GEOSTRATEGI KEKAISARAN OTTOMAN
Ditulis untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah
Geopolitik dan Geostrategi
Dosen: Ni Komang Desy Arya Pinatih, SIP, MSi
Oleh:
135120400111057 Grace Stella Arisca
125120401111057 Billy prifix Hendiang
135120401111075 DesmaAuliaMizani
135120418113001 Afdah Istigfarin
Program Studi Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Universitas Brawijaya
Malang
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Geostrategi
Kekaisaran Ottoman”. Penulis berterima kasih kepada Ibu Ni Komang Desy Arya
Pinatih, SIP, MSi selaku dosen Mata Kuliah Geopolitik dan Geostrategi yang
telah memberikan tugas ini kepada penulis. Ucapan terima kasih juga tak lupa
diberikan kepada teman-teman anggota kelompok yang senantiasa membantu
dalam proses pengerjaan makalah ini sampai dengan presentasi kelompok.
Makalah ini berusaha untuk menjelaskan tentang geostrategi dalam
mempengaruhi kebijakan luar negeri sebuah negara. Selain itu juga melihat
tentang pengaruh batas negara dan bagimana negara bisa mengarahkan proyeksi
kekuatan dari negara tersebut. Makalah ini dibuat oleh penulis dengan harapan
dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai hal-hal
mendasar tentang geostrategi, bahkan dapat lebih mendalam.
Dalam makalah ini, penulis menyadari banyak kekurangan dan jauh dari apa
yang penulis harapkan karena pengalaman dan ilmu yang penulis miliki masih
sangat kurang. Oleh karena itu, penulis berharap ada kritik dan saran, demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.
Malang, 26 Oktober2015
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3. Tujuan........................................................................................................1
1.4. Manfaat......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1. Konsep Utama...........................................................................................3
2.2. Studi Kasus: Kekaisaran Ottoman...........................................................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................13
3.1. Simpulan..................................................................................................13
3.2. Saran........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam interaksi global, seringkali tiap negara mengeluarkan
kebijakan luar negeri yang cukup unik. Salah satunya adalah kebijakan
China dalam memberikan bantuan kepada negara-negara di Afrika,
khususnya Angola.1 Jika dianalisa lebih dalam, ada banyak faktor-faktor
yang mempengaruhi kebijakan tersebut. Salah satunya adalah arah power
projection China yang diarahkan ke Afrika. Tentu hal ini tidak terlepas dari
pertimbangan geografi di Afrika dan geostrategi yang dirumuskan oleh
China.
Geostrategi adalah arahan geografis dalam merumuskan kebijakan
luar negeri sebuah negara.2 Dalam merumuskan sebuah kebijakan luar
negeri, faktor keadan geografis akan sangat menentukan bagaimana
kebijakan itu dirumuskan karena dalam menentukan proyeksi kekutaan,
pertimbangan wilayah menjadi faktor utamanya. Kebijakan yang diarahkan
untuk daratan yang luas akan berbeda jauh dengan kebijakan yang diarahkan
ke lautan. Faktor fisik daratan dan lautan juga mempengaruhi seberapa besar
ancaman yang ditimbulkan (border pressure). Dalam makalah ini, penulis
akan membahas geostrategi yang dilakukan oleh Ottoman dalam mencari
sumber daya.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, penulis mengajukan rumusan masalah mengenai
bagaimana geostrategi yang dilakukan oleh Kekaisaran Ottoman?
1.3. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mendiskusikan bagaimana
geostrategi itu diaplikasikan dalam merumuskan kebijakan luar negeri sebuah
negara dan bagaimana border sebuah negara menjadi sebuah beban tertentu
serta bagaiman power projection sebuah negara bisa diarahkan.
1Sean J. Li, Why China is On the March in Africa, (online)2Jakub Grygiel, Great Powers and Geopolitical Change. 2006, hal. 22
1
1.4. Manfaat
Untuk pembaca, penulis berharap makalah ini dapat menjadi media untuk
menambah wawasan pembaca terkait geostrategi, kebijakan luar negeri, dan
memperdalam dengan memperlihatkan kasus terkait. Untuk penulis, makalah
ini merupakan kesempatan penulis untuk mempelajari lebih banyak lagi
mengenai geopolitik dan geostrategi serta sebagai peluang untuk
meningkatkan skill dalam penulisan karya ilmiah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1.5. Konsep Utama
a. Geopolitik dan Kebijakan Luar Negeri
Pada dasarnya ilmu yang mempelajari tentang bumi yakni ilmu
geografi tidak lagi dominan dalam studi ilmu hubungan internasional.
Masuknya globalisasi, telah menggeser eksistensi geografi itu sendiri.
Meskipun globalisasi telah mengubah, bahkan dapat dikatakan menghapus
batas-batas suatu negara, namun belajar mengenai geografi dalam kaitannya
dengan geopolitik dan geostrategi sangatlah penting. Jika dilihat dari
sejarahnya, suatu negara dikatakan berkuasa jika negara tersebut menguasai
banyak wilayah beserta sumber daya alam yang meliputinya termasuk
gunung, laut dan daratan. Selain itu, negara-negara yang berkuasa dapat
dilihat dari kemampuan negara tersebut dalam menyesuaikan kebijakan luar
negeri dengan situasi geopolitik untuk mencapai kesejahteraan negara
mereka. Dibalik itu semua, ilmu geografi memiliki sumbangsih dalam
geopolitik dan geostrategi suatu negara.
Salah satu perbedaan mendasar antara geografi, geopolitik dan
geostrategi terletak pada perubahan pola mereka. Perubahan geografi dapat
diukur berdasarkan usia ribuan tahun, sedangkan perubahan pola geopolitik
dilihat dari kenaikan dan penurunan dari pusat sumber daya serta pergeseran
rute yang terjadi perlahan hingga seringkali tidak disadari. Perubahan
geostrategis sendiri diukur dalam hitungan hari, bulan, dan tahun.
Geostrategi paling fleksibel dari tiga konsep sebab biasanya perubahannya
mengikuti proses birokrasi atau perubahan dalam kepemimpinan.3
Sebelum lebih jauh membahas tentang geostrategi, alangkah baiknya
kita mengetahui definisi geografi, geopolitik, dan geostrategi itu sendiri.
Geografi sendiri diartikan sebagai suatu realitas fisik yang meliputi geologi
bumi, yang terdiri dari pegunungan, lautan, iklim, dan segala sesuatu yang
dapat diindra dengan mata. Realitas geologi kemudian digabungkan dengan
3Ibid., hal. 23
3
kemampuan manusia untuk beradaptasi terhadap realitas geologi tersebut
melalui perubahan dalam produksi serta teknologi komunikasi yang
menghasilkan tiga variabel, yakni tata letak rute perdagangan, lokasi sumber
daya serta sifat batas-batas negara. Kombinasi tersebut disebut dengan
geopolitik. Geopolitik secara sederhana diasumsikan sebagai faktor manusia
dalam geografi atau dengan kata lain, geopolitik adalah distribusi geografis
dari pusat-pusat sumber daya dan jalur komunikasi yang menetapkan nilai
ke lokasi sesuai dengan kepentingan strategis mereka. Geopolitik bersifat
objektif dimana setiap negara tidak dapat dengan semaunya merubah
geopolitik negaranya. Merubah geopolitik negara sama artinya dengan
merubah rute lokasi sumber daya. Perubahan geopolitik terjadi dalam kurun
waktu yang sangat lama dan jarang sekali dapat dilakukan oleh satu negara
saja.4 Namun, definisi geopolitik sendiri sudah banyak didefinisikan oleh
para ahli. Oleh karena itu, geopolitik dipandang sesuai teori masing-masing
para ahli sehingga definisinya itu sendiri dapat berbeda-beda. Menurut
Gilmartin dan Kofman, geopolitik adalah tindakan dan gambaran tentang
strategi teritorial. Artinya negara-negara bersaing untuk mengawasi wilayah
dan SDA yang ada di dalam teritorialnya masing-masing. Ada tiga teori
klasik yang populer seperti: Alfred Mahan dengan “Sea Power”, Halford
Mackinder dengan “geopolitic price is pivot area / heartlands”, dan
Nicholas Spykman dengan “geopolitic price is rimland”. Teori-teori
tersebut mampu memberikan pemahaman dan menawarkan sebagai alat
untuk memahami dan merumuskan kebijakan luar negeri.
Sedangkan Geostrategi lebih mengarah pada arah geografis kebijakan
luar negeri suatu negara atau lebih tepatnya geostrategi menggambarkan
dimana negara memusatkan usahanya dengan memproyeksikan kekuatan
militer atau mengarahkan kegiatan diplomatiknya. Jika dilihat dari sudut
pandang kebijakan luar negeri, maka geografi adalah realitas geopolitik
yang merespon dengan merumuskan dan mengejar geostrategi.5 Seperti
perkataan Napoleon: the policy of state lies in its geography.
4Ibid., hal. 255Ibid., hal. 22
4
Setiap negara memiliki wilayah kedaulatannya masing-masing, baik
itu negara berupa kepulauan, negara bukan kepulauan, ataupun negara yang
hanya memiliki daratan. Negara-negara tersebut memiliki kekuatan ataupun
kelemahan. Kekuatannya dapat berupa posisi dan letak geografis yang
strategis serta Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah.6 Sedangkan
kelemahannya dapat berupa kebalikannya. Namun, segala instrumen yang
dimiliki oleh negara dapat menjadi kekuatan suatu negara, tergantung
bagaimana negara menggunakannya. Negara harus memiliki strategi agar
kekuatan yang dimiliki saat ini dapat dimaksimalkan untuk mencapai tujuan
atau kepentingan politik yang diinginkan, seperti menggunakan instrumen
kebijakan.
Menjadikan realitas geografi dianalisis untuk kebijakan luar negeri,
baru muncul saat The Renaissance of Geography. Dalam masa ini terdapat
dua hal, yaitu ada keinginan baru muncul dalam geografi sebagai ilmu
sosial, khususnya di bidang ekonomi internasional dan ilmu politik. Kedua,
adanya kepentingan yang besar dalam geografi pada analisis kebijakan luar
negeri. Kepentingan tersebut terjadi di saat-saat pergolakan politik yang
besar. Sebenarnya, tidak ada teori atau pendekatan yang pasti dalam
menggambarkan bagaimana geografi memengaruhi kebijakan luar negeri
suatu negara. Perubahan yang dramatis dalam distribusi kekuasaan
(geografis) setelah perang dunia I dan perang dunia II memunculkan negara-
negara baru dan membuat pemetaan ulang kekuasaan sehingga orang perlu
memahami geografi kembali. Sistem internasional yang multipolar pasca-
Perang Dingin telah meningkatkan kesadaran akan perbedaan kekuasaan di
dunia. Kekuasaan terkonsentrasi di daerah tertentu (misalnya, Amerika
Utara dan Eropa Barat), dan bagaimana kawasan ini berhubungan satu sama
lain dan saling tergantung.7
Michael Pacione dalam bukunnya “Progress in Political Geography”
menjelaskan bahwa beberapa definisi mengenai geopolitik, menggambarkan
konsep geopolitik di periode tertentu dan menyatakan bahwa: “setelah
6 Ahmad Calam dan Sobirin, Formulasi Geopolitik di Era Reformasi, Jurnal SANTIKOM Vol. 7 (2) Agustus 2009, hal. 350
7 Jakub J. Grygiel, Op. Cit., hal. 2-3
5
perang, pemikir geopolitik semuanya fokus mempertanyakan hubungan
antara geografi dan kebijakan luar negeri dalam perubahan dilingkungan
internasional”.8
Kebijakan luar negeri merupakan strategi atau pendekatan yang dipilih
oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu dalam hubungannya dengan
entitas luar (internasional), termasuk untuk tidak melakukan apapun.
Kebijakan luar negeri digunakan sebagai alat untuk mempengaruhi dunia
global. Geopolitik menentukan alternatif kebijakan luar negeri untuk
mewujudkan kepentingan tertentu. Jadi, Geopolitik menganalisis hubungan
antara fakta-fakta geografis di satu sisi dan politik internasional di sisi lain
sehingga kondisi geopolitik di lapangan menjadi acuan dalam pembuatan
kebijakan luar negeri suatu negara. 9 Kebijakan luar negeri yang
mempertimbangkan aspek geopolitik dapat mengarahkan suatu negara di
masa yang akan datang. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan negara
untuk memproyeksikan kekuatannya dalam ruang dan waktu dibutuhkan,
khususnya memproyeksikan melalu kebijakan luar negeri untuk melindungi
negara dari ancaman eksternal.10
Negara memiliki kapasitas besar untuk mengembangkan dan
menerapkan strategi kebijakan luar negeri yang sangat berpengaruh baik itu
untuk menyerang, bertahan, ataupun untuk meningkatkan perekonomiannya.
Sistem internasional yang kompetitif di mana kekuatan besar memainkan
peran yang besar, berjuang untuk keamanan, sumber daya, posisi dan
pengaruh mereka sehingga keadaan geografi suatu negara dan kemampuan
materi (militer dan ekonomi) membatasi pengambilan keputusan kebijakan
luar negeri oleh pembuat keputusan. Distribusi kekuasaan yang tidak merata
dalam sistem internasional saat ini, menekan para pembuat kebijakan atau
leaders membuat kebijakan yang bijak agar negaranya dapat bertahan.11
Seperti negara-negara yang memiliki wilayah yang indah dan budaya
yang macam-macam, dapat dimanfaatkan sebagai tempat pariwisata.
8 Mohammad Reza Hafeznia, A New Definition of Geopolitics dalam buku judul Revista Geopolitica, hal. 29, (online)
9 Colin Dueck, Geopolitic Reborn, 2013, (online)10 Adrian Dellecker, Thomas Gomart, Russian Energy Security and Foreign Policy, Penerbit Taylor
& Francis, 2011, (online)11 Grygiel, Op.Cit.
6
Pariwisata merupakan sarana yang potensial untuk mendukung peningkatan
kerjasama ekonomi, peningkatan citra suatu negara, dan pengenalan budaya
ke negera lain.12 Dengan memanfaatkan faktor geopolitik ini, negara dapat
membuat kebijakan seperti membuka pasar agar investasi dan mobilisasi
manusia lebih mudah dilakukan.
Negara yang dikategorikan sukses adalah negara yang geostrategi dan
realitas geopolitiknya sesuai. Negara melindungi wilayah domestiknya,
kemudian mengkontrol sumber daya dan memastikan bahwa akses menuju
pusat-pusat sumber daya aman sehingga dapat meningkatkan dan
mempertahankan kekuasaan.13 Namun hal tersebut harus disertai dengan
kekuatan militer dan biaya yang besar, khususnya untuk sumber daya yang
melalui laut, sungai, atau pulau-pulau. Selain itu, untuk memperlancar
konsep geostrategi, negara memerlukan kekuatan besar lain yang didapat
melalui aliansi baik negara besar maupun negara-negara kecil yang
memiliki tujuan yang sama dan terletak di daerah yang dianggap penting,
seperti kawasan Asia, Timur Tengah, dan Afrika.
b. Border Pressure dan Proyeksi Kekuatan
Variabel yang utama dalam geostrategi adalah batas dari sebuah
negara. Ketika batas negara terancam atau tidak stabil, maka negara tersebut
harus memusatkan upayanya dalam menjaga keamanan teritorinya. Hal
yang sangat sulit dan kurang efektif dilakukan untuk menjalankan sebuah
kebijakan luar negeri yang jauh dari teritori sebuah negara. Keamanan
wilayah tidaklah sama dengan keamanan pada umumnya. Faktanya,
integritas wilayah adalah satu-satunya aspek dari keamanan sebuah negara,
dapat dibantahkan. Karena mempertahankan keamana sebuah negara
dimulai jauh dari border atau batas negara tersebut. Untuk itu batas nasional
merupakan keamanan utama yang penting untuk dijaga. Menurut Grygiel,
negara yang sukses adalah negara yang mampu menyelaraskan geostrategi
mereka dengan realitas geopolitik. Artinya, negara mampu melindungi diri
dengan stabilitas perbatasan, mampu mengontrol sumber daya, mampu
12 Hazairin Pohan, Perkembangan Kawasan Eropa Tengah dan Timur Dan Kebijakan Luar Negeri RI, 2004, (online)
13Grygiel, Op.Cit.
7
menghubungkan dan mengamankan rute perdagangan dengan pusat sumber
daya tersebut, dan mampu meningkatkan, serta mempertahankan kekuatan.14
Hal ini akan menjadi tidak berguna bila mengorbakan keamana
teritorial. Stabilitas dan keamanan dari batas negara sangat dipengaruhi oleh
kedua perbedaan geografi antara batas daratan dan lautan. Selain itu,
karakteristik dari batas daratan dan politik merupakan hal pokok dari
perimbangan kekuatan (balance of power). Perbedaan paling mendasar
adalah antara batas-batas darat dan laut.
Secara historis, perbatasan darat lebih berbahaya daripada perbatasan
laut. Hal ini dikarenakan perbatasan darat berbatasan langsung dengan
wilayah negara lain. Sehingga tingkat invasi oleh negara lain semakin
meningkat dibandingkan perbatasan laut yang dipisahkan oleh lautan yang
luas. Invasi melalui darat cenderung lebih mudah dan lebih murah daripada
melalui jalur laut maupun udara. Harold Sprout mengamati bahwa ilmu
pengetahuan dan teknologi telah membuat langkah besar menuju
penaklukan ruang dan waktu.15 Namun, ada kalanya perbatasan darat
menjadi lebih sulit untuk dijangkau karena perbatasaan darat yang ditutupi
oleh pegunungan yang tinggi serta hutan yang lebat sehingga lebih sulit
untuk ditembus daripada melalui perbatasan laut.
Secara geografis perbatasan darat tidak selalu berbahaya ataupun
stabil. Perbatasan darat yang sangat mudah untuk dilalui bisa jadi sangat
stabil karena tidak ada alasan politik bagi negara tetangga untuk menjadikan
wilayah tersebut zona ketegangan. Demikian pula dengan perbatasan laut,
perbatasan laut bisa menjadi sangat berbahaya ataupun stabil karena
beberapa alasan. Oleh sebab itu, kita tidak dapat mengesampingkan faktor-
faktor lain dibalik masalah fisik perbatasan yakni faktor stabilitas
perbatasan. Dimana faktor ketidakstabilan perbatasan dapat berasal dari
faktor hubungan politik yang mendasari antarnegara yang bersangkutan.
Semakin konfliktual hubungan negara-negara tersebut, maka semakin tidak
stabil perbatasan mereka. Baik perbatasan darat maupun berbatasan laut.16
14Ibid., hal. 3615 Ibid., hal. 3716 Ibid.
8
Jadi dapat disimpulkan bahwa stabilitas perbatasan suatu negara
merupakan suatu kondisi yang sangat penting. Suatu negara mungkin akan
puas dengan keamanan teritorialnya dan lebih memilih untuk tidak
memperluas pengaruh serta kontrol atas wilayah strategis diluar bordernya.
Dengan demikian negara tersebut akan memiliki banyak waktu untuk
membuat kebijakan luar negeri untuk mengejar kendali rute perdagangan
serta sumber daya.17
Proyeksi kekuatan atau power projection adalah kemampuan negara
dalam mengaplikasikan semua atau beberapa dari elemen-elemen kekuatan
nasional seperti politik, ekonomi, informasi, dan militer untuk secara efektif
dan cepat menyebarkan dan mempertahankan kekuatan dalam dan dari
berbagai lokasi yang tersebar. Hal tersebut digunakan untuk merespon
krisis, untuk berkontribusi dalam pencegahan, ataupun untuk meningkatan
stabilitas regional.18 Kompleksitas geostrategi negara dapat digunakan untuk
memproyeksikan kekuatan negara tersebut. Namun, proyeksi kekuatan
sebuah negara akan sulit dilakukan ke daerah yang berjauhan dengan negara
tersebut. Dengan geostrategi, negara mendapatkan pertimbangan baru dalam
mengarahkan proyeksi kekuatan yang akan dilakukan. Hal paling sederhana
adalah ke daerah atau ke wilayah dimana sebuah kebijakan luar negeri
ditujukan. Hal itu merupakan contoh kecil dari proyeksi kekuatan negara
tersebut.
c. Geostrategic Players
Geostrategic player merupakan aktor yang memiliki kapasitas dan
national will untuk menjalankan kekuasaan dengan menyebarkan dan
menanamkan pengaruhnya kepada wilayah-wilayah diluar batas wilayahnya
dengan tujuan untuk memenuhi kepentingan geopolitik dan kepentingan
nasionalnya.19 Pelaku geostrategic player memiliki potensi menjadi
geopolically volatile, dengan alasan untuk mencari pemenuhan ideologi,
menaikkan status negara penyebaran agama, pemenuhan ekonomi, dan
17 Ibid., hal. 3918 Staff Writer, MilitaryFictory.com, Definition Of The United States Department Of Defense
Military Term "Power Projection", 17 September 2015, (online)19 Zbigniew Brzezinski, The Grand Chessboard: American Primacy and Its Geostrategic
Imperatives, 1997, hal. 22
9
upaya menjadi negara super power.20 Walaupun negara yang menjadi
geostrategic player merupakan negara yang memiliki peran penting dalam
sistem internasional dan memiliki power yang besar, namun tidak semua
negara yang memiliki peran penting dalam sistem internasional dan
memiliki power yang besar merupakan geostrategic player.
Menurut Brzezinski, terdapat setidaknya lima geopolitical players yang
dapat diidentifikasi menggunakan Eurasia’s new Political Map, yaitu
Perancis, Jerman, Rusia, Cina dan India. Great Britain hingga saat ini
memiliki peran yang penting dalam sistem internasional namun tidak
memiliki kualitas yang dibutuhkan untuk menjadi active geostrategic
players.21 Inggris tidak memiliki kepentingan untuk menyebarkan
ideologinya.
1.6. Studi Kasus: Kekaisaran Ottoman
Negara Ottoman mucul sebagai salah satu negara Turki kecil yang
timbul di Asia kecil selama runtuhnya Kekaisaran Selju Turki. Ottoman
turki mulai menyerap negara lainnya dan selama pemerintahan Muhammad
II (1451-1481), dinasti Turki diakhiri. Fase pertaman dari ekspansi Ottoman
dengan merebut wilaya kekaisaran Byzantine, Bulgaria dan Serbia di bawah
kekuasaan Usman I, Orkhan I, Murad I dan Beyazid I. Kemudian Bursa
jatuh ketangan Ottoman pada tahu 1326 dan Adrianople di tahun 1361 yang
menjadi ibukota dari Ottoman. Kosovo (1389) dan Nikopol (1396)
merupakan kemengan besar Ottoman dimana daerah tersebut berada di
Semenanjung Balkan. Hal ini lah yang membuat Negara Ottoman menjadi
ancaman terbesar Eropa pada saat itu.22
Geostrategi dari kekaisaran Otoman dapat berhasil karena dapat
mengelola dengan baik keseimbangan dalam menjaga kontrol atas sumber
daya dan rute dengan menjaga keamana batas daratan. Di abad ke 13
sampai pertengahan 16, kekaisaran otoman mengekspansi ke arah Eropa.
Ekspansi ini dilakukan dengan alasan bahwa daratan eropa sangat
20Ibid.21Ibid., hal. 2322 University of Michigan, Brief History of Ottoman Empire, (online)
10
menguntungkan dan dengan merupakan daerah yang dengan strategis
penting yang mana Balkan dan daerah yang lebih tinggi yaitu Sungai
Danube, yang merupakan Eropa tengah. Daerah tersebut berasal dari
daerah Konstatinopel yang menerima
Kekaisaran Ottoman dikenal sebagai kekaisaran “Ruler of Two
Continents and Two Seas”. Anggapan ini menimbulkan bahwa focus
geostrategi Ottoman juga melibatkan fokus pada daerah lautan. Padahal
dari dekade pertama sampai dekade ke 14 fokus geostrategi mereka ada ke
daratan eropa. Daerah Timur tengah seperti Persia, Mesir, dan daerah
Utara Afrika beserta daerah Mediterania merupakan daerah peripheral
untuk kekaisaran Ottoman. Sebaran geostrategy kekaisaran ottoman tidak
melibatkan daerah pesisir Eropa. Hal ini disebabkan karena menurut
Sultan daerah yan paling penting dan dipenuhi dengan banyak sumber
daya berada di daerah Asia Kecil, Eropa sampai ke Asia Timur Jauh (Asia
Tenggara). Selain untuk itu juga, Sultan juga merasa bahwa kekaisaran
Ottoman belum cukup mampu menyaingi kekutan laut atau naval power
yang dimiliki Prancis, Venesia, Spanyol atau Inggris Raya.
Dalam ekspansi dan sebaraan kekuatan yang dilakukan oleh
kekaisaran Ottoman, ada dua hal yang sangat mempengaruhi alasan
mengapa Ottoman memfokuskan arah kebijakan luar negeri dan
geostrateginya ke Eropa dan daerah dataran Asia lainnya. Pertama,
Ottoman membawa misi agama. Geostrategy kekaisaran Ottoman juga
tidak terlepas dari misi agama yang biasa disebut faktor ghazi. Ghazi
adalah prajurit Muslim yang siap berperang untuk menyebarkan agama
Islam. Perang untuk menyebarkan agama Islam ini bisa disebut Perang
Suci Muslim atau Ghaza. Kedua, di Eropa sedang terjadi kekosongan
kekuataan (Power Vaccum).
11
Pivot Point dari Geostrategi yang dilakukan oleh Ottoman empire
adalah daratan yang dipenuhi oleh sumber daya, khususnya Eropa dan
daerah Asia kecil.
Sumber: www.umich.edu
Geostrategic players atau aktor Geostrategic dalam kasus ini adalah
Sultan-sultan yang mengeluarkan kebijakan ekonomi untuk lebih
mengekspansi wilayah-wilayah di sekitar kekaisaran Ottoman. Hal ini
disebabkan oleh keinginan Sultan untuk mengamankan daerah
kekuasaannya, sehingga ia berusaha untuk mengarahkan power projectionya
kewilayah yang berada di sekitar Ottoman.
Jika di analisa dari segi border pressure, arah proyeksi kekuatan yang
dilakukan oleh kekaisaran Ottoman disebabkan karen kondisi border
Ottoman yang tidak stabil. Akibat dari kondisi border yang tidak stabil
tersebutlah maka proyeksi kekuatan yang dilakukan oleh Ottoman empire
tidak jauh dari daerah perbatasan kekaisaran Ottoman itu sendiri.
Dalam menjaga daerah yang telah di aneksasi, Ottoman empire
mempunyai prajurit yang bernama Janisari. Janisari merupakan kelompok
infatri Ottoman yang dibentuk untuk menjadi kekuatan baru dari kekasiaran
Ottoman. Janisari atau Yeniçeri (New Force) merupakan sekelompok orang
Non-Turki yang dibentuk untuk menjaga daerah kekaisaran Ottoman. Untuk
memperkuat Janisari, Sultan Murad kemudian mendistribusikan sebagian
12
para penakluknya yang hadal ke Janisari. Selain itu, Sultan Murad juga
mengembangkan sistem devşirme. Sistem devşirme merupakan sistem
dimana pemuda Kristen dari provinsi Balkan berpindah agama ke Islam dan
menjadi pelayanan Sultan.23
Dalam perjalanannya, kekaisaran ottoman mengalami kemunduran. Ada
dua faktor yang menyebabkan kekaisaran ottoman runtuh, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Secara internal, ada tiga permasalahan besar
yang mengakibatkan kemunduran Ottoman. Pertama adalah kematian dari
Sultan Sulaiman, dan ketidakcakapan para Sultan pengganti Sultan
Sulaiman. Karena tidak ada sosok pemerintah yang tegas, maka permasalah
tersbesar yang dihadapi adalah korupsi. Kedua, adanya tuntutan kenaikan
upah dari Janisaris yang merupakan keturunan kasta virtual namun tidak
diimbangi dengan kinerja mereka yang baik. Ketiga, luas wilayah Ottoman
yang berimplikasi pada Kebijakan Sultan yang ingin menganeksasi wilayah
baru. Ketika Sultan akan berperang dengan musuh, maka dibutuhkan waktu
yang cukup banyak untuk menuju tempat musuh dan membutuhkan prajurit
yang cukup banyak dalam menaklukan lawan.
Kemudian, selain faktor internal ada juga faktor eksternal yang
mempengaruhi kejatuhan kekaisaran ottoman. Pertama adalah, adanya
kemunduran ekonomi di Ottoman serhingga membuata kas pemerintahan
Ottoman terganggu. Kekaisaran Ottoman kehilangan monopoli di wilayah
yang merupakan power proyeksinya. Hal ini diakibatkan oleh Portugis yang
berhasil menemukan wilayah ke Asia, di masa The Age of Explorations.
Selain itu, terjadinya inflasi besar-besaran pada tahun 1500-an yang
merupakan akibat dari eksploarasi yang dilakukan oleh Spanyol. Dimana
pada waktu itu Spanyol berhasil membawa emas dan perak ke Eropa.
Faktor eksternal lainnya adalah adanya peningkatan teknologi dalam bidang
militer yang terjadi di Eropa. Sedangkan stagnasi terjadi di kekaisaran
Ottoman.24
23 Stanford Jay Show. Historical Empire, Eurasia and Africa: Ottoman Empire. Ensyclopedia Britanica. Diakses di: http://www.britannica.com/place/Ottoman-Empire#toc44375 24 The decline of the Ottoman Empire (1565-1918) diakses di
http://www.flowofhistory.com/units/asia/6/FC49
13
14
BAB III PENUTUP
1.7. Simpulan
Geostrategi merupakan pertimbangan geografis yang digunkan
kebijakan luar negeri suatu negara atau lebih tepatnya geostrategi
menggambarkan dimana negara memusatkan usahanya dengan
memproyeksikan kekuatan militer dan mengarahkan kegiatan diplomatiknya.
Kebijakan luar negeri kemudian diarahkan dengan melihat pertimbangan
wilayah, agar proyeksi kekuatan negara tersebut bisa berjalan dengan efektif
dan efisien. Geostrategi kekaisaran Ottoman digunakan untuk mengeluarakan
kebijakan luar negri yang ekspansif. Kebijakam luar negeri yang
ekspansionari ini disebabkan oleh border yang tidak stabil. Karna border yang
tidak stabil, maka power projection yang diarahkan oleh kekaisaran Ottoman
tidak jauh-jauh dari wilayah Ottoman itu sendiri. Olehkarena itu juga, fokus
geostrategi kekaisaran Ottoman lebih cenderung ke land Power ketimbang sea
Power.
1.8. Saran
Saran untuk mengerjakan tugas mengenai bahasan ini adalah pada saat
pengumpulan data haruslah mengambil data dari sumber terpercaya dan
memahami bahasan yang diambil, serta mengetahui batasan-batasan sampai
mana yang harus dideskripsikan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Brzezinski, Zbigniew. 1997. The Grand Chessboard: American Primacy and Its
Geostrategic Imperatives. Basic Books: New York.
Calam, Ahmad dan Sobirin. Formulasi Geopolitik di Era Reformasi, Jurnal
SANTIKOM vol. 7 (2). Agustus 2009
Chairunnisa. 2014. Kebijakan Luar Negeri Rusia Terhadap Cina Masa
Pemerintahan Vladimir Putin. eJournal Ilmu Hubungan Internasional
vol. 2 (2). (online). diakses di http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2014/05/PDF%20EJOURNAL%20(05-06-14-09-06-
49).pdf. pada 16 Oktober 2015
Dellecker, Adrian dan Thomas Gomart. 2011. Russian Energy Security and
Foreign Policy. Taylor & Francis: New York. (online). Diakses di
https://www.google.co.id/search?
hl=id&tbo=p&tbm=bks&q=isbn:1136724230 pada 13 Oktober 2015
Dueck, Colin. 2013. Geopolitic Reborn. Foreign Policy Research Institute.
(online). diakses di http://www.fpri.org/articles/2013/07/geopolitics-
reborn pada 17 Oktober 2015
Hafeznia, Mohammad Reza. A New Definition of Geopolitics dalam buku judul
Revista Geopolitica. (online). Diakses di
https://books.google.co.id/books?
id=zBeXF2Ub26QC&dq=relation+between+geopolitics+and+foreign+p
olicy&hl=id&source=gbs_navlinks_s pada 17 Oktober 2015
Li, Sean.J.. Why China is On the March in Africa. NEWSWEEK LLC. 4 Desember
2014. (online). Diakses di http://www.newsweek.com/opinion-why-
china-march-africa-289274 pada 16 September 2015
Grygiel, Jakub. 2006. Great Powers and Geopolitical Change. Baltimore: The
Johns Hopkins University Press.
Pohan, Hazairin. Perkembangan Kawasan Eropa Tengah dan Timur dan
Kebijakan Luar Negeri RI, 2004. (online). Diakses di
web.iaincirebon.ac.id/ebook/moon/Mixed/18-LectureUI.pdf pada 17
Oktober 2015
16
University of Michigan. Brief History of Ottoman Empire. (online). Diakses di
http://www.umich.edu/~turkish/links/ottemp_brhist.html pada 17
Oktober 2015
Writer, Staff. MilitaryFictory.com. Definition Of The United States Department
Of Defense Military Term "Power Projection". 17 September 2015.
(online). Diakses di http://www.militaryfactory.com/dictionary/military-
terms-defined.asp?term_id=4153 pada 15 Oktober 2015
17
Top Related