!”
Tiba-tiba wajah Zacky merah padam, “Gus Hasan tau?”
“Isinya apa?”
26
Zacky menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal, sudah kepalang, mau
bagaimana lagi?
“Itu... surat... cinta!”
Giliran Syifa, kini wajahnya langsung merah padam.
“Ini!” Zacky menyerahkan sesuatu pada Syifa.
“Apa?”
Zacky menghembuskan nafas beratnya, “Sebenarnya saya masih butuh jawaban
kepastian dari ning Syifa, sebenarnya selama tiga hari terakhir ini saya masih mencari
hakikat cinta yang suci dihadapan gusti Alloh!”
“Itu, yang ning Syifa pegang itu adalah cerita Laila Majnun, dari semua cerita islami
yang hakiki, cuma itu yang bisa membuat dada saya bergetar, saya ndak akan menyesal
seandainya saya gila seperti Qoys, asalkan saya bisa menjaga cinta Lillata`ala!”
“Saya ndak ngerti!”
“Saya juga ndak ngerti, tapi tiba-tiba saja banyak pengertian ini itu yang saya
temukan, 3 hari terakhir ini, saya sudah menghabiskan lebih dari 30 novel cinta, hampir
semua novel mendefinisikan cinta dengan berbeda, lalu pada definisi mana saya harus
berpegang, sedangkan dalam Islam ndak ada kata pacaran.”
Syifa mengintip sedikit dari balik kerudungnya, ia bisa melihat ekspresi Zacky yang
sedang kebingungan.
“Saya tau, pacaran dilarang keras dalam pesantren, bahkan itu salah satu penyebab
terputusnya tali dengan Romo Kyai diakhirat nanti, tapi saya ini juga pria biasa...”
Zacky menggantungkan kalimatnya, kali ini bukan hanya dadanya saja yang mau
meledak, tapi semua, semua hidupnya akan penuh dengan ledakan.
“Saya ndak tau...” suara Syifa bergetar.
27
“Ndak bisa kah kita seperti Layla Majnun?”
Sekilas, Syifa melirik sampul buku yang baru saja ia terima dari Zacky, ia sama
sekali tidak tahu alur cerita cinta Layla Majnun, yang ia tau hanya nama mereka yang
terlalu mendunia, bahkan ia pun tidak tau siapa gila karena siapa.
“Nanti biar saya tanyakan sama abah ya Mas?”
Zacky langsung mengangkat kepala, keget bukan main, tidak mengira dengan
kalimat Syifa, “Jangan! Ndak semua masalah harus diputuskan orang tua.”
“Kalau begitu, kenapa ndak kita biarkan saja semua ini mengalir seperti air, saya
ndak butuh kata cinta kalau pada dasarnya ndak ada dasar dalam kalimat itu, yang saya
butuhkan bukan cuma ucapan tapi hati!”
“Ning Syifa!”
Zacky menoleh, Ahlis memanggil gadis disebelahnya.
“Ditimbali abah!”
Syifa tersenyum, ia berlalu pergi.
28
COBAAN MONDOK
Ahmad Arif Hamdani... Ahmad Arif Hamdani dari Bojonegoro telepon...
Suara melengking dari pemanggilan kantor keamanan mengagetkan Arif yang
sedang tiduran dikamar, dia segera bergegas menuju arah suara sambil menarik tangan
Zacky.
“Assalamualaikum...!” sambarnya ketika mengangkat gegang telepon.
“Waalaikum Salam, Rif...! Arif... ini bapak Rif...!”
“Bapak, iya, kapan nyambang pak?”
Glek
Arif dengan jelas bisa mendengar suara bapaknya menelan ludah.
“Bapak...!”
“Maafkan bapak Rif, sepertinya bapak ndak bisa nyambang dekat-dekat ini, panen
kita gagal, tanggul jebol Rif, banjir besar...”
Rasanya Arif sudah tidak mampu mendengar semuanya, bapaknya didesa sedang
bingung dengan banjir sedangkan dirinya sekarang sedang kehabisan uang.
“Arif... kamu masih disana kan nak? Uang kamu masih ada?”
Arif diam, bibirnya bergetar, dengan apa lagi dia menyambung hidup dipondok, uang
yang selama sebulan diberikan orang tuanya saja sudah ia irit-irit, kalau kita masih
sanggup membayangkan, uang 50.000 harus digunakan selama 1 bulan untuk semua
keperluan yang ada selain SPP dan bayar pondok termasuk makan 2 kali.
“Arif...”
“Iya...iya pak, masih ada!”
“Alhamdullillah, ya sudah kalau begitu, Assalamualaikum!”
29
Setelah menjawab salam dari bapaknya, ia segera keluar menemui Zacky yang dari
tadi menunggunya didepan pintu keamanan.
“Ada apa Rif?” tanya Zacky yang melihat sahabatnya keluar den\gan wajah murung.
Mendengar pertanyaan Zacky, bukannya merasa terhibur malah Arif semakin
bersedih saja.
“Kenapa Rif?” Zacky semakin memburu.
“Aku... ndak disambang Zac, bapakku gagal panen, sedangkan aku sudah ndak
punya uang sama sekali.”
Zacky hanya mengangguk-angguk seakan mengerti dan kemudian menepuk pundak
Arif berusaha menenangkan kegundahannya, “Sudahlah, ini juga bukan keinginan
bapakmu kan? Lagi pula siapa orang didunia ini yang mau gagal panen? Ndak ada Rif!”
Mata Arif memerah, entah apa yang kini sedang menari-nari dalam pikirannya, yang
jelas sekarang dia kebinguangan, “Aku udah ndak punya uang sama sekali Zac!”
Zacky mengeluarkan nafas dari mulutnya, “Rizki semua mahluk sudah ditentukan
sama Alloh Rif, rizki semut yang lubangnya kecil saja sudah dijamin apa lagi kita Rif,
mahluk yang paling sempurna!”
“Bapakku gagal panen Zac, dari mana dapat uang?!” nada bicara Aris semakin
meninggi, dia semakin labil.
“Astagfirullaahal ‘adzim, ini cobaan Rif! Kamu harus sabar, ingat! Alloh ndak akan
mencoba mahluknya diatas kemampuannya!”
Arif hanya menggeleng, seakan masih tidak terima.
“Bagaimana kalau sekarang kita dhuha saja, semoga rizki orang tua kita dibuka sama
Alloh dari pintu manapun.”
Arif hanya mengangguk pasrah.
30
***
Setelah selesai dhuha, mereka bergegas kembali kesekolah yang sebelumnya melihat
berpuluh-puluh amplop warna-warni jatuh dari kotak baju Akbar, teman sekamar
mereka.
“Itu apa Bar?” tanya Arif yang langsung nyeletuk begitu melihat banyak amplop
surat berhamburan dilantai.
“Bukan apa-apa,” ungkapnya dengan ketakutan sembari membereskannya.
“Surat cinta ya?” tanya Zacky yang tiba-tiba ikut bergabung.
“Bukan.”
“Kita kan dilarang keras pacaran Bar, pengurus keamanan juga ndak akan
memberikan dispen sama siapa pun yang melanggar pacaran!”
Tiba-tiba Akbar mendorong Zacky, “Aku ndak pacaran, ini tunangan ku dan aku
sudah mengkhitbahnya.”
“Jangan merasa kamu sudah mengkhitbahnya jadi kamu merasa dia halal bagimu,
Kalian masih belum terikat perkawinan!”
“Kenapa kamu ikau campur Zac, lagi pula nanti aku juga akan menikahinya, jadi
sebelum atau sesudah ndak ada bedanya!”
Zacky menarik nafas panjang sambil melirik jam tangannya sebentar, lima menit lagi
gerbang pondok akan ditutup dan keamanan akan memeriksa santri yang terlambat pada
jam istirahat sekolah, “Aku cuma ndak mau kamu terjerumus,” ungkapnya, “Cobalah
mengerti Bar, ini peraturan keras pesantren kita!”
“Lalu kamu sama ning Syifa itu apa? aku sering melihatmu mendapatkan surat dari
dia.”
31
Tiba-tiba Zacky tersenyum kecil, “Jujur, aku memang menyukainya, aku laki-laki
biasa yang ndak bisa nolak cinta, tapi tetap saja aku ndak mau mengutamakan nafsuku.
Kamu mau melihat surat-surah ning Syifa? Lihat lah! Arif saksinya, ndak ada satu pun
kata cinta disana selain pertanyaan tentang pelajaran-pelajaran yang dia ndak mengerti.”
“Kenapa dia ndak tanya sama abahnya saja?”
“Ning Syifa terlalu malu pada abahnya jika terlalu banyak bertanya, ia takut, nanti
abahnya akan berfikir dia ndak pernah serius dalam belajar!”
“Ini ta’aruf Zac!”
“Jangan mengatas namakan pacaran dengan ta’aruf! sebenarnya aku sudah sering
mendengar dari teman-teman yang lain, kalau kamu sering menyelinap keluar pondok
dengan seorang wanita.”
Akbar tertunduk, “Lalu aku harus bagaimana Zac?”
“Pertama, buang segala bukti kamu pacaran dan seterusnya perbaiki diri kamu sediri.
Satu menit lagi gerbang akan ditutup!” ungkap Zacky sambil berlari dan kedua
temannya mengejarnya.
***
Sebenarnya setelah dhuha tadi, Zacky menyempatkan diri menyelipkan selembar
uang 50.000 dalam kitab hadits Bukhori Muslim milik Arif.
Sedangkan Arif yang sepulang sekolah menyadarinya langsung sujud sukur,
walaupun awalnya ia tidak percaya kalau itu uangnya, namun lama-lama ia menyerah
setelah Zacky berkali-kali meyakinkannya.
“Mana mungkin dhuha sekali langsung dapat uang 50.000, ndak mungkin to Zac.
Kalau 10 kali 500.000.”
“Ya namanya juga rizki, masa mau ditolak?”
32
Sebenarnya masih banyak perdebatan mereka kala itu, tapi yang jelas, untuk
kesekian kalinya Zacky berhasil memecahkan masalah orang disekitarnya.
Ahmad Arif Hamdani... Ahmad Arif Hamdani... dari Bojonegoro... telepon...
Arif segera meluncur kembali kekantor keamanan, dalam sehari ia mendapatkan 2
telepon, seperti orang sibuk saja.
“Assalamualaikum!” sapanya pada seorang disebrang sana.
“Waalaikum salam Arif...”
Deg
Ini bukan suara bapaknya, ini suara pamannya. Sebelumnya pamannya tidak pernah
menghubunginya.
“Paman? Ada apa?”
“Arif...”
Arif bisa merasakan, suara pamannya begitu berat.
“Paman ada apa?” Arif terus memburu.
Tiba-tiba Arif mendengar isakan disebrang sana. Paman menangis.
“Yang sabar ya le!”
“Paman... ada apa?”
Kepala Arif berputar putar.
“Adik mu le, adik mu...”
Walau pun tidak tau apa yang terjadi, tiba-tiba saja air mata Arif jatuh, “Luthfiyah?
Luthfiyah kenapa paman?”
“Dia... dia... hanyut terbawa banjir... dia... meninggal...”
“Inna... InnalillahiwaInnailaihroziun.”
33
Gegang telepon jatuh, tiba-tiba tubuh Arif mejadi lemas. Adiknya, Luthfiyah Az-
Zahra, kini tiada, padahal usianya belum genap 4 tahun.
“Arif... kamu ndak papa kan?”
Malik yang menyadari adanya ketidak beresan segera mendekatinya, “Zacky, cepat
masuk! Teman kamu sakit.”
Mendengar teriakan malik, Zacky bergegas masuk.
Arif memeluk lututnya, membenamkan wajahnya kedalam sambil menangis, ia
menyesali kebodohannya tadi pagi.
Tidak ada lagi seorang pun yang berani memanggil namanya, mereka semua yang
berada diruangan itu membiarkan Arif menyelami pikirannya sendiri.
“Adiknya meninggal!” bisik Malik ditelinga Zacky.
Telepon pondok diparalel, supaya tidak ada santri yang bisa pacaran melalui telepon
pondok, jadi pengurus keamanan bisa mendengarkan percakapan santri.
“Sabar Rif, ini cobaannya mondok!” tutur Zacky akhirnya.
34
JURUSAN
Arif tidak bisa pulang walaupun adiknya meninggal, semua jalan yang berhubungan
dengan daerah banjir ditutup, walaupun sekarang libur semester genap, ia tetap tidak
pulang.
Sebenarnya, banyak juga santri yang tidak pulang, kebanyakan yang tinggal diluar
Jawa hanya pulang saat Idhul Fitri saja.
Zacky masih menjalankan hukuman 3 tahun tidak boleh pulang walaupun ia tinggal
hanya beda kota saja dari pondoknya.
Disepertiga malam ini Zacky beristiqoroh setelah melaksanakan tahajud, ia masih
bingung dengan jurusan yang ia ambil.
Pada saat kelas X, ia sengaja tidak masuk MAK, supaya pada kelas XI ini ia dapat
memilih jurusan yang ia inginkan, tapi setalah saatnya tiba ia malah kebingungan
memilih jurusan yang akan ia jalani.
Formulir registrasi jurusan masih ia timang-timang ditanganya.
“Ya Alloh... jurusan apa yang harus aku ambil?”
***
Fikri masuk rumahnya dengan mengendap-endap dalam kegelapan, ia membawa
piala besar yang baru saja ia bawa dari perlombaan Matematika di ITB.
“Dari mana kamu?”
Deg
Rasanya jantungnya mau copot, lampu ruang tamu tiba-tiba menyala.
“Abah?” desisnya.
“Abah sudah bilang, jangan pernah keluar rumah tanpa izin orang tua!”
“Saya sudah izin ummi, bah!”
35
“Yang abah minta kamu itu belajar agama, jangan yang lain!” bentak Kyai Hafidz
pada putra ke-3 nya.
Seketika seluruh isi rumah berkumpul jadi satu diruang tamu, tidak ketinggalan
Zacky kecil yang digendong ummi nya pun ikut.
“Saya cuma ingin mengembangkan kemampuan saya saja, bah!”
“Bukan itu yang abah inginkan, kamu dan adik-adikmu cukup jadi mubalig yang
baik, jadi lah anak yang penurut seperti adikmu. Faid!”
Fikri hanya tersenyum kecut, berpuluh-puluh piala dan medali yang ia kumpulkan
seakan tidak ada artinya.
“Saya cuma ingin jadi dokter bah, apa itu salah? Klinik pesantren abah juga
membutuhkan seorang dokter!”
Suasana menjadi lebih tegang, Zacky kecil semakin meringkuk dalam dekapan ummi
nya, mencari ketenangan disana.
“Kamu itu anak Kyai, ya harus jadi Kyai juga!”
“Kenapa harus bah? Saya cuma mau ingin menjadi seorang yang bergerak dibidang
yang berbeda, apa itu salah? Kalau begitu apa abah ingin menyalahkan ilmuan-ilmaun
islam Al-Jabar, Ibnu Sina, dokter...”
Plak
“Durhaka kamu!”
Pyar
Piala Fikri terjatuh, ia duduk tersujud mendengar pernyataan abah nya, ia sama sekali
tidak berniat durhaka pada orang tuanya, ia cuma ingin mengungkapkan apa yang ada
dalam hatinya.
36
“Sudah bah, jangan bicara buruk begitu kepada anak-anak, ingat! Ucapan orang tua
itu do’a pada anak-anaknya,” ummi menangis sambil menarik lengan abah.
“Astagfirullaahal ‘adzim. Faid, ambil kunci motor mas mu dan taruh dikamar abah
sekarang juga! Dan kamu jangan keluar rumah kecuali berangkat kesekolah sampai
lulus Aliyah!” nada bicara Kyai Hafidz melembut.
Fikri hanya menunduk sambil meneteskan air mata yang tak kunjung kering.
Tidak ada yang bisa ia lakukan setelah itu, selain mengunci diri dikamar dan
memandangi semua jerih payahnya yang cuma dipandang sebelah mata oleh abahnya
sendiri.
“Mas Fikri!”
Fikri menoleh malas, adik kecilnya mengintip dari balik pintu, “Masuk dik!”
Zacky kecil masuk takut-takut.
“Enak jadi kak Fikri pialanya banyak!”
Fikri terkikih, adiknya yang polos bisa kagum padanya.
“Zacky juga berharap nanti seperti kak Fikri!”
“Mas Fikri malah berharap ndak ada orang yang seperti mas dik, sama sekali ndak
dipandang sama orang tua sendiri.”
Zacky kecil hanya manggut-manggut seakan-akan mengerti.
Semua berjalan begitu lambat bagi Fikri, sepulang sekolah, ia hanya mengurung diri
dikamar tanpa bisa kemana-mana karena selalu dijaga dua khodam ndalem sampai
malam menjelang Kyai Hafidz pulang.
Sampai suatu hari...
“Bagaimana keadaan dik Zacky, ummi?”
37
Ummi hanya menangis ketakutan, badan Zacky tiba-tiba panas dan seluruh tubuhnya
memerah.
“Dik Zacky harus dibawa kerumah sakit ummi!” Fikri semakin memaksa.
“Abah sedang ndak ada dirumah, ummi ndak berani!”
“Tapi keadaan dik Zacky...”
Tiba-tiba Fikri menjambak rambutnya kesal, “Sampai kapan ummi mau menunggu
abah? Bukannya abah ada undangan di Bandung? Itu bisa sampai besok, ummi.”
Ummi masih menangis, tidak berani menggambil keputusan sambil sesekali melirik
Zacky yang kesakitan seakan sulit bernafas.
“Tahan ya le! Kamu kuat kok nak,” tutur ummi sambil membelai rambut Zacky.
“Ummi, kalau ada sesuatu yang terjadi sama dik Zacky, kita ndak akan bisa
memaafkan diri kita sendiri.”
“Ummi ndak bisa le, ummi ndak bisa keluar tanpa izin abahmu, surga ummi ada
pada abah mu!”
Fikri kehabisan kata, ia segera duduk disebelah ummi.
“Kalau begitu, biarkan Fikri saja yang membawa dik Zacky kerumah sakit, abah
ndak akan marah sama ummi!”
Ummi menggeleng keras, “Ndak bisa le! Ummi juga ndak mau kamu dimarahi abah
lagi.”
“Ummi..., mana kunci motor saya? biar saya yang membawa dik Zacky kerumah
sakit!”
Ummi menyerah, ia tahu apa pun yang ia lakukan hanya akan menyebabkan
penyesalan dikemudian hari. Ummi segera mengambilkan kunci motor Fikri dan
membiarkannya menggendong Zacky kemotornya.
38
Fikri menunggu Zacky dirumah sakit sampai besok paginya, tadi malam dokter
mengatakan Zacky terserang demam Tipoid atau Typus.
Fikri beranjak kekantin rumah sakit, perutnya keroncongan.
Tidak sampai 30 menit ia kembali, disana sudah ada seluruh anggota keluarganya,
termasuk Kyai Hafidz. Fikri tertunduk, Kyai Hafidz menatapnya tajam.
Sesaat setelah itu Fikri kembali pulang, tidak ada gunanya menunggu Zacky, sudah
banyak yang menungguinya, Adam, kakak pertamanya bersama dua anak kembar laki-
laki dan perempuannya juga kesana bersama An-Nisa, kakak keduanya.
Seperti hari-hari sebelumnya, hari itu Fikri mengurung diri dikamar, ia hanya keluar
waktu-waktu sholat saja.
Sampai malam itu, ia benar-benar marasa penat dengan seisi rumah, dia tinggal
didalam lingkungan pesantren yang menurutnya lebih mirip dengan penjara kutukan,
tidak ada sesuatupun yang ia lakukan disitu. Ia memutuskan keluar.
Fikri sempat melihat Kyai Hafidz menatapnya, tapi kali ini Kyai Hafidz menatapnya
dengan tatapan yang lembut, tidak kesal atau marah seperti biasanya, tapi entah apa
yang ada dikepalanya, ia merasa seperti ada yang merasuki jiwanya, ia tidak peduli. Ia
ingin pergi sejauh mungkin.
Ia cepat-cepat memakai helm dan menstater keras-keras motornya.
“Mas...!”
Faid memegang lengannya, “Mau kemana mas?”
Fikri membuka kaca helm nya tanpa mematikan mesin motornya, “Ndak tau Id, titip
ummi sama dik Zacky ya!”
“Mas Fikri mau kemana? Jangan macam-macam mas, nanti abah marah lagi.”
39
Fikri menoleh pada adiknya, sejujurnya terkadang ia merasa ini tidak adil, Faid yang
baginya serba biasa saja menjadi anak kesayangan abahnya hanya karena menjadi anak
yang penurut, sedangkan dirinya yang mengejar ini itu hanya untuk mendapatkan
sedikit perhatian abahnya hanya mendapat celaan. Selalu.
“Mas...!”
“Jaga ummi sama dik Zacky ya!” ujarnya yang kemudian menancap gasnya.
Setelah Fikri berlalu, Kyai Hafidz membangunkan An-Nisa, Zacky dan istrinya,
bahkan menyuruh seorang santri untuk menjemput Adam tengah malam di
kediamannya.
Sampai mereka berkumpul diruang tamu pun, Kyai Hafidz tidak bicara apa pun, ia
hanya berdzikir didepan keluarganya, bahkan tidak ada pula yang berani bertanya ada
apa dan kenapa.
Sampai suara dering telepon rumah mengagetkan mereka, siapa tengah malam begini
telepon?
“Biar Zacky saja!” ungkap Zacky yang segera beranjak keruang tengah.
Tidak ada yang bicara setelahnya, mereka hanya menunggu walau pun mereka
semua tidak tau apa yang ditunggu.
Setelah hampir 30 menit Zacky mengangkat telepon dan tidak kembali, akhirnya
ummi beranjak menyusulnya.
Ternyata Zacky menangis tersedu dibawah meja telepon.
“Le...nak... ada apa?”
Ummi histeris.
Semua bergegas ikut keruang tengah.
40
Zacky mengangkat wajah perlahan, “Mas... mas... mas Fikri... ke...celaka...an.
Meninggal,” ucapnya terbata sambil sesenggukan.
Semua yang ada disitu hanya terdiam tidak percaya.
Bruk
Ummi pingsan.
Dua bulan setelah meninggalnya Fikri, ummi jadi sakit-sakitan.
“Ummi sakit?” tanya Zacky polos.
Ummi tersenyum kecil, “Kasihan mas mu di sana sendirian ya le?”
“Maksud ummi apa?”
Ummi mendekap Zacky erat, “Disini kamu punya segalanya le, ada mas Faid, abah,
juga mbak Nisa.”
Zacky yang sama sekali tidak mengerti hanya mengangkat wajah menatap ummi nya.
“Kalau ummi ikut mas Fikri, kamu marah?”
Zacky hanya menggeleng kecil walaupun tidak tahu maksud semuanya, “Tapi Zacky
juga diajak ya!”
Lagi-lagi ummi hanya tersenyum, “Kamu jadi anak yang pintar ya le!”
Zacky mengangguk mantap “Seperi mas Fikri, punya piala yang buanyak...!”
“Huk.. huk... huk..”
“Ummi batuk darah?” tanya Zacky polos sewaktu melihat banyak darah ditelapak
tangan ummi, “Zacky ambilkan minum ya!” ujarnya segera berlari kedapur.
Setelah ia kembali, ummi menutup matanya disofa sambil tiduran, Faid memeriksa
nadinya.
“InnalillahiwaInnailaihroziun!”
Pyar
41
Gelas kaca yang Zacky bawa pecah.
Semua terkejut dan menatap kearah Zacky.
“Ummi cuma tidur kan mas?” tanyanya sambil menangis.
Faid hanya membuang muka sambil menahan air matanya supaya tidak jatuh didepan
adik bungsunya.
“Mas... ummi kenapa?”
“Kita harus ikhlas dik...” ucap Faid akhirnya.
Zacky merasa bumi menjadi begitu sempit sampai tidak ada tempat untuknya, baru
dua bulan lalu Fikri meninggalkannya, dan sekarang, ia harus menjalani hari-harinya
tanpa seorang ibu juga.
Zacky mendekati jenazah ummi dengan langkah gontai, “Ummi...!” Zacky
menggoyangkan lengan ummi nya.
“Dik... ummi sudah meninggal...!” Faid memperjelas.
Zacky terjatuh, ia duduk tepat disebelah ummi dan menangis dilengan umminya
yang dingin, ummi jangan pergi...
***
Zacky tersentak. Dia ketiduran setelah sholat istiqoroh tadi, adzan subuh telah
membangunkannya. Bahkan ia lupa telan memegang formulir jurusan.
Zacky tersenyum. Hanya menjadi seperti Almarhum mas Fikri lah keinginannya
selama ini, jurusan IPA pilihan terbaiknya.
42
HOMO
Sebelum tidur, Zacky menyempatkan diri muthola’ah kitab kuning yang besok ia
gunakan lomba tingkat Jawa Timur, lagi-lagi Zacky diajak mewakili pondoknya
mengikuti lomba baca kitab.
“Zac, besok kalau mau tahajud, bangunkan aku ya!” seru Alif dari pojok.
“Aku juga!” sahut Arif.
“Insyaalloh!”
Setelah mendapatkan jawaban dari Zacky, mereka berdua tertidur lelap.
***
Sekitar jam 03.00 setelah selesai mandi dan sholat tahajud, Zacky membangunkan
Alif yang segera beranjak kekamar mandi dan Arif yang super molor.
“Bentar lagi deh Zac... 10 menitan lah...!”
“Ndak bisa, habis ini aku mau belajar.”
“Hauhhhh,” Arif menguap lebar.
Arif memaksakan diri bangun walaupun matanya masih merem, ia berjalan
sempoyongan, sampai...
Buk
Buk
Buk
Dia terjatuh dari tangga.
“Aduh... aduh.. sakit!”
Zacky segera beranjak keluar dan melihat adegan kesakitan Arif sambil cekikian.
“Ketawa lagi, tolongin!”
43
Arif kembali naik dengan pincang dan memegangi pinggangnya, setelah sampai
diatas, baru Zacky membantu menggulurkan tangannya.
“Makanya kalau jalan jangan sambil merem!”
“Sudah... pijitin...!” ucapnya kesal.
Zacky memijat kaki Arif yang memar merah membiru, ada sedikit luka darah yang
keluar dari betis belakangnya.
“Au... au... sakit...”
Alif yang baru selesai wudhu hanya berdiri dibelakang pintu.
“Sakit Zac...!”
“Jangan manja kenapa sih? Seperti perempuan saja!”
“Au... sakit...!”
“Mereka pijat mesrah?” desis Alif yang segera pergi entah kemana, tidak jadi tahajud
didalam kamar.
***
“Alah... wong cuma biru-biru begini!” ucap Akbar menggoda Arif.
“Ini sumber pahala Bar, kamu tahu ndak gimana perjuangan ku tahajud?”
Zacky yang sedari tadi membuka kitab kuning ikutan cekikian, “Wong ndak jadi
tahajud,” celetuknya.
“Biar ndak jadi, tetap dicatet sama Malaikat, udah niat sampai jatuh-jatuh begini,
perjuangannya yang penting!”
Zacky hanya tersenyum kecil.
“Zac, ayo semua sudah siap!” seru Ahlis dari balik pintu.
“Iya sebentar kang. Aku berangkat ya, Assalamualaikum!” serunya sambil
menyambar rangselnya.
44
Setelah menjawab salam Zacky mereka berdua masih cekikian sambil cerita kejadian
tadi pagi.
“Aku beli gorengan diwarung mbah Dul dulu,” tutur Akbar sambil berdiri, “Mau
titip?”
Arif menggeleng.
Setelah mendapat kepastian dari Arif, Akbar bergegas keluar.
Warung mbah Dul pagi itu penuh dengan santri yang kelaparan, sampai penjualnya
tidak kelihatan.
“Eh, tahu kang Zacky ndak? Itu loh yang kemarin menang lomba apa... gitu, ternyata
dia homo!”
Akbar yang mendengar nama ketua kamarnya disebut segera menajamkan
pendengarnnya, kata terakhir yang terlontar dari mulut anak kelas IX Tsanawiyah itu
benar-benar gebrakan besar bagi Zacky.
“Sama siapa?” lawan bicaranya yang memakai peci miring semakin penasaran.
“Itu... sama yang biasanya dihukum sama-sama dilapangan itu, aduh siapa ya
namanya? Ah iya, Arif, Arif Hamdani, tadi malam mereka pijat mesra loh didalam
kamar!”
Setelah mendengar gosip murahan itu tiba-tiba saja perut Akbar jadi kenyang, ia
bergegas kembali kekamar, tidak mau lagi mendengar nyiyirnya pria-pria jadi-jadian
yang menyerupai wanita.
“Loh gorengannya mana?” tanya Arif yang menyadari Akbar kembali dengan tangan
kosong.
“Ndak jadi, tiba-tiba kenyang!”
Arif manggut-manggut.
45
“Aduh... sedihnya yang ditinggal belahan jiwa!” seru Alif sambil masuk dan
mengambil sabun mandinya.
“Yang jelas ndak dapat belaian Lif!” sahut salah satu anak kamar itu sambil
mempraktikkan gaya orang sedang berpelukan, “Ndak dapat pijatan hangat seperti tadi
pagi lah...”
Glek.
Wajah Arif tiba-tiba pucat. Ia sudah menyadari fitnah yang didepan matanya.
Akbar melirik Arif yang sedang kebingungan.
***
Tidak ada lagi tempat baginya, kemana pun ia pergi, berlari atau pun bersembunyi,
semua membicarakannya, bahkan di WC, anak-anak yang antri BAB pun masih sempat
membicarakannya.
Seakan sadar ia tidak bisa berlari kemana pun, Arif akhirnya meringkuk dipojok
kamar, berusaha selapang mungkin menerima fitnah yang kian membuatnya hampir gila
ini.
Bahkan sewaktu teman-teman sekamarnya mengatainya Jeruk makan Jeruk pun ia
tetap diam, tidak ada gunanya mengelak, ia akan kalah.
Arif sendiri cukup bingung, bagaimana secepat ini burung-burung kecil
menyampaikan fitnah kejam yang seakan menghancurkan semuanya.
Walau pun jika didepannya tidak ada yang langsung menyebut namanya secara
jelas, tapi entah kenapa rasa sakit itu seakan seperti luka yang semakin mengangga lebar
dalam hatinya.
46
Akbar melirik Arif sebentar, ia tahu, Arif berusaha sebisa mungkin tidak peduli
dengan ocehan-ocehan teman-temannya, tapi ia gagal. Kitab yang ia baca tiba-tiba
basah. Betapa dasyatnya fitnah yang menimpanya, sampai membuat Arif menangis.
***
Zacky kembali sekitar selesai sholat Isya sambil menenteng dua piala besar
ditangannya, ia hanya pergi sekitar 2 hari.
Sebenarnya Zacky sedikit kaget ketika melihat Arif meringkuk dipojok kamar sambil
menutupi seluruh tubuhnya dengan sarung.
“Arif... kamu ndak papa?”
“Zacky...!”
Zacky tersentak, suara dari belakang itu benar-benar mengagetkannya. Akbar.
“Arif sakit? Kok ndak ikut kegiatan? Lalu kamu?” sebenarnya masih banyak
pertanyaan yang menggenangi pikiran Zacky, tapi cukup 3 pertanyaan bisa mewakili
semuanya.
Tiba-tiba Akbar menarik tangan Zacky menjauhi Arif, ia membawa Zacky kewarung
mbah Dul yang tutup, Akbar menggedor-gedor pintu warung supaya mbah Dul mau
membukakannya.
Mereka berdua masuk dan mbah Dul bergegas mengunci kembali pintunya, takut ada
pengurus yang melihat, biasanya para santri yang malas ikut kegiatan akan menjadikan
warung kecilnya pelabuhan yang aman.
“Ada apa?” Zacky mulai panik.
“Mbah Dul, kopi pahit dua!” seru Akbar.
“Ndak, aku jus melon campur susu coklat saja, mbah Dul!”
47
Mbah Dul hanya tersenyum, sejak kejadian Zacky membelanya mati-matian saat ia
dituduh maling oleh gus Rahmad, seakan berhutang budi, mbah Dul benar-benar
menghormati dan menyayangi Zacky.
“Ada apa, Akbar?”
“Sampai mana hubungan kamu sama Arif?”
Zacky mengernyitkan dahi, pertanyaan apa ini...
“Yang bagaimana? Kita teman!”
Melihat temannya kebingungan, Akbar malah tersenyum sinis.
“Kamu ndak tau apa yang terjadi dipondok ini Zac, tiba-tiba saja kamu sama Arif
jadi artis terkenal dipondok ini.”
Mbah Dul membawakan mereka berdua tepat waktu, tenggorokan mereka tiba-tiba
jadi panas.
“Sekarang kembali kepertanyaan awal, aku tanya padamu karena Arif sama sekali
ndak bisa diajak bicara, sejak kamu berangkat lomba, dia diam seribu bahasa dan
badannya jadi panas!”
“Arif sakit? Kok ndak dibawa keklinik?” suara Zacky memekik.
“Jangan pikirkan kenapa Arif sakit, pikirkan citra, ah bukan nama baik kalian berdua,
sampai mana hubungan kalian?”
“Kami cuma teman, TITIK!” jawab Zacky kesal.
Kini Akbar kembali menyerup kopinya dan meletakkannya kembali setelah
mendapatkan ketenangan, “Kalian ndak homo kan?”
Zacky memandang Akbar dengan tatapan tidak percaya, lelucon apa ini?
Ahmad Zackyul Fuad dari Gresik... dan Ahmad Arif Hamdani dari Bojonegoro...
harap kekantor keamanan sekarang juga...
48
Suara pemanggilan dari kantor keamanan terdengar jelas hingga warungnya mbah
Dul.
“Ada apa lagi ini?” desis Zacky kesal.
Zacky segera mengambil uang 10.000 dari sakunya dan meletakkannya tepat
dibawah gelas jus melonnya, setelah itu bergegas pergi tanpa pamit dangan Akbar atau
mbah Dul.
Didalam kantor keamanan, ternyata Arif sudah duduk manis disana dengan Malik
dan Ahlis didepannya, Zacky melirik Arif sebentar, wajahnya pucat, mungkin benar
yang dikatakan Akbar, Arif sakit.
“Duduk Zac!” suru Ahlis saat melihat Zacky didepan pintu.
Zacky segera mengambil tempat tepat disebelah Arif.
“Harusnya saya bisa membaca gelagat kalian jauh sebelum ini!” ucap Malik marah.
Malik, Ahlis ataupun Zacky sebenarnya baru datang lomba, tapi sekarang mereka
harus dipertemukan kembali dengan sesuatu yang tidak diinginkan.
“Kalian tahu, kenapa kalian dipanggil kesini?” tanya Ahlis lembut.
Zacky hanya menggeleng kecil sambil menunduk.
Hening.
Lidah Arif yang biasanya kaku ketika berada dikantor keamanan, kali ini lebih
lemas, “Kami... ndak pernah...” kalimatnya tergantung.
“Saya dan kang Malik juga baru dapat laporan dari pengurus yang lain, makanya
kalian langsung saya panggil, karena ini bukan kasus yang ringan.”
“Sebenarnya ada apa? tidak usah muter-muter kang, to the point saja!”
Brak.
49
Malik tiba-tiba menghantam pipi Zacky karena kelancangan kalimatnya, “Kalian
HOMO!”
Zacky mendelik, “Homo apanya? Siapa yang homo?!” bentaknya tidak terima,
“Jangan membuat keterangan palsu sampai kita berdua harus menjalani hukuman untuk
sesuatu yang sama sekali ndak kita lakukan lagi!”
Malik tersenyum kecut, “Dari mana ada asap kalau ndak ada api?”
Kepala Arif semakin menunduk.
“Sudah lah kang Ahlis kita keluarkan saja mereka berdua sebelum seluruh pesantran
ini kena azab seperti kaum Sodom!”
“Demi Alloh kang, saya...”
“Jangan bawa-bawa nama Alloh dalam kejelekan!” bentak Malik.
Sejenak Zacky terdiam. Ia mencoba berfikir sekeras mungkin supaya bisa keluar dari
fitnah ini, “Apa buktinya kami homo? Kedekatan kami cuma teman, titik. Kalau pun
lebih juga untuk belajar dan mengajari!”
“Mengajari yang pakek tanda kutip?” tanya Malik dengan nada mengejek.
“Memangnya apa yang disebut homo? Apa tidur bersama bersebelahan disebut
homo? Kalau begitu satu pondok bisa disebut homo, apa selalu bersama-sama juga bisa
disebut homo? Kalau begitu kang Malik dan kang Ahlis juga disebut homo?”
Brak.
Lagi-lagi Malik menghantam pipi Zacky, malah yang ini, ia merasakan ngilu yang
luar biasa sangat.
“Kami sering bersama karena menangani anak-anak nakal seperti kalian!”
“Lalu mau kamu apa Zac?” tanya Ahlis lembut tapi tegas.
“Kami ndak bersalah kang, kami masih normal!”
50
“Baik, saya akan memberi kalian waktu 3 hari untuk membuktikan kebenaran
omongan kalian, tapi kalau kalian tidak bisa membuktikannya...”
“Kalian berdua akan dikeluarkan dari...” sahut Malik kesal.
“Ndak, tapi salah satu dari kalian harus ada yang dikeluarkan dari pesanten ini!” ralat
Ahlis cepat-cepat.
Mereka semua terdiam.
***
Sudah hari ke-3 sejak kejadian sidang itu, tapi Zacky sama sekali belum
mendapatkan bukti apa pun yang bisa mengeluarkannya dari masalah ini, berkali-kali ia
memeras otaknya, tapi percuma, jalan buntu.
Belum lagi Arif yang sama sekali tidak dapat diajak komunikasi, ia diam berpuluh-
puluh ribu bahasa, kerjanya hanya meringkuk dipojok kamar.
“Aduh... kamar kok jadi panas begini ya? Neraka bocor kali ya? Mengazab pendosa
yang homo!” sindir Alif yang masuk kamar sambil membawa buku sebagai kipas.
Seketika gemuruh darah Zacky berubah mendidih, tapi ia tetap tidak mungkin
mengumbar amarahnya, ia segera berlalu kewarung mbah Dul, ia memilih masuk
kedalam mencari ketenangan dari pada diluar harus mendengar sindiran ini itu lagi
kalau bertemu dengan santri lain.
Ternyata didalam juga ada teman sekamarnya yang sedang menikmati rokok, yang
sesekali juga menyerup kopinya.
“Rosyad!” sapa Zacky.
“Huk.. huk...” Rosyad tersedak rokoknya sendiri karena kaget mendengar suara
Zacky.
“Kamu Zac, aduh... ndak ngira ketemu artis pondok disini,” godanya sambil terkikih.
51
Zacky hanya tersenyum kecut, “Jadi kamu juga sama seperti santri lain menganggap
aku...”
“Homo?”
Zacky menoleh kearahnya.
“Sebenarnya aku ndak peduli dengan gosip-gosip itu, toh juga ndak ada
hubungannya sama aku, tapi secara ndak sengaja gosip itu menggelitik telingaku.”
“Sudah kamu buktikan gosip yang menyangkut namaku itu?”
Rosyad malah terkikih, dan semakin menikmati gelembung-gelembung rokoknya,
“Kenapa aku harus peduli? Aku cuma pendengar dan...”
“Kamu ndak tahu? Kalau mendengarpun akan mendapat bagian dosanya.”
“Dosa itu urusan nanti Zac...”
Pernyataan Rosyad yang terang-terangan itu benar-benar membuat Zacky semakin
kesal.
“Lagi pula apa pun yang nanti kamu katakan, ndak akan ada yang peduli. Alif yang
menceritakan semuanya dengan penuh penghayatan membuat semua santri 100%
percaya padanya!”
“Alif?”
“Kamu ndak tau? Satu-satunya saksi kejadian pijit mesrah kamu sama Arif kan cuma
Alif.”
Zacky berusaha memutar kembali memorinya pagi itu, pijat mesrah? Alif, Arif dan
dirinya? Bagi Zacky ada setitik terang dari kejadian ini.
***
Malam itu Zacky kembali dipanggil bersama Alif kekantor keamanan selepas sholat
Isya’, bahkan mereka tidak diperbolehkan mengikuti Diniah.
52
“Sebelumnya saya ingin membuat perjanjian dengan kang Malik atau pun kang
Ahlis, kalau nantinya saya dan Arif memang terbukti bersalah, saya mohon dengan
sangat, biar saya saja yang dikeluarkan dari pesantren ini!”
“Memangnya siapa yang mau mempertahankan santri badung seperti kamu?”
Zacky menarik nafas panjang, “Ndak ada yang bisa saya buktikan, tapi...”
Seketika mata Arif terpejam, Zacky sudah menyerah.
“Jadi kamu mengakuinya?” tanya Ahlis kecewa.
“Saya juga ndak bilang kalau saya mengakuinya, tapi saya bisa memanggil api dari
semua asap tebal yang menyelimuti pesantren kita.”
Semua diam, menunggu kelanjutan kalimat Zacky yang masih belum keluar.
“Lalu?” Malik tidak sabar.
“Sebelum dan sesudahnya, saya mohon maaf, saya minta tolong dipanggilkan santri
yang bernama Alif supaya masuk keforum kita!”
Ahlis menatap Malik bingung, yang kemudian mengangguk setuju.
Malik segera memerintahkan seorang pengurus menjemput Alif dikelas diniah dan
membawanya masuk kekantor keamanan.
Alif masuk dengan gemetaran.
“Sesuai permintaan kamu, Alif sudah masuk dalam forum kita!” ucap Ahlis santai.
Zacky menarik nafas panjang, Bismillahirrohmanirohim...
“Apakah kamu, Alif, telah mengatakan disetiap kerumunan santri dipondok ini
bahwa melihat aku dan Arif melakukan homoseksual?” tanya Zacky tegas.
Alif hanya tertunduk dan mengangguk.
“Apa alasan kamu mengatakan itu semua?” tanya Malik dengan nada membentak.
“Saya... saya melihat mereka... pijat... pijatan di... malam...”
53
Ahlis memicingkan mata, “Bicara yang jelas! Pijat apa?”
Alif membusungkan dadanya, “Malam itu saya melihat mereka pijat mesrah kang,
dipojok kamar!”
“Atas dasar apa kamu mengatakan itu pijat mesrah?” tanya Zacky sambil tersenyum
sinis.
“Ada rintihan yang membuat bulu kuduk saya merinding kan, seperti menimbulkan
syahwat.”
“Yang mengatakan itu menimbulkan syahwat kan kamu, jangan-jangan kamu malah
yang punya jiwa homo,” tutur Zacky santai.
Alif melotot tidak terima, “Jangan sembarangan kamu Zac!”
“Apakah kamu tidak bisa memberikan alasan yang lebih konkrit selain pijat malam
itu sehingga kamu bisa mengatakan mereka homo? Kalau kamu ndak bisa memberikan
alasan yang lebih konkrit maka kami putuskan ini murni fitnah...”
“Dan kamu yang akan dikeluarkan dari pesantren ini!” sahut Malik garang.
Seketika bibir Alif kaku, ia sama sekali tidak mengira ucapannya akan membuatnya
dikeluarkan dari pondok secara tidak hormat.
“Apa pembelaan kamu Zac atas pijat yang kamu lakukan malam-malam?” tanya
Malik dengan nada kesal.
“Sebelumnya, malam sebelum kejadian itu Alif atau pun Arif minta saya
membangunkan tahajud ketika saya tahajud, tapi Arif susah sekali bangunnya kang, dia
berjalan dengan mata merem menuruni anak tangga hingga...” Zacky menceritakan
kronologis yang sesungguhnya malam itu.
54
Kini giliran Alif yang ketakutan, matanya merah, semua tahu, ia menahan tangis, tapi
tidak ada yang bisa Zacky lakukan, akibat mulutnya salah satu dari Zacky ataupun Arif
bisa saja dikeluarkan dari pondok ini.
Malam itu juga, Malik menghubungi orang tua Alif, didepan semua pengurus
pesantren, juga Romo Kyai Syarif, Alif diserahkan pada orang tuanya secara tidak
hormat.
55
JATI DIRI
Sejak perkara dipulangkannya Alif, semua santri tidak ada yang berani mengejek
ataupun menyindir Zacky ataupun Arif karena mereka semua tau, itu hanya fitnah yang
kejam.
Teman-teman sekamar Zacky sedang mengerubuti foto Romo Kyai Syarif
sekeluarga, bahkan disana juga ada Syifa dan seorang anak laki-laki yang sangat
tampan.
“Itu siapa?” tanya Zacky tiba-tiba ketika melihat anak laki-laki yang berdiri
disebelah kiri Romo Kyai Syarif.
“Ini gus Yusuf, saudara kandungnya gus Hasan, tapi kalau ndak salah sekarang
mondok dimana... gitu, guanteng ya?”
Zacky hanya mengangguk, putra terakhir Romo Kyai memang benar-benar cling,
walaupun mungkin usianya cuma selisih beberapa tahun lebih tua saja darinya.
“Kalian tahu ndak? Kata kakakku yang mondok dipesantren Toriqul Jannah di
Gresik, itu loh pesantren besar yang dipimpin Kyai Hafidz, katanya putra terakhirnya
mondok disini juga loh....” ucap seorang temannya.
“Masak sih?”
Selagi temannya bermasak-masak, Zacky lebih memilih kabur kewarung mbah Dul
bersama Akbar, lagi pula malam ini, ia sudah tidak setor hafalan lagi seperti dulu.
Ternyata, diwarung mbah Dul sudah ada Rosyad bersama Arif yang sedang ngopi
dan seperti biasa, Rosyad ditemani rokok disebelah tangan kirinya.
“Aku cari kemana-mana taunya disini Rif!”
Arif hanya nyengir, harusnya Zacky sudah mengira dimana sahabatnya itu, karena
kebanyakan sewaktu setoran Alfiah, ia pasti menghilang.
56
“Ndak hafal aku Zac, dari pada nanti dimarahi sama pengurus karena ndak lancar,”
kilahnya.
“Kamu Syad?”
“Jangan samakan aku sama Arif Zac! Gini-gini otakku ndak kecil kayak Arif yang
susahnya setengah mati kalau hafalan, aku hafal sih, tapi... cuma 2 bait,” ujarnya sambil
nyengir juga yang dibalas timpukan oleh Arif.
“Mbah Dul, kopi sama jus melon campur susu coklat 1 ya!” seru Akbar segera ikut
bergabung.
“Kenapa ndak dipesenin susu bayi saja?” goda Rosyad.
Semua terbahak, kecuali Zacky yang wajahnya langsung merah.
“Ndak tahu nih, sejak pertama yang diminum ndak pernah kopi, bukan pria sejati
kali,” tambah Arif sambil menyerup kopinya seolah mengejek Zacky.
“Kopi kan kalau kebanyakan ndak baik buat kesehatan, apa lagi kayak kalian, setiap
hari, pagi, sore, malam, menunya kopi. Coba kalian rasakan! Kopi juga bisa membuat
frekuensi jantung semakin cepat, kalau semakin cepat... semakin cepat juga
berhentinya!”
Mereka langsung memegangi dada mereka masing-masing, kaget dengan ucapan
Zacky.
“Ha ha ha ha...” tiba-tiba mbah Dul ikut terbahak sambil membawa nampan yang
berisi kopi, jus melon Zacky dan kripik singkong yang dalam piring.
“Mbah Dul kok malah ketawa!” sewot Rosyad.
Tidak ada yang mengira, mbah Dul mengambil posisi diantara mereka, “Kalian
kenapa kabur-kaburan kesini?” tanya mbah Dul sambil menunjuk satu-satu dari mereka.
“Males mbah!” ucap Rosyad asal.
57
“Kamu juga males Zac?”
“Zacky sudah khatam Alfiahnya mbah, jadi ndak bingung kayak kita, cuma dua kali
dalam seminggu saja murojja’a,” jawab Arif.
“Ini baru anak pintar!” ucap mbah dul sambil menepuk pundak Zacky.
“Otak orang itu berbeda-beda mbah Dul,” kilah Rosyad kesal.
Mbah Dul malah terkikih, semakin terlihat kerut wajahnya akibat termakan umur,
“Kalian percaya ndak kalau Kyai Syarif itu kakak saya?”
Semua yang disitu terbahak, kecuali Zacky, ia malah asyik menikmati jus melonnya.
“Makanya kalau muda itu yang serius belajarnya, jangan malas-malasan! Jangan
mengandalkan nama atau harta orang tua.”
“Mbah Dul ini habis kesambet jin ifrit dari mana sih?” Rosyad semakin sewot.
Tidak peduli dengan kalimat Rosyad, mbah Dul menarik nafas panjang, berusaha
membuka kembali memory nya yang sudah ia kubur dalam-dalam, “Dulu... saya merasa
benar-benar bangga ketika seseorang memanggil saya dengan sebutan gus Dullah, saat
itu saya sangat marah kalau ada yang memanggil saya tanpa embel-embel gus.”
Rosyad mulai tertarik, ia menekan putung rokoknya keasbak karena memang cuma
tinggal 1 cm saja.
“Saya ndak pernah mau belajar agama, buat apa? toh nanti juga saya akan menjadi
orang besar dipesantren ini, saya cuma menekuni pelajaran umum saja. Setelah lulus
SMU, saya merantau ke Jakarta, biasa... nafsu jiwa muda,” kenang mbah Dul dengan
mata merah menahan air matanya.
Mbah Dul mengeluarkan foto keluarganya dan memperlihatkan kepada ke 4 santri
didepannya, ada 3 anak laki-laki balita dan seorang wanita bule tanpa kerudung.
58
“Keberhasilan di Jakarta membuat seorang putra Kyai Ma’ruf lupa diri, saya lulusan
menegemen kampus besar di Jakarta, seperti pria normal yang lainnya, saya menikah,
dengan wanita non muslim dan punya anak, hebatnya langsung kembar 3!” ucapnya
sambil terkikih dalam sendu ceritanya.
“Mereka dimana sekarang mbah Dul?” tanya Akbar tidak sabar.
“Belum selesai ceritanya, sabar dulu... , saya bekerja disebuah perusahaan asing
besar di Jakarta gajinya sebulan, insyaalloh bisa membiayai mondok kalian berempat
selama 2 tahun, hidup serba mewah, ada uang sogok sana sini dari bawahan yang mau
cepat naik jabatan, hidup dikelilingi dengan uang serba subhat.”
“Lama kelamaan tercium atasan juga, saya dipecat dan jadi pengangguran, tapi uang
yang saya dapat ndak akan habis-habis, yang jadi masalah, cari kerja sana sini juga ndak
dapat-dapat. Sampai sore itu... sewaktu saya pulang kerumah sehabis membeli barang-
barang pokok dari supermarket...” mbah Dul sudah tidak dapat menahan air matanya,
namun ia cepat-cepat menyekanya.
“Maaf jadi terbawa suasana,” tuturnya, “Sampai mana tadi?”
“Pulang kerumah mbah,” jawab Arif cepat.
Mbah Dul mengangguk-angguk, “Semuanya hangus terbakar, istri, anak-anak,
rumah, ijazah. Semuanya...”
Mereka semua yang berada disitu menggigit bibir, ikut merasakan kengerian yang
terjadi kala itu.
“Jadi sebatang kara dan ndak punya apa-apa, bahkan ijazah SD pun sudah ndak ada,
semua hangus terbakar, akhirnya saya putuskan kembali kepesantren ini, mas Syarif dan
bapak menerima saya dengan tangan terbuka.”
“Kok mbah Duk ndak jadi ustad?”
59
“Bagaimana mau jadi ustad? Ijazah ndak punya, baca Al-Quran juga ndak bisa. Saya
ndak bisa apa-apa, ini bukan dunia saya. Depresi, frustasi atau apapun itu!”
Zacky dan teman-temannya mengangguk mengerti.
“Bapak memberikan sawah yang luas itu sekalian warung kecil ini sebagai rumah
kecil yang damai.”
Semua mengerti, pada dasarnya inti cerita mbah Dul adalah serius belajar yang
sekarang ada didepan mata, bukan malas-malasan dengan kabur-kaburan ke warung
kecil damainya.
***
Ahmad Zackyul Fuad.... Ahmad Zackyul Fuad dari Gresik... disambang...
Cepat-cepat Zacky melangkahkan kakinya, karena ini mungkin untuk terakhir
kalinya ia disambang.
Faid sudah menunggu diruang penyambangan siang itu setelah sholat Dhuhur.
Setelah mencium tangan kakaknya ia segera duduk disebelah Faid.
“Bagaimana dik, sehat?”
Zacky hanya mengangguk, “Keluaga di Gresik juga bagaimana mas?”
Seketika wajah Faid diliputi awan hitam, “Hampir seminggu abah dirawat dirumah
sakit, tadi pagi baru boleh pulang.”
“Abah sakit apa mas?” mata Zacky merah, orang tua satu-satunya saat ini sedang
sakit.
Faid menarik nafas panjang, “Hipertensi abah naik lagi. Para santri semester akhir
ketahuan membawa leptop dan handphone, kalau ndak salah sekitar 5 santri yang positif
membawa itu semua. Mereka dikeluarkan.”
60
Zacky melotot, “Dikeluarkan? Bukannya sebentar lagi mau wisuda? Kan semester
akhir mas,” Zacky semakin bingung.
“Itu dia dik masalahnya, orang tua santri banyak yang ndak terima dan sowan ke
abah, ada satu dua yang masih bisa diterima, yang lainnnya...”
“Kenapa mereka semua membawa barang-barang terlarang itu mas?”
“Skripsi. Kebanyakan dari mereka mengatakan sulit menghubungi dosen
pembimbingnya tanpa konfirmasi dulu, sedang kan leptop... rental komputer yang
disediakan ndak mencukupi...”
“Kalau tau rental pondok ndak mencukupi, kenapa mereka harus dikeluarkan mas,
ini ndak adil bagi mereka semua. Masa depan mereka...”
“Yang kita bahas ini abah dik..., kita bisa apa?”
Zacky diam, ia terlihat berpikir keras, ia tidak bisa tinggal diam.
“Mas Faid terlalu lemah didepan abah, coba kalau mas Fikri...”
Faid menatap Zacky tajam, “Mas ndak mau durhaka sama abah, kalau bukan sama
abah, sama siapa kita mau nurut?”
“Kita hanya menegakkan keadilan!”
Faid menggeleng keras sebelum bunyi handphone mengagetkannya, “Mas terima
telepon dulu!”
Setelah sekitar 5 menit Faid bicara dengan seorang disebrang sana, ia kembali duduk
disebelah Zacky dengan wajah berbinar.
“Yang baru saja telepon mas ini ustad Hadi, katanya abah mencabut keputusannya
mengeluarkan lima santri tingkat akhir itu, abah masih memberi mereka kesempatan!”
“Alhamdulillah...”
61
“Oh ya dik, ini!” Faid menyerahkan foto pernikahan sebanyak 5 album foto besar
pada Zacky, “Foto pernikahan mbak Nisa dengan mas Chaidar!”
Zacky menerimanya, ada hampir 5 jepretan dikelima album memuat foto Rahmad.
“Zacky...!” seru Arif yang tiba-tiba masuk.
“Kok kamu disini?” tanya Zacky gugup.
“Tadi aku dengar kamu disambang,” tuturnya, yang kemudian mendekatkan bibirnya
ketelinga Zacky, “Pinjam handphone!”
Mengerti maksud Arif, Faid segera menyodorkan handphone nya.
Arif masih menatap lekat-lekat walkpaper yang ada dilayar handphone mewah yang
ia pegang, “Ini kan keluarga Kyai Hafidz, keluargaku punya kalendernya, aku ngefens
banget,” desisinya sambil melirik wajah Faid dan diam-diam menyamakannya, “Kalau
ini gus Faid, berarti ini gus Zac...”
Zacky segera membungkam mulut Arif, “Kalau kamu masih mau aku mondok disini,
rahasiakan jati diriku!”
62
KETIDAK ADILAN
Hari ini Zacky berniat kekota untuk mengambil uang di ATM, ia dan Arif sudah
bersiap izin kekantor keamanan.
Kantor keamanan hari Minggu begini rame, banyak santri yang ingin keluar membeli
keperluan sekolah, mengambil uang seperti Zacky atau malah cuma sekedar izin potong
rambut. Sekilas Zacky melihat Akbar dalam kerumunan teman-temannya, tapi
pikirannya segera teralih ketika melihat Malik bersiap mengambil sabun mandi dan
keluar kantor.
“Kang saya mau izin keluar!” sergahnya sesegera mungkin.
Malik mendengus kesal, acara mandinya harus tertunda lagi, sulit sekali mencari
celah mandi dihari Minggu “Mau kemana?”
“Kekota, ambil uang di ATM, potong rambut, beli buku sekalian,” ungkap Zacky
sekalian semuanya.
Malik masuk kembali dan mengambil kartu jalan dan segera menyerahkannya pada
Zacky, “Kembali sebelum jam 4 dan ingat! Pakai baju koko putih, sarung putih dan
songkok hitam.”
Zacky hanya tersenyum.
***
Arif terus-terusan ngomel tidak karuan ketika Zacky mengajaknya naik becak.
“Malu Zac, masak anak muda naik becak, lebih baik kan naik angkot saja, lebih
murah.”
“Kan enak Rif, lebih efisien, ndak ada polusinya, segar. Lagi pula Rif, nanti kita
mau kebank dulu, jadi kan enak, ndak perlu nunggu angkot lagi,” jawab Zacky.
63
“Iya Zac, tapi malu nya lo... ah mana ada anak muda yang naik becak,” Arif semakin
kesal.
“Sehat Rif, lagi pula sekali-kali jadi eksekutif muda kan ndak papa Rif. Ditungguin
sama supir!”
“Kalau ditungguin sama supir pribadi sih keren Rif, nah ini ditungguin tukang
becak,” Arif semakin sewot.
Zacky hanya terkikik melihat tingkah konyol sahabatnya.
Seperti yang direncanakan, tukang becak itu dibooking untuk mengantar kemana pun
mereka pergi hari ini.
Saat mereka di ATM, tukang becak itu disuruh menunggu ditepi jalan. Arif
menjulurkan lehernya ketika nominal jumlah uang Zacky keluar. Ia hanya menelan
ludah saat melihat jumlah 7 juta dilayar ATM.
“Memangnya Kyai Hafidz mengirimkan uang berapa setiap bulan?”
“Ndak tahu. Aku ndak pernah ngitung,” jawab Zacky asal sambil mengangkat bahu.
Setelah mengambil uang lebih dari cukup, Zacky segera menuju jalan niaga untuk
membeli buku-buku dan comic conan kesukaannya.
“Ajo Zac...!” Arif mulai kesal, “Ini sudah hampir jam 4!”
Zacky melirik jam tangannya, “Iya, ndak terasa. Belanjaan juga sudah banyak,”
tuturnya sambil melirik belanjaan yang ada diatas becak.
Mereka berdua kembali naik becak sebelum setelahnya dijalan raya Majapahit,
Zacky melihat sesosok gadis manis yang ia kenal berjalan ditepi jalan yang berbalut
baju putih dengan seorang santri putri yang menemaninya.
“Ning Syifa!” sapa Zacky ketika sudah tepat didepannya.
“Mas Zacky?” Syifa tersenyum.
64
Sudah hampir satu tahun lebih mereka tidak ketemu semenjak lomba pertama Zacky,
hanya surat-surat yang melayang lah yang menghantarka rasa rindu mereka. Syifa
semakin dewasa dan manis.
Senyum yang penuh akan hipnotis cinta. Zacky terhanyut.
“Dari mana?” pertanyaan klasik yang langsung saja menyambar dari mulut Zacky.
“Tadi beli buku.”
Zacky mengangguk-angguk mengerti, “Sudah makan?”
Syifa tertunduk.
“Kita makan dulu, kasihan teman disebelah kamu,” Zacky merasa keki memanggil
Syifa dengan sebutan kamu.
“Ini sudah jam empat!” Arif berbisik ditelinga Zacky.
“Ini perjuangan hidup mati Rif...”
Tidak ada yang terlontar lagi dari mulut mereka berempat, Zacky mengkomando
mereka makan disebuah warung lesehan sekitar situ.
“Mbak Zahrina ini juga kelas XI sama dengan mas Zacky,” ujar Syifa
memperkenalkan teman disebelahnya.
Zacky menghentikan suapan kemulutnya. Cantik.
“Maaf, saya ndak kenal!” tutur Zacky setelah meliriknya sekilas.
“Siapa yang ndak kenal Ahmad Zackyul Fuad. Ketua osis baru!” cetus Zahrina
sebelum menyuapkan nasi berikutnnya.
“Setelah ini kamu sekolah dimana?” Zacky tidak mau pikir panjang terhadap teman
disebelah Syifa, bukan dia tujuannya.
“Insyaalloh disini saja mas!”
Percakapan demi percakapan terjadi, tidak terasa hampir Magrib.
65
Zacky sengaja menyuruh becak yang tadi ia tumpangi mengantar Syifa dan temannya
kepesantren dulu setelah ia membayar biaya perjalanannya selama sehari penuh.
Jadi mereka berdua harus berjalan sampai menemukan becak berikutnya.
Ketika mereka berdua tiba dipesantren, santri lain sedang menjalankan sholat
Magrib, tentunya Zacky ataupun Arif tidak mau ambil resiko ditangan Malik, mereka
lewat belakang. Lewat warung mbah Dul sambil menitipkan seluruh belanjaannya dan
diambil nanti malam.
Sekali lagi, hari ini ada keajaiban tidak terkira, ia melihat Nisa sedang duduk didepan
warung mbah Dul.
“Mbak Nisa?” tanya Zacky tidak percaya dan segera mencium telapak tangan
mbaknya dengan rasa haru.
“Apa kabar dik?”
“Baik mbak. Mbak kesini sama siapa?”
Nisa menarik nafas panjang, “Mas Chaidar. Rahmad minta boyong.”
“Boyong?”
“Iya, tadi saja sebenarnya mbak ndak boleh manggil kamu, makanya boyongnya
lewat pintu belakang, eh malah jodohnya ketemu kamu disini,” ujar Nisa bahagia.
Hampir 6 tahun Zacky tidak bertemu kakak ke-2 nya itu, ia benar-benar bahagia
dengan keyakinan kuat kalau ini bukan mimpi.
“Salam dari abah, katanya kamu mau menjadi dokter jiwa atau dokter fisik?”
Zacky terdiam, ia begitu mengerti maksud abahnya yang sama sekali tidak
menginginkan dirinya menjadi dokter.
“Dik Zacky!” suara berat itu benar-benar mengagetkannya.
“Mas Chaidar?”
66
“Bukannya saya sudah bilang jangan memanggil Zacky, mbak ini adalah suami om
saya, jadi harus ta’dim, mana sam’an wa tho’atan nya?” cerocos Rahmad kesal.
Chaidar menatap Rahmad tajam, “Diam kamu! Ndak sopan.”
“Bukan mbak Nisa yang panggil, kebetulan saja aku disini. Kenapa boyong segala
Mad? Ndak kuat sama pelajarannya?” ejek Zacky.
“Jangan sembarangan kamu. Aku cuma mau mencari pondok yang berkompeten
saja. Hafalan Quran atau Hadits.”
Zacky tersenyum kecut.
“Alfiah saja kamu belum hafal!”
“Diam kamu. Sendaknya aku bisa keluar dengan cara terhormat, ndak kayak teman
baik kamu!”
Zacky mengeryitkan dahinya. Bingung.
Tiba-tiba Arif yang semenjak datang langsung masuk kedalam warung mbah Dul,
keluar dengan muka suram.
“Akbar dikeluarkan Zac,” desisnya bahkan nyaris tidak terdengar.
Zacky merasa ada sesuatu yang menghantam dadanya. Seseorang yang ada didalam
pasti mengatakan sesuatu. Zacky bergegas masuk kedalam.
Seperti biasa, Rosyad sedang memainkan asap rokok dari hidung dan mulutnya.
“Akbar...” Zacky tidak dapat meneruskan kalimatnya.
“Dikeluarkan. Akbar dkeluarkan karena belum sempat membuang surat-surat
cintanya. Penjaga pintu neraka itu menggundulinya.”
Malik. Zacky langsung bisa menangkap ucapan Rosyad.
Sederet kalimat Rosyat membuat perut Zacky mulas. Mereka masuk bersama, tapi
kenapa begitu sulit mempertahankan keluar dari pondok ini juga bersama.
67
Rosyat melempar amplop tertutup rapat kedepan, “Surat mandat. Kamu terpilih jadi
keamanan priode ini sebagai anggota dan tahun depan sebagai ketua!” ucap Rosyad
santai, seperti biasanya, santri kelas XI akan ada satu santri yang dijadikan pengurus
yang tahun depan waktu generasinya semua harus jadi pengurus maka santri terpilih tadi
yang memimpin.
Jujur. Ini tidak adil, hati Zacky berontak, akbar sudah tidak pernah lagi perhubungan
dengan tunangannya, itu murni masa lalunya yang belum sempat ia buang. Sedangkan
dirinya baru 30 menit yang lalu makan dengan seorang gadis impian.
Zacky memungut amplop itu dengan kebencian dan segera berlari keluar tanpa
peduli lagi pada mbaknya yang ada didepan warung. Zacky berlari sekuat tenaga
menuju depan kantor keamanan.
“Kenapa Akbar dikeluarkan?” teriaknya tidak terima.
Seketika seisi ruangan itu keluar. Malik ada dibarisan yang paling depan.
“Dia sudah ndak pernah lagi berhubungan dengan tunangannya!” teriak Zacky
semakin kalap.
“Bukti menunjukkan dia pacaran!” tandas Malik.
“Tapi dia mau berubah dan punya potensi untuk berubah, dia kesini untuk menuntut
ilmu, kenapa harus dikeluarkan?”
“Sekarang kamu juga anggota keamanan, bagian dari kami, kenapa kamu membela
santri yang jelas-jelas salah.”
Zacky menggeleng keras, “Saya ndak mau. Bermimpi pun saya ndak mau jadi
anggota kalian!” bentak Zacky segera berlalu.
Tidak ada gunanya berdebat dengan pria berhati batu seperti Malik.
68
PERPISAHAN
Tidak terasa, semua terasa cepat. Ternyata sudah hampir 3 tahun Zacky dan teman-
temannya menjalani suka duka dipondok. Yang paling menyenangkan hati Zacky, Syifa
benar-benar satu sekolah dengannya tahun terakhir ini.
Kabar terakhir dari Akbar, dia mondok di Tahfidul Quran, Jakarta. Alhamdulillah.
Sehari setelah UAN, Zacky segera mengumpulkan mantan anggota osis angkatannya
untuk membicarakan acara perpisahan sekolah.
“Terus terang ini cukup mendadak,” ungap Zacky ditengah rapat, “Bahkan kita
belum mengajukan proposal kekepala sekolah dan ketua yayasan!”
“Sebelumnya sekertaris yang akan menjadi patner kita karena ketua sekertaris kita
boyong dan saya masih kurang mengenal wakil sekertarisnya, sekertaris... sekertaris...”
seru Zacky.
Semua saling berlirikan dan kemudian seorang gadis cantik mengangkat tangan
sambil menunduk.
“Nanti kamu ambil perincian dananya yang ada disaya. Ok! Sekian rapat kita...”
Setelah mengakhiri rapat, Zacky berjalan keluar beriringan dengan Arif.
“Itu tadi Zahrina ya?”
Zacky melirik Arif sebentar, “Siapa?”
“Sekertaris tadi. Zahrina, temannya ning Syifa!”
Zacky mengeryitkan kening, semakin bingung karena merasa asing dengan nama itu.
“Kamu kenal?”
“Dulu kan pernah makan sama aku, kamu, ning Syifa sama dia. Ndak nyangka dia
anggota osis, habis... ndak eksis.”
69
Zacky mulai mengingatnya, dulu dia sama sekali kurang respek. Seluruh fokusnya
saat itu hanya kepada Syifa.
“Maaf, bisa bicara sebentar!”
Zacky menoleh sebentar, gadis yang mereka bicarakan tiba-tiba ada dibelakang
mereka, “Cepat sedikit!” ucap Zacky ketus.
“Apa proposal itu harus diketik computer, apa ndak boleh menggunakan mesin tik
saja?”
Zacky tertawa, “Kamu pikir ini teks proklamasi?”
“Bukan, bukan begitu. Tapi saya ndak bisa computer!”
Zacky dan Arif terdiam, menahan tawa.
“Nanti saya ajari!” ujar Zacky lebih lembut dari pada sebelumnya.
***
Semua panitia perpisahan sibuk dengan tugas masing-masing, sore ini Zacky sedang
ada diruang osis untuk mengajari Zahrina computer.
“Apa kamu ndak tahu orang yang ndak bisa computer zaman sekarang ini disebut
buta huruf?”
Zahrina hanya tertunduk, malu.
“Maaf!”
Zacky hanya tersenyum, gadis yang sama sekali tidak pernah sekalipun terlirik
olehnya sebenarnya sangat cantik.
“Sudah sore, saya harus kembali kepesantren!” Zacky segera beranjak.
Zahrina hanya bisa menatap punggung datar Zacky.
***
70
Desas-desus kedekatan Zacky dengan Zahrina sudah sampai dipengujung sekolah,
seperti hari ini.
“Cinta bersemi diakhir tahun ya? Zacky sama Zahrina makin lengket saja,” seorang
teman perempuan seangkatan Zacky membicarakannya.
Syifa segera memasang telinga baik-baik, berusaha memperjelas apa yang ia dengar
sekilas.
“Iya, kabarnya Zacky akan melamarnya nanti loh... setelah wisuda perpisahannya,”
seseorang menimpali.
Dada Syifa semakin sakit, mungkin kah Zacky tega berselingkuh dibelakangnya.
***
Malam setelah perpisahan, Zacky sengaja mengajak Syifa menjauh dari kerumunan,
ada yang ingin dia utarakan.
“Rasanya 3 tahun cepat sekali!” ujar Zacky mengawali pembicaraan.
Syifa tidak menjawab, ia hanya menunduk.
“Bingung, mau kuliah dimana,” Zacky masih berusaha memancing percakapan
diantara mereka.
“Mas Zacky... suka sama mbak Zahrina?” tanya Syifa masih tertunduk.
Zacky menatapnya tajam, “Kamu cemburu?”
Wajah Syifa bersemu merah dan semakin dalam tertunduk.
“Aku ndak ada apa-apa sama Zahrina, dia ndak bisa computer dan aku...”
“Mereka bilang mas akan meminang mbak Zahrina...”
Tiba-tiba Zacky mengecup pipi Syifa.
Syifa mendongkakkan kepalanya kaget, pipinya lebih merah dari yang sebelumnya,
seakan darahnya tidak bisa mengalir lagi.
71
Mereka berdua masih sama-sama terdiam sebelum menyadari gus Hasan telah
mematung disana dengan mata nanar.
Syifa atau pun Zacky merasa ada kata bersalah yang begitu besar bersarang
dihatinya. Zacky berlari menjauh, menjauhi tempat itu sejauh mungkin.
***
Sejak kejadiam malam itu Syifa menjadi lebih pendiam dan Zacky pergi entah
kemana dikala teman-temannya menunggu Ijazah dibagikan.
Pagi ini seperti pagi-pagi sebelumnya, Syifa menyiapkan teh manis Hasan. Tapi
entah kenapa teh manis itu sama sekali tidak disentuhnya, sampai dingin.
Kyai Syarif mendekati putra sulungnya, “Ada apa? jangan mendiamkan Syifa seperti
itu, nanti kamu menyesal le...!”
Hasan hanya terdiam, tidak menjawab apa pun sambil membolak-balik kitab tebal
yang dari ia tekuni.
“Ingat! ini lebih baik dari apa kisah Yusuf dulu,” Kyai Syarif mengingatkan.
Mata Hasan menerawang keatas, ingatan-ingatan masa lalunya memenuhi kepalanya.
Kala itu Syifa baru kelas 4 SD, sedangkan Yusuf, yang saat itu sudah kelas 3 SMP
begitu bergila-gila padanya tanpa peduli statusnya sebagai saudaranya. Bahkan
dengan berani Yusuf maju kedepan Hasan untuk mengkhitbah Syifa.
“Kamu sudah gila Suf! Kamu taruh dimana pikiranmu? Syifa ini keponakan
kandungmu sendiri, dia anakku!” Hasan kehabisan kesabaran.
“Aku mencintainya mas, tolong lah mengerti mas!”
“Keterlaluan kamu Suf, dimana rasio kamu?”
Syifa hanya ketakutan sambil mengintip dibelakang tembok.
“Aku tulus mas..., ndak main-main!”
72
Hasan menarik nafas panjang, berusaha mengisi lobus-lobus paru-paruya, “Mulai
sekarang biar mas dan Syifa keluar dari pesantren ini!” putus Hasan kemudian.
Kyai Syarif yang mendengar itu menggeleng keras, “Ndak, bukan kamu yang akan
keluar. Carilah ilmu sebanyak mungkin sehingga kamu bisa lupa dengan kegilaan kamu
ini le, keluarlah dari pulau Jawa!”
Yusuf terdiam,bahkan abahnya pun mengusirnya dan membela kakaknya.
73
PENCARIAN
Cuaca hari ini agak mendung ketika seorang muballig muda masuk pesantren dengan
membawa rangsel besar melewati pesantren putri, semua santri wati sedang berbisik-
bisik karena dengan santainya pria itu berjalan tanpa peduli kalau beratus-ratus bola
mata memandang kearahnya.
Tanpa banyak kata juga, pria itu membuka pintu ndalem dan masuk dengan
berlenggang, seakan masih terpana, mata santri wati masih mengekor adegan
menakjubkan itu belum mau berkedip, mereka semua seakan terhipnotis dengan pria
yang fisiknya nyaris sempurna itu.
Yusuf. Dia telah kembali.
“Abah...!” dia segera mencium telapak tangan Kyai Syarif.
“Salam dulu to le kalau masuk!” tegur Kyai sepuh ini.
Yusuf hanya cengar-cengir memperlihatkan lesung pipitnya yang semakin
memperlihatkan kuasa Tuhan yang begitu menakjubkan pada mahluknya.
“Syifa sama mas Hasan sehat?”
Seketika air muka Kyai Syarif berubah, “Sudah hampir 2 minggu ini Syifa sakit!”
Seakan mendapat stimulasi hebat, Yusuf segera berlari kekamar Syifa.
Didalam kamar yang bernuansa ungu itu, Syifa terkulai lemas diatas ranjang,
badannya pucat dan terlihat kurus, bahkan ada lingkar hitam pada matanya.
Yusuf yang sudah hampir 2 tahun menjalani kuliah Keperawatan itu berusaha
meraba nadi Syifa, kecil dan lemah, bahkan kuku-kukunya pun kebiruan menandakan
sirkulasi darah didalam tubuhnya sudah tidak lancar.
“Syifa…!”
“Huek…!” Syifa muntah darah secara tiba-tiba.
74
Hasan yang segera datang langsung mengambilkan obat dan mendekap putrinya.
Selember foto tiba-tiba jatuh dari ranjang Syifa. Yusuf memungutnya.
***
Setelah bertanya pada khodam ndalem, Yusuf segera menyuruh khodam itu
memanggil Arif, karena dari penjelasan khodam itu, pria di foto itu yang sebenarnya
adalah Zacky sudah hamper 3 minggu menghilang.
“Gus Yusuf memanggil saya?”
“Kalau saya ndak memanggil kamu, bagaimana mungkin kamu disini?” tanya Yusuf
dengan nada ketus.
Arif tertunduk.
“Kamu kenal dengan santri yang bernama Zackyul Fuad?”
“Inyaalloh tahu gus.”
Yusuf tersenyum sinis, “Ya ini penyakit seorang santri yang malas belajar seperti
kamu, mengutamakan semua jawaban Insyaalloh, sama sekali ndak punya keyakinan.
Saya butuh jawaban kenal apa ndak?”
Arif mengangguk ragu-ragu.
“Tahu rumahnya?”
“Tahu,” Arif menjawabnya mantab.
“Kalau begitu, cari dia sampai ketemu dan jangan kembali sebelum kamu membawa
dia!”
***
Setelah mendapat perintah dari Yusuf, Arif segera mengajak Rosyad keluar mencari
Zacky dengan iming-iming rokok 5 biji.
75
Mereka berdua menaiki bis jurusan Surabaya supaya bisa sampai Gresik dan turun di
By Pass Krian.
Putus ambil putus, akhirnya mereka berdua memutuskan naik ojek, karena sama
sekali tidak tahu menahu tentang daerah itu.
“Pondok Thoriqul Jannah berapa bang?” Rosyad mengawali menawar.
Tukang ojek itu mengangkat kelima jarinya.
“5000,-?” tanya Arif.
Tukang ojek itu melotot, “50.000,-!”
“Mahal banget sih bang, setengahnya aja deh, 25.000,-. Anak pondok nih bang, ndak
punya uang!” Rosyad sewot.
Tukang ojek itu berpikir sejenak, “Empat puluh lima, mau?”
“Pelit banget sih, ngurangi cuma lima ribu,” Rosyad tambah sewot.
“Ya udah deal, 35.000,-? Ini jauh!” tukang becak itu meyakinkan.
“Bisa beli rokok 7 cepet bang!”
“Anak sama istri juga butuh makan dek,” tukang ojek masih berusaha
mempertahankan pendapatnya yang terakhir.
“Udah kasih aja Syad, kasihan!”
Rosyad masih berpikir keras, “Dua puluh lima ribu, tapi saya yang bonceng,” Rosyad
masih tidak mau kalah.
“Buat beli bensin aja ndak cukup,” tukang ojek mulai sewot.
“Yaudah bang 35.000,-” ucap Arif kesal.
***
Mereka berdua diturunkan didepan pondok Thoriqul Jannah.
76
“Kok kita malah kepondok Rif, aku pikir rumah Zacky sekitar sini. Kok malah kamu
masuk pondok Rif?” tanya Rosyad yang semakin bingung.
“Bingung?” tanya arif dengan nada mengejek.
Rosyad segera menjitak kepalanya.
Mereka berdua berdiri didepan ndalem Kyai Hafidz setelah diantar oleh seorang
santri.
“Kalau mau sungkem nanti aja setelah Zacky ketemu!”
Setelah seorang khodam ndalem menyuruh mereka berdua masuk dan duduk,
khodam itu kembali masuk dan memanggil Faid.
“Assalamualaikum, gus!” sapa Arif setelah melihat Faid keluar.
“Waalaikum salam, siapa ya? Ada urusan dengan abah atau…”
Arif menarik nafas panjang, “Kedatangan kami kemari ingin mencari gus Zacky.”
Mata Rosyad membulat, “Gus?” desisnya tidak mengerti.
“Dik Zacky? Wah… kalau masalah ini saya kurang tahu, dia sama sekali ndak
pulang, apa kalian dari pihak pesantren?”
Arif mengangguk mantap.
“Zacky sama sekali ndak pulang kesini, kalau memang dia ndak ada dipesantren dan
ndak ada disini, mengkin dia ada dipondok Roudlotul Jannah, Lamongan!”
“Tapi… kita sama sekali ndak tahu.”
Faid mengangguk mengerti kemudian masuk kedalam dan keluar membawa amplop
kecil, “Alamatnya sudah saya tulis didalam amplop ini. Pemimpin pesantren itu adalah
kakak kami, jadi kalian ndak usah takut. Namanya Ahmad Adam Rahmatulloh.”
Setelah mendapat kepastian Zacky tidak ada disitu, mereka berdua segera pamit
mencari Zacky ketempat selanjutnya.
77
“Ini pesantren bapaknya Zacky?” tanya Rosyad tidak percaya.
“Eh, Zacky kalau manggil bukan bapak. Abah!” jelas Arif yang sedang sibuk
membuka amplop putih ditangannya.
“Allohu Akbar!” seru Arif tiba-tiba.
“Ada apa Rif?”
Mereka berdua kaget bukan main, karena didalam amplop itu selain ada alamat
pesantren, juga ada uang RP. 500.000,-
“Setengah juta Rif? Eh, ada suratnya Rif, buat transport, dek.”
Mereka berdua hanya tersenyum, tidak mengira akan mendapatkan rizki nomplok
seperti ini.
Setelah sholat Duhur mereka baru melanjutkan perjalanan ke Lamongan dengan naik
bis warna putih juga.
Bahkan yang lebih parahnya kali ini, tidak ada kendaraan yang bisa masuk pondok
Kyai Adam, bukan hanya pelosoknya yang dipermasalahkan, tapi juga harus melewati
sawah dan sungai besar, jadi harus naik perahu.
Pesantren itu tidak besar, Cuma beberapa rumah panggung yang terbuat dari bambu,
untuk belajar mengajarnya, lebih terkesan asri. Sedangkan untuk kamar-kamarnya
sendiri, ada diruang dalam, juga terbuat dari bambu tapi terkesan lebih rapat saja.
Setelah dipersilahkan masuk, mereka berdua segera mengekor dibelakang pemilik
rumah yang tanpak ramah dan berkarismatik.
“Kami kesini mau mencari gus Zacky, Kyai?”
“Dik Zacky? Kemarin memang kesini, hampir 3 minggu ini, tapi 2 hari terakhir ini
dia ndak kembali, ” tutur Adam dengan lembut.
Lagi-lagi mereka berdua harus menelan kekecewaan.
78
“Kira-kira dimana ya Kyai?” tanya Rosyad tiba-tiba.
“Kalian sudah cari dirumah?”
“Pesantren Thoriqul Jannah, Kyai?” tanya Arif.
Adam hanya mengangguk kecil.
“Sudah!” sahut Rosyad cepat.
“Sudah kalian cari dirumah pak de Munif?”
Arif ataupun Rosyad saling berpandangan tidak mengerti dan kemudian menggeleng
tidak mengerti.
Tiba-tiba seorang orang laki-laki dan perempuan berpakaian seragam putih abu-abu
masuk dan mencium telapak tangan Adam.
“Nanti biar Sholeh yang mengantar kalian kerumah pak de Munif!”
Rasanya ucapan Adam sudah tidak dapat lagi dicerna oleh Arif, matanya sudah mulai
menatap satu titik harapan hidupnya, saudara kembar Sholeh. Sholiha.
“Apa…putri Kyai juga ikut?” tanya Arif tiba-tiba.
Rosyad langsung menyikutnya.
“Sholiha maksud kamu?” tanya Adam tiba-tiba.
Arif tiba-tiba merasakan sulit untuk menelan liurnya sendiri akibat kelancangan
ucapannya.
“Maaf Kyai!”
“Kalian istirahat saja dulu, nanti sehabis sholat Ashar baru kalian berangkat!”
Benar yang dikatakan Adam, setelah Ashar tiba-tiba seorang pria setengah baya
mengeluarkan mobil dari dalam garasi kecil.
Tentu saja mereka berdua harus tercengang melihat kemilap mobil bagus didepan
mereka.
79
“Bukannya jalannya ndak bisa dilewati kendaraan gus?” tanya Rosyad heran.
Sholeh hanya tersenyum kecil, “Ya kita ndak lewat sana, kan ada jalan raya!”
tuturnya santai.
Mereka berdua hanya mengangguk-angguk mengerti walau dongkal karena tadi
harus lewat sawah yang becek.
“Sholihah itu adik gus Sholeh ya?” tanya Arif sewaktu dimobil.
“Iya, adik kembar saya,” jawab Sholeh mengerti, “Nah, itu rumah mbah de Munif!”
serunya menunjuk rumah tua yang letaknya hanya sekitar 1 KM dari Makam Sunan
Giri.
Mereka bertiga segera turun dari mobil dan masuk kedalam rumah tua itu.
Didalam ada seorang tua kira-kira 70 tahun mengajar anak-anak kecil mengaji.
“Assalamuailaikum mbah de!” Sholeh segera mencium tangan Munif dan segera
diikuti Arif dan Rosyad.
“’Siapa to le?” tanya Munif dengan nada bergetar, yang sudah tidak mampu
mengenali Sholeh lagi akibat termakan umur.
“Saya Sholeh mbah, cucunya Kyai Hafidz, adik mbah de!” jelas Sholeh,
“Kedatangan kami kemari ingin mencari man Zacky mbah.”
“Zacky?” Munif mengangguk-angguk mengerti, kemudian mengambil tongkat
kayunya untuk berdiri dan berjalan keluar, “Dua hari yang lalu dia kesini, tapi setelah
itu tidak pernah kembali, katanya ingin menyesali dosanya dan mendekatkan diri pada
Alloh. Coba kalian cari di makam Sunan Giri, mungkin dia disana,” ujar Munif.
Mereka bertiga mengangguk mengerti dan segera pamit.
80
Setelah Sholat magrib disekitar situ, mereka langsung melakukan pencarian
selanjutnya, tapi nihil, sampai menjelang jam 21.00 Wib pun mereka tetap tidak
menemukan sosok yang mereka cari.
Akirnya mereka bertiga memutuskan makan malam dulu disebuah warung kecil yang
letaknya tidak jauh dari makam Sunan Giri.
“Arif…!”
Arif segera menoleh cepat, ia begitu mengenal suara itu. Zacky.
“Alhamdulillah ya Alloh, kamu kemana saja Zac? Kita sudah seharian penuh
mencari kamu,” jelas Arif disela harunya.
“Mencariku? Kenapa?”
Arif menarik nafas panjang, “Gus Yusuf yang menyuruh, mungkin karena Syifa
sakit.”
Zacky melotot tidak percaya, “Sakit? Sejak kapan? Sakit apa? Terus keadaannya
gimana? Udah periksa?” Zacky panik.
“Ya ndak tau lah Zac, itu urusan orang ndalem, tapi yang kita tahu dari para khodam,
parah Zac,” tambah Rosyad.
Seketika wajah Zacky pucat, “Ayo, kita harus kembali!”
“Ini sudah malam Zac, lagi pula gerbang pondok juga pasti sudah ditutup, lebih baik
besok pagi saja kita berangkat!”
Zacky menggeleng berat, “Ayolah, nanti biar aku yang nyetir mobilnya!”
Rosyad tiba-tiba menekan ujung rokoknya yang masih lumayan panjang pada asbak,
“Kamu ndak ngerti juga ya? Kita itu capek, seharian penuh muter-muter nyari kamu,
kalau mau kembali, kembali saja sendiri!” ujarnya mulai bernada tinggi.
Zacky menarik nafas panjang, ia mengerti, tidak bisa memaksa lagi.
81
SELAMAT TINGGAL
Pagi-pagi benar, mereka berempat kembali kepesantren, diatar Sholeh.
Tadi malam mereka memutuskan tidur dimasjid, sedetikpun Zacky tidak bisa
memejamkan mata, bayangan Syifa terus saja membayanginya, rasa bersalah atau entah
apapun itu, yang pasti perasaan Zacky kacau balau.
Bendera kuning dipasang disetiap sisi gerbang pesantren dan pesantren putra kosong,
hanya ada santri putri yang membersihkan bekakas yang biasanya digunakan mengurus
jenazah. Mereka bertiga kelabakan.
“Siapa yang meninggal? Jangan-jangan romo Kyai,” Arif menebak-nebak.
“Hus, jangan sembarangan!” Rosyad sewot.
Perasaan Zacky mulai berkecambuk tidak karuan, ia segera menuju kerumunan para
santriwati yang sedang bebenah sambil masih menitikan air mata.
“Maaf, siapa yang meninggal ya?” tanya Zacky.
Seorang santri menatap Zacky kemudian menunduk dan berlalu.
“Zahrina…!” Zacky beralih kesantriwati yang matanya sembab ini, “Siapa yang
meninggal?” Zacky masih mengejar pertanyaan yang sama.
Zahrina tertunduk dan kemudian terisak, “Ning… ning Syifa…!”
Tiba-tiba Zacky merasakan semua saraf ditubuhnya mati, bahkan sistem
pernafasannya pun tidak berfungsi, dunia terasa mengecil sampai sulit baginya untuk
bernafas.
Zacky terjatuh, tersujud. Bibirnya bergetar tidak karuan mengikuti getaran
jantungnya yang semakin cepat, kelenjar adrenal dari dalam tubuhnya juga seakan
terkuras keluar sampai memacu stressor yang hebat. Zacky jatuh, bahkan nyaris
pingsan.
82
Sholeh sigap, ia segera menolong pamannya, “Man… maman Zacky ndak papa
kan?”
Suara Zacky tercekat, tidak mampu keluar, justru air matanya yang terus membanjiri
pipinya.
“Sebaiknya kita kemakam, mungkin masih belum dikubur!” ucap Arif tiba-tiba.
Zacky mencoba bangkit, disisa-sisa kesadarannya, ia bangkit. Terakhir kalinya,
untuk Syifa.
Mereka terlambat, Syifa sudah dimakamkan, namun Zacky tetap melangkah
walaupun dengan gontai.
Sedangkan Yusuf yang melihat kehadiran Zacky, segera menyongsongnya dan…
Brak
“Kurang ajar, santri ndak tahu diri, berani mencintai Syifa? Dan ndak tanggung
jawab, kamu kira kamu siapa? Anak raja?” semua bentakan dan hantaman dari Yusuf,
Zacky biarkan, ia membiarkan dengan gratis Yusuf memukulinya, bahkan mengijaknya
saat ia sudah benar-benar tidak berdaya.
Tidak ada yang berani melerai, bahkan Kyai Syarif pun hanya menatapnya saja
sebagai penonton, sedangkan Hasan, terus membelai nisan Syifa.
“Orang biasa seperti kamu ndak usah mendekati cucu Kyai seperti Syifa!” amarah
Yusuf semakin membara.
Brak
Tiba-tiba Sholeh menghantam pipi Yusuf, “Jangan sombong kamu! Kalau yang
kamu sombongkan itu pesantren kamu, itu ndak logis. Man Zacky yang punya
pesantren yang jauh lebih besar saja ndak sombong, kalau kamu mau tahu, pemimpin
83
pesantren Thoriqul Jannah, Kyai Hafidz adalah abah man Zacky!” bentak balik Sholeh
sambil menolong Zacky berdiri.
***
Sejak hari itu, semuanya berubah, semenjak bidadari pengobat hatinya pergi, seakan
juga membawa sebagian jiwanya, Zacky semakin hanyut, ia hanya mengurung diri
didalam kamarnya.
Bahkan makan dan minum pun sama sekali tidak ia jamah, Kyai Hafidz khawatir
dengan keadaan putra bungunya, hampir 3 hari ia tidak makan atau minum, bahkan
tidur pun tidak.
“Dik… ada tamu!” tutur Faid dari sebelahnya.
Zacky hanya menoleh, tidak berminat.
“Abahnya Syifa!” tambah Faid.
Zacky beranjak.
Hasan menunggu diruang tamu dengan senyum kecil, “Bagaimana keadaan kamu?”
Tidak ada jawaban dari bibir Zacky, ia hanya mencium telapak tangan gus nya.
“Kedatangan saya kesini ada dua misi, yang pertama, ingin minta maaf atas sikap
Yusuf sewaktu dimakam, yang kedua…” Hasan menyodorkan amplop bewarna pink
pada Zacky, “Ini wasiat terakhir Syifa untuk kamu!”
Zacky menerimanya sambil berkaca-kaca.
“Alloh sangat menyayangi Syifa, Dia menjemputnya disaat masa remaja. Harusnya
disini saya yang paling merasa kehilangan,” tutur Hasan lembut sambil berkaca-kaca.
“Maafkan saya gus…” desis Zacky.
“Syifa dan umminya adalah bidadari yang terindah dalam hidup saya, saya sangat
bersyukur pernah menjadi bagian dari mereka.”
84
Mata Zacky semakin merah, tangannya mulai bergetar membawa surat terakhir
Syifa, ia membukanya sedikit demi sedikit
Untuk:Mas Zackyul Fuad
Assalamualaikum. WR.WB
Bismillahirohmanirrohim.
Mas Zacky dimana? Kenapa mas Zacky pergi? Kenapa mas Zacky meninggalkan
Syifa sendiri? Kenapa mas Zacky membiarkan Syifa menghadapi ini semua sendiri?
Apakah Syifa boleh tanya seribu kenapa kepada mas Zacky?
Sekarang. Syifa sakit. bukankah kewajiban muslim kesesama saudara muslim,
menjenguk jika salah satu diantaranya sakit. Lalu kenapa mas Zacky ndak menjenguk
Syifa? Apa mas Zacky marah?
Ndak tahu kenapa kepala Syifa pusing dan yang paling buat Syifa kesal, Syifa sering
mimisan, jadi waktu sholat harus batal berulang kali, karena darah terus keluar.
Syifa ndak tahu, tapi Syifa merasa umur Syifa ndak akan panjang lagi, bukannya
mau mendahului takdir, tapi saat Syifa memegang bulpen ini, bukan hanya begitu berat,
tapi juga tangan Syifa bergetar ndak biasa. Itu yang Syifa rasakan, bahkan untuk
menghembus dan menarik nafas saja sulit sekali.
Keinginan terbesar Syifa, sebelum Syifa menghembuskan nafas terakhir, bolehkah
Syifa melihat wajah mas Zacky?
Mbak Zahrina Ilyana Salsabila Faradisa adalah santri yang baik, sangat baik,
tolong selamatkan dia dari bapaknya yang jahat, kalau boleh jadikan ini permintaan
terakhir Syifa.
Wassalam
Syifa Quryatul Qulub
85
Kepala Zacky semakin pusing, dan tiba-tiba ia merasa dunia menjadi gelap sampai
tidak dapat mendengar apa-apa. Zacky pingsan.
***
Saat pertama kali mambuka mata, Zacky berada disuatu tempat yang penuh ratusan
piala dan medali. Kamar Fikri.
“Kamu sudah sadar le?” tanya Kyai Hafidz khawatir.
Zacky hanya mengangguk kecil, bibirnya terasa kering dan tidak mampu bicara.
Seakan sadar akan yang dibutuhkan putra bungsunya, Kyai Hafidz segera
mengambilkan air putih disebelahnya dan meminumkannya pada Zacky.
“Sudah enakan le?”
“Sudah bah, terima kasih,” ucapnya parau.
Kyai Hafidz menarik nafas panjang, “Tadi saat tiba-tiba kamu pingsan, semua jadi
panik le, karena yang terdekat kamar almarhum mas mu, jadi kamu dimasukkan kesini!”
Zacky kembali menganguk kecil.
“Hidup ini ndak semuanya mulus seperti jalan beraspal le, kadang juga bergeronjal.
Kamu masih ingat sewaktu Kyai Ansory, mbak kakung mu meninggal? Semua orang
menuduh abah numpang kekuasaan, numpang hidup enak atau apalah itu karena abah
adalah penggantinya. Kamu ingat le?”
Mana mungkin Zacky lupa, dimana setiap hari ia harus menangis gara-gara
mendapat olok-olokan dari masyarakat, bahkan tak jarang dari para ustad sendiri, hanya
karena abahnya menjadi pemimpin dipondok Kyai Ansory, abah dari Umminya.
“Kamu tahu le, semua anak abah, abah sendiri yang memberi nama, kecuali mas mu,
Fikri, pada saat itu tepat ada seorang Habaib dari Mesir, sahabat Kyai Ansory, abah
meminta padanya memberikan nama pada calon bayi abah waktu itu, beliau mendoakan
86
banyak hal, terutama kecerdasan, dan yang abah sesali sampai saat ini, abah tidak minta
do’a panjang umur le!” Kyai Hafidz berkaca-kaca.
“Tapi abah sama sekali tidak melihatnya dalam bentuk kesalahan,” tutur Kyai Hafidz
disela senyumnya. “Karena penyesalan yang ndak ada habisnya hanya akan
membuahkan kesedihan mendalam.”
87
Epilog
Pagi-pagi sekali, Zacky sudah siap dengan tas ransel besar dipojok kamar.
“Mau kemana le?” tanya Kyai Hafidz, heran.
“Saya ingin jadi dokter rohaniah bah, saya ingin ke Mesir, sekarang yang saya punya
Cuma abah, kalau bukan sama abah, sama siapa lagi saya harus berbakti setelah Gusti
Alloh,” tutur Zacky lirih.
“Alhamdulillah!”
Zacky tersenyum kecil, “Tapi biarkan saya pergi dengan cara saya sendiri bah,”
ucapnya kemudian segera menyambar ranselnya dan mencium telapak tangan abahnya,
“Saya mohon do’a restunya saja bah!”
“Abah bisa membantu keberangkatan kamu!”
“Biarkan saya menempuh jalan hidup saya untuk menuju kedewasaan, sama seperti
dulu, disaat saya mondok tanpa membawa nama abah.”
Kyai Hafidz mengangguk bangga dengan perihal putra bungsunya.
88
Top Related